BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini merupakan penelitian pengembangan atau bisa disebut dengan (Research and Development). Peneliti menggunakan jenis penelitian ini dikarenakan R&D merupakan jenis penelitian yang menghasilkan suatu produk, kemudian melakukan uji keefektifan produk yang dihasilkan (Sugiyono, 2009).
Model penelitian merupakan suatu tata cara yang sistematis dan terstruktur yang digunakan untuk menggapai suatu tujuan, kemudian tata cara itu dapat digunakan sebagai indikator yang menentukan berhasil atau tidaknya tujuan yang ingin dicapai (Yang, 2015). Dalam penelitian ini, model penelitian yang digunakan diadaptasi dari (Sugiyono, 2010). Dalam penelitian ini, rancang bangun E-modul berbasis problem based learning menggunakan model pengembangan Borg and Gall yang terdapat beberapa tahap yang telah dimodifikasi, yaitu 1) analisis kebutuhan dan pengumpulan informasi, 2) desain produk, 3) validasi desain produk, 4) perbaikan desain produk, 5) uji coba terbatas, 6) revisi produk, 7) uji lapangan operasional, 8) produk akhir e-modul.
B. Prosedur Penelitian dan Pengembangan 1. Tahap Pendahuluan
Tahap ini merupakan tahap awal dari penelitian yang merupakan persiapan dan perencanaan, antara lain :
a. Analisis Kebutuhan dan Pengumpulan Informasi
Analisis kebutuhan terhadap pengembangan e-modul berbasis problem based learning ini dilaksanakan dengan beberapa cara, antara lain :
1) Studi Pustaka
Studi pustaka yang dilaksanakan mempelajari kajian pustaka yang mendukung dalam mengembangkan media ajar e-modul untuk mendapatkan rencana tentang pengembangan media pembelajaran yang baik. Studi pustaka ini dilaksanakan dengan mengumpulkan sejumlah
jurnal, buku, prosiding, maupun teori-teori yang mendukung permasalahan dan tujuan penelitian. Studi literatur merupakan alat pengumpul data yang digunakan untuk menemukan teori-teori yang relevan dengan permasalahan yang akan diteliti, studi literatur diperlukan sebagai bahan pembahasan dari hasil penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan berbagai literatur yang didapatkan dari berbagai buku-buku, jurnal, artikel-artikel dari media massa yang berhubungan pengembangan e-modul berbasis problem based learning pada materi zat aditif dan zat adiktif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
2) Observasi Kelas
Setelah melaksanakan studi pustaka, untuk mengetahui keadaan langsung mengenai subjek yang akan diteliti serta masalah yang telah dirumuskan sesuai dengan kondisi objektif di lapangan peneliti melaksanakan observasi di kelas tentang kegiatan pembelajaran siswa.
Peneliti mengamati bagaimana karakteristik siswa pada saat proses pembelajaran, melihat perilaku siswa, bagaimana respon siswa saat diberi pertanyaan oleh guru, metode pembelajaran yang digunakan oleh guru, serta melihat secara langsung bahan ajar apa saja yang digunakan untuk proses pembelajaran. Peneliti juga mengamati fasilitas sekolah dalam mendukung penerapan e-modul berbasis problem-based learning pada materi zat aditif dan zat adiktif. Dengan demikian, melalui observasi diharapkan peneliti dapat mengumpulkan informasi secara mendalam, terperinci, dan lebih cermat sehingga data yang diperlukan dapat terkumpul secara menyeluruh sesuai dengan hasil pengamatan.
3) Wawancara Guru
Selain melaksanakan observasi di kelas, analisis kebutuhan juga dilaksanakan dengan mewawancarai guru IPA kelas VIII. Wawancara dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara terstruktur yaitu wawancara menggunakan daftar pertanyaan yang telah disusun sebelumnya. Penulis menggunakan wawancara terstruktur agar
pertanyaan lebih terfokus, sehingga data yang diperoleh tidak bergeser dari pokok permasalahan. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan cara bertatap muka secara langsung antara pewawancara dengan informan. Wawancara terhadap guru IPA kelas VIII dilaksanakan untuk memperkuat data yang diperoleh melalui observasi. Wawancara yang dilaksanakan terdiri dari 10 pertanyaan yang berisi 4 aspek yaitu karakteristik siswa, metode pembelajaran yang digunakan, sarana dan prasarana, serta bahan ajar yang digunakan guru.
4) Wawancara Siswa
Wawancara juga dilaksanakan kepada siswa untuk mengetahui kebutuhan siswa secara mendalam tentang hal-hal yang akan dikembangkan. Wawancara ini digunakan untuk mengetahui hal-hal mendalam yang akan peneliti lakukan mengenai pengembangan e-modul berbasis problem based learning pada materi zat aditif dan zat adiktif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
5) Angket Kebutuhan Siswa
Setelah melaksanakan wawancara dengan guru dan siswa, peneliti juga melaksanakan penyebaran angket tanggapan siswa kepada 119 siswa kelas VIII SMPN 2 Tlogomulyo mengenai kebutuhan pengembangan e-modul yang terdiri dari 7 pertanyaan, jawaban dari setiap butir pertanyaan memiliki pilihan “ya” atau “tidak”. Setelah mendapatkan hasil dari analisis kebutuhan, kemudian data yang didapatkan diolah dan dianalisis menggunakan analisis deskriptif kualitatif.
6) Analisis Metode Pembelajaran
Berdasarkan pada analisis metode pembelajaran, guru IPA kelas VIII di SMPN 2 Tlogomulyo masih menggunakan metode pembelajaran ceramah atau konvensional dimana pembelajarannya berpusat kepada guru, sehingga pembelajaran di kelas menjadi bersifat pasif. Pada saat guru mengajar di kelas menggunakan metode ceramah, terkadang siswa
merasa kesulitan untuk memahami materi yang diajarkan dan cenderung hanya menghafalkan materi saja tanpa memahami secara mendasar.
Setelah melaksanakan observasi, wawancara guru dan siswa, penyebaran angket kebutuhan, analisis metode pembelajaran, ditemukan permasalahan-permasalahan yang terjadi yaitu kurangnya bahan ajar berupa e-modul yang inovatif dan efektif bagi siswa di SMP N 2 Tlogomulyo yang mana dapat berdampak bagi kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa, yaitu kemampuan berpikir kritis siswa yang masih rendah. Berdasarkan pada hal tersebut, maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah menyusun rencana-rencana solusi pemecahan masalah melalui pengembangan e-modul pembelajaran khususnya di bidang ilmu pengetahuan alam yang berbasis problem based learning pada materi zat aditif dan zat adiktif. Hasil dari tahap perencanaan ini nantinya dapat menjadi dasar untuk menentukan tahap desain produk.
2. Tahap Pengembangan a. Desain Produk
Penelitian ini menghasilkan suatu produk akhir berupa e-modul IPA berbasis Problem Based Learning yang disajikan dalam bentuk website atau link dimana pembuatannya berbantuan dengan laman Google Site dengan desain produk sebagai berikut :
1) Menentukan bidang kajian IPA, pada penelitian ini yang digunakan adalah konsep zat aditif dan zat adiktif.
2) Menganalisis kompetensi dasar pada konsep zat aditif dan zat adiktif.
3) Memilih tema yang relevan
4) Merumuskan indikator dan tujuan pembelajaran
5) Membuat cover halaman depan, membuat tata letak menu pada halaman depan dan diberi hyperlink untuk menuju halaman yang akan dituju 6) Membuat kerangka website seperti halaman kata pengantar, halaman KI,
KD, indikator pencapaian kompetensi, halaman bagan konsep, halaman
yang berisi materi ajar, quiz, glossarium, daftar pustaka, dan biografi penulis.
7) Mengisi kerangka website dengan konten atau isi e-modul secara lengkap dan menarik
8) Pembelajaran yang dilaksanakan menggunakan e-modul disesuaikan dengan langkah pembelajaran atau syntaks problem based learning 9) Menambahkan gambar dan video ke dalam Google Site untuk
mempermudah pemahaman konsep para peserta didik
10) Mencantumkan referensi secara lengkap tentang kutipan yang digunakan dalam e-modul
11) Membuat petunjuk pemakaian e-modul terhadap penggunanya (user guidances)
b. Validasi Desain Produk
Tahap validasi desain yaitu suatu tahapan dari suatu rancangan produk yang bertujuan untuk memberikan nilai dan masukan kepada produk yang telah di desain, e-modul terbaru yang dikembangkan ini ditinjau apakah lebih efektif atau tidak dibandingkan modul yang sebelum-sebelumnya. Validasi suatu produk dilaksanakan dengan menghadirkan ahli-ahli yang memiliki pengalaman di bidangnya dalam mengkaji dan memberikan nilai pada suatu produk yang sedang dikembangkan agar lebih efektif. Dalam penelitian ini, validasi dilaksanakan dan dinilai oleh 8 dosen ahli dari berbagai bidang yaitu validasi ahli media, validasi ahli materi, validasi ahli bahasa, dan validasi ahli instrumen pembelajaran yang masing-masing bidang divalidasi oleh 2 ahli pada bidangnya.
c. Perbaikan Desain Produk
Setelah melalui validasi desain produk melalui ketersediaan para ahli, maka didapatkan masukan-masukan dan saran perbaikan dari para ahli yang selanjutnya dilakukan untuk memperbaiki desain tersebut.
3. Tahap Pengujian a. Uji Coba Terbatas
Tahap uji kelayakan yaitu tahap pengumpulan data yang bertujuan untuk mengetahui tingkat terlaksananya (keterbacaan dan keterpakaian) dari suatu produk yang dikembangkan sebelum peneliti melakukan penerapan pada skala yang lebih luas. Penerapan uji kelayakan suatu produk yang dikembangkan ini dilaksanakan di beberapa subjek uji coba, yaitu 31 siswa kelas VIII di SMPN 2 Tlogomulyo, serta Guru Biologi kelas VIII SMPN 2 Tlogomulyo, dengan melakukan pengisian kuesioner atau angket setelah melihat e-modul IPA berbasis PBL pada materi zat aditif dan zat adiktif.
b. Revisi Produk
Setelah melaksanakan uji kelayakan produk dan memiliki beberapa masukan yang baik, selanjutnya dilakukan revisi produk yang dilaksanakan berdasar pada hasil dari tanggapan para peserta didik serta hasil dari evaluasi uji coba kelayakan pada skala kecil yang terdiri dari 31 siswa kelas VIII dan Guru Biologi kelas VIII SMPN 2 Tlogomulyo.
c. Uji Lapangan Operasional
Seusai melaksanakan revisi dan perbaikan, maka sebuah produk pengembangan e-modul telah valid untuk digunakan, pengembangan media telah siap uji coba di skala yang lebih luas. Uji lapangan operasional ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan elektronik modul berbasis PBL dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Uji coba pada tahap ini melibatkan 88 siswa kelas VIII SMPN 2 Tlogomulyo, Temanggung.
Terdapat beberapa soal pre-test di dalam e-modul yang diberi kepada para peserta didik sebelum pembelajaran untuk mengetahui tingkat kemampuan berpikir kritis siswa, sedangkan soal post-test diberikan ketika proses setelah kegiatan belajar mengajar guna menguji bagaimanakah perbandingan keadaan para peserta didik setelah pembelajaran dengan e-modul berbasis problem based learning dan sebelum dilakukannya kegiatan belajar mengajar. Soal-soal pretest maupun posttest juga dilaksanakan uji coba soal terlebih dahulu guna mengetahui kevalidan soal, daya pembeda soal, serta tingkat sukarnya suatu soal. Tahap uji pelaksanaan lapangan ini dilaksanakan guna mengetahui efektif atau tidaknya sebuah pengembangan produk berupa
e-modul untuk menumbuhkan kemampuan para peserta didik dalam berpikir secara kritis. Desain uji lapangan operasional disajikan dalam tabel berikut ini :
Tabel 3 1 One group pretest posttest design
Kelas Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen O1 X1 O2
Sumber : (Sugiyono, 2012) Deskripsi :
X1 = Perlakuan dengan menerapkan e-modul PBL O1 = Nilai pretest sebelum diberikan perlakuan O2 = Nilai posttest setelah diberikan perlakuan
d. Produk Akhir E-Modul
Sebuah produk akhir pengembangkan media pembelajaran yaitu e-modul IPA berbasis Problem Based Learning pada materi sistem zat aditif dan zat adiktif yang sudah melalui beberapa tahap perbaikan serta tahap-tahap yang telah dijabarkan diatas sudah siap dan layak diaplikasikan di dalam pembelajaran IPA di SMPN 2 Tlogomulyo.
C. Instrumen Pengumpulan Data 1. Instrumen Wawancara Guru
Instrumen wawancara guru berisi tentang tabel pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan kepada guru IPA Kelas VIII, tujuan dari wawancara tersebut adalah untuk mengetahui sejauh mana guru membutuhkan e-modul sebagai bahan ajar untuk mendukung pemahaman siswa sehingga e-modul yang dikembangkan harus sesuai dengan kebutuhan guru dan siswa. Berikut ini merupakan kisi-kisi instrumen wawancara guru.
Tabel 3 2 Kisi-kisi instrumen wawancara guru
Aspek Butir Pertanyaan
Karakteristik Siswa Karakteristik siswa pada saat kegiatan pembelajaran
Jumlah Siswa
Aspek Butir Pertanyaan Penilaian Siswa
Metode Pembelajaran Metode pembelajaran yang digunakan pada proses kegiatan belajar
Kendala yang terjadi terkait penerapan metode pembelajaran yang digunakan
Sarana dan Prasarana Fasilitas internet di sekolah Pemanfaatan fasilitas internet Bahan Ajar Bahan ajar yang digunakan
Kemampuan peserta didik menggunakan bahan ajar yang diterapkan
Apakah guru pernah mengenal bahan ajar elektronik (e-modul)
Tanggapan guru tentang elektronik modul 2. Instrumen Respon Kebutuhan Siswa
Instrumen respon kebutuhan siswa berisi tentang beberapa pertanyaan- pertanyaan mengenai buku pegangan yang digunakan, materi yang sulit dipahami, serta kebutuhan siswa tentang bahan ajar yang baru. Tujuan dari pemberian angket kuesioner tersebut adalah untuk mengetahui sejauh mana siswa tertarik dan membutuhkan e-modul sebagai bahan ajar untuk mendukung pemahaman siswa, e-modul yang dikembangkan harus sesuai dengan kebutuhan siswa di sekolah.
3. Instrumen Validasi E-Modul
Instrumen validasi e-modul yang telah dikembangkan dinilai oleh validator yang merupakan dosen-dosen ahli pada bidangnya. Instrumen ini bersifat kualitatif dan kuantitatif. Kualitatif karena terdapat tabel yang berisi kritik maupun saran yang membangun dari para validator, dan data kuantitatif karena mengukur nilai yang telah diberikan oleh para validator. Sebelum lembar instrumen validasi ini diberikan kepada para validator, instrumen tersebut harus dikonsultasikan terlebih dahulu oleh dosen pembimbing. Pada penelitian ini, instrumen validasi ahli dibagi menjadi 4 bidang, antara lain :
a. Validasi Ahli Media
Penggunaan instrumen validasi media ini bertujuan untuk mengukur kelayakan produk E-Modul IPA Berbasis PBL dari segi kelayakan konten atau media.
b. Validasi Ahli Materi
Penggunaan instrumen validasi materi ini bertujuan untuk mengukur kelayakan produk E-Modul IPA Berbasis PBL dari segi kelayakan isi materi.
c. Validasi Ahli Bahasa
Penggunaan instrumen validasi bahasa ini bertujuan untuk mengukur kelayakan produk E-Modul IPA Berbasis PBL dari segi kelayakan bahasa yang digunakan dalam penyusunan e-modul.
d. Validasi Ahli Instrumen Pembelajaran
Penggunaan instrumen validasi ahli pembelajaran ini bertujuan untuk mengukur kelayakan produk E-Modul IPA Berbasis PBL dari segi kelayakan e-modul berbasis PBL untuk diterapkan sesuai dengan RPP dan pembelajaran yang dilaksanakan.
Nilai dari validitas kelayakan modul ini dapat diukur : X̅= ∑𝑥𝑖
𝑛 Keterangan :
𝑋̅ = rerata skor
∑ 𝑥𝑖 = jumlah skor yang diperoleh n = jumlah butir
(Sudjana, 2005)
4. Instrumen Soal Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Lembar instrumen soal berpikir kritis digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam berpikir secara kritis. Lembar instrumen soal kemampuan berpikir kritis sebelumnya diuji kepada 24 siswa kelas IX SMP N 2 Tlogomulyo yang sudah pernah memperoleh materi zat aditif dan zat adiktif untuk menguji validitas butir soal. Hasil tes instrumen soal berpikir kritis tersebut kemudian diolah menggunakan aplikasi IBM SPSS Statistics 22 untuk mengetahui tingkat validitas soal, kemudian dilakukan analisis butir soal berpikir kritis dengan menggunakan aplikasi Anates untuk mengetahui DP(%),
tingkat kesukaran soal, nilai sign, korelasi dan reliabilitas sebelum diuji coba pada uji lapangan operasional. Instrumen soal kemampuan berpikir kritis siswa terdiri dari 6 soal materi zat aditif dan zat adiktif yang mengacu pada indikator kemampuan berpikir kritis siswa. Berikut ini merupakan indikator kompetensi soal berpikir kritis siswa.
Tabel 3 3 Indikator kompetensi berpikir kritis siswa
No.
Aspek Kemampuan Berpikir Kritis
Indikator Kemampuan Berpikir Kritis
1 Menjelaskan
secara sederhana
Melakukan analisis terhadap suatu kenyataan
2 Membangun
keterampilan- keterampilan dasar
Melakukan observasi terhadap suatu masalah dan memberikan argumen terhadap permasalahan tersebut
3 Memberi
kesimpulan
Membuat induksi atau
menyimpulkan suatu masalah dan meninjaunya kembali
4 Menjelaskan lebih lanjut
Membangun argumen-argumen dan memberi klarifikasi lebih lanjut
5 Mengatur strategi Mencari solusi yang paling tepat untuk dilakukan dalam pemecahan permasalahan.
Suatu angket dikatakan valid apabila angket yang digunakan dapat mengungkapkan suatu hal yang akan diukur, serta dapat disebut valid jika nilai signifikansi (2 tailed) kurang dari sama dengan 0,05 dilihat dari korelasi antar item pertanyaan dengan jumlah (Nurcahyanto, Syah, & Wahyudi, 2018). Selain itu instrumen yang akan diujikan sebelumnya juga diuji cobakan dengan menggunakan uji reliabilitas, uji reliabilitas ini memiliki peranan untuk mengetahui konsistensi suatu instrumen, apakah instrumen yang akan diujikan dapat diandalkan dan tetap konsisten apabila pengukuran tersebut diulang-
ulang. Menurut (Widiyanto, 2017), makna dari reliabilitas sendiri yaitu kestabilan, konsisten, dan dapat dipercaya. Jadi, suatu angket dikatakan reliabel apabila angket tersebut apabila dijawab oleh subjek konsisten atau stabil dari waktu ke waktu meskipun diulang-ulang. Suatu item dikatakan reliabel apabila nilai Cronbach Alpha lebih dari sama dengan nilai r tabel. Untuk mengetahui butir soal yang valid dan reliabel maka dari itu soal diuji cobakan terlebih dahulu dengan menggunakan aplikasi IBM SPSS Statistics 20.
5. Instrumen Penilaian Siswa
Instrumen penilaian siswa berupa angket atau kuesioner yang digunakan untuk mengetahui keterbacaan dan keterpakaian dari pengembangan e-modul berbasis problem based learning pada materi zat aditif dan zat adiktif.
Instrumen angket respon siswa terhadap e-modul berbasis PBL pada materi zat aditif dan zat aditif ini menggunakan skala likert yang terdiri dari 5 skala penilaian yaitu: sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), kurang setuju (3), setuju (4), sangat setuju (5). Kegiatan pengisian angket ini dilaksanakan setelah diberikan perlakuan yaitu penerapan e-modul berbasis PBL pada materi zat aditif dan zat adiktif. Saran dan masukan yang diberikan oleh siswa digunakan sebagai perbaikan untuk uji lapangan operasional. Berikut ini merupakan kisi- kisi instrumen penilaian siswa :
Tabel 3 4 Kisi-kisi instrumen penilaian siswa
No Indikator Penilaian Penilaian
1 Ketertarikan Siswa Tampilan konten e-modul
Antusias siswa saat kegiatan pembelajaran
Penguasaan materi dengan penerapan e-modul
Kemudahan penggunaan e-modul
2 Materi Penyampaian materi dalam e-modul
Penyajian materi dalam e-modul Kelengkapan materi dalam e-modul Menemukan pemahaman sendiri 3 Bahasa Kejelasan kalimat dan paragraf dalam
e-modul
Kesederhanaan dalam penggunaan bahasa
No Indikator Penilaian Penilaian
Teks dan huruf yang digunakan dalam e-modul
6. Instrumen Penilaian Guru
Instrumen penilaian guru diberikan dalam bentuk angket atau kuesioner yang digunakan untuk mengetahui keterbacaan dan keterpakaian dari pengembangan e-modul berbasis PBL pada materi zat aditif dan zat adiktif.
Instrumen angket respon guru terhadap e-modul berbasis PBL pada materi zat aditif dan zat aditif ini menggunakan skala likert yang terdiri dari 5 skala penilaian yaitu: sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), kurang setuju (3), setuju (4), sangat setuju (5). Saran dan masukan yang diberikan oleh guru digunakan sebagai perbaikan untuk uji lapangan operasional. Berikut ini merupakan kisi- kisi instrumen penilaian guru :
Tabel 3 5 Kisi-kisi instrumen penilaian guru
No Indikator Penilaian Penilaian
1 Ketertarikan Tampilan konten e-modul
Mempermudah proses pembelajaran Kemudahan akses penggunaan e- modul
Penyajian gambar dan video
2 Materi Kesesuaian materi dengan KD
Penyampaian materi dalam e-modul Penyajian materi dalam e-modul Kelengkapan materi dalam e-modul Menemukan pemahaman sendiri
3 Bahasa Kejelasan kalimat dan paragraph
dalam e-modul
Penggunaan EYD bahasa
Kesederhanaan dalam penggunaan bahasa
Teks dan huruf yang digunakan
Angket dari tanggapan guru dan siswa akan dianalisis menggunakan deskriptif persentase penilaian skor dengan formula :
𝑷 = 𝒇
𝒏 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
Keterangan : P = persentase
f = skor yang dipilih n = skor maksimal
Tabel 3 6 Kriteria hasil angket tanggapan guru dan siswa
Rentang Skor (%) Kriteria
0 – 20 Tidak Baik
21 – 40 Kurang Baik
41 – 60 Cukup baik
61 – 80 Baik
81-100 Sangat baik
Sumber (Sudijono, 2004)
D. Teknik Analisis Data 1. Analisis Karakteristik E-Modul
Teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui karakteristik e-dari e-modul berbasis problem based learning pada materi zat aditif dan zat adiktif dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif. Karakteristik dari e-modul yang dikembangkan ini adalah kegiatan pembelajaran yang terdapat dalam e- modul ini disusun sesuai dengan sintak model pembelajaran berbasis masalah atau biasa disebut dengan problem based learning menurut Arends, diantaranya yaitu: orientasi permasalahan, pengorganisasian kelas, penyelidikan kelompok, pengembangan serta penyajian hasil penyelidikan, serta analisis dan evaluasi pemecahan permasalahan yang telah disajikan (Ashari & Salwah, 2017). Setiap sintak dalam e-modul ini disisipkan pula kegiatan untuk memberdayakan kemampuan siswa dalam berpikir secara kritis sesuai dengan indikator kemampuan berpikir kritis yang meliputi: 1) elementary classification yaitu kemampuan siswa untuk memberikan penjelasan sederhana, 2) basic support adalah kemampuan siswa dalam membangun keterampilan dasar, 3) inference yaitu kemampuan siswa untuk menarik kesimpulan terhadap suatu konsep, 4) advanced clarification adalah kemampuan siswa untuk memberikan penjelasan lebih lanjut, dan 5) strategy and tactics adalah kemampuan siswa untuk mengatur suatu strategi atau taktik untuk memecahkan suatu permasalahan.
2. Analisis Kelayakan E-Modul
Kelayakan dari e-modul berbasis problem based learning yang dikembangkan ini dianalisis berdasarkan pada hasil validasi para ahli yang meliputi validasi ahli media, validasi ahli materi, validasi ahli bahasa, dan validasi ahli pembelajaran dan juga berdasarkan pada data hasil angket respon guru dan siswa. Setelah dilakukan analisis terhadap data tersebut, perolehan dari skor penilaian dikategorikan berdasarkan persentase (%) kriteria kelayakan kualitas dari e-modul tersebut. Berikut ini merupakan tabel kriteria kelayakan elektronik modul berbasis PBL:
Tabel 3 7 Kriteria kelayakan e-modul berbasis PBL
Skor Kriteria
81-100 Sangat baik
61-80 Baik
41-60 Cukup Baik
21-40 Kurang Baik
0-20 Sangat Kurang
Sumber : (Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik, 2013) 3. Analisis Keefektifan E-Modul Berbasis PBL
a. Uji N-Gain
Keefektifan dari e-modul berbasis problem-based learning yang dikembangkan dalam penelitian ini dianalisis menggunakan skor N-gain berdasarkan pada hasil dari tahap uji lapangan operasional berbantuan dengan aplikasi IBM SPSS Statistic 20. Rumus untuk mencari skor N-gain menurut Hake (Zulaichah, Sukarmin, & Masykuri, 2021), adalah sebagai berikut : N gain = 𝑆 𝑝𝑜𝑠𝑡−𝑆 𝑝𝑟𝑒
𝑆 𝑚𝑎𝑘𝑠 − 𝑆 𝑝𝑟𝑒 x 100
Suatu modul yang dikembangkan dapat dikategorikan efektif apabila memiliki skor N-gain yang tinggi. Kriteria tafsiran menurut Hake (Zulaichah et al., 2021) disajikan pada tabel berikut ini :
Tabel 3 8 Kriteria Tafsiran Skor N-gain
Rentang Kategori
g ≥ 0,7 Tinggi
0,3 ≤ g < 0,7 Sedang
g < 0,3 Rendah