IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN NILAI TANGGUNG JAWAB PADA SISWA KELAS III SD 1 PEDES SEDAYU BANTUL
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Rizka Puji Rahayu NIM 11108244059
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
v
MOTTO
Ing Ngarsa Sung Tuladha Ing Madya Mangun Karsa Tut Wuri Handayani (Ki Hadjar Dewantara)
vi
PERSEMBAHAN
Rasa syukur yang mendalam kupanjatkan kehadirat Allah SWT. Dengan rahmat dan ridhoNya karya ini kupersembahkan kepada:
Bapak dan Ibu tercinta Agamaku, Nusa dan Bangsa
vii
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN NILAI TANGGUNG JAWAB PADA SISWA KELAS III SD 1 PEDES SEDAYU BANTUL
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Oleh. Rizka Puji Rahayu NIM 11108244059
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa kelas III SD 1 Pedes Kecamatan Sedayu Kabupaten Bantul Yogyakarta Tahun Pelajaran 2014/2015.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Subjek penelitian ini adalah guru kelas III, siswa kelas III, serta kepala sekolah. Objek penelitian ini berupa implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti dengan menggunakan alat bantu pedoman observasi, pedoman wawancara dan pedoman studi dokumen. Data dianalisis dengan menggunakan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Uji keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai-nilai tanggung jawab yang diimplementasikan pada pembelajaran siswa kelas III di SD 1 Pedes yaitu: a) dapat diandalkan ketika sepakat mengerjakan sesuatu b) fokus pada pekerjaan yang sedang dikerjakan c) Meminta maaf apabila membuat kesalahan, d) berpikir sebelum bertindak. Hambatan yang dialami guru dalam mengimplementasikan pembelajaran nilai tanggung jawab adalah kurang tegasnya sanksi yang diberikan pada siswa yang melanggar aturan. Metode pembelajaran yang digunakan juga kurang bervariatif. Selain itu guru mengalami hambatan dalam mengondisikan kelas dan faktor keluarga siswa.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “Implementasi Pembelajaran Nilai Tanggung Jawab Pada Siswa Kelas III SD 1 Pedes Sedayu Bantul Tahun Pelajaran 2014/2015”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi tingkat sarjana pada program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.
Skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa peran serta dari berbagai pihak baik secara moral maupun material. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan saya kesempatan untuk menempuh pendidikan di UNY.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan ijin penelitian. 3. Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan ijin
penelitian.
4. Ketua Jurusan PSD yang telah membantu kelancaran dalam proses penyusunan skripsi ini.
5. Bambang Saptono, M.Si. dan Hidayati, M.Hum. dosen pembimbing skripsi yang telah sabar dan ikhlas memberikan bimbingan selama penyelesaian skripsi ini.
x
DAFTAR ISI
Hal
JUDUL ... i
PERSETUJUAN ... ii
PERNYATAAN ... iii
PENGESAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL . ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 7
C. Batasan Masalah ... 8
D. Rumusan Masalah ... 8
E. Tujuan Penelitian ... 9
F. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Nilai 1. Pengertian Nilai ... 11
2. Tujuan Penanaman Nilai ... 12
3. Landasan Pendidikan Nilai ... 13
4. Lingkungan Pendidikan Nilai ... 14
B. Hakikat Tanggung Jawab 1. Pengertian Tanggung Jawab ... 16
xi
3. Macam-macam Tanggung Jawab... 19
4. Integrasi Pembelajaran Nilai Tanggung Jawab pada Siswa ... 21
C. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... 25
D. Kerangka Pikir ... ... 29
E. Definisi Operasional ... 30
F. Pertanyaan Penelitian ... 31
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 32
B. Subjek dan Objek Penelitian ... 33
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34
D. Teknik Pengumpulan Data ... 34
E. Instrumen Penelitian ... 36
F. Teknik Analisis Data ... 41
G. Keabsahan Data ... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 45
B. Pembahasan ... 78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 87
B. Saran ... 88
DAFTAR PUSTAKA ... 90
xii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1. Kisi-kisi Pedoman Observasi ... 38
Tabel 2. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Guru ... 39
Tabel 3. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Siswa... 40
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1. Pedoman Observasi ... 93
Lampiran 2. Hasil Observasi ... 94
Lampiran 3. Reduksi Data Hasil Observasi ... 110
Lampiran 4. Pedoman Wawancara Guru ... 119
Lampiran 5. Pedoman Wawancara Siswa ... 120
Lampiran 6. Pedoman Wawancara Kepala Sekolah ... 121
Lampiran 7. Transkrip Wawancara Guru... 122
Lampiran 8. Hasil Wawancara Siswa ... 127
Lampiran 9. Transkrip Wawancara Kepala Sekolah... 132
Lampiran 10. Reduksi Hasil Wawancara Guru... 135
Lampiran 11. Reduksi Hasil Wawancara Siswa ... 138
Lampiran 12. Reduksi Hasil Wawancara Kepala Sekolah... 142
Lampiran 13. Pedoman dan Hasil Dokumentasi ... 144
Lampiran 14. Penyajian Data dan Kesimpulan ... 145
Lampiran 15. Silabus ... 151
Lampiran 16. Dokumentasi ... 157
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan di Indonesia tidak hanya mengutamakan pada penguasaan
akademiknya saja. Akan tetapi juga memiliki tujuan untuk membentuk
karakter peserta didik. Seperti yang tertuang dalam Undang-undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam pasal 3, yaitu:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut diperlukan proses
pendidikan yang memadai. Agar pendidikan dapat berjalan dengan baik
sebaiknya semua aspek yang mempengaruhi belajar peserta didik dapat
berpengaruh positif, sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan.
Dalam dunia pendidikan, terdapat tiga ranah yang harus dikuasai oleh
peserta didik yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Namun pada
kenyataannya, meskipun sekolah selalu mengupayakan menyeimbangkan
ketiga ranah tersebut, ranah kognitif terlihat lebih dominan kemudian disusul
dengan ranah psikomotorik. Hal ini mengakibatkan peserta didik memiliki
kemampuan hard skill yang lebih menonjol daripada kemampuan soft skill,
karena ranah afektif yang sedikit terabaikan. Ranah afektif ini meliputi
2
Karakter berarti tabiat atau kepribadian seseorang. Zainal dan Sujak
(2011: 2) menyatakan karakter mengacu pada serangkaian sikap (attitudes),
perilaku (behaviors), motivasi (motivation), dan ketrampilan (skills). Karakter
berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan
memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk
tindakan atau tingkah laku. Karakter merupakan kepribadian yang
menjadikan tipikal dalam cara berfikir dan bertindak yang melekat pada diri
seseorang. Karakter terdiri atas tiga unjuk perilaku terdiri atas pengetahuan
moral, perasaan berlandaskan moral, dan perilaku berlandaskan moral.
Karakter yang baik terdiri atas proses tahu di mana yang baik, keinginan
melakukan yang baik, dan melakukan yang baik.
Saat ini pendidikan karakter merupakan topik yang hangat dibicarakan
oleh kalangan pendidik. Realita yang terjadi di Indonesia sekarang ini adalah
perilaku moral yang semakin hari semakin memudar. Misalnya saja tindak
kekerasan yang meningkat di kalangan remaja yang sering terwujud dalam
aksi tawuran, rasa hormat terhadap orang tua dan guru yang semakin rendah,
kebohongan atau ketidakjujuran yang semakin membudaya, adanya rasa
saling curiga, rendahnya rasa tanggung jawab individu dan kelompok, dan
lain sebagainya. Pendidikan karakter diyakini menjadi aspek yang penting
dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Berkaitan
dengan hal tersebut maka pemerintah telah mensosialisasikan serta
mencanangkan implementasi pendidikan karakter di semua jenjang
3
tinggi. Pendidikan karakter merupakan sebuah proses yang memerlukan
pembiasaan. Karakter tidak bisa terbentuk secara instan, namun harus dilatih
dengan serius, proporsional, terus menerus dan berkesinambungan.
Hamid Darmadi (2009: 139) mengatakan bahwa pendidikan nilai
adalah membantu siswa belajar untuk mengenali nilai-nilai dan
menempatkannya dalam kehidupan sehari-hari.Penanaman nilai-nilai karakter
yang baik harus dilakukan sejak usia dini agar setelah anak dewasa perilaku
yang baik itu sudah menjadi kebiasaan. Oleh karena itu diperlukan usaha
untuk membangun karakter dan menjaganya agar tidak terpengaruh oleh
hal-hal yang tidak baik. Penanaman nilai karakter dimulai dari lingkungan
keluarga, karena keluarga merupakan lingkungan pertama yang dikenal oleh
anak. Orang tua memiliki peran yang sangat penting untuk menanamkan
nilai-nilai karakter yang baik untuk anak. Selanjutnya yaitu pembentukan
karakter melalui sekolah. Menurut Thomas Lickona (2004: 269) pendidikan
karakter adalah perihal menjadi sekolah karakter, di mana sekolah adalah
tempat terbaik untuk menanamkan karakter. Sekolah merupakan salah satu
lembaga yang bertanggung jawab terhadap pembentukan karakter. Hal yang
harus diperhatikan, sekolah bukan semata-mata mengenai mata pelajaran
yang mengunggulkan nilai kognitifnya saja tetapi juga penanaman moral,
nilai-nilai estetika, budi pekerti yang luhur dan lain sebagainya.
Kegiatan belajar mengajar merupakan proses yang sangat penting
karena dari sinilah terjadi interaksi langsung antara guru dan peserta didik.
4
dengan peserta didik sehingga dapat dipastikan bahwa hasil pendidikan
sangat tergantung dari perilaku guru dan peserta didik. Hal ini dikarenakan
sebagian besar orangtua mempercayakan putra-putri mereka kepada guru agar
dididik sehingga menghasilkan anak yang pandai dalam bidang akademik dan
memiliki attitude atau tingkah laku dan akhlak yang baik.
Salah satu nilai karakter yang dikembangkan di sekolah dasar yaitu
nilai tanggung jawab. Tanggung jawab merupakan sikap dan perilaku
seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia
lakukan, terhadap dirinya maupun orang lain dan lingkungan sekitarnya.
Ketika pembelajaran berlangsung, kedekatan antara guru dengan peserta didik
dapat digunakan untuk menanamkan nilai tanggung jawab pada peserta didik
dalam setiap tindakan yang dilakukannya.
Setiap peserta didik harus memiliki rasa tanggungjawab pada diri
masing-masing. Tanggungjawab peserta didik sebagai pelajar yaitu belajar
dengan baik, mengerjakan tugas sekolah yang sudah diberikan oleh guru
kepadanya, serta bersikap disiplin dalam menjalani tata tertib sekolah.
Artinya setiap peserta didik wajib melaksanakan tanggungjawab tersebut
tanpa terkecuali. Akan tetapi pada kenyataannya banyak peserta didik yang
merasa terbebani dengan kewajiban mereka sebagai pelajar.
Guru memiliki peran yang sangat besar dalam menanamkan dan
mengimplementasikan nilai-nilai karakter pada peserta didik. Salah satunya
adalah nilai tanggung jawab. Guru merupakan model utama bagi peserta
5
Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dengan Kepala SD 1
Pedes pada tanggal 19 Januari 2015 diketahui bahwa sekolah ini sudah
menerapkan pendidikan karakter dalam kegiatan pembelajaran dan kegiatan
sekolahnya. Kegiatan yang menanamkan nilai tanggung jawab di sekolah ini
adalah kegiatan shalat berjamaah yang dilakukan setiap pelajaran terakhir
selesai. Kegiatan ini dijadwalkan perkelas setiap harinya. Meskipun begitu
masih banyak anak-anak yang tidak bersungguh-sungguh dalam
menjalankannya.
Kegiatan shalat berjamaah ini selain diharapkan dapat meningkatkan
nilai tanggung jawab juga dapat meningkatkan nilai religius dari peserta
didik. Selain itu, peneliti juga menemukan permasalahan saat upacara
bendera. Masih banyak anak yang kurang bertanggung jawab dalam
mengikuti upacara bendera, seperti masih bercanda dengan temannya, tidak
memperhatikan apa yang pembina upacara sampaikan. Selain itu masih
terlihat beberapa peserta didik yang datang terlambat, tetapi guru tidak
memberikan teguran agar anak tersebut jera dan tidak mengulanginya lagi.
Diketahui dari hasil wawancara peneliti dengan guru kelas III pada
tanggal 21 Januari 2015, bahwa implementasi pendidikan karakter khususnya
nilai tanggung jawab sangatlah penting. Pengimplementasian ini telah
diupayakan ke dalam kegiatan-kegiatan yang diprogramkan oleh sekolah.
Selain itu, guru juga berupaya mengintegrasikan nilai-nilai tanggung jawab
6
Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan yang erat kaitannya
dengan nilai-nilai karakter.
Pelaksanaan pembelajaran nilai tanggung jawabpada siswa menurut
pernyataan guru masih banyak mengalami kendala. Berdasarkanhasil
pengamatan awal yang dilakukan oleh peneliti, sekolah sudah menerapkan
dan mengembangkan pembelajaran nilai tanggung jawab dalam pembelajaran
di kelas maupun di luar kelas. Guru menyatakan bahwa masih banyak peserta
didik yang belum mengamalkan nilai tanggung jawab tersebut. Ketika
peneliti melakukan pengamatan pada saat pembelajaran berlangsung di kelas
III, banyak dari mereka yang kurang memperhatikan saat guru sedang
menjelaskan materi pelajaran. Pada kegiatan pembelajaran guru terkadang
kesulitan mengintegrasikan nilai tanggung jawab ke dalam setiap
pembelajaran. Pembelajaran yang dilaksanakan lebih terfokus pada
peningkatan ranah kognitif dan mengesampingkan afektifnya. Peserta didik
juga kurang dapat dikondisikan.
Siswa kelas III ini masih terlihat belum dapat mengamalkan nilai-nilai
karakter yang telah diajarkan secara tersirat. Banyak dari tingkah laku mereka
baik di dalam maupun di luar kelas yang kurang sesuai dengan ajaran
nilai-nilai karakter. Peneliti menjumpai ada beberapa anak yang ramai sendiri saat
pelajaran berlangsung, tetapi saat ditegur anak itu seperti tidak menghiraukan
gurunya. Adanya beberapa siswa yang kurang bersungguh-sungguh dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar, sehingga cenderung mencari perhatian
7
Selain itu, ada juga anak yang melanggar peraturan yang sudah ditetapkan
oleh sekolah. Kelas III merupakan kelas yang paling sulit dikondisikan.
Pernyataan ini juga diperkuat dengan guru-guru lain yang mengiyakan
pernyataan tersebut.
Dengan banyaknya nilai-nilai karakter yang harus ditanamkan kepada
peserta didik, terkadang guru masih memiliki hambatan dalam memilih
karakter mana yang tepat untuk ditanamkan pada setiap pembelajaran. Dalam
menanamkan nilai-nilai karakter, utamanya nilai tanggung jawab harus
dilakukan sedini mungkin dan terus berkembang seiring dengan proses
pembelajaran yang bermakna. Kualitas pendidikan tidak hanya bisa dinilai
dari kemampuan kognitifnya tetapi juga kemampuan afektif para peserta
didik dengan memiliki karakter positif khsusnya tanggung jawab yang kuat.
Berdasarkan hal di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang bagaimana para pengelola pendidikan khususnya guru dalam usaha
mengimplementasikan pembelajarannilai tanggung jawab pada siswa kelas III
SD 1 Pedes Sedayu Bantul tahun pelajaran 2014/2015.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di identifikasi masalah
di SD 1 Pedes Sedayu Bantul sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran yang masih menekankan pada ranah kognitif.
8
3. Adanya beberapa siswa yang kurang bersungguh-sungguh dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar, sehingga cenderung mencari
perhatian dan membuat gaduh.
4. Ada peserta didik yang masih melanggar aturan sekolah.
5. Ada siswa yang masih belum bersungguh-sungguh dalam melaksanakan
kegiatan yang diprogramkan sekolah yaitu shalat berjamaah.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka
peneliti membatasi masalah pada implementasi pembelajaran nilai tanggung
jawab pada siswa kelas III di SD 1 Pedes Sedayu Bantul Tahun Pelajaran
2014/2015.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah
1. Bagaimana implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa
kelas III di SD 1 Pedes Sedayu Bantul Tahun Pelajaran 2014/2015?
2. Apa hambatan yang dialami dalam implementasi pembelajaran nilai
tanggung jawab pada siswa kelas III di SD 1 Pedes Sedayu Bantul Tahun
9 E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab pada
siswa kelas III di SD 1 Pedes Sedayu Bantul Tahun Pelajaran 2014/2015.
2. Mengetahui hambatan yang dialami guru dalam pembelajaran nilai
tanggung jawab pada siswa kelas III di SD 1 Pedes Sedayu Bantul Tahun
Pelajaran 2014/2015.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan di SD 1 Pedes Sedayu Bantul tahun
pelajaran 2014/2015 ini memberikan manfaat baik secara teoritis maupun
praktis, yakni sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengembangkan
ilmu pengetahuan dan memperluas wawasan tentang implementasi
pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai refleksi
implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab yang telah
dilaksanakan di lapangan serta sebagai masukan dalam merumuskan
10 b. Bagi guru
Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai masukan dan
memaksimalkan kinerja guru dalam menanamkan nilai-nilai karakter
pada proses pembelajaran agar terbentuk peserta didik yang berkarakter
dan bermoral baik.
c. Bagi peneliti
Penelitian ini memberikan gambaran deskriptif pemahaman ilmu
pengetahuan baru yang dapat menjadi bekal bagi peneliti sebagai calon
guru dalam implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab pada
siswa.
d. Bagi siswa
Penelitian ini memberikan pengetahuan yang lebih mendalam
mengenai nilai tanggung jawab seorang siswa agar mereka bisa lebih
11 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Nilai
1. Pengertian Nilai
Implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2005)
merupakan pelaksanaan, atau penerapan. Artinya yang dilaksanakan dan
diterapkan adalah kurikulum yang telah dirancang atau didesain untuk
kemudian dijalankan sepenuhnya. Browne dan Wildavsky (dalam Nurdin
dan Usman, 2004: 70) mengemukakan bahwa implementasi ialah
perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan. Dari pengertian tersebut
dapat diketahui bahwa implementasi merupakan suatu aktivitas, aksi,
tindakan atau mekanisme suatu sistem. Mekanisme dalam hal ini berarti
implementasi merupakan suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan
dengan sungguh-sungguh yang mengacu pada norma tertentu untuk
mencapai tujuan.
Secara etimologi, nilai berasal dari kata value (Inggris) yang
berasal dari kata valere (Latin) yang berarti kuat, baik dan berharga.
Dengan demikian secara sederhana, nilai (value) adalah sesuatu yang
berguna. Nilai adalah sesuatu yang berharga, baik dan berguna bagi
manusia. Nilai adalah suatu penetapan atau suatu kualitas yang
menyangkut jenis dan minat. Nilai adalah suatu penghargaan terhadap
suatu hal yang menjadi dasar penentu tingkah laku manusia, karena suatu
12
menarik (interesting), menguntungkan (profitable) dan menyenangkan
(pleasant).
Rohmat Mulyono (2008: 23) mengartikan pendidikan nilai
pengajaran ataupun bimbingan yang diberikan kepada siswa guna
menyadari nilai kebenaran, kebaikan serta keindahan. Yang melalui proses
pertimbangan nilai yang tepat serta pembiasaan bertindak yang konsisten.
Hamid Darmadi (2009: 139) mengatakan bakhwa pendidikan nilai adalah
membantu siswa belajar untuk mengenali nilai-nilai dan menempatkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan Zaim Elmubarok (2008: 23)
menjelaskan secara singkat pendidikan nilai sebagai proses seseorang
dimana seseorang menemukan maknanya sebagai pribadi pada saat dimana
tertentu memberikan arti pada jalan hidupnya.
Untuk mengembangkan pendidikan nilai diperlukan pengakuan dan
penghargaan nilai kemanusiaan. Dalam proses belajar mengajar tidak
hanya mengembangkan kecerdasaan pada diri siswa, namun juga harus
dapat mengembangkan perilaku siswa serta memberikan pemahaman
kepada siswa tentang nilai-nilai karakter seperti tanggung jawab,
kedisiplinan, kejujuran dan sebagainya. Penanaman nilai yang diberikan
kepada siswa tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan.
2. Tujuan Penanaman Nilai
Memaknai tujuan dari pendidikan nilai, Masnur Muslich (2011:
108) menjelaskan bahwa diterimanya nilai sosial oleh siswa serta
13
maka untuk mencapai tujuan tersebut, peran guru harus mengarahkan
siswa agar dapat bertindak dengan baik dan benar. Lain dengan Rohmat
Mulyana (2004: 119) bahwa penanaman nilai yang berfungsi untuk
membantu siswa memahami serta menyadari nilai dan diharapkan mampu
untuk bisa menempatkan secara integral dalam kehidupan. Sedangkan
menurut komite APEID (Asia and the Pasific Progamme of Education
Innovation for Delelopment), menjelaskan bahwa tujuan dari pendidikan
penanaman nilai adalah untuk:
a) Menerapkan pembentukan nilai kepada anak.
b) Menghasilkan sikap yang mencerminkan nilai-nilai yang diinginkan.
c) Membimbing perilaku yang konsisten dengan nilai-nilai tertentu.
Dengan demikian tujuan dari pendidikan nilai adalah tindakan
mendidik yang dimulai dan berlangsung dari adanya usaha untuk
penyadaran nilai sampai dengan perwujudan perilaku yang bernilai
(UNESCO, 1994 dalam Rohmat Mulyana (2004: 120)). Berdasarkan
beberapa pendapat mengenai tujuan penanaman nilai, maka dapat
disimpulkan bahwa tujuan dari penanaman nilai adalah untuk memberikan
bantuan kepada siswa agar dapat mengenali dan memahami nilai serta
diharapkan untuk dapat menempatkan nilai-nilai sosial dalam kehidupan.
3. Landasan pendidikan Nilai
Landasan pendidikan nilai menurut Rohmat Mulyana (2004: 124)
mencakup empat landasan pendidikan nilai, yaitu landasan filosofis,
14
landasan filosofis menjelaskan tentang akar dari pemikiran tentang hakikat
manusia dilihat dari perspektif filsafat. Landasan sosiologis terdiri dari
prinsip-prinsip pengembangan diri manusia sebagai bagian dari anggota
masyarakat. Landasan estetik sebagai pendidikan nilai adalah menjelaskan
tentang kemampuan diri manusia dalam menangkap persepsi dalam nilai
keindahan. Dan landasan psikologis yang menjelaskan tentang
aspek-aspek psikis dari diri manusia sebagai seorang individu dimasyarakat.
4. Lingkungan Pendidikan Nilai
Ki Hajar Dewantara sebagai salah satu tokoh pendidikan di
Indonesia mengemukakan tiga lingkungan pendidikan yang umum di kenal
atau di sebut sebagai tri-pusat pendidikan. Tri pusat pendidikan adalah
sekolah, keluarga dan masyarakat. Menurut Rohmat Mulyana (2004:
141-145) dalam program pengembangan pendidikan yang tertera dan tercantum
dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional sering disebut sebagai
lingkungan pendidikan formal, informal dan nonformal. Berikut ini adalah
lingkungan tri-pusat pendidikan sebagai lingkungan pendidikan nilai.
a. Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang dikelola secara
terstruktur yang meliputi dan melibatkan komponen pendidikan seperti
manajemen, biaya, sarana dan prasarana, kurikulum, murid serta guru.
Sekolah dibangun dengan tujuan sebagai tempat pendidikan formal
dalam rangka meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap serta
15
organisasi yang interaktif serta dinamis, sebab terdapat beberapa orang
yang memiliki motif kepentingan yang sama akan tetapi kemampuan
dari individu pada setiap komunitas memiliki potensi dan latar
kehidupan yang berbeda-beda. Peran sekolah sebagai bagian dari
pendidikan nilai memadukan ketentuan formal yang dikembangkan
melalui beberapa aktivitas belajar yang berhubungan dengan
pendidikan yang dibangun sukarela oleh para pendidik melalui contoh
perilaku yang bernilai.
b. Lingkungan Keluarga
Dalam sebuah keluarga, pendidikan tumbuh dari kesadaran moral
sejati antara hubungan anak dengan orang tua.. Pendidikan di keluarga
memiliki keunggulan tersendiri, nilai-nilai seperti tanggung jawab,
kejujuran, kedisiplinan,ketaatan kepada Allah merupakan nilai yang
ditanamkan oleh orang tua kepada anaknya. Sehingga Pendidikan nilai
di dalam keluarga menjadikan keluarga sebagai tempat pembelajaran
nilai yang kondusif bagi seorang anak.
c. Lingkungan Masyarakat
Pendidikan nilai dalam lingkungan masyarakat melibatkan dua
faktor penting yang memiliki pengaruh terhadap keberhasilan seorang
anak, yaitu potensi seorang anak didalam memilih nilai serta mozaik
nilai yang tumbuh dan berkembang di dalam lingkungan masyarakat.
16
di masyarakat memerlukan kerjasama yang baik dari semua komponen
masyarakat.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa di
dalam lingkungan pendidikan nilai terdapat tri-pusat pendidikan yang
terdiri dari lingkungan sekolah, keluarga serta masyarakat. Ketiga
tri-pusat pendidikan tersebut akan saling terhubung dan berkesinambungan
terhadap penanaman nilai pada diri seorang anak.
B. Hakikat Tanggung Jawab
1. Pengertian Tanggung Jawab
Pada umumnya, bertanggung jawab diartikan sebagai berani
menanggung resiko atau akibat dari suatu perbuatan atau tindakan yang
dilakukan. Yang dimaksud dengan bertanggung jawab adalah suatu
keadaan di mana semua perbuatan, tindakan dan sikap merupakan
penjelmaan dari nilai-nilai moral dan nilai-nilai luhur kesusilaan dan
keagamaan. Artinya bertanggung jawab berada dalam tatanan norma, nilai
kesusilaan, dan agama. Dalam buku Panduan Pendidikan Karakter
Kemendiknas (2010) menyatakan bertanggung jawab merupakan sikap
dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannyasebagaimana yang seharusnya dia lakukan terhadap diri
sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan
Tuhan YME.
Setiap orang harus memiliki rasa tanggung jawab atas apa yang
17
jawab ini sejak usia dini. Sebuah pepatah mengatakan ‘berani berbuat,
berani bertanggung jawab’. Artinya apapun yang kita lakukan, kita harus
berani mempertanggung jawabkan perbuatan kita. Orang yang senantiasa
berlaku tanggung jawab maka akan mendapatkan kepercayaan dari orang
lain. Sikap tanggung jawab tidak dapat diperoleh begitu saja, diperlukan
usaha yang sungguh-sungguh dan berkesinambungan. Waktu yang sangat
tepat untuk menanamkan sikap tanggung jawab yakni sejak dini. Hal ini
dikarenakan pada usia dini anak-anak akan cepat memahami sesuatu dan
menjadikannya sebuah kebiasaan.
2. Ciri-ciri orang yang bertanggung jawab
Menurut Ainy Fauziyah (2013, female kompas) menyebutkan ada
delapan ciri orang yang bertanggung jawab, di antaranya:
a) Melakukan apa yang di ucapkan bukan sebaliknya
b) Komunikatif, baik dengan teman, atasan, bawahan maupun klien
c) Menjadi pendengar yang baik, termasuk hal-hal yang bersifat masukan,
ide, teguran maupun sanggahan yang menunjukkan perbedaan
pendapat.
d) Memiliki jiwa ‘melayani’ dengan sepenuh hati serta menghilangkan
pemikiran ‘Siapa yang butuh, dia yang harus menghubungi saya’
e) Berani meminta maaf sekaligus menanggung beban atas kesalahan yang
ia lakukan dan tidak mengulangi kesalahan yang sama.
f) Peduli pada kondisi, baik kondisi teman sekerja, anggota tim, atasan,
18
g) Bersikap tegas, memberikan teguran kepada teman yang tidak
bertangung jawab.
h) Rajin memberi apresiasi. Apresiasi dapat berupa tepuk tangan atau
ucapan terima kasih secara langsung kepada yang bersangkutan di
depan tim.
Menurut Character Counts (Six Pillars of Character Education)
dalam Muchlas Samani (2011: 56) menyatakan ciri orang yang
bertanggung jawab yaitu:
a) Dapat diandalkan ketika sepakat mengerjakan sesuatu. Menjadi orang
yang dapat diandalkan, jika sepakat mengerjakan sesuatu, kerjakanlah.
b) Fokus pada pekerjaan yang sedang dilakukan. Menjalankan urusan
dengan baik. Jangan melakukan hal lain semata-mata karena
menganggap hal itu perlu dilakukan.
c) Meminta maaf atas kesalahan yang diperbuat. Bertanggung jawab pada
apapun yang dilakukan, jangan menyalahkan orang lain, atau sekadar
minta maaf karena kesalahan yang dilakukan.
d) Berpikir sebelum bertindak. Memikirkan akibat-akibat yang akan
timbul dari perbuatan sebelum mengambil keputusan.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan ciri-ciri orang yang
bertanggung jawab yang dikemukakan oleh Muchlas Samani sebagai
19 3. Macam-macam tanggung jawab
Manusia harus berjuang dalam memenuhi kebutuhan mereka sendiri
maupun pihak lain. Untuk itu ia berhadapan dengan manusia lain dalam
masyarakat atau lingkungan alam. Dalam usahanya tersebut manusia
menyadari bahwa ada kekuatan lain yang ikut menentukan kehidupannya
yakni kekuasaan Tuhan. Dengan demikian tanggung jawab dapat
dibedakan menurut keadaan manusia atau hubungan yang diperbuatnya.
Berdasarkan hal ini kemudian diketahui beberapa jenis tanggumg jawab,
yaitu:
a) Tanggung jawab terhadap diri sendiri
Tanggung jawab pada diri sendiri menuntut kesadaran setiap
orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengembangkan
kepribadian sebagai manusia pribadi. Sehingga dapat memecahkan
masalah-masalah kemanusiaan mengenai dirinya sendiri menurut sifat
dasar manusia yakni makhluk bermoral tetapi manusia juga seorang
pribadi. Oleh karena itu, manusia memiliki pendapat, perasaan dan
angan-angan sendiri. Wujud dari pendapat, perasaan dan angan-angan
tersebut manusia berbuat dan bertindak. Dalam berbuat dan bertindak
manusia tidaklah selalu benar, pasti ada kekeliruan dan kesalahan baik
yang disengaja maupun tidak disengaja.
b) Tanggung jawab terhadap keluarga
Keluarga merupakan masyarakat kecil yang terdiri atas ayah,
20
Setiap anggota keluarga memiliki kewajiban untuk bertanggung jawab
kepada keluarganya. Tanggung jawab yang dimaksud dalam hal ini
menyangkut nama baik keluarga, kesejahteraan, keselamatan,
pendidikan dan kehidupan.
c) Tanggung jawab terhadap masyarakat
Sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk sosial, maka
manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan dari manusia lain. Karena
membutuhkan bantuan manusia lain, maka manusia harus saling
berkomunikasi dengan yang lainnya. Dengan demikian manusia
merupakan anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung
jawab seperti anggota yang lain agar dapat melangsungkan hidupnya
dalam masyarakat tersebut. Jadi segala perbuatan dan tingkah lakunya
dipertanggung jawabkan kepada masyarakat.
d) Tanggung jawab terhadap bangsa/ negara
Pada kenyataannya setiap manusia merupakan warga negara
dari suatu negara. Begitu pula dalam berpikir, berbuat, bertindak dan
bertingkah laku pasti akan terikat dengan norma-norma atau
aturan-aturan yang telah dibuat oleh negara. Manusia tidak mempunyai
kewenangan untuk berbuat seenaknya sendiri. Apabila manusia
melakukan sesuatu hal yang salah, maka ia harus siap menerima
21 e) Tanggung jawab terhadap Tuhan
Dalam penciptaannya, Tuhan tidak menciptakan manusia di
bumi ini tanpa tanggung jawab. Akan tetapi untuk mengisi
kehidupannya manusia mempunyai tanggung jawab langsung kepada
Tuhan. Sehingga dikatakan apapun yang manusia perbuat tidak
terlepas dari aturan-aturan Tuhan yang tertuang dalam berbagai kitab
suci melalui berbagai macam agama. Tuhan akan segera memberikan
peringatan apabila manusia melanggar aturan yang telah ditetapkan.
Apabila peringatan yang keraspun manusia masih juga tidak
menghiraukan maka Tuhan akan melakukan kutukan. Hal ini
disebabkan jika mengabaikan perintah-perintah Tuhan berati manusia
meninggalkan tanggung jawab yang seharusnya dilakukan terhadap
Tuhan sebagai penciptanya. Bahkan untuk mmenuhi tanggung jawab
tersebut manusia memerlukan pengorbanan.
4. Integrasi pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa
Pendidikan karakter bukanlah sebuah bahasan tersendiri. Pada
pelaksanaannya pendidikan karakter terintegrasi pada mata pelajaran,
pengembangan diri serta budaya sekolah itu sendiri yang dilakukan secara
sistematis dan berkesinambungan. Seperti yang dikemukakan Masnur
Muslich dalam bukunya (2013:36) bahwa pembentukan karakter harus
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan yang melibatkan aspek
22
Don Hellison dalam bukunya “Teaching Physical and Social
Responsibility” mengemukakan idenya untuk membuat program yang
mendorong anak untuk menerima nilai-nilai yang lebih tinggi berdasarkan
kegiatan yang berlanjut atau level. Gambaran umum tentang implementasi
pembelajaran nilai tanggung jawab yang terdapat pada model Hellison
adalah sebagai berikut:
Level 0 merupakan level tidak bertanggung jawab. Pada level ini
pengendalian diri peserta didik kurang. Peserta didik juga kurang bisa
bekerja sama dalam kelompok.
Level 1 merupakan level menunjukkan rasa hormat kepada orang
lain. Pada level ini menggambarkan peserta didik mampu mengendalikan
perilaku serta mampu menyelesaikan masalah dengan damai.
Level 2 adalah level keterlibatan. Pada level ini peserta didik telah
berpartisipasi dalam pembelajaran dari awal hingga pencapaian tujuan
pembelajaran.
Level 3 merupakan level bertanggung jawab pada diri sendiri. Pada
level ini peserta didik dapat belajar tanpa diawasi oleh guru, serta dapat
menempatkan rasa tanggung jawab dalam tujuan pribadi dan melawan
tekanan dari teman sebaya.
Level 4 yaitu level memimpin dan membantu orang lain (tanggung
jawab pada orang lain. Pada level ini peserta didik menunjukkan
23
untuk mendorong dan membantu temannya belajar tanpa harus disuruh
oleh guru.
Level 5 merupakan level lanjutan yaitu tahap
mengimplementasikan ke lingkungan. Pada level ini peserta didik dapat
menintegrasikan nilai-nilai dalam TPSR dalam area kehidupan lain atau
dapat dikatakan pula menjadi role model.
Sesuai dengan Desain Induk Pendidikan Karakter yang dirancang
Kementerian Pendidikan Nasional (2010) strategi pengembangan
pendidikan karakter yang akan diterapkan antara lain melalui transformasi
budaya sekolah dan habituasi melalaui kegiatan ekstrakurikuler. Sejalan
dengan pemikiran Belkowitz, Elkind dan Sweet (2004) mengutip
Berkowitz menulis “effective character education is nota adding s
program or set a programs to a school. Rather it is transformation of the
culture and life of the school” yang artinya pendidikan karakter tidak akan
efektif dengan menambah atau memgatur program ke sekolah. Akan tetapi
melalui transformasi budaya dan kehidupan di sekolah. (Muchlas
Samani,2011:146).
Menurut para ahli, implementasi pendidikan karakter melalui
transformasi budaya perikehidupan sekolah, dirasakan lebih efektif
daripada mengubah kurikulum dengan menambahkan materi pendidikan
karakter ke dalam muatan kurikulum. Novan Ardy Wiyani (2013:104-105)
24
belajar dapat dilakukan melalui kegiatan pengembangan diri. Pelaksanaan
kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan cara:
1) Kegiatan rutin
Merupakan kegiatan yang dilaksanakan peserta didik secara
terus-menerus dan konsisten setiap saat. Misalnya, kegiatan upacara
bendera pada hari senin, upacara besar kenegaraan, pemeriksaan
kebersihan badan, piket kelas, shalat berjamaah, berdoa sebelum dan
mengakhiri pelajaran, mengucapkan salam dan lain sebagainya.
2) Kegiatan spontan
Merupakan kegiatan yang bersifat spontan yaitu saat itu juga, pada
waktu terjadi keadaan tertentu. Sebagai contoh mengumpulkan
sumbangan ketika ada teman yang terkena musibah atau untuk
masyarakat yang dilanda bencana. Bukan hanya pada saat kegiatan
sosial tetapi biasanya juga dilakukan ketika guru mengetahui adanya
sikap peserta didik yang kurang baik seperti meminta sesuatu dengan
berteriak, mencoret-coret dinding, dan lain sebagainya. Apabila guru
mengetahui sikap peserta didik yang demikian, sebaiknya secara
spontan diberikan pengertian dan diberitahu bagaimana sikap yang
baik.
3) Keteladanan
Timbulnya sikap dan perilaku peserta didik karena meniru perilaku
dan sikap guru dan tenaga kependidikan di sekolah, bahkan perilaku
25
peserta didik. Dalam hal ini guru berperan langsung menjadi contoh
bagi peserta didik. Misalnya nilai kebersihan, dan kerapian, kasih
sayang, disiplin, kesopanan, perhatian, jujur, dan kerja keras.
4) Pengondisian
Penciptaan kondisi yang mendukung keterlaksanaan pendidikan
karakter. Suasana sekolah perlu dikondisikan sedemikian rupa, dengan
penyediaan sarana fisik. Misalnya kondisi toilet yang bersih, tempat
sampah, halaman yang hijau dengan pepohonan, poster kata-kata bijak
yang dipajang di lorong sekolah dan di dalam kelas.
Pelaksanaan penanaman nilai tanggung jawab pada siswa dapat
ditempuh guru dengan melakukan kegiatan rutin, kegiatan spontan,
keteladanan serta pengondisian.
C. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Pembelajaran nilai-nilai karakter utamanya nilai tanggung jawab harus
dilakukan sedini mungkin dan terus berkembang seiring dengan proses
pembelajaran yang bermakna. Usia siswa di sekolah dasar berkisar 6-12
tahun. Masa ini disebut pula masa kanak-kanak akhir. Pada masa ini
lingkungan pergaulan anak sudah meluas. Anak sudah banyak bergaul, tidak
hanya bergaul dengan orang-orang rumah tetapi juga bergaul dengan
teman-temannya di lingkungan sekitar rumah serta dengan teman-teman di sekolah.
Masa ini merupakan masa sekolah. Pada masa ini anak sudah matang
untuk belajar atau sekolah. Disebut masa sekolah karena anak sudah
26
Izzaty (2008: 103) menyatakan tugas-tugas perkembangan pada masa
kanak-kanak akhir adalah:
1) Belajar keterampilan fisik untuk keperluan bermain.
2) Belajar bergaul dengan teman sebaya.
3) Sebagai makhluk yang sedang tumbuh, mengembangkan sikap yang
sehat mengenai diri sendiri.
4) Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar yaitu membaca,
menulis dan berhitung.
5) Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita.
6) Mengemabangkan pengertian-pengertian yang diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari.
7) Mengembangkan kata batin, moral dan skala nilai.
8) Mengembangkan sikap terhadap kelompok dan lembaga sosial.
9) Mencapai kebebasan pribadi.
Pada masa ini guru di sekolah memiliki peranan penting dalam
membantu peserta didik untuk menyelesaikan tugas perkembangan tersebut
dengan baik. Keberhasilan dalam penyelesaian tugas perkembangan ini
ditentukan oleh lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan juga
lingkungan teman sebayanya.
Lebih lanjut, Sardiman A.M (2006: 120) menyatakan bahwa
karakteristik siswa yakni keseluruhan kelakuan dan kemampuan yang ada
27
menentukan pola aktifitas dalam meraih cita-citanya. Ada tiga hal dalam
karakteristik siswa yang perlu diketahui:
1) Karakteristik berkaitan dengan kemampuan awal, misal kemampuan
intelektual dan kemampuan berfikir.
2) Karakteristik berhubungan dengan latar belakang status sosial.
3) Karakteristik berkenaan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian
seperti sikap, perasaan, dan minat.
S.C Utami Munandar (1985: 4) membagi sifat siswa sekolah dasar
menjadi dua fase yaitu masa kelas rendah sekolah dasar, sekitar usia 6 sampai
9 tahun dan masa kelas tinggi sekolah dasar sekitar 10-13 tahun. Siswa
sekolah dasar antara kelas tinggi dan kelas rendah juga memiliki perbedaan
karakter yang disebabkan oleh perbedaan psikologis dan emosional.
Sifat khas anak pada sekolah dasar dijabarkan lebih lanjut, menurut
S.C Utami Munandar (1985: 4-5) adalah:
1. Masa kelas rendah
a) Ada korelasi positif antara keadaan jasmani dengan prestasi sekolah.
b) Sikap tunduk pada peraturan permainan yang tradisional.
c) Ada kecenderungan memuji diri sendiri.
d) Suka membandingkan dirinya dengan anak lain, kalau hal itu
menguntungkan.
e) Kalau tidak dapat menyelesaikan soal, maka soal itu dianggap tidak
28
f) Anak menghendaki nilai (angka rapor) yang baik, tanpa mengingat
apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.
2. Masa kelas tinggi
a) Minat kepada kehidupan praktis konkret sehari-hari,kecenderungan
membandingkan pekerjaan-pekerjaan yangpraktis.
b) Amat realitas, ingin tahu, ingin belajar.
c) Menjelang sekitar umur 11 tahun, anak membutuhkan guru atau
orang dewasa untuk menyelesaikan tugasnya.
d) Sampai sekitar umur 11 tahun, anak berusaha menyelesaikan tugas
sendiri.
e) Setelah umur 11 tahun, anak berusaha menyelesaikan tugasnya
sendiri.
f) Pada masa ini, anak memandang nilai rapor sebagai ukuran yang
tepat terhadap prestasi sekolah.
g) Di dalam permainan tradisional anak membuat peraturan sendiri.
Dari semua uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik
anak sekolah dasar antara kelas rendah dan kelas tinggi berbeda. Pada anak
kelas rendah, anak mempunyai sifat kecenderungan memuji diri sendiri
dan meremehkan orang lain, kemampuan mengingat dan bahasa
berkembang sangat pesat, tidak bisa membedakan antara bermain dan
belajar dan lebihmudah memahami hal-hal yang bersifat konkret.
Sedangkan karakteristikanak kelas tinggi adalah adanya minat terhadap
29
menyelesaikannya masalah sendiri, gemar membentuk kelompok sebaya,
dan menganggap peran manusia idola sangat penting.
D. Kerangka Pikir
Pembentukan karakter kini menjadi suatu pendidikan yang penting
bagi anak khususnya anak SD. Dapat kita lihat bagaimana sikap para anak
sekarang yang memang terkadang membuat kita prihatin dengan tingkah
lakunya. Tidak sedikit anak yang setelah menginjak masa usia remaja atau
pubertas menjadi anak yang semaunya sendiri, tidak punya moral, tidak
hormat pada orang tua, dan bahkan tidak punya rasa malu. Salah satu nilai
karakter yang dikembangkan di sekolah dasar yaitu nilai tanggung jawab.
Tanggung jawab merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan,
terhadap dirinya maupun orang lain dan lingkungan sekitarnya. Ketika
pembelajaran berlangsung, kedekatan antara guru dengan peserta didik dapat
digunakan untuk menanamkan nilai tanggung jawab pada peserta didik dalam
setiap tindakan yang dilakukannya.
Pendidikan karakter dalam hal ini nilai tanggung jawab hendaknya
dimulai dari anak usia muda atau anak usia SD. Karena dalam usia ini anak
masih mudah untuk diberikan karakter yang baik, dan anak akan cenderung
mempercayai dan melaksanakan perintah dari guru. Tugas seorang guru
adalah dengan cara apapun bagaimana caranya agar anak memperoleh
pendidikan karakter yang baik dan terhindar dari karakter yang dapat
30
perubahan-perubahan sikap anak yang dapat mempengaruhi karakter yang
baik. Jika dalam pantauan guru anak mulai bertingkah tidak sesuai dengan
nilai karakter yang diajarkan hendaknya guru segera menasehati dan
memperbaiki serta mengembalikan kembali karakter anak menjadi karakter
yang baik.
Hal ini menjadi tantangan bagi guru dalam menanamkan nilai
tanggung jawab pada siswa selama pembelajaran. Guru menanamkan
bagaimana menjadi orang yang bertanggung jawab antara lain dapat
diandalkan, fokus pada apa yang sedang dikerjakan, meminta maaf apabila
melakukan kesalahan serta berpikir sebelum bertindak dengan
mengintegrasikannya ke dalam pembelajaran.Cara pengintegrasian nilai
tanggung jawab saat pembelajaran dilakukan dengan kegiatan rutin, kegiatan
spontan, keteladanan serta pengondisian.
E. Definisi Operasional
1. Tanggung jawab
Tanggung jawab merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya
dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial
dan budaya), negara dan Tuhan YME.
2. Karakteristik anak SD
Karakteristik anak sekolah dasar antara kelas rendah dan kelas tinggi
berbeda. Pada anak kelas rendah, anak mempunyai sifat kecenderungan
31
dan bahasa berkembang sangat pesat, tidak bisa membedakan antara
bermain dan belajar dan lebih mudah memahami hal-hal yang bersifat
konkret. Sedangkan karakteristik anak kelas tinggi adalah adanya minat
terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, realistis, sudah
bisa menyelesaikannya masalah sendiri, gemar membentuk kelompok
sebaya, dan menganggap peran manusia idola sangat penting.
F. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian yang diajukan oleh peneliti adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana guru mengimplementasikan pembelajaran nilai tanggung
jawab pada siswa kelas III di SD 1 Pedes?
2. Bagaimana pelaksanaan implementasi pembelajaran nilai tanggung
jawab pada siswa kelas III di SD 1 Pedes?
3. Hambatan apa yang dialami dalam pelaksanaan implementasi
pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa kelas III di SD 1
32 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif karena
data yang disajikan dalam bentuk kalimat. Peneliti menggunakan jenis
penelitian ini karena permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini
mendeskripsikan dan menggambarkan tentang implementasi pembelajaran
nilai tanggung jawab pada siswa kelas III SD 1 Pedes Sedayu Bantul tahun
pelajaran 2014/2015 secara apa adanya. Di dalam penelitian ini peneliti tidak
melakukan manipulasi atau memberikan perlakuan tertentu terhadap variabel
atau merancang sesuatu yang diharapkan terjadi pada variabel. Semua
kegiatan, keadaan, kejadian, aspek, komponen atau variabel berjalan
sebagaimana adanya.
Lexy J. Moleong (2009: 6) menyatakan penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang
apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi,
motivasi,tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi
dalambentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah
dandengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Melalui pendekatan
kualitatif, diharapkan penelitian ini dapat mengungkapkan fakta-fakta tentang
implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa kelas III SD 1
33 B. Subjek dan Objek Penelitian
Penelitian ini menggunakan subjek dan objek yang digunakan untuk
memperoleh data.
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah guru kelas III SD 1 Pedes. Guru
kelas merupakan faktor yang sangat penting dalam keberhasilan
implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab siswa. Oleh karena itu
guru menjadi informan utama dalam penelitian ini. Sedangkan Kepala
Sekolah dan siswa merupakan informan pendukung dalam memperoleh
data tentang implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa
kelas III SD 1 Pedes SedayuBantul tahun pelajaran 2014/2015.
2. Objek penelitian
Objek penelitian yaitu informasi yang diperoleh dari subjek
penelitian. Objek dari penelitian ini yaitu kegiatan-kegiatan yang
merupakan bentuk dari implementasi nilai tanggung jawab dalam
pembelajaran pada siswa kelas III yang meliputi:
a) Implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa kelas
III SD 1 Pedes antara lain: dapat diandalkan ketika sepakat
mengerjakan sesuatu, fokus pada pekerjaan yang sedang dikerjakan,
meminta maaf apabila membuat kesalahan dan berpikir sebelum
bertindak.
b) Hambatan-hambatan yang dialami guru dalam implementasi
34 C. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD 1 Pedes Sedayu Bantul.
Penetapan lokasipenelitian sangat penting dalam rangka
mempertanggung jawabkan datayang diperoleh. Oleh karena itu, maka
lokasi penelitian perlu ditetapkan terlebih dahulu. Dalam penelitian ini,
lokasi yang peneliti pilih adalah SD 1 Pedes. Peneliti memilih sekolah ini
karena di sekolah dan kelas ini belum pernah menjadi tempat penelitian
tentang implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari 2015 sampai
dengan bulan Juni 2015, setelah peneliti memperoleh izin penelitian.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan salah satu unsur yang sangat
penting, karena ini berkaitan dengan data yang akan diperoleh oleh peneliti.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1. Wawancara
Seperti yang ditegaskan oleh Lexy J. Moleong (2009: 186)
wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan ini
dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewise) yang
35
Dengan menggunakan teknik wawancara data yang diperoleh
dapat lebih mendalam. Peneliti memiliki peluang lebih luas untuk
mengembangkan lebih jauh informasi yang diperoleh dari informan.
Melalui teknik wawancara peneliti juga dapat memahami bagaimana
implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa. Data
tersebut diperoleh dari hasil wawancara antara peneliti dengan guru
untuk mendukung pelaksanaan wawancara, peneliti menggunakan
sejumlah pertanyaan yang diajukan kepada informan.
Pertanyaan tersebut disusun berdasarkan fokus dan rumusan
masalah dalam penelitian ini. Adapun peneliti menggunakan teknik
wawancara untuk mendapatkan jawaban yang valid dari informan
sehingga peneliti harus bertatap muka dan bertanya langsung dengan
informan. Dalam hal ini yang memungkinkan menjadi orang yang
mempunyai informasi/responden adalah Guru Kelas III SD 1 Pedes.
2. Observasi
Nasution (Sugiyono, 2013: 309) menyatakan bahwa observasi
adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja
berdaarkan data atau fakta tentang dunia kenyataan yang diperoleh
melalui observasi. Menurut Sugiyono (2010: 204) dari segi proses
pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi
participant observation (obsevasi berperan serta) dan non participant
36
Observasi dalam penelitian ini adalah observasi partisipatif pasif
atau non partisipan, dimana peneliti ikut melakukan kegiatan yang
dilakukan informan dan aktivitas objek (siswa) tetapi tidak ikut terlibat di
dalamnya. Observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
pengamatan, pencatatan, menganalisis dan membuat kesimpulan
mengenai bagaimana implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab
pada siswa kelas III SD 1 Pedes berlangsung selama proses
pembelajaran.
3. Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2013: 326) studi dokumen merupakan
pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam
penelitian kualitatif. Melalui studi dokumentasi peneliti mendapat
penjelasan yang akurat dari hasil wawancara dan observasi yang telah
dilakukan mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan masalah, tujuan,
fungsi dan sebagainya. Penelitian ini menggunakan dokumentasi berupa
RPP, silabus, hasil lembar wawancara, hasil lembar observasi, jadwal
pelajaran dan hal-hal yang berkaitan dengan implementasi pembelajaran
nilai tanggung jawab pada siswa kelas III SD 1 Pedes.
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen yang utama
dalam mengumpulkan dan menginterpretasikan data. Lexy J. Moleong (2005:
37
pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya ia
menjadi pelapor hasil penelitiannya.
Sugiyono (2010: 147) menyebutkan bahwa dalam penelitian kualitatif,
teknik pengumpulan data yang utama adalah observasi partisipan, wawancara
mendalam, studi dokumentasi, dan gabungan ketiganya atau triangulasi.
Sebagai instrumen utama peneliti juga memerlukan alat bantu untuk
mendukung kegiatan pengumpulan data pada penelitian ini. Alat bantu yang
digunakan dalam penelitian ini berupa pedoman-pedoman dari teknik
pengumpulan data. Pedoman-pedoman tersebut antara lain pedoman
wawancara, pedoman observasi dan studi dokumentasi.
1. Pedoman observasi
Observasi dilaksanakan pada saat proses kegiatan belajar
mengajar berlangsung. Pelaksanaan pembelajaran yang diobservasi mulai
kegiatan pendahuluan sampai dengan kegiatan penutup. Peneliti juga
mengobservasi adanya kemungkinan hambatan-hambatan yang guru
temui selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi ini dilakukan
di dalam ruang kelas, ketika proses kegiatan belajar mengajar sedang
berlangsung. Peneliti akan mengamati bagaimana guru dalam
mengimplementasikan pembelajaran nilai tanggung jawabbaik di dalam
maupun di luar kelas.
Pedoman observasi yang digunakan oleh peneliti adalah pedoman
observasi pelaksanaan pembelajaran.
38
No Indikator Aspek yang diamati Nomor item
1. Dapat diandalkan ketika
mengerjakan sesuatu
a. Menyerahkan tugas tepat waktu
b. Mengerjakan tugas kelompok c. Melaksanakan piket kelas
1a, 1b, 1c
1d 1e, 1f 2. Fokus pada
pekerjaan yang dilakukan
a. Mengerjakan tugas sesuai petunjuk
b. Melaksanakan senam pagi dan shalat berjamaah
c. Berdoa sebelum dan sesudah pelajaran
2a, 2b, 2c, 2d
2g, 2h
2e, 2f
3. Meminta maaf atas kesalahan yang diperbuat
a. Meminta maaf apabila terlambat
b. Meminta maaf jika berbuat salah dengan teman
3a, 3c, 3d
3b, 3e
4. Berpikir sebelum
bertindak a. b. Meminta ijin Membuang sampah pada tempatnya
c. Memberi teguran
4a, 4b 4c, 4d, 4e
4f, 4g Instrumen pedoman observasi yang digunakan oleh peneliti untuk
memperoleh data penelitian terlampir pada lampiran 1 halaman 93.
2. Pedoman wawancara
Menurut Sugiyono (2013: 316) menyatakan bahwa wawancara
digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang
harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam.
Melalui wawancara dan observasi mendalam peneliti dapat
memahami situasi yang melibatkan interaksi sosial serta nilai-nilai yang
muncul dalam ucapan dan perilaku responden. Wawancara digunakan
untuk memperoleh data tentang bagaimanapelaksanaan implementasi
pembelajaran nilai tanggung jawab di kelas III, hambatan-hambatan
39
serta upaya-upaya yang dilakukan guru dalam menghadapi
hambatan-hambatan tersebut sesuai dengan hasil observasi.
Berikut ini pedoman-pedoman wawancara yang digunakan oleh
peneliti untuk memperoleh data penelitian.
a. Pedoman wawancara guru mengenai pelaksanaan implementasi
pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa kelas III SD 1 Pedes.
Tabel 2. Kisi-kisi pedoman wawancara guru kelas III mengenai implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa kelas III SD 1 Pedes Sedayu Bantul
No. Indikator
1. Bagaimana implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa
2. Pelaksanaan implementasi nilai dapat diandalkan ketika sepakat mengarjakan sesuatu
3. Pelaksanaan implementasi nilai fokus pada pekerjaan yang sedang dikerjakan
4. Pelaksanaan implementasi nilai meminta maaf apabila membuat kesalahan
5. Pelaksanaan implementasi nilai berpikir sebelum bertindak 6. Hambatan dalam implementasi nilai tanggung jawab dalam
pembelajaran
Instrumen pedoman wawancara guru kelas III yang digunakan
oleh peneliti untuk memperoleh data penelitian terlampir pada
lampiran 4 halaman 119.
b. Pedoman wawancara siswa kelas III mengenai implementasi
[image:52.595.161.512.260.471.2]40
Tabel 3. Kisi-kisi pedoman wawancara siswa mengenai implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa kelas III SD 1 Pedes Sedayu Bantul
No. Indikator Aspek yang diamati 1. Dapat diandalkan ketika
mengerjakan sesuatu a. b. Mengerjakan tugas kelompok Menyerahkan tugas tepat waktu c. Melaksanakan piket kelas 2. Fokus pada pekerjaan yang
dilakukan a. Mengerjakan tugas sesuai petunjuk b. Melaksanakan senam pagi dan
shalat berjamaah
c. Berdoa sebelum dan sesudah pelajaran
3. Meminta maaf atas
kesalahan yang diperbuat a. b. Meminta maaf jika berbuat salah Meminta maaf apabila terlambat dengan teman
4. Berpikir sebelum bertindak a. Meminta ijin
b. Membuang sampah pada tempatnya
c. Memberi teguran
Instrumen pedoman wawancara siswa yang digunakan oleh peneliti
untuk memperoleh data penelitian terlampir pada lampiran 5 halaman
120.
c. Pedoman wawancara kepala sekolah mengenai dukungan yang
diberikan untuk implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab di
sekolah.
Tabel 4. Kisi-kisi pedoman wawancara kepala sekolah mengenai implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa
No. Indikator
1. Bagaimana implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa
2. Pelaksanaan implementasi nilai dapat diandalkan ketika sepakat mengarjakan sesuatu
3. Pelaksanaan implementasi nilai fokus pada pekerjaan yang sedang dikerjakan
4. Pelaksanaan implementasi nilai meminta maaf apabila membuat kesalahan
5. Pelaksanaan implementasi nilai berpikir sebelum bertindak 6. Hambatan dalam implementasi nilai tanggung jawab dalam
[image:53.595.161.509.102.355.2] [image:53.595.165.517.503.724.2]41
Instrumen pedoman wawancara kepala sekolah yang digunakan
oleh peneliti untuk memperoleh data penelitian terlampir pada lampiran
6 halaman 121.
3. Pedoman studi dokumen
Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan sebagai pelengkap
data yang telah diperoleh melalui wawancara dan observasi.
Dokumentasi dilakukan saat proses merekam data hasil wawancara dan
observasi, mengambil gambar pada saat pelaksanaan pembelajaran.
peneliti juga mengambil kegiatan di luar kelas yang berkaitan dengan
implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa. Untuk
memperoleh data dokumentasi, peneliti menganalisis dokumen yang
dimiliki oleh guru kelas III berupa silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran. Peneliti juga mengambil dokumentasi berupa foto dan
menganalisa papan slogan di lingkungan sekolah yang berkaitan dengan
implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab di sekolah. Instrumen
pedoman analisis dokumen yang digunakan oleh peneliti untuk
memperoleh data penelitian terlampir pada lampiran 13 halaman 143.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif bersifat induktif. Pada
penelitian kualitatif analisis data dilapangan dilakukan pada saat proses data
diperoleh, dan setelah data tersebut selesai diperoleh dengan waktu
42
Miles dan Huberman dalam Haris Herdiansyah (2010:164) menjabarkan
mengenai tahapan yang harus dilakukan dalam analisis data, antara lain:
1. Pengumpulan Data
Pada penelitian kualitatif pengumpulan data dilakukan selama
penelitian berlangsung. Pengumpulan data pada penelitian ini yakni
dengan mengumpulkan data observasi, wawancara serta analisa studi
dokumen pada implementasipembelajaran nilai tanggung jawab pada
siswa kelas III SD 1 Pedes.
2. Reduksi Data
Reduksi data menurut Haris Herdiansyah (2010:165) adalah
proses penggabungan dan penyeragaman segala bentuk data yang
diperoleh menjadi satu bentuk tulisan (script) yang akan dianalisis.
Dalam mereduksi data, peneliti memfokuskan pada implementasi
pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa kelas III SD 1 Pedes
dalam proses belajar mengajar di dalam kelas .
3. Display
Setelah semua data telah di format berdasarkan instrumen
pengumpul data dan telah berbentuk tulisan (script), langkah selanjutnya
adalah melakukan display data (Haris Herdiansyah, 2010: 175). Dalam
penelitian ini, peneliti menyajikan data tentang implementasi
pembelajaran nilai tanggung jawab dan hambatan yang dialami guru
dalam mengimplementasikan pembelajaran nilai tanggung jawab. Data
43
diperoleh dari hasil observasi pembelajaran, wawancara dengan
narasumber dan studi dokumen.
4. Penarikan Kesimpulan/verifikasi
Kesimpulan/verifikasi merupakan tahap akhir dalam rangkaian
analisa data kualitatif menurut model interaktif yang dikemukakan oleh
Miles and Huberman (dalam Haris Herdiansyah, 2010: 178).
Kesimpulan/ verifikasi dalam penelitian kualitatif bersifat sementara dan
dapat berubah sewaktu-waktu apabila selama penelitian data yang
dikumpulkan kurang mendukung. Data mengenai implementasi
pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa kelas III SD 1 Pedes yang
telah tersaji dalam penyajian data kemudian dianalisis untuk memperoleh
kesimpulan.
G. Keabsahan Data
Keabsahan suatu data dapat dilakukan dengan teknik pemeriksaan
yang didasarkan atas kriteria tertentu. Menurut Lexy J. Moleong (2009: 327),
ada empat kriteria dalam teknik pemeriksaan data, yaitu: 1) kredibilitas
(derajat kepercayaan), 2) keteralihan, 3) kebergantungan, 4) kepastian.
Untuk mengecek keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan
kredibilitas. Sugiyono (2013: 365) menjelaskan bahwa cara uji kredibilitas
data atau kepercayaan data hasil penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan
perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian,
triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif,
44
untuk membuktikan bahwa data atau informasi yang diperoleh benar-benar
mengandung nilai kebenaran (truth value). Adapun teknik yang dilakukan
oleh peneliti antara lain:
1. Pengamatan secara seksama
Pengamatan secara seksama dilakukan secara terus menerus untuk
memperoleh gambaran yang nyata tentang pengembangan pembelajaran
nilai tanggung jawabpada siswa kelas III di SD 1 Pedes. Pengamatan ini
dilakukan sampai diperoleh data yang jenuh.
2. Triangulasi
Triangulasi merupakan suatu teknik pemeriksaan data dengan
membandingkan data yang diperoleh dari satu sumber ke sumber
lainnyapada saat yang berbeda atau membandingkan data yang diperoleh
dari sumber ke sumber lainnya de