• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Intervensi Psikoedukasi Terhadap Penurunan Derajat Depresi pada Pasien Penyakit Jantung Koroner.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Intervensi Psikoedukasi Terhadap Penurunan Derajat Depresi pada Pasien Penyakit Jantung Koroner."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

i

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Penyakit jantung koroner merupakan pembunuh nomor satu dengan jumlah kejadian yang terus meningkat sepanjang tahun pada masyarakat Indonesia. Penelitian tahun 2000 yang dilaporkan oleh RS Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta menunjukkan 80% penyebab mortalitas dari seluruh kematian yang ada di Indonesia adalah penyakit jantung dengan penyebab utama mortalitas 68,8% disebabkan karena PJK.

Reaksi pertama individu saat didiagnosis masalah kesehatan yang kronis seperti PJK adalah shock, denial cemas hingga depresi. Perilaku depresi di antaranya tidak berdaya, demotivasi, keterisolasian akibat penyakit, serta ketakutan kambuh yang berimplikasi terhadap pengalaman hidup kini dan selanjutnya. Beck (1967) menjelaskan depresi melalui konsep cognitive triad, Skema, Cognitive Error. Pandangan negatif terhadap pengalaman hidup dapat menguatkan ide-ide kognisi yang menyimpang dari berpikir logis sehingga mengarahkan individu dalam cara pandang yang pesimis.

Tujuan dalam penelitian ini adalah memberikan psikoedukasi melalui media video tape yang bersumber dari the myth and the truth untuk meluruskan cara pandang negatif. Leventhal (1997) menjelaskan bahwa cara pandang atau persepsi terhadap penyakit mengatur representasi kognisi ataupun keyakinan mengenai penyakit yang dideritanya. Perubahan keyakinan maladaptif menjadi lebih adaptif dapat dihasilkan melalui intervensi kognitif.

Penelitian ini menggunakan alat ukur The Beck Depression Inventory II (BDI II) versi Indonesia. Desain eksperimen yang digunakan adalah Two Groups Before After Design. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan

Purposive Sampling. Analisis data yang diperoleh dari hasil skor BDI IIbaik pada tahap pretest dan posttest pada kedua kelompok penelitian dilakukan dengan menggunakan ANCOVA.

Berdasarkan nilai estimasi rata-rata tersebut, ditemukan interaksi antara

(2)

ii

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT

Coronary heart disease is the number one killer with ever-increasing number of events throughout the year in Indonesian society . 2000 study reported by the RS National Cardiovascular Center Harapan Kita Jakarta show -cause mortality 80 % of all deaths in Indonesia is a major cause of heart disease with a mortality of 68.8 % due to CHD.

The first reaction of people when diagnosed with a chronic health problem such as CHD is shock, denial, anxiety to depression. Behavior of these helpless depression, demotivation, isolation due to illness, and fear of recurrence with implications for the current and subsequent life experiences. Beck (1967) describes the concept of depression through cognitive triad, schema, cognitive error. Outlook negative life experiences can toughen cognition ideas that deviate from logical thinking to steer individuals in a pessimistic outlook.

The purpose of this research is to provide psychoeducation through the medium of video tape that comes from the myth and the truth to straighten a negative outlook. Leventhal (1997) explains that the perspective or perception of illness cognitions or beliefs set representation of his illness. Changes become more adaptive to maladaptive beliefs can be generated through cognitive intervention.

This study uses a measuring instrument The Beck Depression Inventory II (BDI II) Indonesian version. Experimental design used is the Two Groups Before After Design. Sampling techniques in this study using purposive sampling. Analysis of the data obtained from the BDI II score well on stage pretest and posttest in both groups of the study done using ANCOVA.

(3)

iii

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR BAGAN... xi

DAFTAR GRAFIK ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Identifikasi Masalah ... 13

1.3.Maksud dan Tujuan Penelitian ... 14

1.3.1. Maksud Penelitian ... 14

1.3.2. Tujuan Penelitian ... 14

1.4.Kegunaan Penelitian... 14

1.4.1. Kegunaan Ilmiah ... 14

(4)

iv

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Depresi ... 16

2.1.1. Definisi Depresi ... 16

2.1.2. Model Kognitif ... 16

2.1.3. Simptom Depresi ... 23

2.1.4. Perkembangan Klinis Depresi ... 26

2.1.5. Precipitation of Depression ... 28

2.1.6. Gambaran Klinis Depresi Menurut DSM IV-TR ... 30

2.2. Penyakit Jantung Koroner ... 32

2.2.1. Pengertian Penyakit Jantung Koroner ... 32

2.2.2. Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner ... 33

2.2.3. Gejala Penyakit Jantung Koroner ... 35

2.2.4. Predisposisi Penyakit Jantung Koroner ... 36

2.2.5. Kondisi Psikologis Pasien Penyakit Jantung Koroner ... 37

2.2.6. Pencegahan Penyakit Jantung Koroner ... 38

2.2.7. Pengobatan Penyakit Jantung Koroner... 39

2.3. Persepsi ... 39

2.3.1. Definisi Persepsi ... 39

2.3.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Persepsi... 40

2.3.3. Perbedaan Individual yang mempengaruhi Persepsi ... 40

2.3.4. Persepsi Terhadap Penyakit... 41

2.4. Gambaran Terhadap Penyakit (Illness Representation) ... 42

2.5. Keyakinan Pasien PJK Terhadap Penyakit Jantung Koroner ... 43

(5)

v

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

2.7. Psikoedukasi ... 47

2.8. Media Komunikasi ... 48

2.8.1. Media Sebagai Langkah Komunikasi... 48

2.8.2. Kesalahan Dalam Komunikasi ... 49

2.8.3. Kontribusi Penderita Dalam Kesalahan Komunikasi ... 50

2.9. Media Video Tape ... 50

2.9.1. Pengertian Media Video Tape ... 50

2.9.2. Karakteristik Media Video Tape ... 51

2.10. Kerangka Pikir ... 53

2.11. Asumsi Penelitian ... 65

2.12. Hipotesis Penelitian ... 65

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian ... 66

3.2. Variabel Penelitian ... 67

3.2.1. Definisi Konseptual Dan Definisi Operasional ... 67

3.2.1.1. Psikoedukasi ... 67

3.2.1.2. Depresi ... 69

3.3. Alat Ukur ... 69

3.4. Data Penunjang ... 74

3.5. Populasi ... 75

3.5.1. Populasi Sasaran ... 75

3.5.2. Karakteristik Sampel ... 75

(6)

vi

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

3.5.4. Prosedur Pengumpulan Data ... 76

3.6. Teknik Analisis Data... 77

3.7. Hipotesis Statistik ... 79

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 80

4.2. Gambaran Hasil Pengambilan Data ... 81

4.2.1. Gambaran Responden ... 81

4.2.2. Hasil Pengujian Hipotesis ... 85

4.3. Pembahasan ... 87

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 98

5.2. Saran ... 99

5.2.1. Saran Teoritis ... 99

(7)

vii

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA ... 101

DAFTAR RUJUKAN ... 103

DAFTAR RUJUKAN ELEKTRONIK ... 104

(8)

viii

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR BAGAN

BAGAN 2.10. KERANGKA PIKIR ... 64

(9)

ix

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Contoh Tabel Data Responden ...73

Tabel 3.2. Peubah-peubah dalam ANCOVA ...78

Tabel 4.1. Jumlah Responden Berdasarkan Data Demografi ...81

Tabel 4.2. Gambaran Umum Pengalaman Hidup Yang Mempengaruhi

Derajat Gejala Depresi Pada Kelompok Eksperimen ...83

Tabel 4.3. Gambaran Perbandingan Derajat Gejala Depresi Pada Tahap Pre Test Dan Post Test Dalam Kelompok Kontrol dan Eksperimen...87

Tabel 4.4. Persentase Perubahan Derajat Gejala Depresi ...88

Tabel 4.5. Perubahan Derajat Gejala Depresi Berdasarkan Pendidikan ...93

Tabel 4.6. Tabulasi Perubahan Derajat Gejala Depresi Berdasarkan

Pendidikan Dan Usia ...95

(10)

x

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GRAFIK

(11)

xi

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A Skenario Video Tape

LAMPIRAN B Kuesioner BDI II

LAMPIRAN C Hasil Skor BDI II Kelompok Eksperimen

LAMPIRAN D Hasil Skor BDI II Kelompok Kontrol

LAMPIRAN E Daftar Pertanyaan Mengenai Gambaran Umum Pasien PJK

(12)

1

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Penyakit kardiovaskular adalah penyakit tidak menular yang merupakan

salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia. World Health Organization

(WHO) menyebutkan bahwa terjadi satu kematian akibat penyakit kardiovaskular

setiap dua detik, serangan jantung setiap lima detik dan stroke setiap enam detik,

sehingga dalam setahun diperkirakan 17 juta orang meninggal akibat penyakit

kardiovaskular. Pada tahun 2020 diperkirakan penyakit jantung koroner (PJK)

akan menempati urutan pertama, kedua depresi dan ketiga penyakit

serebrovaskular/stroke (www. Majalah-Farmacia.com. Gerai, Desember 2008,

diakses 6 April 2011).

Penyakit jantung merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas

baik di negara maju maupun negara berkembang. Penelitian tahun 2000 yang

dilaporkan oleh RS Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta menunjukkan

80% penyebab mortalitas dari seluruh kematian yang ada di Indonesia adalah

penyakit jantung sebanyak tujuh koma dua juta (7,2 juta) kejadian dan stroke

sebanyak lima koma dua juta (5,2 juta) kejadian, secara keseluruhan penyebab

utama mortalitas 68,8% disebabkan karena PJK (Journal Of Nutrition College. Vol 1, no: 1, tahun 2012). Sedangkan di Jawa Barat tingkat kemungkinan terkena

penyakit jantung mencapai 1% di atas rata-rata nasional yang berkisar 0,9% dan

(13)

2

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

nasional yang berkisar 7,2% (Kompas.com, 5 Mei 2009, diakses 10 September

2011).

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian

Kesehatan tahun 2007 menunjukkan bahwa terjadi lebih dari 3.000 kasus serangan

jantung pada rentang usia antara 45 sampai 67 tahun dengan rata-rata usia 57

tahun. Faktor risiko PJK dibagi menjadi dua, yaitu faktor perilaku yang dapat

dikendalikan seperti jarang berolah raga, merokok, penyakit kencing manis, gula

darah tinggi, kolesterol, hipertensi, kegemukan dan faktor genetik yang tidak

dapat dikendalikan seperti usia, jenis kelamin dan riwayat keluarga (keturunan).

Hasil analisis mengungkapkan bahwa penyakit jantung koroner merupakan

pembunuh nomor satu dengan jumlah kejadian yang terus meningkat sepanjang

tahun pada masyarakat Indonesia (Bisnis Jabar.com, 21 Maret 2011, diakses 27

Maret 2011).

Faktor risiko PJK tergolong kompleks karena tidak hanya terjadi akibat

salah satu faktor risiko tetapi dapat pula karena kombinasi dari berbagai faktor

risiko. Fakta yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap tujuh pasien PJK

dengan status ekonomi rendah mengungkapkan beberapa hal mengenai faktor

risiko yang akrab dalam kehidupannya, yaitu: kebiasaan tidak berolah raga,

kebiasaan mengkonsumsi rokok yang dianggap dapat meredakan stres atau

ketegangan dalam kehidupannya sekalipun berpenghasilan terbatas. Pembelaan

diri yang kerap diungkapkan yaitu “merokok dapat mengurangi rasa lapar, stress berkurang dan menganggap merokok tidak mengganggu orang lain” oleh karenanya tidak jarang menjalankan aktivitas merokok tanpa mempedulikan

(14)

3

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

Selain itu, pola makan yang kurang teratur dan sudah menjadi kebiasaan yang

dilakukan bertahun-tahun, sehingga beranggapan bahwa “tanpa sarapan pun asal kopi dan rokok cukup dapat mengganjal perut hingga siang hari”. Bahkan sebagian pasien mengatakan “makan teratur bukan merupakan hal penting tetapi yang penting masih bisa makan”. Pola hidup tersebut sudah dijalankan bertahun-tahun bahkan hingga timbulnya gejala PJK, pasien hanya menganggap nyeri dada

sebagai sakit biasa dan kurang memperhatikan gejala yang menyertainya seperti

keringat berlebih, sesak, nyeri punggung, leher atau lainnya, sehingga pasien baru

memeriksakan ke dokter dalam kondisi fisik yang tidak berdaya dengan gejala

penyakit yang semakin berat. Terdapat penelitian yang menjelaskan mengenai

faktor sosioekonomi yang mempengaruhi penyakit kardiovaskular. Minh et al

(2006) mengemukakan bahwa prevalensi PJK lebih tinggi pada penduduk dengan

pendidikan rendah dan tidak sekolah. Begitu pula hasil yang dilaporkan oleh

United Nations Economic and Social Council (2004) bahwa risiko penyakit kardiovaskular akan mempengaruhi semua sektor sosial, dengan status sosial

ekonomi rendah yang lebih rentan terkena penyakit tersebut

(http://lppm-ump.blogspot.com. 23 Maret 2009, diakses tanggal 9 Desember 2011). Fakta di

atas dengan jelas menunjukkan rendahnya pemahaman pasien mengenai

konsekuensi dari pola hidupnya dan berbagai faktor risiko PJK sehingga pada

akhirnya menderita PJK.

Menurut Dr Achmad Fauzi Yahya, SpJP, FIHA, sebenarnya PJK dapat

diatasi dengan sikap dan perilaku yang tepat baik bagi yang belum atau yang

pernah mengalami. Perubahan gaya hidup dan pola makan merupakan cara untuk

(15)

4

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

berasal pada bagian otot atau tulang dada, melainkan rasa sakit yang diakibatkan

penyempitan atau tersumbatnya pembuluh darah jantung. Koroner adalah

pembuluh darah atau arteri yang berfungsi memberi nutrisi pada otot jantung

supaya jantung dapat berfungsi dengan baik. Penyakit jantung koroner disebabkan

oleh penyempitan pembuluh darah koroner karena penumpukan lemak pada

dinding pembuluh darah yang disebut aterosklerosis. Ketika arteri atau pembuluh darah tersumbat, maka aliran darah akan berkurang, sehingga mengakibatkan

kejadian penyakit jantung. Keluhan yang dirasakan seperti tertekan beban yang

berat di atas dada bagian tengah dalam waktu kurang lebih selama 5-20 menit. Ini

dapat menjalar ke lengan kiri atau kanan, bahkan rahang dan punggung serta leher

yang terasa seperti dicekik (Tempo Interaktif, diakses 3 April 2011).

Wawancara dengan ketujuh pasien PJK menuturkan pengalamannya pada

saat menerima diagnosis PJK. Empat pasien mengungkapkan perasaan seperti:

(16)

5

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha rajin beribadah, tapi…mending saya mati. Ungkapan ingin mati dikarenakan ia merasa putus asa dan sadar akan menjadi beban bagi keluarganya.

Pada saat didiagnosa PJK sangat sulit bagi pasien untuk menerima dirinya,

karena kondisi fisik dan penanganan penyakit PJK yang menimbulkan stress

secara terus menerus, sehingga tidak hanya mempengaruhi kondisi fisik tapi juga

kondisi psikologis individu. Stres membuat tubuh tidak mampu berfungsi secara

baik. sehingga menjadi salah satu penyebab menurunnya sistem kekebalan tubuh

(immunitas). Manifestasi reaksi psikologis yang timbul seperti perasaan kaget, sedih, cemas, takut, merasa dibayangi oleh kematian hingga membayangkan

terjadinya perubahan dalam kehidupan di masa depan akibat dari penyakit dan

proses penanganan penyakit. Stress dan reaksi psikologis yang berkelanjutan ini

dapat berkembang menjadi depresi pada pasien PJK (Burish dalam Namora,

2009). Kondisi depresi akan membuat pasien tidak berdaya memandang masa

depan bersama penyakitnya dan dapat menjadi faktor risiko independen yang akan

memperburuk PJK.

Kondisi depresi dapat berlanjut apabila pasien masih mempertahankan

pikiran negatif mengenai penyakitnya. Sementara kehidupan pasien tidak hanya

berhenti setelah selesai melakukan pengobatan awal akan tetapi pasien masih

memiliki kewajiban baru yaitu menjalankan proses perawatan dan pengobatan

lanjutan yang juga berpotensi meningkatkan gejala depresi. Begitupun dengan

status sosioekonomi yang rendah tampaknya menjadi sumber stres tersendiri

terutama saat harus memikirkan rutinitas pengobatan yang wajib dilakukan secara

berkala. Hasil wawancara peneliti dengan tujuh pasien menyimpulkan bahwa

(17)

6

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

berobat karena berdampak terhadap pemenuhan kebutuhan rumah tangga yang

semakin rendah. Hal ini dirasakan sebagai beban yang berat karena senantiasa

dihadapkan pada kondisi dilematis karena kewajiban berobat dan pemenuhan

kebutuhan hidup pasien bersama keluarga. Mereka pun menyadari bahwa

menghindar dari perawatan dan pengobatan adalah tidak mungkin sehingga

berakhir dengan keluhan dan ketidakberdayaan. Pagehgiri (dalam Namora

Lumongga Lubis, 2009) menyatakan bahwa pengalaman menjalani perawatan

medis dan keharusan menjalani proses pengobatan yang dianjurkan oleh dokter

dapat berpotensi menimbulkan gangguan emosional, terutama depresi. Penelitian

lainnya mengungkapkan bahwa stressor kehidupan yang kronik, rendahnya status

sosio-ekonomi, rendahnya dukungan sosial, dan masalah marital dapat

meningkatkan keparahan penyakit jantung. Penyesuaian yang buruk terhadap

penyakit kronik dapat menyebabkan depresi yang selanjutnya akan dapat

menurunkan ketaatan terhadap pengobatan, mengurangi partisipasi pada program

rehabilitasi bahkan peningkatan drop out pada program rehabilitasi cardiac

sehingga menghambat perubahan gaya hidup yang lebih baik. (Iran J Med Sci

September 2011; Vol 36. No 3).

Perubahan kehidupan setelah mengalami PJK merupakan suatu babak

baru, karena PJK tergolong penyakit kronis yang berlangsung lama dan tidak

mudah untuk disembuhkan. Pasien PJK akan melakukan perubahan besar untuk

kesehatannya, baik di dalam sikap ataupun gaya hidupnya. Akan tetapi tidak

sedikit pula pasien PJK melakukan perubahan tanpa didasarkan pengetahuan dan

informasi yang tepat untuk meminimalisir faktor risiko PJK. Kesalahpahaman

(18)

7

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

Bandung dr. Pintoko Tedjokusumo, SpJP bahwa banyak pasien yang belum

memiliki informasi secara menyeluruh dan lengkap cenderung menimbulkan

persepsi negatif tentang penyakitnya. Faktanya hampir sebagian besar PJK yang

telah mendapatkan terapi medis berupa operasi bypass atau pemasangan stent

masih berpikir atau beranggapan bahwa jantung mereka (pasien) tetap dalam

kondisi lemah dan rentan untuk kembali sakit sehingga membatasi aktivitas fisik

secara kurang proporsional.

Pasien PJK yang memiliki persepsi negatif mengenai kondisi diri dan

penyakitnya menunjukkan penghayatan yang kurang tepat dalam mengurangi

faktor risiko dan ketaatan menjalani proses medis (Horne, 1997; byrne et al.,

2005) dan persepsi negatif akan cenderung membuat penyakit jantung menjadi

lebih lama untuk memperoleh kesembuhan, mengalami penurunan sikap mandiri,

dan kurang bergairah untuk kembali bekerja atau beraktivitas (Havik & Maeland,

1987). Dalam teori kognitif, Beck (1989) menjelaskan bahwa proses perilaku

dipengaruhi oleh persepsi atau penafsiran lingkungan selama proses pembelajaran.

Perilaku yang tidak tepat biasanya timbul sebagai hasil mispersepsi atau

kesalahpahaman.

Menurut Furze (2005) keterbatasan untuk memperoleh infomasi yang

komprehensif mengenai PJK dapat menciptakan kesalahpahaman dan bertahannya

keyakinan maladaptif tentang penyakit yang secara berangsur mengarahkan

pasien PJK pada kondisi depresi.

Hasil wawancara peneliti terhadap pasien PJK mengungkapkan mengenai

bagaimana kesalahpahaman PJK masih mempengaruhi pola hidup pasien, di

(19)

8

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha depan tipi (televisi) supaya ga terlalu jenuh, sulit tidur dan terkadang kurang selera makan, kalo keluar rumah suka takut ada apa-apa jantung deg-degan ga teratur kecuali ditemenin istri atau anak tapi.orang lain jadi banyak menasehati memang maksudnya baik tapi jadi merasa seperti kagok (maksudnya kurang dihargai), belum berani kembali kerja (sebagai supir, buruh toko), suka kesal, pengen marah gara-gara penyakit jadi serba susah (dengan nada lemas, aktivitas minim). Sementara dua pasien mengatakan: merasa takut, suka kepikiran akan mati meski suka ditepis, padahal anak masih butuh biaya, sekarang aja susah (keuangan) karena tetep kudu berobat, jadi kalo pas bayaran sekolah trus kudu berobat suka sedih (mata sayup), belum mikirin kebutuhan sehari-hari, rasanya jadi bikin susah orang (suami) aja hidup ini, ga nafsu makan kadang jadi susah tidur juga. Dua pasien terakhir: sudah merasa pasrah, ga bisa berbuat apa-apa lagi, ya hanya gini aja diam (karena komplikasi mengidap penyakit kronis lain hipertensi, gagal ginjal, diabetes mellitus), Jadi hanya ngandelin sodara atau istri untuk mengurusi kehidupan sehari-hari, udah ga kuat fisiknya (merasa bingung, tidak mengerti apa yang harus diperbuat sekarang atau masa depan), sudah pasrah, mau dipanggil sekarang juga, hidup sudah berat kasian istri/suami, anak.

Kondisi di atas merupakan gambaran pasien PJK yang menunjukkan

gejala-gejala depresi yang memang tidak mudah untuk dihindari dari

kehidupannya. Secara umum sikap dan perilaku tersebut bertahan lama dan sudah

berlangsung beberapa bulan bahkan tahun, karena perasaan takut kambuh atau

terulangnya PJK. Akibat dari rasa takut tersebut maka muncul konsekuensi

lanjutan seperti: takut kehilangan pekerjaan, keadaan ekonomi memburuk, tidak

(20)

9

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

menjadi individu yang tidak berguna. Sementara bagi ibu rumah tangga, timbul

perasaan sedih, kesal karena menganggap dirinya tidak akan mampu mengurus

dan melayani rumah tangga secara maksimal, karena harus banyak istirahat.

Keluhan lainnya merasa ragu dan takut untuk menjalankan kegiatan seksual

dengan pasangan karena merasakan jantung menjadi berdegup lebih kencang yang

dianggap dapat membahayakan jantungnya. Perasaan takut, marah, sedih, minder

dan rasa bersalah merupakan akibat dari hanya memikirkan penyakit tanpa

mengubah cara berpikir secara realistis. Beck (1967) menjelaskan hubungan

antara pikiran depresi dengan afektif bahwa seringkali pikiran tidak berdaya akan

didahului oleh perasaan yang kurang menyenangkan. Pada saat merasa cemas,

marah, sedih maka pikiran diasosiasikan dengan kesesuaian dari perasaan

tersebut, dengan demikian perasaan depresif secara umum akan sesuai dengan isi

pikiran yang spesifik. Ketidakterimaan individu terhadap penyakit dan

konsekuensi yang diakibatkan penyakit akan semakin meningkatkan gejala

depresi dan konseptualiasinya pun semakin mengalami penyimpangan hingga

kehilangan objektivitas.

Pada saat pasien PJK mengalami depresi dengan sikap marah atau

permusuhan maka akan meningkatkan reaktivitas kardiovaskular yang

berkontribusi pada perkembangan keparahan PJK yaitu kerusakan lapisan

terdalam dinding pembuluh nadi (Nemeroff, Musselman, & Evans, 1998). Depresi

dapat meningkatkan tekanan darah, mempengaruhi irama jantung, tingkat insulin,

kolesterol tinggi dan berbagai mekanisme fisiologis lain yang belum dapat

dipahami hingga saat ini (Rumsfeld & Ho, 1998). Penelitian lain mengungkapkan

(21)

10

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

penyakit kardiovaskular (Carney & Freedland, 2003). Dalam studi prospektif

dijelaskan bahwa depresi mampu secara independen memprediksi kejadian dan

kematian akibat penyakit kardiovaskular. Hasil penelitian tersebut menemukan

bahwa individu yang mengalami depresi memiliki 50% lebih tinggi kemungkinan

untuk meninggal akibat penyakit jantung (Andari et al., 1993).

Setiap individu memiliki konstelasi depresi yang bersifat laten dan

menjadi aktif apabila dihadapkan pada stimulus yang sesuai. Penyakit PJK yang

dianggap mematikan dan status sosial ekonomi yang rendah merupakan pencetus

aktifnya konstelasi depresi sehingga pikiran pasien menjadi terfokus pada

kelemahan dan ketidakberdayaan (Beck, 1967). Konstelasi depresi yang aktif

masih tampak selama masa pemeriksaan rutin, salah satunya ditunjukkan dengan

sikap kurang proaktif untuk menambah wawasan dan berkonsultasi tentang

penyakitnya. Setelah selesai pemeriksaan seringkali hanya menebus resep obat

dan pulang. Ada pula pasien yang mengalami serangan jantung kedua kalinya

mengatakan bahwa gejala nyeri dan pegal di sekitar dada kerapkali membuatnya

merasa putus asa dan menunjukkan kepasrahan dengan mengatakan “ya sudahlah kalau dipanggil sekarang ya ga apa-apa” dengan ekspresi yang tampak lemas. Rasa apatis dan putus asa semakin menguatkan ide-ide pada tema depresif yang

khas.

Pada dasarnya manusia adalah mahluk yang senantiasa belajar

menghadapi berbagai rintangan hidupnya termasuk pasien yang mengalami

depresi. Menurut Lazarus, individu memiliki kemampuan untuk menyaring dan

mempertimbangkan tekanan stress yang dihadapi atau lebih dikenal dengan istilah

(22)

11

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

akan mempengaruhi persepsi pasien. Dengan demikian, pasien yang memiliki

informasi yang tepat akan memaknakan penyakitnya sebagai suatu tantangan yang

mendorongnya untuk mengurangi depresi (Taylor, 2006).

Pada kenyataannya para pasien membutuhkan suatu media yang dapat

memberikan informasi secara awam mengenai penyakitnya, gaya hidup sehat,

beragam obat yang dikonsumsi, bahkan kebutuhan untuk memperoleh kedekatan

psikologis dengan tim medis pun dirasakan hingga sekarang tidak mudah

diperoleh. Hubungan tim medis dan para pasien hanya bersifat formal seperti

merespon keluhan, memeriksa kemudian memberikan resep obat saja. Kondisi

tersebut tidak terlepas dari berbagai faktor, di antaranya keterbatasan jumlah

tenaga medis khususnya ahli kardiologis yang tidak sebanding dengan jumlah

pasien PJK. Menurut Dr. Anna Ulfa Rahayu, Sp.JP(K) selaku Ketua Perkumpulan

Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (Indonesian Heart Association) menyatakan bahwa jumlah dokter spesialis jantung saat ini baru mencapai 493

orang, sepertiganya bekerja di wilayah Jabodetabek. Selain jumlahnya yang

sangat minim untuk melayani rakyat Indonesia sebanyak 240 juta, pendistribusian

pun dinilai tidak merata. (www.bppsdmk.depkes.go.id, 25 Maret 2011, diakses 9

September 2011).

Pada awalnya sumber informasi pasien PJK umumnya diperoleh dari

pengalaman diri sendiri dan pengalaman orang lain yang selanjutnya

mempengaruhi pandangan umum pasien mengenai PJK, kemudian informasi yang

diperoleh melalui sumber lain seperti media cetak, dan media elektronik. Sumber

informasi melalui media cetak sering dijumpai peneliti di pusat pelayanan

(23)

12

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha booklet, brosur, spanduk tetapi tidak dapat dipastikan semua orang yang menerima media cetak tersebut akan membaca dan memahami pesan yang

disampaikan melalui kalimat-kalimat singkat pada media tersebut. Secara umum

informasi yang disampaikan berisi: cara pencegahan, cara pengobatan, bahaya

penyakit, pola hidup yang sebaiknya dijalankan oleh pasien. Sedangkan

keberadaan video tape tergolong masih terbatas hanya berada di rumah sakit tertentu dengan tayangan singkat dan tidak hanya terfokus pada satu penyakit.

Oleh karenanya peneliti mencoba menggunakan intervensi melalui video tape yang terfokus pada PJK sebagai upaya memberikan psikoedukasi bagi pasien PJK. Beberapa ahli menegaskan bahwa informasi yang terekam dalam video tape

tentang penyakit dapat memiliki efek menguntungkan pada pasien PJK yang

dinyatakan stabil, terutama untuk mengatasi kejadian/ peristiwa dalam kehidupan

pasien sehari-hari (Mahler dan Kulik 1995; 2002; Ruffinengo et al, 2009;.

Jamshidi & Kalyani, 2011). Beberapa alasan menggunakan video tape dalam penelitian ini adalah: pertama karena dapat dilakukan di rumah sehingga

memberikan rasa nyaman bagi pasien dan dapat ditonton sesuai keinginan pasien.

Kedua, pasien yang cenderung segan untuk menanyakan penyakitnya kepada

dokter setidaknya akan dapat memperoleh beberapa informasi yang tepat tentang

PJK melalui video tape ini. Ketiga, video tape dapat menghemat waktu pasien untuk mendapatkan informasi yang tepat dan merupakan cara untuk mengurangi

biaya perawatan kesehatan.

(24)

13

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

secara lebih tepat. Informasi yang disampaikan dalam video tape ini bertujuan untuk mengurangi kesalahpahaman informasi yang dapat menimbulkan perilaku

merugikan pada kesehatan jantung dalam jangka waktu yang panjang dan

berimplikasi terhadap kesalahan dalam mengendalikan faktor risiko PJK.

Informasi yang diungkapkan dalam video tape tersebut disampaikan oleh dua orang dokter ahli jantung dan kesaksian dari pasien PJK yang telah pulih,

sehingga dapat memberikan motivasi untuk memahami penyakit dan bagaimana

menerima kenyataan hidup dengan PJK.

Beberapa mitos yang diperoleh dari wawancara di antaranya: takut olah

raga karena bahaya kalau jantung menjadi berdegup kencang, tidak boleh cape

harus banyak istirahat, harus bebas dari stres, tidak boleh banyak pikiran,

menahan diri untuk tidak marah. Dengan demikian, informasi yang tepat sangat

dibutuhkan untuk mengurangi kesalahpahaman yang berdampak pada keparahan

penyakit jantung. Berdasarkan fakta-fakta di atas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan studi intervensi psikoedukasi melalui media video tape terhadap penurunan derajat depresi pada pasien PJK di Rumah Sakit X Kota Bandung.

1.2. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

apakah intervensi psikoedukasi melalui video tape dengan skenario yang merujuk pada the myth and the truth mengenai penyakit jantung koroner dapat berpengaruh terhadap penurunan derajat depresi pada pasien PJK di Rumah Sakit X Kota

(25)

14

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1. Maksud Penelitian

Maksud dilakukannya penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran

pengaruh intervensi psikoedukasi melalui media video tape dengan skenario yang merujuk pada the myth and the truth mengenai penyakit jantung koroner terhadap penurunan derajat depresi pada pasien PJK di Rumah Sakit X Kota Bandung.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah memberikan paparan dalam

rangka memahami pengaruh intervensi psikoedukasi melalui media video tape

dengan skenario yang merujuk pada the myth and the truth mengenai PJK terhadap penurunan derajat depresi pada pasien PJK di Rumah Sakit X Kota

Bandung dan bagaimana proses psikoedukasi tersebut dapat mengubah persepsi

atau cara pandang individu.

.

1.4. Kegunaan Penelitian

1.4.1. Kegunaan Ilmiah

a. Bagi Ilmu Psikologi Klinis, dan Psikologi Kesehatan maka penelitian ini

dapat digunakan sebagai pengetahuan tambahan untuk memahami

permasalahan psikologis dan gejala depresi yang menyertai pasien PJK.

b. Bagi Ilmu Psikologi Klinis, dan Psikologi Kesehatan maka penelitian ini

dapat digunakan sebagai bahan acuan atau kajian mengenai intervensi

(26)

15

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

c. Sebagai informasi tambahan bagi penelitian selanjutnya yang berminat

mencermati faktor risiko PJK selain depresi yang berpengaruh terhadap

perkembangan keparahan PJK.

1.4.2. Kegunaan Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan atau informasi

bagi pasien PJK sehingga memiliki persepsi positif untuk menghindari

gejala depresi dan faktor risiko PJK yang akrab dalam kehidupannya.

b. Memberikan pengetahuan atau informasi kepada keluarga pasien PJK

untuk mengenali gejala depresi yang dialami pasien, sehingga keluarga

dapat meningkatkan dukungan kepada pasien untuk menghindari faktor

risiko PJK.

c. Memberikan pengetahuan atau informasi kepada para psikolog klinis yang

bergerak dalam bidang terapi dan konseling untuk dapat mengembangkan

metode yang efektif dalam penanganan depresi pada pasien PJK.

d. Memberikan pengetahuan atau informasi kepada para dokter dan perawat

untuk membantu proses penanganan pasien PJK yang terfokus pada upaya

meminimalisir faktor risiko PJK khususnya depresi.

e. Memberikan pengetahuan atau informasi tambahan bagi instansi yang

bergerak di bidang kesehatan dalam merancang perangkat video tape yang informatif, terfokus pada suatu penyakit dan terstandarisasi, sehingga

(27)

98

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil pengujian data serta pembahasan

yang telah dilakukan mengenai pengaruh intervensi video tape terhadap penurunan gejala depresi pada pasien PJK, maka diperoleh kesimpulan sebagai

berikut:

1. Penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian intervensi psikoedukasi

melalui video tape yang mengacu pada the myth and the truth (Furze, 2005) dapat menimbulkan dampak penurunan derajat depresi bagi pasien PJK.

2. Pasien PJK pada kelompok eksperimen yang mendapatkan informasi

mengenai the myth and the truth mengenai PJK mengalami penurunan

derajat gejala depresi dibandingkan dengan pasien PJK pada kelompok

kontrol.

3. Penurunan derajat gejala depresi tidak terlepas dari tingkat pendidikan dan

karakteristik lain seperti usia, penerimaan diri terhadap penyakit, dan

kepasrahan yang bersifat rohani.

4. Pasien PJK pada kelompok eksperimental dan kontrol dengan derajat

gejala depresi menetap (tidak berubah) dan meningkat pada kriteria

depresi ringan dan moderat menunjukkan bahwa perasaan khawatir akan

kambuhnya penyakit, keterbatasan sosioekonomi dan komplikasi penyakit

(28)

99

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

kelelahan secara fisik dan psikologis serta munculnya sikap dependensi.

Selain itu mereka cenderung kurang memiliki minat untuk memperhatikan

pesan atau informasi yang termuat dalam video tape.

5.2. Saran

Berdasarkan analisis dan hasil penelitian yang diperoleh, maka terdapat

beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penelitian sejenis.

5.2.1. Saran Teoretis

1. Bagi peneliti selanjutnya hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

bahan pertimbangan untuk meneliti variabel lain yang berpengaruh

terhadap perubahan derajat gejala depresi individu PJK seperti kehidupan

religius, dan social support termasuk adanya pengaruh intervening variable yang perlu dikontrol secara lebih ketat.

2. Bagi peneliti selanjutnya hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

bahan pertimbangan untuk lebih mencermati komplikasi penyakit lain

yang dialami pasien PJK yang mempengaruhi derajat depresi.

3. Bagi peneliti selanjutnya hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

bahan pertimbangan untuk lebih mencermati tipe diagnosa PJK seperti tipe

awal, tipe tengah, tipe akhir yang berpotensi mempengaruhi derajat

(29)

100

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

5.2.2. Saran Praktis

Saran praktis dari hasil penelitian yang dapat diterapkan bagi pihak yang

memiliki ketertarikan mengenai PJK:

1. Bagi pasien yang mengalami kondisi depresi pada kriteria moderat dan berat

maka pemberian informasi melalui video tape perlu disertai pendekatan penyuluhan secara individual.

2. Bagi keluarga pasien PJK, isi atau pesan videotape ini dapat dijadikan informasi untuk memberikan dukungan kepada pasien dalam memahami

kondisi yang dialaminya, membantu meningkatkan kesadaran pasien untuk

menghindari berbagai faktor risiko PJK, terutama faktor risiko independen

seperti depresi yang dapat meningkatkan keparahan PJK.

3. Para psikolog terutama psikolog klinis mengembangkan pendekatan

psikoedukasi seperti penyuluhan yang memperkuat pesan yang

diinformasikan melalui video tape sehingga dapat mempengaruhi penurunan derajat depresi pasien PJK.

4. Para dokter dan perawat yang secara berkala menghadapi pasien PJK

penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk menjelaskan kepada pasien

berbagai informasi spesifik yang dibutuhkan dan kerap kurang dipahami oleh

pasien sendiri.

5. Videotape yang digunakan dalam penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan untuk mengembangkan perangkat media video tape yang terstandarisasi dan memiliki daya persuasif yang lebih tinggi untuk menurunkan gejala depresi

(30)

101

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

American Psychiatric Association. 2000. Diagnostic and Statistical Manual IV - Text Revision (DSM IV-TR). Washington DC: APA.

Atkinson, Rita L, Richard C Atkinson, Ernest L Hilgard. 1991. Introduction To Psychology. New York: Harcourt Brace Jovanovich, Inc.

Beck, Aaron T.. 1967. Depression: Clinical, Experimental, and Theoretical Aspect. New York: Harper and Row Publishers.

Beck, Aaron T.. 1979. Cognitive Therapy of Depression. New York: The Guildford Press.

Beck, A. T. 1985. Depression Causes Treatment. Philadelphia: University of Pennsylvania.

Beck, A. T., Steer, R. A., & Brown, G. K. (1996). BDI-II, Beck Depression Inventory: Manual (2nd ed.). Boston: Harcour, Brace, & Company

Christensen, Larry B. 2009. Experimental Methodology. Boston: Allyn & Bacon. Davison, G dan Neale, J. M. 2001. Abnormal Psychology. (8th ed.) New York:

John Wiley dan Sons, Inc.

Furze G. 2007. Cardiac Misconceptions–a Problem in Need of Treatment?

Research Fellow, British Heart Foundation Care & Education Research Group, Department of Health Sciences, University of York.

Furze G., Roebuck A., Bull P., Lewin R.J.P., & Thompson D.R. 2002. A Comparison of The Illness Beliefs of People With Angina and Their Peers: A Questionnaire Study. BMC Cardiovasc Disord. 2002:2.

Howell, David C. 2002. Statistical Methods for Psychology (5th ed.). Pacific Grove, CA: Duxbury.

Leventhal, Howard., Diefenbach, Michael., & Leventhal, Elaine A. (1992). Illness Cognition: Using Common Sense to Understand Treatment Adherence and Affect Cognition Interactions. Cognitive Therapy and Research vol. 16, 143-163.

(31)

102

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha Foundation Dalam: Petrie KJ, Weinman J, editors. Perceptions of Health and Illness hal. 19-45, 155–188. Amsterdam: Harwood Academic.

Lubis, Namora Lumongga, 2009. Depresi: Tinjauan Psikologis, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Morrison V., Bennet P. 2006. An Introduction to Health Psychhology. Essex: Pearson Education Limited.

Taylor, Shelley E. 2006. Health Psychology (6th ed.). New York: McGraw-Hill Companies, Inc.

Wahana Komputer. 2009. Solusi Mudah dan Cepat Menguasai SPSS 17.0 untuk Pengolahan Data Statistik Seri SPSS. Jakarta: Penerbit PT. Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia. Anggota IKAPI

Winston, Arnold, M.D.,Richard N. Rosenthal, M.D.,Henry Pinsker, M.D. 2012.

(32)

103

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Anxiety and Depression in Patients with Coronary Heart Disease: A Study in a Tertiary Hospital Iran Journal Med Sci September 2011; Vol 36 No 3 201. Folkman, S. and Lazarus, R.S., Dunkel-Shetter, C., DeLongis, A. & Gruen, R.J.

1986. Dynamic of stressful encounter: cognitive appraisal, coping and encounter outcome. Journal of Personality and Social Psychology. 50, 992-1003

Furze, Gill., Lewin, Robert JP., Murberg, Terje., Bull, Peter., & Thompson, David R. 2005. Does It Matter What Patient Think? The Relationship Between Change in Patiens Beliefs about Angina and Therit Psychological and Functional Status. Journal of Psychosomatic Research 59,323-329.

Ginting, H., Näring, G., & Becker, E. S. 2012. The Validity of the Beck Depression Inventory–Second Version in the Indonesian General Population and in Patients with Coronary Heart Disease. Submitted to a Journal.

Goldman, C.R. 1988 Toward a definition of psychoeducation. Hospital & Community Psychiatry, 39, 666-668

(33)

104

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN ELEKTRONIK

www. Majalah-Farmacia.com. Gerai, Desember 2008, diakses 6 April 2011.

Bisnis Jabar.com, 21 Maret 2011, diakses 27 Maret 2011.

www.bppsdmk.depkes.go.id, 25 Maret 2011, diakses 9 September 2011.

http://www.asianbrain.com, dikutip dari UPT – Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan, 2000.

www.Kompas.com, 5 Mei 2009, diakses 10 September 2011.

http://lppm-ump.blogspot.com, 23 Maret 2009, diakses tanggal 9 Desember 2011.

Tempo Interaktif, diakses 3 April 2011.

Referensi

Dokumen terkait

Urutan mikroorganisme yang terkandung dalam limbah adalah bakteri, fungi, algae, dan protozoa (Soetiman, 1990). Mikroorganisme yang terkandung dalam limbah dapat

[r]

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XLI-B4, 2016 XXIII ISPRS Congress, 12–19 July 2016, Prague, Czech

Mata kuliah ini membahas tentang berbagai teknologi pengolahan hasil perairan, baik bahan baku maupun limbahnya, dengan memanfaatkan teknologi suhu rendah, suhu

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XLI-B4, 2016 XXIII ISPRS Congress, 12–19 July 2016, Prague, Czech

Berkas Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak yang telah diterbitkan SKPPKP sebelum SMT, harus dikirim ke KPP Baru paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sebelum

For this study, we are using images acquired by the Lunar Reconnaissance Orbiter (LRO) to update the Clementine UVVIS internal and external orientation parameters

Dengan demikian jelaslah mengapa konvensi Vienna 1980 diperlukan dan dibutuhkan. Sifat dan karakteristik yang berbeda antara international trade dan domestic trade telah