PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN KETELA POHON
(Manihot utillisima Pohl.) SETELAH PEMBERIAN Na2CaEDTA TERHADAP
KADAR TIMBAL DARAH TIKUS DENGAN METODE SPEKTROSKOPI SERAPAN ATOM
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh:
Cicilia Tyasti Wahyunengsih NIM: 048114033
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2008
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN KETELA POHON
(Manihot utillisima Pohl.) SETELAH PEMBERIAN Na2CaEDTA TERHADAP
KADAR TIMBAL DARAH TIKUS DENGAN METODE SPEKTROSKOPI SERAPAN ATOM
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh:
Cicilia Tyasti Wahyunengsih NIM: 048114033
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
“
Bi a r ka n key a ki n a n ka m u, 5 cen t i m et er m en gga n t un g, m en ga m ba n g di depa n ken i n g ka m u. D a n ...seha bi s i t u ka m u ha n y a per lubeker ja lebi h ker a s un t uk m en gga pa i i m pi a n m u i t u”
K a r y a i n i kuper sem ba hka n un t uk Bu n da M a r i a , Y esus K r i st us,
Ba pa k M .D . W a hy udi I bu Luci a Sa m i r a h M a r i a P ut r i Sa r i U t a m i A n dr ea s N ugr oho T r i la kson o Cor n eli us T opa n En di P r a set y a a t a s ci n t a y a n g sela lu m en er a n gi t i a p la n gka hku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Cicilia Tyasti Wahyunengsih
Nomor Mahasiswa : 048114033
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
“Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Ketela Pohon (Manihot utillisima Pohl.) Setelah Pemberian Na2CaEDTA Terhadap Kadar Timbal Darah Tikus Dengan Metode
Spektroskopi Serapan Atom”
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 19 Juli 2008
Yang menyatakan
vii PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan kasih-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Pengaruh Ekstrak Etanol
Daun Ketela Pohon (Manihot utillisima Pohl.) Setelah Pemberian Na2CaEDTA Terhadap Kadar Timbal Darah Tikus Dengan Metode Spektroskopi Serapan Atom”.
Skripsi ini tidak akan terwujud dan terangkai menjadi satu tanpa bantuan dari
berbagi pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan penghargaan dan
ucapan terimakasih kepada :
1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma
2. Bapak Ipang Djunarko, S.Si.,Apt., selaku pembimbing utama yang telah banyak
memberikan bimbingan dan masukan hingga skripsi ini selesai
3. Bapak Drs. Sulasmono, Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan
pengarahan, kritik dan saran demi tercapainya hasil yang terbaik dari skripsi ini
4. Bapak A. Tri Priantoro, M.For.Sc., selaku dosen penguji yang juga telah
memberikan pengarahan, kritik dan saran demi tercapainya hasil yang terbaik dari
skripsi ini
5. Kebun obat Merapi Farma Kaliurang atas simplisia daun ketela pohon
6. Laboratorium LPPT UGM Unit I atas kerja sama selama ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
7. Mas Kayat, mas Heru, mas Parjiman, mas Yuwono, mas Ottok, mas Iswandi, mas
Wagiran, mas Sigit, mas Parlan atas kerja sama selama penelitian di laboratorium,
dan atas waktu yang telah diluangkan untuk lembur
8. Romo Sunu atas bantuan masukan dalam merancang penelitian, mengolah data
serta sema ngat hidup yang telah diberikan
9. Bapak Yohannes Dwiatmaka, M. Si., atas kesediaan untuk berbagi ilmu
10.Filana Fedelia, Euthalia Sintami Putri dan Harimawan Yudi Astoro, teman
seperjuangan timbal. Terimakasih atas kerjasama dan kerja keras selama ini
11.Papa, ma ma, dek Sari, dek Tri, terimakasih atas doa, dukungan dan kasih yang
salalu diberikan untuk penulis
12.Bapak, ibu, mas Topan, kak Didit, kak Bayu, mbak Yunika, terimakasih atas doa,
inspirasi, dukungan yang tak henti- hentinya diberikan kepada penulis sehingga
penulis mampu menyelesaikan karya ini
13.Cornelius Topan Endi Prasetya yang dari jauh selalu memberi doa, ide- ide yang
menjadi sumber inspirasi bagi penulis, kesabaran mendengarkan keluh ksah,
dukungan yang luar biasa yang mampu membangkitkan senangat penulis
14.Teman-teman ukf dolanz-dolanz (Ayu, Rosa, Lian, Chandy, Chicka, Chocho,
Boris, Ari, Tintus, Rizky, Yoyo, Robert, Fhery, Adit, Rudi, Yudi, Felix, Edot dan
Probo), terimakasih atas persahabatan selama ini yang membuat hidupku semakin
berwarna dan bermakna
15.Limdra, Tata, Henni dan teman-teman FKK 2004, terimakasih atas kerja
ix
16.Semua teman dan seluruh civitas akademika Fakultas Farmasi USD yang tak
dapat penulis sebut satu persatu yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.
Perjuangan panjang dan melelahkan telah dibayar dengan terselesaikannya
skripsi ini. Penulis menyadari tidak ada sesuatu yang sempurna. Penulis memohon
maaf atas kesalahan selama proses penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis
selalu membuka diri untuk kritik dan saran yang membangun. Akhirnya penulis
berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan
khususnya pada bidang farmasi.
Yogyakarta, Juni 2008
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebaga imana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, Juni 2008
Penulis,
xi INTISARI
Daun ketela pohon memiliki kemampuan menurunkan kadar timbal darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas serta lama waktu pemberian ekstrak etanol daun ketela pohon (Manihot utillisima Pohl.) dalam menurunkan kadar timbal darah tikus betina setelah pemberian Na2CaEDTA.
Timbal asetat dipejankan dengan dosis 0,5 g/kgBB/oral/hari/tikus selama 30 hari. Na2CaEDTA dan ekstrak etanol daun ketela pohon diberikan selama 10 hari. Ekstraksi daun ketela pohon dilakukan dengan metode sokletasi menggunakan etanol 95%. Besarnya kadar timbal darah sampel dari setiap kelompok perlakuan ditentukan dengan metode spektroskopi serapan atom pada panjang gelombang 283,3 nm. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis nonparametrik dengan uji Kruskal-Wallis dan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol daun ketela pohon setelah pemberian Na2CaEDTA terhadap penurunan kadar timbal darah pada hari pengukuran yang sama sedangkan perbedaan kadar timbal darah pada masing- masing kelompok dianalisis dengan uji Friedman-Wilcoxon dengan signifikansi 95%.
Dari penelitian ini ditunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol daun ketela poho n dosis 800 mg/kgBB setelah pemberian Na2CaEDTA dapat menurunkan kadar timbal dengan waktu pemberian selama 10 hari.
Kata kunci : Na2CaEDTA, daun ketela pohon, ekstrak etanol, kadar timbal darah, spektroskopi serapan atom
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii ABSTRACT
Leaves of cassava ha ve the ability to decrease blood lead level. This examination ois directed to find out the effectiveness and duration of administration of cassava leaves ethanol extract after administrated Na2CaEDTA in decreasing blood lead level in female rats.
Lead acetate 0,5 g/kg body weight/orally/day/rat was administered for 30 days. Na2CaEDTA was intramuscularly and ethanol extract of Cassava leaves was orally administered for 10 days after lead intoxication. Cassava leaves was extracted by soxhletation method with ethanol 95%. The concentration of blood lead was determined by atomic absorption spectroskopic method at 283,3 nm wavelength. The results were tested with stastitical analysis method with 95% of confidence interval. Kruskal-Wallis and Friedman-Wilcoxon approaches were used to determine the effectiveness of the Na2CaEDTA and cassava leaves ethanol extract.
The result indicated that 800 mg/kg body weight combination of Na2CaEDTA and ethanol extract of cassava leaves have ability to decrease the concentration of lead after 10 days therapy.
xiii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………...……….. ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……….. iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi
PRAKATA ... vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... x
INTISARI ... xi
ABSTRACT ... xii
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xviii
DAFTAR GAMBAR ... xxx
DAFTAR LAMPIRAN ... xxxv
BAB I PENGANTAR ... 1
A. Latar Belakang ... 1
1. Permasalahan ... 4
2. Keaslian penelitian ... 4
3. Manfaat Penelitian ... 5
a.Manfaat teoritis ... 5
b.Manfaat metodologis ... 5
c.Manfaat praktis ... 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
B. Tujuan Penelitian ... 6
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ... 7
A. Timbal (Pb) ... 7
1. Karakteristik timbal ... 7
2. Keracunan timbal ... 7
3. Farmakokinetika timbal ... 8
4. Gangguan akibat keracunan timbal ... 8
5. Mekanisme keracunan timbal ... 8
B. Terapi antidot ... 11
C. Na2CaEDTA (Disodium Kalsium Edetat) ... 11
1. Farmakokinetika Na2CaEDTA... 12
2. Indikasi ... 12
3. Kontraindikasi ... 13
4. Dosis dan cara pemberian ... 13
5. Efek samping ... 14
6. Mekanisme kerja ... 14
D. Ketela Pohon (Manihot utillisima Pohl.) ... 15
1. Keterangan botani ... 15
2. Uraian tanaman ... 16
3. Ekologi dan penyebaran ... 16
4. Kandungan kimia ... 17
5. Khasiat dan kegunaan ... 17
xv
E. Simpilisia ... 18
F. Ekstrak ... 18
G. Sokhletasi ... 19
H. Rutin ... 21
I. Kromatogrfi Lapis Tipis (KLT) ... 22
J. SAA (Spektroskopi Serapan Atom) ... 24
1. Prinsip metode spektroskopi serapan atom ... 24
2. Instrumentasi spektroskopi serapan atom ... 26
3. Kelebihan dan kekurangan metode spektrofotometri serapan atom ... 29
K. Validitas Metode ... 29
1. Kurasi ... 29
2. Presisi ... 30
3. Linearitas dan rentang ... 30
4. Limit Of Detection (LOD) dan Limit Of Quantitation (LOQ) ... 31
L. Landasan Teori ... 33
M. Hipotesis ... 33
BAB III METODE PENELITIAN ... 34
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
B. Variabel dan Definisi Operasional ... 34
1. Variabel penelitian ... 34
2. Definisi operasional ... 35
C. Bahan Penelitian... 36
D. Alat Penelitian ... 36
E. Tata Cara Penelitian ... 37
1. Determinasi tanaman ... 37
2. Preparasi bahan ... 37
3. Uji analisis kualitatif rutin pada daun ketela pohon ... 39
4. Penyiapan hewan uji ... 39
5. Pengelompokkan dan perlakuan hewan uji ... 40
6. Penanganan hewan uji ... 42
7. Pengukuran kadar timbal darah dengan spektrofotometri serapan atom ... 42
F. Analisis Hasil ... 45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 46
A. Determinasi Tanaman ... 46
B. Ekstraksi ... 46
C. Penentuan Senyawa Rutin Secara Kualitatif Dengan KLT ... 47
D. Kadar Timbal Darah Dengan Spektroskopi Serapan Atom ... 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 70
A. Kesimpulan ... 70
B. Saran ... 70
xvii
LAMPIRAN ... 74
BIOGRAFI PENULIS ... 127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii DAFTAR TABEL
Tabel I Nilai Koefisien Korelasi (KV) berdasarkan konsentrasi analit ... 30
Tabel II Parameter validitas metode yang dipersyaratkan untuk setiap
kategori... 32
Tabel III Parameter validitas metode yang dipersyaratkan... 32
Tabel IV Persentase rendemen ekstrak etanol daun ketela pohon... 47
Tabel V Replikasi I hasil identifikasi rutin secara KLT terhadap ekstrak
etanol daun ketela pohon dengan fase diam selulosa, fase gerak
BAA (4:1:5 v/v) deteksi dengan sinar UV 254 nm dan 365 nm
dan jarak pengembangan 10 cm... 50
Tabel VI Replikasi II hasil identifikasi rutin secara KLT terhadap ekstrak
etanol daun ketela pohon dengan fase diam selulosa, fase gerak
BAA (4:1:5 v/v) deteksi dengan sinar UV 254 nm dan 365 nm
dan jarak pengembangan 10 cm... 51
Tabel VII Replikasi III hasil identifikasi rutin secara KLT terhadap
ekstrak etanol daun ketela pohon dengan fase diam selulosa,
fase gerak BAA (4:1:5 v/v) deteksi dengan sinar UV 254 nm
dan 365 nm dan jarak pengembangan 10 cm... 52
Tabel VIII Nilai koefisien korelasi (r) dari lima kurva baku ... 55
Tabel IX Nilai koefisien variasi (%) dari lima kali pengukuran kadar
xix
Tabel X Nilai rata-rata, standar deviasi kadar timbal darah serta
perbedaan secara bermakna terhadap kelompok I (kontrol
negatif) ... 57
Tabel XI Hubungan perbedaan antar kelompok perlakuan baik berbeda
secara bermakna maupun berbeda secara tidak bermakna ... 68
Tabel XII Kadar timbal terlarut (ppm) dari kelompok perlakuan pada hari
ke-0... 104
Tabel XIII Kadar timbal terlarut (ppm) dari kelompok perlakuan pada hari
ke-15... 104
Tabel XIV Kadar timbal terlarut (ppm) dari kelompok perlakuan pada hari
ke-30... 105
Tabel XV Kadar timbal terlarut (ppm) dari kelompok perlakuan pada hari
ke-35... 105
Tabel XVI Kadar timbal terlarut (ppm) dari kelompok perlakuan pada hari
ke-40 ... 106
Tabel XVIa Hasil Rangking Kadar Timbal Hari ke-15 antara Kontrol
Negatif (Aquadest) dan Kontrol Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o.... 108
Tabel XVIb Hasil Analisis Statistik Kadar Timbal Hari ke-15 antara
Kontrol Negatif (Aquadest) Kontrol Pb dosis 0,5g/kgBB/hari
p.o... 108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
Tabel XVIc Hasil Rangking Kadar Timbal Hari ke-15 antara Kontrol
Negatif (Aquadest) dan Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o.dan
Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m... 108
Tabel XVId Hasil Analisis Statistik Kadar Timbal Hari ke-15 antara
Kontrol Negatif (Aquadest) Kontrol Pb dosis 0,5g/kgBB/hari
p.o. dan Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m. ... 108
Tabel XVIe Hasil Rangking Kadar Timbal Hari ke-15 antara Kontrol
Negatif (Aquadest) dan Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o.,
Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m. dan ekstrak etanol daun ketela pohon dosis 800mg/kgBB/hari p.o. ... 109
Tabel XVIf Hasil Analisis Statistik Kadar Timbal Hari ke-15 antara
Kontrol Negatif (Aquadest) dan Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o.,
Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m. ekstrak etanol daun
ketela pohon dosis 800mg/kgBB/hari p.o. ... 109
Tabel XVIg Hasil Rangking Statistik Kadar Timbal Hari ke-15 antara
Kontrol Timbal dan Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o.dan
Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m... 109
Tabel XVIh Hasil Analisis Statistik Kadar Timbal Hari ke-15 antara
Kontrol Timbal dan Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o.dan
Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m... 109
Tabel XVIi Hasil Rangking Kadar Timbal Hari ke-15 antara Kontrol
xxi
189mg/kgBB i.m. dan ekstrak etanol daun ketela pohon dosis
800mg/kgBB/hari p.o. ... 109
Tabel XVIj Hasil Analisis Statistik Kadar Timbal Hari ke-15 antara
Kontrol Timbal dan Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o, Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m. dan ekstrak etanol daun ketela pohon
dosis 800mg/kgBB/hari p.o... 110
Tabel XVIk Hasil Analisis Statistik Kadar Timbal Hari ke-15 antara
Kontrol Negatif (Aquadest) Kontrol Pb dosis 0,5g/kgBB/hari
p.o. dan Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m. ... 110 Tabel XVIl Hasil Analisis Statistik Kadar Timbal Hari ke-15 antara Timbal
dosis 0,5g/kgBB/hari p.o.dan Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m denganTimbal dosis 0,5g/kgBB/hari p.o., Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m.dan ekstrak etanol daun ketela pohon
dosis 800mg/kgBB/hari p.o... 110
Tabel XVIIa Hasil Rangking Kadar Timbal Hari ke-30 antara Kontrol
Negatif (Aquadest) dan Kontrol Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o.... 111
Tabel XVIIb Hasil Analisis Statistik Kadar Timbal Hari ke-30 antara
Kontrol Negatif (Aquadest) Kontrol Pb dosis 0,5g/kgBB/hari
p.o... 111
Tabel XVIIc Hasil Rangking Kadar Timbal Hari ke-30 antara Kontrol
Negatif (Aquadest) dan Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o.dan
Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m... 111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxii
Tabel XVIId Hasil Analisis Statistik Kadar Timbal Hari ke-30 antara
Kontrol Negatif (Aquadest) Kontrol Pb dosis 0,5g/kgBB/hari
p.o. dan Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m. ... 111 Tabel XVIIe Hasil Rangking Kadar Timbal Hari ke-30 antara Kontrol
Negatif (Aquadest) dan Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o.,
Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m. dan ekstrak etanol daun ketela pohon dosis 800mg/kgBB/hari p.o. ... 111
Tabel XVIIf Hasil Analisis Statistik Kadar Timbal Hari ke-30 antara
Kontrol Negatif (Aquadest) dan Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o.,
Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m. ekstrak etanol daun
ketela pohon dosis 800mg/kgBB/hari p.o. ... 112
Tabel XVIg Hasil Rangking Statistik Kadar Timbal Hari ke-30 antara
Kontrol Timbal dan Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o.dan
Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m... 112 Tabel XVIIh Hasil Analisis Statistik Kadar Timbal Hari ke-15 antara
Kontrol Timbal dan Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o.dan
Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m... 112 Tabel XVIIi Hasil Rangking Kadar Timbal Hari ke-30 antara Kontrol
Timbal dan Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o, Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m. dan ekstrak etanol daun ketela pohon dosis
xxiii
Tabel XVIIj Hasil Analisis Statistik Kadar Timbal Hari ke-30 antara
Kontrol Timbal dan Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o, Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m. dan ekstrak etanol daun ketela pohon
dosis 800mg/kgBB/hari p.o... 112
Tabel XVIIk Hasil Analisis Statistik Kadar Timbal Hari ke-30 antara
Kontrol Negatif (Aquadest) Kontrol Pb dosis 0,5g/kgBB/hari
p.o. dan Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m. ... 113 Tabel XVIIl Hasil Analisis Statistik Kadar Timbal Hari ke-30 antara Timbal
dosis 0,5g/kgBB/hari p.o.dan Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m denganTimbal dosis 0,5g/kgBB/hari p.o., Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m.dan ekstrak etanol daun ketela pohon
dosis 800mg/kgBB/hari p.o... 113
Tabel XVIIIa Hasil Rangking Kadar Timbal Hari ke-35 antara Kontrol
Negatif (Aquadest) dan Kontrol Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o.... 113
Tabel XVIIIb Hasil Analisis Statistik Kadar Timbal Hari ke-35 antara
Kontrol Negatif (Aquadest) Kontrol Pb dosis 0,5g/kgBB/hari
p.o... 113
Tabel XVIIIc Hasil Rangking Kadar Timbal Hari ke-35 antara Kontrol
Negatif (Aquadest) dan Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o.dan
Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m... 113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxiv
Tabel XVIIId Hasil Analisis Statistik Kadar Timbal Hari ke-35 antara
Kontrol Negatif (Aquadest) Kontrol Pb dosis 0,5g/kgBB/hari
p.o. dan Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m. ... 114 Tabel XVIIIe Hasil Rangking Kadar Timbal Hari ke-35 antara Kontrol
Negatif (Aquadest) dan Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o.,
Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m. dan ekstrak etanol daun ketela pohon dosis 800mg/kgBB/hari p.o. ... 114
Tabel XVIIIf Hasil Analisis Statistik Kadar Timbal Hari ke-35 antara
Kontrol Negatif (Aquadest) dan Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o.,
Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m. ekstrak etanol daun
ketela pohon dosis 800mg/kgBB/hari p.o. ... 114
Tabel XVIIIg Hasil Rangking Statistik Kadar Timbal Hari ke-35 antara
Kontrol Timbal dan Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o.dan
Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m... 114 Tabel XVIIIh Hasil Analisis Statistik Kadar Timbal Hari ke-35 antara
Kontrol Timbal dan Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o.dan
Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m... 114 Tabel XVIIIi Hasil Rangking Kadar Timbal Hari ke-35 antara Kontrol
Timbal dan Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o, Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m. dan ekstrak etanol daun ketela pohon dosis
xxv
Tabel XVIIIj Hasil Analisis Statistik Kadar Timbal Hari ke-35 antara
Kontrol Timbal dan Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o, Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m. dan ekstrak etanol daun ketela pohon
dosis 800mg/kgBB/hari p.o... 115
Tabel XVIIIk Hasil Analisis Statistik Kadar Timbal Hari ke-35 antara
Kontrol Negatif (Aquadest) Kontrol Pb dosis 0,5g/kgBB/hari
p.o. dan Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m. ... 115 Tabel XVIIIl Hasil Analisis Statistik Kadar Timbal Hari ke-35 antara Timbal
dosis 0,5g/kgBB/hari p.o.dan Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m denganTimbal dosis 0,5g/kgBB/hari p.o., Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m.dan ekstrak etanol daun ketela pohon
dosis 800mg/kgBB/hari p.o... 115
Tabel XXIXa Hasil Rangking Kadar Timbal Hari ke-40 antara Kontrol
Negatif (Aquadest) dan Kontrol Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o.... 116
Tabel XIXb Hasil Analisis Statistik Kadar Timbal Hari ke-40 antara
Kontrol Negatif (Aquadest) Kontrol Pb dosis 0,5g/kgBB/hari
p.o... 116
Tabel XXIXc Hasil Rangking Kadar Timbal Hari ke-40 antara Kontrol
Negatif (Aquadest) dan Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o.dan
Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m... 116
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxvi
Tabel XIXd Hasil Analisis Statistik Kadar Timbal Hari ke-40 antara
Kontrol Negatif (Aquadest) Kontrol Pb dosis 0,5g/kgBB/hari
p.o. dan Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m. ... 116
Tabel XIXe Hasil Rangking Kadar Timbal Hari ke-40 antara Kontrol
Negatif (Aquadest) dan Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o.,
Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m. dan ekstrak etanol daun ketela pohon dosis 800mg/kgBB/hari p.o. ... 116
Tabel XIXf Hasil Analisis Statistik Kadar Timbal Hari ke-40 antara
Kontrol Negatif (Aquadest) dan Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o.,
Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m. ekstrak etanol daun
ketela pohon dosis 800mg/kgBB/hari p.o. ... 117
Tabel XIXg Hasil Rangking Statistik Kadar Timbal Hari ke-40 antara
Kontrol Timbal dan Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o.dan
Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m... 117
Tabel XIXh Hasil Analisis Statistik Kadar Timbal Hari ke-40 antara
Kontrol Timbal dan Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o.dan
Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m... 117
Tabel XIXi Hasil Rangking Kadar Timbal Hari ke-40 antara Kontrol
Timbal dan Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o, Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m. dan ekstrak etanol daun ketela pohon dosis
xxvii
Tabel XIXj Hasil Analisis Statistik Kadar Timbal Hari ke-40 antara
Kontrol Timbal dan Pb dosis 0,5g/kgBB/hari p.o, Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m. dan ekstrak etanol daun ketela pohon
dosis 800mg/kgBB/hari p.o... 117
Tabel XIXk Hasil Analisis Statistik Kadar Timbal Hari ke-40 antara
Kontrol Negatif (Aquadest) Kontrol Pb dosis 0,5g/kgBB/hari
p.o. dan Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m. ... 118 Tabel XIXl Hasil Analisis Statistik Kadar Timbal Hari ke-40 antara Timbal
dosis 0,5g/kgBB/hari p.o.dan Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m denganTimbal dosis 0,5g/kgBB/hari p.o., Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m.dan ekstrak etanol daun ketela pohon
dosis 800mg/kgBB/hari p.o... 118
Tabel XXa Rata-rata rangking pada uji Friedmann kadar timbal kelompok
kontrol negatif (aquadest)... 118
Tabel XXb Uji statistik Friedmann kadar timbal kelompok kontrol negatif
(aquadest) ... 118
Tabel XXIc Rangking kadar timbal kelompok kontrol negatif (aquadest)
menurut uji Wilcoxon... 119
Tabel XXId Uji statistik kadar timbal kelompok kontrol negatif (aquadest)
menurut uji Wilcoxon... 120
Tabel XXIIa Rata-rata rangking pada uji Friedmann kadar timbal kelompok
kontrol positif (timbal). ... 120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxviii
Tabel XXIIb Uji statistik Friedmann kadar timbal kelompok kontrol positif
(timbal) ... 120
Tabel XXIIIc Rangking kadar timbal kelompok kontrol positif
(timbal)menurut uji Wilcoxon... 121
Tabel XXIIId Uji statistik kadar timbal kelompok kontrol positif
(timbal)menurut uji Wilcoxon... 122
Tabel XXIVa Rata-rata rangking pada uji Friedmann kadar timbal kelompok
kontrol timbal dosis 0,5g/kgBB/hari p.o dan Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB/hari i.m... 122
Tabel XXIVb Uji statistik Friedmann kadar timbal kelompok kontrol timbal
dosis 0,5g/kgBB/hari p.o dan Na2CaEDTA dosis
189mg/kgBB/hari i.m... 122
Tabel XXVc Rangking kadar timbal kelompok kontrol timbal dosis
0,5g/kgBB/hari p.o dan Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB/hari i.m... 123
Tabel XXVd Uji statistik kadar timbal kelompok kontrol timbal dosis
0,5g/kgBB/hari p.o dan Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB/hari i.m n... 124
Tabel XXVIa Rata-rata rangking pada uji Friedmann kadar timbal kelompok
timbal dosis 0,5g/kgBB/hari p.o.dan Na2CaEDTA dosis
189mg/kgBB i.m.dan ekstrak etanol daun ketela pohon dosis
xxix
Tabel XXVIb Uji statistik Friedmann kadar timbal kelompok timbal dosis
0,5g/kgBB/hari p.o.dan Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB
i.m.dan ekstrak etanol daun ketela pohon dosis
800mg/kgBB/hari p.o. ... 124
Tabel XXVIIc Rangking kadar timbal kelompok timbal dosis 0,5g/kgBB/hari
p.o.dan Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB i.m.dan ekstrak etanol daun ketela pohon dosis 800mg/kgBB/hari p.o. ... 125
Tabel XXVIId Uji statistik kadar timbal kelompok timbal dosis
0,5g/kgBB/hari p.o.dan Na2CaEDTA dosis 189mg/kgBB
i.m.dan ekstrak etanol daun ketela pohon dosis
800mg/kgBB/hari p.o. ... 126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxx
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Skema penghambatan sintesis heme oleh timbal ... 9
Gambar 2 Peran kalsium dalam pelepasan neurotransmitter ... 10
Gambar 3 Struktur Natrium-Kalsiumedetat... 12
Gambar 4 Reaksi pengkhelatan timbal (2+) oleh Na2CaEDTA ... 15 Gambar 5 Struktur Rutin... 21
Gambar 6 Instrumen spektroskopi serapan atom... 26
Gambar 7 Prinsip metode spektrofotometri serapan atom dan
instrumentasinya ... 27
Gambar 8 Skema proses atomisasi sampel. M : logam (metal); M*: atom
yang tereksitasi. Pada SSA yang diukur adalah M’ yaitu atom
dalam keadaan ground state... 27
Gambar 9 Pembagian zona nyala pada pembakar pada spektroskopi
serapan atom... 28
Gambar 10 Lampu katoda berongga ... 28
Gambar 11 Kompleks pembentukan warna rutin-AlCl3... 49 Gambar 12 Replikasi I identifikasi rutin ekstrak daun ketela pohon secara
KLT dengan fase diam selulosa, fase gerak BAW (4:1:5 v/v)
deteksi dengan sinar UV 254 nm dan 365 nm setelah diuapi
xxxi
Gambar 13 Replikasi II identifikasi rutin ekstrak daun ketela pohon secara
KLT dengan fase diam selulosa, fase gerak BAW (4:1:5 v/v)
deteksi dengan sinar UV 254 nm dan 365 nm setelah diuapi
amoniak dan disemprot dengan AlCl3 ... 51 Gambar 14 Replikasi III identifikasi rutin ekstrak daun ketela pohon secara
KLT dengan fase diam selulosa, fase gerak BAW (4:1:5 v/v)
deteksi dengan sinar UV 254 nm dan 365 nm setelah diuapi
amoniak dan disemprot dengan AlCl3 ... 52
Gambar 15 Kurva hubungan antar absorbansi vs kadar timbal pada
pengukuran kadar timbal sebelum pemejanan timbal... 53
Gambar 16 Kurva hubungan antar absorbansi vs kadar timbal pada
pengukuran kadar timbal setelah pemejanan timbal selama 15
hari... 53
Gambar 17 Kurva hubungan antar absorbansi vs kadar timbal pada
pengukuran kadar timbal setelah pemejanan timbal selama 15
hari... 54
Gambar 18 Kurva hubungan antara absorbansi vs kadar pada pengukuran
kadar timbal setelah pemejanan timbal dihentikan pada hari
ke-31 dan dilanjutkan dengan pemejanan Na2CaEDTA dan
ekstrak etanol daun ketela pohon pada hari ke-31 sampai hari
ke-35... 54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxxii
Gambar 19 Kurva hubungan antara absorbansi vs kadar pada pengukuran
kadar timbal setelah pemejanan timbal dihentikan pada hari
ke-31 dan dilanjutkan dengan pemejanan Na2CaEDTA dan
ekstrak etanol daun ketela pohon pada hari ke-35 sampai hari
ke-40... 55
Gambar 20 Histogram rata-rata kadar timbal ±Standar Deviasi (SD) pada pengukuran kadar timbal sebelum pemejanan timbal
(kelompok I:kontrol negatif (aquadest), kelompok II: kontrol
positif (timbal dosis 0,5 g/kg BB/hari p.o.), kelompok III:
perlakuan timbal dosis 0,5 g/kg BB/hari p.o dan Na2CaEDTA dosis 189 mg/kgBB/hari i.m., kelompok IV: perlakuan timbal
dosis 0,5 g/kg BB/hari p.o, Na2CaEDTA dosis 189
mg/kgBB/hari i.m dilanjutkan dengan ekstrak etanol daun
ketela pohon dosis 800 mg/kgBB/hari p.o.) ... 58
Gambar 21 Histogram rata-rata kadar timbal ±Standar Deviasi (SD) pada pengukuran kadar timbal setelahj pemejanan timbal selama 15
hari (kelompok I:kontrol negatif (aquadest), kelompok II:
kontrol positif (timbal dosis 0,5 g/kg BB/hari p.o.), kelompok
III: perlakuan timbal dosis 0,5 g/kg BB/hari p.o dan
Na2CaEDTA dosis 189 mg/kgBB/hari i.m., kelompok IV:
xxxiii
dosis 189 mg/kgBB/hari i.m dilanjutkan dengan ekstrak etanol
daun ketela pohon dosis 800 mg/kgBB/hari p.o.) ... 59
Gambar 22 Histogram rata-rata kadar timbal ±Standar Deviasi (SD) pada pengukuran kadar timbal setelah pemejanan timbal selama 30
hari (kelompok I:kontrol negatif (aquadest), kelompok II:
kontrol positif (timbal dosis 0,5 g/kg BB/hari p.o.), kelompok
III: perlakuan timbal dosis 0,5 g/kg BB/hari p.o dan
Na2CaEDTA dosis 189 mg/kgBB/hari i.m., kelompok IV:
perlakuan timbal dosis 0,5 g/kg BB/hari p.o, Na2CaEDTA dosis 189 mg/kgBB/hari i.m dilanjutkan dengan ekstrak etanol
daun ketela pohon dosis 800 mg/kgBB/hari p.o.) ... 60
Gambar 23 Histogram rata-rata kadar timbal ±Standar Deviasi (SD) pada pengukuran kadar timbal setelah pemejanan timbal dihentikan
pada hari ke-31 dan dilanjutkan dengan pemejanan
Na2CaEDTA dilanjutkan dengan ekstrak etanol daun ketela pohon pada hari ke-31 sampai hari ke-35 (kelompok I:kontrol
negatif (aquadest), kelompok II: kontrol positif (timbal dosis
0,5 g/kg BB/hari p.o.), kelompok III: perlakuan timbal dosis
0,5 g/kg BB/hari p.o dan Na2CaEDTA dosis 189 mg/kgBB/hari i.m., kelompok IV: perlakuan timbal dosis 0,5 g/kg BB/hari
p.o, Na2CaEDTA dosis 189 mg/kgBB/hari i.m dilanjutkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxxiv
dengan ekstrak etanol daun ketela pohon dosis 800
mg/kgBB/hari p.o.)... 62
Gambar 24 Mekanisme pengkhelatan timbal (2+) oleh Na2CaEDTA ... 63 Gambar 25 Kompleks rutin dengan ion timbal... 65
Gambar 26 Histogram rata-rata kadar timbal ±Standar Deviasi (SD) pada pengukuran kadar timbal setelah pemejanan timbal dihentikan
pada hari ke-31 dan dilanjutkan dengan pemejanan
Na2CaEDTA dilanjutkan dengan ekstrak etanol daun ketela pohon pada hari ke-35sampai hari ke-40 (kelompok I:kontrol
negatif (aquadest), kelompok II: kontrol positif (timbal dosis
0,5 g/kg BB/hari p.o.), kelompok III: perlakuan timbal dosis
0,5 g/kg BB/hari p.o dan Na2CaEDTA dosis 189 mg/kgBB/hari i.m., kelompok IV: perlakuan timbal dosis 0,5 g/kg BB/hari
p.o, Na2CaEDTA dosis 189 mg/kgBB/hari i.m dilanjutkan dengan ekstrak etanol daun ketela pohon dosis 800
mg/kgBB/hari p.o.)... 66
Gambar 27 Profil farmakokinetika timbal pada pengukuran kadar timbal
sebelum pemejanan timbal (hari ke-0), setelah pemejanan
timbal selama 15 hari dan 30 hari, penghentian pemejanan
timbal pada hari ke-31 dilanjutkan dengan pemejanan
xxxv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Determinasi Manihot utillisima Pohl. ... 79
Lampiran 2. Tanaman ketela pohon... 81
Lampiran 3. Serbuk daun ketela pohon... 81
Lampiran 4. Sokletasi daun ketela pohon ... 81
Lampiran 5. Hasil rendemen ekstrak ... 81
Lampiran 6. Bercak KLT deteksi UV 254 nm. (A) replikasi I,
(B) replikasi II, (C) replikasi III... 82
Lampiran 7. Bercak KLT deteksi UV 365 nm (A) replikasi I, (B) replikasi
II, (C) replikasi III ... 83
Lampiran 8. Bercak KLT deteksi uap amoniak, AlCl3, UV 254 nm (A) replikasi I, (B) replikasi II, (C) replikasi III ... 85
Lampiran 9. Bercak KLT deteksi uap amoniak, AlCl3, UV 365 nm (A) replikasi I, (B) replikasi II, (C) replikasi III ... 89
Lampiran 10. Perhitungan konsentrasi timbal asetat... 88
Lampiran 11. Tabel optimasi lama pemejanan timbal yang mencapai kadar
toksik yang membutuhkan terapi khelasi... 88
Lampiran 12. Perhitungan dosis dan konsentrasi Na2CaEDTA ... 89 Lampiran 13. Perhitungan konsentrasi ekstrak etanol daun ketela pohon... 89
Lampiran 14. Foto SSA Hitachi Z-8000 Polarized Zeeman... 89
Lampiran 15. Hasil kalibrasi internal SSA Hitachi Z-8000 Polarized Zeeman. 90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxxvi
Lampiran 16. Hasil Optimasi SSA Hitachi Z-8000 Polarized Zeeman untuk
pengukuran timbal (Pb) ... 91
Lampiran 17. Hasil pembacaan rata-rata kadar timbal dengan menggunakan
spektrofotometer serapan atom ... 92
Lampiran 18. Data kadar timbal darah kelompok perlakuan... 104
Lampiran 19. Hasil analisis kadar timbal darah kelompok perlakuan dengan
metode Kruskal-Wallis... 107
Lampiran 20. Hasil analisis kadar timbal darah kelompok perlakuan dengan
1 BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang
Polusi timbal di lingkungan hidup kita biasanya berkaitan erat dengan
proses pertambangan, peleburan logam, industri yang menggunakan bahan baku
timbal (misalnya pabrik cat, kabel, gelas dan baterai) dan tidak kalah pentingnya
timbal juga berasal dari asap kendaraan bermotor. Penyebaran timbal dapat melalui
udara, air dan makanan, sehingga akan sulit ditemukan suatu lingkungan yang bebas
timbal (Darmono, 1995).
Timbal (Pb-nitrat, Pb-oksida, Pb-karbonat, Pb-asetat) diabsorbsi melalui
saluran pencernaan dan pernafasan. Penyerapan timbal oleh saluran pencernaan
sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain makanan yang masuk,
konsentrasi timbal yang terserap, keadaan nutrisi, dan usia penderita. Selain itu,
penyerapan timbal akan meningkat seiring dengan defisiensi ion Ca, Fe, dan K, sebab
penyerapan timbal dalam tubuh (saluran pencernaan) melalui jalur yang sama dengan
penyerapan ion Ca, Fe, dan K. Dalam bentuk larutan, timbal akan diabsorbsi melalui
dinding saluran pencernaan dan diangkut oleh sistem vena porta hepatica untuk
dideposisikan di hati. Keracunan timbal umumnya bersifat kronis sebab ekskresi
timbal berlangsung sangat lambat dan cenderung terakumulasi di dalam tubuh,
sehingga timbal banyak terdapat dalam jaringan lunak, seperti hati, sumsum tulang,
ginjal, dan otak (Darmono, 1995).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pejanan timbal pada masyarakat dapat menimbulkan berbagai efek negatif
pada kesehatan, yaitu pada saraf pusat dan saraf tepi, sistem kardiovaskular, sistem
hematopoetik, ginjal, pencernaan, sistem reproduksi, dan bersifat karsinogenik
(Nordberg, 1998). Keracunan timbal pada anak-anak sangat potensial merusak sistem
saraf dan menurunkan intelligence quotient (IQ), menjadi lamban berpikir dan tidak
cerdas (Hariono, 2005). Gangguan yang disebabkan keracunan timbal diantaranya
adalah gangguan pada sistem hematopoetik yaitu terhambatnya aktivitas enzim
aminolevulinic acid dehydrogenase (ALAD) pada sistesis heme (Goldstein dan
Kiper, 1994).
Pengobatan keracunan timbal biasanya meliputi penghentian paparan
dengan segera, perawatan suportif, dan penggunaan terapi khelasi secara bijaksana
(Katzung, 2004). Terapi khelasi yang spesifik digunakan untuk mengobati keracunan
timbal adalah Kalsium disodium edetat (Na2CaEDTA). Penggunaan Na2CaEDTA harus dipantau karena efek samping yang ditimbulkannya antara lain: hipotensi, sakit
kepala, demam, hiperkalsemia, defisiensi seng, anoreksia, mual, muntah, anemia, dan
tremor (Anonim, 2007a).
Indonesia memiliki banyak tanaman obat. Salah satu tanaman yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan adalah daun ketela pohon (Manihot
utillisima Pohl.). Dalam pengobatan tradisional, daun ketela pohon (Manihot
utillisima Pohl.) digunakan sebagai obat rematik, demam, sakit kapala, diare, mata
3
ekstrak daun singkong dengan dosis 800 dan 1000 mg/kgBB tikus putih menunjukkan
kemampuan menghambat kerusakan sel hati (Adimunca, 1998).
Daun ketela pohon mengandung flavonoid. Salah satu flavonoid yang
terdapat pada daun ketela pohon adalah rutin. Rutin dari daun singkong (Manihot
utillissima Pohl.) telah diisolasi dengan cara ekstraksi sinambung (Hartari, 1997).
Isolasi rutin menggunakan etanol 95% panas sesuai dengan sifat kelarutannya yang
mudah larut dalam alkohol panas (Riyanto, 1990). Menurut Trinajstic (2007),
flavonoid memiliki aktivitas sebagai pengkhelat ion logam. Dari penelitian yang
dilakukan oleh Radovic dan Malešev (1985) yang menginvestigasi tentang kompleks yang dibentuk oleh Pb 2+ dan rutin, diketahui bahwa kompleks yang dibentuk oleh keduanya relatif stabil.
Pada penelitian ini, tikus betina yang telah dipejani timbal selama 30 hari
diberi antiracun Na2CaEDTA lalu diberi ekstrak etanol daun ketela pohon (Manihot
utillisima Pohl.). Sampai saat ini belum ada laporan penelitian resmi yang
menyatakan keefektifan pemberian ekstrak etanol daun ketela pohon (Manihot
utillisima Pohl.) setelah pemberian Na2CaEDTA dalam terapi penawarracunan timbal. Hal inilah yang mendasari perlu diadakannya penelitian untuk mengetahui
pengaruh ekstrak etanol daun ketela pohon (Manihot utillisima Pohl.) setelah
pemberian Na2CaEDTA terhadap penurunan kadar timbal di dalam darah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Permasalahan
a. Apakah pemberian ekstrak etanol daun ketela pohon (Manihot utillisima Pohl. )
dengan dosis 800mg/kgBB per oral setelah pemberian Na2CaEDTA dapat menurunkan kadar timbal dalam darah tikus?
b. Berapakah lama waktu pemberian Na2CaEDTA dan ekstrak etanol daun ketela pohon (Manihot utillissima Pohl) yang dapat menurunkan kadar timbal?
2. Keaslian penelitian
Penelitian yang pernah dilakukan, antara lain :
a. Investigasi kompleks antara Pb 2+ dan rutin dengan spektrofotometri menunjukkan bahwa Pb 2+ dan rutin dapat membentuk kompleks yang relatif stabil (Radovic dan Malešev, 1985).
b. Isolasi rutin dari daun ketela pohon (Manihot utillisima Pohl., Euphorbiaceae)
sebagai antiagregasi platelet menunjukkan bahwa isolat yang diperoleh adalah
rutin dengan rendemen 0,20% (bib) mempunyai aktivitas sebagai antiagregasi
platelet pada penambahan adrenalin 4umol sebagai penginduksi agregasi (Hartari,
1997).
c. Pengaruh ekstrak daun singkong terhadap tikus putih yang diinduksi karsinogen
nitrosamin menunjukkan perlakuan dosis 800 dan 1000 mg/kg BB mempunyai
kemampuan menghambat kerusakan sel hati (Adimunca, 1998).
d. Efek pemberian plumbum (timah hitam) anorganik pada tikus putih (Rattus
5
g/kgBB/oral/hari/tikus selama 4 minggu diperoleh kadar timbal yaitu 0,75 ppm
(Hariono, 2005).
e. Daya terapi anti racun natrium-kalsiumedetat dan perasan mentimun (Cucumis
sativus L.) terhadap timbal (Pb) menunjukkan bahwa kadar timbal yang
memb utuhkan terapi khelasi ( > 0,7 ppm (CDC, 2005)) dicapai pada hari ke-30
(Wahyunengsih, Fedelia, Astoro dan Putri, 2007)
f. Struktur-sifat/model aktivitas polyfenol menunjukkan bahwa flvonoid
mempunyai aktivitas sebagai pengkelat ion logam dan penghambat aktivitas
enzim (Trinajstic, 2007).
Meskipun demikian, pengaruh ekstrak etanol daun ketela pohon (Manihot
utillisima Pohl.) setelah pemberian Na2CaEDTA terhadap kadar timbal darah tikus dengan metode spektroskopi serapan atom belum pernah dilaporkan.
3. Manfaat penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini meliputi :
a. Manfaat teoritis
Penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmiah terhadap ilmu tentang
penawaracunan timbal darah menggunakan senyawa kimia dan bahan alam.
b. Manfaat metodologis
Penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmiah terhadap perkembangan
metode penelitian tentang pemberian ekstrak etanol daun ketela pohon (Manihot
utillisima Pohl.) setelah pemberian Na2CaEDTA.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c. Manfaat praktis
Penelitian ini untuk penggunaan dalam pelayanan di bidang farmasi, terutama
terkait dengan pemberian ekstrak etanol daun ketela pohon (Manihot utillisima
Pohl. ) setelah pemberian Na2CaEDTA.
B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk :
1. mengetahui apakah pemberian ekstrak etanol daun ketela pohon (Manihot
utillisima Pohl.) dengan dosis 800mg/kgBB per oral setelah pemberian
Na2CaEDTA dapat menurunkan kadar timbal dalam darah tikus.
7 BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Timbal (Pb) 1. Karakteristik timbal
Timbal merupakan logam berat, bersifat toksik yang berwujud lunak dan
dapat ditempa. Warnanya putih kebiruan tapi akan memudar menjadi kelabu jika
terkena udara. Titik leleh timbal 327,4°C dan mendidih pada 1740°C. (Anonim, 2007b).
2. Keracunan timbal
Kadar timbal normal adalah 0,03 ppm darah lengkap. Jika kadarnya melebihi
1,0 ppm darah lengkap serta menunjukkan gejala klinis, dapat dikatakan telah terjadi
keracunan (Palar, 1994). Gejala keracunan timbal akut yaitu mulut terasa terbakar,
haus, inflamasi saluran gastrointestinal, muntah, dan diare. Sedangkan gejala
keracunan timbal kronik yaitu anoreksia, ‘lead-line’ pada gusi, mual, muntah, sakit
perut parah, paralisis, gangguan mental, gangguan visual, anemia dan konvulsi
(Katrina, 2006). Keracunan timbal lebih sering bersifat kronik dan jarang
menunjukkan gejala akut (Anonim, 2005a). Pemejanan timbal atau garamnya dalam
jangka panjang menyebabkan nephropathy, dan kolik perut (Anonim, 2007c).
Timbal menyebabkan ensefalopati jika kadarnya dalam darah di atas 0,8
ppm. Pada anak-anak, sindroma klinis terjadi jika kadar Pb darah 0,7 ppm.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sedangkan pada kadar 0,4-0,5 ppm, anak-anak akan menunjukkan hiperaktivitas,
kurangnya perhatian, dan skor IQ menurun (Lu, 1995).
3. Farmakokinetika timbal
Sekitar 1-10% larutan timbal diabsorpsi dinding saluran pencernaan dan
didistribusikan ke jaringan lain melalui darah (Kehoe, 1965; Rabinowitz, Wetherill,
Kopple, 1973). Timbal terdeteksi dalam 3 jaringan utama. Pertama, timbal terikat
pada eritrosit darah (waktu paruh 25-30 hari). Kedua, di jaringan lunak yaitu hati dan
ginjal (waktu paruh sekitar beberapa bulan), kemudian didistribusikan dan dideposit
ke dalam kompartemen. Ketiga, tulang dan jaringan-jaringan keras (kalsifikasi),
misalnya gigi dan tulang rawan. Sekitar 90-95% timbal terdapat dalam tulang (waktu
paruh 30-40 tahun). Timbal diekskresikan melalui urin dan feses (Darmono, 1995).
4. Gangguan akibat keracunan timbal
Pada keracunan timbal kronis yang lebih sering terjadi (pada absorpsi per
hari > 1 mg dalam jangka waktu yang lama akan terjadi akumulasi akibat eliminasi
yang amat lambat) secara perlahan akan timbul gangguan pada: komponen darah dan
sumsum tulang, sistem saraf, otot polos (terutama dari saluran cerna), ginjal, kulit dan
mukosa (Mutschler, 1991).
5. Mekanisme keracunan timbal a. Efek timbal terhadap sintesis heme
Timbal menghambat enzim sulfidril untuk mengikat delta-aminolevulinic
acid (ALA) porporpobilinogen, serta protoforfirin-9 menjadi hemoglobin. Hal ini
9
khas dari keracunan Pb (Darmono, 1995). Asam δ-amino-levulinat dehidratase
(ALAD) dan hem sintetase paling rentan terhadap efek penghambatan timbal,
sementara asam δ-aminolevulinat sintetase (ALAS), uroporfirinogen dekarboksilase
(UROD), dan koproporfirinogen oksidase (COPROD) tidak begitu peka (Goldstein
and Kiper, 1994). Anemia klinis tampak jelas bila kadar Pb darah sekitar 0,5 ppm
(Lu, 1995).
Gambar 1. Skema penghambatan sintesis heme oleh timbal (Sjamsudin, Suyatna, 2007)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Kompetisi timbal dengan kalsium
Toksisitas timbal lebih karena kemampuannya meniru kalsium dan
mengambil alih fungsi proses selular penting yang tergantung kalsium. Timbal
memiliki ikatan koordinasi yang lebih kuat dibandingkan dengan kalsium, yang
akhirnya berikatan dengan ligan oksigen. Timbal juga akan membentuk kompleks
dengan ligan lain, terutama gugus sulfhidril dan akan membentuk kompleks ion
dengan OH-, Cl-, NO3-, dan CO32- (Anonim, 2007e).
Transpor timbal menembus membran eritrosit diperantarai oleh anion
exchanger dan pompa Ca-ATPase. Pada jaringan lain, timbal menembus membran sel
melalui voltage-dependent atau jenis lain kanal kalsium. Setelah masuk ke
sitoplasma, timbal akan menempati tempat ikatan kalsium pada protein yang
tergantung kalsium. Timbal berikatan dengan kalmodulin, protein yang berperan
sebagai sensor terhadap konsentrasi kalsium bebas dan sebagai mediator pelepasan
neurotransmiter (gambar 3).
Gambar 2. Peran kalsium dalam pelepasan neurotransmitter (Clarkson, 1987)
Pada otak, timbal terakumulasi dalam sel astroglia, yang melindungi
11
B. Terapi Antiracun
Terapi antiracun adalah tata cara yang secara khusus ditujukan untuk
membatasi intensitas (kekuatan) efek toksik zat kimia atau menyembuhkan efek
toksik yang ditimbulkannya sehingga bermanfaat dalam mencegah timbulnya bahaya
lebih lanjut. Berarti sasaran terapi antiracun adalah pengurangan intensitas efek toksik
(Donatus, 1997).
Strategi penatalaksanaan terapi antiracun dapat dilakukan dengan cara :
a. penghambatan keefektifan absorpsi bahan berbahaya
b. penghambatan keefektifan distribusi bahan berbahaya
c. peningkatan keefektifan metabolisme dan ekskresi (eliminasi) bahan
berbahaya terkait (Donatus, 1997).
Terapi khelasi dapat menggunakan succimer atau kalsium disodium edetat,
dengan atau tanpa dimerkaprol. Agen pengkhelat dapat digunakan untuk mengikat
timbal menjadi bentuk yang dapat diekskresikan. Khelat diindikasikan untuk dewasa
dengan gejala keracunan ditambah kadar Pb darah > 0,7 ppm, dan anak dengan
encephalopathy atau kadar Pb darahnya > 0,45 ppm (> 2,17 mmol/L) (Anonim,
2005a).
C. Na2CaEDTA (Disodium Kalsium Edetat)
Na2CaEDTA merupakan garam kompleks kalsium-dinatrium etilen
diamintetrSSAetat, digunakan untuk terapi keracunan kadmium, emas, dan terutama
keracunan timbal. (Mutschler, 1991).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Na O C O
C H2
N H2C
C O Ca
O C CH2
N O
H2C C H2
H2C C O
O
Na O
Gambar 3. Struktur Natrium-Kalsiumedetat (Katzung, 2004)
1. Farmakokinetika Na2CaEDTA
Absorpsi Na2CaEDTA buruk pada saluran gastrointestinal. Absorpsinya yang buruk setelah pemberian secara oral karena terjadi peruraian khelat kalsium
pada pH lambung yang rendah (Dollery, 1999). Seluruh Na2CaEDTA ditemukan dalam plasma darah. Na2CaEDTA tidak memenetrasi sel dan terdistribusi terutama dalam cairan ekstraseluler. Hanya sekitar 5% konsentrasi plasma yang ditemukan
dalam cairan spinal (Anonim, 2004b).
Na2CaEDTA tidak dimetabolisme dan akan diekskresi dalam bentuk utuh di dalam urin. Waktu paruh Na2CaEDTA adalah 20-60 menit. Sekitar 50% terekskresi dalam waktu 1 jam dan lebih dari 95% akan terekskresi dalam 24 jam (Anonim,
2008a).
2. Indikasi
Natrium kalsiumedetat digunakan untuk menurunkan konsentrasi timbal
dalam darah dan meningkatkan ekskresi timbal lewat urin pada individu dengan
simptomatik intoksikasi timbal dan juga pada individu asimptomatik intoksikasi
timbal. Meskipun pengalaman klinis terkait dengan natrium kalsiumedetat dalam
13
mortalitas, kontrol klinis tentang efikasinya masih kurang, dan rekomendasi
perawatan telah sering diberikan secara empiris (Olson, 2006).
3. Kontraindikasi
Sejak natrium kalsiumedetat meningkatkan ekskresi timbal melalui ginjal,
anuria merupakan kontraindikasinya. Dengan pengurangan dosis dan perhatian yang
seksama pada pasien dengan disfungsi renal dapat menyebabkan akumulasi natrium
kalsiumedetat yang dapat meningkatkan resiko nefrophati (Olson, 2006).
4. Dosis dan cara pemberian
Keracunan timbal dengan ensefalophati, atau blood lead level (BLL) lebih
besar dari 0,75 diberikan natrium kalsiumedetat pada dosis 1500 mg/m2/hari (30mg/kg) dalam 2-3 dosis terbagi (setiap 8-12 jam) secara intra muskular atau secara
kontinus infusi intra vena(dilarutkan dari 2-4 mg/ml dalam 5% dextrose atau dalam
larutan saline). Pemberian biasanya berlanjut selama 5 hari. Keracunan timbal
simptomatik tanpa ensefalophati, dan BLL 0,5-1 ppm. Diberikan natrium
kalsiumedetat pada dosis 1000-1500 mg/m2/hari (20-30 mg/kg) pada 2-3 dosis terbagi secara intra muskular atau secara kontinus infusi intra vena (dilarutkan dari
2-4 mg/ml) selama 3-5 hari. Terapi natrium kalsiumedetat secara oral tidak
direkomendasikan untuk pencegahan atau perawatan keracunan timbal, karena
dimungkinkan adanya peningkatan absorpsi timbal dari saluran gastro intestinal
(Olson, 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Efek samping
a. Nefrotoksik (misal : nekrosis akut tubular, proteinuria, hematuria) mungkin dapat
dikurangi dengan minum yang mencukupi, adanya aliran urin yang mencukupi,
mencegah dosis yang berlebih, dan pembatasan pemberian selama 5 hari atau
kurang.
b. Individu dengan intoksikasi timbal ensefalophati, kecepatan atau volume infusi
yang tinggi dapat meningkatkan tekanan intrakranial. Dalam kasus ini,
penggunaan injeksi intra muskular atau vo lume yang lebih rendah, infusi intra
venayang dengan konsentrasi yang lebih tinggi, lebih dianjurkan.
c. Nyeri lokal dapat terjadi saat pemberian injeksi intra muskular lidokain (1ml
lidokain 1% untuk setiap ml konsentrasi natrium kalsiumedetat) bisa ditambahkan
untuk mengurangi ketidaknyamanan.
d. Kelalaian penggunaan natrium kalsiumedetat dapat menyebabkan hipokalemia
yang serius.
e. Penggunaan untuk kehamilan tidak direkomendasikan. Keamanan dari natrium
kalsiumedetat untuk kehamilan belum ditetapkan. Malformasi dari janin dengan
dosis yang tinggi telah dilaporkan dari percobaan pada hewan (Olson, 2006).
6. Mekanisme kerja
Na2CaEDTA berikatan dengan ion logam polivalen pada pH cairan tubuh, membentuk komplek atau khelat tidak terion yang larut air dan lebih stabil (Dollery,
15
Na2CaEDTA akan mengkhelat logam yang terdapat pada kompartemen ekstraselular. Khelat yang terbentuk diekskresikan melalui ginjal dan timbal dapat dihilangkan dari
plasma, saluran gastrointestinal, jaringan lunak, dan lapisan tulang (Dollery, 1999).
Bentuk kalsium-sodium sangat efektif mengkhelat logam karena tidak menurunkan
pH darah ke level yang dapat menghambat aksi pengikatan (Anonim, 2007d). Obat
ini diberikan sebagai suatu garam kalsium dinatrium untuk mencegah kekurangan
kalsium yang secara potensial membahayakan jiwa (Katzung, 2004).
Sumber utama timbal yang akan dikhela t oleh Na2CaEDTA adalah dari tulang. Timbal pada jaringan lunak akan terdistribusi kembali ke tulang jika terapi
khelasi dihentikan (Anonim, 2008a).
Na O C O
C H2
N H2C
C O Ca O C CH2 N O
H2C
C H2
H2C C O
O Na O + Pb 2+ + Ca 2 +
Na O C O
C H2
N H2C
C O Pb O C CH2 N O
H2C
C H2
H2C C O
O
Na O
Na2CaEDTA Kompleks Na
2CaEDTA dan timbal
Gambar 4. Reaksi pengkhelatan timbal (2+) oleh Na2CaEDTA (Katzung, 2004)
D. Ketela Pohon (Manihot utillisima Pohl.) 1. Keterangan botani
Ketela pohon (Manihot utillisima Pohl.) merupakan tanaman yang berasal
dari familia Euphorbiaceae, genus Manihot dan spesies Manihot utillisima Pohl. (van
Steenis, 1992). Ketela pohon (Manihot utillisima Pohl.) mempunyai beberapa nama
daerah diantaranya adalah ketela pohon, ubi kayu, ubi singkong, kaspe (Indonesia);
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
budin, kasapen, kasawe, kaspa (Jawa Tengah); ubi kayu, sampeu, capeu, huwi
dangdeur, huwi jendral, balandong (Sunda); ketila, ubi kayu, gadung hau of garung
kau (Sumatera); batata kayu (Sulawesi); ubi prancis (Maluku); peti kayu
(Kalimantan); nota, amberpone, timuria (Irian); cassava (Inggris).
2. Uraian tanaman
Perdu yang tidak bercabang atau bercabang sedikit, tinggi 2-7 meter. Batang
dengan tanda berkas daun yang bertonjolan. Umbi akar besar, memanjang, dengan
kulit berwarna coklat suram. Tangkai daun 6-35 cm, helaian daun menjari 3-9, tepi
daun rata, dengan taju yang bentuknya berbeda. Daun penumpu kecil, rontok. Bunga
dalam tandan yang tidak rapat, 3-5 tandan terkumpul dalam ujung batang, pada
pangkal dengan bunga betina, lebih atas dengan bunga jantan. Tenda bunga tunggal,
panjang 1 cm. Bunga jantan : bentuk lonceng, bertaju 5, benangsari 10, berseling
panjang pendek. Bunga betina : tenda bunga berbagi 5, bakal buah dikelilingi oleh
tonjolan penebalan dasar bunga yang kuning, berbentuk cincin, tangkai putik bersatu,
sangat pendek. Buah bentuk bola telur, dengan 6 papan yang membujur. Biji dengan
alat tambahan yang berlekuk pada pangkalnya (van Steenis, 1992).
3. Ekologi dan penyebaran
Jenis singkong Manihot utillisima Pohl. pertama kali dikenal di Amerika
Selatan kemudian dikembangkan pada masa pra-sejarah di Brasil dan Paraguay.
Tersebar merata di seluruh wilayah Indonesia. Merupakan tanaman tahunan di daerah
17
4. Kandungan kimia
Daun ketela pohon mengandung (per 100 gram) : Vitamin A 11000 SI,
Vitamin C 275 mg, Vitamin B1 0,12 mg, Kalsium 165 mg, Kalori 73 kal,
Fosfor 54 mg, Protein 6,8 gram, Lemak 1,2 gram, Hidrat arang 13 gram serta
Zat besi 2 mg (Anonim, 2005b). Selain itu, daun ketela pohon juga mengandung rutin
(Hartari, 1997).
5. Khasiat dan kegunaan
Daun ketela pohon yang ditumbuk dapat dipergunakan sebagai obat kompres
pada sakit kepala dan demam (van Steenis, 1992) sedangkan dalam pengobatan
tradisional, daun ketela pohon (Manihot utillisima Pohl.) digunakan sebagai obat
rematik, demam, sakit kapala, diare, mata sering kabur serta sebagai penambah nafsu
makan (Anonim, 2005b).
6. Efek farmakologi
Khasiat rutin terhadap pertumbuhan kanker pada tikus putih diteliti oleh
Adimunca (1998). Pertumbuhan kanker ditinjau dari parameter bilirubin, SGPT,
SGOT yang merupakan fungsi hati serta kreatin untuk fungsi ginjal. Pemberian
ekstrak daun singkong dengan dosis 800 dan 1000 mg/kgBB tikus menunjukkan
kemampuan menghambat kerusakan sel hati.
Hartari (1997) telah menguji aktivitas rutin dari daun ketela pohon (Manihot
utillisima Pohl., Euphorbiaceae) sebagai antiagregasi platelet yang dilakukan dengan
cara turbidimetri. Hasil menunjukkan bahwa rutin yang diperoleh mempunyai
aktivitas sebagai antiagregasi platelet.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E. Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan
yang telah dikeringkan. Pengeringan simplisia dilakukan di udara yang terlindung
dari sinar matahari langsung. Pembuatan serbuk simplisia dilakukan dengan cara
membersihkan simplisia dari bahan organik asing dan pengotoran lain secara
mekanik atau dengan cara yang sesuai, keringkan pada suhu yang sesuai, haluskan,
ayak. Kecuali dinyatakan lain, seluruh simplisia harus dihaluskan menjadi serbuk
(4/18) (Anonim, 1989).
Simplisia dibedakan simplisia nabati, simplisia hewani, simplisia pelican
(mineral). Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tumbuhan atau isi sel yang
dengan cara tertentu dipisahkan dari tumbuhannya dan belum berupa senyawa kimia
murni. Simplisia tersebut merupakan produk hasil pertanian tumbuhan obat setelah
melalui proses pasca panen dan proses preparasi secara sederhana menjadi bentuk
produk kefarmasian yang siap dipakai dalam bentuk serbuk halus untuk diseduh
sebelum diminum (jamu), untuk dicacah dan digodok sebagai jamu godokan (infus)
dan diproses untuk dijadikan produk sediaan farmasi (Anonim, 2000).
F. Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi
senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
19
yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan
(Anonim, 2000).
Cairan pelarut dalam proses pembuatan ekstrak adalah pelarut yang baik
(optimal) untuk senyawa kandungan yang berkhasiat atau yang aktif, dengan
demikian senyawa tersebut dapat terpisahkan dari bahan dan dari senyawa kandungan
kimia lainnya, serta ekstrak hanya mengandung sebagian besar senyawa kandungan
yang diinginkan. Dalam hal ekstrak total, maka cairan pelarut dipilih yang melarutkan
hampir semua metabolit sekunder yang terkandung. Faktor utama untuk
pertimbangan pada pemilihan cairan penyari adalah selektivitas, kemudahan bekerja
dan proses dengan cairan tersebut, ekonomis, ramah lingkungan dan keamanan
Sampai saat ini berlaku aturan bahwa pelarut yang diperbolehkan adalah air
dan alkohol (etanol) serta campurannya. Jenis pelarut lain seperti metanol, heksana,
toluen, kloroform, aseton, umumnya digunakan sebagai pelarut untuk tahap separasi
dan tahap pemurnian (fraksinasi). Khusus metanol dihindari penggunaannya karena
sifatnya yang toksik akut dan kronik, namun demikian jika dalam uji ada sisa pelarut
dalam ekstrak menunjukkan negatif, maka metanol sebenarnya pelarut yang lebih
baik dari etanol (Anonim, 2000).
G. Sokhletasi
Penyarian dengan alat sokhlet merupakan cara penyarian yang
menggabungkan dua proses sekaligus, yaitu proses untuk menghasilkan ekstrak cair
dan proses penguapan, sehingga diperoleh ekstrak yang lebih pekat (Anonim, 1986).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Prinsip penyarian dengan alat sokhlet adalah sebagai berikut :
Serbuk simplisia yang dibungkus dengan kertas saring dimasukkan ke dalam tabung,
cairan penyari diisikan ke dalam tabung sampai dua kali sirkulasi. Cairan penyari
dipanaskan hingga mendidih. Uap cairan penyari naik ke atas melalu pipa samping,
kemudian diembunkan kembali melalui pendingin tegak. Cairan turun ke labu melalui
tabung yang berisi serbuk simplisia. Cairan penyari sambil turun melarutkan zat aktif
serbuk. Karena adanya sifon, maka setelah cairan penyari mencapai permukaan sifon,
seluruh cairan akan kembali ke labu. Cara ini lebih menguntungkan karena uap panas
tidak melalui serbuk simplisia, tetapi melalui pipa samping (Anonim, 1986).
Keuntungan penyarian dengan sokhlet adalah :
1. cairan penyari yang diperlukan lebih sedikit dan secara langsung diperoleh hasil
yang pekat.
2. serbuk simplisia disari oleh cairan penyari yang murni sehingga dapat menyari zat
aktif lebih banyak.
3. penyarian dapat diteruskan sesuai dengan keperluan tanpa menambah volume
cairan penyari (Anonim, 1986).
Kerugian cara penyarian dengan sokhlet :
1. larutan dipanaskan terus menerus sehingga zat aktif yang tidak tahan pemanasan
kurang cocok.
2. cairan penyari dididihkan terus menerus sehingga cairan yang baik harus murni
21
H. Rutin
Rutin merupakan glikosida flavonol yang terdiri dari Kuersetin dan
disakarida rutinosa (rhamnosa dan glukosa). Rutin murni berwarna kuning atau
kuning kehijauan yang berbentuk kristal jarum (Anonim, 2008b).
Kelarutan rutin adalah 1 gram larut dalam 1 liter air, 200 ml air mendidih, 7
ml alkohol mendidih. Larut dalam piridin, formamide dan larutan alkali. Sukar larut
dalam alkohol, aseton, etil asetat, tak larut dalam kloroform, eter, benzen, petroleum
eter. Isolasi rutin menggunakan etanol 95% panas (Riyanto, 1990).
Rumus struktur rutin adalah :
O
O OH
HO OH
OH
O O
OH OH
OH O O
CH3
OH
OH OH
Rutinoside
Gambar 5. Struktur Rutin (Anonim, 2008a)
Rutin mempunyai aktivitas sebagai antioksidan, menghentikan edema pada
vena, antiinflamasi, menghambat sel kanker dan kondisi pre-kanker serta mencegah
atherogenesis dan mengurangi efek toksik dari oksidasi LDL-kolesterol (Anonim,
2008b). Rutin juga dapat berfungsi sebagai khelat ion logam (Trinajstic, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
I. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran yang berdasarkan atas
perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut diantara dua fase,
yaitu fase diam dan fase gerak. Pemisahan secara kromatografi dilakukan dengan cara
melihat beberapa sifat umum dari molekul. Sifat utama yang terlibat adalah
1. kecenderungan molekul untuk melarut dalam cairan (kelarutan)
2. kecenderungan molekul untuk melekat pada permukaan serbuk halus (adsorpsi,
penyerap), dan
3. kecenderungan molekul untuk menguap atau berubah ke keadaan uap (keatsirian).
Pada sistem kromatografi, campuran yang akan dipisahkan ditempatkan
dalam keadaan yang sedemikian rupa sehingga komponen-komponennya dapat
menunjukkan dua dari ketiga sifat tersebut. Hal ini mungkin melibatkan dua sifat
yang berlainan , misalnya kelarutan di dalam dua cairan yang tidak saling bercampur
(Gritter, 1991).
Jarak pengembangan senya wa pada kromatogram biasanya dinyatakan
dengan angka Rf atau hRf. Harga Rf dapat ditentukan dengan membandingkan jarak
rambat bercak dari titik penotolan dengan jarak gerak eluen dari titik awal.
Angka Rf berjangka antara 0,00 dan 1,00 dan hanya dapat ditentukan dua
desimal sedangkan hRf adalah angka Rf yang dikalikan faktor 100 (h), menghasilkan
23
pengembangan, maka jarak rambat suatu senyawa (titik awal sampai pusat bercak
dalam cm) dikalikan 10 menghasilkan angka hRf (Stahl, 1985).
awal titik dari eluen gerak jarak
penotolan titik
dari bercak rambat
jarak
Rf = (1)
Terdapat berbagai kemungkinan untuk mendeteksi senyawa pada
Kromatografi Lapis Tipis. Deteksi paling sederhana adalah jika senyawa
menunjukkan penyerapan pada daerah UV dengan panjang gelmbang pendek (254
nm) atau pada panjang gelombang panjang (365 nm). Jika dengan kedua cara tersebut
senyawa tidak dapat terdeteksi, dilakukan dengan reaksi kimia (Stahl, 1985)
1. Fase diam
Pada KLT, adsorben yang umum digunakan antara lain silika gel, alumina,
tanah diatomae, dan serbuk selulosa. Silika gel bersifat asam dan berguna untuk
kromatografi pembagian maupun penyerapan. Alumina yang bersifat basa terutama
digunakan untuk kromatografi penyerapan. Tanah diatomae bersifat netral dan
digunakan sebagai penyangga untuk kromatografi pembagian. Bahan penyerap lain
yang digunakan adalah sephadex, poliamida, kieselghur, dan amilum.
2. Fase gerak
Fase gerak merupakan medium angkut yang terdiri dari satu atau beberapa
pelarut. Fase gerak bergerak dalam fase diam, yaitu suatu lapisan berpori karena
adanya gaya kapiler. Fase gerak yang digunakan pelarut yang bertingkat mutu
analitik dan bila diperlukan sistem pelarut multi komponen maka harus berupa suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
campuran sesederha na mungkin yang terdiri atas maksimum tiga komponen (Stahl,
1985).
J. SSA (Spektroskopi Serapan Atom) 1. Prinsip metode spektroskopi serapan atom
Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Walsh pada tahun 1950an
(Brokeart, 2002). Metode spektroskopi serapan atom (SSA) berprinsip pada
penyerapan cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya atau radiasi pada
panjang gelombang tertentu, tergantung sifat unsurnya. Timbal menyerap cahaya
pada panjang gelombang 283 nm. Dengan penyerapan energi, energi yang diperoleh
lebih banyak, sehingga suatu atom pada keadaan dasar akan dinaikkan tingkat
energinya ke tingkat eksitasi.
Setiap radiasi yang mengenai bahan mempunyai intensitas tertentu, setelah
melewati bahan, intensitas radiasi tersebut berkurang. Pengurangan ini dikarenakan
sebagian dari radiasi tersebut diserap dan dipantulkan, dan dapat dituliskan (2):
I
I
I
I
o=
a+
t+
r (2)di mana Io adalah intensitas radiasi sebelum melewati bahan (W/m2), It adalah
intensitas radiasi sesudah melewati bahan (W/m2), Ia adalah intensitas radiasi yang
25
(W/m2). Bagian yang dipantulkan bahan sangat kecil sehingga persamaannya (3) menjadi
I
I
I
o=
t+
a (3)Besarnya faktor transmisi adalah kemampuan bahan untuk meneruskan
sebagian radiasi yang mengenainya mengikuti persamaan (4) :
Io It
T= (4)
dengan T adalah faktor transmisi, maka besarnya serapan (A) adalah
Τ − =
Α log (5)
Τ =
Α log1 (6)
t o Ι Ι =
Α log (7)
(Khopkar, 1990)
Ada beberapa panjang gelombang dari unsur yang menghasilkan garis
spektrum. Panjang gelombang yang menghasilkan garis spektrum yang tajam dengan
intensitas maksimum dapat dipilih. Garis inilah yang dikenal dengan garis resonansi.
Panjang gelombang yang dip ilih untuk menganalisis timbal adalah 283 nm (Khopkar,
1990).
Temperatur mempunyai peranan penting dalam proses atomisasi. Temperatur
nyala harus sesuai dengan energi yang dibutuhkan