BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
Pengembangan suplemen bahan ajar matematika berbasis discovery learing dengan memanfaatkan permainan tradisional ini dilaksanakan di sekolah dasar negeri di Kota Surakarta. Pelaksanaan tempat penelitian yang telah dipilih secara keseluruhan mencakup 5 SD Negeri, yakni 1) SD Negeri Badran; 2) SD Negeri Kedung Lumbu; 3) SD Negeri Bibis Luhur I; 4) SD Negeri Kerten II; 5) SD Negeri Pajang 4. Penjelasan lebih rinci mengenai pembagian tempat penelitian akan dibahas pada sub bab selanjutnya. Pemilihan tempat penelitian ini dikarenakan, 1) sekolah tersebut memiliki data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian, 2) berdasarkan pra survey, peserta didik pada sekolah tersebut tertarik dengan penggunaan suplemen bahan ajar matematika berbasis discovery learing dengan memanfaatkan permainan tradisional dalam mengatasi hasil belajar matematika, 3) guru dan kepala sekolah di SD tersebut memiliki sikap kooperatif dalam membantu penelitian.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan selama dua tahun, dari 2017 sampai bulan Januari 2019. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2017/2018 (Januari 2017 sampai dengan Januari 2019), dengan tahapan sebagai berikut:
a. Tahap persiapan
Tahap persiapan meliputi pengajuan judul penelitian, penyusunan proposal penelitian, penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran, revisi proposal, seminar proposal, penyusunan instrumen dan validasi ahli yang dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Tahap ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2016 – Desember 2016.
69
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan meliputi pengembangan bahan ajar, pemilihan sampel penelitian, pengajuan ijin penelitian, uji coba instrument, uji coba terbatas dan uji coba luas, uji keseimbangan, dan pengujian bahan ajar berlangsung pada bulan Januari 2017 – Juni 2017.
c. Tahap Penyelesaian
Tahap ini meliputi analisis data hasil penelitian dan penyusunan laporan serta ujian tesis dilaksanakan pada bulan Juni 2017 sd Januari 2019.
Diskripsi di atas merupakan gambaran waktu penelitian secara garis besar, untuk penjelasan yang lebih rinci mengenai waktu pada kegiatan pelaksanaan dibahas pada sub bab C. Prosedur Penelitian.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan yang biasa disebut Research and Development (R&D). Penelitian dan pengembangan merupakan sebuah strategi atau metode penelitian yang dinilai cukup ampuh untuk memperbaiki atau mengatasi praktik pembelajaran di lapangan. Penelitian dan Pengembangan (R&D) adalah metode yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk tertentu yang kemudian menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2013: 297).
Sejalan dengan pendapat tersebut, Sukmadinata (2012: 164) menjelaskan bahwa penelitian dan pengembangan merupakan suatu proses atau langkah- langkah untuk mengembangkan produk yang telah ada. Selanjutnya, dalam penelitian ini prosedur pengembangan yang digunakan adalah merujuk pada prosedur pengembangan dari Sukmadinata (2012: 57) yang meliputi tahapan; (1) tahap studi pendahuluan, (2) tahap pengembangan melalui uji coba terbatas dan uji coba luas, (3) tahap pengujian produk melalui uji coba produk.
Berdasarkan pendapat dari para ahli, dalam penelitian ini model pengembangan mengacu pada pengembangan yang dilakukan oleh Soegiyono
(2013: 297) dan dimodifikasi dengan prosedur pengembangan dari Sukmadinata (2012: 57). Langkah – langkah penelitian pada penelitian ini yaitu dengan tahapan;
(1) tahap studi pendahuluan: (2) tahap pengembangan produk yang melalui uji coba terbatas dan uji coba luas: (3) tahap validasi atau pengujian produk melalui uji coba produk dan uji keberterimaan; (4) diseminasi yaitu dengan publikasi ilmiah jurnal serta dengan pembagian produk suplemen bahan ajar.
Beberapa penjabaran di atas, apat disimpulkan bahwa penelitian dan pengembangan merupakan salah satu metode penelitian yang dilaksanakan untuk menyempurnakan produk yang telah ada atau bisa juga mengembangkan produk baru yang kemudian diuji kefektifannya sebagai bentuk pertanggungjawaban atas produk yang dihasilkan. Adapun produk yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa prototype suplemen bahan ajar matematika berbasis discovery learing dengan memanfaatkan permainan tradisional untuk meningkatkan hasil belajar matematika kelas III sekolah dasar. Pengembangan juga dilakukan pada perangkat pembelajaran yang menunjang pada proses pembelajaran, meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Materi ajar, Lembar Kerja dan Lembar Tes.
C. Prosedur Penelitian
Tahapan penelitian ini menggunakan tahapan yang dikemukakan oleh Sukmadinata (2012: 164) yang meliputi tiga tahapan, yaitu 1) Studi Pendahuluan, 2) Pengembangan Bahan Ajar, dan 3) Uji Bahan Ajar. Ketiga tahapan tersebut menjabarkan proses dan hasil pengembangan serta hasil keefektifan dari suplemen bahan ajar matematika berbasis discovery learing dengan memanfaatkan permainan tradisional. Hal tersebut digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang diajukan pada penelitian ini. Berikut ini penjelasan rinci mengenai prosedur penelitian pengembangan.
1. Studi Pendahuluan
a. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian pendahuluan ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Februari 2017 di lima sekolah dasar di wilayah kota Surakarta. Keempat sekolah tersebut antara lain, 1) SD Negeri Pajang 4; 2) SD Negeri Badran; 3) SD Negeri Kedung Lumbu; 4) SD Negeri Bibis Luhur I; 5) SD Negeri Kerten II. Tempat penelitian dipilih berdasarkan lokasi sekolah yang mewakili 5 kecamatan di Kota Surakarta. Selain itu, pertimbangan peneliti memilih lokasi tersebut karena berdasar pada persamaan satuan kurikulum, yakni Kurikulum 2013 serta akreditasi sekolah yang juga sama.
b. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan pada tahap pendahuluan ini adalah metode deskriptif kualitatif. Tahap studi pendahuluan merupakan tahap pertama dalam penelitian pengembangan. Terdapat tiga langkah dalam tahap ini yakni, studi kepustakaan, survey lapangan dan penyusunan prototype atau produk yang dikembangkan.
c. Tujuan Penelitian
Tujuan tahap ini adalah untuk menghimpun data tentang (1) keadaan bahan ajar yang digunakan pada kelas III sekolah dasar di Surakarta; (2) kesulitan dalam pelaksanaan pembelajaran matematika; (3) mendeskripsikan temuan berdasarkan analisis pada studi pendahuluan.
d. Mekanisme Studi Pendahuluan
Pada tahap studi pendahuluan peneliti melakukan kegiatan untuk memperoleh data sebagai dasar untuk mengembangkan produk. Berikut ini penjelasan secara rinci kegiatan pada studi pendahuluan.
1) Studi Kepustakaan
Langkah pertama adalah studi kepustakaan meliputi kegiatan pengkajian konsep-konsep dan teori yang berkaitan dengan produk yang akan dikembangkan. Studi kepustakaan dalam penelitian ini yaitu mengkaji konsep dan teori tentang suplemen bahan ajar matematika, model discovery learning dan permainan tradisional. Selain itu
pengkajian pustaka juga meliputi karakteristik peserta didik SD, pembelajaran matematika ruang lingkup kelas III SD, perangkat pembelajaran yang digunakan dalam matematika, dan juga tentang hasil- hasil penelitian relevan yang teah dilakukan.
2) Survei Lapangan
Langkah kedua merupakan survey lapangan, kegiatan ini memiliki tujuan untuk mengumpulkan informasi berkenaan dengan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran matematika pada kelas III sekolah dasar.
Pengumpulan data pada langkah ini dilakukan dengan wawancara dengan guru, observasi saat pembelajaran matematika, dan pengkajian dokumen- dokumen pendukung seperti silabus, RPP, strategi beserta bahan ajar yang digunakan. Pelaksanaan survey lapangan dilaksanakan di empat sekolah dasar yang berada di wilayah kota Surakarta. Keempat sekolah tersebut antara lain, 1) SD Negeri Badran; 2) SD Negeri Kedung Lumbu;
3) SD Negeri Bibis Luhur I; 4) SD Negeri Kerten II; 5). Kelima sekolah tersebut dipilih masing-masing satu dari 5 kecamatan di wilayah Kota Surakarta.
3) Penyusunan Prototype
Langkah ketiga yakni penyusunan prototype suplemen bahan ajar yang akan dikembangkan. Penyusunan awal produk dilakukan dengan memperhatikan hasil dari kajian studi kepustakaan yang berupa kesimpulan dari teori dan konsep-konsep bahan ajar, model discovery learning, dan permainan tradisional. Selain itu, penyusunan produk juga harus melihat kondisi pembelajaran matematika berdasarkan dari hasil kegiatan survey lapangan. Selanjutnya, protoype yang telah disusun divalidasikan kepada validator ahli. Beberapa validator ahli yang dimaksud adalah ahli pendidikan matematika, ahli pengembangan bahan ajar, ahli bahasa dan praktisi yakni guru SD yang berpengalaman.
e. Luaran Penelitian
Luaran pada tahap studi pendahuluan ini berupa gambaran mengenai keadaan proses pembelajaran matematika yang ada pada sekolah dasar selama ini dan permasalahan tentang hasil belajar matematika. Selain itu, pada tahap ini juga sudah disusun draft awal produk pengembangan suplemen bahan ajar dengan discovery learning dan permainan tradisional.
2. Pengembangan Bahan Ajar a. Tujuan Penelitian
Pada tahapan kedua ini dilakukan kegiatan pengembangan produk pengembangan bahan ajar matematika berbasis discovery learning memanfaatkan permainan tradisional. Berdasarkan analisis pada tahap studi pendahuluan, ditemukan kelemahan-kelemahan dalam pembelajaran matematika yang dihadapi guru dan peserta didik kelas III sekolah dasar di Surakarta. Selanjutnya penelitian ini menawarkan bahan ajar yang bisa menjadi solusi dari kelemahan pembelajaran matematika. Bahan ajar yang dikembangkan yakni bahan ajar matematika berbasis discovery learning memanfaatkan permainan tradisional. Pengembangan yang dilakukan pada tahap ini yakni dengan melakukan penilaian ahli dan melakukan revisi- revisi berdasarkan masukan ahli dan berdasarkan hasil uji terbatas serta uji luas.
b. Mekanisme Pengembangan
Tahap pengembangan ini merupakan lanjutan dari tahap studi pendahuluan, hasil dari temuan-temuan tahap sebelumya lalu dianalisis.
Mekanisme pada tahap pengembangan adalah: 1) menyusun draft suplemen bahan ajar matematika berbasis discovery learning memanfaatkan permainan tradisional, 2) validasi draft oleh ahli materi dan ahli pendidikan, 3) uji coba draft yang meliputi uji coba terbatas dan luas, 4) monitoring dan evaluasi, 5) merevisi draft pengembangan suplemen bahan ajar matematika berbasis discovery learning memanfaatkan permainan tradisional.
c. Validasi Produk
Sugiyono (2013: 121) mengungkapkan bahwa validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai rancangan produk hingga secara rasional lebih baik dari pada produk lama. Validasi dilakukan dengan melibatkan para ahli yang berhubungan dengan produk penelitian yang sedang dikembangkan. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah produk penelitian yang dikembangkan siap untuk dilakukan uji coba.
Validasi produk dapat dilakukan dengan cara meminta pendapat atau saran beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk produk baru tersebut. Validasi produk dalam penelitian ini dilakukan oleh tiga ahli yakni, Muhammad Waluyo M.Sc, Ph.D (ahli pendidikan matematika), Prof.
Dr. St. Y. Slamet, M.Pd (ahli bahasa), Dr. Roemintoyo, M.Pd ( ahli pengembangan bahan ajar) dan Tiwi Askundari, S.Pd, M.Pd (praktisi atau guru yang berpengalaman). Penilaian terhadap produk pengembangan bahan ajar ini didasarkan pada tiga aspek, yakni aspek format, aspek isi, dan aspek bahasa.
d. Uji Coba Produk
Setelah draft awal protoype divalidasi oleh pakar, selanjutnya merupakan tahap pengembangan. Kegiatan pada tahap pengembangan berupa uji coba produk. Uji coba produk dimaksudkan untuk mengumpulkan data yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menetapkan produk yang dihasilkan. Data yang diperoleh dari uji coba digunakan untuk memperbaiki dan menyempurnakan bahan ajar yang dikembangkan.
Dengan uji coba kualitas produk yang dihasilkan benar-benar telah diuji secara empiris tentang desain uji coba, subjek validasi, jenis data, instrumen pengumpulan data dan teknik analisis data. Uji coba produk dilakukan dalam dua tahap yaitu uji coba terbatas dan uji coba luas.
1) Uji Coba Terbatas
Uji coba terbatas merupakan langkah uji coba pertama yang dilakukan terhadap prototype suplemen bahan ajar matematika berbasis discovery learning memanfaatkan permainan tradisional. Uji coba
terbatas dilaksanakan pada bulan Februari 2018 di SDN Kerten II dengan jumlah 14 peserta didik. Pendekatan penelitian pada kegiatan uji coba terbatas ini menggunakan kualitatif deskriptif. Tujuan uji coba terbatas adalah untuk mengetahui keberjalanan penggunaan bahan ajar yang dikembangkan. Selanjutnya berdasarkan hasil pengamatan penggunaan bahan ajar, dianalisis kekurangan-kekurangan yang terdapat pada penggunaan bahan ajar matematika berbasis discovery learning memanfaatkan permainan tradisional sebelum diujikan dalam skala yang lebih luas.
Kegiatan yang dilakukan peneliti pada langkah uji coba terbatas dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni kegiatan di lapangan dan kegiatan pasca uji coba. Pada kegiatan di lapangan peneliti mengukur tingkat keberjalanan penggunaan suplemen bahan ajar matematika berbasis discovery learning memanfaatkan permainan tradisional dalam pembelajaran matematika. Keberjalanan penggunaan bahan ajar diukur menggunakan instrumen lembar kuesioner yang diberikan kepada guru.
Selain itu, apabila terjadi hal-hal yang terjadi di luar instrumen observasi, maka dapat dicatat pada catatan khusus.
Pada kegiatan pasca uji coba terbatas, peneliti melakukan diskusi dengan guru pelaksana uji coba tentang temuan-temuan dalam pelaksanaan uji coba terbatas pembelajaran menggunakan prototype bahan ajar matematika berbasis discovery learning memanfaatkan permainan tradisional. Berpegang pada hasil diskusi tersebut, peneliti kemudian melakukan perbaikan pada prototipe bahan ajar. Kedua kegiatan pada langkah uji coba terbatas ini dapat diulangi ketika masih didapatkan kekurangan atau kelemahan-kelemahan pada prototype bahan ajar. Apabila masalah-masalah pada tahap uji coba terbatas tidak terselesaikan setelah dilakukan revisi, peneliti dapat berkonsultasi dan meminta pertimbangan pakar.
2) Uji Coba Luas
Uji coba luas dilaksanakan pada bulan Maret 2017. Kegiatan pada langkah uji coba lebih luas pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan langkah uji coba terbatas. Perbedaan pada uji coba lebih luas hanya terdapat pada jumlah subjek uji coba yang dipergunakan. Pada uji coba lebih luas, peneliti menggunakan 2 (dua) sekolah dasar yakni SDN Kedung Lumbu dengan jumlah 30 peserta didik dan SDN Pajang 04 dengan jumlah 26 peserta didik. Selain itu, tahap uji coba luas ini menggunakan metode eksperimen guna menguji prototype yang telah direvisi sesuai dengan temuan uji coba terbatas.
Pokok-pokok kegiatan yang dilakukan pada uji coba lebih luas diantaranya adalah dimulai dari penggunaan prototype suplemen bahan ajar matematika berbasis discovery learning memanfaatkan permainan tradisional, pengisian lembar keberjalanan penggunaan bahan ajar oleh guru, diskusi bersama guru pelaksana uji coba, dan penyempurnaan prototype bahan ajar. Uraian kegiatan tersebut dapat diamati pada penjelasan pada langkah uji coba terbatas.
e. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dilakukan untuk melihat pelaksanaan pembelajaran matematika dengan bahan ajar matematika berbasis discovery learning memanfaatkan permainan tradisional yang telah dikembangkan. Kegiatan monitoring berupa pengamatan, wawancara mendalam, memberikan kuesioner keberjalanan penggunaan bahan ajar terhadap guru, dan menganalisis dokumen saat uji coba produk berlangsung. Tindak lanjut dari monitor adalah evaluasi berdasarkan hasil pengamatan, wawancara, uji keberjalanan penggunaan bahan ajar, dan analisis dokumen.
f. Revisi Produk Bahan Ajar
Setelah dilakukan validasi desain dan kegiatan monitoring, tahap berikutnya adalah perbaikan desain sesuai dengan hasil evaluasi yang dilakukan. Masukan dari pakar dan guru pelaksana, serta analisis
kekurangan pada uji coba produk digunakan landasan untuk menyempurnakan produk desain.
g. Luaran Penelitian
Luaran penelitian pada tahap pengembangan bahan ajar adalah produk berupa bahan ajar matematika berbasis discovery learning memanfaatkan permainan tradisional yang ditetapkan layak berdasarkan hasil dari tahap pengembangan pada penelitian ini. Kelayakan tersebut ditinjau dari aspek keberjalanan penggunaan suplemen bahan ajar matematika dan peningkatan hasil belajar peserta didik setelah melalui uji coba terbatas dan uji coba luas.
3. Pengujian Bahan Ajar Bahan Ajar Matematika Berbasis Discovery LearningMemanfaatkan Permainan Tradisional
a. Waktu dan Tempat Penelitian
Tahap ketiga merupakan pengujian produk atau pengujian keefektifan dari bahan ajar yang dihasilkan. Uji produk dilaksanakan pada bulan April 2017. Pada penelitian ini uji produk dilakukan pada prototype suplemen bahan ajar matematika berbasis discovery learning memanfaatkan permainan tradisional yang dikembangkan dibandingkan dengan bahan ajar yang sudah ada dan selama ini digunakan di sekolah dasar kelas III di Kota Surakarta. Pengujian produk tersebut dilakukan menggunakan metode eksperimen. Pada pelaksanaan eksperimen, subjek pengujian terdiri atas dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Adapun pemilihan sampel sekolah yang menjadi subjek uji coba penelitian dilakukan melalui teknik multistage cluster random sampling pada sekolah dasar negeri di Kota Surakarta.
Pengambilan sampel menggunakan teknik multistage cluster random sampling. Langkah dari teknik sampling ini adalah menentukan populasi yakni Sekolah Dasar Negeri di Kota Surakarta. Selanjutnya berdasarkan tingkat kecamatan dipilih secara acak (random) masing-masing satu sekolah dasar di wilayah Jebres dan Banjarsari. Dari hasil pemilihan sampel secara acak, terpilih SD Negeri Badran yang terletak di kecamatan Jebres dan SD
Negeri Bibis Luhur I yang terletak di kecamatan Banjarsari. Selanjutnya ditentukan SD Negeri Badran sebagai kelas kontrol dengan jumlah 34 peserta didik dan SD Negeri Bibis Luhur I sebagai kelas eksperimen dengan jumlah 34 peserta didik.
b. Metode Penelitian
Metode penelitian pada tahap pengujian ini menggunakan metode penelitian eksperimen semu, pengujian dilakukan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen untuk melihat perbedaan keefektifan penggunaan bahan ajar matematika berbasis discovery learning memanfaatkan permainan tradisional pada kelas eksperimen dan penggunaan bahan ajar yang lama pada kelas kontrol. Perbedaan keefektifan kedua kelas tersebut dilihat dari nilai hasil belajar pada pembelajaran matematika materi bangun datar.
c. Tujuan Penelitian
Pada tahapan ketiga ini dilakukan kegiatan pengujian terhadap produk bahan ajar matematika berbasis discovery learning memanfaatkan permainan tradisional. Pengujian produk dilakukan untuk mengetahui keefektifan bahan ajar matematika berbasis discovery learning memanfaatkan permainan tradisional yang dikembangkan dengan bahan ajar yang biasa digunakan guru. Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui keefektifan tersebut adalah nilai hasil belajar peserta didik.
d. Mekanisme Tahap Pengujian Bahan Ajar
Setelah subjek penelitian ditentukan, langkah selanjutnya ialah menyusun desain eksperimen untuk menguji keefektifan produk. Desain eksperimen yang digunakan adalah pretest-posttest control group design.
Pemilihan desain eksperimen tersebut berkaitan dengan teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini. Berdasarkan pendapat Sugiyono (2015: 112) yang menjelaskan bahwa desain eksperimen pretest-posttest control group design digunakan jika pengambilan sampel dilakukan secara random atau acak. Penelitian ini menggunakan teknik sampling multistage cluster random sampling, dengan demikian masuk dalam teknik
pengambilan sampel random atau acak. Desain eksperimen yang digunakan pada penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.
R O1 X O2
R O3 O4
Gambar 3.1 Desain Eksperimen Pretest-Posttest Control Group Design Keterangan Gambar 3.1 adalah sebagai berikut:
R : sampel pada penelitian diambil secara random.
O1 : nilai pre-test kelompok eksperimen.
O3 : nilai pre-test kelompok kontrol.
O2 : nilai post-test kelompok eksperimen.
O4 : nilai post-test kelompok kontrol.
X : perlakuan (treatment) untuk kelompok eksperimen.
Sugiyono (2015: 112).
Berdasarkan desain eksperimen di atas, maka dapat dimaknai bahwa kedua kelompok dipilih secara random karena pemilihan sampel menggunakan multistage cluster random sampling. Langkah selanjutnya adalah memberikan pre-test pada kedua kelompok untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan kemampuan yang signifikan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Nilai pre-test dalam penelitian ini menggunakan nilai hasil Penilaian Akhir Semester I (PAS) semester 1. Sementara nilai posttest dalam penelitian ini menggunakan nilai hasil pengerjaan tes kemampuan hasil belajar matematika dari kelas kontrol dan kelas eksperimen. Nilai posttest digunakan untuk mengetahui adakah perbedaan hasil belajar matematika yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah dilakukan tindakan.
e. Luaran Penelitian
Luaran penelitian pada tahap pengujian bahan ajar ini adalah bahan ajar matematika berbasis discovery learning memanfaatkan permainan tradisional yang efektif meningkatkan hasil belajar matematika pada peserta didik kelas II Sekolah Dasar di Kota Surakarta. Keefektifan bahan ajar tersebut diketahui melalui hasil uji beda rerata kelas yang menggunakan bahan ajar matematika berbasis discovery learning memanfaatkan permainan tradisional dengan kelas yang menggunakan bahan ajar yang belum dikembangkan.
D. Data dan Sumber Data
Data adalah sejumlah informasi yang dapat memberikan gambaran tentang suatu keadaan atau masalah, baik berupa angka maupun kategori. Jenis data dalam tahap ini adalah kualitatif dan kuantitatif (Subana & Rohadi, 2000: 19).
Data kualitatif dalam penelitian ini berupa masukan, kritik, dan saran yang diberikan oleh guru dan peserta didik tentang penggunaan prototype bahan ajar matematika berbasis discovery learning memanfaatkan permainan tradisional.
Selain itu data kualitatif juga berupa hasil observasi atau pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada saat pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan prototype bahan ajar matematika berbasis discovery learning memanfaatkan permainan tradisional. Data kuantitatif dari penelitian ini berupa nilai hasil pretest dan posttest. Nilai dari perbandingan pretest dan posttest antara kelas eksperimen dan kontrol yang keseluruhannya berwujud data numerik. Selain itu, data kuantitatif juga didapat dari angket atau kuesioner yang dipakai dalam penelitian ini yakni, kuesioner validasi produk dan kuesioner penggunaan bahan ajar.
Sumber data pada penelitian ini dibedakan dalam tiga tahapan penelitian, yakni pada 1) tahap studi pendahuluan, 2) tahap pengembangan bahan ajar, dan 3) tahap pengujian produk. Masing-masing penjabaran dijelaskan sebagai berikut.
Data pada tahap studi pendahuluan berbentuk data kualitatif yang mencakup beberapa hal, antara lain: 1) data hasil wawancara yang bersumber dari guru kelas mengenai keadaan pembelajaran matematika selama ini yang
diwujudkan dalam bentuk tertulis; 2) data hasil observasi yang bersumber dari pengamatan terhadap guru dan peserta didik, berisi mengenai jalannya pembelajaran matematika yang diwujudkan dalam bentuk tertulis; dan 3) data analisis dokumen yang bersumber dari kurikulum, silabus, RPP, daftar nilai, serta instrumen lain yang relevan.
Pada tahap pengembangan, data yang digunakan berbentuk data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif pada tahap pengembangan yang digunakan yakni, 1) nilai pretest dan posttest peserta didik yang bersumber dari tes hasil belajar matematika peserta didik; dan 2) hasil kuesioner penggunaan bahan ajar pembelajaran yang bersumber dari pengisian kuesioner penggunaan oleh guru. Data kualitatif pada tahap pengembangan yang digunakan yakni, 1) hasil wawancara setelah menggunakan bahan ajar matematika berbasis discovery learning memanfaatkan permainan tradisional yang bersumber dari guru; dan 2) penilaian, masukan dan saran mengenai bahan ajar dan instrumen penelitian yang dikembangkan yang bersumber dari expert.
Sumber data pada tahap pengujian bahan ajar menggunakan data kuantitatif. Data yang digunakan tersebut ialah nilai pretest dan posttest dari peserta didik setelah dilakukan tindakan dengan menerapkan bahan ajar matematika berbasis discovery learning memanfaatkan permainan tradisional.
Sumber data diambil dari tes hasil belajar matematika peserta didik.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini digunakan untuk mendapatkan data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diambil dengan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi sedangkan data kuantitatif diambil dengan kuesioner dan teknik tes. Penjelasan secara rinci pada teknik pengumpulan data sebagai berikut.
1. Teknik Pengumpulan Data pada Studi Pendahuluan a. Wawancara
Sukmadinata (2012: 216) wawancara merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang bertujuan untuk memperoleh data dari individu serta dilaksanakan secara individual. Pada tahap studi pendahuluan ini menggunakan wawancara semi-terstruktur, menurut Sugiyono (2013:
233) wawancara semi-terstruktur bertujuan untuk menggali informasi secara lebih terbuka, dimana pihak yang diwawancara diminta pendapat dan idenya.
Pada tahap ini, peneliti melakukan wawancara berkenaan dengan pelaksanaan pembelajaran matematika yang selama ini dilaksanakan oleh guru dan peserta didik, mulai dari bahan ajar yang dipakai, model pembelajaran yang dipakai, serta perangkat pendukung pembelajaran.
b. Observasi
Arikunto (2006: 156) menjelaskan bahwa observasi merupakan kegiatan pengamatan melalui indra penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap. Pada tahap ini, observasi digunakan untuk mengetahui kondisi pembelajaran matematika yang dilakukan selama ini.
Observasi dilakukan secara terencana dan terkontrol. Peneliti melakukan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran. Kegiatan observasi juga dilengkapi dengan blangko dan daftar isian (lembar observasi) yang sudah disiapkan sebelumnya.
c. Kuesioner
Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2013: 142). Pada pemberian kuesioner ini, butir pertanyaan diberikan kepada guru dan peserta didik untuk mengetahui kebutuhan guru dan peserta didik akan bahan ajar pada pembelajaran matematika yang bisa mengembangkan kemampuan memecahkan masalah matematika. Peneliti memberikan lembar kuesioner berisi 10 pertanyaan kepada guru dan peserta didik mengenai keadaan dan kesulitan pembelajaran matematika yang selama ini dilakukan serta kebutuhan akan bahan ajar pada pembelajaran matematika.
d. Analisis Dokumen
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, bisa berupa tulisan, gambar, atau karya-karya dari seseorang (Sugiyono, 2013:
240). Pada tahap ini, dokumen yang dimaksud adalah dokumen dalam pembelajaran matematika yang digunakan guru selama ini. Analisis dokumen dilakukan dengan menganalisis, mempelajari, dan mengkaji dokumen-dokumen pembelajaran matematika yang berupa silabus, RPP, bahan ajar, buku pelajaran dan lain-lain yang digunakan di kelas III SD di Kota Surakarta.
2. Teknik Pengumpulan Data pada Tahap Pengembangan a. Wawancara
Menurut Sukmadinata (2012: 216) wawancara merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang bertujuan untuk memperoleh data dari individu serta dilaksanakan secara individual. Pelaksanaan wawancara pada penelitian ini tetap menggunakan pedoman wawancara yang telah dibuat tetapi tidak menutup kemungkinan ada tambahan pertanyaan lain yang berkaitan dengan penggunaan bahan ajar yang dikembangkan. Peneliti menggali informasi berkenaan dengan pelaksanaan uji coba bahan ajar yang dikembangkan.
b. Kuesioner
Kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden pada konteks laporan tentang pribadinya atau hal-hal lain yang diketahui oleh responden (Arikunto, 2006:
151). Sugiyono (2015: 199) juga menjelaskan bahwa kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Teknik kuesioner pada penelitian ini digunakan untuk mengukur penggunaan bahan ajar matematika berbasis discovery learning memanfaatkan permainan tradisional yang dikembangkan oleh peneliti. Teknik kuesioner untuk
mengukur penggunaan bahan ajar pembelajaran ini diberikan kepada guru kelas.
3. Teknik Pengumpulan Data pada Tahap Pengujian Bahan Ajar Matematika Berbasis Discovery Learning Memanfaatkan Permainan Tradisional
a. Dokumentasi
Sugiyono (2013: 240) menjelaskan dokumen merupakan catatan peristiwa sudah berlalu, yang bisa berupa tulisan, gambar atau karya dari seseorang. Pada penelitian ini, data yang diambil berupa tulisan mengenai pelaksanaan pembelajaran menggunakan bahan ajar matematika berbasis discovery learning memanfaatkan permainan tradisional, dan juga gambar atau foto pelaksanaan pembelajaran, serta hasil pekerjaan peserta didik saat pembelajaran berlangsung. Dokumentasi lain dalam penelitian ini adalah dokumentasi tentang Penilaian Akhir Semester (PAS) sebagai gambaran awal kemampuan peserta didik.
b. Tes
Menurut Arikunto (2006: 150) menyatakan tes merupakan serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, atau kemampuan lain yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Sukmadinata (2012: 223) juga menjelaskan bahwa tes adalah salah satu teknik pengumpulan data yang bersifat mengukur dan hasil pengukuran tersebut berupa angka ordinal, interval, atau rasio. Pada penelitian ini, instrumen tes digunakan untuk mengukur hasil belajar matematika matematika peserta didik kelas III sekolah dasar.
F. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan beberapa instrumen dalam pelaksanaannya, instrumen tersebut digunakan untuk kegiatan validasi dan kegiatan uji coba produk. Beberapa instrumen yang digunakan pada penelitian ini antara lain sebagai berikut.
1. Lembar Wawancara
Lembar wawancara digunakan untuk mengetahui respon guru tentang pembelajaran yang menggunakan bahan ajar matematika berbasis discovery learning memanfaatkan permainan tradisional yang telah dilakukan. Lembar wawancara ini terdiri dari 12 pertanyaan yang merupakan penjabaran dari indikator pada kisi-kisi instrumen. Indikator tersebut disusun dan dijabarkan berdasarkan lima aspek dalam bahan ajar (prastowo, 2015: 37) yang terdiri dari, 1) kebahasaan; 2) kegrafikan; 3) materi; 4) sistem pendukung; 5) dampak instruksional dan pengiring (penjelasan lebih lengkap pada lampiran).
Selanjutnya instrumen wawancara yang telah disusun divalidasikan kepada ahli. Validasi dilakukan oleh tiga ahli yakni, Dyah Ayu, M.Pd (ahli evaluasi pendidikan), Muhammad Waluyo, M.Sc, Ph.D (ahli matematika), dan Herry S.Pd, M.Pd (praktisi atau guru yang berpengalaman). Saran atau masukan yang diberikan Dyah Ayu, M.Pd yakni, pembuatan butir wawancara harus disesuaikan dengan kisi-kisi instrumen. saran yang diberikan Muhammad Waluyo, M.Sc, Phd yakni; 1) materi dalam konteks pertanyaan disebutkan secara spesifik; 2) perlu ditambah pertanyaan yang terkait dengan sintaks bahan ajar; saran yang diberikan Herry, S.Pd, M.Pd yakni, instrumen yang disusun sudah baik dan layak digunakan untuk penelitian. Hasil selengkapnya mengenai validasi instrumen wawancara ini dapat dilihat pada lampiran.
Setelah dilakukan mempertimbangkan saran dari pakar/validator, dilakukan revisi terhadap instrumen kuesioner penggunaan bahan ajar. Selanjutnya hasil revisi tersebut dikonsultasikan kepada validator lagi, dan hasilnya instrumen soal sudah layak dan baik.
2. Lembar Validasi Produk
Lembar validasi digunakan untuk mengetahui penilaian terhadap pengembangan bahan ajar matematika berbasis discovery learning memanfaatkan permainan tradisional. Pada penelitian ini bahan ajar yang dikembangkan sebelum diujikan harus divalidasi oleh ahli. Validasi dilakukan oleh tiga ahli yakni, Muhammad Waluyo, M.Sc, Pd.D dan Prof. Dr. Budiyono,
M.Pd (ahli Matematika). Dr. Roemintoyo M.Pd dan Dyah Ayu, M.Pd (ahli pengembangan bahan ajar), dan Prof. Dr. St. Y. Slamet, M.Pd dan Drs.
Ismail,M.Pd (ahli bahasa Indonesia). Pada setiap aspek tersebut dijabarkan menjadi beberapa indikator yang lebih detail mengenai penilaian terhadap produk yang divalidasi. Hasil penilaian dari ketiga ahli tersebut dijadikan acuan terhadap valid tidaknya produk.
Langkah selanjutnya apabila nilai validasi dari ahli sudah diperoleh maka dianalisis tingkat kevalidan bahan ajar yang dikembangkan. Analisis data kevalidan bahan ajar dipergunakan untuk menganalisis data kuesioner dari para ahli atau pakar terhadap validitas bahan ajar matematika berbasis discovery learning memanfaatkan permainan tradisional. Penentuan tingkat kevalidan dan revisi produk mengacu pada pendapat Akbar dan Sriwiyana (2010: 213) sebagai berikut.
Tabel 3.1 Kriteria Tingkat Kevalidan dan Revisi Produk Kriteria Interval Skor Sangat Baik
Baik
Cukup Baik Kurang Baik
Sangat Kurang Baik
Teknik analisis data hasil kuesioner mengacu pada pedoman pensekoran skala Likert. Menurut Riduwan (2012: 14-15) salah satu cara menghitung skor hasil perolehan skala Likert adalah sebagai berikut.
Nilai =
Hasil analisis terhadap produk pengembangan bahan ajar matematika berbasis discovery learning memanfaatkan permainan tradisional lebih rinci dipaparkan pada bab 4 pada tahapan pengembangan suplemen bahan ajar.
3. Lembar Kuesioner Penggunaan Suplemen Bahan Ajar Matematika Berbasis Discovery Learning Memanfaatkan Permainan Tradisional
a. Penyusunan Instrumen Penggunaan Suplemen Bahan Ajar
Instrumen penggunaan bahan ajar digunakan untuk mengetahui seberapa jauh bahan ajar matematika berbasis discovery learning memanfaatkan permainan tradisional berjalan sesuai dengan tujuan pengembangan. Instrumen penggunaan bahan ajar disusun berdasarkan kisi- kisi yang sudah dibuat. Aspek yang diamati dalam kuesioner diturunkan dari langkah-langkah discovery learning yang baku. Selanjutnya, dari langkah- langkah baku tersebut dijabarkan ke dalam indikator yang akan dinilai.
Indikator-indikator tersebut selanjutnya diwujudkan ke dalam butir-butir soal kuesioner.
Teknik analisis data untuk mengetahui penggunaan bahan ajar yang dikembangkan yakni dengan menganalisis hasil kuesioner penggunaan bahan ajar. Hasil kuesioner dianalisis dengan statistik deskriptif yang berupa pernyataan sangat kurang baik, kurang baik, cukup baik, baik, dan sangat baik. Kelima penyataan tersebut diubah menjadi data kualitatif dengan skala lima, yaitu dengan penskoran angka satu sampai lima, sehingga didapat nilai sangat kurang baik (1) , kurang baik (2), cukup baik (3), baik (4), dan sangat baik (5).
Kriteria kualitas penggunaan bahan ajar matematika berbasis discovery learning memanfaatkan permainan tradisional. Berikut ini merupakan pedoman kriteria penggunaan bahan ajar.
Tabel 3.2 Kriteria Tingkat Penggunaan Bahan Ajar
Nilai Kriteria Interval Skor
A Sangat Baik
B Baik
C Cukup Baik D Kurang Baik
E Sangat Kurang Baik
Akbar dan Sriwiyana (2010: 213)
Sudjana (2006: 107) menuliskan bahwa rerata ideal dalam penilaian skor adalah setengah dari nilai rerata maksimum skor. Berdasarkan pendapat tersebut, penelitian ini menetapkan nilai kelayakan minimal “baik”
dari hasil kuesioner dari pengamat. Apabila hasil penilaian akhir keseluruhan aspek dengan minimal “baik”, maka hasil pengembangan bahan ajar sudah dianggap layak digunakan sebagai bahan ajar dalam pembelajaran.
b. Validasi Instrumen Kuesioner Penggunaan Bahan Ajar Matematika Berbasis Discovery Learning Memanfaatkan Permainan Tradisional
Instrumen kuesioner yang disusun selanjutnya divalidasikan kepada tiga orang validator, yakni Muhammad Waluyo, M.Sc, Ph.D (ahli pembelajaran matematika); Dyah Ayu, M.Pd (ahli penyusunan instrumen pembelajaran); dan Herry, M.Pd (guru/praktisi pendidikan). Saran yang diberikan validator Muhammad Waluyo, M.Sc, Ph.D, yakni, redaksi butir kuesioner perlu diperbaiki karena ada beberapa butir yang sudah tepat, materi dalam penelitian harus disebutkan spesifik di butir kuesioner, dan kuesioner ditambah pertanyaan yang lebih substansial. Saran yang diberikan Dyah Ayu, M.Pd yakni tampilan kuesioner sebaiknya diubah ke dalam bentuk cheklist agar memudahkan pengamat, namun itu hanya saran opsional saja selebihnya instrumen kuesioner sudah cukup baik karena disusun dari kisi-kisi yang jelas. Saran yang diberikan Herry, S.Pd, M.Pd yakni, instrumen kuesioner sudah baik dan layak digunakan untuk kegiatan pengamatan. Hasil selengkapnya mengenai validasi instrumen penggunaan bahan ajar pembelajaran ini dapat dilihat pada lampiran. Setelah dilakukan mempertimbangkan saran dari pakar/validator, dilakukan revisi terhadap instrumen kuesioner penggunaan bahan ajar. Selanjutnya hasil revisi tersebut dikonsultasikan kepada validator lagi, dan hasilnya instrumen soal sudah layak dan baik.
4. Soal Tes
Soal tes digunakan untuk mengukur hasil belajar matematika peserta didik dengan materi bangun datar pada peserta didik kelas III sekolah dasar yang menjadi subjek penelitian. Bentuk instrumen soal pada penelitian ini adalah soal objektif. Penyusunan soal tes mengacu pada kompetensi dasar, dan indikator mata pelajaran matematika sekolah dasar kelas III. Kompetensi dasar pembelajaran matematika pada penelitian ini adalah memahami berbagai bentuk bangun datar dan dapat mengenal simetri pada bangun datar.
Adapun skor maksimal per soal pada penilaian tes bentuk uraian adalah 1, sedangkan skor minimalnya 0. Sebelum instrumen tes digunakan untuk mengukur hasil belajar matematika peserta didik, dilakukan validasi isi dan uji coba soal. Subjek uji coba instrumen tes adalah 72 peserta didik kelas III SDN Wonosaren Kecamatan Jebres, Surakarta. Hasil uji coba selanjutnya dianalisis untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran soal, dan daya pembeda.
a. Validitas Isi
Budiyono (2003) menyatakan bahwa untuk menilai apakah instrumen validasi tinngi, dilakukan melalui expert judgment. Penilaian para pakar dilakukan untuk mengetahui suatu angket dikatakan valid atau tidak. Uji validitas isi ini digunakan untuk mengukur seberapa jauh tes dapat mengukur hasil belajar matematika matematika peserta didik. Saran yang diberikan oleh validator Priskila Dwinando, S.Pd yakni, pemilihan kata pada beberapa butir soal masih belum tepat dan perlu ada sedikit perbaikan agar peserta didik tidak salah memahami soal tersebut. Saran yang diberikan Iin, S.Pd yakni butir-butir soal sudah cukup baik dan sesuai dengan kisi-kisi yang disusun sehingga layak digunakan untuk tahap pengukuran hasil belajar matematika peserta didik. Saran yang diberikan oleh Muhammad Waluyo, M.Sc, Ph.D yakni, redaksi butir soal perlu diperbaiki karena ada beberapa butir soal yang bisa menimbulkan tafsiran ganda untuk peserta didik. Selain itu, penempatan aspek kognitif ada yang belum tepat, sehingga perlu adanya sedikit perbaikan. Hasil selengkapnya mengenai validasi isi
instrumen soal evaluasi dapat dilihat pada lampiran. Setelah dilakukan uji validitas oleh para validator serta mempertimbangkan saran dari pakar/validator, dilakukan revisi terhadap butir soal. Hasil revisi tersebut dikonsultasikan kepada validator lagi, dan hasilnya instrumen soal sudah layak dan baik.
b. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran soal atau proporsi jawaban benar adalah jumlah peserta tes yang menjawab dengan benar pada butir soal yang dianalisis dibandingkan dengan jumlah peserta tes seluruhnya (Surapranata, 2004: 12).
Instrumen soal tes dikatakan baik atau tidak dapat diketahui dari tingkat kesukaran atau derajat kesukaran yang dimiliki masing-masing butir item tersebut. Butir item tes dinyatakan baik apabila butir soal tersebut tidak terlalu sulit dan tidak terlalu mudah, dengan kata lain derajat kesukaran item adalah sedang atau cukup. Rumus menghitung tingkat kesukaran menurut Sudijono (2008: 371) ditunjukkan sebagai berikut.
Keterangan:
P = Proporsi angka indeks kesukaran item
Np = Banyaknya peserta didik yang dapat menjawab dengan benar Pada butir soal yang bersangkutan
N = Banyaknya peserta didik yang mengikuti tes
Tabel 3.3 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal
Interval Kriteria
0,00 - 0,30 Sukar
0,31 - 0,70 Sedang
0,71 - 1,00 Mudah
(Arikunto, 2006: 207)
Adapun peniliaian butir soal memiliki skala 0 sampai dengan 1.
Semakin mendekati 1 soal tergolong jawaban yang benar dan 0 soal
jawaban salah. Indeks kesukaran yang berada sekitar 0,5 dianggap yang terbaik. Butir soal dengan indeks bawah 0,3 dikategorikan sebagai butir soal yang sukar sedangkan jika indeksnya di atas 0,7 butir soal tersebut memiliki kategori mudah.
c. Daya Pembeda
Daya pembeda soal merupakan kemampuan sebuah soal untuk membedakan antara peserta didik yang berkemampuan tinggi dan berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda adalah indeks diskriminasi. Semakin tinggi indeks daya pembeda soal maka semakin mampu soal untuk membedakan peserta didik yang sudah memahami dan belum memahami materi. Jika daya pembeda soal bernilai negatif berarti lebih banyak kelompok peserta didik yang belum memahami materi tersebut. Daya pembeda butir tes dihitung dengan rumus di bawah ini.
DP = Keterangan:
DP = Indeks daya pembeda
= Banyaknya peserta didik kelompok atas yang menjawab benar
= Banyaknya peserta didik kelompok bawah yang menjawab benar
= Banyaknya peserta didik kelompok atas median
= Banyaknya peserta didik kelompok bawah median
(Ratumanan & Laurens, 2003: 70)
Tabel 3.4 Kriteria Daya Beda
Indeks Daya Beda Kriteria 0,41 ≤ D < 1,00 Butir soal sangat baik
0,31 ≤ D < 0,40 Butir soal baik 0,21 ≤ D < 0,30 Butir soal cukup baik
D < 0,20 Butir soal jelek
(Arikunto, 2006: 218)
Hasil perhitungan uji daya beda soal dapat dilihat dari tabel berikut.
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 35 soal yang diujikan pada uji instrumen, ada 3 soal yang berada pada kategori jelek, yaitu berada pada rentang 0,00-0,20. Oleh sebab itu, perlu adanya perbaikan terhadap kedua soal tersebut. Bertolak dari hasil perhitungan yang telah dilakukan, selanjutnya untuk mendapatkan pengukuran hasil belajar matematika matematika peserta didik yang valid, dipilih 25 dari 30 soal terbaik. Soal tes tersebut digunakan dalam penelitian ujicoba luas dan uji efektifitas untuk mengukur hasil belajar matematika peserta didik.
d. Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan tolok ukur sejauh mana hasil suatu proses pengukuran dapat dipercaya. Istilah reliabilitas juga memiliki kesamaan makna dengan konsistensi, keterandalan, keterpercayaan, kestabilan, keajegan, dan sebagainya. Menurut Sugiyono (2015: 172) instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.
Berkenaan dengan uji reliabilitas instrumen soal tes pada penelitian ini, peneliti melakukan perhitungan reliabilitas menggunakan rumus Kader- Richardson (K.R 20) sebagai berikut:
=
dengan:
= Koefisien reliabilitas tes
n = Banyaknya butir item 1 = Bilangan konstan
= Variansi total
= Proporsi banyaknya subjek yang menjawab benar pada butir item yang bersangkutan
= Proporsi banyaknya subjek yang menjawab salah atau = 1 -
= Jumlah dari hasil perkalian antara dan
(Sudijono, 2008: 252)
Klasifikasi uji reliabilitas menurut Sudijono (2008: 32) ditunjukkan pada Tabel 3.5 di bawah ini.
Tabel 3.5 Klasifikasi Uji Reliabilitas
Reliabilitas Kategori
0,00 ≤ r11< 0,20 Sangat rendah 0,21 ≤ r11< 0,40 Rendah
0,41≤ r11< 0,70 Sedang 0,71 ≤ r11< 0,90 Tinggi
0,91≤ r11< 1,00 Sangat tinggi
Hasil uji reliabilitas selengkapnya terdapat pada lampiran. Dari perhitungan tersebut, diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,894. Nilai tersebut termasuk dalam kategori reliabel karena masuk dalam interval lebih dari 0,70.
G. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan dua jenis data yakni data kualitatif dan data kuantitatif. Data yang diperoleh dalam kegiatan penelitian dianalisis sesuai dengan jenis data tersebut. Berikut penjelasan tentang teknik analisis data pada penelitian ini.
1. Teknik Analisis Data Kualitatif
Teknik analisis data kualitatif pada penelitian ini menggunakan analisis data model interaktif dari Miles and Huberman. Aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Sugiyono (2013: 246) menjelaskan bahwa model analisis data interaktif ini memiliki langkah-langkah sebagai berikut, a) reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan (conclusion drawing/ verification). Skema anaisis data intraktif dapat dilihat pada Gambar 3.2 berikut.
Gambar 3. 2. Model Analisis Data Interaktif oleh Milles dan Hubberman
Langkah-langkah analisis data interaktif dalam penelitian ini dimulai dari pengumpulan data yang berkaitan dengan pembelajaran matematika di sekolah dasar. Setelah data terkumpul, data dari keadaan pembelajaran matematika lalu direduksi, artinya semua data tersebut dirangkum serta disesuaikan dengan memfokuskan pada hal-hal yang penting dalam kepentingan penelitian. Langkah selanjutnya penyajian data, rangkuman yang sudah menjadi intisari data disajikan dalam bentuk uraian singkat, bagan, flowchart, dan sejenisnya. Hal tersebut digunakan untuk memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya, berdasarkan apa yang telah dipahami. Langkah ketiga berupa penarikan kesimpulan atau verifikasi, dalam penelitian kesimpulan pada pembelajaran matematika dilakukan dengan melihat pola-pola yang terbentuk dari penyajian data.
Pengumpulan Data (Data Collection)
Reduksi Data (Data Reduction)
Penarikan Kesimpulan Penyajian Data (Data Display)
2. Teknik Analisis Data Kuantitatif a. Uji Prasyarat
Sebelum data kuantitatif pada penelitian ini diuji beda rerata, data tersebut harus diuji prasyarat terlebih dahulu untuk mengetahui apakah data tersebut setara ataukah tidak. Untuk mengetahui kesetaraan data yang digunakan uji prasyarat yang digunakan sebagai berikut.
1) Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan salah uji statistik yang menjadi persyaratan dalam sebuah pengambilan keputusan pada sebuah penelitian.
Hal tersebut selaras dengan pendapat Budiyono (2016: 168) yang menyatakan bahwa pada sebuah penelitian, normalitas tidak lagi menjadi sesuatu yang diasumsikan, tapi dipersyaratkan. Artinya, sebelum uji beda rerata dilakukan, harus ditunjukkan terlebih dahulu bahwa sampel diambil dari populasi yang berdistribusi normal.
Uji normalitas yang dipakai pada penelitian ini untuk menguji normalitas populasi. Adapun uji yang digunakan adalah Uji Lilliefors Selanjutnya ditentukan taraf signifikansi 5%, sehingga hipotesis uji normalitas dinyatakan sebagai berikut:
1) Hipotesis :
a) H0: Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal b) H1: Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal 2) Taraf signifikansi
α = 5%
3) Statistik uji yang digunakan : L = Maks | F(zi) – S(zi) |;
Dengan zi = s
x xi
Keterangan:
s = standar deviasi =
) 1 (
) ( 2
2
n n
x x
n
F(zi) = P (Z ≤ zi); Z ~ N(0,1)
S(zi) = proporsi cacah z ≤ ziterhadap seluruh zi
Xi = angka pada data
= rata-rata data 4) Daerah Kritis
Daerah kritik = { L| L > Lα;n} dengan n adalah ukuran sampel.
Untuk dan n, nilai Lα;n dapat di lihat pada tabel nilai kritik uji Lilliefors.
5) Keputusan Uji
H0diterima jika harga statistik uji jatuh di luar daerah kritik.
6) Kesimpulan
a) H0diterima, maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
b) H0 ditolak, maka sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
(Budiyono, 2016: 170) 2) Uji Homogenitas
Menurut Budiyono (2016: 174) uji homogenitas dipersyaratkan agar populasi-populasi yang diperbandingkan mempunyai variansi- variansi yang sama. Pada penelitian ini, uji homogenitas dipersyaratkan bagi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Uji tersebut dimaksudkan agar dapat diketahui bahwa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki kompetensi atau kemampuan yang seimbang.
Adapun uji homogenitas menggunakan metode barlet dengan statistik uji chi kuadrat. Tes ini mengasumsikan bahwa sampel uji yang berbeda, akan tetapi memiliki variansi yang sama. Adapun hipotesis uji homogenitas dinyatakan sebagai berikut.
1) Hipotesis :
a) H0: (Variansi populasi homogen) b) H1: (Variansi populasi tidak homogen) 2) Taraf signifikansi
α = 5 %
3) Statistik uji yang digunakan :
=2
c 303 ,
2 (f log RKG - fjlog sj2)
dengan:
2 ~ 2(k-1)
k = banyaknya sampel
f = derajat kebebasan untuk RKG = N-k
fj= derajat kebebasan untuk sj2= nj-1, dengan j = 1, 2, … N = banyaknya seluruh nilai (ukuran)
nj= banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j
c = 1 +
fj fj k
1 1 ) 1 ( 3
1
RKG =
j j
f SS
SSj= ΣXj2-
j j
n X2
= (nj-1) sj2
4) Daerah Kritis
DK = DK = { |2 >2 2α,k-1 } untuk beberapa α dan (k-1), nilai
2 α,k-1 dapat dilihat pada tabel nilai chi kuadrat dengan derajat kebebasan (k-1).
5) Keputusan Uji
H0diterima jika 2obsterletak di luar daerah kritis H0ditolak jika 2obsterletak di dalam daerah kritis 6) Kesimpulan
a) H0diterima, maka sampel berasal dari variansi yang homogen b) H0ditolak, maka sampel tidak berasal dari variansi yang homogen
(Budiyono, 2016: 174) b. Uji Keseimbangan
Uji keseimbangan digunakan untuk mengetahui apakah kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai kemampuan yang sama sebelum diberikan perlakuan. Pada penelitian ini, uji keseimbangan dilakukan melalui uji-t independent terhadap skor hasil pretest. Adapun hipotesis statistik yang diajukan dalam uji keseimbangan ini adalah:
H0: kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai kemampuan awal yang sama sebelum perlakuan.
H1: kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai kemampuan awal yang tidak sama sebelum perlakuan.
Menurut Budiyono (2016: 151) statistik uji yang digunakan untuk menguji keseimbangan adalah sebagai berikut.
1) Hipotesis
a) H0: μ1= μ2(kedua kelompok mempunyai kemampuan awal sama) b) H1 : μ1 ≠ μ2 (kedua kelompok mempunyai kemampuan awal tidak
sama)
2) Taraf Signifikansi α = 5 %
3) Statistik Uji
t =
2 1
0 2 1
1 1
n s n
d X X
p
~ t(n1+n2-2);
s2p =
2 ) 1 ( ) 1 (
2 1
22 2 2
1 1
n n
s n s
n ,
dengan Keterangan:
= mean pada kelompok kontrol
= mean pada kelompok eksperimen
d0 = 0 (sebab tidak dibicarakan selisih rataan)
s2p = Variansi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
= jumlah individu pada kelompok kontrol
= jumlah individu pada kelompok eksperimen 4) Daerah Kritik
DK : {t|t < - atau t > } 5) Keputusan Uji
H0diterima, jika nilai thitungberada di luar daerah kritik.
H0ditolak, jika nilai nilai thitungberada di dalam daerah kritik.
6) Kesimpulan
H0 diterima, maka kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai kemampuan awal yang sama sebelum perlakuan.
H0 ditolak, maka kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai kemampuan awal yang tidak sama sebelum perlakuan.
(Budiyono, 2016: 151) c. Uji Kefektifan
Uji beda rerata dipergunakan untuk mengetahui keefektifan bahan ajar matematika berbasis discovery learning memanfaatkan permainan tradisioanal setelah uji prasyarat analisis terpenuhi (normal dan homogen).
Uji beda rerata dilakukan untuk membandingkan nilai post-test dari
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Adapun hipotesis yang akan diuji pada uji beda rerata adalah sebagai berikut.
H0: tidak terdapat perbedaan hasil belajar matematika peserta didik antara penggunaan bahan ajar matematika berbasis discovery learning memanfaatkan permainan tradisioanl dengan bahan ajar yang lama.
H1: terdapat perbedaan hasil belajar matematika matematika peserta didik antara penggunaan bahan ajar matematika berbasis discovery learning memanfaatkan permainan tradisioanl dengan bahan ajar yang lama.
Menurut Budiyono (2016: 151) statistik uji yang digunakan untuk menguji beda rerata adalah sebagai berikut.
1) Hipotesis
a) H0: μ1= μ2(kedua kelompok mempunyai kemampuan sama) b) H1: μ1≠ μ2(kedua kelompok mempunyai kemampuan tidak sama) 2) Taraf Signifikansi
α = 0,05 3) Statistik Uji
dengan
=
Keterangan
= mean pada distribusi kelompok kontrol.
= mean pada kelompok eksperimen.
1 = simpangan pada saat pre-test
2 = simpangan pada saat post-test
1 = banyak peserta didik pada saat pre-test
2 = banyak peserta didik pada saat post-test
t = ~ t ( )
= variansi gabungan kelompok pre-test dan post-test
= 0 (sebab tidak dibicarakan selisih rata-rata) 4) Daerah Kritik
DK : {t|t < - atau t > } 5) Keputusan Uji
H0diterima, jika nilai statistik uji amatan berada di luar daerah kritik.
H0ditolak, jika nilai statistik uji amatan berada di dalam daerah kritik.
6) Kesimpulan
H0 diterima, maka tidak ada perbedaan hasil belajar matematika peserta didik antara yang menggunakan bahan ajar berbasis discovery learning memanfaatkan permainan tradisional dengan bahan ajar lama.
H0 ditolak, maka terdapat perbedaan hasil belajar matematika peserta didik antara menggunakan bahan ajar berbasis discovery learning memanfaatkan permainan tradisional dengan bahan ajar lama..
(Budiyono, 2016: 151)