• Tidak ada hasil yang ditemukan

Somatometri Kerbau Lumpur (Bubalus Bubalis) di Kabupaten Jembrana Bali.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Somatometri Kerbau Lumpur (Bubalus Bubalis) di Kabupaten Jembrana Bali."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

i

RIWAYAT HIDUP

Debora Selfia Boru Manurung lahir di kecamatan Tigabinanga kabupaten Karo, Medan (Sumatera Utara) pada tanggal 19 Oktober 1992. Merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Parsaoran Manurung dan Ibu Lasmi Boru Simarmata.

Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-Kanak pada tahun 1996 s/d 1998 di TK SANTO YOSEPH Tigabinanga, Sekolah Dasar pada tahun 1998 s/d 2004 di SD SANTO YOSEPH Kabanjahe, Sekolah Menengah Pertama pada tahun 2004 s/d 2007 di SMPN 1 Kabanjahe, Sekolah Menegah Atas pada tahun 2007 s/d 2010 di SMAN 1 Kabanjahe, dan memasuki perkuliahan pada tahun 2010 s/d 2015 di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana.

Denpasar, Februari 2015

(2)

ii

RINGKASAN

Somatometri merupakan bagian dari Morfometri yaitu pengukuran badan. Morfometri adalah suatu studi yang berkaitan dengan variasi dan perubahan dalam bentuk dan ukuran tubuh. Kerbau secara berpasangan menarik cikar kemudian diadu lari cepat dengan pasangan-pasangan kerbau yang lain. Peristiwa adu lari cepat pasangan kerbau jantan tersebut dinamakan Makepung. Pelaksanaan Makepung biasanya dilakukan pada musim kemarau atau setelah panen padi disawah. Variasi somatometri terjadi pada populasi yang berbeda merupakan hasil dari interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan variasi somatometri yang terjadi pada populasi kerbau lumpur (Bubalus bubalis) di Regu Ijo Gading Barat dan Regu Ijo Gading Timur di Kabupaten Jembrana. Penelitian ini melibatkan 63 kerbau lumpur (37 di Regu Ijo Gading Barat dan 26 di Regu Ijo Gading Timur). Variabel somatometri yang diamati meliputi tinggi pundak, tinggi pinggul, lingkar dada, panjang badan dan panjang leher. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei langsung dengan menggunakan Analisis Komponen Utama yang dengan penggunaan program Statistical Package for the Social Sciences (SPSS). Hasil penelitian menetapkan tidak adanya perbedaan somatometri di kedua populasi tersebut. Hasil analisis komponen utama menunjukkan bahwa karakter penciri ukuran dan bentuk pada populasi kerbau lumpur di Regu Ijo Gading Barat dan Regu Ijo Gading Timur adalah sama. Faktor penciri ukuran adalah lingkar dada dan panjang badan. Sedangkan faktor penciri bentuk tubuh adalah tinggi pundak dan tinggi pinggul. Lingkar dada memberikan pengaruh besar terhadap faktor bentuk tetapi dengan arah yang negatif. Hal ini menunjukkan bahwa kedua populasi tersebut tidak berbeda secara somatometri.

(3)

iii ABSTRACT

Somatometry is part of morphometry that measurements the body. Morphometry is a study linked with variaton and change of size and shape of body. Two buffalo in pairs attact to pull up the cikar then doing race with other contender. This race called mekepung. Usually, makepung held in summer in the fields. Somatometric variation that occurs in a different populations is a result of intraction between genetic factor and environment factor. This study aimed to reveal somatometric variation in the population of swamp buffalo (Bubalus Bubalis) in Ijo Gading West Team and Ijo Gading East Team in Jembrana. This study involved 68 swamp buffalo (37 in Regu Ijo Gading Barat and 26 in Regu Ijo Gading Timur). The variables of this Somatometric are the height of its shoulder, its hip, the round of its chest, its long, and its neck. The method used in this research is a direct survey method using Principal Component analysis with use of the Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) program. The final result of this test is there is no difference somatometric on both popuoations. Result of the main component analysis is shows that the character of its shapes and size from both populations are the same. The characteristic factors of its size are the round of its chest and its long. In other wise the characteristic factors of its shapes are the height of its shoulder and its hip. The round of its chest give a significant shapes factor but it is negative. In fact there is not to much different betwen both population somatometricaly.

(4)

iv

UCAPAN TERIMAKASIH

Syallom,

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yesus Kristus karena atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Somatometri Kerbau Lumpur (Bubalus bubalis) di Kabupaten Jembrana

Bali”. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. drh. Nyoman Adi Suratma, MP selaku Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana.

2. Bapak Drh. Ketut Budiasa, MP sebagai pembimbing akademik yang telah membimbing dan memotivasi penulis selama perkuliahan.

3. Bapak Dr. drh. I Nengah Wandia, M.Si selaku pembimbing I dan Bapak Dr. drh. I Ketut Suatha, M.Si selaku pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu dan tenaga untuk membimbing dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

(5)

v

5. Bapak dan Ibu dosen serta staf Tata Usaha yang telah memberikan ilmu yang sangat berarti kepada penulis sejak masuk di FKH Universitas Udayana sampai menyelesaikan skripsi ini.

6. Kedua orang tua penulis, bapak Parsaoran Manurung dan ibu Lasmi Boru Simarmata tercinta, terimakasih atas semangat, doa, didikan, kasih sayang, ketulusan, dan segala pengorbanan baik moral dan materi dalam mendidik dan membesarkanku. Serta kedua saudaraku yaitu Daniel Paragustomi Manurung dan Dio Jhonatan Manurung.

7. Almez Krisopras Napitupulu, terimakasih sudah selalu mendampingi dan menyemangatiku dalam doa dan semangat dalam kuliahku dan selalu setia menemani dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Rekan penelitian Nur Faidah, Syifaurrachmah Yulianti, Ary Mas W, Angga Caka P yang selalu semangat dalam penelitian dan penulisan skripsi. Gilang, bang Gustav, Elda, Annas, Pipi, bang Kris, Edward, serta teman-teman angkatan 2010 yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis mengharapkan segala saran dan kritik yang bersifat konstruktif dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini berguna dan bermanfaat bagi para pembaca. Tuhan Yesus memberkati.

Denpasar, Januari 2015

(6)

vi DAFTAR ISI

Halaman

RIWAYAT HIDUP ……….. i

ABSTRAK ……… ii

UCAPAN TERIMAKASIH ……… iv

DAFTAR ISI ………. vi

DAFTAR TABEL ………. viii

DAFTAR GAMBAR ……… ix

BAB I PENDAHULUAN ………... 1

1.1.Latar Belakang .……….. 1

1.2.Rumusan Masalah .………. 4

1.3.Tujuan Penelitian ..………. 4

1.4.Manfaat Penelitian .……… 5

1.5.Kerangka Konsep ..………. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……… 7

2.1.Tinjauan Umum Kerbau ..………. 7

2.2.Klasifikasi Kerbau Lumpur . ……….. 8

2.3.Morfologi Kerbau Lumpur ..……...……… 8

2.4.Penyebaran Habitat Kerbau ...……… 9

2.5.Populasi Kerbau Kabupaten Jembrana.……….. 10

2.6.Kabupaten Jembrana... ..……...……… 11

BAB III MATERI DAN METODE ……….... 12

3.1.Materi Penelitian ..………... 12

3.1.1. Obyek Penelitian ………. 12

3.1.2. Peralatan yang Digunakan ………... 12

3.2.Metode Penelitian ..………. 12

3.2.1. Rancangan Penelitian ……….. 12

3.2.1.1. Jenis Penelitian ...……….... 12

3.2.1.2. Kerangka Penelitian ....……… 13

3.2.2. Variabel Penelitian ……….. 14

3.2.3. Cara Pengumpulan Data ……….. 15

3.2.4. Prosedur Penelitian ……….. 16

3.2.5. Analisis Data ……….... 16

3.2.6. Lokasi dan Waktu Penelitian ………... 17

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……….. 18

4.1. Hasil ………. 18

4.1.1. Somatometri Kerbau Lumpur (Bubalus bubalis) Regu Ijo Gading Barat dan Regu Ijo Gading Timur di Kabupaten Jembrana Bali ……... 18

4.1.2. Perbedaan Somatometri Kerbau Lumpur (Bubalus bubalis) Regu Ijo Gsding Barat dan Regu Ijo Gsding Timur di Kabupaten Jembrana Bal………... 19

4.1.3. Karakteristik Somatometri Kerbau Lumpur (Bubalus bubalis) di Kabupaten Jembrana …..…… 20

(7)

vii

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ……….... 25

5.1. Simpulan ..……….... 25

5.2. Saran ..……….. 25

DAFTAR PUSTAKA ……… 26

(8)

viii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Jumlah Populasi Kerbau di Kabupaten Jembra...……… 10 2. Somatometri Kerbau Lumpur (Bubalus bubalis) Regu Ijo

Gading Barat di Kabupaten Jembrana ...……….. 18 3. Somatometri Kerbau Lumpur (Bubalus bubalis) Regu Ijo

Gading Timur di Kabupaten Jembrana ...……... 19 4. Uji-t Somatometri Kerbau Lumpur (Bubalus bubalis) Regu Ijo

Gading Barat dan Regu Ijo Gading Timur

di Kabupaten Jembrana ………... 20 5. Somatometri Kerbau Lumpur (Bubalus bubalis)

(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kerangka Konsep ………... 6

2. Peta Kabupaten Jembrana………... 11

3. Kerangka Kerja Penelitian………...……… 13

4. Skema Pengukuran Somatometri Kerbau…..………. 15

(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena sebagian besar penduduk Indonesia mempunyai pencaharian di bidang pertanian atau bercocok tanam. Data statistik pada tahun 2001 menunjukkan bahwa 45% penduduk Indonesia bekerja di bidang agrikultur. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa negara ini memiliki lahan seluas lebih dari 31 juta ha yang telah siap tanam. Indonesia juga merupakan negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman hayati sangat melimpah. Salah satu dari keanekargaman hayati di Indonesia adalah kerbau.

Kerbau merupakan hewan ternak yang cukup potensial dikembangkan di daerah pertanian. Tujuan utama pemeliharaan kerbau sebagai hewan ternak adalah sebagai hewan kerja di samping sebagai penghasil daging. Pemakaian kerbau sebagai hewan kerja dalam pengolahan lahan pertanian perannya cukup besar bagi usaha pertanian yang diusahakan. Kerbau juga merupakan hewan ternak kerja yang sangat efisien dan mempunyai fungsi ganda selain sebagai penghasil daging. Pemanfaatan jasa hewan ternak kerbau sebagai sumber tenaga kerja tidak hanya terbatas untuk pengolahan lahan pertanian, tetapi mempunyai peluang untuk dimanfaatkan sebagai sumber rekreasi (Oka et al., 2014).

(11)

memperbaiki kesejahteraan masyarakat, menciptakan lapangan pekerjaan dan menghasilkan devisa negara.

Ternak kerbau di Indonesia sebagian besar merupakan bangsa kerbau lumpur atau rawa (swamp buffalo) sebanyak 95 % dengan keragaman warna, ukuran dan tingkah laku yang cukup besar. Sisanya sebanyak 5 % merupakan bangsa kerbau sungai (river buffalo) yang banyak dipelihara di Sumatera Utara (Asoen, 2008).

Pemanfaatan tenaga kerbau untuk mengolah lahan pertanian di daerah Bali paling banyak dilakukan adalah di kabupaten Jembrana. Populasi kerbau di daerah ini masih cukup tinggi. Suatu keunikan terdapat di kabupaten Jembrana adalah bahwa kerbau juga dimanfaatkan sebagai sarana hiburan yang mempunyai daya tarik bagi wisatawan. Kerbau secara berpasangan menarik cikar kemudian diadu lari cepat dengan pasangan-pasangan kerbau yang lain. Peristiwa adu lari cepat pasangan-pasangan kerbau jantan tersebut dinamakan Makepung. Pelaksanaan Makepung biasanya dilakukan pada musim kemarau atau setelah panen padi disawah (Sumadi et al., 2006; Djagra, 1990). Pacuan kerbau Makepung ini melibatkan kerbau lumpur (Bubalus bubalis) (Sumadi, 2006).

Tradisi Makepung dijalan sawah berkembang mulai tahun 1960 dengan dibentuk organisasi Makepung yang terdiri dari dua kelompok yang diberi nama “Regu Ijo Gading Timur” dengan lambang bendera warna merah dan kelompok “Regu Ijo Gading Barat” dengan lambang bendera warna hijau. Sarana yang dipakai bukan lagi bajak lampit melainkan pedati/gerobak dengan ukuran sangat mini yang dihiasi dengan ukiran yang sangat menarik. Para sais/joki berbusana tradisional yaitu memakai destar batik, baju tangan panjang memakai selempod, memakai celana panjang dan memakai sepatu tetapi tidak menyelipkan pedang pada pinggang (Anggariyana, 2014).

(12)

pada 8°09'30" - 8°28'02" LS dan 114°25'53" - 114°56'38" BT. Luas wilayah Jembrana 841.800 Km² atau 14,96% dari luas wilayah pulau Bali. Jembrana mempunyai 5 kecamatan dan 51 desa/kelurahan. Kecamatan-kecamatan tersebut adalah: Jembrana, Melaya, Mendoyo, Negara, Pekutatan (Wikipedia, 2014).

Morfometri merupakan suatu studi yang berkaitan dengan variasi dan perubahan dalam bentuk dan ukuran dari organisme, meliputi pengukuran panjang dan analisis kerangka suatu organisme. Studi morfometri didasarkan pada sekumpulan data pengukuran yang mewakili variasi bentuk dan ukuran hewan (ternak) (Sembiring et al., 2012). Data morfometri yang memadai di peroleh dengan melakukan pemilihan spesimen yang di anggap telah memiliki karakter morfologi (ukuran tubuh) yang telah mapan. Somatometri merupakan bagian dari morfometri yaitu pengukuran badan.

Penelitian mengenai morfometri sudah pernah di lakukan di indonesia pada populasi kerbau lumpur (Bubalis bubalus) di kecamatan Kabanjahe, Sumatera Utara (Sembiring et al., 2012). Sementara pada populasi di daerah lain seperti di daerah kabupaten Jembrana Bali belum pernah dilakukan studi morfometri dan perbandingan antar keduanya. Berdasarkan fakta tersebutlah penulis menjadi tertarik untuk meneliti morfometri yaitu terkhusus pada mengukuran badan (somatometri) populasi kerbau lumpur (Bulalus bubalis) yang digunakan sebagai pacuan kerbau mekepung tersebut di daerah kabupaten Jembrana, Bali.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang, maka penulis mengambil beberapa perumusan masalah sebagai berikut :

(13)

b. Variabel apakah yang secara dominan mempengaruhi ukuran dan bentuk kerbau yang digunakan pada pacuan kerbau Makepung di Kabupaten Jembrana, Bali? 1.3. Tujuan Penelitian

a. Mengetahui variasi somatometri kerbau lumpur (Bubalus bubalis) pada populasi kerbau lumpur yang digunakan dalam pacuan kerbau Makepung di kabupaten Jembrana, Bali.

b. Mengetahui variabel dominan yang mempengaruhi ukuran dan bentuk kerbau yang digunakan pada pacuan kerbau Makepung di Kabupaten Jembrana, Bali.

1.4. Manfaat Penelitian

a. Tersedianya data morfometri khususnya somatometri kerbau lumpur (Bubalus bubalis) di Kabupaten Jembrana, Bali.

(14)

Faktor internal : Genetik 1.5. Kerangka Konsep

keterangan :

[image:14.595.86.506.117.722.2]

: variabel yang tidak diukur : variabel yang diukur

Gambar 1. Kerangka Konsep Faktor eksternal :

- Lingkungan - Pakan

Variasi Somatometri

Variasi ukuran Variasi bentuk

(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Kerbau

Kerbau adalah hewan ruminansia dari sub famili Bovidae yang berkembang di banyak bagian dunia dan diduga berasal dari daerah India. Kerbau domestikasi atau water bufallo yang ada pada saat ini berasal dari spesies Bubalus arnee. Spesies kerbau lainnya yang masih liar adalah B. mindorensis, B. depressicornis dan B. cafer (Hasinah dan Handiwirawan, 2006).

Menurut Tappa dan Said (2008) ada dua tipe kerbau yaitu kerbau sungai (river buffalo) dengan 50 pasang kromosom dan tipe rawa/lumpur (swamp buffalo) dengan 48 pasang kromosom. Persilangan dengan mengawinkan antara kerbau sungai dengan kerbau lumpur telah dilakukan di banyak tempat untuk mendapatkan anak F1 dengan kromosom 2n bervariasi dari 48-50 pasang. Populasi kerbau di Indonesia sekitar 3,0 juta ekor dan populasinya terus menurun sampai tahun 2005 (Situmorang et al., 2006). Kebanyakan kerbau di Indonesia adalah tipe kerbau rawa/lumpur (Bubalus bubalis), hanya beberapa ratus ekor kerbau tipe sungai yang terdapat di Sumatera Utara (Situmorang, 2005).

(16)

2.2. Klasifikasi Kerbau Lumpur

Klasifikasi ternak kerbau menurut, Storer et al., (1971) sebagai berikut : Kingdom : Animalia, Kelas : Mamalia, Sub-kelas : Ungulata, Ordo : Artiodactyla, Sub-ordo : Ruminansia, Famili : Bovidae, Genus : Bubalus, Spesies : Bubalus bubalis Linn.

Fahimudin (1975) menyatakan terdapat dua spesies kerbau yaitu kerbau liar atau African Buffalo (Syncerus) dan kerbau hasil domestikasi yaitu Asian Buffalo (Bubalus). Kerbau Asia terdiri dari dua subspecies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik (Bubalus bubalis). Kerbau domestik terdiri dari dua tipe yaitu kerbau rawa (swamp buffalo) dan kerbau sungai (river buffalo). Kerbau rawa atau lumpur merupakan kerbau tipe pedaging sedangkan kerbau sungai adalah kerbau tipe perah.

2.3. Morfologi Kerbau Lumpur

Kerbau rawa atau lumpur berwarna mulai dari putih atau albinoid, belang, abu-abu terang sampai abu-abu-abu-abu gelap. Warna kulit kerbau rawa atau lumpur umumnya adalah keabu-abuan. Tanduk, kuku dan rambut biasanya memiliki warna yang sama seperti kulit tetapi cenderung gelap, atau biasa dideskripsikan sebagai abu-abu gelap (Cockrill, 1974). Ciri lain kerbau rawa atau lumpur adalah pendek, gemuk dan bertanduk panjang mengarah ke belakang (Fahimuddin, 1975).

Cockrill (1974) menguraikan kerbau rawa memiliki konformasi tubuh berat dan padat, kaki pendek dan perut luas, leher panjang, dahi datar, muka pendek dan moncong luas, tinggi pundak kerbau rawa betina 120-127 cm dan jantan berkisar 129-133 cm. Laporan Erdiansyah (2008) didapati bahwa kerbau rawa jantan memiliki lingkar dada 161 cm, panjang badan 119 cm dan pada kerbau rawa betina lingkar dada 176 cm, panjang badan 119 cm.

2.4. Penyebaran dan Habitat Kerbau

(17)

mengalir dan bersih, sedangkan kerbau rawa suka berkubang dalam lumpur, rawa dan air yang tergenang (Toelihere, 1974). Kerbau sungai termasuk penghasil air susu, sedangkan kerbau rawa merupakan tipe penghasil daging (Fahimuddin, 1975). Kerbau rawa dapat beradaptasi secara luas terhadap lingkungan rawa yang banyak ditumbuhi semak dan rumput. Kerbau juga dijumpai di daerah yang banyak air yaitu di daerah lembah-lembah sungai dan dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 230 m diatas permukaan laut (Bhattacharya, 1993; Karim, 2012). Sedangkan penyebaran nya, kerbau rawa atau lumpur banyak terdapat di Cina, Thailand, Malaysia, Indonesia dan Filipina (Cockrill, 1974).

2.5. Populasi Kerbau Kabupaten Jembrana

Jumlah populasi kerbau berdasarkan hasil pendataan sapi potong, sapi perah, dan kerbau pada tahun 2011 dan sensus pertanian 2013 menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali (ekor) disajikan dalam Tabel berikut ini.

Kode Kabupaten/Kota

Kabupaten/Kota PSPK 2011

01 Jembrana 56.130

02 Tabanan 67.412

03 Badung 48.051

04 Gianyar 47.282

05 Klungkung 46.636

06 Bangli 94.203

07 Karang Asem 135.561

08 Buleleng 136.337

71 Denpasar 8.181

[image:17.595.92.490.424.591.2]

51 Bali 639.793

Tabel 1. Jumlah Populasi Kerbau di Kabupaten Jembrana (Sumber katalog BPS. 5106002.51 (Badan Pusat Statistik Prov. Bali, 2013)). Ket: PSPK (Populasi Sapi Populasi Kerbau)

(18)

Jembrana, Mendoyo, dan Pekutatan. Kabupaten Jembrana terdiri dari 207 Banjar Dinas (dusun) dan 43 Lingkungan (Disnak Jembrana, 2013).

2.6. Kabupaten Jembrana

Gambar

Gambar 1. Kerangka Konsep
Tabel 1.  Jumlah Populasi Kerbau di Kabupaten Jembrana (Sumber katalog BPS. 5106002.51 (Badan Pusat Statistik Prov

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengangkat hal tersebut dalam penelitiannya dengan judul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Berbagai perangkat pendukung terbentuknya suatu organisasi yang memiliki tata kelola yang baik sudah di stimulasi oleh Pemerintah melalui UU Perseroan, UU Perbankan, UU Pasar

Selain itu taman kota juga mempunyai fungsi lain yaitu dapat menambah keindahan visual perkotaan dan diharapkan mampu berperan sebagai wadah atupun tempat berkumpul yang

Hal tersebut dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam menjawab semua pertanyaan yang terdapat pada rumusan masalah yakni bagaimana strategi pemasaran sosial badan

Dalam penelitian eksperimen ada perlakuan atau (treatment) menggunakan teknik eksperimen pre-test post-test group design. Sampel dipilih secara acak sebanyak 26

Salah satu hal yang berkaitan antara automasi dengan pelayanan perpustakaan STAIN Kudus adalah dengan menyediakan komputer khusus untuk pemustaka, di mana dengan sarana

Namun, dalam Bab 3, MOU membentuk halangan besar bagi keadilan untuk para korban kejahatan yang dilakukan oleh GAM dengan mengatur bahwa Pemerintah Indonesia akan “memberikan

REALISASI INVESTASI PMDN PROYEK/KEGIATAN USAHA TIDAK WAJIB LKPM (NON LKPM/ NON SPIPISE) BERDASARKAN IZIN USAHA BARU YANG DITERBITKAN KABUPATEN/ KOTA DI JAWA BARAT.. TRIWULAN IV