66
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarata.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 16 Oktober 2008
Adi Mulya
67
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT Skripsi, 16 Oktober 2008
ADI MULYA, NIM: 104101003128
Analisis dan Pengendalian Risiko Keselamatan Kerja dengan Metode Semi Kuantitatif pada Pekerja Pengelasan di Bengkel Pabrik PT. ANTAM Tbk UBP Emas Pongkor Bogor Tahun 2008.
( xx + 168 halaman, 20 tabel, 10 gambar, 16 lampiran)
ABSTRAKSI
Berdasarkan data kecelakaan kerja PT. ANTAM Tbk UBP Emas Pongkor Tahun 2007 sumber kecelakaan yang paling banyak terjadi yaitu pada peralatan bengkel dan tambang sebanyak 18 orang dari 63 kasus kecelakaan. Sementara itu berdasarkan data kecelakaan kerja tahun 2006 telah terjadi kecelakaan kerja yang mengakibatkan kematian pada pekerja pengelasan yang merupakan salah satu pekerjaan di Bengkel Pabrik PT. ANTAM Tbk UBP Emas Pongkor. Pekerjaan pengelasan berisiko tinggi untuk terjadinya kecelakaan kerja. Untuk itu, diperlukan analisis risiko untuk menentukan tingkat risiko dengan terlebih dahulu melakukan identifikasi risiko yang kemudian dapat dilakukan upaya rekomendasi pengendalian.
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat risiko dan cara pengendalian risiko keselamatan kerja pada pekerja pengelasan di Bengkel Pabrik PT.
ANTAM Tbk UBP Emas Pongkor tahun 2008. Sedangkan tujuan khususnya adalah untuk mengetahui prosess kerja pengelasan, potensi bahaya, dan faktor tingkat risiko yang terdiri dari konsekuensi, pemaparan, dan kemungkinan serta kategori risiko.
Penelitian ini bersifat kualitatif dengan melakukan observasi dan wawancara langsung untuk melihat proses pengelasan dan potensi bahaya dengan menggunakan instrumen observasi dan panduan wawancara kemudian melakukan penilaian risikonya dengan menggunakan metode analisis semi kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat risiko yang mempunyai nilai tertinggi pada pengelasan di Bengkel Pabrik PT. ANTAM Tbk UBP Emas Pongkor yaitu tersengat listrik di area basah dan terjatuh dari ketinggian lebih dari 2 meter dengan skor 300 dan keracunan gas dengan skor 180 yang termasuk dalam kategori priority 1. Saran yang diajukan adalah melakukan monitoring bahaya atau risiko pengelasan secara periodik dan diprioritaskan pengendalian bahaya atau risiko pada kategori risiko substanstial sampai priority 1. Sedangkan pada kategori risiko acceptable sampai priority 3 walaupun rendah tetapi perlu diperhatikan. Dilakukan
68
pengawasan terhadap kondisi tempat kerja (house keeping) dan pengawasan pekerja terhadap penggunaan APD harus ditingkatkan supaya pekerja terbiasa dengan budaya selamat dalam melakukan pekerjaan.
Untuk penelitian selanjutnya diharapkan tidak hanya meneliti pekerja pengelasan dari segi keselamatan saja tetapi dari segi kesehatan seharusnya diteliti sehingga tingkat risiko kesehatan juga dapat dilakukan penilaian. Selain itu penelitian juga sebaiknya dilakukan tidak hanya pada pekerja pengelasan saja tetapi pada sumber daya lain seperti peralatan.
Daftar bacaan: 29 (1976 – 2008)
69
JAKARTA STATE ISLAMIC UNIVERSITY FACULTY OF HEALTH AND MEDICINE
STUDY PROGRAM OF PUBLIC HEALTH Undergraduated Thesis, 16th October 2008
ADI MULYA, NIM: 104101003128
Analyze and Risk Control of Safety Occupational with Semi Quantitative Method at Welder of Factory Workshop in PT. ANTAM Tbk Gold Mining Business Unit Pongkor Bogor Year 2008.
( xx + 168 pages, 20 tables, 10 pictures, 16 attachments)
ABSTRACT
Based on occupational accident report of PT. ANTAM Tbk Gold Mining Business Unit Pongkor Bogor 2007 the most happened source of accident are mining and workshop equipments as much 18 people from 63 accident cases. Meanwhile based on occupational accident report in year 2006 happened death accident result at welder which one of the job in PT. PT. ANTAM Tbk Gold Mining Business Unit Pongkor Bogor. Welding is the high risk to cause accident. Therefore analyzing risk is needed to determine level of risk by risk identification first than could be done control recommendation.
The general purpose of research to know the level of risk and way of risk control occupational safety at welder in factory workshop of PT. PT. ANTAM Tbk Gold Mining Business Unit Pongkor Bogor 2008. Meanwhile the specific purpose is to know the welding process, hazard and level of risk factors that consist of consequences, exposures and likelihoods and also risk categories.
This research having use qualitative method by doing observation and interview to see welding process and potential of hazard with the observation and interview s than assess the risk use semi quantitative risk analyze method.
The result of research determine that the level of risk which the highest score at welding in factory workshop of PT. PT. ANTAM Tbk Gold Mining Business Unit Pongkor Bogor 2008 that is electric in wet area and fallen down more than 2 meter is 300 and 180 for gas poisoned that is included priority 1 category. The suggestion raised is monitoring welding hazard or risk periodically and to be prioritizes the control of substantial up to priority 1 hazard or risk. While acceptable risk category up to priority 3 although is low but it is needed attention. Superintendence is done to
70
condition of work place (house keeping) and worker in using of Personal Protective Equipment (PPE) that must be improved in other to the worker accustomed to save culture in working.
For the further research is expected not only researching the welder from safety side but also health side to be researched so the level of health risk also can be assessed. In the other research ought not only researching at welder but also in other resource like equipments.
References: 29 (1976 – 2008)
71
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul
ANALISIS DAN PENGENDALIAN RISIKO KESELAMATAN KERJA DENGAN METODE SEMI KUANTITATIF PADA PEKERJA PENGELASAN
DI BENGKEL PABRIK PT. ANTAM Tbk UBP EMAS PONGKOR BOGOR TAHUN 2008
Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 16 Oktober 2008
72
Catur Rosidati, SKM, MKM Pembimbing Skripsi
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, 16 Oktober 2008
Ketua
(Catur Rosidati, SKM. MKM)
Anggota I
(Iting Shofwati, ST. MKKK)
Anggota II
73
(Farida Tusafariah, )
RIWAYAT HIDUP PENULIS
NAMA : Adi Mulya
TEMPAT/TGL. LAHIR : Bogor, 07 Juli 1986 JENIS KELAMIN : Laki-laki
ALAMAT : Kp. Paku RT. 04 RW. 03 Desa. Sadeng Kec. Leuwisadeng Kab. Bogor 16640 KEWARGANEGARAAN : Indonesia
TELEPHONE : 0856 9100 8405
E-MAIL : [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN:
Tahun Riwayat Pendidikan
1992 – 1998 MIN Sadeng Leuwisadeng Bogor 1998 – 2001 SLTPN I Leuwiliang Bogor
1999 – 2003 PONPES Tarbiyatul Mubtadi’in Leuwisadeng Bogor 2001 – 2004 SMUN I Leuwiliang
2004 – 2008 S1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta
PENGALAMAN ORGANISASI:
Tahun Pengalaman Organisasi
2005 – 2006 Presidium I Komisariat Persiapan PMII FKIK 2005 – 2007 Ketua DPW PPM FKIK
2005 – 2006 Sekretaris II BEM Jurusan Kesehatan Masyarakat
2006 – 2007 Sekretaris Departemen Kemahasiswaan BEM UIN Jakarta 2007 – 2008 Staff Ahli Departemen Kaderisasi PMII Cabang Ciputat 2007 – 2008 Staff Ahli Departemen Ekonomi FSK3 UIN Jakarta 2008 Majelis Pembina Komisariat PMII FKIK
74
Lembar Persembahan
“ Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan
(baik buruknya) hal ihwalmu” (QS. Muhammad: 31).
“Waktu begitu cepat kau bergulir serasa seperti kemarin aku baru masuk kuliah ternyata sekarang kehidupan nyata telah menanti di depan mataku, oh tak kusangka betapa hiruk pikuk perjuangan ini telah kurasakan begitu berwarna warni, kadang suka, namun duka pun tak luput dari kenyataan yang telah ku alami.
Kini masa depan tak lagi dapat kuhindarkan bagai sebuah besi yang tertarik magnet yang tak bisa mengelak, dengan bekal yang telah kudapat semoga masa
depan yang kini menantiku dapat kujalani dengan baik” (Adi Mulya).
“ Skripsi ini kupersembahkan untuk keluargaku tercinta yang selalu menyemangatiku Ayahanda U. Suhendar, Ibunda Yuliah, serta ketiga
saudaraku tercinta Mila Amalia, Dita U.S dan Thelian U.S.”
75
KATA PENGANTAR هت اك رب و لله ا ةمحرو نكيلع م لاسل ا
Alhamdulillah, segala puji syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat, hidayat dan karunia-Nyalah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis dan Pengendalian Risiko Keselamatan Kerja dengan Metode Semi Kuantitatif pada Pekerja Pengelasan di Bengkel Pabrik PT. ANTAM Tbk UBP Emas Pongkor Bogor Tahun 2008”.
Skripsi ini disusun dan disajikan sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) program studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan saran, bimbingan serta bantuan baik langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak yang sangat membantu dalam proses penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Keluarga tercinta, Ayahanda U. Suhendar, dan Ibunda Yuliah di Bogor yang selalu mendo’akan secara tulus, memberikan semangat, kasih sayang dan dukungannya baik moril maupun materil, ketiga saudaraku Mila Amaliah, Dita U.S dan Thelian terima kasih untuk semuanya.
2. Bapak Prof. Dr. dr. MK. Tadjudin Sp And, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak dr. Yuli Parapanca Satar, MARS, selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat.
76
4. Ibu Catur Rosidati, SKM. MKM, selaku Dosen Pembimbing, yang senantiasa memberikan bimbingannya kepada penulis. Kita tertawa tanpa kita tahu esok kan jadi misteri.
5. Ibu Iting Shofwati, ST. MKKK, selaku Koordinator K3 yang selalu gigih berjuang dari tiada menjadi ada.
6. Dosen-desen tenaga pengajar Bapak Baequni, Ibu Tia, Ibu Fajar, Ibu Febri, Ibu Nisa, Ibu Ela, Ibu Yuli, Ibu dewi, Bapak Farid serta dosen tamu yang telah memberikan ilmu yang begitu banyak pada penulis.
7. Bapak Ariyanto Budi Santoso ST. MM, selaku Safety and Environment Manager, bapak Budi Purwana ST, selaku AM. Kerja Keselamatan Kerja. bapak Octa Benny ST, selaku AM. Pemeliharaan Pabrik, bapak Ramlan dan mas Ipan selaku pengawas dan staff pengelasan Bengkel Pabrik PT. ANTAM Tbk UBP Emas Pongkor.
8. Syaikhi pengasuh pondok pesantren Tarbiyatul Mubtadi’in Kp. Kosol Sukamandi Leuwisadeng Bogor KH. Bharmawi beserta keluarga, terima kasih atas bimbingan agama dan kanuragannya selama ± 4 th baarokAllahu lakum.
9. Sahabat-sahabatiku yang selalu memberikan semangat Teguh (Mr. Genius), Ress12, Dharief, Izul, Masda, Diksi especially for printerannya thanks bgt, anak- anak Biru, Hijau, Putih dan kawan-kawan seperjuangan di Kesehatan Masyarakat 04 K3 dan Gizi. Sukses hari ini cerminan sukses esok hari.
10.Semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa hormat.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat terutama bagi perkembangan ilmu dan pengetahuan di bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), kalangan akademisi serta pihak-pihak terkait yang membutuhkan informasi khususnya mengenai analisis risiko keselamatan kerja.
ا و هت اك رب و لله ا ةمحرو نكيلع م لاسل
Jakarta, 16 Oktober 2008
77
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN... i
ABSTRAKSI... ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN... vi
LEMBAR PENGESAHAN... vii
RIWAYAT HIDUP PENULIS... viii
LEMBAR PERSEMBAHAN... ix
KATA PENGANTAR... x
DAFTAR ISI... xi
DAFTAR TABEL... xiv
DAFTAR GAMBAR... xvi
DAFTAR LAMPIRAN... xvii
DAFTAR SINGKATAN... xx
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1. Latar Belakang... 1
1.2. Perumusan Masalah... 5
1.3. Pertanyaan Penelitian……….…... 5
1.4. Tujuan Penelitian………...…...…. 6
1.4.1. Tujuan Umum……….…....…….. 6
78
1.4.2. Tujuan Khusus………....…... 6
1.5. Manfaat Penelitian……….……... 7
1.5.1. Bagi Peneliti………....………. 7
1.5.2. Bagi Institusi……….….…...…... 8
1.5.3. Bagi Perusahaan……….……...…... 8
1.6. Ruang Lingkup Penelitian………....……. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……….………... 10
2.1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja... 10
2.1.1. Keselamatan Kerja... 11
2.1.2. Kecelakaan Kerja... 11
2.1.2.1. Pengertian Kecelakaan Kerja... 11
2.1.2.2. Model Teori Kecelakaan Kerja... 12
2.2. Pengertian Bahaya... 16
2.2.1. Penggolongan Bahaya Berdasarkan Derajat Bahayanya... 17
2.2.2. Penggolongan Bahaya Berdasarkan Kelompoknya... 18
2.2.3. Penggolongan Bahaya Berdasarkan Sumbernya... 20
2.3. Pengertian Risiko... 22
2.4. Manajemen Risiko... 25
2.4.1. Tujuan Manajemen Risiko... 29
2.4.2. Manfaat Manajemen Risiko... 29
2.5. Proses Manajemen Risiko... 30
2.5.1. Menentukan Ruang Lingkup... 30
2.5.1.1. Ruang Lingkup Strategis... 30
2.5.1.2. Ruang Lingkup Organisasi... 30
2.5.1.3. Ruang Lingkup Manajemen Risiko... 31
2.5.1.4. Pengembangan Kriteria... 31
2.5.1.5. Menentukan Struktur... 32
2.5.2. Identifikasi Risiko... 32
2.5.3. Analisis Risiko... 36
2.5.4. Evaluasi Risiko... 44
79
2.5.5. Pengendalian Risiko... 45
2.5.6. Pemantauan dan Tinjauan Ulang... 48
2.6. Pengelasan... 49
2.6.1. Pengertian Pengelasan... 49
2.6.2. Klasifikasi Pengelasan... 49
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH... 53
3.1. Kerangka Konsep... 53
3.2. Definisi Istilah... 55
BAB IV METODE PENELITIAN... 61
4.1. Jenis Penelitian... 61
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 61
4.3. Sumber Data dan Pengumpulan Data... 61
4.4. Pengolahan Data... 62
4.5. Teknik Analisis Data... 63
BAB V HASIL PENELITIAN... 66
5.1. Gambaran Umum Bengkel Pabrik PT. ANTAM Tbk UBP Emas Pongkor... 66
5.2. Organisasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) PT. ANTAM Tbk UBP Emas Pongkor... 69
5.3. Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) PT. ANTAM Tbk.UBP Emas Pongkor... 72
5.4. Program K3 PT. ANTAM Tbk UBP Emas Pongkor... 73
5.4.1. Pembinaan K3 Terpadu PT. ANTAM Tbk UBP Emas Pongkor... 73
5.4.2. Pengawasan K3 Terpadu PT. ANTAM Tbk UBP Emas Pongkor... 75
5.5. Pengelasan di Bengkel Pabrik PT. ANTAM Tbk UBP Emas Pongkor dan Pengendalian yang Telah Dilakukan... 76
5.5.1. Pengelasan di Ruang Terbuka dengan Las Listrik dan Las Gas... 79
80
5.5.1.1. Identifikasi Risiko Keselamatan Pengelasan
di Ruang Terbuka dengan Las Listrik dan Las Gas 81 5.5.1.2. Analisis dan Pengendalian Risiko Keselamatan
Pengelasan di Ruang Terbuka dengan Las Listrik dan Las Gas... 89 5.5.2. Pengelasan di Tempat Ketinggian dengan Las Listrik... 111
5.5.2.1. Identifikasi Risiko Keselamatan Pengelasan
di Tempat Ketinggian dengan Las Listrik... 112 5.5.2.2. Analisis dan Pengendalian Risiko Keselamatan
Pengelasan di Tempat Ketinggian dengan
Las Listrik... 115 5.5.3. Pengelasan di dalam Tangki atau Ruang Tertutup dengan
Las Listrik………. 123 5.5.3.1. Identifikasi Risiko Keselamatan Pengelasan
di Dalam Tangki atau Ruang Tertutup dengan Las Listrik... 124
5.5.3.2. Analisis dan Pengendalian Risiko Keselamatan Pengelasan di dalam tangki atau Ruang Tertutup
dengan Las Listrik... 128 BAB VI PEMBAHASAN... 136
6.1. Keterbatasan Penelitian……….…... 136 6.2. Identifikasi Risiko Keselamatan Pengelasan di Bengkel Pabrik
PT. ANTAM Tbk UBP Emas Pongkor………... 136 6.2.1. Identifikasi Risiko Keselamatan Pengelasan di Ruang
Terbuka dengan Las Listrik dan Las Gas………….……….. 138 6.2.2. Identifikasi Risiko Keselamatan Pengelasan di Tempat
Ketinggian dengan Las Listrik……….……….. 139 6.2.3. Identifikasi Risiko Keselamatan Pengelasan di dalam
Tangki atau Ruang Tertutup dengan Las Listrik……….….. 141 6.3. Analisis dan Pengendalian Risiko Keselamatan Pengelasan
81
di Bengkel Pabrik PT. ANTAM Tbk UBP Emas Pongkor.……… 143
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN……… 159
7.1. Kesimpulan……….…… 159
7.2. Saran………..…. 164
DAFTAR PUSTAKA……….……..… 166
LAMPIRAN………... 169
DAFTAR TABEL Nomor Tabel Halaman Tabel 2.1. Tingkat Konsekuensi untuk Metode Analisis Semi Kuantitatif……... 40
Tabel 2.2. Tingkat Pemaparan untuk Metode Analisis Semi Kuantitatif……..…... 41
Tabel 2.3. Tingkat Kemungkinan untuk Metode Analisis Semi Kuantitatif………. 42
Tabel 2. 4. Kategori Tingkat Risiko (Level of Risk) Metode Analisis Semi kuantitatif……….. 43
Tabel 2.5. Kelebihan dan Kekurangan Metode Analisis Menurut Cross (1998).... 43
Tabel 4.1. Analisis Semi Kuantitatif untuk Faktor-Faktor Risiko………..………. 63
Tabel 4.2. Kategori Tingkat Risiko (Level of Risk) Metode Analisis Semi kuantitatif ……… 65
Tabel 5.1. Jumlah Pekerja Bengkel Pabrik PT. ANTAM Tbk UBP Emas Pongkor Tahun 2008 ………...…… 68 Tabel 5.2. Identifikasi Risiko Keselamatan Pengelasan di Ruang Terbuka
82
dengan Las Listrik di PT. ANTAM Tbk UBP Emas
Pongkor Tahun 2008………..….…. 83 Tabel 5.3. Identifikasi Risiko Keselamatan Pengelasan di Ruang Terbuka
dengan Las Gas di PT. ANTAM Tbk UBP Emas
Pongkor Tahun 2008………... 86 Tabel 5.4. Analisis Risiko Keselamatan Pengelasan di Ruang Terbuka
dengan Las Listrik di PT. ANTAM Tbk UBP Emas
Pongkor Tahun 2008………...……… 102 Table 5.5. Evaluasi Tingkat Risiko Keselamatan Pengelasan di Ruang
Terbuka dengan Las Listrik di PT. ANTAM Tbk UBP Emas
Pongkor Tahun 2008………..………..……... 104 Tabel 5.6. Analisis Risiko Keselamatan Pengelasan di Ruang Terbuka
dengan Las Gas di PT. ANTAM Tbk UBP Emas
Pongkor Tahun 2008……….…….………...……….. 106 Tabel 5.7. Evaluasi Tingkat Risiko Keselamatan Pengelasan di Ruang Terbuka
dengan Las Gas di PT. ANTAM Tbk UBP Emas
Pongkor Tahun 2008………...……….. 108 Tabel 5.8. Identifikasi Risiko Keselamatan Pengelasan di Tempat Ketinggian
dengan Las Listrik di PT. ANTAM Tbk UBP Emas
Pongkor Tahun 2008………...………....……… 113 Tabel 5.9. Analisis Risiko Keselamatan Pengelasan di Tempat Ketinggian
dengan Las Listrik di PT. ANTAM Tbk UBP Emas
Pongkor Tahun 2008………...…..………... 121 Tabel 5.10. Evaluasi Tingkat Risiko Keselamatan Pengelasan di Tempat
Ketinggian dengan Las Listrik di PT. ANTAM Tbk UBP Emas
Pongkor Tahun 2008……….….. 122 Tabel 5.11. Identifikasi Risiko Keselamatan Pengelasan di Dalam Tangki
atau Ruang Tertutup dengan Las Listrik di PT. ANTAM Tbk UBP
Emas Pongkor Tahun 2008………...…... 126
83
Tabel 5.12. Analisis Risiko Keselamatan Pengelasan di Dalam Tangki atau Ruang Tertutup dengan Las Listrik di PT. ANTAM Tbk UBP
Emas Pongkor Tahun 2008………..………... 133
Tabel 5.13. Evaluasi Tingkat Risiko Keselamatan Pengelasan di Dalam Tangki atau Ruang Tertutup dengan Las Listrik di PT. ANTAM Tbk UBP Emas Pongkor Tahun 2008……….………...… 134
DAFTAR GAMBAR Nomor Gambar Halaman Gambar 2.1. Loss Causation Model Bird & Germain (1990)……… 15
Gambar 2.2. Tahapan Manajemen Risiko…………...……….……….. 27
Gambar 2.3. Rincian Tahapan Manajemen Risiko………...……….……. 28
Gambar 3.1. Kerangka Konsep……….……….. 54
Gambar 5.1. Struktur Organisasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Tahun 2008... 70
Gambar 5.2. Struktur Organisasi P2K3LP Tahun 2008………..… 71
Gambar 5.3. Upaya Pengendalian Keselamatan Kerja PT. ANTAM Tbk UBP Emas Pongkor Tahun 2008……….…... 78
84
Gambar 5.4. Pengelasan di Ruang Terbuka PT. ANTAM Tbk UBP Emas
Pongkor Tahun 2008………...………..…. 80 Gambar 5.5. Tempat Ketinggian PT. ANTAM Tbk UBP Emas Pongkor
Tahun 2008………..….…..… 111 Gambar 5.6. Tangki atau Ruang Tertutup PT. ANTAM Tbk UBP Emas
Pongkor Tahun 2008………...………..…..….. 124
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran Halaman
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian………. 1 Lampiran 2. Surat Pernyataan telah Melakukan Penelitian…………..………… 2 Lampiran 3. Instrumen Observasi dan Wawancara…………...……….. 3 Lampiran 4. Job Position Satuan Keselamatan Kerja 2008………. 5 Lampiran 5. Job Safety Analysis (JSA) Pengelasan di Ruang Terbuka………… 8 Lampiran 6. Job Safety Analysis (JSA) Pengelasan di Tempat Ketinggian…….. 9 Lampiran 7. Job Safety Analysis (JSA) Pengelasan di Dalam Tangki
85
atau Ruang Tertutup………... 10 lampiran 8. Identifikasi Bahaya Penilaian dan Pengendalian Risiko (IBPR)
Pengelasan di Bengkel Pabrik PT. ANTAM Tbk UBP Emas
Pongkor………... 11 Lampiran 9. Work Instruction (WI) Penggunaan Pengoperasian Alat
Pengelasan Las Listrik……….…….. 12 Lampiran 10. Work Instruction (WI) Penggunaan Pengoperasian Las Gas.…… 15 Lampiran 11. Standard Operating Procedure (SOP) Bengkel Pabrik PT.
ANTAM Tbk UBP Emas Pongkor………. 18 Lampiran 12. Jadwal Training Pengelasan Bengkel Pabrik PT. ANTAM Tbk
UBP Emas Pongkor……….. 20
Lampiran 13. Daftar Alat Pelindung Diri (APD) PT. ANTAM Tbk UBP
Emas Pongkor……… 21 Lampiran 14. Grafik Kecelakaan Kerja PT. ANTAM Tbk UBP Emas Pongkor
Berdasarkan Sumbernya Tahun 2007………..……..… 22 Lampiran 15. Grafik Kecelakaan Kerja PT. ANTAM Tbk UBP Emas Pongkor
Berdasarkan Jenisnya Tahun 2007………... 23 Lampiran 16. Laporan Hasil Investigasi Kecelakaan………..………. 24
DAFTAR SINGKATAN
1. AM = 2. ANTAM = 3. APAR = 4. APD = 5. AS/NZS = 6. HCOH =
Asisten Manajer Aneka Tambang
Alat Pemadam Api Ringan Alat Pelindung Diri
The Australian Standard/New Zealand Standard Health Center and Occupational Health
86 7. IBPR =
8. ILO = 9. JSA = 10. K3 = 11. LOTO = 12. MSDS = 13. P2K3LP =
14. SMAW = 15. SMK3 = 16. SIK = 17. SIKB = 18. SVP = 19. UBP = 20. VAC/VDC = 21. WI = 22. WO =
Identifikasi Bahaya Penilaian dan Pengendalian Risiko International Labour Organization
Job Safety Analysis
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Lock Out Tag Out
Material Safety Data Sheet
Panitia Pembina Kesehatan dan Keselamatan Kerja Lingkungan Pertambangan
Shielded Metal Arc Welding
Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja Surat Izin Kerja
Surat Izin Kerja Berbahaya Senior Vice President Unit Bisnis Pertambangan
Volt Alternating Current/ Volt Directing Current Work Instruction
Work Order
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
87
Indonesia merupakan negara berkembang yang didalamnya tumbuh berbagai macam perusahaan dan menyerap banyak tenaga kerja, sehingga aspek keselamatan kerja dalam proses produksi perusahaan harus diutamakan.
Masalah keselamatan kerja harus dijadikan prioritas demi tercapainya kesejahteraan para pekerja sehingga terhindar dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Setiap tahun di dunia terjadi 270 juta kecelakaan kerja, 160 juta pekerja menderita penyakit akibat kerja, kematian 2,2 juta serta kerugian finansial sebesar 1,25 triliun USD. Di Indonesia menurut data PT. Jamsostek dalam periode 2002 – 2005 terjadi lebih dari 300 ribu kecelakaan kerja, 5.000 kematian, 500 cacat tetap dan kompensasi lebih dari Rp. 550 milyar.
Kompensasi ini adalah sebagian dari kerugian langsung dari 7,5 juta pekerja sektor formal yang aktif sebagai peserta Jamsostek (DK3N, 2007).
Angka kecelakaan kerja di Indonesia pada tahun 2007 cukup tinggi yakni peringkat 52 dari 53 negara di dunia. Data 2007 menyatakan bahwa jumlah kecelakaan kerja sebanyak 65.474 kasus dengan meninggal 1.451 orang, cacat tetap 5.326 orang dan sembuh tanpa cacat 58.697 orang (http://jurnalnasional.com, 1 April 2008).
Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja pasal 3 ayat 1 telah mensyaratkan bahwa manajemen perusahaan harus melaksanakan syarat-syarat keselamatan kerja. Dalam undang-undang No.14 Tahun 1969 tentang ketentuan pokok mengenai tenaga kerja Bab IV pasal 9 dan 10
88
dinyatakan pula bahwa pekerja berhak mendapatkan pembinaan perlindungan kerja (Yanri, 1999).
Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko keselamatan kerja. Menurut Redja (2003) risiko merupakan kejadian yang tidak tentu yang dapat mengakibatkan kerugian. Menurut Departemen Kesehatan RI (2008) tentang definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja, keselamatan merupakan keselamatan yang berkaitan dengan alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan.
Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja (Suma’mur, 1981). Definisi lain mengatakan bahwa keselamatan kerja juga dapat diartikan sebagai suatu usaha guna melaksanakan suatu pekerjaan tanpa timbulnya kecelakaan, dengan kata lain membuat suasana kerja bebas dari segala macam bahaya dengan tercapainya hasil yang menguntungkan (Pasiak, 1999).
Risiko keselamatan kerja dapat diketahui dengan mengidentifikasi bahaya di lingkungan kerja dan pengukuran bahaya di tempat kerja yang memungkinkan terjadinya kerugian. Setelah risiko diidentifikasi untuk melakukan pengendaliannya terlebih dahulu risiko dianalisis (The Australian Standard/New Zealand Standard 4360, 2004).
89
Menurut The Australian Standard/New Zealand Standard (AS/NZS) 4360 (1999), terdapat 3 metode analisis risiko yaitu analisis kualitatif, analisis semi kuantitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif menggunakan bentuk kata atau skala deskriptif untuk menentukan akibat dan kemungkinan yang akan terjadi. Pada analisis semi kuantitatif, skala pada analisis kualitatif diberi nilai dan memperhatikan frekuensi pemaparan ketika sumber risiko ada yang kemudian akan diikuti oleh terjadinya kemungkinan, terdapat hubungan yang kuat antara frekuensi pemaparan dengan kemungkinan. Sedangkan pada analisis kuantitatif menggunakan nilai-nilai angka pada penentuan akibat dan kemungkinan yang terjadi.
Menurut Cross (1998) analisis semi kuantitatif memiliki kelebihan yaitu lebih akurat dibanding analisis kualitatif dan lebih mudah dan cepat dibanding analisis kuantitatif dan pertimbangan pemaparan yang dijadikan faktor tingkat risiko menurut AS/NZS 4360 (1999).
Untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan dari risiko keselamatan kerja maka dilakukan pengendalian risiko. Ada beberapa cara dalam melakukan pengendalian risiko diantaranya menghindari risiko, mengurangi risiko, memindahkan risiko dan risiko residu atau sisa dengan pengendalian berdasarkan hirarki pengendalian seperti engineering control, administrative control dan personal protective equipment (AS/NZS 4360, 1999).
90
PT. Aneka Tambang Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor Bogor merupakan Unit Bisnis dari PT. ANTAM Tbk yang berkantor pusat di Jakarta Selatan yang memfokuskan pada penambangan emas. Terdapat beberapa proses kerja pada unit operasi pertambangan emas ini, baik yang sifatnya berhubungan langsung dengan proses produksi maupun sebagai penunjang, seperti salah satunya adalah departemen pemeliharaan (maintenance) yang mencakup pemeliharaan tambang, pemeliharaan peralatan pabrik, pemeliharaan distribusi listrik, peralatan instrumental dan control, operasional peralatan, bengkel umum dan pekerjaan sipil.
Berdasarkan data laporan kecelakaan PT. ANTAM Tbk UBP Emas Pongkor tahun 2007 telah terjadi kecelakaan sebanyak 63 orang diantaranya bersumber dari perkakas bengkel dan tambang yaitu sebanyak 18 orang, alat angkut orang sebanyak 14 orang, kondisi kerja 13 orang, alat angkut bahan galian 5 orang, dan sumber-sumber lainnya. Sementara itu, berdasarkan data kecelakan kerja PT. ANTAM Tbk UBP Emas Pongkor tahun 2006 telah terjadi kasus kecelakaan yang mengakibatkan kematian pada pekerja pengelasan yang merupakan salah satu pekerjaan di Bengkel Pabrik.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan analisis dan pengendalian risiko keselamatan kerja dengan menggunakan metode semi kuantitatif pada pekerja pengelasan di Bengkel Pabrik PT. ANTAM Tbk UBP Emas Pongkor Bogor Tahun 2008.
91 1.2. Perumusan Masalah
Dalam melaksanakan pekerjaannya, seringkali pekerja menghadapi risiko keselamatan yang dapat menyebabkan kecelakaan pada pekerja. Tingkat risiko keselamatan dapat diketahui dengan melakukan analisis risiko. Berdasarkan data laporan kecelakaan PT. ANTAM Tbk UBP Emas Pongkor tahun 2007 telah terjadi kecelakaan sebanyak 63 orang, diantaranya 18 orang kasus kecelakaan bersumber dari perkakas bengkel dan tambang. Sementara itu, berdasarkan data kecelakaan kerja PT. ANTAM Tbk UBP Emas Pongkor tahun 2006 telah terjadi kasus kecelakaan yang mengakibatkan kematian pada pekerja pengelasan. Oleh sebab itu, penulis ingin melakukan analisis risiko keselamatan dengan menggunakan metode semi kuantitatif dan mengetahui cara pengendaliannya pada pekerja pengelasan di Bengkel Pabrik PT. ANTAM Tbk UBP Emas Pongkor.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis meneliti hal tersebut untuk mengetahui tingkat dan pengendalian risiko keselamatan kerja dengan metode semi kuantitatif pada pekerja pengelasan di Bengkel Pabrik PT. ANTAM Tbk UBP Emas Pongkor Bogor tahun 2008.
1.3. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran proses kerja pengelasan di Bengkel Pabrik PT.
ANTAM Tbk UBP Emas Pongkor?
92
2. Jenis risiko keselamatan apa yang terdapat pada pekerja pengelasan di Bengkel Pabrik PT. ANTAM Tbk UBP Emas Pongkor Bogor?
3. Berapa besar dampak (consequence) setiap jenis risiko keselamatan pada pekerja pengelasan di Bengkel Pabrik PT. ANTAM Tbk UBP Emas Pongkor Bogor?
4. Berapa besar paparan (exposure) setiap jenis risiko keselamatan pada pekerja pengelasan di Bengkel Pabrik PT. ANTAM Tbk UBP Emas Pongkor Bogor?
5. Berapa besar kemungkinan (probability) setiap jenis risiko keselamatan pada pekerja pengelasan di Bengkel Pabrik PT. ANTAM Tbk UBP Emas Pongkor Bogor?
6. Berapa tingkat risiko (level of risk) keselamatan kerja pengelasan di Bengkel Pabrik PT. ANTAM Tbk UBP Emas Pongkor Bogor?
7. Bagaimana pengendalian risiko keselamatan pada perkerja pengelasan di Bengkel Pabrik PT. ANTAM Tbk UBP Emas Pongkor Bogor?
1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat risiko (level of risk) dan cara pengendalian risiko keselamatan kerja pada pekerja pengelasan di Bengkel Pabrik PT.
ANTAM Tbk UBP Emas Pongkor Bogor tahun 2008.
1.4.2. Tujuan Khusus
93
1. Mengetahui gambaran proses kerja pada pekerja pengelasan di Bengkel Pabrik PT. ANTAM Tbk UBP Emas Pongkor Bogor.
2. Mengetahui jenis risiko keselamatan yang terdapat pada pekerja pengelasan di Bengkel Pabrik PT. ANTAM Tbk UBP Emas Pongkor Bogor.
3. Mengetahui besar dampak (consequence) setiap jenis risiko keselamatan pada pekerja pengelasan di Bengkel Pabrik PT. ANTAM Tbk UBP Emas Pongkor Bogor.
4. Mengetahui besar paparan (exposure) setiap jenis risiko keselamatan pada pekerja pengelasan di Bengkel Pabrik PT. ANTAM Tbk UBP Emas Pongkor Bogor.
5. Mengetahui besar kemungkinan (probability) setiap jenis risiko keselamatan pada pekerja pengelasan di Bengkel Pabrik PT. ANTAM Tbk UBP Emas Pongkor.
6. Mengetahui tingkat risiko (level of risk) keselamatan kerja pengelasan di Bengkel Pabrik PT. ANTAM Tbk UBP Emas Pongkor Bogor.
7. Mengetahui pengendalian bahaya pada pekerja pengelasan di Bengkel Pabrik PT. ANTAM Tbk UBP Emas Pongkor Bogor.
1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Bagi Peneliti
Sebagai sarana dalam menerapkan dan mengaplikasikan ilmu yang diperoleh mahasiswa selama kuliah di peminatan Keselamatan dan Kesehatan
94
Kerja (K3) Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.5.2. Bagi Institusi (Kesmas UIN Jakarta)
1. Sebagai tempat kuliah lapangan dalam pembelajaran dan pemberian materi bagi mahasiswa.
2. Mendapatkan gambaran pelaksanaan salah satu program K3 di perusahaan.
3. Diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi penulis lain dalam melakukan penelitian yang lebih mendalam tentang keselamatan dan kesehatan kerja khususnya mengenai analisis risiko keselamatan.
1.5.3. Bagi Perusahaan
1. Bahan masukan perusahaan untuk mengetahui tingkat risiko berdasarkan analisis semi kuantitatif pada pekerja pengelasan di Bengkel Pabrik PT.
ANTAM Tbk UBP Emas Pongkor Bogor tahun 2008, sehingga perusahaan dapat merencanakan suatu tindakan pengendalian risiko yang baik di masa yang akan datang.
2. Menjadi dokumen dan sumber informasi terkini bagi perusahaan untuk mengembangkan keselamatan kerja di perusahaan.
1.6. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di bagian pengelasan Bengkel Pabrik PT.
ANTAM Tbk UBP Emas Pongkor Bogor pada tanggal 28 Mei – 6 Juni 2008.
Sasaran dari penelitian ini adalah pekerja pengelasan di Bengkel Pabrik PT.
95
ANTAM Tbk UBP Emas Pongkor yang terdiri dari pengelasan di ruang terbuka, pengelasan di tempat ketinggian dan pengelasan di dalam tangki atau ruang tertutup. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Job Safety Analysis (JSA), Work Instruction (WI), Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko (IBPR), wawancara dengan pekerja dan observasi langsung. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yaitu analisis dari pekerjaan pengelasan di Bengkel Pabrik PT. ANTAM Tbk UBP Emas Pongkor untuk mengetahui tingkat konsekuensi, pemaparan dan kemungkinan risiko keselamatan pada pekerja pengelasan. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh tingkat risiko dan pengendalian risiko keselamatan kerja dengan menggunakan metode semi kuantitatif Standar Australia/Standar New Zealand (AS/NZS 4360,1999).
96 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
International Labour Organization (ILO) (1996) mendefinisikan keselamatan dan kesehatan kerja sebagai suatu disiplin ilmu yang luas dengan banyak spesialisasi yang diterapkan, sebagai upaya pemeliharaan dan peningkatan derajat fisik, mental dan sosial pekerja pada setiap jenis pekerjaan, mencegah munculnya dampak buruk terhadap kesehatan pekerja yang disebabkan kondisi kerja terhadap pekerja.
Menurut Departemen Kesehatan RI (2008) tentang definisi keselamatan dan kesehatan kerja, menyatakan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja terdiri dari dua komponen, yaitu keselamatan yang merupakan keselamatan yang berkaitan dengan alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan dan kesehatan kerja yang merupakan penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan
97
kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat sekelilingnya, agar diperoleh produktifitas kerja yang optimal. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja merupakan upaya-upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh pekerjaan.
2.1.1. Keselamatan Kerja
Menurut Suma’mur (1981) keselamatan kerja adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja.
Keselamatan kerja juga diartikan sebagai suatu usaha guna melaksanakan suatu pekerjaan tanpa timbulnya kecelakaan, dengan kata lain membuat suasana kerja bebas dari segala macam bahaya dengan tercapai hasil yang menguntungkan (Pasiak, 1999).
Prinsip yang harus diketahui supaya pekerjaan dapat dilakukan dengan aman sehingga keselamatan kerja dapat tercapai antara lain (Pasiak, 1999):
a. Mengenal dan memahami pekerjaan yang akan dilakukan.
b. Mengetahui bahaya-bahaya yang bisa timbul dari pekerjaan yang akan dilakukan.
2.1.2. Kecelakaan Kerja
2.1.2.1. Pengertian Kecelakaan Kerja
98
Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan, dimana dalam peristiwa tersebut tidak terdapat unsur kesengajaan, terlebih lagi dalam bentuk perencanaan (Suma’mur, 1981). Sedangkan menurut PERMENAKER NO. 03/MEN/1998 kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.
Dipandang dari sudut epidemiologi menurut Kodim (1999) kecelakaan adalah suatu kejadian sebagai akibat dari interaksi 3 komponen, yaitu agent (penyebab), host (penerima), dan environment (lingkungan).
Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan Kerja di sini dapat berarti bahwa kecelakaan adalah akibat langsung dari pekerjaan atau kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan tersebut sedang dilakukan (Suma’mur, 1981).
2.1.2.2. Model Teori Kecelakaan kerja
Dalam keselamatan di Industri, ada dasar pemikiran bahwa sebenarnya kecelakaan dapat dicegah yang kemudian dituangkan ke dalam berbagai program pencegahan kecelakaan, sebelum memahami bagaimana kecelakaan itu dapat dicegah, terlebih dahulu kita harus memahami urutan bagaimana kecelakaan terjadi dan penyebabnya. Colling (1990) telah mencatat teori- teori kecelakaan sebagai berikut:
1) Teori Domino Heinrich
99
Dalam buku the Origin of Accident (1928) Heinrich mengemukakan bahwa terdapat rangkaian lima faktor penyebab kecelakaan. Kunci agar kecelakaan dapat dicegah yaitu dengan cara menghilangkan faktor utama yakni tindakan tidak aman dan bahaya mekanik dan atau fisik yang berkontribusi 98% terhadap terjadinya kecelakaan.
2) Human Error Model
Teori ini didasarkan pada teori domino Heinrich dimana 88%
kecelakaan disebabkan oleh tindakan tidak aman, sehingga menjadi logis jika kesalahan ada pada faktor manusia (human error). Ferell mengemukakan kecelakaan diakibatkan oleh sebuah rantai penyebab dengan faktor pendahulu. Ada 3 faktor pendahulu yang mendasari teori human error model tersebut:
(1) Over load, yaitu ketidakseimbangan beban kerja dengan kapasitas yang dimiliki manusia pada saat melakukan pekerjaan.
(2) Respon yang tidak sesuai dari pekerjaan terhadap situasi yang berlaku.
(3) Aktivitas yang tidak sesuai.
3) Teori Kecelakaan Model Petersen
Teori ini mengadopsi teori Ferell yang menyertakan kesalahan sistem disamping kesalahan manusia. Teori ini mengkategorikan tiga
100
kelompok besar penyebab kecelakaan yaitu overload (sama dengan teori Ferell), ergonomic, dan pengambilan keputusan yang salah. Teori ini mengemukakan bahwa pengambilan keputusan yang salah pada suatu kondisi yang disadari atau tidak bertindak tidak aman.
4) Model Epidemiologi
Teori ini dikembangkan oleh Suchman dan dikembangkan oleh Surry dimana terdapat hubungan kausal antara penyakit dengan faktor lingkungan atau kombinasi dengan karakteristik situasional termasuk risk assessment yang dapat menjadi penyebab atau pengendali terjadinya kecelakaan.
5) Loss Causation Model
Loss Causation Model berisikan petunjuk yang memudahkan penggunanya untuk memahami bagaimana menemukan faktor penting dalam rangka mengendalikan meluasnya kecelakaan dan kerugian termasuk persoalan manajemen. Bird dan Germain (1990) menjelaskan bahwa suatu kerugian (loss) disebabkan oleh serangkaian faktor-faktor yang berurutan seperti yang terdapat dalam Loss Causation Model, yang terdiri dari:
(1) Lack of Control (kurang kendali)
Pengendalian adalah salah satu faktor penting dalam mencegah terjadinya kecelakaan. Penyebab lack of control yaitu:
(a) Inadequate programe
101
Hal ini dikarenakan program yang tidak bervariasi yang berhubungan dengan ruang lingkup.
(b) Inadequate programe standards
Tidak spesifiknya standar, standar tidak jelas atau standar tidak baik.
(c) Inadequate compliance with standards
Kurangnya pemenuhan standar merupakan penyebab yang sering terjadi.
(2) Basic Causes (penyebab dasar)
Penyebab dasar terjadinya kecelakaan disebabkan oleh:
(a) Personal factor, faktor kepemimpinan atau kepengawasan.
(b) Job factor, tidak sesuainya design engineering.
(3) Immediate Causes
Suatu kejadian yang secara cepat memicu terjadinya kecelakaan bila kontak dengan bahaya. Immediate causes meliputi faktor sub-standard dan faktor kondisi. Faktor sub-standard diantaranya tindakan tidak aman seperti mengoperasikan unit tanpa ijin, faktor kondisi seperti kebisingan, ventilasi iklim kerja dan lain- lain.
Gambar 2.1.
Loss Causation Model Bird & Germain (1990).
102 LACK OF
CONTROL
BASIC CAUSES
IMMEDIATE CAUSES
INCIDENT LOSS
Inadequate programe Inadequate programe standarad Inadequate compliance with
standards
Peronal factors Job factors
Substandards Acts
Substandard Conditions
Contact with energy or
substance
People Property
Procces
2.2. Pengertian Bahaya
Bahaya adalah jenis sumber atau situasi yang mempunyai daya potensial untuk mengakibatkan cidera atau gangguan kesehatan, kerusakan alat, kerusakan lingkungan di tempat kerja atau kontribusi dari hal-hal tersebut (Suma’mur, 1981). Sedangkan menurut Redja (2003) bahaya adalah suatu kondisi yang dapat menciptakan atau meningkatkan kesempatan terjadinya kerugian.
Bahaya merupakan unsur potensial yang dapat menyebabkan kerugian, yang dihubungkan dengan tingkat bahaya dan dapat diperhitungkan (Ridley and Channing, 1998). The Australian Standard/New Zealand Standard (1999) memaparkan bahwa bahaya adalah sumber atau situasi yang memiliki potensi menimbulkan kerugian. Definisi lain mengenai bahaya merupakan suatu
103
kondisi yang jika dibiarkan begitu saja dapat mengakibatkan kecelakaan, penyakit atau kerusakan property (Geotsch, 1996).
2.2.1. Penggolongan Bahaya Berdasarkan Derajat Bahayanya
Berdasarkan derajat bahayanya, bahaya dibedakan menjadi akut dan kronis (Ridley and Channing, 1998) yaitu:
1) Immediate physical danger
Bahaya yang ada di tempat kerja, jika tidak dikendalikan akan menimbulkan kecelakaan cidera serius, kejadian terjadi secara cepat.
2) Long term physical danger
Bahaya di tempat kerja yang dampaknya tidak langsung dirasakan, seperti kebisingan, iklim kerja, suhu dan lain sebagainya.
3) Immediate chemical danger
Bahaya yang berasal dari bahan kimia yang bisa menyebabkan pada anggota tubuh yang terjadi secara cepat seperti pada kulit.
4) Long term chemical danger
Bahaya dari bahan kimia yang berlangsung lama seperti asbestosis.
5) Immediate biological danger
Bahaya dari agen biologis seperti penyakit menular atau manipulasi genetik.
6) Long term biological danger
Bahaya dari akumulasi yang terdapat di alam dalam janka waktu yang lama.
104 7) Immediate psychological danger
Trauma jangka pendek seperti bencana yang dihadapi di rumah, masalah- masalah sosial sehingga menyebabkan hilangnya konsentrasi di tempat kerja.
8) Long term psychological danger
Berhubungan dengan ketakutan atau kegagalan yang dihadapi pekerja misalnya pemutusan hubungan kerja atau karir yang tidak meningkat.
2.2.2. Penggolongan Bahaya Berdasarkan Kelompoknya
Berdasarkan kelompoknya, bahaya dibagi menjadi dua yaitu (Supriyadi, 2005):
1) Health Hazard
Health hazard merupakan suatu bahaya yang terdapat di lingkungan kerja yang mempunyai potensi untuk menimbulkan terjadinya gangguan kesehatan, kesakitan dan penyakit akibat kerja. Ciri-ciri health hazard antara lain:
(1) Mempunyai potensi untuk menimbulkan kesakitan, gangguan kesehatan, dan penyakit akibat kerja.
(2) Berada di lingkungan kerja dan memajan pekerja selama bekerja.
(3) Umumnya dalam konsentrasi rendah (4) Bersifat kronik
(5) Mempertimbangkan aspek besaran dan konsentrasi dan dosis.
105 Kelompok health hazard antara lain:
(1) Physical Hazard, berupa energi seperti kebisingan, radiasi, temperatur ekstrim, pencahayaan, getaran, tekanan udara, dan lain-lain.
(2) Chemical Hazard, berupa bahan kimia baik dalam bentuk gas, cair dan padat yang mempunyai sifat toksik, beracun, iritan, asphyxian dan patologik.
(3) Biological Hazard, bahaya yang berasal dari mikroorganisme, khususnya yang pathogen yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan.
(4) Ergonomi, merupakan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan sebagai akibat ketidaksesuaian desain kerja dengan pekerja.
2) Safety Hazard
Safety hazard merupakan bahaya yang terdapat di tempat kerja yang berpotensi menimbulkan insiden, injury, baik pada manusia maupun pada proses kerja. Ciri-ciri safety hazard antara lain:
(1) Mempunyai potensi untuk menimbulkan injury, cacat, gangguan pada proses dan kerusakan alat.
(2) Memajan bahaya hanya pada saat terjadinya kontak (3) Dampak yang ditimbulkan langsung terlihat.
(4) Tidak mempertimbangkan aspek besaran, konsentrasi dan dosis.
Kelompok safety hazard antara lain:
106
(1) Mechanical Hazard, bahaya yang terdapat pada benda-benda atau proses yang bergerak yang dapat menimbulkan dampak seperti tertusuk, terpotong, tergores, tersayat, terbentur dan lain-lain.
(2) Chemical Hazard, bahaya bahan kimia baik dalam bentuk gas, cair, dan padat yang mempunyai sifat mudah terbakar, mudah meledak dan korosif.
(3) Electric Hazard, bahaya yang berasal dari arus listrik.
Sumber bahaya khususnya terhadap keselamatan dan kesehatan di perusahaan akan selalu dijumpai, antara lain berupa (Supriyadi, 2005):
1) Fisik: bising, cahaya, suhu, getaran, debu, dan lain-lain.
2) Kimia: pelarut, asam, basa, logam berat,gas.
3) Biologi: hewan, tumbuhan, bakteri, jamur, virus.
4) Ergonomi: desain, sikap, cara dan sistem kerja.
5) Stressor: kejemuan, monoton, beban kerja.
6) Peralatan atau mesin produksi.
7) Listrik, kebakaran, peledakan.
8) House keeping
9) Sistem manajemen perusahaan
10) Manusia: interaksi, perilaku, kondisi fisik.
2.2.3. Penggolongan Bahaya Berdasarkan Sumbernya
Berdasarkan sumbernya menurut Colling (1990), bahaya dapat digolongkan menjadi:
107 1) Bahaya dari pekerja (humman error)
Bahaya yang berasal dari pekerja biasanya berupa: tidak terampil, pengetahuan tidak cukup, kondisi fisik yang tidak memenuhi syarat serta sikap yang tidak aman, yaitu berupa tergesa-gesa, tidak serius, main-main, tidak disiplin dan lain-lain.
2) Bahaya dari peralatan atau mesin
Bahaya yang berasal dari peralatan atau mesin berupa peralatan yang tidak cocok, peralatan yang rusak, peralatan yang tidak lengkap dan kurangnya sertifikasi pada peralatan.
3) Bahaya dari bahan
Meliputi berbagai risiko dengan sifat bahan, antara lain mudah terbakar, mudah meledak, menimbulkan energi, menimbulkan kerusakan pada kulit dan jaringan tubuh, menyebabkan kanker, menyebabkan kelainan pada janin, bersifat racun dan radioaktif.
4) Bahaya dari cara kerja
Meliputi prosedur yang ada tidak sesuai dengan standar yang berlaku dan tidak akurat, langkah kerja yang tidak lengkap, tidak mencakup semua aspek yaitu aspek keselamatan dengan operasi, tidak sesuai dengan kondisi operasi yang berubah dan tidak adanya prosedur.
108 5) Bahaya dari lingkungan kerja
Bahaya yang berasal dari lingkungan dibagi menjadi:
(1) Lingkungan fisik, contoh licin, gelap, bising dan lain-lain.
(2) Lingkungan non-fisik, contoh suasana kerja yang tidak menunjang, interaksi sosial dan lain-lain.
Komponen bahaya, meliputi (Colling, 1990):
1) Karakteristik internal bahaya
2) Bentuk bahaya dan peralatan (misalnya gas, debu, cair, padat) 3) Hubungan antara pemapar dan efek yang ditimbulkan
4) Pola dan cara bahaya dari proses ke individu 5) Kondisi dan frekuensi pemakaian alat dan bahan.
6) Aspek pengetahuan, sikap dan perilaku pekerja yang mempengaruhi proses pemajanan.
7) Mekanisme interaksi antar bahan dan atau alat yang berhubungan dengan pemaparan.
2.3. Pengertian Risiko
Menurut The Australian Standard/New Zealand Standard (1999) “risk is the chance of likelihood of something happening and the consequencies if it does and sometimes can refer either to hazard or to chance of loss”. Risiko dapat didefinisikan sebagai kejadian yang tidak tentu yang dapat mengakibatkan suatu kerugian (Redja, 2003). Risiko juga dapat didefinisikan
109
secara lebih terperinci yaitu seberapa besar kemungkinan suatu bahan atau material, proses, atau kondisi untuk menimbulkan kerusakan atau kesakitan dan kerugian (Supriyadi, 2005). Menurut Kolluru (1996) risiko dapat dikategorikan menjadi 5 yaitu:
1. Risiko Keselamatan
Risiko keselamatan memiliki tingkat probabilitas rendah, tingkat paparan tinggi, akut dan jika terjadi kontak langsung terlihat efeknya, penyebabnya lebih dapat diketahui serta lebih berfokus pada keselamatan manusia dan pencegahan kerugian di area kerja.
2. Risiko Kesehatan
Risiko kesehatan memiliki sifat probabilitas yang tinggi, tingkat paparan rendah, kronis, penyebabnya sulit diketahui dan fokusnya lebih ke kesehatan manusia.
3. Risiko Lingkungan dan Ekologi
Umumnya memiliki ciri-ciri permasalahan difokuskan pada dampak yang timbul terhadap habitat dan ekosistem yang lebih jauh dari sumber risiko.
4. Risiko Terhadap Masyarakat Publik
Komunitas dan pandangan masyarakat terhadap kinerja organisasi dan produksi, memperhatikan pada segi estetika, sumber daya dengan menggunakan batasan-batasan yang ada dampak negatif dari persepsi
110
masyarakat seperti perubahan positif dari suatu tindakan yang lamban, semua hal tersebut terfokus pada penilaian dan persepsi masyarakat.
5. Risiko Keuangan
Dalam jangka pendek dan jangka panjang risiko dari kehilangan property dan pajak, mempertanggungjawabkan pajanan, asuransi terhadap lingkungan, kesehatan dan keselamatan, investasi.terfokus pada aspek operasional dan kelangsungan hidup secara finansial.
Dalam keselamatan dan kesehatan kerja risiko berarti risiko yang terdapat di lingkungan kerja yang dapat berasal dari bahan baku atau material, proses, kerja, proses produksi, lingkungan kerja, produk, limbah, dan pekerja itu sendiri. Hal tersebut membagi risiko menjadi 2 yaitu (Hendra, 2007):
1. Occupational Health Risk (Risiko Kesehatan Kerja)
Occupational health risk yaitu besarnya kemungkinan yang dimiliki oleh suatu bahan, proses, atau kondisi untuk menimbulkan terjadinya kesakitan, gangguan kesehatan, dan penyakit akibat kerja. Risiko kesehatan kerja dipengaruhi oleh:
a. Magnitude of hazard (konsentrasi dan dosis)
b. Effect rating (Tingkat dampak fatality, very serious, serious, moderate, low, trivial)
c. Probabilitas (kemungkinan) d. Frekuensi paparan
e. Durasi paparan
111 f. Jumlah pekerja yang terpapar
2. Occupational Safety Risk (Risiko Keselamatan Kerja)
Occupational safety risk adalah besarnya kemungkinan yang dimiliki oleh suatu bahan, proses, atau kondisi untuk menimbulkan terjadinya insiden, injury, terhentinya proses, dan kerusakan alat. Risiko kesalamatan kerja dapat dipengaruhi oleh:
a. Probabilitas (kemungkinan)
b. Konsekuensi (dampak fatal, very high, high, moderate, low,) c. Exposure (pemaparan)
2.4. Manajemen Risiko
Setiap risiko yang ada di tempat kerja dapat dilakukan suatu pengendalian dengan tujuan untuk meminimalisir risiko tersebut. Pengendalian tersebut haruslah dilakukan secara baik dan sistematis. Upaya untuk meminimalkan risiko dan dampak buruk yang timbul dari suatu bahaya (hazard) dikenal dengan istilah manajemen risiko (risk management).
Manajemen risiko merupakan penerapan secara sistematis dari kebijakan manajemen, prosedur dan aktivitas dalam kegiatan identifikasi bahaya, analisis, penilaian, penanganan dan pemantauan serta review risiko (Purwanto, 2006).
Manajemen risiko merupakan penjabaran dari seluruh prosedur yang dihubungkan dengan identifikasi hazard, penilaian risiko, meletakkan
112
pengukuran kontrol pada tempatnya, dan meninjau ulang hasilnya (Supriyadi, 2005).
Sedangkan menurut AS/NZS 4360 (1999) manajemen risiko adalah pemeliharaan, proses dan struktur yang mengacu langsung pada pengetahuan efektif terhadap kesempatan potensial dan efek yang merugikan dan menurut AS/NZS 4360 (2004) manajemen risiko merupakan suatu tahapan, proses dan struktur yang dilakukan untuk mengelola potensial bahaya dan efek yang merugikan secara efektif.
Definisi-definisi diatas dapat dirangkum dalam suatu pengertian bahwa manajemen risiko merupakan wujud dari suatu pelaksanaan yang terbaik dan terencana tetapi juga bersiap untuk menghadapi konsekuensi keadaan yang terburuk dengan melaksanakan beberapa langkah yaitu menentukan ruang lingkup, identifikasi, analisis, evaluasi, pengendalian, monitoring dan meninjau ulang serta mengkomunikasikan dan mengkonsultasikannya.
Beberapa tahapan dalam melaksanakan manajemen risiko menurut AS/NZS 4360 (1999) yaitu:
1. Menetapkan tujuan dan lingkup pelaksanaan manajemen risiko.
2. Melaksanakan identifikasi risiko.
3. Melakukan analisis risiko untuk menetapkan kemungkinan dan konsekuensi yang akan terjadi serta menetapkan tingkat risiko.
4. Menetapkan evaluasi untuk menetapkan skala prioritas dan membandingkan dengan kriteria yang ada.
113
5. Melakukan pengendalian risiko yang tidak dapat diterima.
6. Melakukan pemantauan dan tinjauan ulang program manajemen risiko yang telah dilaksanakan.
7. Komunikasi dan konsultasi yang dilakukan dalam proses manajemen risiko yang melibatkan pihak internal dan eksternal.
Tahapan manajemen risiko AS/NZS 4360 (1999) diterjemahkan dalam bentuk gambar 2.2.
Gambar 2.2.
Tahapan Manajemen Risiko
Pemantuan dan Tinjauan Ulang Analisis Risiko
Pengendalian Risiko Identifikasi Risiko
Komunikasi dan Konsultasi
Menentukan Ruang Lingkup
Evaluasi Risiko
114 Sumber: AS/NZS 4369: 1999.
Gambar di atas menjelaskan bahwa proses manajemen risiko merupakan proses yang berkelanjutan dengan melakukan pemantauan dan pengawasan pada setiap langkah yang ada. Secara terperinci dapat dilihat pada gambar 2.3.
Gambar 2.3.
Rincian Tahapan Manajemen Risiko
ANALISIS RISIKO
MENENTUKAN RUANG LINGKUP 1. Lingkup strategis
2. Lingkup organisasi
3. Lingkup manajemen risiko 4. Menentukan struktur 5. Kembangkan kriteria
Likelyhood Consequences
IDENTIFIKASI RISIKO 1. Apa yang dapat terjadi?
2. Bagaimana hal tersebut dapat terjadi?
P E M A N T AUAN D A N T I N J A U A N U L A N G
K O M U NI K A S I D A N K O N S U L T A S I
115
Ya Tidak
Sumber: AS/NZS 4369:1999.
2.4.1. Tujuan Manajemen Risiko
Manajemen risiko bertujuan untuk memaksimalkan kemajuan dalam mencapai tujuan dalam suatu organisasi dengan cara meminimalkan kerugian yang akan terjadi (Supriyadi, 2005). Tujuan manajemen risiko menurut AS/NZS 4360 (1999) adalah sebagai berikut:
1. Membantu meminimalisasi meluasnya efek yang tidak diinginkan terjadi.
2. Memaksimalkan pencapaian tujuan organisasi dengan meminimalkan kerugian.
3. Melaksanakan program manajemen secara efisien sehingga memberikan keuntungan bukan kerugian.
4. Melakukan peningkatan pengambilan keputusan pada semua level.
5. Menyusun program yang tepat untuk meminimalisasi kerugian pada saat terjadi kegagalan.
PENGENDALIAN RISIKO 1. Evaluasi alternatif
2. Persiapan pelaksanaan 3. Implementasi pengendalian
EVALUASI RISIKO
1. Membandingkan dengan kriteria 2. Menentukan prioritas risiko
Menentukan nilai risiko
Risiko dapat diterima
116
6. Menciptakan manajemen proaktif, bukan reaktif.
2.4.2. Manfaat Manajemen Risiko
Menurut AS/NZS 4360 (2004) manfaat menerapkan manajemen risiko yaitu:
1. Memperkecil kemungkinan suatu kejadian yang tidak diinginkan dan mengurangi efek yang ditimbulkan dari kemungkinan tersebut.
2. Meningkatkan produktifitas kerja.
3. Membantu meningkatkan perencanaan kerja perusahaan yang efektif, lingkungan kerja, produksi dan mencapai performa perusahaan yang lebih baik.
4. Mendapat keuntungan dari segi ekonomi dan kemudahan untuk memenuhi target perusahaan dan perlindungan aset.
5. Meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan karyawan.
2.5. Proses Manajemen Risiko
Proses manajemen risiko pada intinya sama dengan proses manajemen pada umumnya, yaitu menentukan ruang lingkup, identifikasi risiko, analisis risiko, evaluasi risiko, pengendalian risiko, pemantauan dan tinjauan ulang, serta komunikasi dan konsultasi yang dilakukan secara berkesinambungan.
2.5.1. Menentukan Ruang Lingkup
Penentuan ruang lingkup merupakan parameter dasar proses manajemen risiko. Ruang lingkup tersebut mencakup tiga komponen yaitu ruang lingkup
117
strategis, ruang lingkup organisasi, dan ruang lingkup manajemen risiko (Suryani, 2005).
2.5.1.1. Ruang Lingkup Strategis
Ruang lingkup strategis mendifinisikan hubungan antara organisasi dengan lingkungan luar. Pada tahap ini termasuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dari suatu organisasi.
2.5.1.2. Ruang Lingkup Organisasi
Ruang lingkup organisasi mempunyai salah satu bagian usaha yaitu melakukan manajemen risiko yang merupakan tujuan utama dari organisasi.
Kegagalan dalam pencapaian tujuan organisasi merupakan risiko yang harus dikendalikan. Caranya yaitu harus mengimplementasikan program manajemen risiko yang tergantung sikap manajemen terhadap risiko dan manajemen itu sendiri. Kebijakan organisasi (tertulis maupun tidak tertulis) juga membantu membatasi kriteria yang berlawanan dengan risiko yang dinilai untuk memutuskan apakah risiko itu dapat diterima atau tidak.
2.5.1.3. Ruang Lingkup Manajemen Risiko
Tujuan dan batasan ruang lingkup manajemen risiko merupakan bagian dari rencana manajemen risiko dan merupakan sumber daya yang bisa dialokasikan. Tahapannya meliputi menetapkan tujuan yang jelas dan objektif pada aktifitas yang dipelajari, mengidentifikasi studi khusus yang dibutuhkan, membatasi luasnya rencana dari segi waktu dan lokasi, membatasi luasnya kegiatan manajemen risiko yang dihasilkan.
118
Sedangkan menurut Kolluru (1996) ruang lingkup manajemen risiko meliputi adanya peraturan yang mendukung, kebutuhan manajemen sesuai dengan tujuan dan hasil akhir yang ingin dicapai, dan disesuaikan dengan kebutuhan dana, jadwal, dan sumber daya manusia yang ada.
2.5.1.4. Pengembangan Kriteria
Pada penentuan ruang lingkup terdapat pengembangan kriteria yang tergantung pada kebijakan internal organisasi, tujuan, sasaran yang ingin dicapai, dan keinginan dari stakeholder sendiri (AS/ZS 4360: 1999).
2.5.1.5. Menentukan Struktur
Pada penentuan struktur dilakukan pemisahan kegiatan atau merancang ke dalam satu bentuk susunan kegiatan. Susunan kegiatan tersebut merupakan kerangka berfikir untuk melakukan identifikasi dan analisis yang membantu menentukan suatu risiko yang penting supaya tidak terlewatkan. Struktur yang ditentukan tergantung dari sifat alami risiko dan lingkup proyek atau aktifitas yang dilakukan (AS/NZS 4360, 1999).
2.5.2. Identifikasi Risiko
Menurut The Australian standard/New Zealand standard (2004) identifikasi risiko merupakan proses menentukan apa, dimana, kapan, mengapa dan bagaimana suatu risiko dapat terjadi. Identifikasi risiko adalah langkah dalam proses manajemen risiko untuk mengidentifikasi apa yang
119
memungkinkan terjadinya penyebab kegagalan (kegiatan, proses, produk, benda, bahan dan lingkungan) dan bagaimana skenario kegagalan tersebut terjadi (Supriyadi, 2005).
Identifikasi risiko dimulai dengan mengidentifikasi semua sumber risiko area dampak. Risiko penting dipertimbangkan lebih detail untuk mengidentifikasi sesuatu yang khusus yang bisa terjadi dan bagaimana sesuatu itu muncul, apa yang bisa salah selalu mudah ditinjau kembali setelah terjadinya kerugian. Untuk membantu menjamin bahwa semua risiko diidentifikasi membutuhkan metodologi atau cara yang logis dan terstruktur yang menunjukkan bahwa tidak ada area lain yang terlewatkan. Struktur ini digunakan sebagai dasar untuk menanyakan pertanyaan dengan cara yang imajinatif tentang apa yang mungkin terjadi dan bagaimana itu bisa terjadi (Cross, 1998). Efektifitas identifikasi risiko tergantung pada (Hendra, 2007):
1. Pengetahuan tentang substansi risiko yang akan diidentifikasi
2. Imajinasi tentang skenario kemungkinan-kemungkinan dampak yang akan terjadi, dari suatu proses atau sistem kegiatan.
3. Kerangka berfikir yang logis.
Tujuan dilakukannnya identifikasi risiko yaitu untuk mengidentifikasi apa yang mungkin terjadi yang dapat menyebabkan suatu kerugian dan bagaimana skenario kerugian dapat timbul (Cross, 1998). Dalam melakukan identifikasi risiko menurut Cross (1998) seperti dengan cara brainstorming atau berdiskusi dan melakukan identifikasi bersama dengan orang-orang yang ada di dalam tim