PENERAPAN METODE PROYEK SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN SEJARAH
(Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas XI IPS-1 SMAN 1 Sukaresmi)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sejarah
ppp
Disusun oleh :
Ani Andriyani
0906054
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
HALAMAN PENGESAHAN
ANI ANDRIYANI
PENERAPAN METODE PROYEK SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA
PELAJARAN SEJARAH
(Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas XI IPS-1 SMAN 1 Sukaresmi)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING : Pembimbing I
Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd NIP : 19570408 198403 1 003
Pembimbing II
Yeni Kurniawati Sumantri, M.Pd NIP : 19680828 199802 1 001
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah
Penerapan Metode Proyek Sebagai Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam
Mata Pelajaran Sejarah
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS I
SMAN 1 Sukaresmi)
Oleh Ani Andriyani
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Ani Andriyani 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
HALAMAN PERNYATAAN
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PENERAPAN METODE PROYEK SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN SEJARAH (Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas XI IPS-1 SMAN 1 Sukaresmi) ” ini dan seluruh isinya adalah benar-benar karya tulis saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung resiko yang dijatuhkan kepada saya apabila dikemudia hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap karya saya.
Bandung, Desember 2013
Yang membuat pernyataan,
Ani Andriyani
ABSTRAK
ABSTRACT
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Struktur Organisasi ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10
A. Metode Proyek ... 10
1. Pengertian Metode Proyek ... 10
2. Tahapan-Tahapan Dalam Metode Proyek ... 13
3. Kelebihan Metode Proyek ... 16
4. Kelemahan Metode Proyek ... 18
B. Hasil Belajar ... 19
1. Pengertian Hasil Belajar ... 19
2. Hasil Belajar Dalam Mata Pelajaran Sejarah ... 23
C. Pengaruh Metode Proyek Terhadap Hasil Belajar Sejarah ... 25
1. Teori ... 25
2. Peranan Metode proyek Dalam Hasil Belajar sejarah ... 29
BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN ... 34
A. Lokasi Dan SubjekPenelitian ... 34
2. Hasil Belajar ... 43
F. Instrumen Penelitian ... 44
1. Lembar Panduan Observasi ... 44
2. Wawancara ... 44
3. Dokumentasi... 45
4. Tes ... 45
G. Teknik Pengumpulan Data ... 45
1. Catatan Lapangan ... 46
2. Wawancara ... 46
3. Studi Dokumentasi ... 47
4. Tes ... 47
H. Pengolahan Data dan Analisi Data ... 47
1. Pengolahan Data ... 47
2. Teknik Analisis Data ... 48
3. Uji Validasi Data dan Interpretasi ... 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52
A. Desain Perencanaan Penerapan Metode Proyek Dalam Pembelajaran Sejarah ... 52
1. Langkah-langkah Perencanaan Pelaksanaan Penelitian ... 53
2. Deskripsi Silabus dan RPP ... 55
B. Pelaksanaan Dan Tahapan... 58
1. Deskripsi Kegiatan Tahap Siklus ... 58
2. Analisis Kegiatan Pelaksanaan dan tahapan ... 90
a. Kegiatan Pendahuluan ... 91
b. Kegiatan Inti ... 94
c. Kegiatan Penutup... 98
C. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Setelah Menerapkan Metode Proyek Dalam Pembelajaran Sejarah ... 99
1. Deskripsi Kinerja Siswa Dalam Mengerjakan Proyek ... 99
2. Analisis Terhadap Hasil Pengerjaan Proyek ... 112
3. Analisis Hasil Belajar Siswa Berdasarkan Nilai Tes ... 134
D. Kendala dan Solusi Yang dihadapi Pada Penerapan Metode Proyek Dalam Pembelajaran Sejarah ... 138
E. Analisis Hasil Penelitian ... 140
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 147
A. Simpulan ... 147
B. Saran ... 150
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa pada Tindakan 1 ... 64
Tabel 4.2 Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa pada Tindakan I &II ... 71
Tabel 4.3 Daftar Nilai hasil Belajar Siswa pada Tindakan I, II, & III ... 80
Tabel 4.4 Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa Tindakan 1-Tindakan IV ... 88
Tabel 4.5 Lembar Observasi Kerja Kelompok Pembuatan Artikel ... 100
Tabel 4.6 Lembar Observasi Kerja Kelompok Membuat Lirik ... 104
Tabel 4.7 Lembar Observasi Kerja Kelompok Membuat Laporan ppt ... 107
Tabel 4.8 Lembar Observasi Kerja Kelompok Membuat mading ... 111
Tabel 4.9 Lembar Kriteria Penilaian Artikel... 113
Tabel 4.10 Predikat Penilain Artikel Kelompok ... 114
Tabel 4.11 Lembar Penilaian Proyek Membuat Lirik ... 117
Tabel 4.12 Predikat Penilain Proyek Kelompok... ... 118
Tabel 4.13 Lembar Penilaian Proyek Membuat Laporan PowerPoint ... 121
Tabel 4.14 Predikat Penilain PowerPoint Kelompok ... 122
Tabel 4.15 Lembar Penilaian Proyek Membuat Mading Sejarah ... 125
Tabel 4.16 Predikat Penilain Mading Kelompok ... 126
Tabel 4.17 Presentase Skor Kelompok dalam Membuat Artikel ... 128
Tabel 4.18 Presentase Skor Kelompok Dalam Membuat Lirik ... 129
Tabel 4.19 Presentase Skor Kelompok Dalam Membuat laporan ppt ... 130
Tabel 4.20 Presentase Skor Kelompok dalam Membuat Mading ... 131
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Desain PTK Model Kemis dan Mc Taggart ... 35
Gambar 3.2 Teknik analisis data interaktif dari Miles dan Huberman ... 63
Gambar 4.1 Grafik Garis Hasil Belajar berdasarkan Proyek Siswa... 133
Gambar 4.2 Grafik Garis Hasil Belajar berdasarkan Proyek Siswa... 133
Gambar 4.3 Grafik Garis Rata-Rata Nilai Siswa Pada Setiap Tindakan ... 136
Gambar 4.4 Grafik Batang Rata-Rata Nilai Siswa Pada Setiap Tindakan ... 137
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Silabus Pembelajaran Sejarah
Lampiran 2 Rencana pelaksanaan pembelajaran Tindakan I Lampiran 3 Tes & Marking Scheme Tindakan II
Lampiran 4 Rencana pelaksanaan pembelajaran Tindakan II Lampiran 5 Tes & Marking Scheme Tindakan II
Lampiran 6 Rencana pelaksanaan pembelajaran Tindakan III Lampiran 7 Tes & Marking Scheme Tindakan III
Lampiran 8 Rencana pelaksanaan pembelajaran Tindakan IV Lampiran 9 Tes & Marking Scheme Tindakan IV
Lampiran 10 Foto Beberapa Kegiatan Siswa Lampiran 11 SK Pembimbing
Lampiran 12 Frekuensi Bimbingan (Pembimbing I) Lampiran 13 Frekuensi Bimbingan (Pembimbing II) Lampiran 14 Surat Ijin Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang terjadi karena adanya
usaha untuk memperoleh perubahan dalam diri. Hal ini berarti siswa berperan
sebagai subjek sekaligus objek dalam proses pembelajaran. Di Indonesia proses
pembelajaran telah diatur oleh pemerintah dalam suatu Perundang-undangan dan
Peraturan Pemerintah. Salah satunya yaitu Peraturan Pemerintah No. 19 tahun
2005 mengenai Standar Nasional Pendidikan pasal 19 ayat 1 yang isinya :
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Dari peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah tersebut menyiratkan
bahwa dalam suatu proses belajar diperlukan ruang yang cukup bagi siswa
sehingga siswa dapat mengembangkan kreativitas yang dimilikinya sesuai dengan
bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Selama ini
pembelajaran selalu diasumsikan di dalam kelas dan di dalam jam pelajaran saja.
Padahal pembelajaran dapat dilakukan di luar kelas dan jam pelajaran di sekolah
dengan perencanaan yang baik, sehingga ruang untuk belajar bagi siswa lebih luas
dan lebih terstruktur.
Proses pembelajaran perlu menempatkan siswa sebagai subjek belajar,
sehingga dapat menunjukkan bakat, minat, kemampuan, serta dapat
mengembangkan potensinya secara optimal. Proses pembelajaran sebisa mungkin
perlu menyediakan tugas-tugas ataupun proyek-proyek yang memungkinkan
siswa bekerja secara mandiri. Hal ini akan mendorong siswa untuk dapat
menggali potensinya sendiri serta tidak terfokus pada kehadiran guru dan tatap
inilah yang menjadi tonggak tercapainya keberhasilan belajar mandiri siswa, jika
perencanaannya kurang baik maka pembelajaran tidak akan berdampak positif
terhadap hasil belajar siswa.
Belajar yang efektif adalah melalui pengalaman atau sesuatu yang telah
dipelajari. Guru harus menyadari bahwa kegiatan belajar membutuhkan
pengalaman siswa secara langung dalam belajar. Hal tersebut dapat diartikan
bahwa siswa dapat mencari sendiri materi pembelajaran yang harus dia ketahui
dengan arahan yang tepat dari guru. Belajar adalah suatu proses usaha perubahan
tingkah laku yang meliputi keinginan dan tindakan dari seorang individu. Dari
proses usaha itulah sehingga dapat menghasilkan perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, nilai dan sikap yang dilakukan melalui latihan dan pengalaman.
Proses pembelajaran bukanlah proses penyerapan pengetahuan atau trasfer
informasi dari guru ke siswa melainkan partisipasi guru dalam membangun
pemahaman siswa. Untuk itu diperlukan suatu metode yang dapat membuat siswa
menemukan sendiri pengetahuannya melalui pengalaman belajar. Semakin sering
materi pelajaran dipelajari maka semakin kuat pula materi pelajaran tersebut
diingat oleh siswa. Hal tersebut menyuratkan bahwa jika materi pelajaran sering
dipelajari oleh siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah maka siswa akan
lebih mudah memahami suatu materi pelajaran. Hal tersebut nantinya akan
berdampak pula pada hasil belajar yang dapat dicapai oleh siswa. Jika siswa
paham akan suatu materi pelajaran maka hasil belajar nya pun akan baik.
Hasil belajar merujuk pada pencapaian kompetensi atau sasaran / tujuan
pembelajaran. Cakupan materi yang terkandung pada setiap kawasan kompetensi
cukup luas, cakupan-cakupan itu akan dapat dilihat dengan indikator-indikator
operasional. Agar setiap indikator dapat tercapai, maka diperlukan suatu
rancangan pembelajaran mandiri dan terprogram agar siswa dapat lebih aktif lagi
belajar di luar kelas dan di luar jam pelajaran yang telah ditetapkan mengingat
terbatasnya waktu dalam pembelajaran di dalam kelas.
3
yang dimiliki oleh siswa sehingga dapat membantu dalam mencapai hasil belajar
yang maksimal. Berbagai usaha dilakukan oleh pelaksana pendidikan untuk
meningkatkan hasil belajar dalam rangka memperoleh kualitas pendidikan yang
baik.
Hasil belajar yang didapatkan seseorang ditentukan oleh dua faktor yaitu
faktor yang ada pada diri siswa (internal) dan faktor dari luar diri siswa
(eksternal). Faktor internal meliputi faktor fisiologis dan psikologis. Faktor
fisiologis seperti keadaan jasmani dan panca indera. Faktor psikologis, seperti
intelegensi, minat dan motivasi. Sedangkan faktor eksternal berasal dari faktor
sosial dan faktor non sosial. Faktor sosial mencakup lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat Faktor non sosial, seperti
lingkungan alam dan fisik yakni ruang belajar, fasilitas belajar, buku-buku sumber
dan lain sebagainya (Mulyasa, 2004:191-193).
Dari berbagai usaha guru untuk meningkatkan hasil belajar siswanya
ternyata masih banyak guru-guru yang menggunakan metode konvensional untuk
mengajar di sekolahnya. Padahal berbagai model pembelajaran yang membuat
siswa aktif dan kreatif sudah disosialisasikan atau diperkenalkan kepada
guru-guru bahkan mungkin sebagian model pembelajaran tersebut sudah sangat dikenal
dan guru-guru sudah dapat menerapkannya di sekolah.
Untuk mengatasi hal tersebut peneliti beranggapan perlu diterapkannya
suatu metode yang tepat dan dapat membuat siswa lebih sering dan giat belajar di
luar jam pelajaran di sekolah yang terbatas. Metode yang lebih bersifat
mengembangkan keaktifan siswa dalam belajar baik di sekolah maupun di luar
sekolah, baik secara individual maupun kelompok, mengembangkan kemampuan
mensintesis dan mengintegrasikan informasi, mengembangkan kecakapan, dan
kebiasaan belajar. Sehingga siswa dapat meningkatkan hasil belajar pada mata
pelajaran sejarah.
Alternatif pemecahan masalah yang peneliti dapatkan adalah dengan
siswa. Bellance (2012: 17) mengatakan bahwa pembelajaran berbasis proyek
dapat digunakan sebagai metode pembelajaran, penjelasannya yaitu:
Pembelajaran berbasis proyek diresmikan sebagai metode pendidikan oleh Jhon Dewey dan para pengikutnya. Proyek-proyek yang memperjuangkan prinsip-prinsip progresif dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang akan menggantikan pendekatan yang lebih pasif digunakan pada waktu itu. Dalam pandangan mereka, untuk tujuan belajar, belajar dengan melakukan lebih unggul daripada membaca dalam sebuah buku, mereka akan lebih memahami proses.
Pembelajaran berbasis proyek (project-based learning) adalah sebuah model
atau pendekatan pembelajaran yang inovatif, yang menekankan belajar
kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks. Dipilihnya model atau
pendekatan pembelajaran ini, dilandasi oleh pemikiran bahwa model
pembelajaran ini akan membuat siswa lebih aktif, kreatif, inovatif serta
termotivasi untuk belajar sehingga siswa dengan mudah memahami apa yang
diajarkan oleh guru dan hasil belajar yang diperoleh siswa lebih baik dari
sebelumnya.
Proyek yang akan dibuat adalah proyek yang muatan isinya dirancang dan
dikerjakan sendiri oleh siswa, dengan demikian metode proyek ini dapat melihat
dan mengukur kemampuan siswa. Dalam pembelajaran proyek pembelajaran telah
direncanakan, terorganisir dan berlangsung secara sistematis melalui bimbingan
guru. Dengan demikian melalui metode proyek ini pembelajaran menjadi efektif
karena didukung oleh komunikasi dengan siswa sehingga siswa tertarik dan
berminat mengerjakan berbagai proyek yang dicanangkan.
Pembelajaran akan didesain secara menyenangkan dan bermakna bagi
kehidupan siswa. Metode proyek ini bisa beragam jenisnya sehingga dapat
disesuaikan dengan karakter siswa. Dalam penelitian ini proyek yang akan
dikembangkan oleh siswa diantaranya ialah pembuatan artikel, syair bertema
sejarah, laporan dalam bentuk powerpoint, serta mading sederhana. Terlebih lagi
5
kelompok siswa lebih rajin mengerjakan tugas karena ada teman untuk saling
bertukar fikiran.
Melalui metode proyek proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif
dan berguna untuk mencapai kemampuan pengetahuan, sikap dalam mengerjakan
secara berkelompok, serta keterampilan yang diharapkan melalui
indikator-indikator yang telah disampaikan kepada siswa. Pembelajaran yang menerapkan
metode proyek dapat dilakukan secara berkesinambung. Setelah guru
memaparkan beberapa materi pokok yang harus diketahui oleh siswa, kemudian
guru memberikan suatu proyek agar dapat mengembangkan pengetahuan siswa
itu sendiri. Setelah siswa mengumpulkan proyek tersebut kemudian guru
memeriksa ketercapaiannya dengan melakukan evaluasi terhadap pembelajaran
siswa. Agar siswa bisa mempersiapkan pembelajaran selanjutnya maka guru
menugaskan siswa untuk mempersiapkan bahan dan alat yang diperlukan untuk
pengerjaan proyek pada pertemuan yang akan datang. Hal tersebut
menggambarkan continuitas pembelajaran yang dilakukan oleh siswa agar siswa
terbiasa untuk belajar demi pencapaian hasil belajar yang diharapkan.
Pengerjaan proyek ini melibatkan banyak pihak disekitar siswa, diantaranya
keluarga dan teman sebaya. Keluarga berperan dalam mendukung secara
financial. Kemudian jika materi pembelajaran bisa dekaitkan dengan kehidupan
aktual siswa maka ada baiknya mengembangkan proyek yang mendorong siswa
untuk melakukan pengamatan ataupun investigasi untuk memberikan pengalaman
langsung bagi siswa, hal ini membuat siswa berinteraksi dengan lingkungan sosial
disekitarnya. Dengan belajar kelompok siswa bisa menjalankan salah satu tugas
perkembangannya yaitu mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal
dan bergaul dengan teman sebaya.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya maka penulis tertarik
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas terdapat beberapa permasalahan yang
akan menjadi kajian dalam penelitian ini. Adapun rumusan masalah dari
penelitian ini adalah :
Bagaimana mengembangkan metode proyek sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran sejarah di Kelas XI IPS-1 SMAN 1
Sukaresmi
Untuk membatasi kajian penelitian ini, maka diajukan beberapa pertanyaan
penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini antara lain:
1. Bagaimana perencanaan penerapan metode proyek dalam mata pelajaran
sejarah agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas XI IPS-1
SMAN 1 Sukaresmi?
2. Bagaimana langkah-langkah penerapan metode proyek secara optimal
dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS-1 SMAN 1 Sukaresmi?
3. Bagaimana peningkatan hasil-hasil belajar sejarah dengan menerapkan
metode proyek di kelas XI IPS-1 SMAN 1 Sukaresmi?
4. Bagaimana upaya-upaya untuk mengatasi kendala yang dihadapi dalam
mengembangkan metode proyek di kelas XI IPS-1 SMAN 1 Sukaresmi?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menerapkan metode proyek sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa
dalam pembelajaran sejarah di Kelas XI IPS-1 SMAN 1 Sukaresmi. Adapun
tujuan khusus yang diharapkan dari penelitian ini lebih diarahkan untuk :
1. Mengkaji dan mendeskripsikan perencanaan metode proyek untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran sejarah di kelas XI
7
2. Mengkaji dan mendeskripsikan langkah-langkah yang harus dilakukan
dalam penerapan metode proyek secara optimal dalam pembelajaran sejarah
di kelas XI IPS-1 SMAN 1 Sukaresmi ;
3. Melihat peningkatan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran sejarah yang
diperoleh dari penggunaan metode proyek di kelas XI IPS-1 SMAN 1
Sukaresmi ;
4. Menganalisis dan mendeskripsikan perbaikan yang dapat dilakukan untuk
mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam mengembangkan metode
proyek di kelas XI IPS-1 SMAN 1 Sukaresmi ;
D. Manfaat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi berbagai pihak, baik siswa kelas XI IPS-1 SMAN 1 Sukaresmi, guru sejarah,
sekolah yang bersangkutan dan terlebih lagi bagi peneliti. Manfaat penelitian ini
secara khusus dijabarkan sebagai berikut :
1. Bagi Siswa
Dengan diterapkannya metode proyek diharapkan ada perubahan sikap
dalam diri siswa yang asalnya tidak pernah belajar sebelum mengikuti mata
pelajaran sejarah menjadi sebaliknya karena siswa harus mengerjakan
proyek yang telah diberikan oleh guru. Selain itu, pengetahuan siswa lebih
dalam dan luas karena siswa memiliki waktu lebih banyak dalam
mempelajari materi mata pelajaran sejarah. Tidak hanya itu siswa memiliki
pengalaman belajar karena proyek yang diberikan sehingga materi
pembelajaran lebih menempel dalam ingatan siswa. Dengan demikian
prestasi akademiknya pun diharapkan dapat mengalami peningkatan.
2. Bagi Guru Sejarah
Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan solusi
alternatif dalam mengatasi pembelajaran mandiri siswa dan pembelajaran di
3. Bagi Sekolah
Hasil dari penelitian ini dapat menjadi masukan dalam upaya meningkatkan
mutu dan kualitas pembelajaran sejarah di sekolah tersebut.
4. Bagi Peneliti
Dengan melakukan penelitian tindakan kelas dapat menambah wawasan
serta keterampilan peneliti dalam menerapkan metode pembelajaran. Hal
tersebut dikarenakan peneliti langsung terlibat dalam proses pembelajaran.
Pengalaman langsung tersebut dapat menjadi bekal dan memiliki kesiapan
dalam melaksanakan tugas sebagai guru sejarah.
E. Struktur Organisasi
Struktur organisasi penulisan skripsi disesuaikan dengan buku Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah yang diterbitkan oleh UPI. Sistematika penulisan tersebut
yaitu :
Bab I adalah pendahuluan. Bab ini berisi uraian secara rinci mengenai latar
belakang penulisan yang menjadi alasan peneliti melakukan penelitian tindakan
kelas, identifikasi dan perumusan masalah serta pembatasan masalah yang
diuraikan dalam beberapa pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi.
Bab II merupakan tinjauan pustaka. Dalam bab ini dijelaskan mengenai
konsep-konsep yang berhubungan dengan metode proyek dan hasil belajar.
Penjelasan konsep-konsep tersebut berupa informasi yang diperoleh dari hasil
kajian pustaka yang dianggap relevan dengan penelitian yang dilakukan.
Bab III ialah metode penelitian. Dalam bab ini berisi penjabaran mengenai
metode penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian. Bab ini mencakup
pemaparan komponen-komponen: lokasi dan subjek penelitian; desain penelitian;
metode penelitian; definisi operasional; instrumen penelitian; proses
9
Bab IV merupakan hasil penelitian dan pembahasan. Dalam bab ini
dipaparkan mengenai hasil penelitian dan pembahasan seluruh informasi dan
data-data yang diperoleh peneliti tentang Penerapan Metode Penugasan sebagai Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Sejarah di Kelas XI IPS-1
SMAN 1 Sukaresmi. Pemaparan dalam bab ini terdiri dari dua hal utama yaitu
pengolahan analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah
penelitian, pertanyaan penelitian, serta pembahasan atau analisis temuan.
Bab V yaitu kesimpulan dan saran. Dalam bab ini menyajikan penafsiran
dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian mengenai
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian adalah SMAN 1 Sukaresmi
yang lokasinya terletak di Jl. Mariwati Km. 4 Sukaresmi Telp. 0263-581209
Cianjur 43254. Lokasi sekolah terletak di desa Kawungluwuk, kecamatan
Sukaresmi, kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Lingkungan sekolah berada
di sisi kiri Jl. Mariwati dan dikelilingi oleh persawahan. Kondisi sekolah yang
dikelilingi persawahan menjadikan suasana sekolah kondusif dan tidak bising
sehingga cocok untuk kegiatan pembelajaran. Adapun alasan peneliti memilih
SMAN 1 Sukaresmi adalah sekolah ini merupakan salah satu sekolah terbaik di
kabupaten Cianjur. Selain itu sekolah ini merupakan tempat peneliti
menyelesaikan sekolah semasa SMA, sehingga peniliti dapat mengetahui kondisi
sekolah dengan cukup baik.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang peneliti gunakan adalah siswa kelas XI IPS-1 SMA
Negeri 1 Sukaresmi yang berjumlah 39 orang dengan rincian 23 orang siswi
perempuan dan 16 siswa laki-laki. Peneliti menetapkan kelas tersebut menjadi
subjek penelitian karena siswa di kelas tersebut memiliki keaktifan dan daya kritis
yang cukup baik untuk belajar namun hasil belajar yang didapatkan siswa kurang
maksimal dalam pembelajaran sejarah. Ketika pra-penelitian dilakukan, peneliti
melihat bahwa celotehan-celotehan siswa di dalam kelas ini justru merupakan
pemikiran kritis siswa, sayangnya hal tersebut kurang mendapatkan arahan yang
35
B. Desain Penelitian
Desain pelaksanaan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian
tindakan kelas ini adalah model spiral yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis
dan Robin Mc. Taggart tahun 1988. Model penelitian Kemmis dan Taggart ini
terdiri dari empat tahapan penelitian yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi,
dan refleksi yang keempat tahapan ini saling berhubungan dan dilakukan dalam
setiap satu siklus penelitian. Tahapan-tahapan dalam siklus ini akan terus
dilakukan secara berulang-ulang hingga tujuan yang hendak dicapai dalam
penelitian ini dapat tercapai dan menunjukkan hasil yang positif.
Peneliti menggunakan desain tersebut dengan alasan dalam penelitian ini
peneliti menerapkan metode penugasan yang cenderung sederhana dalam
pelaksanaan tindakannya. Selain daripada itu intensitas pembelajaran sejarah
dalam pertemuan kelas pun hanya sedikit sekali serta evaluasi dapat dilakukan
dalam setiap akhir tindakan. Sehingga peneliti memutuskan bahwa desain
penelitian dengan model Kemmis dan Taggrat ini merupakan desain yang pas
untuk diterapkan dalam penelitian ini. Adapun siklus desain Kemmis dan Taggart
dapat digambarkan sebagai berikut:
Dari gambar tersebut terdapat empat langkah penting dalam penelitian
tindakan kelas, yaitu rencana, tindakan, pengamatan dan refleksi. Dalam
penelitian ini, peneliti telah menyusun beberapa rancangan penelitian yang dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Rencana (plan)
Berdasarkan hasil analisis dan interpretasi peneliti menyusun suatu rencana
pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui metode proyek.
Peneliti merancang suatu proses pembelajaran yang mendorong siswa untuk lebih
aktif belajar baik secara mandiri maupun kelompok di luar jam pelajaran di
sekolah. Pada tindakan pertama ini peneliti mencoba untuk memberikan
pertanyaan-pertanyaan spontan kepada siswa, dimana mengetahuan para siswa
terhadap materi akan dijadikan tolak ukur oleh peneliti dalam mengembangkan
proyek akan diberikan pada pertemuan berikutnya. Peneliti akan menyusun
serangkaian rencana kegiatan terstruktur dan tindakan yang akan dilakukan untuk
mendapatkan hasil yang baik berdasarkan kajian pustaka dan pengamatan,
diantaranya :
Meminta kesediaan guru untuk menjadi kolaborator atau guru mitra peneliti
dalam penelitian yang akan dilaksanakan.
Menyusun kesepakatan dengan kolaborator mengenai waktu penelitian.
Mendiskusikan metode yang peneliti rencanakan akan diterapkan dalam
penelitian tindakan kelas.
Menyusun silabus dan rencana pengajaran yang akan digunakan saat
pembelajaran dalam penelitian.
Merencanakan sistem pembelajaran proyek yang akan digunakan dalam
PBM sehingga dapat meningkatkan intensitas belajar siswa di luar sekolah
dan jam pelajaran.
Merencanakan diskusi balikan yang akan dilakukan antara peneliti dengan
guru mitra agar dapat memperbaiki tindakan selanjutnya.
37
Merencanakan pengolahan data dari hasil yang diperoleh dari penelitian.
2. Tindakan (act)
Tahapan ini merupakan tindakan nyata yang akan diterapkan sesuai dengan
hasil indentifikasi masalah dan perencanaan pada tahap sebelumnya sebagai solusi
untuk meningkat hasil belajar siswa. Peneliti memberikan pertanyaan pancingan
tentang suatu materi yang akan dipelajari. Dari jawaban-jawaban siswa
diharapkan akan terlihat tingkat pengetahuan siswa tentang materi tersebut.
Tindakan yang dilakukan pada penelitian ini yakni:
Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun pada
tahap perencanaan, yaitu tindakan yang sesuai dengan silabus dan rencana
pengajaran yang telah disusun.
Mengoptimalkan penggunaan metode proyek sehingga dapat dimengerti
oleh siswa.
Mengadakan evaluasi non test selama proses tindakan berlangsung.
Menggunakan instrument penelitian yang telah disusun.
Melakukan diskusi balikan dengan guru mitra penelitian.
Melakukan revisi tindakan sebagai tindak lanjut dari hasil diskusi balikan
dengan guru mitra.
Melaksanakan pengolahan data.
3. Pengamatan (observe)
Pada tahap ini pelaksanaan observasi atau pengamatan dilakukan bersamaan
dengan dilaksanakannya tindakan. Dilakukan untuk mendokumentasikan hasil
dari tindakan yang telah dilakukan untuk melihat rendah atau tingginya perubahan
yang terjadi pada hasil belajar siswa. Pada kegiatan observasi ini, peneliti
melakukan:
Pengamatan mengenai kesesuaian penggunaan metode proyek dengan
materi agar siswa tidak bosan.
Pengamatan kesesuaian penggunaan metode proyek dengan kaidah-kaidah
teoritis yang digunakan.
Mengamati perkembangan hasil belajar siswa.
4. Refleksi (reflect)
Pada tahap ini peneliti akan melakukan kegiatan diskusi balikan dengan
guru mitra dan siswa setelah tindakan dilakukan. Selain itu juga peneliti akan
merefleksikan hasil diskusi balikan untuk memperbaiki siklus selanjutnya.
C. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara yang akan dilakukan oleh seorang
peneliti melalui tahapan-tahapan yang telah ditentukan untuk menjawab suatu
permasalahan. Menurut Hatimah (2000 : 95) metode penelitian adalah:
“suatu cara yang harus dilakukan oleh peneliti melalui serangkaian prosedur
dan tahapan dalam melaksanakan serangkaian kegiatan penelitian dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau mencari jawaban terhadap suatu
masalah”.
Berdasarkan kajian dari permasalahan penelitian, metode yang akan digunakan
adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Ebbut (Wiriaatmadja,
2008 : 12) :
“penelitian tindakan adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan
pelaksanaan praktek kependidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut”.
Hal tersebut didukung oleh Wiriatmadja (2008 : 13) bahwa :
“penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat
mengorganisasi kondisi praktek pembelajaran mereka dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata
39
Berdasarkan kutipan tersebut dapat dikatakan bahwa metode penelitian
kelas digunakan karena melalui metode ini guru dapat melakukan penelitian
secara langsung untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran
sejarah. Dengan penelitian ini pula diharapkan guru dapat memperbaiki
kinerjanya agar dapat mencapai tujuan pendidikan secara ideal.
Dengan penggunakan penelitian tindakan kelas segala gejala yang muncul
selama proses penelitian dapat teramati dan tercover dengan baik. Selain dari itu,
metode ini berhenti ketika terbukti permasalahan yang dialami siswa dapat
teratasi. Hal ini berdampak positif, agar pembelajaran sejarah di sekolah-sekolah
dapat meningkat dan lebih menarik bagi siswa sehingga guru harus melakukan
inovasi-inovasi baru dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran. Bagi para
guru selaku pengajar, penelitian tindakan kelas juga dapat terus memperbaiki
kinerja dan mutu pendidikan, dan hasil akhir dari tujuan pendidikan nasional yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa dapat dilaksanakan dengan maksimal.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa siklus hingga dapat diperoleh
kesimpulan bahwa hasil belajar siswa dapat meningkat dan menunjukan hasil
yang stabil. Kegiatan awal dalam penelitian ini ditandai dengan melaksanakan pra
penelitian dalam beberapa kelas, untuk mencari kelas yang cocok untuk
pelaksanaan penelitian. Berdasar kepada hasil pra penelitian maka kelas XI IPS-1
dijadikan sebagai tempat pelaksanaan penelitian. Selanjutnya peneliti berdiskusi
dengan guru mata pelajaran sejarah mengenai kondisi kelas yang akan dijadikan
tempat penelitian dan mencari alternatif solusi yang dapat dilakukan. Peneliti
kemudian menyusun perencanaan tindakan yang akan dilakukan.
Hasil pra penelitian di kelas XI IPS-1 menunjukkan bahwa permasalahan
pembelajaran yang terjadi adalah rendahnya hasil belajar siswa. Peneliti
bermaksud untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas XI IPS-1 dengan
pembelajaran sejarah. Dengan metode ini diharapkan intensitas belajar siswa di
luar sekolah dan jam pelajaran dapat meningkat. Tahapan dalam penelitian ini
dibagi ke dalam empat tahap yaitu perencanaan (plan) , pelaksanaan (action) ,
observasi (observation) , dan refleksi (reflection), setiap tahap ini dilaksanakan
secara sistematis dan saling berhubungan satu sama lain.
E. Definisi Operasional
1. Metode Proyek
Peneliti melihat bahwa pembelajaran di luar sekolah dan di luar jam
pelajaran selama ini tidak efektif. Hal ini dikarenakan selain perencanaan yang
kurang matang juga karena jika diberikan tugas atau pekerjaan rumah banyak
siswa yang mengerjakan tugas sekedar menggugurkan kewajiban demi
mendapatkan nilai tanpa mendapatkan hasil yang bermanfaat bagi dirinya. Fakta
di lapangan banyak siswa yang mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
namun pada saat tes hasil yang didapat siswa rendah.
Metode proyek ini pun dilakukan karena bahan pelajaran sejarah yang
banyak tidak memungkinkan dijelaskan satu per satu seluruhnya. Siswa harus
mampu mencari sendiri dengan menciptakan suatu produk berdasarkan
pemahaman materi yang dimilikinya. Dengan demikian materi pelajaran yang
tersedia tidak tersampaikan sepenuhnya melalui ceramah, tetapi melalui variasi
kegiatan lain di dalam kelas saat pembelajaran. Agar materi pelajaran
tersampaikan secara keseluruhan dan tepat waktu serta kompetensi yang
diharapkan dapat tercapai, maka metode proyek inilah yang akan peneliti gunakan
untuk menanggulangi masalah tersebut. Proyek-proyek yang peneliti berikan
kepada siswa bertujuan memperdalam bahan pelajaran karena dengan produk
yang siswa kerjakan dapat mengecek ketersampaian bahan pelajaran yang telah
dipelajari sebelumnya.
Bellance (2011, xix) mengemukakan bahwa keterlibatan siswa akan
41
belajar. Peningkatan semangat belajar, inti dari motivasi dalam diri, menarik
siswa untuk mengerjakan proyek-proyek yang ditugaskan sebagaimana mereka
menangkap pelajaran-pelajaran yang diberikan.
Indikator-indikator yang menjadi tolak ukur dari metode proyek ini adalah :
Siswa dapat menentukan pekerjaan proyek yang akan ia kerjakan sesuai
dengan kemampuan dan ketertarikannya sendiri dengan mengembangkan
proyek yang diberikan.
Siswa dapat merespon dengan baik semua bahan, alat-alat, dan
perlengkapan yang perlu dipersiapkan untuk pengerjaan proyek-proyek
yang ditugaskan kepada siswa.
Siswa dapat melengkapi proyek yang dikerjakan dengan pendekatan
multidisipliner agar pemahaman siswa terhadap materi lebih baik lagi.
siswa dapat mengikuti proses pembelajaran agar mempermudah siswa
memahami materi sehingga tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakan
proyek-proyek yang diberikan. Proyek yang diberikan terhadap siswa
dimaksudkan lebih kepada proses yang dilalui siswa untuk membuat suatu
proyek berdasarkan pemahamannya.
Siswa dapat menunjukkan perkembangan pekerjaannya setiap minggu
kepada guru agar dapat dicek dan teramati perkembangan pembelajaran
melalui metode proyek yang diberikan kepada siswa.
Sementara itu bentuk-bentuk proyek yang akan dikerjakan adalah sebagai berikut:
Membuat artikel yang menghubungkan peristiwa sejarah dengan peristiwa
faktual.
Mengubah lirik sebuah lagu, menjadi lagu yang berlirik sejarah. Hal ini menjadi salah satu variasi proyek yang menyenangkan bagi siswa, sehingga
materi pelajaran mudah dipahami oleh siswa.
Membuat laporan pembelajaran dalam bentuk power point. Hal ini
dimaksudkan agar melalui pembelajaran sejarah siswa pun dapat
Membuat mading sederhana yang bertema sejarah.
Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penerapan metode proyek adalah
sebagai berikut :
Pembelajaran di dalam kelas dipergunakan dengan seefektif mungkin dan
dikembangkan dengan berbagai metode dan media yang menarik.
Metode proyek menjadi salah satu kegiatan yang dapat dikembangkan baik
di dalam kelas maupun di luar kelas.
Proyek yang dikerjakan di luar kelas diberi waktu selama satu minggu untuk
kemudian dikumpulkan. Sedangkan untuk proyek yang akan dikerjakan di
dalam kelas, bahan dan alat yang dibutuhkan untuk pengerjaan proyek akan
diinformasikan seminggu sebelumnya sehingga waktu pembelajaran akan
lebih efisien. Aspek-aspek yang menjadi penilaian akan sebelumnya
dikomunikasikan kepada siswa, agar siswa mengetahui dan mengerjakan
sesuai dengan hasil yang diharapkan.
Fungsi dari proyek-proyek yang dikerjakan bukan mencari nilai melainkan variasi kegiatan belajar siswa agar siswa dapat memahami materi
pembelajaran melalui proyek yang mereka kerjakan.
Proyek-proyek yang disebutkan di atas mengharuskan siswa lebih
memahami dan menguasai materi. Untuk itu diperlukan keaktifan siswa dalam
memperdalam pengetahuannya dengan lebih banyak belajar di luar jam pelajaran,
sehingga dalam pembelajaran di kelas siswa tinggal mengaplikasikan apa yang
telah mereka kumpulkan dan pelajari sebelumnya. Selain dari itu proyek yang
diberikan akan dibuat semenarik mungkin agar siswa tertarik dan antusias ingin
mengerjakan proyek tersebut. Dengan mengerjakan proyek-proyek yang diberikan
secara bertahap oleh peneliti, diharapkan siswa menjadi terbiasa untuk melakukan
intruksi guru dengan baik dalam mengerjakan sesuatu dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru. Sehingga saat siswa mengerjakan tes yang
dilakukan secara berkala, siswa akan lebih baik lagi dalam mengerjakannya. Hal
43
2. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh oleh siswa setelah
melalui kegiatan belajar dalam waktu tertentu. Hal tersebut dinyatakan dalam
penguasaan, pengetahuan, dan kecakapan dasar, sehingga nampak terlihat pada
diri individu baik berupa nilai maupun berupa perubahan tingkah laku.
Dalam penelitian ini, hasil belajar yang dimaksud yaitu hasil belajar dalam
ranah kognitif berdasar atas tingkat kemampuan berfikir yang dirumuskan oleh
Bloom. Hasil belajar dalam ranah kognitif yang dimaksud adalah pada tingkat
pengetahuan, pemahaman, serta analisis. Alasan peneliti memilih hasil belajar
kongnitif dari ranah pengetahuan hingga analisis adalah kompetensi dasar pada
semester 1 kelas XI lebih banyak menuntut pemahaman serta analisis siswa
terhadap peristiwa sejarah. Tujuan dari metode proyek ini ialah siswa memiliki
hasil belajar yang meningkat yaitu lebih dapat mengetahui, memahami,
menerapkan, dan menganalisis peristiwa sejarah agar lebih bermakna bagi siswa.
Indikator yang hendak dicapai dalam hasil belajar ini adalah :
Siswa dapat mengetahui setiap materi dalam pelajaran sejarah melalui setiap tugas atau proyek yang diberikan
Siswa dapat memahami materi sejarah lebih mendalam melalui
sproyek-proyek yang dikerjakan
Siswa dapat menganalisis setiap peristiwa sejarah melalui proyek yang
mereka kerjakan sendiri sehingga setiap peristiwa sejarah dapat lebih
dimengerti
Siswa dapat menerima dengan memperhatikan setiap instruksi proyek yang
diberikan kepada siswa
Siswa dapat memberikan respon positif terhadap setiap proyek yang
dikerjakan
Siswa dapat mengkaitkan materi sejarah dengan keadaan sekitar siswa saat
ini melalui proyek yang dikerjakan, agar tugas dapat dirasakan manfaatnya
oleh siswa
Siswa dapat menunjukan peningkatan hasil belajar melalui pencapaian nilai
dari tes yang diberikan.
Alat pengumpul data dari hasil belajar dalam ranah kognitif adalah jawaban
siswa atas tes-tes yang diberikan setiap minggu selama penelitian berlangsung.
F. Instrumen Penelitian
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa dalam
mata pelajaran sejarah melalui metode proyek. Peneliti akan menggunakan empat
alat penelitian untuk mengumpulkan data yang diperlukan. Adapun alat yang
digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Lembar Panduan Observasi
Lembar panduan observasi digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan
data pada saat pelaksanaan kegiatan pembelajaran atau pada saat penelitan
berlangsung. Maksud dari penggunaan lembar panduan observasi ini ialah untuk
mengamati, kemudian mencatat aktivitas apa saja yang terjadi selama
pembelajaran berlangsung seperti interaksi antara guru dan siswa maupun antara
sesama siswa dalam pembelajaran sejarah dengan mengunakan metode proyek.
Peneliti memilih observasi sebagai salah satu instrumen penelitian karena
pengumpulan data dengan observasi bersifat kualitatif, serta dilakukan pada saat
kegiatan pembelajaran berlangsung sehingga fakta-fakta yang terjadi selama
pelaksanaan pembelajaran dapat teramati secara baik.
2. Wawancara
Wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal
45
mengenai hal-hal yang dianggap diperlukan dalam penelitian. Melalui wawancara
peneliti dapat memperoleh data yang diperlukan yaitu untuk mengetahui
tanggapan siswa terhadap mata pelajaran sejarah dengan menggunakan metode
proyek dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.
Peneliti menggunakan pedoman wawancara sebagai acuan dalam
pelaksanaan wawancara, hal ini dimaksudkan agar pelaksanaan wawancara dapat
sesuai dan terstruktur dengan data yang diharapkan. Bentuk wawancara yang
peneliti gunakan adalah wawancara terstruktur, yaitu tekhnik wawancara dengan
terlebih dahulu mempersiapkan bahan-bahan wawancara.
3. Dokumentasi
Dokumentasi dapat digunakan untuk mengabadikan bagaimana proses
pembelajaran berlangsung terekam dalam kegiatan siswa yang tertuang dalam
dokumen-dokumen proyek-proyek pekerjaan siswa yang kemudian dapat
dianalisis sehingga data yang diperlukan dapat diperoleh oleh peneliti.
4. Tes
Tes memudahkan terhadap pengukuran ketercapaian kompetensi siswa. Tes
esai dan objektif membantu peneliti dalam mengukur hasil belajar siswa dalam
ranah kognitif.
G. Teknik Pengumpulan Data
Data adalah sumber informasi primer untuk memberikan gambaran tentang
objek penelitian yang sedang diteliti. Menurut Hatimah (2010 : 217) “data adalah
fakta empirik yang dikumpulkan oleh peneliti guna memecahkan masalah atau
menjawab pertanyaan penelitian”. Data utama yang dibutuhkan dalam penelitian
ini adalah mengenai hasil belajar siswa. Selain dari pada itu peneliti juga
memerlukan data lain untuk menunjang hasil penelitian seperti tugas-tugas yang
diberikan kepada siswa agar hasil belajar yang diperoleh oleh siswa tidak hanya
pengumpulan data yang akan digunakan dalam pengumpulan data tersebut adalah
pedoman penilaian, tes dan studi dokumentasi. Adapun penjelasan dari ketiga
teknik tersebut adalah sebagai berikut :
1. Catatan Lapangan
Menurut Wiriaatmadja (2008 : 125) dalam catatan lapangan dapat memuat
informasi mengenai:
“berbagai aspek pembelajaran, suasana kelas, pengelolaan kelas,
hubungan interaksi guru dengan siswa, interaksi siswa dengan siswa, mungkin juga hubungan orang tua siswa, iklim sekolah, leadership kepala sekolah, demikian pula kegiatan lain dari penelitian ini seperti
aspek orientasi, perencanaan, pelaksanaan, diskusi dan refleksi”.
Penggunaan catatan lapangan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk
memperoleh informasi mengenai suasana kelas, pengelolaan kelas, dan hubungan
interaksi siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung, maupun siswa
dengan orang tua nya dalam mengerjakan tugas di rumah. Catatan lapangan ini
dibuat oleh observer dengan cara menuliskan hal-hal yang diamati atau dilihat
selama proses pembelajaran berlangsung pada lembar catatan lapangan yang telah
peneliti sediakan. Untuk pengerjaan proyek di luar kelas dan jam pelajaran
peneliti memberikan catatan lapangan serupa kepada siswa agar diisi oleh setiap
anggota kelompok dalam setiap pengerjaan proyek sehingga dapat memperbaiki
kinerja proyek yang akan datang.
2. Wawancara
Wawancara atau interview merupakan salah satu bentuk pengumpulan data
yang dilakukan secara lisan dan bertatap muka. Peneliti terlebih dahulu
mempersiapkan apa saja yang akan ditanyakan pada saat pelaksanaan wawancara.
Hal ini dilakukan agar pelaksanaan wawancara terstruktur dengan baik. Peneliti
harus memiliki hubungan baik dengan narasumber agar dalam pelaksanaan
wawancara narasumber dapat dengan leluasa mengemukakan pendapatnya atau
47
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan
tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian. Studi dokumentasi yang
digunakan dalam penelitian ini berupa menghimpun dan menganalisis
dokumen-dokumen proyek-proyek yang telah dikerjakan oleh siswa.
4. Tes
Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran terhadap hasil
belajar. Jenis tes yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu tes hasil belajar atau
pengisian lembar LKS yang dibuat oleh guru.
H. Pengolahan Data dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
Menurut Hatimah (2000 : 224) “pengolahan data adalah suatu proses untuk
mendapatkan data dari setiap variabel penelitian yang siap dianalisis”. Pengolahan
data dalam penelitian ini akan dibagi ke dalam dua bagian yaitu pengolahan data
kuantitatif dan pengolahan data kualitatif.
a. Data Kuantitatif : Pengolahan kuantitatif dilakukan dengan mengukur
tingkat peningkatan hasil belajar siswa. Data yang diperoleh berasal dari tes
objektif dan esai serta penilaian terhadap proyek-proyek yang dikerjakan
oleh siswa. Pengolaha data kuantitatif dilakukan melalui dua tahapan yaitu:
Tahap pertama, menentukan skor dari setiap proyek siswa berdasarkan
instrumen penilaian yang telah dibuat oleh peneliti. Setiap skor yang
diraih siswa dilihat dari kesesuaian antara pekerjaan siswa dengan
aspek yang diharapkan mampu dimunculkan oleh siswa. Selain itu juga
skor diperoleh dari tes hasil belajar siswa baik ulangan harian maupun
UTS.
Tahap kedua, melakukan uji t. Skor yang diperoleh setiap siswa akan
spss 16. Penggunaan uji t ini dilakukan untuk mengetahui seberapa
besar peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya.
b. Data kualitatif : Data kualitatif berasal dari catatan lapangan yang peneliti
buat selama pembelajar di dalam kelas berlangsung maupun catatan
lapangan yang harus diisi oleh orang tua siswa di rumah. Kemudian peneliti
menganalisis catatan lapangan tersebut untuk selanjutnya dideskripsikan
dengan berlandaskan pada teori-teori yang telah dikemukakan pada bab
sebelumnya.
2. Teknik Analisis Data
Data yang telah diperoleh tidak akan bermanfaat apabila peneliti tidak
melakukan analisis terhadap data tersebut. Analisis data dilakukan untuk
menafsirkan data yang telah diperoleh. Pengolahan data yang dilakukan pada
penelitian ini adalah bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data yang terkumpul dalam
penelitian ini diawali dari data pra penelitian hingga pada saat pelaksanaan
tindakan. Data-data temuan kemudian diolah dengan sistem pengkodean untuk
proyek-proyek dan hasil belajar siswa. Selain itu data lain yang telah diperoleh
seperti temuan-temuan dalam catatan lapangan mengalami pengolahan data agar
dapat digunakan.
Setelah data yang didapat diolah maka langkah selanjutnya yang akan
dilakukan oleh peneliti adalah menganalisis data. Analisis data menjadikan data
yang telah diperoleh lebih berarti dan bermakna dalam memecahkan masalah
penelitian. Setelah data selesai dianalisis maka peneliti melakukan interpretasi
pada penelitian yang telah dilakukan. Dan tahap interpretasi ini akan menjadi
acuan terhadap tindakan selanjutnya yang akan dilakukan.
Teknik analisis data yang akan digunakan adalah analisis data interaktif
Miles dan Huberman. Teknik analisi menurut Miles dan Huberman (1994) dalam
Prawito (2008: 104-106) disebut dengan interactive model. Teknik analisis ini
pada dasarnya terdiri atas tiga komponen yaitu reduksi data (data reduction),
49
and verifying conclusions).
Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam menganalisis data dalam
penelitian ini yaitu :
a. Reduksi data (data reduction)
Reduksi data merupakan upaya yang dilakukan oleh peneliti selama analisis
data dilakukan dan merupakan langkah yang tak terpisahkan dari analisis
data. Langkah reduksi data melibatkan beberapa tahap, tahapan-tahapan
tersebut adalah :
Tahap pertama, melibatkan langkah-langkah editing, pengelompokan,
dan meringkas data.
Tahap kedua, peneliti menyusun kode-kode dan catatan-catatan (memo) mengenai berbagai hal termasuk yang berkenaan dengan aktivitas serta
proses-proses sehingga peneliti dapat menemukan tema-tema,
kelompok-kelompok serta pola-pola data. Catatan yang dimaksudkan adalah
gagasan-gagasan atau ungkapan yang mengarah pada teorisasi berkenaan
dengan data yang ditemui.
Tahap ketiga, peneliti menyusun rancangan konsep-konsep
(mengupayakan konseptualisasi) serta penjelasan-penjelasan berkenaan
dengan tema, pola, atau kelompok-kelompok data bersangkutan. Dalam
komponen reduksi data ini dapat terlihat bahwa peneliti akan
mendapatkan data yang sangat sulit untuk diidentifikasi pola serta
temanya, atau mungkin kurang relevan untuk tujuan penelitian sehingga
data-data bersangkutan terpaksa harus disimpan (diredusir) dan tidak
Teknik analisis data interaktif dari Miles dan Huberman (1994: 12) b. Penyajian Data (data display)
Komponen kedua analisis interaktif dari Miles dan Huberman, yakni
penyajian data. Penyajian data melibatkan langkah-langkah
mengorganisasikan data, yakni menjalin (kelompok) data yang satu dengan
(kelompok) data yang lain sehingga seluruh data yang dianalisis benar-benar
melibatkan dalam satu kesatuan karena dalam penelitian kualitatif data
biasanya beraneka ragam perspektif dan terasa bertumpuk maka penyajian
data (data display) pada umumnya diyakini sangat membantu proses
analisis. yang tersaji berupa kelompok-kelompok atau gugusan-gugusan
yang kemudian saling dikait-kaitkan sesuai dengan kerangka teori yang
digunakan. Kegagalan dalam mengupayakan display data secara memadai
akan menyulitkan peneliti dalam membuat analisis-analisis. Gambar-gambar
dan diagram yang menunjukkkan keterkaitan antar gejala satu dengan gejala
lain sangat diperlukan untuk kepentingan analisis data.
c. Penarikan Dan Pengujian Kesimpulan (drawing and verifying conclusions)
Pada komponen terakhir, yakni penarikan dan pengujian kesimpulan,
peneliti pada dasarnya mengimplementasikan prinsip induktif dengan
mempertimbangkan pola-pola data yang ada dan atau kecendrungan dari
display data yang telah dibuat. Ada kalanya kesimpulan telah tergambar
sejak awal, namun kesimpulan final tidak pernah dapat dirumuskan secara
memadai tanpa peneliti menyelesaikan analisis seluruh data yang ada.
Peneliti dalam kaitan ini masih harus mengonfirmasi, mempertajam, atau
51
pada kesimpulan final berupa proposisi-proposisi ilmiah mengenai gejala
atau realiitas yang diteliti.
3. Uji Validasi Data dan Interpretasi
a. Validasi data
Validitas Data merupakan salah satu indikator yang menunjukan data hasil
penelitian yang telah dilakukan baik atau tidak baik. Jika data tersebut valid
maka data penelitian peneliti baik. Validitas merupakan salah satu syarat
penting dalam pelaksanaan seluruh jenis penelitian termasuk dalam PTK.
Peneliti melakukan Validasi data dalam penelitian ini dengan cara:
Member Check
Member check yaitu mencek kebenaran dan kesahihan data temuan
dengan cara mengkonfirmasi dengan sumber data. Dalam proses ini, data
atau informasi tentang seluruh pelaksanaan tindakan yang diperoleh
peneliti dikonfirmasi kebenarannya kepada kolaborator atau guru yang
menjadi mitra melalu diskusi pada setiap akhir pelaksanaan tindakan dan
pada akhir keseluruhan pelaksanaan tindakan.
Ekspert Opinion
Ekspert opinion adalah pengecekan terakhir terhadap kesahihan temuan
penelitian kepada para pakar yang profesional di bidang ini yaitu para
pembimbing penelitian ini.
b. Interpretasi
Pada tahap ini peneliti akan mencoba merumuskan temuan-temuan
penelitian berdasarkan landasan teoritis yang telah dibuat. Hasil temuan yang
telah dirumuskan ini kemudian diuraikan dalam bab selanjutnya yaitu bab IV.
Sebelum menguraikan hasil temuan, akan dipaparkan kondisi awal pembelajaran
di kelas XI IPS-1. Hal ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa metode proyek
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X IPS-1 SMAN 1 Sukaremi. Dengan
serangkaian tahapan yang telah dilakukan dalam penelitian, diharapkan hasil
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Pada bab ini peneliti akan memaparkan beberapa kesimpulan sebagai inti
dari pembahasan bab-bab sebelumnya. Kesimpulan yang peneliti paparkan
mengacu pada permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya sebagai
permasalahan penelitian. Berawal dari kondisi pembelajaran siswa di kelas XI
IPS-1 SMA Negeri 1 Sukaresmi sebelum diterapkannya metode proyek. Kondisi
pembelajaran dinilai kurang efektif karena tidak ada variasi metode yang menarik
yang dapat digunakan dalam pembelajaran sejarah. Kondisi siswa pada saat jam
pelajaran sejarah berlangsung di dalam kelas tampak tidak fokus dan malah
melakukan kegiatan lain seperti mengobrol, memainkan gadget, bahkan tertidur.
Sebelum menerapkan metode proyek diperlukan suatu perencanaan yang
matang agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. Perencanaan
yang dilakukan berdasarkan pengamatan terhadap siswa dan diskusi dengan guru
mitra / kolaborator. Hal ini dilakukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai
dengan baik. Berdasarkan hasil pengamatan dan diskusi selanjutnya peneliti
menuangkan dan menjabarkannya dalam rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP).
Setelah perencanaan tahap selanjutnya ialah melaksanakan pembelajaran
sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Dalam pelaksanaan ini dilakukan
empat kali tindakan / pertemuan. Setiap pertemuan harus memiliki tiga buah
kegiatan yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Setiap
kegiatan merupakan tahapan penting yang harus dilakukan berdasarkan
karakteristiknya masing-masing. Berdasarkan penelitian ini kegiatan awal diisi
dengan memeriksa kesiapan siswa, mendata kehadiran siswa, dan melakukan
148
mendeskripsikan beberapa pokok pembahasan secara garis besar sebagai landasan
berfikir bagi siswa, maka selanjutnya ialah kegiatan siswa secara kelompok untuk
merencanakan dan menyusun sebuah proyek pembelajaran berdasarkan apa yang
telah dibahas sebelumnya. Sebagai kegiatan penutup dari pembelajaran ini guru
dan siswa sama-sama menyimpulkan materi dan guru menugaskan sesuatu yang
akan digunakan dalam proyek selanjutnya guna memperlancar kegiatan
pembelajaran.
Setelah menerapkan metode proyek ini embelajaran sejarah dinilai
mengalami peningkatan, hal tersebut dapat dilihat dari perubahan siswa dalam
merespon pembelajaran sejarah yang diberikan. Dengan menerapkan metode
proyek siswa terlihat lebih tertarik dalam mengikuti pembelajaran, siswa pun
lebih kreatif serta aktif dalam bertanya dan menyampaikan pendapatnya. Dengan
demikian pembelajaran sejarah tidak harus terfokus pada penjelasan guru saja
yang menghabiskan seluruh waktu pembelajaran dengan ceramah. Siswa dapat
menciptakan suatu produk sebagai hasil dari pemahamannya terhadap materi. Hal
ini menyiratkan bahwa dalam pembelajaran sejarah dapat dilakukan variasi
kegiatan yang lebih baik dan melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran
sejarah.
Perubahan hasil belajar yang diperoleh siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1
Sukaresmi setelah diterapkannya metode proyek menunjukan hal positif dengan
hasil belajar yang cukup baik. Hal ini didasarkan pada hasil penelitian dengan
menggunakan uji t sampel berpasangan serta hasil pengerjaan proyek siswa. Hasil
belajar yang diperoleh siswa memperlihatkan peningkatan, peningkatan yang
cukup signifikan terjadi pada tindakan pertama ke tindakan kedua. Hal ini dilihat
dari nilai rata-rata siswa yang mengalami peningkatan yang cukup baik. Hal
serupa ditunjukan pada tindakan-tindakan selanjutnya, nilai siswa mengalami
peningkatan yang cukup signifikan pada tindakan kedua ke tindakan ketiga. Hal
berbeda ditunjukkan pada tindakan keempat, hanya sedikit peningkatan hasil
belajar yang dicapai oleh siswa. Hal ini mengindikasikan adanya titik jenuh dalam
tindakan kelas dengan menerapkan metode proyek di kelas XI IPS-1 SMA Negeri
1 Sukaresmi.
Sementara itu kendala dan solusi yang dihadapi oleh peneliti selama
menerapkan metode proyek dalam proses pembelajaran di kelas XI IPS-1 SMA
Negeri 1 Sukaresmi, antara lain yaitu mengenai; a) alokasi waktu dalam
pelaksanaan penelitian; b) pada tindakan pertama masih banyak siswa yang
nampaknya kurang memahami dari pembelajaran proyek, hal ini terlihat ketika
banyak siswa yang berkali-kali bertanya kepada peneliti di luar kelas dan jam
pelajaran; c) hasil pengerjaan proyek terkadang tidak sesuai dengan yang
diharapkan meskipun rambu-rambu yang perlu diperhatikan dalam pengerjaan
proyek telah diberikan kepada siswa; d) kurangnya minat siswa untuk belajar
membuat metode ini kurang efektif jika dilaksanakan di luar kelas, hal ini karena
kurangnya pengawasan guru akan membuat hanya sebagian siswa yang
mengerjakan proyeknya.
Peneliti berusaha untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan mencari
solusi dari kendala-kendala yang dihadapi selama melaksanakan penelitian
diantaranya; a) alokasi waktu harus benar-benar diperhitungkan sebelum tindakan
dilaksanakan dengan memperhitungkan waktu yang dibutuhkan untuk setiap
kegiatan termasuk gangguan-gangguan yang mungkin terjadi selama
pembelajaran berlangsung; b) diperlukan penjelasan mengenai arahan-arahan
kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa pada setiap tindakan. Arahan yang
diberikan harus lebih spesifik tidak hanya tentang pembelajaran dengan
menggunakan metode proyek secara umum, tetapi yang sesuai dengan proyek
yanag akan dikembangkan pada pertemuan tersebut; c) proyek yang akan
diberikan kepada siswa harus mempertimbangkan karakteristik kelas tempat
dilaksanakannya penelitian, hal ini didasarkan pada pengalaman dalam
melaksanakan tindakan pertama, proyek yang dikembangkan lebih bersifat teks
sehingga membuat siswa kurang tertarik. Karakteristik siswa yang diteliti lebih
tertarik kepada hal-hal yang menyenangkan, sehingga kemudian peneliti perlu
150
pengerjaan proyek di luar kelas ternyata kurang efektif, antisipasi yang dilakukan
oleh peneliti untuk mengatasinya pun menjadi kurang fungsional. Untuk itu,
peneliti perlu membuat suatu proyek yang dapat dilakukan di dalam kelas, namun
siswa pun memiliki beberapa pekerjaan yang perlu dipersiapkan sebelumnya di
luar kelas. Hal ini dimaksudkan untuk mengefisienkan waktu sehingga alokasi
waktu dapat sesuai dengan yang direncanakan, selain itu siswa pun telah
mempersiapkan materi pembelajarannya sebelum pembelajaran di kelas
berlangsung.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas
dengan menerapkan metode proyek dapat digunakan sebagai salah satu solusi
untuk memecahkan beberapa permasalahan yang berkaitan dengan pembelajaran
sejarah. Salah satu permasalahan pembelajaran yang peneliti lakukan ialah untuk
mengatasi rendahnya nilai atau hasil belajar siswa dalam mata pelajaran sejarah.
Selain itu, metode proyek juga dapat dijadikan sebagai salah satu variasi metode
pembelajaran yang dilaksanakan dipersekolahan. Metode ini sangat fleksibel
sehingga dapat disesuaikan dengan rencana pembelajaran ataupun kegiatan yang
diinginkan oleh guru.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan berdasarkan pengalaman
langsung selama proses penelitian membuat peneliti ingin berkontribusi untuk
memperbaiki metode yang telah dilaksanakan dan penelitian yang telah
dilaksanakan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkegiatan dalam dunia
pendidikan. Maka dari itu peneliti mengemukakan beberapa saran yang
diantaranya sebagai berikut :
1. Peneliti berharap penerapan metode proyek dapat dikembangkan lebih
baik lagi dalam setiap mata pelajaran yang dapat berkontribusi positif
terhadap peningkatan mutu pembelajaran.
2. Peneliti berharap guru-guru dipersekolahan dapat mengembangkan
pembelajaran di kelas. Selain itu metode proyek ini dapat dijadikan
salah satu solusi oleh guru untuk mengatasi permasalahan-permasalahan
yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung.
3. Guru harus lebih cermat lagi dalam menciptakan proyek-proyek yang
lebih keatif dan inovatif serta bermanfaat bagi siswa. Sehingga
pembelajaran sejarah ini dapat dirasakan langsung manfaatnya oleh
siswa.
4. Penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi dan menarik akan
mengubah pandangan siswa terhadap mata pelajaran sejarah yang
dianggap sebagai mata pelajaran yang membosankan menjadi suatu
pelajaran yang menyenangkan.dengan menyenangi suatu pelajaran siswa
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Lorin W. dan David R. Ksrthwohl. (2001). A Taxonomy For Learning
Teaching, And Assessing: A Revision Of Bloom’s Taxonomy Of Education Objectives. New York: Addison Wesley Longman.
Bellance, James. (2011). 200+ Strategi dan Proyek Pembelajaran Aktif Untuk
Melibatkan Kecerdasan Siswa. Jakarta: PT Indeks.
Bellance, James. (2012). Proyek Pembelajaran Yang Diperkaya. Jakarta: PT Indeks.
Bossing, Nelson L. (1952). Principles of secondary education. New York: Prentice-Hall.
Departemen Pendidikan. (2005). Standar Nasional Pendidikan pasal 19 ayat 1, Jakarta: Depdiknas.
Hamalik, Oemar. (1995). Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hatimah, Ihat. (2000). Strategi dan Metode Pembelajaran. Bandung: Andira.
Ismaun. (2005). Pengantar belajar Sejarah sebagai Ilmu dan Wahan pendidikan. Bandung: Historia Utama.
Kamarga, Hanny. (2002). Belajar Sejarah melalui e-learning; Alternatif
Mengakses Sumber Informasi Kesejarahan. Jakarta: Inti Media.
Kochhar, S.K. (2008). Teaching Of History. Jakarta : Grasindo.
Mahanal, Susriyati dkk. (2009). Pengaruh Pembelajaran Project Based Learning
Pada Materi Ekosistem Terhadap Sikap Dan Hasil Belajar Siswa SMAN 2 Malang.
Mulyasa, E. (2004). Manajemen berbasis Sekolah; Konsep, Strategi dan
Implementasi. Bandung: Rosda.
Pawito. (2008). Penelitian komunikasi kualitatif. Yogyakarta: PT. LKIS pelangi aksara
Stevani, Endah Purworini. (2005). Pembelajaran Berbasis Proyek Sebagai Upaya
Mengembangkan Habit Of Mind Studi Kasus Di SMP Nasional KPS Balikpapan. Jurnal Pendidikan Inovatif Volume 1, Nomor 2, Maret 2006.
Vastenhouw, M. (1983). Metode Pengajaran Proyek. Bandung: Jemmars.
Walberg, HJ. (1984). Improving the Productivity of American Schools. Dalam Educational Leadership 41.
Wineburg, Sam. (2006). Berfikir Historis Memetakan Masa Depan, Mengajarkan
Masa Lalu. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Wiriaatmadja, Rochiati. (2008). Metode Penelitian Tindakan Kelas Untuk
Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: Remaja Rosdakarya.