• Tidak ada hasil yang ditemukan

Formulasi Dan Pengujian Sifat Fisik Krim Aromaterapi Minyak Bunga Kenanga (Canangium Odoratum, Baill.) Dengan Basis Krim Susu rr

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Formulasi Dan Pengujian Sifat Fisik Krim Aromaterapi Minyak Bunga Kenanga (Canangium Odoratum, Baill.) Dengan Basis Krim Susu rr"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

FORMULASI DAN PENGUJIAN SIFAT FISIK KRIM AROMATERAPI MINYAK BUNGA KENANGA (Canangium odoratum, Baill.) DENGAN

BASIS KRIM SUSU

Tugas Akhir

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi

Oleh : ISNAINI FARIDA

M3508040

DIPLOMA III FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

ii

(3)

HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir ini adalah hasil penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar apapun di suatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelar yang telah diperoleh dapat ditinjau dan/atau dicabut.

Surakarta, Desember 2011

(4)

INTISARI

Bunga Kenanga (Canangium odoratum, Baill) adalah salah satu tanaman yang dapat menghasilkan minyak essensial yang dapat dimanfaatkan sebagai aromaterapi dan mampu mengatasi gangguan insomnia, hipertensi, depresi, masalah kulit dan gangguan lain. Penelitian dilakukan untuk membuat dan mengetahui stabilitas krim aromaterapi minyak bunga kenanga dengan basis krim susu.

Formulasi krim dibuat menjadi 3 dengan kadar minyak bunga kenanga 2% pada masing-masing krim. Tiga formulasi tersebut adalah, formuasi 1 (F1) dengan kadar fase air 67% dan fase minyak 33%, formulasi 2 (F2) dengan kadar fase air 65,5% dan fase air 34,5% dan formulasi 3 (F3) dengan kadar fase air 64,6% dan fase minyak 35,4%. Stabilitas krim diuji yang meliputi pengujian pada organoleptis, daya sebar, kelengketan, pH, viskositas, kesukaan dan iritasi.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa minyak bunga kenanga dapat dibuat menjadi krim aromaterapi dengan basis krim susu dan stabil secara organoleptis. Pada pengujian sifat fisik, formulasi 2 adalah formulasi yang lebih baik diantara ketiga formulasi karena memiliki penyimpangan yang paling kecil pada beberapa pengujian, sedangkan pada uji kesukaan dan iritasi, F1 adalah formulasi yang paling baik dengan 45% responden suka terhadap formulasi 1 dan 95% responden tidak menunjukkan adanya iritasi pada penggunaan formulasi 1. Perlu adanya pengembangan forulasi lagi untuk memperoleh krim yang memenuhi persyaratan dan juga disukai oleh masyarakat. Pada penelitian ini diketahui bahwa perbedaan formulasi krim ternyata mempengaruhi sifat fisik krim.

Kata Kunci: Minyak Bunga Kenanga (Canangium odoratum, Baill.), aromaterapi, krim susu, uji sifat fisik.

iv

(5)

ABSTRACT

Canangium odoratum is a plant that can produce oil of life that can be used as aromatherapy and able to cope with the disorders and insomnia, hypertension, depression, skin problems and other disorders. The research was done to create and find out stability aromateraphy cream of Canangium odoratum with cream milk base.

The formulation of cream create into 3 type formulation with Canangium odoratum oil is 2% on each of the cream. Three of these formulations are, formuasi 1 (F1) with phase water level 67% and 33%, oil phase formulations 2 (F2) with levels of water phase and water phase 65,5% 34.5% and formulations 3 (F3) the levels of the water phase and phase oil 64.6% 35.4%. Stability tested which includes spread of cream test, organoleptic test, adhesiveness test, pH, viscosity test, haedonic and pacth test.

The results obtained show that oil Canangium odoratum can be made into a aromatherapy cream with milk cream base and stable in organoleptis. On the physical characteristic testing, formulations 2 is a better formulation of the three formulations for having the lowest deviation in some tests, while in the haedonic and pacth test, F1 is the best formulation with 45% of respondents prefer to formulation 1 and 95% of respondents did not indicate the presence of irritation in the use of formulations of 1. Need any longer to obtain development cream formulation which meet the requirements and also favored by the public. In this research note that the difference was found to influence the formulation of the cream physical characteristic.

(6)

HALAMAN MOTTO

Jika Allah menolong kepada kalian maka tidak ada orang yang dapat

mengalahkan pada kalian

— –

Sesungguhnya Allah Yang Maha Luhur murka pada tiap – tiap orang

yang pandai ilmu dunia yang namun bodoh dalam ilmu akhirat

— –

Hope is a dream that never sleep

(Harapan adalah sebuah impian yang tidak pernah padam)

— –

Hidup tidak akan berakhir hanya karena hari ini adalah hari terbaik

bagimu atau hari terburuk bagimu

— –

Orang yang sukses adalah orang yang bisa membangun landasan yang

kuat dengan batu bata yang dilemparkan kepadanya

— –

Hal terbaik yang anda lakukan hari ini akan membawa anda ke

tempat terbaik di hari mendatang

— –

vi

(7)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Tugas Akhir ini kupersembahkan

untuk Ayah dan Ibu atas segala kasih

sayangnya, kakak, adik - adikku serta

teman-temanku atas kasih sayang, dukungan dan

(8)

KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdulillahirobbil’alamin puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Pembuatan dan Pengujian Sifat Fisik Krim Aromaterapi Minyak Bunga Kenanga (Canangium odoratum, Baill.) dengn Basis Krim Susu” sesuai waktu yang ditentukan.

Penyusunan tugas akhir ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan kelulusan Program Diploma III Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah banyak membantu. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc., Ph. D. selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ahmad Ainurrofiq, M.Si., Apt. selaku Ketua Program D3 Farmasi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Anang Kuncoro R.S, S.Si., Apt. selaku pembimbing tugas akhir yang telah memberikan masukan dan membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini. 4. Ahmad Ainurrofiq, M.Si., Apt. dan Estu Retnaningtyas N., STP., M.Si. selaku

dosen penguji tugas akhir.

viii

(9)

5. Nestri Handayani, M.Si., Apt. selaku pembimbing akademik yang telah banyak memberi masukan dan bimbingan akademik selama menjadi mahasiswa D3 Farmasi.

6. Ayahanda Suwadi, SH dan Ibunda Punijah tercinta yang telah melimpahkan cinta, kasih sayang, semangat dan dukungan dalam hidupku.

7. Kakakku Siti Nurjannah dan adik – adikku (nurul, aini dan wildan) yang selalu memberikan dukungan dan semangat.

8. Bapak Samuel, Bapak Sutikno dan Bapak Sukino yang telah memberikan masukan dan banyak membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

9. Sahabat – sahabat tercinta (octavina, devinta, desy, fathimah, ayu, agnes, oktivia, vivi, fartina, ratna ) yang telah memberikan semangat, cinta dan dukungan serta selalu ada dalam suka dan duka.

10.Sahabat – sahabat remaja Baiturrohman (cholisma, anshori, nurul imaya, aulia, hidayati, nur rohmat, mifta, icha, ratna, faizin, luksy, siti, ayu, ilham, dyah, dll.) yang senantiasa memberikan dukungan, bantuan, semangat dalam hidupku.

11.Teman – teman penelitian (afif, maria, zainal, amelia, ali, oktavia, ayu wulan, ratna, nindya) yang telah berbagi pengalaman dan pengetahuan selama menyelesaikan tugas akhir ini.

12.Teman – teman lamaku (hesti, aster, wella, nuraini, lina) yang telah banyak membantu dan memberikan semangat dan dukungan.

(10)

14.Semua mahasiswa Diploma 3 Farmasi 2008 yang telah berbagi suka dan duka serta pengalaman selama pembuatan tugas akhir.

15.Adik –adik tingkatku tersayang di D3 Farmasi UNS angkatan 2009 sampai 2011 yang banyak memberikan semangat.

16.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu penulis dalam pembuatan tugas akhir.

Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari semua pihak karena penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan tugas akhir ini masih banyak kesalahan dan kekurangannya. Akhir kata semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, Desember 2011 Penulis

xi x

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

(12)

D. Krim ... 13

1. Definisi Krim ... 13

2. Sifat Krim ... 14

E. Bahan – bahan Pembuatan Krim ... 14

F. Uji Fisik Krim ... 16

G. Kerangka Pemikiran ... 18

H. Hipotesis ... 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Bahan dan Alat ... 20

B.Waktu dan Tempat Penelitian ... 20

C.Identifikasi Variable Penelitian ... 21

D.Cara Kerja Penelitian ... 22

E.Diagram Alir Cara Kerja ... 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

A.Hasil Determinasi Tanaman dan Pemetikan Bunga Kenanga (Canangium odoratum, Baill.) ... 30

B.Hasil Penyulingan Bunga Kenanga (Canangium odoratum, Baill.) dan Pengujian Minyak Kenanga ... 31

C.Hasil Pembuatan Krim ... 32

D.Hasil Pengujian Krim ... 34

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 46

B.Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47

xii

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I. Formulasi Krim ... 23

Tabel II. Hasil Pembuatan Krim ... 33

Tabel III. Hasil Pengamatan Organoleptis Krim ... 34

Tabel IV. Hasil Uji Homogenitas Krim ... 35

Tabel V. Hasil Uji Daya Sebar Krim ... 35

Tabel VI. Hasil Uji Kelengketan Krim ... 38

Tabel VII. Hasil Uji pH Krim ... 40

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Bunga Kenanga (Canangium odoratum, Baill.) ... 5

Gambar 2. Diagram Penyulingan Bunga Kenanga ... 27

Gambar 3. Diagram Pembuatan Minyak Bunga Kenanga dengan Basis Krim Susu ... 28

Gambar 4. Diagram Pengujian Krim ... 29

Gambar 5. Hasil Formulasi Krim Aromaterapi Minyak Bunga Kenanga (Canangium odoratum, Baill.) dengan Basis Krim Susu ... 32

Gambar 6. Grafik Uji Daya Sebar Krim ... 36

Gambar 7. Grafik Uji Kelengketan Krim... 38

Gambar 8. Grafik Uji pH Krim ... 41

Gambar 9. Grafik Viskositas Krim ... 43

Gambar 10. Diagram Uji Kesukaan Krim ... 44

Gambar 11. Diagram Uji Iritasi ... 45

Gambar 12. Alat Uji Kelengketan ... 56

Gambar 13. Alat Uji Daya Sebar ... 56

Gambar 14. Alat Uji Viskositas ... 56

Gambar 15. Alat Uji pH ... 56

xiv

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Hasil Determinasi Rimpang Lengkuas

(Cananga odorata, Baill.) ... 51

Lampiran 2. Hasil Perhitungan Berat Jenis Minyak Atsiri Bunga Kenanga dan Kemurnian (Cananga odorata, Baill.) ... 52

Lampiran 3. Hasil Perhitungan Rendemen dan Kemurnian Minyak Atsiri Bunga Kenanga (Cananga odorata, Baill.) ... 53

Lampiran 4. Hasil Perhitungan Fase Air dan Fase Minyak ... 54

Lampiran 5. Gambar Alat Penyulingan Minyak Bunga Kenanga ... 55

Lampiran 6. Gambar Alat Pengujian Krim ... 56

Lampiran 7. Hasil Perhitungan Statistik Uji Daya Sebar ... 57

Lampiran 8. Hasil Perhitungan Statistik Uji Kelengketan ... 59

Lampiran 9. Hasil Perhitungan Statistik Uji pH ... 61

(16)

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara beriklim tropis yang kaya akan flora yang mempunyai banyak manfaat dan dapat tumbuh dengan mudah. Salah satunya adalah tanaman yang mengandung minyak atsiri seperti bunga kenanga, nilam, minyak sereh dan cengkeh (Sumarni, 2008). Melimpahnya sumber daya alam yang ada di Indonesia ini telah memberikan banyak manfaat dan kesempatan dalam kemajuan di bidang apapun, tidak terkecuali di bidang kesehatan dan pengobatan.

Penggunaan tanaman dan ekstraknya telah digunakan sejak dahulu kala untuk meringankan rasa sakit, membantu dalam penyembuhan, membunuh bakteri, merevitalisasi dan memelihara kesehatan. Salah satunya adalah penggunaan aromaterapi dalam dunia pengobatan yang telah ada sejak 5000 tahun yang lalu oleh bangsa Mesir (Price dan Price, 1995).

Aromaterapi menjadi semakin populer karena, berkat kemajuan teknologi, orang telah berhasil menguraikan bahan aromatik dari sumbernya. Di negara-negara maju, yang masyarakatnya sudah sadar akan bahaya obat - obatan kimiawi, keinginan untuk kembali ke pengobatan alami telah meningkatkan peran aromaterapi (Primadiati, 2002).

Minyak bunga kenanga merupakan salah satu minyak esensial utama, yaitu minyak yang banyak digunakan untuk beberapa kepentingan dan pengobatan beberapa macam gangguan. Suatu penelitian yang dilakukan oleh Muchtaridi (2008) menunjukkan bahwa minyak bunga kenanga memiliki kemampuan

1

(17)

menurunkan aktivitas lokomotor yang setara dengan minyak lavender, sehingga minyak bunga kenanga dapat digunakan dalam spa. Pengembangan minyak kenanga dalam bentuk krim pijat, menunjukkan bahwa krim tersebut memberikan hasil yang baik setelah pengujian haedonik. Minyak bunga kenanga sangat baik digunakan untuk relaksasi dan mengatasi gangguan sukar tidur. Pada perawatan kulit, minyak bunga kenanga digunakan untuk membantu mengobati atau menghilangkan bercak hitam atau beberapa penyakit kulit ringan (Primadiati, 2002).

Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin mengembangkan minyak kenanga dengan membuat minyak kenanga menjadi suatu sediaan yang dikombinasikan dengan susu menjadi krim pijat susu aromaterapi minyak kenanga yang memiliki nilai tambah. Penelitian ini nantinya juga akan diketahui manakah formulasi krim yang memiliki kestabilan yang paling baik. Penggunaan krim ini nantinya dibantu dengan pemijatan, sebab dengan pemijatan, penyerapan minyak bunga bunga kenanga akan lebih cepat dan karena minyak kenanga adalah salah satu jenis aromaterapi yang cocok digunakan pada spa dan pemijatan.

(18)

Formulasi krim yang menggunakan basis susu didasarkan pada manfaat dari susu yang merupakan salah satu hasil alam yang memiliki manfaat, baik untuk kesehatan maupun untuk kecantikan. Pemanfaatan susu untuk kecantikan ini konon sudah ada sejak zaman Ratu Cleopatra dengan menggunakan susu untuk mandi. Susu ini dipercaya mampu memberi manfaat bagi kulit, seperti menghaluskan kulit, mengecilkan pori-pori serta mampu mengurangi iritasi pada kulit.

Berdasarkan hal diatas, formulasi suatu aromaterapi dan susu diharapkan mampu menjadi salah satu solusi pengembangan hasil alam berupa krim aromaterapi minyak bunga kenanga dengan basis krim susu.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan masalah yang ada adalah :

1. Apakah minyak aromaterapi bunga Kenanga dapat diformulasikan menjadi krim aromaterapi dengan basis krim susu?

2. Apakah perbandingan fase air dan fase minyak dalam krim mempengaruhi sifat fisik dan kestabilan dari krim aromaterapi minyak bunga kenanga ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain :

1. Mengetahui apakah minyak bunga kenanga dapat diformulasikan menjadi krim aromaterapi bunga kenanga dengan basis krim susu.

(19)

2. Mengetahui pengaruh perbandingan air dan minyak dalam krim terhadap sifat fisik dan kestabilan krim susu aromaterapi minyak bunga kenanga

D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:

1. Memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah di lingkungan sekitar. 2. Memberikan pilihan formulasi krim susu aromaterapi minyak bunga kenanga

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Minyak Bunga Kenanga

1. Sistematika Tanaman

Minyak Bunga Kenanga diperoleh dari penyulingan bunga Kenanga (Canangium odoratum Baill.).

Gambar 1. Bunga Kenanga (Canangium odoratum, Baill.)

Kedudukan Bunga Kenanga (Canangium odoratum Baill.) dalam sistematika tumbuhan, adalah sebagai berikut:

a. Kingdom : Plantae b. Divisi : Spermatophyta c. Sub Divisi : Angiospermae d. Kelas : Dicotyledonae e. Ordo : Ranunculales f. Famili : Annonaceae g. Genus : Cananga

h. Spesies : Canangium odoratum Baill. (Anonim, 2009).

5

(21)

2. Nama Lain

Kenanga di beberapa negara lain, dikenal dengan nama Canang Odorant (Prancis), Karumugai (India), Kadantyan (Myanmar), Chenanga (Malaysia) dan Ilang – ilang (Filipina) (Maner dan Elevitch, 2006). Beberapa daerah di Indonesia, mengenal kenanga dengan nama Kenanga (Aceh, Jawa Tengah), Selanga (Gayo), Ngana-ngana (Nias), Ingona (Minangkabau), Salapin (Sumatera Timur), Kupa Apale (Sumatera Barat), Kupa lena (Sumatera Selatan), Kananga (Sunda, Madura,Bima, Bugis), Sandat (Bali, Sasak), Tenaga (Sawu), Bunga Kacik (Roti), Lalingiran (Sulawesi Utara), Lomulilano (Buru) (Anonim, 2009).

3. Morfologi Tanaman

Pada umumnya tanaman berbentuk pohon atau perdu dengan dahan yang bercabang, memiliki batang tunggal dan batang yang lembut dan berwarna putih sampai kelabu. Kenanga berbunga disepanjang tahun, dengan bunga yang terletak pada ujung dahan, 4-12 tandang bunga. Bunga berbau harum, awalnya berwarna hijau kekuningan dan berwarna kuning terang sampai kuning coklat saat berumur matang (Maner dan Elevitch, 2006). Pohon Kenanga mempunyai habitus yang tinggi, semula tumbuh di Filipina, tetapi sekarang banyak tumbuh di Asia tropis (Koensoemardiyah, 2009).

4. Kandungan Kimia dan Khasiat Minyak Bunga Kenanga

(22)

(eugenol,isoeugenol), ester dan fenil metil ester (Price dan Price, 1995). Minyak Kenanga mengandung ester-ester dari asam format, asetat, valerat, benzoate, terpenoid, linalool, nerol, farnesol, dan karsiofilena (Gunawan dan Sri Mulyani, 2004).

Bau minyak bunga kenanga sangat harum, khas bunga kenanga. Sebagai aromaterapi, minyak atsiri ini sangat kuat dalam merelaksasi badan dan pikiran, menurunkan tekanan darah, berlaku sebagai anti depresan dan mempunyai sifat afrodisik dan biasa digunakan untuk pijat dan mandi penderita insomnia, digunakan pada minyak rambut untuk melindungi rambut dari kerusakan (Koensoemardiyah, 2009). Minyak bunga kenanga juga berkhasiat sebagai antiseptik, antispasmodik, balancing, calming, tonikum, reproductive tonic, dan sedatif (Shirley Price dan Len Price, 1995). Minyak bunga kenanga juga berkhasiat untuk menyembuhkan jerawat, cocok untuk semua jenis kulit, mengatasi kerontokan rambut dan sakit menjelang menstruasi. Minyak bunga kenanga dapat digunakan untuk mandi, pijat, wewangian, pengharum ruangan dan perawatan kulit (Balkam, 2001),

B. Aromaterapi

1. Definisi Aromaterapi

.Aromaterapi merupakan salah satu bentuk pengobatan alternatif yang menggunakan cairan volatil dari zat – zat tumbuhan, dikenal dengan nama minyak essensial, dan komponen aromatik lain dari tumbuhan, dengan tujuan untuk merubah perasaan atau kesehatan seseorang (Shaikh A.R., et al, 2010). Minyak atsiri merupakan minyak alami yang diambil dari

(23)

tanaman aromatik. Minyak jenis ini dapat digunakan sebagai minyak pijat, inhalasi, produk untuk mandi dan parfum (Koensoemardiyah, 2009).

Di Indonesia terutama di Jawa, banyak obat dan pengobatan tradisional memanfaatkan aroma, hanya saja kebanyakan masih dalam bentuk herbal. Di Eropa, aromaterapi digolongkan sebagai terapi komplementer, yaitu sebagai pendamping terapi konvensional (Koensoemardiyah, 2009).

2. Metode Penggunaan dan Cara Kerja Aromaterapi

Minyak aromaterapi pada umumnya digunakan melalui tiga jalur, yaitu jalur pencernaan, jalur penciuman dan jalur penyerapan kulit.

Penggunaan melalui saluran pencernaan dapat dilakukan melalui mulut (ingesti) dan melalui dubur atau vaginal. Penggunaan melalui mulut sangat jarang dilakukan, sedangkan penggunaan melalui rektal atau vaginal, biasanya diberikan dalam bentuk suppositoria untuk pengobatan irritable bowel syndrome, wasir, infeksi liang vagina dan keputihan. Pada metode ini, minyak essensial akan langsung diserap tubuh, untuk selanjutnya dibawa oleh sirkulasi darah dan limfatik menuju ke susunan syaraf pusat (SSP), dari sini akan dikirim pesan menuju organ yang mengalami gangguan atau ketidakseimbangan. Pada penggunaan metode ini, perlu diperhatikan jumlah dosis yang diberikan mengingat pada metode ini, minyak atsiri langsung masuk ke sirkulasi darah, serta perlu diperhatikan minyak essensial dan zat pembawa yang digunakan, untuk menghindari iritasi pada mukosa (Primadiati, 2002).

(24)

dihirup, molekul aromatik akan dibawa ke ujung hidung dan melalui rambut getar yang berfungsi sebagai reseptor. Selanjutnya, reseptor ini akan mengantarkan pesan elektrokimia ke SSP, dan akan mengaktifkan pusat emosi dan daya ingat seseorang, yang selanjutnya akan mengantarkan pesan balik ke seluruh tubuh melalui sitem sirkulasi. Penerimaan pesan tersebut dirubah ke dalam suatu aksi dan mengakibatkan rilisnya euphoria, relaksasi dan sedatif (Price dan Price, 1995).

Penggunaan melalui kulit biasa digunakan dengan jalan pemijatan. Cara kerja pada jalur ini sama seperti pada penggunaan melalui pencernaan. Secara fisiologis, penyerapan minyak essensial melalui kulit akan mempengaruhi kerja susunan saraf dan sistem sirkulasi limfatik setelah minyak essensial tersebut memasuki lapisan epidermis. Begitu menembus lapisan epidermis, molekul minyak atsiri dapat dengan mudah menyebar ke bagian tubuh yang lain. Minyak essensial yang dioleskan melalui pemijatan dapat mempengaruhi sistem tubuh dalam beberapa jam, hari atau minggu, tergantung pada kondisi kulit (Primadiati, 2002). Aplikasi topikal biasanya diterapkan dengan pijat yang dilakukan oleh ahlinya, dan digunakan minyak pijat yang mengandung minyak atsiri 15 – 20 tetes dalam 50 ml minyak pembawa atau krim (Koensoemardiyah, 2009). Pemijatan dapat melonggarkan otot-otot dan jaringan yang tersumbat. Kulit akan bereaksi bila dipijat, ujung-ujung saraf juga akan mengadakan komunikasi dengan organ-organ di dalam tubuh untuk menghasilkan efek stimulasi atau relaksasi, tergantung pada minyak yang digunakan (Primadiati, 2002). Manfaat fisiologi dari pemijatan diperkirakan mampu meningkatkan

(25)

sirkulasi darah dan sirkulasi limfa, menurunkan denyut jantung, menurunkan tekanan darah, mengendurkan otot yang tegang serta menghilangkan keram (Price dan Price,1995).

3. Manfaat Aromaterapi

Secara farmakologi, aromaterapi bekerja di dalam tubuh manusia melalui dua sistem, yaitu sistem syaraf dan sistem sirkulasi. Melalui sistem syaraf yang mengantarnya, sistem syaraf akan mengenali bahan aromatik, sehingga sistem syaraf vegetatif, yaitu sistem syaraf yang berfungsi mengatur fungsi organ, seperti mengatur denyut jantung, pembuluh darah dan pencernaan akan terangsang. Melalui sistem sirkulasi, aromaterapi bekerja melalui fungsi humoral, yang selanjutnya akan merangsang fungsi hormonal dalam tubuh, dan sistem hormonal ini bekerja sama dengan sistem syaraf untuk mengontrol dan mengkoordinasi aktifitas organ tubuh (Primadiati, 2002).

(26)

4. Cara Memperoleh Minyak Aromaterapi

Minyak aromaterapi dapat diperoleh dengan berbagai cara, dari mulai cara yang sederhana sampai dengan yang paling canggih, diantaranya adalah dengan metode cold expression, effleurage, maserasi, ekstraksi solven, destilasi uap dan cara destilasi lain (Primadiati, 2002).

Diantara metode isolasi, yang paling lazim dilakukan adalah metode destilasi. Beberapa metode destilasi yang popular dilakukan diberbagai perusahaan industri penyulingan minyak atsiri, antara lain sebagai berikut: a. Metode destilasi kering, yaitu penyulingan langsung dari bahannya tanpa

menggunakan air. Metode ini dilakukan untuk bahan tanaman kering dan minyak-minyak yang tahan pemanasan misalnya oleoresin.

b. Destilasi air, meliputi destilasi air dan uap air langsung. Metode ini dilakukan untuk bahan kering maupun segar dan terutama digunakan untuk minyak-minyak yang dapat rusak akibat panas kering (Gunawan dan Mulyani, 2004). Selama proses destilasi tumbuhan aromatik dimasukkan dalam rebusan air.

Tekanan dan uap panas yang tinggi akan mendesak kantong sel untuk membuka dan melepaskan bahan aromatik. Proses penyulingan ini akan menghasilkan gelembung uap essensial untuk kemudian disalurkan ke pipa pendingin dan uap mengembun menjadi air dan minyak essensial. Hasil ini kemudian ditampung dalam wadah, karena air dan minyak esensial tidak dapat bercampur, minyak esensial akan mengambang dipermukaan dan dengan mudah dipisahkan dari lapisan air. Jumlah minyak esensial yang

(27)

dihasilkan tergantung pada empat variabel, yaitu waktu destilasi, suhu, tekanan, dan jenis bahan yang digunakan (Primadiati, 2002).

C. Susu

Susu telah lama dipercaya mampu menjaga kesehatan dan kecantikan kulit. Protein dari susu mampu mengupas bagian terdangkal atau luar dari lapisan kulit, sehingga mampu menumbuhkan, membasahai dan juga menolong keluarnya pigmentasi atau pewarnaan kulit (Anonim, 2010). Susu sapi mengandung lemak yang berfungsi melembabkan kulit. Susu juga mengandung vitamin A dan D yang berkhasiat untuk menutrisi dan membuat kulit menjadi lembut. Kandugan lain dalam susu adalah asam beta hidroksi yang membantu dalam pengelupasan sel kulit mati dan menggantinya dengan sel kulit baru. Inilah sebabnya susu dimanfaatkan dalam industri kosmetik dan dengan mudah susu dapat ditemukan dalam produk sabun, lulur hingga lotion. Susu juga berkhasiat untuk meredakan kulit yang terbakar sinar matahari. Kandungan protein dalam susu akan membentuk lapisan pelindung yang menjaga kelembaban kulit (Anonim, 2010).

D. Krim

1. Definisi Krim

(28)

dalam air atau air dalam minyak, juga tergantung pada sifat dan konsentrasi zat padat yang terdapat dalam formula (Sulaiman dkk, 2008).

Krim merupakan salah satu bentuk sediaan emulsi yang terdiri dari dua tipe, yaitu tipe minyak dalam air (M/A), jika minyak terdispersi dalam fase air, dan tipe air dalam minyak (A/M), jika air terdisperdi dalam minyak sebagai pembawa (Fatmawaty dkk., 2009).

Perbandingan fase dalam dengan fase luar seringkali ditentukan oleh kelarutan zat aktif, yang harus terdapat pada suatu tingkat efektif secara farmakologis. Jika hal ini bukan merupakan pertimbangan utama, perbandingan fase secara normal ditentukan oleh konsistensi yang dikehendaki. Sebagai patokan, dapat dianggap bahwa emulsi cair dihasilkan dari tingkat fase dalam yang rendah, sedangkan emulsi yang lebih berat merupakan hasil dari presentase fase dalam yang tinggi (Lachman et al, 1994).

2. Sifat Krim

Krim yang baik memiliki beberapa sifat, diantaranya memiliki tekstur yang lembut, mudah dioleskan, mudah dibersihkan/dicuci dengan air, tidak berbau tengik, tidak mengandung mikroba patogen, tidak mengiritasi kulit, tidak mengandung pewarna dan bahan-bahan tambahan yang dilarang oleh undang-undang, bila mengandung zat aktif maka dapat melepaskan zat aktifnya, memiliki stabilitas yang baik (Voight, 1994). Krim dianggap mempunyai daya estetik yang lebih besar karena sifatnya tidak berminyak dan kemampuannya “menghilang” ke dalam kulit pada penggosokan.

(29)

E. Bahan-bahan Pembuatan Krim 1. Asam Stearat

Asam stearat adalah campuran asam organik padat yang diperoleh dari lemak, sebagian besar terdiri dari asam oktadekanoat dan asam heksadekanoat. Berupa zat padat mengkilap menunjukkan susunan hablur, putih atau kuning pucat mirip lemak lilin. Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagian etanol (95%) P, dalam 2 bagian kloroform P, dan dalam 3 bagian eter P. (Anonim, 1979). Asam Stearat dalam sediaan topikal digunakan sebagi agen pengemulsi dan solubilizing agent (Rowe et al., 2009).

2. Adeps Lanae

Nama lainnya adalah lemak bulu domba. Berupa zat lemak yang dimurnikan, diperoleh dari bulu domba Ovis aries, Linné. yang dibersihkan dan dihilangkan warna dan baunya. Massa seperti lemak, lengket, warna kuning dan berbau khas (Anonim, 1979). Bilangan asam tidak lebih dari 1,0, bilangan penyabunan 90-105 dan bilangan iodium antara 18-32 (Anonim, 1995).

3. Parrafin Liquidum

(30)

4. TEA (Trietanolamin)

Trietanolamin adalah canpuran dari trietanolamina, dietanolamina dan monoetanolamina. Merupakan cairan kental, tidak berwarna hingga kuning pucat, bau lemah mirip amoniak, higroskopik (Anonim, 1979). Trietanolamin biasa digunakan dalam formulasi topikal khususnya emulsi dan befungsi sebagai zat pengemulsi (Rowe et al, 2009).

5. Aquadest

Air suling dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum. Berupa cairan jernih, tidak berwarna, tidan berbau dan tidak berasa (Anonim, 1979).

6. Bahan Pengawet

Suatu bahan pengawet ditambahkan dalam krim untuk mencegah kontaminasi, perusakan serta pembusukan oleh bakteri dan jamur (Anief, 2006). Sediaan krim dibuat dengan menggunakan dua bahan pengawet, yaitu nipagin (Metil Parabean) dan nipasol (Propil Parabean). Nipagin digunakan pengawet pada basis air dan nipasol digunakan pada basis minyak.

Methylis parabean (Nipagin) mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 101, 0% C8H8O3. Serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak berasa kemudian agak membakar diikuti rasa tebal. Prophylis parabean (Nipasol) mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 101, 0% C10H12O3. Serbuk hablur putih tidak berbau, tidak berasa (Anonim, 1979). Penggunaan dalam formulasi topikal sebanyak 0,02-0,3% untuk nipagin dan 0,01-0,6 % untuk Nipasol (Rowe et al, 2009).

(31)

F. Uji Sifat Fisik Krim

1. Pemeriksaan Kestabilan Fisik

Sediaan krim diamati secara organoleptis untuk mengetahui homogenitas, warna dan bau setiap minggu selama 8 (delapan) minggu pada suhu kamar. Pengujian homogenitas krim bertujuan untuk mengetahui meratanya atau homogennya partikel-partikel dalam krim.

Suatu emulsi juga harus selalu dicek tentang adanya tanda-tanda terjadinya creaming, koalesen dan pertumbuhan bakteri. Creaming terjadi ketika partikel terflokulasi dan konsentrasi salah satu fase meningkat. Creaming dapat dilihat ketika partikel minyak bersama-sama naik ke permukaan krim (Allen et al, 1997).

2. Uji Tipe Krim

Suatu krim, karena bentuknya yang berupa emulsi, maka dilakukan pengujian tipe emulsi. Pengujian tipe krim dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan metode pewarnaan (Lachman et al, 1994). 3. Uji Daya Sebar Krim

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan krim mampu menyebar saat dioleskan dan kelunakan krim saat dioleskan (Triayu, 2009). 4. Uji daya Lengket Krim

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan krim dapat melekat pada kulit (Triayu, 2009).

5. Pemeriksaan pH

(32)

salah satu bagian dari kriteria pemeriksaan fisika-kimia dalam memprediksi kestabilan sediaan krim, dimana profil pH menentukan stabilitas bahan aktif dalam suasana asam atau basa (Lachman et al,1994). pH kulit berkisar antara 4,8 hingga 5 - 10 (Troy et al dalam Padmadisastra dkk, 2007). 6. Uji Viskositas

Pengujian dilakukan untuk mengetahui kekentalan dan tahanan cairan untuk mengalir. Makin tinggi viskositas, makin tinggi tahanan untuk mengalir (Triayu, 2009).

7. Uji Iritasi dan kesukaan

Uji kesukaan dilakukan untuk mengetahui formulasi manakah yang disukai oleh responden. Pengujian iritasi digunakan untuk mengetahui apakah krim yang dibuat dapat menimbulkan iritasi setelah dioleskan. Pengujian ini menggunakan 20 orang responden dengan usia antara 18-30 tahun.

G. Kerangka Pemikiran

Bunga kenanga (Canangium odoratum, Baill.) adalah salah bunga yang menghasilkan minyak atsiri yang mampu digunakan sebagai aromaterapi karena dalam suatu penelitian, bunga kenanga (Canangium odoratum, Baill.) mampu menurunkan aktifitas lokomotor seperti pada minyak lavender. Aromaterapi merupakan suatu metode pengobatan yang menggunakan minyak menguap yang berasal dari tanaman aromatik.

Penelitian dilakukan dengan mengembangkan minyak bunga kenanga menjadi sediaan krim dengan basis krim susu. Susu dipilih sebagai basis karena memiliki banyak nutrisi yang manfaat untuk kesehatan dan kecantikan kulit.

(33)

Sediaan krim hendaknya memenuhi syarat sediaan krim yang baik, yaitu lunak, terdistribusi merata, homogen dan stabil dari minggu ke minggu pengamatan.

Penelitian dilakukan dengan membuat 3 formulasi krim dengan perbedaan pada jumlah fase air dan fase minyak, sehingga dihasilkan konsistensi krim yang berbeda pula. Hasil pengujian ini nantinya diharapkan akan menunjukkan manakah formulasi krim yang menghasilkan krim yang memiliki sifak fisik yang stabil.

H. Hipotesis

1. Minyak bunga kenanga dapat diformulasikan menjadi krim aromaterapi dengan basis krim susu menjadi krim susu aromaterapi minyak bunga kenanga (Canangium odoratum, Baill).

(34)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat

a. Bahan

Bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan krim aromaterapi minyak bunga kenanga dalam basis krim susu adalah minyak bunga kenanga yang diperoleh dari hasil penyulingan dan bahan-bahan pembuatan krim yang terdiri dari Asam Stearat, Adeps Lanae, Parrafin Liquidum, TEA, Aquadest, pengawet berupa Nipagin dan Nipasol yang bahan – bahan tersebut seluruhnya adalah bahan dengan standarisasi untuk laboratorium secara tehnik dan susu sapi Boyolali.

b. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah destilator uap air, mortir, stamper, timbangan digital Ohauss, kaca arloji, kaca objek, water bath, pHmeter Inolab, beban 500 gram, 20 gram, timbangan gram dan milligram, cawan porselen, gelas beker, gelas ukur, alat uji kelengketan, alat uji daya sebar, refraktometer tipe WAY-18 Digital Abbe Refractometer, Viscotester vt-04 produksi Rion co.,Ltd dan mikroskop.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan dari pertengahan April 2011 sampai dengan Juli 2011, sedangkan pengolahan data dan penyusunan laporan dilakukan pada Agustus sampai November 2011. Penelitian diawali dengan penyulingan minyak bunga kenanga di laboratorium Fitokimia Universitas Setia Budi (USB) dan pengujian indeks bias dilakukan di laboratorium Kimia Pusat UNS,

19

(35)

kemudian dilanjutkan dengan pembuatan krim di laboratorium Farmasetika FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan terakhir dilakukan pengujian krim tiap minggu di laboratorium Teknologi dan Formulasi Sediaan Farmasi Universitas Setia Budi. Pada awal Agustus selanjutnya dilakukan pengolahan data hasil pengujian yang diperoleh dan dilanjutkan dengan penyusunan hasil penelitian dan pembahasan.

C. Identifikasi Variabel Penelitian a. Metode Penelitian

a. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah bunga kenanga (Canangium odoratum, Baill) dan susu sapi segar. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah krim aromaterapi minyak bunga kenanga dengan basis krim susu.

b. Identifikasi variable penelitian

(36)

c. Klasifikasi Variabel Utama

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah perbedaan formulasi berupa perbedaan perbandingan jumlah fase air dan minyak dalam basis krim susu aromaterapi minyak bunga kenanga (Canangium odoratum, Baill).

Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah stabilitas krim yang diamati melalui uji organoleptis, uji homogenitas, uji daya sebar, uji daya lengket, uji pH dan uji iritasi.

Variabel moderator dalam penelitian ini adalah metode pembuatan krim, alat pembuatan dan pengujian krim,

D. Cara Kerja Penelitian

1. Determinasi Bunga Kenanga dan Pemetikan Bunga Kenanga

Determinai tanaman dilakukan di Laboratorium Morfologi Sistematika Tumbuhan Universitas Setia Budi. Bunga Kenanga yang dipetik diperoleh dari daerah Kelurahan Kadipiro. Bunga yang dipetik pada pagi hari dan bunga yang dipetik adalah bunga yang warnanya mulai menguning sampai kuning.

2. Penyulingan Bunga Kenanga

Penyulingan adalah pemisahan komponen – komponen suatu campuran dari dua jenis zat atau lebih yang didasarkan atas perbedaan titik didih dari masing-masing zat tersebut. Penyulingan dilakukan dengan metode penyulingan uap air. Penyulingan ini dipilih karena dapat menghasilkan minyak atsiri yang lebih banyak, penyulingan lebih singkat dan bahan yang disuling tidak gosong.

(37)

Penyulingan dilakukan di Laboratorium Fitokimia Universitas Setia Budi. Alat penyuling yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran 5. Bunga kenanga yang akan disuling dipotong – potong, kemudian dimasukkan ke dalam alat penyuling dan penyulingan dilakukan selama 4 jam. Hasil penyulingan yang diperoleh berupa campuran minyak atsiri dan air. Minyak atsiri kemudian dipisahkan dengan labu pemisah untuk memperoleh minyak atsiri bunga kenanga dan diperiksa indeks biasnya dengan refraktometer untuk mengetahui kemurniaan minyak.

3. Pembuatan Krim

Krim akan aromaterapi minyak bunga kenanga dengan basis susu dibuat dalam 3 formulasi dengan perbedaan pada perbandingan jumlah air dan minyak. Formulasi krim tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel I. Formulasi krim

Formulasi 1 mengandung prosentase air 67% dan minyak 33%. Formulasi 2 mengandung prosentase air 65,5% dan minyak 34,5%,

Bahan-bahan

Formulasi

Formulasi 1 Formulasi 2 Formulasi 3 Minyak bunga kenanga 0,05 g

(38)

sedangkan Formulasi 3 mengandung prosentase air 64,6 % dan minyak 35,4%.

Proses pembuatan krim pijat susu aromaterapi bunga kenanga adalah sebagai berikut:

1) Melebur basis minyak, yaitu asam stearat, adeps lanae dan paraffin liquidum dalam cawan porselin di atas waterbath sampai melebur seluruhnya

2) Menyiapkan basis air dengan mencampur air dan susu dalam beker glass, kemudian ditambahkan nipagin dan diaduk sampai larut dan homogen. Selanjutnya campuran ini dihangatkan sampai suhu kira-kira sampai 70°C dan selanjutnya ditambahkan TEA dan dihomogenkan.

3) Setelah basis minyak melebur, turunkan dari waterbath dan ditambahkan nipasol ke dalamnya dan diasuk sampai larut dan homogen.

4) Basis minyak kemudian dimasukkan ke dalam mortir hangat, kemudian ditambahkan basis air yang dihangatkan sebelumnya, dan diaduk sebentar sampai terbentuk emulsi krim.

5) Setelah krim jadi dan dingin, ditambahkan minyak bunga kenanga dan diaduk sebentar sampai homogen kemudian dimasukkan ke dalam pot krim.

6) Kemudian dilakukan uji sifat fisik krim yang dilakukan setiap satu minggu sekali selama 8 minggu.

(39)

4. Pengujian Krim

1) Pemeriksaan kestabilan fisik

Sediaan krim diamati secara organoleptis untuk mengetahui homogenitas, warna dan bau setiap minggu selama delapan minggu pada suhu kamar.

Homogenitas krim dilakukan dengan cara meletakkan sejumlah krim ke dalam obyek glass, kemudian ditutup dengan obyek glass lain dan ditekan hingga rata dan diamati secara visual homogenitasnya (Saputri, 2008).

2) Uji daya sebar krim

Percobaan dilakukan dengan meletakkan ±100 mg krim di tengah alat (kaca bulat). Kaca kemudian ditutup dengan kaca bulat lain, ditunggu 1 menit dan setelah 1 menit, diameter penyebaran krim diukur dari beberapa sisi. Selanjutnya diatas tutup kaca ditambahkan beban 10 gram dan ditunggu 1 menit untuk selanjutnya diukur diameternya lagi. Selanjutnya ditambahkan lagi beban 10 gram, menjadi 20 gram dan ditunggu 1 menit kemudian diukur. Penambahan beban 10 gram dan pengukuran ini terus dilakukan sampai krim tidak lagi menyebar. Percobaan ini diulang tiap krim yang diperiksa.

3) Uji daya melekat krim

(40)

gram dan beban 500 gram diambil. Pengukuran waktu dimulai dari beban 500 gram dilepas sampai obyek glas lepas dari obyek glas lain. Percobaan dilakukan 3 kali untuk setiap sampel krim.

4) Pemeriksaan pH

Pengukuran dilakukan dengan melarutkan ±100 mg krim dalam aquadest, kemudian diukur dengan pH meter pada suhu kamar dan nilai pH ditunggu sampai angka pada alat menunjukkan nilai yang stabil. Pengujian dilakukan dengan pHmeter Inolab dengan nomor seri 03450079 produksi Wissenschatlich-technische Werkstätten (WtW). 5) Uji Viskositas

Pengujian dilakukan dengan menggunakan alat viscotester vt-04 produksi Rion co.,Ltd dengan hasil pengukuran yang diperoleh dalam satuan desiPascal (d-Pas). Pengujian viskositas dilakukan untuk mengetahui kekentalan dari krim yang dibuat. Pengujian dilakukan dengan memasang alat pada klem, selanjutnya rotor dipasang tepat ditengah-tengah wadah krim yang akan diuji. Sebelum rotor dinyalakan, pastikan skala menunjukkan angka 0, dengan menarik tuas ke arah lock. Pastikan pula bahwa ujung rotor tidak menyentuh dasar wadah krim. Tahap selanjutnya, tuas ditarik kembali ke arah unlock dan tombol on dinyalakan. Rotor akan berputar dan nilai viskositas ditunjukkan dari pergerakan jarum penunjuk pada skala. Nilai viskositas krim diketahui dari jarum penunjuk yang telah stabil menunjukkan pada suatu nilai.

(41)

6) Uji Iritasi dan Kesukaan

Uji Iritasi dilakukan dengan mengoleskan krim ke probandus dan ditunggu selama 5 menit. Setelah 5 menit, kemudian dilihat apakah terjadi iritasi berupa bintik merah atau rasa gatal pada kulit yang diolesi krim. Apabila responden tidak mengalami reaksi iritasi seperti bintik merah, gatal atau panas, maka angket di isi dengan jawaban (-) dan bila responden mengalami reaksi iritasi, angket diisi dengan jawaban (+). Uji kesukaan dilakukan dengan mengoleskan krim pada probandus, dan responden diberikan angket untuk menilai krim susu aromaterapi bunga kenanga.. Jawaban yang diperoleh selanjutnya dipresentase untuk menhetahui hasil pengujian,

E. Diagram Alir Cara Kerja

1. Pembuatan Minyak Aromaterapi Bunga Kenanga

Gambar 2. Diagram Penyulingan Bunga Kenanga

Determinasi tanaman Sampel Bunga

Kenanga

Pengumpulan Bunga Kenanga

Penyulingan Bunga Kenanga

Minyak Bunga Kenanga

(42)

2. Pembuatan Krim Susu Aromaterapi Minyak Bunga Kenanga

Gambar 3. Diagram Pembuatan Krim Aromaterapi Minyak Bunga Kenanga dengan Basis Susu

Menghangatkan basis air Melebur basis minyak

Mencampur nipasol, homogenkan

Mencampur nipagin, homogenkan

Diaduk pelan sampai terbentuk krim

Menambahkan minyak Bunga Kenanga,

homogenkan

Krim aromaterapi Bunga kenanga dalam basis

krim susu

Pengamatan dan pencatatan

(43)

3. Pengujian Krim Susu Aromaterapi Minyak Bunga Kenanga

Gambar 4. Diagram Pengujian Krim Krim susu aromaterapi

bunga kenanga

Uji Homogenitas Uji Organoleptis

Uji Daya Sebar

Uji Kelengketan

Uji pH

Uji Iritasi dan Kesukaan Uji Tipe Krim

(44)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah minyak atsiri Bunga Kenanga (Canangium odoratum, Baill.) dapat dibuat menjadi suatu sediaan krim dan untuk mengetahui pengaruh perbedaan perbandingan fase air dan fase minyak formulasi sediaan krim susu aromaterapi bunga kenanga (Canangium odoratum, Baill.) terhadap sifat fisik dan kestabilan krim.

A. Hasil Determinasi Tanaman dan Pemetikan Bunga Kenanga (Canangium odoratum, Baill.)

Determinasi tanaman merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu penelitian dengan menggunakan bahan alam. Determinasi ini bertujuan untuk mengetahui kebenaran tanaman yang akan digunakan dalam penelitian, sehingga kesalahan saat pengumpulan bahan dapat dihindari. Hasil determinasi yang telah dilakukan di Laboratorium Morfologi Sistematika Tumbuhan Universitas Setia Budi, berdasarkan acuan dari buku Flora untuk Sekolah di Indonesia karangan Van Steenis tahun 1992 menyatakan bunga yang digunakan dalam penelitian ini adalah benar – benar Canangium odoratum, Baill. Hasil determinasi tanaman Canangium odoratum, Baill dapat dilihat pada Lampiran 1.

Pemetikan bunga kenanga (Canangium odoratum, Baill.) dilakukan pagi hari, saat bunga masih segar dan mulai mekar, sehingga kandungan minyak atsirinya belum banyak yang menguap. Umur pohon kenanga yang dipetik

29

(45)

adalah antara 5-10 tahun. Bunga yang dipetik adalah bunga yang sudah berwarna kuning dan bunga yang mulai menguning, karena saat itulah kandungan minyak atsiri dalam bunga masih banyak. Seperti yang diuraikan oleh Sumarni, bahwa bunga kenanga yang masih berwarna hijau menghasilkan minyak atsiri yang bermutu jelek. Hasil pemetikan bunga kenanga yang diperoleh sebanyak 600 gram. Bunga kenanga ini selanjutnya dilakukan penyulingan untuk mendapatkan minyak atsiri.

B. Hasil Penyulingan Bunga Kenanga (Canangium odoratum, Baill.) dan Pengujian Minyak Kenanga

Penyulingan Bunga Kenanga (Canangium odoratum, Baill) dilakukan segera setelah bunga dipetik agar kandungan minyak atsiri dari bunga tidak banyak yang berkurang karena menguap.

(46)

bias standart 1,5041 (Price and Price, 1995). Hasil pengukuran indek bias diperoleh 1,3426 dan dapat diketahui minyak kenanga memiliki kemurniaan 89,26%. Nilai indeks bias yang belum sesuai dengan nilai standar ini kemungkinan dikarenakan masih adanya kandungan air dalam minyak, mengingat minyak hasil pengulingan yang diperoleh masih bercampur dengan air.

C. Hasil Pembuatan Krim

Krim Susu Aromaterapi Bunga Kenanga (Cana ngium odoratum, Baill) dibuat dalam 3 (tiga) formulasi dengan formulasi bahan sama, hanya saja dengan perbandingan jumlah fase air dan fase minyak yang berbeda. Krim yang diperoleh dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 5. Hasil formulasi krim aromaterapi minyak bunga kenanga (Canangium odoratum, Baill.) dengan basis krim susu

Keterangan: F1: Formulasi 1, fase air : fase minyak, 67% : 33% F2: Formulasi 2, fase air : fase minyak, 65,5% : 34,5% F3: Formulasi 3, fase air : fase minyak, 64,6% : 35,4%

Hasil pembuatan krim susu aromaterapi bunga kenanga ditunjukka pada Tabel II. Hasil pembuatan krim susu aromaterapi bunga kenanga memberikan 3 formulasi krim dengan warna putih susu, bau kenanga khas dan memiliki konsistensi yang berbeda.

F1 F2 F3

(47)

Tabel II. Hasil Pembuatan Krim

Formulasi Aspek Penilaian

Warna Tipe Emulsi Bau Konsistensi

F1 PS M/A KK Sangat lunak, mudah dituang seperti lotion, homogen

F2 PS M/A KK Lunak, agak sukar dituang seperti lulur mandi, homogen

F3 PS M/A KK Konsistensi agak padat, seperti salep, sukar dituang, homogen Keterangan: F1: Formulasi 1 PS: Putih Susu

F2: Formulasi 2 M/A: Minyak dalam Air F3: Formulasi 3 KK: Khas Bunga Kenanga

Formulasi 1 mengandung prosentase fase air yang banyak dan fase minyak yang paling sedikit diantara ketiga formulasi, oleh karenanya konsistensi Formulasi 1 lebih lunak dan lebih mudah dituang bila dibandingkan dengan dua formulasi lain. Formulasi 1 memiliki konsistensi yang lunak, seperti lotion, mudah dituang dan homogen. Formulasi 2 memiliki konsistensi agak padat dibandingkan dengan Formulasi 1, agak sukar dituang, seperti lulur dan homogen. Formulasi 3 menghasilkan krim dengan konsistensi yang lebih padat lagi dari Formulasi 2, konsistensi seperti salep, sukar dituang dan homogen. Hasil ini menunjukkan bahwa dalam pembuatan krim, prosentase bahan-bahan krim akan mempengaruhi konsistensi krim yang dihasilkan.

(48)

penyebaran warna merah Sudan III pada krim. Hasil ini menunjukkan bahwa krim yang dibuat merupakan krim dengan tipe minyak dalma air (m/a).

D. Hasil Pengujian Krim

a. Pengamatan Organoleptis Krim

Pengujian organoleptis krim bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perubahan secara organoleptis selama penyimpanan dari minggu ke minggu. Pengujian organoleptis krim yang dilakukan meliputi pengamatan ada tidaknya perubahan warna, bau dan perubahan sifat emulsi krim dengan alat indera, serta pengamatan homogenitas dengan menggunakan alat transparan yang sesuai selama 8 minggu penyimpanan. Pada pengamatan warna, bau dan sistem emulsi dilakukan. Hasil pengamatan krim selama 8 minggu dapat dilihat pada Tabel III.

Tabel III. Hasil Pengamatan Organoleptis Krim

Pengamatan

Keterangan: F1: Formulasi 1 KK: Khas Bunga Kenanga F2: Formulasi 2 PS: Putih Susu

F3: Formulasi 3 M/A: Minyak dalam Air

(49)

Pengujian homogenitas krim ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel IV. Hasil Uji Homogenitas Krim

Formulasi Pengamatan Krim (minggu)

1 2 3 4 5 6 7 8

F1 - - - -

F2 - - - -

F3 - - - -

Keterangan: F1: Formulasi 1 (-) : Homogen, tidak ada perubahan F2: Formulasi 2 (+) : Tidak homogen, ada perubahan F3:Formulasi 3

Hasil pengamatan ini menunjukkan bahwa tidak ada perubahan pada warna, bau, sistem emulsi krim dan krim tetap homogen selama pengamatan 8 minggu. Hasil ini menunjukkan bahwa krim susu aromaterapi bunga kenanga secara organoleptis memiliki stabilitas yang baik

b. Uji Daya Sebar Krim

Pengujian daya sebar menggambarkan kemampuan krim mampu menyebar saat dioleskan dan kelunakan dari krim. Hasil pengujian daya sebar krim ditunjukkan pada Tabel V.

Tabel V. Hasil Uji Daya Sebar Krim

Formulas i

Pengamatan daya sebar krim (cm) minggu ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 SD

(50)

Semakin besar nilai daya sebar krim, menunjukkan bahwa krim tersebut memiliki konsistensi yang lebih lunak. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa F1 adalah formulasi yang paling lunak dan F3 memiliki konsistensi yang paling padat diantara ketiga formulasi. Hasil pengujian daya sebar dapat dilihat pada grafik berikut

Gambar 6. Grafik Uji Daya Sebar Krim

Berdasarkan grafik diatas diperlihatkan bahwa F2 mengalami kenaikan dan penurunan daya sebar yang terkecil dari minggu ke minggu dibandingkan dengan F1 dan F3. F2 juga diketahui memiliki nilai SD yang erkecil dibanding dua formulasi lain, yaitu ±0,18, sehingga dapat dikatakan bahwa F2 memiliki penyimpangan yang paling kecil dari minggu ke minggu. Analisa selanjutnya dilakukan dengan menguji ada tidaknya perbedaan daya sebar diantara ketiga formulasi dengan metode ANOVA one way dengan tingkat kepercayaan 95% dan dengan tes lanjutan (Post Hoc) Tukey.

(51)

homogen dan hasil pengujian ANOVA, diperoleh kesimpulan bahwa ketiga formulasi memiliki daya sebar yang berbeda signifikan. Uji Post Hoct Tukey menghasilkan kesimpulan bahwa F2 dan F3 memiliki nilai daya sebar yang tidak berbeda signifikan, sedangkan antara F1 dengan F2 dan antara F1 dengan F3 menunjukkan bahwa diantara keduanya memiliki perbedaan daya sebar yang signifikan. Antara F2 dan F3, F2 lebih dipilih karena dengan komposisi bahan yang lebih sedikit, mampu memberikan daya sebar yang tidak berbeda signifikan dengan F3.

Kesimpulan yang dihasilkan pada pengujian ini menunjukkan bahwa perbedaan perbandingan fase air dan fase minyak memberikan daya sebar yang berbeda. Hasil pengujian daya sebar memilih F2 sebagai formulasi yang paling baik, karena formulasi ini memiliki daya sebar yang memiliki penyimpangan paling kecil dan memiliki daya sebar yang pas. Data di atas juga menunjukkan bahwa semakin banyak fase air dan semakin sedikit fase minyak, menghasilkan krimyang lebih lunak pula.

c. Uji Kelengketan Krim

(52)

Tabel VI. Hasil Uji Kelengketaan Krim

Formu -lasi

Pengamatan Kelengketan krim minggu ke- (detik)

1 2 3 4 5 6 7 8 SD

Keterangan: F1: Formulasi 1 F3 : Formulasi 3 F2: Formulasi 2

Data di atas menunjukkan bahwa F3 memiliki nilai kelengketan paling tinggi dibandingkan dengan formulasi lain. Hasil pengujian kelengketan dapat dilihat pada grafik berikut:

Gambar 7. Grafik Uji Kelengketan Krim

(53)

diperlihatkan dari nilai penyimpangan terkecil yang dimiliki F1 dibandingkan dua formulasi lain, yaitu ±0,28.

Pengujian yang dilakukan selanjutnya adalah dengan melakukan uji ANOVA antara ketiga formulasi, untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan diantara ketiga formulasi. Pada pengujian Anova yang sebelumnya didahului dengan uji Kolmogrof-Smirnov dan uji homogenitas varian, memberikan kesimpulan bahwa ketiga fomulasi memiliki kelengketan yang berbeda signifikan. Perbedaan signifikan ini terdapat diantara F1 dengan F3, sedangkan antara F1 dengan F2 dan F2 dengan F3 tidak memiliki perbedaan kelengketan yang berbeda signifikan.

(54)

d.Uji pH Krim

Pengujian pH krim bertujuan untuk mengetahui nilai keasaman krim dan mengetahui apakah pH krim telah sesuai dengan kulit. Hasil pengujian pH krim yang dilakukan memberikan hasil yang dapat dillihat pada Tabel VII.

Tabel VII. Hasil Uji pH Krim

Formulasi Pengamatan pH krim minggu ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 SD

Keterangan: F1: Formulasi 1 F3: Formulasi 3 F2: Formulasi 2

Ketiga formulasi memiliki nilai pH antara 7,2 – 7,7 dan nilai pH ini masih dalam rentang pH kulit yangdipersyaratkan, yaitu antara 5 – 10 (Troy et al dalam Padmadisastra dkk, 2007). pH krim stearat sendiri bersifat basa lemah (7,2 - 8,4), namun walaupun pH krim tidak sesuai dengan pH kulit, reaksi alkalis krim stearat tidak berlebihan dan reaksi alkalis ini dapat diatasi oleh kulit dengan pengaturan kembali ke pH lingkungan kulit (Voight, 1994). Grafik pengujian pH dapat dilihat di bawah ini.

(55)

Gambar 8. Grafik Uji pH Krim

Pada grafik di atas memperlihatkan bahwa ketiga formulasi masih mengalami penurunan dan kenaikan yang tidak menentu pada minggu – minggu pengamatan. Dilihat dari penyimpangan yang terjadi, F2 memiliki nilai penyimpangan (SD) yang paling kecil dibandingkan dengan F1 dan F3, yaitu ±0,12. Penurunan dan kenaikan pH yang tidak menentu pada krim ini dapat diatasi dengan penambahan zat yang mampu mengatur nilai pH, seperti dengan penambahan penstabil dan larutan penyangga.

Data yang diperoleh ini selanjutnya dilakukan uji ANOVA untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan nilai pH diantara ketiga formulasi dengan diawali tes Kolmogorof -Smirnov dan tes homogenitas varian. Pada tes Kolmogorof Smirnov dan tes homogenitas varian, diperoleh hasil bahwa data terdistribusi normal dan memiliki varian yang sama. Hasil tes ANOVA yang dilakukan menunjukkan bahwa ketiga formulasi memiliki nilai pH yang tidak berbeda signifikan, sehingga tidak perlu lagi dilakukan tes lanjutan Tukey. Kesimpulan yang diperoleh pada pengujian ini adalah

(56)

ketiga formulasi masih belum memiliki pH yang stabil selama masa penyimpanan dan perbedaan pada formulasi krim tidak memberikan perbedaan yang signifikan pada nilai pH. Pengujian pH ini, dipilih F2 sebagai formulasi yang paling baik, karena memiliki nilai penyimpangan yang paling kecil dan formulasi ini menghasilkan krim dengan nilai pH memenuhi rentang pH kulit.

e. Uji Viskositas

Uji viskositas dilakukan untuk mengetahui kekentalan krim. Hasil pengujian viskositas yang dilakukan selama 8 minggu adalah sebagai berikut:

Tabel VIII. Hasil Uji Viskositas Krim

viskositas Percobaan minggu ke- (d-Pas)

formulasi Mg 1 Mg 2 Mg 3 Mg 4 Mg 5 Mg 6 Mg 7 Mg 8 SD

Keterangan: F1: Formulasi 1 F2: Formulasi 2 F3: Formulasi 3

(57)

Gambar 9. Grafik Uji viskositas Krim

Grafik di atas menunjukkan bahwa ketiga formulasi memiliki penurunan dan kenaikan yang tidak terlalu tinggi. F1 diketahui memiliki penyimpangan paling kecil, yaitu ±8,93 dan disusul oleh F2, yaitu ±16,15.

Nilai viskositas ini berhubungan juga dengan konsistensi formulasi krim, yaitu F1 yang merupakan krim dengan konsistensi paling lunak memiliki viskositas paling rendah, dan F3 yang merupakan krim dengan konsistensi paling padat memiliki nilai viskositas yang paling tinggi.

Ketiga krim selanjutnya diuji ANOVA untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan diantara ketiga krim. Pada pengujian Kolmogrof-Smirnov dan homogenitas varian, diketahui bahwa data terdistribusi normal dan ketiga formulasi memiliki varian yang sama. Uji ANOVA menunjukkan bahwa terdapat perbedaan viskositas yang signifikan diantara ketiga formulasi. Uji lanjutan Tukey menunjukkan bahwa terdapat perbedaan viskositas signifikan antara F1 dengan F2 dan F1 dengan F3, sedangkan antara F2 dengan F3 tidak ada perbedaan yang signifikan. Kesimpulan dari pengujian

(58)

ini menunjukkan bahwa ketiga formulasi kenaikan dan penurunan viskositas dari minggu ke minggu pengamatan, walaupun dalam jumlah kecil. Pengujian ini memilihF2 sebagai formulasi yang paling baik. Dibandingkan dengan F1, F2 memiliki nilai viskositas yang lebih tinggi, sehingga nilai kelengketan dan lama penertasi krim pun lebih tinggi, walaupun penyimpangan F1 lebih kecil dari F2 selama pengujian. Nilai viskositas F2 sendiri juga mendekati nilai viskositas optimum sediaan yang dapat diterima untuk pengeluaran lewat tube, yaitu 200 d-Pas (Lachman et al, 1994). Dibandingkan dengan F3, F2 lebih ekonomis karena dengan komposisi berbeda, mampu menghasilkan nilai viskositas yang sama dengan F3. Pengujian ini juga menunjukkan bahwa perbedaan formulasi akan mempengaruhi terhadap viskositas krim. Semakin banyak fase minyak dan semakin sedikit fase air akan menghasilkan krim dengan viskositas yang tinggi.

f. Hasil Uji Kesukaan dan Iritasi

Uji kesukaan dilakukan untuk mengetahui seberapa besar respon penerimaan suatu produk di masyarakat. Uji kesukaan dilakukan terhadap 20 responden, dan diperoleh hasil:

Gambar 10. Diagram Uji Kesukaan Krim

(59)

Penilaian kesukaan didasarkan atas kenyamanan dan kesukaan responden terhadap ketiga formulasi krim saat dioleskan. Hasil pengujian ini memperlihatkan bahwa 45% responden memilih F1 sebagai krim yang paling disukai.

Uji iritasi dilakukan untuk mengetahui apakah krim yang diuji dapat menimbulkan reaksi, seperti gatal, merah atau panas pada kulit responden. Hasil tes uji iritasi diperoleh hasil:

Hasil tes iritasi menunjukkan bahwa pada penggunaan krim F1

95% responden tidak menimbulkan reaksi iritasi dan 5% responden menunjukkan reaksi iritasi, seperti gatal atau panas. Pada F2 dan F3, 90% responden menunjukkan tidak adanya reaksi, dan 10% menunjukkan reaksi. Reaksi ini kemungkinan timbul karena sifat kulit dan sensifitas kulit responden satu dan lainnya tidak sama. Walaupun demikian, reaksi iritasi yang timbul berlangsung tidak lama, hanya beberapa saat setelah krim dioleskan. Reaksi ini kemungkinan juga akibat perbedaan pH kulit dengan krim, seperti yang dijelaskan sebelumnya serta karena sensifitas kulit

0

formulasi 1 formulasi 2 formulasi 2

uji iritasi

F3: Formulasi 3 berupa merah, gatal atau panas

(60)

responden yang berbeda satu sama lain. Kesimpulan pada pengujian kesukaan dan iritasi ini, bahwa F1 adalah formulasi yang paling disukai dan memberikan reaksi iritasi yang paling rendah dibandingkan dengan F2 dan F3.

Hasil dari penelitian yang dilakukan diketahui bahwa minyak aromaterapi bunga kenanga dapat dibuat menjadi suatu sediaan krim susu yang secara organoleptis memberikan hasil yang stabil. Sedangkan hasil beberapa pengujian krim menunjukkan bahwa F2 adalah formulasi yang paling baik pada beberapa pengujian berbadasarkan analisa dan pertimbangan yang dilakukan, walaupun masih memiliki penyimpangan yang tinggi pada beberapa pengujian. Pada pengujian kesukaan dan iritasi sendiri, F1 adalah formulasi yang paling banyak dipilih. Hasil ini menunjukkan bahwa krim yang banyak disukai oleh responden kurang memenuhi pada beberapa pengujian krim, oleh karenanya perlunya dilakukan pengembangan formulasi ulang (reformulasi), sehingga dapat diperoleh krim yang memenuhi persyaratan dan disukai oleh responden. Pengembangan ini dapat dilakukan dengan memberikan zat tambahan atau mengganti beberapa bahan untuk mendapatkan krim dengan formulasi yang baik dan disukai masyarakat.

(61)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah:

1. Minyak aromaterapi bunga kenanga dapat diformulasikan menjadi krim minyak aromaterapi bunga kenanga dengan menggunakan basis krim susu. 2. Adanya perbedaan pada perbandingan fase air dan minyak dalam krim susu

aromaterapi minyak bunga kenanga berpengaruh pada sifat fisik krim dan stabilitas krim.

3. Pengujian sifat fisik krim menunjukkan bahwa Formulasi 2 (F2) adalah formulasi yang paling baik dibandingkan dengan dua formulasi lain, sedangkan pada pengujian kesukaan dan iritasi, Formulasi 1 (F1) adalah formulasi yang paling banyak disukai, yaitu 45% dan memberikan reaksi iritasi yang paling kecil dibanding dua formulasi lain, yaitu 95%.

B. SARAN

Gambar

Tabel I. Formulasi Krim .................................................................................
Gambar 1. Bunga Kenanga (Canangium odoratum, Baill.)
Tabel I. Formulasi krim
Gambar 2. Diagram Penyulingan Bunga Kenanga
+7

Referensi

Dokumen terkait

mata, menimbulkan rasa terbakar pada kulit yang terluka atau jaringan membran (Soedarto, 1992), oleh karena itu untuk menghindari efek samping dari DEET sebagai

Kromatografi gas adalah teknik pemisahan fisik suatu campuran zat-zat kimia yang berdasar pada perbedaan migrasi dari masing-masing komponen campuran yang terpisah pada

Proses pemurnian bioetanol dapat dilakukan dengan metode distilasi, yaitu suatu proses pemurnian yang didasarkan pada perbedaan titik didih dari masing-masing senyawa dalam campuran

 Penyulingan adalah proses pemisahan komponen yang berupa cairan atau padatan dari 2 macam campuran atau lebih, berdasarkan perbedaan titik uapnya dan proses ini dilakukan

Penyulingan adalah proses pemisahan antara komponen cair atau padat dari dua macam campuran atau lebih berdasarkan perbedaan titik uapnya dan dilakukan untuk minyak atsiri yang

statistik dilanjutkan dengan uji Newman Keuls untuk melihat perbedaan pengaruh waktu penyimpanan terhadap perubahan pH dari masing-masing sediaan krim. Hasil analisis

Penyulingan adalah proses pemisahan antara komponen cair atau padat dari dua macam campuran atau lebih berdasarkan perbedaan titik uapnya dan dilakukan untuk minyak atsiri yang