• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kesetan dan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), Kuala Tanjung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kesetan dan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), Kuala Tanjung"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis

2.1.1 Hubungan Industrial

Ghani (2003:70), Hubungan Industrial (HI) adalah interaksi yang melibatkan pekerja/ serikat pekerja dengan pengusaha dan pemerintah sebagai satu kesatuan system dalam menyelenggarakan, melaksanakan, dan mengawasi jalannya hubungan ketenagakerjaan, dimana pekerja bertindak sebagai produsen jasa tenaga kerja, pengusaha sebagai konsumen, sekaligus pemberi kerja, dan pemerintah bertugas menciptakan koridor dan iklim yang kondusif agar segala sesuatunya berjalan sesuai dengan ketentuan/perundang-undangan yang berlaku.

Hubungan industrial merupakan suatu hubungan yang dilakukan antara pengusaha, para pekerja, dan pemerintah dalam suatu organisasi, untuk menciptakan dan memelihara keamanan dan ketentraman kerja di perusahaan, sehingga pengusaha dan para pekerja dapat menyelesaikan hak dan kewajibannyaa dengan lebih baik.

2.1.2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

2.1.2.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

(2)

bekerja melebihi periode waktu yang telah ditentukan, lingkungan kerja dapat menyebabkan atau membuat stress emosi dan gangguan fisik.

Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : PER/MEN/1996, dalam penerapan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja wajib melaksanakan ketentuan – ketentuan sebagai berikut :

a. Menetapkan kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja serta menjamin komitmen terhadap penerapan sistem keselamatan dan kesehatan kerja.

b. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan, sasaran, penerapan kesehatan dan keselamatan kerja.

c. Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara efektif dengan mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan mencapai kebijakan tujuan dan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja.

d. Mengukur, memantau, mengevaluasi kinerja keselamatan dan kesehatan kerja serta melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan.

e. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja secara berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja.

1. Keselamatan Kerja

(3)

dapat menimpa atau mengganggu dirinya serta pelaksanaan pekerjaannya. Pengertian program keselamatan kerja adalah menunjukkan pada kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja (Mangkunegara, 2000:161). Dari uraian tersebut diatas, maka pada dasarnya usaha untuk memberikan perlindungan keselamatan kerja pada karyawan dilakukan 2 cara yaitu:

a. Usaha preventif atau mencegah

Preventif atau mencegah berarti mengendalikan atau menghambat sumber-sumber bahaya yang terdapat di tempat kerja sehingga dapat mengurangi atau tidak menimbulkan bahaya bagi para karyawan. Langkah-langkah pencegahan itu dapat dibedakan, yaitu:

1) Subsitusi (mengganti alat/sarana yang kurang/tidak berbahaya) 2) Isolasi (memberi isolasi/alat pemisah terhadap sumber bahaya) 3) Pengendalian secara teknis terhadap sumber-sumber bahaya.

4) Pemakaian alat pelindung perorangan (eye protection, safety hat and cap, gas respirator, dust respirator, dan lain-lain).

5) Petunjuk dan peringatan ditempat kerja.

6) Latihan dan pendidikan keselamatan dan kesehatan kerja. b. Usaha represif atau kuratif

(4)

persiapan alat atau sarana lainnya yang secara langsung didukung oleh pimpinan organisasi perusahaan.

2. Kesehatan Kerja

Program kesehatan kerja merupakan suatu hal yang penting dan perlu diperhatikan oleh pihak pengusaha, karena dengan adanya program kesehatan yang baik akan menguntungkan para karyawan secara material, karena karyawan akan lebih jarang absen, bekerja dengan lingkungan yang lebih menyenangkan, sehingga secara keseluruhan karyawan akan mampu bekerja lebih lama. Pengertian program kesehatan kerja: Program kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. (Mangkunegara, 2000:161). Resiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stress emosi atau gangguan fisik.

Adapun usaha-usaha untuk meningkatkan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:

a. Mengatur suhu, kelembaban, kebersihan udara, penggunaan warna ruangan kerja, penerangan yang cukup terang dan menyejukkan, dan mencegah kebisingan. b. Mencegah dan memberikan perawatan terhadap timbulnya penyakit.

c. Memelihara kebersihan dan ketertiban, serta keserasian lingkungan kerja.

(5)

1) Keadaan Tempat Lingkungan Kerja,

Terdiri dari: penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya kurang diperhitungkan keamanannya, ruang kerja yang terlalu padat dan sesak, pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya, pengaturan udara, pergantian udara diruang kerja yang tidak baik (ruang kerja yang kotor, berdebu, dan berbau tidak enak), suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya.

2) Pengaturan Penerangan

Terdiri dari: pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat, ruang kerja yang kurang cahaya, remang-remang.

3) Pemakaian Peralatan Kerja

Terdiri dari: pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak, penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang baik.

4) Kondisi Fisik dan Mental Pegawai

(6)

2.1.2.2 Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Berdasarkan Undang-Undang no.1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1, syarat keselamatan kerja yang juga menjadi tujuan pemerintah membuat aturan K3 adalah :

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.

b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran. c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.

d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.

e. Memberi pertolongan pada kecelakaan.

f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.

g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran.

h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan.

i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai. j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik. k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup. l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.

m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya.

(7)

p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang.

q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.

r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya. s. kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

Undang-Undang tersebut selanjutnya diperbaharui menjadi Pasal 86 ayat 1 Undang- Undang No. 13 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa setiap pekerja/buruh berhak untuk memperoleh perlindungan atas:

1. Keselamatan dan kesehatan kerja 2. Moral dan kesusilaan

Banyak elemen dan faktor-faktor yang mempengaruhi keselamatan dan kesehatan kerja agar pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam perusahaan dapat berjalan efektif, dan berikut adalah elemen-elemen pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja PT. Inalum, Kuala Tanjung

1. Jaminan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja para tenaga kerja harus diprioritaskan atau diutamakan dan diperhitungkan agar tenaga kerja merasa ada jaminan atas pekerjaan yang mereka lakukan, baik yang beresiko maupun tidak.

2. Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah pelatihan yang disusun untuk memberi bekal kepada personil yang ditunjuk perusahaan untuk dapat menerapkan K3 di tempat kerja.

(8)

Yang menjadi dasar hukum dari alat pelindung diri ini adalah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Bab IX Pasal 13 tentang Kewajiban Bila Memasuki Tempat kerja yang berbunyi: “Barangsiapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.” Pada umumnya alat-alat tersebut terdiri dari:

a. Safety Helmet, berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa mengenai

kepala secara langsung.

b. Tali Keselamatan (Safety Belt), berfungsi sebagai alat pengaman ketika menggunakan alat transportasi ataupun peralatan lain yang serupa (mobil, pesawat, alat berat, dan lain-lain)

c. Sepatu Karet (Sepatu Boot), berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja di tempat yang becek ataupun berlumpur.

d. Sepatu Pelindung (Safety Shoes), berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena tertimpa benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dan sebagainya.

e. Sarung Tangan, berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan.

f. Tali Pengaman (Safety Harness), berfungsi sebagai pengaman saat bekerja di ketinggian.

g. Penutup Telinga (Ear Plug/Ear Muff), berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat bekerja di tempat yang bising.

(9)

i. Masker (Respirator), berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat dengan kualitas udara yang buruk (misal berdebu, beracun, berasap, dan sebagainya).

j. Pelindung Wajah (Face Shield), berfungsi sebagai pelindung wajah dari percikan benda asing saat bekerja (misal pekerjaan menggerinda).

k. Jas Hujan (Rain Coat), berfungsi melindungi diri dari percikan air saat bekerja (misal bekerja pada saat hujan atau sedang mencuci alat).

4. Beban Kerja

Beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu

5. Jam Kerja

Untuk karyawan yang bekerja 6 hari dalam seminggu, jam kerjanya adalah 7 jam dalam satu hari dan 40 jam dalam satu minggu. Sedangkan untuk karyawan dengan 5 hari kerja dalam satu minggu, kewajiban bekerja mereka adalah 8 jam dalam satu hari dan 40 jam dalam satu minggu.

Sedangkan menurut Mangkunegara (2000:162) usaha-usaha dalam meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kebakaran dan peledakan.

2. Memberikan peralatan perlindungan diri untuk pegawai yang bekerja pada lingkungan yang menggunakan peralatan yang berbahaya.

3. Mengatur suhu, kelembapan, kebersihan udara, penggunaan warna ruangan kerja, penerangan yang cukup terang dan menyejukkandan mencegah kebisingan.

(10)

5. Memelihara kebersihan dan ketertiban serta keserasian lingkungan kerja. 6. Menciptakan suasana kerja yang menggairahkan semangat kerja pegawai.

2.1.2.3 Tujuan dan Manfaat Program K3

Mangkunegara (2000: 162), tujuan keselamatan dan kesehatan kerja meliputi:

1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial dan psikologis.

2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja yang digunakan sebaiknya seefektif mungkin.

3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamananya.

4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai. 5. Agar meningkat kegairahan, keserasian kerja dan partisipasi kerja.

6. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja.

7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja. 2.1.3 Undang undang tentang K3

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003, Paragraf 5: Keselamatan dan Kesehatan Kerja,

Pasal 86

1. Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas : a. keselamatan dan kesehatan kerja;

b. moral dan kesusilaan; dan

(11)

2. Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.

3. Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku.

Pasal 87

1. Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.

2. Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970, Bab IX Kewajiban Bila Memasuki Tempat Kerja,

Barangsiapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.

Pasal 13

2.1.4 Kinerja Karyawan

2.1.4.1 Pengertian Kinerja Karyawan

Menurut Armstong dan Baron (Wibowo, 2007:7), Prestasi Kerja atau Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen, dan memberikan kontribusi pada ekonomi. Dengan demikian, kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut.

(12)

Menurut Mangkuprawira (2009:219) beberapa pengertian berikut akan memperkaya informasi mengenai prestasi atau kinerja yaitu :

1. Kinerja merupakan seperangkat hasil kerja yang dicapai dan merujuk pada tindakan pencapaian serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta.

2. Kinerja merupakan salah satu kumpulan total dari kerja yang ada pada diri pekerja. 3. Kinerja dipengaruhi oleh tujuan.

4. Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. Untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan, seseorang harus memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan keterampilan seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya.

5. Kinerja merujuk kepada pencapaian tujuan karyawan atas tugas yang diberikan.

6. Kinerja merujuk kepada tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja dinyatakan baik dan suskes jika yang diinginkan dapat tercapai dengan baik.

7. Pencapaian tujuan yang telah ditetapkan merupakan salah satu tolak ukur kinerja individu, yakni : (a) tugas individu; (b) perilaku individu; dan (c) ciri individu.

8. Kinerja sebagai kualitas dan kuantitas dari pencapaian tugas-tugas, baik yang dilakukan oleh individu, kelompok maupun perusahaan.

(13)

Menurut Gomes (2003:135) Kinerja merupakan catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama suatu periode waktu tertentu. Hal ini berarti bahwa kinerja merupakan sebuah laporan hasil kerja karyawan selama periode tertentu pada suatu jangka waktu yang telah ditetapkan manajemen perusahaan.

2.1.4.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan

Menurut Steers (Sutrisno, 2011: 150), umumnya orang percaya bahwa prestasi kerja individu merupakan fungsi gabungan dari tiga faktor, yaitu :

1. Kemampuan, perangai, dan minat seorang pekerja.

2. Kejelasan dan penerimaan atas penjelasan peranan seorang pekerja. 3. Tingkat motivasi kerja.

Walaupun setiap faktor secara sendiri-sendiri dapat juga mempunyai arti yang penting, tetapi kombinasi ketiga tersebut sangat menentukan tingkat hasil tiap pekerja, yang pada gilirannya membantu prestasi organisasi secara keseluruhan.

Menurut Mangkuprawira (2009:222) unsur-unsur yang mempengaruhi prestasi kerja karyawan yaitu :

1. Unsur instrinsik (Xi): a. Tingkat pendidikan

Dapat dilihat dari penguasaan pengetahuan, sikap, keterampilan, dan penguasaan bidang ilmu tertentu, kecerdasan intelektualnya (misalnya dalam hal menggunakan rumus-rumus matematika) akan diikuti oleh sikap menghadapi permasalahan dan keterampilan menganalisis, dan mencari alternatif pendekatan masalah.

(14)

Pengetahuan yang dikuasi tidak terbatas pada bidang ilmu-ilmu “keras”, tetapi juga “lunak” misainya pengetahuan tentang komunikasi, inisiatif, kreativitas, dan konflik.

c. Sikap motivasi terhadap kerja

Makin tinggi penghargaan dan dorongan seseorang terhadap pelaksanaan pekerjaanya semakin tinggi prestasi kerjanya.

2. Unsur Ekstrinsik (Xe) : a. Lingkungan Keluarga b. Lingkungan sosial-budaya c. Lingkungan ekonomi d. Lingkungan belajar

e. Lingkungan kerja termasuk budaya kerja f. Teknologi

2.1.4.3 Aspek-Aspek yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan Menurut Umar (Mangkunegara, 2009:18) aspek-aspek kinerja yaitu : 1. Mutu pekerjaan

2. Kejujuran karyawan 3. Inisiatif

4. Kehadiran 5. Sikap 6. Kerjasama 7. Kehandalan

(15)

9. Tanggung jawab

10.Pemanfaatan waktu kerja

Ada beberapa pengukuran atau indikator-indikator kinerja pegawai menurut Gomes (2003 : 142) adalah sebagai berikut :

1. Quantity of work : Jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode waktu yang

ditentukan.

2. Quality of work : kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya.

3. Job Knowledge : Luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan keterampilannya.

4. Creativeness : Keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dari

tindakan-tindakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul.

5. Cooperation : kesediaan untuk bekerja sama dengan orang lain (sesama anggota

organisasi).

6. Dependability : Kesadaran dan dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan

penyelesaian kerja tepat pada waktunya.

7. Initiative : Semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam

memperbesar tanggung jawabnya.

8. Personal Qualities : Menyangkut kepribadian, kepemimpinan, keramah-tamahan,

dan integritas pribadi.

2.1.5 Pengaruh Antara K3 dengan Kinerja Karyawan

(16)

dengan fungsi manajemen sumber daya manusia yaitu: mempertahankan dan atau meningkatkan kondisi fisik, mental dan sikap karyawan agar mereka tetap loyal dan bekerja secara produktif untuk menunjang tujuan perusahaan.

Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan mengungkapkan keselamatan dan secara optimal yang memungkinkan terjadinya kecelakaan dan meneliti mengenai pengendalian kecelakaan sudah dilakukan perusahaan dengan cermat sehingga dapat menurunkan angka kecelakaan kerja tersebut. Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang efektif menuntut adanya komitmen perusahaan terhadap kondisi kerja yang aman. Akan tetapi, lebih penting lagi jika program keselamatan dan kesehatan kerja tersebut didesain dan dikelola dengan baik sehingga dapat mengurangi biaya yang akan dikeluarkan perusahaan yang berhubungan dengan kecelakaan kerja, misalnya kompensasi pekerja dan denda yang ditimbulkan. Respon dan usaha yang baik dari manajemen akan mengurangi tingkat kecelakaan dalam perusahaan.

2.2 Penelitian Terdahulu

(17)

kerja berpengaruh highly significant terhadap produktivitas kerja karyawan dan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja(K3) berhubungan sedang dengan peranan pimpinan.

Paramita dan Andi (2012) dalam penelitian yang berjudul ”Pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja terhadap prestasi kerja karyawan pada PT. PLN (Persero) APJ Semarang” Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap prestasi kerja karyawan yang dimediasi variabel motivasi kerja. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis jalur. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa keselamatan kerja dan kesejahteraan (K3) berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan yang dimediasi oleh variabel motivasi kerja. PT. PLN (Persero) APJ Semarang seharusnya untuk meningkatkan K3 bagi karyawan agar motivasi kerja mereka menjadi lebih tinggi, sehingga mereka dapat memberikan performa yang maksimal.

(18)

2.3 Kerangka Konseptual

Menurut Mangkunegara (2000:161) Pengertian Keselamatan kerja menunjukkan pada kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja, terdiri atas: mengganti alat/sarana yang kurang/tidak berbahaya, pemakaian alat pelindung perorangan, petunjuk dan peringatan ditempat kerja, dan latihan dan pendidikan keselamatan dan kesehatan kerja. Sementara Program kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja, terdiri dari mengatur suhu, kelembaban, kebersihan udara, penggunaan warna ruangan kerja, penerangan yang cukup terang dan menyejukkan, dan mencegah kebisingan, mencegah dan memberikan perawatan terhadap timbulnya penyakit, dan memelihara kebersihan dan ketertiban, serta keserasian lingkungan kerja.

Menurut Gomes (2003:135) Kinerja merupakan catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama suatu periode waktu tertentu, terdiri dari: kualitas, kuantitas, inisiatif, kerjasama dan kehandalan. Berdasarkan uraian tersebut maka dibuat kerangka konseptualnya yang dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Sumber: Mangkunegara (2000) dan Ghomes (2003), (Data Diolah, 2013) Gambar: 2.1 Kerangka Konseptual Program Keselamatan Kerja

(X1)

Program Kesehatan Kerja (X2)

(19)

2.4 Hipotesis

Referensi

Dokumen terkait

Data merupakan representasi dari 3 (tiga) eksperimen yang berbeda dengan hasil yang konsisten dan masing-masing eksperimen dilakukan dengan 3(tiga)x replikasi. Pada gambar

 Angina pektoris adalah suatu syndrome klinis yang ditandai dengan episode atau perasaan tertekan di depan dada akibat kurangnya aliran darah koroner, menyebabkan suplai oksigen

Soal-soal tipe PISA merupakan salah satu alternatif model soal yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa, karena kemampuan yang

Dalam penelitian ini metode terse- but dignuakan untuk dapat mendapatkan suatu fakta mengenai adanya pemanfaatan sampah sebagai produk karena sampah meru- pakan salah satu fenomena

[r]

Peran komputer disini sangatlah dibutuhkan untuk memaksimalkan hasil kerja, oleh karena itulah dibuatlah sistem Administrasi berbasis komputer yang mempunyai keunggulan

REKAPITULASI DATA KEPENDUDUKAN PER DESA DAN JENIS KELAMIN KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016 SEMESTER I1.

REKAPITULASI DATA KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN DAN JENIS KELAMIN KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016 SEMESTER