• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN NILAI TANGGUNG JAWAB PADA SISWA KELAS III SD 1 PEDES SEDAYU BANTUL TAHUN PELAJARAN 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN NILAI TANGGUNG JAWAB PADA SISWA KELAS III SD 1 PEDES SEDAYU BANTUL TAHUN PELAJARAN 2014/2015."

Copied!
176
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN NILAI TANGGUNG JAWAB PADA SISWA KELAS III SD 1 PEDES SEDAYU BANTUL

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Rizka Puji Rahayu NIM 11108244059

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

MOTTO

Ing Ngarsa Sung Tuladha Ing Madya Mangun Karsa Tut Wuri Handayani (Ki Hadjar Dewantara)

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Rasa syukur yang mendalam kupanjatkan kehadirat Allah SWT. Dengan rahmat dan ridhoNya karya ini kupersembahkan kepada:

Bapak dan Ibu tercinta Agamaku, Nusa dan Bangsa

(7)

vii

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN NILAI TANGGUNG JAWAB PADA SISWA KELAS III SD 1 PEDES SEDAYU BANTUL

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh. Rizka Puji Rahayu NIM 11108244059

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa kelas III SD 1 Pedes Kecamatan Sedayu Kabupaten Bantul Yogyakarta Tahun Pelajaran 2014/2015.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Subjek penelitian ini adalah guru kelas III, siswa kelas III, serta kepala sekolah. Objek penelitian ini berupa implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti dengan menggunakan alat bantu pedoman observasi, pedoman wawancara dan pedoman studi dokumen. Data dianalisis dengan menggunakan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Uji keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai-nilai tanggung jawab yang diimplementasikan pada pembelajaran siswa kelas III di SD 1 Pedes yaitu: a) dapat diandalkan ketika sepakat mengerjakan sesuatu b) fokus pada pekerjaan yang sedang dikerjakan c) Meminta maaf apabila membuat kesalahan, d) berpikir sebelum bertindak. Hambatan yang dialami guru dalam mengimplementasikan pembelajaran nilai tanggung jawab adalah kurang tegasnya sanksi yang diberikan pada siswa yang melanggar aturan. Metode pembelajaran yang digunakan juga kurang bervariatif. Selain itu guru mengalami hambatan dalam mengondisikan kelas dan faktor keluarga siswa.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “Implementasi Pembelajaran Nilai Tanggung Jawab Pada Siswa Kelas III SD 1 Pedes Sedayu Bantul Tahun Pelajaran 2014/2015”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi tingkat sarjana pada program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

Skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa peran serta dari berbagai pihak baik secara moral maupun material. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan saya kesempatan untuk menempuh pendidikan di UNY.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan ijin penelitian. 3. Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan ijin

penelitian.

4. Ketua Jurusan PSD yang telah membantu kelancaran dalam proses penyusunan skripsi ini.

5. Bambang Saptono, M.Si. dan Hidayati, M.Hum. dosen pembimbing skripsi yang telah sabar dan ikhlas memberikan bimbingan selama penyelesaian skripsi ini.

(9)
(10)

x

DAFTAR ISI

Hal

JUDUL ... i

PERSETUJUAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL . ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Batasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Nilai 1. Pengertian Nilai ... 11

2. Tujuan Penanaman Nilai ... 12

3. Landasan Pendidikan Nilai ... 13

4. Lingkungan Pendidikan Nilai ... 14

B. Hakikat Tanggung Jawab 1. Pengertian Tanggung Jawab ... 16

(11)

xi

3. Macam-macam Tanggung Jawab... 19

4. Integrasi Pembelajaran Nilai Tanggung Jawab pada Siswa ... 21

C. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... 25

D. Kerangka Pikir ... ... 29

E. Definisi Operasional ... 30

F. Pertanyaan Penelitian ... 31

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 32

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 33

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34

D. Teknik Pengumpulan Data ... 34

E. Instrumen Penelitian ... 36

F. Teknik Analisis Data ... 41

G. Keabsahan Data ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 45

B. Pembahasan ... 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 87

B. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 90

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. Kisi-kisi Pedoman Observasi ... 38

Tabel 2. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Guru ... 39

Tabel 3. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Siswa... 40

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. Pedoman Observasi ... 93

Lampiran 2. Hasil Observasi ... 94

Lampiran 3. Reduksi Data Hasil Observasi ... 110

Lampiran 4. Pedoman Wawancara Guru ... 119

Lampiran 5. Pedoman Wawancara Siswa ... 120

Lampiran 6. Pedoman Wawancara Kepala Sekolah ... 121

Lampiran 7. Transkrip Wawancara Guru... 122

Lampiran 8. Hasil Wawancara Siswa ... 127

Lampiran 9. Transkrip Wawancara Kepala Sekolah... 132

Lampiran 10. Reduksi Hasil Wawancara Guru... 135

Lampiran 11. Reduksi Hasil Wawancara Siswa ... 138

Lampiran 12. Reduksi Hasil Wawancara Kepala Sekolah... 142

Lampiran 13. Pedoman dan Hasil Dokumentasi ... 144

Lampiran 14. Penyajian Data dan Kesimpulan ... 145

Lampiran 15. Silabus ... 151

Lampiran 16. Dokumentasi ... 157

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan di Indonesia tidak hanya mengutamakan pada penguasaan

akademiknya saja. Akan tetapi juga memiliki tujuan untuk membentuk

karakter peserta didik. Seperti yang tertuang dalam Undang-undang Nomor

20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam pasal 3, yaitu:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut diperlukan proses

pendidikan yang memadai. Agar pendidikan dapat berjalan dengan baik

sebaiknya semua aspek yang mempengaruhi belajar peserta didik dapat

berpengaruh positif, sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan.

Dalam dunia pendidikan, terdapat tiga ranah yang harus dikuasai oleh

peserta didik yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Namun pada

kenyataannya, meskipun sekolah selalu mengupayakan menyeimbangkan

ketiga ranah tersebut, ranah kognitif terlihat lebih dominan kemudian disusul

dengan ranah psikomotorik. Hal ini mengakibatkan peserta didik memiliki

kemampuan hard skill yang lebih menonjol daripada kemampuan soft skill,

karena ranah afektif yang sedikit terabaikan. Ranah afektif ini meliputi

(15)

2

Karakter berarti tabiat atau kepribadian seseorang. Zainal dan Sujak

(2011: 2) menyatakan karakter mengacu pada serangkaian sikap (attitudes),

perilaku (behaviors), motivasi (motivation), dan ketrampilan (skills). Karakter

berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan

memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk

tindakan atau tingkah laku. Karakter merupakan kepribadian yang

menjadikan tipikal dalam cara berfikir dan bertindak yang melekat pada diri

seseorang. Karakter terdiri atas tiga unjuk perilaku terdiri atas pengetahuan

moral, perasaan berlandaskan moral, dan perilaku berlandaskan moral.

Karakter yang baik terdiri atas proses tahu di mana yang baik, keinginan

melakukan yang baik, dan melakukan yang baik.

Saat ini pendidikan karakter merupakan topik yang hangat dibicarakan

oleh kalangan pendidik. Realita yang terjadi di Indonesia sekarang ini adalah

perilaku moral yang semakin hari semakin memudar. Misalnya saja tindak

kekerasan yang meningkat di kalangan remaja yang sering terwujud dalam

aksi tawuran, rasa hormat terhadap orang tua dan guru yang semakin rendah,

kebohongan atau ketidakjujuran yang semakin membudaya, adanya rasa

saling curiga, rendahnya rasa tanggung jawab individu dan kelompok, dan

lain sebagainya. Pendidikan karakter diyakini menjadi aspek yang penting

dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Berkaitan

dengan hal tersebut maka pemerintah telah mensosialisasikan serta

mencanangkan implementasi pendidikan karakter di semua jenjang

(16)

3

tinggi. Pendidikan karakter merupakan sebuah proses yang memerlukan

pembiasaan. Karakter tidak bisa terbentuk secara instan, namun harus dilatih

dengan serius, proporsional, terus menerus dan berkesinambungan.

Hamid Darmadi (2009: 139) mengatakan bahwa pendidikan nilai

adalah membantu siswa belajar untuk mengenali nilai-nilai dan

menempatkannya dalam kehidupan sehari-hari.Penanaman nilai-nilai karakter

yang baik harus dilakukan sejak usia dini agar setelah anak dewasa perilaku

yang baik itu sudah menjadi kebiasaan. Oleh karena itu diperlukan usaha

untuk membangun karakter dan menjaganya agar tidak terpengaruh oleh

hal-hal yang tidak baik. Penanaman nilai karakter dimulai dari lingkungan

keluarga, karena keluarga merupakan lingkungan pertama yang dikenal oleh

anak. Orang tua memiliki peran yang sangat penting untuk menanamkan

nilai-nilai karakter yang baik untuk anak. Selanjutnya yaitu pembentukan

karakter melalui sekolah. Menurut Thomas Lickona (2004: 269) pendidikan

karakter adalah perihal menjadi sekolah karakter, di mana sekolah adalah

tempat terbaik untuk menanamkan karakter. Sekolah merupakan salah satu

lembaga yang bertanggung jawab terhadap pembentukan karakter. Hal yang

harus diperhatikan, sekolah bukan semata-mata mengenai mata pelajaran

yang mengunggulkan nilai kognitifnya saja tetapi juga penanaman moral,

nilai-nilai estetika, budi pekerti yang luhur dan lain sebagainya.

Kegiatan belajar mengajar merupakan proses yang sangat penting

karena dari sinilah terjadi interaksi langsung antara guru dan peserta didik.

(17)

4

dengan peserta didik sehingga dapat dipastikan bahwa hasil pendidikan

sangat tergantung dari perilaku guru dan peserta didik. Hal ini dikarenakan

sebagian besar orangtua mempercayakan putra-putri mereka kepada guru agar

dididik sehingga menghasilkan anak yang pandai dalam bidang akademik dan

memiliki attitude atau tingkah laku dan akhlak yang baik.

Salah satu nilai karakter yang dikembangkan di sekolah dasar yaitu

nilai tanggung jawab. Tanggung jawab merupakan sikap dan perilaku

seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia

lakukan, terhadap dirinya maupun orang lain dan lingkungan sekitarnya.

Ketika pembelajaran berlangsung, kedekatan antara guru dengan peserta didik

dapat digunakan untuk menanamkan nilai tanggung jawab pada peserta didik

dalam setiap tindakan yang dilakukannya.

Setiap peserta didik harus memiliki rasa tanggungjawab pada diri

masing-masing. Tanggungjawab peserta didik sebagai pelajar yaitu belajar

dengan baik, mengerjakan tugas sekolah yang sudah diberikan oleh guru

kepadanya, serta bersikap disiplin dalam menjalani tata tertib sekolah.

Artinya setiap peserta didik wajib melaksanakan tanggungjawab tersebut

tanpa terkecuali. Akan tetapi pada kenyataannya banyak peserta didik yang

merasa terbebani dengan kewajiban mereka sebagai pelajar.

Guru memiliki peran yang sangat besar dalam menanamkan dan

mengimplementasikan nilai-nilai karakter pada peserta didik. Salah satunya

adalah nilai tanggung jawab. Guru merupakan model utama bagi peserta

(18)

5

Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dengan Kepala SD 1

Pedes pada tanggal 19 Januari 2015 diketahui bahwa sekolah ini sudah

menerapkan pendidikan karakter dalam kegiatan pembelajaran dan kegiatan

sekolahnya. Kegiatan yang menanamkan nilai tanggung jawab di sekolah ini

adalah kegiatan shalat berjamaah yang dilakukan setiap pelajaran terakhir

selesai. Kegiatan ini dijadwalkan perkelas setiap harinya. Meskipun begitu

masih banyak anak-anak yang tidak bersungguh-sungguh dalam

menjalankannya.

Kegiatan shalat berjamaah ini selain diharapkan dapat meningkatkan

nilai tanggung jawab juga dapat meningkatkan nilai religius dari peserta

didik. Selain itu, peneliti juga menemukan permasalahan saat upacara

bendera. Masih banyak anak yang kurang bertanggung jawab dalam

mengikuti upacara bendera, seperti masih bercanda dengan temannya, tidak

memperhatikan apa yang pembina upacara sampaikan. Selain itu masih

terlihat beberapa peserta didik yang datang terlambat, tetapi guru tidak

memberikan teguran agar anak tersebut jera dan tidak mengulanginya lagi.

Diketahui dari hasil wawancara peneliti dengan guru kelas III pada

tanggal 21 Januari 2015, bahwa implementasi pendidikan karakter khususnya

nilai tanggung jawab sangatlah penting. Pengimplementasian ini telah

diupayakan ke dalam kegiatan-kegiatan yang diprogramkan oleh sekolah.

Selain itu, guru juga berupaya mengintegrasikan nilai-nilai tanggung jawab

(19)

6

Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan yang erat kaitannya

dengan nilai-nilai karakter.

Pelaksanaan pembelajaran nilai tanggung jawabpada siswa menurut

pernyataan guru masih banyak mengalami kendala. Berdasarkanhasil

pengamatan awal yang dilakukan oleh peneliti, sekolah sudah menerapkan

dan mengembangkan pembelajaran nilai tanggung jawab dalam pembelajaran

di kelas maupun di luar kelas. Guru menyatakan bahwa masih banyak peserta

didik yang belum mengamalkan nilai tanggung jawab tersebut. Ketika

peneliti melakukan pengamatan pada saat pembelajaran berlangsung di kelas

III, banyak dari mereka yang kurang memperhatikan saat guru sedang

menjelaskan materi pelajaran. Pada kegiatan pembelajaran guru terkadang

kesulitan mengintegrasikan nilai tanggung jawab ke dalam setiap

pembelajaran. Pembelajaran yang dilaksanakan lebih terfokus pada

peningkatan ranah kognitif dan mengesampingkan afektifnya. Peserta didik

juga kurang dapat dikondisikan.

Siswa kelas III ini masih terlihat belum dapat mengamalkan nilai-nilai

karakter yang telah diajarkan secara tersirat. Banyak dari tingkah laku mereka

baik di dalam maupun di luar kelas yang kurang sesuai dengan ajaran

nilai-nilai karakter. Peneliti menjumpai ada beberapa anak yang ramai sendiri saat

pelajaran berlangsung, tetapi saat ditegur anak itu seperti tidak menghiraukan

gurunya. Adanya beberapa siswa yang kurang bersungguh-sungguh dalam

mengikuti kegiatan belajar mengajar, sehingga cenderung mencari perhatian

(20)

7

Selain itu, ada juga anak yang melanggar peraturan yang sudah ditetapkan

oleh sekolah. Kelas III merupakan kelas yang paling sulit dikondisikan.

Pernyataan ini juga diperkuat dengan guru-guru lain yang mengiyakan

pernyataan tersebut.

Dengan banyaknya nilai-nilai karakter yang harus ditanamkan kepada

peserta didik, terkadang guru masih memiliki hambatan dalam memilih

karakter mana yang tepat untuk ditanamkan pada setiap pembelajaran. Dalam

menanamkan nilai-nilai karakter, utamanya nilai tanggung jawab harus

dilakukan sedini mungkin dan terus berkembang seiring dengan proses

pembelajaran yang bermakna. Kualitas pendidikan tidak hanya bisa dinilai

dari kemampuan kognitifnya tetapi juga kemampuan afektif para peserta

didik dengan memiliki karakter positif khsusnya tanggung jawab yang kuat.

Berdasarkan hal di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang bagaimana para pengelola pendidikan khususnya guru dalam usaha

mengimplementasikan pembelajarannilai tanggung jawab pada siswa kelas III

SD 1 Pedes Sedayu Bantul tahun pelajaran 2014/2015.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di identifikasi masalah

di SD 1 Pedes Sedayu Bantul sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran yang masih menekankan pada ranah kognitif.

(21)

8

3. Adanya beberapa siswa yang kurang bersungguh-sungguh dalam

mengikuti kegiatan belajar mengajar, sehingga cenderung mencari

perhatian dan membuat gaduh.

4. Ada peserta didik yang masih melanggar aturan sekolah.

5. Ada siswa yang masih belum bersungguh-sungguh dalam melaksanakan

kegiatan yang diprogramkan sekolah yaitu shalat berjamaah.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka

peneliti membatasi masalah pada implementasi pembelajaran nilai tanggung

jawab pada siswa kelas III di SD 1 Pedes Sedayu Bantul Tahun Pelajaran

2014/2015.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimana implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa

kelas III di SD 1 Pedes Sedayu Bantul Tahun Pelajaran 2014/2015?

2. Apa hambatan yang dialami dalam implementasi pembelajaran nilai

tanggung jawab pada siswa kelas III di SD 1 Pedes Sedayu Bantul Tahun

(22)

9 E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab pada

siswa kelas III di SD 1 Pedes Sedayu Bantul Tahun Pelajaran 2014/2015.

2. Mengetahui hambatan yang dialami guru dalam pembelajaran nilai

tanggung jawab pada siswa kelas III di SD 1 Pedes Sedayu Bantul Tahun

Pelajaran 2014/2015.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan di SD 1 Pedes Sedayu Bantul tahun

pelajaran 2014/2015 ini memberikan manfaat baik secara teoritis maupun

praktis, yakni sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengembangkan

ilmu pengetahuan dan memperluas wawasan tentang implementasi

pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai refleksi

implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab yang telah

dilaksanakan di lapangan serta sebagai masukan dalam merumuskan

(23)

10 b. Bagi guru

Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai masukan dan

memaksimalkan kinerja guru dalam menanamkan nilai-nilai karakter

pada proses pembelajaran agar terbentuk peserta didik yang berkarakter

dan bermoral baik.

c. Bagi peneliti

Penelitian ini memberikan gambaran deskriptif pemahaman ilmu

pengetahuan baru yang dapat menjadi bekal bagi peneliti sebagai calon

guru dalam implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab pada

siswa.

d. Bagi siswa

Penelitian ini memberikan pengetahuan yang lebih mendalam

mengenai nilai tanggung jawab seorang siswa agar mereka bisa lebih

(24)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Nilai

1. Pengertian Nilai

Implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2005)

merupakan pelaksanaan, atau penerapan. Artinya yang dilaksanakan dan

diterapkan adalah kurikulum yang telah dirancang atau didesain untuk

kemudian dijalankan sepenuhnya. Browne dan Wildavsky (dalam Nurdin

dan Usman, 2004: 70) mengemukakan bahwa implementasi ialah

perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan. Dari pengertian tersebut

dapat diketahui bahwa implementasi merupakan suatu aktivitas, aksi,

tindakan atau mekanisme suatu sistem. Mekanisme dalam hal ini berarti

implementasi merupakan suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan

dengan sungguh-sungguh yang mengacu pada norma tertentu untuk

mencapai tujuan.

Secara etimologi, nilai berasal dari kata value (Inggris) yang

berasal dari kata valere (Latin) yang berarti kuat, baik dan berharga.

Dengan demikian secara sederhana, nilai (value) adalah sesuatu yang

berguna. Nilai adalah sesuatu yang berharga, baik dan berguna bagi

manusia. Nilai adalah suatu penetapan atau suatu kualitas yang

menyangkut jenis dan minat. Nilai adalah suatu penghargaan terhadap

suatu hal yang menjadi dasar penentu tingkah laku manusia, karena suatu

(25)

12

menarik (interesting), menguntungkan (profitable) dan menyenangkan

(pleasant).

Rohmat Mulyono (2008: 23) mengartikan pendidikan nilai

pengajaran ataupun bimbingan yang diberikan kepada siswa guna

menyadari nilai kebenaran, kebaikan serta keindahan. Yang melalui proses

pertimbangan nilai yang tepat serta pembiasaan bertindak yang konsisten.

Hamid Darmadi (2009: 139) mengatakan bakhwa pendidikan nilai adalah

membantu siswa belajar untuk mengenali nilai-nilai dan menempatkannya

dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan Zaim Elmubarok (2008: 23)

menjelaskan secara singkat pendidikan nilai sebagai proses seseorang

dimana seseorang menemukan maknanya sebagai pribadi pada saat dimana

tertentu memberikan arti pada jalan hidupnya.

Untuk mengembangkan pendidikan nilai diperlukan pengakuan dan

penghargaan nilai kemanusiaan. Dalam proses belajar mengajar tidak

hanya mengembangkan kecerdasaan pada diri siswa, namun juga harus

dapat mengembangkan perilaku siswa serta memberikan pemahaman

kepada siswa tentang nilai-nilai karakter seperti tanggung jawab,

kedisiplinan, kejujuran dan sebagainya. Penanaman nilai yang diberikan

kepada siswa tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan.

2. Tujuan Penanaman Nilai

Memaknai tujuan dari pendidikan nilai, Masnur Muslich (2011:

108) menjelaskan bahwa diterimanya nilai sosial oleh siswa serta

(26)

13

maka untuk mencapai tujuan tersebut, peran guru harus mengarahkan

siswa agar dapat bertindak dengan baik dan benar. Lain dengan Rohmat

Mulyana (2004: 119) bahwa penanaman nilai yang berfungsi untuk

membantu siswa memahami serta menyadari nilai dan diharapkan mampu

untuk bisa menempatkan secara integral dalam kehidupan. Sedangkan

menurut komite APEID (Asia and the Pasific Progamme of Education

Innovation for Delelopment), menjelaskan bahwa tujuan dari pendidikan

penanaman nilai adalah untuk:

a) Menerapkan pembentukan nilai kepada anak.

b) Menghasilkan sikap yang mencerminkan nilai-nilai yang diinginkan.

c) Membimbing perilaku yang konsisten dengan nilai-nilai tertentu.

Dengan demikian tujuan dari pendidikan nilai adalah tindakan

mendidik yang dimulai dan berlangsung dari adanya usaha untuk

penyadaran nilai sampai dengan perwujudan perilaku yang bernilai

(UNESCO, 1994 dalam Rohmat Mulyana (2004: 120)). Berdasarkan

beberapa pendapat mengenai tujuan penanaman nilai, maka dapat

disimpulkan bahwa tujuan dari penanaman nilai adalah untuk memberikan

bantuan kepada siswa agar dapat mengenali dan memahami nilai serta

diharapkan untuk dapat menempatkan nilai-nilai sosial dalam kehidupan.

3. Landasan pendidikan Nilai

Landasan pendidikan nilai menurut Rohmat Mulyana (2004: 124)

mencakup empat landasan pendidikan nilai, yaitu landasan filosofis,

(27)

14

landasan filosofis menjelaskan tentang akar dari pemikiran tentang hakikat

manusia dilihat dari perspektif filsafat. Landasan sosiologis terdiri dari

prinsip-prinsip pengembangan diri manusia sebagai bagian dari anggota

masyarakat. Landasan estetik sebagai pendidikan nilai adalah menjelaskan

tentang kemampuan diri manusia dalam menangkap persepsi dalam nilai

keindahan. Dan landasan psikologis yang menjelaskan tentang

aspek-aspek psikis dari diri manusia sebagai seorang individu dimasyarakat.

4. Lingkungan Pendidikan Nilai

Ki Hajar Dewantara sebagai salah satu tokoh pendidikan di

Indonesia mengemukakan tiga lingkungan pendidikan yang umum di kenal

atau di sebut sebagai tri-pusat pendidikan. Tri pusat pendidikan adalah

sekolah, keluarga dan masyarakat. Menurut Rohmat Mulyana (2004:

141-145) dalam program pengembangan pendidikan yang tertera dan tercantum

dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional sering disebut sebagai

lingkungan pendidikan formal, informal dan nonformal. Berikut ini adalah

lingkungan tri-pusat pendidikan sebagai lingkungan pendidikan nilai.

a. Lingkungan Sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang dikelola secara

terstruktur yang meliputi dan melibatkan komponen pendidikan seperti

manajemen, biaya, sarana dan prasarana, kurikulum, murid serta guru.

Sekolah dibangun dengan tujuan sebagai tempat pendidikan formal

dalam rangka meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap serta

(28)

15

organisasi yang interaktif serta dinamis, sebab terdapat beberapa orang

yang memiliki motif kepentingan yang sama akan tetapi kemampuan

dari individu pada setiap komunitas memiliki potensi dan latar

kehidupan yang berbeda-beda. Peran sekolah sebagai bagian dari

pendidikan nilai memadukan ketentuan formal yang dikembangkan

melalui beberapa aktivitas belajar yang berhubungan dengan

pendidikan yang dibangun sukarela oleh para pendidik melalui contoh

perilaku yang bernilai.

b. Lingkungan Keluarga

Dalam sebuah keluarga, pendidikan tumbuh dari kesadaran moral

sejati antara hubungan anak dengan orang tua.. Pendidikan di keluarga

memiliki keunggulan tersendiri, nilai-nilai seperti tanggung jawab,

kejujuran, kedisiplinan,ketaatan kepada Allah merupakan nilai yang

ditanamkan oleh orang tua kepada anaknya. Sehingga Pendidikan nilai

di dalam keluarga menjadikan keluarga sebagai tempat pembelajaran

nilai yang kondusif bagi seorang anak.

c. Lingkungan Masyarakat

Pendidikan nilai dalam lingkungan masyarakat melibatkan dua

faktor penting yang memiliki pengaruh terhadap keberhasilan seorang

anak, yaitu potensi seorang anak didalam memilih nilai serta mozaik

nilai yang tumbuh dan berkembang di dalam lingkungan masyarakat.

(29)

16

di masyarakat memerlukan kerjasama yang baik dari semua komponen

masyarakat.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa di

dalam lingkungan pendidikan nilai terdapat tri-pusat pendidikan yang

terdiri dari lingkungan sekolah, keluarga serta masyarakat. Ketiga

tri-pusat pendidikan tersebut akan saling terhubung dan berkesinambungan

terhadap penanaman nilai pada diri seorang anak.

B. Hakikat Tanggung Jawab

1. Pengertian Tanggung Jawab

Pada umumnya, bertanggung jawab diartikan sebagai berani

menanggung resiko atau akibat dari suatu perbuatan atau tindakan yang

dilakukan. Yang dimaksud dengan bertanggung jawab adalah suatu

keadaan di mana semua perbuatan, tindakan dan sikap merupakan

penjelmaan dari nilai-nilai moral dan nilai-nilai luhur kesusilaan dan

keagamaan. Artinya bertanggung jawab berada dalam tatanan norma, nilai

kesusilaan, dan agama. Dalam buku Panduan Pendidikan Karakter

Kemendiknas (2010) menyatakan bertanggung jawab merupakan sikap

dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan

kewajibannyasebagaimana yang seharusnya dia lakukan terhadap diri

sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan

Tuhan YME.

Setiap orang harus memiliki rasa tanggung jawab atas apa yang

(30)

17

jawab ini sejak usia dini. Sebuah pepatah mengatakan ‘berani berbuat,

berani bertanggung jawab’. Artinya apapun yang kita lakukan, kita harus

berani mempertanggung jawabkan perbuatan kita. Orang yang senantiasa

berlaku tanggung jawab maka akan mendapatkan kepercayaan dari orang

lain. Sikap tanggung jawab tidak dapat diperoleh begitu saja, diperlukan

usaha yang sungguh-sungguh dan berkesinambungan. Waktu yang sangat

tepat untuk menanamkan sikap tanggung jawab yakni sejak dini. Hal ini

dikarenakan pada usia dini anak-anak akan cepat memahami sesuatu dan

menjadikannya sebuah kebiasaan.

2. Ciri-ciri orang yang bertanggung jawab

Menurut Ainy Fauziyah (2013, female kompas) menyebutkan ada

delapan ciri orang yang bertanggung jawab, di antaranya:

a) Melakukan apa yang di ucapkan bukan sebaliknya

b) Komunikatif, baik dengan teman, atasan, bawahan maupun klien

c) Menjadi pendengar yang baik, termasuk hal-hal yang bersifat masukan,

ide, teguran maupun sanggahan yang menunjukkan perbedaan

pendapat.

d) Memiliki jiwa ‘melayani’ dengan sepenuh hati serta menghilangkan

pemikiran ‘Siapa yang butuh, dia yang harus menghubungi saya’

e) Berani meminta maaf sekaligus menanggung beban atas kesalahan yang

ia lakukan dan tidak mengulangi kesalahan yang sama.

f) Peduli pada kondisi, baik kondisi teman sekerja, anggota tim, atasan,

(31)

18

g) Bersikap tegas, memberikan teguran kepada teman yang tidak

bertangung jawab.

h) Rajin memberi apresiasi. Apresiasi dapat berupa tepuk tangan atau

ucapan terima kasih secara langsung kepada yang bersangkutan di

depan tim.

Menurut Character Counts (Six Pillars of Character Education)

dalam Muchlas Samani (2011: 56) menyatakan ciri orang yang

bertanggung jawab yaitu:

a) Dapat diandalkan ketika sepakat mengerjakan sesuatu. Menjadi orang

yang dapat diandalkan, jika sepakat mengerjakan sesuatu, kerjakanlah.

b) Fokus pada pekerjaan yang sedang dilakukan. Menjalankan urusan

dengan baik. Jangan melakukan hal lain semata-mata karena

menganggap hal itu perlu dilakukan.

c) Meminta maaf atas kesalahan yang diperbuat. Bertanggung jawab pada

apapun yang dilakukan, jangan menyalahkan orang lain, atau sekadar

minta maaf karena kesalahan yang dilakukan.

d) Berpikir sebelum bertindak. Memikirkan akibat-akibat yang akan

timbul dari perbuatan sebelum mengambil keputusan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan ciri-ciri orang yang

bertanggung jawab yang dikemukakan oleh Muchlas Samani sebagai

(32)

19 3. Macam-macam tanggung jawab

Manusia harus berjuang dalam memenuhi kebutuhan mereka sendiri

maupun pihak lain. Untuk itu ia berhadapan dengan manusia lain dalam

masyarakat atau lingkungan alam. Dalam usahanya tersebut manusia

menyadari bahwa ada kekuatan lain yang ikut menentukan kehidupannya

yakni kekuasaan Tuhan. Dengan demikian tanggung jawab dapat

dibedakan menurut keadaan manusia atau hubungan yang diperbuatnya.

Berdasarkan hal ini kemudian diketahui beberapa jenis tanggumg jawab,

yaitu:

a) Tanggung jawab terhadap diri sendiri

Tanggung jawab pada diri sendiri menuntut kesadaran setiap

orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengembangkan

kepribadian sebagai manusia pribadi. Sehingga dapat memecahkan

masalah-masalah kemanusiaan mengenai dirinya sendiri menurut sifat

dasar manusia yakni makhluk bermoral tetapi manusia juga seorang

pribadi. Oleh karena itu, manusia memiliki pendapat, perasaan dan

angan-angan sendiri. Wujud dari pendapat, perasaan dan angan-angan

tersebut manusia berbuat dan bertindak. Dalam berbuat dan bertindak

manusia tidaklah selalu benar, pasti ada kekeliruan dan kesalahan baik

yang disengaja maupun tidak disengaja.

b) Tanggung jawab terhadap keluarga

Keluarga merupakan masyarakat kecil yang terdiri atas ayah,

(33)

20

Setiap anggota keluarga memiliki kewajiban untuk bertanggung jawab

kepada keluarganya. Tanggung jawab yang dimaksud dalam hal ini

menyangkut nama baik keluarga, kesejahteraan, keselamatan,

pendidikan dan kehidupan.

c) Tanggung jawab terhadap masyarakat

Sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk sosial, maka

manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan dari manusia lain. Karena

membutuhkan bantuan manusia lain, maka manusia harus saling

berkomunikasi dengan yang lainnya. Dengan demikian manusia

merupakan anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung

jawab seperti anggota yang lain agar dapat melangsungkan hidupnya

dalam masyarakat tersebut. Jadi segala perbuatan dan tingkah lakunya

dipertanggung jawabkan kepada masyarakat.

d) Tanggung jawab terhadap bangsa/ negara

Pada kenyataannya setiap manusia merupakan warga negara

dari suatu negara. Begitu pula dalam berpikir, berbuat, bertindak dan

bertingkah laku pasti akan terikat dengan norma-norma atau

aturan-aturan yang telah dibuat oleh negara. Manusia tidak mempunyai

kewenangan untuk berbuat seenaknya sendiri. Apabila manusia

melakukan sesuatu hal yang salah, maka ia harus siap menerima

(34)

21 e) Tanggung jawab terhadap Tuhan

Dalam penciptaannya, Tuhan tidak menciptakan manusia di

bumi ini tanpa tanggung jawab. Akan tetapi untuk mengisi

kehidupannya manusia mempunyai tanggung jawab langsung kepada

Tuhan. Sehingga dikatakan apapun yang manusia perbuat tidak

terlepas dari aturan-aturan Tuhan yang tertuang dalam berbagai kitab

suci melalui berbagai macam agama. Tuhan akan segera memberikan

peringatan apabila manusia melanggar aturan yang telah ditetapkan.

Apabila peringatan yang keraspun manusia masih juga tidak

menghiraukan maka Tuhan akan melakukan kutukan. Hal ini

disebabkan jika mengabaikan perintah-perintah Tuhan berati manusia

meninggalkan tanggung jawab yang seharusnya dilakukan terhadap

Tuhan sebagai penciptanya. Bahkan untuk mmenuhi tanggung jawab

tersebut manusia memerlukan pengorbanan.

4. Integrasi pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa

Pendidikan karakter bukanlah sebuah bahasan tersendiri. Pada

pelaksanaannya pendidikan karakter terintegrasi pada mata pelajaran,

pengembangan diri serta budaya sekolah itu sendiri yang dilakukan secara

sistematis dan berkesinambungan. Seperti yang dikemukakan Masnur

Muslich dalam bukunya (2013:36) bahwa pembentukan karakter harus

dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan yang melibatkan aspek

(35)

22

Don Hellison dalam bukunya “Teaching Physical and Social

Responsibility” mengemukakan idenya untuk membuat program yang

mendorong anak untuk menerima nilai-nilai yang lebih tinggi berdasarkan

kegiatan yang berlanjut atau level. Gambaran umum tentang implementasi

pembelajaran nilai tanggung jawab yang terdapat pada model Hellison

adalah sebagai berikut:

Level 0 merupakan level tidak bertanggung jawab. Pada level ini

pengendalian diri peserta didik kurang. Peserta didik juga kurang bisa

bekerja sama dalam kelompok.

Level 1 merupakan level menunjukkan rasa hormat kepada orang

lain. Pada level ini menggambarkan peserta didik mampu mengendalikan

perilaku serta mampu menyelesaikan masalah dengan damai.

Level 2 adalah level keterlibatan. Pada level ini peserta didik telah

berpartisipasi dalam pembelajaran dari awal hingga pencapaian tujuan

pembelajaran.

Level 3 merupakan level bertanggung jawab pada diri sendiri. Pada

level ini peserta didik dapat belajar tanpa diawasi oleh guru, serta dapat

menempatkan rasa tanggung jawab dalam tujuan pribadi dan melawan

tekanan dari teman sebaya.

Level 4 yaitu level memimpin dan membantu orang lain (tanggung

jawab pada orang lain. Pada level ini peserta didik menunjukkan

(36)

23

untuk mendorong dan membantu temannya belajar tanpa harus disuruh

oleh guru.

Level 5 merupakan level lanjutan yaitu tahap

mengimplementasikan ke lingkungan. Pada level ini peserta didik dapat

menintegrasikan nilai-nilai dalam TPSR dalam area kehidupan lain atau

dapat dikatakan pula menjadi role model.

Sesuai dengan Desain Induk Pendidikan Karakter yang dirancang

Kementerian Pendidikan Nasional (2010) strategi pengembangan

pendidikan karakter yang akan diterapkan antara lain melalui transformasi

budaya sekolah dan habituasi melalaui kegiatan ekstrakurikuler. Sejalan

dengan pemikiran Belkowitz, Elkind dan Sweet (2004) mengutip

Berkowitz menulis “effective character education is nota adding s

program or set a programs to a school. Rather it is transformation of the

culture and life of the school” yang artinya pendidikan karakter tidak akan

efektif dengan menambah atau memgatur program ke sekolah. Akan tetapi

melalui transformasi budaya dan kehidupan di sekolah. (Muchlas

Samani,2011:146).

Menurut para ahli, implementasi pendidikan karakter melalui

transformasi budaya perikehidupan sekolah, dirasakan lebih efektif

daripada mengubah kurikulum dengan menambahkan materi pendidikan

karakter ke dalam muatan kurikulum. Novan Ardy Wiyani (2013:104-105)

(37)

24

belajar dapat dilakukan melalui kegiatan pengembangan diri. Pelaksanaan

kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan cara:

1) Kegiatan rutin

Merupakan kegiatan yang dilaksanakan peserta didik secara

terus-menerus dan konsisten setiap saat. Misalnya, kegiatan upacara

bendera pada hari senin, upacara besar kenegaraan, pemeriksaan

kebersihan badan, piket kelas, shalat berjamaah, berdoa sebelum dan

mengakhiri pelajaran, mengucapkan salam dan lain sebagainya.

2) Kegiatan spontan

Merupakan kegiatan yang bersifat spontan yaitu saat itu juga, pada

waktu terjadi keadaan tertentu. Sebagai contoh mengumpulkan

sumbangan ketika ada teman yang terkena musibah atau untuk

masyarakat yang dilanda bencana. Bukan hanya pada saat kegiatan

sosial tetapi biasanya juga dilakukan ketika guru mengetahui adanya

sikap peserta didik yang kurang baik seperti meminta sesuatu dengan

berteriak, mencoret-coret dinding, dan lain sebagainya. Apabila guru

mengetahui sikap peserta didik yang demikian, sebaiknya secara

spontan diberikan pengertian dan diberitahu bagaimana sikap yang

baik.

3) Keteladanan

Timbulnya sikap dan perilaku peserta didik karena meniru perilaku

dan sikap guru dan tenaga kependidikan di sekolah, bahkan perilaku

(38)

25

peserta didik. Dalam hal ini guru berperan langsung menjadi contoh

bagi peserta didik. Misalnya nilai kebersihan, dan kerapian, kasih

sayang, disiplin, kesopanan, perhatian, jujur, dan kerja keras.

4) Pengondisian

Penciptaan kondisi yang mendukung keterlaksanaan pendidikan

karakter. Suasana sekolah perlu dikondisikan sedemikian rupa, dengan

penyediaan sarana fisik. Misalnya kondisi toilet yang bersih, tempat

sampah, halaman yang hijau dengan pepohonan, poster kata-kata bijak

yang dipajang di lorong sekolah dan di dalam kelas.

Pelaksanaan penanaman nilai tanggung jawab pada siswa dapat

ditempuh guru dengan melakukan kegiatan rutin, kegiatan spontan,

keteladanan serta pengondisian.

C. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Pembelajaran nilai-nilai karakter utamanya nilai tanggung jawab harus

dilakukan sedini mungkin dan terus berkembang seiring dengan proses

pembelajaran yang bermakna. Usia siswa di sekolah dasar berkisar 6-12

tahun. Masa ini disebut pula masa kanak-kanak akhir. Pada masa ini

lingkungan pergaulan anak sudah meluas. Anak sudah banyak bergaul, tidak

hanya bergaul dengan orang-orang rumah tetapi juga bergaul dengan

teman-temannya di lingkungan sekitar rumah serta dengan teman-teman di sekolah.

Masa ini merupakan masa sekolah. Pada masa ini anak sudah matang

untuk belajar atau sekolah. Disebut masa sekolah karena anak sudah

(39)

26

Izzaty (2008: 103) menyatakan tugas-tugas perkembangan pada masa

kanak-kanak akhir adalah:

1) Belajar keterampilan fisik untuk keperluan bermain.

2) Belajar bergaul dengan teman sebaya.

3) Sebagai makhluk yang sedang tumbuh, mengembangkan sikap yang

sehat mengenai diri sendiri.

4) Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar yaitu membaca,

menulis dan berhitung.

5) Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita.

6) Mengemabangkan pengertian-pengertian yang diperlukan dalam

kehidupan sehari-hari.

7) Mengembangkan kata batin, moral dan skala nilai.

8) Mengembangkan sikap terhadap kelompok dan lembaga sosial.

9) Mencapai kebebasan pribadi.

Pada masa ini guru di sekolah memiliki peranan penting dalam

membantu peserta didik untuk menyelesaikan tugas perkembangan tersebut

dengan baik. Keberhasilan dalam penyelesaian tugas perkembangan ini

ditentukan oleh lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan juga

lingkungan teman sebayanya.

Lebih lanjut, Sardiman A.M (2006: 120) menyatakan bahwa

karakteristik siswa yakni keseluruhan kelakuan dan kemampuan yang ada

(40)

27

menentukan pola aktifitas dalam meraih cita-citanya. Ada tiga hal dalam

karakteristik siswa yang perlu diketahui:

1) Karakteristik berkaitan dengan kemampuan awal, misal kemampuan

intelektual dan kemampuan berfikir.

2) Karakteristik berhubungan dengan latar belakang status sosial.

3) Karakteristik berkenaan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian

seperti sikap, perasaan, dan minat.

S.C Utami Munandar (1985: 4) membagi sifat siswa sekolah dasar

menjadi dua fase yaitu masa kelas rendah sekolah dasar, sekitar usia 6 sampai

9 tahun dan masa kelas tinggi sekolah dasar sekitar 10-13 tahun. Siswa

sekolah dasar antara kelas tinggi dan kelas rendah juga memiliki perbedaan

karakter yang disebabkan oleh perbedaan psikologis dan emosional.

Sifat khas anak pada sekolah dasar dijabarkan lebih lanjut, menurut

S.C Utami Munandar (1985: 4-5) adalah:

1. Masa kelas rendah

a) Ada korelasi positif antara keadaan jasmani dengan prestasi sekolah.

b) Sikap tunduk pada peraturan permainan yang tradisional.

c) Ada kecenderungan memuji diri sendiri.

d) Suka membandingkan dirinya dengan anak lain, kalau hal itu

menguntungkan.

e) Kalau tidak dapat menyelesaikan soal, maka soal itu dianggap tidak

(41)

28

f) Anak menghendaki nilai (angka rapor) yang baik, tanpa mengingat

apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.

2. Masa kelas tinggi

a) Minat kepada kehidupan praktis konkret sehari-hari,kecenderungan

membandingkan pekerjaan-pekerjaan yangpraktis.

b) Amat realitas, ingin tahu, ingin belajar.

c) Menjelang sekitar umur 11 tahun, anak membutuhkan guru atau

orang dewasa untuk menyelesaikan tugasnya.

d) Sampai sekitar umur 11 tahun, anak berusaha menyelesaikan tugas

sendiri.

e) Setelah umur 11 tahun, anak berusaha menyelesaikan tugasnya

sendiri.

f) Pada masa ini, anak memandang nilai rapor sebagai ukuran yang

tepat terhadap prestasi sekolah.

g) Di dalam permainan tradisional anak membuat peraturan sendiri.

Dari semua uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik

anak sekolah dasar antara kelas rendah dan kelas tinggi berbeda. Pada anak

kelas rendah, anak mempunyai sifat kecenderungan memuji diri sendiri

dan meremehkan orang lain, kemampuan mengingat dan bahasa

berkembang sangat pesat, tidak bisa membedakan antara bermain dan

belajar dan lebihmudah memahami hal-hal yang bersifat konkret.

Sedangkan karakteristikanak kelas tinggi adalah adanya minat terhadap

(42)

29

menyelesaikannya masalah sendiri, gemar membentuk kelompok sebaya,

dan menganggap peran manusia idola sangat penting.

D. Kerangka Pikir

Pembentukan karakter kini menjadi suatu pendidikan yang penting

bagi anak khususnya anak SD. Dapat kita lihat bagaimana sikap para anak

sekarang yang memang terkadang membuat kita prihatin dengan tingkah

lakunya. Tidak sedikit anak yang setelah menginjak masa usia remaja atau

pubertas menjadi anak yang semaunya sendiri, tidak punya moral, tidak

hormat pada orang tua, dan bahkan tidak punya rasa malu. Salah satu nilai

karakter yang dikembangkan di sekolah dasar yaitu nilai tanggung jawab.

Tanggung jawab merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk

melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan,

terhadap dirinya maupun orang lain dan lingkungan sekitarnya. Ketika

pembelajaran berlangsung, kedekatan antara guru dengan peserta didik dapat

digunakan untuk menanamkan nilai tanggung jawab pada peserta didik dalam

setiap tindakan yang dilakukannya.

Pendidikan karakter dalam hal ini nilai tanggung jawab hendaknya

dimulai dari anak usia muda atau anak usia SD. Karena dalam usia ini anak

masih mudah untuk diberikan karakter yang baik, dan anak akan cenderung

mempercayai dan melaksanakan perintah dari guru. Tugas seorang guru

adalah dengan cara apapun bagaimana caranya agar anak memperoleh

pendidikan karakter yang baik dan terhindar dari karakter yang dapat

(43)

30

perubahan-perubahan sikap anak yang dapat mempengaruhi karakter yang

baik. Jika dalam pantauan guru anak mulai bertingkah tidak sesuai dengan

nilai karakter yang diajarkan hendaknya guru segera menasehati dan

memperbaiki serta mengembalikan kembali karakter anak menjadi karakter

yang baik.

Hal ini menjadi tantangan bagi guru dalam menanamkan nilai

tanggung jawab pada siswa selama pembelajaran. Guru menanamkan

bagaimana menjadi orang yang bertanggung jawab antara lain dapat

diandalkan, fokus pada apa yang sedang dikerjakan, meminta maaf apabila

melakukan kesalahan serta berpikir sebelum bertindak dengan

mengintegrasikannya ke dalam pembelajaran.Cara pengintegrasian nilai

tanggung jawab saat pembelajaran dilakukan dengan kegiatan rutin, kegiatan

spontan, keteladanan serta pengondisian.

E. Definisi Operasional

1. Tanggung jawab

Tanggung jawab merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk

melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya

dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial

dan budaya), negara dan Tuhan YME.

2. Karakteristik anak SD

Karakteristik anak sekolah dasar antara kelas rendah dan kelas tinggi

berbeda. Pada anak kelas rendah, anak mempunyai sifat kecenderungan

(44)

31

dan bahasa berkembang sangat pesat, tidak bisa membedakan antara

bermain dan belajar dan lebih mudah memahami hal-hal yang bersifat

konkret. Sedangkan karakteristik anak kelas tinggi adalah adanya minat

terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, realistis, sudah

bisa menyelesaikannya masalah sendiri, gemar membentuk kelompok

sebaya, dan menganggap peran manusia idola sangat penting.

F. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian yang diajukan oleh peneliti adalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana guru mengimplementasikan pembelajaran nilai tanggung

jawab pada siswa kelas III di SD 1 Pedes?

2. Bagaimana pelaksanaan implementasi pembelajaran nilai tanggung

jawab pada siswa kelas III di SD 1 Pedes?

3. Hambatan apa yang dialami dalam pelaksanaan implementasi

pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa kelas III di SD 1

(45)

32 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif karena

data yang disajikan dalam bentuk kalimat. Peneliti menggunakan jenis

penelitian ini karena permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini

mendeskripsikan dan menggambarkan tentang implementasi pembelajaran

nilai tanggung jawab pada siswa kelas III SD 1 Pedes Sedayu Bantul tahun

pelajaran 2014/2015 secara apa adanya. Di dalam penelitian ini peneliti tidak

melakukan manipulasi atau memberikan perlakuan tertentu terhadap variabel

atau merancang sesuatu yang diharapkan terjadi pada variabel. Semua

kegiatan, keadaan, kejadian, aspek, komponen atau variabel berjalan

sebagaimana adanya.

Lexy J. Moleong (2009: 6) menyatakan penelitian kualitatif

merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang

apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi,

motivasi,tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi

dalambentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah

dandengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Melalui pendekatan

kualitatif, diharapkan penelitian ini dapat mengungkapkan fakta-fakta tentang

implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa kelas III SD 1

(46)

33 B. Subjek dan Objek Penelitian

Penelitian ini menggunakan subjek dan objek yang digunakan untuk

memperoleh data.

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru kelas III SD 1 Pedes. Guru

kelas merupakan faktor yang sangat penting dalam keberhasilan

implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab siswa. Oleh karena itu

guru menjadi informan utama dalam penelitian ini. Sedangkan Kepala

Sekolah dan siswa merupakan informan pendukung dalam memperoleh

data tentang implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa

kelas III SD 1 Pedes SedayuBantul tahun pelajaran 2014/2015.

2. Objek penelitian

Objek penelitian yaitu informasi yang diperoleh dari subjek

penelitian. Objek dari penelitian ini yaitu kegiatan-kegiatan yang

merupakan bentuk dari implementasi nilai tanggung jawab dalam

pembelajaran pada siswa kelas III yang meliputi:

a) Implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa kelas

III SD 1 Pedes antara lain: dapat diandalkan ketika sepakat

mengerjakan sesuatu, fokus pada pekerjaan yang sedang dikerjakan,

meminta maaf apabila membuat kesalahan dan berpikir sebelum

bertindak.

b) Hambatan-hambatan yang dialami guru dalam implementasi

(47)

34 C. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD 1 Pedes Sedayu Bantul.

Penetapan lokasipenelitian sangat penting dalam rangka

mempertanggung jawabkan datayang diperoleh. Oleh karena itu, maka

lokasi penelitian perlu ditetapkan terlebih dahulu. Dalam penelitian ini,

lokasi yang peneliti pilih adalah SD 1 Pedes. Peneliti memilih sekolah ini

karena di sekolah dan kelas ini belum pernah menjadi tempat penelitian

tentang implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari 2015 sampai

dengan bulan Juni 2015, setelah peneliti memperoleh izin penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan salah satu unsur yang sangat

penting, karena ini berkaitan dengan data yang akan diperoleh oleh peneliti.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1. Wawancara

Seperti yang ditegaskan oleh Lexy J. Moleong (2009: 186)

wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan ini

dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewise) yang

(48)

35

Dengan menggunakan teknik wawancara data yang diperoleh

dapat lebih mendalam. Peneliti memiliki peluang lebih luas untuk

mengembangkan lebih jauh informasi yang diperoleh dari informan.

Melalui teknik wawancara peneliti juga dapat memahami bagaimana

implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa. Data

tersebut diperoleh dari hasil wawancara antara peneliti dengan guru

untuk mendukung pelaksanaan wawancara, peneliti menggunakan

sejumlah pertanyaan yang diajukan kepada informan.

Pertanyaan tersebut disusun berdasarkan fokus dan rumusan

masalah dalam penelitian ini. Adapun peneliti menggunakan teknik

wawancara untuk mendapatkan jawaban yang valid dari informan

sehingga peneliti harus bertatap muka dan bertanya langsung dengan

informan. Dalam hal ini yang memungkinkan menjadi orang yang

mempunyai informasi/responden adalah Guru Kelas III SD 1 Pedes.

2. Observasi

Nasution (Sugiyono, 2013: 309) menyatakan bahwa observasi

adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja

berdaarkan data atau fakta tentang dunia kenyataan yang diperoleh

melalui observasi. Menurut Sugiyono (2010: 204) dari segi proses

pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi

participant observation (obsevasi berperan serta) dan non participant

(49)

36

Observasi dalam penelitian ini adalah observasi partisipatif pasif

atau non partisipan, dimana peneliti ikut melakukan kegiatan yang

dilakukan informan dan aktivitas objek (siswa) tetapi tidak ikut terlibat di

dalamnya. Observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

pengamatan, pencatatan, menganalisis dan membuat kesimpulan

mengenai bagaimana implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab

pada siswa kelas III SD 1 Pedes berlangsung selama proses

pembelajaran.

3. Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2013: 326) studi dokumen merupakan

pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam

penelitian kualitatif. Melalui studi dokumentasi peneliti mendapat

penjelasan yang akurat dari hasil wawancara dan observasi yang telah

dilakukan mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan masalah, tujuan,

fungsi dan sebagainya. Penelitian ini menggunakan dokumentasi berupa

RPP, silabus, hasil lembar wawancara, hasil lembar observasi, jadwal

pelajaran dan hal-hal yang berkaitan dengan implementasi pembelajaran

nilai tanggung jawab pada siswa kelas III SD 1 Pedes.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen yang utama

dalam mengumpulkan dan menginterpretasikan data. Lexy J. Moleong (2005:

(50)

37

pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya ia

menjadi pelapor hasil penelitiannya.

Sugiyono (2010: 147) menyebutkan bahwa dalam penelitian kualitatif,

teknik pengumpulan data yang utama adalah observasi partisipan, wawancara

mendalam, studi dokumentasi, dan gabungan ketiganya atau triangulasi.

Sebagai instrumen utama peneliti juga memerlukan alat bantu untuk

mendukung kegiatan pengumpulan data pada penelitian ini. Alat bantu yang

digunakan dalam penelitian ini berupa pedoman-pedoman dari teknik

pengumpulan data. Pedoman-pedoman tersebut antara lain pedoman

wawancara, pedoman observasi dan studi dokumentasi.

1. Pedoman observasi

Observasi dilaksanakan pada saat proses kegiatan belajar

mengajar berlangsung. Pelaksanaan pembelajaran yang diobservasi mulai

kegiatan pendahuluan sampai dengan kegiatan penutup. Peneliti juga

mengobservasi adanya kemungkinan hambatan-hambatan yang guru

temui selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi ini dilakukan

di dalam ruang kelas, ketika proses kegiatan belajar mengajar sedang

berlangsung. Peneliti akan mengamati bagaimana guru dalam

mengimplementasikan pembelajaran nilai tanggung jawabbaik di dalam

maupun di luar kelas.

Pedoman observasi yang digunakan oleh peneliti adalah pedoman

observasi pelaksanaan pembelajaran.

(51)

38

No Indikator Aspek yang diamati Nomor item

1. Dapat diandalkan ketika

mengerjakan sesuatu

a. Menyerahkan tugas tepat waktu

b. Mengerjakan tugas kelompok c. Melaksanakan piket kelas

1a, 1b, 1c

1d 1e, 1f 2. Fokus pada

pekerjaan yang dilakukan

a. Mengerjakan tugas sesuai petunjuk

b. Melaksanakan senam pagi dan shalat berjamaah

c. Berdoa sebelum dan sesudah pelajaran

2a, 2b, 2c, 2d

2g, 2h

2e, 2f

3. Meminta maaf atas kesalahan yang diperbuat

a. Meminta maaf apabila terlambat

b. Meminta maaf jika berbuat salah dengan teman

3a, 3c, 3d

3b, 3e

4. Berpikir sebelum

bertindak a. b. Meminta ijin Membuang sampah pada tempatnya

c. Memberi teguran

4a, 4b 4c, 4d, 4e

4f, 4g Instrumen pedoman observasi yang digunakan oleh peneliti untuk

memperoleh data penelitian terlampir pada lampiran 1 halaman 93.

2. Pedoman wawancara

Menurut Sugiyono (2013: 316) menyatakan bahwa wawancara

digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin

melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang

harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari

responden yang lebih mendalam.

Melalui wawancara dan observasi mendalam peneliti dapat

memahami situasi yang melibatkan interaksi sosial serta nilai-nilai yang

muncul dalam ucapan dan perilaku responden. Wawancara digunakan

untuk memperoleh data tentang bagaimanapelaksanaan implementasi

pembelajaran nilai tanggung jawab di kelas III, hambatan-hambatan

(52)

39

serta upaya-upaya yang dilakukan guru dalam menghadapi

hambatan-hambatan tersebut sesuai dengan hasil observasi.

Berikut ini pedoman-pedoman wawancara yang digunakan oleh

peneliti untuk memperoleh data penelitian.

a. Pedoman wawancara guru mengenai pelaksanaan implementasi

pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa kelas III SD 1 Pedes.

Tabel 2. Kisi-kisi pedoman wawancara guru kelas III mengenai implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa kelas III SD 1 Pedes Sedayu Bantul

No. Indikator

1. Bagaimana implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa

2. Pelaksanaan implementasi nilai dapat diandalkan ketika sepakat mengarjakan sesuatu

3. Pelaksanaan implementasi nilai fokus pada pekerjaan yang sedang dikerjakan

4. Pelaksanaan implementasi nilai meminta maaf apabila membuat kesalahan

5. Pelaksanaan implementasi nilai berpikir sebelum bertindak 6. Hambatan dalam implementasi nilai tanggung jawab dalam

pembelajaran

Instrumen pedoman wawancara guru kelas III yang digunakan

oleh peneliti untuk memperoleh data penelitian terlampir pada

lampiran 4 halaman 119.

b. Pedoman wawancara siswa kelas III mengenai implementasi

[image:52.595.161.512.260.471.2]
(53)

40

Tabel 3. Kisi-kisi pedoman wawancara siswa mengenai implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa kelas III SD 1 Pedes Sedayu Bantul

No. Indikator Aspek yang diamati 1. Dapat diandalkan ketika

mengerjakan sesuatu a. b. Mengerjakan tugas kelompok Menyerahkan tugas tepat waktu c. Melaksanakan piket kelas 2. Fokus pada pekerjaan yang

dilakukan a. Mengerjakan tugas sesuai petunjuk b. Melaksanakan senam pagi dan

shalat berjamaah

c. Berdoa sebelum dan sesudah pelajaran

3. Meminta maaf atas

kesalahan yang diperbuat a. b. Meminta maaf jika berbuat salah Meminta maaf apabila terlambat dengan teman

4. Berpikir sebelum bertindak a. Meminta ijin

b. Membuang sampah pada tempatnya

c. Memberi teguran

Instrumen pedoman wawancara siswa yang digunakan oleh peneliti

untuk memperoleh data penelitian terlampir pada lampiran 5 halaman

120.

c. Pedoman wawancara kepala sekolah mengenai dukungan yang

diberikan untuk implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab di

sekolah.

Tabel 4. Kisi-kisi pedoman wawancara kepala sekolah mengenai implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa

No. Indikator

1. Bagaimana implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa

2. Pelaksanaan implementasi nilai dapat diandalkan ketika sepakat mengarjakan sesuatu

3. Pelaksanaan implementasi nilai fokus pada pekerjaan yang sedang dikerjakan

4. Pelaksanaan implementasi nilai meminta maaf apabila membuat kesalahan

5. Pelaksanaan implementasi nilai berpikir sebelum bertindak 6. Hambatan dalam implementasi nilai tanggung jawab dalam

[image:53.595.161.509.102.355.2] [image:53.595.165.517.503.724.2]
(54)

41

Instrumen pedoman wawancara kepala sekolah yang digunakan

oleh peneliti untuk memperoleh data penelitian terlampir pada lampiran

6 halaman 121.

3. Pedoman studi dokumen

Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan sebagai pelengkap

data yang telah diperoleh melalui wawancara dan observasi.

Dokumentasi dilakukan saat proses merekam data hasil wawancara dan

observasi, mengambil gambar pada saat pelaksanaan pembelajaran.

peneliti juga mengambil kegiatan di luar kelas yang berkaitan dengan

implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa. Untuk

memperoleh data dokumentasi, peneliti menganalisis dokumen yang

dimiliki oleh guru kelas III berupa silabus dan rencana pelaksanaan

pembelajaran. Peneliti juga mengambil dokumentasi berupa foto dan

menganalisa papan slogan di lingkungan sekolah yang berkaitan dengan

implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab di sekolah. Instrumen

pedoman analisis dokumen yang digunakan oleh peneliti untuk

memperoleh data penelitian terlampir pada lampiran 13 halaman 143.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif bersifat induktif. Pada

penelitian kualitatif analisis data dilapangan dilakukan pada saat proses data

diperoleh, dan setelah data tersebut selesai diperoleh dengan waktu

(55)

42

Miles dan Huberman dalam Haris Herdiansyah (2010:164) menjabarkan

mengenai tahapan yang harus dilakukan dalam analisis data, antara lain:

1. Pengumpulan Data

Pada penelitian kualitatif pengumpulan data dilakukan selama

penelitian berlangsung. Pengumpulan data pada penelitian ini yakni

dengan mengumpulkan data observasi, wawancara serta analisa studi

dokumen pada implementasipembelajaran nilai tanggung jawab pada

siswa kelas III SD 1 Pedes.

2. Reduksi Data

Reduksi data menurut Haris Herdiansyah (2010:165) adalah

proses penggabungan dan penyeragaman segala bentuk data yang

diperoleh menjadi satu bentuk tulisan (script) yang akan dianalisis.

Dalam mereduksi data, peneliti memfokuskan pada implementasi

pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa kelas III SD 1 Pedes

dalam proses belajar mengajar di dalam kelas .

3. Display

Setelah semua data telah di format berdasarkan instrumen

pengumpul data dan telah berbentuk tulisan (script), langkah selanjutnya

adalah melakukan display data (Haris Herdiansyah, 2010: 175). Dalam

penelitian ini, peneliti menyajikan data tentang implementasi

pembelajaran nilai tanggung jawab dan hambatan yang dialami guru

dalam mengimplementasikan pembelajaran nilai tanggung jawab. Data

(56)

43

diperoleh dari hasil observasi pembelajaran, wawancara dengan

narasumber dan studi dokumen.

4. Penarikan Kesimpulan/verifikasi

Kesimpulan/verifikasi merupakan tahap akhir dalam rangkaian

analisa data kualitatif menurut model interaktif yang dikemukakan oleh

Miles and Huberman (dalam Haris Herdiansyah, 2010: 178).

Kesimpulan/ verifikasi dalam penelitian kualitatif bersifat sementara dan

dapat berubah sewaktu-waktu apabila selama penelitian data yang

dikumpulkan kurang mendukung. Data mengenai implementasi

pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa kelas III SD 1 Pedes yang

telah tersaji dalam penyajian data kemudian dianalisis untuk memperoleh

kesimpulan.

G. Keabsahan Data

Keabsahan suatu data dapat dilakukan dengan teknik pemeriksaan

yang didasarkan atas kriteria tertentu. Menurut Lexy J. Moleong (2009: 327),

ada empat kriteria dalam teknik pemeriksaan data, yaitu: 1) kredibilitas

(derajat kepercayaan), 2) keteralihan, 3) kebergantungan, 4) kepastian.

Untuk mengecek keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan

kredibilitas. Sugiyono (2013: 365) menjelaskan bahwa cara uji kredibilitas

data atau kepercayaan data hasil penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan

perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian,

triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif,

(57)

44

untuk membuktikan bahwa data atau informasi yang diperoleh benar-benar

mengandung nilai kebenaran (truth value). Adapun teknik yang dilakukan

oleh peneliti antara lain:

1. Pengamatan secara seksama

Pengamatan secara seksama dilakukan secara terus menerus untuk

memperoleh gambaran yang nyata tentang pengembangan pembelajaran

nilai tanggung jawabpada siswa kelas III di SD 1 Pedes. Pengamatan ini

dilakukan sampai diperoleh data yang jenuh.

2. Triangulasi

Triangulasi merupakan suatu teknik pemeriksaan data dengan

membandingkan data yang diperoleh dari satu sumber ke sumber

lainnyapada saat yang berbeda atau membandingkan data yang diperoleh

dari sumber ke sumber lainnya de

Gambar

Tabel 2. Kisi-kisi pedoman wawancara guru kelas III mengenai implementasi pembelajaran nilai tanggung jawab pada siswa kelas III SD 1 Pedes Sedayu Bantul
Tabel 3. Kisi-kisi pedoman wawancara siswa mengenai implementasi
gambar-gambar  Gemar  membaca
gambar seri
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi karakter tanggung jawab dan kerja keras pada Paguyuban Karya Bina Sosial Bata Merah Kelurahan Jetis,

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi karakter tanggung jawab dan kerja keras pada Paguyuban Karya Bina Sosial Bata Merah Kelurahan Jetis,

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mendeskripsikan implementasi karakter tanggung jawab dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas VII SMP Negeri 2 Banyudono

Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Untuk mendeskripsikan bagaimana perencanaan pembinaan karakter mandiri dan tanggung jawab siswa SD Muhammadiyah 8 Jagalan. 2)

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk pengembangan karakter cinta damai dan tanggung jawab pada ektrakurikuler Tapak Suci, untuk

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi, kendala implementasi dan solusi atas kendala dalam implementasi karakter kejujuran dan tanggung jawab

Penelitian ini bertujuan untuk penelitian ini bertujuan mendeskripsikan implementasi karakter kerja keras, karakter tanggung jawab, kendala yang menghambat

Hubungan antara tingkat pemenuhan tanggung jawab perawat terhadap profesi dengan tingkat kepuasan pasien di ruang rawat inap kelas III RSU PKU Muhammadiyah