• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS DALAM UPAYA MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS DALAM UPAYA MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM

DAN DANA ALOKASI KHUSUS DALAM UPAYA

MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI

LAPORAN TUGAS AKHIR

Oleh:

Aldi Destriyansyah

103216046

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI EKONOMI

UNIVERSITAS PERTAMINA

2020

(2)

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM

DAN DANA ALOKASI KHUSUS DALAM UPAYA

MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI

LAPORAN TUGAS AKHIR

Oleh:

Aldi Destriyansyah

103216046

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI EKONOMI

UNIVERSITAS PERTAMINA

202

(3)
(4)
(5)

Universitas Pertamina - i

ABSTRAK

Aldi Destriyansyah. 103216046.

Pengaruh Dana Alokasi Umum dan Dana

Alokasi Khusus dalam Upaya Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi.

Penelitian ini untuk menganalisis dana anggaran pendidikan yang berasal dari dana

perimbangan dengan tujuan mengetahui dampak terhadap PDRB dari 32 Provinsi

Indonesia dengan rentang waktu 2011 hingga 2017. Variabel dependen yang

digunakan ialah PDRB atas dasar harga konstan, sedangkan variabel

independennya ialah Dana Alokasi Umum sektor Indeks Pembangunan Manusia,

Dana Alokasi Khusus, lama sekolah, dan total tingkat pengangguran terbuka.

Metode yang digunakan adalah regresi data panel. Hasilnya menunjukkan bahwa

variabel alokasi dana perimbangan berupa Dana Alokasi Umum sektor Indeks

Pembangunan Manusia, Dana Alokasi Khusus dan lama sekolah memiliki pengaruh

meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Kemudian, variabel total tingkat

pengangguran terbuka memiliki pengaruh menurunkan pertumbuhan ekonomi yang

diwakili dengan PDRB.

Kata Kunci: Pertumbuhan ekonomi, anggaran pendidikan, dana perimbangan,

regresi data panel.

(6)

Universitas Pertamina - ii

ABSTRACT

Aldi Destriyansyah. 103216046

. The Impact of the General Allocation Fund and

the Special Allocation Fund in Fostering Economic Growth.

This study is to analyze the education budget funds originating from the balanced

fund to know the impact on GRDP of 32 Indonesian Provinces with a span of 2011

to 2017. The dependent variable used is GRDP at constant prices, while the

independent variable is the General Allocation Fund of the Development Index

sector Human, Special Allocation Fund, length of schooling, and total open

unemployment rate. The method used is panel data regression. The results show

that the variable allocation fund balance in the form of the General Allocation Fund

in the Human Development Index sector, the Special Allocation Fund and the

length of school have the effect of increasing economic growth. Then, the total open

unemployment rate variable has the effect of reducing economic growth as

represented by the GRDP.

Keywords: Economic growth, education budget, balance funds, panel data

regression.

(7)

Universitas Pertamina - iii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang

Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala rahmat-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Pengaruh Dana Alokasi

Umum dan Dana Alokasi Khusus dalam Upaya Meningkatkan Pertumbuhan

Ekonomi” guna untuk menganalisis alokasi APBN untuk anggaran pendidikan di

Indonesia. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1.

Bapak Yaniar dan Ibu Suryani, serta Imelda dan Revan yang telah

memberikan dukungan dan doa agar dapat menjalani kehidupan dengan

baik dan menyelesaikan Laporan Tugas Akhir.

2.

Bapak Achmad Kautsar, S.E., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah

membimbing dalam proses penyusunan Laporan Tugas Akhir.

3.

Seluruh dosen Program Studi Ekonomi yang telah memberikan materi saat

perkuliahan yang dapat digunakan untuk penyusunan Laporan Tugas

Akhir dan para

staff

yang telah membantu kelancaran dalam penyusunan

Laporan Tugas Akhir.

4.

Teman-teman Program Studi Ekonomi 2016 yang memberikan dukungan,

doa dan semangat untuk berjuang dalam menyelesaikan Laporan Tugas

Akhir.

Oleh karena itu, semoga penelitian ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan

referensi dalam pemerintah, masyarakat Indonesia dan penelitian selanjutnya.

Jakarta, 10 Februari 2020

(8)

Universitas Pertamina - iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...

i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I. PENDAHULUAN ...

1

1.1 Latar Belakang ...

1

1.2 Perumusan Masalah ...

5

1.3 Tujuan Penelitian ...

6

1.4 Manfaat Penelitian ...

6

1.5 Ruang Lingkup ...

7

BAB II. TINJAUAN LITERATUR ...

8

2.1 Tinjauan Teori ...

8

2.1.1 Teori Pembangunan Manusia ...

8

2.1.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi Daerah ...

8

2.1.3 Dana Perimbangan ...

9

2.1.4 Lama Sekolah... 10

2.1.5 Teori Pengangguran ... 10

2.2 Tinjauan Empiris ... 10

2.3 Kerangka Pemikiran ... 12

2.4 Hipotesis ... 13

BAB III. METODOLOGI ... 14

3.1 Waktu dan Tempat ... 14

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 14

3.3 Metode Analisis ... 15

3.3.1 Estimasi Model ... 16

3.3.2 Uji Asumsi Klasik ... 17

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... 24

5.1 Simpulan ... 24

(9)

Universitas Pertamina - v

DAFTAR PUSTAKA ... 25

KARTU BIMBINGAN TUGAS AKHIR ... 28

LAMPIRAN ... 29

(10)

Universitas Pertamina - vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku serta Atas Dasar Harga Konstan dan

Laju Pertumbuhan (persen) di Indonesia Tahun 2010-2017………... 2

Tabel 1.2. DAK 32 Provinsi di Indonesia dan Laju Pertumbuhan Tahun

2011-2017... 5

Tabel 2.1. Tinjauan Empiris ... 11

Tabel 3.1. Deskripsi Variabel ... 14

Tabel 4.1. Hasil Model Fixed Effect dengan Uji Fixed Effect Robust ... 18

(11)

Universitas Pertamina - vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. DAU untuk Sektor Celah Fiskal 32 Provinsi di Indonesia Tahun

2011-2017 ... 4

Gambar 2.1. Kerangka Penelitian ... 13

(12)

Universitas Pertamina - viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Uji

Chow

... 29

Lampiran 2. Uji Model

Fixed Effect

... 29

Lampiran 3. Uji Model

Random Effect

... 29

Lampiran 4. Uji

Hausman

... 30

Lampiran 5. Uji Model

Fixed Effect Robust

... 30

(13)

Universitas Pertamina - ix

DAFTAR SINGKATAN

Lambang/Singkatan

Arti Keterangan

APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ARDL Autoregressive Distributed Lagged

BPS Badan Pusat Statistik

DAK Dana Alokasi Khusus

DAU Dana Alokasi Umum

DAU IKK Dana Alokasi Umum sektor Indeks Kemahalan Konstruksi

DAU IPM Dana Alokasi Umum sektor Indeks Pembangunan Manusia

DAU PDRB Dana Alokasi Umum sektor Indeks Produk Domestik Regional Bruto

DBH Dana Bagi Hasil

FEM Fixed Effect Model

Lama Sekolah Rata-Rata Lama Sekolah

OLS Ordinary Least Square

PAD Pendapatan Asli Daerah

PDB Produk Domestrik Bruto

PDRB Nominal Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku

PDRB Riil Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan

PLS Pooled Least Square

REM Random Effect Model

SD Sekolah Dasar

SDGs Sustainable Development Goals

SMA Sekolah Menengah Atas

SMK Sekolah Menengah Kejuruan

SMP Sekolah Menengah Pertama

Total TPT Total Tingkat Pengangguran Terbuka UNDP United Nations Development Report

UU Undang-Undang

(14)
(15)

Universitas Pertamina - 1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Desentralisasi fiskal merupakan indikator utama dalam desetralisasi, dimana pemerintah pusat memberikan kewenangan fiskal kepada pemerintah daerah. Menurut Oates (1993) bahwa desentralisasi fiskal mampu memengaruhi efisiensi ekonomi dan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut dikarenakan, pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk mendapatkan tambahan biaya dalam membiayai sektor fisik maupun infrastruktur yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah dan setiap daerah mengetahui karakteristik dari masing-masing daerah. Pemerintah daerah diasumsikan mampu mengalokasikan dana di dalam sektor ekonomi yang lebih efisien dari pemerintah pusat (Sabilla & Jaya, 2014).

Desentralisasi fiskal di Indonesia telah dilakukan sejak tahun 2001 yang dimana telah dituangkan oleh pemerintah ke dalam UU No. 22 tahun 1999 dan UU No. 25 tahun 1999. Desentralisasi fiskal yang ada dalam kebijakan tersebut berupa fiskal dan administrasi (Suwanan, 2009). Menurut White dan Smoke (2005) Indonesia memperkenalkan kebijakan desentralisasi fiskal maupun administrasi diklasifikasikan sebagai negara yang mampu menyelenggarakannya dalam periode yang relatif cepat. Indonesia melibatkan 225 juta populasi dengan perbedaan klasifikasi sosial ekonomi dimana terdapat yang cakupan luas dan sulit untuk merealisasikannya. Berdasarkan desentralisasi tersebut, beberapa persen populasi yang berada di pemerintah pusat dialokasikan ke pemerintah daerah baik di dalam kabupaten ataupun kota. Selain itu, beberapa fasilitas yang ada dalam pemerintah pusat diserahkan kewenangannya kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan menjalankan sesuai dengan perintah pemerintah pusat.

Desentralisasi fiskal bertujuan untuk membantu proses pembangunan daerah melalui hak otonomi daerah yang diberikan oleh pemerintah pusat yang telah dijelaskan di dalam UU No.22 tahun 1999 yang kemudian diganti menjadi UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dimana pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus urusan wilayahnya sendiri menurut asas otonomi, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, mengurangi ketimpangan daerah dan memanfaatkan potensi daerah (Badri, 2015). Hal ini juga bertujuan untuk mengembangkan Indonesia, dimana Indonesia sebagai negara berkembang harus mampu untuk melakukan pembangunan daerah agar memajukan kesejahteraan masyarakat yang adil dan makmur, mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan taraf hidup manusia.

Pembangunan daerah merupakan suatu upaya kerja sama antara pemerintah daerah dengan masyarakatnya dalam mengelola serta mengoptimalkan sumber potensi dari pendapatan daerah tersebut. Kondisi daerah, sumber daya alam, mata pencaharian penduduk, potensi sumber daya manusia, akses pendidikan, akses kesehatan dan fasilitas infrastruktur harus terlebih dahulu dikembangkan, melihat hal tersebut merupakan sektor penting dalam proses pembangunan daerah. Adapun sektor tersebut bertujuan untuk mengoptimalkan dan menyesuaikan pembangunan seperti apa yang akan dirancang agar dapat menghasilkan pendapatan tambahan untuk daerah agar mampu menghasilkan pendapatan per kapita. Pembangunan daerah dilakukan untuk mengelola sumber daya daerah untuk membentuk lapangan kerja baru dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Jika sebaliknya, pembangunan daerah tanpa merencanakan dan melihat kondisi potensi yang ada di daerah tersebut, maka proses pembangunan daerah tersebut akan menghambat dalam pertumbuhan ekonomi yang ada dan memperbesar ketimpangan antardaerah.

(16)

Universitas Pertamina - 2 Oleh karena itu, keberhasilan pembangunan daerah dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dikarenakan potensi daerah dapat dioptimalkan dan sumber daya manusianya mampu mendapatkan lapangan pekerjaan baru untuk menghasilkan kesejahteraannya. Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana kapasitas produksi barang dan jasa dari suatu aktivitas perekonomian yang dapat meningkat secara terus menerus yang mampu menghasilkan pendapatan nasional yang besar. Aktivitas perekonomian dilakukan untuk menghasilkan output yang berasal dari proses memaksimalkan faktor-faktor produksi barang dan jasa di dalam masyarakat. Kemudian, dari aktivitas perekonomian tersebut dapat menghasilkan suatu balas jasa yang akan menambah pendapatan masyarakat dalam periode tertentu. Terdapat beberapa faktor yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi, diantaranya yaitu investasi bertujuan untuk meningkatkan modal fisik maupun non fisik baik didalam daerah maupun negara, pendidikan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan kualitas dan keterampilan sumber daya manusia, serta sumber daya alam dimanfaatkan untuk menambah pendapatan daerah dengan memaksimalkan potensi yang dihasilkan.

Pertumbuhan ekonomi daerah dapat dilihat dari salah satu indikator untuk menunjukkan kesejahteraan suatu daerah dengan melihat PDRB baik atas dasar harga konstan (riil) dan atas dasar harga berlaku (nominal), ketika PDRB tersebut mengalami peningkatan maka proses pembangunan daerah sedikit demi sedikit berhasil. Berikut Tabel 1.1 yang digunakan untuk menunjukkan besaran dan laju pertumbuhan ekonomi berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan dari tahun 2011 hingga 2017.

Tabel 1.1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku serta Atas Dasar Harga Konstan dan Laju Pertumbuhan (Persen) di Indonesia Tahun 2010-2017

Tahun

Harga Berlaku Harga Konstan

Besaran (Juta Rupiah) Laju (Persen) Besaran (Juta Rupiah) Laju (Persen) 2010 6.864.133.100 - 6.864.133.100 - 2011 7.825.075.540 14,00 7.286.914.760 6,16 2012 8.672.954.390 10,84 7.735.785.480 6,16 2013 9.606.149.150 10,76 8.177.822.290 5,71 2014 10.683.787.930 11,22 8.605.649.940 5,23 2015 11.652.685.930 9,07 9.033.168.670 4,97 2016 12.621.832.990 8,32 9.498.832.970 5,16 2017 13.742.287.320 8,88 9.995.624.900 5,23 Sumber: Badan Pusat Statistik [BPS] (2017)

Dari Tabel 1.1 di atas menggambarkan bahwa pertumbuhan PDRB atas dasar harga berlaku atau PDRB nominal dilihat dari besaran angka akan sangat besar dan mengalami peningkatan besaran PDRB yang dihasilkan dalam tahun 2010 hingga 2017, tetapi ketika melihat laju pertumbuhan yang dihitung dari persentase tahun sekarang dengan tahun sebelumnya terjadi fluktuatif, dimana pada tahun 2011 laju pertumbuhan PDRB nominal mencapai di titik 14 persen, lalu mengalami penuruan yang sangat drastis hingga di tahun 2013, kemudian di tahun 2017 laju pertumbuhan yang dihasilkan hanya berkisar di 8,88 persen saja. Sedangkan, PDRB riil besaran angkanya dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Namun, laju pertumbuhannya turun hingga 4,97 persen di tahun 2015, kemudian mulai naik di tahun 2017 yang mencapai 5,23 persen. Hal ini dapat diartikan bahwa potensi daerah yang berasal dari sumber daya alam yang terus menerus dieksploitasi mulai menipis ditambah

(17)

Universitas Pertamina - 3 lagi dengan inflasi yang bertambah tiap tahunnya, serta daerahnya kurang berkembang. Oleh karena itu, pemerintah daerah harus mampu beralih untuk meningkatkan potensi masyarakatnya agar menciptakan suatu lapangan baru yang tidak hanya berpaku di dalam sumber daya alam saja, melainkan bidang-bidang kreatif yang dapat menghasilkan pendapatan daerah tersebut.

Akan tetapi, untuk memperlancar penyelenggaraan pertumbuhan ekonomi yang bertujuan untuk menghasilkan masyarakat yang sejahtera dan mengurangi ketimpangan daerah tersebut, pemerintah pusat melakukan transfer dana ke daerah berupa dana perimbangan dalam bentuk DAU, DAK dan DBH agar proses desentralisasi fiskal tersebut dapat terlaksana. Dana perimbangan bertujuan untuk menstimulan pertumbuhan ekonomi di daerah Indonesia. Tujuan pemerintah pusat memberikan dana perimbangan kepada pemerintah daerah juga telah ditetapkan dan sesuai dengan arah kebijakan fiskal di dalam menyelenggarakan hak otonomi daerah, agar dapat mengurangi ketimpangan antara pusat dan daerah dan untuk mengembangkan potensi daerah baik dari fisik maupun nonfisik. Penerimaan daerah terbesar saat ini berasal dari dana perimbangan. Dana perimbangan yang terdapat dalam penelitian ini berupa DAU dan DAK saja, dimana di dalamnya terdapat komponen atau indikator sektor pendidikan yang mendapatkan pembiayaan dari hak desentralisasi tersebut.

DAU merupakan dana perimbangan yang diberikan pemerintah pusat terhadap pemerintah provinsi/kabupaten secara umum untuk solusi keuangan dalam mendanai dan menunjang indikator pembangunan daerah dalam rangka desentralisasi fiskal (Zakaria, 2010). DAU berperan penting untuk mengurangi ketimpangan antardaerah dan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi di daerah. Persebaran DAU yang baik yaitu mampu menggerakan pertumbuhan ekonomi dengan baik dan target yang dituju tepat pada sasaran. Peranan lainnya yaitu menciptakan pemerataan daerah dengan pertimbangan potensi fiskal dan kebutuhan daerah dari masing-masing daerah. Menurut Kementerian Keuangan Republik Indonesia (2017), terdapat pembobotan DAU ke dalam dua jenis yaitu alokasi dasar dan celah fiskal, lalu variabel celah fiskal yang merupakan hasil dari pengurangan variabel kebutuhan fiskal yang terdiri dari Indeks Jumlah Penduduk, Indeks Luas Wilayah, IKK, IPM dan PDRB. Kemudian, variabel kebutuhan fiskal tersebut dikurang dengan variabel kapasitas fiskal yang terdiri dari PAD, DBH Pajak dan DBH SDA. Sektor pertama yaitu DAU IPM dengan besaran alokasi sebesar 17 persen dari DAU celah fiskal. Kedua, DAU IKK ini berkisar 27 persen dari DAU celah fiskal. DAU IKK ini diberikan pemerintah pusat untuk membantu meringankan biaya pembangunan konstruksi, mulai dari bahan-bahan konstruksi hingga upah dari pekerja konstruksi dalam proses pembangunannya. Ketiga, alokasi dana untuk sektor jumlah penduduk yang diambil dari 30 persen DAU celah fiskal, pemerintah pusat memberikan ini untuk program-program bantuan masyarakat, mulai dari program Bantuan Langsung Tunai, Beras Sejahtera, hingga bantuan dari sektor kesehatan dan lain-lain, dari gambar diatas dinyatakan bahwa tiap tahunnya mengalami peningkatan biaya untuk sektor tersebut. Sektor selanjutnya yaitu DAU luas wilayah ini bertujuan untuk proses pemekaran ataupun proses perluasan wilayah daerahnya, luas jalan transportasi, perkebunan, perumahan dari proses tersebut memerlukan biaya ataupun dana tambahan untuk membuka lahan. Pemerintah pusat mencanangkan 15 persen dari DAU celah fiskal yang diperintahkan kepada pemerintah daerah untuk biaya tersebut. Kemudian, sektor DAU yang berasal dari 11 persen DAU celah fiskal yaitu DAU PDRB dimana alokasi ini bertujuan untuk pendapatan perkapita tiap daerah (Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2017a).

(18)

Universitas Pertamina - 4 Berdasarkan pembobotan terhadap DAU sektor celah fiskal dicanangkan mampu mengatasi permasalahan daerah dalam proses desentralisasi yang dapat menghasilkan pertumbuhan ekonomi regional Indonesia. Berikut merupakan Gambar 1.1 mengenai pergerakan DAU untuk sektor celah fiskal yang terdiri dari 32 provinsi dalam kurun waktu 2011 hingga 2017.

Gambar 1.1. DAU untuk Sektor Celah Fiskal 32 Provinsi di Indonesia Tahun 2011-2017 Sumber: Kementerian Keuangan Republik Indonesia (2017c)

Dari Gambar 1.1 di atas dapat kita ketahui bahwa DAU sektor celah fiskal untuk 32 provinsi di Indonesia dalam kurun waktu antara 2011 hingga 2017. Adapun yang menjadi sorotan penelitian ini ialah DAU untuk sektor IPM itu sendiri yang bisa dikatakan stagnan tidak mengalami peningkatan secara besar, dikarenakan dana yang dialokasikan untuk IPM ini hanya 17 persen dari dana sektor celah fiskal tersebut. Akan tetapi, 17 persen dana tersebut dianggarkan mampu menutup kekurangan biaya untuk menunjang pembangunan manusia di daerah, baik itu berupa fasilitas pendidikan maupun dana beasiswa untuk program pendidikan. Sektor indeks kemahalan konstruksi dari tahun 2011 hingga 2017 terjadi peningkatan terus menerus meskipun tidak terlihat signifikan, alokasi ini dapat membantu pembangunan daerah. Lalu, diikuti dari sektor lainnya yang peningkatannya tidak terlihat signifikan, akan tetapi mampu menggerakkan perekonomian daerah.

Adapun variabel dana perimbangan lainnya yang menjadi tolak ukur dalam pertumbuhan ekonomi daerah yaitu DAK. DAK merupakan dana perimbangan yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah provinsi/kabupaten melalui transfer daerah yang bertujuan untuk mendanai kegiatan khusus pemerintah daerah dengan skala prioritas nasional seperti pembangunan infrastruktur, pendidikan, kesehatan dan lain-lain (Setiyawati, 2007). Terdapat beberapa perubahan komponen dalam DAK dari tahun 2008 hingga sekarang. Komponen DAK pada tahun 2008 hanya 11 komponen, tahun 2009 menjadi 12 komponen, 2010 menjadi 14 komponen, ketika 2011 hingga sekarang yaitu terdapat 19 komponen. Komponen DAK pada tahun 2013 diantaranya: pendidikan, kesehatan, infrastruktur irigasi, energi perdesaan, infrastruktur jalan, infrastruktur prasarana pemerintah daerah, keluarga berencana, lingkungan hidup, kelautan dan perikanan, pertanian,

0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 45000 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Miliar Ru p iah Tahun

DAU IPM DAU IKK DAU PDRB

(19)

Universitas Pertamina - 5 kehutanan, prasarana pedesaan, sanitasi, perumahan dan pemukiman, keselamatan transportasi darat, transportasi perdesaan, sarana dan prasarana dan air minum (Saragih, 2014). DAK difokuskan dalam desentralisasi fiskal untuk sektor khusus. Adapun Tabel 1.2 untuk menjelaskan persebaran besaran DAK serta laju pertumbuhan dari tahun 2011 hingga tahun 2017.

Tabel 1.2. DAK 32 Provinsi di Indonesia dan Laju Pertumbuhan Tahun 2011-2017

Tahun DAK

Besaran (Milliar Rupiah) Laju Pertumbuhan (persen)

2011 109.383,9 - 2012 109.371,9 -0.011 2013 109.386,4 0,013 2014 109.372,5 -0,013 2015 109.391,9 0,018 2016 109.810,5 0,383 2017 110.019,4 0,190

Sumber: Kementerian Keuangan Republik Indonesia (2017b)

Dari Tabel 1.2 diatas menggambarkan bahwa pertumbuhan DAK dilihat dari besaran angka mengalami fluktuatif dari alokasi yang diberikan oleh pemerintah pusat terhadap 32 provinsi untuk tahun 2011 hingga 2017, ketika melihat laju pertumbuhan yang dihitung dari persentase tahun sekarang dengan tahun sebelumnya pertumbuhannya sangat kecil bahkan ditahun 2012 dan 2014 mengalami penurunan yang drastis hingga berada di -0,011 persen dan -0,013 persen. Hal ini disebabkan target yang diberikan pemerintah tidak sesuai dan tidak tepat sasaran. Namun, pada tahun 2016 laju pertumbuhan DAK mencapai dititik 0,383 persen, laju pertumbuhannya sangat baik dan pemerintah daerah ditahun tersebut menggunakan pengalokasian dana yang sangat besar. Lalu, pada tahun 2017 besaran angka alokasi DAK naik, tetapi laju pertumbuhannya turun. Hal ini menandakan alokasi oleh pemerintah pusat pada tahun tersebut, serta fasilitas pembangunan daerah yang merupakan bagian dari komponen prioritas nasional hanya tinggal beberapa yang masih dalam proses pembangunan.

1.2

Perumusan Masalah

Adanya desentralisasi fiskal mampu meningkatkan pembangunan daerah dengan ditunjang dari biaya anggaran pemerintah yang berasal dari dana transfer daerah berupa dana perimbangan. Dana perimbangan tersebut diantaranya Dana Alokasi Umum (DAU) dan DAK (DAK), dimana dari kedua dana alokasi tersebut memiliki sektor yang digunakan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi melalui pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat berkontribusi terhadap provinsi dan negara (Dissou, Didic, & Yakautsava, 2016). Dana Alokasi Umum (DAU) dan DAK (DAK) direncanakan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah mampu menstimulan pertumbuhan ekonomi melalui pendidikan. Komponen DAU didalam pendidikan yang menjadi tolak ukur untuk melihat pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi atau dalam komponen PDRB ialah DAU sektor IPM. Sedangkan, dari komponen DAK yang digunakan berasal dari DAK komponen pendidikan. Dana perimbangan tersebut diambil berdasarkan dari 32 provinsi dan dari 2011 hingga 2017.

(20)

Universitas Pertamina - 6 Berdasarkan dari latar belakang tersebut, maka penelitian ini memunculkan beberapa pertanyaan yang dapat menjadi perumusan masalah terhadap alokasi dana perimbangan dalam sektor pendidikan yang dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi diantaranya, sebagai berikut:

a. Bagaimana pengaruh alokasi anggaran dana perimbangan sektor pendidikan berupa DAU sektor IPM dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi tiap provinsi di Indonesia?

b. Bagaimana pengaruh alokasi anggaran dana perimbangan sektor pendidikan berupa DAK dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi tiap provinsi di Indonesia?

c. Bagaimana pengaruh rata-rata lama sekolah dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi tiap provinsi di Indonesia?

d. Total tingkat pengangguran terbuka dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi tiap provinsi di Indonesia?

1.3

Tujuan Penelitian

Seperti yang disampaikan dalam rumusan masalah terdapat beberap hal yang menjadi tujuan dari penelitian ini diantaranya:

a. Untuk menganalisis dampak dari alokasi anggaran dana perimbangan sektor pendidikan berupa DAU sektor IPM yang dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi tiap provinsi di Indonesia.

b. Untuk menganalisis dampak dari alokasi anggaran dana perimbangan sektor pendidikan berupa DAK yang dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi tiap provinsi di Indonesia. c. Untuk menganalisis dampak dari alokasi anggaran dana perimbangan sektor pendidikan

berupa rata-rata lama sekolah yang dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi tiap provinsi di Indonesia.

d. Untuk menganalisis dampak dari alokasi anggaran dana perimbangan sektor pendidikan berupa total tingkat pengangguran terbuka dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi tiap provinsi di Indonesia

1.4

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap beberapa pihak, diantaranya sebagai berikut:

a. Bagi penulis

Penelitian ini dapat bermanfaat dalam menyelesaikan tugas akhir serta menambah wawasan mengenai alokasi dana perimbangan pendidikan berupa DAU sektor IPM dan DAK untuk membantu mengatasi pendidikan, serta melihat pengaruh dari lama sekolah dan tingkat pengangguran terbuka yang dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia b. Bagi pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mempertimbangkan dalam pengambilan keputusan terhadap bantuan modal untuk menunjang biaya anggaran pendidikan yang berasal dari dana perimbangan pendidikan berupa DAU sektor IPM dan DAK agar mampu mengentaskan ketimpangan daerah serta pendidikan, serta melihat pengaruh dari lama sekolah dan tingkat pengangguran terbuka dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berasal dari pembangunan manusia.

c. Bagi akademik

Penelitian ini diharapkan sebagai referensi pembelajaran dalam dunia pendidikan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi yang dipengaruhi oleh pendidikan dengan bantuan modal

(21)

Universitas Pertamina - 7 dana perimbangan pendidikan berupa DAU sektor IPM dan DAK, serta melihat pengaruh dari lama sekolah dan tingkat pengangguran terbuka.

d. Bagi masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai penambah wawasan mengenai pentingnya pendidikan dan pertumbuhan ekonomi.

1.5

Ruang Lingkup

Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk melihat adanya pengaruh alokasi dana perimbangan pendidikan berupa DAU sektor IPM dan DAK, serta melihat pengaruh dari lama sekolah dan tingkat pengangguran terbuka. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan berdasarkan dari data 32 Provinsi Indonesia, kecuali 2 provinsi DKI Jakarta dan Kalimantan Utara dengan rentang waktu 2011-2017 yang dapat berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi.

(22)

Universitas Pertamina - 8

BAB II. TINJAUAN LITERATUR

2.1

Tinjauan Teori

2.1.1

Teori Pembangunan Manusia

Pembangunan manusia atau Human Development adalah sebuah proses dimana semua orang dapat memperbanyak pilihannya didalam suatu masyarakat tidak hanya berpaku pada satu bagian masyarakat. Hal ini dijelaskan oleh UNDP (United Nations Development Programme) bahwa pembangunan manusia tidak dipengaruhi oleh tingkat penghasilan ataupun jenis kelamin, setiap individu berhak mendapatkan kesetaraan akan pembangunan manusia (United Nations Development Programme [UNDP], 1995)

Pembangunan manusia dilihat berdasarkan faktor-faktor yang menjadi daya tarik terhadap manusia, diantaranya dari kesetaraan jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat penghasilan, angka harapan hidup dan angka melek huruf. Pembangunan manusia ini dilihat untuk menjadi suatu perbandingan dari suatu negara itu sendiri, apakah negara itu berkembang, maju, atau terbelakang. Ketika melihat indeks pembangunan manusia berdasarkan dari satu negara, maka dapat dilihat berdasarkan dari beberapa daerah apakah ada ketimpangan yang sangat besar antar daerah tersebut. Hal ini dapat berdampak kenegaranya, jika jarak ketimpangan sangat besar dan lebih banyak untuk daerah yang termasuk didalam 3T (tertinggal, terdepan dan terluar) wilayah Indonesia (Nastase, 2014).

2.1.2

Teori Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Teori pertumbuhan ekonomi daerah menjelaskan mengenai cara untuk meningkatkan perekonomian daerah melalui kondisi potensi suatu daerah dan komponen yang digunakan dalam pertumbuhan ekonomi. Menurut Siwu (2017) teori pertumbuhan ekonomi daerah tidak dapat dijelaskan secara detailnya. Akan tetapi, terdapat dua teori yang berperan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, diantaranya teori ekonomi neo klasik dan teori basis ekonomi

a. Teori Ekonomi Neo Klasik

Teori ekonomi neo klasik tidak memiliki pengaruh besar terhadap perhitungan pertumbuhan ekonomi daerah. Dikarenakan, teori ini tidak dapat menjelaskan secara spesifik tentang pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Siwu (2017) juga menjelaskan bahwa terdapat dua aspek yang menjadi tolak ukur pertumbuhan, yaitu pergerakan faktor produksi berupa modal dan keseimbangan. Hal ini dapat diartikan bahwa perekonomian dapat seimbang dan meningkat, jika faktor produksi tidak terdapat hambatan. Alokasi dana berupa investasi kepada daerah akan dilihat melalui pendapatan masing-masing daerah. Oleh karena itu, alokasi dana akan besar jika pertumbuhan ekonomi cepat dan alokasi dana akan kecil, jika pertumbuhan ekonomi lambat.

b. Teori Basis Ekonomi (Economic Base Theory)

Teori basis ekonomi memiliki faktor utama yaitu permintaan barang dan jasa dari luar daerah. Permintaan barang dan jasa tersebut menciptakan lapangan kerja untuk daerah pengekspor dalam mengolah sumber daya alam, berupa bahan baku hingga ke bahan jadi, serta tenaga kerja yang dapat dikirim ke daerah lain agar menciptakan tambahan pendapatan daerah yang dimana dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi (Siwu, 2017). Akan tetapi, terdapat kelemahan yang membuat daerah pengekspor barang dan jasa menjadi ketergantungan. Hal ini dapat menjelaskan bahwa teori

(23)

Universitas Pertamina - 9 basis ekonomi merupakan pilihan terbaik dalam menyeimbangkan faktor-faktor pertumbuhan ekonomi daerah, namun ketergantungan tersebut harus bisa diatasi dengan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya manusia didalam daerah itu sendiri, agar pendapatan daerah tidak hanya dihasilkan dari ekspor barang dan jasa, tetapi pendapatan daerah juga dihasilkan dari dalam daerah itu sendiri juga.

2.1.3

Dana Perimbangan

Dana perimbangan merupakan suatu alokasi anggaran yang diterapkan pemerintah pusat untuk pemerintah daerah dalam menjalankan otonomi serta desentralisasi fiskal melalui dana transfer daerah yang berupa DAK, DAU dan DBH (Chandra, Hidayat, & Rosmeli, 2017). Adapun terkait dengan dana perimbangan bahwa di dalam DAK dan DAU tersebut terdapat alokasi anggaran pendidikan yang digunakan untuk menunjang proses pembangunan manusia dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu memberikan kontribusi untuk mengurangi ketimpangan ditiap daerah bahkan mampu menggerakan pertumbuhan ekonomi. Berikut penjelasan jenis dana perimbangan diantaranya

a. Dana Alokasi Khusus (DAK)

DAK merupakan dana perimbangan yang dilakukan pemerintah pusat terhadap provinsi/kabupaten melalui transfer daerah yang bertujuan untuk membiayai skala prioritas nasional dalam pembangunan infrastruktur, pendidikan, kesehatan, serta fasilitas lainnya (Setiyawati, 2007). DAK dari tahun ketahun memiliki peningkatan baik dari segi dana yang dialokasikan bahkan indikatornya meningkat. Hal ini dapat dirincikan sebagai berikut pada tahun 2008 hanya terdapat 11 indikator dan tiap tahunnya mengalami penambahan indikator agar tujuan pembiayaan tersebut dapat mengatasi permodalan dari indikator-indikator tersebut, baik didalam DAK fisik dan DAK non fisik. DAK fisik dimaksudkan untuk prioritas pembangunan konstruksi ataupun fasilitas-fasilitas yang memperlancar pembangunan daerah seperti infrastruktur jalan, irigasi, fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan. Sedangkan, DAK non fisik ini bertujuan untuk membantu pembiayaan dari dalam, contohnya dibidang pendidikan DAK mengalokasikan dananya untuk biaya bantuan operasional sekolah, baik SD, SMP, SMA dan SMK, lalu ada beasiswa lainnya dan biaya tenaga pendidik atau guru. Lalu, jika dibidang kesehatan terdapat indikator bantuan untuk jaminan kesehatan dan lainnya. Namun, tidak hanya disektor pendidikan dan kesehatan yang mendapat alokasi tersebut, pemerintah juga mencanangkan dana alokasi tersebut kedalam sektor kehutanan, pertanian, perkebunan, sarana prasarana pedesaan, perikanan, sanitasi dan air bersih (Saragih, 2014).

b. Dana Alokasi Umum (DAU)

DAU merupakan dana perimbangan yang dilakukan pemerintah pusat terhadap provinsi/kabupaten yang bertujuan untuk mendanai sektor alokasi dasar dan sektor celah fiskal dalam proses desentralisasi fiskal untuk pembangunan daerah agar terjadi kesejahteraan masyarakat dan mengurangi ketimpangan antar wilayah (Zakaria, 2010). DAU berperan terhadap potensi daerah dan menjadi suatu modal untuk membantu masyarakat dalam meningkatkan produktivitas yang dapat berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi. DAU memiliki beberapa komponen yang menjadi tolak ukur keberhasilan desentralisasi fiskal tersebut, diantaranya dalam sektor indeks pembangunan manusia, indeks produk domestik regional bruto, indeks kemahalan konstruksi, indeks jumlah penduduk, indeks luas wilayah. Sektor tersebut mendapatkan pembobotan dari segi besarannya. Hal ini bertujuan dalam penyesuaian pengalokasian terhadap sektor yang sesuai dengan kondisi daerah tersebut (Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2017a).

(24)

Universitas Pertamina - 10

2.1.4

Lama Sekolah

Lama sekolah merupakan jumlah waktu tempuh pendidikan seseorang yang dilihat berdasarkan tingginya jenjang pendidikan yang diambil dalam upaya meningkatkan kualitas pembangunan manusia. Menurut Kahar (2018) semakin lama jenjang pendidikanmya maka tingkat pendidikan yang ditempuh sangat tinggi, oleh sebab itu, lama sekolah dapat mengukur potensi dari orang tersebut, serta lama sekolah ini termasuk dalam tujuan program Sustainable Develompment Goals (SDGs) yang mampu menjamin kualitas pendidikan yang adil dan secara merata, serta kesempatan belajar tiap orang meningkat untuk seumur hidup. Jika, dilihat dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi, lama sekolah ini mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dikarenakan kualitas dan produktivitas yang mereka miliki mampu memberikan hasil kontribusi yang terbaik dan memiliki daya saing tinggi. Pemerintah daerah mengatur pembiayaan terhadap pendidikan bertujuan untuk meningkatkan taraf harapan hidup, kualitas masyarakatnya, karena pemerintah daerah memiliki suatu visi, ketika tidak ada sumber daya alam yang ada pada daerah tersebut menipis, masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan tinggi tersebut mampu memberikan gerakan baru dalam proses pencarian sumber pendapatan daerah, serta nantinya mampu membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat didaerah tersebut dan keberhasilan dari pembangunan daerah semakin baik.

2.1.5

Teori Pengangguran

Pengangguran merupakan orang yang belum atau sedang mencari mata pencaharian dalam kondisi berada di usia angkatan kerja. Contohnya orang tersebut sedang menempuh pendidikan, ibu rumah tangga, hal tersebut dapat dinyatakan sebagai pengangguran karena tidak sedang mencari kerja dan memerlukan pekerjaan. Menurut Muminin dan Hidayat (2017), pengangguran adalah sebagian dari penduduk usia angkatan kerja yang saat ini tidak sedang bekerja dan sedang mencari pekerjaan, maka dari itu pengangguran jenis ini dapat dikatakan pengangguran terbuka. Adapun konsep lainnya mengenai pengangguran yaitu pada Hukum Okun.

Hukum Okun menyatakan bahwa pengangguran memiliki hubungan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, artinya ketika pengangguran meningkat, maka pertumbuhan ekonomi akan menurun dan begitu juga sebaliknya ketika pengangguran menurun, maka akan terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi (Neely, 2014). Sebab, pengangguran terjadi ketika potensi daerahnya tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal yang berakibat tingkat produktivitasnya rendah dan hanya bertopang didalam dana perimbangan sebagai modal dari tambahan pertumbuhan ekonomi. Adapun contoh yang dapat diambil dari kasus Nigeria, produktivitasnya rendah dan bertopang pada modal investasi dan terus menerus melakukan impor, banyak pekerja yang berada pada garis pengangguran, dampaknya akan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, Nigeria mengambil inisiatif dalam pergantian teknik padat modal menjadi teknik padat karya, dimana Nigeria memanfaatkan secara maksimal pekerja yang ada, serta meningkatkan produktivitas dari dalam negeri dan mengurangi impor dari negara lain. Pengangguran berkurang serta output yang dihasilkan meningkat dan dampaknya adalah mempercepat perekonomian negaranya (Ademola & Badiru, 2016).

2.2

Tinjauan Empiris

Studi mengenai pertumbuhan ekonomi yang dipengaruhi oleh pendidikan dan terdapat dana investasi negara berupa pengeluaran pemerintah untuk sektor pendidikan diangkat dari penelitian (Wulandari, Mulyanto & Riyanto, 2019). Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh hasil adanya hubungan antara pengeluaran pemerintah melalui transfer dana daerah berupa DAU sektor IPM,

(25)

Universitas Pertamina - 11 DAK dan DBH terhadap pertumbuhan perekonomian. Selanjutnya, didalam penelitian tersebut ditemukan bahwa terdapat dampak yang terjadi dari beberapa indikator transfer daerah terhadap pertumbuhan ekonomi. Contohnya DAU sektor IPM yang memiliki signifikansi positif terhadap pertumbuhan ekonomi berupa PDRB atas harga konstan. Lalu, penelitian ini menjelaskan bahwa transfer daerah melalui dana perimbangan tersebut merupakan investasi digunakan untuk meningkatkan potensi daerah agar dapat digunakan sebagai biaya anggaran pendidikan tambahan dalam meningkatkan output yang akan dihasilkan nantinya (Wulandari et al., 2019).

Beberapa penelitian terdahulu telah diringkas didalam Tabel 2.1 yang dimana terdapat keterkaitan dengan dana perimbangan sebagai anggaran pendidikan dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hal ini bertujuan untuk memperkuat penelitian yang dilakukan, diantaranya: Tabel 2.1. Tinjauan Empiris

Penulis Metode Analisis Tujuan Penelitan Hasil

Muhammad Ramadhan

(2019)

Least Square Data Panel

Untuk melihat adanya hubungan antara infrastruktur

pendidikan dan ekonomi terhadap GDP

Hubungan antara infrastruktur pendidikan dan

ekonomi signifikan berpengaruh positif terhadap GDP. Wulandari et al. (2019) Panel data regression, Pooled Least Square (PLS), Fixed Effect (FE), and Random Effect (RE)

Untuk melihat apakah DAU, PAD, DBH, dapat berpengaruh terhadap PDRB daerah yang berasal dari dana

perimbangan sektor pendidikan di Solo dalam

periode 2012-2016

Hubungan antara DAU, PAD, DBH signifikan berpengaruh positif terhadap PDRB Solo. Handayani, Bendesa dan Yuliarmi (2016) Multiple Regression

Untuk mengetahui pengaruh dari jumlah penduduk, angka

harapan hidup dan rata-rata lama sekolah terhadap PDRB

atas dasar harga konstan

Hubungan antara jumlah penduduk dan rata-rata lama sekolah berpengaruh signifikan positif terhadap PDRB, sedangkan angka

harapan hidup tidak berpengaruh terhadap PDRB. Apau, Ellen, Abeti dan Wilson (2019) The Autoregressive Distributed Lagged (ARDL) cointegration

Untuk melihat pengaruh dari tingkat pengangguran yang

ada di China terhadap pertumbuhan ekonomi

Hubungan antara tingkat pengangguran dengan pertumbuhan ekonomi di China berpengaruh negatif.

Derzayeva G.G. and Akhmadieva G.G (2014) Efficiency of BudgetOutlays on the Education

Untuk mengetahui kebijakan pemerintah dalam meningkatkan pendidikan

yang dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi

Hubungan antara kebijakan pemerintah dalam alokasi

keuangan daerah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan

(26)

Universitas Pertamina - 12

Penulis Metode Analisis Tujuan Penelitan Hasil

Dissou et al. (2016)

Endogenous Growth Models

Untuk mengetahui pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi yang disebabkan oleh pengeluaran pemerintah

daerah, pembangunan manusia, serta akumulasi

alokasi dana pemerintah pusat.

Hubungan antara pengeluaran pemerintah

daerah dalam sektor pembangunan manusia, serta akumulasi alokasi dana pemerintah pusat

berpengaruh posittif terhadap pertumbuhan

ekonomi

Berdasarkan dari Tabel 2.1 tinjauan empiris menggunakan aspek pertumbuhan ekonomi yang dipengaruhi oleh sektor pendidikan yang ditunjang dengan alokasi dana perimbangan berupa DAU sektor IPM dan DAK, serta dengan menghitung lama sekolah dan total pengangguran terbuka untuk melihat apakah ada efek dari pembangunan manusia terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini juga dilakukan untuk melihat dampak dari alokasi dana perimbangan yang dilakukan pemerintah terhadap sektor pendidikan dapat berhasil atau tidak dan upaya pemerintah untuk mengantisipasi ketidakmerataan target alokasi tersebut yang menyebabkan adanya ketimpangan antar daerah yang menyebabkan adanya jarak antara daerah satu dengan daerah lainnya.

2.3

Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran penelitian ini dilakukan untuk memfokuskan tujuan dari penelitian ini dalam mengetahui pendidikan dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi dengan pembangunan manusia serta anggaran alokasi dana perimbangan sektor pendidikan. Analisis pada indikator pertumbuhan ekonomi dengan pendidikan dan dana transfer daerah ini melalui metode analisis regresi data panel dengan rentang provinsi sebanyak 32 provinsi dan rentang waktu yang digunakan untuk tahun 2011-2017. Adapun hasil pengujian model ini dapat membantu dalam menjawab permasalahan yang ada di provinsi Indonesia dalam menuntaskan dan meningkatkan angka pendidikan. Oleh karena itu, penelitian ini juga bermaksud untuk memberikan saran terhadap pemerintah untuk dapat mengoptimalkan dana anggaran pendidikan tersebut. Berikut Gambar 2.1 mengenai kerangka penelitan yang bisa dilakukan.

(27)

Universitas Pertamina - 13 Gambar 2.1. Kerangka Penelitian

2.4

Hipotesis

Berdasarkan metode penelitian yang telah ada, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian yang menjadi jawaban sementara yang dianggap benar sebagai berikut:

• DAK, DAU sektor IPM, rata-rata lama sekolah, total tingkat pengangguran terbuka tidak memengaruhi PDRB.

• DAK, DAU sektor IPM, rata-rata lama sekolah, total tingkat pengangguran terbuka memengaruhi PDRB.

DAK (X2)

PDRB (Y)

Hasil Analisis

DAU IPM(X1) Lama Sekolah (X3) Total TPT (X4)

Pertumbuhan Ekonomi Pembangunan

Daerah Desentralisasi Fiskal

(28)

Universitas Pertamina - 14

BAB III. METODOLOGI

3.1

Waktu dan Tempat

Penelitian mengenai pengaruh DAU dan DAK dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui sektor pendidikan dilakukan dalam rentang waktu 2011 hingga 2017 dengan objek observasi 32 provinsi di Indonesia. Sedangkan, waktu yang digunakan untuk penelitian ini kurang lebih selama 4 bulan yang dimulai dari September 2019 hingga Desember 2019.

3.2

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan berasal data kuantitatif dari informasi realisasi anggaran yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan, Badan Pusat Statistik [BPS]. Data yang diambil dari BPS merupakan data PDRB atas dasar harga konstan, lama sekolah dan tingkat pengangguran terbuka. Sedangkan untuk data DAU sektor IPM dan DAK diambil dari realisasi anggaran yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan.

Berdasarkan data yang diambil, pengumpulan data dilakukan terhadap 32 Provinsi seluruh Indonesia, yaitu: Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau Jambi Sumatera Selatan, Bengkulu Lampung, Kep. Bangka Belitung, Kep. Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, Di Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua untuk mendapatkan hasil observasi yang signifikan data yang digunakan merupakan data sekunder yang berasal dari Badan Pusat Statistik tahun 2011 hingga 2017 untuk 32 Provinsi yang telah diterbitkan dari berbagai jurnal penelitian, skripsi dan tesis yang berhubungan dengan penelitian yang ada (Gamlath & Lahiri, 2017). Berikut Tabel 3.1 mengenai deskripsi variabel yang digunakan dalam penelitian

Tabel 3.1. Deskripsi Variabel

Nama Variabel Simbol Definisi Satuan Sumber

Rata-rata lama sekolah

Lama sekolah

Merupakan komponen pendidikan untuk melihat kualitas pendidikan masyarakat

dalam suatu daerah

Tahun Badan Pusat Statistik (2018b)

Tingkat pengangguran

terbuka

Total TPT Merupakan persentase jumlah pengangguran terhadap jumlah

anggatan kerja

Persen Badan Pusat Statistik

(2018c) DAK DAK Merupakan salah satu dana

perimbangan yang secara khusus mendanai indikator

prioritas nasional Rupiah Kementerian Keuangan Republik Indonesia (2017b) DAU sektor IPM DAU IPM DAU untuk sektor IPM yang

dimana berasal dari 17 persen DAU celah fiskal yang

Rupiah Kementerian Keuangan

(29)

Universitas Pertamina - 15

Nama Variabel Simbol Definisi Satuan Sumber

digunakan untuk mendanai kebutuhan daerah sektor IPM

Indonesia (2017c) PDRB Atas Dasar

Harga Konstan

PDRB Riil Merupakan data untuk melihat perkembangan ekonomi daerah

secara riil dalam periode tertentu

Rupiah Badan Pusat Statistik

(2017)

3.3

Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah model regresi data panel. Metode ini digunakan untuk menganalisis pengaruh yang akan terjadi pada alokasi APBN dalam penyaluran dana daerah terhadap peningkatan pendidikan melalui Angka Partisipasi Murni dan pertumbuhan ekonomi (Ostuni, 2008). Regresi data panel dilakukan untuk melihat pengaruh dari gabungan data runtut waktu (time series) dan data silang (cross section)(Gujarati, 2003).

Faktor-faktor yang terkait yang dapat menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan terikatnya (Ciucu & Dragoescu, 2014). Berikut merupakan persamaan ekonometrika dari penelitian diatas, diantaranya dijelaskan didalam buku (Gujarati, 2003):

Yit= α + 𝛽1𝐷𝐴𝑈𝐼𝑃𝑀𝑖𝑡+ 𝛽2𝐷𝐴𝐾𝑖𝑡+ 𝛽3𝐿𝑎𝑚𝑎 𝑆𝑒𝑘𝑜𝑙𝑎ℎ𝑖𝑡+ 𝛽4𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑇𝑃𝑇𝑖𝑡+ ɛ𝑖𝑡 (3.1)

keterangan:

𝑖 : Provinsi atau negara yang digunakan

𝑡 : Kurun waktu yang digunakan

Yit : Variabel terikat (Produk Domestik Regional Bruto)

α : Konstanta (nilai Yit’ apabila DAUIPM1, DAK2, Lama Sekolah3, TotalTPT4

= 0)

𝐷𝐴𝑈𝐼𝑃𝑀𝑖𝑡 : DAU sektor IPM

𝐷𝐴𝐾𝑖𝑡 : DAK

𝐿𝑎𝑚𝑎 𝑆𝑒𝑘𝑜𝑙𝑎ℎ𝑖𝑡 : Rata-rata lama sekolah

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝑇𝑃𝑇𝑖𝑡 : Total tingkat pengangguran terbuka

ɛ𝑖𝑡 : Error term

Beberapa tahapan yang dilakukan untuk mengestimasikan data panel diantaranya:

a. Koefisien Tetap Antar Waktu dan Individu: Ordinarry Least Square

Tahapan ini berbeda dengan regresi dengan data cross section atau regresi data time series.

Uji regresi data panel terlebih dahulu melakukan penggabungan antara data cross section dan time series. Akan tetapi, ketika melakukan pengujian pada data ini tidak memperhatikan antara kurun waktu dengan individu. Asumsinya antara Provinsi dengan kurun waktu dianggap sama atau konstan (Gujarati, 2003). Maka asumsi antara α dan β konstan pada data cross section dan time series dengan pengestimasian NxT sebagai pengamatan:

Yit= α + 𝛽1𝐷𝐴𝑈𝐼𝑃𝑀𝑖𝑡+ 𝛽2𝐷𝐴𝐾𝑖𝑡+ 𝛽3𝐿𝑎𝑚𝑎 𝑆𝑒𝑘𝑜𝑙𝑎ℎ𝑖𝑡+ 𝛽4𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑇𝑃𝑇𝑖𝑡+ ɛ𝑖𝑡 (3.2)

b. Model Efek Tetap (Fixed Effect Model)

Pengujian yang dilakukan dalam tahapan ini berbeda dengan Ordinary Least Square. Jika dalam model sebelumnya antara α dan β konstan (Gujarati, 2003). Maka, didalam model ini

(30)

Universitas Pertamina - 16 diasumsikan intersep tidak akan konstan dan akan berubah dan selalu berbeda antara data silang dengan kurun waktu yang telah diestimasikan.

Yit= α + 𝛽1𝐷𝐴𝑈𝐼𝑃𝑀𝑖𝑡+ 𝛽2𝐷𝐴𝐾𝑖𝑡+ 𝛽3𝐿𝑎𝑚𝑎 𝑆𝑒𝑘𝑜𝑙𝑎ℎ𝑖𝑡+ 𝛽4𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑇𝑃𝑇𝑖𝑡+ 𝑣𝑖𝑡 (3.3)

c. Model Efek Random (Random Effect Model)

Pengujian ini dilakukan dengan melihat galat pada cross section dengan error time series.

Karakteristik yang terjadi didalam model ini mengalami perbedaan yang diakomodasikan dalam intersep, sehingga intersepnya mengalami perubahan antar waktunya (Gujarati, 2003). Dengan demikian dihasilkan model sebagai berikut:

Yit= α + 𝛽1𝐷𝐴𝑈𝐼𝑃𝑀𝑖𝑡+ 𝛽2𝐷𝐴𝐾𝑖𝑡+ 𝛽3𝐿𝑎𝑚𝑎 𝑆𝑒𝑘𝑜𝑙𝑎ℎ𝑖𝑡+ 𝛽4𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑇𝑃𝑇𝑖𝑡+ ɛ𝑖𝑡 ; (3.4)

ɛ𝑖𝑡 = 𝑢𝑖𝑡+ 𝑣𝑖𝑡+ 𝑤𝑖𝑡 (3.5)

Pemilihan model untuk mendapatkan penggunaan model yang terbaik akan dilakukan beberapa uji diantaranya:

3.3.1

Estimasi Model

a. Uji Chow

Menurut Gujarati (2003) pengujian ini dilakukan untuk menentukan model yang tepat antara

Ordinary Least Squareatau Fixed Effect Model untuk mengestimasi model: Apabila hasil:

H0: Ordinary Least Square (OLS).

H1: Fixed Effect Model (FEM).

Berikut untuk menentukan pilihan model terbaik, apabila:

• Ketika nilai statistik < nilai Chi-square, maka tolak H0 dan model yang terbaik untuk

digunakan adalah Model Fixed Effect.

• Ketika nilai statistik > nilai Chi-square, maka gagal tolak H0 dan model yang terbaik untuk

digunakan adalah Model Ordinary Least Square (OLS).

b. Uji Hausman

Pengujian ini dilakukan untuk menentukan model yang tepat antara Fixed Effect Model atau

Random Effect Model. Menurut Gujarati (2003) untuk mengestimasi model yang dihasilkan dilihat dari hipotesisnya

Apabila hasil:

H0: Random Effect Model (REM).

H1: Fixed Effect Model (FEM).

Berikut untuk menentukan pilihan model terbaik, apabila:

• Ketika nilai statistik < nilai Chi-square, maka tolak H0 dan model yang terbaik untuk

digunakan adalah Model Fixed Effect.

• Ketika nilai statistik > nilai Chi-square, maka gagal tolak H0 dan model yang terbaik untuk

digunakan adalah Model Random Effect.

(31)

Universitas Pertamina - 17 Menurut Gujarati (2003) pengujian ini dilakukan untuk menentukan model yang tepat antara

Fixed Effect Model atau Random Effect Model untuk mengestimasi model. Apabila hasil:

H0: Ordinary Least Square (OLS).

H1: Random Effect Model (REM).

Berikut untuk menentukan pilihan model terbaik, apabila:

• Ketika nilai statistik < prob chibar2 (0,005), maka tolak H0 dan model yang terbaik untuk

digunakan adalah Model Random Effect.

• Ketika nilai statistik > prob chibar2 (0,005), maka gagal tolak H0 dan model yang terbaik

untuk digunakan adalah Model Ordinary Least Square (OLS).

3.3.2

Uji Asumsi Klasik

a. Uji Heteroskedastisitas

Pengujian ini dilakukan untuk melihat adanya ketidaksamaan varian didalam residual untuk semua model penelitian (Gujarati, 2003). Untuk mengestimasi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dengan estimasi:

Apabila hasil:

H0: tidak ada gejala heteroskedastisitas.

Nilai signifikansi > 0.05. H1: ada gejala heteroskedastisitas.

Nilai signifikansi < 0.05.

b. Uji Multikolinearitas

Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah adanya korelasi atau hubungan yang kuat antar variabel bebas untuk semua model penelitian (Gujarati, 2003). Uji Untuk mengestimasi ada atau tidaknya multikolinearitas dengan estimasi perhitungan uji korelasi:

Apabila hasil:

H0: tidak ada gejala multikolinearitas.

Nilai signifikansi < 0.8. H1: ada gejala multikolinearitas.

(32)

Universitas Pertamina - 18

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berkembangnya zaman maka pertumbuhan perekonomian akan terlihat dari tahun ke tahun. Tren pertumbuhan ini dapat dilihat berdasarkan PDB Indonesia, tetapi untuk melihat pertumbuhan ekonomi dari tiap provinsi dan melihat perbandingan provinsi mana yang mengalami pertumbuhan ekonomi sangat tinggi ataupun provinsi mana yang mengalami pertumbuhan yang lambat bahkan turun pertumbuhannya maka digunakan indikator PDRB yang digunakan. Indikator pertumbuhan ini terjadi dari pengaruh indikator lainnya, seperti pendidikan, belanja pemerintah, kesejahteraan, kesehatan, investasi dan lain-lain (McMahon, 1998). Namun, perlu diketahui pertumbuhan ekonomi terjadi karena adanya peningkatan kualitas SDM. Oleh karena itu, untuk meningkatkan potensi SDM maka dukungan finansial yang dilakukan pemerintah harus sesuai target yang nantinya akan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Berdasarkan penelitian ini bahwa terdapat variabel terikat yang mampu memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Hal ini ditunjukkan dalam Tabel 4.1 dari hasil estimasi mengenai variabel bebas dan variabel terikat, diantaranya:

Tabel 4.1. Hasil Model Fixed Effect dengan Uji Fixed Effect Robust

PDRB Riil Coef. St.Err. t-value p-value [95% Conf Interval] Sig

DAU IPM 0,006 0,058 0,10 0,921 -0,113 0,125

DAK 0,006 0,004 1,49 0,148 -0,002 0,014

Lama Sekolah 0,458 0,062 7,41 0,000 0,332 0,584 ***

Total TPT -0,004 0,004 -0,86 0,394 -0,012 0,005

Constant 28,481 1,132 25,16 0,000 26,173 30,790 ***

Mean dependent var 32,340 SD dependent var 1,080

R-squared 0,819 Number of obs 223,000

F-test 124,548 Prob > F 0,000

Akaike crit. (AIC) -706,687 Bayesian crit. (BIC) -693,058

*** p<0,01, ** p<0,05, * p<0,1

Berdasarkan dari Tabel 4.1 diatas bahwa terdapat hubungan yang dapat menjelaskan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Berikut interpretasi dari beberapa variabel, diantaranya: variabel penelitian ini dilihat dari variabel yang menjadi faktor penting yang dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi berasal dari dana perimbangan yang termasuk kedalam dana tranfer desa. Dana perimbangan dalam sektor pendidikan yang mampu memengaruhi PDRB bisa dijelaskan dari indikator ini, diantaranya DAU sektor IPM dan DAK, dikarenakan didalam DAU dan DAK memiliki aspek penunjang untuk anggaran pendidikan didalamnya. Anggaran tersebut merupakan investasi domestik dengan anggaran sebesar 17 persen yang telah ditentukan dari DAU celah fiskal. Ada penelitian yang dapat memperkuat asumsi hubungan antara dana perimbangan dengan pertumbuhan ekonomi yang dijelaskan melalui PDRB.

(33)

Universitas Pertamina - 19 Hasil dari variabel kedua yang didapatkan dari penelitian ini menyatakan DAU berpengaruh meningkatkan PDRB, tetapi nilai taraf nyata tidak signifikan nilai α = 0,921 dan koefisien sebesar 0,006, artinya ketika total DAU naik sebesar satu persen maka akan meningkatkan PDRB sebesar 0,006 persen, dengan asumsi ceteris paribus. DAU didalam sektor IPM ini mampu mendorong kemajuan pendidikan daerah dan alhasil DAU IPM ini mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Desentralisasi fiskal yang dilakukan pemerintah pusat terhadap pemerintah daerah berhasil dalam proses pembangunan daerah. Potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia dapat dioptimalkan dalam mendapatkan hasil pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Hal ini juga berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat, mencerdaskan masyarakat dan mengurangi ketimpangan antar daerah provinsi khususnya. DAU IPM ini bertujuan untuk menambah fasilitas pendidikan, baik berupa fasilitas gedung sekolah, buka, pengajar dan beasiswa untuk masyarakat kalangan menengah kebawah. Pemerintah pusat memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengembangkan pembangunan manusia daerahnya masing-masing. Karena, dikhawatirkan ketika sumber daya alam dari daerah tersebut sudah habis di eksploitasi, sumber daya manusianya mampu mengembangkan potensi dari daerahnya, contohnya pengembangan renewable energy,

industri kreatif, pariwisata dan potensi daerah yang dapat menambah devisa negara.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mafahir & Soelistiyo (2017) menjelaskan bahwa DAU mengalami hubungan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan mampu menstimulan PDRB dalam proses desentralilasi yang ada di Indonesia. Keberhasilan alokasi DAU dapat meningkatkan pertumbuhan PDRB serta memberikan dampak besar terhadap sektor pendidikan yang mampu menghasilkan pembangunan manusia untuk memberikan kontribusi dan memanfaatkan potensi tiap daerah. Terdapat penelitian lainnya yang menyatakan DAU dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi seperti contohnya pada penelitian yang dilakukan oleh (Chandra et al., 2017) mengatakan bahwa DAU dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Penggunaan DAU tersebut mampu menselaraskan otonomi daerah dalam program desentralisasi. Selanjutnya dana perimbangan tersebut mampu menurunkan ketimpangan pendapatan dan kemiskinan. Akan tetapi, terjadi jarak antar daerah yang terlihat besar. Oleh karena itu, penelitian ini menyarankan untuk memperhatikan penggunaan alokasi DAU tersebut dengan baik yang bertujuaan untuk meningkatkan potensi daerah di Indonesia dan tidak selalu bergantung terhadap pendanaan yang diberikan pemerintah pusat. Serta, penelitian ini menyarankan untuk pendataan ulang sektor yang berpotensial untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar sasaran target pendanaan tercapai dengan baik.

Lalu penelitian selanjutnya mengenai DAU yaitu penelitian yang dilakukan oleh Lisa dan Priyagus (2017) menjelaskan bahwa pertama DAU dapat meningkatkan belanja daerah, ketika DAU naik belanja daerah akan ikut naik. Kemudian, dari belanja daerah yang telah terpenuhi akan kebutuhannya berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini menjelaskan bahwa terjadi efek domino dari dana perimbangan tersebut khususnya didalam DAU untuk pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini juga menyarankan pemerintah untuk melakukan pemeriksaan sektor mana yang berpotensi untuk dikembangkan agar target pembangunan tepat sasaran dan mampu meningkatkan pertumbuhan perekonomian.

Penelitian ketiga dilakukan oleh A.P. dan Nuraini (2017) mendapatkan hasil bahwa DAU itu berpengaruh positif secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, artinya ketika DAU naik sebesar satu satuan maka dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 1,762109 juta rupiah dengan asumsi ceteris paribus. Penelitian ini menjelaskan bahwa terdapat pengaruh dari kedua variabel yang terdiri dari DAU dan pendapatan asli daerah mempengaruhi variabel pertumbuhan

(34)

Universitas Pertamina - 20 ekonomi sebesar 89 persen dan sisanya 11 persen dipengaruhi variabel lainnya. Tetapi, dari analisis yang dilakukan, peneliti memberikan beberapa saran kualitas pengelolaan DAU harus diperhatikan agar dapat mencapai tujuan sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini dapat disimpulkan bahwa DAU dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, jika sektor-sektor berpotensi seperti kesehatan, pendidikan, pertanian, infrastruktur mendapatkan bantuan dana untuk menunjang beberapa sektor tersebut. Kebutuhan akan sektor dapat dipenuhi maka ketimpangan antar daerah dapat dikurangi, kesejahteraan masyarakat akan berkurang, kemiskinan teratasi, kesehatan terjamin, sandang papan pangan dapat dipenuhi, lalu pertumbuhan ekonomi daerah dapat meningkat yang akan berdampak pada peningkatan pendapatan perkapitanya juga.

Variabel selanjutnya yang dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi ialah DAK. Variabel ini menjelaskan mengenai dana alokasi yang terdiri dari dua jenis yaitu fisik dan non fisik, aspek yang diambil dari DAK ini yaitu penggunaan pada sektor pendidikan untuk meningkatkan nilai dari pembangunan manusia dimana akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Berikut penjelasan dari dua jenis DAK yaitu dana fisik seperti dana pembangunan fasilitas pendidikan, sarana dan prasarana penunjang seperti infrastruktur untuk kelokasi pendidikan, transportasi desa, energi listrik dan guru atau tenaga pendidik. Sedangkan, DAK non fisik meliputi program beasiswa bidik misi, bantuan operasional sekolah, program Indonesia pintar, beasiswa jenjang pendidikan tinggi atau LPDP dan sebagainya. Semua aspek baik fisik ataupun non fisik bertujuan untuk meningkatkan nilai pendidikan di Indonesia agar menghasilkan sumber daya manusia berkualitas, terdidik dan terlatih. Penelitian ini menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara DAK dengan pertumbuhan ekonomi, dimana DAK dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan nilai sebesar α = 0,148 dengan koefisien 0,006, artinya ketika DAK naik satu persen maka akan meningkatkan PDRB sebesar 0,256 persen, dengan asumsi ceteris paribus. Variabel ini dapat menjelaskan bahwa transfer dana daerah untuk pendidikan mampu meningkatkan pembangunan manusia dana yang dapat menunjang keberhasilan pendidikan daerah berjalan sesuai target. Tujuan dari DAK sama dengan DAU, jika DAU terdapat sektor pendidikan sebesar 17 persen dari celah fiskal yang berupa DAU sektor Indeks Pembangunan Manusia, akan tetapi pembobotan DAK yang dilakukan pemerintah diberikan dengan membagi kedalam beberapa bagian yang sudah terkoordinir besaran yang harus disalurkan dan seiring bertambahnya tahun DAK tersebut dipecah menjadi beberapa bagian yang dimaksudkan agar sasaran alokasi tersebut tepat, contohnya DAK untuk sektor pendidikan. Pada tahun 2011 hingga 2013 sektor pendidikan hanya ada jenjang pendidikan sekolah dasar dan sekolah menengah pertama saja, akan tetapi dari 2014 hingga 2019 terjadi pemekaran dalam alokasi anggaran yang ditetapkan, contohnya terdapat penambahan sektor pendidikan sekolah menengah atas, sekolah menengah kejuruan, hingga biaya olahraga dan fasilitas pendidikan lainnya. Tetapi, pada tahun 2011 hingga 2019 dana bantuan operasional sekolah dan beasiswa sejenisnya tidak dihapus, melainkan ditambah mengikuti jenjang pendidikan hingga beasiswa perguruan tinggi.

Berdasarkan pernyataan diatas terdapat beberapa penelitian yang mendukung variabel DAK terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian pertama yang dilakukan oleh Wardhana et al. (2010) bahwa DAK merupakan suatu komponen fiskal dimana tujuannya dapat menurunkan ketimpangan daerah dan meningkatkan pertumbuhan daerah melalui indikator lainnya seperti pendidikan, kesehatan dan menyeimbangkan keuangan daerah. Variabel DAK berperan penting dalam kemajuan daerah. Menurutnya pentingnya DAK yang merupakan faktor penunjang kemajuan suatu daerah mampu melebihi hasil perkiraan yang dilakukan. Memberikan prioritas kepada DAK, karena komponen yang dituju langsung kepada bagian dari suatu variabel penelitian. Contohnya ketika

(35)

Universitas Pertamina - 21 dikaitkan dengan pendidikan, ketika sarana dan prasarana pendidikan dapat dilengkapi mulai dari fasilitas gedung sekolah, listrik, air, buku pelajaran, penunjang kegiatan belajar mengajar, sekolah gratis, bantuan operasional, beasiswa, bahwa tenaga pendidik yang terdidik dan terlatih, akan memberikan dampak terhadap sumber daya manusia yang dihasilkan nantinya. Jika dalam jangka pendek dampak kontribusi yang dihasilkan masih sangat minim, tetapi di jangka panjang dampaknya akan terlihat sangat besar hingga ke pertumbuhan ekonomi dan peningkatan PDRB serta mampu mengoptimalkan potensi daerah yang dapat dijadikan suatu devisa bagi pertumbuhan daerah. Terdapat penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh (Mafahir & Soelistiyo, 2017) menjelaskan bahwa DAK berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap PDRB di Kabupaten dan Kota Nusa Tenggara Barat. Namun, didalam penelitian ini dijelaskan juga DAK di Nusa Tenggara Barat digunakan untuk mendanai kebutuhan khusus berdasarkan kriteria daerah serta untuk menunjang kebutuhan pelayanan masyarakat demi mencapai prioritas nasional.

Selanjutnya variabel lama sekolah dimana berpengaruh meningkatkan PDRB secara signifikan yang ditunjukkan dengan koefisien 0,458 dan α = 0,000, artinya ketika lama sekolah meningkat sebesar satu tahun, maka akan meningkatkan PDRB sebesar 0,458 persen pertahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa ketika penduduk usia sekolah tersebut bersekolah dan mendapatkan ilmu dan pengetahuan serta wawasan, mereka melakukan proses pembangunan manusia dan mampu menggerakkan pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Lama sekolah disini juga berarti penduduk usia sekolah tersebut menduduki sekolah untuk meningkatkan taraf hidup mereka dan bertujuan untuk menggerakkan potensi daerahnya. Seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa pemerintah pusat menggalakan dana dalam bentuk dana perimbangan untuk meningkatkan pembangunan manusia tersebut dalam rangka mengoptimalkan potensi daerah dan ketika sumber daya alamnya sudah habis, masyarakat tersebut mampu mencari cara ataupun berpikir kritis dalam mengembangkan potensi daerah diluar dari sumber daya alam tersebut.

Variabel ini didukung oleh penelitian Handayani et al. (2016), dimana penelitian ini menjelaskan mengenai rata-rata lama sekolah terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali yang menunjukkan bahwa rata-rata lama sekolah tersebut berpotensi meningkatkan PDRB secara signifikan. Penelitian ini juga menjelaskan bahwa rata-rata lama sekolah tepat dalam meningkatkan PDRB melalui sektor pendidikan dan hasilnya semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditempuh oleh seseorang maka akan menghasilkan PDRB yang meningkat dan juga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Penelitian yang dilakukan oleh Handayani et al. (2016) tersebut dengan tolak ukur dari Provinsi Bali menandakan bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan ditempuh, maka mereka akan berkontribusi semakin besar untuk Provinsi Bali tersebut dalam menumbuhkan perekonomian Provinsi Bali khususnya. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Kahar (2018) menjelaskan bahwa rata-rata lama sekolah dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi

Variabel terakhir yang menjadi objek penelitian yaitu tingkat pengangguran terbuka dimana variabel ini berpengaruh negatif dengan koefisien -0,004 dan α = 0,394, artinya ketika tingkat pengangguran terbuka meningkat sebesar satu persen, maka akan menurunkan PDRB sebesar -0.004 persen, dengan asumsi ceteris paribus. Hasil dari regresi ini menjelaskan bahwa semakin besar pengangguran daripada angkatan kerja yang memiliki pekerjaan yang ada di daerah, maka akan berakib0at terhadap penurunan PDRB serta pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pengangguran terjadi dikarenakan desentralisasi fiskal yang dilakukan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah tidak dilakukan secara optimal, pemerintah daerah tidak melihat kondisi potensi daerah tersebut serta melihat perkembangan masyarakatnya. Pemerintah daerah harus mampu bekerja sama

Gambar

Gambar 1.1. DAU untuk Sektor Celah Fiskal 32 Provinsi di Indonesia Tahun 2011- 2011-2017 ................................................................................................
Gambar 1.1. DAU untuk Sektor Celah Fiskal 32 Provinsi di Indonesia Tahun 2011-2017 Sumber: Kementerian Keuangan Republik Indonesia (2017c)

Referensi

Dokumen terkait

In this study, we have experimented with multi-temporal Landsat 7 and Landsat 8 high resolution satellite data, coupled with the corresponding hyperspectral data from a

Pada saat ini yang bersangkutan menjabat sebagai Kepala Seksi Penerapan Teknologi Tanaman Terna dan Tanaman Merambat, dan Pemberdayaan pada Direktorat Buah dan

pelatihan yang dilakukan, serta hasil dari proses latihan ansambel perkusi pada. komunitas USBP di

adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki

ramah keluarga yang biasanya mengacu pada kebijakan yang memungkinkan karyawan untuk... menyeimbangkan tuntutan pekerjaan yang dibayar dan kehidupan pribadi yakni

Aspek makna nada adalah sikap pembicara kepada kawan bicara. Dalam karya sastra, nada berhubungan dengan sikap penyair atau penulis terhadap pembaca. Aspek makna yang

jika diasumsikan variabel GDP negara-negara Uni Eropa, GDP Indonesia, jarak ekonomi, nilai tukar riil, kualitas bandara Indonesia, stabilitas politik Indonesia dan

Dari pertidaksamaan tersebut, dapat disimpulkan, bahwa apabila flow x bukan merupakan solusi optimal dari minimum cost flow , maka nilai ( ) ε x tidak akan pernah bertambah,