• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROPOSAL SKRIPSI KARAKTER TANGGUNG JAWAB MELALUI TIPE PENGONDISIAN OPERAN PADA KEGIATAN PTMT SISWA SD 1 BARONGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROPOSAL SKRIPSI KARAKTER TANGGUNG JAWAB MELALUI TIPE PENGONDISIAN OPERAN PADA KEGIATAN PTMT SISWA SD 1 BARONGAN"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL SKRIPSI

KARAKTER TANGGUNG JAWAB MELALUI TIPE PENGONDISIAN OPERAN PADA KEGIATAN PTMT SISWA

SD 1 BARONGAN

Oleh

FITRI AMELIA ROSIDA NIM 201833014

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MURIA KUDUS

2022

(2)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING PROPOSAL SKRIPSI

Proposal skripsi dengan judul Karakter Tanggung Jawab Melalui Tipe Pengondisian Operan pada Kegiatan PTMT Siswa SD 1 Barongan oleh Fitri Amelia Rosida NIM 201833014 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar telah disetujui untuk diseminarkan pada:

Kudus, 26 Januari 2022 Pembimbing I

Ika Ari Pratiwi, S.Pd., M.Pd.

NIDN. 0607018801 Pembimbing II

Much Arsyad Fardani, S.Pd., M.Pd.

NIDN. 0614069001 Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Siti Masfuah, S.Pd., M.Pd.

NIDN. 0615129001

(3)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul Karakter Tanggung Jawab Melalui Tipe Pengondisian Operan pada Kegiatan PTMT Siswa SD 1 Barongan.

Penyusunan proposal skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Sucipto, M.Pd. Kons. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muria Kudus.

2. Siti Masfuah, S.Pd, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muria Kudus.

3. Ika Ari Pratiwi, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan sehingga proposal skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Much Arsyad Fardani, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan sehingga proposal skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat selama perkuliahan.

6. Maskat, S.Pd. selaku Kepala SD 1 Barongan yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.

7. Wahyul Huda, S.Pd.SD., M.Pd. selaku Guru Kelas V SD 1 Barongan yang telah memberikan informasi kepada peneliti.

8. Siswa SD 1 Barongan yang bersedia menjadi subjek penelitian.

9. Semua pihak yang membantu secara langsung maupun tidak langsung, sehingga proposal skripsi ini dapat terselesaikan.

Peneliti menyadari bahwa penyusunan proposal skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu dengan segala kerendahan hati peneliti mengharap kritik dan

(4)

iv

saran dari semua pihak demi kesempurnaan proposal skripsi ini. Semoga proposal skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti dan pembaca pada umumnya.

Kudus, 26 Januari 2022

Peneliti

(5)

v ABSTRAK

Rosida, Fitri Amelia. 2022. Karakter Tanggung Jawab Melalui Tipe Pengondisian Operan pada Kegiatan PTMT Siswa SD 1 Barongan. Proposal Skripsi.

Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Universitas Muria Kudus. Pembimbing (I) Ika Ari Pratiwi, S.Pd., M.Pd., Pembimbing (II) Much Arsyad Fardani, S.Pd., M.Pd.

Kata Kunci: Tanggung Jawab, Pengondisian Operan dan PTMT.

Perubahan metode pembelajaran dari yang semula tatap muka berubah menjadi pembelajaran jarak jauh dan kemudian beralih ke Pembelajaran Tatap Muka Terbatas atau yang disingkat dengan PTMT, pada akhirnya membuat anak kembali perlu menyesuaikan diri dengan segala ketentuan dalam proses pembelajaran. Hal ini tentunya berdampak pada karakter tanggung jawab siswa, terbukti di SD 1 Barongan ada beberapa siswa yang terlambat masuk sekolah, tidak mengerjakan tugas, serta belum aktif dalam pembelajaran. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan kegiatan PTMT dan bagaimana karakter tanggung jawab melalui tipe pengondisian operan pada kegiatan PTMT siswa SD 1 Barongan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan kegiatan PTMT dan karakter tanggung jawab melalui tipe pengondisian operan pada kegiatan PTMT siswa SD 1 Barongan.

Tanggung jawab adalah suatu keadaan dimana ada kesanggupan untuk menetapkan sikap terhadap suatu perbuatan dan ada kesanggupan untuk memikul resiko dari suatu perbuatan. Bentuk tanggung jawab seorang siswa adalah memiliki kesiapan belajar sebelum pembelajaran meskipun dalam keadaan serba terbatas.

Pengondisian operan adalah situasi belajar, dimana sebuah perilaku atau suatu respon dibuat lebih mungkin untuk terjadi saat diberikan penguatan secara langsung. Pembelajaran tatap muka terbatas merupakan pembatasan jumlah peserta didik dalam satu kelas, sistem rotasi dan kapasitas 50% dari jumlah siswa pada normalnya, persetujuan orang tua siswa, penerapan protokol kesehatan yang ketat, tenaga kependidikan telah melakukan vaksinasi, serta sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan protokol kesehatan tersedia.

Penelitian ini akan dilaksanakan di SD 1 Barongan dengan subyek penelitian adalah kepala sekolah, guru dan siswa kelas lima. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan model pendekatan naratif. Data primer pada penelitian ini berupa data lisan dari siswa, guru, dan kepala sekolah tentang karakter tanggungjawab siswa pada kegiatan PTMT, sedangkan data sekunder yaitu data tulis yang diperoleh dari dokumentasi subjek yang diteliti berupa RPP dan foto-foto kegiatan tentang karakter tanggungjawab siswa pada kegiatan PTMT. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Keabsahan data diperoleh dengan triangulasi sumber dan data dalam penelitian. Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data dan kesimpulan.

(6)

vi DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

2.1. Deskripsi Konseptual ... 8

2.2. Kajian Penelitian Relevan... 20

2.3. Kerangka Teori ... 22

2.4. Kerangka Berfikir ... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 27

3.1. Tempat & Waktu Penelitian ... 27

3.2. Pendekatan & Jenis Penelitian ... 28

3.3. Peranan Peneliti ... 29

3.4. Data dan Sumber Data ... 30

3.5. Pengumpulan Data ... 31

3.6. Keabsahan Data ... 33

3.7. Analisis Data ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 37

LAMPIRAN ... 41

(7)

vii DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 42

Tabel 2. Pedoman Wawancara Guru (Pra Penelitian) ... 43

Tabel 3. Pedoman Wawancara Siswa (Pra Penelitian) ... 47

Tabel 4. Pedoman Observasi (Pra Penelitian) ... 56

Tabel 5. Pedoman Wawancara Kepala Sekolah ... 60

Tabel 6. Lembar Wawancara Kepala Sekolah ... 61

Tabel 7. Pedoman Wawancara Guru ... 64

Tabel 8. Lembar Wawancara Guru ... 65

Tabel 9. Pedoman Wawancara Siswa ... 68

Tabel 10. Lembar Wawancara Siswa ... 69

Tabel 11. Pedoman Observasi ... 72

Tabel 12. Lembar Observasi ... 73

Tabel 13. Lembar Pencatatan ... 74

(8)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.3 Kerangka Teori ... 24

Gambar 2.4 Kerangka Berpikir ... 26

Gambar 1. Wawancara dengan Guru Kelas ... 59

Gambar 2. Wawancara dengan Siswa Kelas V ... 59

Gambar 3. Dokumentasi Hasil Observasi ... 59

(9)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 42

Lampiran 2. Pedoman Wawancara Guru (Pra Penelitian) ... 43

Lampiran 3. Hasil Wawancara Guru (Pra Penelitian) ... 44

Lampiran 4. Pedoman Wawancara Siswa (Pra Penelitian) ... 47

Lampiran 5. Hasil Wawancara Siswa (Pra Penelitian) ... 48

Lampiran 6. Pedoman Observasi (Pra Penelitian) ... 56

Lampiran 7. Hasil Observasi (Pra Penelitian) ... 57

Lampiran 8. Dokumentasi Pra Penelitian... 59

Lampiran 9. Pedoman Wawancara Kepala Sekolah ... 60

Lampiran 10. Lembar Wawancara Kepala Sekolah ... 61

Lampiran 11. Pedoman Wawancara Guru ... 64

Lampiran 12. Lembar Wawancara Guru ... 65

Lampiran 13. Pedoman Wawancara Siswa ... 68

Lampiran 14. Lembar Wawancara Siswa ... 69

Lampiran 15. Pedoman Observasi ... 72

Lampiran 16. Lembar Observasi ... 73

Lampiran 17. Lembar Pencatatan ... 74

Keterangan Selesai Bimbingan Proposal Skripsi ... 75

Permohonan Seminar Proposal Skripsi ... 76

Surat Pernyataan... 77

(10)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sudah lebih dari satu tahun pandemi Corona Virus Disease (COVID-19) melanda negara kita. Sejak awal pandemi terjadi, berbagai upaya dilakukan untuk menanggulangi penyebaran virus ini. Pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan untuk menanggulanginya, termasuk pada sektor pendidikan. Kebijakan yang diambil pemerintah di awal pandemi COVID-19 tertuang dalam Surat Edaran Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020 dan Surat Edaran Sekretaris Jenderal Kemdikbud Nomor 15 Tahun 2020. Kedua surat edaran tersebut berisi tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dan panduan penyelenggaraan belajar dari rumah/pembelajaran jarak jauh dalam masa darurat penyebaran COVID-19 (Kemdikbud, 2020).

Kebijakan pembelajaran jarak jauh diambil dan diharapkan menjadi jalan keluar dalam menghadapi hambatan pembelajaran melalui tatap muka dan solusi masalah penyebaran virus corona dalam lingkungan pendidikan, karena melalui proses belajar mengajar online maka dapat diaplikasikan kebijakan “social distancing” sehingga dapat mendukung pencegahan menyebarnya virus corona (Handarini, 2020). Pembelajaran jarak jauh membuat peserta didik tidak dapat berinteraksi langsung secara fisik melainkan interaksi dilakukan secara virtual dengan memanfaatkan teknologi sehingga tetap dapat berlangsung interaksi dan transfer ilmu dari pendidik ke peserta didik.

Pembelajaran jarak jauh melalui berbagai media yang tersedia memberikan efek yang beragam. Berdasarkan Dokumen Penyesuaian Kebijakan Pembelajaran di Masa Pandemi COVID-19 yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, disampaikan bahwa ada beberapa kendala yang dihadapi oleh guru, orang tua, maupun siswa. Guru mengalami kendala dalam pengelolaan aktivitas pembelajaran jarak jauh. Sementara orang tua terkendala dalam membagi waktu untuk mendampingi anak belajar di rumah dan bagaimana memberikan motivasi kepada anaknya. Siswa pun juga mengalami kendala seperti kesulitan

(11)

2

berkonsentrasi saat pembelajaran jarak jauh serta meningkatnya rasa stress dan jenuh akibat isolasi yang cukup lama yang berpotensi menimbulkan kecemasan dan depresi (Kemdikbud, 2020).

Menanggapi permasalahan ini, pemerintah melakukan revisi kebijakan.

Kebijakan Surat Keputusan Bersama 4 Menteri yang dikeluarkan di bulan Agustus 2020 mengalami revisi pada bulan November 2020 yang kemudian digunakan sebagai panduan pelaksanaan pembelajaran mulai semester genap tahun 2020/2021 atau paling lambat pada tahun ajaran 2021/2022. Kebijakan ini berisi apabila sebelumnya izin sekolah tatap muka masih melihat zona (hanya zona hijau dan kuning yang diperbolehkan tatap muka), maka dalam Surat Keputusan Bersama ini Pemerintah Daerah diberi kewenangan untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka terbatas dengan prosedur ketat yang sesuai standar protokol kesehatan.

Pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas atau yang disingkat dengan PTMT merupakan satu-satunya solusi untuk menghindari gejala learning loss (berkurangnya jam belajar dan semangat belajar) serta ancaman putus sekolah bagi peserta didik.

Pendidikan merupakan aspek terpenting bagi kehidupan manusia. Maka dalam kondisi apapun, pendidikan harus tetap berjalan guna menyiapkan generasi penerus bangsa yang berkualitas. Pendidikan menjadi suatu hal yang penting dikarenakan aktivitas pendidikan berupaya untuk membentuk potensi manusia yang berkualitas (Syafril & Zen, 2017). Kualitas manusia ditentukan oleh karakter yang ditampilkan. Oleh karena itu, aktivitas pendidikan berupaya untuk membangun sumber daya manusia yang cerdas dan juga berkarakter mulia (Sagala, 2013).

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa tujuan pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan potensi manusia secara intelektual, melainkan juga berfokus pada proses pembentukan karakter.

Perwujudan dunia pendidikan dalam menanamkan pendidikan karakter bagi siswanya didukung oleh Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 ini mempunyai delapan belas nilai karakter, yang dituangkan dalam Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan Karakter pada satuan pendidikan formal. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) meliputi nilai-nilai religius, jujur, toleransi, disiplin,

(12)

3

bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung jawab (Kemdikbud, 2018). Dari delapan belas karakter tersebut, salah satu karakter yang penting untuk dimiliki oleh siswa adalah karakter tanggung jawab, karena karakter tanggung jawab mewakili dasar nilai secara universal (Wibowo & Magfirotun, 2016).

Sejak awal kebijakan pembelajaran jarak jauh diberlakukan, pada kenyataannya guru sering memberikan tugas kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dicapai oleh siswa. Tetapi ada kalanya siswa merasa malas untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru karena siswa merasa minimnya pemantauan guru dalam proses pembelajaran jarak jauh. Orang tua pun selaku pengawas siswa terkadang kewalahan dalam menghadapi sikap anaknya yang enggan mengerjakan tugas yang seharusnya ia kerjakan pada hari itu. Hal ini mencerminkan bahwa pembelajaran jarak jauh tentunya memiliki pengaruh terhadap karakter tanggung jawab siswa dalam proses pembelajaran.

Belajar adalah suatu proses yang menunjukkan hubungan secara terus- menerus antara respon yang muncul serta rangsangan yang diberikan. Salah satu teori belajar yang terkenal yaitu teori belajar tingkah laku (behaviorisme). Skinner berpendapat bahwa individu adalah organisme yang memperoleh perbendaharaan tingkah lakunya melalui belajar (Koeswara, 1991). Manusia bukanlah agen penyebab tingkah laku, melainkan tempat kedudukan atau suatu point dimana faktor-faktor lingkungan dan bawaan yang khas secara bersama menghasilkan akibat (tingkah laku) yang khas pula pada individu tersebut. Karakter tanggung jawab merupakan salah satu behaviorisme yang perlu diajarkan kepada anak.

Pengulangan dan pelatihan digunakan agar perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan sehingga terbentuklah suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penguatan negatif. Penjelasan tersebut sesuai dengan teori Pengondisian Operan yang dikembangkan oleh B.F Skinner. Pengondisian operan adalah suatu proses penguatan perilaku operan (penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai

(13)

4

dengan keinginan (Koeswara, 1991). Skinner juga berpendapat bahwa pengondisian operan (yang disebut sebagai pengondisian Skinnerian) merupakan situasi belajar, dimana sebuah perilaku atau suatu respon dibuat lebih mungkin untuk terjadi saat diberikan penguatan secara langsung (Feist J & Feist G, 2013).

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sebuah pembelajaran didalamnya terdapat proses yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai sebuah tujuan. Tujuan dari sebuah pembelajaran itu adalah adanya perubahan, baik itu dari segi kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), maupun psikomotorik (keterampilan). Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran jarak jauh masih kurang efektif terutama dalam pembentukan karakter siswa karena terbatasnya ruang dan waktu serta minimnya interaksi, yang pada akhirnya anak hanya mendapatkan teorinya saja tanpa bisa mempraktikkannya.

Pemerintah dalam hal ini harus mengambil langkah tegas dengan mengembalikan metode pembelajaran seperti sedia kala meskipun dengan keterbatasan yang ada. Perubahan metode pembelajaran dari yang semula tatap muka berubah menjadi pembelajaran dari rumah/pembelajaran jarak jauh dan kemudian beralih ke pembelajaran tatap muka terbatas, pada akhirnya membuat anak kembali perlu menyesuaikan diri dengan segala ketentuan dalam proses pembelajaran. Hal ini tentunya berdampak pada karakter tanggung jawab siswa.

Tanggung jawab merupakan sebuah karakter baik yang harus dimiliki oleh individu. Tanggung jawab adalah nilai moral penting dalam kehidupan masyarakat serta pertanggungan perbuatan orang tua dan diri sendiri (Fitri, 2012). Salah satu karakteristik siswa bertanggung jawab adalah memiliki kesiapan belajar sebelum pembelajaran.

Berdasarkan Instruksi Gubernur Jawa Tengah No. 10 Tahun 2021 tentang Implementasi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4, Level 3, dan Level 2 Corona Virus Disease, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mulai mengizinkan sekolah melakukan pembelajaran tatap muka terbatas pada 30

(14)

5

Agustus 2021, dengan beberapa ketentuan yang harus dipenuhi salah satunya yaitu kabupaten atau kota tersebut sudah memasuki PPKM level 2 dan 3. Kabupaten Kudus merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang sudah memenuhi ketentuan untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka terbatas.

Beberapa sekolah baik sekolah dasar, menengah maupun atas di Kabupaten Kudus sudah mulai melaksanakan kegiatan tersebut, salah satunya yaitu di SD 1 Barongan, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti, didapatkan data bahwa SD 1 Barongan sebagai salah satu sekolah dasar unggulan di Kabupaten Kudus yang memiliki misi “Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif agar setiap peserta didik dapat berkembang secara optimal, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan potensi yang dimiliki”, tak khayal membuat siswa SD 1 Barongan harus memiliki karakter tanggung jawab lebih daripada siswa yang ada di SD lain. Karakter tanggung jawab yang terlihat yaitu adanya kestabilan dalam mengumpulkan tugas, dimana saat pembelajaran jarak jauh kebanyakan siswa tetap mengumpulkan tugas tepat pada waktunya. Bahkan saat tidak bisa mengumpulkan tugas tepat waktu, siswa maupun orang tua memberi kabar kepada guru kelas sehingga terlihat adanya koordinasi yang baik antara siswa, orang tua dan guru dalam mendukung proses pembelajaran dan penanaman karakter tanggung jawab siswa. Sedikit berbeda dengan yang terjadi selama pembelajaran daring, saat Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) siswa belum maksimal dalam menerapkan karakter tanggung jawab di sekolah. Masih ada beberapa siswa yang terlambat masuk sekolah, tidak mengerjakan tugas, serta belum aktif dalam pembelajaran karena perlu menyesuaikan diri dengan perubahan sistem dan suasana belajar.

Sari & Bermuli (2021) melakukan penelitian tentang Pembentukan Karakter Tanggung Jawab Siswa pada Pembelajaran Daring Melalui Implementasi Pendidikan Karakter yang dipublikasikan dalam Jurnal Kependidikan: Jurnal Hasil Penelitian dan Kajian Kepustakaan di Bidang Pendidikan, Pengajaran dan Pembelajaran, Volume 7, Nomor 1. Hasil dari penelitian tersebut adalah implementasi pendidikan karakter merupakan solusi yang tepat untuk dapat

(15)

6

membentuk tanggung jawab siswa. Implementasi pendidikan karakter dilakukan secara holistik dan terintegrasi melalui pemberian motivasi, peraturan kelas, penyampaian materi pembelajaran, diskusi kelompok, dan kegiatan refleksi.

Pembentukan karakter tanggung jawab siswa juga dilakukan secara optimal mencakup seluruh aspek siswa yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Berdasarkan uraian latar belakang dan beberapa keunikan di atas, maka peneliti akan melakukan penelitian lebih mendalam di SD 1 Barongan dengan judul “Karakter Tanggung Jawab Melalui Tipe Pengondisian Operan pada Kegiatan PTMT Siswa SD 1 Barongan”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana karakter tanggung jawab siswa SD 1 Barongan pada kegiatan PTMT?

2. Bagaimana karakter tanggung jawab melalui tipe pengondisian operan pada kegiatan PTMT siswa SD 1 Barongan?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan karakter tanggung jawab siswa SD 1 Barongan pada kegiatan PTMT.

2. Untuk mendeskripsikan karakter tanggung jawab melalui tipe pengondisian operan pada kegiatan PTMT siswa SD 1 Barongan.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.5.1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk wawasan pengetahuan dalam penguatan pendidikan karakter bagi siswa SD khususnya karakter tanggung jawab pada kegiatan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) melalui tipe pengondisian operan.

(16)

7 1.5.2. Manfaat Praktis

a. Bagi Sekolah

Penelitian ini bermanfaat bagi sekolah, karena dapat mengembangkan program-program sekolah dalam merencanakan penanaman pendidikan karakter khususnya karakter tanggung jawab.

b. Bagi Guru

Penelitian ini bermanfaat menjadi bahan referensi guru untuk mengetahui karakter tanggung jawab siswa pada kegiatan PTMT dan sebagai acuan guru untuk mengembangkan karakter tanggung jawab siswa melalui tipe pengondisian operan.

c. Bagi Siswa

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, siswa dapat mengetahui karakter tanggung jawab siswa pada kegiatan PTMT.

d. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat dijadikan referensi peneliti lain dalam mengembangkan karakter tanggung jawab siswa SD melalui tipe pengondisian operan pada kegiatan PTMT.

(17)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Deskripsi Konseptual

Pada deskripsi konseptual ini, peneliti akan menguraikan mengenai: (1) Karakter Tanggung Jawab, (2) Pengondisian Operan, dan (3) Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT).

2.1.1. Pendidikan Karakter

2.1.1.1. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan memiliki peran penting dalam kelangsungan hidup manusia, karena pada dasarnya pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik dalam hal kepribadian, moral, maupun karakter yang baik. Pendidikan karakter bukanlah sebuah proses menghafal materi soal ujian dan teknik-teknik menjawabnya. Pendidikan karakter memerlukan pembiasaan.

Pembiasaan untuk berbuat baik, pembiasaan untuk berlaku jujur, ksatria, malu berbuat curang, malu bersikap malas, dan malu membiarkan lingkungannya kotor.

Karakter tidak terbentuk secara instan, tapi harus dilatih secara serius dan proporsional agar mencapai bentuk dan kekuatan yang ideal (Shobahiya & Suseno, 2013).

Pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah. Pendidikan karakter menanamkan kebiasaan tentang apa yang baik, sehingga peserta didik menjadi paham, mampu merasakan dan mau melakukan yang baik (Fahmi dkk, 2021). Pendidikan karakter juga mengharapkan adanya pertumbuhan moral setiap individu dalam rangka mewujudkan manusia yang berakhlak mulia. Sejalan dengan pernyataan tersebut, Aeni (2014) menjelaskan bahwa pendidikan karakter dapat disebut juga sebagai pendidikan moral, pendidikan nilai, pendidikan dunia afektif, pendidikan akhlak, atau pendidikan budi pekerti.

Pendidikan karakter merupakan usaha yang dilakukan oleh para anggota sekolah, bahkan yang dilakukan bersama-sama dengan orang tua dan anggota masyarakat untuk membantu anak-anak agar memiliki sifat peduli, berpendirian,

(18)

9

dan bertanggung jawab (Purwanti. 2017). Pendidikan karakter tidak hanya menumbuhkan sifat peduli, berpendirian, dan bertanggung jawab, namun juga sebuah usaha menjadikan manusia mempunyai segala nilai kebaikan dalam dirinya.

Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Rusmana (2019) yang menyatakan bahwa pendidikan karakter diartikan sebagai usaha dalam membangun dan terus meningkatkan karakter seseorang sesuai dengan nilai-nilai agar menjadi manusia yang mengetahui, mencintai dan melaksanakan kebaikan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, dan terhadap lingkungan serta mempraktikkannya dalam kehidupannya sehari-hari.

Berdasarkan beberapa pendapat mengenai pengertian pendidikan karakter menurut para ahli, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter mengindikasikan bahwa karakter identik dengan akhlak dan kepribadian. Pendidikan karakter dapat membantu terjadinya pembentukan karakter manusia yang dapat dilakukan melalui penanaman karakter yang tercermin dari perilaku yang konsisten. Pendidikan karakter merupakan bentuk usaha untuk menumbuhkan kepribadian khusus yang dilihat dari perilaku positif yang melekat pada diri manusia dan bertujuan untuk membentuk akhlak yang mulia, bertanggung jawab, kreatif, mandiri, berilmu, dan berguna bagi diri sendiri, bangsa, dan negara.

2.1.1.2. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter harus memperkenalkan nilai-nilai inti sebagai landasan bagi pembentukan karakter yang baik, sekolah harus dapat menjadi komunikasi yang peduli, seluruh staf sekolah harus menjadi komunikasi belajar dan komunitas moral yang saling berbagi tanggung jawab bagi keberlangsungan pendidikan karakter. Prinsip-prinsip pendidikan karakter di sekolah akan terlaksana dengan lancar, jika guru dalam pelaksanaannya memperhatikan beberapa prinsip pendidikan karakter. Kemendiknas (2010) memberikan rekomendasi 11 prinsip untuk mewujudkan pendidikan karakter yang efektif sebagai berikut:

1) Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter;

2) Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan, dan perilaku;

(19)

10

3) Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk membangun karakter;

4) Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian;

5) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan perilaku yang baik;

6) Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses;

7) Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada pada peserta didik;

8) Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggungjawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama;

9) Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter;

10) Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter;

11) Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan peserta didik.

Berdasarkan pada prinsip-prinsip yang direkomendasikan oleh Kemendiknas tersebut, Budimansyah (2010) berpendapat bahwa program pendidikan karakter di sekolah perlu dikembangkan dengan berlandaskan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Pendidikan karakter di sekolah harus dilaksanakan secara berkelanjutan (kontinuitas). Hal ini mengandung arti bahwa proses pengembangan nilai- nilai karakter merupakan proses yang panjang, mulai sejak awal pserta didik masuk sekolah hingga mereka lulus sekolah pada suatu pendidikan.

2) Pendidikan karakter hendaknya dikembangkan melalui semua mata pelajaran (terintegrasi), melalui pengembangan diri dan budaya suatu satuan pendidikan. Pembinaan karakter bangsa dilakukan dengan mengintegrasikan dalam seluruh mata pelajaran, sehingga semua mata pelajaran diarahkan pada pengembangan nilai-nilai karakter tersebut.

(20)

11

Pengembangan nilai karakter juga dapat dilakukan dengan melalui pengembangan diri, baik melalui konseling 13 maupun kegiatan ekstrakurikuler, seperti kegiatan kepramukaan dan lain sebagainya.

3) Sejatinya nilai-nilai karakter tidak diajarkan (dalam bentuk pengetahuan), jika hal tersebut diintegrasikan dalam mata pelajaran. Kecuali bila dalam bentuk mata pelajaran agama (yang didalamnya mengandung ajaran) maka tetap diajarkan dengan proses, pengetahuan (knowing), melakukan (doing), dan akhirnya membiasakan (habit).

4) Proses pendidikan dilakukan peserta didik dengan secara aktif dan menyenangkan. Proses ini menujukkan bahwa proses pendidikan karakter dilakukan oleh peserta didik bukan oleh guru. Sedangkan guru menerapkan prinsip “tut wuri handayani” dalam setiap perilaku yang ditunjukkan oleh agama.

Sedangkan menurut Wiyani (2013) prinsip-prinsip pendidikan karakter merangkum dalam tujuan karakter dasar yaitu jujur, tanggung jawab, disiplin, visioner, adil, peduli, dan kerja keras. Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa prinsip pendidikan karakter sebagai landasan dari pembentuk karakter yang baik saling bertanggung jawab bagi berlangsungnya pendidikan karakter sesuai dengan tujuan karakter dasar yang berlangsung secara berkelanjutan, melalui semua mata pelajaran, nilai-nilai tidak diajarkan tetapi dikembangkan, dan proses pendidikan dilakukan peserta didik dengan aktif dan menyenangkan.

2.1.2. Karakter Tanggung Jawab 2.1.2.1. Pengertian Karakter

Aktivitas pendidikan berupaya untuk membangun sumber daya manusia yang cerdas dan juga berkarakter mulia (Sagala, 2013). Berkarakter mulia berarti memiliki karakter positif atau berkepribadian baik. Memiliki karakter positif sangat diperlukan untuk menjadikan adanya hubungan-hubungan antar pribadi yang baik dan memiliki karakter tanggung jawab yang baik pula. Samrin (2016) mendefinisikan karakter identik dengan akhlak, etika, dan moral, sehingga karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang universal meliputi seluruh aktivitas

(21)

12

manusia, baik dalam rangka berhubungan dengan Tuhan, dengan dirinya, dengan sesama manusia, maupun dengan lingkungannya, yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

Setiap manusia memiliki karakter yang berbeda-beda. Karakter memiliki sifat yang tetap, sehingga dapat menjadi ciri khas atau tanda khusus pada setiap individu yang dapat membedakan individu satu dengan individu lainnya. Sejalan dengan pernyataan tersebut Maunah (2015) mengemukakan bahwa karakter adalah bentuk watak, tabiat, akhlak yang melekat pada pribadi seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi yang digunakan sebagai landasan untuk berpikir dan berperilaku sehingga menimbulkan suatu ciri khas pada individu tersebut. Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.

Keindahan dan kesempurnaan jasmani manusia menjadi lebih indah dan lebih elok dengan adanya sebuah karakter dalam diri. Contohnya berjalan adalah kemampuan jasmani manusia. Berjalannya manusia yang berkarakter akan indah dan membuat orang lain menjadi enak untuk melihatnya, karena gaya berjalannya tidak menunjukkan keangkuhan. Sebaliknya, orang yang berjalan dengan penuh keangkuhan dan menengadahkan wajahnya disertai dengan membusungkan dada, akan membuat orang lain merasa tidak sedap untuk melihatnya (Aeni, 2014).

Berdasarkan beberapa pendapat mengenai pengertian karakter menurut para ahli, dapat disimpulkan bahwa karakter adalah unsur pokok dalam diri manusia sebagai hasil internalisasi diri yang melekat dan merupakan ciri khas/keunikan/identitas individu tersebut.

2.1.2.2. Pengertian Tanggung Jawab

Tanggung jawab merupakan karakter esensial dalam kehidupan manusia.

Rochmah (2016) mendefinisikan tanggung jawab sebagai sebuah substansi yang bersifat kodrati. Artinya karakter yang secara alami menjadi bagian dalam diri manusia. Tanggung jawab juga merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya. Apabila dalam penggunaan hak dan

(22)

13

kewajiban bisa tertib, maka akan timbul rasa tanggung jawab. Tanggung jawab yang baik adalah apabila antara perolehan hak dan penuaian kewajiban bisa saling seimbang. Hal ini sejalan dengan pendapat Prihastutia & Santa (2020) yang menyatakan bahwa karakter tanggung jawab merupakan perilaku yang harus dimiliki seorang individu untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya.

Tanggung jawab juga dapat diartikan berkewajiban menanggung segala sesuatu yang telah diperbuat dengan segala resiko yang harus diterima. Samani dan Hariyanto (2020) menjelaskan bahwa tanggung jawab merupakan sebuah sikap dalam diri seseorang yang menunjukkan sikap mengetahui dan melaksanakan apa yang dilakukan sebagaimana yang diharapkan oleh orang lain. Tanggung jawab juga merupakan nilai moral penting dalam kehidupan masyarakat serta pertanggungan perbuatan orang tua dan diri sendiri (Nugraha & Nurani, 2021).

Sebagai pelajar yang baik, siswa harus memiliki karakter tanggung jawab, dalam hal ini tanggung jawab yang dimaksud adalah sebagai tugas yang mampu menyelaraskan dalam mencapai kompetensi siswa yang dimilikinya. Siswa yang tidak bertanggung jawab dalam belajar akan mendapatkan hasil yang kurang maksimal, sehingga siswa tidak dapat mengetahui seberapa besar hasil kemampuan dirinya. Guna mencapai cita-cita yang diinginkan sebagai seorang pelajar harus memiliki tanggung jawab yang penuh dalam segi belajarnya. Siswa yang memiliki rasa tanggung jawab belajar yang tinggi akan mencapai keinginan yang diinginkan (Syafitri, 2012).

Syafi'ah dan Sari (2020) juga berpendapat bahwa sikap tanggung jawab siswa yaitu perilaku siswa secara terencana untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya. Berdasarkan beberapa pengertian mengenai tanggung jawab menurut para ahli, dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab adalah suatu keadaan dimana ada kesanggupan untuk menetapkan sikap terhadap suatu perbuatan dan ada kesanggupan untuk memikul resiko dari suatu perbuatan. Dengan kata lain, seseorang yang bertanggung jawab itu akan teguh dalam mengambil keputusan serta siap menanggung resiko atau konsekuensi yang ada dari sikapnya tersebut.

(23)

14 2.1.2.3. Indikator Tanggung Jawab

Tanggung jawab merupakan nilai moral penting dalam kehidupan bermasyarakat. Tanggung jawab ialah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya. Tanggung jawab sudah menjadi kodrat manusia, yang artinya sudah menjadi bagian hidup manusia. Karakter tanggung jawab dapat dilihat dari beberapa indikator. Safitri (2017) menjelaskan indikator tanggung jawab ada 4 yaitu: 1) mengerjakan tugas dan pekerjaan rumah dengan baik, 2) bertanggung jawab terhadap setiap perbuatan, 3) menyelesaikan tugas sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, 4) mengerjakan tugas kelompok secara bersama-sama.

Seorang siswa merupakan manusia yang harus bertanggung jawab saat proses belajar dan dalam lingkungan belajarnya. Tanggung jawab dalam belajar adalah kewajiban untuk menyelesaikan tugas yang telah diterima secara tuntas melalui usaha yang maksimal serta berani menanggung segala akibatnya. Sari &

Bermuli (2021) menyebutkan indikator tanggung jawab siswa yakni: 1) memiliki kesiapan belajar sebelum pembelajaran; 2) disiplin; 3) berpartisipasi aktif mengikuti pembelajaran; 4) mengerjakan dan menyelesaikan tugas tepat waktu; 5) berinisiatif untuk terlibat aktif dalam menyelesaikan tugas kelompok.

Individu yang bertanggung jawab adalah individu yang dapat memenuhi tugas dan kebutuhan dirinya sendiri, serta dapat memenuhi tugas tanggung jawab terhadap lingkungan sekitarnya dengan baik. Sekolah merupakan lingkungan yang mewadahi proses belajar siswa, sehingga saat di sekolah pun siswa harus memiliki karakter tanggung jawab. Indikator tanggung jawab siswa di sekolah menurut Nur’aini & Lazim (2020) terbagi menjadi lima yaitu mengerjakan piket, mengerjakan tugas kelompok, mengerjakan tugas individu, menjaga kebersihan lingkungan sekolah, dan meminta maaf kepada teman jika bersalah.

Menjadi pribadi yang bertanggung jawab tidak melalui proses yang instan.

Pribadi harus dilatih secara terus-menerus, sehingga menjadi pribadi yang bertanggung jawab baik untuk diri sendiri, masyarakat maupun bangsa dan negara.

Kurinasih dan Sani (2014) menjelaskan ada tujuh indikator tanggung jawab yakni:

1) Melaksanakan tugas individu dengan baik; 2) Menerima resiko dan tindakan yang dilakukan; 3) Tidak menyalahkan/menuduh orang lain tanpa bukti yang

(24)

15

akurat; 4) Mengembalikan barang yang dipinjam; 5) Mengakui dan meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan; 6) Menepati janji; 7) Tidak menyalahkan orang lain untuk kesalahan tindakan sendiri.

Berdasarkan berbagai indikator tanggung jawab yang telah dikemukakan, peneliti menggunakan kelima indikator dari Sari & Bermuli (2021) yang meliputi:

1) memiliki kesiapan belajar sebelum pembelajaran; 2) disiplin; 3) berpartisipasi aktif mengikuti pembelajaran; 4) mengerjakan dan menyelesaikan tugas tepat waktu; 5) berinisiatif untuk terlibat aktif dalam menyelesaikan tugas kelompok.

Indikator ini dipilih karena menyangkut dengan keseimbangan antara hak dan kewajiban sehingga dapat tercipta karakter tanggung jawab siswa terutama dalam kondisi Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT).

2.1.3. Pengondisian Operan

2.1.3.1 Pengertian Pengondisian Operan

Pengondisian operan adalah suatu proses penguatan perilaku operan (penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan (Koeswara, 1991).

Skinner berpendapat bahwa kebanyakan perilaku manusia dipelajari melalui pengondisian operan. Menurut Supratiknya (1993) operan adalah respon yang beroperasi pada lingkungan dan mengubahnya, sehingga kunci dari pengondisian operan adalah penguatan yang langsung dari sebuah respon. Penguatan tidak menyebabkan suatu perilaku, namun meningkatkan kemungkinan dari perilaku yang sama untuk terjadi lagi.

Skinner yakin bahwa kita dapat memprediksikan, mengontrol, dan menjelaskan perkembangan-perkembangan manusia dengan melihat bagaimana prinsip perkuatan mampu menjelaskan tingkah laku individu pada saat ini sebagai akibat dari perkuatan terhadap respon-responnya di masa yang lalu (Supratiknya, 1993). Skinner juga menyatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan, maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus- respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Berdasarkan beberapa penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa pengondisian operan adalah proses belajar dengan mengendalikan semua atau sembarang respon yang muncul sesuai konsekuensi

(25)

16

(resiko) yang mana organisme akan cenderung untuk mengulang respon-respon yang diikuti oleh penguatan.

2.1.3.2 Penguatan (Reinforcement) dan Hukuman (Punishment)

Menurut Skinner, pengondisian operan terdiri dari dua konsep utama yaitu:

A. Penguatan (Reinforcement)

Penguatan (reinforcement) adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Menurut Skinner, penguatan (reinforcement) memiliki dua efek yaitu memperkuat perilaku dan memberikan penghargaan pada orang tersebut (Feist J & Feist G, 2013). Oleh karena itu, penguatan dan penghargaan tidak sama. Setiap perilaku yang diberi penguatan tidak selalu bersifat memberikan penghargaan atau menyenangkan bagi orang tersebut. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Skinner lainnya yaitu bahwa pemerkuat itu terdiri dari dua jenis, yakni pemerkuat primer dan pemerkuat sekunder (Koeswara, 1991).

Pemerkuat primer atau disebut pemerkuat tak berkondisi (unconditioned reinforcer) adalah kejadian atau objek yang memiliki sifat perkuat secara inheren, contohnya yaitu makanan bagi orang yang lapar dan minuman bagi orang yang sedang haus. Nilai pemerkuat yang ada pada pemerkuat primer seperti makanan dan minuman itu bagi organisme terlepas dari belajar. Artinya, terhadap makanan dan minuman itu organisme tanpa melalui proses belajar pun akan menunjukkan respon yang nyata. Sedangkan pemerkuat sekunder adalah suatu hal, kejadian, atau objek yang memiliki nilai pemerkuat respon melalui kaitan yang erat dengan pemerkuat primer berdasarkan pengalaman pengondisian atau proses belajar pada organisme. Pemerkuat sekunder merupakan perpanjangan atau turunan dari pemerkuat primer. Pemerkuat sekunder juga disebut pemerkuat sosial, contohnya perhatian dan penerimaan atau persetujuan (approval).

Skinner (dalam Feist J & Feist G, 2013) membagi penguatan menjadi dua bagian, antara lain:

1. Penguatan Positif (Positive Reinforcement)

(26)

17

Penguatan positif (positive reinforcement) adalah setiap stimulus yang saat dimasukkan dalam situasi meningkatkan kemungkinan bahwa suatu perilaku akan terjadi. Bentuk-bentuk penguatan positif yaitu makanan, air, uang, persetujuan sosial, penghargaan dan kenyamanan fisik. Saat ditonjolkan dalam suatu perilaku, masing-masing mempunyai kapasitas untuk meningkatkan suatu respon. Kebanyakan dari perilaku manusia dan binatang dipelajari melalui penguatan positif.

2. Penguatan Negatif (Negative Reinforcement)

Penguatan negatif (negative reinforcement) yaitu menghilangkan suatu stimulus yang tidak disukai dari situasi dapat meningkatkan kemungkinan bahwa perilaku sebelumnya akan terjadi. Bentuk-bentuk penguatan negatif yaitu menunda/tidak memberikan penghargaan, memberikan tugas tambahan, dan menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa, dan lain-lain).

Berdasarkan penjabaran diatas, dapat disimpulkan bahwa penguatan adalah usaha menguatkan sesuatu dengan tujuan tertentu. Penguatan dibagi menjadi dua yaitu penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif berbeda dari penguatan negatif, karena penguatan positif meliputi adanya stimulus yang menguntungkan (ada sesuatu yang ditambahkan atau diperoleh) sementara penguatan negatif menuntut adanya suatu kondisi yang dihindari (ada sesuatu yang dikurangi atau dihilangkan).

B. Hukuman (Punishment)

Hukuman mempunyai beberapa karekteristik yang sama dengan penguatan.

Seperti adanya dua macam penguatan (positif dan negatif), terdapat juga dua macam hukuman. Hukuman pertama membutuhkan pemberian stimulus yang tidak disukai, sedangkan hukuman yang kedua melibatkan penghilangan suatu penguatan positif (Feist J & Feist G, 2013). Keduanya dapat diperoleh dari konsekuensi alami ataupun diberikan oleh manusia lain. Karakteristik yang terakhir, hukuman dan penguatan sama-sama merupakan cara untuk mengontrol perilaku, baik kontrol yang sudah dirancang ataupun yang terjadi kebetulan.

(27)

18

Namun demikian, penguatan negatif seharusnya tidak disamakan dengan hukuman. Penguatan negatif menghilangkan, mereduksi, dan menghindari stimulus yang tidak menyenangkan, sementara hukuman (punishment) adalah pemberian stimulus yang tidak menyenangkan, seperti setruman, atau menghilangkan stimulus yang menyenangkan, seperti memutuskan hubungan telepon seorang remaja (Feist J & Feist G, 2013). Penguatan negatif menguatkan suatu respons, sementara hukuman tidak. Walaupun hukuman tidak menguatkan suatu respons, tetapi tidak secara langsung melemahkan respons tersebut.

Skinner tidak mendukung digunakannya hukuman dalam rangka pembentukan perilaku, karena hukuman dalam jangka waktu yang panjang tidak mempunyai pengaruh, justru banyak segi negatifnya daripada segi positifnya. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Skinner bahwa hukuman dalam jangka panjang tidak akan efektif, tampak bahwa hukuman hanya menekan perilaku, dan ketika ancaman dihilangkan, tingkat perilaku akan ke level semula (Koeswara, 1991). Berdasarkan penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa Skinner lebih percaya pada penguatan negatif yang tidak sama dengan hukuman. Bedanya dengan hukuman adalah, bila hukuman harus diberikan sebagai stimulus agar respon yang timbul berbeda dengan yang timbul sebelumnya, sedangkan penguatan negatif sebagai stimulus harus dikurangi agar respon yang sama menjadi kuat.

2.1.4. Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT)

Pendidikan di Indonesia selama masa pandemi COVID-19, mengalami perubahan aktivitas belajar yang berbeda dimulai sejak awal Maret 2020.

Pembelajaran jarak jauh menjadi alternatif yang paling efektif diterapkan selama negara Indonesia dilanda wabah COVID-19 untuk memutus rantai penyebaran yang semakin massif. Namun, proses pembelajaran jarak jauh selama penutupan sekolah akibat dampak COVID-19 tidak dapat dilaksanakan secara optimal karena berbagai keterbatasan, antara lain bahwa guru tidak dapat secara langsung memanfaatkan berbagai perangkat teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan platform pembelajaran online yang banyak tersedia dalam mendukung pelaksanaan

(28)

19

pembelajaran jarak jauh, baik karena kemampuan guru, faktor ekonomi orang tua, keterbatasan akses internet, maupun tidak adanya bimbingan. Secara umum, pembelajaran online yang dipaksakan menyisakan berbagai macam persoalan, antara lain akses internet yang terbatas, kesiapan guru, dan adaptasi siswa serta kompetensi guru dalam memanfaatkan teknologi dan informasi pembelajaran masih kurang (Supriatna, 2021).

Menanggapi permasalahan tersebut, pemerintah melakukan revisi kebijakan. Kebijakan Surat Keputusan Bersama 4 Menteri yang dikeluarkan di bulan Agustus 2020 mengalami revisi pada bulan November 2020 yang kemudian digunakan sebagai panduan pelaksanaan pembelajaran mulai semester genap tahun 2020/2021 atau paling lambat pada tahun ajaran 2021/2022. Kebijakan ini berisi apabila sebelumnya izin sekolah tatap muka masih melihat zona (hanya zona hijau dan kuning yang diperbolehkan tatap muka), maka dalam Surat Keputusan Bersama ini Pemerintah Daerah diberi kewenangan untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka terbatas dengan prosedur ketat yang sesuai dengan standar protokol kesehatan. Berdasarkan Instruksi Gubernur Jawa Tengah No. 10 Tahun 2021 tentang Implementasi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4, Level 3, dan Level 2 Corona Virus Disease, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mulai mengizinkan sekolah melakukan pembelajaran tatap muka terbatas pada 30 Agustus 2021, dengan beberapa ketentuan yang harus dipenuhi salah satunya yaitu kabupaten atau kota tersebut sudah memasuki PPKM level 2 dan 3.

Pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas atau yang disingkat dengan PTMT merupakan satu-satunya solusi untuk menghindari gejala learning loss (berkurangnya jam belajar dan semangat belajar) serta ancaman putus sekolah bagi peserta didik. Pembelajaran tatap muka terbatas tentu saja tidak sama dengan pembelajaran tatap muka seperti biasanya dikarenakan waktu pertemuan antara guru dan siswa sangat terbatas. Siswa dibagi ke dalam kelompok belajar atau dijadwal berdasarkan shift, dengan tujuan membatasi jumlah siswa dalam satu ruangan. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Onde dkk (2021) yang menjelaskan bahwa pembelajaran tatap muka terbatas merupakan pembatasan jumlah peserta didik dalam satu kelas, sehingga perlu mengatur jumlah dengan

(29)

20

sistem rotasi dan kapasitas 50% dari jumlah siswa pada normalnya, persetujuan orang tua siswa, penerapan protokol kesehatan yang ketat, tenaga kependidikan telah melakukan vaksinasi, serta sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan protokol kesehatan tersedia.

Pertemuan tatap muka terbatas berlangsung selama 3 jam pelajaran untuk 1 shift, dan mengombinasikan dengan PJJ, sehingga PTM dilaksanakan 2 sampai 3 kali dalam 1 minggu. Setiap siswa melakukan PTM sebanyak 6 sampai 9 jam dengan sistem masuk dibuat selang-seling dengan jeda beberapa menit, agar tidak terjadi penumpukan antara siswa yang akan pulang dan yang akan memasuki ruang kelas. Jumlah jam tatap muka terbatas harus dilakukan dalam upaya mematuhi persyaratan dari pemerintah mengenai protokol kesehatan yang harus dipenuhi dalam pembelajaran tatap muka terbatas ini dimana kondisi kelas harus memenuhi jaga jarak minimal 1,5 meter, jumlah maksimal peserta didik per ruang kelas jenjang pendidikan anak usia dini (PAUD ) 5 (dari standar 15), peserta didik jenjang pendidikan dasar dan menengah 18 peserta didik (dari standar 36), Sekolah Luar Biasa (SLB) 5 peserta didik (dari standar 8), jadwal pembelajaran dilakukan dengan sistem bergiliran rombongan belajar (shifting) sesuai ketentuan dari masing-masing satuan pendidikan (Tanuwijaya dan Tambunan, 2021).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) adalah pembelajaran tatap muka dengan waktu dan tempat yang terbatas serta menerapkan protokol kesehatan yang ketat, hal tersebut dilakukan untuk menghindari gejala learning loss (berkurangnya jam belajar dan semangat belajar) serta meminimalisir permasalahan lain yang timbul akibat pembelajaran jarak jauh.

2.2. Kajian Penelitian Relevan

Terkait dengan penelitian yang berjudul “Karakter Tanggung Jawab Melalui Tipe Pengondisian Operan pada Kegiatan PTMT Siswa SD 1 Barongan”, peneliti menguraikan tentang penelitian sebelumnya yang relevan dengan judul penelitian peneliti yakni sebagai berikut.

Sari & Bermuli (2021)melakukan penelitian tentang Pembentukan Karakter Tanggung Jawab Siswa pada Pembelajaran Daring Melalui Implementasi

(30)

21

Pendidikan Karakter yang dipublikasikan dalam Jurnal Kependidikan: Jurnal Hasil Penelitian dan Kajian Kepustakaan di Bidang Pendidikan, Pengajaran dan Pembelajaran, Volume 7, Nomor 1. Hasil dari penelitian tersebut adalah implementasi pendidikan karakter merupakan solusi yang tepat untuk dapat membentuk tanggung jawab siswa. Implementasi pendidikan karakter dilakukan secara holistik dan terintegrasi melalui pemberian motivasi, peraturan kelas, penyampaian materi pembelajaran, diskusi kelompok, dan kegiatan refleksi.

Pembentukan karakter tanggung jawab siswa juga dilakukan secara optimal mencakup seluruh aspek siswa yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Perbedaan penelitian ini adalah Sari & Bermuli melakukan penelitian melalui implementasi pendidikan karakter pada pembelajaran daring (online) sedangkan peneliti melakukan penelitian melalui tipe Pengondisian Operan pada masa Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT). Persamaannya adalah sama-sama meneliti tentang karakter tanggung jawab siswa.

Pertiwi (2021) melakukan penelitian tentang Pembiasaan Nilai Tanggung Jawab dalam Pembelajaran Daring yang dipublikasikan dalam Jurnal Actual Insight, Volume 1, Nomor 2. Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa pembiasaan pendidikan karakter tanggung jawab dalam pembelajaran daring dapat diimplementasikan melalui beberapa strategi yaitu pemberian tugas pada google classroom, mengisi jurnal PHBS, diintegrasikan dalam pembelajaran KI 4, dan kolaborasi dengan orang tua. Dampak pembelajaran daring terhadap pendidikan karakter tanggung jawab ini berdampak positif, peserta didik dapat meningkatkan tanggung jawab spiritual, mengerjakan dan mengumpulkan tugas, serta membantu orang tua. Perbedaan penelitian ini adalah Pertiwi melakukan penelitian pada pembelajaran daring (online) dan lebih fokus pada pembiasaan nilai tanggungjawab, sedangkan peneliti pada masa Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) dan fokus pada implementasinya. Persamaannya adalah sama-sama meneliti karakter tanggungjawab siswa dalam pembelajaran di masa COVID-19.

Pramasanti dkk, (2020) melakukan penelitian tentang Implementasi Pendidikan Karakter Tanggung Jawab dan Kerja Sama dalam Pembelajaran Tematik Kurikulum 2013 di SD Negeri 2 Berkoh yang dipublikasikan dalam Jurnal

(31)

22

Papeda, Volume 2, Nomor 1. Hasil dari penelitian tersebut adalah pendidikan tidak hanya mengajarkan pengetahuan saja tetapi juga memiliki peranan penting dalam pembentukan karakter bangsa. Pembentukan karakter pada peserta didik dapat dilakukan sejak dini kepada anak. Karakter yang terdapat di dalamnya adalah karakter tanggung jawab dan kerja sama, di SD Negeri 2 Berkoh karakter tanggung jawab dan kerja sama diimplementasikan dalam kurikulum 2013 melalui beberapa kegiatan seperti kegiatan pembelajaran, spontan, keteladanan, pembiasaan yang dilakukan oleh peserta didik untuk membentuk tanggung jawab dan kerja sama di dalam pembelajaran tematik seperti mengerjakan tugas dan membuat kelompok.

Perbedaan penelitian ini adalah Pramasanti melakukan penelitian dalam Pembelajaran Tematik Kurikulum 2013 serta karakter kerja sama, sedangkan peneliti meneliti karakter tanggung jawab siswa melalui tipe Pengondisian Operan dalam Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT). Persamaannya adalah sama- sama meneliti karakter tanggung jawab siswa.

2.3. Kerangka Teori

Belajar adalah suatu proses yang menunjukkan hubungan secara terus- menerus antara respon yang muncul serta rangsangan yang diberikan. Pengulangan dan pelatihan digunakan agar perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan sehingga terbentuklah suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penguatan negatif. Penjelasan tersebut sesuai dengan teori Pengondisian Operan yang dikembangkan oleh B.F Skinner. Pengondisian operan adalah suatu proses penguatan perilaku operan (penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan (Koeswara, 1991).

Teori belajar tingkah laku (behaviorisme) menjelaskan salah satu karakter penting yang perlu diajarkan dan merupakan dasar nilai secara universal adalah karakter tanggung jawab. Samani dan Hariyanto (2020) menjelaskan bahwa tanggung jawab merupakan sebuah sikap dalam diri seseorang yang menunjukkan sikap mengetahui dan melaksanakan apa yang dilakukan sebagaimana yang diharapkan oleh orang lain.

(32)

23

Saat ini Indonesia sedang memberlakukan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) yang merupakan salah satu cara dalam mengurangi adanya gejala learning loss (berkurangnya jam belajar dan semangat belajar) serta ancaman putus sekolah bagi peserta didik akibat pandemi COVID-19. Menurut Onde dkk (2021) pembelajaran tatap muka terbatas merupakan pembatasan jumlah siswa dalam satu kelas, sehingga perlu mengatur jumlah dengan sistem rotasi dan kapasitas 50% dari jumlah siswa pada normalnya, persetujuan orang tua siswa, penerapan protokol kesehatan yang ketat, persetujuan orang tua siswa, penerapan protokol kesehatan yang ketat, tenaga kependidikan telah melakukan vaksinasi, serta sarana prasarana pendukung pelaksanaan protokol kesehatan tersedia. Perubahan sistem pembelajaran dari yang semula pembelajaran jarak jauh (online) menjadi Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) berdampak pada karakter tanggung jawab siswa.

Salah satu karakteristik siswa bertanggung jawab adalah memiliki kesiapan belajar sebelum pembelajaran. Hal itu sejalan dengan pendapat Sari & Bermuli (2021) yang menyebutkan indikator tanggung jawab siswa yaitu sebagai berikut:

(1) Memiliki kesiapan belajar sebelum pembelajaran; (2) Disiplin; (3) Perpartisipasi aktif mengikuti pembelajaran; (4) Mengerjakan dan menyelesaikan tugas tepat waktu; dan (5) Berinisiatif untuk terlibat aktif dalam menyelesaikan tugas kelompok.

Berdasarkan uraian teori tersebut, peneliti akan menganalisis bagaimana karakter tanggung jawab siswa SD 1 Barongan pada kegiatan PTMT dan bagaimana karakter tanggung jawab siswa melalui tipe pengondisian operan. Peneliti menyusun kerangka teori dalam bentuk bagan berdasarkan pendapat para ahli yang telah diuraikan sebagai berikut.

(33)

24

Gambar 2.3 Bagan Kerangka Teori Pengondisian

Operan

Karakter Tanggungjawab

Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT)

Indikator Karakter Tanggungjawab Koeswara (1991) menjelaskan bahwa

pengondisian operan adalah suatu proses penguatan perilaku operan (penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.

Samani dan Hariyanto (2020) menjelaskan bahwa tanggung jawab merupakan sebuah sikap dalam diri seseorang yang menunjukkan sikap mengetahui dan melaksanakan apa yang dilakukan sebagaimana yang diharapkan oleh orang lain.

Onde dkk (2021) pembelajaran tatap muka terbatas merupakan pembatasan jumlah siswa dalam satu kelas, sehingga perlu mengatur jumlah dengan sistem rotasi dan kapasitas 50% dari jumlah siswa pada normalnya, persetujuan orang tua siswa, penerapan protokol kesehatan yang ketat, persetujuan orang tua siswa, penerapan protokol kesehatan yang ketat, tenaga kependidikan telah melakukan vaksinasi, serta sarana prasarana pendukung pelaksanaan protokol kesehatan tersedia.

Onde dkk (2021) pembelajaran tatap muka terbatas merupakan pembatasan jumlah siswa dalam satu kelas, sehingga perlu mengatur jumlah dengan sistem rotasi dan kapasitas 50% dari jumlah siswa pada normalnya, persetujuan orang tua siswa, penerapan protokol kesehatan yang ketat, persetujuan orang tua siswa, penerapan protokol kesehatan yang ketat, tenaga kependidikan telah melakukan vaksinasi, serta sarana prasarana pendukung pelaksanaan protokol kesehatan tersedia.

Sari & Bermuli (2021) menyebutkan indikator tanggung jawab siswa yaitu sebagai berikut:

1. Memiliki kesiapan belajar sebelum pembelajaran.

2. Disiplin.

3. Perpartisipasi aktif mengikuti pembelajaran.

4. Mengerjakan dan

menyelesaikan tugas tepat waktu.

5. Berinisiatif untuk terlibat aktif dalam menyelesaikan tugas kelompok.

Bagaimana karakter tanggung jawab siswa SD 1 Barongan pada kegiatan PTMT?

Bagaimana karakter tanggung jawab melalui tipe pengondisian operan pada kegiatan PTMT siswa SD 1 Barongan?

Karakter Tanggung Jawab Melalui Tipe Pengondisian Operan pada Kegiatan PTMT Siswa SD 1 Barongan

(34)

25 2.4. Kerangka Berpikir

Pandemi COVID-19 memberikan dampak yang cukup signifikan bagi semua aspek kehidupan, utamanya dalam dunia pendidikan. Kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan mengalami beberapa perubahan sistem pembelajaran, dari yang semula pembelajaran tatap muka biasa beralih menjadi pembelajaran jarak jauh (online) kemudian kembali ke pembelajaran tatap muka namun serba terbatas atau yang dikenal dengan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) sesuai Kebijakan Surat Keputusan Bersama 4 Menteri yang dikeluarkan pada bulan November 2020. Perubahan sistem pembelajaran tersebut pada akhirnya membuat anak kembali perlu menyesuaikan diri dengan segala ketentuan dalam proses pembelajaran. Hal ini tentunya berdampak pada karakter tanggung jawab siswa yang merupakan dasar nilai secara universal.

Berdasarkan kondisi tersebut, peneliti akan menganalisis karakter tanggung jawab siswa yang ada di SD 1 Barongan melalui Tipe Pengondisian Operan pada kegiatan Pertemuan Tatap Muka Terbatas (PTMT). Penelitian ini akan tertuju kepada kebiasaan siswa (utamanya siswa kelas lima) yang ada di SD 1 Barongan.

Selain itu, peneliti juga akan menggali lebih dalam informasi dari yang ada di SD 1 Barongan melalui dokumen, guru, dan kepala sekolah. Analisis melalui kebiasaan yang dilakukan siswa di sekolah melalui Tipe Pengondisian Operan diharapkan akan membentuk karakter tanggung jawab siswa pada kegiatan PTMT. Beberapa indikator yang diharapkan meliputi: 1) memiliki kesiapan belajar sebelum pembelajaran; 2) disiplin; 3) berpartisipasi aktif mengikuti pembelajaran; 4) mengerjakan dan menyelesaikan tugas tepat waktu; 5) berinisiatif untuk terlibat aktif dalam menyelesaikan tugas kelompok.

(35)

26

Adapun kerangka berpikir penelitian disajikan dalam bentuk bagan sebagai berikut:

Gambar 2.4 Bagan Kerangka Berfikir Masa Pandemi COVID-19

Pertemuan Tatap Muka Terbatas/PTMT

Pengondisian Operan

Karakter Tanggung Jawab

Siswa SD 1 Barongan Kebiasaan Siswa

Memiliki Kesiapan Belajar Sebelum

Pembelajaran

Disiplin

Berpartisipasi Aktif Mengikuti Pembelajaran

Mengerjakan dan Menyelesaikan Tugas Tepat Waktu

Berinisiatif untuk Terlibat Aktif dalam

Menyelesaikan Tugas Kelompok

(36)

27 BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat & Waktu Penelitian 3.1.1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di SD 1 Barongan terletak di Jalan Sunan Muria, RT 02 RW 03, Desa Barongan, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Provinsi Jawa Tengah. Letak geografisnya berada di tengah-tengah pemukiman perkotanaan dan di kelilingi bangunan-bangun besar. Sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah unggulan di Kabupaten Kudus yang memiliki visi yaitu terwujudnya insan yang beriman dan bertaqwa, berprestasi prima dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, berbudi pekerti luhur, peduli lingkungan dan kompetitif.

Informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru kelas, dan siswa kelas lima SD 1 Barongan. Pengambilan sumber data dilakukan secara purposive sampling. Peneliti tidak menggunakan semua siswa yang ada di SD 1 Barongan, tetapi hanya mengambil beberapa siswa kelas lima di semester genap tahun pelajaran 2021/2022 dengan kriteria siswa yang memiliki pola tanggung jawab baik yang muncul dari latar belakang keluarga.

Peneliti memilih siswa kelas lima dengan kriteria tersebut karena siswa kelas lima merupakan peralihan dari kanak-kanak menuju remaja awal yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang akan memberi dampak besar terhadap pengaruh kualitas karakter siswa. Karakter siswa kelas lima yang memilki keingintahuan yang sangat tinggi, senang bermain secara berkelompok, menyukai bersosialisasi dengan sekitar, mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis serta menyukai belajar yang bersifat praktek langsung merupakan beberapa wujud dari indikator karakter tanggung jawab. Bukan hanya itu, siswa di SD 1 Barongan terdiri dari siswa-siswa yang memiliki latar belakang yang beragam, baik dari segi ekonomi, keluarga, agama, maupun budaya. Perbedaan tersebut tentunya

(37)

28

akan berdampak pada karakter tanggung jawab siswa dan implementasi karakter tersebut pada saat kegiatan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT).

3.1.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan mulai bulan September 2021 sampai Februari 2022 dengan tahap persiapan, pelaksanaan, dan laporan. Pada bulan September 2021 peneliti melakukan pengajuan judul skripsi. Pada bulan Oktober 2021 Peneliti melakukan persiapan instrumen penelitian tentang karakter tanggungjawab siswa SD 1 Barongan pada kegiatan PTMT yang digunakan, kemudian melaksanakan observasi, wawancara pra penelitian ke SD 1 Barongan dan perumusan topik permasalah. Pada bulan November 2021 sampai Januari awal 2022 peneliti menyusun proposal penelitian serta beberapa instrumen penelitian dengan bimbingan dari dosen pembimbing. Setelah proposal disetujui oleh dosen pembimbing, peneliti melaksanakan penelitian di bulan Januari minggu ke-4 sampai Februari minggu ke-2 tahun 2022 untuk mengumpulkan data dengan melakukan observasi dan wawancara sebanyak 2 sampai 3 kali secara bersamaan menggunakan instrumen yang telah dibuat pada proposal penelitian tentang karakter tanggungjawab siswa SD 1 Barongan pada kegiatan PTMT dengan. Pada Februari minggu ke-2 tahun 2021 peneliti membuat laporan dengan analisis data penetilian. Setelah itu pada minggu ke-3 dan ke-4 bulan Februari 2022, peneliti membuat hasil penelitian karakter tanggungjawab siswa SD 1 Barongan pada kegiatan PTMT yang akan di tuangkan pada skripsi.

3.2. Pendekatan & Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan model naratif, dimana bentuk penelitian ini diungkapkan melalui beberapa teori kemudian diuraikan dengan kata-kata dan disusun dalam bentuk cerita. Hal ini sejalan dengan pendapat Faizin & Haerussaleh (2020) bahwa model naratif merupakan salah satu bentuk dan jenis dari penelitian kualitatif, yang menitikberatkan pada pengalaman individu dan menuliskannya kembali dalam bentuk cerita atau dinarasikan kembali oleh peneliti dengan utuh.

Sugiyono (2015) menyatakan bahwa metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme yang digunakan

(38)

29

untuk meneliti kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti sebagai instrumen kunci dan hasilnya lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Moleong (2014) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Jadi penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data berupa kata-kata bukan data berupa angka.

Rencana penelitian yang akan peneliti lakukan adalah menggunakan penelitian kualitatif dengan model pendekatan naratif, dengan pengumpulan data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan data dokumentasi. Peneliti akan menemui siswa di sekolah ketika pembelajaran di kelas dan mengobservasi segala tindakan siswa di sekolah guna melihat langsung mengenai implementasi karakter tanggung jawab siswa pada saat kegiatan PTMT. Peneliti juga akan menggali semua informasi yang ada di lapangan agar bisa mendapatkan data lebih banyak mengenai karakter tanggung jawab siswa pada saat kegiatan PTMT.

3.3. Peranan Peneliti

Peran peneliti sangatlah penting untuk tercapainya sebuah penelitian yang diharapkan, karena salah satu kunci pada penelitian kualitatif terletak pada penelitinya. Kehadiran peneliti sangatlah penting, sesuai pendapat Hadi (2017) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif dilakukan secara intensif dengan partisipasi peneliti yang mendalam di lapangan. Peneliti mencatat fenomena yang ditemui secara hati-hati, kemudian melakukan analisis terhadap berbagai fenomena yang ditemukan di lapangan, dan pada akhirnya menyusun sebuah laporan penelitian yang mendetail.

Berkaitan dengan penelitian yang dilakukan peneliti tentang implementasi karakter tanggung jawab siswa pada kegiatan PTMT, diharapkan mampu menemukan informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan PTMT dan karakter tanggung jawab siswa melalui pengondisian operan pada kegiatan PTMT di SD 1 Barongan.

Gambar

Gambar 2.3  Bagan Kerangka Teori Pengondisian Operan  Karakter  Tanggungjawab Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT)  Indikator Karakter Tanggungjawab Koeswara (1991) menjelaskan bahwa
Gambar 2.4 Bagan Kerangka Berfikir Masa Pandemi COVID-19
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Tabel 2. Pedoman Wawancara Guru (Pra Penelitian)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui p erbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari: tingkat pendidikan, status guru, dan masa kerja guru.. Data dikumpulkan dengan

Pada tahun 2016 kinerja tentang pasar adalah meningkatkan tingkat ketersediaan sarana dan prasarana perdaganagan yang representatif dari yang 9.. pasar pada tahun 2015

Magadir Versi Latin – Bahasa Indonesia: Magadir Magadir Ya Ghalbil 'Ana Magadir Magadir Wisy dzambi Ana Magadir Magadir Ya Ghalbil Anaa Magadir Wisy

Selama penulis melakukan penelitian menemukan bahwa pada SMK Kesuma Bangsa 1 Depok tidak memiliki sistem pengolahan data administrasi sekolah yang terkomputerisasi sehingga

Berat lahir dan ukuran-ukuran tubuh saat lahir pada cempe Boerawa G1 tertinggi dibandingkan kambing BG2 dan PE, Hal tersebut merupakan hasil pewarisan yang

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh Tanggung Jawab Sosial (CSR) perusahaan, Corporate Governance, Komitmen Manajemen, Etika Bisnis terhadap Reputasi

Pimpinan BPRS Puduarta Insani menerapkan gaya kepemimpinan partisipatif dimana pimpinan mengikut sertakan orang lain ( bawahan) dalam pengambilan keputusan sehingga