• Tidak ada hasil yang ditemukan

L K I INSPEKTORAT WILAYAH II TAHUN ANGGARAN 2019 L A P O R A N K I N E R J A I N S P E K T O R A T W I L A Y A H I I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "L K I INSPEKTORAT WILAYAH II TAHUN ANGGARAN 2019 L A P O R A N K I N E R J A I N S P E K T O R A T W I L A Y A H I I"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

L A P O R A N K I N E R J A I N S P E K T O R A T W I L A Y A H I I 2 0 1 8 i

L K I P

INSPEKTORAT WILAYAH II

TAHUN ANGGARAN 2019

2014

(3)

L A P O R A N K I N E R J A I N S P E K T O R A T W I L A Y A H I I 2 0 1 8 ii

Tahun 2019 merupakan tahun terakhir pelaksanaan Rencana Strategis Inspektorat Utama BPS Tahun 2014-2019 dan terus berupaya meningkatkan perannya sebagai

sebagai unit pengawasan internal di lingkungan BPS”.

Inspektorat Wilayah II dalam pemenuhan kinerja yang ditetapkan telah berupaya optimal dalam pencapaian visi dan misi BPS khususnya Inspektorat Utama. Selain itu, terus menerus selalu berkontribusi dan berkoordinasi dalam pelaksanaan tugasnya dengan unit kerja lain terkait lingkup maupun diluar wilayah tugasnya. Kontribusi yang dapat diberikan dari hasil pelaksanaan kegiatan Inspektorat Wilayah II, diantaranya meningkatkan kualitas laporan keuangan, meningkatkan birokrasi yang akuntabel, meningkatkan penerapan implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), dan berperan aktif dalam pelaksanaan Reformasi Birokrasi (RB) di BPS.

Kami berharap Laporan Kinerja Inspektorat Wilayah II dapat memberikan gambaran mengenai kinerja Inspektorat Wilayah II selama Tahun 2019 secara terperinci dan transparan sebagai wujud pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Inspektorat Wilayah II.

Selain itu, semoga laporan kinerja ini dapat berguna untuk evaluasi dan peningkatan kinerja Inspektorat Wilayah II dan umumnya terkait kinerja Inspektorat Utama.

Jakarta, 31 Januari 2020 Inspektur Wilayah II,

Yani Kurniani, SE., M.Si NIP. 19600131 198003 2 003

KATA PENGANTAR

(4)

L A P O R A N K I N E R J A I N S P E K T O R A T W I L A Y A H I I 2 0 1 8 iii

Tim Penyusun

Penanggung Jawab : Yani Kurniani

Pengendali Teknis : Eko Yuwono

Penyusun : Mansuroh

Hesti Wulan Sari Maria Theresia Marbun Galih Asmara Bangun

(5)

L A P O R A N K I N E R J A I N S P E K T O R A T W I L A Y A H I I 2 0 1 8 iv

D A F T A R I S I

Kata Pengantar ...

Tim Penyusun ...

Daftar Isi ...

Daftar Tabel ...

Daftar Gambar ...

Daftar Lampiran ...

Ikhtisar Eksekutif ...

BAB I Pendahuluan ...

1.1 Latar Belakang ... 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan ...

1.3 Kedudukan, Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi ...

1.4 Sumber Daya Manusia Inspektorat Wilayah II ...

1.4.1 Komposisi Pegawai Menurut Jenjang Pendidikan ...

1.4.2 Komposisi Pegawai Menurut Jenjang Jabatan Fungsional Auditor ...

1.5 Potensi dan Permasalahan ...

1.6 Sistematika Penyajian ...

BAB II Perencanaan Kinerja ...

2.1 Rencana Strategis (Renstra) BPS Tahun 2015-2019 ...

2.2 Perjanjian Kinerja (PK) Inspektorat Wilayah II Tahun 2018-2019 ...

BAB III Akuntabilitas Kinerja ...

3.1 Capaian Kinerja Inspektorat Wilayah II Tahun 2018-2019 ...

3.2 Perkembangan Capaian Kinerja Inspektorat Wilayah II ...

3.3 Capaian Kinerja terhadap Target Renstra Tahun 2015-2019 ...

3.4 Kegiatan lain Inspektorat Wilayah II ...

3.5 Realisasi Anggaran Tahun 2018-2019 ...

3.6 Prestasi Tahun 2019 ...

3.7 Analisis Efisiansi Penggunaan Sumber Daya ...

Hal ii iii iv vi vii viii ix

1 1 2 2 3 4 5 7 8 9 9 12 14 14 29 30 31 32 34 34

(6)

L A P O R A N K I N E R J A I N S P E K T O R A T W I L A Y A H I I 2 0 1 8 v

BAB IV Penutup ...

4.1 Tinjauan Umum ...

4.2 Tindak Lanjut ...

DAFTAR PUSTAKA ...

LAMPIRAN ...

35 35 35 36 38

(7)

L A P O R A N K I N E R J A I N S P E K T O R A T W I L A Y A H I I 2 0 1 8 vi

DAFTAR TABEL

Tabel a Capaian IKU Inspektorat Wilayah II Tahun 2019 ... x

Tabel 1 Tujuan dan Sasaran Strategis Inspektorat Wilayah II Tahun 2015-2019 ... 11

Tabel 2 Perjanjian Kinerja Inspektorat Wilayah II Tahun 2018 dan 2019 ... 12

Tabel 3 Capaian Kinerja Tujuan dan Sasaran Strategis 2019 Inspektorat Wilayah II ... 14

Tabel 4 Tingkat Ketaatan Satker dalam Akuntabilitas Keuangan dan Kinerja ... 15

Tabel 5 Jumlah Satker yang Diperiksa dengan Penyimpangan Anggaran DIPA kurang Dari 3% ... 17

Tabel 6 Tingkat Satker yang Telah Menyusun LK sesuai dengan SAP ... 20

Tabel 7 Jumlah Satker yang Mendapat Nilai Evaluasi SAKIP Kategori Baik ... 23

Tabel 8 Jumlah Satker BPS yang Telah Berpredikat WBK (Berdasarkan SK BPS) ... 25

Tabel 9 Nilai Pembangunan ZI Unit Kerja Berpredikat Menuju WBK ... 26

Tabel 10 Jumlah Satker BPS yang Telah Berpredikat WBBM (Berdasarkan SK BPS) ... 26

Tabel 11 Tingkat Penyelesaian Proses Penanganan Pengaduan dari Pegawai, Masyarakat dan Organisasi/Lembaga Swadaya ... 27

Tabel 12 Jumlah Staker BPS yang Mendapat Review Kinerja Pengelolaan Keuangan dan Peningkatan Akuntabilitas BPS ... 28

Tabel 13 Jumlah Auditor yang Telah Memiliki Sertifikasi minimal 5 Jenis Diklat Bidang Pengawasan ... 29

Tabel 14 Perbandingan Capaian Kinerja Sasaran Strategis Inspektorat Wilayah II Tahun 2018-2019 ... 29

Tabel 15 Capaian Kinerja Tahun 2019 terhadap Renstra Tahun 2015-2019 ... 31

Tabel 16 Hasil Validasi Penjaminan Kualitas Menurut Elemen ... 32

Tabel 17 Pagu dan Realisasi Anggaran Inspektorat Wilayah II Menurut Sasaran Tahun 2018-2019 ... 33

Tabel 18 Perbandingan Capaian Kinerja dengan Penyerapan Anggaran Inspektorat Wilayah II Tahun 2018-2019... 33

(8)

L A P O R A N K I N E R J A I N S P E K T O R A T W I L A Y A H I I 2 0 1 8 vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Pegawai Inspektorat Wilayah II Menurut Jenis Kelamin Tahun 2018-2019 ... 4

Gambar 2 Tingkat Pendidikan Pegawai Inspektorat Wilayah II Tahun 2018-2019 ... 5

Gambar 3 Jabatan Fungsional Pegawai inspektorat Wilayah II Tahun 2018-2019 ... 6

Gambar 4 Visi dan Misi Inspektorat Wilayah II Tahun 2015-2019... 10

Gambar 5 Hubungan antara Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis Inspektorat Wilayah II ... 11

(9)

viii L A P O R A N K I N E R J A I N S P E K T O R A T W I L A Y A H I I 2 0 1 8

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Susunan Organisasi Inspektorat Wilayah II BPS... 39 Lampiran 2 Renstra Inspektorat Wilayah II dalam Inspektorat Utama Tahun 2015-2019 ... 40 Lampiran 3 Perjanjian Kinerja Tahun 2018-2019 ... 41 Lampiran 4 Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2018-2019 ... 42 Lampiran 5 Satker yang Dilakukan Evaluasi SAKIP (Field) di Inspektorat Wilayah II ... 44

(10)

L A P O R A N K I N E R J A I N S P E K T O R A T W I L A Y A H I I 2 0 1 8 ix IKHTISAR EKSEKUTIF

Untuk melaksanakan tugas dan fungsi, Inspektorat Utama BPS telah menetapkan visi, misi, tujuan, dan sasaran dalam rencana strategis. Inspektorat Utama sebagai Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) di lingkungan Badan Pusat Statistik mempunyai peran yang signifikan untuk menghidupkan semangat dan menjaga agar reformasi birokrasi berjalan secara berkesinambungan dalam mewujudkan kepercayaan publik dalam menghasilkan data yang terpercaya dan berkualitas.

Peran yang signifikan ini tergambar dalam visi Inspektorat Utama Tahun 2015-2019, yaitu “Inspektorat Utama yang profesional, berintegritas, amanah, dan mampu menjadi penjamin kualitas kegiatan BPS”. Untuk mewujudkan visi tersebut, Inspektorat Utama mempunyai tujuan yang ditetapkan dalam rencana strategis Inspektorat Utama, yaitu peningkatan birokrasi yang akuntabel. Dalam mencapai tujuan tersebut maka ditetapkan sasaran strategis, yaitu meningkatnya pengawasan dan akuntabilitas kinerja aparatur BPS.

Inspektorat Utama memiliki 3 (tiga) eselon II, yaitu Inspektorat Wilayah I, Inspektorat Wilayah II, dan Inspektorat Wilayah III. Inspektorat Wilayah II memiliki visi, misi, tujuan, dan sasaran strategis yang sama dengan Inspektorat Utama. Sedangkan Indikator Kinerja Utama (IKU) Inspektorat Wilayah II merupakan turunan dari IKU Inspektorat Utama.

Inspektorat Wilayah II dalam mencapai visi, misi, tujuan, dan sasaran strategis tersebut memiliki anggaran sebesar Rp2.764.017.000,- dengan realisasi sebesar 96,16%

(Rp2.657.875.700,-).

(11)

L A P O R A N K I N E R J A I N S P E K T O R A T W I L A Y A H I I 2 0 1 8 x

Tabel a. Capaian IKU Inspektorat Wilayah II Tahun 2019

Sasaran IKU Target Realisasi Capaian

Kinerja

(1) (2) (3) (4) (5)

Meningkatkan pengawasan dan akuntabilitas kinerja aparatur BPS.

Tingkat rekomendasi Inspektorat

yang telah selesai ditindaklanjuti. 100% 94,58% 94,58%

Jumlah satker yang diperiksa dengan penyimpangan anggaran DIPA kurang dari tiga persen.

56 52 92,86%

Jumlah satker yang telah menyusun Laporan Keuangan sesuai dengan SAP.

26 25 96,15%

Jumlah satker yang mendapatkan

nilai evaluasi kategori baik 20 28 120%

Jumlah satker BPS yang telah berpredikat WBK (berdasarkan SK Kepala BPS RI)

5 7 120%

Jumlah satker BPS yang telah berpredikat WBBM (berdasarkan SK Kepala BPS RI)

1 1 100%

Tingkat penyelesaian proses penanganan pengaduan dari pegawai, masyarakat, dan organisasi/lembaga swadaya

100% 100% 100%

Jumlah satker BPS yang mendapat review kinerja pengelolaan keuangan dan peningkatan akuntabilitas BPS

n.a. n.a. n.a.

Jumlah auditor yang telah memiliki sertifikasi minimal lima jenis diklat bidang pengawasan

20 18 90%

Capaian kinerja Inspektorat Wilayah II pada Tahun 2019 memiliki rata-rata capaian kinerja sebesar 101,70 persen. Sedangkan rata-rata capaian kinerja Tahun 2018 yaitu 102,4 persen. Sehingga capaian kinerja Inspektorat Wilayah II mengalami penurunan sebesar 0,7 persen.

(12)

L A P O R A N K I N E R J A I N S P E K T O R A T W I L A Y A H I I 2 0 1 8 xi

Indikator/sasaran dan analisis kinerja Inspektorat Wilayah II Tahun 2019 dituangkan ke dalam Laporan Kinerja Inspektorat Wilayah II. Laporan Kinerja ini diharapkan dapat digunakan oleh pimpinan untuk mengetahui kinerja Inspektorat Wilayah II pada Tahun 2019 dan selanjutnya dapat digunakan dalam membuat rumusan kebijakan dan pelaksanaan tugas dan fungsi Inspektorat Wilayah II di masa mendatang.

(13)

PENDAHULUAN

BAB 1

(14)

L K I P I N S P E K T O R A T W I L A Y A H I I 2 0 1 8 1

1.1 Latar Belakang

Sesuai Peraturan Kepala BPS Nomor 07 Tahun 2008 tentang organisasi dan tata kerja BPS sebagaimana terakhir diubah dengan Peraturan Kepala BPS Nomor 9 Tahun 2017, tugas Inspektorat Utama adalah melakukan pengawasan fungsional, yaitu pengawasan terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolak ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik. Sebagai eselon II dari Inspektorat Utama, Inspektorat Wilayah II memiliki tugas melakukan pengawasan fungsional yang dituangkan ke dalam Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2019 serta diselaraskan dengan Renstra Tahun 2015-2019.

Untuk meningkatkan kualitas hasil pengawasan, Inspektorat Wilayah II terus berupaya meningkatkan kompetensi auditornya serta memperluas cakupan kegiatan pengawasannya. Kegiatan pengawasan yang dilaksanakan pada Tahun 2019 terdiri dari Audit atas Pengelolaan Keuangan Negara (satker pusat dan daerah); Audit atas pelaksanaan tugas dan fungsi (Kinerja); Audit Dengan Tujuan Tertentu (ADTT) berupa Audit Pembangunan Gedung Kantor di BPS satker daerah Tahun Anggaran 2019; Reviu Laporan Keuangan; Reviu RKA K/L; Reviu RKBMN; Reviu Penilaian Kembali (Revaluasi) Asset BMN; Reviu Kinerja Pengelolaan Keuangan; Reviu Penyerapan Anggaran dan Pengadaan Barang/Jasa (Tepra dan PB/J); Evaluasi Implementasi SAKIP, Pengelolaan Sistem Pengendalian Intern (SPI online), Pemantauan/Monitoring Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan, pemetaan dan analisis jabatan.

Selain itu, Inspektorat Wilayah II juga memiliki tugas menjadi penanggung jawab Liasson Officer (LO) BPK/BPKP.

Pada awal Tahun 2019, Inspektorat Wilayah II menetapkan target kinerja dari setiap indikator tujuan dan sasaran sebagaimana tertuang dalam Perjanjian Kinerja (PK) Inspektorat Wilayah II Tahun 2019. Realisasi dari target yang telah ditetapkan pada awal Tahun 2019 akan dimonitoring setiap triwulanan dalam bentuk matriks rencana aksi dan dilaporkan dalam bentuk laporan kinerja interim (laporan capaian kinerja triwulanan) serta laporan kinerja tahunan.

BAB 1

PENDAHULUAN

(15)

L K I P I N S P E K T O R A T W I L A Y A H I I 2 0 1 8 2

Sesuai amanat Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 pasal 18, disebutkan bahwa setiap entitas Akuntabilitas Kinerja wajib menyusun dan menyajikan Laporan Kinerja yang dicapai berdasarkan Penggunaan Anggaran yang telah dialokasikan. Keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan maupun sasaran, akan dituangkan dalam laporan kinerja tahunan.

1.2 Maksud dan Tujuan

Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, serta Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 mewajibkan setiap Instansi pemerintah sebagai unsur penyelenggara negara untuk mempertanggungjawabkan tugas pokok dan dipandang perlu untuk menyampaikan laporan kinerja atas prestasi kerja yang dicapai.

Maksud penyusunan Laporan Kinerja Tahun 2019 adalah sebagai bentuk pertanggungjawaban Inspektur Wilayah II kepada Inspektur Utama dan Kepala BPS atas pelaksanaan program/kegiatan dan pengelolaan anggaran dalam rangka mencapai sasaran/target yang telah ditetapkan. Sedangkan tujuan penyusunan laporan kinerja Inspektorat Wilayah II adalah untuk mengevaluasi capaian kinerja tujuan dan sasaran selama Tahun 2019.

1.3 Kedudukan, Tugas, Fungsi, dan Susunan Organisasi

Kedudukan Inspektorat Wilayah II dalam struktur organisasi Badan Pusat Statistik sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 7 Tahun 2008 Tanggal 15 Februari 2008 berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Inspektorat Utama dan Kepala Badan Pusat Statistik. Inspektorat Wilayah II dipimpin oleh seorang Inspektur dengan jabatan sebagai eselon II.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, sesuai Peraturan Kepala BPS Nomor 15 tahun 2017 pasal 382 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 1 Tahun 2009 tentang Uraian tugas Bagian, Bidang, Subdirektorat, Subbagian, Subbidang, dan Seksi Badan Pusat Statistik adalah sebagai berikut:

a. Tugas

Uraian tugas Inspektur Wilayah II meliputi:

(16)

L K I P I N S P E K T O R A T W I L A Y A H I I 2 0 1 8 3

1) Melaksanakan pengawasan fungsional, kinerja dan keuangan BPS di Wilayah Provinsi Sumatera Utara, Riau, Lampung, Jawa Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Maluku Utara serta sebagian unit kerja BPS di Pusat (Sestama dan Deputi Produksi);

2) Memeriksa/mengolah/menilai dokumen pertanggungjawaban administrasi keuangan BPS di Pusat dan daerah;

3) Membuat surat teguran dan tindak lanjut hasil pemeriksaan dokumen pertanggungjawaban administrasi keuangan BPS di pusat dan daerah;

4) Melakukan pemeriksaan sesuai dengan Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT);

5) Menyusun Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) serta tindaklanjutnya;

6) Melakukan reviu laporan keuangan BPS di Pusat dan daerah;

7) Melakukan evaluasi dokumen penetapan dan laporan akuntabilitas kinerja BPS di Pusat dan daerah;

8) Mengajukan usulan angka kredit pejabat fungsional auditor secara berkala;

9) Meningkatkan kompetensi pejabat fungsional auditor melalui program pendidikan dan pelatihan, seminar, lokakarya, dan lainnya;

10) Menyusun laporan kegiatan yang dilakukan secara berkala dan sewaktu-waktu; dan 11) Melakukan pemeriksaan khusus dan tugas lain yang diberikan oleh atasan langsung.

b. Fungsi

Dalam melaksanakan tugasnya Inspektorat Wilayah II menyelenggarakan fungsi:

1) Pelaksanaan penyiapan bahan pengawasan fungsional, kinerja dan keuangan BPS di Wilayah II; dan

2) Pelaksanaan penyusunan rencana pelaksanaan pengawasan fungsional kinerja, dan keuangan BPS di Wilayah II.

1.4 Sumber Daya Manusia Inspektorat Wilayah II

Salah satu unsur penting dalam pelaksanaan tugas dan fungsi Inspektorat Wilayah II adalah Sumber Daya Manusia (SDM). SDM terdiri dari daya fikir dan daya fisik manusia, artinya kemampuan setiap manusia sangat ditentukan oleh daya fisik dan daya pikirnya (Hasibuan, 2006). Dalam hal ini, SDM yang dimiliki Inspektorat Wilayah II adalah jumlah pegawai yang ditempatkan di Inspektorat Wilayah II.

(17)

L K I P I N S P E K T O R A T W I L A Y A H I I 2 0 1 8 4

Gambar 1. Pegawai Inspektorat Wilayah II Menurut Jenis Kelamin Tahun 2018-2019

Dalam organisasi akan terjadi dinamika kepegawaian, baik karena mutasi maupun pensiun. Pada awal Tahun 2019, Inspektorat Utama melakukan rotasi pegawai antar Inspektorat Wilayah, dimana terdapat 9 pegawai yang keluar dari Inspektorat Wilayah II terdiri dari 3 pegawai pindah ke Inspektorat Wilayah I dan 6 pindah ke Inspektorat Wilayah III.

Sedangkan pegawai yang masuk ke Inspektorat Wilayah II sebanyak 10 pegawai terdiri dari 3 pegawai dari Inspektorat Wilayah I dan 7 pegawai dari Inspektorat Wilayah III. Pada bulan Juni 2019 terdapat 1 orang pegawai yang pensiun, pada bulan September 2019 terdapat 1 pegawai yang Cuti di Luar Tanggungan Negara (CLTN), serta penambahan 1 pegawai dari Bagian Administrasi Inspektotrat. Sehingga total jumlah pegawai Inspektorat Wilayah II Tahun 2019 sebanyak 23 pegawai. Jika dibandingkan dengan Tahun 2018, jumlah pegawai Tahun 2019 tidak mengalami perubahan.

Jumlah pegawai Inspektorat Wilayah II menurut jenis kelamin, pegawai laki-laki lebih banyak daripada jumlah pegawai perempuan. Tahun 2018 jumlah pegawai laki-laki sebanyak 11 pegawai, dan jumlah pegawai perempuan sebanyak 12 pegawai. Sedangkan pada tahun 2019 jumlah pegawai laki-laki sebanyak 12 pegawai, dan jumlah pegawai perempuan sebanyak 11 pegawai.

1.4.1 Komposisi Pegawai Menurut Jenjang Pendidikan

Salah satu untuk mengukur kualitas SDM adalah pendidikan yang diukur dengan pendidikan yang ditamatkan (Maryadi&Widodo, 2010). Pendidikan yang ditamatkan

(18)

L K I P I N S P E K T O R A T W I L A Y A H I I 2 0 1 8 5

merupakan jenjang pendidikan yang dimiliki oleh pegawai, dibuktikan dengan ijazah. Jenjang pendidikan merupakan salah satu indikator untuk menilai kualitas SDM.

Gambar 2. Tingkat Pendidikan Pegawai Inspektorat Wilayah II Tahun 2018-2019

Pendidikan Pegawai Inspektorat Wilayah II didominasi pegawai dengan jenjang pendidikan S1 ke atas. Tingkat pendidikan di Inspektorat Wilayah II pada Tahun 2018 yaitu S1 sebanyak 11 orang, S2 sebanyak 11 orang dan Diploma 3 sebanyak 1 orang, sedangkan pada Tahun 2019, tingkat pendidikan S1 sebanyak 9 orang, S2 sebanyak 13 dan Diploma 3 sebanyak 1 orang. Tahun 2019 terdapat pengurangan dari tingkat pendidikan S1 dan penambahan tingkat pendidikan S2, karena 1 pegawai telah menyelesaikan pendidikan S2 melalui jalur beasiswa APBN BPS dan adanya rotasi di lingkungan Inspektorat Utama.

1.4.2 Komposisi Pegawai Menurut Jenjang Jabatan Fungsional Auditor

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 pasal 7, Pegawai Negeri Sipil (PNS) dikelompokkan menurut kebutuhan jumlah dan jenis jabatan yang terdiri dari:

1. Jabatan Administrasi (JA);

2. Jabatan Fungsional(JF); dan 3. Jabatan Pimpinan Tinggi (JPT).

Jabatan Administrasi yang selanjutnya disingkat JA adalah sekelompok Jabatan yang berisi fungsi dan tugas berkaitan dengan pelayanan publik serta administrasi pemerintahan dan pembangunan. Jabatan Fungsional yang selanjutnya disingkat JF adalah sekelompok Jabatan yang berisi fungsi dan tugas berkaitan dengan pelayanan fungsional yang berdasarkan

(19)

L K I P I N S P E K T O R A T W I L A Y A H I I 2 0 1 8 6

pada keahlian dan keterampilan tertentu. Sedangkan Jabatan Pimpinan Tinggi yang selanjutnya disingkat JPT adalah sekelompok Jabatan tinggi pada instansi pemerintah.

Gambar 3. Jabatan Fungsional Pegawai Inspektorat Wilayah II Tahun 2018-2019

Di lingkungan Inspektorat Inspektorat Wilayah II terdapat 1 (satu) orang yang menduduki JPT yaitu eselon II/Inspektur Wilayah, Tahun 2018 terdapat 1 Auditor Madya, 14 Auditor Muda, 3 Auditor Pertama, 1 Auditor Pelaksana dan 3 pegawai menduduki jabatan fungsional umum, sedangkan Tahun 2019 terdapat 1 (satu) orang yang menduduki JPT yaitu eselon II/Inspektur Wilayah, 2 Auditor Madya, 10 Auditor Muda, 6 Auditor Pertama, 1 Auditor Pelaksana dan 3 pegawai menduduki jabatan fungsional umum. Terdapat kenaikan pegawai yang menduduki jabatan auditor madya dikarenakan adanya pegawai yang naik jabatan dari auditor muda ke auditor madya, dan kenaikan auditor pertama serta penurunan auditor muda karena adanya rotasi di lingkungan Inspektorat Utama. Masih ada pegawai yang menduduki jabatan fungsional umum sebanyak 3 (tiga) pegawai yang merupakan calon auditor yang akan menjadi fungsional auditor.

1.5 Potensi dan Permasalahan

Identifikasi berbagai potensi yang telah dimiliki oleh Inspektorat Wilayah II sebagai berikut:

1. Berbagai SOP dan Pedoman Pengawasan telah disusun dan masih perlu dilakukan reviu secara berkala;

(20)

L K I P I N S P E K T O R A T W I L A Y A H I I 2 0 1 8 7

2. Adanya hubungan yang baik antara sesama auditor maupun antara auditor dengan inspektur baik secara formal maupun non formal;

3. Hasil Audit dan Evaluasi Inspektorat Wilayah II telah digunakan oleh berbagai pihak dalam hal perencanaan, monitoring dan evaluasi satkernya. Bahkan temuan yang berulang semakin berkurang.

Selain memiliki potensi, Inspektorat Wilayah II pun memiliki permasalahan dalam menjalankan Tugas Pokok dan fungsinya dihadapkan pada beberapa hal berikut:

1. Pelaksanaan diklat teknis/fungsional masih bergantung dari undangan instansi pelaksana yaitu BPKP, sehingga tidak berimbangnya kebutuhan akan diklat dengan ketersediaan kuota peserta pelatihan;

2. Pelaksanaan beberapa pengawasan ada yang di luar perencanaan karena adanya kegiatan BPS yang adhoc dan perlu pengawalan oleh APIP;

3. Pelaksanaan Pelatihan di Kantor Sendiri (PKS) masih terbatas, utamanya pembinaan bagi Jabatan Fungsional Auditor (JFA).

4. Belum optimalnya sosialisasi, koordinasi dengan unit kerja/satuan kerja dan pelaksanaan monitoring oleh Inspektorat terkait penyelesaian tindak lanjut satker/unit kerja atas hasil temuan Inspektorat Wilayah II dan BPK RI, yang berdampak pada pencapaian IKU Rekomendasi yang selesai ditindaklanjuti masih di bawah target; dan

5. Hasil pengawasan belum efektif untuk menjadi bahan pengambilan keputusan.

1.6 Sistematika Penyajian Laporan

Mengacu pada Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 53 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, Laporan Kinerja Inspektorat Wilayah II Tahun 2019 disajikan dengan sistematika sebagai berikut:

Bab I. Pendahuluan, pada bab ini disajikan latar belakang; maksud dan tujuan disusunnya laporan kinerja; tugas, fungsi, dan susunan organisasi BPS; sumber daya manusia di Inspektorat Wilayah II, potensi dan permasalahan yang dihadapi Inspektorat Wilayah II, serta sistematika penyajian laporan.

Bab II. Perencanaan Kinerja, pada bab ini berisi Rencana Strategis (Renstra) Inspektorat Wilayah II Tahun 2015-2019 (Reviu ke-2) dan Perjanjian Kinerja (PK) Inspektorat Wilayah Tahun 2019.

(21)

L K I P I N S P E K T O R A T W I L A Y A H I I 2 0 1 8 8

Bab III. Akuntabilitas Kinerja, pada bab ini berisi Capaian Kinerja Inspektorat Wilayah II Tahun 2019, Perkembangan Capaian Kinerja Inspektorat Utama, Capaian Kinerja Inspektorat Wilayah II terhadap Target Renstra Tahun 2015-2019 (Reviu ke-2) dan Realisasi Anggaran Tahun 2019.

Bab IV. Penutup, pada bab ini berisi tinjauan umum dan tindak lanjut perbaikan untuk tahun berikutnya.

(22)

PERENCANAAN KINERJA

BAB 2

(23)

L K I P I N S P E K T O R A T W I L A Y A H I I 2 0 1 7 9

PERENCANAAN KINERJA

2.1. Rencana Strategis (Renstra) BPS Tahun 2015-2019

Visi Inspektorat Utama adalah “Inspektorat Utama yang profesional, berintegritas, amanah, dan mampu menjadi penjamin kualitas kegiatan BPS”. Inspektorat Utama turut berkontribusi dalam BPS yang akuntabel.

Pernyataan visi tersebut mengandung arti bahwa auditor Inspektorat Utama, baik secara individu maupun tim, harus memiliki sikap profesional, berintegritas dan amanah dalam menjalankan perannya sebagai APIP, serta mampu menjadi penjamin kualitas seluruh kegiatan BPS, khususnya penyelenggaraan statistik yang efektif, efisien, dan akuntabel.

Akuntabel disini berarti bahwa pengelolaan sumber daya yang telah diberikan dan dikuasai dalam rangka pencapaian tujuan, telah dipertanggungjawabkan secara baik dan benar kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan/

pertanggungjawaban.

Visi tersebut dicapai dengan misi sebagai berikut:

1. Mewujudkan sistem pengendalian intern, manajemen risiko dan tata kelola yang baik;

“Inspektorat Utama sebagai unit organisasi yang profesional diharapkan terus meningkatkan pengawasan dan akuntabilitas keuangan dan kinerja melalui pengawasan yang terprogram, terarah dan telah berbasis risiko (risk based audit), pengidentifikasian penyimpangan, penyampaikan temuan dan rekomendasi kepada auditan, dan penilaian efektifitas tindak lanjut hasil pemeriksaan serta diharapkan mampu memberikan keyakinan yang memadai untuk tercapainya pelaksanaan kegiatan yang memenuhi aspek efektivitas dan efisiensi, yang pada akhirnya mampu mendorong tata kepemerintahan yang baik”.

2. Meningkatkan kompetensi dan integritas pengawas;

“Inspektorat Utama sebagai unit organisasi yang profesional dan berintegritas diharapkan terus meningkatkan kompetensi auditor melalui pendidikan dan pelatihan (diklat) auditor, baik diklat penjenjangan maupun diklat teknis substantif, seminar, dan workshop di bidang pengawasan, serta peningkatan integritas pengawas dengan penerapan “core value BPS” dan “kode etik auditor”.

BAB 2

PERENCANAAN KINERJA

(24)

L K I P I N S P E K T O R A T W I L A Y A H I I 2 0 1 7 10

3. Meningkatkan pengawasan pengelolaan keuangan dan barang yang akuntabel;

“Inspektorat Utama memberikan keyakinan yang memadai bagi organisasi untuk mewujudkan pengelolaan keuangan dan barang yang berkualitas, transparan, dan bertanggung jawab”.

4. Mendukung capaian Reformasi Birokrasi (RB) pada pilar penguatan pengawasan;dan

“Inspektorat Utama berperan dalam mewujudkan capaian Reformasi Birokrasi, serta mendukung peningkatan penguatan pengawasan melalui pembangunan zona integritas (ZI)”.

5. Mewujudkan penjaminan kualitas kinerja kegiatan statistik.

“Penjaminan kualitas yang dilakukan Inspektorat Utama merupakan suatu rangkaian kegiatan yang sistematis dalam rangka untuk meyakinkan bahwa pelaksanaan kegiatan statistik telah sesuai dengan acuan nasional, kebijakan, strategi dan standar yang ditetapkan”.

Gambar 4 Visi dan Misi Inspektorat Utama Tahun 2015-2019

Untuk mendukung terwujudnya visi dan misi Inspektorat Utama Tahun 2015-2019, maka ditetapkan tujuan yang harus dicapai yang memiliki sasaran strategis pencapaian.

Sasaran strategis dari tujuan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah.

(25)

L K I P I N S P E K T O R A T W I L A Y A H I I 2 0 1 7 11

Tabel 1 Tujuan dan Sasaran Strategis Inspektorat Utama Tahun 2015-2019

TUJUAN SASARAN STRATEGIS

(1) (2)

Peningkatan birokrasi yang akuntabel

SS1. Memastikan ketaatan satker dalam akuntabilitas keuangan

Meningkatnya ketaatan satker dalam akuntabilitas kinerja

Tujuan dan sasaran strategis pada tabel diatas memiliki indikator yang terukur agar dapat diketahui sejauh mana tingkat pencapaiannya. Hubungan antara visi, misi, tujuan dan sasaran strategis dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 5. Hubungan antara Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Strategis Inspektorat Utama

Inspektorat Wilayah II merupakan bagian dari Inspektorat Utama. Rencana Starategis (Renstra) Inspektorat Wilayah II Tahun 2015-2019 melekat pada Renstra Inspektorat Utama Tahun 2015-2019. Sehingga visi, misi, tujuan, dan sasaran stategis Inspektorat Wilayah II sama dengan visi, misi, tujuan, dan sasaran stategis Inspektorat Utama.

Misi

Visi:

Inspektorat Utama yang professional, berintegritas, amanah, dan mampu menjadi

penjamin kualitas kegiatan BPS

Tujuan

Sasaran Strategis

(26)

L K I P I N S P E K T O R A T W I L A Y A H I I 2 0 1 7 12

2.2. Perjanjian Kinerja (PK) Inspektorat Wilayah II Tahun 2019

Pada awal tahun, ditetapkan target dari masing-masing indikator tujuan dan sasaran strategis yang harus dicapai selama setahun. Penetapan target tersebut tertuang dalam dokumen Perjanjian Kinerja Tahun 2019. Target PK Tahun 2019 dan target PK Tahun 2018 (sebagai perbandingan) dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini.

Tabel 2 Perjanjian Kinerja Inspektorat Inspektorat Wilayah II Tahun 2018 dan 2019

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target

2018

Target 2019

(1) (2) (3) (4) (5)

T1. Peningkatan birokrasi yang akuntabel

Tingkat rekomendasi Inspektorat yang

telah selesai ditindaklanjuti Persen 100 100

SS. Meningkatnya ketaatan satker dalam akuntabilitas keuangan

Jumlah satker yang diperiksa dengan penyimpangan anggaran DIPA kurang dari 3%

Satker 52 56

Jumlah satker yang telah menyusun

Laporan keuangan sesuai dengan SAP Satker 12 26 Jumlah satker dengan perolehan nilai

evaluasi SAKIP kategori baik Satker 10 20

Jumlah satker BPS yang telah berpredikat WBK (berdasarkan SK Kepala BPS)

Satker 1 5

Jumlah satker BPS yang telah berpredikat WBBM (berdasarkan SK Kepala BPS)

Satker n.a. 1

Tingkat penyelesaian proses penanganan pengaduan dari pegawai, masyarakat, dan organisasi/lembaga swadaya

Persen 100 100

Jumlah satker BPS yang mendapat review kinerja pengelolaan keuangan dan peningkatan akuntabilitas BPS

Satker 12 n.a.

Jumlah auditor yang telah memiliki sertifikasi minimal 5 jenis diklat bidang pengawasan.

Auditor 17 20

Realisasi dari target perjanjian kinerja tersebut dimonitor setiap triwulanan yang dituangkan ke dalam Form Rencana Aksi (FRA). Hasil monitoring tersebut dilaporkan dalam bentuk laporan capaian kinerja triwulanan. Laporan tersebut digunakan sebagai dasar penyusunan laporan kinerja. Keberhasilan/kegagalan pencapaian target dalam PK menjadi

(27)

L K I P I N S P E K T O R A T W I L A Y A H I I 2 0 1 7 13

tanggung jawab Inspektur Wilayah II kepada Inspektur Utama atas penggunaan anggaran Inspektorat Wilayah II.

Berdasarkan Surat Perintah Inspektur Utama Nomor: B-009/BPS/8000/01/2017 Tanggal 23 Januari 2017, dan belum ada perubahan hingga saat ini, Inspektur Utama memberi Perintah Kepada Inspektur Wilayah I, Inspektur Wilayah II dan Inspektur Wilayah III untuk mengkoordinir kegiatan yang dilaksanakan pada Tahun 2019. Kegiatan Inspektorat Wilayah II Tahun 2019 adalah sebanyak 16 (enam belas) kegiatan yang terdiri dari:

1. Reviu LK Wilayah & LK Sestama;

2. Reviu RKA K/L;

3. Reviu Revisi DIPA/POK;

4. Reviu PA (TEPRA);

5. Reviu Perencanaan PBJ;

6. Pemantauan TL BPK;

7. Reviu Kinerja Pengelolaan Keuangan (Pembinaan Satker);

8. Peningkatan Kapabilitas APIP (RB);

9. LO BPK/BPKP;

10. Kegiatan AAIPI;

11. Reviu RKBMN;

12. Reviu Peraturan-peraturan;

13. Kesestamaan;

14. Kedeputian Bidang Statistik Produksi;

15. Statcap Cerdas; dan 16. Sensus Pertanian

(28)

AKUNTABILITAS KINERJA

BAB 3

(29)

14 L A K I N I N S P E K T O R A T W I L A Y A H I I 2 0 1 8

L A K I N I N S P E K T O R A T W I L A Y A H I I 2 0 1 9

BAB

3 AKUNTABILITAS KINERJA

3.1 Capaian Kinerja Inspektorat Wilayah II Tahun 2019

Capaian kinerja Inspektorat Wilayah II tahun 2019 merupakan pencapaian dari indikator-indikator tujuan dan sasaran strategis selama tahun 2019. Capaian kinerja dihitung berdasarkan perbandingan antara realisasi dengan target PK 2019. Ulasan capaian kinerja Inspektorat Wilayah II adalah sebagai berikut:

Capaian Kinerja Tujuan dan Sasaran Strategis

Inspektorat Wilayah II mempunyai satu tujuan dan satu sasaran strategis. Tujuannya yaitu peningkatan birokrasi yang akuntabel, Sedangkan sasaran strategisnya yaitu meningkatnya ketaatan satker dalam akuntabilitas keuangan. Capaian kinerja dari indikator yang mengukur tujuan dan sasaran strategis tersebut dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3. Capaian Kinerja Tujuan dan Sasaran Strategis 2019 Inspektorat Wilayah II

Tujuan/Sasaran Strategis/Indikator Kinerja Sasaran

(IKS) Satuan Target Realisasi

Capaian Kinerja

(%)

(1) (2) (3) (4) (5)

Tujuan. Peningkatan birokrasi yang akuntabel

Sasaran Strategis. Meningkatnya pengawasan dan akuntabilitas kinerja aparatur wilayah II Tingkat rekomendasi Inspektorat yang telah selesai

ditindaklanjuti Persen 100 94,58 94,58

Jumlah satker yang diperiksa dengan penyimpangan

anggaran DIPA kurang dari 3% Satker 56 52 92,86

Jumlah satker yang telah menyusun Laporan

keuangan sesuai dengan SAP satker 26 25 96,15

Jumlah satker dengan perolehan nilai evaluasi SAKIP

kategori baik Satker 20 28 120

Jumlah satker BPS yang telah berpredikat WBK

(berdasarkan SK Kepala BPS) Satker 5 7 120

Jumlah satker BPS yang telah berpredikat WBBM

(berdasarkan SK Kepala BPS) Satker 1 1 100

Tingkat penyelesaian proses penanganan pengaduan dari pegawai, masyarakat, dan organisasi/lembaga swadaya

Persen 100 100 100

(30)

15 L A K I N I N S P E K T O R A T W I L A Y A H I I 2 0 1 8

L A K I N I N S P E K T O R A T W I L A Y A H I I 2 0 1 9

Tujuan/Sasaran Strategis/Indikator Kinerja Sasaran

(IKS) Satuan Target Realisasi

Capaian Kinerja

(%)

(1) (2) (3) (4) (5)

Jumlah satker BPS yang mendapat review kinerja pengelolaan keuangan dan peningkatan akuntabilitas BPS

Satker n.a. n.a. n.a.

Jumlah auditor yang telah memiliki sertifikasi

minimal 5 jenis diklat bidang pengawasan. Auditor 20 18 90

Rata-rata Capaian Indikator Sasaran 101,70

Dari sembilan Indikator Kinerja Sasaran (IKS), terdapat 1(satu) IKS yang tidak memiliki target yaitu Jumlah satker BPS yang mendapat review kinerja pengelolaan keuangan dan peningkatan akuntabilitas BPS.

IKS 1 : Tingkat rekomendasi Inspektorat yang telah selesai ditindaklanjuti

Target IKS pertama merupakan tindak lanjut dari satker yang diperiksa tim auditor Inspektorat Wilayah II. Berdasarkan surat pernyataan yang dibuat pada saat exit meeting antara auditor dan satker (auditan), tindak lanjut temuan pemeriksaan auditor Inspektorat Wilayah II ditindaklanjuti 2(dua) minggu setelah exit meeting.

Tabel 4. Tingkat Ketaatan Satker dalam Akuntabilitas Keuangan dan Kinerja Tujuan/Sasaran Strategis/Indikator Kinerja Sasaran

(IKS) Satuan Target Realisasi

Capaian Kinerja

(%)

(1) (2) (3) (4) (5)

Tingkat rekomendasi Inspektorat yang telah selesai

ditindaklanjuti Persen 100 94,58 94,58

Target “tingkat rekomendasi Inspektorat yang telah selesai ditindaklanjuti” untuk tahun 2019 sebesar 100 persen dengan realisasi sebesar 94,58 persen, sehingga capaian kinerjanya sebesar 94,58 persen. Capaian IKS pertama pada tahun 2019 belum mencapai 100 persen dikarenakan adanya beberapa kendala. Kendala dalam IKS pertama dirinci sebagai berikut:

1. Penyelesaian tindak lanjut terhadap temuan yang belum sepenuhnya dapat dilaksanakan oleh auditan dan bahkan sering tidak tepat waktu atau mengalami keterlambatan;

2. Keterlambatan Satker dalam menyelesaikan tindak lanjut (14 hari kerja setelah evaluasi akhir/exit meeting);

(31)

16 L A K I N I N S P E K T O R A T W I L A Y A H I I 2 0 1 8

L A K I N I N S P E K T O R A T W I L A Y A H I I 2 0 1 9

3. Kurangnya pemahaman auditan terhadap temuan yang harus ditindaklanjuti dan kurangnya pemahaman data dukung atas tindak lanjut temuan hasil audit;

4. Belum ada SOP yang mengatur mengenai lamanya waktu penyelesaian penyusunan laporan tindak lanjut; dan

5. Belum adanya keseragaman format laporan tindak lanjut di Inspektorat Wilayah II, sehingga masing-masing auditor memiliki format pemantauan tindak lanjut yang berbeda-beda dari satker yang diperiksa.

Solusi :

1. Meningkatkan pemantauan terhadap pelaksanaan tindak lanjut kepada auditan (monitoring);

2. Meningkatkan komunikasi dan koordinasi dengan auditan dan/atau BPS Provinsi/Kabupaten/Kota dalam penyelesaian tindak lanjut rekomendasi;

3. Bila diperlukan, akan dilakukan teguran kepada satker yang belum selesai menindaklanjuti rekomendasi tim auditor Inspektorat Wilayah II;

4. Membuat tim untuk merancang aplikasi monitoring online, SOP, dan format penyelesaian tindak lanjut; dan

5. Membentuk tim auditor di Inspektorat Wilayah II yang khusus melakukan monitoring/pemantauan tindaklanjut secara triwulanan.

IKS 2 : Persentase tingkat satker dengan penyimpangan kurang dari 3% DIPA

IKS 2 merupakan total temuan dalam rupiah dibandingkan dengan DIPA satker yang diperiksa. Total temuan dimaksud adalah temuan ketidakpatuhan terhadap peraturan berupa kerugian negara. Pada tahun 2019, satker BPS Propinsi/Kabupaten/Kota yang diperiksa sebanyak 56 satker. Temuan dimaksud adalah temuan pada saat melakukan audit baik di pusat maupun di daerah. Audit yang dilakukan oleh Inspektorat Wilayah II terdiri dari:

1. Audit kinerja keuangan (BPS Pusat dan BPS Provinsi/Kabupaten/Kota); dan 2. Audit Pengadaan Barang dan Jasa (BPS Pusat).

Sesuai dengan Surat Perintah Inspektur Utama Nomor B-009/BPS/8000/01/2017 tertanggal 23 Januari 2017, Inspektorat Wilayah II bertanggung jawab dalam pemeriksaan 2(dua) eselon I yaitu:

(32)

17 L A K I N I N S P E K T O R A T W I L A Y A H I I 2 0 1 8

L A K I N I N S P E K T O R A T W I L A Y A H I I 2 0 1 9

1. Kesestamaan dengan 5(lima) eselon II terdiri dari:

a. Biro Bina Program;

b. Biro Keuangan;

c. Biro Kepegawaian;

d. Biro Humas dan Hukum; serta e. Biro Umum.

2. Kedeputian Statistik Produksi dengan 3(tiga) eselon II terdiri dari:

a. Direktorat Statistik Tanaman Pangan Holtikulturan dan Perkebunan;

b. Direktorat Statistik Peternakan, Perikanan, dan perikanan; serta c. Direktorat Statistik Industri.

Eselon II dalam tanggung jawab Inspektorat Wilayah II merupakan bagian dari satker Kesestamaan, dengan kata lain satker di BPS Pusat hanya satu yaitu satker Sestama.

Meskipun demikian, anggaran untuk satu eselon II cukup besar, sehingga untuk indikator kedua ini, eselon II di BPS Pusat disetarakan dengan satu satker.

Dari 56 satker yang diperiksa, 52 satker yang memenuhi penyimpangan anggaran dari DIPA satker kurang dari 3 persen. Artinya realisasi indikator kedua belum mencapai target, bahkan kurang dari 100 persen, sehingga capaian kinerja indikator kedua sebesar 92,86 persen.

Tabel 5 Jumlah Satker Yang Diperiksa Dengan Penyimpangan Anggaran DIPA Kurang Dari 3%

Indikator Kinerja Sasaran (IKS) Satuan Target Realisasi

Capaian Kinerja

(%)

(1) (2) (3) (4) (5)

Jumlah satker yang diperiksa dengan penyimpangan

anggaran DIPA kurang dari 3% Satker 56 52 92,86

Walaupun tidak mencapai target sesuai yang diperjanjikan, namun demikian secara umum terjadi perbaikan dalam penatausahaan keuangan dan barang yang dilakukan oleh satker tersebut. Selain itu, Inspektorat Wilayah II dalam penugasannya sangat memperhatikan penetapan audit berbasis risiko dan adanya sinergitas antara satker (BPS Pusat, BPS Provinsi, BPS Kabupaten/Kota) berupa seringnya satker BPS Provinsi mengirimkan undangan kepada Auditor untuk menjadi narasumber kegiatan pembinaan. Selain melakukan audit kinerja keuangan, inspektorat Wilayah II juga melakukan kegiatan konsultansi untuk menekan temuan berulang.

(33)

18 L A K I N I N S P E K T O R A T W I L A Y A H I I 2 0 1 8

L A K I N I N S P E K T O R A T W I L A Y A H I I 2 0 1 9

Dalam perannya sebagai konsultansi (consulting), Inspektorat Utama melalui auditornya juga banyak melayani beragam konsultansi secara langsung, by phone, e-mail, maupun whatsapp dari satuan kerja yaitu terkait tertib pengelolaan keuangan dan BMN, kegiatan kerjasama antara BPS dengan K/L/Pemerintah Daerah.

Kendala:

1. Perbedaan persepsi di antara sesama auditor dalam memberikan rekomendasi;

2. Perbedaan persepsi dalam memahami peraturan antara auditor dan auditan;

3. Kurang tersosialisasinya peraturan terbaru serta kebijakan internal dalam BPS kepada auditan; dan

4. Belum mempunyai mekanisme konsultansi yang terdokumentasi dengan baik.

Solusi :

1. Dilakukan Pelatihan di Kantor Sendiri (PKS) sebelum penugasan dan jika ada auditor yang mengikuti diklat;

2. Menambah jumlah auditor dan meningkatkan kualitas auditor yang ada dengan berbagai diklat dan PKS agar maksimal dalam melaksanakan pembinaan pada satker tersebut;

3. Meningkattkan pembinaan dari Inspektorat Utama kepada satker;dan

4. Meningkatkan koordinasi/pembinaan dari BPS Provinsi ke BPS Kabupaten/kota.

IKS 3 : Persentase tingkat satker dengan penyusunan laporan keuangan telah sesuai SAP Dalam upaya mempertahankan Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), Inspektorat Wilayah II berusaha untuk meningkatkan kualitas Laporan Keuangan. Upaya untuk meningkatkan kualitas Laporan Keuangan tidak hanya melalui reviu Laporan Keuangan, melainkan mulai dari awal perencanaan anggaran. Adapun upaya-upaya yang dilakukan pada tahun 2019 terdiri dari:

a. Reviu Rencana Kerja Anggaran Kementrian/Lembaga (RKA K/L) bertujuan untuk memberikan keyakinan terbatas bahwa RKA-K/L telah disusun berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah (RKP), Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja K/L), dan Pagu Anggaran serta kelayakan anggaran terhadap sasaran kinerja yang direncanakan, dalam upaya membantu Menteri/Pimpinan Lembaga untuk menghasilkan RKA-K/L yang berkualitas. Sedangkan tujuan Reviu RKA-K/L adalah untuk memberi keyakinan terbatas

(34)

19 L A K I N I N S P E K T O R A T W I L A Y A H I I 2 0 1 8

L A K I N I N S P E K T O R A T W I L A Y A H I I 2 0 1 9

mengenai akurasi, keandalan, dan keabsahan bahwa informasi dalam RKA-K/L sesuai dengan RKP, Renja K/L, dan Pagu Anggaran serta kesesuaian dengan standar biaya dan dilengkapi dokumen pendukung RKA-K/L. Reviu RKA K/L merupakan rekomendasi BPK-RI untuk seluruh Kementrian/Lembaga untuk melakukan reviu perencanaan anggaran.

b. Reviu Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara (RKBMN) tahun 2020 dilakukan pada Bulan November 2018. Tujuan Reviu RKBMN yaitu (1) untuk memberi keyakinn terbatas mengenai kesesuaian RKBMN dengan ketentuan penyusunan RKBMN yang berlaku; (2) Menteri/Pimpinan Lembaga memperoleh keyakinan terbatas mengenai keseuaian RKBMN dengan ketentuan penyusunan RKBMN yang berlaku.

c. Reviu Pemotongan Anggaran BPS Tahun Tahun Anggaran 2019 dilakukan dengan tujuan memberikan keyakinan terbatas mengenai pemotongan anggaran yang dilakukan oleh BPS;

d. Reviu Penyerapan Anggaran dan Pengadaan Barang/Jasa (PA dan PBJ) dilakukan setiap triwulan dengan berpedoman pada pedoman reviu penyerapan anggrana dan pengadaan barang/jasa oleh APIP K/L/P yang diterbitkan oleh BPKP. Reviu PA dan PBJ yaitu: (1) Meningkatkan peran pengawalan pelaksanaan anggaran dan PBJ serta kepatuhan atau P3DN dengan kemampuan mengidentifikasi permasalahan dan memberikan solusi yang efektif kepada pimpinan lembaga; (2) Mendorong terbangunnya sistem pengendalian pelaksanaan anggaran, PBJ, dan penerapan P3DN; dan (3) Mengidentifikasi kepatuhan dan meningkatkan awareness lembaga untuk melaksanakan P3DN dalam pelaksanaan PBJ pemerintah. Pelaksanaan Reviu PA dan PBJ Inspektorat Wilayah II pada tahun 2017 adalah sebagai berikut:

(1) Reviu PA dan PBJ triwulan IV tahun 2018 dilaksanakan pada Bulan Januari Tahun 2019;

(2) Reviu PA dan PBJ triwulan I tahun 2019 dilaksanakan pada Bulan April Tahun 2019;

(3) Reviu PA dan PBJ triwulan II tahun 2019 dilaksanakan pada Bulan Juli Tahun 2019;

dan

(4) Reviu PA dan PBJ triwulan III tahun 2019 dilaksanakan pada Bulan Oktober Tahun 2019.

e. Pelaksanaan kegiatan reviu atas Laporan Keuangan satker tahun 2018 dan reviu Laporan Keuangan Statcap TA 2018. Reviu Laporan Keuangan bertujuan memberikan keyakinan

(35)

20 L A K I N I N S P E K T O R A T W I L A Y A H I I 2 0 1 8

L A K I N I N S P E K T O R A T W I L A Y A H I I 2 0 1 9

yang terbatas atas akurasi, keandalan dan keabsahan informasi yang disajikan pada Laporan Keuangan, agar disusun sesuai Standar Akuntansi Pemerintah (SAP).

f. Reviu terhadap Laporan Keuangan dilaksanakan Inspektorat sebelum dilakukan audit oleh BPK-RI. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalisir temuan-temuan terkait pengendalian intern dan kepatuhan terhadap peraturan.

g. Reviu terhadap pelaksanaan Hari Statististik Nasional (HSN) yang bertujuan memberikan keyakinan terbatas terhadap pelaksanaan HSN BPS.

h. Reviu Usulan Revisi Anggaran TA 2019 yaitu reviu tunggakan TA 2018.

i. Reviu Kebijakan akuntansi BPS;

j. Pendampingan satker pada saat diaudit oleh BPK-RI baik satker pusat maupun satker daerah.

k. Pemantauan/Monitoring Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan. Kegiatan ini dilakukan dengan cara memantau tindak lanjut pemeriksaan BPK ke Subject Matter (SM), meng-upload dokumen ke SIPTL BPK serta menatau status dokumen yang ditindaklanjuti apakah sudah sesuai atau belum.

l. LO BPK yaitu penghubung antara BPS dan tim BPK pada saat BPK melakukan audit di BPS.

LO BPK pada tahun 2018 terdiri dari:

1) LO BPK pada saat tim BPK melakukan audit Laporan Keuangan BPS TA 2018;

2) LO BPK pada saat BPK melakukan audit Laporan Keuangan Interim 2018.

Dari 9(sembilan) kegiatan yang dilakukan Inspektorat Wilayah II hanya dijadikan satu indikator yaitu jumlah satker yang telah menyusun Laporan keuangan sesuai dengan SAP sebagai indikator Kinerja Sasaran (IKS) ketiga. Capaian IKS ketiga pada tahun 2019 sebesar 96,15 persen. Realisasi IKS ketiga tidak mencapai target yang ditetapkan dalam PK 2019 dikarenakan reviu field Laporan Keuangan (LK) Sestama dan BPS Provinsi serta field LK BPS Kabupaten/Kota yang telah direncanakan terdapat 1 (satu) satker yaitu BPS Kota Jakarta Utara yang tidak direviu namun berubah menjadi audit.

Tabel 6 Tingkat Satker Yang Telah Menyusun Laporan Keuangan Sesuai Dengan SAP Tujuan/Sasaran Strategis/Indikator Kinerja Sasaran

(IKS) Satuan Target Realisasi

Capaian Kinerja

(%)

(1) (2) (3) (4) (5)

Jumlah satker yang telah menyusun Laporan

keuangan sesuai dengan SAP Satker 26 25 96,15

(36)

21 L A K I N I N S P E K T O R A T W I L A Y A H I I 2 0 1 8

L A K I N I N S P E K T O R A T W I L A Y A H I I 2 0 1 9

Meskipun IKS ketiga ini melebihi target yang ditetapkan, namun pada pelaksanaannya tidak terlepas dari kendala. Kendala-kendala yang dihadapi pada pelaksanaan reviu LK telah diselesaikan dengan beberapa solusi. Berikut Kendala dan solusi IKS ketiga Inspektorat Wilayah II:

Kendala:

1. Selalu berubahnya personil penyusun laporan keuangan, operator SAS, SAIBA, SIMAK BMN dan Persediaan; dan

2. Selain pada BPS Provinsi, reviu atas Laporan Keuangan hanya dilakukan pada satu kabupaten/kota sampel.

Solusi:

1. Diadakan Pelatihan di Kantor Sendiri (PKS) dan rapat internal sebelum pelaksanaan reviu Laporan Keuangan serta penyusunan buku pedoman Reviu Laporan Keuangan;

2. Meningkatkan koordinasi antara Inspektorat Utama secara umum dengan Bagian Akuntansi Biro Keuangan untuk membina satker-satker agar menyusun Laporan Keuangan sesuai dengan SAP; dan

3. Melakukan pembinaan secara simultan kepada satker mengenai penyusunan laporan keuangan.

IKS 4 : Jumlah satker dengan perolehan nilai evaluasi SAKIP kategori baik

Reformasi birokrasi merupakan perubahan tata laksana pembangunan menuju pemerintahan yang baik (good govenance). Salah satu indikatornya ditandai dengan peningkatan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi. Penguatan akuntabilitas kinerja ini dilaksanakan dengan penerapan Sistem Akuntabilias Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Presiden Nomor 29 tahun 2014.

Inspektorat Wilayah II sebagai bagian dari Inspektorat utama berperan dalam menilai evaluasi atas implementasi SAKIP sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan) Nomor 12 tahun 2015. Adapun tujuan dari kegiatan Evaluasi Implementasi SAKIP yaitu:

1. Memperoleh informasi tentang implementasi SAKIP;

2. Menilai tingkat implementasi SAKIP;

3. Memberikan saran perbaikan untuk peningkatan implementasi SAKIP; dan 4. Memonitor tindak lanjut rekomendasi hasil evaluasi periode sebelumnya.

(37)

22 L A K I N I N S P E K T O R A T W I L A Y A H I I 2 0 1 8

L A K I N I N S P E K T O R A T W I L A Y A H I I 2 0 1 9

Ruang lingkup evaluasi implementasi SAKIP meliputi kegiatan evaluasi terhadap perencanaan strategis dan perencanaan kinerja tahunan termasuk penerapan anggaran berbasis kinerja, pelaksanaan program dan kegiatan, pengukuran capaian kinerja, pelaporan kinerja, evaluasi internal, serta pencapaian kinerja.

Evaluasi Implementasi SAKIP di BPS telah dilaksanakan beberapa tahun ini dengan didukung oleh peraturan internal BPS yaitu Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 44 Tahun 2012 Tentang Petunjuk Teknis Evaluasi LAKIN BPS (telah direvisi kembali di Bulan Maret 2014) untuk dijadikan acuan para auditor dalam melaksanakan evaluasi. Pelaksanaan evaluasi atas implementasi SAKIP dimulai dari Survei pendahuluan dengan maksud untuk memahami dan mendapatkan gambaran umum mengenai kegiatan/unit kerja yang akan dievaluasi, memberikan fokus kepada hal-hal yang memerlukan perhatian dalam evaluasi, dan merencanakan dan mengorganisasikan evaluasi. Pengumpulan data dan informasi pada survei pendahuluan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi, atau kombinasi diantara beberapa cara tersebut. Sedangkan teknik analisis data antara lain dengan telaahan sederhana, berbagai analisis dan pengukuran, metode statistik, pembandingan, analisis logika program dan sebagainya. Dari hasil survei pendahuluan, dilakukan evaluasi atas implementasi SAKIP dengan fokus pada kriteria-kriteria yang telah ditentukan namun tetap memperhatikan hasil evaluasi atas implementasi SAKIP tahun sebelumnya.

Dalam evaluasi implementasi SAKIP ini, dituntut penilaian yang adil, transparan, dan objektif. Sedangkan dalam pelaksanaannya dimungkinkan masih terjadi perbedaan pemahaman para evaluator dan subjektivitas dari tim yang bertugas (professional judgement).

Untuk meminimalkan hal tersebut, telah dilakukan beberapa upaya sebagai berikut:

1. Koordinasi dengan binagram tentang tujuan, sasaran dan indikator kinerja sasaran dalam IKU, dokumen perencanaan dan LAKIN, bagaimana cara pengukurannya, serta dokumen- dokumen yang dibutuhkan dalam penilaian evaluasi SAKIP

2. Menyusun pedoman yang dilengkapi dengan tools (Lembar Kerja Evaluasi, Kertas Kerja Evaluasi, dan Laporan Hasil Evaluasi) yang akan digunakan dalam evaluasi, Peraturan terkait SAKIP tersebut terus dilakukan perbaikan dalam rangka penyempurnaan atas kelemahan yang masih ada.;

3. Melakukan sharing knowledge (Pelatihan di Kantor sendiri);

(38)

23 L A K I N I N S P E K T O R A T W I L A Y A H I I 2 0 1 8

L A K I N I N S P E K T O R A T W I L A Y A H I I 2 0 1 9

4. Membuka forum diskusi yang berkesinambungan selama pelaksanaan penugasan evaluasi SAKIP di daerah antara evaluator dengan Tim Koordinator SAKIP;

5. Menambahkan kolom kerangka logis dalam Lembar Kerja Evaluasi untuk membatasi penilaian auditor;

6. Panelisasi penilaian yang dilakukan serentak 11 satker BPS Provinsi beserta satker BPS Kabupaten/Kota terpilih di Inspektorat Wilayah II. Dikarenakan panelisasi tidak hanya field evaluation yang dilakukan tim auditor Inspektorat Wilayah II, namun di 33 satker Provinsi beserta satker BPS Kabupaten/Kota;

7. Konfirmasi dengan evaluator yang bertugas; dan

8. Konsultasi dengan Inspektur Wilayah I, Inspektur Wilayah II dan Inspektur Wilayah III.

Adapun rangkaian pelaksanaan Evaluasi Implementasi SAKIP di Tahun 2018 terdiri dari:

1. Pembahasan Reviu Lembar Kerja Evaluasi (LKE), Kertas Kerja Evaluasi (KKE), dan Pedoman Evaluasi SAKIP tahun 2017;

2. Sharing knowledge (Pelatihan di Kantor Sendiri);

3. Melaksanakan persamaan persepsi dan berkoordinasi dengan Binagram;

4. Melaksanakan Evaluasi Implementasi SAKIP di 11 satker Provinsi beserta sampel satker BPS Kabupaten/Kota terpilih;

5. Pengumpulan hasil Evaluasi Implementasi SAKIP dari para evaluator;

6. Panelisasi Hasil Evaluasi Implementasi;

7. Pemeringkatan satuan kerja dari nilai yang tertinggi hingga terendah;

8. Menyusun Laporan Hasil Evaluasi Implementasi SAKIP;

9. Pelaporan Hasil Penilaian Evaluasi Implementasi SAKIP Inspektorat Wilayah II yang tergabung pada laporan Inspektorat Utama BPS kepada Kemenpan RB; serta

10. Publikasi hasil penilaian Evaluasi Implementasi SAKIP kepada seluruh Satker BPS

Tabel 7 Jumlah Yang Mendapatkan Nilai Evaluasi SAKIP Kategori Baik Tujuan/Sasaran Strategis/Indikator Kinerja Sasaran

(IKS) Satuan Target Realisasi

Capaian Kinerja

(%)

(1) (2) (3) (4) (5)

Jumlah satker dengan perolehan nilai evaluasi SAKIP

kategori baik Satker 20 28 120

(39)

24 L A K I N I N S P E K T O R A T W I L A Y A H I I 2 0 1 8

L A K I N I N S P E K T O R A T W I L A Y A H I I 2 0 1 9

Realisasi IKS 4 pada tahun 2019 melebihi dari target yang diperjanjikan dalam PK 2019, sehingga capaian IKS 4 ini lebih dari 100 persen yaitu 120 persen. Untuk mencapai target reformasi birokrasi agar pengetahuan SAKIP merata untuk seluruh satker dan lebih banyak lagi satker yang mengimplementasikan SAKIP, maka pada tahun 2019, Inspektorat Utama melakukan inovasi dalam evaluasi SAKIP yaitu menambahkan 1 (satu) satker pada setiap provinsi yang dievaluasi. Dari 20 satker yang ditargetkan pada PK terdapat peningkatan jumlah satker yang dievaluasi yaitu menjadi 33 satker. Berdasarkan Laporan Hasil Evaluasi SAKIP Inspektorat Utama tahun 2019, dari 33 satker yang dievaluasi oleh Inspektorat Wilayah 2, terdapat 28 satker mendapat kategori nilai “baik” (BB dan B), sedangkan 5 satker lainnya mendapat nilai cukup (CC). Adapun nama-nama satker dimaksud dapat dilihat pada lampiran 5.

Selain itu, Inspektorat Wilayah II juga melakukan evaluasi SAKIP eselon I yaitu pada Kesestamaan dan Deputi Bidang Statistik Produksi, yang memperoleh kategori nilai “Baik”.

Pada pelaksanaan IKS 4 ini terdapat beberapa kendala dengan solusi yang telah dilakukan oleh Inspektorat Wilayah II sebagai berikut:

Kendala:

1. Kurangnya pembinaan terhadap implementasi SAKIP pada satker;

2. Satker hanya mengikuti template tanpa mengerti substansi SAKIP;

3. Perbandingan antara sumber daya (jumlah auditor dan anggaran) dengan jumlah satker tidak seimbang yang mengakibatkan evaluasi dan pembinaan implementasi SAKIP tidak bisa dilakukan pada seluruh satker;

4. Terdapat update website BPS yang mengakibatkan terhapusnya seluruh dokumen perencanaan dan LKIP satker yang telah diupload ke dalam website; dan

5. SAKIP masih didentikkan dengan pemenuhan dokumen, sehingga nilai implementasi masih rendah dikarenakan kegiatan di satker yang overload.

Solusi :

1. Merekomendasikan kepada Biro Bina Program terkait pembinaan implementasi SAKIP;

2. Memberikan kesadaran dan pemahaman terhadap satker untuk menindaklanjuti temuan hasil pemeriksaan sebagai salah satu upaya peningkatan akuntabilitas kinerja satker;

3. Meningkatkan pembinaan terkait implementasi SAKIP kepada satker-satker seluruh Indonesia dengan audiensi pembinaan SAKIP tidak hanya difokuskan pada Kasubbag Bina

(40)

25 L A K I N I N S P E K T O R A T W I L A Y A H I I 2 0 1 8

L A K I N I N S P E K T O R A T W I L A Y A H I I 2 0 1 9

Program di BPS Provinsi atau Kasubbag TU di BPS Kab/Kota namun juga meliputi Kepala Bidang dan Kepala Seksi baik di BPS Provinsi maupun BPS Kab/Kota;

4. Meningkatkan jumlah BPS Kab/Kota yang menjadi sampel dan mengusulkan tambahan anggaran; dan

5. Mendorong satker untuk mengimplementasikan SAKIP.

IKS 5 : Jumlah satker BPS yang telah berpredikat WBK (berdasarkan SK Kepala BPS)

Sesuai pencanangan Pembangunan Zona Integritas (ZI) di tahun 2014, BPS telah membuktikan komitmennya dengan upaya mewujudkan Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM), dan sebagai bukti, pada tahun 2018, BPS Kabupaten Gianyar menerima penghargaan zona integritas untuk kategori daerah Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dari Kementerian PAN-RB.

Tabel 8 Jumlah Satker BPS yang telah Berpredikat WBK (berdasarkan SK Kepala BPS) Tujuan/Sasaran Strategis/Indikator Kinerja Sasaran

(IKS) Satuan Target Realisasi

Capaian Kinerja

(%)

(1) (2) (3) (4) (5)

Jumlah satker BPS yang telah berpredikat WBK

(berdasarkan SK Kepala BPS) Satker 5 7 120

Pada tahun 2019, capaian kinerja Inspektorat wilayah II IKS kelima ini mencapai 120 persen. Inspektorat Wilayah II menargetkan 5 satker yang mendapat predikat WBK (berdasarkan SK kepala BPS), sedangkan berdasarkan Surat Nomor B-121/BPS/1000/5/2019 tanggal 23 Mei 2019 tentang pengajuan unit kerja berpredikat menuju wilayah Bebas dari Korupsi (WBK)/Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM), terdapat 7 (tujuh) satker di lingkungan Inspektorat Wilayah II yang memperoleh predikat WBK (berdasarkan SK Kepala BPS yang ada di Wilayah II, yaitu:

1. BPS Provinsi Nusa Tenggara Barat;

2. BPS Provinsi Bali;

3. BPS Provinsi Sulawesi Utara;

4. BPS Kabupaten Batubara;

5. BPS Kota Tanjung Balai;

6. BPS kota Singkawang; dan 7. BPS Kota Ternate.

(41)

26 L A K I N I N S P E K T O R A T W I L A Y A H I I 2 0 1 8

L A K I N I N S P E K T O R A T W I L A Y A H I I 2 0 1 9

Adapun rincian per komponen untuk ketiga satker tersebut dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9 Nilai Pembangunan ZI Unit Kerja berpredikat menuju WBK (berdasarkan SK Kepala BPS)

No Satuan kerja Nilai Pembangunan ZI

Pengungkit Hasil Total ZI

(1) (2) (3) (4) (5)

1 BPS Provinsi Nusa Tenggara Barat 51,97 36,95 88,92

2 BPS Provinsi Bali 59,67 36,19 95,.86

3 BPS Provinsi Sulawesi Utara 48,65 35,85 84,5

4 BPS Kabupaten Batubara 46,28 35,15 81,43

5 BPS Kota Tanjung Balai 45,88 34,40 80,28

6 BPS Kota Singkawang 49,94 38,29 88,23

7 BPS Kota Ternate 46,88 34,38 81,26

Kendala:

1. Kurangnya pemahaman satker tentang pentingnya dokumentasi bukti dukung WBK;

2. Kurangnya sosialisasi bahwa pengajuan WBK dapat dilakukan oleh seluruh satker; dan Solusi :

1. Meningkatkan pembinaan;

2. Meningkatkan sosialisasi pengajuan WBK.

IKS 6 : Jumlah satker BPS yang telah berpredikat WBBM (berdasarkan SK Kepala BPS) Pada tahun 2019, Inspektorat Wilayah II menargetkan 1 (satu) satker berpredikat WBBM. Dikarenakan hasil dari penilaian oleh KemenPAN RB tahun 2019 BPS Kabupaten Gianyar memperoleh predikat WBK, sehingga satker tersebut bisa diusulkan satker berprdikat WBBM.

Tabel 10 Jumlah Satker BPS yang telah berpredikat WBBM (berdasarkan SK Kepala BPS) Tujuan/Sasaran Strategis/Indikator Kinerja Sasaran

(IKS) Satuan Target Realisasi

Capaian Kinerja

(%)

(1) (2) (3) (4) (5)

Jumlah satker BPS yang telah berpredikat WBBM

(berdasarkan SK Kepala BPS) Satker 1 1 100

(42)

27 L A K I N I N S P E K T O R A T W I L A Y A H I I 2 0 1 8

L A K I N I N S P E K T O R A T W I L A Y A H I I 2 0 1 9

Solusi yang bisa dilakukan adalah pendampingan/reviu terhadap satker WBBM (SK KBPS) agar berpredikat WBBM oleh TPN akan lebih ditingkatkan terutama dalam penyiapan kelengkapan bukti dukung untuk penilaian.

IKS 7 : Tingkat penyelesaian proses penanganan pengaduan dari pegawai, masyarakat, dan organisasi/lembaga swadaya

Target presentase penyelesaian laporan pengaduan dari pegawai, masyarakat, dan organisasi/lembaga swadaya untuk tahun 2019 adalah sebesar 100 persen dengan capaian kinerja sebesar 100 persen. Evaluasi dari tercapainya indikator ini adalah respon cepat tanggap oleh Inspektorat Wilayah II atas penangganan pengaduan yang dilaporkan. Selain itu, lebih bermanfaatnya penggunaan sistem Whistleblowing systems (WBS) bagi pihak yang melakukan pengaduan dimana sistem ini merupakan aplikasi yang disediakan oleh BPS bagi pegawai, masyarakat, dan organisasi/ lembaga swadaya yang memiliki informasi dan ingin melaporkan suatu perbuatan berindikasi pelanggaran yang terjadi di lingkungan BPS. Aplikasi WBS diharapkan dapat meningkatkan jumlah pengaduan dan meningkatkan penanganan atas pengaduan tersebut. Namun, untuk mendapatkan capaian ini ditemukan kendala dalam prosesnya.

Tabel 11 Tingkat Penyelesaian Proses Penanganan Pengaduan Dari Pegawai, Masyarakat, Dan Organisasi/Lembaga Swadaya

Tujuan/Sasaran Strategis/Indikator Kinerja

Sasaran (IKS) Satuan Target Realisasi

Capaian Kinerja

(%)

(1) (2) (3) (4) (5)

Tingkat penyelesaian proses penanganan pengaduan dari pegawai, masyarakat, dan organisasi/lembaga swadaya

Persen 100 100 100

Kendala:

1. Pengirim informasi pengaduan kepada sekretariat WBS tidak dapat dihubungi kembali (nomor handphone yang digunakan tidak dapat dihubungi kembali, surat kaleng) sehingga ketika pengaduan akan dIbahas sulit untuk menghubungi kembali untuk memperoleh bukti-bukti pendukung;

2. Belum terdapat jadwal rutin pembahasan laporan pengaduan; dan

3. Kebijakan tentang penanganan pengaduan masyarakat belum ditetapkan pada tahun 2019.

(43)

28 L A K I N I N S P E K T O R A T W I L A Y A H I I 2 0 1 8

L A K I N I N S P E K T O R A T W I L A Y A H I I 2 0 1 9

4. Penyusunan perka tentang pengaduan Masyarakat, masih terkendala kepada harmonisasi unti kerja terkait.

Solusi yang dilakukan :

Membuat Perka tentang pengaduan Masyarakat, mengimplementasikan dan mengevaluasi secara berkala dan menindaklanjuti hasil evaluasi.

IKS 8 : Jumlah satker BPS yang mendapat review kinerja pengelolaan keuangan dan peningkatan akuntabilitas BPS

Pada tahun 2018, Inspektorat Wilayah II menargetkan 12 satker untuk indikator ini.

Indikator “jumlah satker yang mendapat review kinerja pengelolaan keuangan dan peningkatan akuntabilitas BPS” diwujudkan dalam pelatihan yang dilakukan di dua TC yaitu Bandung dan Makassar dengan peserta dari seluruh satker BPS Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, Pusdiklat, dan STIS. Untuk jumlah satker dari Inspektorat wilayah II yang ditargetkan adalah 1 satker BPS Pusat, 11 satker BPS Provinsi. Namun, pada tahun 2019 Inspektorat Utama tidak melakukan kegiatan serupa, sehingga target maupun realisasi n.a.

Tabel 12 Jumlah Satker BPS Yang Mendapat Review Kinerja Pengelolaan Keuangan Dan Peningkatan Akuntabilitas BPS

Tujuan/Sasaran Strategis/Indikator Kinerja Sasaran

(IKS) Satuan Target Realisasi

Capaian Kinerja

(%)

(1) (2) (3) (4) (5)

Jumlah satker BPS yang mendapat review kinerja pengelolaan keuangan dan peningkatan akuntabilitas BPS

Satker n.a n.a n.a

IKS 9 : Jumlah auditor yang telah memiliki sertifikasi minimal 5 jenis diklat bidang pengawasan.

Target dalam indikator ini sebesar 20 auditor. Adapun realisasi indikator pada Tahun 2019 sebesar 18 auditor sehingga capaian 90 persen. Hambatan IKS 9 ini adalah terbatasnya pemanggilan diklat dari BPKP untuk auditor Inspektorat Wilayah II.

Referensi

Dokumen terkait

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2013 merupakan salah satu

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, bahwa dalam rangka penyelenggaraan Sistem Akuntabilitas Kinerja

Sesuai Peraturan Presiden Republik Indonesia (Perpres) Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (pengganti Nomor 7 Tahun 1999

Tahun 2020 BP2MI melakukan revitalisasi kelembagaan dari BNP2TKI menjadi BP2MI sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2019 Tentang Badan Pelindungan Pekerja Migran

Laporan Kinerja ini disusun berdasarkan pada Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan berpedoman pada

Dalam Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 29 Tahun 2014 Tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Nomor 1 Tahun 1999 tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah (Lembaran Daerah

Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah atau disingkat dengan SAKIP tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja