PENERAPAN PBL BERBASIS METODE PRAKTIKUM TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN ARGUMENTASI
TERTULIS SISWA PADA MATERI INTERAKSI MAHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGANNYA
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan IPA
Oleh
ENDA AMELIA TARIGAN 1303103
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
PENERAPAN PBL BERBASIS METODE PRAKTIKUM TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN ARGUMENTASI
TERTULIS SISWA PADA MATERI INTERAKSI MAHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGANNYA
Oleh
Enda Amelia Tarigan
S. Pd. Universitas Negeri Medan, 2012
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Sekolah Pascasarjana UPI Bandung
© Enda Amelia Tarigan 2015
Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2015
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
LEMBAR PENGESAHAN TESIS
PENERAPAN PBL BERBASIS METODE PRAKTIKUM TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN ARGUMENTASI
TERTULIS SISWA PADA MATERI INTERAKSI MAHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGANNYA
Oleh
ENDA AMELIA TARIGAN 1303103
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH,
PEMBIMBING
Dr. Diana Rochintaniawati, M. Ed. NIP. 1967091911991032001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan IPA
PENERAPAN PBL BERBASIS METODE PRAKTIKUM TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN ARGUMENTASI
TERTULIS SISWA PADA MATERI INTERAKSI MAHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGANNYA
Enda Amelia Tarigan NIM 1303103
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis penerapan Problem Based Learning (PBL) berbasis metode praktikum pada pembelajaran IPA Terpadu terhadap penguasaan konsep dan kemampuan argumentasi tertulis siswa SMP kelas VII. Penelitian ini menggunakan metode Quasi Eksperiment dengan desain penelitian Non-Equivalent Pretest-Posttest Design. Sampel penelitian terdiri dari 61 orang siswa kelas VII dari salah satu SMPN di Kota Bandung. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Simple Random Sampling pada kelas. Teknik pengumpulan data menggunakan tes penguasaan konsep dan kemampuan argumentasi tertulis. Teknik analisis data menggunakan uji Normalitas, uji Homogenitas, dan uji hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan nilai signifikansi Mann-Whitney untuk penguasaan konsep sebesar 0,041 < 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima. Hasil ini diperoleh dari data posttest penguasaan konsep untuk siswa yang menggunakan PBL berbasis metode praktikum sebesar 60 dan metode praktikum verifikasi sebesar 53,83. Hasil penelitian menunjukkan nilai Sig Mann-Whitney untuk kemampuan argumentasi tertulis sebesar 0,001 < 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima. Hasil ini diperoleh dari data posttest untuk siswa yang menggunakan PBL berbasis metode praktikum sebesar 63,57 dan metode praktikum verifikasi sebesar 74,44. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dari implementasi PBL berbasis metode praktikum pada pembelajaran IPA Terpadu untuk meningkatkan penguasaan konsep, namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kemampuan argumentasi tertulis siswa dimana nilai posttest siswa kelas kontrol lebih tinggi daripada kelas eksperimen.
Kata Kunci : PBL berbasis metode praktikum, penguasaan konsep, kemampuan argumentasi tertulis
IMPLEMENTATION OF PBL BASED ON PRACTICAL METHOD TO THE MASTERY OF CONCEPTS AND THE ABILITY OF THE
STUDENT WRITTEN ARGUMENTS ON THE MATTER OF INTERACTION OF LIVING
THINGS WITH THEIR ENVIRONMENT
Enda Amelia Tarigan NIM 1303103
ABSTRACT
The aim of this research is to analyze the implementation of Problem Based Learning (PBL) based on practical method Integrated Learning science in mastery of concepts and the ability of the written arguments from Junior High School’s student Class VII. This study uses Quasi Experimentation with Non-Equivalent Pretest-Posttest Design as the study design. The sample of the research consisted of 61 Class VII students from SMPN in Bandung. The Sampling Technique is Simple Random Sampling to the class. The technique of data collection uses the mastery concepts test and the ability of written arguments. Technique of data analysis uses normality test, homogeneity test, and hypothesis testing. The result of the research shows that value of Sig Mann-Whitney for the mastery concepts is 0,041 < 0,05 so the Ho is rejected and H1 is accepted. The result is obtained from the posttest data of mastery concepts for students using PBL based practical method at 60 and practical method of verification at 53,83. The result of the research shows that Sig Mann-Whitney for the ability of written argumentation is 0,001 < 0,05 so Ho is rejected and,H1 is accepted. The result is obtained from the posttest data of mastery concepts for students using PBL based practical method at 63,57 and practical method of verification at 74,44. According to the result of this research, it can be concluded that there is significant differences from implementation of PBL based on practical method Integrated Learning science in knowledge to increase the mastery of concepts but there is no significant differences in the ability of the students in written arguments because posttest data of control class is higher than experiment class.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……….. i
LEMBAR PENGESAHAN TESIS………... ii
PERNYATAAN………. iii
ABSTRAK……….. iv
ABSTRACT……… v
KATA PENGANTAR……… vi
UCAPAN TERIMA KASIH……….. vii
DAFTAR ISI………... viii
DAFTAR TABEL……….. x
DAFTAR GAMBAR……….. xii
DAFTAR LAMPIRAN……….. xiii
BAB I. PENDAHULUAN……… 1
A. Latar Belakang Penelitian……….. 1
B. Indentifikasi Masalah………. 6
C. Batasan Masalah………. 6
D. Rumusan Penelitian……… 6
E. Pertanyaan Penelitian……….. 6
F. Tujuan Penelitian………... 7
G. Manfaat Penelitian………. 7
BAB II. KAJIAN PUSTAKA……….. 8
A. Model Problem Based Learning………. 8
B. Metode Praktikum……….…….. 12
C. Penguasaan Konsep Peserta Didik ...………... 14
D. Kemampuan Argumentasi………..……… 18
E. Pembelajaran Terpadu Tipe Connected...………... 24
F. Materi Interaksi Mahluk Hidup dengan Lingkungannya……..…….. 25
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN………... 36
A. Lokasi dan Waktu Penelitian……… 36
B. Metode dan Desain Penelitian………... 36
C. Populasi dan Sampel……….. 37
D. Definisi Operasional……….. 37
E. Variabel Penelitian……….……… 39
F. Instrumen Penelitian……….. 39
G. Analisis Butir Soal………... 41
H. Teknik Analisis Data……….……….... 49
I. Hipotesis Penelitian ….……… 51
J. Prosedur Penelitian ……… 51
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………. 54
A. Data Hasil Penelitian……….………. 54
B. Pembahasan……….……….……….. 77
C. Hasil Wawancara Guru…………..………... 102
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, dan REKOMENDASI.……….. 106
A. Simpulan………. 106
B. Implikasi……… 106
C. Rekomendasi………. 107
DAFTAR PUSTAKA……….. 108
4.7.Data Hasil Penelitian pada Posttest Kemampuan Argumentasi
Tertulis………..
61
4.8 Hasil Uji Hipotesis Skor Pretest dan Posttest Kemampuan Argumentasi
Tertulis……….
63
4. 9. Jumlah Komponen Argumentasi Tertulis……… 63
4.10. Rekapitulasi Kualitas Argumentasi Lisan Peserta Didik………….. 66
4.11. Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen pada Pertemuan I……… 69
4.12. Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen pada Pertemuan II……… 71
4.13. Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen pada Pertemuan III……… 74
4.14. Hasil Wawancara Guru Mengenai Metode Praktikum Berbasis
PBL……...
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Diagram Peta Connected……… 25
2.2. Seekor Citah dan Sekelompok Citah………….……… 26
2.3. Rantai Makanan pada Sawah….………... 27
2.4. Jaring-jaring Makanan.………. 27
2.5. Simbiosis Mutualisme Serangga dan Bunga……..………. 29
2.6. Kompetisi Herbivora Padang Rumput……… 29
2.7. Predasi Antara Citah dan Rusa……… 30
2.8. Pencemaran Air……….. 33
2.9. Penumpukan Sampah dapat Menyebabkan Pencemaran Tanah.. 35
3.1. Alur Penelitian……….……… 53
4.1. Nilai Rata-rata Posttest Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen 58
dan Kelas Kontrol pada Setiap Jenjang Kognitif……….…….. 4.2. Nilai Rata-rata Posttest Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen 60
dan Kelas Kontrol pada Setiap Indiaktor Pembelajaran……… 4.3. Jumlah Komponen Argumentasi yang Muncul pada Kelas 65
Eksperimen dan Kelas Kontrol……… 4.4. Kualitas Argumen Lisan Kelas Eksperimen……… 67
4.5 Kualitas Argumen Lisan Kelas Kontrol…… ……….. 68
4.6. Rata-rata Pretest dan Posttest Penguasaan Konsep Kelas 77
Eksperimen dan Kelas Kontrol………. 4.7. Rata-rata Pretest dan Posttest Kemampuan Argumentasi 86
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A. Instrumen Penelitian
A.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol……...………. 113
A.2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen…...……….. 119
A.3. Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen……….. 130
A.4. Lembar Kerja Siswa Kelas Kontrol………..……….. 140
A.5. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen……….. 148
A.6. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol……….………… 151
A.7. Wawancara Guru……….………... 154
A.8. Hasil Uji Coba Soal……… 156
A.9. Soal Tes Penguasaan Konsep………. 160
A.10. Soal Tes Argumentasi……….………... 164
A.11. Kisi-Kisi Soal Penguasaan Konsep………... 169
A.12. Kisi-Kisi Soal Argumentasi Tertulis………..………. 176
A.13. Rubrik Soal Argumentasi Tertulis…..………... 180
Lampiran B. Analisis Data Penelitian B.1. Skor Mentah Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen………. 182
B.2. Skor Mentah Penguasaan Konsep Kelas Kontrol……... 184
B.3. Skor Mentah Jenjang Kognitif Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen…. 186 B.4. Skor Mentah Jenjang Kognitif Penguasaan Konsep Kelas Kontrol……… 187
B.5.Skor Mentah Indikator Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen………….. 188
B.6.Skor Mentah Indikator Penguasaan Konsep Kelas Kontrol…...………….. 189
B.7. Skor Mentah Kemampuan Argumentasi Tertulis Kelas Eksperimen……. 190
B.8. Skor Mentah Kemampuan Argumentasi Tertulis Kelas Kontrol………… 191
B.9. Rekapitulasi Nilai Penguasaan Konsep……….. 192
B.10. Rekapitulasi Nilai Kemampuan Argumentasi Tertulis Siswa………….. 193
B.11. Hasil Uji Pretest Penguasaan Konsep……….. 194
B.13. Hasil Uji N-Gain Penguasaan Konsep……….. 196
B.14. Hasil Uji Pretest Kemampuan Argumentasi Tertulis……….. 197
B.15. Hasil Uji Posttest Kemampuan Argumentasi Tertulis……….. 199
B.16. Hasil Uji N-Gain Kemampuan Argumentasi Tertulis……….. 200
B.17. Rekap Percakapan Siswa……….. 202
B.18. Hasil Analisis Lembar Observasi………. 221
Lampiran C. Surat Penelitian C.1. Surat Permohonan Izin Penelitian………... 225
C.2. Surat Keterangan Setelah Penelitian……… 226
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pembentukan pengetahuan adalah suatu proses dimana seseorang
mengubah atau mengembangkan skema yang telah dimiliki ketika berhadapan
dengan tantangan, rangsangan, dan persoalan. Pembentukan pengetahuan itu
pertama-tama ditentukan oleh kegiatan atau keaktifan orang itu sendiri dalam
berhadapan dengan persoalan, bahan, atau lingkungan yang baru (Suparno,
2001). Proses ini dapat dilakukan dengan adanya pembelajaran. Sanjaya
(2010) mengatakan bahwa proses pembelajaran adalah suatu sistem yang
dipengaruhi oleh berbagai antara lain pendidik, peserta didik, sarana dan
prasarana, lingkungan dan juga kurikulum. Komponen yang selama ini
dianggap sangat mempengaruhi proses pendidikan adalah komponen pendidik,
namun pandangan pendidik sebagai pusat pembelajaran telah bergeser
menjadi berpusat pada peserta didik dimana pendidik lebih sebagai fasilitator.
Penerapan metode yang membuat proses pembelajaran menjadi terpusat
pada pendidik kini tidak disarankan lagi untuk digunakan. Pembelajaran yang
dilakukan seharusnya adalah pembelajaran yang mengkondisikan peserta
didik untuk melatih kemampuan-kemampuan yang penting untuk menunjang
hasil belajar secara optimal, salah satunya adalah kemampuan berargumentasi
yang didukung oleh penguasaan konsep. Fasilitas untuk melatihkan
kemampuan ini tidak tersedia secara optimal, contohnya metode pembelajaran
yang sesuai dan juga lembar kegiatan yang dapat memandu peserta didik
dalam pembelajaran. Arnyana (2006) mengatakan bahwa tanggung jawab
belajar berada pada diri peserta didik, sehingga dibutuhkan fasilitas-fasilitas
yang dapat mendorong peserta didik untuk belajar secara mandiri. Kondisi
yang ditemui di lapangan menunjukkan bahwa seringkali pembelajaran yang
diterapkan justru tidak melatih peserta didik untuk mengembangkan
kemampuannya. Peserta didik seharusnya dapat menguasai konsep sekaligus
2
kelas, seringkali peserta didik belum mampu mengemukakan gagasannya
berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari.
Pembelajaran IPA yang diterapkan semestinya bersifat pendekatan saintis
yang berpedoman pada hakikat IPA. Carin (1995 dalam Daryanto, 2014)
mengatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun
secara sistematik yang di dalam penggunaannya secara umum terbatas pada
gejala-gejala alam. Kardi dan Nur (1994 dalam Trianto, 2014) menyatakan
bahwa penekanan pada pendekatan keterampilan proses dalam proses belajar
mengajar IPA juga harus diperhatikan oleh pendidik sehingga peserta didik
dapat menemukan fakta, membangun konsep, teori, dan sikap ilmiah itu
sendiri yang pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas proses pendidikan
maupun produk pendidikan. Pendapat ini didukung oleh Trianto (2014)
menyatakan bahwa pendidik perlu mengembangkan suatu model
pembelajaran IPA yang dapat melibatkan peserta didik secara aktif dalam
kegiatan pembelajaran untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-idenya.
Hasil survei menunjukkan bahwa terdapat permasalahan belajar yang
dialami peserta didik selama melakukan kegiatan studi kasus tentang analisis
kesulitan belajar pada peserta didik di salah satu SMP di Sidareja Cilacap.
Selama mengikuti kegiatan belajar, peserta didik cenderung bosan dan tidak
tertarik pada materi pelajaran IPA karena pembelajaran yang dilakukan
cenderung mengarah pada kegiatan ceramah. Peserta didik lebih antusias
belajar saat pembelajaran dilakukan dengan metode belajar aktif seperti
melakukan pengamatan dan diskusi. Peserta didik mengalami kesulitan dalam
memahami materi karena peserta didik hanya diarahkan untuk melakukan
pengamatan dan diskusi. Selama diskusi tersebut berlangsung, peserta didik
hanya diarahkan untuk menjawab pertanyaan saja. Peserta didik tidak
diarahkan untuk saling bertukar pendapat di dalam kelompoknya sendiri
sehingga argumen-argumen yang dihasilkan adalah argumen sederhana yang
berisi klaim saja tanpa adanya penjelasan ataupun data yang mendukung.
Bruner (1966 dalam Dahar, 2011) mengatakan bahwa peserta didik yang
3
serta pengetahuan yang menyertainya atau lebih dikenal dengan belajar
penemuan akan menghasilkan pengetahuan yang bermakna. Hal yang sama
juga diajukan oleh Trianto (2014) bahwa proses pembelajaran yang
menekankan pada pemberian pengalaman langsung seperti menjelajahi dan
memahami alam sekitar dapat membantu peserta didik untuk memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitarnya dan dapat
menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi ini terjadi karena
pendidikan IPA diarahkan berbasis masalah dan berbuat dimana hal ini
merupakan karakteristik pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SMP/MTs.
Studi yang dilakukan oleh Widodo (2013) pada peserta didik kelas VII A
tahun pelajaran 2013/2014 menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik
yang rendah disebabkan oleh kurangnya partisipasi aktif dan keterlibatan
peserta didik selama proses pembelajaran. Untuk itu dilakukan penerapan
model PBL karena dianggap mampu mendorong keterlibatan peserta didik
dalam pembelajaran. Dari penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa
penerapan model PBL dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik dan
hasil belajar baik dari aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Hasil
serupa juga dikemukakan oleh Vasconcelos (2012) dalam penelitian pada 24
peserta didik sekolah menengah Portugis usia 12-15 tahun dalam pendidikan
lingkungan melalui PBL. Dalam penelitiannya, Vasconcelos mengemukakan
bahwa PBL dapat membantu peserta didik mengembangkan kelompok kerja
kolaboratif dalam mempelajari masalah lingkungan di kehidupan nyata, selain
menjadi metode pembelajaran yang aktif dan dinamis bagi peserta didik.
Muhson (2009) berpendapat bahwa PBL adalah suatu pembelajaran
dimana peserta didik diberikan suatu permasalahan. Peserta didik akan
berusaha mencari mengidentifikasi permasalahan tersebut dengan cara secara
aktif mencari informasi yang dibutuhkan dari berbagai sumber. Pendapat lain
juga mengatakan bahwa PBL adalah lingkungan belajar yang di dalamnya
menggunakan masalah untuk belajar dimana sebelum belajar, peserta didik
harus mengidentifikasi suatu masalah baik yang dihadapi secara nyata ataupun
4
menemukan kebutuhan belajar yang diperlukan agar mereka dapat
memecahkan masalah tersebut (Pusdiklat, 2004 dalam Muhson, 2009).
Masalah-masalah yang disajikan sebagai dasar pembelajaran ini diharapkan
dapat memotivasi peserta didik untuk menemukan solusi dengan berbagai
sumber yang ada serta membangun konsep dalam dirinya sendiri. Konsep
yang dibangun dengan menemukan akan lebih lama diingat oleh peserta didik,
dan hal ini tentu saja berpengaruh terhadap penguasaan konsep peserta didik.
Peserta didik yang mempelajari IPA seyogyanya menjadi peserta yang
aktif dalam pengetahuan dan terlibat dalam debat tentang topik sains yang
relevan dan penting bagi mereka dan masyarakat tempat mereka tinggal.
Selain itu terdapat hubungan antara proses berargumen dengan pemahaman
peserta didik dalam sains. Peserta didik yang mempelajari sains seharusnya
dapat menginformasikan pengetahuan, mengerti secara ilmiah,
mendemonstrasikan pola logis dan rasional dalam bernalar, dan mendukung
argumen mereka dengan bukti. Penelitian menunjukkan bahwa ada dampak
yang besar dari keterlibatan argumentasi dalam hasil belajar peserta didik
dengan lebih banyak pengetahuan (Venville dan Dawson, 2010). Pengetahuan
awal individu akan berdampak pada kualitas dan kompleksitas argumen
ilmiah yang diproduksi peserta didik. Selain itu argumentasi mungkin juga
mempengaruhi kualitas dan kompleksitas pengetahuan. Dari penjelasan
Venville dan Dawson (2010) tentang harus aktifnya peserta didik dalam topik
sains dan masyarakat tempat tinggal mereka, penerapan model PBL yang
menempatkan masalah sebagai dasar pembelajarannya dianggap cocok untuk
membangun penguasaan konsep serta kemampuan argumentasi peserta didik
dalam belajar IPA.
Dari hasil observasi lapangan yang dilakukan di salah satu SMP di
Kabupaten Cianjur, penulis menemukan bahwa peserta didik mengalami
kesulitan dalam penguasaan konsep-konsep pelajaran IPA dan mengemukakan
pendapat atau menjawab pertanyaan pendidik baik dalam pembelajaran di
kelas maupun kelompok kecil. Peserta didik cenderung menjawab pertanyaan
5
mendukung. Kondisi ini disebabkan belum terbiasanya peserta didik dalam
mengemukakan gagasan pribadi berkaitan dengan materi. Peserta didik
cenderung malu bahkan takut salah saat diminta untuk menjawab pertanyaan
atau pendapatnya. Metode belajar yang digunakan oleh pendidik juga berpusat
pada diskusi dan presentasi. Dalam diskusipun, peserta didik juga hanya
membahas tentang hasil pengamatan dan menjawab soal. Ketika melakukan
presentasi, peserta didik hanya diminta membacakan hasil diskusi kelompok
tanpa ada tanggapan dari kelompok lain. Tentunya akan lebih baik jika peserta
didik dibiasakan untuk saling memberi tanggapan mengenai materi yang
sedang dipelajari.
Penerapan model pembelajaran juga jarang dilakukan padahal dengan
penerapan model pembelajaran yang tepat, misalnya PBL (Bilgin et al., 2009),
dapat membantu peserta didik dalam berpikir, menyelesaikan masalah dalam
proses meningkatkan keterampilan berpikir dengan menghubungkan konsep
yang sedang dipelajari dalam konteks dunia nyata. Selain dapat membantu
peserta didik dalam menemukan konsep, PBL juga dapat melatih peserta didik
untuk dapat mengungkapkan pendapatnya tentang solusi dan penjelasan yang
berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari.
Dari dua permasalahan yang ditemukan dilakukan penelitian mengenai
penerapan model pembelajaran Problem Based Learning berbasis praktikum
dapat mempengaruhi penguasaan konsep peserta didik dan kemampuan
argumentasi tertulis peserta didik. PBL berbasis praktikum dipilih karena
pemberian masalah sebagai kunci awal pembelajaran dan praktikum sebagai
metode pembelajaran diharapkan mampu mengkondisikan peserta didik untuk
belajar mengenai konsep dan berlatih mengungkapkan pengetahuannya dalam
bentuk argumen ilmiah. Penerapan PBL berbasis praktikum dapat melatih
peserta didik untuk mengungkapkan gagasan dan pendapatnya terhadap suatu
masalah yang ditemui dalam proses belajar mengajar, membuktikan dengan
praktikum, mengaitkannya dengan konsep, serta menyimpulkannya
berdasarkan data yang diperoleh melalui praktikum. Berdasarkan uraian di
6
dapat berpengaruh terhadap penguasaan konsep dan kemampuan argumentasi
tertulis peserta didik.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai
berikut:
1. Tingginya tingkat kesulitan yang dialami peserta didik dalam mempelajari
konsep-konsep IPA Terpadu.
2. Rendahnya kualitas argumen peserta didik dimana argumen yang
diberikan oleh peserta didik cenderung mengandung klaim sederhana
tanpa menyertakan penjelasan, teori atau data yang mendukung secara
lisan maupun tertulis, baik dalam pembelajaran di kelas maupun kelompok
kecil.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan hasil identifikasi masalah di atas maka dalam penelitian ini
faktor yang akan diteliti dibatasi pada penerapan PBL berbasis metode
praktikum terhadap penguasaan konsep peserta didik sesuai dengan taksonomi
Bloom revisi dari C1 hingga C4 dan kemampuan argumentasi tertulis
menggunakan framework Toulmin yang dibatasi pada Claim (klaim), Warrant
(jaminan atau pembenaran), dan Data (penyajian data yang mendukung) pada
KD 3.8 dan KD 3.9 di kelas VII SMP.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana penerapan PBL
berbasis metode praktikum dan metode praktikum verifikasi terhadap
penguasaan konsep dan kemampuan argumentasi tertulis peserta didik?
E. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas maka
7
1. Bagaimana perbedaan rata-rata posttest penguasaan konsep antara peserta
didik yang mendapat pembelajaran dengan PBL berbasis metode
praktikum dibanding peserta didik yang mendapatkan pembelajaran
dengan metode praktikum verifikasi?
2. Bagaimana perbedaan rata-rata posttest kemampuan argumentasi tertulis
peserta didik yang mendapat pembelajaran dengan PBL berbasis metode
praktikum dibanding peserta didik yang mendapatkan pembelajaran
dengan metode praktikum verifikasi?
3. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran menggunakan PBL berbasis
metode praktikum pada materi interaksi mahluk hidup dengan
lingkungannya?
F. Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Mendapatkan gambaran penerapan PBL berbasis metode praktikum
terhadap penguasaan konsep peserta didik.
2. Mendapatkan gambaran penerapan PBL berbasis metode praktikum
terhadap kemampuan argumen tertulis peserta didik.
G. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti, sebagai pengalaman langsung dalam menerapkan
pembelajaran yang inovatif.
2. Bagi pendidik, sebagai bahan pertimbangan metode pembelajaran yang
inovatif.
3. Bagi peserta didik, sebagai latihan untuk belajar menemukan masalah
dan solusi untuk masalah-masalah yang berkaitan dengan
pembelajaran serta berargumentasi secara ilmiah.
4. Bagi peneliti lain, hasil dari penelitian ini dapat digunakan oleh
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di salah satu SMP Negeri di Bandung Jawa
Barat pada Semester Genap di bulan April Tahun Pelajaran 2014/2015.
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Quasi
Eksperimental dengan tipe The Non-Equivalen Pretest-Posttest Design,
dimana desain ini biasanya digunakan pada eksperimen yang menggunakan
kelas yang sudah ada sebagai kelompoknya, dengan memilih
kelas-kelas yang kondisinya diperkirakan sama (Sugiyono, 2013). Rancangan ini
dipilih karena selama eksperimen tidak memungkinkan untuk mengubah
kelas yang sudah ada. Dalam penelitian ini, subjek penelitian terdiri dari satu
kelas kontrol dan satu kelas eksperimen.
Pengambilan kelas kontrol dan eksperimen di lakukan secara simple
random sampling pada kelas. Kelas kontrol adalah kelas yang mendapat
perlakuan dengan praktikum verifikasi, sedangkan kelas eksperimen adalah
kelas yang mendapat perlakuan PBL berbasis metode praktikum. Setelah
penentuan kelas kontrol dan eksperimen, dilakukan pretest untuk mengetahui
kemampuan awal peserta didik, lalu perlakuan yaitu praktikum verifikasi dan
PBL berbasis metode praktikum serta posttest. Perbedaan nilai rata-rata
antara nilai pretest dan posttest akan digunakan untuk melihat pengaruh dari
perlakuan yang diberikan selama pembelajaran dilakukan.
37
Tabel 3.1. Desain Penelitian
Kelas Pretest Perlakuan Posttest
A O1 X1 O2
B O3 X2 O4
Keterangan :
A : kelas perlakuan B : kelas kontrol
O1 : pretest kelas eksperimen
O2 : posttest kelas eksperimen
O3 : pretest kelas kontrol
O4 : posttest kelas kontrol
X1 : Model PBL berbasis metode praktikum
X2 : Metode praktikum verifikasi
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VII di
salah satu SMP Negeri di Bandung T.A. 2014/2015.
2. Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2 kelas VII dengan
jumlah sampel 61 peserta didik.
D. Definisi Operasional
Adapun definisi operasional dari variabel penelitian ini adalah:
1. Problem Based Learning merupakan model pembelajaran alternatif yang
dapat mengkondisikan peserta didik untuk belajar melalui permasalahan
yang ada dalam konteks kehidupan nyata. Adapun sintak PBL pada tahap
1 yaitu memberikan orietasi tentang permasalahan pada peserta didik,
tahap 2 mengorganisasikan peserta didik untuk belajar, tahap 3
membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, tahap 4
mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan tahap 5 menganalisis
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Untuk melihat
38
2. Metode praktikum adalah metode pembelajaran yang digunakan dalam
penelitian ini. Metode ini menggunakan rangkaian prosedur ataupun
kegiatan percobaan untuk memperoleh data dan membuktikan suatu teori.
Pada metode ini, peserta didik diberikan panduan ataupun lembar kegiatan
yang harus dilakukan selama praktikum berlangsung. Kegiatan praktikum
yang dilakukan terdiri dari tiga praktikum yaitu pengamatan tentang
komponen lingkungan di halaman sekolah, percobaan tentang pola
interaksi mahluk hidup, serta pengujian pH dan ciri fisik air.
3. Penguasaan konsep adalah kemampuan peserta didik dalam memahami
materi, baik konsep secara teori maupun penerapannya dalam konteks
kehidupan nyata berdasarkan tingkatan kognitif Bloom revisi yang dimulai
dari mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3), menganalisis (C4),
mengevaluasi (C5), dan mensintesis (C6), namun pada penelitian yang
diukur hanya pada C1 hingga C4 saja. Penguasaan konsep peserta didik
akan diukur melalui pretest dan posttest dalam bentuk pilihan berganda
untuk mengetahui pemahaman konsep peserta didik sebelum dan sesudah
pembelajaran.
4. Kemampuan argumentasi peserta didik merupakan salah satu jenis
kemampuan yang memerlukan pemikiran yang kritis dalam memberikan
gagasan dan juga pendapat mengenai suatu masalah. Pada penelitian ini
kemampuan argumentasi yang akan diteliti adalah kemampuan
argumentasi tertulis yang menggunakan framework argumentasi Toulmin
yang terdiri claim/ counter claim, warrant, backing, dan rebuttal yang
dibatasi pada Claim (klaim), Warrant (jaminan atau pembenaran), dan
Data (penyajian data yang mendukung) pada peserta didik kelas VII SMP.
Kemampuan argumentasi tertulis peserta didik diukur dengan
menggunakan soal uraian yang mengunakan rubrik esai (Lampiran B.4).
Selain itu argumentasi lisan yang terjadi selama pembelajaran juga
dianalisis. Hal ini dilakukan untuk melihat kualitas argumen lisan peserta
didik. Kualitas argumen peserta didik yang dianalisis menggunakan
39
Garcia-Mila et al., 2013). Pada adaptasi rubrik ini terdapat 4 level yaitu
level 1: argumen yang mengandung klaim sederhana, level 2: argumen
yang terdiri dari klaim dan data, level 3: argumen yang terdiri dari klaim
dengan salah satu data, pembenaran, atau dukungan, namun tidak
mengandung beberapa sanggahan, dan level 4: kriteria diatas ditambah
satu atau lebih sanggahan.
E. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas (X)
Variabel bebas pada penelitian ini adalah PBL berbasis metode praktikum
dan metode praktikum verifikasi.
2. Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat pada penelitian ini adalah penguasaan konsep dan
kemampuan argumentasi tertulis peserta didik pada materi Interaksi
Mahluk Hidup dengan Lingkungannya.
3. Variabel Kontrol
Variabel kontrol pada penelitian ini adalah pendidik, prosedur kegiatan
praktikum, dan soal yang diujikan.
F. Instrumen Penelitian a. Tes Penguasaan Konsep.
Tes penguasaan konsep yang digunakan pada penelitian ini adalah
pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban yang disusun sesuai dengan
indikator yang ingin dicapai. Soal penguasaan konsep yang digunakan
pada pretest dan postest adalah sama untuk dapat melihat seberapa besar
pengaruh penerapan pembelajaran terhadap penguasaan konsep peserta
didik. Soal pada tes penguasaan konsep dirancang dengan sesuai dengan
Taksonomi Bloom revisi. Kisi-kisi soal yang digunakan pada penguasaan
40
Tabel 3.2. Kisi-kisi Soal Penguasaan Konsep
N
o
Indikator No Butir Soal Jenjang Kognitif
1 Mengidentifikasi satuan-satuan dalam
ekosistem
1,11 C1
2 Mendeskripsikan interaksi-interaksi
antar mahluk hidup dalam ekosistem
2,5,6,12,15,16,19 C2
3 Mendeskripsikan proses makan dan
dimakan dalam ekosistem
4,7,8,9,18 C3
4 Mengidentifikasi dampak-dampak dari
pencemaran lingkungan
3,10,13,14,17,20 C4
b. Tes Kemampuan Argumentasi Tertulis.
Tes kemampuan argumentasi yang digunakan pada penelitian ini
adalah soal uraian sehingga peserta didik dapat menuliskan argumen yang
dimilikinya beserta informasi dan data yang mendukung argumennya
tersebut. Kisi-kisi soal yang digunakan pada kemampuan argumen tertulis
dapat dilihat pada Tabel 3.3 dan Lampiran A.12.
Tabel 3.3. Kisi-kisi Soal Kemampuan Argumentasi Tertulis
No Indikator No Butir Soal
1 Mengidentifikasi perubahan-perubahan pada
lingkungan dan pengaruhnya pada kehidupan
1,2
2 Mengidentifikasi jenis interaksi yang terjadi antar
mahluk hidup
3,4
3 Menjelaskan penanggulangan pencemaran lingkungan 5
c. Lembar Observasi Pembelajaran.
Lembar observasi pembelajaran digunakan untuk mengetahui sejauh
mana keterlaksanaan sintak dari PBL yang direncanakan diterapkan dalam
pembelajaran di kelas. Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini
41
aktivitas pendidik dan lembar observasi peserta didik untuk melihat aktivitas
peserta didik selama penerapan model pembelajaran. Observasi yang
digunakan adalah observasi terstruktur dengan menggunakan lembar daftar
centang. Jadi dalam pengisian penilaian kegiatan pembelajaran, observer
hanya memberikan centang pada kolom yang sesuai. Format lembar observasi
yang digunakan pada kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada
Lampiran A.5 dan A.6.
G. Analisis Butir Soal 1. Validitas Tes
Suatu tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriteria, dalam
arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriteria. Teknik
yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran tersebut adalah teknik korelasi
Product Moment (Arikunto, 2013) sebagai berikut:
Dari hasil perhitungan koefisien korelasi, item soal dapat dinyatakan valid
jika rxy> rtabel pada taraf α= 0,05. Berdasarkan analisis dengan menggunakan
program Anatest, skor korelasi validitas diinterpretasikan dengan menggunakan
nilai signifikansi korelasi. Soal yang digunakan untuk penguasaan konsep yang
diujicoba kepada peserta didik adalah 30 butir soal dimana hasil analisis
menunjukkan bahwa 16 soal (53,3 %) dengan kategori valid dan 14 (46,7 %) soal
tidak valid. Namun karena jumlah soal yang valid hanya 16 butir maka dilakukan
42
jenjang kognitif yang hendak diukur, dan daya pembeda dengan kategori cukup
untuk digunakan sebagai instrumen penelitian. Hasil analisis signifikansi
penguasaan konsep dapat dilihat pada Tabel 3.4 dan keterangan lebih rinci dapat
dilihat pada Lampiran A.8.
Tabel 3.4. Hasil Analisis Signifikansi Soal Penguasaan Konsep dengan Menggunakan Anatest V4
43
Setelah dilakukan pengujian terhadap soal penguasaan konsep, maka
diperoleh 20 soal berbentuk pilihan ganda yang digunakan untuk menguji
penguasaan konsep peserta didik pada materi interaksi mahluk hidup dengan
lingkungannya. Adapun kisi-kisi soal penguasaan konsep yang digunakan
dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Soal untuk kemampuan argumentasi tertulis memiliki tujuh butir soal
essai yang dilengkapi dengan artikel pada setiap soal, hasil analisis dengan
Anatest menunjukkan empat butir soal (57,1 %) dengan kategori signifikan dan
tiga butir soal (42,9 %) tidak signifikan. Namun karena jumlah soal yang valid
hanya empat butir maka dilakukan perbaikan pada satu butir soal yang
dianggap mewakili indikator pembelajaran hendak diukur dan dengan daya
pembeda pada kategori baik untuk digunakan sebagai instrumen penelitian.
Hasil analisis signifikansi penguasaan konsep dapat dilihat pada Tabel 3.5 dan
untuk keterangan lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran A.8.
44
Tabel 3.5 Hasil Analisis Signifikansi Soal Kemampuan Argumentasi Tertulis dengan Menggunakan Anatest V4
No
Setelah dilakukan pengujian terhadap soal kemampuan argumentasi
tertulis, maka diperoleh 5 soal berbentuk essai yang dilengkapi artikel yang
digunakan untuk menguji kemampuan argumentasi tertulis peserta didik
pada materi interaksi mahluk hidup dengan lingkungannya. Adapun kisi-kisi
soal kemampuan argumentasi tertulis yang digunakan dapat dilihat pada
Tabel 3.3.
2. Reliabilitas Tes
Realibilitas soal berhubungan dengan tingkat kepercayaan. Suatu soal
dapat dikatakan mempunyai tarif kepercayaan tinggi jika soal tersebut dapat
45
N = banyaknya item (butir pertanyaan) S = standar deviasi dari tes
Untuk menafsir harga reliabilitas dari soal maka harga perhitungan
dikonfirmasikan ke tabel harga kritik rtabel dengan α= 0,05 jika rhitung > rtabel
maka soal dikatakan reliabel. Interpretasi tingkat reliabilitas soal dapat dilihat
pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6. Interval Reliabilitas (r11)
Interval (r11) Kriteria
0,00 ≤ r11≤ 0,20 Sangat Rendah
0,20 ≤ r11≤ 0,40 Rendah
0,40 ≤ r11≤ 0,60 Cukup
0,60 ≤ r11≤ 0,80 Tinggi
0,80 ≤ r11≤ 0,10 Sangat Tinggi
Berdasarkan hasil analisis tes dengan menggunakan Anatest, soal
penguasaan konsep memiliki nilai reliabilitas 0,62 sehingga dapat diartikan
bahwa soal penguasaan konsep yang diujicobakan memiliki tingkat
reliabilitas yang tinggi. Soal kemampuan argumentasi tertulis memiliki nilai
reliabilitas 0,61 sehingga dapat diartikan bahwa soal kemampuan
argumentasi tertulis yang diujicobakan memiliki tingkat reliabilitas yang
tinggi.
3. Tingkat Kesukaran Tes
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu
sukar. Kesukaran soal ditunjukkan oleh besarnya indeks kesukaran soal
(difficulty index) yaitu bilangan yang menunjukkan sukar mudahnya suatu
soal (Arikunto, 2013). Indeks kesukaran dapat dicari dengan menggunakan
rumus sebagai berikut.
46
Keterangan :
P = indeks kesukaran
B = banyaknya peserta didik yang menjawab soal itu dengan benar = jumlah seluruh peserta didik peserta tes
Tabel 3.7. Klasifikasi Tingkat Kesukaran
Tingkat Kesukaran Kategori
0,00 - 0,30 Soal sukar
0,31 - 0,70 Soal sedang
0,71 - 1,00 Soal mudah
Tingkat kesukaran soal penguasaan konsep berdasarkan hasil
analisis soal uji coba penguasaan konsep dengan menggunakan Anatest V4
menunjukkan bahwa terdapat 13 butir soal (43,3%) kriteria sangat mudah,
lima butir soal (16,7 %) dengan kriteria mudah, 10 butir soal (33,3 %)
dengan kriteria sedang, dan dua butir soal (6,7 %) dengan kategori sukar.
Hasil analisis tingkat kesukaran soal penguasaan konsep dapat dilihat pada
Tabel 3.8 di bawah ini.
Tabel 3.8 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Penguasaan Konse p
No Kriteria No Soal Jumlah Persentase (%
1 Sangat mudah 2,4,7,10,11,14,16,17,18,19,21,22,27 13 43,3 %
2 Mudah 3,12,13,15,20, 5 16,7 %
3 Sedang 1,5,8,9,24,25,26,28,29,30 10 33,3 %
4 Sukar 6,23 2 6,7 %
Total 30 100%
Tingkat kesukaran soal kemampuan argumentasi tertulis berdasarkan hasil
analisis soal uji coba dengan menggunakan Anatest V4 menunjukkan bahwa
terdapat dua butir soal (28,6 %) dengan kriteria mudah, dan lima butir soal (71,4
%) dengan kategori sedang. Hasil analisis daya pembeda soal penguasaan konsep
47
Tabel 3.9 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Kemampuan Argumentasi Tertulis
No Kriteria No Soal Jumlah Persentase
(% )
1 Mudah 1,4 2 28,6 %
2 Sedang 2,3,5,6,7 5 71,4 %
Total 7 100%
4. Daya Pembeda Tes
Daya pembeda butir soal adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara peserta didik yang dapat menjawab soal (berkemampuan
tinggi) dengan peserta didik yang tidak dapat menjawab soal (berkemampuan
rendah) (Arikunto, 2013). Untuk menentukan daya pembeda masing-masing
soal digunakan rumus berikut:
DP = = PA-PB
Keterangan:
DP = daya pembeda
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Tabel 3.10. Klasifikasi Daya Pembeda
Daya Pembeda Klasifikasi
0,00 - 0,20 Jelek (poor)
0,21 - 0,40 Cukup (satisfactory)
0,41 - 0,70 Baik (good)
0,71 - 1,00 Baik Sekali (excellent)
D = negative Tidak Baik
Daya pembeda soal penguasaan konsep berdasarkan hasil analisis soal uji
coba penguasaan konsep dengan menggunakan Anatest menunjukkan bahwa
48
kriteria jelek, lima butir soal (16,7%) dengan kriteria cukup, dan 15 butir soal
(50%) dengan kategori baik. Hasil analisis daya pembeda soal penguasaan konsep
dapat dilihat pada Tabel 3.11.
Tabel 3.11 Rekapitulasi Daya Pembeda Soal Penguasaan Konsep
No Kriteria No Soal Jumlah Persentase
(% )
1 Tidak baik 19 1 3,3%
2 Jelek 2,4,7,10,11,14, 16, 18, 21 9 30%
3 Cukup 6,9,15,24,27 5 16,7%
4 Baik 1,3, 5,8,
12,1317,20,22,23,25,26,28,29,30
15 50%
Total 30 100%
Daya pembeda soal kemampuan argumentasi tertulis berdasarkan hasil
analisis soal uji coba dengan menggunakan Anatest V4 menunjukkan bahwa
terdapat, dua butir soal (28,6 %) dengan kriteria jelek, satu butir soal (14,3 %)
dengan kriteria cukup, dan empat butir soal (57,1 %) dengan kategori baik. Hasil
analisis daya pembeda soal kemampuan argumentasi tertulis dapat dilihat pada
Tabel 3.12.
Tabel 3.12 Hasil Analisis Daya Pembeda Soal Kemampuan Argumentasi Tertulis
No Kriteria No Soal Jumlah Persentase (% )
1 Jelek 5,7 2 28,3 %
2 Cukup 1 1 14,3 %
3 Baik 2,3,4,6 4 57,1 %
49
H. Teknik Analisis Data 1) Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data yang akan dianalisis
berdistribusi normal atau tidak. Menurut Coladarci (2011), uji normalitas
menggunakan rumus :
Dengan kriteria sebagai berikut,
Jika nilai Sig > 0,05, maka Ho diterima, H1 ditolak Jika nilai Sig < 0,05, maka H1 diterima, Ho ditolak
Adapun hipotesis yang digunakan pada uji normalitas adalah, Ho : data berdistribusi normal
H1 : data tidak berdistribusi normal
2) Uji Homogenitas Varians
Uji homogenitas varians adalah uji yang digunakan untuk melihat apakah
data yang akan dianalisis berasal dari populasi dan varians yang homogen
Dengan kriteria sebagai berikut,
Jika nilai Sig > 0,05, maka Ho diterima, H1 ditolak Jika nilai Sig < 0,05, maka H1 diterima, Ho ditolak
Adapun hipotesis yang digunakan pada uji homogenitas adalah
50
Ho : data yang digunakan berasal dari varians yang sama.
H1 : data yang digunakan berasal dari varians yang berbeda
3) Uji Hipotesis
Uji hipotesis digunakan untuk membuktikan kebenaran dari hipotesis
penguasaan konsep dan kemampuan argumentasi tertulis peserta didik
melalui perlakuan PBL berbasis praktikum. Uji hipotesis yang digunakan
adalah uji kesamaan dua rata-rata uji t dua pihak. Persamaan uji t (Sudjana,
2005) adalah :
t =
̅ ̅√
dimana S =
√
Keterangan:
̅ = peningkatan hasil tes rata-rata kelas eksperimen.
̅ = peningkatan hasil tes rata-rata kelas kontrol. = jumlah peserta didik kelas eksperimen. = jumlah peserta didik kelas kontrol. S = simpangan baku.
= varians kelas eksperimen. = varians kelas kontrol.
Dengan kriteria sebagai berikut,
Jika nilai Sig > 0,05, maka Ho diterima, H1 ditolak Jika nilai Sig < 0,05, maka H1 diterima, Ho ditolak
Data yang diperoleh dari penelitian dianalisis dengan menggunakan
51
I. Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Hipotesis Penguasaan Konsep
Ho : tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari penerapan PBL berbasis
metode praktikum terhadap penguasaan konsep peserta didik.
Ha : terdapat perbedaan yang signifikan dari penerapan PBL berbasis metode
praktikum terhadap penguasaan konsep peserta didik.
b. Hipotsesis Kemampuan Argumentasi Tertulis
Ho : tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari penerapan PBL berbasis
metode praktikum terhadap kemampuan argumentasi tertulis peserta didik.
Ha : terdapat perbedaan yang signifikan dari penerapan PBL berbasis metode
praktikum terhadap kemampuan argumentasi tertulis peserta didik.
J. Prosedur Penelitian
1. Tahap persiapan
Tahap persiapan adalah tahapan yang dilakukan dimulai dengan
melakukan observasi awal tentang kondisi sekolah dan untuk
mengidentifikasi masalah. Pada tahap ini peneliti juga membuat
proposal tentang rancangan penelitian yang dilakukan. Selain peneliti
juga membuat instrumen penelitian dan memvalidasikannya.
2. Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dilakukan dengan memberikan tes awal
(pretest) kepada peserta didik kelas kontrol dan kelas perlakuan untk
mengetahui tingkat pemahaman dan kemampuan argumnetasi tertulis
peserta didik menyangkut materi yang akan diajarkan. Setelah
pelaksanaan pretest, peneliti melakukan penerapan PBL berbasis
metode praktikum pada kelas perlakuan dan praktikum verifikasi pada
kelas kontrol sesuai waktu yang telah direncanakan. Lembar observasi
diisi selama perlakuan berlangsung. Pada akhir pembelajaran, peneliti
52
penerapan PBL berbasis metode praktikum terhadap tingkat penguasaan
konsep dan kemampuan argumentasi tertulis peserta didik.
3. Tahap analisis data
Data yang diperoleh dari pelaksanaan penelitian dikumpulkan dan
dianalisis dengan menggunakan uji statistik yang sesuai. Dari hasil
pengujian statistik yang diperoleh ditarik kesimpulan mengenai data
penelitian yang diperoleh.
Adapun tahapan pelaksanaan penelitian pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 3.14 di bawah ini.
Tabel 3.13. Tahapan Pelaksanaan Penelitian
Pertemuan Materi
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Persiapan Persiapan
Pretest Pretest
I Lingkungan Lingkungan
II Pola Interaksi Mahluk
Hidup
Pola Interaksi Mahluk Hidup
III Pencemaran Lingkungan Pencemaran Lingkungan
Posttest Posttest
53
Observasi awal ke sekolah
Mengidentifikasi masalah
Membuat proposal tentang rancangan penelitian
Pembuat instrumen penelitian Lembar observasi Instrumen tes untuk
penguasaan konsep dan kemampuan argumentasi
tertulis peserta didik Judgement
Uji coba instrumen
Membuat RPP
Penentuan sampel penelitian
Pretest
Model PBL berbasis praktikum Lembar observasi
Metode Praktikum Verifikasi Lembar observasi
Posttest
Analisis data Penarikan kesimpulan
106
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan disimpulkan bahwa:
1. Terdapat perbedaan penguasaan konsep yang signifikan antara peserta
didik yang diberi perlakuan dengan PBL berbasis metode praktikum
dengan peserta didik yang yang diberi perlakuan metode praktikum
verifikasi pada materi Interaksi Mahluk Hidup dengan Lingkungannya.
Rata-rata posttest pada kelas eksperimen adalah 60 sedangkan kelas
kontrol 53,83. Hasil yang signifikan ini dapat dilihat dari analisis uji
Mann-Whitney pada posttest dengan nilai signifikansi 0,041 < α (0,05).
2. Terdapat perbedaan kemampuan argumentasi tertulis yang signifikan
antara peserta didik yang diberi perlakuan dengan PBL berbasis
metode praktikum dengan peserta didik yang yang diberi perlakuan
metode praktikum verifikasi pada materi Interaksi Mahluk Hidup
dengan Lingkungannya. Rata-rata posttest pada kelas eksperimen
adalah 63,57 sedangkan kelas kontrol 74,44. Hasil yang signifikan ini
dapat dilihat dari analisis uji Mann-Whitney pada posttest dengan nilai
signifikansi 0,001 < α (0,05).
3. Pelaksanaan pembelajaran yang diterapkan pada peserta didik
dilakukan dalam tiga kali pertemuan dimana seluruh kegiatan
pembelajaran dilaksanakan pada pertemuan pertama dan kedua (100%)
sedangkan pada pertemuan ketiga kegiatan pembelajaran yang
terlaksana adalah sebesar 94,11 %.
B. Implikasi
1. Jenis pembelajaran yang dipilih haruslah sesuai dengan kesiapan
peserta didik. Jika pembelajaran yang diterapkan sesuai maka akan
dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan baik dalam
107
2. Kemampuan argumentasi lisan yang baik dapat mendukung
kemampuan argumentasi tertulis.
C. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan PBL
berbasis metode praktikum pada maka disarankan sebagai berikut:
1. Kurangnya waktu dalam pelaksanaan pembelajaran menjadi salah satu
faktor yang mempengaruhi keterlaksanaan pembelajaran. Masih
diperlukan banyak waktu untuk penyesuaian pembelajaran dengan
perlakuan yang sama walaupun pada materi yang berbeda. Untuk itu
diperlukan perencanaan pengalokasian waktu yang lebih efektif untuk
membiasakan peserta didik dengan metode ini.
2. Selain karena waktu, hal lain yang turut memberikan pengaruh adalah
kesiapan peserta didik dalam menerima pembelajaran yang lebih
kompleks serta tidak semua sub materi dalam pembelajaran IPA dapat
diajarkan dengan menggunakan PBL berbasis metode praktikum,
sehingga metode ini hanya bisa diterapkan pada materi tertentu saja.
Untuk itu dibutuhkan penelusuran dan pengembangan lebih lanjut pada
materi-materi IPA yang dapat dipraktikumkan.
3. Saat peserta didik tidak memunculkan argumen dengan level lebih
tinggi, sebaiknya pendidik memunculkan pertanyaan atau pernyataan
lain yang masih berkaitan dengan fenomena awal yag diberikan untuk
memacu peserta didik memproduksi argumen.
4. Disarankan juga untuk penelitian selanjutnya kemampuan argumen
tidak hanya diukur dengan menggunakan tes tertulis namun juga tes
108
DAFTAR PUSTAKA
Adian, D, G. & Pratama, H, S. (2013). Teknik Berargumentasi, Berpikir sebagai
Kecakapan Hidup. Jakarta : Kencana.
Agustian, D. (2014). Pengaruh Pembelajaran Ekosistem Berbasis Masalah
Global Terhadap Penguasaan Konsep, Kemampuan Penalaran dan Kesadaran Lingkungan Siswa Kelas X. Tesis. Bandung : Universitas
Pendidikan Indonesia.
Akinoglu, O. & Tandogan, R. O. (2007). The Effects of Problem-Based Active
Learning in Science Education on Student’s Academic Achievement,
Attitude and Concept Learning. ISSN: 1305-8223. Turkey : Eurasia Journal
of Mathematics, Science and Technology Education.
Anderson, L.W. & Krathwohl, D. R. (2010). Kerangka Landasan untuk
Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. Revisi Taksonomi Pendidikan
Bloom. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Arends, R. I. (2012). Learning to Teach, Ninth Edition. United States of America : The McGraw-Hill Companies, Inc.
Arikunto, S. (2013). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Edisi 2. Jakarta : Bumi
Aksara.
Arnyana, I.B.P. (2006). Pengaruh Penerapan Model Belajar Berdasarkan
Masalah dan Model Pengajaran Langsung Dipandu Strategi Kooperatif terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa SMA, No 4, Tahun XXXIX, ISSN
0215-8250. Singaraja : Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja.
Arnyana, I.B.P. (2007). Penerapan Model PBL pada Pelajaran Biologi untuk
Meningkatkan Kompetensi dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Singaraja Tahun Pelajaran 2006/2007, No 2, Tahun XXXX,
ISSN 0215-8250. Singaraja : Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Undiksa.
Berland, L.K. & Hammer, D. (2012). Framing for Scientific Argumentation, Vol49,No.1, PP.68-9. United States of America : Journal of Research in Science Teaching.
Bilgin, I., Senocak, E. & Sosbilir, M. (2009). The Effects of Probem Based
Learning Instruction on University Student’ Performance of Conceptual and
109
1305-8223. Turkey : Eurasia Journal of Mathematics, Sains & Technology Education.
Campbell, N. A., Reece, J. B. & Urry, M. L. (2010). Biologi Edisi Kedelapan
Jilid 3. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Choi, A., Hand, B. & Norton-Meier, L. (2013). Grade 5 Student’s Online
Argumentation about Their In-Class Inquiry Investigations. Research
Science Education
Christenson, N, et al. (2012). Using the SEE-SEP Model to Analyze Upper
Secondary Student’s Use of Supporting Reasons in Arguing Socioscientific
Issues. Vol. 21 Issue 3, page 342. Swedia : Journal Science Education
Technology.
Coladarci, T., Cobb, C. D., Minium, E.W. & Clarke, R.B. (2011). Fundamental
of Statistical Reasoning in Education, Third Edition. United States of
America : Wiley.
Daryanto. (2014). Pembelajaran Tematik, Terpadu, Terintegrasi (Kurikulum
2013). Yogjakarta : Penerbit Gava Media.
Dahar, R.W. (2011). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Penerbit Erlangga.
De Graaff, E. & Kolmos, A. (2003). Characteristic of Problem Based Learnig. Vol 19, No 5, pp657-662. Inggris Raya : TEMPUS Publications.
Fogarty, R. (1991). The Mindful School : How to Integrate the Curricula. United States of America : IRI/ Skylight Publishing Inc.
Garcia-Mila, M., Gilabert, S., Erduran, S. & Felton, M. (2013). The Effect of
Argumentative Task Goal on the Quality of Argumentative Discourse,
Volume 97, No.4, pp. 497-523. Spanyol : Science Education.
Hake, R.R. (1999). Analyzing Change/ Gain Scores. United States of America : Indiana University.
Herman, T. (2007). Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah Pertama, No 1 Volume 1ISSN : 1907-8838. Bandung : Educationist.
Inch, E. S., Warnick, B. & Endres, D. (2006). Critical Thinking and
Communication. The Use of Reason in Argument. Fifth Edition. United
110
Jalaludin, D. (2009). Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Listrik Dinamis dan Kecakapan Ilmiah Siswa Didik SMA. Tesis.
Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.
Joyce, B., Weil, M. & Calhoun, E. (2009). Models Of Teaching. Yogjakarta : Pustaka Pelajar
Juliawan, D. (2012).Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Terhadap Pemahaman Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Kuta Tahun Pelajaran 2011/2012.Singaraja : Universitas
Pendidikan Ganesha. Diakses pada tanggal 29 September 2014 dari
http://pasca.undiksha.ac.id/ejournal/index.php/jurnal_ipa/article/download/ 400/192
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2014). Ilmu Pengetahuan Alam, Edisi
Revisi. Jakarta : Kemendikbud.
Kind, P. M., Kind, V., Hofstein, A.& Wilson, J. (2011). Peer Argumentation in
the School Science Laboratory –Exploring Effects of Task Features. Vol 33
pp 2527-2558 ISSN 0950-0693 (print)/ ISSN 1464-5289 (online)/11/182527-32. United Kingdom : International Journal of Science Education.
Koenenman , M., Goedhart, M. & Ossevoort, M. (2013). Introducing
Pre-university Students to Primary Scientific Literatur Through Argumentation Analysis Vol.43 page 2009-2034. Netherlands : Research Science
Education.
Kulatunga, U., Moog, R. S. & Lewis, J. E. (2013). Argumentation and
Participation Patterns in General Chemistry Peer-Led Sessions. Vol. 50,
No. 10,pp. 1207-1231 (2013). United Stated of America : Journal of Research in Science Teaching,
Muhson, A. (2009).Peningkatan Minat Belajar dan Pemahaman Mahasiswa
Melalui Penerapan Problem Based Learning. Jurnal Kependidikan Volume
39, Nomor 2, November 2009, hal. 171-182. Yogyakarta : FISE Universitas Negeri Yogyakarta.
Novianti, D. S. (2012). Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Masalah untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Penguasaan Konsep Siswa SMP. Tesis. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.
111
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416/Menkes/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air.
Redhana, I. W. (2012).Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pertanyaan
Socratik untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa .
Cakrawala Pendidikan, November 2012, Th. XXXI, No. 3. Singaraja: FMIPA Universitas Pendidikan Ganesha.
Roshayanti, F. (2012).Pengembangan Model Asesmen Argumentatif untuk
Mengukur Keterampilan Argumentasi Mahasiswa pada Konsep Fisiologi Manusia. Disertasi. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.
Rusmono. (2014). Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning itu
Perlu. Untuk Meningkatkan Profesionalitas Guru . Bogor : Penerbit Ghalia
Indonesia.
Rustaman, N. Y. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologis. Malang : Universitas Negeri Malang Press.
Rustaman, N. Y. (2007). Assesmen dalam Pembelajaran Sains. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.
Sampson, V. & Clark, B D. (2009). A Comparison of the Collaborative
Scientific Argumentation Practises of Two High and Two Low Performing Groups. vol. 41 issue 1 page 63 – 97. United States of America : Research Science Education.
Sanjaya, W. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta : Kencana.
Sari, P. M. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Praktikum
Terhadap KPS, Sikap Ilmiah, dan Penguasaan Konsep Sistem Regulasi.
Tesis. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.
Sudjana. (2013). Metode Statistika. Bandung : Penerbit Tarsito.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RND. Bandung : Penerbit Alfabeta.
Suparno, P. (2001). Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogjakarta : Penerbit Kanisius.
Tawil, M. & Liliasari. (2013). Berpikir Kompleks dan Implementasinya dalam
112
Trianto. (2014). Model Pembelajaran Terpadu, Konsep, Strategi, dan
Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta : PT Bumi Aksara.
Vasconcelos, C. (2010). Teaching Environmental Education through PBL:
Evaluation of a Teaching Intervention Program. DOI
10.1007/s11165-010-9192-342:219–232. Portugal : Research Science Education. Oporto University.
Venville, G. J. & Dawson, V.M. (2010). The Impact of a Classroom Intervention
on Grade 10 Students’ Argumentation Skills, Informal Reasoning, and
Conceptual Understanding of Science, Volume 47,No.8, PP.952-977.
Australia: Journal of Research in Science Teaching.
Wartini. (2014). Penerapan Pembelajaran Berbasis Praktikum melalui Inkuiri
Terbimbing dengan Verifikasi Pada Konsep Fotosintesis Terhadap Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMP. Tesis.
Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.
Wasis & Irianto, S. Y. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam SMP dan MTs Kelas VII. Jakarta : Pusat Perbukuan Departermen Pendidikan Nasional.
Widodo, L. W. (2013). Peningkatan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Peserta
didik dengan Metode Problem Based Learning Pada Siswa Kelas VIIA MTs Negeri Donomulyo Kulon Progo Tahun Pelajaran 2012/2013.Jurnal
Fisika Indonesia No: 49, Vol XVII, Edisi April 2013ISSN : 1410-2994. Yogyakarta : Universitas Ahmad Dalan.