• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. sampah sudah tersedia (Nurhasanah,2014 dalam Beni,2016). pemindah/penyebar penyakit (vektor). Oleh sebab itu sampah harus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. sampah sudah tersedia (Nurhasanah,2014 dalam Beni,2016). pemindah/penyebar penyakit (vektor). Oleh sebab itu sampah harus"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Pertumbuhan penduduk di Indonesia yang semakin meningkat berbanding lurus dengan jumlah timbunan produksi sampah. Apabila diamati timbulnya masalah persampahan tidak dapat lepas dari perilaku manusia atau masyarakat sebagai penghasil sampah. Sejauh ini dirasakan bahwa pemahaman dan kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan belum berjalan sesuai dengan harapan. Masih banyak masyarakat yang membuang sampah sembarangan meskipun tempat sampah sudah tersedia (Nurhasanah,2014 dalam Beni,2016).

Sampah erat kaitannya dengan kesehatan lingkungan, karena dari sampah tersebut akan hidup berbagai mikroorganisme penyebab penyakit (bakteri patogen), dan juga binatang penganggu seperti serangga sebagai pemindah/penyebar penyakit (vektor). Oleh sebab itu sampah harus dikelola dengan baik sampai sekecil mungkin tidak menganggu atau mengancam kesehatan lingkungan dan masyarakat di sekitarnya (Notoatmodjo,2007).

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008 yang dimaksud dengan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau/proses alam yang berbentuk padat. Selain itu sampah juga telah menjadi permasalahan nasional sehingga pengelolaannya perlu dilakukan

(2)

secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi masyarakat, dan aman bagi lingkungan serta dapat mengubah perilaku masyarakat.

Masalah sampah khususnya di kota-kota di seluruh Indonesia menjadi suatu hal yang perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak.

Salah satu daerah yang memiliki masalah dalam persampahan adalah Kabupaten Bandung. Menurut data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional, diketahui bahwa pada periode 2017 – 2018 jumlah penduduk di Kabupaten Bandung adalah sebanyak 3.525.149 jiwa dengan luas wilayah 1762.40 km2. Jumlah sampah di Kabupaten Bandung yang ditimbun TPA yaitu sebanyak 320.00 ton/hari sedangkan jumlah sampah yang tidak terkelola sebanyak 311.00 ton/hari.

Salah satu permasalahan sampah yang rumit adalah permasalahan sampah pasar, karena pasar merupakan sebuah wadah dimana terjadi aktivitas jual beli dari pedagang ke konsumen atau dari pedagang ke pedagang yang secara tidak langsung menyebabkan adanya timbunan sampah. Pasar Soreang merupakan salah satu pasar tradisional yang berada di Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung. Menurut data yang diperoleh dari pengelola Pasar Soreang bahwa jumlah pedagang di Pasar Soreang adalah sebanyak 1180 jiwa dengan luas wilayah 15.410 m2. Jumlah timbulan sampah di Pasar Soreang yaitu sebanyak 5,27 ton/hari atau 7 m3/hari. Pengelolaan sampah yang tidak berjalan lancar seperti pengangkutan sampah yang tidak dilakukan setiap hari menimbulkan

(3)

banyaknya timbunan dan tumpukan sampah pada daerah sekitar TPS serta di Pasar Soreang sebagian besar pedagang tidak memiliki tempat penampungan sampah yang memenuhi syarat pewadahan seperti kuat, kedap air, tidak mudah berkarat, tertutup dan mudah dibersihkan.

Kebanyakan pedagang masih menggunakan keranjang sampah yang terbuat dari bambu.

Banyak sampah timbul dari sisa-sisa hasil penjualan pedagang pasar yang membuat lingkungan sekitar pasar menjadi tidak bersih.

Peningkatan jumlah sampah yang tidak diikuti dengan perbaikan dan peningkatan sarana dan prasarana pengelolaan sampah mengakibatkan permasalahan sampah di pasar menjadi kompleks, antara lain sampah tidak terangkut dan terjadi pembuangan sampah sembarangan, kurangnya kesadaran dan keinginan masyarakat dalam mengelola sampah, masih kurangnya pemahaman masyarakat tentang manfaat sampah, serta keengganan masyarakat memanfaatkan kembali sampah, karena sampah dianggap sesuatu yang kotor dan harus dibuang. Hal tersebut yang menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan yang akan menyebabkan pencemaran lingkungan dan dapat berpengaruh terhadap kesehatan manusia (Yuriani et al,2017)

Menurut penelitian Zulkarnaini (2009), bahwa tingkat partisipasi pedagang dalam pengelolaan sampah Pasar Pagi Arengka Kota Pekanbaru dipengaruhi oleh faktor internal, faktor eksternal, dan partisipasi pedagang dalam pengelolaan sampah. Faktor Internal yang mempengaruhi tingkat

(4)

partisipasi pedagang dalam pengelolaan sampah di pasar, meliputi pendidikan, pendapatan, kepedulian terhadap sampah, pengetahuan tentang sampah. Kemudian faktor eksternalnya meliputi peraturan, bimbingan dan penyuluhan, kondisi lingkungan, dan fasilitas.

Menurut penelitian Eviantri (2015), sistem pengelolaan sampah di pasar Terapung Kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri hilir Riau tahun 2015 berada pada kategori tidak memenuhi syarat kesehatan.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada 72,5% pedagang yang tidak mempunyai tempat sampah. Alasan mereka tidak mempunyai tempat sampah 56,1% mengatakan karena biasa buang ke sungai. Secara keseluruhan partisipasi pedagang berada pada kategori rendah.

Menurut Daulay (2013), pengelolaan sampah di basement pasar petisah secara keseluruhan belum memenuhi syarat kesehatan. Hal ini disebabkan karena masih banyaknya sampah yang berserakan dan menumpuk, tempat sampah dan TPS tidak memiliki tutup serta menimbulkan bau, tempat sampah terbuat dari bahan yang tidak kuat sehingga mudah bocor dan dilobangi tikus, truk pengangkut sampah tidak memiliki tutup. Sebanyak 93,5% pedagang diam saja melihat orang lain membuang sampah sembarangan karena takut menimbulkan pertengkaran.

Pemerintah Kabupaten Bandung guna menangani sampah membuat suatu kebijakan yaitu Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 15 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah. Penerapan kebijakan pengelolaan sampah di Kabupaten Bandung, diterapkan sanksi bagi yang

(5)

membuang sampah sembarang yang diatur dalam pasal 48 Perda No.15 Tahun 2012. Sanksi bagi pembuang sampah sembarangan diancam dengan pidana kurungan paling lama 6 bulan atau denda paling banyak Rp.50.000.000

Pengelolaan sampah pasar bukanlah hal yang mudah, dalam penanganannya tidak terlepas dari peran serta pedagang dalam mengelola sampah. Peran pedagang yang dimaksud yaitu diantaranya perlakuan sampah sebelum dibuang dan penyediaan tempat sampah. Namun dilapangan masih terlihat perilaku pedagang yang membuang sampah sembarangan karena kurangnya kesadaran dalam menjaga kebersihan.

Sistem penanganan sampah yang baik dan benar akan memberikan keuntungan dalam mengurangi pencemaran yang diakibatkan oleh penumpukan sampah. Penanganan sampah pasar bukan saja tanggung jawab pemerintah semata, tapi sangat ditentukan oleh tingkat partisipasi para pedagang pasar. Oleh karena itu, diperlukan upaya nyata dalam menyelesaikan permasalahan sampah yang salah satunya dengan meningkatkan partisipasi pedagang dalam penanganan sampah pasar terlebih rasa tanggung jawab untuk menjaga kebersihan lingkungan tempat berjualan dan perilaku terhadap sampah sebelum dibuang, sehingga keberhasilan penganganan sampah secara baik dan benar akan terasa oleh masyarakat dan lingkungan sekitarnya.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai tingkat pengetahuan dan perilaku pedagang pasar

(6)

dalam penanganan sampah di lingkungan pasar Soreang dengan mengambil judul “Tinjauan Pengetahuan dan Perilaku Pedagang dalam Penanganan Sampah di Pasar Tradisional Soreang Kabupaten Bandung Tahun 2019”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “ Bagaimana gambaran penganganan sampah dan faktor yang mempengaruhinya di Pasar Tradisional Soreang Kabupaten Bandung Tahun 2019?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui tingkat pengetahuan dan perilaku pedagang dalam penanganan sampah di Pasar Tradisional Soreang Kabupaten Bandung Tahun 2019.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui aspek pengetahuan pedagang tentang penanganan sampah di Pasar Tradisional Soreang Kabupaten Bandung tahun 2019.

2. Mengetahui aspek perilaku pedagang tentang penanganan sampah di Pasar Tradisional Soreang Kabupaten Bandung tahun 2019.

3. Mengetahui ketersediaan sarana dan prasarana penanganan sampah di Pasar Tradisional Soreang Kabupaten Bandung tahun 2019.

(7)

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini meliputi pengukuran aspek pengetahuan pedagang, perilaku perdagang dan ketersediaan sarana prasarana penanganan sampah di Pasar Tradisional Soreang Kabupaten Bandung.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi Pengelola

Sebagai masukan dan sumbangan pemikiran bagi berbagai pihak yang terlibat dalam penganganan sampah pasar untuk membangun peran aktif pedagang dalam penanganan sampah.

2. Bagi Institusi

Sebagai salah satu bahan dalam referensi atau kepustakaan di bidang kesehatan lingkungan.

3. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai gambaran pengetahuan, perilaku, ketersediaan sarana prasaranan penganganan sampah di lingkungan Pasar Tradisional Soreang Kabupaten Bandung.

4. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar Pasar Tradisional Soreang agar bisa bekerjasama dalam mengelola sampah disekitar pasar demi terciptanya lingkungan yang bersih dan nyaman serta menghindari timbulnya penyakit.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dari penyajian dan analisis data serta temuan hasil penelitian terhadap informan inti dan diperkuat oleh informan kontrol serta

Keempat , karakteristik tingkah laku/ behaviour wisatawan yang datang ke Pantai Goa Cemara, Pantai Kuwaru, dan Pantai Pandansimo Baru mayoritas berkunjung untuk rekreasi

Dengan adanya cahaya pada lingkungan ruang dalam yang bertujuan menyinari berbagai bentuk elemen-elemen yang ada di dalam ruang, sehingga ruangan menjadi teramati dan dapat

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gambaran kebutuhan perawatan pada perokok di desa Matungkas kecamatan Dimembe yaitu kebutuhan perawatan berdasarkan jumlah rokok dan

 Jika diasumsikan bahwa Pembentukan Modal Kotor (Gross Capital Formation) mempunyai hubungan yang positif terhadap Produk Domestik Bruto negara- negara di dunia

Sejalan dengan hal tersebut, dalam rangka mewujudkan organisasi yang proporsional, efektif dan efisien serta diharapkan dapat menjalankan tugas dan fungsi sesuai

Protein AdhO36 yang merupakan OMP S.Typhi diduga mengalami perubahan ekspresi pada lingkungan dengan kadar glukosa yang berbeda sehingga turut mempengaruhi proses

Kualitas pelayanan telah menjadi salah satu isu penting dalam penyediaan layanan publik. Pada dasarnya setiap manusia membutuhkan pelayanan, bahkan secara ekstrim