• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR BERBASIS HYPOTHETICAL LEARNING TRAJECTORY UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR BERBASIS HYPOTHETICAL LEARNING TRAJECTORY UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII."

Copied!
472
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

(2)

2

prinsip kegiatan pembelajaran menurut Permendikbud Nomor 22 tahun 2016. Sesuai dengan prinsip-prinsip di atas, dengan diberlakukannya Kurikulum 2013, diharapkan pendidikan di Indonesia sepenuhnya meninggalkan cara belajar mengajar ekspositori, berpusat pada guru, dan cenderung strict yang mengakibatkan pembelajaran menjadi keadaan yang menekan peserta didik. Pembelajaran yang diharapkan adalah yang mampu mengembangkan kreativitas peserta didik, menantang, menyenangkan dan bermakna.

(3)

3

(4)

4

Bangun ruang sisi datar adalah satu dari empat materi matematika yang harus dicapai siswa SMP, khususnya pada materi geometri. Menurut data dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI, hasil Ujian Nasional SMP tahun 2016 menunjukkan bahwa daya serap materi geometri siswa SMP di Kabupaten Sleman, Yogyakarta menurun dari tahun sebelumnya. Jika dibandingkan dengan materi matematika yang diujikan di Ujian Nasional, maka geometri termasuk materi yang memiliki daya serap rendah. Berikut Tabel 1 yang menunjukkan daya serap ujian matematika pada Ujian Nasional SMP Tahun Ajaran 2014/2015 di Kabupaten Sleman dan Tabel 2 yang menunjukkan daya serap ujian matematika pada Ujian Nasional SMP Tahun Ajaran 2015/2016 di Kabupaten Sleman.

Tabel 1. Daya Serap Ujian Nasional Matematika Tahun Ajaran 2014/2015 di Kabupaten Sleman

Materi Kota/Kab. Provinsi Nasional

Bilangan 65,36 63,30 60,64

Aljabar 59,97 58,00 57,28

Geometri dan Pengukuran 57,02 55,19 52,04 Statistika dan Peluang 64,49 63,87 60,78

Tabel 2. Daya Serap Ujian Nasional Matematika Tahun Ajaran 2015/2016 di Kabupaten Sleman

Materi Kota/Kab. Provinsi Nasional

Bilangan 61,09 58,21 52,74

Aljabar 58,43 56,64 52,97

(5)

5

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa daya serap ujian nasional matematika materi geometri dan pengukuran Kabupaten Sleman di tingkat kabupaten, provinsi, maupun nasional mengalami penurunan yang signifikan jika dibandingkan dengan Ujian Nasional Tahun Ajaran 2014/2015.

Jika dipersempit dengan menyorot indikator soal Ujian Nasional mengenai bangun ruang sisi datar, akan didapatkan angka yang tidak begitu jauh perbedaannya, kecuali untuk indikator “menentukan bidang diagonal yang tegak lurus dengan bidang diagonal yang diberikan di soal”. Berikut adalah tabel yang menunjukkan daya serap matematika pada Ujian Nasional SMP Tahun Ajaran 2015/2016 pada indikator-indikator soal bangun ruang sisi datar yang diperoleh dari aplikasi Laporan Hasil Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2015/2016 yang dibuat oleh BNSP.

Tabel 3. Daya Serap Soal Bangun Ruang Sisi Datar pada Ujian Nasional 2015/2016 di Kabupaten Sleman

Indikator Soal Kota/Kab. Propinsi Nasional

Diberikan bidang diagonal pada kubus, peserta didik dapat menentukan bidang diagonal yang tegak lurus dengan bidang diaonal tersebut

81,19 79,41 63,17

Peserta didik dapat menyelesaikan soal cerita berkaitan konsep kerangka pada balok

54,34 50,46 46,20

Diberikan gambar prisma dengan alas trapesium sebagai bidang frontal, peserta didik dapat menghitung luasnya jika unsur-unsur yang diperlukan diketahui

(6)

6

Jika bangun ruang sisi datar dibandingkan dengan SPLDV sebagai materi yang dapat diajarkan secara kontekstual dan merupakan materi yang dipelajari pada kurun waktu yang relatif berdekatan, SPLDV memiliki peringkat daya serap yang lebih tinggi. Dari data yang sama, diketahui bahwa indikator soal “menyelesaikan

soal cerita yang berkaitan dengan keliling persegi panjang menggunakan konsep SPLDV” memiliki daya serap 67,62 di tingkat kabupaten, 64,58 di tingkat propinsi, dan 55,16 di tingkat nasional. Selain itu, merujuk pada Tabel 1 dan Tabel 2 yang menunjukkan bahwa daya serap ujian nasional matematika di Kabupaten Sleman mengalami penurunan, dapat dikatakan bahwa perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan kembali prestasi belajar matematika siswa, khususnya pada materi geometri.

Menurut Lev Vygotsky, siswa dapat menjadi pembelajar yang aktif dengan mengkonstruk pengetahuannya sendiri dan merefleksikan pembelajaran jika dibantu oleh orang yang lebih berpengalaman (Bruning, Schraw, & Norby, 2011). Dalam hal ini yang dimaksud dengan orang yang lebih berpengalaman adalah guru. Dengan demikian, peran guru dalam pembelajaran menurut Vygotsky cukuplah sebagai fasilitator yang membantu siswa untuk mengkonstruk pengetahuannya sendiri, sehingga pembelajaran yang terjadi tetap student-centered.

(7)

7

trajectory pada praktiknya dalam pembelajaran lebih fleksibel jika masih berbentuk dugaan, sehingga kemudian disebut dengan hypothetical learning trajectory atau dugaan alur belajar. Disebutkan juga bahwa hypothetical learning trajectory dapat dijadikan sebagai bagian dari kurikulum pembelajaran. Hypothetical learning trajectory juga memuat model berpikir siswa yang penting untuk dipahami oleh guru.

Alur belajar seorang mahasiswa tentunya berbeda dengan alur belajar siswa SD atau SMP. Hal ini dapat berarti bahwa setiap jenjang usia, bahkan setiap orang memiliki cara tersendiri dalam memahami atau mempelajari sesuatu. Sementara kondisi di lapangan yang menunjukkan bahwa guru masih mendominasi proses belajar mengajar telah membuat siswa mengingkari alur belajar yang sebenarnya dimiliki oleh siswa. Dominasi guru dalam proses belajar mengajar membuat siswa tidak mengikuti alur berpikirnya, melainkan mengikuti alur berpikir guru.

(8)

8

kompetensi yang akan dicapai dengan alur berpikirnya yang lebih mudah dipahami oleh dirinya sendiri.

B. Identifikasi Masalah

Telah dipaparkan bahwa masalah yang diangkat oleh penulis adalah siswa banyak yang tidak mempelajari sesuatu berdasarkan alur berpikirnya, melainkan mengikuti alur berpikir guru. Dari pemaparan latar belakang masalah yang telah disampaikan oleh penulis, masalah yang diangkat oleh penulis adalah sebagai berikut:

1. Alur belajar siswa dalam pembelajaran matematika belum terakomodir. 2. Siswa membutuhkan LKS dengan kegiatan yang mempertimbangkan alur

belajar siswa dalam pembelajaran matematika.

3. Prestasi peserta didik terhadap materi bangun ruang sisi masih rendah. C. Pembatasan Masalah

(9)

9 D. Rumusan Masalah

Dari uraian pada identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah untuk penelitian ini adalah apakah perangkat pembelajaran materi bangun ruang sisi datar berbasis hypothetical learning trajectory untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIII memenuhi kriteria kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan perangkat pembelajaran berbasis hypothetical learning trajectory yang valid, praktis, dan efektif untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa pada materi bangun ruang sisi datar untuk kelas VIII SMP.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Bagi Guru

Guru memiliki referensi perangkat pembelajaran yang sesuai dengan alur belajar dan cara berpikir siswa, sehingga lebih mudah dipahami oleh siswa. 2. Manfaat Bagi Siswa

Siswa dapat mempelajari materi bangun ruang sisi datar menggunakan LKS yang memfasilitasi siswa untuk belajar sesuai dengan alur belajarnya.

3. Manfaat Bagi Peneliti

(10)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Pembelajaran Matematika

a. Pengertian Belajar

Menurut Edward Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Menurut Mayer, belajar adalah perubahan yang relatif permanen pada pengetahuan seseorang berdasarkan pengalaman orang tersebut (Sugihartono, dkk., 2013).

(11)

11

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan sikap atau tingkah laku dan peningkatan pengetahuan seseorang setelah mengalami stimulus atau kejadian tertentu di lingkungannya, di mana akhirnya seseorang tersebut menggunakan input yang diterima oleh indranya untuk menajamkan fungsi kognitif.

b. Pengertian Pembelajaran

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 20, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Bruner (Sanaky, 2009) menyebutkan bahwa cara paling krusial untuk menghasilkan pertumbuhan intelektualitas adalah melalui dialog antara orang yang lebih berpengalaman dengan orang yang kurang berpengalaman, menghasilkan sebuah pemahaman terhadap pemikiran. Pembelajaran adalah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar, dan bahan ajar. Sementara Sugihartono, dkk. (2013) mendefinisikan pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajarsecara efektif dan efisien serta dengan hasil optimal. Gulo (Sugihartono, dkk., 2013) menuliskan bahwa pembelajaran adalah usaha untuk menciptakan sistem lingkungan yang mengoptimalkan kegiatan belajar.

(12)

12

untuk mencapai hasil belajar yang optimal, dimana dampak dari perubahan itu berlaku dalam kurun waktu yang relatif lama.

c. Matematika

Banyak peneliti yang mendefinisikan matematika dengan banyak pengertian. Matematika adalah bahasa. Matematika adalah ilmu hitung. Matematika adalah akar segala macam ilmu yang ada di dunia, dan sebagainya. Matematika telah dipelajari sejak masa sebelum masehi. Matematika dipelajari oleh bangsa Yunani Kuno, bangsa Mesir Kuno, bahkan bangsa Babilonia. Banyak catatan-catatan sejarah tentang penelitian matematika yang ditulis oleh para ahli matematika zaman dahulu. Bukti banyaknya catatan penelitian dan sejarah dari masa lampau menegaskan bahwa matematika dibutuhkan oleh manusia.

Matematika adalah pengembangan logika yang dibuat dari aturan yang tidak terdefinisi, prinsip logika, hipotesis-hipotesis, dan diikuti oleh kesimpulan-kesimpulan (Rees & Rees, 1982). Richard Courant dan Herbert Robbins dalam bukunya yang berjudul “What Is Mathematics” menyebutkan bahwa ...mathematics as an expression of the human mind reflects the active will, the

contemplative reason, and the desire for aesthetic perfection. Its basic elements are

logic and intuition, analysis and construction, generality and individuality.” (Courant & Robbins, 1996)

(13)

13

pikir, alur berpikir, ide dan gagasan manusia yang cenderung logis dan erat kaitannya dengan bilangan, pengukuran, dan penjabaran.

d. Pembelajaran Matematika

Matematika diajarkan di sekolah sebagai bentuk kepedulian pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, mengingat matematika sangat dibutuhkan di berbagai cabang ilmu pengetahuan. Seperti judul buku yang ditulis oleh Eric Temple Bell, yaitu “Mathematics: Queen and Servant of Science”, matematika adalah ratu sekaligus pelayan bagi ilmu pengetahuan lain. Maksudnya adalah matematika bisa dikatakan sebagai pusat atau sumber pengetahuan, sekaligus digunakan dalam pengaplikasian ilmu pengetahuan lain.

Menurut Principles and Standard for School Mathematics yang diterbitkan oleh National Council of Teachers of Mathematics, setidaknya ada enam prinsip dalam penerapan matematika di sekolah. Prinsip yang pertama adalah Equity atau keadilan. Menurut NCTM, kecerdasan matematika membutuhkan keadilan, ekspektasi dan dukungan yang tinggi dari siswa. Meskipun siswa datang dari latar belakang, karakter, dan kondisi fisik yang berbeda, siswa harus mendapat perlakuan yang beralasan dan sesuai dengan kondisi masing-masing dari mereka.

(14)

14

Prinsip yang ketiga adalah Teaching atau pengajaran. Pengajaran matematika yang efektif membutuhkan pemahaman tentang apa yang diketahui oleh siswa dan apa yang perlu dipelajari. Kemudian siswa diberi tantangan dan dukungan untuk mempelajarinya. Keadaan ini menuntut guru untuk memahami benar apa yang akan dan sedang dipelajari oleh siswa.

Prinsip yang keempat adalah Learning atau pembelajaran. Menurut NCTM, siswa harus mempelajari matematika dengan pemahaman dan secara aktif membangun atau mengkonstruk pengetahuannya sendiri dari pengalaman-pengalaman dan pengetahuan di masa lampau. Telah banyak dilakukan riset yang menunjukkan bahwa pemahaman konseptual sangat penting dalam pembelajaran matematika. Dengan adanya pengetahuan yang faktual, prosedural, dan konseptual, siswa akan menjadi pembelajar yang efektif.

Prinsip yang kelima adalah Assessment atau penilaian. Penilaian haruslah mendukung pembelajaran matematika yang terlaksana. Penilaian haruslah menghasilkan informasi yang berguna bagi siswa maupun guru. Dalam hal ini yang dimaksudkan adalah penilaian terhadap siswa, sehingga guru dan siswa dapat sama-sama mengetahui sampai mana pemahaman siswa akan materi atau topik yang dipelajari.

(15)

15

media pembelajaran adalah hal yang esensial dalam proses belajar mengajar matematika di sekolah.

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa hal-hal yang penting dalam pembelajaran matematika adalah teaching, learning, media, keadilan, dan penilaian. Maka dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa pembelajaran matematika adalah proses belajar-mengajar atau interaksi secara sadar yang terjadi antara siswa dengan guru matematika sesuai dengan kurikulum matematika yang berlaku dan didukung oleh media yang sesuai dengan perkembangan teknologi, dimana keadilan dalam memberi perlakuan pada siswa dijunjung tinggi dan hasil belajar siswa dapat dilihat dari penilaian yang dilakukan oleh guru.

e. Karakteristik Siswa SMP

Menurut Piaget (Sugihartono, dkk., 2013) tahap perkembangan berpikir individu melalui empat stadium, yaitu: (1) Sensorimotorik (0-2 tahun), (2) Praoperasional (2-7 tahun), (3) Operasional Kongkret (7-11 tahun), dan (4) Operasional Formal (12-15 tahun). Masa SMP adalah masa di mana anak menginjak stadium operasional formal, yaitu antara 12-15 tahun. Pada masa tersebut, anak-anak mulai mampu untuk memahami dan mengkonstruk pemikiran. Anak akan merasa sudah cukup dewasa untuk mengambil keputusan, mulai melakukan pembangkangan, namun di sisi lain anak kadang masih bertingkah seperti anak kecil tanpa mereka sadari.

(16)

16

banyak melakukan imitasi atau kegiatan “meniru”. Mereka meniru orang yang

dianggap lebih dewasa dan cocok dijadikan panutan.

Menurut Fuson, Kalchman, & Bransford (2006), secara garis besar ada tiga hal yang dapat dilakukan oleh guru untuk membuat siswa memahami bahwa matematika bukan hanya sekadar menghitung dan mengikuti petunjuk, yaitu: (1) membiarkan siswa menentukan cara berpikir informalnya sendiri untuk menyelesaikan masalah, kemudian guru membimbing pemikiran matematis siswa ke strategi yang lebih efektif; (2) mendorong komunikasi matematis sehingga siswa dapat mengklarifikasi strategi mereka, dan membandingkan kekurangan dan kelebihan strategi atau cara lain; (3) mendesain aktivitas yang secara efektif dapat menjembatani konsep awal dengan pemahaman matematika yang ditargetkan. Dari pernyataan ini jelas bahwa untuk menangani siswa SMP yang sedang dalam masa peralihan menuju remaja dalam pembelajaran yang dapat dilakukan guru adalah dengan membiarkannya memilih caranya sendiri dalam menyelesaikan masalah, sehingga siswa merasa pemikirannya dihargai. Di sisi lain, guru juga dapat menyediakan aktivitas pembelajaran yang sesuai dan dapat menjembatani pemikiran siswa dengan tujuan pembelajaran.

2. Perangkat Pembelajaran

a. Pengertian Perangkat Pembelajaran

(17)

17

dengan kemampuan siswa dan harus relevan dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa (Hudojo, 2003).

Perangkat pembelajaran adalah alat atau perlengkapan untuk melaksanakan proses yang memungkinkan pendidik dan peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran. Perangkat pembelajaran menjadi pegangan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas, laboratorium atau di luar kelas (Prasetyo, 2011). Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran adalah alat atau perlengkapan yang dijadikan pedoman atau pegangan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran agar tercipta komunikasi yang baik antara pembelajar, pengajar, dan bahan ajar dalam kegiatan pembelajaran.

(18)

18

b. Perangkat Pembelajaran yang Dikembangkan 1.) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

a.) Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, disebutkan bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar.

b.) Prinsip Penyusunan RPP

Mengenai prinsip-prinsip penyusunan RPP, Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah menyebutkan bahwa ada delapan prinsip yang harus diperhatikan dalam menyusun RPP, yaitu sebagai berikut:

i) Perbedaan individual peserta didik antara lain kemampuan awal, tingkat intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.

ii) Partisipasi aktif peserta didik.

iii) Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar, motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan kemandirian. iv) Pengembangan budaya membaca dan menulis yang dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.

v) Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.

vi) Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indicator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. vii) Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata

(19)

19

viii) Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

c.) Komponen RPP

Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah menyebutkan bahwa komponen RPP adalah sebagai berikut:

i) identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan; ii) identitas mata pelajaran atau tema/subtema; iii) kelas/semester;

iv) materi pokok;

v) alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai;

vi) tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan;

vii) kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi;

viii) materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi;

ix) metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai;

x) media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan materi pelajaran;

xi) sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan;

xii) langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan, inti, dan penutup; dan

(20)

20 2.) Lembar Kerja Siswa

a.) Pengertian LKS

Lembar kegiatan siswa adalah alat yang digunakan untuk mengembangkan keterampilan proses, mengembangkan sikap ilmiah serta membangkitkan minat siswa terhadap alam sekitarnya (Darmodjo & Kaligis, 1993). Lembar kegiatan siswa adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. Lembar kegiatan siswa dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen atau demonstrasi (Trianto, 2010). Peran LKS di sini adalah sebagai media dan sumber belajar bagi siswa. Maka dapat disimpulkan bahwa LKS adalah media pembelajaran berupa panduan untuk mengembangkan aspek kognitif siswa dalam proses belajar mengajar.

b.) Komponen LKS

Suatu lembar kegiatan siswa memiliki enam komponen yaitu petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, latihan-latihan, lembar kegiatan, dan evaluasi (Prastowo, 2012)

i) Petunjuk belajar

Komponen petunjuk belajar berisi langkah-langkah bagi guru untuk menyampaikan bahan ajar kepada siswa dan langkah bagi siswa untuk mempelajari bahan ajar.

(21)

21

Bahan ajar berisi standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian hasil belajar yang harus dicapai siswa.

iii) Informasi pendukung

Informasi pendukung berisi berbagai informasi tambahan yang dapat melengkapi bahan ajar sehingga siswa semakin mudah untuk menguasai pengetahuan yang akan diperoleh.

iv) Latihan-latihan

Komponen latihan merupakan suatu bentuk tugas yang diberikan kepada siswa untuk melatih kemampuan setelah mempelajari bahan ajar.

v) Lembar kegiatan

Lembar kegiatan adalah beberapa langkah prosedural cara pelaksanaan kegiatan tertentu yang harus dilakukan siswa berkaitan dengan praktik.

vi) Evaluasi

Komponen evaluasi berisis sejumlah pertanyaan yang ditujukan kepada siswa untuk mengukur kompetensi yang berhasil dikuasai setelah mengikuti proses pembelajaran.

c.) Kriteria Penyusunan LKS

Depdiknas (2008:42-45) menyatakan alternatif tujuan pengemasan materi pembelajaran dalam bentuk LKS adalah:

i) LKS membantu siswa untuk menemukan konsep

(22)

22

apa yang (harus) dilakukan siswa, meliputi melakukan, mengamati, dan menganalisis.

iii) LKS membantu siswa menerapkan dan menginte-grasikan berbagai konsep yang telah ditemukan

iv) LKS berfungsi sebagai penuntun belajar

v) LKS berisi pertanyaan atau isian yang jawabannya ada di dalam buku. Siswa akan dapat mengerjakan LKS tersebut jika membaca buku

vi) LKS berfungsi sebagai penguatan

vii) LKS berfungsi sebagai petunjuk praktikum d.) Kriteria Kualitas LKS

Keberadaan LKS memberi pengaruh yang cukup besar dalam proses belajar mengajar, sehingga punyusunan LKS harus memenuhi berbagai persyaratan, yaitu syarat didaktik, syarat konstruksi, dan syarat teknik. (Darmodjo & Kaligis, 1993) i) Syarat-syarat didaktik penyusunan LKS

LKS yang berkualitas harus memenuhi syarat-syarat didaktik yang dapat dijabarkan sebagai berikut:

i. Mengajak siswa aktif dalam proses pembelajaran

ii. Memberi penekanan pada proses untuk menemukan konsep

iii. Memiliki variasi stimulus melalui berbagai median dan kegiatan siswa sesuai dengan ciri kurikulum

iv. Dapat mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika pada diri siswa

v. Pengalaman belajar ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi ii) Syarat konstruksi penyusunan LKS

Syarat-syarat konstruksi ialah syarat-syarat yang berkenaan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosakata, tingkat kesukaran, dan kejelasan, yang pada hakekatnya harus tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh pihak pengguna, yaitu peserta didik. Syarat-syarat konstruksi tersebut ialah:

(23)

23

iii. Memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan anak. Jika konsep yang hendak dituju merupakan sesuatu yang kompleks, maka dapat dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana terlebih dahulu. iv. Hindarkan pertanyaan yang terlalu terbuka. Pertanyaan dianjurkan

merupakan sian atau jawaban yang didapat dari hasil pengolahan informasi, bukan mengambil dari perbendaharaan pengetahuan yang tak terbatas. v. Tidak mengacu pada buku sumber yang di luar kemampuan keterbacaan

siswa.

vi. Menyediakan ruangan yang cukup untuk memberi keleluasaan pada siswa untuk menulis maupun menggambarkan pada LKS.

vii. Menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek. viii. Menggunakan lebih banyak ilustrasi daripada kata-kata.

ix. Dapat digunakan oleh siswa, baik yang lamban maupun yang cepat. x. Memiliki tujuan yang jelas serta bermanfaat sebagai sumber motivasi. xi. Mempunyai identitas untuk memudahkan administrasinya.

iii) Syarat Teknis Penyusunan LKS

Syarat teknis penyusunan LKS meliputi tulisan, gambar, dan penampilan atau penyusunan LKS.

i. Tulisan menggunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf latin atau romawi.

ii. Tulisan menggunakan huruf tebal yang lebih besar untuk topik penulisan topik.

iii. Perbandingan antara besarnya huruf serasi dengan besarnya gambar.

iv. Gambar-gambar yang digunakan dalam LKS dapat menyampaikan isi atau pesan secara efektif.

v. Tampilan LKS dibuat menarik bagi pengguna LKS. c. Kualitas Perangkat Pembelajaran

(24)

24 1) Kevalidan

Sebuah produk dikatakan valid jika produk tersebut memenuhi validitas konten dan validitas konstruk. Produk dikatakan valid dari segi konten jika komponen-komponen dalam materi atau topik sesuai dengan state-of-the-art pengetahuan. Produk dikatakan valid dari segi konstruksi jika semua komponen dalam produk tersebut konsisten dan berhubungan satu dengan yang lainnya.

2) Kepraktisan

Karakteristik kedua dari produk yang berkualitas tinggi adalah oleh guru (dan ahli lainnya) mempertimbangkan bahwa produk yang dikembangkan dapat dan mudah digunakan oleh siswa maupun guru, dengan cara yang sesuai dengan maksud peneliti. Untuk mencapai kedua tujuan ini, dibutuhkan kesinambungan antara kurikulum yang digunakan dalam mengembangkan produk dengan kurikulum yang digunakan oleh guru dan siswa.

3) Keefektifan

Karakteristik ketiga dari produk yang berkualitas tinggi adalah bahwa siswa menunjukkan apresiasi terhadap produk dan bahwa siswa ingin terus menggunakan produk tersebut. Dalam penelitian ini, keefektifan produk dilihat dari hasil tes evaluasi siswa.

d. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran

(25)

25

Evaluation. Pengaplikasian dari model pengembangan ADDIE memiliki tujuan untuk menciptakan pembelajaran yang student-centered, inovatif, autentik, dan menginspirasi.

Tujuan dari tahap Analysis adalah untuk mengidentifikasi penyebab dalam suatu kesenjangan antara keadaan yang sebenarnya dengan keadaan ideal. Tujuan dari tahan Design adalah untuk memverifikasi keadaan ideal serta metode uji coba yang tepat. Tujuan dari tahap Development adalah untuk menghasilkan dan memvalidasi sumber belajar yang akan dibutuhkan selama penelitian. Tujuan dari tahap Implementation adalah untuk mempersiapkan lingkungan belajar. Tahap ini akan melibatkan siswa secara langsung. Tahap yang terakhir yaitu Evaluation memiliki tujuan untuk menilai proses dan kualitas produk sebelum dan sesudah implementasi (penerapan).

3. Hypothetical Learning Trajectory

a. Pengertian Hypothetical Leaning Trajectory

Menurut Simon (Empson, 2011) alur belajar adalah sebuah konstruksi pengajaran –sesuatu yang digunakan guru untuk mengetahui posisi siswa dan kemana guru akan mengarahkan siswa. Disebut hypothetical karena learning trajectory yang sebenarnya tidak dapat benar-benar diketahui.

(26)

26

atau perkiraan mengenai alur belajar dan alur berpikir siswanya. Sehingga guru dapat mengambil langkah yang tepat di kelas dalam mengajar matematika.

Sementara Clements dan Sarama (2004) mendeskripsikan “trajectory” sebagai

descriptions of children’s thinking and learning in a specific mathematical domain, and a related conjectured route through a set of instructional tasks designed to engender those mental processes or actions hypothesized to move children through a developmental progression of levels of thinking, created with the intent of supporting children’s achievement of specific goals in that mathematical domain.

Pada penelitian lain, disebutkan bahwa “Learning trajectories are a device whose purpose is to support the development of a curriculum, or a curriculum component.” (Clements & Sarama, 2014). Ini menunjukkan bahwa sebenarnya

dugaan alur belajar dapat dijadikan alat untuk mendukung pengembangan kurikulum pendidikan atau menjadi komponen dari sebuah kurikulum.

Menurut Simonson (Putri, 2012), hypothetical learning trajectory terdiri dari tujuan pembelajaran untuk siswa, rencana aktivitas pembelajaran, dan dugaan dari proses pembelajaran di kelas. Pada waktu menyusun dugaan proses pembelajaran di kelas, peneliti perlu memprediksi perkembangan pengetahuan matematika di kelas dan pemahaman atau strategi siswa yang mungkin muncul sebagaimana yang terjadi pada waktu kegiatan pembelajaran sesungguhnya.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa learning trajectory adalah

deskripsi pemikiran siswa dalam mempelajari sebuah topik atau mencapai tujuan

yang spesifik dan sesuai dengan dugaan atau hipotesis guru yang dilaksanakan

(27)

27

mengetahui cara berpikir dan alur belajar siswanya dalam suatu kelas secara garis besar. Namun, alur belajar tersebut hanya sebatas dugaan. Alur belajar yang sesungguhnya tidak dapat diketahui lebih lanjut, karena alur belajar yang sesungguhnya akan terlihat ketika siswa benar-benar melakukan kegiatan belajar. Penggunaan hypothetical learning trajectory diharapkan dapat mempermudah guru untuk mengantisipasi jawaban-jawaban, ide-ide, dan pertanyaan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Namun hingga sekarang masih belum banyak penggunaan perangkat pembelajaran berbasis hypothetical learning trajectory dalam pembelajaran matematika di sekolah.

b. Menghasilkan Hypothetical Learning Trajectory

(28)

28 4. Bangun Ruang Sisi Datar

Berdasarkan silabus pada Kurikulum 2013 edisi revisi 2016, mata pelajaran Matematika materi bangun ruang sisi datar pada satuan pendidikan SMP/MTs meliputi topik-topik sebagai berikut:

a. Kubus b. Balok c. Prisma d. Limas

Berikut ini adalah tabel yang memuat Kompetensi Dasar bangun ruang sisi datar yang dipelajari di jenjang SMP/MTs kelas VIII semester genap:

Tabel 4. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Bangun Ruang Sisi Datar

Kompetensi Inti Standar Kompetensi

3.

Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

3.10 Menurunkan rumus untuk menentukan luas permukaan dan volume bangun ruang sisi datar (kubus, balok, prisma, dan limas)

4.

Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

(29)

29

Berdasarkan Tabel 3, topik bangun ruang sisi datar akan membahas beberapa pokok bahasan, yaitu 1) ciri-ciri kubus, balok, prisma dan limas; 2) unsur-unsur kubus, balok, prisma dan limas; 3) diagonal bidang, diagonal ruang, dan bidang diagonal pada bangun ruang sisi datar; 4) luas permukaan kubus, balok, prisma, dan limas; serta 5) volume kubus, balok, prisma, dan limas. Berikut ini adalah uraian pokok bahasan yang meliputi kubus, balok, prisma, dan limas: a. Sifat-sifat dan Unsur-unsur

Secara umum, bangun ruang sisi datar memiliki tiga jenis unsur, yaitu titik sudut, sisi, dan rusuk. Secara lebih khusus, sisi terdiri dari sisi tegak, sisi alas, dan sisi atas. Tabel berikut menjelaskan tentang sifat-sifat dan unsur-unsur kubus, balok, prisma dan limas.

Tabel 5. Sifat dan Unsur Bangun Ruang Sisi Datar

Nama Bangun

Banyaknya

Sisi Rusuk Titik Sudut

Kubus 6 12 8

Balok 6 12 8

Prisma segi-n n + 2 3n 2n

Limas segi-n n + 1 2n n + 1

b. Diagonal Bidang, Diagonal Ruang, dan Bidang Diagonal

(30)

30

titik sudut berhadapan yang tidak sebidang. Bidang diagonal adalah bidang yang terbentuk dari dua rusuk sejajar yang tidak sebidang dan dua diagonal sisi yang sejajar dan tidak sebidang pula.

c. Jaring-jaring dan Luas Permukaan

Jaring-jaring adalah bangun datar yang dapat dikonstruk menjadi bangun ruang sisi datar tertentu. Luas permukaan adalah jumlah luas seluruh sisi suatu bangun runag. Luas permukaan suatu bangun ruang sisi datar erat kaitannya dengan jaring bangun ruang sisi datar, karena menghitung luas jaring-jaring suatu bangun ruang sisi datar sama saja dengan menghitung luas permukaan suatu bangun tersebut.

d. Volume

Volume adalah banyaknya satuan kubik yang dapat dengan tepat penuh mengisi suatu bangun ruang. Berikut ini adalah tabel yag berisi rumus luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma, dan limas.

Tabel 6. Rumus Luas Permukaan dan Volume Bangun Ruang Sisi Datar

Rumus Bangun

Kubus Balok Prisma Limas

Luas Permukaan

6 × × �� + � + �

2 × luas alas + jumlah luas sisi tegak

Luas alas + jumlah luas sisi tegak

Volume × × � × � × �×

(31)

31 5. Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah suatu hasil yang dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan belajar (Pratini, 2005). Prestasi belajar diukur menggunakan tes dengan cara menghitung jumlah item tes yang dijawab benar oleh siswa, dengan cara yang sama juga untuk setiap siswa di kelas (Tinambunan, 1988). Penelitian menunjukkan bahwa prestasi dapat dipengaruhi cara belajar siswa dan apa yang siswa pelajari (Courant & Robbins, 1996). Kepercayaan diri yang lebih tinggi dapat memotivasi siswa untuk ikut serta dan menyelesaikan tugas-tugas yang kompleks, dan pengalaman positif ini mengakibatkan meningkatnya prestasi belajar siswa (Irvin, Meltzer, & Dukes, 2007). Dari beberapa pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai siswa setelah mengalami proses belajar, yang dapat diukur melalui tes hasil belajar dan dapat meningkat karena adanya faktor-faktor lain.

B. Penelitian yang Relevan

(32)

32

gap atau jarak antara alur belajar informal guru dan alur belajar aktual murid pada materi jaring-jaring balok dan kubus.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Putri (2012) yang berjudul Pendisainan Hypothetical Learning Trajectory (HLT) Cerita Malin Kundang pada Pembelajaran Matematika dikemukakan bahwa telah dihasilkan lintasan belajar atau learning trajectory pada materi bangun datar melalui cerita rakyat Malin Kundang. Penulis menggunakan hypothetical learning trajectory dimana siswa diminta untuk membuat beberapa bentuk (Malin Kundang, Ibu Malin Kundang, kapal, dll.). Dengan penggunaan HLT ini artinya kemungkinan hasil yang didapat dari siswa berbeda dari ekspektasi atau hipotesis. Namun dari aktivitas yang diberikan, siswa dapat menemukan konsep bangun datar melalui kegiatan yang diberikan.

(33)

33

(34)

34

oleh peneliti, alur belajar hipotesis tidak selalu tepat sesuai dengan alur belajar siswa, karena setiap siswa memiliki pola pikir yang berbeda. Dengan mengatur alur belajar hipotesis, guru dapat mengetahui pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan kepada siswa dan memfasilitasi mereka untuk membangun ide-ide matematika dalam konsep pecahan. Dari analisis data oleh peneliti, dapat disimpulkan bahwa lintasan pembelajaran hipotetis yang telah diatur sesuai dengan proses pembelajaran di kelas dan mendukung siswa untuk mengeksplorasi pemahaman konsep pecahan.

Sebuah penelitian lain mengenai hypothetical learning trajectory dilakukan oleh Wijaya (2009) dengan judul Hypothetical Learning Trajectory dan Peningkatan Pemahaman Konsep Pengukuran Panjang. Latar belakang penelitian ini adalah bahwa RPP yang digunakan di sekolah-sekolah pada pembelajaran hanya memuat “paket standar” pembelajaran, yaitu gambaran kegiatan pendahuluan, inti,

(35)

35

bermanfaat sebagai panduan pelaksanaan pembelajaran sekaligus memberikan berbagai alternatif strategi ataupun scaffolding untuk membantu siswa mengatasi kesulitan dalam memahami konsep yang dipelajari.

C. Kerangka Pikir

Proses pembelajaran merupakan salah satu kegiatan yang paling penting dalam mencapai tujuan pembelajaran. Untuk melaksanakan proses pembelajaran, seorang guru memerlukan perangkat pembelajaran guna melengkapi dan mendukung proses pembelajaran. Perangkat pembelajaran adalah alat atau perlengkapan yang dijadikan pedoman atau pegangan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan pada penelitian ini berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis hypothetical learning trajectory.

Learning trajectory atau alur belajar adalah deskripsi pemikiran siswa dalam mempelajari sebuah domain yang spesifik dan sesuai dengan dugaan atau

(36)

36

tujuan pembelajaran, kegiatan yang relevan dengan tujuan pembelajaran. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai hypothetical learning trajectory telah terbukti bahwa hypothetical learning trajectory telah berkontribusi secara signifikan dalam bidang pendidikan matematika.

Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai siswa setelah mengalami proses belajar, yang dapat diukur melalui tes hasil belajar dan dapat meningkat karena adanya faktor-faktor lain. Berdasarkan hasil Ujian Nasional tingkat SMP tahun pelajaran 2015/2016, dapat dilihat bahwa masih banyak SMP di wilayah DIY yang memiliki nilai rerata hasil ujian nasional mata pelajaran matematika di bawah 65. Dapat diartikan pula bahwa prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika masih tergolong rendah. Hal ini dapat diakibatkan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah proses pembelajaran dan perangkat pembelajaran terkait.

LKS yang disusun sesuai dengan dugaan alur belajar siswa akan memberikan alternatif-alternatif feedback guru dalam menanggapi ide-ide siswa . Pembelajaran matematika cocok jika menggunakan hypothetical learning trajectory atau dugaan alur belajar pada pelaksanaannya, karena dalam belajar matematika tercipta alur berpikir yang bermula dari sebuah titik awal untuk menuju suatu tujuan. Pada kenyataannya kini masih banyak digunakan LKS yang tidak mempertimbangkan alur belajar siswa.

(37)

37

atau ujian. Dengan kata lain perangkat pembelajaran erat kaitannya dengan prestasi belajar siswa. Perangkat pembelajaran yang berbasis hypothetical learning trajectory atau dugaan alur belajar siswa diasumsikan akan lebih mudah digunakan oleh guru maupun oleh siswa, karena disusun untuk mempermudah guru menyiapkan umpan balik bagi alternatif-alternatif jawaban, ide, maupun pertanyaan-pertanyaan siswa yang muncul selama proses pembelajaran. Selain itu, dengan digunakannya perangkat pembelajaran berbasis hypothetical learning trajectory dalam pembelajaran matematika, siswa diharapkan dapat menjadi lebih aktif, kreatif, dan percaya diri dengan cara berpikirnya sendiri.

Dalam penyusunan perangkat pembelajaran berbasis hypothetical learning trajectory pada materi bangun ruang sisi datar untuk meningkatkan prestasi siswa kelas VIII, yang perlu dikaji antara lain adalah teori tentang hypothetical learning trajectory, karakteristik peserta didik, karakteristik materi, dan kebutuhan peserta didik. Setelah tersusun sebuah rancangan perangkat pembelajaran, perangkat disusun sesuai rancangan. Untuk meminimalisir kesalahan di lapangan, perangkat divalidasi terlebih dahulu oleh validator dan diujicobakan dalam skala kecil untuk melihat respon dari pengguna. Setelah itu perangkat diujicobakan dalam skala besar.

(38)
[image:38.595.123.514.106.691.2]

38

(39)

39 D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, rumusan masalah dan kerangka berpikir yang telah dibuat oleh peneliti, maka pertanyaan penelitian yang muncul adalah sebagai berikut:

1.) Bagaimanakah tingkat kevalidan perangkat pembelajaran berbasis hypothetical learning trajectory pada materi bangun ruang sisi datar untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIII?

2.) Bagaimanakah tingkat kepraktisan perangkat pembelajaran berbasis hypothetical learning trajectory pada materi bangun ruang sisi datar untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIII?

(40)

40 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan atau Research and Development, yaitu suatu proses penelitian untuk menghasilkan suatu produk dan menguji keefektifan produk tersebut. Adapun produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan Lembar Kerja Siswa berdasarkan hypothetical learning trajectory atau dugaan alur belajar pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar untuk siswa SMP kelas VIII.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian pengembangan ini adalah ADDIE. Model pengembangan ADDIE terdiri dari 5 (lima) tahap utama, yaitu Analyze, Design, Develop, Implement, dan Evaluation.

1. Analysis

(41)

41 a. Analisis Kurikulum

Kurikulum yang menjadi acuan pada penelitian ini adalah Kurikulum 2013. Petimbangan dipilihnya Kurikulum 2013 sebagai acuan pengembangan produk perangkat pembelajaran berbasis hypothetical learning trajectory pada materi bangun ruang sisi datar ini adalah karena KTSP 2006 tidak lagi digunakan di Indonesia. Analisis kurikulum bertujuan untuk menganalisis masalah dasar yang dihadapi dalam materi bangun ruang sisi datar. Diharapkan dengan dibuatnya produk perangkat pembelajaran berbasis hypothetical learning trajectory dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan antara lain: (1) Menganalisis hasil Daya Serap Ujian Nasional beberapa tahun ke belakang dengan cara membandingkan penguasaan materi siswa pada masing-masing materi yang diuji pada tingkat kabupaten Sleman, tingkat provinsi D.I. Yogyakarta, dan tingkat nasional serta (2) Menganalisis kesenjangan antara tujuan Kurikulum 2013 dengan kenyataan yang terjadi di lapangan.

b. Analisis Materi

(42)

42

Kemendikbud tahun 2016 lalu, kompetensi dasar mengenai materi bangun ruang sisi datar adalah sebagai berikut:

Tabel 7. Kompetensi Dasar Bangun Ruang Sisi Datar

3.10 Menurunkan rumus untuk menentukan luas permukaan dan volume bangun ruang sisi datar (kubus, balok, prisma, dan limas)

4.10 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas permukaan dan volume bangun ruang sisi datar (kubus, balok, prima dan limas), serta gabungannya

c. Analisis Karakteristik Siswa

Karakteristik siswa dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik siswa yang menjadi sasaran penelitian, meliputi tingkat kemampuan, latar belakang pengetahuan, dan tingkat perkembangan kognitif. Dalam penelitian ini yang perlu dianalisis adalah karakteristik siswa kelas VIII. Metode yang dilakukan adalah mengkaji melalui literatur dan penelitian yang telah dilakukan. Selain itu, peneliti mengamati sikap siswa selama pelaksanaan program PPL di SMP Negeri 1 Turi yang telah dilakukan pada 15 Juli 2016 sampai dengan 15 September 2016.

d. Analisis Perumusan Tujuan

(43)

43

pendidikan di Indonesia. Dengan dibuatnya RPP dan LKS yang berbasis pada dugaan alur belajar siswa, diharapkan guru lebih siap menghadapi berbagai respon siswa dan lebih siap dalam memfasilitasi pembelajaran siswa. Tujuan lainnya adalah agar siswa lebih kreatif dan mandiri dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran yang terjadi merupakan pembelajaran bermakna dan akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi bangun ruang sisi datar.

2. Design

Pada tahap Design, peneliti merancang atau mendesain produk yang akan dikembangkan, yaitu RPP dan LKS yang berbasis pada hypothetical learning trajectory. Yang akan dilakukan peneliti dalam rangka merancang produk antara lain 1) mengumpulkan referensi, 2) menentukan rancangan konten pembelajaran untuk setiap RPP dan LKS, 3) membuat kerangka desain tampilan, 4) menyusun instrumen penilaian. Berikut merupakan tabel yang menjelaskan rancangan materi pembelajaran pada setiap pertemuan.

Tabel 8. Pemilihan Materi Pembelajaran

RPP Pertemuan Ke- Materi Pembelajaran Banyaknya Jam Pelajaran I 1 Sifat-sifat dan unsur-unsur

kubus 3 JP

II 2

III 3 Jaring-jaring dan luas

permukaan kubus 2 JP

IV 4 Volume kubus 1 JP

V 5 Sifat-sifat, unsur-unsur dan

luas permukaan balok 2 JP

(44)

44 3. Development

Pada tahap Development, peneliti mengembangkan rancangan produk yang telah dibuat pada tahap Design. Dalam tahap ini, hal-hal yang akan dilakukan oleh peneliti antara lain: 1) membuat konten produk; 2) memilih dan mengembangkan media; 3) mengembangkan panduan untuk siswa; 4) membuat instrumen tes. Instrumen tes yang dimaksud adalah: (1) lembar penilaian RPP dan LKS; (2) angket penilaian siswa dan guru; (3) lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran; dan (4) tes hasil belajar siswa. Perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan kemudian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Hasil dari konsultasi tersebut kemudian dijadikan sebagai acuan untuk perbaikan/revisi perangkat pembelajaran. Kemudian peneliti memvalidasi RPP dan LKS kepada dosen ahli yang telah ditunjuk.

4. Implementation

Implementation adalah tahap dimana produk diimplementasikan dalam pembelajaran di suatu lingkungan belajar. Pada tahap ini, yang akan dilakukan oleh peneliti adalah: 1) menyiapkan kondisi fisik dan psikis untuk mengajar; 2) menyiapkan kondisi kelas dan siswa yang siap melakukan aktivitas belajar; 3) mengimplementasikan produk yang telah dibuat.

5. Evaluation

(45)

45

Evaluation ini adalah untuk menilai kualitas produk dan proses dalam pembuatan produk yang telah dilakukan oleh peneliti, sebelum maupun sesudah implementasi. Pada tahap Evaluation, yang akan dilakukan oleh peneliti antara lain: 1) menentukan kriteria evaluasi; 2) memilih alat/teknik evaluasi; dan 3) melakukan evaluasi. Dengan dilakukannya ketiga prosedur ini, peneliti akan mendapatkan koreksi untuk meningkatkan kualitas produk yang dikembangkan.

C. Sumber Data

Yang menjadi sumber data pada pengembangan perangkat pembalajaran berbasis learning trajectory pada materi bangun ruang sisi datar untuk kelas VIII ini adalah:

1. Dosen Ahli

Dosen ahli adalah dosen yang menguasai materi yang dikembangkan oleh peneliti, yaitu geometri dan tidak asing dengan hypothetical learning trajectory.

2. Guru Matematika SMP N 1 Turi

Guru matematika SMP N 1 Turi selaku guru pengampu kelas yang dijadikan sumber data peneliti.

3. Siswa Kelas VIII SMP N 1 Turi

Siswa kelas VIII SMP N 1 Turi sebanyak 32 orang dalam satu kelas untuk uji coba produk berupa RPP dan LKS

D. Waktu dan Lokasi

(46)

46

SMP N 1 Turi, Donokerto, Turi, Sleman, D.I. Yogyakarta. Dipilihnya SMP Negeri 1 Turi adalah karena berdasarkan daya serap UN SMP, prestasi belajar siswa di Kabupaten Sleman masih perlu ditingkatkan.

E. Jenis Data

Dalam proses pengembangan perangkat pembelajaran ini, terdapat dua jenis data yang diperoleh, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.

1. Data Kualitatif

Data kualitatif yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi: (1) hasil observasi yang dilakukan pada proses pembelajaran matematika, (2) respon siswa terhadap penggunaan LKS, (3) respon guru terhadap penggunaan LKS, dan (4) deskripsi saran/masukan, respon, tanggapan, kritik dari dosen pembimbing serta dosen ahli yang berkaitan dengan pengembangan perangkat pembelajaran berbasis learning trajectory pada materi bangun ruang sisi datar.

2. Data Kuantitatif

(47)

47 F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan oleh peneliti untuk mengukur kualitas produk yang dikembangkan oleh peneliti. Kualitas produk harus memenuhi tiga aspek, yaitu valid, praktis, dan efektif. Dengan demikian, instrumen penelitian juga terdiri dari tiga, yaitu instrumen pengukur kevalidan, instrumen pengukur keefektifan, dan instrumen pengukur kepraktisan.

1. Instrumen Pengukur Kevalidan

Instrumen pengukur kevalidan berfungsi untuk mengukur kevalidan produk yang dikembangkan oleh peneliti, yaitu perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS. Instrumen pengukur kevalidan berupa lembar validasi. Lembar kevalidan RPP dan LKS dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan mengalami beberapa revisi berupa penggantian kata-kata yang sifatnya tidak bisa diukur oleh kata-kata yang sifatnya bisa diukur dengan skala 1 sampai 5. Misalnya pada butir ke-4 lembar penilaian kevalidan LKS yang berbunyi “Memuat soal-soal latihan” yang kemudian diganti menjadi “Kejelasan kalimat dan instruksi soal-soal latihan.” Demikian juga pada butir ke-16 lembar penilaian kevalidan RPP yang berbunyi “Dugaan alur belajar peserta didik” yang diganti menjadi “Ketermuatan dugaan respon siswa di

dalam pembelajaran.” Selain itu, ada beberapa butir yang dihilangkan dari lembar

(48)

48 a. Lembar Validasi RPP

Lembar penilaian kevalidan RPP merupakan lembar penilaian dengan alternatif penilaian 1 sampai 5 berturut-turut dengan kriteria Sangat Kurang Baik, Kurang Baik, Cukup Baik, Baik, dan Sangat Baik. Lembar penilaian ini dikembangkan berdasarkan delapan aspek yang dinilai, yaitu (1) kejelasan dan kelengkapan identitas RPP, (2) perumusan indikator dan tujuan pembelajaran, (3) pemilihan materi ajar, (4) metode pembelajaran, (5) kegiatan pembelajaran, (6) pemilihan sumber, media, dan model pembelajaran, (7) penilaian hasil belajar, dan (8) Kebahasaan.

b. Lembar Validasi LKS

Lembar penilaian kevalidan LKS merupakan lembar penilaian dengan alternatif penilaian 1 sampai 5 berturut-turut dengan kriteria Sangat Kurang Baik, Kurang Baik, Cukup Baik, Baik, dan Sangat Baik. Lembar penilaian ini dikembangkan berdasarkan enam aspek yang dinilai, yaitu (1) kelengkapan dan kejelasan komponen LKS, (2) desain tampilan LKS, (3) desain tata letak konten, (4) kaidah bahasa, susunan kalimat, dan penulisan, (5) keidealan tujuan LKS, dan (6) keterkaitan LKS dengan dugaan alur belajar.

2. Instrumen Pengukur Kepraktisan a. Angket Penilaian Guru

(49)

49

dan aspek kemudahan. Angket penilaian memiliki lima alternatif penilaian, yaitu 1, 2, 3, 4, dan 5 yang berturut-turut berarti Sangat Tidak Setuju, Tidak Setuju, Kurang Setuju, Setuju, dan Sangat Setuju.

Angket penilaian untuk guru terdiri dari angket penilaian terhadap penggunaan LKS dan angket penilaian terhadap penggunaan RPP. Pada angket penilaian untuk guru terhadap penggunaan LKS mengalami penggantian pada tujuh butir pernyataan, yaitu butir ke-1, butir ke-4, butir ke-5, butir ke-7, butir ke-8, butir ke-9, dan butir ke-12. Revisi pada ketujuh butir tersebut adalah penyederhanaan kalimat sehingga menjadi lebih efektif dan tepat sasaran. Misalnya pada butir ke-7 yang berbunyi “Pengaturan tata letak konten LKS konsisten sehingga memudahkan siswa dalam mempelajari isi LKS” diganti menjadi “Pengaturan tata letak konten

LKS memudahkan siswa dalam mempelajari isi LKS.” Angket penilaian guru terhadap penggunaan RPP hanya mengalami penggantian pada butir ke-1 dan ke-7. b. Angket Penilaian Siswa

(50)

50

siswa dan satu butir ditambahkan. Sehingga angket penilaian siswa yang sebelumnya terdiri dari 15 butir menjadi hanya sembilan butir setelah mengalami revisi.

3. Instrumen Pengukur Keefektifan a. Soal Tes Evaluasi

Instrumen yang digunakan untuk mengukur keefektifan produk yang dikembangkan adalah soal-soal formatif. Tes evaluasi disusun dengan mempertimbangkan alokasi waktu yang tersedia dan kesesuaian dengan kompetensi dasar yang akan dicapai. Tes evaluasi terdiri dari lima soal pilihan ganda dan tiga soal essay yang harus diselesaikan dalam waktu 60 menit. Indikator tentang menentukan volume terdapat pada soal nomor 1, nomor 6, dan nomor 8. Indikator tentang sifat-sifat kubus dan balok terdapat pada nomor 3 dan nomor 4. Indikator tentang menentukan luas permukaan kubus terdapat pada nomor 5. Indikator tentang menentukan jaring-jaring kubus terdapat pada nomor 2. Indikator tentang menentukan luas permukaan balok terdapat pada nomor 7. Soal tes evaluasi terdapat pada Lampiran A15.

b. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembeajaran

(51)

51

alternatif jawaban, yaitu “Ya” yang kemudian dikonversi ke nilai 1 dan

“Tidak” yang kemudian dikonversi ke nilai 0.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan untuk memperoleh gambaran produk yang dihasilkan. Analisis data dilakukan untuk menentukan kualitas perangkat pembelajaran yang dikembangkan oleh peneliti ditinjau dari aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan.

1. Analisis Kevalidan

Pada analisis ini digunakan data yang diperoleh dari hasil penilaian perangkat pembelajaran oleh dosen ahli. Hasil tersebut kemudian dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Tabulasi data skor hasil penilaian perangkat pembelajaran dengan mengelompokkan butir-butir pernyataan sesuai dengan aspek-aspek yang diamati. Tabel berikut merupakan pedoman penskoran terhadap hasil penilaian menggunakan skala likert 1-5.

Tabel 9. Pedoman Penyekoran Validasi RPP dan LKS

Skor Kriteria

5 Sangat Baik

4 Baik

3 Cukup

2 Kurang

(52)

52

b) Menghitung rata-rata perolehan skor tiap aspek menggunakan rumus sebagai berikut:

̅ = × ∑�

Keterangan:

̅ = rata-rata perolehan skor keseluruhan ∑�

� = jumlah perolehan skor keseluruhan

c) Mengonversi skor rata-rata yang diperoleh menjadi nilai kualitatif sesuai kriteria penilaian skala 5 menurut S. Eko Widoyoko (2009:238) seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 10. Pedoman Klasifikasi Penilaian RPP dan LKS

Interval Skor Kriteria

̅ > ��+ , � Sangat Valid

�� + , � < ̅ ≤ ��+ , � Valid �� − , � < ̅ ≤ ��+ , � Cukup Valid �� − , � < ̅ ≤ ��− , � Kurang Valid

̅ ≤ ��− , � Sangat Kurang Valid

Keterangan:

�� = rerata ideal = ½ (skor tertinggi ideal + skor terendah ideal) � = simpangan baku = 1/6(skor tertinggi ideal – skor terendah ideal)

(53)

53

Tabel 11. Pedoman Penilaian Kevalidan RPP

Interval Skor Kriteria

̅ > , Sangat Valid

, < ̅ ≤ , Valid

, < ̅ ≤ , Cukup Valid

, < ̅ ≤ , Kurang Valid

̅ ≤ , Sangat Kurang Valid

Keterangan: ̅= rata-rata skor keseluruhan Skor maksimum ideal = 145

Skor minimum ideal = 29

Tabel 12. Pedoman Penilaian Kevalidan LKS

Interval Skor Kriteria

̅ > , Sangat Valid

, < ̅ ≤ , Valid

, < ̅ ≤ , Cukup Valid

, < ̅ ≤ , Kurang Valid

̅ ≤ , Sangat Kurang Valid

Keterangan: ̅= rata-rata skor keseluruhan Skor maksimum ideal = 160

Skor minimum ideal = 32

Perangkat pembelajaran dikatakan valid jika minimal hasil analisis kevalidan yang telah diolah masuk ke dalam kategori valid.

d) Uji Reliabilitas

(54)

54

peneliti menggunakan coefficient alpha untuk menentukan reliabilitas perangkat pembelajaran, menggunakan rumus:

ℎ = �−� −∑ ���2

��2

Keterangan:

k = jumlah item tes

= variansi item individual � = variansi total skor tes 2. Analisis Kepraktisan

Data analisis kepraktisan didapatkan dari angket respon guru, angket respon siswa, dan lembar observasi pembelajaran. Hasil yang diperoleh akan dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mengelompokkan butir-butir pernyataan sesuai dengan kelompok aspek yang diamati. Tabel berikut merupakan penskoran terhadap angket respon siswa dan guru sesuai dengan skala likert 1-5.

Tabel 13. Pedoman Penilaian Angket Penilaian Siswa

Alternatif Jawaban Skor Pernyataan Positif Negatif

SS (Sangat Setuju) 5 1

S (Setuju) 4 2

KS (Kurang Setuju) 3 3

TS (Tidak Setuju) 2 4

STS (Sangat Tidak Setuju) 1 5

b. Menghitung rata-rata skor dengan rumus:

̅ = × ∑�

(55)

55 Keterangan:

̅ = rata-rata perolehan skor keseluruhan ∑�

� = jumlah perolehan skor keseluruhan

c. Mengkonversikan skor rata-rata yang diperoleh menjadi data kualitatif sesuai dengan skala 5 menurut S. Eko Putro Widoyoko seperti pada Tabel 10, yang kemudian diklasifikasikan dengan cara yang sama dengan Tabel 8, namun dengan sedikit modifikasi, yaitu kata “Valid” diganti dengan “Praktis”. Berikut merupakan tabel pedoman klasifikasi kepraktisan perangkat pembelajaran yang dikembangkan.

Tabel 14. Konversi Penilaian Kepraktisan RPP oleh Guru

Interval Skor Kriteria

̅ > , Sangat Praktis

, < ̅ ≤ , Praktis

, < ̅ ≤ , Cukup Praktis

, < ̅ ≤ , Kurang Praktis

̅ ≤ , Sangat Kurang Praktis

Keterangan :

̅ = rata-rata perolehan skor keseluruhan Nilai maksimum = 50

Nilai minimum = 10

Tabel 15. Konversi Penilaian Kepraktisan LKS oleh Guru

Interval Skor Kriteria

̅ > , Sangat Praktis

, < ̅ ≤ , Praktis

, < ̅ ≤ , Cukup Praktis

, < ̅ ≤ , Kurang Praktis

(56)

56 Keterangan :

̅ = rata-rata perolehan skor keseluruhan Nilai maksimum = 60

Nilai minimum = 12

Tabel 16. Konversi Penilaian Kepraktisan LKS oleh Siswa

Interval Skor Kriteria

̅ > , Sangat Praktis

, < ̅ ≤ , Praktis

, < ̅ ≤ , Cukup Praktis

, < ̅ ≤ , Kurang Praktis

̅ ≤ , Sangat Kurang Praktis

Keterangan :

̅ = rata-rata perolehan skor keseluruhan Nilai maksimum = 45

Nilai minimum = 9

Perangkat pembelajaran dikatakan praktis jika minimal kualifikasi tingkat kepraktisan yang diperoleh masuk ke dalam kategori praktis.

3. Analisis Keefektifan

(57)

57

Tabel 17. Konversi Ketuntasan Belajar

Interval Persentase Kriteria

> Sangat Baik

< ≤ Baik

< ≤ Cukup Baik

< ≤ Kurang Baik

≤ Sangat Kurang Baik

Data yang diperoleh dari hasil tes evaluasi selanjutnya dianalisis melalui tahapan sebagai berikut:

a. Menentukan ketuntasan belajar tiap siswa berdasarkan KKM yang berlaku di sekolah tempat penelitian, yaitu 76.

b. Menentukan kriteria keefektifan produk, yaitu produk efektif jika persentase siswa yang melampaui KKM dalam materi bangun ruang sisi datar di kelas eksperimen lebih dari 80% dan rata-rata nilai ulangan di kelas eksperimen lebih dari KKM.

c. Melakukan analisis keefektifan perangkat pembelajaran dari hasil tes evaluasi siswa.

d. Melakukan analisis terhadap hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran dengan cara mengkonversi persentase keterlaksaan pembelajaran tiap pertemuan dan rata-rata keseluruhan berdasarkan tabel berikut.

Tabel 18. Konversi Keterlaksanaan Pembelajaran

Interval Persentase Kriteria

> Sangat Baik

< ≤ Baik

< ≤ Cukup Baik

< ≤ Kurang Baik

(58)

58 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Jenis penelitian yang telah dilakukan adalah penelitian pengembangan atau Research and Development. Penelitian ini merupakan suatu proses dalam mengembangkan produk, yaitu perangkat pembelajaran yang terdiri dari RPP dan LKS pada materi bangun ruang sisi datar berbasis hypothetical learning trajectory. Secara lebih spesifik, materi yang dikembangankan adalah pada kubus dan balok.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil penelitian dengan tahapan: Analysis (Analisis), Design (Perancangan), Development (Pengembangan), Implementation (Implementasi), dan Evaluation (Evaluasi). Berikut ini merupakan pemaparan hasil dari penelitian pengembangan yang telah dilakukan:

1. Hasil Tahap Analysis (Analisis) a. Analisis Kurikulum

(59)

59

acuan untuk mengembangkan produk tidak menjadi kendala, karena adapun poin utama dari kompetensi dasar yang harus dicapai masih sama, yaitu luas permukaan dan volume dari bangun ruang sisi datar kubus, balok, prisma dan limas. Kompetensi dasar pada kurikulum KTSP 2006 materi bangun ruang sisi datar untuk kelas VIII adalah (1) mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok, prisma dan limas serta bagian-bagiannya, (2) membuat jaring-jaring kubus, balok, prisma, dan limas, dan (3) menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma dan limas. Kompetensi dasar yang digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan produk LKS dan RPP ini adalah (1) menurunkan rumus untuk menentukan luas permukaan dan volume bangun ruang sisi datar dan (2) menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas permukaan dan volume bangun ruang sisi datar.

(60)

60

sisi datar dalam Kurikulum 2013 dan KTSP 2006 sama. Selain itu, kompetensi dasar pada materi bangun ruang sisi datar pada Kurikulum 2013 maupun KTSP 2006 dapat dicapai melalui tujuan-tujuan pembelajaran yang sama.

Tujuan dari Kurikulum 2013 adalah untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Sesuai dengan tujuan tersebut, maka Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik berada pada posisi sentral dan aktif dalam belajar (Kemendikbud, 2012). Dengan demikian, diharapkan peserta didik dapat lebih produktif, kreatif, dan inovatif di kemudian hari.

b. Analisis Materi

Materi bangun ruang sisi datar ini meliputi kubus, balok, prisma dan limas. Topik yang dibahas dalam pembelajaran antara lain sifat-sifat, luas permukaan dan volume dari kubus, balok, prisma, dan limas. Sifat-sifat yang dimaksud adalah banyaknya rusuk, titik sudut, dan sisi yang dimiliki masing-masing bangun ruang sisi datar. Khusus pada materi kubus dan balok juga dibahas mengenai diagonal sisi, diagonal ruang, dan bidang diagonal, sedangkan topik luas permukaan dan volume lebih mengarah kepada menemukan rumus dan mengaplikasikannya untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan bangun keempat bangun ruang sisi datar tersebut.

(61)

61

Kurikulum 2013 masih memuat hal yang sama, yaitu sifat-sifat, luas permukaan dan volume bangun ruang sisi datar kubus, balok, prisma dan limas. Topik-topik ini kemudian dikembangkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan dalam LKS yang disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan siswa.

Pengembangan perangkat pembelajaran yang dilakukan peneliti bersumber dari kompetensi dasar yang ada pada silabus revisi tahun 2016, namun buku sumber yang digunakan sebagai bahan pengumpulan materi adalah Buku Matematika untuk Kelas VIII SMP/MTs edisi revisi 2014 dan Buku Matematika: Konsep dan Aplikasinya.

c. Analisis Karakteristik

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, masa SMP adalah masa di mana anak menginjak stadium operasional formal, yaitu antara 12-15 tahun. Pada masa tersebut, anak-anak mulai mampu untuk memahami dan mengkonstruk pemikiran. Pada tahap ini siswa diyakini mampu membawa model konkret menuju model formal dengan bantuan dan fasilitas dari guru. Tahap operasional formal juga merupakan tahap dimana siswa masih banyak mengeluarkan energi melalui aktifitas-aktifitas motorik.

(62)

62

masih terpaku pada contoh penyelesaian masalah yang biasa. Meskipun sebenarnya mereka memiliki ide lain, tapi sebagian besar masih belum berani untuk mengikuti alur berpikirnya karena takut jika jawaban yang mereka berikan salah. Walaupun sebenarnya jawaban yang dipikirkannya tidak selalu salah. Ini terbukti dengan cara siswa menyelesaikan kegiatan dalam LKS (Lampiran B8).

2. Hasil Tahap Design (Perancangan)

a. Rancangan RPP berbasis hypothetical learning trajectory 1) Perancangan tujuan pembelajaran pada setiap pertemuan

[image:62.595.135.491.449.742.2]

Tujuan pembelajaran dirancang berdasarkan indikator pencapaian kompetensi yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan kompetensi dasar. Berikut merupakan tabel perancangan tujuan pembelajaran pada setiap pertemuan.

Tabel 19. Perancangan Tujuan Pembelajaran

Pertemuan

Ke- Tujuan Pembelajaran

Alokasi Waktu 1  Siswa mampu mendeskripsikan unsur-unsur

kubus

 Siswa mampu mengidentifikasi unsur-unsur kubus

 Siswa mampu mengidentifikasi sifat-sifat kubus

1 × 40 menit

2  Siswa mampu menyelesaikan persoalan berkaitan dengan kerangka kubus

 Siswa mampu menjelaskan pengertian diagonal bidang, diagonal ruang, dan bidang diagonal pada kubus

 Siswa mampu melukis diagonal bidang, diagonal ruang, dan bidang diagonal pada kubus

2 × 40 menit

Pertemuan

Ke- Tujuan Pembelajaran

Alokasi Waktu 3  Siswa mampu mengenali jaring-jaring kubus

kemudian mampu membuatnya secara berkelompok

 Siswa mampu menemukan rumus luas permukaan kubus berdasarkan jaring-jaring yang telah dibuat

(63)

63 2) Pemilihan metode pembelajaran

Metode pembelajaran yang dipilih dalam penelitian ini adalah guided discovery learning atau metode penemuan terbimbing dan discovery learning atau metode penemuan dengan pendekatan saintifik dan setting grup diskusi. Metode pembelajaran guided discovery learning dan discovery learning dipilih berdasarkan karakteristik siswa serta keinginan dari peneliti agar siswa dapat menjadi lebih kreatif dan terbuka dalam berpikir.

3) Perancangan kegiatan pembelajaran

Perancangan kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan-kegiatan siswa dan guru yang meliputi pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. RPP yang dikembangkan juga memuat dugaan-dugaan jawaban atau respon siswa dan tanggapan guru.

 Siswa mampu menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas permukaan kubus 4  Siswa mampu menemukan rumus volume

kubus

 Siswa mampu menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan volume kubus

1 × 40 menit

5  Siswa mampu menyebutkan ciri-ciri dan unsur-unsur pada balok

 Siswa mampu menuliskan ciri-ciri dan unsur-unsur balok

 Siswa mampu menemukan rumus luas permukaan balok

 Siswa mampu menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan luas permukaan balok

2 × 40 menit

6  Siswa mampu menemukan rumus volume balok

 Siswa mampu menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan volume balok

(64)

Gambar

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
Tabel 19. Perancangan Tujuan Pembelajaran
Tabel 20. Kegiatan Pendahuluan Guru dan Siswa
Tabel 21. Kegiatan Inti Guru dan Siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Purel Pada Para Pekerja Purel Yang Aktif Berstatus Pelajar)”, Jurnal Sosial dan Politik.. Departemen Sosiologi, FISIP,

Keberhasilan siswa dalam mencapai prestasi belajar pada tingkat tertentu sangat dipengaruhi oleh berbagai motivasi, dan salah satu diantaranya adalah motivasi belajar..

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS X DI SMA PGII 1

“Penerapan Analisis Komponen Utama Dalam Penentuan Faktor Dominan yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa (Studi Kasus : SMA Negeri 1

Tujuan penelitian adalah untuk mengevaluasi dan memastikan bahwa penerapan Sistem Pengendalian Mutu pada KAP Jamaludin Iskak telah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh

Konsep ini memperkenalkan suatu system pengukuran perusahaan dengan menggunakan kriteria-kriteria yang merupakan penjabaran dari visi dan strategi perusahaan yang digolongkan

Analisis Kemunculan Sikap Sains Pada Anak Usia Dini Di Tk Negeri Centeh Kota Bandung.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perhitungan harga pokok produk sebagai penentu harga jual menurut full costing lebih akurat dalam menganalisis biaya-biaya