• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Faktor-Faktor Sosial Ekologi dalam Pengelolaan Ekosistem Mangrove Berbasis Masyarakat (Studi Kasus Desa Kartika Jaya dan Desa Wonosari Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Faktor-Faktor Sosial Ekologi dalam Pengelolaan Ekosistem Mangrove Berbasis Masyarakat (Studi Kasus Desa Kartika Jaya dan Desa Wonosari Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah)"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKOLOGI DALAM

PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE

BERBASIS MASYARAKAT

(Studi Kasus Desa Kartika Jaya dan Desa Wonosari, Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah)

DEDE RAHMAT

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

ii

(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Faktor-Faktor Sosial Ekologi dalam Pengelolaan Ekosistem Mangrove Berbasis Masyarakat (Studi Kasus di Desa Kartika Jaya dan Desa Wonosari, Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, November 2014

Dede Rahmat

(4)

iv

ABSTRAK

DEDE RAHMAT. Studi Faktor-Faktor Sosial Ekologi dalam Pengelolaan Ekosistem Mangrove Berbasis Masyarakat (Studi Kasus Desa Kartika Jaya dan Desa Wonosari, Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah). Dibimbing oleh LUKY ADRIANTO dan LATIPAH HENDARTI

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tipologi mangrove dan kaitan antara kondisi sosial masyarakat terhadap peran serta dalam pelestarian ekosistem mangrove di wilayah Desa Kartika Jaya dan Desa Wonosari, Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan observasi langsung di lapangan dan wawancara terhadap 30 orang per desa. Hasil pengamatan kondisi ekologis ekosistem mangrove menunjukkan bahwa tipologi mangrove Desa Kartika Jaya dan Desa Wonosari didominasi oleh Avicennia marina dengan kondisi termasuk kriteria baik, dengan nilai kerapatan mangrove berkisar 1067-1178 ind/ha dan 1622-2000 ind/ha sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 201 tahun 2004. Hasil analisis komponen utama (PCA) menunjukkan bahwa faktor sosial yang berpengaruh terhadap upaya perlindungan ekosistem mangrove di Desa Kartika Jaya adalah partisipasi masyarakat dalam penanaman mangrove, pengetahuan tentang fungsi ekosistem mangrove, jarak rumah menuju ekosistem, dan jenis pekerjaan. Faktor sosial yang berpengaruh di Desa Wonosari adalah partisipasi masyarakat dalam penanaman mangrove, pengetahuan tentang fungsi dan jenis mangrove, pengalaman terkena dampak abrasi dan jarak rumah.

Kata kunci: ekologi, masyarakat, sosial

ABSTRACT

DEDE RAHMAT. Socio-Ecological Factors Study In Community Based Mangrove Conservation (Case study Kartika Jaya and Wonosari village, District Patebon, Kendal, Java Center Province). Supervised by LUKY ADRIANTO and LATIPAH HENDARTI

This study was conducted to determine the typology of mangrove and links between social conditions and community participation in mangrove ecosystem in the conservation area of Kartika Jaya and Wonosari village, District Patebon, Kendal. This research has been conducted with direct observation in the field and interviews with 30 persons in every village. The result from observation of ecological mangrove condition show that typology of mangrove in both area are dominated by Avicennia marina with good condition, mangrove density range is about 1067-1178 ind/ha and 1622-2000 ind/ha in accordance with the Decree of the State Minister for the Environment No. 201 Year 2004. Analysis of Principal Component Analysis (PCA) results that the social factors affecting the conservation in Kartika Jaya villages are community participation in mangrove planting, knowledge about the function of mangrove ecosystems, the distance to the ecosystem, and type of job. While the determined social factors in Desa Wonosari are community participation in mangrove planting as well, knowledge about functions and types of mangrove, the abrasion experience, and home distance.

(5)

STUDI FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKOLOGI DALAM

PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE

BERBASIS MASYARAKAT

(Studi Kasus Desa Kartika Jaya dan Desa Wonosari, Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah)

DEDE RAHMAT

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Studi Faktor-Faktor Sosial Ekologi dalam Pengelolaan Ekosistem Mangrove Berbasis Masyarakat (Studi Kasus Desa Kartika Jaya dan Desa Wonosari Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah)

Nama : Dede Rahmat

NIM : C24090044

Disetujui oleh

Dr Ir Luky Adrianto, MSc Pembimbing I

Ir Latipah Hendarti, MSc Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir M Mukhlis Kamal, MSc Ketua Departemen

(8)

viii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2014 ini ialah

konservasi, dengan judul “Studi Faktor-Faktor Sosial Ekologi dalam Pengelolaan

Ekosistem Mangrove Berbasis Masyarakat”.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Institut Pertanian Bogor yang sudah memberikan kesempatan studi dan bantuan beasiswa berupa beasiswa Penunjang Potensi Akademik (PPA) kepada penulis sehingga penulis dapat melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada para donatur Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang telah memberi bantuan pendanaan sehingga penulis bisa menyelesaikan studi. Tak lupa penulis sampaikan kepada Yayasan DeTara yang sudah memberi bantuan baik moril maupun materil selama dalam kegiatan penelitian ini sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Luky Adrianto M,Sc. dan Ibu Dr. Ir. Latipah Hendarti M,Sc. selaku pembimbing skripsi, dan Bapak Dr. Ir. Ahmad Fahruddin, M.Si selaku dosen penguji serta Bapak Sigid Haryadi M,Sc. selaku dosen pembimbing akademik.

Ungkapan terima kasih sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada ibu dan almarhum bapak (semoga amal baik beliau diterima disis-Nya) serta seluruh keluarga atas doa dan kasih sayang sehingga penulis bisa menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik. Penghargaan penulis sampaikan pula kepada Bapak Wasito dan keluarga serta warga Desa Kartika Jaya dan Desa Wonosari, yang telah membantu selama pengumpulan data. Terima kasih penulis ucapkan kepada keluarga besar Asrama Sylvalestari dan Sylvapinus terutama ex-Markup atas dukungan dan dorongan baik secara moril maupun materil agar penulis dapat segera menyelesaikan karya ilmiah ini. Tak lupa juga terima kasih penulis ucapkan kepada Ksatria Jakpus (Kebijakan Kampus), keluarga besar BEM KM IPB periode 2013-2014, UKM Pramuka, anggota Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan se-Indonesia (Himasuperindo) dan keluarga besar BEM TPB angkatan 46, atas doa, semangat dan dukungan yang diberikan sehingga penulis bisa menyelesaikan karya ilmiah ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, November 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 3

Waktu dan Tempat 3

Pengumpulan Data 3

Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 9

Hasil 9

Pembahasan 24

SIMPULAN DAN SARAN 30

Simpulan 30

Saran 31

DAFTAR PUSTAKA 31

LAMPIRAN 33

RIWAYAT HIDUP 40

DAFTAR TABEL

1 Data primer parameter ekologis. 4

2 Daftar kuantifikasi tingkat pengetahuan masyarakat tentang biota

perairan di ekosistem mangrove 7

3 Daftar kuantifikasi tingkat pengetahuan masyarakat tentang

jenis-jenis mangrove 7

4 Daftar kuantifikasi tingkat pengetahuan masyarakat tentang

fungsi ekosistem mangrove 7

5 Daftar kuantifikasi intensitas penanaman mangrove 8

6 Kisaran umur responden 13

7 Kisaran lama tinggal responden di lokasi penelitian 14

8 Jumlah anggota keluarga responden 14

9 Kisaran pendapatan responden 17

10 Partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan ekosistem mangrove. 19 11 Hubungan antar variabel karakteristik masyarakat hasil komponen

utama Desa Kartika Jaya 23

12 Hubungan antar variabel karakteristik masyarakat hasil komponen

utama Desa Wonosari 25

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

1 Peta administrasi Kecamatan Patebon, Kebupaten Kendal, “Jawa Tengah

(Sumber: Bappeda Kabupaten Kendal 2012) 3

2 Ilustrasi ukuran transek kuadrat, 10 x 10 m2 untuk pohon, 5 x 5 m2 untuk

anakan dan 1 x 1 m2 untuk semai 5

3 Peta Lokasi Penelitian (Skala 1:10.000) 6

4 Kondisi struktur ekosistem mangrove Desa Kartika Jaya pada saat surut

maksimum di setiap stasiun pengamatan 10

5 Kondisi struktur ekosistem mangrove Desa Wonosari pada saat surut

maksimum di setiap stasiun pengamatan 11

6 Kerapatan mangrove pada tahap pohon 12

7 Kerapatan mangrove pada tahap anakan 12

8 Kerapatan mangrove pada tahap semai 12

9 Jarak antara rumah responden dengan ekosistem mangrove 15

10 Pengalaman responden terkena dampak rob 15

11 Identitas responden berdasarkan tingkat pendidikan 15 12 Jenis pekerjaan responden dari Desa Kartika Jaya dan Desa Wonosari 16 13 Tingkat pengetahuan responden tentang biota perairan di ekosistem

mangrove 18

14 Tingkat pengetahuan responden Kartika Jaya tentang jenis-jenis

mangrove berdasarkan kelompok umur 18

15 Tingkat pengetahuan responden Wonosari tentang jenis-jenis mangrove

berdasarkan kelompok umur 18

16 Tingkat pengetahuan responden Kartika Jaya tentang fungsi mangrove

berdasarkan tingkat pendidikan 19

17 Tingkat pengetahuan responden Wonosari tentang fungsi mangrove

berdasarkan tingkat pendidikan 19

18 Bentuk pemanfaatan ekosistem mangrove Desa Kartika Jaya dan Desa

Wonosari. 20

19 Partisipasi masyarakat Kartika Jaya dalam kegiatan perlindungan

mangrove berdasarkan jenis pekerjaan 21

20 Partisipasi masyarakat Wonosari dalam kegiatan perlindungan mangrove

berdasarkan jenis pekerjaan 21

21 Bentuk kegiatan perlindungan ekosistem mangrove Desa Kartika Jaya

dan Desa Wonosari 21

22 Tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan penanaman mangrove 22 23 Korelasi antar variabel dan sumbu faktorial utama (F1 dan F2)

Desa Kartika Jaya 23

24 Korelasi antar variabel dan sumbu faktorial utama (F1 dan F2)

Desa Wonosari 26

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuisioner Penelitian 33

2 Korelasi antara karakteristik masyarakat dengan partisipasi dan upaya

perlindungan ekosistem mangrove Desa Kartika Jaya 37 3 Korelasi antara karakteristik masyarakat dengan partisipasi dan upaya

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Wilayah pesisir beserta sumberdaya alamnya memiliki arti penting bagi pembangunan ekonomi bangsa Indonesia yang secara umum dapat dilihat dari dua aspek, yakni aspek sosial-ekonomi dan biofisik. Aspek sosial ekonomi memiliki arti penting karena (a) sekitar 60 % penduduk Indonesia hidup di wilayah pesisir; (b) sebagian besar kota (kota provinsi dan kabupaten) terletak di kawasan pesisir; (c) kontribusi sektor kelautan terhadap PDB nasional sekitar 20,06 % pada tahun 1998; dan (d) industri kelautan (coastal industries) menyerap lebih dari 16 juta tenaga kerja secara langsung (Rusdianah 2006). Ekonomi kelautan akan semakin strategis bagi Indonesia, seiring dengan pergeseran pusat perdagangan dunia dari Atlantik ke Asia- Pasifik dengan 70 % perdagangan berlangsung di Asia–Pasifik dan 45 % produk diperdagangkan melalui laut Indonesia dengan potensi ekonomi mencapai US$ 1.500 triliun per tahun (Dahuri 2013). Aspek biofisik sangat berarti karena; (a) Indonesia memiliki garis pantai terpanjang di dunia setelah Kanada (sekitar 81.000 km); (b) sekitar 75 % dari wilayahnya merupakan wilayah perairan (sekitar 5,8 juta km2 termasuk ZEEI); (c) Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau sekitar 17.508 pulau; dan (d) memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi (Dahuri et al. 2001).

Ekosistem mangrove merupakan salah satu sumberdaya alam penting di wilayah pesisir. Luas mangrove Indonesia mencapai ± 8,6 juta hektar dan menyebar di seluruh wilayah Indonesia. Mangrove bukan hanya memiliki potensi ekologis tetapi juga memiliki potensi ekonomis yang tinggi (FAO 2007). Namun, disamping potensi yang tinggi, ekosistem mangrove Indonesia bahkan mangrove dunia dibayangi oleh berbagai ancaman kerusakan ekosistem yang semakin lama semakin tinggi baik secara alami maupun dengan adanya campur tangan manusia (Datta et al.

2012).

Datta et al. (2012) juga menjelaskan kegiatan konservasi sebagai salah satu kegiatan pengelolaan ekosistem, dapat dijadikan sebagai salah satu upaya tindak lanjut untuk perbaikan, penjagaan hingga pemanfaatan yang berkelanjutan. Perencanaan kegiatan konservasi di Indonesia banyak dilakukan, namun hal ini tidak banyak membuahkan hasil yang baik. Kesalahan tersebut dikarenakan dalam pelaksanaan kegiatan konservasi masyarakat sebagai subjek utama dalam pemanfaatan ekosistem tidak banyak terlibat. Beberapa indikator keberhasilan kegiatan konservasi adalah adanya identifikasi potensi ekosistem baik secara ekologis maupun ekonomis, dan adanya keterlibatan masyarakat secara aktif (Agol 2014).

(12)

2

Perumusan Masalah

Kawasan pesisir di Kabupaten Kendal merupakan ekosistem yang memiliki arti penting bagi Kabupaten Kendal, karena memiliki 23 desa pesisir yang membentang sepanjang 42 km di wilayah Kabupaten Kendal. Kawasan pesisir ini merupakan daerah mangrove yang berfungsi sebagai penahan erosi laut atau abrasi dan berkembangnya habitat flora dan fauna pesisir. Secara ekologis kawasan pesisir juga merupakan tempat mata pencaharian sebagian besar masyarakat pesisir.

Ekosistem mangrove sebagai salah satu eksosistem penting dalam kawasan pesisir Kabupaten Kendal dalam kurun waktu 10 tahun, mengalami kerusakan seluas 1151 ha (KLH 2008), hal tersebut berdampak pada berkurangnya luas daratan. Kawasan mangrove Kecamatan Patebon yang memiliki tiga kawasan yang berhubungan dengan laut, dua diantaranya adalah Desa Kartika Jaya dan Desa Wonosari. Dua kawasan tersebut memiliki potensi tinggi berupa potensi ekologis dan ekonomis ekosistem mangrove.

Partisipasi dan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan ekosistem mangrove merupakan hal yang penting untuk diamati dan dipelajari, karena merupakan salah satu indikator keberhasilan upaya konservasi. Upaya yang terlebih dahulu dilakukan adalah pengkajian terhadap tipologi ekosistem mangrove sebagai objek pengelolaan. Perencanaan dan pengembangan kawasan berdasarkan hasil kajian ekologis dan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pengelolaan kawasan diharapkan mampu menjadi salah satu masukan solusi untuk mengurangi dampak kerusakan kawasan mangrove, dan dapat dijadikan sebagai bahan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir khususnya masyarakat Kendal.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan:

1. Mengidentifikasi tipologi mangrove di Desa Kartika Jaya dan Desa Wonosari, Kendal.

2. Mengkaji kaitan antara kondisi sosial masyarakat terhadap peran serta masyarakat dalam pelestarian ekosistem mangrove sebagai salah satu masukan untuk pengelolaan ekosistem mangrove.

Manfaat Penelitian

(13)

METODE

Waktu dan Tempat

Kegiatan ini dilaksanakan pada tiga tahap, yakni 22–25 Januari, 21–24 April dan 12–15 Juni 2014, di Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah (Gambar 1). Analisis data dilaksanakan pada bulan Februari–Juni 2014 di Laboratorium Manajemen Sumberdaya Perikanan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Institut Pertanian bogor.

Gambar 1 Peta administrasi Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah (Sumber: Bappeda Kabupaten Kendal 2012)

Pengumpulan Data

(14)

4

Data primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan melalui pengamatan langsung lapangan atau obervasi (Churchill dan Gilbert 2005). Metode observasi yang dilakukan adalah inventarisasi terhadap kondisi ekosistem mangrove di lokasi penelitian dan sosial masyarakat. Data primer yang diamati disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1 Data primer parameter ekologis.

No Parameter Ekologis Satuan Metode

1 Jenis Mangrove - Observasi

2 Kerapatan Mangrove Ind/100m2 Transek Kuadrat

Parameter Sosial Masyarakat

3 Umur Tahun Wawancara

4 Lama Tinggal Tahun Wawancara

5 Jumlah Anggota Keluarga Jiwa Wawancara

6 Jarak Rumah Responden Km Wawancara

7 Tingkat Pendidikan - Wawancara

8 Jenis Pekerjaan - Wawancara

9 Pendapatan Rupiah Wawancara

10 Tingkat Pengetahuan - Wawancara

11 Pemanfaatan Ekosistem Mangrove - Wawancara / Diskusi 12 Perlindungan Ekosistem Mangrove - Wawancara / Diskusi Pengambilan sampel vegetasi mangrove

Pengambilan vegetasi mangrove dibagi atas klasifikasi pohon (diameter >4 cm), anakan (diameter <4 cm, tinggi >1 m) dan semai (tinggi <1 m) (Begen 2000). Transek pengamatan kelompok pohon menggunakan plot yang berbentuk bujur sangkar berukuran plot 10 x 10 m2. Kelompok anakan atau belta diambil pada petak berukuran 5 x 5 m2 yang ditempatkan pada petak pengamatan kelompok pohon. Semai diambil pada petak 1 x 1 m2 yang ditempatkan pada petak kelompok belta (Gambar 2). Berdasarkan Onrizal (2008) pengukuran diameter of the trunk at breast height (DBH) 1,3 m dari atas akar. Setiap Stasiun pengamatan diamati dengan menetapkan transek-transek menggunakan transek kuadrat yang dilakukan dengan cara menarik garis dari arah laut tegak lurus garis pantai sepanjang zonasi hutan mangrove (Gambar 3) (KLH 2004).

Pengambilan sampel faktor sosial masyarakat

(15)

Gambar 2 Ilustrasi ukuran transek kuadrat, 10 x 10 m2 untuk pohon, 5 x 5 m2 untuk anakan dan 1 x 1 m2 untuk semai

Data sekunder

Data sekunder untuk data sosial menyangkut struktur dan jumlah penduduk, mata pencaharian, dan kelembagaan yang diperoleh dari instansi terkait. Berikut beberapa instansi terkait yang menjadi sumber data sekunder diantaranya :

1. Kantor Kepala Desa Kartika Jaya dan Desa Wonosari

2. Kantor Camat Kecamatan Patebon

3. Kantor Cabang Dinas Kelautan dan Perikanan Kecmatan Patebon

4. Kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kendal

5. Kantor Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kendal

Analisis Data Analisis ekologis (struktur komunitas mangrove)

Pendekatan ekologis dalam kajian pengelolaan ekosistem mangrove di Desa Kartika Jaya menggunakan parameter ekologis penting mengikuti Curtis dan McIntosh (1950) in Cintra (2013) yaitu kerapatan jenis (Di). Kerapatan jenis adalah

jumlah individu jenis dalam satu unit area yang diukur.

Keterangan : Di = Kerapatan Jenis (ind/m2)

ni = Jumlah total individu dari jenis- i (individu)

A = Luas area total pengambilan contoh (m2)

Kuantifikasi pernyataan kualitatif

(16)

6

Gambar 3 Peta Lokasi Penelitian (Skala 1:10.000)

Statsiun 2

Pohon : 13,33 Ind/100 m2 Anakan : 7,00 Ind/100 m2 Semai : 0,00 Ind/100 m2

Statsiun 1

Pohon : 14,33 Ind/100 m2 Anakan : 14,33 Ind/100 m2 Semai : 0,00 Ind/100 m2

Statsiun 3

Pohon : 13,33 Ind/100 m2 Anakan : 18,67 Ind/100 m2 Semai : 1,67 Ind/100 m2

Statsiun 2

Pohon : 8,67 Ind/100 m2 Anakan : 18,00 Ind/100 m2 Semai : 1,67 Ind/100 m2 Statsiun 3

Pohon : 7,67 Ind/100 m2 Anakan : 10,67 Ind/100 m2 Semai : 1,67 Ind/100 m2

Statsiun 1

(17)

Karakteristik masyarakat

Pendekatan data sosial masyarakat didasarkan pada kondisi secara umum kehidupan responden sehari-hari. Karakteristik masyarakat dicirikan dengan beberapa parameter di antaranya adalah umur, jumlah anggota keluarga, lama tinggal, jarak antara rumah dan ekosistem mangrove, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, tingkat pengetahuan masyarakat, pengalaman terkena rob, dan upaya perlindungan ekosistem mangrove. Metode kuantifikasi parameter menggunakan skala Likert. Menurut Jooste dan Fourie (2009) data kualitatif yang bersifat interval dapat dilakukan skoring untuk membedakan antar tingkatan.

Pengetahuan tentang ekosistem mangrove

Data pengetahuan masyarakat tentang ekosistem mangrove digambarkan dengan pengetahuan tentang jenis biota perairan yang dapat ditemukan di ekosistem mangrove, jenis-jenis mangrove, dan fungsi secara umum dari ekosistem mangrove. Beberapa kriteria untuk mengukur tingkat pengetahuan masyarakat disampaikan dalam Tabel 3–5 sebagai berikut.

Tabel 2 Daftar kuantifikasi tingkat pengetahuan masyarakat tentang biota perairan di ekosistem mangrove

Tingkat

Pengetahuan Skor Keterangan

Rendah 1 Tidak mengetahui satu pun biota yang hidup di ekosistem mangrove

Sedang 2 Mengetahui 1-3 jenis biota yang hidup di ekosistem mangrove

Tinggi 3 Mengetahui ≥ 4 jenis biota yang hidup di ekosistem mangrove

Tabel 3 Daftar kuantifikasi tingkat pengetahuan masyarakat tentang jenis-jenis mangrove

Tingkat

Pengetahuan Skor Keterangan

Rendah 1 Tidak mengetahui satu pun jenis mangrove yang hidup di sekitar masyarakat

Sedang 2 Mengetahui 1-2 jenis mangrove yang hidup di sekitar masyarakat

Tinggi 3 Mengetahui ≥ 3 jenis mangrove yang hidup di sekitar masyarakat

Tabel 4 Daftar kuantifikasi tingkat pengetahuan masyarakat tentang fungsi ekosistem mangrove

Tingkat

Pengetahuan Skor Keterangan

Rendah 1 Mengetahui 1-3 fungsi ekosistem mangrove Sedang 2 Mengetahui 4-6 fungsi ekosistem mangrove

(18)

8

Pemanfaatan ekosistem mangrove

Pemanfaatan sebagai salah satu bagian penting dari pengelolaan ekosistem mangrove. Data pemanfaatan ekosistem oleh masyarakat digambarkan dengan beberapa parameter di antaranya adalah kegiatan penangkapan ikan, kegiatan berburu burung di ekosistem mangrove, pembuatan tambak, pemanfaatan ekosistem mangrove sabagai bahan pakan ternak, makanan, dan obat-obatan alami, serta penanggulangan dampak rob. Pengamatan terhadap jenis pemanfaatan dilakukan berdasarkan pemanfaatan masyarakat dalam kurun waktu satu tahun.

Partisipasi aktif perlindungan ekosistem mangrove

Partisipasi aktif dalam kegiatan perlindungan ekosistem mangrove menggambarkan tingkat kesadaran masyarakat terhadap perlindungan ekosistem mangrove secara positif. Hal itu dapat dilihat dari keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan pembibitan, penanaman, pembuatan dan pemasangan spanduk atau slogan menjaga ekosistem mangrove, dan ikut terlibat dalam pembuatan peraturan tentang pemanfaatan mangrove, serta kegiatan lainnya yang bertujuan untuk perlindungan ekosistem mangrove. Partisipasi aktif masyarakat digambarkan secara deskriptif dan dikuantifikasi dari intensitas penanaman yang dilakukan masyarakat. Tabel 6 menunjukkan skoring dalam intensitas penanaman.

Tabel 5 Daftar kuantifikasi intensitas penanaman mangrove Intensitas Penanaman

Mangrove (Tahun) Skor Keterangan

Rendah 1 Masyarakat tidak pernah sama sekali terlibat dalam kegiatan penanaman mangrove

Sedang 2 Masyarakat terlibat dalam kegiatan penanaman mangrove 1-2 kali/tahun

Tinggi 3 Masyarakat terlibat dalam kegiatan penanaman mangrove 3-4 kali/tahun

Uji korelasi antar faktor

Uji korelasi adalah analisis untuk menelaah hubungan keeratan dua peubah pengukuran. Jika ada dua peubah pengukuran X dan Y, keeratan hubungan linear antara kedua peubah tersebut dinyatakan oleh nilai korelasi. Jika X merupakan peubah bebas (independent variable) dan Y merupakan peubah tak bebas (dependent variable), regresi X dan Y memberi gambaran bagaimana nilai peubah X mempengaruhi peubah Y (Saefuddin et al. 2009).

Analisis komponen utama

(19)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Stuktur Vegetasi Mangrove

Kondisi lokasi penelitian di Desa Kartika Jaya dan Desa Wonosari masing-masing ditunjukkan oleh Gambar 4 dan 5. Gambar 4 mengindikasikan bahwa telah terjadi kerusakan magrove akibat adanya abrasi yang terjadi dan tingginya perkembangan pembuatan tambak di Desa Kartika Jaya. Sekitar ± 100 m2 dari garis pantai, terjadi kerusakan dan kekosongan mangrove pada saat surut maksimum. Pembuatan tambak pun tinggi mencapai 20-100 m2, baik tambak milik masyarakat maupun milik perusaahan swasta. Gambar 4 menunjukkan juga adanya jenis mangrove yang berbeda yakni adanya mangrove jenis Rhizhophora sp. yang berada di dekat tepian sungai. Berdasarkan hasil wawancara, responden menyatakan bahwa mangrove tersebut adalah hasil introduksi masyarakat sekitar. Mangrove tersebut mudah untuk tumbuh karena berada di daerah yang memiliki salinitas rendah (Hutchings dan Saenger 1987).

Gambar 5 mengindikasikan bahwa struktur mangrove yang cukup padat dengan didominasi oleh mangrove jenis Avicennia marina di setiap statsiun Desa Wonosari. Gambar 5 juga menunjukkan bahwa terjadi kekosongan daratan mencapai 250 m2 dari garis pantai pada saat surut maksimum. Ancaman yang sama terjadi di Desa Wonosari, yakni berupa perkembangan pembuatan tambak baik oleh masyarakat maupun perusahaan swasta (Dwi dan Winarno 2006a). Hal lain ditegaskan oleh Hamilton et al. (1989) bahwa pembuatan tambak merupakan ancaman utama dalam kelestarian ekosistem mangrove. Oleh karena itu, perlu adanya manajemen yang terintegrasi antara pengelola ekosistem mangrove dan perikanan, sehingga terbuka kesempatan untuk melakukan budidaya tambak secara berkelanjutan (Kairo et al. 2001).

Tipologi Mangrove di Kecamatan Patebon

(20)

10

(21)
(22)

12

Gambar 6 Kerapatan mangrove pada tahap pohon

Gambar 7 Kerapatan mangrove pada tahap anakan

Gambar 8 Kerapatan mangrove pada tahap semai

(23)

Karakteristik Sosial Masyarakat

Kecamatan Patebon adalah salah satu wilayah kecamatan di Kabupaten Kendal yang sebagian wilayahnya merupakan kawasan pesisir pantai utara. Secara geografis Kecamatan Patebon terletak pada posisi 109ºLU-45ºLS dengan luas wilayah mencapai 44,30 km (Renstra Wilayah Pesisir Kabupaten Kendal 2012- 2032). Kecamatan Patebon memiliki 18 desa dengan dua diantaranya merupakan kawasan pesisir atau kawasan yang berbatasan langsung dengan laut dan dipengaruhi oleh kondisi laut, yakni Desa Kartika Jaya dan Desa Wonosari. Berdasarkan hasil wawancara, Desa Kartika Jaya merupakan pemekaran dari Desa Wonosari sehingga secara tidak langsung karakteristik masyarakat di kedua desa hampir sama.

Umur

Umur seseorang merupakan salah satu karakteristik internal individu yang ikut mempengaruhi fungsi biologis dan psikologis individu (Maskendari 2006). Umur adalah usia responden yang dihitung dari tanggal lahir hingga saat penelitian dilaksanakan dan dinyatakan dalam tahun. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden menunjukkan bahwa struktur umur di lokasi penelitian berkisar antara 18– 74 tahun. Struktur umur responden lebih jelas disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 menunjukan bahwa di Desa Kartika Jaya proporsi umur responden paling banyak berada pada kisaran 31–55 tahun sekitar 73 % responden, dan proporsi umur responden Desa Wonosari paling tinggi adalah 18-36 yakni sekitar 50 % responden. Mengacu pada Tabel 6 dan dikaitkan dengan tingkat produktivitas penduduk berdasarkan kategori umur seperti dikemukakan oleh Sarwono (1983), umur responden pada kedua lokasi penelitian termasuk umur pertengahan atau masa produktif.

Tabel 6 Kisaran umur responden

Umur (Tahun) Desa Kartika Jaya Desa Wonosari

Jumlah (Jiwa) Persentase (%) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

18-36 6 20 15 50

37-55 22 73 10 33

> 56 2 7 5 17

Lama tinggal

Lama tinggal adalah lama masyarakat berada di lokasi penelitian dihitung sejak tahun pertama responden menginjakkan kaki di lokasi penelitian dan dinyatakan dalam tahun. Lama tinggal masyarakat di tempat penelitian mampu menggambarkan tingkat pemahaman masyarakat tentang karakteristik lokasi penelitian. Berikut lama tinggal masyarakat di dua desa disajikan dalam Tabel 7.

(24)

14

Tabel 7 Kisaran lama tinggal responden di lokasi penelitian Lama Tinggal

(Tahun)

Desa Kartika Jaya Desa Wonosari

Jumlah (Jiwa) Persentase (%) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

0 – 10 2 7 3 10

Jumlah anggota keluarga menjadi salah satu parameter karakteristik masyarakat di lokasi penelitian. Jumlah anggota keluarga adalah jumlah orang yang menjadi tanggungan responden pada saat dilaksanakan penelitian dan dinyatakan dalam jiwa. Jumlah anggota keluarga berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat. Tabel 8 menunjukkan karakteristik responden berdasarkan jumlah anggota keluarga.

Berdasarkan Tabel 8 jumlah anggota keluarga atau jumlah tanggungan responden paling banyak di Desa Kartika Jaya dan Desa Wonosari pada 3–4 jiwa dengan masing-masing berkisar 60 % dari total responden. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, jumlah tanggungan yang dimaksudkan bukan hanya berupa anak dan istri tetapi juga orang tua.

Tabel 8 Jumlah anggota keluarga responden Jumlah Anggota

Keluarga (Jiwa)

Desa Kartika Jaya Desa Wonosari Jumlah

Jarak antara rumah dan ekosistem mangrove

Jarak rumah dengan ekosistem adalah jarak yang harus ditempuh responden dari rumah tempat tinggal menuju ekosistem mangrove di sekitar garis pantai dan dinyatakan dalam kilometer (km). Jarak antara rumah responden dan ekosistem mangrove juga menggambarkan sebaran lokasi atau tempat tinggal responden dalam penelitian. Berikut ini grafik jarak rumah responden terhadap ekosistem mangrove, ditunjukan dalam Gambar 9.

(25)

Gambar 9 Jarak antara rumah responden dengan ekosistem mangrove

Gambar 10 Pengalaman responden terkena dampak rob Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan yang diteliti adalah jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh atau dicapai responden. Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sikap dan perspektif masyarakat terhadap suatu kegiatan atau kondisi (Soeryani 1987). Gambar 11 menunjukkan identitas responden berdasarkan tingkat pendidikan formal responden.

Gambar 11 Identitas responden berdasarkan tingkat pendidikan

(26)

16

Gambar 11 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden di Desa Kartika Jaya lebih tinggi dibandingkan Desa Wonosari. Pendidikan responden Desa Kartika Jaya paling banyak adalah Sekolah Menengah Atas (SMA) yakni sekitar 50 % responden, sedangkan di Desa Wonosari didominasi oleh responden dengan tingkat pendidikan Sekolah Dasar yakni 43 %. Jumlah responden dengan latar belakang tidak bersekolah masih ditemukan di kedua lokasi pengamatan mencapai 10 % jumlah responden.

Jenis pekerjaan

Kawasan Desa Kartika Jaya dan Desa Wonosari yang berbatasan langsung dengan pesisir memiliki karakteristik masyarakat dengan jenis pekerjaan yang berhubungan dengan pesisir dan laut. Jenis pekerjaan yang menjadi bahan penelitian adalah bentuk kegiatan pokok responden untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga. Jenis pekerjaan di kedua desa disajikan dalam Gambar 12.

Gambar 12 menunjukkan bahwa tiga jenis pekerjaan yang banyak ditemukan di Desa Wonosari adalah petani tambak (37 %), petani kebun (33 %) dan buruh tambak (13 %). Tiga pekerjaan yang banyak ditemukan di Desa Kartika Jaya adalah petani kebun (27 %), pengelola mangrove (17 %), dan petani tambak (13 %). Jenis pekerjaan yang berorientasi pada proses perlindungan mangrove berupa pembibitan dan pengelola mangrove hanya ditemukan di Desa Kartika Jaya.

Gambar 12 Jenis pekerjaan responden dari Desa Kartika Jaya dan Desa Wonosari Tingkat pendapatan

(27)

Tabel 9 menunjukkan bahwa pendapatan masyarakat Desa Kartika Jaya dan Desa Wonosari paling banyak berkisar antara Rp.500.000,00 – Rp.1.500.000,00 masing-masing sebesar 67 % dan 60 %. Penghasilan masyarakat tersebut masih terbilang cukup dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat yang dapat dipenuhi dari potensi sumber daya alam yang masih sangat tinggi.

Tabel 9 Kisaran pendapatan responden Pendapatan

(Rupiah/bulan)

Desa Kartika Jaya Desa Wonosari Jumlah

Tingkat pengetahuan masyarakat tentang ekosistem mangrove

Tingkat pengetahuan masyarakat tentang ekosistem mangrove terbagi dalam tiga parameter yakni pengetahuan masyarakat tentang biota perairan yang hidup di ekosistem mangrove, jenis-jenis mangrove, dan pengetahuan tentang fungsi ekosistem mangrove. Pengetahuan masyarakat tentang organisme ekosistem mangrove adalah tingkat pengetahuan responden tentang jenis atau spesies flora dan fauna yang pernah ditemui responden ketika responden datang ke ekosistem mangrove. Pengetahuan tentang fungsi ekosistem mangrove adalah tingkat pengetahuan responden tentang fungsi dan manfaat ekosistem mangrove baik secara ekologis maupun sosial ekonomi. Gambar 13–17 menggambarkan tingkat pengetahuan mangrove Desa Kartika Jaya dan Desa Wonosari yang sudah di kuantifikasi berdasarkan skala Linkert rendah, sedang, dan tinggi.

Gambar 13-17 menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat Desa Kartika Jaya dan Desa Wonosari tergolong tinggi. Pengetahuan tentang biota perairan di kedua desa tergolong tinggi yakni 93 % dan 43 % (Gambar 13). Pengetahuan tentang jenis mangrove responden Desa Kartika Jaya berdasarkan kelompok umur tergolong tinggi yakni 67 % dengan kelompok umur 37-55 tahun, sedangkan Desa Wonosari tergolong tinggi yakni 37 % dengan kelompok umur 18-36 tahun (Gambar 14 dan 15). Pengetahuan masyarakat kedua desa terhadap fungsi ekosistem mangrove berdasrkan tingkat pendidikan juga tergolong tinggi yakni 37 % dan 34 % dari total responden, namun berbeda pada tingkat tingkat pendidikannya, pengetahuan yang tinggi pada desa Kartika Jaya ditunjukkan oleh tingkat pendidikan SMA sedangkan Desa Wonosari adalah SD (Gambar 16-17). Hal ini mengindikasikan tingkat pengetahuan masyarakat tidak bergantung kepada tingkat pendidikan formal tapi pendidikan informal diluar bangku sekolahan.

Pemanfaatan Ekosistem Mangrove

(28)

18

Gambar 13 Tingkat pengetahuan responden tentang biota perairan di ekosistem mangrove

Gambar 14 Tingkat pengetahuan responden Kartika Jaya tentang jenis-jenis

mangrove berdasarkan kelompok umur

(29)

Gambar 16 Tingkat pengetahuan responden Kartika Jaya tentang fungsi mangrove berdasarkan tingkat pendidikan

Gambar 17 Tingkat pengetahuan responden Wonosari tentang fungsi mangrove berdasarkan tingkat pendidikan

(30)

20

responden mencapai 60 % dari jumlah responden. Pemanfaatan mangrove di Desa Kartika Jaya yang lebih besar adalah untuk penangkapan ikan dengan responden sebanyak 43 %. Beberapa jenis ikan hasil tangkapan adalah ikan Bandeng (Channos channos), Belanak (Mugil sp), Kakap (Lutjanus sp), dan Tongkol (Euthynnus sp).

Gambar 18 Bentuk pemanfaatan ekosistem mangrove Desa Kartika Jaya dan Desa Wonosari.

Perlindungan Ekosistem Mangrove

Bentuk pengelolaan ekosistem oleh masyarakat bukan hanya pada tahap pemanfaatan, tetapi masyarakat juga melakukan berbagai upaya perlindungan terhadap ekosistem. Berbagai bentuk perlindungan ekosistem diantaranya adalah penanaman pohon mangrove, pembibitan mangrove, pemasangan spanduk atau slogan menjaga mangrove, pembuatan peraturan dan kegiatan lainnya. Partisipasi masyarakat dalam upaya perlindungan ekosistem mangrove berdasarkan jenis pekerjaan disajikan dalam Gambar 19 dan 20, sedangkan bentuk-bentuk upaya perlindungan yang dilakukan oleh kedua desa ditunjukkan oleh Gambar 21.

Gambar 19 menunjukkan bahwa masyarakat Kartika Jaya lebih banyak melakukan kegiatan perlindungan dibandingkan masyarakat Wonosari. Partisipasi masyarakat di Desa Kartika Jaya banyak dilakukan oleh para pengelola mangrove (10%). Partisipasi masyarakat Desa Wonosari (Gambar 20) yang menunjukkan nilai tinggi adalah masyarakat dengan jenis pekerjaan sebagai nelayan dan buruh tambak. Secara umum partisipasi masyarakat Desa Kartika Jaya lebih tinggi tingkat partisipasinya dibandingkan Desa Wonosari.

Gambar 21 menunjukkan bahwa bentuk kegiatan perlindungan terdiri dari kegiatan penanaman, pembibitan, pemasangan spanduk dan berpartisipasi dalam pembuatan peraturan daerah atau desa. Kegiatan yang paling banyak dilakukan di kedua desa adalah kegiatan penanaman masing-masing berkisar 73 % dan 50 % dari responden yang berpartisipasi. Berdasarkan hasil wawancara kegiatan penanaman lebih banyak dilakukan karena sering kali adanya kegiatan yang diinisiasi oleh lembaga dari luar desa, di antaranya Pemda dan LSM. Keterlibatan masyarakat dalam penanaman mangrove secara khusus disajikan dalam Gambar 19 berikut ini.

(31)

Gambar 19 Partisipasi masyarakat Kartika Jaya dalam kegiatan perlindungan mangrove berdasarkan jenis pekerjaan

Gambar 20 Partisipasi masyarakat Wonosari dalam kegiatan perlindungan mangrove berdasarkan jenis pekerjaan

(32)

22

Gambar 22 menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam kegiatan penanaman mangrove Desa Kartika Jaya tergolong tinggi seperti apa yang sudah dijelaskan sebelumnya. Sekitar 60 % dari responden melakukan partisipasi aktif dengan intensitas penanaman mencapai 3–4 kali pertahun, sedangkan partisipasi masyarakat Desa Wonosari tergolong rendah dengan 43 % responden melakukan penanaman dalam intensitas kurang dari 1 kali pertahun. Partisipasi aktif masyarakat dalam upaya perlindungan mangrove merupakan salah satu hal yang penting untuk diperhatikan.

Gambar 22 Tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan penanaman mangrove

Keterkaitan Faktor-Faktor Penunjang Pengelolaan Ekosistem Mangrove

Hubungan antara faktor-faktor sosial dan ekologis dengan kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan ekosistem mangrove dilihat melalui grafik hasil analisis komponen utama (AKU). Penelitian ini menggunakan dua komponen utama karena sangat sulit untuk melihat komponen-komponen utama yang lebih dari tiga dimensi dalam sebuah bidang datar, oleh karena itu visualisasi dalam ordinasi umumnya menggunakan bidang datar berdimensi dua (Soedibjo 2008). Hasil analisis keterkaitan dengan menggunakan AKU ini akan disajikan masing-masing per desa.

Desa Kartika Jaya

Hasil analisis keterkaitan hubungan antara faktor-faktor karakteristik masyarakat dan pemanfaatan ekosistem mangrove dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan ekosistem mangrove di Desa Kartika Jaya dapat dilihat pada Tabel 11 dan lebih lengkap pada Lampiran 2. Hasil analisis matriks korelasi, menunjukkan bahwa variabel karakteristik masyakat yaitu jenis jarak rumah terhadap ekosistem, jenis pekerjaan, pengetahuan akan fungsi ekosistem mangrove, dan pengalaman terkena dampak abrasi berkorelasi positif dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam penanaman mangrove dan perlindungan terhadap ekosistem mangrove. Hubungan korelasi positif artinya bahwa untuk setiap peningkatan nilai variabel, maka akan diikuti oleh peningkatan variabel yang berkorelasi (Maskendari 2006). Hubungan antara karakteristik individu dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam penanaman mangrove yang mempunyai nilai paling besar yaitu pengetahuan masyarakat tentang fungsi mangrove dengan nilai korelasi 0,66. Selanjutnya berturut-turut yaitu variabel jarak rumah ke ekosistem mangrove sebesar 0,58; pengalaman terkena dampak abrasi sebesar 0,51 dan jenis pekerjaan 0,48.

(33)

Tabel 11 Hubungan antar variabel karakteristik masyarakat hasil komponen utama

FM : Pengetahuan Terhadap Fungsi Ekosistem Mangrove DAB : Pengalaman Terkena Dampak Abrasi

IPM : Intensitas Penanaman Mangrove (Tingkat Partisipasi) LDG : Perlindungan Ekosistem Mangrove

0,4 JM : Pengetahuan Jenis Mangrove FM : Pengetahuan Fungsi Mangrove TM : Pemanfaatan menjadi Tambak DAB : Dampak Abrasi

IPM : Intensitas Penanaman (Partisipasi dalam penanaman)

LDG : Upaya Perlindungan Ekosistem Mangrove

(34)

24

Hubungan antara karakteristik individu dengan perlindungan ekosistem mangrove yang mempunyai nilai paling besar adalah partisipasi masyarakat dalam penanaman mangrove dengan nilai 0,80 dan selanjutnya berturut-turut jarak rumah ke ekosistem mangrove sebesar 0,57; pengetahuan masyarakan tentang fungsi ekosistem mangrove 0,55; pengalaman terkena dampak abrasi sebesar 0,52 dan jenis pekerjaan sebesar 0,46. Berdasarkan analisis komponen utama (Lampiran 4) kontribusi terbesar adalah sumbu faktorial pertama (F1) dengan akar ciri 6,59, dan sumbu faktorial kedua (F2) dengan akar ciri 3,70. Gambar 23 menunjukkan hasil analisis komponen utama yang menunjukan bahwa keterkaitan antar faktor-faktor yang saling berpengaruh dapat dilihat dari kedekatan antar parameter.

Menurut Sari (2004) in Cintra (2013) faktor ciri dapat digambarkan dengan kedekatan suatu parameter terhadap sumbu. Faktor yang saling berdekatan dengan upaya perlindungan ekosistem mangrove (LDG) adalah partisipasi masyarakat dalam penanaman mangrove (IPM), pengetahuan masyarakat tentang fungsi ekosistem mangrove (FM), jarak rumah masyarakat terhadap ekosistem mangrove (JR), dan jenis pekerjaan (PKR).

Desa Wonosari

Hasil analisis keterkaitan hubungan antara faktor-faktor karakteristik masyarakat dan pemanfaatan ekosistem mangrove dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan ekosistem mangrove di Desa Wonosari dapat dilihat pada Tabel 12 dan lebih lengkap pada Lampiran 3. Hubungan antara karakteristik individu dengan perlindungan ekosistem mangrove yang mempunyai nilai paling besar adalah partisipasi masyarakat dalam penanaman mangrove dengan nilai 0,78 dan selanjutnya berturut-turut pengalaman terkena dampak abrasi sebesar 0,64; jarak rumah terhadap ekosistem mangrove 0,49; pengetahuan masyarakat terhadap biota perairan sebesar 0,40 dan pengetahuan masyarakat terhadap jenis mangrove 0,37. Gambar 24 dan Lampiran 4 menunjukkan tentang hasil analisis faktor-faktor penunjang pengelolaan ekosistem mangrove menggunakan Analisis Komponen Utama (AKU) pada Desa Wonosari.

Berdasarkan analisis komponen utama kontribusi terbesar adalah sumbu faktorial pertama (F1) dengan akar ciri 5,33, dan sumbu faktorial kedua (F2) dengan akar ciri 3,75. Gambar 21 menunjukkan hasil analisis komponen utama yakni faktor yang saling berdekatan dengan upaya perlindungan ekosistem mangrove (LDG) diantaranya partisipasi masyarakat dalam penanaman mangrove (IPM), pengalaman terkena dampak abrasi (DAB), pengetahuan masyarakat akan fungsi ekosistem mangrove (FM), jarak rumah terhadap ekosistem mangrove (JR), dan pengetahuan masyarakat tentang fungsi mangrove (FM).

Pembahasan

Tipologi Mangrove Desa Kartika Jaya dan Desa Wonosari

(35)

garis pantai. Pohon mangrove A. marina merupakan spesies yang mendominasi di daerah Kecamatan Patebon, karena diduga spesies ini adalah spesies asli dari daerah Kecamatan Patebon. A. marina lebih mendominasi dan bisa beradaptasi dengan lingkungan sesuai dengan Hutchings dan Saenger (1987) dalam Cintra (2013) A. marina adalah spesies dengan sebaran ekologi yang luas, mempunyai kisaran toleransi suhu dan slinitas yang tinggi, ada dimanapun dan seringkali menjadi spesies paling dominan.

Kerapatan paling tinggi di Desa Wonosari bisa ditemukan di Stasiun 1, hal ini terjadi karena Stasiun 1 merupakan daerah upstream yang menerima air tawar lebih banyak sehingga salinitas lebih rendah. Kerapatan yang merata ditemukan hampir di semua stasiun pengamatan Desa Kartika Jaya. Hal ini disebabkan Stasiun 1–3 merupakan dearah yang langsung berhubungan dengan air laut karena pasokan air tawar lebih kecil dan telah terjadi abrasi yang cukup besar sepanjang ± 200 m.

Kerapatan mangrove Desa Wonosari termasuk dalam kriteria baik dengan predikat sangat padat yakni sekitar 1622–2000 ind/ha sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 201 tahun 2004 tentang kriteria baku dan pedoman penentuan kerusakan mangrove. Mangrove Desa Kartika Jaya tergolong kepada kriteria baik dengan predikat padat yakni 1067–1178 ind/ha (Tabel 13). Kerapatan mangrove Kartika Jaya lebih rendah dibandingkan Wonosari. Hal ini dikarenakan tingkat abrasi yang lebih banyak terjadi di wilayah Kartika Jaya dengan wilayah yang langsung berhubungan dengan laut lepas dan adanya campur tangan manusia dengan pembuatan tambak yang dilakukan dengan tanpa memikirkan kelestarian ekosistem mangrove. Karminarsih (2007) menyatakan bahwa permasalahan lingkungan muncul di kawasan-kawasan pesisir yang hutan mangrovenya telah dirusak. Meskipun ekosistem mangrove dari kedua desa masih tergolong baik, perlu ada peningkatan kegiatan-kegiatan pelestarian mangrove.

Tabel 12 Hubungan antar variabel karakteristik masyarakat hasil komponen utama Desa Wonosari

OR : Pengetahuan Terhadap Biota Perairan

JM : Pengetahuan Terhadap Jenis Ekosistem Mangrove TM : Pemanfaatan Ekosistem Mangrove Menjadi Tambak DAB : Pengalaman Terkena Dampak Abrasi

(36)

26

JR : Jarak Rumah ke Ekosistem OR : Pengetahuan Biota di Mangrove JM : Pengetahuan Jenis Mangrove FM : Pengetahuan Fungsi Mangrove TM : Pemanfaatan menjadi Tambak DAB : Dampak Abrasi

IPM : Intensitas Penanaman (Partisipasi dalam penanaman)

LDG : Upaya Perlindungan Ekosistem Mangrove

Gambar 24 Korelasi antar variabel dan sumbu faktorial utama (F1 dan F2) Desa Wonosari

Bentuk Pengelolaan Ekosistem Mangrove

Pengelolaan wilayah pesisir secara umum adalah suatu pendekatan wilayah pesisir yang melibatkan kegiatan pemanfaatan (pembangunan) secara terpadu guna mencapai pembangunan berkelanjutan (Setyastuti 2002). Pengelolaan dalam penelitian ini terdiri dari dua kegiatan, kegiatan pemanfaatan lokal ekosistem mangrove dan kegiatan perlindungan ekosistem mangrove. Pemanfaatan lokal ekosistem mangrove di Kecamatan Patebon diantaranya adalah kegiatan penangkapan ikan, perburuan burung, pembuatan tambak, pengganti pakan ternak, bahan kayu bakar, bahan bangunan, bahan makanan dan bahan obat-obatan. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Saenger (1996) in Kovacs (1998) yang menyatakan bahwa pemanfaatan lokal ekosistem mangrove terdiri dari bahan kayu bakar, tanin, obat-obatan, penangkapan ikan dan material bahan bangunan.

(37)

kecil. Ekosistem mangrove menjadi salah satu daerah penangkapan ikan karena daerah ekosistem mangrove adalah daerah yang sangat subur, merupakan daerah asuhan ikan (nursery ground), dan daerah pemijahan (spawning ground) berbagai macam biota perairan baik yang hidup di perairan pantai maupun laut lepas (Bengen 2001). Hamilton dan Snekdaker (1984) menjelaskan bahwa perikanan tangkap merupakan produk mangrove yang bernilai ekonomi paling tinggi.

Tabel 13 Kerapatan mangrove Desa Wonosari dan Desa Kartika Jaya

Desa Tahapan Ind/ 100m2 Ind/ha

Pemanfaatan ekosistem mangrove oleh masyarakat Desa Wonosari berbeda dengan masyarakat Desa Kartika Jaya. Intensitas dan jumlah pembuatan tambak di daerah Desa Wonosari terhitung banyak yakni 60 % responden, masyarakat memanfaatkan ekosistem mangrove sebagai bahan pakan alami untuk ikan-ikan tambak. Bengen (2001) menjelaskan bahwa ekosistem mangrove adalah penghasil sejumlah detritus, terutama yang berasal dari daun dan dahan pohon mangrove yang rontok. Selain itu, masyarakat menjadikan ekosistem mangrove sebagai garis atau batas tunggul dari tambak-tambak masyarakat, karena sistem perakaran dari pohon mangrove dirasa sangat kuat dalam hal mencengkram tanah atau mempertahankan posisi tanah serta mencegah erosi tanah (Lalo 2003). Menurut Dwi dan Winarno (2006b), secara umum pemanfaatan lahan mangrove di Pantai Utara adalah sebagai lahan tambak, karena dirasa tambak dapat memberikan nilai ekonomi yang lebih besar.

Pemanfaatan ekosistem mangrove lainnya adalah sebagai bahan makanan dan bahan obat-obatan. Masyarakat Desa Kartika Jaya sejak 2012 lalu membentuk

kelompok perempuan yang disebut sebagai “Perempuan Tancang Jaya”,

(38)

28

Upaya pengelolaan lainnya yang dilakukan oleh masyarakat adalah kegiatan perlindungan ekosistem mangrove. Kegiatan perlindungan ekosistem mangrove yang dilakukan adalah pembibitan, penanaman mangrove, pembuatan spanduk dan slogan menjaga mangrove, serta pembuatan peraturan desa. Partisipasi masyarakat dalam upaya perlindungan mangrove di kedua desa cenderung berbeda. Masyarakat Desa Kartika Jaya sekitar 40 % melakukan upaya perlindungan 3-4 kali dalam setahun, 33 % melakukan 1-2 kali dalam setahun dan sisanya tidak pernah melakukan apapun. Sekitar 50 % dari total responden masyarakat Desa Wonosari tidak melakukan upaya apapun untuk perlindungan ekosistem mangrove, 43 % melakukan upaya perlindungan 1-2 kali dalam setahun dan sisanya melakukan 3-4 kali kegiatan dalam setahun. Hal tersebut disebabkan tingkat pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya ekosistem mangrove di masyarakat Desa Wonosari masih tergolong rendah.

Masyarakat Desa Kartika Jaya sebagian besar sudah menyadari pentingnya keberadaan ekosistem mangrove dan membiasakan diri untuk melakukan penanaman bukan hanya pada saat kegiatan-kegiatan tertentu, tapi juga dalam keseharian dengan tingkat partisipasi masyarakat yang tinggi (60 % responden) dalam intensitas kegiatan penanaman mangrove. Hal yang menarik adalah kegiatan penanaman yang dilakukan oleh masyarakat Kartika Jaya bukan hanya di sekitar Desa Kartika Jaya saja, namun juga di daerah pantai milik Desa Wonosari. Masyarakat percaya bahwa penanaman yang mereka lakukan akan berbuah hasil yang baik, yakni sebagai pelindung garis pantai dan penahan bencana alam dari laut. Dahuri et al (2001) memaparkan bahwa mangrove memiliki fungsi ekologis terutama penghalang bencana yang juga harus menjadi perhatian utama dalam pembangunan wilayah pesisir.

Kegiatan perlindungan lain yang dilakukan oleh masyarakat Kartika Jaya adalah pemasangan spanduk atau slogan menjaga mangrove (37 % responden) dan pembuatan peraturan desa (33 %). Kegiatan perlindungan yang dilakukan secara keseluruhan dilakukan oleh masyarakat dengan kerjasama dengan berbagai pihak. Lembaga yang terlibat di antaranya adalah pemerintah desa, Dinas Kelautan dan Perikanan, Badan Lingkungan Hidup Kendal, gerakan mahasiswa IMAKEN (Ikatan Mahasiwa Kendal) dan lembaga swadaya masyarakat yakni yayasan DeTara. Lembaga-lembaga tersebut juga mendorong masyarakat terutama anak muda untuk peduli terhadap lingkungan sekitar. Pengelolaan partisipasi interaktif (kemitraan) dan mobilisasi swakarsa (inisiatif masyarakat) merupakan salah satu kunci keberhasilan dari sebuah kegiatan pembangunan (Maskendari 2006).

Hasil wawancara diperoleh informasi bahwa partisipasi masyarakat dalam kegiatan perlindungan termasuk rendah. Masyarakat hanya terlibat dalam kegiatan penanaman dan perlindungan ekosistem karena dari kegiatan penanaman ini, masyarakat memperoleh insentif dari pemerintah. Hal ini menyebabkan masyarakat tidak sepenuh hati untuk melakukan penanaman, bahkan untuk peduli terhadap lingkungannya. Keterlibatan masyarakat hanya karena ingin mendapatkan imbalan membuat rendahnya partispasi masyarakat dalam pelestarian mangrove (Ilyas et al

(39)

Faktor-Faktor Penunjang Pengelolaan Ekosistem Mangrove

Status ekosistem mangrove Desa Kartika Jaya dan Desa Wonosari yang termasuk dalam status baik, masih memiliki ancaman kerusakan yang besar dari aktivitas manusia. Faktor-faktor sosial masyarakat memberikan dampak besar terhadap upaya pengelolaaan secara optimal ekosistem mangrove. Keterkaitan faktor-faktor sosial masyarakat dan tipologi mangrove terhadap upaya pengelolaan ekosistem yang berkelanjutan ditunjukkan oleh Gambar 17-20. Kedekatan beberapa faktor menggambarkan adanya sifat saling mempengaruhi. Gambar 20-21 menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi perlindungan ekosistem oleh masyarakat pada Desa Kartika Jaya dan Desa Wonosari cenderung berbeda. Faktor karakteristik masyarakat di Desa Kartika Jaya yang berpengaruh terhadap perlindungan ekosistem mangrove adalah variabel partisipasi masyarakat dalam penanaman mangrove dengan nilai korelasi yang cukup besar yakni 0,80 dan selanjutnya berturut-turut jarak rumah ke ekosistem mangrove sebesar 0,57; pengetahuan masyarakat tentang fungsi ekosistem mangrove 0,55; pengalaman terkena dampak abrasi sebesar 0,52 dan jenis pekerjaan sebesar 0,46 (Tabel 11). Sedangkan, faktor paling berpengaruh di Desa Wonosari adalah partisipasi masyarakat dalam penanaman mangrove dengan nilai korelasi 0,78 dan selanjutnya berturut-turut pengalaman terkena dampak abrasi sebesar 0,64; jarak rumah menuju ekosistem mangrove 0,49; pengetahuan tentang jenis-jenis mangrove sebesar 0,40 dan pengetahuan akan biota perairan yang hidup di ekosistem mangrove sebesar 0,37 (Tabel 12).

Partisipasi aktif masyarakat dalam kegiatan penanaman mangrove merupakan faktor paling berpengaruh terhadap perlindungan ekosistem mangrove di kedua desa lokasi penelitian. Partisipasi aktif dalam upaya perlindungan ekosistem merupakan sikap positif yang berkembang dengan berbagai motivasi. Hal ini sesuai dengan pemaparan Sarwono (1983), bahwa sikap adalah kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku tertentu, yang pada hakikatnya adalah tingkah laku balas yang tersembunyi dan terjadi langsung setelah rangsang baik secara disadari atau tidak disadari oleh seseorang tersebut. Berdasarkan hasil analisis komponen utama (Gambar 23 dan 24) diketahui bahwa partisipasi masyarakat Desa Kartika Jaya berkorelasi dengan pengetahuan masyarakat tentang fungsi mangrove (0,66), jarak rumah ke ekosistem mangrove (0,58), pengalaman terkena dampak abrasi (0,51) dan jenis pekerjaan (0,48) (Tabel 11). Faktor yang berkorelasi terhadap partisipasi masyarakat Desa Wonosari terhadap penanaman adalah pengalaman masyarakat terhadap dampak abrasi (0,55), lama tinggal (0,50), pengetahuan tentang jenis-jenis mangrove (0,47), dan pemanfaatan ekosistem sebagai lahan tambak (0,44) (Tabel 12).

(40)

30

Pengalaman buruk terkena banjir rob memberikan motivasi kepada masyarakat untuk melakukan berbagai upaya perlindungan ekosistem mangrove sebagai penghalang abrasi dan pelindung wilayah pesisir. Masyarakat mulai sadar setelah merasakan berbagai dampak dari rusaknya ekosistem mangrove. Sama halnya dengan bencana tsunami yang terjadi pada 2004 lalu di daerah Provinsi Nangroe Aceh Darusalam (NAD), banyak kalangan semakin menyadari tentang pentingnya ekosistem mangrove setelah terjadi bencana (Karminarsih 2007).

Jarak lokasi masyarakat dengan ekosistem mangrove berpengaruh positif terhadap tingkat kepedulian masyarakat dalam perlindungan ekosistem mangrove. Tempat tinggal masyarakat yang sebagian besar berjarak 1–2 km dari ekosistem mangrove berpengaruh kepada banyaknya interaksi yang terjadi antara masyarakat dan ekosistem mangrove. Interaksi yang dibangun tersebut akan memunculkan rasa kebutuhan dan kepedulian terhadap ekosistem mangrove.

Gambar 12 menunjukkan bahwa jenis pekerjaan dari Desa Kartika Jaya dan Desa Wonosari sebagian besar merupakan pekerjaan yang sangat bergantung dengan adanya ekosistem mangrove yakni petani dan buruh tambak, nelayan, dan pekerjaan sebagai pengelola ekosistem mangrove. Jenis pekerjaan yang menarik yang didapat dari hasil wawancara 60 responden adalah pekerjaan sebagai pengelola mangrove yang hanya ditemukan di Desa Kartika Jaya. Secara keseluruhan masyarakat Desa Kartika Jaya melakukan kegiatan pembibitan, penanaman, dan kegiatan lainnya secara terprogram karena sebagian besar masyarakat sudah mengetahui dan memahami secara baik fungsi ekosistem mangrove, baik secara ekologis maupun sosial ekonomi. Masyarakat membentuk kelompok perempuan “Tancang Jaya” untuk memanfaatkan mangrove menjadi bahan makanan sebagai respon positif dari pengetahuan masyarakat tentang fungsi ekonomis ekosistem mangrove. Pengetahuan masyarakat diperoleh dari berbagai kegiatan penyuluhan baik yang dilakukan oleh pemerintah daerah, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kendal melalui kegiatan aktif anggota P3MP, maupun bantuan pihak luar yakni LSM seperti halnya Yayasan DeTara (LSM bidang lingkungan dan pendidikan) dan Forum Komunikasi Masyarakat Peduli Pesisir (FKMPP).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

(41)

Saran

Pengelolaan terhadap ekosistem mangrove yang ada di Desa Kartika Jaya dan Desa Wonosari adalah adanya pelatihan dan penyuluhan secara intensif yang dapat meningkatkan motivasi masyarakat dalam pengelolaan ekosistem mangrove yang lestari.

DAFTAR PUSTAKA

Agol D, AE Latawiec, BBN Strassburg. 2014. Evaluating impacts of development and conservation projects using sustainability indicators: Opportunities and challenges [review]. Environmental Impact Assessment. 48(1):1-9.

Bengen DG 2000. Pedoman teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Bengen DG. 2001. Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pusat Kajian Pesisir dan Lautan. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

Churchill, Gilbert A. 2005. Dasar-Dasar Riset Pemasaran. Ed ke-4. Andriani dkk, penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga.

Cintra AKA. 2013. Tipologi mangrove dan keterkaitannya dengan kondisi lingkungan di Desa Karangsong Indramayu. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Dahuri R, J Rais, SP Ginting, MJ Sitepu. 2001. Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta (ID): PT. Pradnya Paramita.

Dahuri R. 2013. The Blue Future of Indonesia. Bogor (ID): PT. RODA Bahari. [DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan. 2013. Rencana Strategis Wilayah Pesisir

Kabupaten Kendal periode 2012-2013. Kendal (ID): DKP.

Datta D, RN Chattopadhayay, P Guha. 2012. Community based mangrove management: A review on status and sustainability. Journal of Environmental Management. 107(1):84-95.

Dwi A, K Winarno. 2006a. Permasalahan konservasi ekosistem mangrove di pesisir Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Jurnal Biodiversitas. 7(2):159-163.

Dwi A, K Winarno. 2006b. Pemanfaatan langsung ekosistem mangrove di Jawa Tengah dan pemanfaatan lahan di sekitarnya; kerusakan dan upaya restorasinya.

Jurnal Biodiversitas. 7(3)282-291.

[FAO] Food and Agriculture Organization of The United Nation. 2007. The World’s

Mangroves 1980e2005: A Thematic Study Prepared in the Framework of the Global Forest Resources Assessment 2005. Italy (IT): Rome. p 153.

Faisal S. 2008. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta (ID): PT. Raja Grafindo Persada.

Hamilton L, SC Snekdaker. 1984. Handbook for Mangrove Area Management. Amerika Serikat (US): Environment and Policy Institute, East-West Center. Hamilton L, J Dixon, G Miller. 1989. Mangroves: an undervalued resource of the

land and the sea. Journal Ocean Yearbook 8(1):254-288.

Hutching P, P Saenger. 1987. Ecology of Mangrove. Australia (AU): University of Queensland Press.

(42)

32

Ilyas A. Lumangkun, U Natalina. 2012. Peran masyarakat dalam pelestarian hutan mangrove di Desa Batu Gajah, Kabupaten Natuna. Pontianak (ID): Fakultas Kehutanan. Universitas Tanjungpura.

Jooste C, B Fourie. 2009. The role of strategic leadership in effective strategy implementation: perception of south african strategic leaders [review]. Southern African Business. 13:3.

Kairo JG, F Dahdouh-Guebas, J Bosire, N Koedam. 2001. Restoration and management of mangrove systems-a lesson for and from the East African region. South African Journal of Botany. 67(1):383-389.

Karminarsih E. 2007. The Use of Ecosystem Mangrove in Minimalize Disaster Impact in Beach Area. Pemikiran Konseptual. Bogor (ID). 13(3):182-187.

Kovacs JM. 1998. Assesing Mangrove Use at The Local Scale. Journal Landscape and Urban Planning. 43(1)201-208.

[KLH] Kementerian Lingkungan Hidup. 2004. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.201/2004 tentang kriteria baku dan pedoman penentuan kerusakan mangrove. Jakarta (ID): KLH.

Lalo A. 2003. Kajian ekologi ekonomi dalam pengelolaan ekosistem mangrove secara lestari di kawasan pesisir Banawa Selatan, Kabupaten Donggala [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Likert R. 1932. A technique for the measurement of attitudes. Archives of Psychology. 140(1):1–55.

Maskendari. 2006. Kajian pengelolaan ekosistem mangrove berbasis partisipasi masyarakat di Kecmatan Sukadana, Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Onrizal. 2008. Pelatihan pengelolaan hutan mangrove berkelanjutan untuk petugas/penyuluh kehutanan: Teknik survey dan Analisis Data Sumberdaya Mangrove. Jakarta (ID).

Rusdianah. 2006. Kajian ekonomi dan ekologi pemanfaatan ekosistem mangrove pesisir Tongke-Tongke Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Saefuddin A, KA Notodiputro, A Alamudi, K Sidik. 2009. Statistika Dasar. Jakarta (ID): Grasindo.

Sarwono SW. 1983. Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta (ID): Rajawali Press. Setyastuti TA. 2002. Kajian pengelolaan hutan mangrove berbasis masyarakat di

Desa Sambelia, Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Soedibjo BS. 2008. Analisis komponen utama dalam kajian ekologi. Journal Oseana. 23(2):43-53

Soeryani. 1987. Lingkungan Sumber daya Alam dan Kependudukan dalam Pembangunan. Jakarta (ID): Universitas Indonesia.

Wahyudin I. 2004. Partisipasi masyarakat lokal dalam pengembangan masyarakat (stdu kasus program community development PT. Newmont Nusa Tenggara. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(43)

LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuisioner Penelitian

KUISIONER PENELITIAN

STUDI FAKTOR- FAKTOR PENUNJANG PENGELOLAAN

EKOSISTEM MANGROVE BERBASIS MASYARAKAT

(Studi Kasus Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah)

Data diri responden

Kepemilikan lahan : Sendiri/ Menyewa Pendapatan per-bulan : < Rp. 500.000

(44)

34

Pengetahuan tentang Ekosistem Mangrove

1. Apakah yang anda ketahui tentang Ekosistem Mangrove?

... ... ... ...

2. Apakah anda pernah datang melihat mangrove? Ya/ tidak

3. Seberapa sering anda berkunjung ke ekosistem mangrove? a. Tidak sama sekali

b. < 12 kali dalam sebulan c. > 12 kali dalam sebulan

4. Apa saja jenis mangrove yang anda ketahui? (Jawaban boleh lebih dari satu) a. Tidak tahu

mangrove? (Jawaban boleh lebih dari satu) a. Tidak tahu

6. Apa yang anda ketahui tentang fungsi mangrove? (Jawaban boleh lebih dari satu)

a. Tidak tahu

b. Penahan Abrasi dari laut c. Penahan Akresi dari darat d. Penghalang rob

e. Tempat hidup kepiting

f. Tempat mencari makan untuk ikan g. Bahan kayu bakar b. < 12 kali dalam sebulan c. > 12 kali dalam sebulan

Apa alat yang anda gunakan untuk menangkap ikan?

(45)

Apa jenis ikan yang anda tangkap? Dan berapa banyak ikan yang anda b. < 12 kali dalam sebulan c. > 12 kali dalam sebulan

Apa alat yang anda gunakan untuk memburu burung?

... Berapa banyak burung yang anda tangkap dalam sekali perburuan? ... 9. Apakah anda melakukan budidaya ikan disekitar mangrove (tambak)? Dan

berapa luas lahan tambak anda?

... Jenis ikan yang dibudidaya apa saja? Dan berapa banyak ikan yang dihasilkan dalam sekali panen?

... 10.Apakah anda melakukan kegiatan pertanian (hutan atau tanaman sayur)

disekitar mangrove? Apa jenis tanaman yang anda gunakan?

... Berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam sekali panen? Dan berapa banyak tanaman yang dihasilkan dalam sekali panen?

... 11.Pernahkah anda menggunakan mangrove sabagai kayu bakar atau pembuatan

arang?

... Berapa banyak mangrove yang anda gunakan dalam pembuatan kayu bakar atau arang tersebut?

... 12.Pernahkah anda menggunakan mangrove sebagai bahan bangunan rumah?

... Berapa banyak mangrove yang anda gunakan dalam bahan bangunan tersebut?

... 13.Apakah anda menggunakan mangrove sabagai bahan makanan? Dan apa jenis

makanan tersebut?

... Berapa banyak mangrove yang anda gunakan dalam makanan tersebut dalam sekali produksi?

... 14.Apakah anda menggunakan mangrove sabagai bahan obat- obatan? Dan apa

jenis penyakit yang dapat disembuhkan?

... Berapa banyak mangrove yang anda gunakan dalam sekali konsumsi? ... 15.Apakah anda pernah terkena dampak abrasi dari laut/ banjir rob? Seberapa

(46)

36

a. 1 kali setahun b. 2 kali stahun c. 3 kali setahun d. > 3 kali setahun

Kapan terakhir kali anda terkena dampak rob?

...

Perlindungan Mangrove

16.Apakah anda pernah mengikuti kegiatan penanaman mangrove? Ya/ Tidak

Berapa kali anda sudah melakukan penanaman? a. 1 kali setahun 17.Apa yang anda sudah lakukan untuk melestarikan mangrove anda? (Jawaban

boleh dari satu)

a. Pembibitan Mangrove b. Penanaman Mangrove

c. Pemasanagan spanduk atau slogan menjaga mangrove d. Pembuatan peraturan tentang pemanfaatan mangrove e.

lainnya ... 18.Siapa saja yang membantu anda dalam menjaga mangrove anda?

a. Tidak tahu 19.Apa yang akan anda lakukan terhadap mangrove dimasa depan?

... 20.Apa harapan anda tentang ekosistem mangrove yang ada disekitar anda?

(47)

Lampiran 2 Korelasi antara karakteristik masyarakat dengan partisipasi dan upaya perlindungan ekosistem mangrove Desa Kartika Jaya

UM LT PKR JAK PDP PDK JR OR JM FM TM DAB IPM LDG SM UM 1,00 0,45 -0,07 0,58 -0,23 -0,16 -0,24 -0,09 -0,17 0,09 0,14 0,02 -0,26 -0,17 0,29

LT 0,45 1,00 -0,01 0,39 -0,52 -0,17 0,19 0,13 -0,02 0,38 0,04 0,19 0,12 0,14 -0,19

PKR -0,07 -0,01 1,00 -0,15 -0,03 0,15 0,62 0,48 0,35 0,52 -0,21 0,34 0,48 0,46 0,16

JAK 0,58 0,39 -0,15 1,00 -0,20 -0,21 -0,12 -0,16 -0,33 -0,06 -0,08 0,43 -0,06 0,07 -0,14

PDP -0,23 -0,52 -0,03 -0,20 1,00 0,06 -0,33 -0,11 0,19 -0,04 0,26 -0,08 0,11 0,18 -0,13

PDK -0,16 -0,17 0,15 -0,21 0,06 1,00 -0,15 0,23 -0,15 -0,08 0,09 -0,48 -0,14 -0,23 0,10

JR -0,24 0,19 0,62 -0,12 -0,33 -0,15 1,00 0,30 0,23 0,46 -0,27 0,43 0,58 0,57 -0,16

OR -0,09 0,13 0,48 -0,16 -0,11 0,23 0,30 1,00 0,71 0,54 0,04 0,10 0,39 0,32 0,09

JM -0,17 -0,02 0,35 -0,33 0,19 -0,15 0,23 0,71 1,00 0,55 0,13 0,20 0,44 0,37 0,05

FM 0,09 0,38 0,52 -0,06 -0,04 -0,08 0,46 0,54 0,55 1,00 0,15 0,41 0,66 0,55 0,12

TM 0,14 0,04 -0,21 -0,08 0,26 0,09 -0,27 0,04 0,13 0,15 1,00 -0,12 0,06 -0,15 -0,01

DAB 0,02 0,19 0,34 0,43 -0,08 -0,48 0,43 0,10 0,20 0,41 -0,12 1,00 0,51 0,52 -0,14

IPM -0,26 0,12 0,48 -0,06 0,11 -0,14 0,58 0,39 0,44 0,66 0,06 0,51 1,00 0,80 -0,30

LDG -0,17 0,14 0,46 0,07 0,18 -0,23 0,57 0,32 0,37 0,55 -0,15 0,52 0,80 1,00 -0,26

SM 0,29 -0,19 0,16 -0,14 -0,13 0,10 -0,16 0,09 0,05 0,12 -0,01 -0,14 -0,30 -0,26 1,00

Gambar

Gambar 1 Peta administrasi Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah
Tabel 1  Data primer parameter ekologis.
Gambar 2 Ilustrasi ukuran transek kuadrat, 10 x 10 manakan dan 1 x 1 m2 untuk semai
Gambar 3   Peta Lokasi Penelitian (Skala 1:10.000)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Keberadaan ekosistem mangrove memberikan fungsi dan manfaat nyata bagi kehidupan masyarakat desa setempat, namun dalam memanfaatkan ekosistem ini sebagian masyarakat

Penjabaran strategi ini meliputi peningkatan pemahaman masyarakat terhadap ekosistem mangrove dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pelestarian, revisi peraturan

Untuk mengetahui kerusakan ekosistem hutan mangrove di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Pelestarian Ekosistem Mangrove Pada Daerah Perlindungan Laut Desa Blongko Kecamatan Sinonsayang Kabupaten Minahasa

JEPRIANTO MANURUNG : Studi Perspektif Masyarakat untuk Program Restorasi Ekosistem Hutan Mangrove (Studi Kasus Masyarakat Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram

Responden penelitian adalah 30 orang terdiri dari 29 masyarakat dan 1 orang perangkat desa yang berkaitan dengan keberadaan ekosistem mangrove secara langsung dan tidak

Ada beberapa faktor yang dirumuskan dalam variabel ternyata tidak berpengaruh pada partisipasi masyarakat melalui Kelompok Mangrove Sari di Desa Kaliwlingi. Faktor internal yang

Keberadaan ekosistem mangrove memberikan fungsi dan manfaat nyata bagi kehidupan masyarakat desa setempat, namun dalam memanfaatkan ekosistem ini sebagian masyarakat