DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Penjelasan Istilah ... 8
BAB II MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIMEDIA INTERAKTIF PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA A. Multimedia Pembelajaran ... 11
B. Literasi Sains ... 19
C. Tinjauan Materi Kesetimbangan Kimia ... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 45
B. Desain Penelitian ... 45
C. Prosedur Penelitian ... 46
D. Subjek Penelitian ... 50
E. Instrumen Penelitian ... 50
F. Teknik Pengumpulan Data ... 55
G. Analisis Data ... 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pengembangan dan Karakteristik Multimedia Interaktif ... 64
B. Implementasi Pembelajaran Dengan Menggunakan
Multimedia Interaktif Kesetimbangan Kimia ... 77
C. Dampak Implementasi Pembelajaran Dengan
Menggunakan Multimedia Interaktif Terhadap Literasi
Sains Siswa ... 86
D. Tanggapan Guru Terhadap Software Multimedia
Interaktif Kesetimbangan Kimia ... 107
E. Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran Dengan
Menggunakan Software Multimedia Interaktif Kesetimbangan
Kimia ... 108
F. Kelebihan Dan Kelemahan Software Multimedia Interaktif .... 109
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 111
B. Saran ... 112
DAFTAR PUSTAKA ... 113
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini
berpengaruh pada berbagai bidang kehidupan, termasuk bidang pendidikan.
Pendidikan merupakan sebuah proses akademik yang tujuannya untuk
meningkatkan nilai sosial, budaya, moral, serta mempersiapkan sumber daya
manusia yang melek sains dan teknologi, yang mampu menghadapi tantangan
dalam kehidupan nyata baik pada lingkup lokal maupun global.
Pendidikan sains memiliki potensi dan peranan strategis dalam
menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas seperti yang diharapkan
oleh tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional adalah untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab (Depdiknas, 2006).
Potensi ini akan terwujud jika pendidikan sains mampu melahirkan
peserta didik yang cakap dalam bidangnya dan berhasil menumbuhkan
kemampuan berpikir logis, berpikir kreatif, memecahkan masalah, bersifat
perkembangan zaman (Mudzakir, 2005). Arti lebih lanjut adalah bahwa
pendidikan sains harus mampu menghasilkan masyarakat yang memiliki
literasi terhadap sains, seperti yang dinyatakan oleh Hayat dan Yusuf (2010)
setiap warga negara perlu literate terhadap sains.
Literate dalam sains ini dikenal dengan literasi sains. PISA
(Programme for International Student Assesment) mendefinisikan literasi
sains sebagai kapasitas individu dalam menggunakan pengetahuan ilmiah,
mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan, menarik kesimpulan berdasarkan
bukti-bukti agar dapat memahami dan membantu membuat keputusan tentang
dunia alami serta interaksi manusia dengan alam (OECD, 2009).
Studi penilaian yang dilakukan oleh PISA (Programe for International
Student Assessment) mengungkapkan bahwa pembelajaran sains di Indonesia
kurang berhasil meningkatkan kemampuan literasi sains. Hal ini terungkap
berdasarkan hasil studi PISA pada tahun 2000 Indonesia berada pada
peringkat ke-38 dari 41 negara peserta PISA dengan nilai rerata tes 393; pada
tahun 2003 Indonesia menempati peringkat ke-38 dari 41 negara peserta
dengan nilai rerata tes 395; pada tahun 2006 juga menunjukkan tingkat literasi
sains anak-anak Indonesia masih rendah, yakni: 29% untuk konten, 34% untuk
proses, dan 32% untuk konteks dengan rerata tes 395; dan terakhir pada tahun
2009 Indonesia menempati peringkat ke-57 dari 65 negara peserta dengan skor
383 (OECD, 2009).
Literasi sains terhadap materi pelajaran kimia saat ini juga masih
kimia yang terjadi di Indonesia masih menitikberatkan pada aspek menghafal
konsep, teori, dan hukum tanpa diikuti pemahaman yang bisa digunakan siswa
dalam kehidupan nyata mereka. Keadaan ini diperparah dengan pembelajaran
yang berorientasi pada tes akhir. Akibatnya ilmu kimia sebagai proses, sikap,
dan aplikasi belum tersentuh seutuhnya dalam pembelajaran. Disamping itu,
kimia sebagai salah satu pelajaran sains merupakan mata pelajaran yang
dianggap sulit oleh siswa. Ilmu kimia merupakan ilmu yang bersifat abstrak
yang merupakan penyederhanaan dari sebenarnya dan materi bersifat spiral.
Implikasi dari kenyataan tersebut, guru sebagai ujung tombak
pelaksanaan pendidikan di sekolah dihadapkan pada tantangan bagaimana
pembelajaran kimia dirancang dan diimplementasikan agar aktif, inspiratif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan. Bagaimanapun pemilihan dan penggunaan
metode dan media pembelajaran yang inovatif dan komunikatif dalam
penyampaian materi merupakan komponen pembelajaran yang masih perlu
diantisipasi oleh guru. Hal ini sejalan dengan Peraturan Pemerintah No. 19
tahun 2006 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 ayat 1 yang
menyatakan bahwa:
“Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik.”
Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut di atas sangat
penting untuk dikembangkan pembelajaran yang dapat meningkatkan literasi
interaktif tetapi tidak mengurangi esensi materi pelajaran yang dituntut dalam
kurikulum nasional. Salah satu alternatif yang dapat diterapkan dalam
mengatasi masalah ini adalah dengan memanfaatkan teknologi komputer
dalam bentuk multimedia interaktif.
Beberapa pakar multimedia interaktif (Muhammad, 2002; Setiawan,
2007) mengemukakan bahwa pembelajaran multimedia interaktif dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian
dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. Bentuk-bentuk
media yang ditampilkan harus mencerminkan pengalaman belajar.
Peningkatan kualitas pengalaman belajar lebih berarti bagi siswa, sehingga
diharapkan berdampak pula pada hasil belajarnya.
Penelitian yang mengkaji bagaimana pengaruh penggunaan komputer
sebagai multimedia terus berkembang. Hasil penelitian Polla (2000)
mengungkapkan bahwa pembelajaran berbantuan komputer mampu
menciptakan suatu proses belajar mengajar yang interaktif, sehingga dapat
memberikan manfaat optimal bagi siswa dan guru dalam mencapai tujuan
pendidikan. Defrianto (2001) juga mencoba menggunakan metode pengajaran
fisika interaktif dan visualisasi komputer dan hasilnya memberikan kenaikan
nilai rata-rata yang signifikan. Fitriana (2010) mengungkapkan bahwa
pembelajaran pembelajaran teori kinetika gas dengan menggunakan
multimedia interaktif dapat meningkatkan pemahaman konsep dan
keterampilan berpikir kreatif siswa. Retmana (2010) mengungkapkan bahwa
siswa SMP pada topik pengaruh penggunaan zat aditif pada makanan terhadap
pencernaan manusia. Wiratama (2010) juga mengungkapkan bahwa
pemanfaatan laboratorium virtual interaktif pada pembelajaran kesetimbangan
kimia dapat meningkatkan kemampuan generik sains dan keterampilan
berpikir kritis siswa SMA. Namun, dari beberapa hasil penelitian tersebut
belum ada yang mengkaji bagaimana model pembelajaran dengan
menggunakan komputer dapat meningkatkan literasi sains pada konsep
kesetimbangan.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa secara umum pembelajaran dengan multimedia interaktif
dapat diterapkan pada berbagai level pembelajaran dan memberikan dampak
positif terhadap hasil belajar. Hal ini sejalan dengan hasil studi PISA yang
mengungkapkan bahwa penggunaan komputer sebagai produk teknologi
informasi dan komunikasi berhubungan erat dengan pencapaian akademik
yang tinggi (Horrison, et al dalam OECD, 2009). Oleh karena itu, dipandang
perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang pengaruh multimedia interaktif
terhadap tingkat literasi sains siswa.
Materi yang dipilih dalam penelitian ini adalah kesetimbangan kimia.
Hal ini dikarenakan materi kesetimbangan kimia dipandang memenuhi tiga
prinsip dasar pemilihan konten PISA yang dikemukakan oleh Hayat dan
Yusuf (2010) yaitu: (1) Konsep yang diujikan harus relevan dengan situasi
kehidupan keseharian yang nyata. Prinsip kesetimbangan kimia dapat
karbondioksida, pengikatan oksigen dalam darah dan kesetimbangan kimia
dalam industri seperti dalam pembuatan ammonia; (2) Konsep kesetimbangan
kimia diperkirakan masih akan relevan sekurang-kurangnya untuk satu
dasawarsa ke depan; dan (3) Konsep itu harus berkaitan dengan kompetensi
proses yaitu pengetahuan tidak hanya mengandalkan daya ingat siswa dan
berkaitan hanya dengan informasi tertentu. Kesetimbangan kimia merupakan
salah satu materi kimia yang bersifat abstrak tetapi sangat dekat dengan
kehidupan sehari-hari karena aplikasinya luas. Oleh karena itu, dalam
memahami konsep tersebut, siswa dituntut untuk memiliki pemahaman
abstraksi yang baik. Untuk membantu mengembangkan konsep abstraksi
tersebut guru harus pandai memilih media.
Berdasarkan paparan tersebut, masih jarang peneliti yang
mengembangkan pembelajaran multimedia interaktif kesetimbangan kimia
dan meneliti pengaruhnya terhadap tingkat literasi sains siswa. Oleh karena
itu, peneliti tertarik untuk meneliti dan mengembangkan lebih lanjut tentang
bagaimana pengembangan pembelajaran multimedia interaktif dapat
meningkatkan literasi sains siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah penerapan pembelajaran
multimedia interaktif kesetimbangan kimia dapat meningkatkan literasi sains
Untuk lebih memperjelas rumusan masalah dalam penelitian ini, maka
rumusan masalah tersebut dapat dijabarkan dalam pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah karakteristik multimedia interaktif kesetimbangan kimia
yang dapat meningkatkan literasi sains siswa?
2. Bagaimanakah implementasi pembelajaran kesetimbangan kimia yang
memanfaatkan multimedia interaktif?
3. Bagaimanakah peningkatan literasi sains siswa pada materi kesetimbangan
kimia setelah pembelajaran dengan menggunakan multimedia interaktif?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan
multimedia interaktif kesetimbangan kimia untuk meningkatkan literasai sains
siswa. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1. Menghasilkan multimedia interaktif kesetimbangan kimia yang dapat
meningkatkan literasi sains siswa.
2. Memperoleh informasi tentang bagaimana keterlaksanaan pembelajaran
kesetimbangan kimia yang memanfaatkan multimedia interaktif.
3. Memperoleh informasi tentang bagaimana pengaruh pembelajaran
multimedia interaktif terhadap peningkatan literasi sains siswa.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang telah dilakukan diharapkan dapat memberikan
manfaat baik secara praktis maupun teoritis. Adapun manfaat praktis yang
diharapkan antara lain:
1. Bagi siswa; media pembelajan ini diharapkan dapat memotivasi siswa
dalam belajar kimia sehingga dapat meningkatkan hasil belajar serta
meningkatkan kesadaran mereka tentang masalah kesehatan, khususnya
dampak asupan makanan yang tidak seimbang.
2. Bagi guru; khususnya guru kimia, hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai model pembelajaran alternatif dalam memperbaiki dan
meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas.
3. Bagi peneliti; hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukkan dan
bahan pertimbangan untuk mengembangkan pembelajaran yang serupa
atau jenis lain yang dapat meningkatkan literasi sains siswa.
Adapun manfaat teoritik yang diharapkan yaitu: hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran mengenai
pengembangan pembelajaran multimedia interaktif serta dalam pengembangan
inovasi pembelajaran IPA khususnya kimia di SMA/MA.
E. Penjelasan Istilah
Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam beberapa istilah yang
digunakan dalam penelitian ini, maka peneliti akan menjelaskan beberapa
1. Multimedia interaktif adalah suatu multimedia yang dilengkapi dengan
alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna, sehingga
pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya.
Multimedia interaktif yang digunakan dalam penelitian ini adalah
multimedia interaktif kesetimbangan kimia dalam makhluk hidup dan
industri yang disajikan sesuai langkah-langkah pembelajaran berbasis
literasi sains dan teknologi (Science Technology Literacy, STL).
2. Literasi sains adalah kemampuan menggunakan pengetahuan sains,
mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan
bukti-bukti, dalam rangka memahami serta membuat keputusan berkenaan
dengan alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui
aktivitas manusia.
3. Konten sains adalah salah satu dari dimensi literasi sains yang merujuk
pada konsep-konsep kimia esensial yang diperlukan untuk memahami
fenomena alam dan perubahan terhadap alam yang dilakukan oleh
aktivitas manusia.
4. Proses sains adalah salah satu dari dimensi literasi sains yang mengandung
pengertian proses mental yang terlibat ketika menjawab suatu pertanyaan
atau memecahkan masalah, seperti mengidentifikasi dan
menginterpretasikan bukti serta menerangkan kesimpulan. Merupakan
metode pemecahan masalah dalam mengembangkan kemampuan siswa
5. Konteks aplikasi sains adalah salah satu dari dimensi literasi sains yang
mengandung pengertian situasi yang ada hubungannya dengan penerapan
sains dalam kehidupan sehari-hari yang menjadi lahan bagi aplikasi proses
dan pemahaman konsep sains.
6. Sikap terhadap sains adalah sikap ilmiah yang mencakup inkuiri sains,
kepercayaan diri sebagai seseorang yang belajar sains, tertarik terhadap
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian dan
pengembangan pendidikan (Educational Research and Development) yang
meliputi tahapan define, design, and develop (Thiagarajan, et al., 1974 dalam
Priatna, 2009). Tahapan define dilakukan dalam menyusun rancangan awal
dan dilakukan melalui studi pustaka (pembelajaran/penilaian literasi sains dan
software multimedia interaktif) serta analisis standar isi mata pelajaran kimia.
Hasil tahapan define akan dijadikan pijakan untuk melakukan tahapan design
yakni merancang model pembelajaran serta penyusunan instrumen penelitian.
Tahapan develop dilakukan untuk memvalidasi dan mengembangkan produk,
menghasilkan produk yang teruji, dalam bentuk uji coba model.
B. Desain Penelitian
Pada tahapan develop dalam penelitian ini dilakukan uji coba terbatas
dengan cara weak experimental dengan desain The One-Group Pretest-Postest
Design (Fraenkel, et al., 2006). Desain The One-Group Pretest-Postest Design
adalah desain penelitian yang hanya menggunakan satu kelas, dimana sebelum
dan setelah perlakuan diberikan tes. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
perlakuan dilakukan uji statistik. Berikut adalah gambaran desain penelitian
Gambar 3.1 Weak Eksperimen dengan Desain
The One-Group Pretest-Postes Design
Ket:O1 = Pretes
O2 = Postes
X = Pembelajaran dengan multimedia interaktif
C. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap yaitu:
1. Tahap Define
Pada tahap define dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Melakukan analisis standar isi mata pelajaran kimia SMA/MA.
b. Melakukan studi kepustakaan mengenai pengembangan pembelajaran
melalui multimedia interaktif.
c. Melakukan studi kepustakaan mengenai pembelajaran dan penilaian
literasi sains.
d. Melakukan analisis dimensi literasi sains yang mencakup: konten,
konteks aplikasi, proses, dan sikap sains siswa pada konsep
kesetimbangan kimia.
e. Perumusan indikator dan tujuan pembelajaran aspek kognitif melalui
telaah konteks, konten, dan kompetensi.
f. Perumusan indikator dan tujuan pembelajaran aspek sikap sains
2. Tahap Design
Pada tahap design dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Membuat analisis wacana.
b. Membuat peta konsekuensi pembelajaran.
c. Membuat storyboard.
d. Membuat software multimedia interaktif.
e. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan instrumen
penelitian.
f. Melakukan validasi instrumen penelitian.
g. Melakukan revisi instrumen penelitian.
h. Melakukan uji coba butir soal instrumen penelitian.
i. Memperbaiki instrumen penelitian.
j. Menentukan sekolah yang akan dijadikan subjek penelitian.
k. Mempersiapkan surat izin penelitian.
3. Tahap Develop
Pada tahap develop dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Melaksanakan pretes.
b. Melaksanakan pembelajaran menggunakan software multimedia
interaktif.
c. Melaksanakan postes.
d. Menyebarkan angket kepada siswa dan guru.
Pada tahap ini peneliti dibantu oleh dua orang observer untuk
mengamati kegiatan peneliti dan siswa selama proses pembelajaran
berlangsung. Pelaksanaan tahap ini dilakukan pada tanggal 28 Mei 2012 –
7 Juni 2012. Jadwal pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan dapat
dilihat pada Tabel 3.1 di bawah ini:
Tabel 3.1 Pelaksanaan Penerapan Model Pembelajaran Pertemuan
ke Hari/Tanggal Kegiatan
1 Senin, 28 Mei 2012 Pretes
2 Kamis, 31 Mei 2012 Penyampaian materi tahap 1 3 Jumat, 1 Juni 2012 Penyampaian materi tahap 2
4 Senin, 4 Juni 2012 Postes
Pengisian angket Wawancara
4. Tahap analisis
Pada tahap analisis dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Pengumpulan data.
b. Pengolahan data dengan menggunakan metode statistik.
c. Penganalisisan semua data.
d. Pembahasan hasil penelitian.
e. Penarikan kesimpulan dan saran
Untuk memudahkan pelaksanaan penelitian maka digunakan alur
Gambar 3.2 Alur Penelitian Analisis standar isi mata
pelajaran kimia SMA/MA
Studi mengenai pengembangan pembelajaran melalui multimedia interaktif
Studi tentang pembelajaran dan penilaian literasi sains
Perumusan indikator dan tujuan pembelajaran aspek sikap sains
terhadap sains melalui telaah konteks, konten, dan sikap Perumusan indikator dan tujuan
pembelajaran aspek kognitif melalui telaah konteks, konten, dan
kompetensi
Pembuatan peta konsekuensi pembelajaran
Postes Analisis wacana
Pembuatan storyboard
Penyusunan RPP dan instrumen penelitian
Penentuan validasi isi RPP dan instrumen penelitian
Uji coba butir soal instrumen Pembuatan software multimedia interaktif
Wawancara, angket
Analisis data dan pembahasan
D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPA-Reguler Tahun Pelajaran
2011/2012 di SMA X Jakarta. Subjek penelitian berjumlah 31 siswa yang
terdiri dari 17 orang siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan dan dipilih
dengan cara purposive sampling, yaitu peneliti memilih sampel berdasarkan
kebutuhan dan sampel dianggap representatif.
E. Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Tes Pilihan Ganda
Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui
atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang
sudah ditentukan (Arikunto, 2006). Alat ukur tes yang digunakan untuk
mengukur dimensi literasi sains berbentuk tes objektif pilihan ganda
berjumlah 25 butir soal. Kriteria penskoran tes pilihan ganda yang
digunakan adalah jika jawaban benar diberi skor 1 dan jika jawaban salah
diberi skor 0. Kisi-kisi tes yang digunakan ditunjukkan pada Tabel 3.2 di
bawah ini.
Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Literasi Sains Aspek
Literasi Sains Indikator
No. butir Soal
Konten sains
Kesetimbangan dinamis dan reversibel
10, 11, 12
Kesetimbangan homogen dan heterogen
6, 13
Kc 4, 19
Kp 23, 24
Aspek
Literasi Sains Indikator
No. butir Soal
Azas Le Chatelier dan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran kesetimbangan
1, 2, 3, 5, 7, 8, 9, 14, 15, 17, 18, 20, 21, 22,
25
Konteks aplikasi sains
Sakit gigi 1, 2, 3, 4, 5
Kendaraan berbahan bakar hidrogen 6, 7
Penjernihan kolam renang 8, 9
Selamatkan terumbu karang, sekarang!
10, 11, 12
Pembentukan cangkang telur 13
Hipoksia 14,15
Industri asam sulfat (H2SO4) 16,17,18, 19, 20, 21
Urea 22, 23, 24, 25
Proses sains
Mengidentifikasi isu ilmiah 18, 22
Menjelaskan fenomena ilmiah 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 15, 17, 19, 21, 23, 24,
25
Menggunakan bukti ilmiah 11, 16, 20
Sikap sains
Menunjukkan rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri dan lingkungan
5, 12, 25
Menunjukkan ketertarikan dalam sains
7
Mendukung penyelidikan ilmiah 9
2. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk menjaring informasi secara
langsung mengenai kegiatan siswa dan guru selama proses pembelajaran.
Lembar observasi disusun sesuai langkah-langkah pembelajaran berbasis
STL (Sains Teknologi dan Literasi) yang dimuat dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP). Pengamatan ini dilakukan dari awal
sampai akhir pembelajaran. Lembar observasi dapat dilihat pada Lampiran
3. Angket
Angket yang digunakan terdiri dari dua jenis, yaitu angket siswa
dan angket guru. Angket siswa digunakan untuk mengetahui tanggapan
siswa tentang penerapan pembelajaran dengan menggunakan software
multimedia interaktif kesetimbangan kimia. Angket ini berupa skala sikap
yang penilaiannya menerapkan skala Likert yang terdiri dari 20 butir soal
dengan 11 pernyataan positif dan 9 butir pernyataan negatif. Kisi-kisi
angket yang digunakan ditunjukkan pada Tabel 3.3 di bawah ini.
Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket Siswa
No Aspek yang
Diungkap Indikator
No. Pernyataan ∑ Positif (+) Negatif (-)
1. Sikap siswa terhadap pelajaran kimia a) Menunjukkan ketertarikan terhadap kimia. b) Menunjukan
kesungguhan dan motivasi dalam mempelajari kimia
1, 3, 5 2, 4, 6 6
2. Sikap siswa terhadap pembelajaran dengan multimedia interaktif a) Menunjukkan ketertarikan terhadap pembelajaran dengan menggunakan multimedia interaktif. b) Menunjukkan persetujuan
terhadap aktivitas
siswa dalam
pembelajaran dengan menggunakan
media yang
berbasis kontekstual
7, 8, 9, 11 10, 12, 13 7
3. Pendapat siswa mengenai
a) Kesesuaian dengan kompetensi yang
14, 15, 16, 19
No Aspek yang
Diungkap Indikator
No. Pernyataan ∑ Positif (+) Negatif (-) software
multimedia interaktif yang digunakan
ingin dicapai b) Tampilan
multimedia yang diberikan
Jumlah 20
Penskoran data angket siswa dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut ini:
Tabel 3.4 Penskoran Data Angket Siswa
Skala Skor untuk Pernyataan Positif (+) Negatif (-)
SS 4 1
S 3 2
TS 2 3
STS 1 4
Sedangkan angket guru digunakan untuk mengetahui tanggapan
guru tentang software multimedia interaktif kesetimbangan kimia yang
digunakan dalam pembelajaran. Angket ini terdiri dari 15 pernyataan.
Kisi-kisi angket yang digunakan ditunjukkan pada Tabel 3.5 di bawah ini.
Tabel 3.5 Kisi-kisi Angket Guru Kimia
No Aspek yang
Diungkap Indikator
No. Pernyataan
∑
1 Kesesuaian software multimedia interaktif dengan kompetensi yang ingin dicapai
a) Kesesuian dengan SK, KD, dan indikator materi kesetimbangan
b) Kesesuain dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
1, 2, 3, 4, 5 5
2 Kemampuan
software multimedia
interaktif sebagai sumber bahan ajar siswa yang menarik dan interaktif
Kemampuan software
multimedia interaktif sebagai sumber bahan ajar yang menarik
6, 7, 8, 9, 10 5
No Aspek yang
Diungkap Indikator
No. Pernyataan
∑
akomodasi software multimedia interaktif dalam meningkatkan literasi sains
multimedia interaktif
dalam meningkatkan
penguasaan konsep
b) Kemampuan software
multimedia interaktif
dalam meningkatkan
literasi sains siswa
14, 15
Jumlah 15
Penskoran data angket guru dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut ini.
Tabel 3.6 Penskoran Data Angket guru
Skor Indikator
4 sangat sesuai dengan tujuan dan indikator yang ingin dicapai 3 sesuai dengan tujuan dan indikator yang ingin dicapai
2 kurang sesuai dengan tujuan dan indikator yang ingin dicapai dan perlu perbaikan
1 tidak sesuai dengan tujuan dan indikator yang ingin dicapai sehingga tidak bisa digunakan
4. Lembar Wawancara Terstruktur
Lembar wawancara terstruktur digunakan untuk mengetahui
tanggapan siswa tentang penerapan pembelajaran dengan menggunakan
software multimedia interaktif kesetimbangan kimia yang tidak terjaring
oleh angket. Lembar wawancara terstruktur ini terdiri dari 10 butir soal
beralasan. Kisi-kisi wawancara terstruktur yang digunakan dapat dilihat
pada Lampiran C.6.
5. Lembar Judgement Media
Lembar judgement media digunakan untuk menjaring informasi
ahli media dan materi. Lembar judgement disusun dengan menggunakan
indikator yang diadaptasi dari Baker & King dalam Geissinger (1997), dan
terdiri dari 24 pernyataan. Lembar judgement media dapat dilihat pada
Lampiran A.13. Kriteria penskoran data validasi media dapat dilihat pada
Tabel 3.7 berikut ini.
Tabel 3.7 Penskoran Data Validasi Media Skor Indikator
4 sangat baik 3 Baik 2 Cukup baik 1 Tidak baik
F. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini
dapat dilihat pada Tabel 3.8 berikut ini.
Tabel 3.8 Teknik Pengumpulan Data
No Jenis
Data
Teknik
Pengumpulan Data Keterangan
1 Tingkat literasi sains siswa
Pretes
Postes
Dilakukan di awal pembelajaran
Dilakukan di akhir pembelajaran 2 Aktivitas siswa dan
guru selama kegiatan pembelajaran
Lembar observasi Dilakukan saat pembelajaran
3 Tanggapan terhadap multimedia interaktif
Angket siswa
Wawancara siswa
Angket guru
Dilakukan setelah pembelajaran pada uji coba tahap awal dan tahap develop
Dilakukan setelah pembelajaran
Dilakukan setelah pembelajaran 4. Judgement media Lembar Judgement Untuk mengetahui
G. Analisis Data
Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen
Instrumen yang akan digunakan terlebih dahulu dilakukan uji coba.
Soal tes yang diuji cobakan berjumlah 35 butir soal. Uji coba dilakukan
pada 40 siswa di SMAN Y Kota Tangerang. Adapun uji instrumen yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
a) Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran kesahihan suatu instrumen sehingga
mampu mengukur apa yang harus dan akan diukur (Arikunto, 2006). Uji
validitas instrumen yang digunakan adalah uji validitas isi (Content
Validity) dan uji validitas kriteria (Criteria Related Validity). Uji validitas
isi menggunakan judgement dengan pertimbangan ahli dengan tujuan
untuk melihat kesesuain standar isi dan indikator yang ada dalam
instrumen sedangkan uji validitas kriteria dihitung dengan menggunakan
bantuan program Anates Versi 4.
Menurut Arikunto (2006) interpretasi besarnya koefisien korelasi
dapat dilihat pada Tabel 3.9 berikut.
Tabel 3.9 Kategori Validitas Butir Soal Koefisien Korelasi Kategori
b) Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam
menilai apa yang dinilainya (Sudjana, 2006). Suatu soal dikatakan
memiliki reliabilitas yang tinggi apabila soal tersebut menghasilkan skor
secara ajeg, yaitu relatif tidak berubah walaupun diujikan pada situasi
yang berbeda-beda (Karno To, 1996). Uji reliabilitas instrumen ini
dihitung dengan menggunakan bantuan program Anates versi 4.
Adapun kriteria reliabilitas suatu tes menurut Arikunto (2008)
dapat dilihat pada Tabel 3.10 di bawah ini:
Tabel 3.10 Kategori Reliabilitas Nilai Kategori
0,80 - 1,00 Sangat tinggi 0,60 - 0,80 Tinggi 0,40 - 0,60 Cukup 0,20 - 0,40 Rendah 0,00 - 0,20 Sangat rendah
c) Uji Daya Pembeda
Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan
untuk mengetahui kemampuan suatu soal dalam membedakan antara siswa
yang tergolong mampu (tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong
kurang mampu (rendah prestasinya) (Arikunto, 2008). Uji daya pembeda
dihitung dengan menggunakan bantuan program Anates versi 4.
Kategori daya pembeda (DP) menurut Arikunto (2008) dapat
Tabel 3.11 Kategori Daya Pembeda
Batasan Kategori
0,00<DP≤0,20 Jelek (poor)
0,20<DP≤0,40 Cukup (satisfactory) 0,40<DP≤0,70 Baik (good)
0,70<DP≤1,00 Baik sekali (excellent)
d) Uji Taraf Kesukaran
Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal
disebut indeks kesukaran (Difficulty Index). Besarnya indeks kesukaran
antara 0,00 sampai dengan 1,0. Indeks kesukaran soal ini menunjukkan
taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukkan
bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa
soal terlalu mudah (Arikunto, 2008).
Uji taraf kesukaran dihitung dengan menggunakan bantuan
program Anates versi 4. Kategori taraf kesukaran menurut Arikunto
(2008) dapat dilihat pada Tabel 3.12 berikut.
Tabel 3.12 Kategori Taraf Kesukaran Batasan Kategori
0,00<TK≤0,30 Sukar 0,30<TK≤0,70 Sedang 0,70<TK≤1,00 Mudah
Secara keseluruhan hasil analisis uji coba dirangkum dalam Tabel
Tabel 3.13 Rekapitulasi Hasil Analisis Butir Soal No Pokok Uji Daya Pembeda (%) Taraf Kesukaran (%)
Validitas Tindak Lanjut
1 54,55 62,50 Valid Digunakan
2 72,73 42,50 Valid Digunakan
3 72,73 40,00 Valid Digunakan
4 81,82 52,50 Valid Digunakan
5 72,73 62,50 Valid Digunakan
6 54,55 45,00 Valid Digunakan
7 0,00 12,50 Tidak Valid Tidak digunakan
8 72,73 62,50 Valid Digunakan
9 0,00 12,50 Tidak Valid Tidak digunakan
10 72,73 42,50 Valid Digunakan
11 45,45 77,50 Valid Digunakan
12 81,82 35,00 Valid Digunakan
13 54,55 20,00 Valid Digunakan
14 45,45 65,00 Valid Digunakan
15 -36,36 45,00 Tidak Valid Tidak digunakan
16 54,55 50,00 Valid Digunakan
17 -18,18 45,00 Tidak Valid Tidak digunakan
18 100,00 55,00 Valid Digunakan
19 90,91 60,00 Valid Digunakan
20 -27,27 72,50 Tidak Valid Tidak digunakan
21 36,36 32,50 Tidak Valid Tidak digunakan
22 27,27 37,50 Tidak Valid Tidak digunakan
23 18,18 82,50 Tidak Valid Tidak digunakan
24 27,27 7,50 Valid Digunakan
25 81,82 47,50 Valid Digunakan
26 81,82 47,50 Valid Digunakan
27 54,55 77,50 Valid Digunakan
28 54,55 52,50 Valid Digunakan
29 45,45 20,00 Valid Digunakan
30 81,82 67,50 Valid Digunakan
31 -9,09 70,00 Tidak Valid Tidak digunakan
32 72,73 32,50 Valid Digunakan
33 100,00 50,00 Valid Digunakan
34 45,45 45,00 Valid Digunakan
2. Analisis Data Penelitian a) Data Kuantitatif
Analisis data kuantitatif yang dilakukan meliputi analisis data
pretes dan postes. Pengolahan data hasil pretes dan postes bertujuan untuk
mengetahui hasil belajar berupa penguasaan konten, konteks aplikasi,
proses, dan sikap sains yang dimiliki siswa sebelum dan sesudah
pembelajaran.
Analisis data yang diuji secara statistika dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menskor tiap lembar jawaban siswa sesuai dengan kunci jawaban
2) Menghitung skor mentah dari setiap jawaban pretes dan postes
3) Mengubah nilai dalam bentuk persentase dengan cara:
Nilai Siswa (%) = jawaban soal yang benar
soal X 100%
4) Menghitung nilai rata-rata keseluruhan yang diperoleh siswa
Nilai rata-rata = Nilai total jawaban benar
Jumlah siswa
5) Menghitung N-Gain (%) antara skor pretes dan postes
Untuk mengetahui adanya peningkatan literasi sains siswa
dilakukan dengan cara menghitung N-Gain. N-Gain adalah selisih
antara nilai postes dengan pretes. Skor N-Gain menunjukkan tingkat
efektivitas perlakuan daripada perolehan skor (Hake, 1999). Skor
N-Gain dihitung dengan menggunakan rumus gain menurut David E.
N-Gain =
(pretest) awal
skor tes
-maksimum Skor
(pretest) awal
skor tes
-(postest) akhir
Skor tes
x 100%
Kategorisasi perolehan skor N-Gain dapat dilihat pada Tabel
3.14 berikut ini.
Tabel 3.14 Kategori Gain Ternormalisasi Gain ternormalisasi (g) Kategori
g<0,30 Rendah
0,30≤g≤0,70 Sedang
g>0,70 Tinggi
b) Data Kualitatif
Data kualitatif berupa angket, hasil observasi, dan hasil judgement
media. Hasil angket berupa tanggapan siswa dan guru diolah berdasarkan
tes Skala Likert. Setelah skoring kemudian data diubah dalam bentuk
persentasi dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
% = �ℎ �� � ℎ
�ℎ � × 100%
Persentase yang diperoleh kemudian ditafsirkan dalam bentuk
kalimat seperti yang terdapat pada Tabel 3.15 berikut ini.
Tabel 3.15 Tafsiran Persentase Persentase (%) Kategori
80-100 Baik sekali
66-79 Baik
56-65 Cukup
40-55 Kurang
0-39 Kurang sekali
(Arikunto, 2006)
Hasil pengolahan data angket, lembar observasi dan hasil
judgement media kemudian dianalisis dengan menggunakan statistik
H. Pengembangan Software Multimedia Interaktif Kesetimbangan Kimia
Pengembangan software multimedia interaktif dengan tema
kesetimbangan kimia dalam makhluk hidup dan industri mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Perancangan Software Multimedia Interaktif
a. Dilakukan analisis kurikulum, yakni mengkaji standar isi, standar
kompetensi, dan kompetensi dasar mata pelajaran kimia SMA/MA
kelas XI; menganalisis dimensi literasi sains; merumuskan indikator
dan tujuan pembelajaran pada aspek kognitif dan sikap melalui
telaah konteks, konten, dan kompetensi PISA; serta menentukan
kompetensi dasar yang berhubungan dengan tema yang telah
ditetapkan yaitu kesetimbangan kimia dalam makhluk hidup dan
industri.
b. Perancangan tampilan software multimedia interaktif yang
dituangkan dalam bentuk storyboard.
c. Pemproduksian software multimedia interaktif, proses pembuatan
animasi, simulasi, menyusun teks, dan sebagainya yang dilanjutkan
dengan proses pemograman. Pada tahap ini peneliti menggunakan
jasa seorang profesional dalam pembuatan software.
d. Validasi judgment dosen ahli.
2. Ujicoba Software Multimedia Interaktif
Uji coba tahap awal dilakukan pada siswa kelas IX SMA Z Jakarta
Tahun Pelajaran 2011/2012, pemilihan ini didasari pertimbangan bahwa
siswa ini sudah memiliki pengetahuan yang memadai terhadap konten
yang disajikan, memiliki kemampuan untuk memberikan pendapat
terhadap isi maupun tampilan software multimedia interaktif
kesetimbangan kimia yang dikembangkan.
3. Implementasi Pembelajaran Menggunakan Software Multimedia
Interaktif
Pada tahap implementasi pembelajaran menggunakaan software
multimedia interaktif dilakukan pada siswa kelas XI IPA-Reguler SMA
X Jakarta Tahun Pelajaran 2011/2012 dan dilakukan di ruang TIK yang
memiliki kapasitas komputer + CPU sebanyak 25 unit Pentium 4 dan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penelitian ini, maka
diperolehlah software multimedia interaktif dengan karakteristik sebagai
berikut: (a) Materi disajikan dengan menggunakan pendekatan induktif dan
berorientasi pada konteks, sehingga siswa dapat merumuskan dan
membangun konsep berdasarkan contoh-contoh nyata yang ada di sekitarnya;
(b) Menyajikan dampak negatif dari adanya ketidakseimbangan pH darah; (c)
Memvisualisasikan konsep kesetimbangan kimia yang bersifat abstrak
dengan menampilkan gambar, video, animasi, dan simulasi interaktif; (d)
Mengembangkan pembelajaran mandiri; (e) Berorientasi pada pembelajaran
yang berpusat pada siswa (student center); (f) Rumusan tujuan pembelajaran
mengacu pada standar kompetensi, kompetensi dasar, dan dimensi literasi
sains; (g) Menyajikan konsep terpadu dengan tema kesetimbangan kimia
dalam makhluk hidup dan industri.
Software multimedia interaktif kesetimbangan kimia ini digunakan
pada semua tahapan pembelajaran STL. Software multimedia interaktif ini
digunakan guru dalam menyampaikan materi pada tahap kontak dan kuriositi,
sedangkan pada tahap elaborasi, nexus, pengambilan keputusan dan evaluasi
Hasil implementasi pembelajaran kesetimbangan kimia dengan
menggunakan software multimedia interaktif ini dapat meningkatkan literasi
sains siswa. Pada aspek konten terjadi peningkatan sebesar 53% (kategori
sedang). Pada aspek konteks aplikasi terjadi peningkatan sebesar 57,8%
(kategori sedang). Pada aspek proses terjadi peningkatan sebesar 75,1%
(kategori tinggi), dan pada aspek sikap sains siswa terjadi peningkatan
sebesar 54,1% (kategori sedang). Peningkatan tertinggi terjadi pada aspek
proses dan terendah pada aspek konten.
B. Saran
Adapun saran-saran demi perbaikan model pembelajaran ini antara
lain: agar menghasilkan dampak yang sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang diinginkan maka software multimedia interaktif ini harus digunakan
dengan pengelolaan waktu yang cukup dan efisien, software multimedia yang
dhasilkan belum dapat memberikan konstribusi yang maksimal untuk
mamantapkan konsep-konsep yang bersifat hitungan sehingga diperlukan
penguatan dengan penambahan jam pelajaran, software multimedia interaktif
ini masih perlu perbaikan terutama pada simulasi percobaan serta
konsep-konsep yang bersifat mikroskopik, dan untuk melihat adanya pengaruh
penggunaan software multimedia interaktif terhadap peningkatan literasi
DAFTAR PUSTAKA
Anitah, W. S. (2007). Strategi Pembelajaran Kimia. Jakarta: Universitas Terbuka.
Arikunto, S. (2006). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S. (1992). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta.
Arifin, M. (2000). Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung: FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.
Arsyad, A. (2011). Media pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Asniar.(2012). Efektivitas Software Pembelajaran IPA Terpadu Model Connected
Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa Kelas VIII Pada Tema Rokok dan Kesehatan. Tesis S2 UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Başer, M. (2010). The Effectiveness of Computer Supported Versus Real Laboratory Inquiry Learning Environments on the Understanding of Direct Current Electricity among Pre-Service Elementary School Teachers. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 2010, 6(1), 47-61.
Brady, J. (1993). Kimia Universitas Asas & Sruktur Jilid 2. Tangerang: Binarupa Aksara.
BSNP. (2006). Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model
Silabus SMA/MA. Jakarta: Dirjen Pendidikan Nasional.
Campbell et al. (1999). Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Chang, R. (2005). Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Daryanto. (2011). Media Pembelajaran. Bandung: Sarana Tutorial Nurani Sejahtera.
Dahar, W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Defrianto. (2001). Perbaikan Proses Pembelajaran Mata Kuliah Mekanika Klasik
dengan Menggunakan Metode Mengajar Interaktif dan Visualisasi Komputer. Prosiding Seminar dan Lokakarya Pembelajaran di Perguruan Tinggi. Bandar Lampung: UNILA.
Echols, J.M dan Hassan Shadily. (2003). Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia.
Firman, H. (2007). Laporan Analisis Literasi Sains Berdasarkan Hasil PISA
Nasional Tahun 2006. Jakarta: Pusat Penilaian Balitbang Depdiknas.
Fitriana. (2010). Penggunaan Multimedia Interaktif (MMI) Dalam Proses
Pembelajaran Materi Kinetika Gas untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berpikir Kretaif Siswa. Tesis S2 UPI Bandung:
Tidak diterbitkan.
Fraenkel, J dan Wallen, N.E. (2006). How to Design and Evaluate Research in
Education Seventh Edition. San Francisco: The McGraw-Hill Companies.
Gunawan, A. Kondisi Tubuh Terlalu Asam Biang Kerok Beragam Penyakit.
Naturally Plus Jakarta Indonesia [25 Mei 2012].
Geissinger, H. (1997). Educational Software: Criteria For Evaluation. [Online]. Tersedia:http://www.ascilite.org.au/conferences/perth97/papers/Geissinger /Geissinger.html. [3 Juni 2012].
Hake, R.( 1997). Interactive-Engagement Versus Traditional Methods: A
six-thousand-Student Survey of Mechanics Test Data for Introductory Physics Courses: Journal American Association of Physics Teacher. 66 (1), 64-74.
Hadi, S. (2009). Ringkasan Laporan Penelitian Model Trend Prestasi Siswa
Berdasarkan Data PISA Tahun 2000, 2003 dan 2006. Jakarta: Pusat
Penilaian Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional.
Hamalik, O. (2001). Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan
CBSA. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Hamalik, O. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hayat, B dan Yusuf, S. (2010). Mutu Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Heinich, R. et al. (1996). Instructional Media and Technology for Learning. New Jersey: Pretince Hall. Inc.
Holbrook, J. (1998). “A Resource Book for Teachers of Science Subjects”.
Justiana, S. dan Muchtaridi. (2009). Chemistry for Senior High School. Jakarta: Yudistira.
Jong, OD. (2006). Context- Based Chemical Education: How to Improve it?. Sweden: Karlstad University.
Kustandi, dkk. (2011). Media Pembelajaran Manual dan Digital. Bogor: Ghalia Indonesia.
Karno To. (1996). Mengenal Analisis Tes (Pengantar ke Program Anates): Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP IKIP Bandung.
Mudzakir, A. (2005). Chemie im Kontext (Konsepsi Inovatif Pembelajaran Kimia di Jerman). Seminar Nasional Pendidikan Kimia.
Mahyuddin. (2007). Pembelajaran Asam Basa Dengan Pendekatan Konstektual
Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMA. Tesis S2 UPI Bandung:
Tidak diterbitkan.
Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta.
Meltzer, D.E. (2002). “The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Grains in Physics: A Possible “Hidden Variable” in Diagnostice Pretest Scores”. American Journal Physics. 70, (12), 1259 -1286.
Mayer. (2001). Handbook of Multimedia Learning Chemistry Education:
Research and Practice in Europe.1. Tersedia: http://www.uio.gr.
Nentwig, et al. (2002). “Chemie im Context-From Situated Learning in Relevant Contexts to a Systematic International of Basic Chemical Concept”.
Makalah Simposium Internasional IPN-UYSEG-oktober 2002, Kiel Jerman.
OECD-PISA. (2006). Science Competencies for Tomorrow’s World. Volume 1: analysis. USA. OECD-PISA.
OECD (1999). MEASURING STUDENT KNOWLEDGE AND SKILLS A New
Framework for Assessment. Paris: OECD Publications.
OECD (2009). PISA 2009 Assessment Framework Key competencies in reading,
mathematics and science. [online]. Tersedia: http://
www.oecd.org/dataoecd/11/40/44455820.pdf [ 10 September 2010].
OECD (2010). PISA 2009 Results: What Students Know and Can Do – Student Performance in Reading, Mathematics and Science (Volume I) [online].
OECD. (2003). PISA 2009 Assesment Framework :Key Competencies in Reading,
Mathematic and Science.
PISA. (2000). The PISA 2000 Assesment of Reading, Mathematical and Scientific
Literacy. [Online]. Tersedia:
http://www.pisa.oecd.org/dataoecd/44/63/33692793.pdf. [26 Februari 2012].
Purba, M. (2007). Kimia untuk SMA Kelas IX. Jakarta: Erlangga.
Petrucci, R. (1985). Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat
Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Philips, et al. (2002). Chemistry Concept and Aplication. USA: Gleonce
Poedjiadi, A. (1994). Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI Press
Polla Gerardus. (2000). Buletin Pelangi Indonesia. Jakarta: UNJ.
Priatna, D. R. (2009). Pembelajaran IPA Terpadu pada Topik Perubahan Materi
untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP. Tesis S2 UPI Bandung:
Tidak diterbitkan.
Rusman, dkk. (2011). Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi Mengembangkan Profesionalitas Guru. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Rusman. (2011). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Retmana, L. R. (2010). Pembelajaran Berbasis Multimedia Interaktif untuk
Meningkatkan Kemampuan Literasi Sains Siswa SMP. Tesis S2 UPI
Bandung: Tidak diterbitkan.
Ruseffendi. (2001). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.
Setiadi, R. dan Agus, A. (2001). Dasar-dasar Pemprograman Software
Pembelajaran. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.
Setiawan, A. (2007). Dasar-dasar Multimedia Interaktif (MMI). Tesis S2 UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Shwartz, Y. (2005). The Importance of Involving High-School Chemistry Teacher
in the Process of Defining the Operational Meaning of Chemical Literacy.
Shwartz et al. (2006). The use of Scientific Literacy Taxonomy for Assessing thr
Development of Chemical Literacy Among High-school Student. Journal of
chemistry education research and practice: 7(4), 203-225.
Sofyan, A. (2006). Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta: UIN Jakarta Press.
Susetyo, B. (2010). Statistika untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: Refika Aditama.
Sudjana, N. (2006). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sukmadinata, N.S. (2010). Metode Penelitian dan Pendidikan. Bandung: PT.Remaja Rosda Karya.
Suwarna, I.P. (2005). Model Pembelajaran Hypermedia Listrik Dinamis Untuk
Meningkatkan Penguasaan Konsep, Keterampilan Berfikir Kreatif, dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMP. Tesis pada PPS UPI Prodi IPA-P.
Fisika SL. Bandung: Tidak diterbitkan.
Sanjaya, W. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Prenada Group.
Suanda, D. (2010). Pembelajaran IPA Terpadu dengan Multimedia pada Tema
Pencemaran Lingkungan untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP.
Tesis S2 UPI Bandung.
Thiagarajan, S. Semmel, D.S & Semmel, M. L. (1974). Intructional Development
for Training Teacher of Exceptional Children. Minnesota: Indiana
University.
Thompson, S. A. (1994). Up Grading Your PC to Multimedia . Indianapolis: QUE Corporation.
Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. (2006). Jakarta: Depdiknas.
Wiratama, B.S. (2010). Pemanfaatan Laboratorium Virtual Interaktif Pada
Pembelajaran Kesetimbangan Kimia Untuk Meningkatkan Kemampuan Generik Sains dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA. Tesis SPs UPI
Bandung: Tidak Diterbitkan.