vii
ABSTRAK
Metode Müller merupakan perluasan dari metode Secant untuk menentukan akar persamaan polinomial. Dalam metode Secant, untuk mencari akar persamaan polinomial dimulai dengan dua titik awal. Titik pendekatan berikutnya diperoleh dari perpotongan garis yang melalui kedua titik awal dengan sumbu x. Untuk mencari akar persamaan polinomial dengan Metode Müller,
dimulai dengan tiga titik awal. Titik pendekatan selanjutnya diperoleh dari perpotongan parabola yang melalui ketiga titik awal tersebut dengan sumbu . Dengan metode Müller dapat diperoleh akar real maupun kompleks dari masalah polinomial . Jika yang akan dicari hanya akar real saja, maka dipilih dua titik yang paling dekat dengan perpotongan parabola tersebut. Jika yang dicari adalah akar real maupun akar kompleks, maka tiga titik awal diperbaharui menggunakan titik potong yang baru ditemukan.
Metode Müller-Biseksi merupakan gabungan antara metode biseksi dengan metode Müller. Metode biseksi merupakan metode untuk mencari akar persamaan polinomial yang dimulai dengan dua titik awal, dimana nilai fungsi di kedua titik tersebut harus berbeda tanda, sehingga dapat diperoleh setidaknya satu akar real. Untuk mendapatkan titik ketiga yang akan digunakan dalam metode Müller, maka digunakan titik tengah dari kedua titik yang diketahui, dimana jarak antara titik tengah dengan salah satu titik, sama dengan jarak antara titik tengah dengan titik yang lainnya. Metode Müller-Biseksi menerapkan prinsip-prinsip pada algoritma metode biseksi, sehingga juga dapat diperoleh setidaknya satu akar real.
0 ) (x
f
viii
ABSTRACT
Müller method is an extension of the secant method for determining the roots of a non linear polynomial equation. In the secant method, to find a root of
polynomial it’s begun with two initial points. The next approximate points are obtained from the intersection of the line through the second starting point with the x-axis. To solve the root-finding problems by Müller method,it’s startedwith three initial points. The next approach point are obtained from the intersection of the parabola passing through the three started points with the x-axis. By this
method, it may be obtained real and complex roots of a polynomial problem
0 ) (x
f . If we want to find real-roots only, then we select two points closest to
the intersection of the parabola. If we are looking for the real and complex roots, the three initial points are updated using the new intersection point.
i
MENENTUKAN AKAR PERSAMAAN POLINOMIAL
NON LINEAR DENGAN METODE MÜLLER
DAN METODE MÜLLER-BISEKSI
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Matematika
Disusun oleh:
Yakobus Galih Mahardhika NIM: 063114004
PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
ii
DETERMINE THE ROOTS OF NON LINEAR
POLYNOMIAL EQUATION USING MÜLLER
AND MÜLLER-BISEKSI METHOD
A PAPER
Presented As Partial Fulfillment Of The
Requirements to Obtain The Sarjana Sains Degree Of Mathematics Study Program
Written by:
Yakobus Galih Mahardhika Student ID: 063114004
MATHEMATICS STUDY PROGRAM MATHEMATICS DEPARTMENT FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
v
"
Lakukan apapun dengan tepat, bukan hanya
cepat. Keberhasilan tak bisa dihalangi jika
yang kamu lakukan telah tepat
"
Makalah ini kupersembahkan kepada:
Tuhan Yesus Kristus Dan Bunda Maria yang selalu memberkatiku,
Bapak dan Ibu yang selalu mendukungku,
Kekasih tercinta yang selalu memberi semangat dalam keadaan apapun,
Saudara dan teman-teman.
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa makalah yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebut dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 31 Januari 2013
Penulis
vii
ABSTRAK
Metode Müller merupakan perluasan dari metode Secant untuk menentukan akar persamaan polinomial. Dalam metode Secant, untuk mencari akar persamaan polinomial dimulai dengan dua titik awal. Titik pendekatan berikutnya diperoleh dari perpotongan garis yang melalui kedua titik awal dengan sumbu x. Untuk mencari akar persamaan polinomial dengan Metode Müller,
dimulai dengan tiga titik awal. Titik pendekatan selanjutnya diperoleh dari perpotongan parabola yang melalui ketiga titik awal tersebut dengan sumbu . Dengan metode Müller dapat diperoleh akar real maupun kompleks dari masalah polinomial . Jika yang akan dicari hanya akar real saja, maka dipilih dua titik yang paling dekat dengan perpotongan parabola tersebut. Jika yang dicari adalah akar real maupun akar kompleks, maka tiga titik awal diperbaharui menggunakan titik potong yang baru ditemukan.
Metode Müller-Biseksi merupakan gabungan antara metode biseksi dengan metode Müller. Metode biseksi merupakan metode untuk mencari akar persamaan polinomial yang dimulai dengan dua titik awal, dimana nilai fungsi di kedua titik tersebut harus berbeda tanda, sehingga dapat diperoleh setidaknya satu akar real. Untuk mendapatkan titik ketiga yang akan digunakan dalam metode Müller, maka digunakan titik tengah dari kedua titik yang diketahui, dimana jarak antara titik tengah dengan salah satu titik, sama dengan jarak antara titik tengah dengan titik yang lainnya. Metode Müller-Biseksi menerapkan prinsip-prinsip pada algoritma metode biseksi, sehingga juga dapat diperoleh setidaknya satu akar real.
0 ) (x
f
viii
ABSTRACT
Müller method is an extension of the secant method for determining the roots of a non linear polynomial equation. In the secant method, to find a root of
polynomial it’s begun with two initial points. The next approximate points are obtained from the intersection of the line through the second starting point with the x-axis. To solve the root-finding problems by Müller method,it’s startedwith three initial points. The next approach point are obtained from the intersection of the parabola passing through the three started points with the x-axis. By this
method, it may be obtained real and complex roots of a polynomial problem
0 ) (x
f . If we want to find real-roots only, then we select two points closest to
the intersection of the parabola. If we are looking for the real and complex roots, the three initial points are updated using the new intersection point.
ix
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama
Nomor Mahasiswa
: Yakobus Galih Mahardhika
: 063114004
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
MEMENTUKAN AKAR PERSAMAAN POLINOMIAL NON LINEAR
DENGAN METODE MÜLLER DAN METODE MÜLLER-BISEKSI
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 31 Januari 2013
Yang menyatakan
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat
yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Dalam menulis makalah ini banyak hambatan dan kesulitan yang penulis
temukan. Namun, berkat bantuan dan dukungan dari banyak pihak, akhirnya
makalah ini dapat selesai. Oleh sebab itu penulis ingin mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Ibu Paulina Heruningsih Prima Rosa, S.Si., M.Sc., selaku Dekan Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Ibu Lusia Krismiyati Budiasih, S.Si., M.Si selaku Ketua Program Studi
Matematika sekaligus dosen pembimbing makalah yang telah meluangkan
waktu, pikiran, serta kesabarannya dalam membimbing penulis dalam
menyusun makalah ini.
3. Ibu Maria Vianney Any Herawati, S.Si., M.Si selaku dosen pembimbing
akademik penulis sekaligus dosen penguji tugas akhir yang telah memberikan
masukan dan saran.
4. Ibu Ch.Enny Murwaningtyas, S.Si., M.Si., selaku dosen penguji tugas akhir
yang telah memberikan masukan dan saran.
5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Matematika yang telah memberikan
ilmu yang sangat berguna bagi penulis.
6. Bapak Zaerilus Tukija dan Ibu Erma Linda Santyas Rahayu yang telah
xi
7. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma dan staf yang telah menyediakan
fasilitas dan memberikan kemudahan kepada penulis semasa perkuliahan.
8. Kedua orang tuaku tercinta : Bapak Lucianus Bambang Turatmaja dan Ibu
Titik Maenawati serta adikku Benediktus Bintang Anggara yang dengan
penuh cinta kasih telah memberikan semangat, saran, dan dukungan kepada
penulis dalam segala hal.
9. Keluarga besar Rcs Harsodiryono dan Isman Prawirodiharjo yang telah
memberikan doa dan dukungan kepada penulis.
10. Fransiska Dian Ajeng Pratiwi tercinta yang selalu mendampingi penulis
dalam segala hal.
11. Teman-teman angkatan 2006 tanpa terkecuali yang telah memberikan
semangat kepada penulis.
12. Seluruh kakak angkatanku dan adik angkatanku .
Penulis juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam penyusunan makalah ini yang tidak bisa disebutkan
satu persatu.
Yogyakarta, 31 Januari 2013
xii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ………..
HALAMAN JUDUL DALAM BAHASA INGGRIS………
i
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……….
HALAMAN PENGESAHAN ………
HALAMAN PERSEMBAHAN ……….
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………
ABSTRAK ………..
iii
iv
v
vi
vii
ABSTRACT ……… viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI………. ix
KATA PENGANTAR ……… x
DAFTAR ISI ………... xii
DAFTAR GAMBAR ……….. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ………... xv
BAB I. PENDAHULUAN ………..
A. Latar Belakang ………...
B. Rumusan Masalah ………..
C. Pembatasan Masalah ………..
D. Tujuan Penulisan ………...
E. Manfaat Penulisan ………..
F. Metode Penulisan ………...
1
1
3
3
3
3
xiii
G. Sistematika Penulisan ……… 4
BAB II. METODE BISEKSI DAN METODE SECANT………..
A. Persamaan Kuadrat ..………..
B. Fungsi dan Turunan………
C. Barisan………..
D. Metode Biseksi…..………
E. Metode Secant………
6
6
14
23
24
36
BAB III. MENENTUKAN AKAR PERSAMAAN POLINOMIAL NON
LINEAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE MÜLLER
DAN METODE MÜLLER-BISEKSI…
A. Metode Müller ………
B. Algoritma Metode Müller...……….
C. Metode Müller-Biseksi………
D. Algoritma Metode Müller-Biseksi………..
51
51
59
75
76
BAB IV. PENUTUP ………
A. Kesimpulan ………..
B. Saran ………
85
85
86
DAFTAR PUSTAKA ……….. 87
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 ………... 21
Gambar 2.2 ………...
Gambar 2.3 ………...
Gambar 3.1………...
Gambar 3.2………...
25
37
52
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Program Menyelesaikan Persamaan Polinomial dengan
Menggunakan Metode Biseksi………...
Lampiran 2 : Program Menyelesaikan Persamaan Polinomial dengan
Menggunakan Metode Secant………...
Lampiran 3 : Program Menyelesaikan Persamaan Polinomial dengan
Menggunakan Metode Müller………...
Lampiran 4 : Program Menyelesaikan Persamaan Polinomial dengan
Menggunakan Metode Müller-Biseksi…...
88
89
90
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Metode Numerik merupakan suatu teknik atau metode penyelesaian
permasalahan yang diformulasikan secara matematis. Pendekatan penyelesaian
dengan metode ini dilakukan apabila penyelesaian secara umum atau analitis sulit
dilakukan. Hal-hal khusus yang dimiliki oleh metode ini adalah adanya proses
penghitungan yang berulang-ulang (iterasi) yang membawa konsekuensi perlunya
alat bantu untuk proses otomatisasi dari iterasi tersebut, yaitu program komputer.
Penyelesaian metode numerik meliputi identifikasi masalah, memodelkan masalah
secara matematis, mengidentifikasi metode numerik yang diperlukan untuk
menyelesaikannya, implementasi metode ini dalam komputer, dan yang terakhir
adalah menganalisis hasil akhir. Metode numerik hanya akan memberikan solusi
hampiran yang ketelitiannya tergantung pada banyak faktor, seperti banyaknya
desimal, kalkulator atau komputer yang digunakan, dan toleransi kesalahan yang
diinginkan.
Dalam suatu persamaan polinomial kuadrat, akar-akarnya dapat diperoleh
secara eksplisit dengan rumus kuadrat. Akan tetapi, untuk mencari penyelesaian
dari suatu persamaan polinomial dengan derajat atau pangkat 3 tidaklah mudah,
karena tidak terdapat rumus eksplisit untuk mencari akarnya. Oleh karena itu,
untuk mencari penyelesaian dari persamaan polinomial non linear secara umum,
persamaan polinomial adalah metode biseksi, metode Newton-Raphson dan
metode Secant. Akan tetapi, metode tersebut dianggap belum cukup untuk
mencari penyelesaian dari persamaan polinomial, karena penyelesaian yang
dihasilkan hanya berupa akar real.
Mengingat bahwa dalam menyelesaikan suatu persamaan polinomial
terkadang penyelesaiannya tidak hanya akar-akar real tetapi juga akar-akar
kompleks, maka untuk mencari akar-akar real maupun akar-akar kompleks
tersebut dapat digunakan metode Müller, dimana metode Müller merupakan
perluasan dari metode Secant. Dalam metode Secant, untuk mencari penyelesaian
masalah polinomial dimulai dengan dua nilai awal. Nilai pendekatan berikutnya
diperoleh dari perpotongan garis yang melalui kedua titik awal tersebut dengan
sumbu-x. Metode Müller, untuk mencari penyelesaian masalah polinomial
dimulai dengan tiga nilai awal. Nilai pendekatan selanjutnya diperoleh dari
perpotongan parabola yang melalui ketiga titik awal tersebut dengan sumbu-x.
Metode Müller-Biseksi merupakan gabungan antara metode biseksi
dengan metode Müller. Metode biseksi merupakan metode untuk menyelesaikan
persamaan polinomial yang dimulai dengan dua nilai awal, dimana nilai awal
fungsi dari kedua titik tersebut harus berbeda tanda. Untuk mendapatkan titik
ketiga yang akan digunakan dalam metode Müller, maka digunakan nilai tengah
dari iterasi kedua titik yang diketahui, dimana jarak antara nilai tengah dengan
salah satu titik sama dengan jarak antara nilai tengah dengan titik yang lainnya.
Selanjutnya, dari ketiga titik tersebut dapat digunakan metode Müller untuk
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam latar belakang di
muka, pokok permasalahan dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah metode Müller dan metode Müller-Biseksi?
2. Bagaimana menentukan penyelesaian persamaan polinomial non linear
menggunakan metode Müller dan metode Müller-Biseksi?
3. Bagaimana mengaplikasikan algoritma metode Müller dan metode
Müller-Biseksi menggunakan MATLAB?
C. PEMBATASAN MASALAH
Dalam penulisan makalah ini akan dibahas penyelesaian real dan
kompleks dari persamaan polinomial non linear berderajat tinggi.
D. TUJUAN PENULISAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah
menentukan penyelesaian persamaan polinomial non linear dengan metode
Müller dan metode Müller-Biseksi.
E. MANFAAT PENULISAN
Manfaat yang akan diperoleh setelah mempelajari topik ini adalah dapat
mencari penyelesaian persamaan polinomial yang berupa penyelesaian real dan
F. METODE PENULISAN
Metode yang digunakan penulis adalah metode studi pustaka, yaitu
dengan mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan topik proposal
makalah ini, sehingga tidak ada hal-hal baru. Data yang diperoleh diolah
dengan menggunakan MATLAB.
G. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
B. PERUMUSAN MASALAH
C. PEMBATASAN MASALAH
D. TUJUAN PENULISAN
E. MANFAAT PENULISAN
F. METODE PENULISAN
G. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB II METODE BISEKSI DAN METODE SECANT
A. PERSAMAAN KUADRAT
B. FUNGSI DAN TURUNAN
C. BARISAN
D. METODE BISEKSI
BAB III MENENTUKAN AKAR PERSAMAAN POLINOMIAL NON
LINEAR DENGAN METODE MÜLLER DAN METODE
MÜLLER-BISEKSI
A. METODE MÜLLER
B. ALGORITMA METODE MÜLLER
C. METODE MÜLLER-BISEKSI
D. ALGORITMA METODE MÜLLER-BISEKSI
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN
6 BAB II
METODE BISEKSI DAN METODE SECANT
A. Persamaan Kuadrat
Definisi 2.1
Suatupolinomial berorde n adalah suatu bentuk
0 1 1
1x ... a x a a
x a
y n n n n
dimana n adalah bilangan bulat tak negatif dan ai adalah konstanta
dengan i0,1,2,...,ndan an 0.
Contoh 2.1
3
2 5
2 6
8 x x x
y adalah persamaan polinomial berorde 3.
Definisi 2.2
Persamaan kuadrat adalah suatu persamaan polinomial berorde dua.
Bentuk umum dari persamaan kuadrat adalah
c bx ax
y 2 , dengan a0, a,b,cℝ
Huruf-hurufa,bdancdisebut sebagai koefisien. Koefisien kuadrat
a adalah koefisien dari x2, koefisien linearb adalah koefisien darix, danc
persamaan kuadrat berbentuk parabola. Nilai-nilaia, b dan c menentukan
bagaimana bentuk parabola dari persamaan kuadrat, yakni:
1. Nilai a0akan menyebabkan parabola terbuka ke atas, sedangkan
nilai a0akan menyebabkan parabola terbuka ke bawah.
2. b menentukan posisi puncak parabola, atau sumbu simetri dari kurva
yang dibentuk, yakni
a b x
2
.
3. c menentukan titik potong fungsi parabola yang dibentuk dengan
sumbuyatau saat x0.
Contoh 2.2
Diberikan persamaan parabola 2 2 3
x x y
1. Karena a10, maka parabola terbuka ke bawah.
2. Sumbu simetri dari kurva yang dibentuk adalah 1 ) 1 ( 2
2 2
a b
x .
Sedangkan posisi puncak parabola adalah (1,4).
3. Titik potong kurva parabola yang dibentuk dengan sumbu y atau saat
0
x adalah saat (0,c) atau (0,3).
Berikut kurva persamaan parabola 2 2 3
Definisi 2.3
Diberikan persamaan 1 1 0
1 ...
)
(x a x a x a x a f
y n n
n
n
p disebut akar persamaan dari y bila dan hanya bila
0 ...
)
( 1 1 0
1
p a p a
a p a p
f n n
n n
Contoh 2.3
1 2 )
( f x x y
Memiliki akar, yaitu
2 1
p , sehingga f(p)0.
Suatu persamaan kuadrat dengan koefisien-koefisien real dapat
memilki sebuah akar atau dua buah akar yang berbeda, dimana akar-akar
yang dimaksud dapat berbentuk bilangan real atau kompleks bergantung
dari nilai diskriminannya.
Definisi 2.4
Bilangan kompleksadalah bilangan yang berbentuk,
bi a
dimana adan badalah bilangan real dan i2 1.
Bilangan kompleks biasa dilambangkan dengan huruf z, huruf a
dan bmenyatakan bilangan real, sehingga dapat diwujudkan sebagai:
bi a
z
Jika b0, z disebut bilangan imaginer.
Jika b0, zmerupakan bilangan real.
Jika b0 dan a0, maka z 0 adalah bilangan 0 padaℝmaupun pada ℂ. Dengan demikian, terlihat bahwa ℝ adalah himpunan bagian dari ℂ,
atau bilangan real adalah kejadian khusus dari bilangan kompleks.
Contoh 2.4
5 3
4 adalah bilangan imaginer.
i
) 3 2
( adalah bilangan imaginer murni.
Definisi 2.5
Diskriminansuatu persamaan kuadrat dirumuskan Db2 4ac.
Sifat-sifat diskriminan adalah sebagai berikut:
1. Jika diskriminan bernilai positif, akan terdapat dua akar berbeda yang
keduanya merupakan bilangan real, yakni:
a ac b
b x
2 4
2
1
, dan
a ac b
b x
2 4
2
2
Bukti:
Misalkan diberikan rumus kuadrat yax2bxc, dengan a0,
c b
a, , ℝ.
Misalkan x akar dari persamaan tersebut, maka
0
2
c bx ax
a c x a b
x2
Dengan melengkapkan kuadrat, persamaan di atas akan diperoleh
2 2
2
2
2
a b a c a b x a b x 2 2 2 4 2 a b a c a b
x
2 2
2 4 4 2 a b ac a b
x
Dengan menarik akar, diperoleh
a ac b a b x 2 4 2 2 a ac b a b x 2 4 2 2 a ac b b x 2 4 2 (1)
Karena D0, maka nilai x ada, yaitu:
a ac b b x 2 4 2 1
, dan
a ac b b x 2 4 2 2
2. Jika diskriminan bernilai nol, terdapat satu akar yang merupakan
bilangan real, yaitu
a b x 2 Bukti:
a ac b b x 2 4 2
Karena D0, maka persamaan (1), menjadi
a b x 2 0 a b x 2
Jadi, nilai x ada, yaitu
a b x 2 .
3. Jika diskriminan bernilai negatif, maka tidak terdapat akar real tetapi
terdapat dua buah akar kompleks, yakni:
a b ac i b x 2 4 2 1 dan a b ac i b x 2 4 2 2 Bukti:
Diketahui persamaan (1), yaitu
a ac b b x 2 4 2
Karena D0, maka persamaan (1), menjadi
a b ac b x 2 ) 4
( 2
a b ac b x 2 4 1 2
a b ac i b x 2
4 2
a b ac i b x 2 4 2 1 dan a b ac i b x 2 4 2 2 Contoh 2.5
1. Persamaaan kuadrat dengan diskriminan bernilai positif
Diberikan persamaan parabola 2 2 5 2
x x y
Dari persamaan tersebut, diketahui bahwa koefisien a2, koefisien 5
b , koefisien c2. Jadi, diskriminan dari persamaan tersebut
adalah
ac b
D 2 4
9 ) 2 )( 2 ( 4
52
D
Karena diskriminan positif, maka akar persamaannya berupa dua buah
bilangan real, yakni:
a ac b b x 2 4 2 1 ) 2 ( 2 ) 2 )( 2 ( 4 5 5 2
) 2 ( 2 9 5
0.5
a ac b b x 2 4 2 2 ) 2 ( 2 ) 2 )( 2 ( 4 5 5 2
) 2 ( 2 9 5
2
2. Persamaaan kuadrat dengan diskriminan bernilai nol
Diberikan persamaan parabola 2 6 9
x x y
Dari persamaan tersebut, diketahui bahwa koefisien a 1, koefisien 6
b , koefisien c9. Jadi, diskriminan dari persamaan tersebut
adalah
ac b
D 2 4
0 ) 9 )( 1 ( 4
62
D
Karena diskriminan bernilai nol, maka terdapat satu akar yang
merupakan bilangan real, dimana nilainya adalah
a b x
2
3
) 1 ( 2
6
Jadi, akar persamaannya adalah x3
3. Persamaaan kuadrat dengan diskriminan bernilai negatif
Diberikan persamaan parabola 2 2
x x y
Dari persamaan tersebut, diketahui bahwa koefisien a 1, koefisien 1
b , koefisien c2. Jadi, diskriminan dari persamaan tersebut
ac b
D 2 4
4 ) 2 )( 1 ( 4
12
D
Karena diskriminan negatif, maka akar persamaannya berupa dua buah
bilangan kompleks, yakni:
a b ac i a b x 2 4 2 2 ) 1 ( 2 ) 1 ( ) 2 )( 1 ( 4 ) 1 ( 2 1 2
i
2 7 5 . 0 i a b ac i a b x 2 4 2 2 ) 1 ( 2 ) 1 ( ) 2 )( 1 ( 4 ) 1 ( 2 1 2
i
2 7 5 . 0 i
B. Fungsi dan Turunan
Definisi 2.6
Relasi adalah hasil pemasangan elemen-elemen dari suatu himpunan
Himpunan semua komponen pertama dari pasangan terurut dari relasi
disebut daerah asal, sedangkan himpunan semua komponen kedua dari
pasangan terurut dari relasi disebutdaerah hasil.
Contoh 2.6
Misalkan himpunan A adalah komponen pertama dari pasangan terurut,
1,3,5,6
A
Misalkan himpunan B adalah komponen kedua dari pasangan terurut
2,6,10,12
B
Relasi himpunan A dan himpunan B dapat ditulis dengan himpunan
pasangan terurut
1,2, 3,6 5,10
, 6,12
, dengan daerah asal relasi
1,3,5,6
dan daerah hasil relasi
2,6,10,12
.Definisi 2.7
Fungsiadalah relasi dimana setiap elemen dalam daerah asal dipasangkan
dengan tunggal satu elemen dalam daerah hasil.
Contoh 2.7
Misalnya, persamaan y2x1 dan daerah asal ℝ menentukan fungsi
x x y
y
x, )| 2 1,
{( ℝ}.
Pasangan terurut dalam fungsi itu dapat ditentukan oleh pemberian nilai
pada x.
untuk x2 y2(2)15
maka dua pasangan terurut dalam fungsi itu adalah (1,3) dan (2,5).
Definisi 2.8
Diberikan fungsi f :E ℝ dengan Eℝ dan cℝ titik limit E.
Bilangan L dikatakanlimit f
x untuk x mendekati c, jika untuk setiap0
ε yang diberikan, terdapat δ 0 sedemikian sehingga untuk setiap
E
x dengan 0 xx0 δ , maka f(x)L ε . Dinotasikan
L x f
c
x ( ) lim
Contoh 2.8
Diberikan fungsi konstan f(x)k, dimana k suatu bilangan, untuk
setiap xℝ. Buktikan bahwa untuk sembarang bilangan real c maka
x k fc
x
lim .
Penyelesaian
Diberikan ε 0. Maka, untuk sembarang bilangan real c yang
ditentukan, c adalah titik limit dariℝ. Karena f(x)k untuk semua
x ℝ, maka untuk δ 0 yang manapun, xℝ dengan 0 xc δ
pasti berlaku f(x)k kk 0ε. Jadi, menurut definisi terbukti
bahwa f
x kc
x
Definisi 2.9
Andaikan f terdefinisi pada suatu selang terbuka yang mengandung c,
maka f kontinudi c jika
x fc x
lim = f
cDari definisi tersebut, mengisaratkan tiga hal agar fungsi f
dikatakan kontinu di c, yaitu:
Fungsi f terdefinisi di c, yaitu f
c ada.
x fc x
lim ada
x fc x
lim = f
c .Contoh 2.9
Misalkan
2 4
2
x x x
f , x2. Bagaimana seharusnya f didefinisikan
di x2 agar kontinu di titik x2?
Penyelesaian
2
4 lim
2
2 x
x
x
2
) 2 )( 2 ( lim
2 x
x x
x limx2
x2
4Definisi 2.10
Fungsi f kontinu pada selang terbuka, jika f kontinu di setiap titik
selang tersebut. Fungsi f kontinu pada selang tertutup
a,b jika fkontinu pada
a, , kontinu kanan dib a,dan kontinu kiri di b.Contoh 2.10
Misalkan f(x) x, buktikan f(x) kontinu
1,2 .Bukti:
1 ) ( lim
1
f x x
Misalkan ambil ε 0, ada δ 0, xℝ dengan 0 x1δ berlaku
ε
1 ) (x
f . Karena x1δ , maka pilih δ ε , sehingga
ε
1 1
)
(x x
f . Jadi terbukti bahwa lim
1 c f xx .
2 ) ( lim
2
f x x
Misalkan ambil ε 0, ada δ 0, xℝ dengan 02xδ berlaku
ε
2 ) (x
f . Karena 2xδ , maka pilih δ ε , dan karena
x
x2 2 , sehingga f(x)2 x2 ε . Jadi terbukti bahwa
2lim
c f x
x .
Definisi 2.11
Turunan fungsi f adalah fungsi lain f' yang nilainya pada sebarang
bilangan c adalah
h c f h c f c
f
h
) ( ) ( lim ) (
0
'
asalkan limit ini ada.
Contoh 2.11
Misalkan f(x)13x6. Carilah f'(4).
Penyelesaian
h f h f f
h
) 4 ( ) 4 ( lim ) 4 (
0
'
h
h
h
] 6 ) 4 ( 13 [ ] 6 ) 4 ( 13 [ lim
0
h h
h 13 lim
0
lim13 13
0
h
Definisi 2.12
Misalkan Aℝ dan misalkan f :Aℝ, f mempunyai maksimum
mutlak pada A jika ada titik x*A sedemikian sehingga f(x*) f(x)
A
x
.
Definisi 2.13
Misalkan Aℝ dan misalkan f :Aℝ, f mempunyai minimum
mutlak pada A jika ada titik x*A sedemikian sehingga ( *) ( )
x f x
f
A
x
Teorema 2.1 (Teorema Rolle)
Misalkan f C
a,b dan f terdeferensial pada
a,b . Jika f(a) f(b) ,maka ada paling sedikit satu bilangan c
a,b sedemikian sehingga0 ) (
'
c
f .
Bukti:
Karena f(x) kontinu pada selang a xb, berarti f(x) mempunyai nilai maksimum M dan nilai minimum m dalam
a, , jadibM x f
m ( ) dalam
a, . Bilab mM , maka f(x)= konstan, berarti0 ) (x
f .
Karena mM dan f(a) f(b), maka paling sedikit salah satu m atau
M tidak sama dengan f(a) f(b), misalnya M f(a). Maka nilai
maksimum M tidak pada titik akhir dari
a, , melainkan terletak dibc
x , (acb) dan berarti f'(c)0 █
Teorema 2.2 (Teorema Nilai Rata-Rata)
Jika f C
a,b dan f terdeferensial pada
a,b , maka ada bilangan
a bc , sedemikian sehingga
a b
a f b f c f
( ) ( )
) (
' . (2.1)
Gambar grafik f sebagai kurva pada bidang dan gambar sebuah garis
lurus dari titik A(a, f(a)) dan B(b, f(b)), (lihat gambar 2.1), maka
fungsinya
) ( ) ( ) ( ) ( )
( x a
a b
a f b f a f x
g
(2.2)
Selisih antara grafik f dan g pada x adalah
) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
( x a
a b
a f b f a f x f x g x f x
h
(2.3)
Dari persamaan (2.3), maka h(a)h(b)0. Oleh karena fungsi-fungsi )
(x
f dan (xa) adalah kontinu dalam a xb dan terdeferensial
dalam (axb), maka menurut Teorema 2.1 ada nilai x yang turunannya sama dengan 0 dan misalkan untuk xc, acb berlaku
0 ) (
'
c
h .
[image:38.595.70.522.142.714.2]Dari persamaan (2.3) diperoleh
a b
a f b f x f x h
( ) ( ) ( ) )
( '
' (2.4)
Untuk persamaan xc, persamaan (2.4) menjadi
a b
a f b f c f c h
( ) ( ) ( ) )
( '
'
a b
a f b f c f
( ) ( ) ( ) 0 '
a b
a f b f c f
( ) ( )
) (
'
█
Teorema 2.3 (Teorema Nilai Antara)
Jika f kontinu pada [a,b] dan jika W sebuah bilangan antara f(a) dan
) (b
f , maka terdapat sebuah bilangan c diantara a dan b sedemikian
sehingga f(c)W. Bukti :
Dimisalkan f(a)< f(b), m dan M berturut-turut nilai minimum dan
maksimum mutlak dari f([a,b]). Karena m nilai minimum mutlak, maka
a b xx f
m ( ), , . Demikian juga M nilai maksimum mutlak, maka
) (x f
M , x
a,b . Karena f kontinu pada
a, , makab ], [ ]) ,
([a b m M
f . Misalkan f(c)[m,M] untuk suatu c
a,b .Karenam adalah minimum mutlak dan M adalah maksimum mutlak, maka
M b f c f a f
mutlak dari m sampai dengan Mpada [a,b], maka terdapat c(a,b)
sehingga f(c)W.█
C. Barisan
Sifat Archimedes
Untuk setiap bilangan real x dan y dengan x0, terdapat suatu bilangan
asli n sedemikian sehingga nx y.
Akibat Sifat Archimedes
Dengan mengganti x dengan 1 dan y dengan x, maka untuk setiap
bilangan real x terdapat suatu bilangan asli n sehingga nx.
Definisi 2.14
Diberikan
xn n1 barisan tak berhingga dari bilangan real atau kompleks.Barisan
xn n1 mempunyai limit x (konvergen ke x), jika untuk setiap0
ε , ada bilangan bulat positif N(ε) sedemikian sehingga xn x ε,
bila n N(ε). Dinotasikan
x xn n
lim .
Diberikan barisan
sn n1 dengann
sn 11. Buktikan
sn n1 konvergenke 1.
Penyelesaian
Diberikan ε 0, menurut sifat Archimedes, Nℕdan ε
N
1
, sehingga
untuk nℕdengan n berlaku 1ε
n s
ε
N n n
sn 1 1 1 1 1 1
Jadi, lim 1
n
n S .
D. Metode Biseksi
Diasumsikan bahwa f adalah fungsi kontinu dalam interval [a,b],
dengan f(a)f(b)0, dimana dimisalkan bahwa f(a)0 dan f(b)0.
Dengan teorema nilai antara, jika f kontinu pada [a,b] dan bahwa f(a)
dan f(b) berbeda tanda, maka ada nilai p
a,b dengan f(p)0.Meskipun prosedur akan bekerja ketika ada lebih dari satu akar dalam
interval
a, , diasumsikan untuk kesederhanaan, bahwa akar dalambinterval ini adalah tunggal. Cara kerja metode ini adalah membagi dua
subinterval [a,b] secara berulang, dan pada setiap langkah menempatkan
titik p pada tengah subinterval tersebut. Misalkan a1 a dan b1 b, dan
2 2
1 1 1 1 1 1
b a a b a
p
Jika f(p1) 0, maka p p1dan proses dihentikan. Jika f(p1)0, maka )
(p1
f memiliki tanda yang sama dengan salah satu dari f(a1) atau
) (b1
f . Ketika f(p1) dan f(a1) mampunyai tanda yang sama, maka
) , (p1 b1
p , dan menetapkan a2 p1 dan b2 b1. Ketika f(p1) dan
) (a1
f berlawanan tanda , maka p(a1,p1), dan menetapkan a2 a1 dan
1
2 p
b . Kemudian prosesnya diulang kembali untuk interval [a2,b2].
Cara kerja metode biseksi bila diilustrasikan secara geometris tampak
[image:42.595.68.522.202.667.2]seperti pada Gambar 2.2 berikut ini.
Gambar 2.2 Metode Biseksi
Definisi 2.15
Misalkan
βn n1 adalah suatu barisan yang diketahui konvergen ke nol,n n α Kβ
α , untuk n besar,
Maka dapat dikatakan bahwa
αn n1 konvergen ke α dengan lajukonvergensi O
βn , (dibaca “big oh dari βn”). Hal ini dapat ditunjukkandengan menulis αn αOβn.
Contoh 2.13
Misalkan
1
1
n
n adalah suatu barisan yang konvergen ke nol, dan
1
1 1
n
n konvergen ke 1. Jika ada K konstanta positif dengan
n K n
1 1 1
1 , maka
1
1 1
n
n konvergen ke 1 dengan laju
konvergensi
n
O 1 .
Jadi
n O n
1 1 1
1 .
Teorema 2.4
Misalkan bahwa f C[a,b] dimana f(a)f(b)0. Metode biseksi
membangkitkan barisan
pn n1 yang konvergen ke akar p dari f dengan
n n
n a b
p
2 1
] , [ n n n a b
I , nℕ, dengan ( ) ( )0,
n n f b a f
dan n n
a b p p
2
, ketika n1
serta laju konvergensi
n
O
2 1
.
Bukti:
1. Akan dibuktikan ( ) 2
1
1 b a a
bn n n
Diasumsikan bahwa f adalah fungsi kontinu dalam interval [a,b],
dengan f(a)f(b)0, dimana dimisalkan bahwa f(a)0 dan
0 ) (b
f . Dengan teorema nilai antara, jika f kontinu pada [a,b] dan
bahwa f(a) dan f(b) berbeda tanda, maka ada nilai p
a,bdengan f(p)0. Misalkan a1 a dan b1 b, dan p adalah akar
dari f(x). Misalkan I1 [a,b], dimana panjang I1 ba. Cara kerja
metode biseksi adalah dengan membagi interval menjadi dua bagian,
sehingga panjang interval I2 [a2,b2] adalah setengah dari panjang
interval I1, untuk setiap n1, dapat diperoleh
a b I1
1 2
2 1
I
I
) ( 2 1 ) (
2 1
1 1 2
2 a b a b a
2 3
2 1
I
I
) (
2 1
2 2 3
3 a b a
b ( )
2 1 2 1
1 1 a
b
( )
2 1
2 ba
3 4
2 1
I
I
) (
2 1
3 3 4
4 a b a
b ( )
2 1
3 ba
Dan seterusnya, sehingga diperoleh
1
2 1
n
n I
I
) ( 2
1
1 b a a
bn n n
2. Akan dibuktikan
pn n1 konvergen ke akar p.Bukti:
Misalkan pakar dari f dan f(an)f(bn)0, maka berdasarkan
Teorema Nilai Antara, an pbn ,nℕ, sehingga
1. an pbn atau pan bn an n1
ba
21
0 .
Untuk pan bn an n1
ba
2 1
0 , maka
b a
b a
a
p n n n
2 2 2
1
1
b a
a p
n
n
2 1 2
b a
a
p n n1
2 1
b a
n
b a
n 2 1 1 2
1
...(2)
Selisih dari (1) dan (2) diperoleh
)
(p an
0 21
a b
n
)
(p an n
ba
2 1
Jadi p a p an n
b a
n
b a
n
1
2 1 2
1
2 .
2. an pbn an p0bn p
Karena 0bn p dan bn pbn an , maka
b a
a b p
bn n n n
1
2 1
0 , sehingga
Untuk bn pbn an n1
ba
2 1
0 , maka
b a
b a
p
bn n n
2 2 2
1
1
b a
p b
n
n
2 1 2
b a
p
bn n1
2 1
...(1)
b a
n
b a
n 2 1 1 2
1
...(2)
Selisih dari (1) dan (2) diperoleh
)
(bn p
0 21
a b
)
(bn p n
ba
2 1
Jadi bn p bn p n
ba
n
ba
1 2 1 2 1 2 .
Sehingga pn p (an bn)p
2 1
p p b
an n
2 1 2 1 ) ( 2
1
p p b
an n
2 1 2 1 2 1 2 1 p b p
an n
2 1 2 1 2 1 2 1
dengan ketaksamaan segitiga diperoleh
p b p
an n
2 1 2 1 2 1 2 1 p b a
p n n
2 1 2 1 2 1 2
1
pan bn p
2 1
n b a n b a2 1 2 1 2 1
b a
n
b a
n
2 1 2 2 2 1
sehingga pn p n
ba
Untuk membuktikan laju konvergensinya, ada dua syarat yang
harus dibuktikan, yaitu;
1. Barisan
1
2 1
n
n konvergen ke 0.
2. Barisan
pn n1 konvergen ke p.Bukti:
1. Akan dibuktikan 0 2
1 lim
n
n .
Bukti:
Ambil sebarang ε 0, menurut sifat Archimedes, Nℕ dan
ε
N
1
, maka untuk nℕ dengan nN berlaku
ε
N
N n n
1 2
1 2
1 0 2
1
.
Jadi 0 2
1 lim
n
n .
2. Akan dibuktikan pn p
n
lim .
Bukti:
Ambil sebarang ε 0, menurut sifat Archimedes, Nℕ dan
ε
N
1
, maka untuk nℕdengan nN berlaku
ε ε
1 ( ) ( )
2 1 2
1
1 b a a
b N a b a
b p
pn n N .
Jadi pn p
n
Jadi terbukti bahwa barisan
pn n1 konvergen ke p denganlaju konvergensi
n
O
2 1
; maka
n
n p O
p
2 1
. █
Algoritma Metode Biseksi
1. Menentukan nilai a1 dan b1, toleransi,i=1.
2. Menghitung f(a1) dan f(b1).
Jika f(a1)f(b1)0, maka proses dihentikan karena tidak mempunyai
akar. Jika f(a1)f(b1)0, maka proses dilanjutkan.
3. Menghitung
2
1 1 1
b a
p
4. Menghitung nilai f(p1). Jika f(p1) toleransi, maka iterasi
dihentikan. Jika tidak, lanjutkan ke Langkah 5.
5. Jika f(a1)f(p1)0,, maka tetapkan a2 a1 dan b2 p1, jika
, 0 ) ( )
(b1 f p1
f , maka tetapkan a2 p1 dan b2 b1. Kembali ke
Langkah 3.
Tetapkani=i+1.
Contoh 2.14
Gunakan metode Biseksi untuk menentukan akar persamaan
10 4
)
( 3 2
dalam interval [1,2]. Toleransi galatnya adalah 0.01%. Penyelesaian
Iterasi 1
Langkah 1. a1 x0 1 b1 x1 2
Toleransi galatnya 0.01%.
i=1
Langkah 2. f(x0)5 f(x1)14
Karena f(x0)f(x1)0 , maka proses dilanjutkan.
Langkah 3. Menghitung 1.5 2
2 1 2
1 0
2
x x
x
Langkah 4. Menghitung f(x2)2.375
Karena f(x2) 0.01%, maka iterasi dilanjutkan.
Langkah 5. Karena f(x0)f(x2)0 maka tetapkan x0 1 dan x1 1.5
Iterasi 2
Langkah 3. Menghitung 1.25 2
5 . 1 1 2
2 0
3
x x
x
Langkah 4. Menghitung f(x3)1.79687
Karena f(x2) 0.01%, maka iterasi dilanjutkan.
Langkah 5. Karena f(x3)f(x1)0 maka tetapkan x0 1.25 dan
5 . 1
1
Iterasi 3
Langkah 3. Menghitung 1.375 2
5 . 1 25 . 1 2
2 3
4
x x
x
Langkah 4. Menghitung f(x4)0.16211
Karena f(x2) 0.01%, maka iterasi dilanjutkan.
Langkah 5. Karena f(x3)f(x1)0 maka tetapkan x0 1.25 dan
375 . 1
1
x
Iterasi 4
Langkah 3. Menghitung 1.3125 2
375 . 1 25 . 1 2
4 3
5
x x
x
Langkah 4. Menghitung f(x5)0.84839
Karena f(x2) 0.01%, maka iterasi dilanjutkan.
Langkah 5. Karena f(x3)f(x1)0 maka tetapkan x0 1.3125 dan
375 . 1
1
x
Iterasi 5
Langkah 3. Menghitung 1.34375 2
375 . 1 3125 . 1 2
4 5
6
x x
x
Langkah 4. Menghitung f(x6)0.35098
Karena f(x2) 0.01%, maka iterasi dilanjutkan.
Langkah 5. Karena f(x6)f(x4)0 maka tetapkan x0 1.34375 dan
375 . 1
1
Iterasi 6
Langkah 3. Menghitung 1.35937 2
375 . 1 34375 . 1 2
4 6
7
x x
x
Langkah 4. Menghitung f(x7)0.09641
Karena f(x2) 0.01%, maka iterasi dilanjutkan.
Langkah 5. Karena f(x7)f(x4)0 maka tetapkan x0 1.35975 dan
375 . 1
1
x
Iterasi 7
Langkah 3. Menghitung 1.36718 2
375 . 1 35937 . 1 2
4 7
8
x x
x
Langkah 4. Menghitung f(x8)0.03236
Karena f(x2) 0.01%, maka iterasi dilanjutkan.
Langkah 5. Karena f(x7)f(x8)0 maka tetapkan x0 1.35975 dan
36718 . 1
1
x
Iterasi 8
Langkah 3. Menghitung 1.36328 2
36718 . 1 35937 . 1 2
8 7
9
x x
x
Langkah 4. Menghitung f(x9)0.03215
Langkah 5. Karena f(x9)f(x8)0 maka tetapkan x0 1.36328 dan
36718 . 1
1
x
Iterasi 9
Langkah 3. Menghitung 1.36523 2
36718 . 1 36328 . 1 2
8 9
10
x x
x
Langkah 4. Menghitung f(x10)0.0000002
Karena f(x2) 0.01%, maka iterasi dihentikan.
Dengan menggunakan program MATLAB, maka untuk setiap iterasi dapat
ditunjukkan pada tabel berikut.
i a b P FP
1 1.000000000 2.000000000 1.500000000 2.375000000
2 1.000000000 1.500000000 1.250000000 -1.796875000
3 1.250000000 1.500000000 1.375000000 0.162109375
4 1.250000000 1.375000000 1.312500000 -0.848388672
5 1.312500000 1.375000000 1.343750000 -0.350982666
6 1.343750000 1.375000000 1.359375000 -0.096408844
7 1.359375000 1.375000000 1.367187500 0.032355785
8 1.359375000 1.367187500 1.363281250 -0.032149971
9 1.363281250 1.367187500 1.365234375 0.000072025
Jadi, hampiran akar persamaan ( ) 3 4 2 10
x x x
E. Metode Secant
Metode secant adalah sebuah metode untuk mencari penyelesaian
masalah polinomial f(x)0. Dalam metode secant, untuk mencari
penyelesaian persamaan polinomial dimulai dengan dua hampiran awal,
yaitu x0 dan x1. Kedua hampiran tersebut tidak boleh menyebabkan
) (x0
f dan f(x1) saling meniadakan atau bernilai nol, karena jika salah
satu diantara f(x0) atau f(x1) bernilai nol maka nilai f(x) selanjutnya
juga akan bernilai nol. Hal itu berarti akar persamaannya sudah diperoleh.
Selama iterasi, nilai f(x0) dan f(x1) tidak boleh tepat sama.
Cara kerja metode secant bila diilustrasikan secara geometris tampak
[image:54.595.70.525.193.706.2]seperti pada Gambar 2.3 berikut ini.
Nilai pendekatan berikutnya x2 diperoleh dari perpotongan garis
yang melalui A(x0,f(x0))dan B(x1,f(x1)) dengan sumbu x , misalnya
titik potongnya disebut titik C.
Teorema 2.5
Misalkan bahwa f C[x0,x1]. Metode secant membangkitkan barisan
1n n
x dengan
)) ( ) ( (
) ( )
(
2 1
2 1 1 2
n n
n n n
n n
x f x f
x f x x f x
x , dan misalkan f ' kontinu
pada interval I
ξ h,ξ h
,h0, dengan titik pusat ξ . Selanjutnyamisalkan bahwa f(ξ)0, f'(ξ)0. Maka, barisan
xn yangdidefinisikan oleh metode secant akan konvergen ke ξ .
Bukti:
1. Perhatikan segitiga RAT dan SBT pada Gambar 2.3. Segitiga RAT
sebangun dengan segitiga SBT, maka dengan rumus kesebangunan
segitiga diperoleh
2 1
1
2 0
0) ( )
(
x x
x f x x
x f
(x1x2)f(x0)(x0 x2)f(x1)
x1f(x0)x2f(x0) x0f(x1)x2f(x1)
x2f(x1)x2f(x0)x0f(x1)x1f(x0)
)) ( ) ( ( ) ( ) ( 0 1 0 1 1 0 2 x f x f x f x x f x x
Selanjutnya perhatikan segitiga SBU dan TCU pada Gambar 2.3.
Segitiga SBU sebangun dengan segitiga TCU, maka dengan rumus
kesebangunan segitiga diperoleh
3 2
2
3 1
1) ( )
( x x x f x x x f
(x2 x3)f(x1)(x1 x3)f(x2)
x2f(x1)x3f(x1) x1f(x2)x3f(x2)
x3f(x2)x3f(x1)x1f(x2)x2f(x1)
x3(f(x2) f(x1))x1f(x2)x2f(x1)
)) ( ) ( ( ) ( ) ( 1 2 1 2 2 1 3 x f x f x f x x f x x
dan seterusnya, sehingga didapat
)) ( ) ( ( ) ( ) ( 2 1 2 1 1 2 n n n n n n n x f x f x f x x f x x
2. Akan dibuktikan barisan
xn yang didefinisikan oleh metode secantakan konvergen ke ξ .
Bukti:
Karena '(ξ)0
f , dimisalkan bahwa f '(ξ)α 0. Karena f'
kontinu di I , maka untuk setiap ε 0 dapat dipilih interval
ξ δ ξ δ
δ ,
ε α ) ( ' x
f , xIδ.
Dipilih ε α
4 1
, dapat dilihat bahwa
α α 4 5 ) ( 4 3
0 ' x
f , xIδ
Perhatikan kembali rumus metode secant sebagai berikut:
)) ( ) ( ( ) ( ) ( 2 1 2 1 1 2 n n n n n n n x f x f x f x x f x x )) ( ) ( ( ) ( ) ( 1 1 1 1 n n n n n n n x f x f x f x x f x x
xn1(f(xn) f(xn1))xn1f(xn)xnf(xn1)
xn1f(xn)xn1f(xn1)xn1f(xn)x