• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Leksikografi terhadap Lisān al-‘Arab Karya Ibn Manẓūr al-Afrīqī.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Analisis Leksikografi terhadap Lisān al-‘Arab Karya Ibn Manẓūr al-Afrīqī."

Copied!
171
0
0

Teks penuh

(1)

i

MANẒŪR AL-AFRĪQĪ

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister dalam Bidang Bahasa dan Sastra Arab

Program Pascasarjana UIN Alauddin Makassar

Oleh

Mardiana Haris NIM: 80100211045

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR

2014

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Dengan penuh kesadaran, peneliti yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa tesis ini benar adalah hasil karya peneliti sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka tesis dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Makassar, 29 Desember 2013 Peneliti,

Mardiana Haris

NIM: 80100211045

(3)

iii

Tesis yang berjudul

“Analisis Leksikografi terhadap Lis

ā

n al-‘Arab Karya Ibnu Man

ẓū

r al-Afr

īqī ” yang disusun oleh Mardiana Haris, NIM: 80100211045, mahasiswa konsentrasi Bahasa dan Sastra Arab pada program Pascasarjana UIN Alauddin Makassar, memandang bahwa tesis tersebut telah memenuhi syarat-syarat ilmiah dan dapat disetujui untuk menempuh Ujian Seminar Hasil Tesis

.

Demikian persetujuan ini diberikan untuk proses selanjutnya.

Promotor, Kopromotor,

Prof. Dr. H. M. Rusydi Khalid, M.A. Dr. Hj. Amrah Kasim, M.A.

Makassar, 29 Desember 2013

Diketahui oleh:

Direktur Program Pascasarjana UIN Alauddin Makassar,

. Prof. Dr. H. Moh. Natsir Mahmud, M.A.

NIP 19540816 198303 1 004

(4)

iv

ِﻢْﺴِﺑ ِﻦ ْﲪﱠﺮﻟا ِﷲ

ِﻢْﻴِﺣﱠﺮﻟا

ُﺪْﻤَﳊا ﻰَﻠَﻋ ِ ِإ َﺴْﺣ ِﻪِﻧﺎ ﱡﺸﻟاَو ُﺮْﻜ ُﻪَﻟ ﻰَﻠَﻋ ِﻪِﻘْﻴِﻓْﻮَـﺗ َو ِإ ِﻪِﻧﺎَﻨِﺘْﻣ ُﺪَﻬْﺷَأَو .

ْنَأ َﻪﻟِاَﻻ ﱠﻻِإ

ُﱠ/ا ُﻩَﺪْﺣَو َﻚْﻳِﺮَﺷَﻻ ُﻪَﻟ

ﺎًﻤْﻴِﻈْﻌَـﺗ ِﻪِﻧْﺄَﺸِﻟ

ُﺪَﻬْﺷَأَو ﱠنَأ َ7َﺪِّﻴَﺳ ًاﺪﱠﻤَُﳏ

ُﻩُﺪْﺒَﻋ ُﻪُﻟْﻮُﺳَرَو ﻰِﻋاﱠﺪﻟا

، ًاْﲑِﺜَﻛ ﺎًﻤْﻴِﻠْﺴَﺗ ْﻢِّﻠَﺳَو ِﻪِﺑﺎَﺤْﺻَأَو ِﻪِﻟآ ﻰَﻠَﻋَو ٍﺪﱠﻤَُﳏ َ7ِﺪِّﻴَﺳ ﻰَﻠَﻋ ِّﻞَﺻ ﱠﻢُﻬ ّﻠﻟَأ . ِﻪِﻧاَﻮْﺿِر ﱃَإ

. ُﺪْﻌَـﺑ ﺎﱠﻣَأ

Alhamdulillah berkat taufiq dan hidayah-Nya, penulisan tesis ini dapat terwujud dalam rangka memenuhi salah satu syarat penyelesaian studi untuk memperoleh gelar Magister Humaniora pada Program Studi Dirasah Islamiyah Konsentrasi Bahasa dan Sastra Arab Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.

Untuk penyelesaian tesis ini, tidaklah sedikit hambatan dan kendala yang dihadapi oleh penulis sejak masih aktif perkuliahan hingga selesai tesis ini.

melainkan banyak pihak yang membantu dan mendorong penulis untuk menyelesaikan dengan secepat mungkin. Serta tidak mengurangi rasa syukur penulis kepada Allah swt., Yang Maha Sempurna bila mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof. Dr. H. Abdul Qadir Gassing HT, M.S., Pembantu Rektor I, II dan III. Direktur Program Pascasarjana UIN Alauddin Makassar, Prof. Dr. H. Moh. Natsir Mahmud, M.A., beserta seluruh staf Program Pascasarjana UIN Alauddin Makassar, yang telah banyak membantu mulai dari proses perkuliahan, pengurusan administrasi dan sebagainya sampai selesai penulisan tesis ini.

(5)

2. Prof. Dr. H. M. Rusydi Khalid, M.A. dan Dr. Hj. Amrah Kasim, M.A., selaku Promotor dan Kopromotor yang telah meluangkan waktunya dan tidak mengenal lelah untuk selalu memberikan arahan dan bimbingan dalam penyelesaian tesis ini.

3. Para Guru Besar dan Dosen Program Pascasarjana UIN Alauddin Makassar yang telah mendedikasikan dirinya untuk memberikan kontribusi pemikiran sehingga dapat membuka cakrawala berpikir penulis.

4. Kepala dan seluruh staf Perpustakaan UIN Alauddin Makassar yang dengan tulus ikhlas melayani serta memberi petunjuk kepada penulis dalam rangka pengumpulan data yang sesuai dengan obyek penelitian tesis ini.

5. Ayahanda H. Abdul Haris, ibunda Hj. Sitti Nafisah, kakak-adik yang tersayang, serta suami dan ananda yang tercinta atas ketulusannya memberikan bantuan, dorongan dan do’a kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan pendidikan S2 pada program pascasarjana UIN Alauddin Makassar.

6. Teman-teman di Program Pascasarjana angkatan 2011 terutama BSA (Hasfikin dan Marwa Limpo) dan PBA yang tak dapat kami sebutkan di sini satu-persatu yang telah banyak memberikan masukan dan motivasi agar cepat menyelesaikan penulisan tesis ini. Semoga Allah swt., memberi pahala yang berlipat ganda, amin.

Walaupun penulis berusaha maksimal memberikan karya yang terbaik dari apa yang penulis miliki demi terwujudnya tesis ini, namun pada akhirnya tetap terdapat kekurangan-kekurangan di dalamnya sebagai akibat keterbatasan penulis, terutama di dalam menghimpun dan menganalisis data. Oleh karena itu, penulis berharap kepada promotor, kopromotor, penguji dan teman-teman sekalin

(6)

sempurna dalam penulisan selanjutnya.

Semoga dengan kehadiran tesis ini menjadi langkah awal dalam kajian Leksikografi (Leksikologi) Arab di UIN Alauddin Makassar. Akhirnya, kepada Allah swt., penulis memohon berkah atas segala jerih payah serta ampunan terhadap segala kekeliruan maupun kekhilafan.

Makassar, Desember 2013 Penulis,

Mardiana Haris NIM. 80100211045

(7)

vii DAFTAR ISI

JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ... ii

PERSETUJUAN PROMOTOR ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TRANSLITERASI DAN SINGKATAN ... ix

ABSTRAK ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 14

C. Pengertian Judul dan Ruang Lingkup Penelitian ... 14

D. Kajian Pustaka ... 16

E. Metode Penelitian ... 18

F. Kerangka Teoretis ... 22

G. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 25

H. Garis-garis Besar Isi ... 26

BAB II TINJAUAN TEORETIS ... 28

A. Leksikografi ... 28

1. Definisi ... 28

2. Asal-usul

Mu’jam

dan Kamus ... 29

B. Perkembangan Leksikografi Arab ... 44

C. Jenis dan Fungsi

Mu’jam

... 48

1. Jenis

Mu’jam

... 48

2. Fungsi

Mu’jam

... 55

D. Metode Penyusunan

Mu’jam

(Kamus Arab) ... 61

1. Niẓām al-Ṣautī (sistem fonetik) ... 63

2. Niẓām al-Alfabāī al-Khāṣṣ (Sistem Alfabetis Khusus) ... 74

3. Niẓām al-Qāfiyah (Sistem Sajak/Sastrawi) ... 81

(8)

5. Niẓām al-Nuṭqi (Sistem Artikulasi) ... 94

BAB III IBN MANẒŪR AL-AFRĪQĪ ... 102

A. Nasab Ibn Manẓūr al-Afrīqī ... 102

B. Tempat Kelahiran Ibn Manẓūr al-Afrīqī ... 104

C. Keluarga Ibn Manẓūr al-Afrīqī ... 105

D. Pendidikan Ibn Manẓūr al-Afrīqī ... 110

E. Hasil Karya (Karangan) Ibn Manẓūr al-Afrīqī ... 111

BAB IV METODE PENYUSUNAN

MU’JAM LIS

Ā

N AL-‘ARAB

... 113

A. Metode Penyusunan

Mu’jam Lis

ā

n al-‘Arab

Karya Ibn Manẓūr... 113

B. Metode Syarah Klasifikasi Mufradat yang digunakan oleh Ibn Manẓūr al-Afrīqī ... 131

C. Metode Syarah Analisis Makna dalam

Mu’jam Lis

ā

n al-‘Arab

... 136

BAB V PENUTUP ... 151

A. Kesimpulan... 151

B. Implikasi ... 151

DAFTAR PUSTAKA ... 153 RIWAYAT HIDUP

(9)

ix

DAFTAR TRANSLITERASI ARAB-LATIN DAN SINGKATAN A.

Transliterasi Arab-Latin

Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin dapat dilihat pada tabel berikut:

1. Konsonan

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

ا

alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan

ب

ba b be

ت

ta t te

ث

s\a s\ es (dengan titik di atas)

ج

jim j je

ح

h}a h} ha (dengan titik di bawah)

خ

kha kh ka dan ha

د

dal d de

ذ

z\al z\ zet (dengan titik di atas)

ر

ra r er

ز

zai z zet

س

sin s es

ش

syin sy es dan ye

ص

s}ad s} es (dengan titik di bawah)

ض

d}ad d} de (dengan titik di bawah)

ط

t}a t} te (dengan titik di bawah)

ظ

z}a z} zet (dengan titik di bawah)

ع

‘ain apostrof terbalik

غ

gain g ge

ف

fa f ef

ق

qaf q qi

ك

kaf k ka

ل

lam l el

م

mim m em

ن

nun n en

و

wau w we

ـﻫ

ha h ha

ء

hamzah apostrof

ى

ya y ye

(10)

Hamzah (ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda (’).

2.

Vokal

Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:

Contoh:

َﻒـْﻴـَﻛ

:

kaifa َل ْﻮـَﻫ

:

haula

3.

Maddah

Maddah

atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

Nama Huruf Latin Nama

Tanda

fath}ah

a a

َا kasrah

i i

ِا d}ammah

u u

ُا

Nama Huruf Latin Nama

Tanda

fath}ah dan ya>’

ai a dan i

ْﻰَـ

fath}ah

dan

wau

au a dan u

ْﻮَـ

Nama Harakat dan

Huruf

Huruf dan Tanda

Nama

fath}ah

dan

alif

atau

ya>’

ى َ ... | ا َ ...

d}ammah

dan

wau

ﻮــُـ

a>

u>

a dan garis di atas

kasrah

dan

ya>’

i> i dan garis di atas

u dan garis di atas

ﻰــــِـ

(11)

Contoh:

َتﺎَـﻣ

:

ma>ta ﻰـَﻣَر

:

rama

>

َﻞـْﻴـِﻗ

:

qi>la ْﻮُـﻤـَﻳ

ُت

:

yamu>tu

4.

Ta>’ marbu>t}ah

Transliterasi untuk

ta>’ marbu>t}ah

ada dua, yaitu:

ta>’ marbu>t}ah

yang hidup atau mendapat harakat

fath}ah, kasrah,

dan

d}ammah

, transliterasinya adalah [t].

Sedangkan

ta>’ marbu>t}ah

yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah [h].

Kalau pada kata yang berakhir dengan

ta>’ marbu>t}ah

diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang

al-

serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka

ta>’

marbu>t}ah

itu ditransliterasikan dengan ha (h).

Contoh:

ُ ﺔـَﺿْوَر َﻷا

ِلﺎَﻔْﻃ

:

raud}ah al-at}fa>l

َﻠــِﺿﺎَـﻔـْﻟَا ُ ﺔـَﻨـْﻳِﺪـَﻤـْﻟَا

ُﺔ

:

al-madi>nah al-fa>d}ilah

ــَﻤـْﻜـِﺤْـﻟَا

ُﺔ

:

al-h}ikmah

5.

Syaddah

(

Tasydi>d

)

Syaddah

atau

tasydi>d

yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda

tasydi>d

( ـّـ ), dalam transliterasi ini dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda

syaddah

.

Contoh:

َﺎﻨـَـّﺑَر

:

rabbana

>

َﺎﻨــْﻴَـّﺠـَﻧ

:

najjaina

>

ّﻖـَﺤـْـﻟَا

ُ◌

:

al-h}aqq َﻢـِـّﻌُـﻧ

:

nu“ima ﱞوُﺪـَﻋ

:

‘aduwwun

Jika huruf ى ber-

tasydid

di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf

kasrah

( ّﻰـِــــ), maka ia ditransliterasi seperti huruf

maddah

menjadi i>.

Contoh:

ﱞﻰـِﻠـَﻋ

: ‘Ali> (bukan ‘Aliyy atau ‘Aly)

ﱡﻰـِـﺑَﺮـَﻋ

: ‘Arabi> (bukan ‘Arabiyy atau ‘Araby)

(12)

6.

Kata Sandang

Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf

لا

(

alif

lam ma‘arifah

)

.

Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf

syamsiyah

maupun huruf

qamariyah

. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis men- datar (-).

Contoh:

ﱠﺸﻟَا

ُﺲـْﻤ ـ

:

al-syamsu

(bukan

asy-syamsu

)

ـَـﻟَﺰـْـﻟﱠﺰﻟَا

ُﺔ

:

al-zalzalah

(

az

-

zalzalah

)

َﺴْﻠـَﻔـْـﻟَا

َﻔـ ُﺔ

:

al-falsafah

ُدَﻼـِــﺒـْـﻟَا

:

al-bila>du

7.

Hamzah

Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (’) hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.

Contoh:

ْﺄَـﺗ

َنْوُﺮـُﻣ

:

ta’muru>na

ـﱠﻨــﻟَا

ْﻮ ُع

:

al-nau‘

ٌءْﻲـَﺷ

:

syai’un ُتْﺮـِﻣ ُأ

:

umirtu

8.

Penulisan Kata Arab yang Lazim Digunakan dalam Bahasa Indonesia

Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, atau sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, atau lazim digunakan dalam dunia akademik tertentu, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya, kata al-Qur’an (dari

al-Qur’a>n

), alhamdulillah, dan munaqasyah

.

Namun, bila kata- kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka harus ditransli- terasi secara utuh. Contoh:

Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n

Al-Sunnah qabl al-tadwi>n

(13)

9.

Lafz} al-Jala>lah

(

)

Kata “Allah”yang didahului partikel seperti huruf

jarr

dan huruf lainnya atau berkedudukan sebagai

mud}a>f ilaih

(frasa nominal), ditransliterasi tanpa huruf hamzah.

Contoh:

ِﷲ ُﻦْـﻳِد di>nulla>h ِX ِW billa>h

Adapun

ta>’ marbu>t } ah

di akhir kata yang disandarkan kepada

lafz} al-jala>lah,

ditransliterasi dengan huruf [

t

]

.

Contoh:

ِﷲ ِﺔَﻤـْــﺣَر ِْﰲ ْﻢ ُﻫـ hum fi> rah}matilla>h

10.

Huruf Kapital

Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (

All Caps

), dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf kapital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf kapital (Al-).

Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan (CK, DP, CDK, dan DR). Contoh:

Wa ma> Muh}ammadun illa> rasu>l

Inna awwala baitin wud}i‘a linna>si lallaz\i> bi Bakkata muba>rakan Syahru Ramad}a>n al-laz\i> unzila fi>h al-Qur’a>n

Nas}i>r al-Di>n al-T{u>si>

Abu>> Nas}r al-Fara>bi>

Al-Gaza>li>

Al-Munqiz\ min al-D}ala>l

Jika nama resmi seseorang menggunakan kata Ibnu (anak dari) dan Abu>

(bapak dari) sebagai nama kedua terakhirnya, maka kedua nama terakhir itu harus disebutkan sebagai nama akhir dalam daftar pustaka atau daftar referensi. Contoh:

(14)

B.

Daftar Singkatan

Beberapa singkatan yang dibakukan adalah:

swt. =

subh}a>nahu> wa ta‘a>la>

saw. =

s}allalla>hu ‘alaihi wa sallam

a.s. =

‘alaihi al-sala>m

H = Hijrah

M = Masehi

SM = Sebelum Masehi

l. = Lahir tahun (untuk orang yang masih hidup saja)

w. = Wafat tahun

QS …/…: 4 = QS al-Baqarah/2: 4 atau QS A<li ‘Imra>n/3: 4

HR = Hadis Riwayat

Abu> al-Wali>d Muh}ammad ibn Rusyd, ditulis menjadi: Ibnu Rusyd, Abu> al-Wali>d Muh}ammad (bukan: Rusyd, Abu> al-Wali>d Muh}ammad Ibnu)

Nas}r H{a>mid Abu> Zai>d, ditulis menjadi: Abu> Zai>d, Nas}r H{a>mid (bukan: Zai>d, Nas}r H{ami>d Abu>)

(15)

xv ABSTRAK Nama : Mardiana Haris

NIM : 80100211045

Konsentrasi : Bahasa dan Sastra Arab

Judul Tesis : Analisis Leksikografi terhadap

Lis

ā

n al-‘Arab

Karya Ibn Manẓūr al- Afrīqī.

Penelitian tesis ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis metode penyusunan kamus

Lis

ā

n al-‘Arab

Karya Ibn Manẓūr al-Afrīqī. Metode penyusunan yang dikaji dalam tesis ini difokuskan pada

Mu’jam Lis

ā

n al-‘Arab

yang menggunakan model (sistem)

q

ā

fiyah,

Jilid I terbitan

D

ā

r

Ṣā

dir

cetakan III tahun 1994. Adapun sub masalah: (1) Bagaimana metode yang digunakan oleh Ibn Manẓūr dalam menyusun

Lis

ā

n al-‘Arab

? (2) Bagaimana metode

syarah

dan klasifikasi mufradat dalam

Mu’jam Lis

ā

n al-‘Arab

? (3) Bagaimana analisis makna mufradat yang digunakan oleh Ibn Manẓūr al-Afrīqī dalam

Mu’jam Lis

ā

n al-‘Arab

?

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (

library research

) dengan metode penelitian analisis isi (

content-analysis

) atau kualitatif deskriptif. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan Leksikografi. Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah penelaahan dan pengkajian bahan-bahan pustaka (

library research

) dengan langkah-langkahnya adalah menetapkan fokus dan tujuan penelitian mengenai metode penyusunan

Mu’jam Lis

ā

n al-‘Arab.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) metode yang digunakan oleh Ibn Manẓūr dalam menyusun

Mu’jam Lis

ā

n al-‘Arab

berdasar atas asas deskripsi (

manhaj wa

f

ī) dan analisis (

manhaj tahl

ī

l

ī). Pada

manhaj wa

f

ī penulis menemukan dalam

Mu’jam Lis

ā

n al-‘Arab

menggunakan metode

abw

ā

b

(

باﻮﺑأ

) dan

fu

ṣū

l

(

لﻮﺼﻓ

), sedangkan dalam

manhaj tahl

īlī dapat diumpamakan seperti bab “alif” faṣl “al- hamzah sampai faṣl al-yā’. 2) Adapun dalam lingkup

syarah mufrad

ā

t

, aspek pertama ditinjau dari

isim

atau

fi’il

kah yang didahulukan ataupun sebaliknya dalam hal penyajian makna kosakata. Aspek kedua, terkadang

jazr

atau akar kata suatu kata adalah sama, baik jenis ataupun jumlah hurufnya, yang membedakan hanya baris huruf awalnya. Dalam keadaan seperti ini, Ibn Manẓūr mendahulukan leksem yang huruf awalnya berbaris

fathah

, kemudian yang berbaris

kasrah

dan selanjutnya yang berbaris ḍ

ammah

. 3) Sedangkan dalam hal analisis makna, ada 2 (dua) aspek yang dominan dalam hal analisis makna kosakata

Lis

ā

n al-‘Arab

. Kedua aspek ini adalah struktur leksikal (

tark

ī

b mu’jam

ī) dan struktur morfologis (

tark

ī

b

arf

ī).

Implikasi dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti yang lain terutama orang-orang yang berkecimpung dalam bahasa dan sastra Arab agar senantiasa mengkaji berbagai sumber pengetahuan di bidang bahasa Arab kontemporer dengan pendekatan yang kontemporer. Selain itu, penelitian ini diharapkan mempunyai kontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan khususnya Leksikografi atau Leksikologi (

ﻲﻤﺠﻌﳌا ﻢﻠﻋ / تادﺮﻔﳌا ﻢﻠﻋ

).

(16)

1 A.

Latar Belakang Masalah

Sebelum kebangkitan ilmu pengetahuan pada umumnya, linguistik seperti halnya dengan cabang-cabang ilmu lainnya, cenderung dipandang dan disimpulkan dengan intuisi dan spekulasi. Aspek bahasa yang paling banyak dipertentangkan hingga hasil studinya pun tidak memuaskan, karena para peneliti sulit mencapai kesepakatan tunggal (

conventional

) tentang asal muasal bahasa.

Setiap peneliti secara intuisi dan spekulatif memperkenalkan rumusannya masing-masing tentang teknik penentuan asal muasal sebuah bahasa, sehingga dalam beberapa waktu kemudian bermunculan beberapa teori tentang itu.

Keseluruhan rumusan tentang asal bahasa tersebut ada yang lucu, ada yang aneh dan bahkan sudah ada yang berbau ilmiah.1

Adanya dua wujud tanggapan manusia terhadap realitas alamiah yaitu di samping ia mengamati alamnya sebagai sesuatu yang statis, ia juga mengamati alamnya sebagai sesuatu yang berubah dan berkembang atau sebagai sesuatu yang dinamis, merupakan salah satu penyebab munculnya persoalan yang mendorong manusia untuk selalu mencari jawabannya. Pencarian jawaban itu dilakukannya melalui penelitian terhadap realitas alamiah yang memunculkan persoalan tersebut. Dengan demikian, penelitian tidak lain adalah ikhtiar manusia yang dilakukan dalam upaya pemecahan masalah yang dihadapi.2

1Basrah Gising, Linguistik Umum Pengantar Belajar Bahasa (Cet. I; Makassar:

Eramedia, 2006), h. 39.

2Mahsun, M.S. Metode Penelitian Bahasa Tahapan Strategi, Metode dan Tekniknya (Cet.V; Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), h. 1.

(17)

Keberadaan ilmu bahasa (linguistik) sesungguhnya tidak terlepas hubungannya dengan ilmu-ilmu lain yang ada. Etnologi umpamanya, mempunyai hubungan dengan ilmu bahasa sehingga dikenallah bidang kajian etnolinguistik.

Demikian pula Antropologi, Psykologi, Sosiologi dan seterusnya, sehingga adanya hubungan ilmu-ilmu tersebut dengan linguistik, maka dikenallah bidang- bidang kajian kebahasaan yang berkaitan dengan antropolinguistik, psikolinguistik dan sosiolinguistik.3

Linguistik merupakan ilmu yang berkaitan dengan bahasa atau dapat disebut sebagai induk ilmu bahasa, seperti fonologi, morfologi, sintaksis dan semantic. Sebagai ilmu bahasa umum, kata

linguistik

sering juga dipasangkan bersama kata “umum” sehingga menjadi “linguistik umum”, yaitu ilmu yang membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan bahasa secara umum.4

Dewasa ini penyelidikan tentang bahasa dengan berbagai aspeknya dilakukan orang dengan intensif, sehingga linguistik berkembang dengan pesat, sangat luas dan sangat mendalam.5 Selain alat komunikasi, bahasa juga berfungsi sebagai alat berfikir atau media nalar bagi pemakai bahasa itu sendiri.

Perkembangan sebuah bahasa mengikuti perkembangan pemikiran para pengguna bahasa. Sedang manusia, ia tidak akan mampu menghafal dan mengembangkan seluruh kata dari bahasanya sekalipun ia memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi. Oleh sebab itu, terkadang seseorang tidak mampu mengingat sebuah kata atau kesulitan untuk menyebut kosa kata yang sesuai dengan yang ia inginkan.6

3M.As’ad Bua, Morfologi Arab Suatu Tinjauan Deskriptif ( Makassar: Fak.Ilmu Budaya UNHAS, 2009),h. 2.

4Suhardi, Pengantar Linguistik Umum (Cet. I; Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013),h.13.

5Abdul Chaer, Linguistik Umum (Edisi Baru, Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 5.

6H.R. Taufiqurrochman, Leksikologi Bahasa Arab (Cet I; Malang: UIN Malang Press, 2008), h.184.

(18)

Problem di atas menunjukkan urgensi kamus sebagai bahan rujukan untuk mengembangkan makna, menghimpun kata, melestarikan bahasa dan mewariskan peradaban yang bisa dikembangkan. Hal ini yang mendasari manusia melirik pentingya bahasa tulis untuk mengkodifikasi bahasa mereka.

Kajian linguistik (kebahasaan) mempunyai beberapa tataran, yaitu tataran fonologi

(‘ilm al-a

w

āṭ), tataran morfologi(

‘ilm al-

arf

), tataran sintaksis (

‘ilm al-nahw

), tataran semantik (

‘ilm al-dal

ā

lah

) dan tataran leksikon.7

Kosa kata dalam bahasa Arab merangkum semua bidang. Ia dapat diperhatikan berdasarkan kepada kata-kata yang dikodifikasi di dalam kamus- kamus Arab. Dalam bahasa Arab, pembentukan satu kata saja bisa menunjuk ke beberapa makna. Contohnya kata

‘ain

yang memberi makna kepada

mata penglihatan, mata air, sebuah negeri, sebuah tempat, ketua kaum, pimpinan tentara, bermakna diri, bayaran sekaligus secara tunai, sejenis mata uang, pengintip dan huruf ‘ain

. Bahkan terdapat perkataan-perkataan yang digunakan lebih dari satu atau dua kata untuk menggambarkan kepada satu makna atau makna yang hampir sama. Istilah-istilah yang merujuk kepada makna unta, kuda, kurma, pedang, kambing, biri-biri, kibas dan lain-lain diungkapkan dengan beberapa perkataan yang memberi makna hampir sama.8

Bahasa Arab termasuk rumpun bahasa Semit, sama dengan bahasa Ibrani, Aramaik (Aramea), Suryani, dan Babilonia. Kata-kata bahasa Arab pada umumnya mempunyai dasar tiga huruf mati yang dapat dibentuk dengan berbagai bentuk. Kata

لﺎﻗ

(

q

ā

la

) misalnya, yang berarti “berkata” terambil dari huruf

ق

(

q

ā

f

),

و

(

wau

) dan

ل

(

lam

). Sedangkan kata

مﻼﻛ

(

kal

ā

m

) yang berarti

7Sabaruddin Garancang, Kontekstualisasi Preposisi Bahasa Arab (Makassar: Alauddin University Press, 2012), h.2.

8H.R. Taufiqurrochman, Leksikologi Bahasa Arab, h. 185-186.

(19)

“pembicaraan”, walaupun terdiri dari empat huruf , yaitu (

ك kaf

), ﻝ (

lam

),

أ

(

alif

),

dan

م

(

mim

), sebenarnya asalnya hanya terdiri dari tiga huruf, yakni kecuali

أ

(

alif

) pada huruf-huruf tersebut.9

Usman bin Jinni (932-1002) seorang pakar bahasa Arab, menekankan bahwa pemilihan huruf-huruf kosakata oleh bahasa Arab bukan suatu kebetulan, melainkan mengandung falsafah bahasa tersendiri. Misalnya dari ketiga huruf yang membentuk kata

لﺎﻗ

(

q

ā

la

) yakni

ق

(

qaf

),

و

(wau), dan

ل

(lam), dapat dibentuk enam bentuk kata yang kesemuanya mempunyai makna. Namaun, kesemua makna yang berbeda itu—betapapun ada huruf yang didahulukan atau dibelakangkan-kesemuanya mengandung makna dasar yang menghimpungnya.

Misalnya dalam contoh kata tersebut adalah “gerakan”.10

Dari uraian tentang cr-ciri tersebut, terbukti bahwa bahasa Arab mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk melahirkan makna-makna baru dari akar-akar kata yang dimilikinya. Misalnya “kontraktor yang membangun bangunan” dinamai

ٌلِوﺎِﻘُﻣ

(

muq

ā

wil

). Bukankah yang membangun harus selalu bergerak? Tanpa gerak--dengan kata lain, begitu Anda diam--pembangunan tidak dapat terlaksana.11

Tata bahasa Arab pun sangat rasional dan seksama, apalagi kalau dibandingkan dengan bahasa Indonesia. Pakar-pakar bahasa Arab tidak sekedar menerima mengapa kata yang menunjukkan kepada pelaku selalu

marf

ū

dalam arti dibunyikan

u/un,

sementara itu objek penderitanya selalu

mans

ū

b,

yakni

9M.Quraish Shihab, Mukjizat al-Qur’an (Cet.I;Bandung: PT Mizan Pustaka, 2013),h.94.

10M.Quraish Shihab, Mukjizat al-Qur’an.

11M.Quraish Shihab, Mukjizat al-Qur’an, h. 98.

(20)

antara dibunyikan

a.

Ibnu Jinni berpendapat bahwa hal tersebut karena bunyi

u

lebih berat di lidah daripada

a.

12

Demikianlah contoh sederhana tentang kekayaan kosa kata bahasa Arab, serta betapa telitinya bahasa tersebut memberikan gambaran tentang sesuatu. Ini berarti bahwa dalam memilih kata untuk menjelaskan atau menjawab sesuatu pun harus dengan kehati-hatian, karena jika tidak tepat dalam memilih kata, boleh jadi Anda membenarkan sesuatu yang sebenarnya maksud Anda adalah menolaknya.13

Menurut Abdul Hamid bin Yahya dalam Azhar Arsyad berkata: Aku mendengar Syu’bah berkata: “Pelajarilah bahasa Arab karena bahasa Arab itu akan menambah (ketajaman) daya nalar,” atau dalam bahasa Arabnya dikatakan:

َـﺗ َﻌ ﱠﻠ ُﻤ ْﻮ ْﻟا ا َﻌ َﺮ ِﺑ ﱠﻴ َﺔ َﻓ ِﺈ َﱠ"

ُﺗ ﺎ ِﺰ ْﻳ ِْﰲ ُﺪ ْﻟا َﻌ ْﻘ ِﻞ

14

.

Kedudukan istimewa yang dimiliki oleh bahasa Arab di antara bahasa- bahasa lain di dunia karena ia berfungsi sebagai bahasa al-Qur’an dan hadis serta kitab-kitab lainnya.

Bahasa Arab akan selalu berkembang selaras dengan kemajuan peradaban dan perkembangan masyarakat pendukungnya. Tidak dapat dipungkiri pula bahwa keberadaan agama Islam dalam masyarakat merupakan salah satu faktor pendukung eksistensi bahasa Arab. Bagi kalangan masyarakat muslim, wajib untuk memahami bahasa Arab dalam menelaah dan mengembangkan ajaran- ajaran Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadis. Sehubungan dengan ini, Allah swt berfirman dalam QS Yu>suf/12: 2.

12M.Quraish Shihab, Mukjizat al-Qur’an, h. 99.

13M.Quraish Shihab, Mukjizat al-Qur’an, h.101.

14Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya (Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), h. 7.

(21)

َنْﻮُﻠِﻘْﻌَـﺗ ْﻢُﻜﱠﻠَﻌﱠﻟ ﺎﱠﻴِﺑَﺮَﻋ ً0آْﺮُـﻗ ُﻩﺎَﻨْﻟَﺰْـﻧَأﱠ0ِإ"

Terjemahnya:

Sesungguhnya Kami menurunkan berupa al-Qur’an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.15

Demikian pula pada ayat lain Allah swt. menegaskan mengenai eksistensi bahasa Arab sebagai bahasa al-Qur’an sebagaimana dalam QS Fuṣṣilat/41:44 berikut:

ö

θs9uρ çµ≈oΨù=yèy_

$ ºΡ#uöè%

$ |‹Ïϑygõƒr&

(#θä9$s)©9 Ÿωöθs9

ôMn=Å_Áèù ÿ…çµçG≈tƒ#u

(

@‘Ïϑygõƒ−#u

@’Î1ttãuρ 3

ö≅è%

uθèδ šÏ%©#Ï9 (#θãΖtΒ#u

”W‰èδ Ö!$x Ï©uρ

( šÏ%©!$#uρ Ÿω

šχθãΨÏΒ÷σムþ’Îû

# u Œ s#ΡÏ γÎ ρu Νö

 %ø

Ö ρu

δè θu æ t=nŠø γÎ Ο ó ã tϑ¸

4 ‘

&

éρ'9 s≈¯×Í

 š ƒã

$ Ζu Š yρ÷

χ š ΒÏ 

Β¨

% 3s β ¥ /t è Ï‹

7 ‰

16

: ﺖﻠّﺼﻓ ) 44

(

Terjemahnya:

Dan jikalau Kami jadikan al-Qur’an itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat- ayatnya?" Apakah (patut al-Qur’an) dalam bahasa asing sedang (rasul adalah orang) Arab? Katakanlah: "Al-Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang al-Qur’an itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh".

Bahasa Arab diartikan sebagai bahasa yang mula-mula tumbuh dan berkembang di lingkungan bangsa Arab dipergunakan untuk menyatakan maksud dan tujuannya. Sebagaimana yang dikatakan oleh ahli bahasa bahwa “bahasa Arab adalah ungkapan yang dipergunakan oleh bangsa Arab untuk menyatakan maksud dan tujuan mereka.17

15Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya Juz 1-30 (Surabaya:al-Hidayah, 1998), h. 348.

16Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 779.

17Muṣṭafā al-Galāyainī, Jāmi’al-Durūs al-‘Arabiyyah (Beirut: al-Maktabah al-‘Aṣriyyah, 1987), h.13.

(22)

Dalam bahasa Arab, linguistik disebut ‘

ilm al-lugah

. Pada mulanya kata

ilm al-lugah

tidak digunakan dengan makna linguistik atau kajian bahasa. Kata

ilm al-lugah

pertama kali digunakan oleh Ibn Khaldun dalam karyanya

Muqaddimah

dan dimaksudkan sebagai

ilm al-ma’

ā

jim

dan

lexicology

. Berikutnya kata ‘

ilm al-lugah

digunakan oleh al-Suyūtī

dalam bukunya al-Muzhir f

ī

‘Ul

ū

m al-Lugah wa Anw

ā

’uh

ādengan makna

lexicology

.18

Upaya awal penyusunan kamus semata-mata untuk keperluan praktis, terutama berupa daftar kata bilingual atau multilingual untuk membantu para misionaris atau para petualang. Produksi kamus multilingual sangat tinggi sekitar abad ke-17 seiring dengan maraknya perdagangan dan aktivitas misionaris di seluruh dunia.19

Dalam istilah linguistik modern, ada perbedaan antara ilmu kosa kata atau ilmu tentang lafaz-lafaz (

lexicology

) dan teknik membuat kamus (

lexicography

). Adapun istilah yang pertama merujuk kepada studi kosa kata dan makna-maknanya dalam satu bahasa atau beberapa bahasa.20

Kata kamus dalam bahasa Arab, disebut dengan istilah

al-mu’jam

atau

al- q

ā

m

ū

s.

Sedangkan pengertian kamus, menurut Ahmad Abdul Ghafur Aṭṭār21, adalah:

18Sitti Aisyah Chalik, Analisis Linguistik dalam Bahasa Arab al-Qur’an (Cet.I; Makassar:

Alauddin University Press, 2011), h.9.

19Kushartanti, dkk, Pesona Bahasa Langkah Awal Memahami Linguistik (Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama, 2009), h.223.

20‘Alī al-Qāsimī, ‘Ilm al-Lugah wa Ṣinā’ah al-Mu’jam (Cet. II; Riyāḍ : Jāmi’ah Malik Sa’ūd, 1991), h.3.

21Ahmad Abdul Ghafur Atthar, Muqaddimah al-Ṣihāh (Beirut; Dār Al-‘Ilm lī al-Malāyīn, 1979), h.38.

(23)

ُﻜَﺗ ْنَأ ﻰَﻠَﻋ ﺎَﻬْـﻴِﻧﺎَﻌَﻣ ِْﲑِﺴْﻔَـﺗَو ﺎَﻬِﺣْﺮَﺸِﺑ ًﺔَﻧْوُﺮْﻘَﻣ ِﺔَﻐﱡﻠﻟا ِتاَدَﺮْﻔُﻣ ْﻦِﻣ ٍدَﺪَﻋ ََﱪْﻛَأ ﱡﻢُﻀَﻳ ٌبﺎَﺘِﻛ ْﻟا َنْﻮ

ﱡداَﻮَﻤ

ِعْﻮُﺿْﻮَﻤْﻟا ْوَأ ِءﺎَﺠِْﳍا ِفْوُﺮُﺣ ﻰَﻠَﻋ ﺎﱠﻣِإ ، ﺎVﺻﺎَﺧ ﺎًﺒْـﻴِﺗْﺮَـﺗ ًﺔَﺒﱠـﺗَﺮُﻣ ْﻟاو ،

ُﻤ ْﻌ ُﻢ َﺠ ْﻟا َﻜ ُﻞ ِﻣﺎ ُﻫ َﻮ ﱠﻟا ْي ِﺬ َﻳ ُﻀ ﱡﻢ ﱠﻞ ُﻛ

َﻛ ِﻠ َﻤ ٍﺔ ِْﰲ َﻐﻠ ﱡﻟا ِﺔ َﻣ ُﺤ ْ ْﺼ ﻮ َﺑ ًﺔ ِﺑ َﺸ ْﺮ َﻣ ِح ْﻌ َﻨ َو ﺎ َﻫﺎ ْﺷا ِﺘ َﻘ َﻬ ِﻗﺎ َو ﺎ ْـﻳ َﻘ ِﺮﻃ ِﺔ ُﻧ ْﻄ ِﻘ َﻬ َو ﺎ َﺷ َﻮ َﺪ ِﻫا ُـﺗ َﺒ ُِّﲔ َﻣ َ ﻮ َﻊ ِا ِﺿا ْﺳ ِﺘ ْﻌ َﻤ َِﳍﺎﺎ

22

.

Artinya:

Kamus adalah sebuah buku yang memuat sejumlah besar kosa kata bahasa yang disertai penjelasannya dan interpretasi atau penafsiran makna dari kosa kata tersebut yang semua isinya disusun dengan sistematika tertentu, baik berdasarkan urutan huruf hijaiyyah (lafal) atau tema (makna).

Sedangkan kamus yang lengkap adalah yang memuat semua kata dalam suatu bahasa yang disertai dengan penjelasan makna-makna kosa kata tersebut , derivasi, cara pengucapan serta contoh-contoh yang menjelaskan letak penggunaan kosa kata tersebut.

Sedangkan menurut C.L. Barnhart, definisi kamus adalah:

ِﺗْﺮَـﺗ ًةَدﺎَﻋ ُﺐﱠﺗَﺮُـﺗ ، ٍةﺎَﻘَـﺘْـﻨُﻣ ٍتﺎَﻤِﻠَﻛ ﻰَﻠَﻋ ْيِﻮَﺘَْﳛ ٌبﺎَﺘِﻛ ْﺮَﺷ َﻊَﻣ ، ﺎVﻴِﺋﺎَﺠِﻫ ﺎًﺒْـﻴ

ٍح ىَﺮْﺧُأ ٍتﺎَﻣْﻮُﻠْﻌَﻣَو ﺎَﻬْـﻴِﻧﺎَﻌَﻤِﻟ

َﻐُﻠِﺑ ْمَأ ﺎِkاَذ ِﺔَﻐﱡﻠﻟِm ُتﺎَﻣْﻮُﻠْﻌَﻤْﻟاَو ُحْوُﺮﱡﺸﻟا َﻚْﻠِﺗ ْﺖَﻴِﻄْﻋُأ ٌءاَﻮَﺳ ، ﺎَِo ٍﺔَﻗَﻼَﻋ ِتاَذ . ىَﺮْﺧُأ ٍﺔ

23 Artinya:

Kamus adalah sebuah buku yang memuat kosa kata pilihan yang umumnya disusun berdasarkan urutan hijaiyah dengan disertai penjelasan maknanya dan dilengkapi informasi lain yang berhubungan dengan kosa kata, baik penjelasan tersebut menggunakan bahasa yang sama dengan kosa kata yang ada maupun dengan bahasa yang lain.

Ada beberapa istilah dalam bahasa Arab yang dipakai untuk menyebut kamus, yaitu:

mu’jam, q

ā

m

ū

s, fihris

,

maus

ū

’ah

(ensiklopedi) dan

musrid

(indeks, glosarium). Semua istilah tersebut mengarah kepada satu pengertian, bahwasanya kamus, ensiklopedi, indeks, glosarium adalah kumpulan kosa kata yang dilengkapi makna atau artinya dan keterangan lain yang bertujuan untuk menjelaskan informasi yang berhubungan dengan kata-kata yang termuat di dalam daftar tersebut. Kesemua kosa kata beserta maknanya disususn secara

22Imīl Ya’qūb, al-Ma’ājim al-Lugawiyyah al-‘Arabiyyah Badāatuhā wa Taṭawwaruhā (Cet.II; Beirut : Dār al-‘Ilm lī al-Malāyīn, 1985), h. 9.

23‘Alī al-Qāsimī, ‘Ilm al-Lugah wa Ṣinā’ah al-Mu’jam, h.3

(24)

teratur, berurutan berdasarkan sistematika tertentu yang dipilih oleh penyusun kamus untuk mempermudah pengguna (

user

) atau pembaca dalam memahami makna dan informasi tentang kata yang dicari.24

Bila dilihat dari aspek

morfologis

, kata

mu’jam

berakar pada kata kerja yang berwazan

af-a-la

(

ﻞﻌﻓأ

). Wazan empat huruf dengan huruf tambahan berupa hamzah pada awal kata, berarti memiliki fungsi ganda. Terkadang, ia berfungsi menetapkan (

I

b

ā

t

/

Ij

ā

b

), tetapi terkadang wazan

af-a-la

juga berfungsi meniadakan (

naf

ī). Contohnya, kalimat

ْﻲِﻤِّﻠَﻌُﻣ ُﺖْﻣَﺮْﻛَأ

berarti “Aku memuliakan guruku”. Pada contoh ini, kata

akrama

(

مﺮﻛأ

) berwazan

af-a-la

(

ﻞﻌﻓأ

) dan

berfungsi

menetapkan kemuliaan

dari

diriku

kepada

guruku

. Contoh lain, kalimat

ْﻲِّﻣُأ ُﺖْﺒَـﺒْﺣَأ

berarti “aku mencintai ibuku”. Pada contoh ini, kata kerja berwazan

af- a-la

juga berfungsi menetapkan (

I

b

ā

t

atau

Ij

ā

b

), yaitu

menetapkan kecintaanku

kepada

ibuku

.25

Penggunaan kata

mu’jam

dalam arti kamus, hingga kini belum diketahui secara pasti sejak kapan istilah

mu’jam

dipahami untuk menyebut kamus. Juga, tidak diketahui siapa orang pertama yang berhasil mempopulerkan istilah

mu’jam

. Ketidakjelasan informasi ini diakibatkan hilangnya beberapa karya tulis dari khazanah peradaban Arab kuno akibat rusak, hilang, atau peperangan sehingga sulit untuk dilacak.

Informasi yang kini bisa dipahami adalah bahwa pada awalnya, istilah

mu’jam

dipopulerkan oleh para ulama hadis, bukan para ulama bahasa. Pendapat ini dapat dibuktikan dengan adanya karya-karya ulama hadis yang mencantumkan kata

mu’jam

atau memberi judul buku mereka dengan menggunakan kata

mu’jam

. Misalnya, Imam Bukhari (810-870 H) yang dalam

24H.R. Taufiqurrochman, Leksikologi Bahasa Arab, h. 132-133.

25H.R. Taufiqurrochman, Leksikologi Bahasa Arab, h.134.

(25)

kitabnya Ṣahīh Bukhārī, mencantumkan sebuah bab yang ia beri judul (

ِﺔ ِﻤ َﻴ ْﺴ َﺗ ُب َm ِﻣ ﻰّﲰ ﻦﻣ

ْﻦ َأ ْﻫ َﺑ ِﻞ ْﺪ ٍر ِْﰲ َْﳉا ِﻊ ِﻣﺎ ﱠﻟا ْي ِﺬ َو َﻌ ُﻪ َﺿ َأ ُـﺑ ْﻮ َﻋ ْﺒ ِﺪ َﻋ ِﷲ َﻰﻠ ُﺣ ُﺮ ْو ْﻟا ِف ُﻤ ْﻌ َﺠ

ِﻢ

) yang berarti ‘

bab tentang nama-nama sahabat perang Badar sebagaimana termuat di dalam kitab al-J

ā

mi’ yang ditulis oleh Abu Abdillah dengan menggunakan huruf mu’jam

.26

Kamus adalah sebuah karya yang berfungsi sebagai referensi. Kamus pada umumnya berupa senarai kata yang disusun secara alfabetis. Selain itu, disertakan pula informasi mengenai ejaan, pelafalan, kelas kata, makna kata, kadang kala sejarah kata dan contoh pemakaian kata dalam kalimat.27

Namun di sisi lain, perlu ditegaskan bahwa dewasa ini telah banyak varian kamus yang digunakan dalam berbagai disiplin ilmu. Sistematika penyusunannya pun tidak hanya menggunakan satu sistem saja, seperti yang telah disebutkan di atas yaitu dengan sistem alfabetis. Akan tetapi, di antara kamus yang banyak digunakan saat ini tidak hanya menggunakan sistem alfabetis melainkan ada pula kamus yang disusun berdasarkan sistem fonem, sistem

q

ā

fiyah

, berdasarkan letak artikulasi, sistem alfabetis umum, alfabetis khusus, dan berbagai sistem atau model penyusunan lainnya.

Kamus

Lis

ā

n al-‘Arab

karangan Ibnu Manẓūr al-Afrīqī ini disusun berdasarkan sistem

al-q

ā

fiyah

.28 Adapun peletak batu pertama atau penggagas

‘ilm al-qaw

ā

fy

adalah al-Khalīl bin Ahmad al-Farāhīdī al-Azdī al-Bashrī, Syekh Sībaweh. Ia dilahirkan di kota Basrah pada tahun 100 H dan meninggal di Basrah

26H.R. Taufiqurrochman, Leksikologi Bahasa Arab, h.136-137.

27Kushartanti, dkk, Pesona Bahasa Langkah Awal Memahami Linguistik, h.223.

28Kata Qāfiyah (lafadz bentuk mufrad dari “Qawāfī”) adalah istilah yang biasa digunakan dalam ilmu al-‘Arūḍ. ‘Ilm al-Qawāfy adalah ilmu yang membahas ujung kata di dalam bait syair yang terdiri dari huruf akhir yang mati di ujung bait sampai dengan huruf hidup sebelum huruf mati ”.

(26)

pada tahun 170 H.29 Ibnu Manẓūr adalah seorang pakar di bidang bahasa Arab, sejarah dan fiqih. Kehebatan Ibnu Manẓūr tampak pada karya tulisnya bernama kamus

Lis

ā

n al-‘Arab

, sebuah kamus paling besar dan lengkap di zamannya yang sanggup menampung semua kandungan dari kamus-kamus sebelumnya seperti kamus

al-Muhkam

,

al-

ih

ā

h

,

Tah

żī

b al-Lugah, al-Jamhara, al-Nih

ā

yah, H

ā

syiyah al-

ih

ā

h

. Para ulama mengakui, bahwa membaca kamus karya Ibnu Manẓūr ini, laksana telah membaca semua kamus-kamus sebelumnya. Tak berlebihan, jika kamus

Lis

ā

n al-‘Arab

tergolong kamus paling lengkap, sebab ia memuat lebih dari 80.000 kata. Itupun belum termasuk kata-kata derivasinya. Sayangnya, menurut Abed al-Jabiri, kamus

Lis

ā

n al-‘Arab

yang terdiri dari banyak volume ini, tidak memuat nama-nama segala sesuatu yang berkenaan dengan alam dan industri, juga konsep-konsep teoritis dan berbagai istilah yang telah dikenal pada saat itu, abad 7 dan 8 H., dan yang ada di Kairo salah satu pusat peradaban utama dalam sejarah Islam.30

Dalam khazanah kamus berbahasa Arab, ada berbagai macam model cara penyusunan dan penggunaannya, dalam kamus modern cara penggunaannya biasanya dilakukan dengan pencarian huruf dasar atau akar kata lalu diurutkan dari depan yaitu huruf awal, kedua dan ketiga sesuai abjad alfabet, tetapi dalam kamus

Lis

ā

n al-‘Arab

cara penggunaannya berbeda dengan kamus modern, yaitu dengan melakukan pencarian huruf dasar atau akar kata lalu diurutkan dari belakang yaitu melihat huruf akhir dalam akar kata tersebut (masuk di bab) kemudian kembali ke huruf awal (masuk di pasal). Model penyusunan seperti kamus

Lis

ā

n al-‘Arab

ini bisa kita temukan juga di kamus

al-

ih

ā

h

karangan al-

29Mamat Zainuddin, Karakteristik Syi’ir Arab (Bandung: Zein Al-Bayan, 2007), h.2.

30H.R. Taufiqurrochman, Leksikologi Bahasa Arab, h. 304-305.

(27)

Jauhary, kamus

T

ā

j al-‘Ar

ū

s

karangan al-Zubaidī dan kamus

Bugiyyah al-Wu’

ā

h

karangan al-Suyūṭī.

Berdasarkan realitas yang ada dalam pengamatan peneliti saat ini, ada kecenderungan baru dalam karya leksikografi Arab masa kini. Senada dengan hal tersebut, Syamsul Hadi memberikan persepsi bahwa para pelajar bahasa Arab tingkat

advance

biasanya mengenal sebuah ensiklopedia bahasa Arab yang sangat terkenal yakni

Lis

ā

n al-‘Arab

(20 jilid). Ensiklopedia karangan Ibnu Manẓūr ini dicetak oleh

al-Ma

ba’ah al-Am

ī

riyyah bi B

ū

l

ā

q Mi

r

. Penyusunan entri pada ensiklopedia ini berdasarkan huruf akhir dari sebuah kata. Pada perkembangannya kemudian cara tersebut tidak dipergunakan lagi dan berubah dengan pengurutan alfabetis berdasarkan huruf awal kata (dasar). Sebagai contoh ringkasan sadur dari ensiklopedia

Lis

ā

n al-‘Arab,

berjudul

Lis

ā

n al-‘Arab al- Muh

īṭ (3 jilid) yang disusun oleh al-Allamah Syaikh Abdullah al-Alaiyl.

Penyusunan dengan cara ini kemudian dipakai sampai sekarang. Hal ini dapat dilihat pada penyusunan kamus umum seperti

al-Munjid

, kamus ensiklopedis seperti

al-Maus

ū

’ah al-‘Arabiyyah al-Muyassarah

,

al-Mawrid

, indeks al-Qur’an baik

Fath al-Rahm

ā

n

maupun

mu’jam al-Mufahras l

ī

Alf

āẓ

al-Qur’an al-Kar

ī

m

dan indeks hadis

Mift

ā

h Kun

ū

z al-Sunnah

(dikarang oleh Muhammad Fu’ād Abdu al-Bāqī).31

Gejala tersebut juga menjadi salah satu bahan pertimbangan bagi peneliti untuk menganalisis aspek-aspek yang menjadi kekurangan dalam

mu’jam Lis

ā

n al-‘Arab

, sehingga banyak dari kalangan pelajar yang cenderung menggunakan kamus-kamus berdasarkan sistematika umum yang berlaku dengan metode penyusunan secara abjad (alfabet). Padahal substansi dari penyusunan kamus

31Zuhriah, Buku Materi Kuliah Leksikologi dan Leksikografi Arab (Universitas Hasanuddin, Makassar, 2006), h. 136.

(28)

dengan sistem

al-q

ā

fiyah

tentu memiliki tendensi dan urgensi secara spesifik untuk keperluan dalam bidang sastra. Sesuai dengan kondisi historisnya, hal ini dapat dilihat bagaimana peran

Lis

ā

n al-‘Arab

di kalangan para sastrawan dan kritikus sastra pada masa-masa penyusunannya sampai pada tahap pengkodifikasian dengan perubahan-perubahan yang ada dalam penyusunan kamus

Lis

ā

n al-‘Arab

.

Oleh sebab itu, melalui penelitian ini peneliti patut menjelaskan fase-fase perkembangan dan tahap-tahap pengkodifikasian dalam penyusunan

mu’jam Lis

ā

n al-‘Arab

serta bagaimana proses penyusunan dan cara penggunaannya untuk mencari arti kosa kata. Upaya ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi para pelajar agar mudah dan konsistensi tujuan dari suatu sistem yang dimiliki oleh kamus seperti ini tetap eksis meskipun dalam berbagai perkembangan terakhir banyak kamus yang mengalami perubahan sistem yang disebabkan oleh berbagai faktor yang terjadi di lapangan.

Mengenai tujuan dari penelitian ringkas kami ini pada Kitab Lisān al-

‘Arab adalah agar kita mengetahui apakah Ibnu Manẓūr adalah seorang terpercaya dalam menyusun dan mengarang bahan-bahan kitabnya. Atau dengan kata lain, apakah beliau hanya seorang pengumpul bahan-bahan kitab bahasa yang mengikut kepada orang? Apakah ia menambahkan sesuatu atau mengurangi yang lain? Untuk menjawabnya, seyogyanya kita mesti menyusuri turāṡ-turāṡ bahasa yang dinukil oleh Ibnu Manẓūr dari 5 (lima) referensi yang diperpeganginya.

Pada dasarnya di antara kelebihan yang dimiliki oleh setiap kamus modern dan mayoritas digunakan, masih terdapat banyak kekurangan yang perlu dieksplor secara lebih rinci dan dengan analisis deskriptif sebagai bahan analisis konstruktif bagi pengembangan penyusunan berbagai kamus selanjutnya. Melalui

(29)

penelitian ini, peneliti mencoba untuk menganalisis secara deskriptif mengenai metode penyusunan, metode

syarah

dan klasifikasi mufradat serta analisis makna yang digunakan oleh Ibnu Manẓūr al-Afrīqī dalam kamus

Lis

ā

n al-‘Arab

.

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan pendekatan leksikografi sebagai salah satu cabang linguistik terapan yang berkaitan dengan teori tentang penyusunan kamus atau dalam bahasa Arab diistilahkan “ ṣ

in

ā

’ah al-mu’jam

”.

B.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka pokok masalah yang peneliti akan kaji dalam penelitian ini adalah “Analisis Leksikografi terhadap

Lis

ā

n al-

‘Arab

Karya Ibn Manẓūr al-Afrīqī.” Dari pokok masalah ini kemudian diuraikan ke dalam beberapa rumusan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana metode penyusunan kamus

Lis

ā

n al-‘Arab

Karya Ibn Manẓūr al-Afrīqī ?

2. Bagaimana metode

syarah

dan klasifikasi mufradat dalam kamus

Lis

ā

n al-

‘Arab

?

3. Bagaimana analisis makna mufradat yang digunakan oleh Ibn Manẓūr al- Afrīqī dalam kamus

Lis

ā

n al-‘Arab

?

C.

Pengertian Judul dan Ruang Lingkup Penelitian

Sebuah penelitian yang baik memerlukan ketepatan interpretasi untuk menghindari adanya ambiguitas atau berbagai kesalahan interpretasi pembaca terhadap variable-variabel yang menjadi istilah-istilah teknis dalam judul suatu penelitian. Untuk menghindari hal tersebut, peneliti akan menginterpretasikan beberapa kata yang dianggap penting untuk diberikan pengertian.

(30)

Kamus yang bernama

Lis

ā

n al-‘Arab

adalah sebuah kamus paling besar dan lengkap di zamannya yang memuat semua kandungan dari kamus-kamus sebelumnya, seperti kamus

al-Muhkam

,

al-

ih

ā

h

,

Tah

żī

b al-Lugah

,

al-Jamharah

,

al-Nih

ā

yah

,

H

ā

syiyah al-

ih

ā

h

. Para ulama mengakui, bahwa membaca kamus karya Ibnu Manẓūr ini, laksana telah membaca semua kamus pendahulunya.32

Dinamakan dengan nama tersebut karena Ibn Manẓūr ingin menyampaikan secara langsung (lisan) kosakata Arab kepada pengguna kamus.

Oleh karena itu

Lis

ā

n al-‘Arab

dalam penyajian

m

ā

ddah

nya selalu disertai dengan s

yaw

ā

hid

, baik berupa ayat al-Qur’an, hadis, sya’ir atau prosa.

Ibn Manẓūr al-Afrīqī bernama lengkap Muhammad bin Mukarram bin Ahmad bin Habqah al-Anṣāri al-Afrīqī (630-711 H/1232-1311 M). Nasabnya bersambung kepada Ruwaifi’ bin Ṡābit al-Anṣāri, salah satu sahabat Rasulullah saw. Ibn Manẓūr lahir di kota Kairo. Pendapat lain menyebutkan ia lahir di kota Tharablis (Tripoli-Libya). Akan tetapi, pendapat paling kuat menyebutkan bahwa tempat lahir Ibn Manẓūr adalah di Kairo, sedangkan Tharablis adalah tempat di mana ia berkarir sebagai seorang

q

āḍī dan tempat ia bekerja sebagai

D

ā

r al-Insya’

, sebuah penerbitan buku-buku ilmiah.33

Analisis Leksikografi merupakan salah satu jenis pendekatan terhadap penelitian yang berorientasi pada kamus atau

mu’jam

. Pendekatan ini digunakan oleh peneliti sehubungan dengan objek yang akan dikaji adalah

Mu’jam Lis

ā

n al-

‘Arab

, sehingga perlu menggunakan analisis yang berdasarkan disiplin ilmu linguistik terapan, leksikografi salah satunya. Leksikografi sebagai ilmu yang mengantar untuk memahami seluk beluk, metode dan teknik penyususnan kamus

32H.R. Taufiqurrochman, Leksikologi Bahasa Arab, h. 304-305.

33H.R. Taufiqurrochman, Leksikologi Bahasa Arab, h. 304.

(31)

dianggap sebagai mediator yang akan mengarahkan peneliti agar dapat melakukan penelitian yang terarah dan sistematis sesuai dengan objek kajian.

Adapun ruang lingkup penelitian yang akan dibahas oleh peneliti menitik beratkan pada metode penyusunan

mu’jam Lis

ā

n al-‘Arab

karya Ibnu Manẓūr al- Afrīqī, sistematika

syarah

dan klasifikasi mufradat serta metode analisis makna yang digunakan dalam

mu’jam

ini, penelitian ini difokuskan pada

M’jam Lis

ā

n al-‘Arab

jilid I terbitan

D

ā

r

Ṣā

dir

cetakan III tahun 1994.

D.

Kajian Pustaka

Penelitian ini merupakan penelitian kajian pustaka (

library research

).

Dalam proses pengumpulan data, peneliti mencoba menelusuri berbagai arsip kepustakaan, hasil-hasil penelitian baik berupa skripsi, tesis dan disertasi melalui arsip dokumen atau melalui

repository

berbagai universitas melalui media online, serta mencari sumber-sumber lain berupa jurnal atau makalah. Dengan kesimpulan sementara bahwa penelitian yang menggunakan pendekatan Leksikografi Arab ataupun yang menggunakan

Mu’jam Lis

ā

n al-‘Arab

karya Ibn Manẓūr al-Afrīqī sebagai objek penelitian, secara kuantitas masih terbilang kurang.

Meskipun demikian, wajib bagi peneliti untuk menjelaskan beberapa kajian yang telah ada sebelumnya. Adapun penelitian yang berhubungan dengan objek atau metode pendekatan yang sama dengan penelitian ini di antaranya:

1. Disertasi Doktoral yang membahas

Mu’jam Lis

ā

n al-‘Arab

oleh Dr. Hj.

Amrah Kasim, M.A. dengan judul

بﺮﻌﻟا نﺎﺴﻟ بﺎﺘﻛ ﰲ ﺔﻴﻓﺮﺼﻟاو ﺔﻳﻮﺤﻨﻟا ﻞﺋﺎﺴﳌا

Al-Mas

ā’

il al-Nahwiyyah wa al-

arfiyyah f

ī

Kit

ā

b Lis

ā

n al-‘Arab”.

34

34Amrah Kasim, al-Masā’il al-Nahwiyyah wa al-arfiyyah fī Kitāb Lisān al-‘Arab (risālah ‘ilmiyyah li al-Duktūrah) . (Kairo, 1999).

(32)

2. Penelitian skripsi yang membahas tentang Penyususnan Kamus Arab- Indonesia Karya Prof. Dr. Mahmoed Junus (Suatu Analisis Leksikografi), oleh Nurhayatunnufus (2007) mahasiswa Fakultas Sastra Jurusan Sastra Arab Universitas Hasanuddin.35

3. Penelitian skripsi yang membahas tentang Penerapan Teori Leksikografi Hausmann dan Schaeder dalam Kamus Ekabahasa Jerman Wahrig dan Duden Suatu Tinjauan Komparatif oleh Ni Luh Made Riasni (1995) mahasiswa Fakultas Sastra Jurusan Sastra Jerman Universitas Indonesia.36

Sedangkan Jurnal atau Makalah yang terkait dengan Leksikografi Arab di antaranya:

1. “Leksikologi dan Leksikografi Arab (Peranannya dalam Perkembangan Bahasa Arab Masa Kini” oleh Syamsul Hadi37 (2005), Makalah.

2. “Prinsip-prinsip Leksikologi dan Leksikografi Arab", Makalah disampaikan pada Seminar Ilmiah Nasional Leksikologi dan Leksikografi Arab, oleh Syamsul Hadi, FIB UGM, Yogyakarta, 14 Mei 2005.

3. “Pengaruh perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi Terhadap leksikografi Arab” oleh Syamsul Hadi (1999), Jurnal Humaniora.

Sebagai pertimbangan bahwa letak persamaan penelitian penulis dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama mengkaji permasalahan tentang

Lis

ā

n al-‘Arab

namun pokok permasalahan yang dikaji oleh peneliti sebelumnya berbeda dengan yang akan peneliti kaji dalam penelitian ini. Begitu pula dengan

35Nurhayatunnufus, Skripsi Penyusunan Kamus Arab-Indonesia Karya Prof.

DR.Mahmoed Yunus (Suatu Analisis Leksikografi) (Makassar:Unhas, 2007).

36Ni Luh Made Riasni, Penerapan Teori Leksikografi Hausmann dan Schaeder dalam Kamus Ekabahasa Jerman Wahrig dan Duden (Jakarta: FSUI, 1995).

37Syamsul Hadi bernama lengkap Prof. Dr. Syamsul Hadi, S.U., M.A. merupakan lulusan (sarjana) Sastra Arab UGM, 1977 yang banyak bergelut dalam studi linguistik Arab dan berkeahlian khusus dalam bidang Leksikologi dan Leksikografi Arab.

(33)

penelitian kedua yang peneliti sebutkan di atas, menggunakan pendekatan yang sama namun objek dan permasalahan yang dikaji berbeda dengan penelitian ini.

Dalam penelitian ini penulis akan menganalisis bagaimana metode penyusunan atau sistematika yang digunakan oleh Ibnu Manẓūr al-Afrīqī dalam menyusun

mu’jam Lis

ā

n al-‘Arab

, metode

syarah

dan klasifikasi mufradat serta analisis makna yang digunakan dalam

mu’jam

ini, karena permasalahan dan bentuk analisis seperti ini belum pernah ada yang mengkaji pada penelitian-penelitian sebelumnya dalam objek ini.

E.

Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan

data

dengan

tujuan

dan

kegunaan

tertentu.38 Karya ilmiah sebagai salah satu hasil penelitian membutuhkan suatu metode atau desain yang dijadikan sarana utama untuk mengulas atau mengkaji dalam menghasilkan penelitian yang baik. Hal ini dimaksudkan agar peneliti mudah menyusun rencana kerja yang akan dilakukan dan memudahkan kerangka pikir untuk berkembang secara sistematis.

Metode adalah suatu teknik yang dipergunakan dalam proses penelitian.

Penelitian adalah suatu proses mencari atau menganalisa sesuatu secara sistematis dengan menggunakan metode penelitian serta aturan-aturan yang berlaku, untuk menerapkan metode ilmiah dalam praktek penelitian maka diperlukan suatu desain yang sesuai dengan kondisi yang seimbang dengan kadar penelitian.

38Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D (Cet. VI; Bandung:

Alfabeta, 2009), h. 2.

(34)

Desain penelitian berupa penelitian kualitatif dan metode tinjauan pustaka. Penelitian mengenai

Lis

ā

n al-‘Arab

karangan Ibnu Manẓūr al-Afrīqī (suatu analisis leksikografi) ditelaah secara seksama pada objek yang dikaji.

Perolehan data terutama data primer diambil secara langsung dari sumber aslinya, yaitu

mu’jam Lis

ā

n al-‘Arab

yang menjadi objek penelitian, sedangkan data sekunder dijadikan sebagai bahan rujukan yang menunjang analisis masalah.

Sehubungan dengan metode penelitian, tentunya harus mencakup empat hal yang menjadi penunjang metode tersebut. Sebagaimana yang tercantum dalam buku pedoman penulisan karya ilmiah, makalah, skripsi, tesis, dan disertasi yang diterbitkan oleh Alauddin Press Makassar, bahwa keempat hal tersebut meliputi jenis penelitian, metode pendekatan (

approach

), metode pengumpulan data dan metode pengolahan atau analisis data.39

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini diarahkan pada penelitian deskriptif kualitatif. Bogdan dan Taylor dalam Lexy J. Moleong memberikan pengertian bahwa penelitian kualitatif diartikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh).40 Berdasarkan hal tersebut, dapat dikemukakan bahwa metode penelitian kualitatif itu dilakukan secara intensif, peneliti ikut berpartisipasi di lapangan, mencatat secara hati-hati apa yang terjadi, melakukan

39Tim Penyusun Karya Ilmiah UIN Alauddin, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah;

Makalah, Tesis dan Disertasi, Edisi Revisi (Cet. I; Makassar: Alauddin Press, 2008), h . 11-12.

40Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Cet. XXV; Bandung: Rosdakarya, 2008), h. 4.

(35)

analisis reflektif terhadap berbagai dokumen yang ditemukan di lapangan dan membuat laporan penelitian secara mendetail.41

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini berupa

Mu’jam Lis

ā

n al-‘Arab

karya Ibn Manẓūr al-Afrīqī yang berkaitan dengan sistematika penyusunan kosa kata berdasarkan huruf akhir sebuah kata yang dalam ilmu

‘Ar

ūḍ diistilahkan dengan

q

ā

fiyah

. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan leksikografi karena objek yang akan dikaji adalah kamus (

mu’jam

) dengan sistematika atau metode penyusunannya.

Secara umum terdapat empat macam teknik pengumpulan data yaitu melalui observasi, wawancara, dokumentasi dan

triangulasi

(gabungan). Adapun sumber data dalam penelitian ini terdiri atas:

a. Data Primer

Sumber data primer merupakan sumber utama berupa

mu’jam Lis

ā

n al-

‘Arab

karya Ibn Manẓūr al-Afrīqī jilid I terbitan

D

ā

r

Ṣā

dir

cetakan III tahun 1994.

b. Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber data yang diambil dari buku- buku, hasil-hasil penelitian, jurnal, majalah dan dokumen-dokumen lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini dan diperoleh dengan cara membaca data-data relevan dari berbagai sumber serta penelusuran arsip dari berbagai perpustakaan.

Dalam hal pengumpulan sumber data, perlu ditegaskan pula bahwa penentuan objek dan pengumpulan data menggunakan metode

purposive sampling

.

Sampling

yang

purposive

adalah sampel yang dipilih dengan cermat

41Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Cet. IV; Bandung: Alfabeta, 2008), h. 10.

Referensi

Dokumen terkait

Siswa menerima informasi tentang materi elemen HTML frame untuk layout halaman web.

PPKBD Bukit Lembu Nengah Sukadi 44 tahun Berkembang - - √ - 12 BULELENG KUBUTAMBAHAN DESA MENGENING Dusun Tegal Sub. PPKBD kuking buntu Nyarikan Wis 51 tahun Berkembang √ - √ -

Berdasarkan tabel di atas, dapat diperoleh gambaran bahwa responden yang menjawab kuat perhatian terhadap perayaan pacu jalur adalah 19 orang yaitu 64,3 %,

Pemeliharaan kerukunan umat beragama adalah upaya bersama umat beragama dan Pemerintah di bidang pelayanan, pengaturan dan pemberdayaan umat beragama, maka kerukunan

Peneliti mengukur predikat variabel efektivitas komunikasi antarpribadi dokter-pasien dari lima sub variabel, yaitu keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif,

A magyar nyelvre vonatkozóan a kisebbségi adatközlők többsége mind a négy állítással (teljesen) egyetért (átlagosan 39,2% állításonként), de magas a dönteni nem

Tujuan penelitian ialah mengembangkan marka SNAP untuk seleksi ketahanan tanaman pisang terhadap penyakit berdasarkan substitusi basa nukleotida atau single nucleotide polymorphism

NakedWolves Indonesia Chapter Bandung yang disebut juga Bhumi Parahjangan untuk selanjutnya disebut NWID Bhupar sebagai bagian dari oragnisasi NakedWolves Indonesia lahir di