• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROPOSAL SKRIPSI IMPLEMENTASI KARAKTER TANGGUNG JAWAB SISWA SD 1 BARONGAN PADA KEGIATAN PTMT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROPOSAL SKRIPSI IMPLEMENTASI KARAKTER TANGGUNG JAWAB SISWA SD 1 BARONGAN PADA KEGIATAN PTMT"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL SKRIPSI

IMPLEMENTASI KARAKTER TANGGUNG JAWAB SISWA SD 1 BARONGAN PADA KEGIATAN PTMT

Oleh

FITRI AMELIA ROSIDA NIM 201833014

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MURIA KUDUS

2021

(2)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sudah lebih dari satu tahun pandemi Corona Virus Disease (COVID-19) melanda negara kita. Sejak awal pandemi terjadi, berbagai upaya dilakukan untuk menanggulangi penyebaran virus ini. Pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan untuk menanggulanginya, termasuk pada sektor pendidikan. Kebijakan yang diambil pemerintah di awal pandemi COVID-19 tertuang dalam Surat Edaran Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020 dan Surat Edaran Sekretaris Jenderal Kemendikbud Nomor 15 Tahun 2020. Kedua surat edaran tersebut berisi tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dan panduan penyelenggaraan belajar dari rumah/pembelajaran jarak jauh dalam masa darurat penyebaran COVID-19 (Kemdikbud, 2020).

Kebijakan pembelajaran jarak jauh diambil dan diharapkan menjadi jalan keluar dalam menghadapi hambatan pembelajaran melalui tatap muka dan solusi masalah penyebaran virus corona dalam lingkungan pendidikan, karena melalui proses belajar mengajar online maka dapat diaplikasikan kebijakan “social distancing” sehingga dapat mendukung pencegahan menyebarnya virus corona (Handarini, 2020). Pembelajaran jarak jauh membuat peserta didik tidak dapat berinteraksi langsung secara fisik melainkan interaksi dilakukan secara virtual dengan memanfaatkan teknologi sehingga tetap dapat berlangsung interaksi dan transfer ilmu dari pendidik ke peserta didik.

Pembelajaran jarak jauh melalui berbagai media yang tersedia memberikan efek yang beragam. Berdasarkan Dokumen Penyesuaian Kebijakan Pembelajaran di Masa Pandemi COVID-19 yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, disampaikan bahwa ada beberapa kendala yang dihadapi oleh guru, orang tua, maupun siswa. Guru mengalami kendala dalam pengelolaan aktivitas pembelajaran jarak jauh. Sementara orang tua terkendala dalam membagi waktu untuk mendampingi anak belajar di rumah dan bagaimana memberikan motivasi kepada anaknya. Siswa pun juga mengalami kendala seperti kesulitan

(3)

2

berkonsentrasi saat pembelajaran jarak jauh serta meningkatnya rasa stress dan jenuh akibat isolasi yang cukup lama yang berpotensi menimbulkan kecemasan dan depresi (Kemendikbud, 2020).

Menanggapi permasalahan ini, pemerintah melakukan revisi kebijakan.

Kebijakan Surat Keputusan Bersama 4 Menteri yang dikeluarkan di bulan Agustus 2020 mengalami revisi pada bulan November 2020 yang kemudian digunakan sebagai panduan pelaksanaan pembelajaran mulai semester genap tahun 2020/2021 atau paling lambat pada tahun ajaran 2021/2022. Kebijakan ini berisi apabila sebelumnya izin sekolah tatap muka masih melihat zona (hanya zona hijau dan kuning yang diperbolehkan tatap muka), maka dalam Surat Keputusan Bersama ini Pemerintah Daerah diberi kewenangan untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka terbatas dengan prosedur ketat yang sesuai standar protokol kesehatan.

Pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas atau yang disingkat dengan PTMT merupakan satu-satunya solusi untuk menghindari gejala learning loss (berkurangnya jam belajar dan semangat belajar) serta ancaman putus sekolah bagi peserta didik.

Pendidikan merupakan aspek terpenting bagi kehidupan manusia. Maka dalam kondisi apapun, pendidikan harus tetap berjalan guna menyiapkan generasi penerus bangsa yang berkualitas. Pendidikan menjadi suatu hal yang penting dikarenakan aktivitas pendidikan berupaya untuk membentuk potensi manusia yang berkualitas (Syafril & Zen, 2017). Kualitas manusia ditentukan oleh karakter yang ditampilkan. Oleh karena itu, aktivitas pendidikan berupaya untuk membangun sumber daya manusia yang cerdas dan juga berkarakter mulia (Sagala, 2013).

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa tujuan pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan potensi manusia secara intelektual, melainkan juga berfokus pada proses pembentukan karakter.

Perwujudan dunia pendidikan dalam menanamkan pendidikan karakter bagi siswanya didukung oleh Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 ini mempunyai delapan belas nilai karakter, yang dituangkan dalam Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan Karakter pada satuan pendidikan formal. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) meliputi nilai-nilai religius, jujur, toleransi, disiplin,

(4)

3

bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai, prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli ingkungan, peduli sosial, dan bertanggung jawab (Kemendikbud, 2018).

Dari delapan belas karakter tersebut, salah satu karakter yang penting untuk dimiliki oleh siswa adalah karakter tanggung jawab, karena karakter tanggung jawab mewakili dasar nilai secara universal (Wibowo & Magfirotun, 2016).

Sejak awal kebijakan pembelajaran jarak jauh diberlakukan, pada kenyataannya guru sering memberikan tugas kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dicapai oleh siswa. Tetapi ada kalanya siswa merasa malas untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru karena siswa merasa minimnya pemantauan guru dalam proses pembelajaran jarak jauh. Orang tua pun selaku pengawas siswa terkadang kewalahan dalam menghadapi sikap anaknya yang enggan mengerjakan tugas yang seharusnya ia kerjakan pada hari itu. Hal ini mencerminkan bahwa pembelajaran jarak jauh tentunya memiliki pengaruh terhadap karakter tanggung jawab siswa dalam proses pembelajaran.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sebuah pembelajaran didalamnya terdapat proses yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai sebuah tujuan. Tujuan dari sebuah pembelajaran itu adalah adanya perubahan, baik itu dari segi kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), maupun psikomotorik (keterampilan). Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran jarak jauh masih kurang efektif terutama dalam pembentukan karakter siswa karena terbatasnya ruang dan waktu serta minimnya interaksi, yang pada akhirnya anak hanya mendapatkan teorinya saja tanpa bisa mempraktikkannya.

Pemerintah dalam hal ini harus mengambil langkah tegas dengan mengembalikan metode pembelajaran seperti sedia kala meskipun dengan keterbatasan yang ada. Perubahan metode pembelajaran dari yang semula tatap muka berubah menjadi pembelajaran dari rumah/pembelajaran jarak jauh dan kemudian beralih ke pembelajaran tatap muka terbatas, pada akhirnya membuat

(5)

4

anak kembali perlu menyesuaikan diri dengan segala ketentuan dalam proses pembelajaran. Hal ini tentunya berdampak pada karakter tanggung jawab siswa.

Tanggung jawab merupakan sebuah karakter baik yang harus dimiliki oleh individu. Tanggung jawab adalah nilai moral penting dalam kehidupan masyarakat serta pertanggungan perbuatan orang tua dan diri sendiri (Fitri, 2012). Salah satu karakteristik siswa bertanggung jawab adalah memiliki kesiapan belajar sebelum pembelajaran.

Berdasarkan Instruksi Gubernur Jawa Tengah No. 10 Tahun 2021 tentang Implementasi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4, Level 3, dan Level 2 Corona Virus Disease, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mulai mengizinkan sekolah melakukan pembelajaran tatap muka terbatas pada 30 Agustus 2021, dengan beberapa ketentuan yang harus dipenuhi salah satunya yaitu kabupaten atau kota tersebut sudah memasuki PPKM level 2 dan 3. Kabupaten Kudus merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang sudah memenuhi ketentuan untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka terbatas.

Beberapa sekolah baik sekolah dasar, menengah maupun atas di Kabupaten Kudus sudah mulai melaksanakan kegiatan tersebut, salah satunya yaitu di SD 1 Barongan, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti, didapatkan data bahwa SD 1 Barongan sebagai salah satu sekolah dasar unggulan di Kabupaten Kudus yang memiliki misi “Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif agar setiap peserta didik dapat berkembang secara optimal, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan potensi yang dimiliki”, tak khayal membuat siswa SD 1 Barongan harus memiliki karakter tanggung jawab lebih daripada siswa yang ada di SD lain. Karakter tanggung jawab yang terlihat yaitu adanya kestabilan dalam mengumpulkan tugas, dimana baik saat pembelajaran jarak jauh maupun pembelajaran tatap muka terbatas, kebanyakan siswa tetap mengumpulkan tugas tepat pada waktunya. Bahkan saat tidak bisa mengumpulkan tugas tepat waktu, siswa maupun orang tua memberi kabar kepada guru kelas sehingga terlihat adanya koordinasi yang baik antara siswa, orang tua

(6)

5

dan guru dalam mendukung proses pembelajaran dan penanaman karakter tanggung jawab siswa.

Sari & Bermuli (2021) melakukan penelitian tentang Pembentukan Karakter Tanggung Jawab Siswa pada Pembelajaran Daring Melalui Implementasi Pendidikan Karakter yang dipublikasikan dalam Jurnal Kependidikan: Jurnal Hasil Penelitian dan Kajian Kepustakaan di Bidang Pendidikan, Pengajaran dan Pembelajaran, Volume 7, Nomor 1. Hasil dari penelitian tersebut adalah implementasi pendidikan karakter merupakan solusi yang tepat untuk dapat membentuk tanggung jawab siswa. Implementasi pendidikan karakter dilakukan secara holistik dan terintegrasi melalui pemberian motivasi, peraturan kelas, penyampaian materi pembelajaran, diskusi kelompok, dan kegiatan refleksi.

Pembentukan karakter tanggung jawab siswa juga dilakukan secara optimal mencakup seluruh aspek siswa yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Berdasarkan uraian latar belakang dan beberapa keunikan di atas, maka peneliti akan melakukan penelitian lebih mendalam di SD 1 Barongan dengan judul “Implementasi Karakter Tanggung Jawab Siswa SD 1 Barongan pada Kegiatan PTMT”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.2.1. Bagaimana pelaksanaan kegiatan PTMT di SD 1 Barongan?

1.2.2. Bagaimana karakter tanggung jawab siswa SD 1 Barongan pada kegiatan PTMT?

1.2.3. Bagaimana upaya sekolah dalam menanamkan karakter tanggung jawab siswa SD 1 Barongan pada kegiatan PTMT?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.3.1. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan kegiatan PTMT di SD 1 Barongan.

1.3.2. Untuk mendeskripsikan karakter tanggung jawab siswa SD 1 Barongan pada kegiatan PTMT.

(7)

6

1.3.3. Untuk mendeskripsikan upaya sekolah dalam menanamkan karakter tanggung jawab siswa SD 1 Barongan pada kegiatan PTMT.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pendidik umumnya. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.4.1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk wawasan pengetahuan dalam penguatan pendidikan karakter bagi siswa SD khususnya karakter tanggung jawab pada kegiatan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT).

1.4.2. Manfaat Praktis a. Bagi Sekolah

Penelitian ini bermanfaat bagi sekolah, karena dapat mengembangkan program-program sekolah dalam merencanakan penanaman pendidikan karakter khususnya karakter tanggung jawab.

b. Bagi Guru

Penelitian ini bermanfaat menjadi bahan referensi guru untuk mengetahui karakter tanggung jawab siswa pada kegiatan PTMT dan sebagai acuan guru untuk mengembangkan karakter tanggung jawab siswa.

c. Bagi Siswa

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, siswa dapat mengetahui karakter tanggung jawab siswa pada kegiatan PTMT.

d. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat dijadikan referensi peneliti lain dalam mengembangkan karakter tanggung jawab siswa SD pada kegiatan PTMT.

(8)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

Pada kajian teori ini, peneliti akan menguraikan mengenai: (1) Karakter Tanggung Jawab, (2) Siswa SD, dan (3) Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT).

2.1.1. Pendidikan Karakter

2.1.1.1. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan memiliki peran penting dalam kelangsungan hidup manusia, karena pada dasarnya pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik dalam hal kepribadian, moral, maupun karakter yang baik. Pendidikan karakter bukanlah sebuah proses menghafal materi soal ujian dan teknik-teknik menjawabnya. Pendidikan karakter memerlukan pembiasaan.

Pembiasaan untuk berbuat baik, pembiasaan untuk berlaku jujur, ksatria, malu berbuat curang, malu bersikap malas, dan malu membiarkan lingkungannya kotor.

Karakter tidak terbentuk secara instan, tapi harus dilatih secara serius dan proporsional agar mencapai bentuk dan kekuatan yang ideal (Shobahiya & Suseno, 2013).

Pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah. Pendidikan karakter menanamkan kebiasaan tentang apa yang baik, sehingga peserta didik menjadi paham, mampu merasakan dan mau melakukan yang baik (Fahmi dkk, 2021). Pendidikan karakter juga mengharapkan adanya pertumbuhan moral setiap individu dalam rangka mewujudkan manusia yang berakhlak mulia. Sejalan dengan pernyataan tersebut, Aeni (2014) menjelaskan bahwa pendidikan karakter dapat disebut juga sebagai pendidikan moral, pendidikan nilai, pendidikan dunia afektif, pendidikan akhlak, atau pendidikan budi pekerti.

Pendidikan karakter merupakan usaha yang dilakukan oleh para anggota sekolah, bahkan yang dilakukan bersama-sama dengan orang tua dan anggota masyarakat untuk membantu anak-anak agar memiliki sifat peduli, berpendirian,

(9)

8

dan bertanggung jawab (Purwanti. 2017). Pendidikan karakter tidak hanya menumbuhkan sifat peduli, berpendirian, dan bertanggung jawab, namun juga sebuah usaha menjadikan manusia mempunyai segala nilai kebaikan dalam dirinya.

Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Rusmana (2019) yang menyatakan bahwa pendidikan karakter diartikan sebagai usaha dalam membangun dan terus meningkatkan karakter seseorang sesuai dengan nilai-nilai agar menjadi manusia yang mengetahui, mencintai dan melaksanakan kebaikan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, dan terhadap lingkungan serta mempraktikkannya dalam kehidupannya sehari-hari.

Berdasarkan beberapa pendapat mengenai pengertian pendidikan karakter menurut para ahli, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter mengindikasikan bahwa karakter identik dengan akhlak dan kepribadian. Pendidikan karakter dapat membantu terjadinya pembentukan karakter manusia yang dapat dilakukan melalui penanaman karakter yang tercermin dari perilaku yang konsisten. Pendidikan karakter merupakan bentuk usaha untuk menumbuhkan kepribadian khusus yang dilihat dari perilaku positif yang melekat pada diri manusia dan bertujuan untuk membentuk akhlak yang mulia, bertanggung jawab, kreatif, mandiri, berilmu, dan berguna bagi diri sendiri, bangsa, dan negara.

2.1.1.2. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter harus memperkenalkan nilai-nilai inti sebagai landasan bagi pembentukan karakter yang baik, sekolah harus dapat menjadi komunikasi yang peduli, seluruh staf sekolah harus menjadi komunikasi belajar dan komunitas moral yang saling berbagi tanggung jawab bagi keberlangsungan pendidikan karakter. Prinsip-prinsip pendidikan karakter di sekolah akan terlaksana dengan lancar, jika guru dalam pelaksanaannya memperhatikan beberapa prinsip pendidikan karakter. Kemendiknas (2010) memberikan rekomendasi 11 prinsip untuk mewujudkan pendidikan karakter yang efektif sebagai berikut:

1) Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter;

2) Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan, dan perilaku;

(10)

9

3) Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk membangun karakter;

4) Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian;

5) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan perilaku yang baik;

6) Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses;

7) Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada pada peserta didik;

8) Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggungjawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama;

9) Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter;

10) Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter;

11) Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan peserta didik.

Berdasarkan pada prinsip-prinsip yang direkomendasikan oleh Kemendiknas tersebut, Budimansyah (2010) berpendapat bahwa program pendidikan karakter di sekolah perlu dikembangkan dengan berlandaskan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Pendidikan karakter di sekolah harus dilaksanakan secara berkelanjutan (kontinuitas). Hal ini mengandung arti bahwa proses pengembangan nilainilai karakter merupakan proses yang panjang , mulai sejak awal pserta didik masuk sekolah hingga mereka lulus sekolah pada suatu pendidikan.

2) Pendidikan karakter hendaknya dikembangkan melalui semua mata pelajaran (terintegrasi), melalui pengembangan diri dan budaya suatu satuan pendidikan. Pembinaan karakter bangsa dilakukan dengan mengintegrasikan dalam seluruh mata pelajaran, sehingga semua mata pelajaran diarahkan pada pengembangan nilai-nilai karakter tersebut.

(11)

10

Pengembangan nilai karakter juga dapat dilakukan dengan melalui pengembangan diri, baik melalui konseling 13 maupun kegiatan ekstrakurikuler, seperti kegiatan kepramukaan dan lain sebagainya.

3) Sejatinya nilai-nilai karakter tidak diajarkan (dalam bentuk pengetahuan), jika hal tersebut diintegrasikan dalam mata pelajaran. Kecuali bila dalam bentuk mata pelajaran agama (yang didalamnya menganudng ajaran) maka tetap diajarkan dengan proses, pengetahuan (knowing), melakukan (doing), dan akhirnya membiasakan (habit).

4) Proses pendidikan dilakukan peserta didik dengan secara aktif dan menyenangkan. Proses ini menujukkan bahwa proses pendidikan karakter dilakukan oleh peserta didik bukan oleh guru. Sedangkan guru menerapkan prinsip “tut wuri handayani” dalam setiap perilaku yang ditunjukkan oleh agama.

Sedangkan menurut Wiyani (2013) prinsip-prinsip pendidikan karakter merangkum dalam tujuan karakter dasar yaitu jujur, tanggung jawab, disiplin, visioner, adil, peduli, dan kerja keras. Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa prinsip pendidikan karakter sebagai landasan dari pembentuk karakter yang baik saling bertanggung jawab bagi berlangsungnya pendidikan karakter sesuai dengan tujuan karakter dasar yang berlangsung secara berkelanjutan, melalui semua mata pelajaran, nilai-nilai tidak diajarkan tetapi dikembangkan, dan proses pendidikan dilakukan peserta didik dengan aktif dan menyenangkan.

2.1.2. Karakter Tanggung Jawab 2.1.2.1. Pengertian Karakter

Aktivitas pendidikan berupaya untuk membangun sumber daya manusia yang cerdas dan juga berkarakter mulia (Sagala, 2013). Berkarakter mulia berarti memiliki karakter positif atau berkepribadian baik. Memiliki karakter positif sangat diperlukan untuk menjadikan adanya hubungan-hubungan antar pribadi yang baik dan memiliki karakter tanggung jawab yang baik pula. Samrin (2016) mendefinisikan karakter identik dengan akhlak, etika, dan moral, sehingga karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang universal meliputi seluruh aktivitas

(12)

11

manusia, baik dalam rangka berhubungan dengan Tuhan, dengan dirinya, dengan sesama manusia, maupun dengan lingkungannya, yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

Setiap manusia memiliki karakter yang berbeda-beda. Karakter memiliki sifat yang tetap, sehingga dapat menjadi ciri khas atau tanda khusus pada setiap individu yang dapat membedakan individu satu dengan individu lainnya. Sejalan dengan pernyataan tersebut Maunah (2015) mengemukakan bahwa karakter adalah bentuk watak, tabiat, akhlak yang melekat pada pribadi seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi yang digunakan sebagai landasan untuk berpikir dan berperilaku sehingga menimbulkan suatu ciri khas pada individu tersebut. Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.

Keindahan dan kesempurnaan jasmani manusia menjadi lebih indah dan lebih elok dengan adanya sebuah karakter dalam diri. Contohnya berjalan adalah kemampuan jasmani manusia. Berjalannya manusia yang berkarakter akan indah dan membuat orang lain menjadi enak untuk melihatnya, karena gaya berjalannya tidak menunjukkan keangkuhan. Sebaliknya, orang yang berjalan dengan penuh keangkuhan dan menengadahkan wajahnya disertai dengan membusungkan dada, akan membuat orang lain merasa tidak sedap untuk melihatnya (Aeni, 2014).

Berdasarkan beberapa pendapat mengenai pengertian karakter menurut para ahli, dapat disimpulkan bahwa karakter adalah unsur pokok dalam diri manusia sebagai hasil internalisasi diri yang melekat dan merupakan ciri khas/keunikan/identitas individu tersebut.

2.1.2.2. Pengertian Tanggung Jawab

Tanggung jawab merupakan karakter esensial dalam kehidupan manusia.

Rochmah (2016) mendefinisikan tanggung jawab sebagai sebuah substansi yang bersifat kodrati. Artinya karakter yang secara alami menjadi bagian dalam diri manusia. Tanggung jawab juga merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya. Apabila dalam penggunaan hak dan

(13)

12

kewajiban bisa tertib, maka akan timbul rasa tanggung jawab. Tanggung jawab yang baik adalah apabila antara perolehan hak dan penuaian kewajiban bisa saling seimbang. Hal ini sejalan dengan pendapat Prihastutia & Santa (2020) yang menyatakan bahwa karakter tanggung jawab merupakan perilaku yang harus dimiliki seorang individu untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya.

Tanggung jawab juga dapat diartikan berkewajiban menanggung segala sesuatu yang telah diperbuat dengan segala resiko yang harus diterima. Samani dan Hariyanto (2020) menjelaskan bahwa tanggung jawab merupakan sebuah sikap dalam diri seseorang yang menunjukkan sikap mengetahui dan melaksanakan apa yang dilakukan sebagaimana yang diharapkan oleh orang lain. Tanggung jawab juga merupakan nilai moral penting dalam kehidupan masyarakat serta pertanggungan perbuatan orang tua dan diri sendiri (Nugraha & Nurani, 2021).

Sebagai pelajar yang baik, siswa harus memiliki karakter tanggung jawab, dalam hal ini tanggung jawab yang dimaksud adalah sebagai tugas yang mampu menyelaraskan dalam mencapai kompetensi siswa yang dimilikinya. Siswa yang tidak bertanggung jawab dalam belajar akan mendapatkan hasil yang kurang maksimal, sehingga siswa tidak dapat mengetahui seberapa besar hasil kemampuan dirinya. Guna mencapai cita-cita yang diinginkan sebagai seorang pelajar harus memiliki tanggung jawab yang penuh dalam segi belajarnya. Siswa yang memiliki rasa tanggung jawab belajar yang tinggi akan mencapai keinginan yang diinginkan (Syafitri, 2012).

Syafi'ah dan Sari (2020) juga berpendapat bahwa sikap tanggung jawab siswa yaitu perilaku siswa secara terencana untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya. Berdasarkan beberapa pengertian mengenai tanggung jawab menurut para ahli, dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab adalah suatu keadaan dimana ada kesanggupan untuk menetapkan sikap terhadap suatu perbuatan dan ada kesanggupan untuk memikul resiko dari suatu perbuatan. Dengan kata lain, seseorang yang bertanggung jawab itu akan teguh dalam mengambil keputusan serta siap menanggung resiko atau konsekuensi yang ada dari sikapnya tersebut.

(14)

13 2.1.2.3. Indikator Tanggung Jawab

Tanggung jawab merupakan nilai moral penting dalam kehidupan bermasyarakat. Tanggung jawab ialah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya. Tanggung jawab sudah menjadi kodrat manusia, yang artinya sudah menjadi bagian hidup manusia. Karakter tanggung jawab dapat dilihat dari beberapa indikator. Safitri (2017) menjelaskan indikator tanggung jawab ada 4 yaitu: 1) mengerjakan tugas dan pekerjaan rumah dengan baik, 2) bertanggung jawab terhadap setiap perbuatan, 3) menyelesaikan tugas sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, 4) mengerjakan tugas kelompok secara bersama-sama.

Seorang siswa merupakan manusia yang harus bertanggung jawab saat proses belajar dan dalam lingkungan belajarnya. Tanggung jawab dalam belajar adalah kewajiban untuk menyelesaikan tugas yang telah diterima secara tuntas melalui usaha yang maksimal serta berani menanggung segala akibatnya. Sari &

Bermuli (2021) menyebutkan indikator tanggung jawab siswa yakni: 1) memiliki kesiapan belajar sebelum pembelajaran; 2) disiplin; 3) berpartisipasi aktif mengikuti pembelajaran; 4) mengerjakan dan menyelesaikan tugas tepat waktu; 5) berinisiatif untuk terlibat aktif dalam menyelesaikan tugas kelompok.

Individu yang bertanggung jawab adalah individu yang dapat memenuhi tugas dan kebutuhan dirinya sendiri, serta dapat memenuhi tugas tanggung jawab terhadap lingkungan sekitarnya dengan baik. Sekolah merupakan lingkungan yang mewadahi proses belajar siswa, sehingga saat di sekolah pun siswa harus memiliki karakter tanggung jawab. Indikator tanggung jawab siswa di sekolah menurut Nur’aini & Lazim (2020) terbagi menjadi lima yaitu mengerjakan piket, mengerjakan tugas kelompok, mengerjakan tugas individu, menjaga kebersihan lingkungan sekolah, dan meminta maaf kepada teman jika bersalah.

Menjadi pribadi yang bertanggung jawab tidak melalui proses yang instan.

Pribadi harus dilatih secara terus-menerus, sehingga menjadi pribadi yang bertanggung jawab baik untuk diri sendiri, masyarakat maupun bangsa dan negara.

Kurinasih dan Sani (2014) menjelaskan ada tujuh indikator tanggung jawab yakni:

1) Melaksanakan tugas individu dengan baik; 2) Menerima resiko dan tindakan yang dilakukan; 3) Tidak menyalahkan/menuduh orang lain tanpa bukti yang

(15)

14

akurat; 4) Mengembalikan barang yang dipinjam; 5) Mengakui dan meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan; 6) Menepati janji; 7) Tidak menyalahkan orang lain untuk kesalahan tindakan sendiri.

Berdasarkan berbagai indikator tanggung jawab yang telah dikemukakan, peneliti menggunakan kelima indikator dari Sari & Bermuli (2021) yang meliputi:

1) memiliki kesiapan belajar sebelum pembelajaran; 2) disiplin; 3) berpartisipasi aktif mengikuti pembelajaran; 4) mengerjakan dan menyelesaikan tugas tepat waktu; 5) berinisiatif untuk terlibat aktif dalam menyelesaikan tugas kelompok.

Indikator ini dipilih karena menyangkut dengan keseimbangan antara hak dan kewajiban sehingga dapat tercipta karakter tanggung jawab siswa terutama dalam kondisi Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT).

2.1.3. Karakteristik Siswa Kelas 5 SD

Masa sekolah dasar merupakan tahapan yang sangat mendasar dan penting bagi perkembangan siswa. Siswa sekolah dasar pada umumnya berusia 6-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat yang mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan orang tua. Siswa usia sekolah dasar merupakan masa dimana terjadi perubahan yang berbeda-beda pada pertumbuhan dan perkembangan siswa yang akan mempengaruhi pembentukan karakteristik dan kepribadian siswa. Selain itu, usia sekolah dasar merupakan masa dimana siswa memperoleh dasar-dasar pengetahuan dalam menentukan keberhasilan untuk menyesuaikan diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan tertentu dan tentunya berbeda- beda dari satu dengan lainnya (Diyantini, 2015). Pengetahuan siswa akan bertambah pesat seiring dengan bertambahnya usia, keterampilan yang dikuasaipun semakin beragam. Minat siswa pada periode ini terutama terfokus pada segala sesuatu yang bersifat dinamis bergerak. Implikasinya adalah siswa cenderung untuk melakukan beragam aktivitas yang akan berguna pada proses perkembangannya kelak (Jatmika, 2005).

Siswa sekolah dasar kelas lima adalah tahap peralihan dari masa kanak kanak ke masa remaja awal yang memiliki kondisi dimana pertumbuhan dan perkembangan siswa akan mengalami banyak perubahan. Dalam masa peralihan inilah banyak perubahan yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan kognisi,

(16)

15

psikologis, emosi, perasaan, perilaku seksual yang akan memberi dampak besar terhadap pengaruh kualitas karakter siswa. Sebagian siswa kesulitan menangani begitu banyak perubahan yang terjadi dalam satu waktu dan mungkin membutuhkan perhatian beberapa pihak diantaranya guru, kepala sekolah, dan wali murid/orangtua (Bausad & Musrifin, 2017). Karakteristik utama siswa sekolah dasar kelas lima adalah mereka menampilkan perbedaan-perbedaan individual dalam banyak segi dan bidang, diantaranya perbedaan dalam intelegensi, kemampuan dalam kognitif dan bahasa, perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik anak.

Karakteristik siswa sekolah dasar kelas lima yang memiliki rentang usia pada 9-11 tahun ini terbagi menjadi empat bagian yaitu fisik/jasmani siswa, intelektual siswa, emosional, dan sosial. Fisik/jasmani pada siswa ini meliputi: (1) Anak wanita biasanya lebih tinggi dan lebih berat dibandingkan anak laki-laki dengan usia yang sama; (2) Anggota-anggota badan pada siswa sendiri memanjang sampai akhir masa ini; (3) Peningkatan koordinasi besar dan otot-otot halus pada siswa; (4) Pertumbuhan tulang, tulang sangat sensitive terhadap kecelakaan; (5) Pertumbuhan gigi siswa tetap; (6) Gigi susu tanggal serta nafsu makan besar, suka bergerak atau aktif, pertumbuhan lambat dan teratur, fungsi penglihatan normal, timbul haid pada akhir masa ini (Masganti, 2012).

Pada bagian intelektual, perhatian terhadap sesuatu di sekitar lingkungan siswa sangat singkat. Siswa lebih suka berbicara dan mengeluarkan pendapat dalam belajar dan keterampilan walaupun bahasanya belum tertata rapi. Pada usia ini selalu ingin mencoba hal-hal baru. Selalu ingin tahu sesuatu hal yang baru.

Perkembangan emosional siswa ini suka berteman, ingin sukses dan jujur, bertanggungjawab terhadap tingkah laku dan diri sendiri, dan mudah cemas jika ada kemalangan di dalam keluarga. Pada segi sosialnya siswa lebih senang berada di dalam kelompok, berminat di dalam permainan yang bersaing, mulai menunjukkan sikap kepemimpinan, mulai menunjukkan penampilan diri, sering punya kelompok teman-teman tertentu, sangat erat dengan teman-teman sejenis, siswa laki-laki dan perempuan lebih bermain sendiri-sendiri (Masganti, 2012).

(17)

16

Siswa sekolah dasar kelas lima laki-laki maupun perempuan ini cenderung lebih suka hal-hal yang tidak berbau bertele-tele. Tidak hanya itu, mereka juga memiliki rasa keingintahuan yang sangat tinggi, senang bermain secara berkelompok, menyukai bersosialisasi dengan sekitarnya, mudah memahami segala hal yang memiliki unsur visual, suka mengoleksi benda-benda kesukaannya, menyukai humor, lelucon yang baik maupun kasar serta menyukai belajar yang bersifat praktek langsung (Arindiono & Ramadhani, 2013). Siswa juga sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, kecakapan berpikir logisnya terbatas pada benda-benda berdifat konkret, melakukan klarifikasi dan sudah mampu menarik kesimpulan, menafsirkan, dan mengembangkan suatu konsep.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa sekolah dasar kelas lima adalah siswa yang berusia antara 9-11 tahun yang merupakan peralihan dari kanak-kanak menuju remaja awal yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang akan memberi dampak besar terhadap pengaruh kualitas karakter siswa. Karakteristik pada usia ini yaitu tidak menyukai hal-hal yang bertele-tele, keingintahuan yang sangat tinggi, senang bermain secara berkelompok, menyukai bersosialisasi dengan sekitarnya, suka mengoleksi benda- benda kesukaannya, mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, menyukai belajar yang bersifat praktek langsung, dan mampu menarik kesimpulan, menafsirkan, dan mengembangkan suatu konsep.

2.1.4. Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT)

Pendidikan di Indonesia selama masa pandemi COVID-19, mengalami perubahan aktivitas belajar yang berbeda dimulai sejak awal Maret 2020.

Pembelajaran jarak jauh menjadi alternatif yang paling efektif diterapkan selama negara Indonesia dilanda wabah COVID-19 untuk memutus rantai penyebaran yang semakin massif. Namun, proses pembelajaran jarak jauh selama penutupan sekolah akibat dampak COVID-19 tidak dapat dilaksanakan secara optimal karena berbagai keterbatasan, antara lain bahwa guru tidak dapat secara langsung memanfaatkan berbagai perangkat teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan platform pembelajaran online yang banyak tersedia dalam mendukung pelaksanaan pembelajaran jarak jauh, baik karena kemampuan guru, faktor ekonomi orang tua,

(18)

17

keterbatasan akses internet, maupun tidak adanya bimbingan. Secara umum, pembelajaran online yang dipaksakan menyisakan berbagai macam persoalan, antara lain akses internet yang terbatas, kesiapan guru, dan adaptasi siswa serta kompetensi guru dalam memanfaatkan teknologi dan informasi pembelajaran masih kurang (Supriatna, 2021).

Menanggapi permasalahan tersebut, pemerintah melakukan revisi kebijakan. Kebijakan Surat Keputusan Bersama 4 Menteri yang dikeluarkan di bulan Agustus 2020 mengalami revisi pada bulan November 2020 yang kemudian digunakan sebagai panduan pelaksanaan pembelajaran mulai semester genap tahun 2020/2021 atau paling lambat pada tahun ajaran 2021/2022. Kebijakan ini berisi apabila sebelumnya izin sekolah tatap muka masih melihat zona (hanya zona hijau dan kuning yang diperbolehkan tatap muka), maka dalam Surat Keputusan Bersama ini Pemerintah Daerah diberi kewenangan untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka terbatas dengan prosedur ketat yang sesuai standar protokol kesehatan.

Berdasarkan Instruksi Gubernur Jawa Tengah No. 10 Tahun 2021 tentang Implementasi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4, Level 3, dan Level 2 Corona Virus Disease, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mulai mengizinkan sekolah melakukan pembelajaran tatap muka terbatas pada 30 Agustus 2021, dengan beberapa ketentuan yang harus dipenuhi salah satunya yaitu kabupaten atau kota tersebut sudah memasuki PPKM level 2 dan 3.

Pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas atau yang disingkat dengan PTMT merupakan satu-satunya solusi untuk menghindari gejala learning loss (berkurangnya jam belajar dan semangat belajar) serta ancaman putus sekolah bagi peserta didik. Pembelajaran tatap muka terbatas tentu saja tidak sama dengan pembelajaran tatap muka seperti biasanya dikarenakan waktu pertemuan antara guru dan siswa sangat terbatas. Siswa dibagi ke dalam kelompok belajar atau dijadwal berdasarkan shift, dengan tujuan membatasi jumlah siswa dalam satu ruangan. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Onde dkk (2021) yang menjelaskan bahwa pembelajaran tatap muka terbatas merupakan pembatasan jumlah peserta didik dalam satu kelas, sehingga perlu mengatur jumlah dengan sistem rotasi dan kapasitas 50% dari jumlah siswa pada normalnya, persetujuan

(19)

18

orang tua siswa, penerapan protokol kesehatan yang ketat, tenaga kependidikan telah melakukan vaksinasi, serta sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan protokol kesehatan tersedia.

Pertemuan tatap muka terbatas berlangsung selama 3 jam pelajaran untuk 1 shift, dan mengombinasikan dengan PJJ, sehingga PTM dilaksanakan 2 sampai 3 kali dalam 1 minggu. Setiap siswa melakukan PTM sebanyak 6 sampai 9 jam dengan sistem masuk dibuat selang-seling dengan jeda beberapa menit, agar tidak terjadi penumpukan antara siswa yang akan pulang dan yang akan memasuki ruang kelas. Jumlah jam tatap muka terbatas harus dilakukan dalam upaya mematuhi persyaratan dari pemerintah mengenai protokol kesehatan yang harus dipenuhi dalam pembelajaran tatap muka terbatas ini dimana kondisi kelas harus memenuhi jaga jarak minimal 1,5 meter, jumlah maksimal peserta didik per ruang kelas jenjang pendidikan anak usia dini (PAUD ) 5 (dari standar 15), peserta didik jenjang pendidikan dasar dan menengah 18 peserta didik (dari standar 36), Sekolah Luar Biasa (SLB) 5 peserta didik (dari standar 8), jadwal pembelajaran dilakukan dengan sistem bergiliran rombongan belajar (shifting) sesuai ketentuan dari masing-masing satuan pendidikan (Tanuwijaya dan Tambunan, 2021).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) adalah pembelajaran tatap muka dengan waktu dan tempat yang terbatas serta menerapkan protokol kesehatan yang ketat, hal tersebut dilakukan untuk menghindari gejala learning loss (berkurangnya jam belajar dan semangat belajar) serta meminimalisir permasalahan lain yang timbul akibat pembelajaran jarak jauh.

2.2. Kajian Penelitian Relevan

Terkait dengan penelitian yang berjudul “Implementasi Karakter Tanggung Jawab Siswa SD 1 Barongan pada Kegiatan PTMT”, peneliti menguraikan tentang penelitian sebelumnya yang relevan dengan judul penelitian peneliti yakni sebagai berikut.

Sari & Bermuli (2021)melakukan penelitian tentang Pembentukan Karakter Tanggung Jawab Siswa pada Pembelajaran Daring Melalui Implementasi Pendidikan Karakter yang dipublikasikan dalam Jurnal Kependidikan: Jurnal Hasil

(20)

19

Penelitian dan Kajian Kepustakaan di Bidang Pendidikan, Pengajaran dan Pembelajaran, Volume 7, Nomor 1. Hasil dari penelitian tersebut adalah implementasi pendidikan karakter merupakan solusi yang tepat untuk dapat membentuk tanggung jawab siswa. Implementasi pendidikan karakter dilakukan secara holistik dan terintegrasi melalui pemberian motivasi, peraturan kelas, penyampaian materi pembelajaran, diskusi kelompok, dan kegiatan refleksi.

Pembentukan karakter tanggung jawab siswa juga dilakukan secara optimal mencakup seluruh aspek siswa yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Perbedaan penelitian ini adalah Sari & Bermuli melakukan penelitian pada pembelajaran daring (online) sedangkan peneliti pada masa Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT). Persamaannya adalah sama-sama meneliti implementasi pendidikan karakter tanggungjawab siswa.

Pertiwi (2021) melakukan penelitian tentang Pembiasaan Nilai Tanggung Jawab dalam Pembelajaran Daring yang dipublikasikan dalam Jurnal Actual Insight, Volume 1, Nomor 2. Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa pembiasaan pendidikan karakter tanggung jawab dalam pembelajaran daring dapat diimplementasikan melalui beberapa strategi yaitu pemberian tugas pada google classroom, mengisi jurnal PHBS, diintegrasikan dalam pembelajaran KI 4, dan kolaborasi dengan orang tua. Dampak pembelajaran daring terhadap pendidikan karakter tanggung jawab ini berdampak positif, peserta didik dapat meningkatkan tanggung jawab spiritual, mengerjakan dan mengumpulkan tugas, serta membantu orang tua. Perbedaan penelitian ini adalah Pertiwi melakukan penelitian pada pembelajaran daring (online) dan lebih fokus pada pembiasaan nilai tanggungjawab, sedangkan peneliti pada masa Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) dan fokus pada implementasinya. Persamaannya adalah sama-sama meneliti karakter tanggungjawab siswa dalam pembelajaran di masa COVID-19.

Pramasanti dkk, (2020) melakukan penelitian tentang Implementasi Pendidikan Karakter Tanggung Jawab dan Kerja Sama dalam Pembelajaran Tematik Kurikulum 2013 di SD Negeri 2 Berkoh yang dipublikasikan dalam Jurnal Papeda, Volume 2, Nomor 1. Hasil dari penelitian tersebut adalah pendidikan tidak hanya mengajarkan pengetahuan saja tetapi juga memiliki peranan penting dalam

(21)

20

pembentukan karakter bangsa. Pembentukan karakter pada peserta didik dapat dilakukan sejak dini kepada anak. Karakter yang terdapat di dalamnya adalah karakter tanggung jawab dan kerja sama, di SD Negeri 2 Berkoh karakter tanggung jawab dan kerja sama diimplementasikan dalam kurikulum 2013 melalui beberapa kegiatan seperti kegiatan pembelajaran, spontan, keteladanan, pembiasaan yang dilakukan oleh peserta didik untuk membentuk tanggung jawab dan kerja sama di dalam pembelajaran tematik seperti mengerjakan tugas dan membuat kelompok.

Perbedaan penelitian ini adalah Pramasanti melakukan penelitian dalam Pembelajaran Tematik Kurikulum 2013 serta karakter kerja sama, sedangkan peneliti hanya meneliti karakter tanggung jawab siswa dalam Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT). Persamaannya adalah sama-sama meneliti implementasi pendidikan karakter tanggung jawab siswa.

2.3. Kerangka Teori

Pendidikan memiliki peran penting dalam kelangsungan hidup manusia, karena pada dasarnya pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik dalam hal kepribadian, moral, maupun karakter yang baik. Pendidikan karakter dapat disebut juga sebagai pendidikan moral, pendidikan nilai, pendidikan dunia afektif, pendidikan akhlak, atau pendidikan budi pekerti (Aeni, 2014). Salah satu karakter penting yang merupakan dasar nilai secara universal adalah karakter tanggung jawab. Samani dan Hariyanto (2020) menjelaskan bahwa tanggung jawab merupakan sebuah sikap dalam diri seseorang yang menunjukkan sikap mengetahui dan melaksanakan apa yang dilakukan sebagaimana yang diharapkan oleh orang lain.

Saat ini Indonesia sedang memberlakukan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) yang merupakan salah satu cara dalam mengurangi adanya gejala learning loss (berkurangnya jam belajar dan semangat belajar) serta ancaman putus sekolah bagi peserta didik akibat pandemi COVID-19. Menurut Onde dkk (2021) pembelajaran tatap muka terbatas merupakan pembatasan jumlah siswa dalam satu kelas, sehingga perlu mengatur jumlah dengan sistem rotasi dan kapasitas 50% dari jumlah siswa pada normalnya, persetujuan orang tua siswa, penerapan protokol kesehatan yang ketat, persetujuan orang tua siswa, penerapan protokol kesehatan

(22)

21

yang ketat, tenaga kependidikan telah melakukan vaksinasi, serta sarana prasarana pendukung pelaksanaan protokol kesehatan tersedia. Perubahan sistem pembelajaran dari yang semula pembelajaran jarak jauh (online) menjadi Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) berdampak pada karakter tanggung jawab siswa.

Salah satu karakteristik siswa bertanggung jawab adalah memiliki kesiapan belajar sebelum pembelajaran. Hal itu sejalan dengan pendapat Sari & Bermuli (2021) yang menyebutkan indikator tanggung jawab siswa yaitu sebagai berikut:

(1) Memiliki kesiapan belajar sebelum pembelajaran; (2) Disiplin; (3) Perpartisipasi aktif mengikuti pembelajaran; (4) Mengerjakan dan menyelesaikan tugas tepat waktu; dan (5) Berinisiatif untuk terlibat aktif dalam menyelesaikan tugas kelompok.

Berdasarkan uraian teori tersebut, peneliti akan menganalisis bagaimana karakter tanggung jawab siswa dan upaya sekolah dalam menanamkan karakter tanggung jawab siswa SD 1 Barongan. Peneliti menyusun kerangka teori dalam bentuk bagan berdasarkan pendapat para ahli yang telah diuraikan sebagai berikut.

(23)

22

Bagan 2.3 Kerangka Teori Pendidikan

Karakter

Karakter Tanggungjawab

Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT)

Indikator Karakter Tanggungjawab Aeni (2014) menjelaskan bahwa

pendidikan karakter dapat disebut juga sebagai pendidikan moral, pendidikan nilai, pendidikan dunia afektif, pendidikan akhlak, atau pendidikan budi pekerti.

Samani dan Hariyanto (2020) menjelaskan bahwa tanggung jawab merupakan sebuah sikap dalam diri seseorang yang menunjukkan sikap mengetahui dan melaksanakan apa yang dilakukan sebagaimana yang diharapkan oleh orang lain.

Onde dkk (2021) pembelajaran tatap muka terbatas merupakan pembatasan jumlah siswa dalam satu kelas, sehingga perlu mengatur jumlah dengan sistem rotasi dan kapasitas 50% dari jumlah siswa pada normalnya, persetujuan orang tua siswa, penerapan protokol kesehatan yang ketat, persetujuan orang tua siswa, penerapan protokol kesehatan yang ketat, tenaga kependidikan telah melakukan vaksinasi, serta sarana prasarana pendukung pelaksanaan protokol kesehatan tersedia.

Sari & Bermuli (2021) menyebutkan indikator tanggung jawab siswa yaitu sebagai berikut:

1. Memiliki kesiapan belajar sebelum pembelajaran.

2. Disiplin.

3. Perpartisipasi aktif mengikuti pembelajaran.

4. Mengerjakan dan

menyelesaikan tugas tepat waktu.

5. Berinisiatif untuk terlibat aktif dalam menyelesaikan tugas kelompok.

Bagaimana karakter tanggung jawab siswa SD 1 Barongan pada kegiatan PTMT.

Bagaimana upaya sekolah dalam menanamkan karakter tanggung jawab siswa SD 1 Barongan pada kegiatan PTMT.

Implementasi Karakter Tanggung Jawab Siswa SD 1 Barongan pada Kegiatan PTMT

(24)

23 2.4. Kerangka Berpikir

Pandemi COVID-19 memberikan dampak yang cukup signifikan bagi semua aspek kehidupan, utamanya dalam dunia pendidikan. Kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan mengalami beberapa perubahan sistem pembelajaran, dari yang semula pembelajaran tatap muka biasa beralih menjadi pembelajaran jarak jauh (online) kemudian kembali ke pembelajaran tatap muka namun serba terbatas atau yang dikenal dengan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) sesuai Kebijakan Surat Keputusan Bersama 4 Menteri yang dikeluarkan pada bulan November 2020. Perubahan sistem pembelajaran tersebut pada akhirnya membuat anak kembali perlu menyesuaikan diri dengan segala ketentuan dalam proses pembelajaran. Hal ini tentunya berdampak pada karakter tanggung jawab siswa yang merupakan dasar nilai secara universal.

Berdasarkan kondisi tersebut, peneliti akan menganalisis implementasi karakter tanggung jawab siswa yang ada di SD 1 Barongan pada kegiatan Pertemuan Tatap Muka Terbatas (PTMT). Penelitian ini akan tertuju kepada kebiasaan siswa (utamanya siswa kelas lima) yang ada di SD 1 Barongan. Selain itu, peneliti juga akan menggali lebih dalam informasi dari yang ada di SD 1 Barongan melalui dokumen, guru, dan kepala sekolah. Analisis melalui kebiasaan yang dilakukan siswa di sekolah dengan dibantu penguatan dari guru diharapkan akan terbentuk karakter tanggung jawab siswa pada kegiatan PTMT. Beberapa indikator yang diharapkan meliputi: 1) memiliki kesiapan belajar sebelum pembelajaran; 2) disiplin; 3) berpartisipasi aktif mengikuti pembelajaran; 4) mengerjakan dan menyelesaikan tugas tepat waktu; 5) berinisiatif untuk terlibat aktif dalam menyelesaikan tugas kelompok.

(25)

24

Adapun kerangka berpikir penelitian disajikan dalam bentuk bagan sebagai berikut:

Bagan 2.4 Kerangka Berfikir Masa Pandemi COVID-19

Pembelajaran Jarak Jauh

Pertemuan Tatap Muka Terbatas/PTMT

Karakter Tanggung Jawab Siswa SD 1 Barongan Kebiasaan Siswa

Memiliki Kesiapan Belajar Sebelum

Pembelajaran

Disiplin

Berpartisipasi Aktif Mengikuti Pembelajaran

Mengerjakan dan Menyelesaikan Tugas Tepat Waktu

Berinisiatif untuk Terlibat Aktif dalam

Menyelesaikan Tugas Kelompok

(26)

25 BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Setting Penelitian 3.1.1. Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian ini dilakukan pada siswa SD 1 Barongan. Peneliti tidak menggunakan semua siswa yang ada di SD 1 Barongan, tetapi hanya mengambil beberapa siswa kelas lima di semester genap tahun pelajaran 2021/2022 dengan kriteria siswa yang aktif saat pembelajaran, disiplin dan memiliki latar belakang yang berbeda, baik dari segi ekonomi maupun keluarga. Selain itu, dalam masa pembelajaran tatap muka terbatas, peneliti mengutamakan siswa yang biasanya sering datang ke sekolah serta yang rumahnya dekat dengan SD 1 Barongan. Berdasarkan kriteria tersebut informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru kelas, dan 6 siswa kelas lima SD 1 Barongan.

Peneliti memilih siswa kelas lima dengan kriteria tersebut karena siswa kelas lima merupakan peralihan dari kanak-kanak menuju remaja awal yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang akan memberi dampak besar terhadap pengaruh kualitas karakter siswa. Karakter siswa kelas lima yang memilki keingintahuan yang sangat tinggi, senang bermain secara berkelompok, menyukai bersosialisasi dengan sekitar, mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis serta menyukai belajar yang bersifat praktek langsung merupakan beberapa wujud dari indikator karakter tanggung jawab. Siswa kelas lima yang berusia 9-11 tahun ini seharusnya sudah mulai menumbuhkan karakter tanggung jawab pada dirinya.

Peneliti juga menggunakan siswa SD 1 Barongan karena di sekolah tersebut terdiri dari siswa-siswa yang memiliki latar belakang yang beragam, baik dari segi ekonomi, keluarga, agama, maupun budaya. Perbedaan tersebut tentunya akan berdampak pada karakter tanggung jawab siswa dan implementasi karakter tersebut pada saat kegiatan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT).

(27)

26 3.1.2. Tempat Penelitian

SD 1 Barongan ini terletak di Jalan Sunan Muria, Desa Barongan, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus. Sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah unggulan di Kabupaten Kudus yang memiliki visi yaitu terwujudnya insan yang beriman dan bertaqwa, berprestasi prima dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, berbudi pekerti luhur, peduli lingkungan dan kompetitif.

3.1.3. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober 2021 sampai Februari 2022. Pada bulan Oktober 2021 peneliti melakukan studi pendahuluan dan survei ke SD 1 Barongan untuk mengumpulkan data awal yang akan digunakan pada instrumen penelitian tentang karakter tanggungjawab siswa SD 1 Barongan pada kegiatan PTMT. Pada bulan November 2021 sampai Januari awal 2022 peneliti menyusun proposal penelitian serta beberapa instrumen penelitian dengan bimbingan dari dosen pembimbing. Setelah proposal penelitian selesai, peneliti melakukan penelitian pada bulan Januari akhir 2022 untuk mengumpulkan data dengan melakukan observasi dan wawancara menggunakan instrumen yang telah dibuat pada proposal penelitian tentang karakter tanggungjawab siswa SD 1 Barongan pada kegiatan PTMT. Pada bulan Februari 2021 peneliti membuat laporan hasil penelitian karakter tanggungjawab siswa SD 1 Barongan pada kegiatan PTMT yang telah dilakukan.

3.2. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan model naratif, dimana bentuk penelitian ini diungkapkan melalui beberapa teori kemudian diuraikan dengan kata-kata dan disusun dalam bentuk cerita. Hal ini sejalan dengan pendapat Faizin & Haerussaleh (2020) bahwa model naratif merupakan salah satu bentuk dan jenis dari penelitian kualitatif, yang menitikberatkan pada pengalaman individu dan menuliskannya kembali dalam bentuk cerita atau dinarasikan kembali oleh peneliti dengan utuh.

Sugiyono (2015) menyatakan bahwa metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme yang digunakan untuk meneliti kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti sebagai instrumen

(28)

27

kunci dan hasilnya lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Moleong (2014) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Jadi penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data berupa kata-kata bukan data berupa angka.

Rencana penelitian yang akan peneliti lakukan adalah menggunakan penelitian kualitatif dengan model pendekatan naratif, dengan pengumpulan data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan data dokumentasi. Peneliti akan menemui siswa di sekolah ketika pembelajaran di kelas dan mengobservasi segala tindakan siswa di sekolah guna melihat langsung mengenai implementasi karakter tanggung jawab siswa pada saat kegiatan PTMT. Peneliti juga akan menggali semua informasi yang ada di lapangan agar bisa mendapatkan data lebih banyak mengenai karakter tanggung jawab siswa pada saat kegiatan PTMT.

3.3. Data dan Sumber Data 3.3.1. Data

Data atau informasi yang dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini berupa data kualitatif, yaitu data yang lebih banyak mengandalkan sebuah kecerdasan dalam berkata-kata. Arikunto (2013) berpendapat bahwa data adalah hasil pencatatan, baik berupa fakta ataupun angka. Menurut Arikunto (2013) data adalah hasil pencatatan, baik berupa fakta ataupun angka. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui informasi lisan dan tulis. Rahardjo dan Gudnanto (2012) menggolongkan data menjadi 2 macam, data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data pertama. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari orang lain. Data primer pada penelitian ini berupa data lisan dari siswa, guru, dan kepala sekolah tentang karakter tanggungjawab siswa pada kegiatan PTMT, sedangkan data sekunder yaitu data tulis yang diperoleh dari dokumentasi subjek yang diteliti berupa RPP dan foto-foto kegiatan tentang karakter tanggungjawab siswa pada kegiatan PTMT.

3.3.2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian pendidikan karakter tanggungjawab siswa di SD 1 Barongan adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Pada penelitian ini,

(29)

28

sumber data yang digunakan adalah dari berbagai sumber yang relevan dengan pembahasan penelitian. Sumber data penelitian ini dapat memberikan informasi yang akurat berkaitan dengan data penelitian. Sumber data merupakan subjek darimana data dapat diperoleh (Arikunto. 2013). Apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan. Apabila peneliti menggunakan teknik observasi, maka sumber datanya bisa berupa benda, gerak, atau proses sesuatu. Apabila peneliti menggunakan dokumentasi, maka dokumen atau catatanlah yang menjadi sumber data, sedangkan isi catatan subjek penelitian atau variabel penelitian.

Sugiyono (2015) mengemukakan sumber data dibedakan menjadi dua yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung diberikan kepada pengumpul data, sedangkan sumber sekunder adalah sumber data yang tidak langsung diberikan kepada pengumpul data, tetapi lewat orang lain atau lewat dokumen. Dalam penelitian ini, peneliti memperoleh data secara langsung dari informan melalui observasi yang dilakukan melalui wawancara dengan informan yang jumlahnya 6 siswa, kepala sekolah, dan guru kelas lima. Sedangkan sumber data sekunder dalam penelitian ini yaitu sumber data yang digunakan sebagai alat pendukung yang peneliti peroleh dari dokumentasi, catatan lapangan, dan data pendukung lainnya mengenai karakter tanggungjawab siswa pada kegiatan PTMT.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini agar mendapatkan data yang valid harus menggunakan teknik pengumpulan data yang tepat. Karena teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2015). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data antara lain:

3.4.1. Wawancara

Teknik pengumpulan data pertama yang digunakan peneliti yakni teknik wawancara. Wawancara adalah pengumpulan informasi atau data dengan cara

(30)

29

mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada narasumber. Sugiyono (2015) juga menjelaskan bahwa wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara dapat dilakukan secara tersruktur maupun tidak tersruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka maupun dengan menggunakan media lainnya. Tujuan dari teknik wawancara ini untuk bisa menemukan permasalahan lebih terbuka dan mendalam mengenai karakter tanggungjawab siswa SD 1 Barongan pada kegiatan PTMT.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode wawancara mendalam untuk memperoleh data yang valid. Rencana narasumber yang akan memberikan informasi kepada peneliti adalah kepala sekolah, guru kelas lima dan siswa sekolah dasar. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara terstruktur yaitu peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan beserta alternatif jawabannya. Kegiatan wawancara dilakukan dengan tatap muka secara langsung antara peneliti dengan informan yang telah ditentukan yaitu 6 siswa kelas lima SD 1 Barongan. Sebelum dilakukan proses wawancara dilakukan perlu meminta izin terlebih dahulu kepada kepala sekolah dan guru. Setelah meminta izin dan menentukan jadwal kunjungan maka pada tanggal yang telah dijanjikan peneliti datang ke SD 1 Barongan. Peneliti selanjutnya mengajukan beberapa pertanyaan secara langsung kepada siswa, guru, dan kepala sekolah. Setelah selesai peneliti meminta izin untuk kembali pulang dan berterimakasih karena telah diizinkan melakukan kunjungan serta wawancara.

3.4.2. Observasi

Teknik pengumpulan data kedua yang digunakan peneliti yakni teknik observasi. Observasi adalah metode pengumpulan data yang bisa dilakukan dengan interaksi sosial kepada guru dan siswa dengan mencari informasi yang dibutuhkan.

Metode observasi sebagai alat pengumpul data adalah kegiatan pengamatan yang direncanakan, sistematis, dan hasilnya dicatat serta dimaknai dalam rangka memperoleh pemahaman tentang objek yang diamati (Rahardjo dan Gudnanto.

2012). Sugiyono (2015) juga menjelaskan bahwa observasi adalah pengamatan yang menyertakan alat indera manusia. Teknik observasi yang akan dilakukan ini

(31)

30

adalah dengan mengumpulkan data secara langsung dari guru dan siswa tentang karakter tanggungjawab siswa di SD 1 Barongan pada kegiatan PTMT. Peneliti akan melakukan pengamatan langsung dengan cara berkomunikasi dengan siswa, guru dan kepalas sekolah SD 1 Barongan untuk mendapatkan informasi mengenai karakter tanggung jawab siswa pada kegiatan PTMT dan menunjang hasil dari penelitian. Observasi selanjutnya peneliti mengamati upaya yang dapat meningkatkan karakter tanggungjawab siswa. Data yang diperoleh dari teknik observasi ini berupa data tertulis dan hasil dokumentasi.

3.4.3. Dokumentasi

Pada pengumpulan data yang terakhir ini adalah dokumentasi yang menjadi pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Dokumentasi adalah berkas-berkas yang dibutuhkan oleh peneliti untuk mendapatkan informasi yang diinginkan, seperti buku-buku, majalah, jurnal, peraturan-peraturan sekolah dan lain-lain. Sugiyono (2015) menjelaskan bahwa dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu yang berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dalam melaksanakan teknik pengumpulan data dengan metode dokumentasi yang digunakan peneliti adalah dokumen tertulis mengenai karakter tanggungjawab siswa SD 1 Barongan berupa dokumen rencana pelaksanaan pembelajaran, foto kegiatan-kegiatan, peraturan-peraturan tertulis, dan catatan-catatan dari guru ketika pembelajaran tatap muka terbatas maupun kebiasaan siswa di lingkungan sekolah.

Pada pengambilan dokumentasi dilakukan secara sembunyi-sembunyi tanpa sepengetahuan siswa. Dokumentasi diambil mulai dari saat proses wawancara dan saat menjalankan aktivitas sehari-hari di sekolah.

3.5. Keabsahan Data

Dalam penelitian ini peneliti menguji tingkat keabsahan data atau kepercayaan dan kebenaran data menggunakan triangulasi data. Triangulasi data dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai

(32)

31

sumber, dengan berbagai cara dan berbagai waktu (Sugiyono. 2015). Dengan demikian, dalam penelitian ini menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi data.

Triangulasi sumber untuk menguji validitas data dilakukan dengan cara mengecek data tentang karakter tanggung jawab siswa SD 1 Barongan pada kegiatan PTMT yang diperoleh melalui beberapa sumber yaitu kepala sekolah, guru dan siswa kelas lima. Sedangkan untuk menguji validitas data yaitu dengan menggunakan triangulasi teknik pengumpulan data. Triangulasi teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda seperti data yang diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi dan dokumentasi tentang karakter tanggung jawab siswa SD 1 Barongan pada kegiatan PTMT.

3.6. Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2015). Tahapan analisis data adalah sebagai berikut:

3.6.1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data menurut Sugiyono (2015) merupakan proses berpikir sensitif yang memerlukan kecerdasan, keleluasaan dan kedalaman wawasan yang tinggi.

Bagi peneliti yang masih baru, dalam melakukan reduksi data dapat mendiskusikan pada teman atau orang lain yang dipandang ahli. Melalui diskusi itu, maka wawasan peneliti akan berkembang, sehingga dapat mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang signifikan.

Proses mereduksi data yang dilakukan peneliti adalah melalui proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, dan proses pemilihan data- data yang diperoleh dengan cara mengumpulkan data dari hasil observasi dan wawancara. Setelah data dari hasil observasi dan wawancara terkumpul menjadi

(33)

32

satu, peneliti memilih hal-hal penting yang berhubungan dengan pelaksanaan pendidikan karakter tanggung jawab siswa SD 1 Barongan pada kegiatan PTMT.

Proses reduksi data ini dilakukan terus menerus melalui pengambilan data hasil wawancara serta observasi yang dibutuhkan kemudian data tersebut dianalisis.

3.6.2. Penyajian data (Data Display)

Analisis data yang kedua adalah penyajian data (data display), setelah peneliti mereduksi data yang di dapat selanjutnya menyajikan data. Penyajian data enurut Sugiyono (2015) mengatakan bahwa yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan adanya penyajian data, maka untuk memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya akan lebih mudah. Langkah ini dilakukan dengan menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. Penyajian data memudahkan peneliti untuk memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami. Penyajian data yang paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Sehingga diperlukan penyederhanaan tanpa mengurangi isinya. Penyajian data ini dilakukan untuk dapat melihat gambaran keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari gambaran keseluruhan. Pada tahap ini peneliti berupaya mengklasifikasikan dan menyajikan data sesuai dengan pokok permasalahan yang diawali dengan pengkodean pada setiap sub pokok permasalahan.

3.6.3. Kesimpulan (Verification)

Kesimpulan merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.

Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih belum jelas. Sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau iteraktif, hipotesis atau teori. Dengan demikian kesimpulan mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mngkin juga tidak karena masalah dan rumusan masalah masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.

Pada tahap ini peneliti mengutarakan kesimpulan dari data-data yang telah diperoleh. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mencari makna data yang dikumpulkan

(34)

33

dengan mencari hubungan, persamaan dan perbedaan. Penarikan kesimpulan ini dilakukan dengan jalan membandingkan kesesuaian pertanyaan dari subjek penelitian dengan makna yang terkandung dengan konsep-konsep dasar dalam penelitian tersebut. Tahapan-tahapan di atas terutama tahapan reduksi dan penyajian data tidak melulu terjadi secara beriringan. Akan tetapi kadang setelah dilakukan penyajian data juga membutuhkan reduksi data lagi sebelum ditarik kesimpulan.Tahapan-tahapan di atas bagi penulis tidak termasuk pada metode analisis data tetapi masuk kepada strategi analisis data. Karena metode sudah paten sedangkan strategi bisa dilakukan dengan keluwesan peneliti dalam menggunakan strategi tersebut. Dengan demikian kebiasaan peneliti menggunakan metode analisis kualitatif menentukan analisis dan hasil penelitian kualitatif. Dalam menganalisis data yang diperoleh, peneliti menggunakan metode kualitatif. Metode ini digunakan untuk mengklarifikasikan data yang diperoleh untuk disimpulkan.

Proses analisis dimulai dengan menelaah data yang tersedia dari berbagai sumber yang diantaranya adalah wawancara, observasi, dokumentasi, gambar, foto dan sebagainya.

(35)

34

DAFTAR PUSTAKA

Aeni, Ani N. 2014. Pendidikan Karakter untuk Siswa SD dalam Perspektif Islam.

Mimbar Sekolah Dasar, 1 (1), 50-58.

Arikunto. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Arindiono, Rudi Yulio dan Ramadhani, Nugrahadi. 2013. Perancangan Media Pembelajaran Interaktif Matematika untuk siswa kelas 5 SD. JURNAL SAINS DAN SENI POMITS, Vol. 2, No.1

Bausad, Andi Anshari dan Musrifin, Arif Yanuar. 2017. Analisis karakter peserta didik kelas V pada pembelajaran penjaskes di sekolah dasar negeri se kota mataram. JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan IlmuPendidikan, Vol. 1 No. 2 ISSN 2598-9944.

Diyantini, N.K., Yanti, Ni Luh P.E., dan Lismawati, Sagung M. 2015. Hubungan Karakteristik dan Kepribadian Anak dengan Kejadian Bullying Pada Siswa Kelas V di SD “X” di Kabupaten Badung. COPING Ners Journal. Vol. 3 No.

2.

Diskominfo Jateng. 26 Agustus 2021. Pemprov Jateng Izinkan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas, Ini Syarat yang Wajib Dipatuhi, [online], (https://jatengprov.go.id/beritaopd/pemprov-jateng-izinkan-pembelajaran- tatap-muka-terbatas-ini-syarat-yang-wajib-dipatuhi/, diakses tanggal 3 November 2021).

Fahmi, M dkk. 2021. Quo Vadis Pendidikan Karakter di Indonesia. Tabyin: Jurnal Pendidikan Islam, 3 (1), 23-45.

Faizin, Afan & Haerussaleh. 2020. Narrative Research; A Research Design. Jurnal Disastri (Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia), 2 (3), 142-148.

Fitri, Z. 2012. Human Character: Pendidikan Karakter Berbasis Nilai & Etika di Sekolah. Ar-Ruzz Media.

Handarini, O. I. 2020. Pembelajaran Daring sebagai Upaya Study From Home (SFH) selama Pandemi Covid-19. Jurnal Pendidikan Administrasi Perkantoran (JPAP), 502.

Jatmika, Herka Maya. 2005. Pemanfaatan Media Visual dalam Menunjang Pembelajaran Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

tanggung jawab siswa SD Muhammadiyah 8 Jagalan. Untuk mendeskripsikan siapa yang terlibat dalam pembinaan karakter. mandiri dan tanggung jawab siswa SD Muhammadiyah 8 Jagalan.

Penelitian ini bertempat penelitian di SDIT Muhammadiyah Al-Kautsar Kartasura Kabupaten Sukoharjo yang akan meneliti, mengamati dan menggali informasi dari siswa kelas I

serta dalam penanaman karakter siswa melalui pembelajaran PAI pada siswa kelas IV SD Muhammadiyah 16 Surakarta tahun 2015. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN a. Akan

Bentuk keteladanan guru dalam menanamkan karakter tanggung jawab siswa kelas tinggi SD N I Simo sudah dilaksanakan dengan baik, dalam hal ini guru

Sehingga apabila kegiatan tersebut tidak , dilakukan akan berbeda, karena kebiasaan untuk melakukan Istighasah sudah tertanam dalam diri masing-masing siswa. Kebiasaan- kebiasaan

Adapun hambatan dalam implementasi pendidikan karakter dalam membentuk sikap sosial dan tanggung jawab siswa melalui pembelajaran tematik di SD Jaranan Bantul

Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Untuk mendeskripsikan bagaimana perencanaan pembinaan karakter mandiri dan tanggung jawab siswa SD Muhammadiyah 8 Jagalan. 2)

Perencanaan implementasi pendidikan karakter pendidikan disiplin dan tanggung jawab di SD Negeri 1 Bantul dilakukan dengan cara memasukkan pendidikan karakter ke dalam