• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TULISAN AKSARA HAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS TULISAN AKSARA HAN"

Copied!
274
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS TULISAN AKSARA HAN PADA

BANGUNAN VIHARA DHARMA BHAKTI DI KOTA BANDA ACEH : SUATU KAJIAN SEMIOTIK

班达亚齐金德院庙汉字分析: 符号学研究

“bāndá yàqíjīn dé yuàn miào hànzì fēnxī: fúhào xué yánjiū”

SKRIPSI

OLEH:

ARORA 140710042

PROGRAM STUDI SASTRA CINA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

(2)

Lembar Pengesahan

ANALISIS TULISAN AKSARA HAN PADA BANGUNAN VIHARA DHARMA BHAKTI DI KOTA BANDA ACEH : SUATU KAJIAN

SEMIOTIK

班达亚齐金德院庙汉字分析: 符号学研究

“bāndá yàqí jīn dé yuàn miào hànzì fēnxī: fúhào xué yánjiū

SKRIPSI SARJANA

OLEH:

ARORA 140710042

Skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar sarjana ilmu budaya dan telah disetujui:

Medan, 2018 Pembimbing I

Niza Ayuningtias, S.S., MTCSOL NIP 199007282015042002

PROGRAM STUDI SASTRA CINA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

(3)

Disetujui Oleh :

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara

Medan

(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahun saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, September 2018

Arora 140710042

(5)

ANALISIS TULISAN AKSARA HAN PADA BANGUNAN VIHARA DHARMA BHAKTI DI KOTA BANDA ACEH :

SUATU KAJIAN SEMIOTIK 班达亚齐金德院庙汉字分析: 符号学研究

“bāndá yàqí jīn dé yuàn miào hànzì fēnxī: fúhào xué yánjiū”

ARORA 140710042

ABSTRAK

Kata merupakan sebuah tanda yang dapat dimaknai secara semiotik untuk dapat menjelaskan makna kata yang sesuai, dengan menghubungkan antara tanda, objek, dan interpretantnya. Selain kata, kalimat dapat dimaknai secara semantik untuk mendapatkan makna kalimat yang sesuai dengan konteks kalimat. Oleh karena itu, penelitian ini berjudul “ Analisis Tulisan Aksara Han Pada Bangunan Vihara

Dharma Bhakti di Kota Banda Aceh: Suatu Kajian Semiotik”. Penelitian ini

menerapkan teori segitiga semiotik Charles Sanders Pierce dan teori semantik kontekstual oleh J.R Firth (1930) dan menggunakan metode deskriptif kualitatif.

Adapun data dari penelitian ini yaitu tulisan aksara han. 10 bentuk kalimat yang terdapat pada bangunan vihara, 4 kalimat yang terdapat pada tiang penyangga dan 6 kalimat yang terdapat pada dinding dalam bangunan. Setiap kalimat terdiri dari beberapa kata yang saling berhubungan.

Kata kunci: Tulisan aksara Han, vihara Dharma Bhakti, semiotik, semantik

(6)

ANALISIS TULISAN AKSARA HAN PADA BANGUNAN VIHARA DHARMA BHAKTI DI KOTA BANDA ACEH :

SUATU KAJIAN SEMIOTIK 班达亚齐金德院庙汉字分析: 符号学研究

“bāndá yàqí jīn dé yuàn miào hànzì fēnxī: fúhào xué yánjiū”

ARORA 140710042

ABSTRACT

The word is a sign that can be interpreted semiotics to be able to explain the meaning of the word according to the connection between the sign, object, and interpretant. In addition to words, sentences can be interpreted semantically to get the meaning of sentences that are appropriate to the context of the sentence.

Therefore, this study is entitled "Analysis of Han Script Writing on Dharma Bhakti Temple Building in Banda Aceh City: A Semiotic Study". This study applies Charles Sanders Pierce's semiotic triangle theory and contextual semantic theory by J.R Firth (1930) and uses qualitative descriptive methods. The results obtained from this study are that there are 10 sentence forms found in the monastery building, 4 are on the support poles and 6 are on the walls in the building. Each sentence consists of several interconnected words.

Keywords: Han script writing, Dharma Bhakti monastery, semiotics, semantics

(7)

PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul

“Analisis Tulisan Aksara Han pada Bangunan Vihara Dharma Bhakti di

Kota Banda Aceh : Suatu Kajian Semiotik”. Skripsi ini diajukan kepada Panitia

Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana dalam bidang sastra Cina.

Dalam penyelesaian skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak yang telah memberi semangat, waktu, bimbingan, arahan dan doa kepada penulis. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Mhd. Pujiono, M.Hum., Ph.D., selaku Ketua Program Studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Niza Ayuningtias, S.S., MTCSOL., selaku Sekretaris Program Studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara sekaligus dosen pembimbing saya yang telah memberikan bimbingan dan masukan yang membangun kepada penulis selama berlangsungnya proses penyusunan skripsi ini.

(8)

4. Ibu Fauziah selaku Dosen Penasihat Akademik yang telah membimbing, memberikan saran dan motivasi selama penulis melaksanakan pendidikan di Universitas Sumatera Utara.

5. Seluruh dosen dan staf pengajar di Fakultas Ilmu Budaya khususnya Program Studi Sastra Cina, Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan telah memberikan ilmu kepada penulis selama di perkuliahan.

6. Dosen Tiongkok Bapak Cheng Hao Bing, M. A., Bapak Yu Hao Ming, M.

A., Ibu Ye Fang Ting, M. A, dan Ibu Wang Tian Tian, yang telah banyak membagikan secara khusus ilmu dalam mempelajari bahasa Mandarin, khusunya dalam berkomunikasi.

7. Orangtua tercinta ayah Alm. Hasanuddin Hamzah dan ibu Mardhalina yang telah banyak memberikan doa, nasihat, semangat, dan dukungan kepada penulis, semua yang telah diberikan sungguh luar biasa.

8. Saudara saya Muhammad Urvan dan saudari saya Azura, semua yang telah diberikan sungguh luar biasa.

9. Teman-teman Sastra Cina angkatan 2014 terkhususnya Lita Yulika dan Mahfira Ridha yang telah menjadi teman seperjuangan yang selalu menyempatkan waktu berbagi cerita mengenai skripsi kita bersama.

Kalian mengetahui segala prosesnya. Terima kasih penulis ucapkan untuk segala kebersamaan, canda tawa, dan kenangan yang tidak akan pernah terlupakan.

(9)

10. Pihak-pihak lain yang telah begitu banyak membantu namun tidak dapat disebutkan satu persatu.

Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi yang penulis sajikan ini masih terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan peneliti berikutnya.

Medan, 2018

Penulis,

ARORA

NIM. 140710042

(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK……….………...i

ABSTRACT………...……….ii

PRAKATA………..………..……iii

DAFTAR ISI ……...………...….vii

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Batasan Masalah...8

1.3 Rumusan Masalah...8

1.4 Tujuan Penelitian...9

1.5 Manfaat Penelitian...9

1.5.1 Manfaat Teoritis...9

1.5.2 Manfaat Praktis...10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...11

2.1 Konsep...11

2.1.1 Peunayong...12

2.1.2 Masyarakat Tionghoa di Banda Aceh...15

2.1.2 Aksara Han...18

2.1.3 Vihara...21

2.2 Landasan Teori...23

2.2.1 Teori Semantik...23

2.2.2 Teori Semiotik...24

2.3 Tinjauan Pustaka...31

(11)

BAB III METODE PENELITIAN...34

3. 1 Lokasi Peneli...34

3. 2 Data dan Sumber Data...34

3. 3 Persyaratan Informan...35

3. 4 Metode Pengumpulan Data...36

3. 4. 1 Dokumentasi...37

3. 4. 2 Kepustakaan...37

3. 4. 3 Observasi lapangan...38

3. 4. 4 Wawancara...38

3. 5 Metode Analisis Data...39

3. 6 Metode Penyajian Hasil Analisis Data...40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………..43

4. 1 Makna Kata dan Kalimat Tulisan Aksara Han pada Bangunan Vihara Dharma Bhakti di Kota Banda Aceh………..43

BAB V PENUTUP……….146

5. 1 Simpulan………...146

5. 2 Saran……….……….148

DAFTAR PUSTAKA………..149

LAMPIRAN………152

Daftar Pertanyaan………...154

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hubungan antara Tiongkok dengan Indonesia, khususnya Aceh dimulai semenjak lancarnya transportasi laut. Kontak budaya antara Tiongkok dan Aceh secara diplomasi diawali pada abad 13 dan 15 M. Pada suatu lawatan utusan diplomat Tiongkok pergi ke Aceh menyerahkan Lonceng Cakradonya kepada Raja Aceh pada tahun 1409 M, sebagai lambang persahabatan. Keterikatan Aceh dan Tiongkok semakin kuat saat Laksamana Cheng Ho melakukan kunjungan ke Kerajaan Samudera Pasai di Utara Aceh pada tahun 1415. Laksamana Cheng Ho yang beragama Islam disambut baik seperti keluarga. Kedekatannya terbukti lewat sebuah lonceng yang berada di komplek Museum Aceh, yakni Lonceng Cakradonya (Lombard, 2014:162).

Sebaliknya Raja Aceh mengirimkan utusan Aceh (Duta Besar) ke Tiongkok yaitu Zainal Abidin dan khususnya pada musim dingin tahun ke 1413 berlayarlah utusan Tiongkok ke Samudera termasuk ke Aceh. Hubungan diplomasi dibarengi dengan hubungan bisnis yang saling menguntungkan sehingga kedua bangsa tersebut terjalin atas dasar saling menghargai. Selanjutnya setelah terjadi kekacauan politik dan ekonomi di Daratan Tiongkok, sehingga mengakibatkan migrasi besar-besaran orang Tiongkok ke Nanyang (Asia Tenggara), sehingga masyarakat Tiongkok terpaksa mengadu nasibnya di

(13)

Nusantara dengan bekerja apa saja asal dapat mempertahankan hidupnya di perantauan (Lombard, 2014:163).

Seiring dengan merantaunya orang-orang Tiongkok ke Indonesia maka masuk pula kebudayaan mereka, seperti bahasa, religi, kesenian, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, serta sistem mata pencaharian hidup. Sejalan dengan hal itu, berbagai gagasan, kegiatan, dan artefak budaya Tiongkok juga diaplikasikan oleh komunitas di Indonesia, termasuk bangunan-bangunan bergaya Tiongkok, seperti vihara, masjid, klenteng, bahkan rumah-rumah tempat tinggal mereka.

Menurut Kridalaksana (1983) dalam (Chaer, 1994:32), bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. Definisi bahasa dari Kridalaksana sejalan dengan definisi mengenai bahasa dari beberapa pakar lain memiliki beberapa ciri atau sifat yang hakiki dari bahasa, salah satunya bahasa adalah sebuah sistem.

Bahasa mandarin merupakan salah satu bahasa yang paling sering digunakan di dunia ini. Dalam pengertian luas, Mandarin berarti 北 běi 方 fāng 话 huà secara harfiah berarti “bahasa percakapan Utara”, yang merupakan sebuah kelompok yang luas dan mencakup berbagai macam jenis dialek percakapan yang digunakan sebagai bahasa lokal di sebagian besar bagian utara dan barat daya Tiongkok, dan bahasa tersebut juga menjadi dasar bagi bahasa secara umum (普

(14)

pǔ 通 tōng 话 huà) dan bahasa nasional (国 guó 语 yǔ). Bahasa utara (北 běi 方 fāng 话 huà) ia mempunyai lebih banyak bahasa pengucapan dari pada bahasa mandarin yanglainnya. Seperti ragam-ragam bahasa Tionghoa lainnya, ada banyak orangyang berpendapat bahwa bahasa Mandarin itu seperti dialek, bukan bahasa.

Dari segi penulisan, sebagian besar huruf dalam bahasa Mandarin zaman sekarang telah mengalami banyak perubahan. Pemerintah Tiongkok pada tahun 1956 melalui Dewan Menteri Kabinet meresmikan penggunaan huruf-huruf Mandarin yang lebih sederhana dengan jumlah goresan yang lebih sedikit dibandingkan huruf Mandarin tradisional. Tujuan dilakukannya penyederhanaan sistem penulisan ini adalah untuk meningkatkan usaha “melek huruf” dalam masyarakat Tiongkok.

Dalam proses pembelajaran suatu bahasa, bahasa tulis mempunyai peranan yang sangat besar. Bahasa tulis merupakan uraian dari bahasa lisan yang diwujudkan oleh sistem tulisan. Dalam bahasa Mandarin, misalnya pengenalan kata wǒ yang berarti saya dilambangkan dengan 我 . Sistem tulisan yang diterapkan dalam proses pembelajaran suatu bahasa juga dibahas dalam kajian linguistik (Fauziah, 2015:2).

(15)

Keunikan bahasa Mandarin tidak hanya terletak dari bentuk bahasa dan nada yang dimiliki tiap grafem-nya, bentuk tulisan bahasa Mandarin pun tak kalah istimewanya. Aksara Mandarin (汉字: Hànzì) merupakan aksara yang paling tua di dunia dan merupakan aksara yang perkembangan dan perubahannya tidak dipengaruhi oleh aksara lain (Suparto, 2002:5).

Ada tiga pandangan mengenai sejarah terciptanya Aksara han, yaitu:

1. Aksara tionghoa diciptakan oleh Fuxi 伏 羲 , karena Fuxi menemukan bagua 八卦 atau yang disebut heksagram, dan menurut para pakar , aksara han tercipta dimulai dari perubahan simbol bagua/heksagram.

Mengenai pandangan aksara Hanyang berasal dari bagua/heksagram, pandangan ini sudah disanggah oleh banyak para ahli. Meskipun heksagram merupakan sebuah simbol informasi, tetapi arti terkandung di dalamnya sampai sekarang masih belum terlalu jelas. Simbol dasarnya adalah “一‟‟ dan “一一‟‟,kalau di bandingkan dengan tulisan Jiaguwen甲骨文atau tulisan tulang, jinwen金文atau tulisan logam yang timbul kemudian, dari tinjauan bentuk sangatlah berbeda jauh, dan tidak mungkin menjadi asal usul dari kedua tulisan tersebut.

2. Aksara Tionghoa, awalnya merupakan cara membuat catatan dengan simpul 结绳记事, dan menurut sejarah awalnya catatan simpul ditemukan oleh Shennong 神农. Pandangan mengenai catatan simpul, kebanyakan para ahli juga tidak sependapat bahwa catatan simpul merupakan asal – usul dari aksara han dan menganggap simpul hanya sebuah cara untuk mencatat sesuatu hal saja. Karena rata-rata kebanyakan masyarakat purba mengunakan cara demikian (membuat ikat

(16)

simpul) untuk menyampaikan pesan, dan tidak berubah menjadi semacam bentuk tulisan sampai sekarang, contoh : 馬(mǎ ) kuda , 媽(mā)mama.

3. Aksara Tionghoa ditemukan oleh seorang menteri sejarah dari Kaisar Kuning / Huang Di 黄帝, yang bernama Cangjie 仓颉, contoh :马(mǎ ) kuda,妈

(mā) mama.

Legenda mengenai seseorang yang bernama Cangjie yang menemukan tulisan sudah ada sejak akhir jaman negara-negara berperang 战国末期, sekitar abad ke 3 SM. Ada orang berpendapat bahwa Cangjie adalah seorang raja zaman kuno, seorang raja yang hidup diantara zaman Huangdi atau kaisar kuning dan zaman kaisar Shennong, ada yang mengatakan bahwa Cangjie hidup pada zaman kaisar Yandi 炎帝, dan ada juga mengatakannya dia hidup pada zaman Fuxi.

Namun menurut Sima Qian dan Ban Gu, pakar sejarah pada zaman Dinasty Han, mengemukakan bahwa Cangjie adalah menteri sejarahnya Kaisar Kuning, oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa secara garis besar, Cang Jie adalah seseorang yang hidup sekitar 4000 tahun yang silam pada sebuah masyarakat patrilineal awal. Menurut catatan buku jaman kuno,Cang Jie adalah seorang yang memiliki empat mata, memiliki kemampuan dewata, dengan mengamati pergerakan bintang di jagat raya, dan menyelidiki bentuk garis dari tempurung kura-kura serta jejak kaki unggas, diambil dan dikumpulkan semuanya yang indah untuk digabungkan menjadi tulisan, sehingga di sebut huruf kuno (Fauziah, 2015:14).

(17)

Aksara Han yang digunakan saat ini adalah aksara Han yang ditemukan oleh seorang menteri sejarah dari Kaisar Kuning / Huang Di 黄帝, yang bernama Cangjie 仓颉, karena aksara Han yang ditemukan pada tulisan tersebut adalah aksara yang telah disederhanakan dan digunakan hingga saat ini.

Selain bahasa mandarin, vihara merupakan tempat dimana keagamaan umat Buddha dilangsungkan. Vihara merupakan wadah toleransi dalam sembahyang yang dipuja oleh tiga umat dengan aliran yang berbeda, yakni Taois, Buddhis, dan Konfucian atau yang disebut dengan Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) (Miskaningsih, 2017:18).

Salah satu bangunan vihara yang menarik adalah Vihara Dharma Bhakti yang berada di kota Banda Aceh. Salah satu keunikan dan keistimewaan bangunan Vihara Dharma Bhakti ini adalah vihara ini merupakan salah satu dari empat vihara yang hanya ada di Kota Banda Aceh yang kaya akan nilai sejarahnya dan merupakan vihara tertua di Kota Banda Aceh. Vihara ini juga satu satunya yang memiliki bentuk bangunan seperti vihara pada umumnya, sedangkan vihara lainnya seperti Vihara Sakyamuni, Vihara Maitri, dan Vihara Dwi Samudera bentuknya berupa ruko yang didalamnya merupakan tempat pemujaan masyarakat Tionghoa di Kota Banda Aceh. Selain itu Vihara Dharma Bhakti juga menjadi pusat dari segala kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat Tionghoa yang ada di kota Banda Aceh.

(18)

Vihara Dharma Bhakti merupakan vihara yang baru direnovasi dan diresmikan pada tanggal (29/08/2017) lalu. Pada awalnya vihara ini telah berdiri sebelumnya di Ulee Lheu pada tahun 1878 yang merupakan daerah yang berdekatan dengan laut, namun karena sering terjadinya erosi maka terjadinya pengikisan pada tanah yang menyebabkan bangunan menjadi rusak.Maka dari itu masyarakat Tionghoa yang ada di Kota Banda Aceh berinisiatif membangun Vihara Dharma Bhakti yang baru yang didirikan saat ini di kawasan Peunayong pada tahun 1936.

Peneliti tertarik untuk meneliti judul mengenai analisis tulisan aksara han

yang terdapat pada vihara adalah karena tidak ada peneliti lain yang membahas

hal ini. Banyak peneliti yang hanya membahas tipologi, simbol atau fungsi dari

segi bangunan atau arsitektur, tetapi mereka tidak berpikir untuk meneliti

mengenai tulisannya tersebut dari segi semiotik untuk menemukan makna kata

dan semantik untuk menemukan makna dari sebuah kalimat. Karena itu, peneliti

ingin mengkaji bangunan dari perspektif yang berbeda. Selain itu, karena

bangunan ini adalah vihara tertua yang ada di kota Banda Aceh, yang mungkin

tulisan tersebut mengandung nilai sejarah atau historis baik yang tersirat maupun

tersurat yang harus kita ketahui.

(19)

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori semiotik (segitiga makna) oleh Charles Sanders Pierce untuk menganalisis makna dari tulisan yang terdapat pada vihara tersebut. Semiotik(ilmu tanda, berasal dari kata Yunani semeion, yang berarti tanda) adalah nama cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda–

tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi pengunaan tanda (Syuropati, 2011:66).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik mengetahui lebih dalam dan berniat untuk melakukan suatu penelitian yang memfokuskan pada makna dari tulisan yang terdapat pada bangunan Vihara Dharma Bhakti di jalan T Panglima Polem No.70, Banda Aceh. Penelitian ini menarik karena membahas tulisan aksara Hanyang terdapat pada bangunan yang belum pernah dibahas sebelumnya oleh peneliti lain. Dengan demikian penulis membuat judul penelitian, yaitu

“Analisis Tulisan Aksara Han pada Bangunan Vihara Dharma Bhakti di Kota Banda Aceh”.

(20)

1.2 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini peneliti akan membatasi masalah yang akan di teliti agar tidak meluas kepada hal–hal yang tidak di rencanakan dan tetap fokus pada penelitiannya, maka penulis akan membatasi permasalahan yang dipaparkan sesuai dengan judul skripsi pada bangunan Vihara Dharma Bhakti, kelurahan Peunayong, kecamatan Kuta Alam, kota Banda Aceh, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam . Batasan Masalah yang menjadi substansi dalam studi ini adalah menganalisis tulisan aksara han pada bangunan vihara Dharma Bhakti di Kota Banda Aceh, yang berada di empat tiang penyangga dan enam tulisan yang ada pada dinding bangunan.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan dan diuraikan pada pendahuluan tersebut di atas, maka rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana makna kata dan kalimat dari tulisan aksara han yang terdapat pada bangunan Vihara Dharma Bhakti di Kota Banda Aceh?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan makna kata dan kalimat dari tulisan aksara han yang terdapat pada bangunan Vihara Dharma Bhakti di Kota Banda Aceh.

(21)

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian adalah sebagai berikut, dalam hal ini penulis membagi kedalam dua jenis manfaat yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1.5.1 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan peneliti mengenai makna tulisan yang ada pada bangunan Vihara Dharma Bhakti di Kota Banda Aceh.

1.5.2 Manfaat Praktis

Bagi pemerintah kota Banda Aceh, dapat memberikan masukan sebagai bahan pertimbangan aspek atau elemen yang perlu dipertahankan dan harus dikembangkan dalam revitalisasi kawasan Pecinan di Kota Banda Aceh. Selain itu juga penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan kepustakaan dan juga bahan referensi bagi mahasiswa khusunya mahasiswa sastra cina yang ingin mengkaji lebih lanjut mengenai bangunan vihara maupun bangunan–bangunan ibadah umat lainya. Dan dapat memberikan informasi kepada khalayak umum dan masyarakat Tionghoa tentang makna dari tulisan yang ada pada bangunan Vihara Dharma Bhakti di Kota Banda Aceh.

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata/lambang bahasa (Soedjadi, 2000:14).

Konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri yang sama. Orang yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap objek-objek yang dihadapi, sehingga objek-objek ditempatkan dalam golongan tertentu. Objek-objek dihadirkan dalam kesadaran orang dalam bentuk representasi mental tak berperaga. Konsep sendiri pun dapat dilambangkan dalam bentuk suatu kata (Bahri, 2008:30).

Menurut Singarimbun dan Effendi (2009) pengertian konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama. Konsep merupakan suatu kesatuan pengertian tentang suatu hal atau persoalan yang dirumuskan.Dalam merumuskan kita harus dapat menjelaskannya sesuai dengan maksud kita memakainya.

Dalam hal ini definisi konsep bertujuan untuk merumuskan istilah yang digunakan secara mendasar. Selain itu juga sebagai penyamaan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari kesalahan pada penelitian.

(23)

2.1.1 Peunayong, Kuta Alam

Kuta Alam adalah salah satu kecamatan yang ada di Banda Aceh.

Kecamatan ini memiliki jumlah populasi terbesar di Banda Aceh. Kecamatan Kuta Alam terdapat 11 kelurahan yaitu: Peunayong, Laksana, Keuramat, Kuta Alam, Beurawe, Kota Baru, Bandar Baru, Mulia, Lampulo, Lamdingin dan Lambaro. Pada tahun 2010, kecamatan ini mempunyai penduduk sebesar 42.217 jiwa. Luasnya adalah 10,05 km² dan kepadatan penduduknya 4.200,70 jiwa/km².

Kuta Alam

Kecamatan

Peta lokasi Kecamatan Kuta Alam

Negara Indonesia Provinsi Aceh

Kota Banda Aceh

Pemerintahan

• Camat Ria Jelmanita, S.Sos

[1]

Luas 10,05 km²

[2]

Jumlah penduduk 42.217 jiwa (2010)

[3][4]

(24)

Kepadatan 4.200,70 jiwa/km²

Desa/kelurahan 11 kelurahan

[5]

Peunayong berasal dari kata Peumayong yang berarti tempat berteduh, karena pada tempo dulu daerah Peunayong banyak ditumbuhi pohon-pohon besar yang sangat rimbun sampai ke daerah Lampulo yang menjadi tempat persinggahan. Berawal dari sinilah masyarakat menjuluki kata Peumayong menjadi Peunayong, hal ini disebabkan oleh kesalahan dalam pengejaan kata oleh masyarakat sehingga lebih mudah menyebutnya Peunayong. Penyebutan ini terus melekat dan menjadi kebiasaan bagi masyarakat setempat dan sekitarnya.

Sejak dulu Peunayong memang telah menjadi daerah internasional. Pada zaman kepemimpinan Sultan Iskandar Muda daerah ini dijadikan sebagai kota

“spesial”. Disebut spesial karena Sultan memberikan rasa aman kepada para tamu yang datang ke daerah ini. Bahkan tak jarang Sultan juga menjamu tamu kerajaan yang datang dari Eropa maupun Tiongkok.

Tidak hanya pada zaman kesultanan saja. Keberadaan Peunayong tetap

dipertahankan saat zaman penjajahan Belanda. Daerah ini sengaja di desain dan

dibangun dengan konsep kampung pecinan. Hingga kini kita masih dapat melihat

sejumlah gedung peninggalan tempo dulu. Saksi bisu kemegahan Aceh pada

zaman lampau.

(25)

2.1.2 Masyarakat Tionghoa di Banda Aceh

Tionghoa-Indonesia adalah salah satu etnis di Indonesia yang asal usul

leluhur mereka berasal dari Tiongkok (China). Biasanya mereka menyebut dirinya dengan istilah Tenglang (Hokkien), Tengnang (Tiochiu), atau Thongnyin (Hakka).

Dalam bahasa Mandarin mereka disebut Tangren (Hanzi : 唐人, "orang Tang")

atau lazimdisebut Huaren (Hanzi Tradisional: 華 人 ; Hanzi Sederhana : 华

人 ) .Disebut Tangren dikarenakan sesuai dengan kenyataan bahwa orang

Tionghoa-Indonesia mayoritas berasal dari Tiongkok selatan yang menyebut diri

mereka sebagai orang Tang, sementara orang Tiongkok utara menyebut diri

mereka sebagai orang Han (Hanzi :漢人, Hanyu Pinyin: Hanren, "orang Han").

(26)

Leluhur orang Tionghoa-Indonesia berimigrasi secara bergelombang sejak ribuan tahun yang lalu melalui kegiatan perniagaan. Peran mereka beberapa kali muncul dalam sejarah Indonesia, sebelum Republik Indonesia dideklarasikan dan terbentuk. Catatan-catatan dari Tiongkok menyatakan bahwa kerajaan-kerajaan kuno di Nusantara telah berhubungan erat dengan dinasti-dinasti yang berkuasa di Tiongkok. Faktor inilah yang kemudian menyuburkan perdagangan dan lalu lintas barang maupun manusia dari Tiongkok ke Nusantara dan sebaliknya.

Kota Banda Aceh merupakan salah satu daerah yang terletak di ujung pulau Sumatera maka dari itu kota ini dikenal sebagai pusat perdagangan, administrasi dan pusat pemerintahan. Kiprah Aceh dalam percaturan perdagangan pada awal Masehi sudah menjadi perhatian dunia internasional. Banyaknya pelayaran dan pelabuhan di pantai Aceh membuat kapal-kapal asing singgah dan melakukan kontak budaya dan pertukaran ekonomi.

Pada abad ke-18 terjadi kekacauan politik dan banyak pengangguran serta kemiskinan merajalela di negeri Tiongkok sehingga minat etnis Cina untuk meninggalkan negaranya sangat banyak. Kedatangan etnis Cina ke Indonesia diprakarsai oleh kebutuhan tenaga kerja yang terampil pada masa kolonial Belanda. Dalam kondisi sulit para perantau dari Cina tersebut harus tetap bertahan hidup, dengan kerja keras perantau dapat bertahan hidup di Indonesia.

(27)

Gambaran tentang ketekunan, keuletan dan tahan menderita, merupakan cerminan dari masyarakat etnis Cina Perantauan. Realitas tersebut menandakan bahwa banyak etnis Cina yang menunjukkan keberhasilan dalam bidang ekonomi karena jika tidak ulet mereka tidak dapat hidup di negeri orang. Dengan adanya kepercayaan kemampuan dirinya serta berani mengambil resiko dapat menunjukan hasil yang sangat memuaskan.

Tionghoa Aceh (atau disebut Cina Aceh) merupakan etnis Tionghoa yang tinggal di wilayah Nanggroe Aceh Darussalam. Terdapat sebuah organisasi khusus etnis Tionghoa di Aceh yang bernama Yayasan Hakka Aceh. Aceh sendiri juga memiliki sebuah Pecinan yang bernama Peunayong.

Menurut literatur yang ada, masuknya etnis Tionghoa ke Banda Aceh telah terjadi sejak abad ke-17. Aceh dan Tiongkok memiliki hubungan yang baik.

Mereka datang ke Aceh pada awalnya sebagai pedagang musiman. Kemudian mereka menetap dan menjadi pedagang permanen. Etnis Cina yang datang ke Aceh mulanya menetap di Pelabuhan yang tidak jauh dari Peunayong. Lalu mereka memilih untuk menetap berdagang secara permanen di Peunayong.

(28)

2.1.3 Aksara Han

Ada tiga pandangan mengenai sejarah terciptanya Aksara han, yaitu:

1. Aksara tionghoa diciptakan oleh Fuxi 伏 羲 , karena Fuxi menemukan bagua 八卦 atau yang disebut heksagram, dan menurut para pakar , aksara han tercipta dimulai dari perubahan simbol bagua/heksagram.

Mengenai pandangan aksara han katanya berasal dari bagua/heksagram, pandangan ini sudah disanggah oleh banyak para ahli. Meskipun heksagram merupakan sebuah simbol informasi, tetapi arti terkandung di dalamnya sampai sekarang masih belum terlalu jelas. Simbol dasarnya adalah “一‟‟ dan “一一‟‟,

kalau di bandingkan dengan tulisan Jiaguwen 甲骨文 atau tulisan tulang, jinwen 金文 atau tulisan logam yang timbul kemudian, dari tinjauan bentuk sangatlah berbeda jauh, dan tidak mungkin menjadi asal-usul dari kedua tulisan tersebut, contoh:

Gambar 2.1 aksara yang berasal dari bagua/heksagram

(29)

2. Aksara Tionghoa, awalnya merupakan cara membuat catatan dengan simpul 结绳记事, dan menurut sejarah awalnya catatan simpul ditemukan oleh Shennong 神农.

Pandangan mengenai catatan simpul, kebanyakan para ahli juga tidak sependapat bahwa catatan simpul merupakan asal – usul dari aksara han dan menganggap simpul hanya sebuah cara untuk mencatat sesuatu hal saja. Karena rata-rata kebanyakan masyarakat purba mengunakan cara demikian ( membuat ikat simpul) untuk menyampaikan pesan, dan tidak berubah menjadi semacam bentuk tulisan sampai sekarang, contoh : 馬(mǎ ) kuda , 媽(mā) mama.

3. Aksara Tionghoa ditemukan oleh seorang menteri sejarah dari Kaisar Kuning / Huang Di 黄帝, yang bernama Cangjie 仓颉, contoh :马(mǎ ) kuda,妈

(mā) mama.

Legenda mengenai seseorang yang bernama Cangjie yang menemukan tulisan sudah ada sejak akhir jaman negara-negara berperang 战国末期, sekitar abad ke 3 SM. Ada orang berpendapat bahwa Cangjie adalah seorang raja zaman kuno, seorang raja yang hidup diantara zaman Huangdi atau kaisar kuning dan zaman kaisar Shennong, ada yang mengatakan bahwa Cangjie hidup pada zaman kaisar Yandi 炎帝, dan ada juga mengatakannya dia hidup pada zaman Fuxi.

Namun menurut Sima Qian dan Ban Gu, pakar sejarah pada zaman Dinasty Han, mengemukakan bahwa Cangjie adalah menteri sejarahnya Kaisar Kuning, oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa secara garis besar, Cang Jie adalah seseorang yang hidup sekitar 4000 tahun yang silam pada sebuah masyarakat patrilineal awal. Menurut catatan buku jaman kuno,Cang Jie adalah

(30)

seorang yang memiliki empat mata, memiliki kemampuan dewata, dengan mengamati pergerakan bintang di jagat raya, dan menyelidiki bentuk garis dari tempurung kura-kura serta jejak kaki unggas, diambil dan dikumpulkan semuanya yang indah untuk digabungkan menjadi tulisan, sehingga di sebut huruf kuno (Fauziah, 2015: 14).

Aksara Han yang digunakan saat ini adalah aksara han yang ditemukan oleh seorang menteri sejarah dari Kaisar Kuning / huang di 黄帝, yang bernama

Cangjie 仓 颉 , karena aksara han tersebut adalah aksara yang telah di

sederhanakan dan digunakan hingga saat ini.

2.1.4 Vihara

Vihara merupakan tempat dimana keagamaan umat Buddha dilangsungkan.

Vihara merupakan wadah toleransi dalam sembahyang yang dipuja oleh tiga umat dengan aliran yang berbeda, yakni Taois, Buddhis, dan Konfucian atau yang disebut dengan Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) (Miskaningsih, 2017:18).

Pada awalnya pengertian vihara sangat sederhana, yaitu merupakan pondokan atau tempat tinggal atau tempat penginapan para bhikku, bhikkuni,samanera, dan samaneri. Namun kini pengertian vihara mulai berkembang, yaituvihara merupakan tempat dimana melakukan segala macam bentuk upacarakeagamaan menurut keyakinan, kepercayaan, dan tradisi agama Buddha, sertatempat umat awam melakukan ibadah atau sembahyang menurut keyakinan,kepercayaan, dan tradisi masing-masing baik secara perorangan maupun bentukkelompok.

(31)

Vihara Dharma Bhakti merupakan saksi adanya keberadaan etnis Tiongkok di Banda Aceh. Vihara ini merupakan vihara yang baru direnovasi dan diresmikan pada tanggal (29/08/2017) lalu. Pada awalnya vihara ini telah berdiri sebelumnya di Ulee Lheu pada tahun 1878 yang merupakan daerah yang berdekatan dengan laut, namun karena sering terjadinya erosi maka terjadinya pengikisan pada tanah yang menyebabkan bangunan menjadi rusak.Maka dari itu masyarakat Tionghoa yang ada di Kota Banda Aceh berinisiatif membangun Vihara Dharma Bhakti yang baru yang didirikan saat ini di kawasan Peunayong pada tahun 1936.

Salah satu bangunan vihara yang menarik adalah Vihara Dharma Bhakti yang berada di kota Banda Aceh. Salah satu keunikan dan keistimewaan bangunan Vihara Dharma Bhakti ini adalah vihara ini merupakan salah satu dari empat vihara yang hanya ada di Kota Banda Aceh yang kaya akan nilai sejarahnya dan merupakan vihara tertua di Kota Banda Aceh. Vihara ini juga satu satunya yang memiliki bentuk bangunan seperti vihara pada umumnya, sedangkan vihara lainnya seperti Vihara Sakyamuni, Vihara Maitri, dan Vihara Dwi Samudera bentuknya berupa ruko yang didalamnya merupakan tempat pemujaan masyarakat Tionghoa di Kota Banda Aceh. Selain itu Vihara Dharma Bhakti juga menjadi pusat dari segala kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat Tionghoa yang ada di kota Banda Aceh.

(32)

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Teori Semantik

Menurut Sudaryat (2008:3) kata semantik berasal dari bahasa Yunani

sema(nomina) „tanda‟ atau „lambang‟, yang verbanya semaino „menandai‟ atau

„melambangkan‟. Sebagai istilah, kata semantik digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda atau lambang-lambang dengan hal-hal yang ditandainya, yang disebut makna atau arti. Dengan kata lain, semantik adalah salah satu bidang linguistik yang mempelajari makna atau arti, asal-usul pemakaian, perubahan dan perkembangannya.

Ada banyak teori yang telah dikembangkan oleh para pakar filsafat dan linguistik sekitar konsep makna dalam studi semantik. Pada dasarnya para filsuf

(33)

dan linguis mempersoalkan makna dalam bentuk hubungan antara bahasa (ujaran), pikiran, dan realitas di alam. Lahirlah teori tentang makna yang berkisar pada hubungan antara ujaran, pikiran, dan realitas di dunia nyata. Secara umum dibedakan teori makna atas (1) Teori Referensial atau Korespondensi, (2) Teori Kontekstual, (3) Teori Mentalisme atau Konseptual, (4) Teori Formalisme (Parera, 1990:17).

Pada penelitian ini teori yang digunakan adalah Teori Kontekstual oleh J.R.Firth (1930) yang mewarisi pikiran tentang konteks situasi dalam analisis makna. Makna sebuah kata terikat pada lingkungan kultural dan ekologis pemakai bahasa tertentu itu. Teori Kontekstual mengisyaratkan bahwa sebuah kata atau simbol ujaran tidak mempunyai makna jika ia terlepas dari konteks.

2.2.2 Teori Semiotik

Secara etimologis, istilah semiotik berasal dari kata Yunani, semeion yang berarti tanda. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai suatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain.

(34)

Istilah semiotika atau semiotik dimunculkan pada akhir abad ke-19oleh filsuf aliran pragmatik Amerika, Charles Sanders Peirce, merujukkepada doktrin formal tentang tanda-tanda. Yang menjadi dasar darisemiotika adalah konsep tentang tanda; tak hanya bahasa dan sistemkomunikasi yang tersusun oleh tanda- tanda, melainkan dunia itu sendiripunsejauh terkait dengan pikiran manusia seluruhnya terdiri atastanda-tanda (Juli, 2016:31).

Penelitian ini menggunakan konsep semiotika yang dikenalkanoleh Charles Sander Peirce. Peirce adalah ilmuwan yang pertama kalimengembangkan teori modern tentang tanda, pada abad ke-1933. Konseppenting dari semiotika Peirce adalah konsep tanda. Semiotikamenurutnya adalah ilmu yang mempelajari tentang makna dari tanda tanda.

Tanda (representament) ialah sesuatu yang dapat mewakili sesuatu yang lain dalam batas- batas tertentuBagi Peirce tanda dan pemaknaannya bukan struktur melainkansuatu proses kognitif yang disebutnya semiosis. Jadi semiosis adalahproses pemaknaan dan penafsiran tanda yang melalui tiga tahapan.

Tahappertama adalah pencerapan aspek representamen tanda (pertama melaluipancaindra), tahap kedua mengaitkan secara spontan representamendengan pengalaman dalam kognisi manusia yang memaknairepresentamen itu (disebut object), dan ketiga menafsirkan object sesuaidengan keinginannya. Tahap ketiga ini disebut interpretant.

(35)

Ada tiga komponen penting dalam definisi tanda Charles SanderPeirce, yaitu representamen, objek dan interpretan. Karena itu, definisitanda Peirce sering disebut disebut triadic bersisi tiga. Tiga komponenatau unsur tanda Peirce ini adalah representament, objek dan interpretant.Komponen pertama, Representamen mengatakan bahwa sesuatu dapatdisebut representamen jika memenuhi dua syarat, yaitu: pertama bisadipersepsi, baik dengan pancaindera maupun dengan pikiran/

perasaan;dan kedua bisa berfungsi sebagai tanda. Jadi, representamen bisa apasaja, asalkan berfungsi sebagai tanda; artinya, mewakili sesuatu yanglain. Komponen lainnya adalah objek. Object menurut Peirce adalahkomponen yang diwakili tanda;

object bisa dikatakan ialah sesuatu yanglain. Komponen ini bisa berupa materi yang tertangkap pancaindera,bisa juga bersifat mental atau imajiner. Komponen ketiga adalahInterpretan. Peirce menjelaskan bahwa Interpretan adalah arti/tafsiran.Beberapa istilah lain yang acapkali digunakan Peirce untuk menyebutinterpretan ialah significance, signification, dan interpretation.

Interpretan juga merupakan tanda.

Charles Sanders Pierce dalam (Syuropati, 2011:67) mengusulkan kata Semiotika sebagai sinonim kata logika. Menurutnya, logika harus mempelajari bagaimana orang bernalar, dan penalaran itu dilakukan melalui tanda-tanda.

Alasannya tanda-tanda itu dapat memungkinkan kita berpikir, berhubungan dengan orang lain, dan memberi makna pada apa yang ditampilkan oleh alam semesta.

(36)

Charles Sanders Pierce mengatakan bahwa tanda terkait erat dengan logika, karena tanda adalah sarana pikiran sebagai artikulasi bentuk-bentuk logika.

Baginya, tanda hanya akan berarti apabila tanda tersebut berfungsi sebagai tanda.

Tanda dapat berfungsi sesuatu bagi seseorang jika hubungan yang berarti ini diperantai oleh interpretan(suatu peristiwa psikologis dalam pikiran interpreter).

Dengan demikian, Semiotika bagi Pierce adalah suatu tindakan (action), pengaruh (influence), atau kerja sama tiga subjek, yaitu tanda (sign), objek (object), dan interpretant (interpretant). Yang dimaksudkan subjek pada Semiotika Pierce bukan subjek manusia, tapi tiga entitas Semiotika yang sifatnya abstrak yang tidak dipengaruhi oleh kebiasaan berkomunikasi secara konkrit.

Dalam telaahnya tentang tanda dan hal-hal yang berhubungan dengan tanda, Pierce membedakannya sebagai berikut:

Pertama, tanda dan ground (dasar latarnya). Tanda berdasarkan sifat ground-nya dibagi dalam tiga kelompok, yaitu qualisigns (tanda-tanda yang

merupakan tanda berdasarkan suatu sifat), sinsigns (tanda yang merupakan tanda atas dasar tampilannya dalam kenyataan), dan legisigns (tanda-tanda yang merupakan tanda atas dasar suatu peraturan yang berlaku umum).

Kedua, tanda dan denotatum-nya(dunia yang dibentuk dengan kata-kata).

Tanda berdasarkan hubungannya dengan denotatum dibagi dalam tiga macam, yaitu: ikon (tanda yang ada sedemikian rupa sebagai kemungkinan, tanpa bergantung pada adanya sebuah denotatum tetapi dapat dikaitkan dengannya atas dasar suatu persamaan yang secara potensial dimilikinya), indeks (sebuah tanda yang dalam hal corak tandanya tergantung dari adanya sebuah denotatum, dan

(37)

simbol (tanda yang hubungan tanda dan denotatum-nya ditentukan oleh suatu

peraturan yang berlaku umum).

Ketiga,tanda daninterpretant-nya (tanda yang berkembang dari tanda yang

telah terlebih dahulu ada dalam benak orang yang menginterpretasikannya. Tanda dalam interpretant-nya dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:rheme (sebuah tanda merupakan sebuah rheme apabila dapat diinterpretasikan sebagai representasi dan suatu kemungkinan denotatum), decisign (tanda merupakan decisign bila bagi

interpretant-nya, tanda itu menawarkan hubungan yang benar ada di antara tanda denotatum), dan argument (tanda yang bagi interpretant-nya merupakan tanda

yang berlaku umum).

Gambar 2.1

Segi tiga Semiotik C.S.Pierce

SIGN

INTERPRETANT OBJEK

Sumber : (Sumbo Tinarbuko, semiotika komunikasi visual 2008)

(38)

Contoh analisis dalam penelitian ini sesuai dengan judul yang peneliti angkat yaitu “Analisis tulisan aksara Hanpada bangunan Vihara Dharma Bhakti di Kota Banda Aceh”.

万方均赤子涵濡恩泽沐南洋

Tulisan di tersebut dianalisis kata per kata sesuai dengan teori Semiotik Charles Sanders Pierce menggunakan analisis segitiga makna, lalu dianalisis dengan teori Semantik untuk menemukan makna pada kata ataupun kalimat

Misalnya kata 恩

1. 恩R恩

I (kebaikan)O [心]

Tanda :

Objek : hati, jiwa

Interpretant : kebaikan, rahmat

(39)

Tanda :

Objek : hati, jiwa

Objek : hanzi (汉字) ini terdiri dari kombinasi karakter dasar

(radikal) yang berartihati, jiwa. Dalam hanzi tersebut terdapat 2 komponen pembentuk kata yaitu kata 因 dan 心 . 因 yang berarti karena, alasan. Jika dianalisis lagi kata 因 mengandung 2 komponen pembentuk kata yaitu 囗 yang berarti bangga, jujur dan kata 大 yang berarti besar, luas.

Interpretant : kebaikan, rahmat.

Jika dianalisis berdasarkan hubungan makna maka akan memiliki pengertian suatu hal kebaikan atau rahmat yang dikarenakan hati yang jujur dan pikiran yang sangat luas dan besar.

2.3 Tinjauan Pustaka

Samsul Bahri (2013), dalam jurnalnya yang berjudul “Analisis makna

kanji berkarakter dasar Ukanmuri ditinjau dari segi semiotika (Kajian Charles

Sanders Pierce)”. Dalam jurnal ini penulis meneliti tulisan salah satu karakter

bushu yang digunakan dalam kanji yaitu ukanmuri. Tulisan ini dianalisis dengan menggunakan segitiga makna Charles Sanders Pierce. Tulisan ini membantu peneliti menganalisis tulisan aksara Handengan menggunakan teori semiotik yang sama, yaitu segitiga makna.

(40)

Arye Aligius Belawing (2013) dalam skripsinya yang berjudul “Makna

kalung (tato) Dayak Bahau di Kalimantan Timur(Analisis semiotika Charles Sanders Pierce)”. Dalam skripsi ini penulis menganalisis makna tato dengan

analisis semiotik Charles Sanders Pierce. Tulisan ini membantu peneliti menjelaskan secara mendalam tentang teori semiotik tersebut ditambah dengan penggunaan segitiga makna (triangle meaning) yang memperlihatkan tiga elemen utama pembentuk tanda.

Sumbo Tinarbuko (2004) dalam jurnalnya yang berjudul “Semiotika

analisis tanda pada karya desain komunikasi visual”. Dalam skripsi ini penulis

menjelaskan mengenai analisis tanda pada 5 karya desain komunikasi visual menggunakan beberapa teori, salah satunya adalah teori semiotika sebagai metode analisis tanda oleh Charles Sanders Pierce. Tulisan ini membantu peneliti memberikan gambaran yang mengkaji tanda dengan pendekatan semiotik sebagai sebuah metode analisis tanda yang diterapkan dan disikapi secara proaktif sesuai dengan konteksnya. Desain komunikasi visual ini mempunyai tanda berbentuk verbal (bahasa) dan visual, serta merujuk bahwa teks desain komunikasi visual serta penyajian visualnya juga mengandung ikon terutama berfungsi dalam sistem-sistem non kebahasaan untuk mendukung pesan kebahasaan.

(41)

Juli Prasetyo (2016) dalam skripsinya yang berjudul “Kajian makna

simbolik pada wayang bawor (Analisis semiotika Charles Sanders Pierce)”.

Dalam skripsi ini penulis mendeskripsikan makna simbolik yang terkandung pada wayang bawor yang dianalisis menggunakan analisis semiotik oleh Charles Sanders Pierce, dimana wayang bawor sendiri merupakan ikon atau simbol orang banyumas. Penulis menganalisis dengan beberapa jenis tanda, mulai dari indeks, ikon, dan simbol. Tulisan ini menjabarkan tentang semiotik oleh Charles Sanders Pierce secara jelas sehingga peneliti mendapatkan gambaran yang lebih banyak mengenai penggunaan teori semiotik ini.

Wahid Al Kirom (2016), dalam skripsinya yang berjudul “Analisis

semiotik teks dengan gambar pada buku bahan ajar Ta’lim Al-Lugah Al -

‘Arabiyyah: Pendidikan bahasa Arab SMA/SMK/MA Muhammadiyah Kelas XI

KARYA Nurul Qamariyah, S.Pd.I”. Dalam skripsi ini penulis menjelaskan

mengenai kesesuaian antara gambar dan teks pada buku bahan ajar tersebut untuk menganalisis makna-makna semiotik yang terkandung di dalamnya. Tulisan ini dapat menjadi perbandingan bagi peneliti untuk membandingkan penggunaan teori semiotik oleh Charles Sanders Pierce maupun Ferdinand de Saussure.

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian dilaksanakan di Vihara Dharma Bhakti, tepatnya di Jl. T Panglima Polem No.70, Banda Aceh. Di kawasan inilah penulis melakukan penelitian terkait menganalisis tulisan aksara han yang terdapat pada bangunan Vihara Dharma Bhakti di Kota Banda Aceh.

3.2 Data dan Sumber Data

Secara umum dapat dinyatakan bahwa data adalah semua informasi atau bahan yang disediakan oleh alam (dalam arti luas), yang harus dicari/dikumpulkan dan dipilih oleh peneliti (Edi Subroto, 2007:38). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa tulisan aksara han 汉.

Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua sumber data yaitu :

a. Sumber data primer, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertamanya. Adapun yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah tulisan aksara han yang terdapat pada bangunan vihara Dharma Bhakti di kota Banda Aceh dan hasil wawancara kepada informan , yaitu:

(43)

1. Nama : Bapak Yuswar, S.E

Profesi: Ketua Yayasan Vihara Dharma Bhakti di Kota Banda Aceh.

Umur : 67 Tahun.

2. Nama : Bapak Hasan

Profesi: Pengurus Vihara Dharma Bhakti di Kota Banda Aceh.

Usia : 60 Tahun.

b. Sumber data sekunder, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti sebagai penunjang dari sumber pertama. Dapat juga dikatakan data yang tersusun dalam bentuk jurnal, skripsi dll. Dalam penelitian ini, dokumentasi juga merupakan sumber data sekunder.

3.3 Persyaratan Informan

Menurut pendapat Spradley dalam Faisal (1990:45) informan harus memiliki beberapa kriteria yang perlu dikembangkan yaitu:

1. Subjek yang telah lama dan intensif menyatu dengan suatu kegiatan atau medan aktivitas yang menjadi sasaran atau penelitian dan ini biasanya ditandai oleh kemampuan memberikan informasi di luar kepala tentang sesuatu yang ditanyakan.

2. Subjek masih terikat secara penuh aktif pada lingkungan dan kegiatan yang menjadi sasaran atau penelitian.

(44)

3. Subjek mempunyai cukup banyak waktu dan kesempatan untuk dimintai informasi

3.4 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi keberhasilan penelitian. Hal ini berkaitan dengan cara mengumpulkan data, siapa sumbernya, dan apa alat yang digunakan. Jenis sumber data adalah mengenai dari mana data diperoleh. Apakah data diperoleh dari sumber langsung (data primer) atau data diperoleh dari sumber tidak langsung (data sekunder).

Metode Pengumpulan Data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan penggunaannya melalui wawancara, pengamatan, dokumentasi dan sebagainya.

Sedangkan Instrumen Pengumpul Data merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Karena berupa alat, maka instrument dapat berupa, pedoman wawancara, kamera dan lainnya.

Dalam penelitian ini data juga diperoleh melalui skripsi, internet, jurnal dan artikel ilmiah, yang kemudian dipilah-pilih. Secara metodologi dikenal beberapa macam teknik pengumpulan data, diantaranya studi dokumentasi, kepustakaan, observasi lapangan, wawancara dan juga angket (Abdurrahmat,2005:104). Untuk memperoleh data yang diperlukan maka dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara observasi lapangan, wawancara, dokumentasi dan studi kepustakaan. Studi kepustakaan adalah langkah-langkah dan cara pengumpulan data atau informasi

(45)

yang menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari buku, jurnal, skripsi, dan juga artikel yang relevan dengan masalah yang diteliti.

3.4.1 Dokumentasi

Dokumentasi adalah sebuah cara yang dilakukan untuk menyediakan dokumen-dokumen dengan menggunakan bukti yang akurat dari pencatatan sumber-sumber informasi khusus dari sebuah tulisan, wasiat, buku, foto dan sebagainya. Dalam artian umum dokumentasi merupakan sebuah pencarian, penyelidikan, pengumpulan, pengawetan, penguasaan, pemakaian dan penyediaan dokumen. Dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan keterangan dan penerangan pengetahuan serta bukti penelitian.

3.4.2 Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literature, catatan dan laporan yang sudah ada hubungannya dengan masalah yang diteliti, (Koentjaraningrat, 2000:66).

Studi kepustakaan yaitu mengadakan penelitian dengan cara mempelajari dan membaca literature yang ada hubungannya dengan permasalahan yang menjadi objek penelitian. Istilah studi kepustakaan digunakan dalam ragam istilah oleh para ahli, diantaranya yang dikenal adalah: kajian pustaka, tinjauan pustaka, kajian teoritis, dan tinjauan teoritis. Penggunaan istilah-istilah tersebut, pada dasarnya merujuk pada upaya umum yang harus dilalui untuk mendapatkan teori- teori yang relevan dengan topik penelitian.Jika seseorang telah memperoleh

(46)

kepustakaan yang relevan, maka segera disusun secara teratur untuk dipergunakan dalam penelitian. Oleh karena itu studi kepustakaan meliputi proses umum seperti:

mengidentifikasikan teori secara sistematis, penemuan pustaka, dan analisis dokumen yang memuat informasi yang berkaitan dengan topik penelitian.

3.4.3 Observasi Lapangan

Observasi adalah suatu penelitian secara sistematis menggunakan kemampuan indera manusia.Pengamatan merupakan a powerful tool indeed.

Pengamatan dilakukan pada saat terjadi aktivitas budaya dan wawancara secara mendalam (indept interview). Observasi juga dibantu dengan foto dan tape

recorder. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai instrument (human instrument).

Hal ini memungkinkan peneliti memodifikasi pertanyaan sesuai dengan kondisi informan.

3.4.4 Wawancara

Selain menggunakan metode kepustakaan, penulis juga menggunakan metode wawancara yaitu mendapatkan informasi dengan bertanya secara langsung kepada subjek penelitian.Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab secara langsung antara peneliti dan narasumber (informan).Wawancara pada penelitian sampel besar biasanya hanya dilakukan sebagai studi pendahuluan serta menggunakan beberapa responden, sedangkan pada sampel kecil teknik wawancara dapat diterapkan sebagai teknik pengumpul data (umumnya penelitian kualitatif).

(47)

Dalam penelitian ini, penulis melakukan wawancara demi mendapatkan informasi dari narasumber terkait analisis tulisan aksara Han pada bangunan vihara yang berada di Jl. T. Panglima Polem No.70, Banda Aceh. Narasumber tersebut bernama Bapak Yuswar. S,E yang berumur 67 tahun. Beliau adalah ketua dari yayasan Vihara Dharma Bhakti di kota Banda Aceh.

3.5 Metode Analisis Data

Teknik yang digunakan peneliti adalah analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data analisis berupa kata-kata, pertanyaan, ide, penjelasan atau kejadian dan bukan dalam kerangka angka, lalu dikumpulkan yang kemudian disusun dalam teks yang diperluas dan dianalisis, Bogdan dan Taylor (1975:5) (dalam Muhammad, 2016:30). Dalam penelitian kualitatif sumber data dipilih dan disesuaikan dengan tujuan penelitian. Sesuai dengan jenis data, penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data, dokumentasi, wawancara, dan pengamatan.

Dalam penelitian ini penulis membahas Analisis Tulisan Aksara Han Pada

Bangunan Vihara Dharma Bhakti di Kota Banda Aceh dengan menggunakan teori

Semiotik dari Charles Sanders Peirce dan Teori Semantik. Langkah-langkah yang dilakukan penulis untuk menganalisis penelitian ini adalah sebagai berikut:

(48)

1. Mengumpulkan data yang berupa tulisan aksara Han yang didapat pada bangunan Vihara Dharma Bhakti di kota Banda Aceh dengan cara mendokumentasikan tulisan tersebut.

2. Mewawancarai ketua yayasan vihara tersebut dan tenaga pengajar mengenai makna yang terkandung di dalam tulisan tersebut .

3. Menganalisis data dan menyusunnya secara sistematis sehingga pembaca dapat mengerti maksud dan tujuan yang ingin disampaikan oleh penulis.

3.6 Metode Penyajian Hasil Analisis Data

Pada penelitian ini data akan dianalisis dengan menggunakan metode Miles dan Huberman (1992:16) (dalam Mitra:2017) yang menerapkan adanya tiga alur kegiatan yang dapat dilakukan untuk menganalisis data dalam penelitian kualitatif, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

1. Reduksi data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada data-data yang diperlukan sebagai bahan penelitian. Pada tahap ini pemilihan data berupa tulisan aksara Han yang terdapat pada bangunan Vihara Dharma Bhakti di Kota Banda Aceh.

(49)

2. Penyajian data

Penyajian data dalam penelitian ini merupakan penyajian keseluruhan data dari hasil reduksi. Hasil analisis data akan berwujud penjelasan yang berkaitan dengan judul penelitian. Penjelasan akan berbentuk uraian yang berwujud kalimat-kalimat yang diikuti pemerian secara rinci.

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir yang dilakukan. Penarikan kesimpulan ini merupakan sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh.

Hasil kesimpulan pada analisis data berupa makna yang terkandung di dalam tulisan aksara Han yang ada pada bangunan Vihara Dharma Bhakti di kota Banda Aceh.

(50)

NO. TEMPAT TULISAN

1. Tiang Penyangga sebelah kanan

didepan pintu masuk bangunan

万 方 均 赤 子 涵 濡 恩 泽 沐 南 洋

2. Tiang Penyangga sebelah kiri didepan pintu masuk bangunan

一 栾 捧 红 云 咫 尺 天 威 临 北 极

3. Tiang Penyangga sebelah kanan didalam bangunan

尊 尚 玄 穹 步 清 虚 而 登 九五

4. Tiang Penyangga sebelah kiri didalam bangunan

圣 称 无极 居 太 上 以 遍 三 千

5. Dinding bangunan sebelah kanan yang pertama

庙 堂 建 主 馨 香 俎 豆 允 着卜世卜 年

6. Dinding bangunan sebelah kanan yang kedua

山 水 转 宗 赫 耀 神 尤 宛 如 在 左 在 右

7. Dinding bangunan sebelah kanan yang ketiga

奉之 如 天 尊 之 如 帝 两 行 牲 醴 请 度 海 外 衣冠

8. Dinding bangunan sebelah kanan yang keempat

以 春 之 孟 以 月 之 正 一 簇 笙 歌 聊 作 客 中 粉 社

9. Dinding bangunan sebelah kanan yang kelima

赫 赫 上 帝 莫 之 与 京

10. Dinding bangunan sebelah kanan yang keenam

悠 悠 苍 天 曷 其 有 极

(51)

BAB 4

ANALISISTULISAN AKSARA HAN PADA BANGUNAN VIHARA DHARMA BHAKTI DI KOTA BANDA ACEH

4. 1 Tiang Penyanggasebelah kanan didepan pintu masuk bangunan

Gambar 4. 1 Tiang Penyangga sebelah kanan didepan pintu masuk bangunan

万方均赤子涵濡恩泽沐南洋

Pada bagian pertama penulis menganalisis tulisan aksara Han yang terdapat pada sisi kanan tiang penyangga yang berada didepan pintu masuk bangunan vihara Dharma Bhakti di Kota Banda Aceh. Kalimat tersebut memiliki 12 suku kata. Berikut pembahasannya :

(52)

Makna Kata :

1. 万 O [ 一 ]

R万 I (sepuluh ribu, banyak sekali) Tanda : 万

Objek : satu, sebuah, sendiri

Objek : hanzi (汉字) ini terdiri dari kombinasi, karakter dasar 一 (radikal) yang berarti satu, sebuah, sebuah.

Interpretant : sepuluh ribu, banyak sekali

1.

Sebuah angka dan sistem bilangan yang mewakili angka tersebut.

2.

Angka yang merupakan bilangan asli setelah 9.999 dan sebelum 10.001.

Jika dianalisis berdasarkan hubungan makna maka akan memiliki pengertian sepuluh ribu yang terbentuk dari bilangan dasar satu.

2. 方

O [ 方 ]

R方 I (kotak)

(53)

Tanda :

Objek : persegi panjang, wilayah

Objek : hanzi (汉字) ini terdiri dari kombinasi karakter dasar

(radikal) yang berarti persegi panjang, wilayah. Dalam hanzi tersebut terdapat komponen pembentuk kata yaitu kata亠 yang berarti kepala.

Interpretant : kotak

Jika dianalisis berdasarkan hubungan makna maka akan memiliki pengertian kotak yang terbentuk dari sebuah wilayah yang berbentuk persegi panjang.

3. 均

O [ 土 ]

R均 I (

sama, bahkan/adjective)

(tanpa pengecualian, semua/adverb) Tanda : 均

Objek : tanah, bumi

Objek : hanzi (汉字) ini terdiri dari kombinasi, karakter dasar 土(radikal) yang berarti tanah atau bumi. Dan di samping radikal tersebut terdapat hanzi 匀 (radikal) yang berarti sama. Radikal 匀 sendiri jika dianalisis lagi terdapat hanzi 勹 (radikal) yang berarti membungkus dan hanzi yang berarti es. Jika dianalisis

(54)

berdasarkan makna maka akan memiliki pengertian segala sesuatu yang ada di bumi baik yang berupa tanah ataupun es.

Interpretant : sama, semua, bahkan, tanpa pengecualian

1.

Tidak ada bedanya dengan yang lain

2.

Keseluruhan yang ada didalamnya

Jika dianalisis berdasarkan hubungan makna maka akan memiliki pengertian segala sesuatu yang ada di bumi baik berupa tanah ataupun es yang berarti memiliki makna semua, tanpa pengecualian dan tanpa membedakan baik itu tanah ataupun es yang berarti sama.

4. 赤 O [ 赤]

R赤 I (

setia, tulus, ikhlas) Tanda : 赤

Objek : setia

Objek : hanzi (汉字) ini terdiri dari kombinasi, karakter dasar 赤(radikal) yang berarti setia. Dalam hanzi ini terdapat 4 komponen pembentuk kata yaitu 土 yang berarti tanah atau bumi, 八 yang berarti segala sisi.

Interpretant : setia, tulus, ikhlas

(55)

Jika dianalisis berdasarkan hubungan makna maka akan memiliki pengertian menghubungkan segala sudut pandang atau sisi di bumi dalam bentuk keikhlasan, ketulusan dan kesetiaan.

5. 子 O [ 子]

R子 I (

anak) Tanda : 子

Objek : keturunan

Objek : hanzi (汉字) ini terdiri dari kombinasi, karakter dasar子(radikal) yang berarti keturunan. Dalam hanzi ini terdapat 2 komponen pembentuk kata yaitu 了 yang berarti menyelesaikan dan 一 yang berarti satu, sebuah, sendiri.

Interpretant : anak

Jika dianalisis berdasarkan hubungan makna maka akan memiliki pengertian anak yang merupakan keturunan dari seseorang.

6. 涵 O [ 水]

R涵 I (

mengandung)

(56)

Tanda : 涵 Objek : air

Objek : hanzi (汉字) ini terdiri dari kombinasi, karakter dasar水(radikal) yang berarti air. Dalam hanzi ini terdapat beberapa komponen pembentuk kata yaitu 水 yang berarti air, 凵 yang berarti wadah , dan 了 yang berarti menyelesaikan.

Interpretant : mengandung

Jika dianalisis berdasarkan hubungan makna maka akan memiliki pengertian suatu wadah atau tempat yang terdapat kandungan air.

7. 濡 O [ 水]

R濡 I (

membenamkan, melembabkan) Tanda :

Objek : air

Objek : hanzi (汉字) ini terdiri dari kombinasi, karakter dasar水(radikal) yang berarti air. Dalam hanzi ini terdapat 2 komponen pembentuk kata yaitu 水 yang berarti air dan 需 yang berarti membutuhkan.

Interpretant : membenamkan, melembabkan

Jika dianalisis berdasarkan hubungan makna maka akan memiliki pengertian dalam suatu proses melembabkan tentu dibutuhkan kandungan air didalamnya.

(57)

8. 恩 O [ 心]

R恩 I (

kebaikan) Tanda :

Objek : hati, jiwa

Objek : hanzi (汉字) ini terdiri dari kombinasi karakter dasar

(radikal) yang berartihati, jiwa. Dalam hanzi tersebut terdapat 2 komponen pembentuk kata yaitu kata 因 dan 心 . 因 yang berarti karena, alasan. Jika dianalisis lagi kata 因 mengandung 2 komponen pembentuk kata yaitu 囗 yang berarti bangga, jujur dan kata 大 yang berarti besar, luas.

Interpretant : kebaikan, rahmat

Jika dianalisis berdasarkan hubungan makna maka akan memiliki pengertian suatu hal kebaikan atau rahmat yang dikarenakan hati yang jujur dan pikiran yang sangat luas dan besar.

9. 泽 O [ 水]

R泽 I (

kolam)

(58)

Tanda :

Objek : air

Objek : hanzi (汉字) ini terdiri dari kombinasi, karakter dasar水(radikal) yang berarti air. Dalam hanzi ini terdapat beberapa komponen pembentuk kata yaitu 水 yang berarti air, 又 yang berarti juga, 二 yang berarti dua

Interpretant : kolam

Jika dianalisis berdasarkan hubungan makna maka akan memiliki pengertian kolam yang didalamnya terdapat banyak air.

10. 沐 O [ 水]

R沐 I (

memberi dan menerima kebaikan) Tanda :

Objek : air

Objek : hanzi (汉字) ini terdiri dari kombinasi, karakter dasar水(radikal) yang berarti air. Dalam hanzi ini terdapat beberapa komponen pembentuk kata yaitu yang berarti air, 木 yang berarti pohon.

Interpretant : memberi dan menerima kebaikan

Jika dianalisis berdasarkan hubungan makna maka akan memiliki pengertian memberi dan menerima kebaikan seperti pohon yang terus dialiri air hingga ia dapat tumbuh dan berkembang.

(59)

11. 南 O [ 十]

R南 I (

selatan) Tanda :

Objek : sepuluh

Objek : hanzi (汉字) ini terdiri dari kombinasi, karakter dasar十(radikal) yang berarti sepuluh.

Interpretant : selatan

Jika dianalisis berdasarkan hubungan makna maka akan memiliki pengertian selatan dimana bentuk luarnya adalah huruf 木 yang telah berubah bentuk, bagian dalamnya di zaman kuno berarti arah, yaitu arah menghadapnya bunga. Kita tahu, tumbuhan menghadap kearah matahari. Di dalam satu hari di Tiongkok, matahari terutama berada di selatan.

12. 洋 O [ 水]

R洋 I (

lautan)

Gambar

Gambar 2.1 aksara yang berasal dari bagua/heksagram
Gambar 4. 1 Tiang Penyangga sebelah kanan didepan pintu masuk bangunan
Gambar 4. 2 Tiang Penyangga sebelah kiri didepan pintu masuk bangunan
Gambar 4. 3 Tiang Penyangga sebelah kanan didalam bangunan
+2

Referensi

Dokumen terkait

2. Preferansi nasabah yang positif dan mendukung serta dari banyaknya nasabah yang menggunakan produk implan di Bank Syariah Mandiri KCP Tg. Balai Karimun menunjukkan

Pertama-tama, orang harus mengeluarkan uang yang banyak, termasuk pajak yang tinggi, untuk membeli mobil, memiliki surat ijin, membayar bensin, oli dan biaya perawatan pun

Pada umumnya gen tahan terdapat pada tanaman liar yang sulit disilangkan dengan tanaman yang dibudidayakan atau kalau disilangkan akan didapatkan keturunan yang

Nilai impor Sulawesi Tenggara pada bulan Mei 2015 tercatat US$ 36,66 juta atau mengalami peningkatan sebesar 52,24 persen dibanding impor April 2015 yang tercatat US$ 24,08

Anak memiliki sikap berpetualang (adventurousness) yang kuat. Anak akan banyak memperhatikan, membicarakan atau bertanya tentang berbagai hal yang sempat dilihat

pori-pori yang relatif lebih besar dibanding cake lainnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui 1) pengaruh subtitusi tepung tiwul tawar instan terhadap

• Tahun 1800-an awal: tiap molekul asam mengandung minimal satu atom H. • Th 1887 Svante Arrhenius (Bapak teori ionisasi): atom H berhubungan dengan

Oleh karena itu informasi tentang kesehatan gigi merupakan bagian dari kesehatan secara keseluruhan yang tidak bisa dipisahkan dan penting dalam menunjang kualitas