• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN KADAR GLUKOSA DARAH BERDASARKAN STATUS GIZIPASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD Dr. MOEWARDI DI Perbedaan Kadar Glukosa Darah Berdasarkan Status Gizi Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di RSUD Dr. Moewardi Di Surakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN KADAR GLUKOSA DARAH BERDASARKAN STATUS GIZIPASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD Dr. MOEWARDI DI Perbedaan Kadar Glukosa Darah Berdasarkan Status Gizi Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di RSUD Dr. Moewardi Di Surakarta."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN KADAR GLUKOSA DARAH BERDASARKAN STATUS GIZI PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD Dr. MOEWARDI DI

SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh : SULASYI SETYANINGSIH

J310111012

PROGRAM STUDI S1 GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(2)

HALAMAN PERSETUJUAN

Judul : Perbedaan Kadar Glukosa Darah Berdasarkan Status Gizi Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di RSUD Dr. Moewardi Di Surakarta

Nama Mahasiswa : Sulasyi Setyaningsih

NIM : J 310 111 012

Pembimbing I Pembimbing II

Siti Zulaekah, A., M.Si. Dwi Sarbini,SST,M.Kes.

NIK. 751 NIK. 747

Mengetahui,

Ketua Program Studi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

(3)

PERBEDAAN KADAR GLUKOSA DARAH BERDASARKAN STATUS GIZI PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD Dr. MOEWARDI DI SURAKARTA

The Difference In Blood Glucose Levels Based On The Nutritional Status Of Patients With Type 2 Diabetes Mellitus In Dr. Moewardi Surakarta Hospital

Nama: Sulasyi Setyaningsih/ NIM: J310 111 012

Program Studi S1 Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

ABSTRACT

Background Overweight and obesity is related with insulin resistance. Insulin resistance might cause hyperglycemia in patient with type 2 diabetes mellitus. Thus, effective weight management is crucial for glycaemic control in overweight and obese patients with type 2 diabetes.

Objective This study aims to determine the difference in blood glucose levels based on the nutritional status of patients with type 2 diabetes mellitus in Dr. Moewardi Surakarta hospital

Research MethodThis study was anobservation research with cross sectional design. Location of research in Dr. Moewardi Surakarta Hospital. Research subject were 124 patient with consideration of researcher. This research used secondary data which was defined from nutrition consultation book in research location. The kind of data is Postprandial blood glucose levels (PBG), patient identity, body weight, and body height. Data was analyzed by Kruskal Wallis

ResultCharacteristics of research subject showed 50.8% are female with the largest percentage in the age range 41-65 years( 82.3%). PBG levels was highest in underweight diabetic patients. Kruskal Wallis test showed significant difference between PBG levels (p = 0.004) based on the nutritional status of patients with type 2 diabetes mellitus.

Conclusion Significant difference between PBG levels based on the nutritional status of patients with type 2 diabetes mellitus

Key Words: PBG, Nutritional status, Type 2 Diabetes Mellitus

PENDAHULUAN

Permasalahan diabetes melitus (DM) telah menjadi masalah kesehatan yang terjadi di berbagai negara, tidak terkecuali negara berkembang seperti Indonesia. Di Indonesia berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, DM dinyatakan sebagai penyebab kematian ke- 6 untuk semua usia. Berdasarkan data WHO, prevalensi DM di Indonesia mencapai jumlah 8.426.000 pada tahun 2000 dan diproyeksikan mencapai 21.257.000 pada tahun 2030 artinya terjadi kenaikan 3 kali lipat dalam waktu 30 tahun

(Bustan, 2007). Data rekam medis RSUD Dr. Moewardi mencatat jumlah pasien DM tipe 2 yang menjalani rawat jalan pada tahun 2011 mencapai 13.231 pasien. Pada tahun 2012 penyakit DM tipe 2 merupakan 20 penyebab kematian di RSUD Dr. Moewardi.

(4)

dengan baik, apabila kadar glukosa darah mencapai kadar yang diharapkan serta juga kadar lipid. Demikian pula status gizi dan tekanan darah (Perkeni, 2011 dan Soegondo, 2005).

DM tipe 2 umumnya mempunyai latar belakang kelainan berupa resistensi insulin, yaitu penurunan respon terhadap insulin oleh jaringan sasaran yang dapat menyebabkan kadar glukosa dalam darah akan berada pada kadar tinggi (hiperglikemi). Tipe ini sering (80% kasus) berkaitan dengan obesitas yang merupakan suatu faktor tambahan yang meningkatkan terjadinya resistensi insulin (Stephen, dkk, 2011). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fathmi (2012) menunjukkan terdapat hubungan signifikan indeks massa tubuh dengan kadar glukosa puasa pada penderita diabetes tipe 2. Status obesitas dan overweight pada penderita DM tipe 2 dapat diketahui dengan cara menghitung indek massa tubuh (IMT). Perkeni (2006) menyatakan DM yang terkontrol dengan baik yaitu salah satu kategorinya adalah IMT berada pada rentang 18,5 - <23 kg/m2.

Berbagai masalah yang telah disampaikan oleh penulis menjadi alasan untuk melakukan penelitian mengenai perbedaan kadar glukosa darah pasien DM tipe 2 berdasarkan status gizi pasien DM tipe 2 di RSUD Dr. Moewardi di Surakarta.

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

A. Tujuan Umum

Mengetahui perbedaan kadar glukosa darah berdasarkan status gizi pasien DM tipe 2 di RSUD Dr. Moewardi Surakarta

B. Tujuan Khusus

1. Mendeskripsikan karakteristik pasien DM tipe 2 di RSUD Dr. Moewardi Surakarta

2. Mendeskripsikan kadar glukosa darah pasien DM Tipe 2 di RSUD Dr. Moewardi Surakarta

3. Mendeskripsikan status gizi pasien DM tipe 2 di RSUD Dr. Moewardi Surakarta

4. Menganalisis perbedaan kadar glukosa darah berdasarkan status gizi pasien DM tipe 2

TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori

Diabetes mellitus tipe 2 adalah diabetes yang disebabkan mulai yang dominan resisten insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang dominan defek sekresi insulin disertai resisten insulin. DM tipe ini adalah bentuk yang lebih sering dijumpai, meliputi 90% pasien penyandang diabetes (Perkeni, 2011). Resisten insulin merupakan keadaan yang ditandai dengan ketidakrentanan/ketidakmampuan organ menggunakan insulin, sehingga insulin tidak bisa berfungsi optimal dalam mengatur metabolisme glukosa. Akibatnya, kadar glukosa darah meningkat (hiperglikemi) (Bustan, 2007).

(5)

glukosa (glukoneogenesis) di hati tidak dapat dihambat (karena insulin kurang/relatif kurang) sehingga kadar glukosa semakin meningkat (Soegondo, 2005). Jika peningkatan kadar glukosa melebihi ambang ginjal untuk reabsorpsi glukosa maka akan menyebabkan glukosuria (glukosa ditemukan di urin). Hal ini menyebabkan diuresis osmotic yang secara klinis bermanifestasi sebagai poliuria (banyak kencing). Timbul dehidrasi yang dapat merangsang rasa haus dan menyebabkan polidipsia (banyak minum). Polifagia (banyak makan) terjadi karena menurunnya aktivitas pusat kenyang di hipotalamus (Stephen, dkk, 2011).

DM dapat menyerang hampir seluruh sistem tubuh manusia, mulai dari kulit jantung. Komplikasi-komplikasi diabetes melitus dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu komplikasi metabolik akut dan komplikasi kronik jangka

panjang ( Price dan Wilson, 2003 dan Stephen, dkk, 2011).

Penatalaksanaan DM secara umum bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup penyandang diabetes. Penatalaksanaan DM yang baik akan mencegah dan menghambat progresivitas komplikasi DM dan akhirnya dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas DM. Pilar penatalaksanaan DM terdiri dari edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani, dan terapi farmakologi. Pengendalian DM yang baik merupakan sasaran terapi yang bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi kronik. DM terkendali baik apabila kadar glukosa darah mencapai kadar yang diharapkan serta kadar lipid dan A1C juga mencapai kadar yang diharapkan. Demikian pula status gizi dan tekanan darah (Perkeni, 2011).

Tabel 1

Kriteria pengendalian DM

Baik Sedang Buruk

GDP (mg/dl) 80-<100 100-125 > 126 GD2JPP (mg/dl) 80 -144 145-179 > 180

A1C (%) < 6,5 6,5 - 8 > 8

Kolesterol Total (mg/dl) < 200 200 - 239 > 240 Kolesterol LDL (mg/dl) < 100 100 - 129 > 130 Kolesterol HDL (mg/dl) Pria : > 40

Wanita : > 50

Trigliserida (mg/dl) < 150 150 - 199 > 200 IMT (kg/m2) 18,5 - < 23 23 -25 > 25 Tekanan darah (mmHg) < 130/80 > 130-140/

>80-90

>140/90

Sumber : Perkeni 2006

Pemeriksaan kadar GD2JPP bagi pasien DM tipe 2 merupakan bagian dari pengendalian penyakit DM (Perkeni, 2011). Pemeriksaan kadar GD2JPP merupakan pemeriksaan kadar glukosa seseorang setelah menggunakan beban glukosa setara

(6)

makan. Pada kasus DM, kadar glukosa darah 2 jam setelah makan (GD2JPP) akan mengalami penurunan tetapi tidak mencapai kadar glukosa darah awal atau melebihi dari nilai 180 mg/dl (Kariadi, 2009).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fathmi (2012) menunjukkan terdapat hubungan signifikan indeks massa tubuh dengan kadar glukosa puasa pada penderita diabetes tipe 2. Sherwood (2011) berpendapat bahwa pada obesitas akan terjadi peningkatan produksi resistin yang akan mendorong resistensi insulin dengan mengganggu kerja insulin. Sebaliknya adiponektin, adipokin lainnya meningkatkan sensitivitas terhadap insulin dengan meningkatkan efek insulin, tapi pada obesitas terjadi penurunan hormon ini. Selain itu asam-asam lemak yang dikeluarkan dari jaringan lemak dapat menumpuk abnormal di otot dan mengganggu kerja insulin otot. Pengendalian status gizi dengan cara penurunan berat badan (pada pasien gemuk) biasanya akan memperbaiki kadar glikemik jangka pendek dan mempunyai potensi meningkatkan kontrol metabolik jangka lama (Soegondo, 2005).

Pada penelitian ini menggunakan Indeks Massa Tubuh untuk menilai status gizi pasien DM tipe 2. Indeks massa tubuh (IMT) merupakan salah satu indeks antropometri yang berkaitan dengan lemak tubuh orang dewasa, dan dinyatakan sebagai berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan tinggi badan

(dalam ukuran meter) : IMT = BB/TB2 ( Arisman, 2009).

Price dan Wilson (2003) menyatakan sekitar 80% penderita diabetes melitus tipe 2 mengalami obesitas. Obesitas berkaitan dengan resistensi insulin yang dapat menyebabkan kegagalan toleransi glukosa dan menyebabkan DM tipe 2. AnalisisCenter for Disease Control and Prevention (CDC) berdasarkan survey yang telah dilakukan National Health and Nutrition Examination Survey, (NHANES) tahun 1999-2002 pada wargaUnited States,yaitu diantara prevalensi obesitas sebesar 53% laki-laki dan 58% wanita didiagnosa DM. Hasil presentase lebih tinggi ditunjukkan pada kategori overweight yaitu 86,3% laki-laki dan 84,2% wanita.

(7)

B. Kerangka Teori

Sumber: Modifikasi Kumar dan Robbis (2007), Das (2008), dan Perkeni (2011)

C. Kerangka Konsep

D. Hipotesis

Ada perbedaan kadar glukosa darah berdasarkan status gizi pasien DM tipe 2

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian adalah observasional dengan desain cross sectional. Pada penelitian ini dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu pasien DM tipe 2 underweight, normal, overweight dan obesitas. Lokasi penelitian adalah RSUD Dr Moewardi di Surakarta. Subjek penelitian sebanyak 124 pasien DM tipe 2 dengan kriteria yang ditentukan peneliti. Jenis data adalah data sekunder yang

diperoleh melalui catatan buku konsultasi gizi di lokasi penelitian. Data yang dikumpulkan terdiri dari kadar glukosa darah 2 Jam post prandial (GD2JPP), identitas pasien, data berat badan dan tinggi badan. Analisisi data menggunakan uji Kruskal Wallis dan uji lanjutan yang dilakukan untuk mengetahui perbedaan antar kelompok subjek penelitian dilakukan ujiMann Whitney.

Edukasi Terapi Gizi Latihan

Jasmani

Terapi farmakologis Kadar Glukosa darah

Pasien DM

Resistensi Insulin Jaringan Perifer

Kegemukan Underweight

Level sirkulasi insulin

(8)

HASIL DAN PEMBAHAS A. Karakteristik Subjek Peneliti

Jumlah subjek penelitian sebanyak 124 pasien DM tipe 2 124 pasien yang diteliti sebe berjenis kelamin wanita dan sebesar 49,2% berjenis kelam Gambaran distribusi subjek berdasarkan jenis kelamin dapat Gambar 1.

Gambar 1. Grafik Distribusi Pasie Berdasarkan Jenis Kelam

Berdasarkan usia subje menunjukkan pasien DM tipe diderita pada rentang usia 4 dengan persentase sebesar 82,3 dapat dilihat pada Gambar menunjukkan distribusi subjek berdasarkan usia.

Gambar 2. Grafik Distribusi Pasie Berdasarkan Usia

B. Kadar Glukosa Darah Pasien Pemeriksaan kadar GD pasien DM tipe 2 merupakan

Kadar Min. (mg/dl) Maks. (mg/dl) Rata-rata+SD (mg/dl) GD2JPP 108 693 306,76+122,56 Lak 49 Wanita 51% 4% 82,30% 11,30% 2 Usia (th)

18-40 41-65 66-75 ASAN litian

ian ini adalah e 2. Sebanyak sebesar 50,8% n selebihnya lamin laki-laki. ek penelitian at dilihat pada

sien DM Tipe 2 lamin

jek penelitian pe 2 banyak 41-65 tahun 2,3%. Hasil ini bar 2 yang jek penelitian

sien DM Tipe 2 a

ien DM tipe 2 GD2JPP bagi

n bagian dari

pengendalian penyakit Hiperglikemi yang te postprandial (setelah faktor langsung pada pe kardiovaskular yang ter tipe 2. Pengendalian ka menjaga dalam rent mencegah terjadinya pe (Manders, dkk, 2009 GD2JPP pasien DM t Moewardi dapat dilihat p Tab

Distribusi Kadar GD2

Kadar Min. (mg/dl) Ma (m Rata-rata+SD (mg/dl) GD2JPP 108 69 306,76+122,56

Hasil rata-rata ka DM tipe 2 adalah 306 Hasil kadar GD2JPP pa tersebut menunjukkan kadar glukosa darah GD2JPP<180 mg/dl. menyatakan bahwa mengalami penurunan oleh sel, disertai pengeluaran glukosa glikogenolisis dan glu menghasilkan glukosa tidak adanya insulin a sehingga kadar glu mengalami peningka hiperglikemi yang me tanda khas pada pasien C. Status Gizi Pasien D

Penilaian status dengan menggunakan alat yang sederhana un aki-laki

49%

2,40%

>75

it DM (Perkeni, 2011). terjadi saat kondisi h makan) merupakan perkembangan penyakit terjadi pada pasien DM kadar GD2JPP dengan entang normal dapat penyakit kardiovaskular 09). Rata-rata kadar tipe 2 di RSUD Dr. t pada Tabel 2.

abel 2.

D2JPP Pasien DM Tipe 2

Kadar Min. (mg/dl) Maks. (mg/dl) Rata-rata+SD (mg/dl) GD2JPP 108 693 306,76+122,56

kadar GD2JPP pasien 06,76 + 122,56 mg/dl. pada pasien DM tipe 2 n hasil melebihi batas h normal, yaitu kadar l. Sherwood (2011) pada pasien DM n penyerapan glukosa i oleh peningkatan sa melalui proses glukoneogenesis yang sa tanpa kendali karena atau resistensi insulin glukosa darah akan katan atau disebut erupakan salah satu en DM.

n DM tipe 2

(9)

gizi orang dewasa khususnya ya dengan kekurangan dan kele badan (Supariasa, dkk, 2001). Sta laki dengan wanita cenderun

Gambar 3. Grafik Sta

Status gizi berdasarkan je menunjukkan pasien DM tipe 2 overweight dan obesitas ma persentase lebih besar pada wan pasien DM tipe 2 staus gizi norma lebih besar pada laki-laki. Hasi (2010) menunjukkan angka ove obesitas wanita cenderung dibandingkan dengan laki-laki.

Kad Kadar GD2JPP (mg/dl)

p

Un Normal Overweight Obesitas

Nilai Min. 10 136 145 112

0,004*

Nilai Maks. 69 402 593 582

Rata-rata 37 257,55 307 282,94

SD 15 73,79 107,38 112,10

*

ujiKruskal wallis

Berdasarkan Tabel 3 menunjukka DM tipe 2 yang memiliki kad tertinggi adalah pada pasien underweight dan kadar GD2JP adalah pasien DM tipe 2 denga

0% 20% 40% 60% 80% 100% 4 5

yang berkaitan lebihan berat Status gizi laki-ung berbeda,

sehingga pada penelitia DM tipe 2 dibedakan kelamin. Hasil dapat di

tatus Gizi Berdasarkan Jenis Kelamin Pasien

jenis kelamin 2 underweight, masing-masing anita dan pada mal persentase asil Rikesdas verweight dan lebih tinggi ki. Persentase

overweightwanita sebes sebesar 8,5%, sed obesitas wanita sebesa sebesar 7,8%.

D. Perbedaan Kadar Berdasarkan Status Distribusi kadar gluk tipe 2 berdasarkan stat dapat dilihat pada Tabel Tabel 3.

adar GD2JPP Antar Kelompok Penelitian Kadar GD2JPP

(mg/dl)

Pasien DM Tipe 2 p

Underweight Normal Overweight Obesitas

Nilai Min. 108 136 145 112

0,004*

Nilai Maks. 693 402 593 582

Rata-rata 379,55 257,55 307 282,94

SD 153,24 73,79 107,38 112,10

jukkan pasien kadar GD2JPP n DM tipe 2 JPP terendah gan status gizi

normal. Hasil ini sesu yang dilakukan oleh dalam Das (2008) yang DM tipe 2 underweight

48,4 58,1 48,4 41,9

51,6 41,9 51,6 58,1

Laki-laki Wanita

tian ini status gizi pasien kan berdasarkan jenis dilihat pada Gambar 3.

n DM tipe 2

esar 11,4% dan laki-laki sedangkan persentase sar 15,5% dan laki-laki

dar Glukosa Darah tus Gizi

lukosa darah pasien DM tatus gizi yang berbeda

el 3.

Kadar GD2JPP (mg/dl)

p

Underweight Normal Overweight s

Nilai Min. 108 136 145

0,004*

Nilai Maks. 693 402 593

Rata-rata 379,55 257,55 307

SD 153,24 73,79 107,38

(10)

lebih tinggi dibandingkan dengan pasien DM tipe 2 yang bukanunderweight.

Hasil uji beda kadar GD2JPP antar kelompok pasien DM tipe 2 berdasarkan status gizi menunjukkan nilai p<0,05, sehingga terdapat perbedaan kadar GD2JPP berdasarkan status gizi pasien DM tipe 2. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dudekula, dkk (2012), bahwa terdapat hubungan antara kadar GD2JPP dengan berbagai tingkat status gizi pasien DM tipe 2.

E. Uji Beda Antar Kelompok Penelitian Uji yang digunakan untuk analisisPost Hoc untuk uji Kruskal Walis adalah uji Mann Whitney. Uji Mann Whitney digunakan untuk mengetahui kelompok mana yang mempunyai perbedaan (Dahlan, 2009). Hasil uji Mann Whitney kadar GD2JPP antara pasien DM tipe 2 undeweight, status gizi normal, overweight, dan obesitas dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4.

UjiMann WhitneyKadar GD2JPP Antar Kelompok Penelitian

Status Gizi Underweight Normal Overweight Obesitas

Nilai p

Underweight - 0,000* 0,041* 0,015*

Normal 0,000* - 0,91 0,390

Overweight 0,041* 0,91 - 0,430

Obesitas 0,015* 0,390 0,430

-*ujiMann whitney

Hasil uji Mann Whitneykadar GD2JPP antar kelompok penelitian menunjukkan ada perbedaan rerata kada GD2JPP antara pasien DM tipe 2 underweight dengan pasien DM tipe 2 status gizi normal, overweight, dan obesitas. Tidak ada perbedaan rerata GD2JPP antara pasien DM tipe 2 status gizi normal dengan pasien DM tipe 2 overweight dan obesitas. Tidak ada perbedaan rerata GD2JPP antara pasien DM tipe 2 status gizi overweight dengan pasien DM tipe 2 status gizi obesitas.

Tabel 4 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar GD2JPP pasien DM underweight dengan pasien DM bukan underweight (normal, overweight dan obesitas). Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Patnaik dkk (1999) dalam Das (2008) yang menunjukkan bahwa terdapat

(11)

Hasil uji beda penelitian ini menunjukkan bahwa kadar GD2JPP pasien DM overweight yang menunjukkan signifikan berbeda hanya dengan pasien DM underweight, sedangkan pada pasien DM obesitas juga menunjukkan hasil signifikan berbeda hanya dengan pasien DM underweight. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kamath, dkk (2011) bahwa tidak ada perbedaan kadar glukosa darah antara pasien DM tipe 2 yang obesitas dan non obes.

Berbagai faktor dapat mengendalikan kadar glukosa dalam darah. Soegondo (2005) menyatakan glukosa darah pasien DM tipe 2 dapat dikendalikan melalui diet, intervensi farmakologis, dan latihan jasmani. Perlu kajian yang menyeluruh berbagai faktor yang berdampak secara langsung maupun tidak langsung kadar glukosa dalam darah. Pada penelitian ini tidak melakukan pengambilan data diet, penggunaan obat dan latihan jasmani pada pasien DM tipe 2. Hal ini kemungkinan yang dapat berdampak pada hasil pemeriksaan kadar glukosa darah pada tiap pasien DM tipe 2.

F. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian ini adalah faktor-faktor selain status gizi yang berdampak pada kadar glukosa pasien DM tipe 2 tidak diambil, seperti diet yang dijalankan, lama diagnosa, dan obat yang digunakan. Faktor-faktor tersebut yang kemungkinan juga berdampak pada pengendalian kadar glukosa darah pada pasien DM tipe 2.

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Karakteristik subjek penelitian menunjukkan sebesar 50,8% berjenis kelamin wanita, sedangkan rentang usia subjek penelitian terbanyak pada usia 41-65 tahun, yaitu sebesar 82,3% 2. Kadar GD2JPP tertinggi pada pasien

DM tipe 2 underweight, yaitu sebesar 379,55+153,24 mg/dl dan kadar GD2JPP terendah adalah pasien DM tipe 2 normal, yaitu sebesar 257,55 mg/dl.

3. Status gizi berdasarkan jenis kelamin menunjukkan pasien DM tipe 2 underweight, overweight dan obesitas masing-masing persentase lebih besar pada wanita dan pada pasien DM tipe 2 staus gizi normal persentase lebih besar pada laki-laki

4. Ada perbedaan rata-rata kadar GD2JPP berdasarkan dari status gizi pasien DM tipe 2

B. Saran

1. Bagi peneliti selanjutnya disarankan menambah variabel penelitian seperti diet, penggunaan obat, latihan jasmani dan lama diagnosa. Variabel-variabel tersebut dapat berpengaruh terhadap glukosa darah pasien DM tipe2, sehingga kadar glukosa darah dapat dianalisis dari berbagai faktor

(12)

3. Bagi ahli gizi di rumah sakit dapat lebih menekankan kembali pentingnya pengaturan berat badan bagi pasien DM tipe 2 pada setiap penyuluhan dan konsultasi pasien DM rawat jalan maupun rawat inap.

DAFTAR PUSTAKA

Arisman. 2009.Gizi dalam Daur Kehidupan. EGC. Jakarta : 193-195

Barma, D.P., Ranabir, S., Prasad, L., Singh, P.T.2010. Clinical and Biochemical Profile of Lean Type 2 Diabetes Mellitus. Indian Journal of Endocrinology and Metabolism

Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Cetakan kedua. Rineka Cipta. Jakarta : 110-119

Centers for Disease Control and Prevention. Prevalence of overweight and obesity among adults with diagnosed diabetes United States, 1988 – 1994 and 1999 – 2002. MMWR Morb Mortal Weekly Rep 2004;53(45):1066-1068

Chan JC, Malik V, Jia W, et al. Diabetes in Asia: epidemiology, risk factors, and pathophysiology. JAMA 2009; Vol. 301:2129–2140.

Dahlan, M. S., 2009. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Salemba Medika. Jakarta: 96-101

Das, S. 2008. Lean Type 2 Diabetes Mellitus: Profile, Peculiarities and Paradox. Medicine Update Vol. 18, 97-104

Departemen Kesehatan, RI. 2008. Riset Kesehatan Dasar 2007. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta: 276-277

Dudekula, B. A, Naik, L.J., Reddy, KSN. 2012. Correlation Between Blood Sugars and Body Mass Index With Blood

Pressure Among The Type Diabetic Adults. Asian J. EXP. Biol, SCI. Vol 3(2) 2012: 378-383

Fathmi, A. 2012. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kadar Glukosa Darah Pasien DM tipe 2 Di RSUD Karanganyar. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta

Kamath, A., Shivaprakash, G., Adhikari, P. 2011. Body Mass Index And Waist Circumference in Type 2 Diabetes Mellitus Patients Attending A Diabetes Clinic. Int J Biol Med Res. 2011; 2(3): 636-638

Kariadi, S.H. 2009. Diabetes? Siapa Takut!!: Panduan Lengkap Untuk Diabetesi, Keluarganya, dan Profrsional Medis. PT Mizan Pustaka Bandung: 30-34, 101-106

Kumar, C. dan Robbis. 2007. Buku Ajar Patologi, ed. 7, vol. 2. EGC. Jakarta: 719-733

Manaf A. 2006. Insulin : Mekanisme Sekresi dan Aspek Metabolisme. Dalam : Aru W (e.d.), Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, ed 4th. FK UI. Jakarta: 1857-1917 Manders, R. JF., Pennings, B., Beckers, C.

PG., Aipassa, T. I., and Loon L. JC. 2009. Prevalence of Daily Hyperglycemia in Obese Type 2 Diabetic Men Compared With that In Lean And Obese Normoglycemic Men: Effect of Consumption of A Sucrose-Containing Beverage. Am J Clin Nutr 2009;90:511-518

PERKENI. 2006.Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta

________. 2011.Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta

(13)

Sherwood, L. 2011.Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. EGC. Jakarta: 776-778

Soegonda, S., dkk. 2005. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu, Cetakan kelima. Balai Penerbit FKUI. Jakarta

Stephen, J., Mc Phee dan Willian F. Ganong. 2011. Patofisiologi Penyakit:

Pengantar Menuju Kedokteran Klinis. EGC. Jakarta: 557-58

Supariasa, I. D. N., Bacyar, B., Fajar, I. 2002. Penilaian Status Gizi. EGC. Jakarta: 56-59

WHO. 2011. Diabetes. Diakses : 16 April

2012. Http://

Gambar

Tabel 1
Tabel 3.Kadadar GD2JPP Antar Kelompok Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Pada kondisi sumber daya ikan melimpah, hasil tangkapan yang diperoleh oleh nelayan dapat lebih banyak walaupun dengan upaya penangkapan yang kecil.. Trend CPUE

Penelitian ini bertujuan untuk mempertahankan kesegaran buah stroberi dengan aplikasi edible coating berbasis karagenan dan mempelajari pengaruh penambahan

Germinasi atau perkecambahan meningkatkan kandungan serat kasar dan lemak secara signifikan pada taraf kepercayaan 95%, sedangkan kadar air, kadar abu, dan kadar

Satuan kasus yang digunakan dalam penelitian ini adalah petambak yang melakukan usaha pembesaran udang windu secara monokultur di Desa Lamaran Tarung, Kecamatan Cantigi, Kabupaten

[r]

Therefore, the parities of two consecutive terms x and y in the Fibonacci sequence deter- mine the parity of the following term x + y.. Also, once there are two consecutive terms

Berdasarkan analisis anava satu jalur diperoleh bahwa F hitung (8,84) &gt;F tabel (7,59) untuk tinggi tanaman, sedangkan untuk jumlah daun baru F hitung (12,04) &gt;F tabel

[r]