DOI: https://doi.org/10.26858/cer.v5i1.13315
110
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kesetimbangan Kimia Berbasis Model Differentiated Science Inquiry untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik
Sherly Putri Utami
Pendidikan Kimia, Universitas Negeri Makassar Email: [email protected]
Ramlawati Ramlawati
Pendidikan IPA, Universitas Negeri Makassar Email: [email protected]
Mohammad Wijaya
Pendidikan Kimia, Universitas Negeri Makassar Email: [email protected]
(Diterima: 22-Juli-2021; direvisi: 23-Agustus-2021; dipublikasikan: 27-September-2021)
Abstrak: Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan bertujuan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran kesetimbangan kimia berbasis model differentiated science inquiry bersifat valid, praktis, dan efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Perangkat pembelajaran dikembang berdasarkan model pengembangan 4-D oleh Thiagarajan yang meliputi tahap pendefenisian (define), perancangan (design), pengembangan (develop), dan penyebarluasan (dissiminate). Perangkat ini telah melalui tahap validasi oleh ahli praktisi, uji coba terbatas maupun lapangan, serta revisi oleh pengembang untuk menghasilkan perangkat pembelajaran bersifat valid, praktis, dan efektif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) penilaian kevalidan terhadap RPP, BAPD, LKPD, Media, dan THB berada pada kategori valid; (2) perangkat pembelajaran berada pada kategori terlaksana seluruhnya, respon guru dan siswa masing-masing berkategori sangat praktis dan praktis, (3) siswa kelas XI MIPA 1 SMAN 8 Gowa yang berjumlah 30 orang memiliki rerata capaian hasil belajar sebesar 86,27 berpredikat baik dari nilai ideal 100, (4) perangkat pembelajaran berkategori efektif dengan ketuntasan hasil belajar sebesar 83,33%, (5) peningkatan hasil belajar berkategori tinggi dengan N-Gain sebesar 0,736. Kesimpulan penelitian ini adalah perangkat pembelajaran kesetimbangan kimia berbasis Model DSI bersifat valid, praktis, dan efektif meningkatkan hasil belajar siswa.
Kata kunci: Pengembangan Perangkat Pembelajaran; Kesetimbangan Kimia; Differentiated Science Inquiry; Keterampilan Berpikir Kritis; Hasil Belajar.
Abstract: This study is research and development aimed to develop chemical equilibriums’
learning materials based on differentiated science inquiry which valid, practical, and effective enhancing students’ learning outcomes. The learning materials was developed by 4-D development model belongs to Thiagarajan which consisted of define, design, develop, and dissiminate phases. It has been validated by expert practitioners, tested limited and field, and revised by developer getting valid, practical, and effective product. The research result showed that (1) validity assesment of lesson plan, students’ book and worksheet, learning media, and learning aoutcomes test are in valid category; (2) It’s also in fully implemented category, teacher and students’ responses are in very practical and practical category; (3) amount 30 students of XI MIPA 1 SMAN 8 Gowa have average achievement based on
111 learning outcomes test as much as 86,27 with good category from 100 as ideal score, (4) It’s in effective category based on learning outcomes test which the complete percentage is about 83,33%, (5) The enhace of learning outcomes is in high category with N-Gain of 0,736 respectively.
Keywords: Learning Materials Development; Differentiated Science Inquiry; Chemical Equilibrium; Learning Ourcomes.
PENDAHULUAN
Peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam mnghadapi tantangan pada abad 21 dilakukan melalui peningkatan kualitas pendidikan. Penerapan Kurikulum 2013 di sekolah menjadi langkah awal pemerintah menghadapi tantangan tersebut.
Berbagai model pembelajaran berpendekatan scienctific learning pun ditawarkan oleh pemerintah untuk meningkatkan keterampilan tuntutan abad 21, tetapi kenyataannya langkah ini masih banyak menemui kendala dalam proses pelaksanaannya. Hal ini dibuktikan dengan survei hasil belajar peseta didik oleh Programme for International Student Assesment (2018) dimana Indonesia memiliki perolehan nilai rata-rata dalam hal literasi, matematika, dan sains jauh dibawa nilai rata-rata OECD.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMAN 8 Gowa diketahui bahwa terdapat banyak guru yang menyusun perangkat pembelajaran berbasis Kurikulum 2013 hanya sekedar pemenuhan kewajiban administrasi saja tanpa melaksanakan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) semaksimal mungkin untuk meningkatkan keterampilan High Order Thinking Skill (HOTS) peserta didik dengan alasan peserta didik belum terbiasa dengan pembelajaran yang melibatkan keterampilan HOTS.
Penyusunan perangkat pembelajaran berbasis Kurikulum 2013 ini pun hanya diaplikasikan dalam penyusunan RPP saja, sedangkan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), Bahan Ajar Peserta Didik (BAPD), Tes Hasil Belajar (THB), serta medianya belum mengacu pada model pembelajaran rujukan Kurikulum 2013 yang digunakan dalam RPP. Selain itu, pemilihan soal dalam THB masih mengandalkan soal dari buku
paket dengan tingkat kognitif Low Order Thinking Skill atau sekedar mengunduh soal evaluasi melalui internet.
Peningkatan hasil belajar untuk tingkat kognitif C4 (menganalisis) sangatlah perlu untuk ditingkatkan mengingat soal- soal ujian nasional saat ini menuntut peserta didik menyelesaikannya menggunakan tingkat kognitif tersebut. Penerapan strategi pembelajaran yang kurang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan tidak adanya pembiasaan melalui kegiatan pembelajaran yang dapat melatih dan menstimulus peserta didik untuk berpikir kritis dan menggunakan kemampuan menganalisisnya dapat menjadi pemicu minimnya hasil belajar peserta didik pada tingkat kognitif C4 (Nuazizah dkk., 2017). Senada dengan hasil observasi yang dilakukan, Hasmarani (2014) dan Daniati dkk. (2018) menyatakan soal-soal yang digunakan guru untuk mengevaluasi pembelajaran belum mampu mengukur hasil belajar pada tingkat C4 dimana soal-soal tersebut hanya berada pada tingkat kognitif C1 dan C2.
Urgensi mengenai penyelenggaraan pembelajaran yang mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui dunia pendidikan juga tertuang dalam PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 19 ayat 1 bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Tentunya dalam mewujudkan suasana belajar tersebut diharapkan peserta didik dapat
112 meningkatkan hasil belajarnya pada tingkat
kognitif C4.
Berdasarkan hasil analisis kemampuan akademis peserta didik diperoleh informasi bahwa peserta didik memiliki hasil belajar (HB) dengan predikat yang beragam mulai dari kategori sangat baik hingga kurang tetapi hasil ini berbanding terbalik dengan THB yang dilakukan peneliti terhadap peserta didik kelas XII Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2019/2020 yang telah melalui pembelajaran kesetimbangan kimia dengan tingkat kognitif kompetensi dasar mencapai tingkat menganalisis (C4) dimana ketuntasan kelas dibawah 80%. Hal ini mendeskripsikan bahwa peserta didik masih belum mampu menyelesaikan soal berkebutuhan tingkat kognitif C4 sehingga berdampak negatif terhadap HB peserta didik. Peningkatan HB pada tingkat kognitif C4 dapat memiliki dampak positif terhadap peningkatan hasil belajar peserta didik berkebutuhan HOTS (Ramdani dan Badriah, 2018).
Model science inquiry dirancang untuk mengarahkan peserta didik secara langsung dalam proses inquiry atau investigasi sehingga peserta didik secara aktif untuk bertanya mengenai sebab terjadinya suatu masalah, membuat hipotesis, megumpulkan data, serta memproses data dalam memecahkan
masalah tersebut (Colburn, 2000). Model inkuiri memiliki enam tahap pembelajaran yaitu (1) orientasi, (2) merumuskan masalah, (3) merumuskan hipotesis, (4) mengumpulkan data, (5) Menguji hipotesis, dan (6) menyimpulkan (Hosnan, 2016).
Berdasarkan karakteristik pembelajaran science inquiry tersebut disimpulkan bahwa pembelajaran science inquiry sangat sesuai dalam meningkatkan HB bertingkat C4 peserta didik dalam mengidentifikasi, menganalisis, dan menilai informasi secara logis untuk menyimpulkan solusi suatu permasalahan. Selain itu, menurut penelitian Waleulu (2019) menemukan bahwa model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan HB peserta didik pada tingkat menganalisis.
Model Differentiated Science Inquiry (DSI) merupakan model pembelajaran bersintaks inquiry yang melaksanakan keempat tingkatan inquiry yaitu demonstrated, structured, guided, dan self directed inquiry ke dalam proses pembelajaran dan disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik (Llewellyn, 2011).
Karakteristik peserta didik dan guru pada setiap tingkatan inkuiri dapat dilihat pada Tabel.1. Model DSI memberikan bimbingan/intervensi kepada peserta didik sesuai dengan tingkatan inkuirinya.
Pengelompokkan peserta didik didasarkan atas kemampuan awal (learning profile).
Tabel 1 Karakteristik peserta didik dan guru pada setiap tingkatan inkuiri
Sintaks Inkuiri
Demonstrated Inquiry (Tingkatan 1)
Structured Inquiry (Tingkatan 2)
Guided Inquiry (Tingkatan 3)
Self-Directed Inquiry (Tingkatan 4)
Mengajukan pertanyaan Guru Guru Guru Peserta didik
Merumuskan Hipotesis Guru Guru Guru Peserta didik
Merencanakan langkah
pemecahan maasalah Guru Guru Peserta didik Peserta didik
Menganalisis data Guru Peserta didik Peserta didik Peserta didik
Menyimpulkan Peserta didik Peserta didik Peserta didik Peserta didik
(Llewellyn, 2013) Menurut Hanum (2018), penerapan
Model Pembelajaran DSI berpengaruh positif terhadap peningkatan HB peserta didik pada tingkat sekolah dasar secara signifikan karena pengelompokan peserta didik sesuai dengan tingkat kemampuan kognitifnya sehingga memudahkan peserta didik dalam belajar. Pembelajaran DSI memberikan kesempatan kepada peserta
didik secara optimal untuk meningkatkan HB-nya berdasarkan kemampuan awalnya.
Permasalahan mengenai minimnya keterampilan tuntutan di Abad ke 21 yang berimpikasi pada rendahnya HB peserta didik dapat diatasi dengan menerapkan Model Pembelajaran DSI. Model ini juga mampu memfasilitasi kebutuhan setiap peserta didik dengan tingkat kognitif yang
113 berbeda (tinggi, sedang, dan rendah)
sehingga setiap peserta didik dapat melaksanakan langkah pembelajaran sesuai dengan keadaan awalnya (Llewellyn, 2011).
Perangkat pembelajaran yang saat ini digunakan dalam pembelajaran Kesetimbangan Kimia di SMAN 8 Gowa tidak mengaplikasikan langkah pembelajaran sciencetific learning dan hanya menggunakan latihan soal pada buku paket bukan menggunakan LKPD yang sesuai untuk meningkatkan HB. Selain itu, perangkat pembelajaran yang disediakan pemerintah atau yang dimiliki oleh guru saat ini tidak sesuai dengan tahapan dan strategi pembelajaran DSI. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengembangan perangkat pembelajaran kesetimbangan kimia berbasis model DSI untuk meningkatkan HB peserta didik.
METODE
Jenis penelitian ini adalah Research and Development (R&D) yang mengacu pada model pengembangan 4D Thiagarajan.
Model 4D terdiri atas empat tahap yaitu: (1) pendefenisian (define), (2) perancangan (design), (3) pengembangan (develop), (4) penyebarluasan (dissiminate). Subjek penelitian pada uji coba terbatas adalah peserta didik kelas XI MIPA SMAs Golden Gate School Makassar Tahun Pelajaran 2020/2021 yang berjumlah 16 orang dan subjek penelitian pada uji coba lapangan adalah peserta didik kelas XI MIPA 1 SMAN 8 Gowa Tahun Pelajaran 2020/2021 yang berjumlah 30 orang. Instrumen penelitian yang digunakan meliputi instrumen kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan yang terdiri atas (1) lembar validasi untuk ahli praktisi untuk menguji kevalidan, (2) lembar keterlaksanaan perangkat pembelajaran, lembar respon guru dan peserta didik untuk menguji kepraktisan, dan (3) tes THB untuk menguji keefektifan.
Teknik analisis data pada penelitian ini dilakukan secara kuantitatif yang diarahkan untuk menjelaskan kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan perangkat pembelajaran yang dikembangkan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kesetimbangan Kimia berbasis Model DSI
Pengembangan perangkat
pembelajaran kesetimbangan kimia berbasis Model DSI diawali dengan tahap pendefenisian yang dilaksanakan melalui kegiatan analisis awal akhir, analisis peserta didik, analisis konsep, analisis tugas, dan analisis tujuan pembelajaran. Hasil observasi menunjukkan bahwa sarana dan prasana SMAN 8 Gowa telah memadai dalam melaksanakan pembelajaran berbasis Kurikulum 2013 (K13). Hasil wawancara dengan guru kimia diperoleh informasi bahwa penerapan model berbasis K13 masih belum maksimal meningkatkan HB peserta didik khususnya pada tingkat kkognitif C4 walaupun guru kimia pernah menerapkan model kooperatif seperti STAD untuk meningkatkan keaktifan dalam mengkontruksi pengetahuan peserta didik.
Hal ini diperkuat oleh hasil pretest yang dilakukan dimana peserta didik berada pada kategori kurang.
Rendahnya predikat belajar peserta didik terjadi dikarenakan oleh (1) perangkat pembelajaran yang digunakan guru belum sesuai dengan model pembelajaran yang akan dilaksanakan, misalnya LKPD yang digunakan tidak sesuai dengan sintaks model yang diterapkan, (2) berdasarkan hasil analisis kebutuhan peserta didik ditemukan bahwa sebanyak 77,14% dari 35 peserta didik yang disurvei mengalami kendala berupa kesulitan dalam memahami dan menemukan konsep kimia melalui bahan ajar dan metode belajar yang diterapkan oleh guru dalam pembelajaran kimia, (3) langkah-langkah pemecahan soal masih mengikuti langkah penyelesaian yang ada pada buku paket peserta didik serta soal yang digunakan dalam evaluasi pembelajaran belum mampu meningkatkan HB peserta didik pada tingkat kognitif C4, dan (4) kurangnya penerapan model pembelajaran yang mampu merangsang HB peserta didik pada tingkat kognitif C4
114 (Observasi proses pembelajaran Kimia
Kelas XI MIPA SMAN 8 GOWA pada 23 Oktober 2019). Guru Kimia dan peserta didik SMAN 8 Gowa berharap adanya pengembangan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan K13 berdasarkan kemampuan awal kognitif peserta didik untuk meningkatkan HB peserta didik.
Berdasarkan hasil analisis peserta didik diperoleh bahwa sebanyak 54,54%
peserta didik bergaya belajar visual yang berarti peserta didik lebih mudah menyerap instruksi tugas secara tertulis, mudah menyerap informasi berupa tulisan dan gambar melalui media, cenderung menyerap informasi dengan membaca buku pelajaran secara detail dan mencatat apa yang telah dijelaskan oleh guru. Kompetensi dasar yang akan diajarkan menggunakan perangkat oembelajaran berbasis Model DSI adalah KD 3.9 menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan yang diterapkan dalam industri dan 4.9 Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan berdasarkan analisis konsep. Kompetensi dasar ini diturunkan ke dalam delapan indikator kognitif dan empat indikator psikomotorik.
Tahap selanjutnya adalah perancangan. Tahap ini dilakukan melalui kegiatan penyusunan tes, pemilihan media dan format, serta perancangan awal.
Penyusunan tes didasarkan pada analisis materi dan tugas yang dijabarkan dalam indikator pencapaian kompetensi. Tes ini berupa THB materi kesetimbangan kimia yang perancangannya meliputi kegiatan perumusan kisi-kisi soal, penyusunan soal, dan pembuatan rubrik penskoran. Tes yang disusun merupakan tes uraian dengan alokasi 2 x 45 menit berjumlah tujuh item bertingkat kognitif C4 (menganalisis).
Media yang digunakan untuk pembelajaran kesetimbangan kimia terdiri dari slide powerpoint dan video percobaan yang dijadikan media penyampaian informasi sedangkan media lain yang digunakan adalah alat dan bahan percobaan untuk
memvisualisasikan percobaan kimia yang mengacu pada materi kesetimbangan kimia.
Format perancangan awal didasarkan pada Permendikbud No. 22 Tahun 2016 dan karakteristik Model DSI.
Tahap pengembangan bertujuan untuk menghasilkan prangkat prmbelajaran yang telah direvisi berdasarkan saran para ahli praktisi dan data yang diperoleh pada tahap uji coba terbatas maupun lapangan sedangkan tahap penyebaran dilaksanakan melalui kegiatan penerbitan artikel atau jurnal penelitian melalui situs penerbitan jurnal.
2. Kualitas Hasil Pengembangan (Produk)
Validasi ahli bertujuan untuk mengukur validitas produk dan instrumen yang digunakan dalam uji coba perangkat pembelajaran. Hasil validasi ahli digunakan sebagai kriteria utama dalam menentukan kelayakan produk. Perangkat pembelajaran yang melalui tahap ini meliputi RPP, BAPD, LKPD, Media, dan THB. Hasil validasi ahli praktisi terhadap RPP dirangkum pada Tabel 2.
Tabel 2. Rangkuman Hasil Validasi RPP
Aspek Penilaian Penilaian Kategori
Format RPP 3,83 Valid
Materi (isi) yang disajikan 3,83 Valid
Bahasa 4 Valid
Alokasi Waktu 3,83 Valid
Manfaat/ Kegunaan RPP 4 Valid
Sarana dan Alat bantu Pembelajaran
4 Valid
Rata-rata penilaian (M) 3,9 Valid
Validasi Konstruk (Vc) 1 Sangat tinggi
Hasil validasi ahli terhadap BAPD terangkum dalam Tabel 3.
Tabel 3. Rangkuman Hasil Validasi BAPD
Aspek Penilaian Penilaian Kategori Format Bahan Ajar Peserta
Didik
3,42 Valid
Bahasa 3,75 Valid
Isi 3,92 Valid
Manfaat/ Kegunaan BAPD 3,75 Valid
Rata-rata penilaian 3,69 Valid
Validasi Konstruk (Vc) 1 Sangat tinggi
Hasil validasi ahli terhadap LKPD terangkum dalam Tabel 4.
115 Tabel 4. Rangkuman Hasil Validasi
LKPD
Aspek Penilaian Penilaian Kategori
Format LKPD 4 Valid
Bahasa 4 Valid
Isi 3,92 Valid
Alokasi waktu 3,5 Valid
Manfaat/ Kegunaan LKPD 4 Valid
Rata-rata penilaian 3,88 Valid
Validasi Konstruk (Vc) 1 Sangat tinggi
Hasil validasi ahli terhadap Media Pembelajaran terangkum dalam Tabel 5.
Tabel 5. Rangkuman Hasil Validasi Media
Aspek Penilaian Penilaian Kategori
Pewarnaan 3,5 Valid
Pemakaian kata dan bahasa 4 Valid
Tampilan pada layar 4 Valid
Penyajian 3,75 Valid
Rata-rata penilaian 3,87 Valid
Validasi Konstruk (Vc) 1 Sangat tinggi
Hasil validasi ahli terhadap THB terangkum dalam Tabel 6.
Tabel 6. Rangkuman Hasil Validasi THB
Aspek Penilaian Penilaian Kategori
Materi soal 4 Valid
Kontruksi 3,87 Valid
Bahasa 3,75 Valid
Waktu pengerjaan 4 Valid
Rata-rata penilaian 3,9 Valid
Validasi Konstruk (Vc) 1 Sangat tinggi
sedangkan untuk instrumen kepraktisan rekapitulasi hasil validasinya dapat dilihat pada Tabel 7. Berdasarkan hasil validasi tersebut diketahui bahwa perangkat pembelajaran dan instrumen kepraktisan mencapai kategori valid dengan validasi konstruk berkategori tinggi sehingga layak untuk digunakan.
Tabel 7. Rekapitulasi Hasil Validasi Instrumen Kepraktisan
Instrumen Kepraktisan
Rata- rata Penilaian
Kategori
Vc Kategori Lembar
Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
3,85 Valid 1
Sangat Tinggi
Angker Respon Peserta Didik
3,92 Valid 1 Sangat
Tinggi Angket
Respon guru 3,86 Valid 1 Sangat
Tinggi
Tingkat kepraktisan produk dianalis berdasarkan penilaian pengamat, guru, dan peserta didik melalui lembar keterlaksanaan perangkat pembelajaran selama empat pertemuan dan lembar respon guru dan peserta didik. Analisis keterlaksanaan peragkat pembelajaran bertujuan untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan pembelajaran kesetimbangan kimia berbasis Model DSI. Hasil analisis data observasi keterlaksanaan perangkat pembelajaran terangkum pada Tabel 8.
Tabel 8. Hasil Analisis Keterlaksanaan Perangkat Pembelajaran
Aspek Rata-
rata Kategori
Kegiatan Pendahuluan 2 Terlaksana seluruhnya
Orientasi 2 Terlaksana seluruhnya
Sintaks 1,855 Terlaksana seluruhnya
Kegiatan Penutup 2 Terlaksana seluruhnya Interaksi Sosial 1,767 Terlaksana seluruhnya Sistem Pendukung 2 Terlaksana seluruhnya Rata-rata 1,937 Terlaksana seluruhnya
Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa hasil analisis observasi keterlaksanaan perangkat pembelajaran diperoleh sebesar 1,97 dengan kategori terlaksana keseluruhan, jika dikonversi ke dalam kategori kepraktisan maka keterlaksanaan perangkat pembelajaran memperoleh 98,5% sehingga perolehan ini mencapai kategori sangat praktis yang mngindikasikan produk baru layak dan dapat dimanfaatkan di lapangan untuk kegiatan pembelajaran.
Analisis data terhadap respon baik guru dan peserta didik terhadap proses pembelajaran yang berlangsung dilakukan untuk mengetahui aspek kepraktisan produk dari sudut pandang pemakai. Hasil respon guru terhadap perangkat pembelajaran terangkum dalam Tabel 9.
Tabel 9. Hasil Respon Guru terhadap Perangkat Pembelajaran
Aspek Rata-rata
(%) Kategori Penilaian terhadap RPP 92,5 Sangat Praktis Penilaian terhadap BAPD 87,5 Sangat Praktis
116
Penilaian terhadap LKPD 90 Sangat Praktis Penilaian terhadap Media
Pembelajaran
97,7 Sangat Praktis
Penilaian terhadap THB 89,28 Sangat Praktis Penilaian terhadap Proses
Pembelajaran
88,89 Sangat Praktis
Rata-rata 90,97 Sangat Praktis
Hasil analisis ini menunjukan bahwa hasil respon guru terhadap perangkat pembelajaran mencapai persentase 90,97%
dengan kategori sangat praktis yang mengindikasikan produk baru layak dan dapat dimanfaatkan di lapangan untuk kegiatan pembelajaran. sedangkan hasil respon peserta didik terhadap perangkat pembelajaran terangkum dalam Tabel 10.
Hasil analisis pada Tabel 10 menunjukkan bahwa respon peserta didik terhadap perangkat pembelajaran yaitu sebesar 79,69% dengan kategori praktis sehingga hasil analisis ini mengindikasikan bahwa produk dapat dilanjutkan dengan menambahkan sesuatu yang kurang dengan pertimbangan tertentu, penambahan yang dilakukan tidak terlalu besar dan mendasar.
Tabel 10. Hasil Respon Peserta Didik terhadap perangkat pembelajaran
Aspek Rata-rata
% Kategori Penilaian terhadap Perangkat
Pembelajaran dan Proses Pembelajaran
85,10 Sangat Praktis Penilaian terhadap BAPD 68,08 Praktis
Penilaian terhadap LKPD 85,89 Sangat
Praktis
Rata-rata 79,69 Praktis
THB diberikan kepada peserta didik untuk memperoleh informasi mengenai penguasaan peserta didik terhadap materi yang telah diajarkan. Pada Tabel 11 menunjukkan bahwa perolehan pretest dan posttest memiliki perbedaan dimana perolehan posttest lebih tinggi dibandingkan dengan pretest. Perolehan posttest yang lebih tinggi ini juga memberikan dampak pada persentase ketuntasan hasil belajar peserta didik setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran kesetimbangan kimia berbasis Model DSI.
Tabel 11. Statistik Hasil Belajar Peserta Didik
Variabel Nilai Statistik Pretest Posttest
Subjek penelitian 30 30
Nilai Ideal 100 100
Nilai Maksimum 34,31 86,27
Nilai Minimal 8,82 62,75
Rata-rata 17,75 79,61
Rentang 25,28 23,52
Standar Deviasi 5,041 6,192
Jumlah peserta didik yang tuntas
0 25
Jumlah peserta didik yang tidak tuntas
30 5
HB yang diperoleh peserta didik setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran kesetimbangan kimia berbasis Model DSI mencapai predikat lebih beragam seperti yang tersaji pada Tabel 12.
Tabel 12. Perbandingan Predikat Belajar Pretest dan Posttest Peserta Didik
Interval Nilai Predikat Keterangan Pretest Posttest
Frekuensi % Frekuensi %
93 ≤ x ≤ 100 A Sangat Baik - - - -
84 ≤ x ≤ 𝟗𝟐 B Baik - - 7 23,33
76 ≤ x ≤ 83 C Cukup - - 18 60
x ≤ 75 D Kurang 30 100 5 16,67
Berdasarkan hasil perhitungan N- Gain yang disajikan pada Tabel 13 pun diketahui bahwa N-Gain HB peserta didik pada setiap tingkatan inkuiri mencapai kategori tinggi. Hal ini mengisyaratkan bahwa perangkat pembelajaran kesetimbangan kimia berbasis Model DSI
mampu meningkatkan HB peserta didik hingga kategori tinggi.
Faktor yang melatarbelakangi hal ini terjadi adalah penerapan pembelajaran berbasis Model DSI. Perangkat pembelajaran berbasis Model pembelajaran DSI memberikan penyajian pembelajaran
117 yang mampu mengasah kemampuan
menganalisis (C4) peserta didik. Penyajian soal latihan dalam LKPD dan soal evaluasi bertingkat kognitif C4 serta penyusunan BAPD berdasarkan sintaks inkuiri yang identik dengan kegiatan menganalisis dan mengevaluasi memberikan kesempatan maksimal kepada peserta didik dalam membiasakan dan melatih kemampuannya dalam menyelesaikan soal berkebutuhan keterampilan berpikir tingkat tinggi dengan
tingkat kognitif C4. Selain itu, faktor pendukung lainnya yang melatar belakangi perolehan posttest lebih tinggi adalah penyajian pembelajaran berbasis Model DSI yang diawali dengan pengelompokkan peserta didik dalam keempat tingkatan inkuiri berdasarkan kemampuan awalnya membuat seluruh peserta didik memiliki kesempatan yang sama dalam meningkatkan kemampuannya walaupun kemampuan awalnya beragam.
Tabel 13. Uji N-Gain Hasil Belajar Peserta Didik
Tingkat Inkuiri Spre Spost N-Gain Kategori
Demonstrated Inquiry 13,11 74,26 0,704 Tinggi
Structured Inquiry 16,96 76,47 0,716 Tinggi
Guided Inquiry 18,07 82,07 0,781 Tinggi
Self Directed Inquiry 22,79 85,54 0,813 Tinggi
Rata-rata 0,736 Tinggi
Kesempatan untuk mengeksplor materi kesetimbangan kimia yang sesuai dengan kemampuan awal peserta didik serta intervensi dengan kuantitas yang tepat yang diberikan guru dalam membimbing peserta didik memberikan peluang bagi peserta
didik pada kelompok inkuiri lebih rendah untuk mampu memiliki nilai N-Gain lebih tinggi dibandingkan nilai N-gain terendah pada kelompok di atasnya seperti pada Gambar 1.
Fuad, dkk (2015) menyatakan pembelajaran Model DSI mampu meningkatkan hasil belajar IPA Biologi dibandingkan pembelajaran konvensional.
Fuad, dkk (2015) menyarankan untuk mengaplikasikan Model DSI dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik karena model ini memiliki tahap pengelompokkan peserta didik berdasarkan
tingkat kemampuan awalnya baik berdasarkan profil hasil belajar, gaya belajar, dan kegiatan pembelajarannya agar seluruh peserta didik memiliki kesempatan yang sama dalam meningkatkan kemampuannya walaupun kemampuan awal yang beragam.
Berdasarkan Tabel 16 dan kriteria keefektifan perangkat pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik menurut Hobri (2009), diketahui bahwa
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9
Demostrated Inquiry Structured Inquiry Guided Inquiry Self Directly Inquiry
Nilai N-Gain
Peserta didik pada setiap kelompok/ tingkatan Inkuiri
Gambar 1. N-Gain Posttest Setiap Peserta Didik pada Tiap Tingkatan Inkuiri
118 perangkat pembelajaran kesetimbangan
kimia berbasis Model DSI efektif dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik dimana ketuntasan hasil belajar peserta didik setelah melalui serangkaian kegiatan pembelajaran kesetimbangan kimia berbasis Model DSI mencapai persentase lebih dari 80% tuntas.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran kesetimbangan kimia berbasis Model DSI bersifat valid, praktis, dan efektif untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar peserta didik. Adapun beberapa saran yang dikemukakan peneliti yaitu: 1) Penggunaan perangkat pembelajaran kesetimbangan kimia berbasis Model DSI diharapkan dapat diimplementasi dalam pembelajaran sehingga guru dapat lebih lanjut memberikan saran perbaikan perangkat, 2) Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk lebih detail lagi dalam mendeskripsikan kemampuan awal peserta didik sehingga dapat disesuaikan kegiatan pembelajaran lebih sesuai dengan kemampuan awal peserta didik, 3) Peneliti menyarankan untuk menerapkan model pembelajaran dengan berpendekatan saintifik agar kemampuan berpikir prserta didik lebih terasah tidak hanya dalam pembelajaran kimia tetapi mata pelajaran lainnya, dan 4) Penelitian tentang pengembangan perangkat pembelajaran yang mengasah keterampilan membaca kritis untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik perlu untuk dilakukan khususnya pengembangkan perangkat pembelajaran berbasis Model DSI untuk materi kimia lainnya dengan percobaan yang sederhana pada sekolah dengan fasilitas laboratorium kurang.
DAFTAR RUJUKAN
Daniati, Novia, H., Dezi,Y., Relsas, A., Heffi. (2018). Analysis Of Critical Thinking Skill Level Of Students SMP Negeri 2 Padang about Enviromental Pollution. Antrium Pendidikan
Biologi. Jurnal Elektronik Universitas Negeri Padang.
Fuad, Nur Miftahul, dkk. (2015).
Pengembangan Perangkat
Pembelajaran IPA-Biologi SMP dengan Model DSI (DSI) dipadukan Mind Map. Prosiding Seminar Nasional Biologi/ IPA dan Pembelajarannya. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Hasmarani, S., Ramlahwati, & Ruslan.
(2014). Analisis Kemampuan Peserta Didik Dalam Menyelesaikan Soal Asam Basa pada Tingkat Keterampilan Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif di Kelas XI IPA SMA/MA di Kec. Bulukumpa.
Chemistry Education Review, 2(2), 93- 100.
Hobri. (2010). Metodologi Penelitian Pengembangan. Jember: Pena Salsabila
Llewellyn, D. (2011). DSI. California:
Corwin A Sage Company.
Llewellyn, D. (2013). Teaching High Science through Inquiry and Argumentation. California: Corwin A Sage Company.
Nurazizah, S., Sinaga, P., Jauhari, A. (2017).
Profil Kemampuan Kognitif dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA pada Materi Usaha dan Energi.
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Fisika. 3(2), 197.
Ramdani, Dani., Badriah, Liah. (2018).
Korelasi antara Kemampuan Berpikir Kritis dengan Hasil Belajar Siswa melalui Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Blended Learning Pada Materi Sistem Respirasi Manusia. Jurnal Bio Educatio. 3(2), 37- 44.
Thiagarajan, S., Semmel, D. S & Semmel, M. I. (1974). Instructional Development for Training Teachers of Expectional Children.
Minneapolis. Minnesota: Leadership Training Institute/Special Education, University of Minnesota.
119 Trilling, B. and Fadel, C. (2009). 21st
Century Skills: Learning for Life in Our Times. San Francisco, California: Jossey-Bass/John Wiley
& Sons, Inc.
Waleulu, Amalia. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Peserta Didik.
Chemistry Education Review.
Pendidikan Kimia PPs UNM. 3(1), 8- 16.
Zubaidah, Siti. (2016), Desember.
Keterampilan Abad Ke 21:
Keterampilan yang Diajarkan melalui Pembelajaran. Makalah ini dibawakan pada Seminar Nasional Pendidikan Isu-Isu Strategis Pembelajaran MIPA Abad 21, Program Studi Pendidikan Biologi STKIP Persada Khatulistiwa Sintang, Kalimantan Barat. Research Gate.
Zubaidah, S. Fuad, N. M., Mahanal, S., Suarsini, E. (2017). Improving Creative Thinking Skills of Students through DSI Integrated with Mind Map. Journal of Turkish Science Education. 14(4). 7-91.
Zubaidah, S., Fuad, N. M., Mahanal, S., Suarsini, E. (2017). Improving Junior High Schools’ Critical Thinking Skills Based on Test Three Different Models of Learning. International Journal of Intruction. 1(1). 101-116.