• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Volume Perdarahan Intrakranial terhadap Glasgow Outcome Scale pada Pasien Cedera Kepala

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Volume Perdarahan Intrakranial terhadap Glasgow Outcome Scale pada Pasien Cedera Kepala"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 4. Nomor 2. Juli 2018

Hubungan Volume Perdarahan Intrakranial terhadap Glasgow Outcome Scale pada Pasien Cedera Kepala Muhammad Lukman1; Sonny GR Saragih2; Diana Natalia3 1

Program Studi Kedokteran, FK UNTAN 2

SMF Bedah Saraf, RS Abdul Aziz Singkawang 3

Departemen Parasitologi Medik, Program Studi Kedokteran, FK UNTAN

Abstrak

Latar Belakang. Cedera kepala merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan neurologis dan kematian yang diakibatkan oleh perdarahan intrakranial yang selanjutnya terjadi peningkatan tekanan intrakranial. Penilaian luaran pasien akibat cedera kepala perlu dilakukan untuk menentukan kondisi pasien cedera kepala. Metode. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain potong lintang. Subjek penelitian berjumlah 30 orang. Data GOS dan status pasien saat masuk IGD diambil dari rekam medis di RSUD Dr Abdul Aziz Kota Singkawang, sedangkan volume perdarahan intrakranial pasien diketahui melalui data CT-scan di RS Santo Vincentius Kota Singkawang. Analisis data menggunakan uji Chi Square. Hasil. Volume perdarahan intrakranial memiliki hubungan bermakna dengan GOS (p=0,000), yang mana pada penelitian ini jumlah pasien luaran baik dengan volume perdarahan intrakranial sedikit berjumlah 43,3%, dan pada pasien luaran buruk dengan perdarahan intrakranial banyak sebanyak 46,67%. Kesimpulan. Terdapat hubungan bermakna nilai GOS terhadap volume perdarahan intrakranial pada pasien cedera kepala di RSUD Dr Abdul Aziz Kota Singkawang periode tahun 2015.

Kata Kunci: Glasgow Outcome Scale (GOS), volume perdarahan intrakranial, cedera kepala.

Background. Head injury is one of the main etiologies of neurological deficit and death, caused by intracranial hemorrhage which happen to increase the intracranial pressure. The outcome assessment of head injury patient must be conducted to know patient’s condition after the head injury.

Method. This study was an analytic study with cross-sectional design where 30 patients were studied. GOS and patient’s status data were obtained from medical records at RSUD Dr Abdul Aziz Singkawang and intracranial hemorrhage volume data were obtained from CTscan data at RS Santo Vincentius Singkawang. The data were analyzed by Chi-square test. Result. Intracranial hemorrhage volume significantly related to Glasgow Oucome Scale (p = 0.000), Which, the total of good outcome patients with few intracranial hemorrhage volume is 43,3%, while the total of bad outcome patients with high intracranial hemorrhage volume is 46.67%. Conclusion. There was significant relation between Glasgow Outcome Scale based on intracranial hemorrhage volume among head injury patients at RSUD Dr Abdul Aziz Singkawang on year 2015.

(2)

Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 4. Nomor 2. Juli 2018 PENDAHULUAN

Cedera kepala adalah cedera mekanik yang mengenai kepala secara langsung atau tidak langsung yang mengakibatkan luka di bagian dalam dan luar kepala, seperti luka kulit kepala, fraktur tulang tengkorak, robekan selaput otak, kerusakan jaringan otak, dan mengakibatkan gangguan neurologis hingga kematian.1

Di Indonesia, walaupun belum tersedia data secara nasional, trauma kepala merupakan kasus yang sering dijumpai di setiap rumah sakit.2 Pada tahun 2005, di RSCM terdapat 434 pasien trauma kepala ringan, 315 pasien trauma kepala sedang, dan 28 pasien trauma kepala berat. Di Rumah Sakit Atma Jaya (RSAJ), pada tahun 2007, jumlah pasien trauma kepala mencapai 125 orang. Pada tahun 2012, data insiden cedera kepala yang tercatat di RSUD Soedarso kota Pontianak pada bulan Mei hingga Juli 2012 adalah sebanyak 203 kasus. 3,4

Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab terbanyak terjadinya cedera kepala di seluruh dunia.5 Meningkatnya penggunaan kendaraan bermotor merupakan faktor yang menyebabkan insiden cedera kepala selalu meningkat.6,7 Jumlah insiden kecelakaan lalu lintas di Kalimantan Barat pada tahun 2015 berjumlah 2 455 kasus, 472 orang diantaranya meninggal.8 Korban meninggal akibat kecelakaan lalu lintas di Kota Pontianak pada tahun 2015 berjumlah 76 orang, dengan total kasus kecelakaan lalu lintas berjumlah 454 kasus, sedangkan insiden kecelakaan lalu lintas di Kota Singkawang berjumlah 110 kasus.9,10 Cedera kepala dapat menyebabkan ruptur pembuluh darah di daerah intrakranial yang mengakibatkan terjadinya perembesan darah ke rongga di dalam pembungkus otak sebelah luar atau di antara pembungkus otak sebelah luar dengan tengkorak sehingga memenuhi daerah intrakranial. Perdarahan intrakranial dibagi menjadi perdarahan

(3)

Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 4. Nomor 2. Juli 2018

epidural, perdarahan subdural, perdarahan subarachnoid, perdarahan intraserebral, dan perdarahan intraventrikular.4,11 Apabila terjadi perdarahan intrakranial, perlu dilakukan sebuah penilaian untuk dapat menilai kemampuan fungsional pasien cedera kepala sehingga dapat menghasilkan prognosis yang baik bagi pasien cedera kepala.12 Penilaian kemampuan fungsional tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan Glasgow Outcome Scale. Glasgow Outcome Scale (GOS) merupakan skala yang digunakan untuk mengelompokkan status pasien cedera kepala atas kemampuan fungsional yang dimilikinya. Pengelompokkan skor GOS terbagi atas lima kelompok yaitu, death, vegetative state, severe disability, moderate disability, dan good recovery. Dengan tujuan menciptakan kategori luaran yang lebih luas, kategori tersebut disederhanakan menjadi luaran baik dan buruk.13 Tindakan yang dapat dilakukan pada pasien cedera kepala dengan nilai GOS luaran baik dapat

dilakukan terapi fisik konvensional yang dapat meningkatkan kemampuan hasil akhir fungsional mereka, pada pasien memiliki nilai GOS luaran buruk, maka diberikan edukasi kepada keluarga pasien untuk lebih memperhatikan asupan gizi pasien dan menjaga kondisi pasien tetap aman, dan apabila memungkinkan akan diberikan terapi fisik.14,15

Penelitian mengenai hubungan antara volume perdarahan intrakranial dan GOS pada kasus cedera kepala belum pernah dilakukan sebelumnya sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara volume perdarahan intrakranial dan Glasgow Outcome Scale (GOS) pada pasien cedera kepala di RSUD Dr Abdul Aziz Kota Singkawang.

METODE

Penelitian ini bersifat analitik yaitu mencari hubungan volume perdarahan intrakranial terhadap Glasgow Outcome Scale (GOS) dengan menggunakan

(4)

Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 4. Nomor 2. Juli 2018

pendekatan cross sectional. Metode pengambilan sampel yaitu total sampling. Kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu pasien cedera kepala yang datang ke Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr Abdul Aziz Kota Singkawang dan mengalami perdarahan epidural, perdarahan subdural, dan perdarahan intraserebral. Sedangkan kriteria eksklusinya yaitu pasien cedera kepala tanpa data CT scan dan volume perdarahan intrakranial, tidak memiliki data Glasgow Outcome Scale (GOS) saat pasien keluar dari rumah sakit, mengalami perdarahan subarakhnoid dan intraventrikular murni, dan mengalami perdarahan subarakhnoid dan intraventrikular pada kelompok perdarahan sedikit setelah perhitungan volume perdarahan intrakranial jenis epidural, subdural dan intraserebral pada lesi multipel.16

Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan pengukuran volume perdarahan intrakranial menggunakan gambaran CT-scan pasien.

Setelah didapatkan volume perdarahan intrakranial pasien, selanjutnya diklasifikasikan menjadi volume perdarahan intrakranial banyak yaitu pada perdarahan epidural yang melebihi atau sama dengan 30 ml, perdarahan intraserebral yang melebihi atau sama dengan 30 ml, serta perdarahan subdural yang melebihi atau sama dengan 10 mm, dan pada volume perdarahan intrakranial sedikit yaitu perdarahan epidural yang kurang dari 30 ml, perdarahan intraserebral yang kurang dari 30 ml, serta perdarahan subdural yang kurang dari 10 mm. Pengumpulan data GOS pasien diambil melalui rekam medis milik pasien.11-13

HASIL

Data RSUD Dr Abdul Aziz menunjukan bahwa jumlah kasus cedera kepala pada periode Januari-Desember 2015 adalah sebanyak 376 kasus dengan jumlah pasien laki-laki sebesar 67,29% dan perempuan sebesar 32,71%. Pasien cedera kepala yang hidup pada periode tersebut

(5)

Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 4. Nomor 2. Juli 2018

adalah sebesar 90,95% dan meninggal sebesar 9,05%. Kejadian cedera kepala ringan sebesar 70,74% sedangkan cedera kepala berat dan sedang sebesar 29,26%. Jumlah pasien cedera kepala yang ditangani dengan operasi periode tersebut adalah sebesar 8,51% dan kasus yang ditangani tanpa operasi sebesar 91,49%. Sebanyak 376 kasus cedera kepala tersebut, terdapat 30 kasus cedera kepala yang menjadi subjek penelitian berdasarkan kriteria inklusi penelitian dari periode tahun 2015.

Cedera kepala merupakan salah satu penyebab dari kematian dan disabilitas. Benturan pada bagian kepala secara statik dan dinamik dapat menyebabkan kerusakan pada bagian luar dan dalam kepala. Cedera pada kepala dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah otak, sehingga dapat terjadi perdarahan intrakranial yang meliputi perdarahan epidural, subdural, subarakhnoid, intraventrikular dan intraserebral.17,18 Perdarahan intrakranial

pada kasus cedera kepala akan memenuhi ruang intrakranial dan akan mendesak jaringan otak disekitarnya. Tindakan operasi akan dilakukan pada kasus perdarahan epidural dan intraserebral apabila volume perdarahan melebihi 30 ml dan pada perdarahan subdural apabila melebihi 10 mm, untuk menurunkan tekanan intrakranial dengan cara mengevakuasi perdarahan agar tidak terjadi kompliasi seperti herniasi ataupun kematian.19,20

Dari total 30 kasus, didapatkan perdarahan Intraserebral (ICH) sebanyak 16 kasus (53,4 %), Perdarahan Epidural (EDH) sebanyak 6 kasus (20 %), Perdarahan Subdrural (SDH) sebanyak 4 kasus (13,3 %), EDH dan ICH sebanyak 3 kasus (10 %), dan SDH dan ICH sebanyak 1 kasus (0.03 %).

PEMBAHASAN

Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab tersering terjadinya cedera kepala. Berdasarkan subjek penelitian,

(6)

Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 4. Nomor 2. Juli 2018

sebanyak 90% cedera kepala diakibatkan oleh peristiwa kecelakaan lalu lintas. Berdasarkan data epidemiologi, tiga penyebab utama terjadinya cedera kepala adalah kecelakaan lalu lintas, terjatuh dan diserang. Di Indonesia cedera kepala menempati peringkat pertama pada urutan cedera yang dialami oleh korban kecelakaan lalu lintas yaitu sebesar 33,2%.21,22

Pada penelitian ini, cedera kepala paling banyak terjadi pada jenis kelamin laki-laki dengan kelompok umur 8-18 tahun serta paling banyak terjadi pada pelajar. Pada kelompok umur 8-18 tahun, 80% kasus cedera kepala diakibatkan karena kecelakaan lalu lintas dan 70% di antaranya adalah laki-laki serta 100% adalah pelajar. Berdasarkan penelitian Hyder dkk23, jenis kelamin laki-laki memiliki resiko empat kali lebih besar dibandingkan wanita, dikarenakan oleh faktor tingkah laku saat menggunakan kendaraan. Pada kasus cedera kepala, lebih banyak dialami oleh usia produktif, yaitu

pada usia <45 tahun yang umumnya didominasi oleh profesi pelajar karena gaya hidup usia produktif, dengan faktor utamanya yang lebih banyak mengendarai kendaraan terutama jenis kelamin laki-laki sehingga lebih tinggi resikonya untuk terjadi peristiwa kecelakaan lalu lintas.24 Pada penelitian ini, jumlah subjek penelitian yang mengalami perdarahan intrakranial banyak berjumlah 16 subjek dengan persentase 56,7%, dan diagnosis cedera kepala terbanyak adalah cedera kepala berat.

Subjek penelitian yang memiliki status keluar meninggal adalah sebesar 50%. Dari jumlah subjek yang meninggal, sebanyak 46,67% subjek tersebut sebelumnya telah ditatalaksana dengan operasi. Sebanyak 86,7% dari subjek dengan status meninggal tersebut sebelumnya telah didiagnosis cedera kepala berat dan sedang yang dikategorikan berdasarkan nilai GCS, dengan 93,3% diantaranya adalah dengan volume perdarahan intrakranial banyak.

(7)

Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 4. Nomor 2. Juli 2018

Tidak semua pasien dioperasi, karena terdapat beberapa faktor yang tidak dipenuhi oleh pasien. Faktor tersebut di antaranya adalah pasien dengan kondisi buruk yang dinilai dari nilai GCSnya (GCS ≤ 3), pasien dengan diagnosis cedera kepala ringan diberikan terapi konservatif, serta pasien dengan hasil CT-scan yang tidak memenuhi persyaratan untuk dilakukan tindakan operasi.25 Faktor-faktor tersebut mempengaruhi mortalitas dari kasus cedera kepala. Penelitian epidemiologi menunjukan mortalitas pada kasus cedera kepala cukup tinggi seiring dengan tinginya derajat keparahan cedera kepala. Namun, kompetensi penanganan medis yang baik serta pemberian terapi yang tepat dapat menurunkan angka mortalitas pada kasus cedera kepala.26,27 Penilaian GOS terdiri atas lima kategori penilaian, yaitu death, vegetative state, severe dissability dikategorikan sebagai luaran buruk, sedangkan moderate dissability dan good recovery digolongkan sebagai kategori luaran baik. Penggunaan

GOS pada rumah sakit memiliki peran dalam penentuan luaran pasien cedera kepala berdasarkan kemampuan fungsionalnya. Subjek penelitian yang menunjukan nilai GOS dengan luaran baik berjumlah sama besar dengan luaran buruk yaitu sebesar 50%.

GOS merupakan skala yang digunakan untuk mengelompokkan status pasien cedera kepala atas kemampuan fungsional yang dimilikinya. Berdasarkan penelitian Ketis dkk14 yang dilaksanakan di Turki, nilai GOS memiliki hubungan dengan tingkat keparahan cedera dan memiliki hubungan dengan keluaran pasien.13-15 Tingkat keparahan cedera kepala ditentukan melalui nilai Glasgow Coma Scale (GCS). Nilai GCS pada cedera kepala ringan adalah 13-15, cedera kepala sedang adalah 9-12 dan cedera kepala berat adalah 3-8. Cedera kepala sangat berhubungan dengan fungsi kesadaran dari otak. Cedera kepala sangat berhubungan dengan fungsi kesadaran dari otak. Pasien dapat meninggal apabila

(8)

Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 4. Nomor 2. Juli 2018

terjadi kerusakan berat pada sistem pengatur tingkat kesadaran, yaitu sistem Ascending Reticular Activating System (ARAS) dari formasio reticularis.28,29

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisis secara statistik, terdapat hubungan bermakna volume perdarahan intrakranial terhadap luaran GOS. Hasil penelitian menunjukan kesesuaian dengan teori. Luaran baik pada GOS mengindikasikan kemampuan fungsional yang baik, sedangkan luaran buruk mengindikasikan kemampuan fungsional yang buruk. Berdasarkan hal tersebut, semakin sedikit volume perdarahan intrakranial maka kemampuan fungsional pasien cedera kepala akan lebih baik, sedangkan semakin banyak volume perdarahan intrakranial maka kemampuan fungsional pasien akan lebih buruk. Cedera otak akibat perdarahan intrakranial dapat menyebabkan kerusakan jaringan kortikal dan subkortikal otak yang mengakibatkan terganggunya mekanisme sistem saraf somatik maupun otonom. 28,29

Korteks serebri memegang peranan penting dalam sistem fungsional manusia. Korteks serebri terbagi menjadi empat lobus, yaitu lobus frontalis, oksipitalis, temporalis dan parietalis. Lobus frontalis memiliki fungsi motorik volunter, kemampuan berbicara, dan pegaturan sifat serta kepribadian. Lobus oksipitalis mengatur fungsi penglihatan pada manusia. Lobus temporalis mengatur fungsi pendengaran. Lobus parietalis mengatur fungsi somatosensorik, somestetik dan proprioseptif. Pada bagian subkortikal terdapat nukleus basal, talamus dan hipotalamus. Nukleus basal berfungsi dalam kontrol motorik. Talamus berfungsi sebagai pusat integrasi sinaps untuk pemrosesan input sensorik.

Hipotalamus berfungsi sebagai pusat integrasi sistem homeostatik serta berfungsi sebagai penghubung penting antara sistem saraf otonom dan sistem endokrin. Kerusakan di bagian kortikal dan subkortikal otak dapat menyebabkan gangguan kesadaran, psikologis, motorik

(9)

Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 4. Nomor 2. Juli 2018

dan sensorik. Semakin berat kerusakan pada jaringan otak di bagian kortikal maupun subkortikal maka kemampuan fungsional pasien akan semakin buruk.28-30

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara volume perdarahan intrakranial pada pasien terhadap Glasgow Outcome Scale (GOS) pada pasien cedera kepala.

DAFTAR PUSTAKA

1. Manarisip MEI, Oley M, Limpeleh H.

Gambaran CT Scan Kepala Pada Penderita Cedera Kepala Ringan di BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode 2012-2013. J E-Clin. 2014;2(2) : 1-4.

2. Irawan H, Setiawan F, Dewi, Dewanto G.

Perbandingan Glasgow coma scale dan revised trauma score dalam memprediksi disabilitas pasien trauma kepala di rumah sakit Atma Jaya. Maj Kedokt Indon. 2010; 60: 437-42.

3. Nurfaise. Hubungan Derajat Cedera Kepala

Dan Gambaran CT Scan Pada Penderita Cedera Kepala Di RSU dr. Soedarso Periode Mei – Juli 2012. [skripsi]. Pontianak: Universitas Tanjungpura; 2012.

4. Elliott J, Smith M. The acute management of intracerebral hemorrhage: a clinical review. Anesth Analg. 2010; 110(5): 1419-27.

5. Khan MK, Hanif SA, Husain M, Huda MF,

Sabri I. Pattern of Non-Fatal Head Injury in Adult Cases Reported at J.N.M.C. Hospital, A.M U, Aligarh. Indian Acad Forensic Med. 2011; 33(1) : 21-23.

6. Abelson-Mitchell N. Neurotrauma: Managing

Patients with Head Injury. Oxford: John Wiley & Sons; 2013. p 381 .

7. Riyadina W, Suhardi, Permana M. Pola dan

Determinan Sosiodemografi Cedera Akibat Kecelakaan Lalu Lintas di Indonesia. Maj Kedokt Indon. 2009; 59(10) : 464-472.

8. Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan

Barat. Kalimantan Barat dalam Angka 2016. Pontianak: BPS-Provinsi Kalimantan Barat; 2016.

9. Badan Pusat Statistik Kota Pontianak. Kota Pontianak dalam Angka 2016. Pontianak: BPS-Kota Pontianak; 2016.

10. Kepolisian Resort Kota Singkawang. Data

Penyelesaian Perkara Laka Lantas Tahun 2012-2015. Singkawang: Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah Kalimantan Barat Resort Singkawang; 2015.

11. Padayachy L, Figaji AA, Bullock MR.

Intracranial pressure monitoring for traumatic brain injury in the modern era. Childs Nerv Syst, 2010; 26:441452.

12. Broderick J, Connolly S, Feldmann E.

Guidelines for the management of spontaneous intracerebral hemorrhage in adults: 2007 update: a guideline from the American Heart

Association/American Stroke Association

Stroke Council, High Blood Pressure Research Council, and the Quality of Care and

Outcomes in Research Interdisciplinary

Working group. Stroke. 2007; 38: 2001-23. 13. McMillan TM, Weir C, Ireland A, Stewart E.

The Glasgow outcome at discharge scale: an inpatient assessment of disability after brain injury. J of Neurotr. 2013; 30 (11) : 970-974.

14. Sastrodoningrat, AG. Neurosurgery lectures

notes. Medan : USU press; 2012.

15. Oliveira RA, Araújo S, Falcão AL, Soares SM,

Kosour C, Dragosavac D, Thiesen RA. Glasgow outcome scale at hospital discharge as a prognostic index in patients with severe traumatic brain injury. Arquivos de neuro-psiquiatria. 2012; 70(8): 604-608.

16. Jennet B. Development of Glasgow Coma and

Outcome Scale. Nep J of Neurosc. 2005;2 : 24-28.

17. Naidu B, Truman SM, Selvakumar K.

Computed tomography predictors for in-hospital mortality in severe and moderate head injury patients. J Int Surg. 2016; 3(3): 1306-1309.

18. Maugeri R, Anderson DG, Graziano F, Meccio

F, Visocchi M, Iacopino DG. Conservative vs. Surgical Management of Post-Traumatic Epidural Hematoma: A Case and Review of Literature. Am J Case Rep. 2015;16:811-817. 19. Kim JE, Ko SB, Kang HS, et al. Clinical

Practice Guidelines for the Medical and Surgical Management of Primary Intracerebral Hemorrhage in Korea. J Korean Neurosurg Soc. 2014; 56(3):175-187.

(10)

Jurnal Kesehatan Khatulistiwa. Volume 4. Nomor 2. Juli 2018 20. Bullock MR, Chesnut R, Ghajar J, Gordon D,

Hartl R, Newell DW, et al. Surgical management of acute subdural hematomas. Neurosurg. 2006; 58(3):16-24.

21. Faul M, Xu L, Wald MM, Coronado VG.

Traumatic Brain Injury in the United States:

Emergency Department Visits,

Hospitalizations and Deaths 2002–2006.

Atlanta (GA): Centers for Disease Control and

Prevention, National Center for Injury

Prevention and Control; 2010..

22. Damanik RP. Karakteristik Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Darat Rawat Inap Di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2010-2011. J Gizi, Kes Repro dan Epid. 2013; 2(4).

23. Hyder AA, Wunderlich CA, Puvanachandra P,

Gururaj G, Kobusingye OC. The impact of traumatic brain injuries: A global perspective. NeuroRehabilitation. 2007;22:341-353

24. Lynch C. The Epidemiology and Predictors of

Worse Outcome for Traumatic Brain Injury Patients at Kilimanjaro Christian Medical

Center, Moshi Tanzania. Diss. Duke

University, 2013.

25. Chamoun RB, Robertson CS, Gopinath SP.

Outcome in patients with blunt head trauma and a Glasgow Coma Scale score of 3 at presentation. J Neurosurg. 2009;111:683–687. 26. Michael G, Fehlings, Anick N. Development

and Implementation of Guidelines in

Neurosurgery. Neurosurgery Clinics of North America. 2015;26:2, 271-282.

27. Maryse C, Cnossen, Annemieke C, Scholten, Hester F, Lingsma, et al. Adherence to Guidelines in Adult Patients with Traumatic Brain Injury: A Living Systematic Review. J of Neurotr. 2016; 33:1–14.

28. Silverthorn DU. Fisiologi Manusia :Sebuah

Pendekatan Terintegrasi (Edisi 6). Jakarta: EGC; 2014

29. Snell RS. Clinical Neuroanatomy. Edisi ke-7. Philadelphia: Wolters Kluwer; 2010.

30. Hall JE. Guyton and Hall textbook of medical

physiology. Edisi ke-13. Philadelphia:

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dideskripsikan dalam hasil dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan mengenai implementasi Peraturan Presiden Nomor 12

Bagian logistik penyedia barang dan peralatan kerja pendukung pelayanan jasa membutuhkan kedisiplinan dan ketelitian yang tinggi. Pencatatan barang dan peralatan harus dilakukan

Badan Kepegawaian Daerah mengirimkan kembali ke unit organisasi yang mengusulkan kartu pegawai pengganti untuk diteruskan ke pegawai negeri

Penulisn ilmiah ini tentangpembuatan screen saver dengan menggunakan program Pascal versi 7.0, yang berjalan pada operasi DOS, karena pada umumnya screen saver hanya bisa berjalan

Penghitungan gaji pada ABC MUSIK, memerlukan penangan yang efesien dalam pengelolaanya dan akan diterapkan sebuah aplikasi dbase yang memanfaatkan komputer agar dapat menangani

 Untuk Paket B dan Paket C sesuai dengan yang tercantum pada Ijazah yang diperoleh dari satuan pendidikan jenjang dibawahnya, atau sesuai akte kelahiran/dokumen

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Intellectual Capital, Good Corporate Governance Dan Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan

atau setelah dilakukan penyerahan kepada pihak yang menang dalam putusan, maka perlawanan terhadap sita eksekusi yang diajukannya itu akan sia-sia dan perlawanan tidak akan