• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh ekstrak etanol daun ketela pohon [Manihot utillisima Pohl.] setelah pemberian Na2CaEDTA terhadap kadar timbal darah tikus dengan metode spektroskopi serapan atom.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh ekstrak etanol daun ketela pohon [Manihot utillisima Pohl.] setelah pemberian Na2CaEDTA terhadap kadar timbal darah tikus dengan metode spektroskopi serapan atom."

Copied!
165
0
0

Teks penuh

(1)

xi

INTISARI

Daun ketela pohon memiliki kemampuan menurunkan kadar timbal darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas serta lama waktu pemberian ekstrak etanol daun ketela pohon (Manihot utillisima Pohl.) dalam menurunkan kadar timbal darah tikus betina setelah pemberian Na2CaEDTA.

Timbal asetat dipejankan dengan dosis 0,5 g/kgBB/oral/hari/tikus selama 30 hari. Na2CaEDTA dan ekstrak etanol daun ketela pohon diberikan selama 10 hari.

Ekstraksi daun ketela pohon dilakukan dengan metode sokletasi menggunakan etanol 95%. Besarnya kadar timbal darah sampel dari setiap kelompok perlakuan ditentukan dengan metode spektroskopi serapan atom pada panjang gelombang 283,3 nm. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis nonparametrik dengan uji Kruskal-Wallis dan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol daun ketela pohon setelah pemberian Na2CaEDTA terhadap penurunan kadar

timbal darah pada hari pengukuran yang sama sedangkan perbedaan kadar timbal darah pada masing- masing kelompok dianalisis dengan uji Friedman-Wilcoxon dengan signifikansi 95%.

Dari penelitian ini ditunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol daun ketela poho n dosis 800 mg/kgBB setelah pemberian Na2CaEDTA dapat menurunkan kadar

timbal dengan waktu pemberian selama 10 hari.

Kata kunci : Na2CaEDTA, daun ketela pohon, ekstrak etanol, kadar timbal darah,

spektroskopi serapan atom

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(2)

xii

Leaves of cassava ha ve the ability to decrease blood lead level. This examination ois directed to find out the effectiveness and duration of administration of cassava leaves ethanol extract after administrated Na2CaEDTA in decreasing blood

lead level in female rats.

Lead acetate 0,5 g/kg body weight/orally/day/rat was administered for 30 days. Na2CaEDTA was intramuscularly and ethanol extract of Cassava leaves was

orally administered for 10 days after lead intoxication. Cassava leaves was extracted by soxhletation method with ethanol 95%. The concentration of blood lead was determined by atomic absorption spectroskopic method at 283,3 nm wavelength. The results were tested with stastitical analysis method with 95% of confidence interval. Kruskal-Wallis and Friedman-Wilcoxon approaches were used to determine the effectiveness of the Na2CaEDTA and cassava leaves ethanol extract.

The result indicated that 800 mg/kg body weight combination of Na2CaEDTA

and ethanol extract of cassava leaves have ability to decrease the concentration of lead after 10 days therapy.

Key words : Na2CaEDTA, cassava leaves,ethanol extract, blood lead level, atomic

(3)

PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN KETELA POHON

(Manihot utillisima Pohl.) SETELAH PEMBERIAN Na2CaEDTA TERHADAP KADAR TIMBAL DARAH TIKUS DENGAN METODE SPEKTROSKOPI

SERAPAN ATOM

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh:

Cicilia Tyasti Wahyunengsih NIM: 048114033

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2008

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(4)

ii

(Manihot utillisima Pohl.) SETELAH PEMBERIAN Na2CaEDTA TERHADAP KADAR TIMBAL DARAH TIKUS DENGAN METODE SPEKTROSKOPI

SERAPAN ATOM

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh:

Cicilia Tyasti Wahyunengsih NIM: 048114033

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(6)
(7)

v

Bi a r ka n key a ki n a n ka m u, 5 cen t i m et er m en gga n t un g, m en ga m ba n g di depa n ken i n g ka m u. D a n ...seha bi s i t u ka m u ha n y a per lu

beker ja lebi h ker a s un t uk m en gga pa i i m pi a n m u i t u”

K a r y a i n i kuper sem ba hka n un t uk Bu n da M a r i a , Y esus K r i st us,

Ba pa k M .D . W a hy udi I bu Luci a Sa m i r a h M a r i a P ut r i Sa r i U t a m i A n dr ea s N ugr oho T r i la kson o Cor n eli us T opa n En di P r a set y a a t a s ci n t a y a n g sela lu m en er a n gi t i a p la n gka hku.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(8)

vi

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Cicilia Tyasti Wahyunengsih

Nomor Mahasiswa : 048114033

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

“Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Ketela Pohon (Manihot utillisima Pohl.) Setelah Pemberian Na2CaEDTA Terhadap Kadar Timbal Darah Tikus Dengan Metode Spektroskopi Serapan Atom”

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 19 Juli 2008

Yang menyatakan

(9)

vii

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Ketela Pohon (Manihot utillisima Pohl.) Setelah Pemberian Na2CaEDTA

Terhadap Kadar Timbal Darah Tikus Dengan Metode Spektroskopi Serapan Atom”. Skripsi ini tidak akan terwujud dan terangkai menjadi satu tanpa bantuan dari berbagi pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan penghargaan dan ucapan terimakasih kepada :

1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

2. Bapak Ipang Djunarko, S.Si.,Apt., selaku pembimbing utama yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan hingga skripsi ini selesai

3. Bapak Drs. Sulasmono, Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan pengarahan, kritik dan saran demi tercapainya hasil yang terbaik dari skripsi ini 4. Bapak A. Tri Priantoro, M.For.Sc., selaku dosen penguji yang juga telah

memberikan pengarahan, kritik dan saran demi tercapainya hasil yang terbaik dari skripsi ini

5. Kebun obat Merapi Farma Kaliurang atas simplisia daun ketela pohon 6. Laboratorium LPPT UGM Unit I atas kerja sama selama ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(10)

viii

Wagiran, mas Sigit, mas Parlan atas kerja sama selama penelitian di laboratorium, dan atas waktu yang telah diluangkan untuk lembur

8. Romo Sunu atas bantuan masukan dalam merancang penelitian, mengolah data serta sema ngat hidup yang telah diberikan

9. Bapak Yohannes Dwiatmaka, M. Si., atas kesediaan untuk berbagi ilmu

10. Filana Fedelia, Euthalia Sintami Putri dan Harimawan Yudi Astoro, teman seperjuangan timbal. Terimakasih atas kerjasama dan kerja keras selama ini 11. Papa, ma ma, dek Sari, dek Tri, terimakasih atas doa, dukungan dan kasih yang

salalu diberikan untuk penulis

12. Bapak, ibu, mas Topan, kak Didit, kak Bayu, mbak Yunika, terimakasih atas doa, inspirasi, dukungan yang tak henti- hentinya diberikan kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan karya ini

13. Cornelius Topan Endi Prasetya yang dari jauh selalu memberi doa, ide- ide yang menjadi sumber inspirasi bagi penulis, kesabaran mendengarkan keluh ksah, dukungan yang luar biasa yang mampu membangkitkan senangat penulis

14. Teman-teman ukf dolanz-dolanz (Ayu, Rosa, Lian, Chandy, Chicka, Chocho, Boris, Ari, Tintus, Rizky, Yoyo, Robert, Fhery, Adit, Rudi, Yudi, Felix, Edot dan Probo), terimakasih atas persahabatan selama ini yang membuat hidupku semakin berwarna dan bermakna

(11)

ix

16. Semua teman dan seluruh civitas akademika Fakultas Farmasi USD yang tak dapat penulis sebut satu persatu yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini. Perjuangan panjang dan melelahkan telah dibayar dengan terselesaikannya skripsi ini. Penulis menyadari tidak ada sesuatu yang sempurna. Penulis memohon maaf atas kesalahan selama proses penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis selalu membuka diri untuk kritik dan saran yang membangun. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya pada bidang farmasi.

Yogyakarta, Juni 2008

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(12)

x

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebaga imana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, Juni 2008 Penulis,

(13)

xi

INTISARI

Daun ketela pohon memiliki kemampuan menurunkan kadar timbal darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas serta lama waktu pemberian ekstrak etanol daun ketela pohon (Manihot utillisima Pohl.) dalam menurunkan kadar timbal darah tikus betina setelah pemberian Na2CaEDTA.

Timbal asetat dipejankan dengan dosis 0,5 g/kgBB/oral/hari/tikus selama 30 hari. Na2CaEDTA dan ekstrak etanol daun ketela pohon diberikan selama 10 hari.

Ekstraksi daun ketela pohon dilakukan dengan metode sokletasi menggunakan etanol 95%. Besarnya kadar timbal darah sampel dari setiap kelompok perlakuan ditentukan dengan metode spektroskopi serapan atom pada panjang gelombang 283,3 nm. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis nonparametrik dengan uji Kruskal-Wallis dan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol daun ketela pohon setelah pemberian Na2CaEDTA terhadap penurunan kadar

timbal darah pada hari pengukuran yang sama sedangkan perbedaan kadar timbal darah pada masing- masing kelompok dianalisis dengan uji Friedman-Wilcoxon dengan signifikansi 95%.

Dari penelitian ini ditunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol daun ketela poho n dosis 800 mg/kgBB setelah pemberian Na2CaEDTA dapat menurunkan kadar

timbal dengan waktu pemberian selama 10 hari.

Kata kunci : Na2CaEDTA, daun ketela pohon, ekstrak etanol, kadar timbal darah,

spektroskopi serapan atom

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(14)

xii

Leaves of cassava ha ve the ability to decrease blood lead level. This examination ois directed to find out the effectiveness and duration of administration of cassava leaves ethanol extract after administrated Na2CaEDTA in decreasing blood

lead level in female rats.

Lead acetate 0,5 g/kg body weight/orally/day/rat was administered for 30 days. Na2CaEDTA was intramuscularly and ethanol extract of Cassava leaves was

orally administered for 10 days after lead intoxication. Cassava leaves was extracted by soxhletation method with ethanol 95%. The concentration of blood lead was determined by atomic absorption spectroskopic method at 283,3 nm wavelength. The results were tested with stastitical analysis method with 95% of confidence interval. Kruskal-Wallis and Friedman-Wilcoxon approaches were used to determine the effectiveness of the Na2CaEDTA and cassava leaves ethanol extract.

The result indicated that 800 mg/kg body weight combination of Na2CaEDTA

and ethanol extract of cassava leaves have ability to decrease the concentration of lead after 10 days therapy.

Key words : Na2CaEDTA, cassava leaves,ethanol extract, blood lead level, atomic

(15)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………...……….. ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……….. iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

PRAKATA ... vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... x

INTISARI ... xi

ABSTRACT ... xii

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR GAMBAR ... xxx

DAFTAR LAMPIRAN ... xxxv

BAB I PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Permasalahan ... 4

2. Keaslian penelitian ... 4

3. Manfaat Penelitian ... 5

a.Manfaat teoritis ... 5

b.Manfaat metodologis ... 5

c.Manfaat praktis ... 6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(16)

xiv

B. Tujuan Penelitian ... 6

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ... 7

A. Timbal (Pb) ... 7

1. Karakteristik timbal ... 7

2. Keracunan timbal ... 7

3. Farmakokinetika timbal ... 8

4. Gangguan akibat keracunan timbal ... 8

5. Mekanisme keracunan timbal ... 8

B. Terapi antidot ... 11

C. Na2CaEDTA (Disodium Kalsium Edetat) ... 11

1. Farmakokinetika Na2CaEDTA... 12

2. Indikasi ... 12

3. Kontraindikasi ... 13

4. Dosis dan cara pemberian ... 13

5. Efek samping ... 14

6. Mekanisme kerja ... 14

D. Ketela Pohon (Manihot utillisima Pohl.) ... 15

1. Keterangan botani ... 15

2. Uraian tanaman ... 16

3. Ekologi dan penyebaran ... 16

4. Kandungan kimia ... 17

5. Khasiat dan kegunaan ... 17

(17)

xv

E. Simpilisia ... 18

F. Ekstrak ... 18

G. Sokhletasi ... 19

H. Rutin ... 21

I. Kromatogrfi Lapis Tipis (KLT) ... 22

J. SAA (Spektroskopi Serapan Atom) ... 24

1. Prinsip metode spektroskopi serapan atom ... 24

2. Instrumentasi spektroskopi serapan atom ... 26

3. Kelebihan dan kekurangan metode spektrofotometri serapan atom ... 29

K. Validitas Metode ... 29

1. Kurasi ... 29

2. Presisi ... 30

3. Linearitas dan rentang ... 30

4. Limit Of Detection (LOD) dan Limit Of Quantitation (LOQ) ... 31

L. Landasan Teori ... 33

M. Hipotesis ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 34

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(18)

xvi

B. Variabel dan Definisi Operasional ... 34

1. Variabel penelitian ... 34

2. Definisi operasional ... 35

C. Bahan Penelitian... 36

D. Alat Penelitian ... 36

E. Tata Cara Penelitian ... 37

1. Determinasi tanaman ... 37

2. Preparasi bahan ... 37

3. Uji analisis kualitatif rutin pada daun ketela pohon ... 39

4. Penyiapan hewan uji ... 39

5. Pengelompokkan dan perlakuan hewan uji ... 40

6. Penanganan hewan uji ... 42

7. Pengukuran kadar timbal darah dengan spektrofotometri serapan atom ... 42

F. Analisis Hasil ... 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Determinasi Tanaman ... 46

B. Ekstraksi ... 46

C. Penentuan Senyawa Rutin Secara Kualitatif Dengan KLT ... 47

D. Kadar Timbal Darah Dengan Spektroskopi Serapan Atom ... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 70

A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 70

(19)

xvii

LAMPIRAN ... 74

BIOGRAFI PENULIS ... 127

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(20)

xviii

Tabel I Nilai Koefisien Korelasi (KV) berdasarkan konsentrasi analit ... 30 Tabel II Parameter validitas metode yang dipersyaratkan untuk setiap

kategori... 32 Tabel III Parameter validitas metode yang dipersyaratkan... 32 Tabel IV Persentase rendemen ekstrak etanol daun ketela pohon... 47 Tabel V Replikasi I hasil identifikasi rutin secara KLT terhadap ekstrak

etanol daun ketela pohon dengan fase diam selulosa, fase gerak BAA (4:1:5 v/v) deteksi dengan sinar UV 254 nm dan 365 nm dan jarak pengembangan 10 cm... 50 Tabel VI Replikasi II hasil identifikasi rutin secara KLT terhadap ekstrak

etanol daun ketela pohon dengan fase diam selulosa, fase gerak BAA (4:1:5 v/v) deteksi dengan sinar UV 254 nm dan 365 nm dan jarak pengembangan 10 cm... 51 Tabel VII Replikasi III hasil identifikasi rutin secara KLT terhadap

ekstrak etanol daun ketela pohon dengan fase diam selulosa, fase gerak BAA (4:1:5 v/v) deteksi dengan sinar UV 254 nm dan 365 nm dan jarak pengembangan 10 cm... 52 Tabel VIII Nilai koefisien korelasi (r) dari lima kurva baku ... 55 Tabel IX Nilai koefisien variasi (%) dari lima kali pengukuran kadar

(21)

xix

Tabel X Nilai rata-rata, standar deviasi kadar timbal darah serta perbedaan secara bermakna terhadap kelompok I (kontrol negatif) ... 57 Tabel XI Hubungan perbedaan antar kelompok perlakuan baik berbeda

secara bermakna maupun berbeda secara tidak bermakna ... 68 Tabel XII Kadar timbal terlarut (ppm) dari kelompok perlakuan pada hari

ke-0... 104 Tabel XIII Kadar timbal terlarut (ppm) dari kelompok perlakuan pada hari

ke-15... 104 Tabel XIV Kadar timbal terlarut (ppm) dari kelompok perlakuan pada hari

ke-30... 105 Tabel XV Kadar timbal terlarut (ppm) dari kelompok perlakuan pada hari

ke-35... 105 Tabel XVI Kadar timbal terlarut (ppm) dari kelompok perlakuan pada hari

ke-40 ... 106 Tabel XVIa Hasil Rangking Kadar Timbal Hari ke-15 antara Kontrol

Negatif (Aquadest) dan Kontrol Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o.... 108 Tabel XVIb Hasil Analisis Statistik Kadar Timbal Hari ke-15 antara

Kontrol Negatif (Aquadest) Kontrol Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o... 108

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(22)

xx

Negatif (Aquadest) dan Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o.dan Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m... 108

Tabel XVId Hasil Analisis Statistik Kadar Timbal Hari ke-15 antara Kontrol Negatif (Aquadest) Kontrol Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o. dan Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m. ... 108

Tabel XVIe Hasil Rangking Kadar Timbal Hari ke-15 antara Kontrol Negatif (Aquadest) dan Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o., Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m. dan ekstrak etanol daun

ketela pohon dosis 800mg/kgBB/hari p.o. ... 109 Tabel XVIf Hasil Analisis Statistik Kadar Timbal Hari ke-15 antara

Kontrol Negatif (Aquadest) dan Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o., Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m. ekstrak etanol daun

ketela pohon dosis 800mg/kgBB/hari p.o. ... 109 Tabel XVIg Hasil Rangking Statistik Kadar Timbal Hari ke-15 antara

Kontrol Timbal dan Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o.dan Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m... 109

Tabel XVIh Hasil Analisis Statistik Kadar Timbal Hari ke-15 antara Kontrol Timbal dan Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o.dan Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m... 109

(23)

xxi

189mg/kgBB i.m. dan ekstrak etanol daun ketela pohon dosis 800mg/kgBB/hari p.o. ... 109 Tabel XVIj Hasil Analisis Statistik Kadar Timbal Hari ke-15 antara

Kontrol Timbal dan Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o, Na2CaEDTA

dosis 189mg/kgBB i.m. dan ekstrak etanol daun ketela pohon dosis 800mg/kgBB/hari p.o... 110 Tabel XVIk Hasil Analisis Statistik Kadar Timbal Hari ke-15 antara

Kontrol Negatif (Aquadest) Kontrol Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o. dan Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m. ... 110

Tabel XVIl Hasil Analisis Statistik Kadar Timbal Hari ke-15 antara Timbal dosis 0,5g/kgBB/hari p.o.dan Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB

i.m denganTimbal dosis 0,5g/kgBB/hari p.o., Na2CaEDTA

dosis 189mg/kgBB i.m.dan ekstrak etanol daun ketela pohon dosis 800mg/kgBB/hari p.o... 110 Tabel XVIIa Hasil Rangking Kadar Timbal Hari ke-30 antara Kontrol

Negatif (Aquadest) dan Kontrol Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o.... 111 Tabel XVIIb Hasil Analisis Statistik Kadar Timbal Hari ke-30 antara

Kontrol Negatif (Aquadest) Kontrol Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o... 111 Tabel XVIIc Hasil Rangking Kadar Timbal Hari ke-30 antara Kontrol

Negatif (Aquadest) dan Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o.dan Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m... 111

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(24)

xxii

Kontrol Negatif (Aquadest) Kontrol Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o. dan Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m. ... 111

Tabel XVIIe Hasil Rangking Kadar Timbal Hari ke-30 antara Kontrol Negatif (Aquadest) dan Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o., Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m. dan ekstrak etanol daun

ketela pohon dosis 800mg/kgBB/hari p.o. ... 111 Tabel XVIIf Hasil Analisis Statistik Kadar Timbal Hari ke-30 antara

Kontrol Negatif (Aquadest) dan Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o., Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m. ekstrak etanol daun

ketela pohon dosis 800mg/kgBB/hari p.o. ... 112 Tabel XVIg Hasil Rangking Statistik Kadar Timbal Hari ke-30 antara

Kontrol Timbal dan Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o.dan Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m... 112

Tabel XVIIh Hasil Analisis Statistik Kadar Timbal Hari ke-15 antara Kontrol Timbal dan Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o.dan Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m... 112

Tabel XVIIi Hasil Rangking Kadar Timbal Hari ke-30 antara Kontrol Timbal dan Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o, Na2CaEDTA dosis

(25)

xxiii

Tabel XVIIj Hasil Analisis Statistik Kadar Timbal Hari ke-30 antara Kontrol Timbal dan Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o, Na2CaEDTA

dosis 189mg/kgBB i.m. dan ekstrak etanol daun ketela pohon dosis 800mg/kgBB/hari p.o... 112 Tabel XVIIk Hasil Analisis Statistik Kadar Timbal Hari ke-30 antara

Kontrol Negatif (Aquadest) Kontrol Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o. dan Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m. ... 113

Tabel XVIIl Hasil Analisis Statistik Kadar Timbal Hari ke-30 antara Timbal dosis 0,5g/kgBB/hari p.o.dan Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB

i.m denganTimbal dosis 0,5g/kgBB/hari p.o., Na2CaEDTA

dosis 189mg/kgBB i.m.dan ekstrak etanol daun ketela pohon dosis 800mg/kgBB/hari p.o... 113 Tabel XVIIIa Hasil Rangking Kadar Timbal Hari ke-35 antara Kontrol

Negatif (Aquadest) dan Kontrol Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o.... 113 Tabel XVIIIb Hasil Analisis Statistik Kadar Timbal Hari ke-35 antara

Kontrol Negatif (Aquadest) Kontrol Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o... 113 Tabel XVIIIc Hasil Rangking Kadar Timbal Hari ke-35 antara Kontrol

Negatif (Aquadest) dan Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o.dan Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m... 113

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(26)

xxiv

Kontrol Negatif (Aquadest) Kontrol Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o. dan Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m. ... 114

Tabel XVIIIe Hasil Rangking Kadar Timbal Hari ke-35 antara Kontrol Negatif (Aquadest) dan Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o., Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m. dan ekstrak etanol daun

ketela pohon dosis 800mg/kgBB/hari p.o. ... 114 Tabel XVIIIf Hasil Analisis Statistik Kadar Timbal Hari ke-35 antara

Kontrol Negatif (Aquadest) dan Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o., Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m. ekstrak etanol daun

ketela pohon dosis 800mg/kgBB/hari p.o. ... 114 Tabel XVIIIg Hasil Rangking Statistik Kadar Timbal Hari ke-35 antara

Kontrol Timbal dan Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o.dan Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m... 114

Tabel XVIIIh Hasil Analisis Statistik Kadar Timbal Hari ke-35 antara Kontrol Timbal dan Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o.dan Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m... 114

Tabel XVIIIi Hasil Rangking Kadar Timbal Hari ke-35 antara Kontrol Timbal dan Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o, Na2CaEDTA dosis

(27)

xxv

Tabel XVIIIj Hasil Analisis Statistik Kadar Timbal Hari ke-35 antara Kontrol Timbal dan Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o, Na2CaEDTA

dosis 189mg/kgBB i.m. dan ekstrak etanol daun ketela pohon dosis 800mg/kgBB/hari p.o... 115 Tabel XVIIIk Hasil Analisis Statistik Kadar Timbal Hari ke-35 antara

Kontrol Negatif (Aquadest) Kontrol Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o. dan Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m. ... 115

Tabel XVIIIl Hasil Analisis Statistik Kadar Timbal Hari ke-35 antara Timbal dosis 0,5g/kgBB/hari p.o.dan Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB

i.m denganTimbal dosis 0,5g/kgBB/hari p.o., Na2CaEDTA

dosis 189mg/kgBB i.m.dan ekstrak etanol daun ketela pohon dosis 800mg/kgBB/hari p.o... 115 Tabel XXIXa Hasil Rangking Kadar Timbal Hari ke-40 antara Kontrol

Negatif (Aquadest) dan Kontrol Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o.... 116 Tabel XIXb Hasil Analisis Statistik Kadar Timbal Hari ke-40 antara

Kontrol Negatif (Aquadest) Kontrol Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o... 116 Tabel XXIXc Hasil Rangking Kadar Timbal Hari ke-40 antara Kontrol

Negatif (Aquadest) dan Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o.dan Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m... 116

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(28)

xxvi

Kontrol Negatif (Aquadest) Kontrol Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o. dan Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m. ... 116

Tabel XIXe Hasil Rangking Kadar Timbal Hari ke-40 antara Kontrol Negatif (Aquadest) dan Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o., Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m. dan ekstrak etanol daun

ketela pohon dosis 800mg/kgBB/hari p.o. ... 116 Tabel XIXf Hasil Analisis Statistik Kadar Timbal Hari ke-40 antara

Kontrol Negatif (Aquadest) dan Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o., Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m. ekstrak etanol daun

ketela pohon dosis 800mg/kgBB/hari p.o. ... 117 Tabel XIXg Hasil Rangking Statistik Kadar Timbal Hari ke-40 antara

Kontrol Timbal dan Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o.dan Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m... 117

Tabel XIXh Hasil Analisis Statistik Kadar Timbal Hari ke-40 antara Kontrol Timbal dan Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o.dan Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m... 117

Tabel XIXi Hasil Rangking Kadar Timbal Hari ke-40 antara Kontrol Timbal dan Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o, Na2CaEDTA dosis

(29)

xxvii

Tabel XIXj Hasil Analisis Statistik Kadar Timbal Hari ke-40 antara Kontrol Timbal dan Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o, Na2CaEDTA

dosis 189mg/kgBB i.m. dan ekstrak etanol daun ketela pohon dosis 800mg/kgBB/hari p.o... 117 Tabel XIXk Hasil Analisis Statistik Kadar Timbal Hari ke-40 antara

Kontrol Negatif (Aquadest) Kontrol Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o. dan Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m. ... 118

Tabel XIXl Hasil Analisis Statistik Kadar Timbal Hari ke-40 antara Timbal dosis 0,5g/kgBB/hari p.o.dan Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB

i.m denganTimbal dosis 0,5g/kgBB/hari p.o., Na2CaEDTA

dosis 189mg/kgBB i.m.dan ekstrak etanol daun ketela pohon dosis 800mg/kgBB/hari p.o... 118 Tabel XXa Rata-rata rangking pada uji Friedmann kadar timbal kelompok

kontrol negatif (aquadest)... 118 Tabel XXb Uji statistik Friedmann kadar timbal kelompok kontrol negatif

(aquadest) ... 118 Tabel XXIc Rangking kadar timbal kelompok kontrol negatif (aquadest)

menurut uji Wilcoxon... 119 Tabel XXId Uji statistik kadar timbal kelompok kontrol negatif (aquadest)

menurut uji Wilcoxon... 120 Tabel XXIIa Rata-rata rangking pada uji Friedmann kadar timbal kelompok

kontrol positif (timbal). ... 120

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(30)

xxviii

(timbal) ... 120 Tabel XXIIIc Rangking kadar timbal kelompok kontrol positif

(timbal)menurut uji Wilcoxon... 121 Tabel XXIIId Uji statistik kadar timbal kelompok kontrol positif

(timbal)menurut uji Wilcoxon... 122 Tabel XXIVa Rata-rata rangking pada uji Friedmann kadar timbal kelompok

kontrol timbal dosis 0,5g/kgBB/hari p.o dan Na2CaEDTA dosis

189mg/kgBB/hari i.m... 122 Tabel XXIVb Uji statistik Friedmann kadar timbal kelompok kontrol timbal

dosis 0,5g/kgBB/hari p.o dan Na2CaEDTA dosis

189mg/kgBB/hari i.m... 122 Tabel XXVc Rangking kadar timbal kelompok kontrol timbal dosis

0,5g/kgBB/hari p.o dan Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB/hari

i.m... 123 Tabel XXVd Uji statistik kadar timbal kelompok kontrol timbal dosis

0,5g/kgBB/hari p.o dan Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB/hari

i.m n... 124 Tabel XXVIa Rata-rata rangking pada uji Friedmann kadar timbal kelompok

timbal dosis 0,5g/kgBB/hari p.o.dan Na2CaEDTA dosis

(31)

xxix

Tabel XXVIb Uji statistik Friedmann kadar timbal kelompok timbal dosis 0,5g/kgBB/hari p.o.dan Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB

i.m.dan ekstrak etanol daun ketela pohon dosis 800mg/kgBB/hari p.o. ... 124 Tabel XXVIIc Rangking kadar timbal kelompok timbal dosis 0,5g/kgBB/hari

p.o.dan Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m.dan ekstrak etanol

daun ketela pohon dosis 800mg/kgBB/hari p.o. ... 125 Tabel XXVIId Uji statistik kadar timbal kelompok timbal dosis

0,5g/kgBB/hari p.o.dan Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB

i.m.dan ekstrak etanol daun ketela pohon dosis 800mg/kgBB/hari p.o. ... 126

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(32)

xxx

Gambar 1 Skema penghambatan sintesis heme oleh timbal ... 9 Gambar 2 Peran kalsium dalam pelepasan neurotransmitter ... 10 Gambar 3 Struktur Natrium-Kalsiumedetat... 12 Gambar 4 Reaksi pengkhelatan timbal (2+) oleh Na2CaEDTA ... 15

Gambar 5 Struktur Rutin... 21 Gambar 6 Instrumen spektroskopi serapan atom... 26 Gambar 7 Prinsip metode spektrofotometri serapan atom dan

instrumentasinya ... 27 Gambar 8 Skema proses atomisasi sampel. M : logam (metal); M*: atom

yang tereksitasi. Pada SSA yang diukur adalah M’ yaitu atom dalam keadaan ground state... 27 Gambar 9 Pembagian zona nyala pada pembakar pada spektroskopi

serapan atom... 28 Gambar 10 Lampu katoda berongga ... 28 Gambar 11 Kompleks pembentukan warna rutin-AlCl3... 49

(33)

xxxi

Gambar 13 Replikasi II identifikasi rutin ekstrak daun ketela pohon secara KLT dengan fase diam selulosa, fase gerak BAW (4:1:5 v/v) deteksi dengan sinar UV 254 nm dan 365 nm setelah diuapi amoniak dan disemprot dengan AlCl3 ... 51

Gambar 14 Replikasi III identifikasi rutin ekstrak daun ketela pohon secara KLT dengan fase diam selulosa, fase gerak BAW (4:1:5 v/v) deteksi dengan sinar UV 254 nm dan 365 nm setelah diuapi amoniak dan disemprot dengan AlCl3 ... 52

Gambar 15 Kurva hubungan antar absorbansi vs kadar timbal pada pengukuran kadar timbal sebelum pemejanan timbal... 53 Gambar 16 Kurva hubungan antar absorbansi vs kadar timbal pada

pengukuran kadar timbal setelah pemejanan timbal selama 15 hari... 53 Gambar 17 Kurva hubungan antar absorbansi vs kadar timbal pada

pengukuran kadar timbal setelah pemejanan timbal selama 15 hari... 54 Gambar 18 Kurva hubungan antara absorbansi vs kadar pada pengukuran

kadar timbal setelah pemejanan timbal dihentikan pada hari ke-31 dan dilanjutkan dengan pemejanan Na2CaEDTA dan

ekstrak etanol daun ketela pohon pada hari ke-31 sampai hari ke-35... 54

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(34)

xxxii

kadar timbal setelah pemejanan timbal dihentikan pada hari ke-31 dan dilanjutkan dengan pemejanan Na2CaEDTA dan

ekstrak etanol daun ketela pohon pada hari ke-35 sampai hari ke-40... 55 Gambar 20 Histogram rata-rata kadar timbal ±Standar Deviasi (SD) pada

pengukuran kadar timbal sebelum pemejanan timbal (kelompok I:kontrol negatif (aquadest), kelompok II: kontrol positif (timbal dosis 0,5 g/kg BB/hari p.o.), kelompok III: perlakuan timbal dosis 0,5 g/kg BB/hari p.o dan Na2CaEDTA

dosis 189 mg/kgBB/hari i.m., kelompok IV: perlakuan timbal dosis 0,5 g/kg BB/hari p.o, Na2CaEDTA dosis 189

mg/kgBB/hari i.m dilanjutkan dengan ekstrak etanol daun ketela pohon dosis 800 mg/kgBB/hari p.o.) ... 58 Gambar 21 Histogram rata-rata kadar timbal ±Standar Deviasi (SD) pada

pengukuran kadar timbal setelahj pemejanan timbal selama 15 hari (kelompok I:kontrol negatif (aquadest), kelompok II: kontrol positif (timbal dosis 0,5 g/kg BB/hari p.o.), kelompok III: perlakuan timbal dosis 0,5 g/kg BB/hari p.o dan Na2CaEDTA dosis 189 mg/kgBB/hari i.m., kelompok IV:

(35)

xxxiii

dosis 189 mg/kgBB/hari i.m dilanjutkan dengan ekstrak etanol daun ketela pohon dosis 800 mg/kgBB/hari p.o.) ... 59 Gambar 22 Histogram rata-rata kadar timbal ±Standar Deviasi (SD) pada

pengukuran kadar timbal setelah pemejanan timbal selama 30 hari (kelompok I:kontrol negatif (aquadest), kelompok II: kontrol positif (timbal dosis 0,5 g/kg BB/hari p.o.), kelompok III: perlakuan timbal dosis 0,5 g/kg BB/hari p.o dan Na2CaEDTA dosis 189 mg/kgBB/hari i.m., kelompok IV:

perlakuan timbal dosis 0,5 g/kg BB/hari p.o, Na2CaEDTA

dosis 189 mg/kgBB/hari i.m dilanjutkan dengan ekstrak etanol daun ketela pohon dosis 800 mg/kgBB/hari p.o.) ... 60 Gambar 23 Histogram rata-rata kadar timbal ±Standar Deviasi (SD) pada

pengukuran kadar timbal setelah pemejanan timbal dihentikan pada hari ke-31 dan dilanjutkan dengan pemejanan Na2CaEDTA dilanjutkan dengan ekstrak etanol daun ketela

pohon pada hari ke-31 sampai hari ke-35 (kelompok I:kontrol negatif (aquadest), kelompok II: kontrol positif (timbal dosis 0,5 g/kg BB/hari p.o.), kelompok III: perlakuan timbal dosis 0,5 g/kg BB/hari p.o dan Na2CaEDTA dosis 189 mg/kgBB/hari

i.m., kelompok IV: perlakuan timbal dosis 0,5 g/kg BB/hari p.o, Na2CaEDTA dosis 189 mg/kgBB/hari i.m dilanjutkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(36)

xxxiv

mg/kgBB/hari p.o.)... 62 Gambar 24 Mekanisme pengkhelatan timbal (2+) oleh Na2CaEDTA ... 63

Gambar 25 Kompleks rutin dengan ion timbal... 65 Gambar 26 Histogram rata-rata kadar timbal ±Standar Deviasi (SD) pada

pengukuran kadar timbal setelah pemejanan timbal dihentikan pada hari ke-31 dan dilanjutkan dengan pemejanan Na2CaEDTA dilanjutkan dengan ekstrak etanol daun ketela

pohon pada hari ke-35sampai hari ke-40 (kelompok I:kontrol negatif (aquadest), kelompok II: kontrol positif (timbal dosis 0,5 g/kg BB/hari p.o.), kelompok III: perlakuan timbal dosis 0,5 g/kg BB/hari p.o dan Na2CaEDTA dosis 189 mg/kgBB/hari

i.m., kelompok IV: perlakuan timbal dosis 0,5 g/kg BB/hari p.o, Na2CaEDTA dosis 189 mg/kgBB/hari i.m dilanjutkan

dengan ekstrak etanol daun ketela pohon dosis 800 mg/kgBB/hari p.o.)... 66 Gambar 27 Profil farmakokinetika timbal pada pengukuran kadar timbal

(37)

xxxv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Determinasi Manihot utillisima Pohl. ... 79 Lampiran 2. Tanaman ketela pohon... 81 Lampiran 3. Serbuk daun ketela pohon... 81 Lampiran 4. Sokletasi daun ketela pohon ... 81 Lampiran 5. Hasil rendemen ekstrak ... 81 Lampiran 6. Bercak KLT deteksi UV 254 nm. (A) replikasi I,

(B) replikasi II, (C) replikasi III... 82 Lampiran 7. Bercak KLT deteksi UV 365 nm (A) replikasi I, (B) replikasi

II, (C) replikasi III ... 83 Lampiran 8. Bercak KLT deteksi uap amoniak, AlCl3, UV 254 nm (A)

replikasi I, (B) replikasi II, (C) replikasi III ... 85 Lampiran 9. Bercak KLT deteksi uap amoniak, AlCl3, UV 365 nm (A)

replikasi I, (B) replikasi II, (C) replikasi III ... 89 Lampiran 10. Perhitungan konsentrasi timbal asetat... 88 Lampiran 11. Tabel optimasi lama pemejanan timbal yang mencapai kadar

toksik yang membutuhkan terapi khelasi... 88 Lampiran 12. Perhitungan dosis dan konsentrasi Na2CaEDTA ... 89

Lampiran 13. Perhitungan konsentrasi ekstrak etanol daun ketela pohon... 89 Lampiran 14. Foto SSA Hitachi Z-8000 Polarized Zeeman... 89 Lampiran 15. Hasil kalibrasi internal SSA Hitachi Z-8000 Polarized Zeeman. 90

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(38)

xxxvi

pengukuran timbal (Pb) ... 91 Lampiran 17. Hasil pembacaan rata-rata kadar timbal dengan menggunakan

spektrofotometer serapan atom ... 92 Lampiran 18. Data kadar timbal darah kelompok perlakuan... 104 Lampiran 19. Hasil analisis kadar timbal darah kelompok perlakuan dengan

metode Kruskal-Wallis... 107 Lampiran 20. Hasil analisis kadar timbal darah kelompok perlakuan dengan

(39)

1

BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Polusi timbal di lingkungan hidup kita biasanya berkaitan erat dengan proses pertambangan, peleburan logam, industri yang menggunakan bahan baku timbal (misalnya pabrik cat, kabel, gelas dan baterai) dan tidak kalah pentingnya timbal juga berasal dari asap kendaraan bermotor. Penyebaran timbal dapat melalui udara, air dan makanan, sehingga akan sulit ditemukan suatu lingkungan yang bebas timbal (Darmono, 1995).

Timbal (Pb-nitrat, Pb-oksida, Pb-karbonat, Pb-asetat) diabsorbsi melalui saluran pencernaan dan pernafasan. Penyerapan timbal oleh saluran pencernaan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain makanan yang masuk, konsentrasi timbal yang terserap, keadaan nutrisi, dan usia penderita. Selain itu, penyerapan timbal akan meningkat seiring dengan defisiensi ion Ca, Fe, dan K, sebab penyerapan timbal dalam tubuh (saluran pencernaan) melalui jalur yang sama dengan penyerapan ion Ca, Fe, dan K. Dalam bentuk larutan, timbal akan diabsorbsi melalui dinding saluran pencernaan dan diangkut oleh sistem vena porta hepatica untuk dideposisikan di hati. Keracunan timbal umumnya bersifat kronis sebab ekskresi timbal berlangsung sangat lambat dan cenderung terakumulasi di dalam tubuh, sehingga timbal banyak terdapat dalam jaringan lunak, seperti hati, sumsum tulang, ginjal, dan otak (Darmono, 1995).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(40)

Pejanan timbal pada masyarakat dapat menimbulkan berbagai efek negatif pada kesehatan, yaitu pada saraf pusat dan saraf tepi, sistem kardiovaskular, sistem hematopoetik, ginjal, pencernaan, sistem reproduksi, dan bersifat karsinogenik (Nordberg, 1998). Keracunan timbal pada anak-anak sangat potensial merusak sistem saraf dan menurunkan intelligence quotient (IQ), menjadi lamban berpikir dan tidak cerdas (Hariono, 2005). Gangguan yang disebabkan keracunan timbal diantaranya adalah gangguan pada sistem hematopoetik yaitu terhambatnya aktivitas enzim aminolevulinic acid dehydrogenase (ALAD) pada sistesis heme (Goldstein dan Kiper, 1994).

Pengobatan keracunan timbal biasanya meliputi penghentian paparan dengan segera, perawatan suportif, dan penggunaan terapi khelasi secara bijaksana (Katzung, 2004). Terapi khelasi yang spesifik digunakan untuk mengobati keracunan timbal adalah Kalsium disodium edetat (Na2CaEDTA). Penggunaan Na2CaEDTA

harus dipantau karena efek samping yang ditimbulkannya antara lain: hipotensi, sakit kepala, demam, hiperkalsemia, defisiensi seng, anoreksia, mual, muntah, anemia, dan tremor (Anonim, 2007a).

(41)

3

ekstrak daun singkong dengan dosis 800 dan 1000 mg/kgBB tikus putih menunjukkan kemampuan menghambat kerusakan sel hati (Adimunca, 1998).

Daun ketela pohon mengandung flavonoid. Salah satu flavonoid yang terdapat pada daun ketela pohon adalah rutin. Rutin dari daun singkong (Manihot utillissima Pohl.) telah diisolasi dengan cara ekstraksi sinambung (Hartari, 1997). Isolasi rutin menggunakan etanol 95% panas sesuai dengan sifat kelarutannya yang mudah larut dalam alkohol panas (Riyanto, 1990). Menurut Trinajstic (2007), flavonoid memiliki aktivitas sebagai pengkhelat ion logam. Dari penelitian yang dilakukan oleh Radovic dan Malešev (1985) yang menginvestigasi tentang kompleks

yang dibentuk oleh Pb 2+ dan rutin, diketahui bahwa kompleks yang dibentuk oleh keduanya relatif stabil.

Pada penelitian ini, tikus betina yang telah dipejani timbal selama 30 hari diberi antiracun Na2CaEDTA lalu diberi ekstrak etanol daun ketela pohon (Manihot utillisima Pohl.). Sampai saat ini belum ada laporan penelitian resmi yang menyatakan keefektifan pemberian ekstrak etanol daun ketela pohon (Manihot utillisima Pohl.) setelah pemberian Na2CaEDTA dalam terapi penawarracunan

timbal. Hal inilah yang mendasari perlu diadakannya penelitian untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol daun ketela pohon (Manihot utillisima Pohl.) setelah pemberian Na2CaEDTA terhadap penurunan kadar timbal di dalam darah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(42)

1. Permasalahan

a. Apakah pemberian ekstrak etanol daun ketela pohon (Manihot utillisima Pohl. ) dengan dosis 800mg/kgBB per oral setelah pemberian Na2CaEDTA dapat

menurunkan kadar timbal dalam darah tikus?

b. Berapakah lama waktu pemberian Na2CaEDTA dan ekstrak etanol daun ketela

pohon (Manihot utillissima Pohl) yang dapat menurunkan kadar timbal?

2. Keaslian penelitian

Penelitian yang pernah dilakukan, antara lain :

a. Investigasi kompleks antara Pb 2+ dan rutin dengan spektrofotometri menunjukkan bahwa Pb 2+ dan rutin dapat membentuk kompleks yang relatif stabil (Radovic dan Malešev, 1985).

b. Isolasi rutin dari daun ketela pohon (Manihot utillisima Pohl., Euphorbiaceae) sebagai antiagregasi platelet menunjukkan bahwa isolat yang diperoleh adalah rutin dengan rendemen 0,20% (bib) mempunyai aktivitas sebagai antiagregasi platelet pada penambahan adrenalin 4umol sebagai penginduksi agregasi (Hartari, 1997).

c. Pengaruh ekstrak daun singkong terhadap tikus putih yang diinduksi karsinogen nitrosamin menunjukkan perlakuan dosis 800 dan 1000 mg/kg BB mempunyai kemampuan menghambat kerusakan sel hati (Adimunca, 1998).

(43)

5

g/kgBB/oral/hari/tikus selama 4 minggu diperoleh kadar timbal yaitu 0,75 ppm (Hariono, 2005).

e. Daya terapi anti racun natrium-kalsiumedetat dan perasan mentimun (Cucumis

sativus L.) terhadap timbal (Pb) menunjukkan bahwa kadar timbal yang

memb utuhkan terapi khelasi ( > 0,7 ppm (CDC, 2005)) dicapai pada hari ke-30 (Wahyunengsih, Fedelia, Astoro dan Putri, 2007)

f. Struktur-sifat/model aktivitas polyfenol menunjukkan bahwa flvonoid mempunyai aktivitas sebagai pengkelat ion logam dan penghambat aktivitas enzim (Trinajstic, 2007).

Meskipun demikian, pengaruh ekstrak etanol daun ketela pohon (Manihot utillisima Pohl.) setelah pemberian Na2CaEDTA terhadap kadar timbal darah

tikus dengan metode spektroskopi serapan atom belum pernah dilaporkan.

3. Manfaat penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini meliputi : a. Manfaat teoritis

Penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmiah terhadap ilmu tentang penawaracunan timbal darah menggunakan senyawa kimia dan bahan alam. b. Manfaat metodologis

Penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmiah terhadap perkembangan metode penelitian tentang pemberian ekstrak etanol daun ketela pohon (Manihot utillisima Pohl.) setelah pemberian Na2CaEDTA.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(44)

c. Manfaat praktis

Penelitian ini untuk penggunaan dalam pelayanan di bidang farmasi, terutama terkait dengan pemberian ekstrak etanol daun ketela pohon (Manihot utillisima Pohl. ) setelah pemberian Na2CaEDTA.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. mengetahui apakah pemberian ekstrak etanol daun ketela pohon (Manihot

utillisima Pohl.) dengan dosis 800mg/kgBB per oral setelah pemberian

Na2CaEDTA dapat menurunkan kadar timbal dalam darah tikus.

2. mengetahui lama waktu pemberianNa2CaEDTA dan ekstrak etanol daun ketela

(45)

7

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Timbal (Pb) 1. Karakteristik timbal

Timbal merupakan logam berat, bersifat toksik yang berwujud lunak dan dapat ditempa. Warnanya putih kebiruan tapi akan memudar menjadi kelabu jika terkena udara. Titik leleh timbal 327,4°C dan mendidih pada 1740°C. (Anonim, 2007b).

2. Keracunan timbal

Kadar timbal normal adalah 0,03 ppm darah lengkap. Jika kadarnya melebihi 1,0 ppm darah lengkap serta menunjukkan gejala klinis, dapat dikatakan telah terjadi keracunan (Palar, 1994). Gejala keracunan timbal akut yaitu mulut terasa terbakar, haus, inflamasi saluran gastrointestinal, muntah, dan diare. Sedangkan gejala keracunan timbal kronik yaitu anoreksia, ‘lead-line’ pada gusi, mual, muntah, sakit perut parah, paralisis, gangguan mental, gangguan visual, anemia dan konvulsi (Katrina, 2006). Keracunan timbal lebih sering bersifat kronik dan jarang menunjukkan gejala akut (Anonim, 2005a). Pemejanan timbal atau garamnya dalam jangka panjang menyebabkan nephropathy, dan kolik perut (Anonim, 2007c).

Timbal menyebabkan ensefalopati jika kadarnya dalam darah di atas 0,8 ppm. Pada anak-anak, sindroma klinis terjadi jika kadar Pb darah 0,7 ppm.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(46)

Sedangkan pada kadar 0,4-0,5 ppm, anak-anak akan menunjukkan hiperaktivitas, kurangnya perhatian, dan skor IQ menurun (Lu, 1995).

3. Farmakokinetika timbal

Sekitar 1-10% larutan timbal diabsorpsi dinding saluran pencernaan dan didistribusikan ke jaringan lain melalui darah (Kehoe, 1965; Rabinowitz, Wetherill, Kopple, 1973). Timbal terdeteksi dalam 3 jaringan utama. Pertama, timbal terikat pada eritrosit darah (waktu paruh 25-30 hari). Kedua, di jaringan lunak yaitu hati dan ginjal (waktu paruh sekitar beberapa bulan), kemudian didistribusikan dan dideposit ke dalam kompartemen. Ketiga, tulang dan jaringan-jaringan keras (kalsifikasi), misalnya gigi dan tulang rawan. Sekitar 90-95% timbal terdapat dalam tulang (waktu paruh 30-40 tahun). Timbal diekskresikan melalui urin dan feses (Darmono, 1995).

4. Gangguan akibat keracunan timbal

Pada keracunan timbal kronis yang lebih sering terjadi (pada absorpsi per hari > 1 mg dalam jangka waktu yang lama akan terjadi akumulasi akibat eliminasi yang amat lambat) secara perlahan akan timbul gangguan pada: komponen darah dan sumsum tulang, sistem saraf, otot polos (terutama dari saluran cerna), ginjal, kulit dan mukosa (Mutschler, 1991).

5. Mekanisme keracunan timbal

a. Efek timbal terhadap sintesis heme

(47)

9

khas dari keracunan Pb (Darmono, 1995). Asam δ-amino-levulinat dehidratase (ALAD) dan hem sintetase paling rentan terhadap efek penghambatan timbal, sementara asam δ-aminolevulinat sintetase (ALAS), uroporfirinogen dekarboksilase (UROD), dan koproporfirinogen oksidase (COPROD) tidak begitu peka (Goldstein and Kiper, 1994). Anemia klinis tampak jelas bila kadar Pb darah sekitar 0,5 ppm (Lu, 1995).

Gambar 1. Skema penghambatan sintesis heme oleh timbal (Sjamsudin, Suyatna, 2007)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(48)

b. Kompetisi timbal dengan kalsium

Toksisitas timbal lebih karena kemampuannya meniru kalsium dan mengambil alih fungsi proses selular penting yang tergantung kalsium. Timbal memiliki ikatan koordinasi yang lebih kuat dibandingkan dengan kalsium, yang akhirnya berikatan dengan ligan oksigen. Timbal juga akan membentuk kompleks dengan ligan lain, terutama gugus sulfhidril dan akan membentuk kompleks ion dengan OH-, Cl-, NO3-, dan CO32- (Anonim, 2007e).

Transpor timbal menembus membran eritrosit diperantarai oleh anion exchanger dan pompa Ca-ATPase. Pada jaringan lain, timbal menembus membran sel melalui voltage-dependent atau jenis lain kanal kalsium. Setelah masuk ke sitoplasma, timbal akan menempati tempat ikatan kalsium pada protein yang tergantung kalsium. Timbal berikatan dengan kalmodulin, protein yang berperan sebagai sensor terhadap konsentrasi kalsium bebas dan sebagai mediator pelepasan neurotransmiter (gambar 3).

Gambar 2. Peran kalsium dalam pelepasan neurotransmitter (Clarkson, 1987)

(49)

11

B. Terapi Antiracun

Terapi antiracun adalah tata cara yang secara khusus ditujukan untuk membatasi intensitas (kekuatan) efek toksik zat kimia atau menyembuhkan efek toksik yang ditimbulkannya sehingga bermanfaat dalam mencegah timbulnya bahaya lebih lanjut. Berarti sasaran terapi antiracun adalah pengurangan intensitas efek toksik (Donatus, 1997).

Strategi penatalaksanaan terapi antiracun dapat dilakukan dengan cara : a. penghambatan keefektifan absorpsi bahan berbahaya

b. penghambatan keefektifan distribusi bahan berbahaya

c. peningkatan keefektifan metabolisme dan ekskresi (eliminasi) bahan berbahaya terkait (Donatus, 1997).

Terapi khelasi dapat menggunakan succimer atau kalsium disodium edetat, dengan atau tanpa dimerkaprol. Agen pengkhelat dapat digunakan untuk mengikat timbal menjadi bentuk yang dapat diekskresikan. Khelat diindikasikan untuk dewasa dengan gejala keracunan ditambah kadar Pb darah > 0,7 ppm, dan anak dengan encephalopathy atau kadar Pb darahnya > 0,45 ppm (> 2,17 mmol/L) (Anonim, 2005a).

C. Na2CaEDTA (Disodium Kalsium Edetat)

Na2CaEDTA merupakan garam kompleks kalsium-dinatrium etilen

diamintetrSSAetat, digunakan untuk terapi keracunan kadmium, emas, dan terutama keracunan timbal. (Mutschler, 1991).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(50)

Na O C O

C H2

N H2C

C O Ca

O C CH2

N O

H2C C H2

H2C C O

O

Na O

Gambar 3. Struktur Natrium-Kalsiumedetat (Katzung, 2004)

1. Farmakokinetika Na2CaEDTA

Absorpsi Na2CaEDTA buruk pada saluran gastrointestinal. Absorpsinya

yang buruk setelah pemberian secara oral karena terjadi peruraian khelat kalsium pada pH lambung yang rendah (Dollery, 1999). Seluruh Na2CaEDTA ditemukan

dalam plasma darah. Na2CaEDTA tidak memenetrasi sel dan terdistribusi terutama

dalam cairan ekstraseluler. Hanya sekitar 5% konsentrasi plasma yang ditemukan dalam cairan spinal (Anonim, 2004b).

Na2CaEDTA tidak dimetabolisme dan akan diekskresi dalam bentuk utuh di

dalam urin. Waktu paruh Na2CaEDTA adalah 20-60 menit. Sekitar 50% terekskresi

dalam waktu 1 jam dan lebih dari 95% akan terekskresi dalam 24 jam (Anonim, 2008a).

2. Indikasi

(51)

13

mortalitas, kontrol klinis tentang efikasinya masih kurang, dan rekomendasi perawatan telah sering diberikan secara empiris (Olson, 2006).

3. Kontraindikasi

Sejak natrium kalsiumedetat meningkatkan ekskresi timbal melalui ginjal, anuria merupakan kontraindikasinya. Dengan pengurangan dosis dan perhatian yang seksama pada pasien dengan disfungsi renal dapat menyebabkan akumulasi natrium kalsiumedetat yang dapat meningkatkan resiko nefrophati (Olson, 2006).

4. Dosis dan cara pemberian

Keracunan timbal dengan ensefalophati, atau blood lead level (BLL) lebih besar dari 0,75 diberikan natrium kalsiumedetat pada dosis 1500 mg/m2/hari (30mg/kg) dalam 2-3 dosis terbagi (setiap 8-12 jam) secara intra muskular atau secara kontinus infusi intra vena(dilarutkan dari 2-4 mg/ml dalam 5% dextrose atau dalam larutan saline). Pemberian biasanya berlanjut selama 5 hari. Keracunan timbal simptomatik tanpa ensefalophati, dan BLL 0,5-1 ppm. Diberikan natrium kalsiumedetat pada dosis 1000-1500 mg/m2/hari (20-30 mg/kg) pada 2-3 dosis terbagi secara intra muskular atau secara kontinus infusi intra vena (dilarutkan dari 2-4 mg/ml) selama 3-5 hari. Terapi natrium kalsiumedetat secara oral tidak direkomendasikan untuk pencegahan atau perawatan keracunan timbal, karena dimungkinkan adanya peningkatan absorpsi timbal dari saluran gastro intestinal (Olson, 2006).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(52)

5. Efek samping

a. Nefrotoksik (misal : nekrosis akut tubular, proteinuria, hematuria) mungkin dapat dikurangi dengan minum yang mencukupi, adanya aliran urin yang mencukupi, mencegah dosis yang berlebih, dan pembatasan pemberian selama 5 hari atau kurang.

b. Individu dengan intoksikasi timbal ensefalophati, kecepatan atau volume infusi yang tinggi dapat meningkatkan tekanan intrakranial. Dalam kasus ini, penggunaan injeksi intra muskular atau vo lume yang lebih rendah, infusi intra venayang dengan konsentrasi yang lebih tinggi, lebih dianjurkan.

c. Nyeri lokal dapat terjadi saat pemberian injeksi intra muskular lidokain (1ml lidokain 1% untuk setiap ml konsentrasi natrium kalsiumedetat) bisa ditambahkan untuk mengurangi ketidaknyamanan.

d. Kelalaian penggunaan natrium kalsiumedetat dapat menyebabkan hipokalemia yang serius.

e. Penggunaan untuk kehamilan tidak direkomendasikan. Keamanan dari natrium kalsiumedetat untuk kehamilan belum ditetapkan. Malformasi dari janin dengan dosis yang tinggi telah dilaporkan dari percobaan pada hewan (Olson, 2006).

6. Mekanisme kerja

Na2CaEDTA berikatan dengan ion logam polivalen pada pH cairan tubuh,

membentuk komplek atau khelat tidak terion yang larut air dan lebih stabil (Dollery, 1999). Kalsium pada Na2CaEDTA digantikan oleh timbal dan membentuk molekul

(53)

15

Na2CaEDTA akan mengkhelat logam yang terdapat pada kompartemen ekstraselular.

Khelat yang terbentuk diekskresikan melalui ginjal dan timbal dapat dihilangkan dari plasma, saluran gastrointestinal, jaringan lunak, dan lapisan tulang (Dollery, 1999). Bentuk kalsium-sodium sangat efektif mengkhelat logam karena tidak menurunkan pH darah ke level yang dapat menghambat aksi pengikatan (Anonim, 2007d). Obat ini diberikan sebagai suatu garam kalsium dinatrium untuk mencegah kekurangan kalsium yang secara potensial membahayakan jiwa (Katzung, 2004).

Sumber utama timbal yang akan dikhela t oleh Na2CaEDTA adalah dari

tulang. Timbal pada jaringan lunak akan terdistribusi kembali ke tulang jika terapi khelasi dihentikan (Anonim, 2008a).

Na O C O

C H2

N H2C

C O Ca O C CH2 N O

H2C

C H2

H2C C O

O Na O + Pb 2+ + Ca 2 +

Na O C O

C H2

N H2C

C O Pb O C CH2 N O

H2C

C H2

H2C C O

O

Na O

Na2CaEDTA Kompleks Na

2CaEDTA dan timbal

Gambar 4. Reaksi pengkhelatan timbal (2+) oleh Na2CaEDTA (Katzung, 2004)

D. Ketela Pohon (Manihot utillisima Pohl.) 1. Keterangan botani

Ketela pohon (Manihot utillisima Pohl.) merupakan tanaman yang berasal dari familia Euphorbiaceae, genus Manihot dan spesies Manihot utillisima Pohl. (van Steenis, 1992). Ketela pohon (Manihot utillisima Pohl.) mempunyai beberapa nama daerah diantaranya adalah ketela pohon, ubi kayu, ubi singkong, kaspe (Indonesia);

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(54)

budin, kasapen, kasawe, kaspa (Jawa Tengah); ubi kayu, sampeu, capeu, huwi dangdeur, huwi jendral, balandong (Sunda); ketila, ubi kayu, gadung hau of garung kau (Sumatera); batata kayu (Sulawesi); ubi prancis (Maluku); peti kayu (Kalimantan); nota, amberpone, timuria (Irian); cassava (Inggris).

2. Uraian tanaman

Perdu yang tidak bercabang atau bercabang sedikit, tinggi 2-7 meter. Batang dengan tanda berkas daun yang bertonjolan. Umbi akar besar, memanjang, dengan kulit berwarna coklat suram. Tangkai daun 6-35 cm, helaian daun menjari 3-9, tepi daun rata, dengan taju yang bentuknya berbeda. Daun penumpu kecil, rontok. Bunga dalam tandan yang tidak rapat, 3-5 tandan terkumpul dalam ujung batang, pada pangkal dengan bunga betina, lebih atas dengan bunga jantan. Tenda bunga tunggal, panjang 1 cm. Bunga jantan : bentuk lonceng, bertaju 5, benangsari 10, berseling panjang pendek. Bunga betina : tenda bunga berbagi 5, bakal buah dikelilingi oleh tonjolan penebalan dasar bunga yang kuning, berbentuk cincin, tangkai putik bersatu, sangat pendek. Buah bentuk bola telur, dengan 6 papan yang membujur. Biji dengan alat tambahan yang berlekuk pada pangkalnya (van Steenis, 1992).

3. Ekologi dan penyebaran

(55)

17

4. Kandungan kimia

Daun ketela pohon mengandung (per 100 gram) : Vitamin A 11000 SI,

Vitamin C 275 mg, Vitamin B1 0,12 mg, Kalsium 165 mg, Kalori 73 kal, Fosfor 54 mg, Protein 6,8 gram, Lemak 1,2 gram, Hidrat arang 13 gram serta Zat besi 2 mg (Anonim, 2005b). Selain itu, daun ketela pohon juga mengandung rutin (Hartari, 1997).

5. Khasiat dan kegunaan

Daun ketela pohon yang ditumbuk dapat dipergunakan sebagai obat kompres pada sakit kepala dan demam (van Steenis, 1992) sedangkan dalam pengobatan tradisional, daun ketela pohon (Manihot utillisima Pohl.) digunakan sebagai obat rematik, demam, sakit kapala, diare, mata sering kabur serta sebagai penambah nafsu makan (Anonim, 2005b).

6. Efek farmakologi

Khasiat rutin terhadap pertumbuhan kanker pada tikus putih diteliti oleh Adimunca (1998). Pertumbuhan kanker ditinjau dari parameter bilirubin, SGPT, SGOT yang merupakan fungsi hati serta kreatin untuk fungsi ginjal. Pemberian ekstrak daun singkong dengan dosis 800 dan 1000 mg/kgBB tikus menunjukkan kemampuan menghambat kerusakan sel hati.

Hartari (1997) telah menguji aktivitas rutin dari daun ketela pohon (Manihot utillisima Pohl., Euphorbiaceae) sebagai antiagregasi platelet yang dilakukan dengan cara turbidimetri. Hasil menunjukkan bahwa rutin yang diperoleh mempunyai aktivitas sebagai antiagregasi platelet.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(56)

E. Simplisia

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Pengeringan simplisia dilakukan di udara yang terlindung dari sinar matahari langsung. Pembuatan serbuk simplisia dilakukan dengan cara membersihkan simplisia dari bahan organik asing dan pengotoran lain secara mekanik atau dengan cara yang sesuai, keringkan pada suhu yang sesuai, haluskan, ayak. Kecuali dinyatakan lain, seluruh simplisia harus dihaluskan menjadi serbuk (4/18) (Anonim, 1989).

Simplisia dibedakan simplisia nabati, simplisia hewani, simplisia pelican (mineral). Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tumbuhan atau isi sel yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tumbuhannya dan belum berupa senyawa kimia murni. Simplisia tersebut merupakan produk hasil pertanian tumbuhan obat setelah melalui proses pasca panen dan proses preparasi secara sederhana menjadi bentuk produk kefarmasian yang siap dipakai dalam bentuk serbuk halus untuk diseduh sebelum diminum (jamu), untuk dicacah dan digodok sebagai jamu godokan (infus) dan diproses untuk dijadikan produk sediaan farmasi (Anonim, 2000).

F. Ekstrak

(57)

19

yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Anonim, 2000).

Cairan pelarut dalam proses pembuatan ekstrak adalah pelarut yang baik (optimal) untuk senyawa kandungan yang berkhasiat atau yang aktif, dengan demikian senyawa tersebut dapat terpisahkan dari bahan dan dari senyawa kandungan kimia lainnya, serta ekstrak hanya mengandung sebagian besar senyawa kandungan yang diinginkan. Dalam hal ekstrak total, maka cairan pelarut dipilih yang melarutkan hampir semua metabolit sekunder yang terkandung. Faktor utama untuk pertimbangan pada pemilihan cairan penyari adalah selektivitas, kemudahan bekerja dan proses dengan cairan tersebut, ekonomis, ramah lingkungan dan keamanan

Sampai saat ini berlaku aturan bahwa pelarut yang diperbolehkan adalah air dan alkohol (etanol) serta campurannya. Jenis pelarut lain seperti metanol, heksana, toluen, kloroform, aseton, umumnya digunakan sebagai pelarut untuk tahap separasi dan tahap pemurnian (fraksinasi). Khusus metanol dihindari penggunaannya karena sifatnya yang toksik akut dan kronik, namun demikian jika dalam uji ada sisa pelarut dalam ekstrak menunjukkan negatif, maka metanol sebenarnya pelarut yang lebih baik dari etanol (Anonim, 2000).

G. Sokhletasi

Penyarian dengan alat sokhlet merupakan cara penyarian yang menggabungkan dua proses sekaligus, yaitu proses untuk menghasilkan ekstrak cair dan proses penguapan, sehingga diperoleh ekstrak yang lebih pekat (Anonim, 1986).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(58)

Prinsip penyarian dengan alat sokhlet adalah sebagai berikut :

Serbuk simplisia yang dibungkus dengan kertas saring dimasukkan ke dalam tabung, cairan penyari diisikan ke dalam tabung sampai dua kali sirkulasi. Cairan penyari dipanaskan hingga mendidih. Uap cairan penyari naik ke atas melalu pipa samping, kemudian diembunkan kembali melalui pendingin tegak. Cairan turun ke labu melalui tabung yang berisi serbuk simplisia. Cairan penyari sambil turun melarutkan zat aktif serbuk. Karena adanya sifon, maka setelah cairan penyari mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan kembali ke labu. Cara ini lebih menguntungkan karena uap panas tidak melalui serbuk simplisia, tetapi melalui pipa samping (Anonim, 1986).

Keuntungan penyarian dengan sokhlet adalah :

1. cairan penyari yang diperlukan lebih sedikit dan secara langsung diperoleh hasil yang pekat.

2. serbuk simplisia disari oleh cairan penyari yang murni sehingga dapat menyari zat aktif lebih banyak.

3. penyarian dapat diteruskan sesuai dengan keperluan tanpa menambah volume cairan penyari (Anonim, 1986).

Kerugian cara penyarian dengan sokhlet :

1. larutan dipanaskan terus menerus sehingga zat aktif yang tidak tahan pemanasan kurang cocok.

(59)

21

H. Rutin

Rutin merupakan glikosida flavonol yang terdiri dari Kuersetin dan disakarida rutinosa (rhamnosa dan glukosa). Rutin murni berwarna kuning atau kuning kehijauan yang berbentuk kristal jarum (Anonim, 2008b).

Kelarutan rutin adalah 1 gram larut dalam 1 liter air, 200 ml air mendidih, 7 ml alkohol mendidih. Larut dalam piridin, formamide dan larutan alkali. Sukar larut dalam alkohol, aseton, etil asetat, tak larut dalam kloroform, eter, benzen, petroleum eter. Isolasi rutin menggunakan etanol 95% panas (Riyanto, 1990).

Rumus struktur rutin adalah :

O

O OH

HO OH

OH

O O

OH OH

OH O O

CH3

OH

OH OH

Rutinoside

Gambar 5. Struktur Rutin (Anonim, 2008a)

Rutin mempunyai aktivitas sebagai antioksidan, menghentikan edema pada vena, antiinflamasi, menghambat sel kanker dan kondisi pre-kanker serta mencegah atherogenesis dan mengurangi efek toksik dari oksidasi LDL-kolesterol (Anonim, 2008b). Rutin juga dapat berfungsi sebagai khelat ion logam (Trinajstic, 2007).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(60)

I. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran yang berdasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam dan fase gerak. Pemisahan secara kromatografi dilakukan dengan cara melihat beberapa sifat umum dari molekul. Sifat utama yang terlibat adalah

1. kecenderungan molekul untuk melarut dalam cairan (kelarutan)

2. kecenderungan molekul untuk melekat pada permukaan serbuk halus (adsorpsi, penyerap), dan

3. kecenderungan molekul untuk menguap atau berubah ke keadaan uap (keatsirian). Pada sistem kromatografi, campuran yang akan dipisahkan ditempatkan dalam keadaan yang sedemikian rupa sehingga komponen-komponennya dapat menunjukkan dua dari ketiga sifat tersebut. Hal ini mungkin melibatkan dua sifat yang berlainan , misalnya kelarutan di dalam dua cairan yang tidak saling bercampur (Gritter, 1991).

Jarak pengembangan senya wa pada kromatogram biasanya dinyatakan dengan angka Rf atau hRf. Harga Rf dapat ditentukan dengan membandingkan jarak rambat bercak dari titik penotolan dengan jarak gerak eluen dari titik awal.

(61)

23

pengembangan, maka jarak rambat suatu senyawa (titik awal sampai pusat bercak dalam cm) dikalikan 10 menghasilkan angka hRf (Stahl, 1985).

awal titik dari eluen gerak jarak

penotolan titik

dari bercak rambat

jarak

Rf = (1)

Terdapat berbagai kemungkinan untuk mendeteksi senyawa pada Kromatografi Lapis Tipis. Deteksi paling sederhana adalah jika senyawa menunjukkan penyerapan pada daerah UV dengan panjang gelmbang pendek (254 nm) atau pada panjang gelombang panjang (365 nm). Jika dengan kedua cara tersebut senyawa tidak dapat terdeteksi, dilakukan dengan reaksi kimia (Stahl, 1985)

1. Fase diam

Pada KLT, adsorben yang umum digunakan antara lain silika gel, alumina, tanah diatomae, dan serbuk selulosa. Silika gel bersifat asam dan berguna untuk kromatografi pembagian maupun penyerapan. Alumina yang bersifat basa terutama digunakan untuk kromatografi penyerapan. Tanah diatomae bersifat netral dan digunakan sebagai penyangga untuk kromatografi pembagian. Bahan penyerap lain yang digunakan adalah sephadex, poliamida, kieselghur, dan amilum.

2. Fase gerak

Fase gerak merupakan medium angkut yang terdiri dari satu atau beberapa pelarut. Fase gerak bergerak dalam fase diam, yaitu suatu lapisan berpori karena adanya gaya kapiler. Fase gerak yang digunakan pelarut yang bertingkat mutu analitik dan bila diperlukan sistem pelarut multi komponen maka harus berupa suatu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(62)

campuran sesederha na mungkin yang terdiri atas maksimum tiga komponen (Stahl, 1985).

J. SSA (Spektroskopi Serapan Atom) 1. Prinsip metode spektroskopi serapan atom

Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Walsh pada tahun 1950an (Brokeart, 2002). Metode spektroskopi serapan atom (SSA) berprinsip pada penyerapan cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya atau radiasi pada panjang gelombang tertentu, tergantung sifat unsurnya. Timbal menyerap cahaya pada panjang gelombang 283 nm. Dengan penyerapan energi, energi yang diperoleh lebih banyak, sehingga suatu atom pada keadaan dasar akan dinaikkan tingkat energinya ke tingkat eksitasi.

Setiap radiasi yang mengenai bahan mempunyai intensitas tertentu, setelah melewati bahan, intensitas radiasi tersebut berkurang. Pengurangan ini dikarenakan sebagian dari radiasi tersebut diserap dan dipantulkan, dan dapat dituliskan (2):

I

I

I

I

o

=

a

+

t

+

r (2)

di mana Io adalah intensitas radiasi sebelum melewati bahan (W/m2), It adalah

intensitas radiasi sesudah melewati bahan (W/m2), Ia adalah intensitas radiasi yang

(63)

25

(W/m2). Bagian yang dipantulkan bahan sangat kecil sehingga persamaannya (3)

menjadi

I

I

I

o

=

t

+

a (3)

Besarnya faktor transmisi adalah kemampuan bahan untuk meneruskan sebagian radiasi yang mengenainya mengikuti persamaan (4) :

Io It

T= (4)

dengan T adalah faktor transmisi, maka besarnya serapan (A) adalah

Τ − =

Α log (5)

Τ =

Α log1 (6)

t o

Ι Ι =

Α log (7)

(Khopkar, 1990) Ada beberapa panjang gelombang dari unsur yang menghasilkan garis spektrum. Panjang gelombang yang menghasilkan garis spektrum yang tajam dengan intensitas maksimum dapat dipilih. Garis inilah yang dikenal dengan garis resonansi. Panjang gelombang yang dip ilih untuk menganalisis timbal adalah 283 nm (Khopkar, 1990).

Temperatur mempunyai peranan penting dalam proses atomisasi. Temperatur nyala harus sesuai dengan energi yang dibutuhkan untuk melepas atom dari ikatannya sehingga diperoleh atom-atom bebas pada keadaan ground state. Besar pengaruh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(64)

temperatur terhadap perbandingan jumlah atom pada keadaan eksitasi dan jumlah atom pada keadaan ground state dinyatakan dengan persamaan Boltzman (8):

   

ΚΤ Ε − Ρ Ρ = Ν

Ν j

o j

o j

exp (8)

Nj dan No masing- masing adalah jumlah atom pada keadaan eksitasi dan atom pada

keadaan ground state. K adalah tetapan Boltzman (1,38 x 10-16 erg/K). T adalah

temperatur absolut (Kelvin). Ej adalah perbedaan energi tingkat eksitasi dan tingkat ground state. Pj dan Po adalah faktor statistic yang ditentukan oleh banyaknya tingkat

yang mempunyai energi setara pada masing- masing tingkat kuantum. Keberhasilan analisis pada SSA tergantung pada proses atomisasi dan serapan oleh atom-atom bebas yang netral (Khopkar, 1990).

2. Instrumentasi spektroskopi serapan atom

Alat SSA terdiri dari 3 komponen yaitu : unit atomisasi, sumber radiasi dan sistem pengukur fotometrik (gambar 6) (Khopkar, 1990).

Gambar 6. Instrumen spektroskopi serapan atom (Anonim, 2006a).

(65)

27

energi panas. Temperatur pada nyala harus benar-benar sesuai dengan energi yang dibutuhkan untuk melepas atom dari ikatannya sehingga diperoleh atom-atom bebas pada keadaan ground state (Price, 1972).

Gambar 7. Prinsip metode spektroskopi serapan atom dan instrumentasinya (Anonim, 2006b)

Atomisasi dilakukan dengan bantuan gas pembakar. Gas pembakar terdiri

dari propana, asetilena dan hidrogen. Oksidan adalah zat yang digunakan untuk mengoksidasi bahan bakar dalam nyala (Price, 1972). Brokeart (2002) menyebutkan bahwa oksidan terdiri dari N2O atau udara. Campuran udara dan asetilen

menghasilkan temperatur sebesar 2026,85°C. Temperatur yang dihasilkan cukup tinggi untuk membuat atomisasi yang baik (Price, 1972).

Gambar 8 . Skema proses atomisasi sampel.M : logam (metal); M*: atom yang tereksitasi.Pada

SSA yang diukur adalah M’ yaitu atom dalam keadaan ground state(Bassett, Denney, Jeffery

dan Mendham, 1994)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(66)

Zona nyala pada SSA yaitu primary combustion zone, interzonal region dan secondary combustion zone (gambar 9). Penyerapan paling baik terjadi pada interzonal region. Pada zona ini, atom dalam keadaan gas segera menyerap energi radiasi yang diemisikan oleh lampu katoda berongga (Skoog, West, Holler., 1994).

Gambar 9. Pembagian zona nyala pada pembakar pada spektroskopi serapan atom (Skoog,

West, Holler, 1994)

Sumber radiasi yang digunakan pada SSA adalah lampu katoda berongga (hollow cathode lamp) yang memiliki 2 elektroda. Salah satunya berbentuk silinder dan terbuat dari unsur yan

Gambar

Tabel XXVIa Rata-rata rangking pada uji Friedmann kadar timbal kelompok
Tabel XXVIIc Rangking kadar timbal kelompok timbal dosis 0,5g/kgBB/hari
Gambar 14 Replikasi III identifikasi rutin ekstrak daun ketela pohon secara
Gambar 19 Kurva hubungan antara absorbansi vs kadar pada pengukuran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dinaya Sambiana Loemintoe pada pembuatan keripik kelapa per satu kali proses produksi, 2) Besarnya penerimaan yang diterima PT. Dinaya Sambiana Loemintoe pada

Berdasarkan objektif kajian ini iaitu untuk mengukur dan mengenal pasti tahap kepuasan pelanggan dalaman terhadap fasiliti fizikal di sesebuah organisasi, oleh itu

Dari tabel dan grafik di atas dapat dengan jelas dilihat bahwa semakin lama pengaturan waktu turun dari benda pada dinding silinder yang vertikal maka perubahan ketinggian akan

Berdasarkan pada hasil EKPPD tahun 2012 dari 119 pemerintah daerah Kabupaten/Kota di Pulau Jawa yang memperoleh status sangat tinggi yang menunjukkan kinerja

metodologi mengajar berdasar tipologi belajar siswa.html. Peserta didik memperoleh kecakapan mental. Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan serta

Menimbang : bahwa dalam rangka mendukung kelancaran pelaksanaan bebas Fiskal Luar Negeri bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak

Di mata kalangan politisi pesantren tersebut, kharisma dan kewibawaan kiai tetap memiliki daya tarik yang luar biasa.Oleh karena itu, sebagai bentuk bagian dari

Periode lima tahun terakhir 2013-2017 pertumbuhan ekonomi juga cenderung mengalami fluktuasi dengan nilai rata-rata 5,19 persen, yang mana laju pertumbuhan ekonomi