• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEMAMPUAN KOMUNIKASI INSTRUKTUR TERHADAP MUTU LAYANAN PEMBELAJARAN DI TELKOM CORPORATE UNIVERSITY PT. TELKOM BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KEMAMPUAN KOMUNIKASI INSTRUKTUR TERHADAP MUTU LAYANAN PEMBELAJARAN DI TELKOM CORPORATE UNIVERSITY PT. TELKOM BANDUNG."

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KEMAMPUAN KOMUNIKASI INSTRUKTUR TERHADAP MUTU LAYANAN PEMBELAJARAN

DI TELKOM CORPORATE UNIVERSITY PT. TELKOM BANDUNG

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Administrasi Pendidikan

Oleh

ASTRID JEIN ASTRINI 1002140

(2)
(3)

PENGARUH KEMAMPUAN KOMUNIKASI INSTRUKTUR TERHADAP MUTU LAYANAN PEMBELAJARAN

DI TELKOM CORPORATE UNIVERSITY PT. TELKOM BANDUNG

Oleh Astrid Jein Astrini

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Astrid Jein Astrini 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

ASTRID JEIN ASTRINI 1002140

PENGARUH KEMAMPUAN KOMUNIKASI INSTRUKTUR TERHADAP MUTU LAYANAN PEMBELAJARAN DI TELKOM

CORPORATE UNIVERSITY PT. TELKOM BANDUNG

disetujui dan disahkan oleh pembimbing: Pembimbing I

Dr. H. Endang Herawan, M.Pd NIP. 19600810 198603 1 001

Pembimbing II

Suryadi, M.Pd NIP. 1968729 199802 2 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

(5)
(6)

Astrid Jein Astrini, 2014

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Pengaruh Kemampuan Komunikasi Instruktur

Terhadap Mutu Layanan Pembelajaran di Telkom Corporate University PT.

Telkom Bandung”. Masalah yang dikaji dalam penelitian ini menyangkut mutu

layanan pembelajaran dan pengaruhnya terhadap kemampuan komunikasi instruktur Telkom Corporate University. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran yang jelas mengenai pengaruh kemampuan komunikasi instruktur terhadap mutu layanan pembelajaran di Telkom Corporate University PT. Telkom Bandung.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket tertutup, yang menjadi sampel penelitian yaitu peserta pelatihan yang berjumlah 51 orang yang berasal dari tiga pelatihan, yaitu OC3 For DCS sebanyak 20 responden, OC3 for BATCH 3 sebanyak 26 responden, dan Waspang Fith sebanyak 22 responden. Analisis perhitungan dalam penelitian ini menggunakan bantuan melalui program Microsoft Excel 2007 dan SPSS for windows versi 17.00.

Berdasarkan hasil perhitungan dengan rumus weighted Means Score

(WMS), gambaran umum variabel x (kemampuan komunikasi instruktur) berada pada kategori sangat baik dengan skor rata-rata 3,40. Sementara gambaran umum variabel Y (mutu layanan pembelajaran) berada pada kategori sangat baik, dengan skor 3,29. Hasil uji normalitas terhadap distribusi data menunjukkan bahwa variabel x dan variabel y berdistribusi normal, selanjutnya analisis data menggunakan statistik parametrik. Korelasi variabel x dan y yaitu memiliki hubungan yang signifikan. Hal tersebut dilihat dari hasil koefisien korelasi sebesar 0,534 yang berada pada kategori cukup kuat, dengan koefisien determinasi sebesar 28,5 % serta analisis regresi yaitu Ỷ = 23,098 + 0.534X yang bersifat signifikan dan linier.

(7)

ABSTRACT

This research was titled "Influence of Instructor Communication Ability To The Quality of Learning Service in Telkom Corporate University PT Telkom Bandung ". The problems discussed in this study concerns the quality of learning service and influence on instructor communication ability in Telkom Corporate University PT. Telkom Bandung. This research aims to obtain the actual description about the influence of the quality of learning service to instructor communication ability i in Telkom Corporate University PT. Telkom Bandung.

This research uses descriptive quantitative approach. Data was collected by questionnaire covered. The sample in this research is the training participants who followed training amount of 51 respondent in the three training are OC3 For DCS 20 respondent, OC3 for BATCH 3 26 respondent, and Waspang Fith 22 respondent. This research was analys used a program through Microsoft Excel 2007 and SPSS versi 17.00 for windows.

Based on calculations using the formula Weight Means Score (WMS), an overview of the variables X (Instructor communication ability ) is in very good category with an average score of 3.40. While an overview of variable Y (Quality of learning service) in the category very good, with an average score of 3.29. Result of the normally distribution of data test showed that the variables x and variables y are normally distributed, further analysis of the data using parametric statistics. Correlation of variables X and Y have a significant relationship. It can be seen from the correlation coefficient is 0.534 which is in a strong enough category and significant, with a coefficient of determination of 28,5%, and the results of the regression analysis is Ỷ = 23,098 + 0,534X that is both significant and linear.

(8)

Astrid Jein Astrini, 2014

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2Identifikasi Masalah Penelitian ... 6

1.3Rumusan Masalah Penelitian ... 7

1.4Tujuan Penelitian ... 8

1.5Manfaat Penelitian ... 8

1.6Struktur Organisasi Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1Kajian Pustaka ... 9

2.1.1 Kemampuan Komunikasi ... 11

2.1.2 Instruktur ... 30

2.1.3 Metode Pembelajaran ... 33

2.1.4 Konsep Mutu Layanan ... 37

2.1.5 Dimensi Mutu Layanan ... 40

2.1.6 Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Kesenjangan Mutu Layanan .. 42

(9)

2.1.8 Corporate University ... 45

2.2Kerangka Pemikiran ... 47

2.3Hipotesis Penelitian ... 49

BAB III METODE PENELITIAN 3.1Metode dan Desain Penelitian ... 51

3.2Populasi dan Sampel ... 55

3.3Definisi Operasional ... 57

3.4Instrumen Penelitian ... 59

3.5Proses Pengembangan Instrumen ... 63

3.6Teknik Pengumpulan Data ... 70

3.7Analisis Data ... 72

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil Penelitian ... 101

4.1.1 Analisis Data ... 101

1. Seleksi Angket ... 101

2. Klasifikasi Data ... 102

3. Perhitungan uji Kecenderungan Umum ... 103

4. Uji Normalitas Distribusi Data ... 113

5. Mengubah Data Mentah Menjadai Data Baku ... 116

6. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 118

4.2Pembahasan Hasil Penelitian ... 125

4.2.1 Kemampuan Komunikasi Instruktur ... 125

4.2.2 Mutu Layanan Pembelajaran di Telkom Corporate University ... 131

(10)

Astrid Jein Astrini, 2014

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1Kesimpulan ... 137

5.2Rekomendasi ... 138

(11)

DAFTAR TABEL

3.1 Jumlah Populasi ... 56

3.2 Kisi-Kisi instrumen Penelitian ... 59

3.3 Kriteria Penilaian Alternatif Jawaban Variabel X dan Y ... 63

3.4 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Variabel X ... 65

3.5 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Variabel Y ... 66

3.6 Hasil Uji Reliabilitas Varibel X ... 69

3.7 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y ... 69

3.8 Daftar Konsultasi Hasil Perhitungan WMS ... 75

3.9 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ... 78

4.1 Jumlah Seleksi Angket ... 102

4.2 Skor Mentah Variabel X dan Y ... 102

4.3 Deskripsi Kecenderungan Skor Variabel X ... 104

4.4 Deskripsi Kecenderungan Skor Variabel Y ... 110

4.5 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Variabel X ... 114

4.6 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Variabel Y ... 115

4.7 Hasil Data Baku Variabel X ... 116

4.8 Hasil Data Baku Varibel Y ... 117

4.9 Hasil Perhitungan Uji Korelasi ... 119

4.10 Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi ... 120

4.11 Hasil Perhitungan Uji Signifikansi ... 121

(12)

Astrid Jein Astrini, 2014

DAFTAR GAMBAR

2.1 Model Komunikasi Shanon dan Weaver ... 23

2.2 Model Komunikasi Kincaid dan Schramm ... 25

2.3 Model Komunikasi Berlo (S-M-C-R) ... 26

2.4 Kerangka Pemikiran ... 47

2.5 Hipotesis Penelitian Variabel X dan Y ... 50

3.1 Desain Penelitian ... 54

3.2 Rumus Alpha Cronbach ... 68

3.3 Rumus Wighted Means Score ... 73

3.4 Rumus Skor Baku ... 76

3.5 Rumus Person Product Moment (PPM) ... 78

3.6 Rumus Koefisien Determinasi ... 79

3.7 Rumus Uji SIgnifikansi ... 80

3.8 Rumus Persamaan Regresi Sederhana ... 81

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Administrasi Penelitian ... 145

Lampiran II Kisi-Kisi Instrumen dan Instrumen Penelitian ... 146

Lampiran III Uji Validitas dan Reliabilitas ... 147

Lampiran IV Analisis Hasil Perhitungan Ms. Excel dan SPSS ... 148

Lampiran V Daftar Tabel ... 149

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Sumber daya manusia (SDM) memiliki peranan yang penting dalam

kesuksesan suatu perusahaan. Sehingga perusahaan melakukan

pengembangan SDM melalui metode pelatihan dan pengembangan. Pelatihan

dan pengembangan merupakan salah satu cara yang memiliki kontribusi bagi

perusahaan serta sebagai pemenuhan kebutuhan pegawainnya dengan melihat

nilai-nilai yang terdapat pada SDM mulai dari attitude, skill, dan knowledge.

Menurut Jackson et al. (2011: 54) menjelaskan bahwa “pelatihan dan

pengembangan merupakan pengembangan SDM yang dapat dilakukan

melalui keseluruhan sistem aktivitas yang berhubungan dengan pelatihan,

pengembangan, dan sosialisasi.”

Pelatihan dan pengembangan yang berhasil membutuhkan keterlibatan

aktif dari seluruh anggota baik manajer lini, pakar SDM, maupun pegawai.

Oleh karenanya, selain SDM, seluruh sistem yang mendukung terlaksananya

pelatihan perlu perencanaan dan adanya standar-standar yang ditetapkan oleh

penyelenggara pelatihan. Hal tersebut, untuk menciptakan mutu layanan

pelatihan yang mampu memberikan kepuasan pelanggan.

Menurut Kotler (2000) dalam Tjiptono dan Chandra (2011: 180)

dijelaskan bahwa „mutu jasa harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir dengan kepuasan pelanggan serta persepsi positif terhadap mutu

jasa.‟

Selain itu, Kotler et al (2004) dalam Tjiptono dan Chandra (2011:

314) mengemukakan bahwa:

“Untuk mengidentifikasi kepuasan pelanggan tersebut dapat menggunakan empat metode, yang diantaranya yaitu dengan sistem keluhan dan saran, gosh shopping, lost customer analysis, dan survei

(15)

Salah satu metode yang sering dilakukan yaitu melalui metode sistem

keluhan dan saran. Metode sistem keluhan dan saran yaitu metode yang

dilakukan dengan menyediakan kesempatan dan akses yang mudah serta

nyaman untuk para pelanggan sehingga dapat menyampaikan keluhan

ataupun sarannya. Dengan adanya metode tersebut lembaga ataupun

perusahaan akan lebih mudah mengetahui ide-ide ataupun masukan serta

masalah-masalah yang ada di perusahaan untuk dapat segera diperbaiki atau

dilakukannya evaluasi serta memberikan reaksi secara cepat terhadap ide-ide,

masukan ataupun masalah yang dirasakan oleh pelanggan.

Berbagai riset menunjukkan bahwa 25% dari total pembelian

konsumen diwarnai ketidakpuasan, namun kurang dari 5% pelanggan yang

tidak puas bersedia melakukan komplain, kebanyakan diantaranya langsung

berganti pemasok (Kotler, et al., 2004) dalam Tjiptono dan Chandra (2011:

181). Selain itu, menurut Tjiptono dan Chandra (2011: 181) menjelaskan

bahwa “kotak saran/ keluhan yang kosong tidak bisa lantas diinterpretasikan bahwa semua pelanggan telah puas.”

Sama halnya dengan pelayanan yang dilakukan dalam pelatihan dan

pengembangan SDM di perusahaan ataupun di lembaga, keempat metode

tersebut dapat dilakukan untuk mengukur kepuasan peserta pelatihan atas

layanan pelatihan yang telah diterima. Telkom Corporate University

merupakan salah satu tempat yang melakukan layanan dalam pelatihan dan

pengembangan SDM untuk karyawan PT. Telkom Indonesia yang pada

setiap pelaksanaan pelatihannya dilakukan evaluasi. Evaluasi yang dilakukan

salah satunya dengan memberikan Umpan Balik Penyelenggaraan Pelatihan

(UBPP) kepada peserta pelatihan yang berupa kuesioner diserta dengan kotak

saran/komentar/keluhan yang dirasakan peserta pelatihan terhadap

penyelenggaraan pelatihan (layanan pembelajaran dan fasilitas). Pada

pelatihan Orientasi Sarjana Gelombang tiga (OS3) yang diselenggarakan pada

(16)

diberikan peserta pelatihan terhadap layanan pembelajaran. Selain itu, pada

tahun 2012 bulan Oktober minggu ketiga pada salah satu pelatihan yang

diselenggarakan oleh Telkom Corporate University juga terdapat UBPP yang

menyatakan bahwa peserta pelatihan kurang puas terhadap layanan

pembelajaran, yaitu dari 15 orang terdapat empat orang memberikan

penilaian kurang terhadap layanan pembelajaran yang telah diberikan oleh

instruktur yang dapat dipersentasikan sekitar 26,6%.

Dengan adanya data tersebut, dapat menunjukkan bahwa masih

kurang puasnya teradap layanan pembelajaran karena masih terjadinya respon

yang negatif atau komplain yang dilakukan oleh peserta pelatihan.

Untuk mengukur mutu pelayanan dapat dilihat dari adanya faktor

kepuasan pelanggan (peserta pelatihan). Karena, perspektif pengukuran mutu

pelayanan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu mutu berdasarkan

persepektif internal dan eksternal. Hal tersebut juga diungkapkan oleh

Sachdev dan Verma (2004) dalam Tjiptono dan Chandra (2011: 163) yang

menjelaskan bahwa,

„Perspektif internal diartikan zero defect (kesesuaian dengan persyaratan) sedangkan, perspektif eksternal yaitu mutu dapat memahami berdasarkan perspektif pelanggan, ekspektasi pelanggan, kepuasan pelanggan, sikap pelanggan dan customer delignt.‟

Layanan pelatihan merupakan salah satu layanan jasa pendidikan,

dimana layanan jasa tersebut dengan menawarkan pemberian keterampilan

terhadap SDM dengan melaksanakan pembelajaran. Inti dari suatu pelatihan

yaitu adanya pembelajaran yang dilakukan antara peserta pelatihan dengan

pemberi pelatihan atau sering disebut dengan instruktur pelatihan. Instruktur

pelatihan memiliki peranaan penting dalam pemberian layanan pembelajaran

dalam suatu pelatihan. Hal tersebut diungkapkan oleh Siregar (2007: 349) yang menyatakan bahwa “untuk mengukur pendidikan dan pelatihan dapat diteliti melalui enam sub indikator yaitu tujuan diklat, fasilitator (instruktur),

(17)

sumber daya utama bagi pelatihan yang dilakukan oleh perusahaan untuk

menjalankan peran penting dalam peningkatan mutu proses belajar mengajar,

baik dalam hal attitude, knowledge, dan skill sesuai lingkup tugas proses

delivery materi pelatihan yang dilaksanakan (Standar Layanan Learning

Center PT. Telkom Indonesia Tbk. BAB IV Pasal 20).

Peranan penting yang dilakukan oleh instruktur tentu saja dibarengi

dengan kemampuan dan keterampilannya dalam memberikan materi

pelatihan. Menurut Robbin (1996) dalam Subroto (2008: 43) bahwa

„kemampuan merupakan kapasitas seseorang individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan.‟ Untuk seorang instruktur tentu saja,

kemampuan tersebut memiliki pengaruh terhadap mutu pelayanan

pembelajaran.

Hal tersebut dibuktikan dengan adanya teori menurut The Liang Gie

dan Budi lbrahim dalam Suwarsono (1999:17) yang mengatakan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi mutu layanan meliputi;

„Motivasi kerja; kemampuan kerja pegawai; perlengkapan dan fasilitas; lingkungan eksternal; leadership; misi strategis; budaya perubahan; kinerja individu dalam organisasi; praktek manajemen; dan struktur dan iklim organisasi.‟

Kemampuan instruktur yang harus dimiliki dalam Direktori

Kompetensi PT. Telkom Indonesia (2011) yaitu:

a. Action Management

Kemampuan mengelola seluruh sumber daya dalam mencapai sasaran

strategis perusahaan.

b. Analitycal thinking,

Kemampuan untuk mengidentifikasi sumber-sumber masalah

menggunakan pendekatan berpikir yang logis, sistematis dan teratur secara

kronologis

(18)

Menerima dan menyampaikan informasi lisan maupun tulisan secara

efektif untuk menghindari kesalahpahaman.

a) Menyampaikan informasi secara jelas dan sistematis

b) Memahami informasi yang disampaikan oranglain

c) Mengembangkan sikap dan gaya kepemimpinan gagasan sesuai situasi

dan kondisi.

d. Decision making,

Kemampuan mengambil tindakan atau keputusan yang efektif untuk

menyelesaikan masalah

e. Business awareness,

Kemampuan untuk memahami perannya dalam pencapaian tujuan bisnis

perusahaan

f. Business acumen,

Kemampuan untuk memanfaatkan peluang dalam memperoleh profit dan

mengembangkan aktivitas bisnis perusahaan.

Dari delapan aspek tersebut, kemampuan instruktur dalam aspek

komunikasi yang dianggap secara langsung dirasakan oleh peserta pelatihan

ketika proses pembelajaran. Selain itu, dalam penelitian yang dilakukan oleh

Silondae (2002: 35) bahwa “faktor-faktor yang mempengaruhi mutu

pelayanan yaitu kinerja SDM, sosialisasi, komunikasi, dan informasi.”

Menurut Wolkins et al. (1993) dalam Tjiptono dan Chandra (2011: 203)

menjelaskan bahwa „implementasi strategi mutu dalam organisasi

dipengaruhi oleh proses komunikasi organisasi, baik dengan karyawan,

pelanggan, maupun stakeholder lainnya.‟

Oleh karenanya, mutu layanan pembelajaran juga tidak jauh berbeda

dengan pendapat yang dikemukakan diatas dimana, mutu layanan

pembelajaran dipengaruhi oleh kemampuan komunikasi seorang instruktur

ketika proses pembelajaran yang akan memberikan kepuasan pada

(19)

Dengan adanya Penelitian ini diharapkan dapat mengemukakan

kesenjangan antara harapan dari peserta pelatihan terhadap pelayanan yang

telah diberikan oleh instruktur, sehingga mendapatkan titik temu apa yang

diharapkan oleh peserta pelatihan untuk dijadikan bahan evaluasi dan

perbaikan serta informasi dalam memberikan layanan pembelajaran yang

bermutu.

Berdasarkan hasil pengamatan tersebut Peneliti merasa tertarik untuk

melakukan Penelitian mengenai bagaimana kemampuan komunikasi yang

dilakukan instruktur yang ada di Telkom Corporate University Bandung dapat

mempengaruhi mutu layanan pembelajaran. Oleh karena itu, Penelitian ini

berjudul “Pengaruh Kemampuan Komunikasi Instruktur Terhadap Mutu Layanan Pembelajaran Di Telkom Corporate University Pt. Telkom Bandung.”

1.2 Identifikasi Masalah Penelitian

Mutu layanan merupakan hal yang penting dalam suatu lembaga atau

perusahaan, dimana mutu selalu berorientasi pada pelanggan. Berbagai riset

menunjukkan bahwa 25% dari total pembelian konsumen diwarnai

ketidakpuasan, namun kurang dari 5% pelanggan yang tidak puas bersedia

melakukan komplain, kebanyakan diantaranya langsung berganti pemasok

(Kotler, et al., 2004) dalam Tjiptono dan Chandra (2011: 181). Pada pelatihan

Orientasi Sarjana Gelombang tiga (OS3) yang diselenggarakan oleh Telkom

Corporate University pada bulan Oktober 2013 terdapat tujuh komentar

terhadap layanan pembelajaran dari 32 responden, apabila dipersentasikan

sekitar 21,87% keluhan yang diberikan peserta pelatihan terhadap layanan

pembelajaran. Selain itu, pada tahun 2012 bulan Oktober minggu ketiga pada

salah satu pelatihan yang diselenggarakan oleh Telkom Corporate University

juga terdapat UBPP yang menyatakan bahwa peserta pelatihan kurang puas

(20)

memberikan penilaian kurang terhadap layanan pembelajaran yang telah

diberikan oleh instruktur yang dapat dipersentasikan sekitar 26,6%.

Namun karena keterbatasan waktu, biaya, kemampuan dan minat

Peneliti serta tingkat urgensi masalah itu untuk dikaji atau diteliti, maka

Peneliti akan membatasi pada masalah-masalah tertentu untuk diteliti.Dalam

penelitian ini Peneliti membatasi masalah pada Variabel X yaitu mengenai

kemampuan komunikasi yang dilakukan oleh instruktur dalam proses

pembelajaran. Kemampuan komunikasi tersebut menurut Irwin (1994: 23)

dalam Soedarsono (2009: 51), meliputi:

a. Competence in listening and responding (kompetensi dalam

mendengarkan dan menanggapi)

b. Competence in overcoming reticence/ shyness (kompetensi dalam

mengatasi keheningan/keseganan)

c. Competence is being open and frank (kompetensi keterbukaan

dan jujur)

d. Copetence is establishing and sustaning a smooth pattern of

interaction (kompetensi mendirikan dan menciptakan interaksi)

e. Competence is being assertive (not aggressive) (kompetensi

ketegasan)

f. Competence is questioning (kompetensi bertanya)

g. Competence in understanding people from the “stories” they tell (kompetensi memahami orang-orang berbicara)

h. Competence in negotiating and resolving conflict (kompetensi

dalam bernegosiasi dan menyelesaikan konflik)

i. Competence in interpreting non verbal behaviour (kompetensi

dalam menginterpretasikan perilaku nonverbal)

j. Competence in adapting communication behaviour to suit the

circumtances (kompetensi dalam menyesuaikan perilaku

komunikasi terhadap situasi)

Variabel Y, Peneliti membatasi masalah mengenai mutu pelayanan

pembelajaran yang dirasakan oleh peserta pelatihan dalam expected service

(jasa yang diharapkan) dan perceived service (jasa yang diterima). Dimensi

dari variabel Y tersebut meliputi: (1) Tangible; (2) Emphaty; (3) Reliability;

(4) Responsiveness; dan (5) Assurance.

(21)

Berdasarkan latar belakang masalah, dapat dibuat rumusan masalah

yang dirinci ke dalam pertanyaan-pertanyaan berikut:

1) Bagaimana kemampuan komunikasi instruktur yang terdapat di Telkom

Corporate University PT. Telkom Bandung?

2) Bagaimana mutu layanan pembelajaran yang berada di Telkom Corporate

University PT. Telkom Bandung?

3) Seberapa besar pengaruh kemampuan komunikasi instruktur terhadap

mutu layanan pembelajaran yang terdapat di Telkom Corporate University

PT. Telkom Bandung?

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam Penelitian ini dikategorikan

menjadi dua bagian yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

1) Umum

Tujuan umum Penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang

kemampuan komunikasi yang dimiliki oleh instruktur dalam peningkatan

mutu layanan pembelajaran, serta mengetahui komponen-komponen

komunikasi instruktur yang perlu ditingkatkan atau dikembangkan

sehingga mutu layanan pembelajaran dapat lebih ditingkatkan.

2) Khusus

a. Untuk mengetahui kemampuan komunikasi instruktur yang berada di

lingkungan Telkom Corporate University PT. Telkom Bandung;

b. Untuk mengetahui mutu pelayanan pembelajaran yang dilaksankan di

Telkom Corporate University PT. Telkom Bandung; dan

c. Untuk mengetahui pengaruh antara kemampuan komunikasi instruktur

terhadap mutu pelayanan pembelajaran di Telkom Corporate University

PT. Telkom Bandung.

(22)

Hasil Penelitian ini secara umum diharapkan memberikan sumbangan

pemikiran kepada lembaga dan pihak yang berkepentingan di Telkom

Corporate University, terutama bagi pengembangan SDM yang ada di

dalamnya terkait dengan peningkatan peran instruktur dalam pelaksanaan

pembelajaran dalam suatu pelatihan. Sehingga dapat menjadi masukan bagi

optimalisasi pelaksanaan layanan pembelajaran dalam mendorong

peningkatan mutu pembelajaran dalam setiap pelatihan yang diselenggarakan

oleh Telkom Corporate University. Selain manfaat praktis di atas, tentunya

diharapkan pula Penelitian ini dapat menjadi sumbangan teoritis dalam bidang

yang berkenaan dengan pembelajaran dalam suatu pelatihan oleh instruktur

dan mutu layanan pembelajaran.

Sebagai sebuah organisasi yang melaksanakan layanan pembelajaran,

Telkom Corporate University dihadapkan pada peningkatan dan

pengembangan SDM secara terus menerus. Dalam pelaksanaan layanan

pembelajaran, tentu saja penyelenggara pelatihan perlu mengetahui kepuasan

peserta pelatihan untuk dapat meningkatkan mutu pembelajaran yang dapat

meningkatkan produktivitas SDM dalam melaksanakan kinerjanya. Menurut

Goetsch & Davis (1994) dalam Tjiptono & Chandra (2011: 164) dijelaskan

bahwa „mutu layanan merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan

dengan produk, jasa, SDM, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau

melebihi harapan.‟ Riset yang dilakukan oleh Hampton (1993) dalam Tjiptono dan Chandra (2011: 165) dijelaskan bahwa terdapat beberapa persepsi

mahasiswa terhadap mutu jasa Universitas di Amerika yang mengungkapkan

tujuh hal yang utama yaitu, „kualitas pendidikan, pengajaran, kehidupan

sosial-personal, fasilitas kampus, usaha yang diperlukan untuk lulus,

kehidupan sosial-kampus dan bimbingan mahasiswa.‟

Dalam penjelasan diatas, bahwa pentingnya mutu layanan pembelajaran

dalam pelaksanaan pelatihan atau pembelajaran yang dilakukan oleh Telkom

Corporate University untuk mengendalikan kinerjanya sehingga SDM yang

(23)

ataupun tujuan yang telah ditetapkan. Jadi Penelitian ini akan memberikan

informasi bagaimana kemampuan komunikasi instruktur dapat mempengaruhi

mutu layanan pembelajaran yang terjadi di Telkom Corporate University.

Diharapkan hasil studi ini dapat menjadi sumbangan untuk meningkatkan

mutu layanan pembelajaran di Telkom Corporate University.

1.6 Struktur Organisasi Skripsi

Secara garis besar struktur organisasi penulisan laporan penelitian ini

dibagi menjadi lima bagian atau bab, yang dimulai dari Bab I berisi

Pendahuluan. Kemudian berturut-turut: Bab II berisi Kajian Pustaka,

Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Bab III berisi Metode Penelitian, Bab IV

tentang Hasil Penelitian dan Pembahasan, serta Bab V berisi Kesimpulan dan

Rekomendasi.

Bab I PEDAHULUAN berisi beberapa sub bab, yaitu: Latar Belakang

Penelitian; Identifikasi Masalah Penelitian; Rumusan Masalah

Penelitian; Tujuan Penelitian; Manfaat Penelitian; serta Struktur

Organisasi Skripsi.

Bab II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

HIPOTESIS PENELITIAN terdiri dari sub bab: Kemampuan

Komunikasi Instruktur; dan Mutu Layanan Pembelajaran,

Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian.

Bab III METODE PENELITIAN terbagi menjadi sub bab: Lokasi,

Populasi dan Sampel; Desain Penelitian; Metode Penelitian;

Definisi Operasional; Instrumen Penelitian; Proses Pengembangan

Instrumen; Teknik Pengumpulan dan Analisis Data.

Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN terdiri dari sub bab:

Hasil Penelitian; dan Pembahasan Hasil Analisis Data.

Bab V KESIMPULAN DAN SARAN, terbagi menjadi sub bab:

(24)
(25)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakana di Telkom Corporate University PT. Telekom

Bandung yang merupakan pusat pelatihan karyawan PT. Telkom Indonesia.

Telkom Corporate University ini bertempat di Jalan Gegerkalong Hilir No. 47

Bandung 40152, Nomor Telepon (022) 2024481.

3.1.Metode dan Desain Penelitian 3.1.2 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian

dimana metode penelitian ini akan dijadikan pedoman untuk menjalankan

penelitian, sehingga tujuan penelitian dapat tercapai. Seperti yang

diungkapkan oleh Sugiyono (2012: 6) menjelaskan bahwa,

“metode penelitian merupakan suatu cara ilmiah untuk mendapatkan

data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi

masalah dalam bidang pendidikan”.

Metode yang akan digunakan oleh peneliti yaitu metode penelitian

deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, sama halnya dengan

tujuan yang telah dikemukakan peniliti pada bab sebelumnya. Tujuan dari

metode penelitian kuantitatif ini yaitu untuk menjelaskan fenomena sosial

yang memfokuskan pada ada atau tidak adanya suatu hubungan antar

variabel yang diteliti. Data penelitian dari metode penelitian kuantitatif ini

berupa angka dan analisis menggunakan statistik. Menurut Sugiyono (2012:

14) menjelaskan bahwa,

“metode penelitian kuantitatif yaitu metode penelitian yang

berlandaskan filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan

(26)

Metode penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitaif ini

dilakukan dengan sampel yang diambil secara random, dimana kesimpulan

hasil penelitian dapat digeneralisasikan melalui populasi dimana sampel

tersebut diambil. Peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif karena,

pendekatan ini mengutamakan nilai-nilai matematis, terencana dan

keakuratan dalam memecahkan permasalahan tersebut serta membuktikan

hipotesis penelitian dengan hitungan statistik serta pengumpulan data yang

terkontrol.

Seperti yang sudah diketahui, permasalahan yang diangkat dan diteliti

dalam penelitian ini yaitu berkaitan dengan hubungan dua variabel, maka

metode yang tepat digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

dengan pendekatan kuantitatif dimana penggambaran data-data yang

diperoleh benar-benar aktual yang disajikan dalam bentuk angka-angka

sebagai hasil penelitian yang dilakukan terhadap populasi ataupun sampel

penelitian. Nana Sudjana (1996: 53) mengemukakan pentingnya metode

penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif sebagai berikut:

“Metode penelitian deskriptif dengan pendekatan secara kuantitatif digunakan apabila bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan peristiwa atau suatu kejadian yang terjadi pada saat sekarang dalam bentuk angka yang bermakna.”

Oleh karena itu, peneliti memilih menggunakan metode deskriptif

karena penelitian ini meneliti permasalahan yang berlangsung pada saat

sekarang, sendangkan studi kepustakaan digunakan sebagai sarana untuk

memperoleh informasi dengan penelahaan terhadap sumber tertulis yang

relevan dan mendukung terhadap masalah yang diteliti guna menunjang

validitas dan reliabilitas instrumen pengumpulan data dan mempertajam

kajian permasalahan penelitian.

(27)

sedang dihadapi pada situasi saat ini”. Ciri-ciri dari metode deskriptif menurut Surakhmad (1985: 63) yaitu:

a. Memusatkan diri pada pemecahan-pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang atau pada masalah-masalah yang aktual; dan

b. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Oleh karenannya metode ini sering disebut metode analisa.

Dengan demikian, metode deskriptif yaitu metode yang digunakan

untuk memecahkan masalah yang faktual berdasarkan data yang disusun

dan diproses untuk mendapatkan hasil penelitian sesuai masalah yang

diteliti.

3.1.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan kerangka kerja yang digunakan untuk

melaksankan penelitian. Desain penelitian akan memberikan gambaran

menengai prosedur untuk mendapatkan informasi atau data yang diperlukan

untuk menjawab seluruh pertanyaan penelitian.

Untuk menghasilkan penelitian yang baik dan akurat, maka peneliti

harus menyusun desain penelitian yang akan digunakan. Desain penelitian

ini akan mengarahkan peneliti dalam setiap tahapan penelitiannya. Menurut

Nasution (2009: 56), proses desain penelitian yaitu:

a. Identifikasi dan pemilihan masalah b. Pemilihan kerangkan konseptual;

c. Memformulasikan masalah penelitian dan membuat hipotesis d. Membangun penyelidikan dan percobaan

e. Memilih dan mendefinisikan pengukuran variabel f. Memilih prosedur dan teknik sampling yang digunakan g. Menyusun alat serta teknik untuk mengumpulkan data

h. Membuat coding, serta mengadakan editing dan processing data i. Menganalisa data dan pemilihan prosedur statistik

j. Penulisan laporan hasil penelitian

Dari penjelasan diatas, peneliti mencoba untuk memberikan

(28)

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Peneliti mencoba menggambarkan desain untuk menghasilkan laporan

penelitian. Dalam gambar tersebut, seorang peneliti perlu melakukan studi

pendahuluan untuk mendapatkan masalah yang akan diteliti. Dengan

mendapatkan masalah tersebut peneliti dapat merumuskannya ke dalam

Latar Belakang Masalah yang didalamnya menggambarkan fenomena yang

(29)

terjadi pada suatu organisasi atau lembaga atau perusahaan yang akan

diteliti yang selanjutnya dirumuskan mengenai pertanyaan-pertanyaan

penelitian (Rumusan Masalah) yang nantinya akan dijawab ketika Teknik

Pengumpulan data. Latar Belakang Masalah dan Rumusan Masalah tersebut

dalam laporan penelitian, dipaparkan pada BAB I, untuk kerangka

konseptual dan hipotesis awal dipaparkan pada BAB II sebagai landasan

teoretis yang peneliti anggap sesuai dengan yang akan diteliti. Setelah

mendapatkan teori atau konsep dari para ahli yang dianggap sesuai, maka

peneliti perlu mengumpulkan data yang berkaitan dengan penelitian dari

organisasi, lembaga, atau perusahaan yang akan diteliti. Setelah

mendapatkan data-data yang dibutuhkan, maka peneliti perlu menggunakan

metode penelitian sebagai alat untuk dijadikan pedoman menjalankan

penelitian yang biasa dipaparkan pada BAB III.

Selanjutkan, setelah didapatkannya alat-alat yang akan digunakan

untuk melakukan analisis dan teknik pengolahan data serta penghitungan

statistika yang akan digunakan, maka peneliti menggunakan seluruh alat

tersebut untuk menguji hipotesis yang telah dipaparkan pada BAB II serta

hasil pengolahan data yang menunjukkan atau menjawab rumusan masalah

yang telah dipaparkan pada BAB I. Kajian ini, dipaparkan pada BAB IV

sebagai hasil dari penelitian yang nantinya dapat diberikan kesimpulan serta

rekomendasi dari apa yang telah diteliti sebagai feedback dari peneliti untuk

organisasi/ lembaga atau perusahaan yang diteliti.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 3.1.1 Populasi Penelitian

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

(30)

mengidentifikasi sumber data yang diperlukan sehingga relevan dan

mengacu pada permasalahan penelitian.

Yang menjadi permasalahan pokok dalam penelitian ini yaitu

pengaruh kemampuan komunikasi Instruktur terhadap mutu layanan

pembelajaran yang ada di Telkom Corporate University Bandung. Sehingga,

yang dijadikan populasi dalam penelitian ini yaitu peserta pelatihan yang

mengikuti pelatihan di Telkom Corporate University Bandung Bulan April

2014. Data yang didapat oleh peneliti yang berada di Unit Bisnis Learning

Event Area, bahwa pelatihan yang akan diadakan di Bandung datang per

minggu. Sehingga, peneliti dapat mengambil populasi pada setiap

minggunya di Bulan April. Berikut para peserta pelatihan yang mengikuti

pelatihan di Telkom Corporate University Bandung Pada minggu ke-3 dan

ke-4 di Bulan April 2014.

Tabel 3.1 Jumlah Populasi

NO NAMA DIKLAT JUMLAH

PESERTA INSTRUKTUR

1. BINTAL OS-1 Tahun 2014 74 Vendor

2. OC3 For DCS 20 Internal

3. Mentoring Portofolio &

Investment Evaluation 24 Vendor

4. BINTAL OS-1 Tahun 2014 61 Vendor

5. SUSPIM IV BATCH 6 23 Vendor

6. Sertifikasi CSAM (BATCH 12) 219 Vendor

7. Spirituallity in Work for Officers

(Islam) BATCH 12 219 Vendor

8. OC3-BATCH 3 26 Internal

(31)

3.1.2 Sampel Penelitian

Penelitian ini tidak mengkaji seluruh populasi. Oleh karena itu,

peneliti perlu menentukan ukuran sampel yang akan dilibatkan dalam

penelitian. Hal tersebut dilakukan, karena adanya keterbatasan dana, tenaga

dan waktu, sehingga peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari

populasi tersebut. Menurut Sugiyono (2012: 118) menjelaskan bahwa,

sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Teknik sampling terdapat dua macam, antara lain

Probability Sampling dan Non Probability Sampling. Peneliti memilih Non

Probability Sampling, dimana teknik ini tidak memberikan peluang yang

sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.

Dalam teknik sampel tersebut, terdapat beberapa macam. Peneliti

memilih purposive sampling, dimana teknik ini akan menentukan sampel

yang akan digunakan dalam penelitian. Menurut Sugiyono (2012: 124),

“Teknik purposive sampling ini membiarkan peneliti menentukan sendiri sampelnya dengan alasan tertentu”.

Adapun penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini dalam

penelitian ini yaitu pelatihan OC3 For DCS sebanyak 20 responden, OC3

for BATCH 3 sebanyak 26 responden, dan Waspang Fith sebanyak 22

responden. Peneliti menggunakan teknik purposive sampling karena,

pelatihan tersebut dilaksanakan bersamaan dengan saat peneliti pengambilan

data di Telkom Corporate University Bandung serta penggunaan instruktur

internal. Selain itu, LEA juga menerima data pelatihan dari penyelenggara

latihan seluruh Indonesia per minggu, sehingga peneliti menentukan untuk

memilih pelatihan pada Minggu ke-2 dan ke-3 Bulan April 2014. Pelatihan

tersebut dilaksanakan pada 07-17 April 2014.

(32)

Definisi operasional yaitu menggambarkan secara spesifik

indikator-indikator atau dimensi-dimensi pada variabel yang diteliti berdasarkan pada

konsep penelitian yang dibangun dari teori-teori yang relevan dengan variabel

yang diteliti. Adapun definisi operasional dari masing-masing variabel dalam

penelitian ini, sebagai berikut :

a. Kemampuan Komunikasi Instruktur

Kemampuan komunikasi instruktur merupakan pengetahuan dan

keterampilan yang dimiliki seorang instruktur internal Telkom Corporate

University Bandung sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan dalam

melakukan komunikasi verbal dan non verbal untuk mengirimkan pesan

berupa data, fakta, informasi, pengalaman, dan pengetahuan kepada

peserta pelatihan sehingga peserta pelatihan mampu memahami maksud

yang disampaikan instruktur sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan,

untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan serta menimbulkan

perubahan tingkah laku menjadi lebih baik. Menurut Irwin (1994) dalam

Soedarsono (2009: 51) dijelaskan bahwa, kemampuan komunikasi dapat

dilihat dari (a) copetence in listening and responding,(b) competence in

overcoming reticence/ shyness, (c) competene is being open and frank, (d)

competence is establishing and sustaning a smooth pattern of interaction,

(e) competence is being assertive (not agressive), (f) competency

questioning, (g) competence in understanding people from the “stories”

they tell, (h) competence in negotiating and resolving conflict, (i)

competence in interpreting non verbal behaviour dan (j) competence in

adapting communication behaviour to suit the circumtance.

b. Mutu Layanan Pembelajaran

Mutu layanan pembelajaran merupakan tingkat kualitas layanan yang

diselenggarakan oleh penyelenggara pelatihan dan instruktur pada peserta

pelatihan dalam mengorganisasikan ataupun mengatur lingkungan sesuai

dengan standar-standar yang telah ditetapkan oleh Telkom Corporate

(33)

pelatihan dalam melakukan proses belajar mengajar dengan

memperhatikan keselarasan antara pelayanan dengan kebutuhan peserta

pelatihan, kesesuaian pelaksanaan dan perencanaan yang telah ditetapkan,

daya tanggap dalam membantu peserta pelatihan dan menyediakan layanan

yang segera, tingkat ketepatan waktu dalam pelaksanaan pelayanan dapat

diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan dan tingkat kecepatan

dalam melayani keluhan. Menurut Parasuraman, Zeithaml dan Berry yang

dikutip oleh Tjiptono dan Chandra (2011:198) “terdapat lima dimensi

pokok kualitas jasa, yaitu tangible (bukti fisik), reliability (keandalan),

responsiveness (daya tanggap), assurance (jaminan), dan emphaty

(empati)”. Kelima dimensi tersebut yang akan dijadikan sebagai pengukur

ketercapaian kepuasan peserta pelatihan terhadap pelayanan jasa yang

diberikan oleh pihak lembaga diklat dalam pembelajaran ketika

dilaksanakannya pelatihan.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian digunakan untuk mengumpulkan data dimana

dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif ini, instrumen

merupakan sebuah kunci yang digunakan untuk mengukur nilai variabel yang

akan diteliti. Hal tersebut juga dijelaskan oleh Sugiyono (2012: 133) bahwa,

“Instrumen penelitian digunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat”. Jadi, instrumen penelitian ini

sebegai alat bantu yang digunakan peneliti dalam mengukut variabel untuk

menghasilkan data kuantitatif yang akurat.

Menurut Arikunto (2007: 10) menjelaskan bahwa, instrumen

pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti

dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi

sistematis dan dipermudah olehnya. Instrumen penelitian yang digunakan

(34)

Setelah ditetapkan variabelnya, tahap selanjutnya yaitu memberikan definisi

operasional dari setiap variabelnya dan selanjutnya ditentukan

indikator-indikator yang akan diukur. Setelah itu, indikator-indikator tersebut dipaparkan menjadi

butir-butir pertanyaan atau pernyataan. Untuk memudahkan penyusunan

instrumen penelitian, maka diperlukan kisi-kisi instrumen penelitian.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Penelitian

NO VARIABEL ASPEK INDIKATOR

1. Kemampuan sistematis dan terorganisir (9)

Copetence is

b) Memberikan sikap tanggap dan perhatian terhadap seluruh peserta pelatihan (11)

(35)

Competence is being

a) Sikap antusias ketika bertanya (15)

b) Memahami pernyataan atau argumen

peserta pelatihan (20)

a) Gesture tubuh instrkur dalam memberikan penguatan (22) b) Suara dan ekspresi wajah

instruktur dalam kegiatan pembelajaran (23)

(36)

Competence in

b) Penampilan yang menarik dan percaya diri (1&4)

a) Materi yang disampaikan dengan jelas (9)

b) Memahami kebutuhan peserta pelatihan (18&25)

Responsibility (Daya Tanggap)

a) Sikap peka terhadap peserta pelatihan (2&3)

(Reliabilitas) a) Ketepatan waktu dalam kegiatan pembelajaran (6)

b) Kesesuaian materi yang diberikan (7&12)

c) Menyediakan informasi yang dibutuhkan peserta pelatihan (17)

(37)

(Jaminan) b) Instruktur yang berkompeten (11&14)

c) Memiliki pengetahuan yang luas (16)

d) Kepastian dalam mendapatkan penilaian (23&24)

Instrumen penelitian selengkapanya yang telah menjadi kuesioner

penelitian dapat dilihat selengkapnya pada lampiran. Instrumen penelitian ini

dugunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data

yang akurat, sehingga setiap instrumen harus mempunyai skala. Hal tersbebut

diungkapakan oleh Sugiyono (2012: 133),

“Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif”.

Dengan skala pengukuran ini, maka variabel yang diukur dengan

insntrumen tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga akan

lebih akurat, efisien dan komunikatif Sskala pengukuran yang digunakan

peneliti yaitu untuk setiap alternatif jawabat setiap item menggunakan skor

penilaian 1 sampai 4 dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 3.3

Kriteria Penilaian Alternatif Jawaban Untuk Variabel X dan Variabel Y

Alternatif

Jawaban X Skor

Alternatif

Jawaban Y Skor

Selalu 4 Sangat Baik 4

(38)

Kadang-Kadang 2 Cukup 2

Tidak Pernah 1 Kurang 1

3.5 Proses Pengembangan Instrumen

Sebelum melakukan pengumpulan data pada objek penelitian, angket

akan diujicobakan terlebih dahulu. Tujuan dengan diujicobakan tersebut yaitu

untuk mengetahui tingkat akurasinya terhadap responden yang memiliki

karakteristik sama dengan objek penelitian yang digunakan. Kegiatan ini

dilakukan untuk menghindari kegagalan total dalam pengumpulan data,

karena instrumen yang telah siap untuk digunakan namun belum diujicobakan

seringkali memiliki beberapa kelemahan, baik dari segi bahasa, dimensi dan

indikator dari masing-masing variabel, maupun pengukurannya. Uji validitas

dan reabilitas pada penelitian ini, dilakukan di Sentra Pendidikan BRI

Lembang Bandung. Setelah uji coba angket terkumpul, maka selanjutnya

dilakukan analisis statistik untuk menguji validitas dan reabilitas instrumen

penelitian.

Pengujian Validitas

Uji validitas merupakan suatu langkah pengujian yang dilakukan

terhadap isi (konten) dari suatu instrumen, dengan tujuan untuk mengukur

ketepatan instrumen yang digunakan dalam suatu penelitian (Sugiyono, 2011:

177). Dari pengertian tersebut menunjukkan adanya kesamaan antara data

yang dikumpulkan dengan kondisi atau data objek yang sesungguhnya

sehingga dapat dikatakan valid. Sementara, Arikunto (2006: 168),

(39)

“Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Sebuah instrumen dapat dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauhmana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang

dimaksud”.

Uji validitas yang dilakukan adalah uji validitas internal yang

menyangkut uji validitas konstruksi dan uji validitas isi. Uji validitas

konstruk dilakukan dengan berkonsultasi kepada ahli, dalam hal ini dosen

pembimbing. Uji validitas isi dilakukan dengan membandingkan isi

instrumen dengan dasar teori atau konsep yang relevan serta melakukan

konsultasi dengan para ahli (dalam hal ini dosen pembimbing). Dalam

prakteknya, uji validitas konstruksi dan validitas isi dilakukan dengan

menggunakan kisi-kisi intrumen yang didalamnya terdapat variabel yang

diteliti beserta dimensi yang dituangkan dalam item-item pernyataan sebagai

penjabaran dari indikator.

Uji validitas dilakukan dengan analisis item yaitu dengan

mengkorelasikan antara skor item instrumen dengan skor total.

Perhitungannya, dilakukan dengan bantuan aplikasi SPSS (Statistical

Product and Service Solutions) versi 17.0 for Windows. Interpretasi

terhadap korelasi dikemukakan oleh Sugiyono (2012: 179), bahwa :

“Bila korelasi tiap faktor tersebut positif dan besarnya 0,3 ke atas, maka faktor tersebut merupakan construct yang kuat. Jadi berdasarkan analisis faktor tersebut dapat disimpulkan bahwa intrumen tersebut memiliki validitas konstruksi yang kuat”.

Selain itu, Sugiyono (2012: 179) memperjelas pendapatnya, bahwa :

“Bila harga korelasi di bawah 0,30 maka dapat disimpulkan bahwa butir

instrumen tersebut tidak valid, sehingga harus diperbaiki atau dibuang”.

Patokan yang digunakan peneliti dalam penelitian ini, berdasarkan

(40)

patokan yaitu 0,30 . Dengan demikian, ketentuan yang diperoleh, sebagai

berikut:

 Jika rhitung > rtabel, maka butir/item valid

 Jika rhitung < rtabel, maka butir/item tidak tidak valid

Uji validitas dilakukan sekaligus dengan uji reliabilitas instrumen. Uji

validitas dilakukan oleh 20 responden yaitu 20 orang peserta pelatihan di

Sentra Pendidikan BRI dengan jumlah item untuk variabel X sebanyak 26

buah dan variabel Y sebanyak 25 buah. Adapun hasil uji validitas untuk

variabel X dan Y, sebagai berikut:

a. Uji Validitas Variabel X (Kemampuan Komunikasi Instruktur)

Tabel 3.4

Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Variabel X No. Item rhitung rtabel Interpretasi

(41)

Dari tabel di atas, diketahui bahwa kuesioner variabel X yang dinyatakan

valid sebanyak 26 pernyataan, karena setiap item pernyataan memiliki

rhitung lebih besar dari rtabel (0,30) , sehingga pernyataan tersebut dapat

dijadikan sebagai alat ukur untuk variabel yang diteliti.Sedangkan, untuk

pernyataan yang tidak valid disebabkan, karena memiliki rhitung lebih

kecil dari rtabel. Sehingga, dari pernyataan tersebut dapat diperbaiki dan

juga dihapuskan namun hal tersebut perlu didiskusikan dengan para ahli

(dosen pembimbing).

b. Uji Validitas Variabel Y (Mutu Layanan Pembelajaran)

Tabel 3.5

Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Variabel Y

22 0,512 0,30 Valid

23 0,498 0,30 Valid

24 0,329 0,30 Valid

25 0,565 0,30 Valid

26 0,621 0,30 Valid

No. Item rhitung rtabel Interpretasi

1 0,594 0,30 Valid

2 0,636 0,30 Valid

3 0,517 0,30 Valid

4 0,466 0,30 Valid

5 0,736 0,30 Valid

6 0,449 0,30 Valid

7 0,557 0,30 Valid

8 0,579 0,30 Valid

9 0,575 0,30 Valid

10 0,355 0,30 Valid

11 0,732 0,30 Valid

12 0,333 0,30 Valid

(42)

Dari tabel di atas, diketahui bahwa kuesioner variabel Y yang valid

sebanyak 25 pernyataan, karena item pernyataan tersebut memiliki rhitung

lebih besar dari rtabel, sehingga pernyataan tersebut dapat dijadikan

sebagai alat ukur untuk variabel yang diteliti. Sedangkan untuk

pernyataan tidak valid disebabkan, karena pernyataannya memiliki rhitung

lebih kecil dari rtabel. (0,30) Sehingga, dari pernyataan tersebut dapat

diperbaiki dan juga dihapuskan namun hal tersebut perlu didiskusikan

dengan para ahli (dosen pembimbing).

Pengujian Reabilitas

Uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui tingkat konsistensi dan

kestabilan instrumen penelitian sebagai alat pengumpulan data. Instrumen

yang reliabel menunjukkan bahwa alat tersebut secara konsisten

memberikan hasil dari data atau temuan yang sama, sehingga instrumen

tersebut dapat dipercaya. Pengujian reliabilitas instrumen dianalisis dengan

internal concitency yaitu dilakukan sekali saja, kemudian data yang

diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Uji Reliabilitas dilakukan

dengan uji Alpha Cronbach. Rumus Alpha Cronbach sebagai berikut:

(43)

Gambar 3.2 Rumus Alpha Cronbach (Sumber: Rainsch, 2004: 167)

Keterangan:

α

= Koefisien reliabilitas Alpha Cronbach K = Jumlah item pertanyaan yang diuji

∑si² = Jumlah Variasi Skor

sx² = Varians skor-skor tes (seluruh item K)

Jika nilai alpha > 0,7 artinya reliabilitas mencukupi (sufficient

reliability) sementara jika alpha > 0,80 ini mensugestikan seluruh item

reliabel dan seluruh tes secara konsisten secara internal karena memiliki

reliabilitas yang kuat (Rainsch, 2004: 164). Atau, ada pula yang

memaknakannya sebagai berikut (Hilton dan Brownlow, 2004: 364):

Jika alpha > 0,90 maka reliabilitas sempurna

Jika alpha antara 0,70 – 0,90 maka reliabilitas tinggi Jika alpha antara 0,50 – 0,70 maka reliabilitas moderat Jika alpha < 0,50 maka reliabilitas rendah

Adapun hasil perhitungan reliabilitas kedua variabel dengan rumus

Alpha Cronbach dilakukan dengan menggunakan bantuan aplikasi SPSS

versi 17.0 for Windows, dengan hasil sebagai berikut:

(44)

Variabel Cronbach's Alpha

Kesimpulan

X 0,895 Reabilitas Tinggi

α > 0,7

Dari hasil perhitungan di atas, diketahui bahwa hasil uji reliabilitas

variabel X (Kemampuan Komunikasi Instruktur), dengan rumus Alpha

Cronbach adalah 0,895. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen Variabel

X reliabel karena perhitungan yang dihasilkan berada di luar batas

minimal rhitung dengan taraf signifikansi 95% (taraf kesalahan 5%) yaitu

0,444.

b. Reliabilitas Variabel Y

Tabel 3.7

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y

Variabel Cronbach's Alpha

Kesimpulan

Y 0,736 Reabilitas Tinggi

α > 0,7

Dari hasil perhitungan di atas, diketahui bahwa hasil uji reliabilitas

variabel Y (Mutu Layanan Pembelajaran), dengan rumus Alpha

Cronbach adalah 0,736. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen Variabel

Y reliabel karena perhitungan yang dihasilkan berada di luar batas

minimal rhitung dengan taraf signifikansi 95% (taraf kesalahan 5%) yaitu

0,444.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan suatu prosedur untuk mendapatkan data

dari permasalahan yang akan dipecahkan. Menurut Nazir (2003: 174)

menjelaskan bahwa “Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan

(45)

Pengumpulan data tergantung pada teknik atau cara yang digunakan

dalam mengumpulkan data dimana teknik tersebut berfungsi untuk

menjawab permasalahan-permasalahan ataupun mendapatkan hipotesis

penelitian. Ketepatan teknik atau cara yang digunakan akan menunjukkan

kualitas data yang dihasilkan.

Teknik pengumpulan data menjadi bagian dari tindak lanjut instrumen

penelitian, dalam arti teknik pengumpulan data akan bergantung pada

instrumen sebagai alat pengumpulan data. Teknik pengumpulan data dapat

dilakukan dengan berbagai cara, antara lain yaitu melalui wawancara,

pengamatan, ujian (tes), dokumentasi, angket dan sebagainya. Pengumpulan

data memiliki peran penting, karena seperti yang diketahui bahwa pada

dasarnya penelitian merupakan kegiatan dalam mengumpulkan data sebagai

bahan informasi dan fakta yang akan dianalisis. Adapun teknik pengumpulan

data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode angket/kuesioner dan

studi dokumentasi. Kedua teknik tersebut akan dipaparkan sebagai berikut:

3.6.1 Metode Angket (Kuesioner)

Pemilihan metode angket sebagai alat pengumpulan data dikarenakan

angket memiliki kelebihan dan dirasa efektif serta efisien dalam

mengumpulkan data yang respondennya cukup banyak dan tersebar dalam

wilayah yang cukup luas. Menurut Sugiyono (2012: 199) menjelaskan

bahwa,

“Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawabnya”.

Angket yang digunakan oleh peneliti yaitu angket tertutup atau

berstruktur. Menurut Akdon (2008: 132), bahwa “Angket berstruktur

merupakan angket yang disajikan sedemikian rupa sehingga responden

diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakter dirinya

(46)

“Angket langsung tertutup adalah angket yang dirancang sedemikian rupa untuk merekam data tentang keadaan yang dialami oleh responden sendiri, kemudian semua alternatif jawaban yang harus dijawab oleh responden tertera dalam angket tersebut”.

Tujuan penyebaran angket ialah mencari informasi yang lengkap

mengenai suatu masalah dan reponden tanpa merasa khawatir bila

responden memberikan jawaban yang tdak sesuai dengan kenyataan dalam

pengisian daftar pertanyaan. Disamping itu, responden mengetahui

informasi yang diminta. Menurut Burhan (2001: 89), mengemukakan

kelebihan penggunaan angket sebagai alat pengumpulan data, yaitu :

a. Metode angket membutuhkan biaya yang relatif murah

b. Pengumpulan data lebih mudah,terutama pada responden yang terpencar-pencar

c. Pada penelitian sampel di atas 1000, penggunaan metode ini sangat tepat

d. Walaupun penggunaan metode ini pada sampel yang relatif besar,tetapi pelaksanaannya dapat berlangsung serempak

e. Metode ini membutuhkan waktu relatif sedikit

f. Kalau metode ini dilakukan dengan menggunakan jasa pos, maka relatif tidak membutuhkan atau tidak terikat pada pengumpul data g. Kalaupun metode ini menggunakan petugas lapangan pengumpul

data, hanya terbatas pada fungsi menyebarkan dan menguhimpin angket yang telah diisi atau dijawab oleh responden

3.6.2 Metode Dokumentasi

Studi dokumentasi ini diperlukan untuk menunjang kelengkapan data

dan membantu mempertajam kesimpulan yang akan diambil baik melalui

buku yang televan, peraturan, laporan kegiatan, data langsung dari tempat

penelitian, kebijakan, jurnal, serta sumber lainnya yang dianggap relevan

dengan penelitian. Menurut Arikunto (2006: 231) menjelaskan bahwa

“Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya”.

Menurut Nawawi (1993: 133) “dalam penelitian kuantitatif, teknik

dokumentasi berfungsi untuk menghimpun secara kolektif bahan-bahan

(47)

konsep, dan perumusan hipotesa secara tajam”. Dengan demikian, studi dokumentasi ini menjadi hal yang penting dalam penelitian dan perlu

dilakukan oleh peniliti untuk menghasilkan penelitian yang berkualitas.

3.7 Analisis Data

Analisis data merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk

yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Tujuannya yaitu untuk

menjawab tujuan, pertanyaan penelitian dan hipotesis penelitian. Menurut

Sugiyono (2012: 207) menjelaskan bahwa, analisis data merupakan kegiatan

setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul”.

Menurut Nazir (2003: 346) menjelaskan bahwa , “Analisis data merupakan

bagian yang amat penting dalam metode ilmiah, karena dengan dilakukan

analisis, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam

memecahkan masalah penelitian”. Namun untuk penelitian kuantitatif, pada

dasarnya pengolahan data dalam penelitian sosial tidak lepas dari penggunaan

metode statistik tertentu. Statistik sangat berperan dalam penelitian, baik

dalam penyusunan, perumusan hipotesis, pengembangan alat dan instrumen

penelitian, penyusunan rancangan penelitian, penentuan sampel, maupun

dalam analisis data.

3.7.1 Seleksi Angket

Setelah data terkumpul, proses pertama yang dilakukan yaitu

pemeriksaan data terhadap kuesioner yang telah terkumpul dimana peneliti

memeriksa kelengkapan angket yang telah terkumpul setelah disebarkan.

Kegiatan ini penting dilakukan untuk meyakinkan bahwa data-data yang

telah terkumpul siap untuk diolah lebih lanjut serta data yang terkumpul

telah memenuhi syarat untuk diolah. Adapun langkah-langkah dalam tahap

seleksi angket, sebagai berikut :

a. Memeriksa apakah data semua angket dari responden telah terkumpul

(48)

c. Memeriksa apakah data yang telah terkumpul tersebut layak untuk

diolah.

3.7.2 Klasifikasi Data

Klasifikasi data merupakan tahapan kedua setelah melakukan

pemeriksaan dan penyeleksian data. Data diklasifikasikan berdasarkan

variabel penelitian yaitu variabel X (Kemampuan Komunikasi Instruktur)

dan variabel Y (Mutu Layanan Pembelajaran). Setelah itu, dilakukan

pemberian skor pada setiap alternatif jawaban yang telah diberikan oleh

setiap responden sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya,

dimana kriteria yang digunakan yaitu menggunakan skala Likert. Skor dari

setiap variabel tersebut berfungsi sebagai sumber pengolahan data

selanjutnya. Jadi, pengklasifikasian data ini bertujuan untuk mengetahui

kecenderungan skor responden terhadap dua variabel yang diteliti.

3.7.3 Pengolahan Data

1. Uji Kecenderungan Umum Skor Responden Masing-masing

Variabel dengan Rumus Weighted Means Score (WMS)

Berikut rumus dari Weighted Means Score (WMS) adalah sebagai

berikut:

Gambar 3.3

Rumus Weighted Means Score (WMS)

Keterangan:

= Rata-rata skor responden

= Jumlah skor dari jawaban responden

= Jumlah responden

N

X

X

X

X

(49)

Teknik WMS ini digunakan untuk menghitung kecenderungan

rata-rata variabel penelitian serta menentukan gambaran atau

kecenderungan umum responden pada variabel penelitian. Dalam

perhitungannya, peneliti menggunakan bantuan aplikasi SPSS versi 17.00

for Windows. Berikut langkah-langkah yang ditetapkan dalam

pengolahan data dengan menggunakan Rumus WMS, yaitu sebagai

berikut:

a. Memberikan bobot nilai untuk setiap alternatif jawaban dengan

menggunakan Skala Likert yang nilainya 1 sampai 4.

b. Menghitung frekuensi dari setiap alternatif pilihan jawaban yang

dipilih

c. Menjumlahkan jawaban responden untuk setiap item dan langsung

dikaitkan dengan bobot alternatif jawaban itu sendiri

d. Menghitung nilai rata-rata untuk setiap item pada masing-masing

kolom

e. Menentukan kriteria untuk setiap item dengan menggunaka tabel

konsultasi hasil perhitungan WMS sebagai berikut:

Tabel 3.8

Daftar Konsultasi Hasil Perhitungan WMS

Rentang Nilai Kriteria

Penafsiran

Variabel X Variabel Y

3,01 - 4,00 Sangat Baik Selalu (SL) Sangat Baik (SB)

2,01 - 3,00 Baik Sering (SR) Baik (B)

1,01 - 2,00 Cukup Kadang-Kadang (KD) Cukup (C)

(50)

f. Mencocokkan hasil perhitungan setiap variabel dengan kriteria

masing-masing untuk menentukan kedudukan setiap variabel atau

mengetahui arah kecenderungan masing-masing variabel.

2. Uji Normalitas Distribusi Data

Uji normalitas distribusi data ini dimaksudkan untuk mengetahui

dan menentukan apakah pengolahan data dalam penelitian ini

menggunakan analisis data parametrik atau non parametrik. Menurut

Surakhmad (1998: 95), menjelaskan bahwa:

“Tidak semua populasi (maupun sampel) menyebar secara

normal. Dalam hal ini , digunakan teknik yang diduga menyebar normal. Teknik statistik yang digunakan sering disebut teknik parametrik, sedangkan untuk peneyebaran yang tidak normal menggunakan teknik non parametrik, yaitu sebuah teknik yang

tidak terkait oleh bentuk penyebaran”.

Dalam penelitian ini perhitungan uji normalitas data dilakukan

dengan bantuan program SPSS versi 17.0 for Windows dengan rumus

One Sample Kolmogorov Smimov Test.

Adapun hipotesis dan dasar keputusan menurut rumus Kolmogrov

Smirnov sebagai berikut:

Ho : Tidak terdapat perbedaan antara distribusi data dengan distribusi

normal

Ha : Terdapat perbedaan antara distribusi data dengan distribusi

normal.

Untuk dasar keputusan uji normalitas yang digunakan peneliti

yaitu dengan melihat Asymptotic Significance 2-tailed pada hasil uji

normalitas dengan bantuan program SPSS versi 17.0 for Windows. Dasar

pengambilan keputusan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Nilai Asymp Sig 2-tailed > 0,05 maka Ho diterima, berarti tidak

(51)

b. Nilai asym Sig 2-tailed < 0,05 maka Ha diterima berarti terdapat

perbedaan antara distribusi data dengan distribusi normal.

3. Mengubah Skor Mentah menjadi Skor Baku

Untuk mengubah skor mentah menjadi skor baku setiap variabel,

digunakan rumus berikut:

Gambar 3.4 Rumus Skor Baku (Akdon, 2008: 86)

Keterangan :

Ti = Skor baku

Xi = Skor mentah

s = Standar deviasi

x = Rata-rata (mean)

Mengubah skor mentah menjadi skor baku pada dasarnya adalah

mengubah data ordinal menjadi data interval yang digunakan dalam

analisis data angka baku/skor baku. Langkah-langkah yang ditempuh

dalam mengubah skor mentah menjadi skor baku, sebagaimana

dikemukakan Akdon (2008: 86-87), sebagai berikut :

1) Menentukan skor mentah (skor terbesar dan terkecil)

2) Menentukan rentangan (R), yaitu skor terbesar – skor terkecil

3) Menentukan banyaknya kelas (BK), dengan menggunakan Rumus

Sturgess yaitu: BK = 1 + 3,3 log n

4) Menentukan panjang kelas (i), dengan rumus:

5) Membuat tabel distribusi frekuensi R

i = BK

Gambar

Gambar 3.1 Desain Penelitian
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian teknik pengumpulan data menggunakan teknis nontes berupa angket yang mengungkap motivasi belajar peserta didik, aspek motivasi belajar yang diteliti

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik sampling random proporsional (proportional random sampling). Metode pengumpulan data menggunakan metode angket

Jumlah sampel tiga kelas yang diambil secara acak (random sampling). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket. Instrument angket digunakan

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Sampel diambil sebanyak 102 orang siswa dengan teknik acak sederhana. Pengumpulan data dilakukan dengan

PLN (Persero) Wilayah SulSelRaBar yang berjumlah 150 karyawan. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan wawancara, teknik pengambilan sampel adalah purposive

Sampel dalam penelitian ini adalah kelas VII E (kelas eksperimen) yang berjumlah 26 orang dan VII F (kelas kontrol) yang berjumlah 22 orang. Teknik pengumpulan data pada

Subjek dalam penelitian ini berjumlah 4 (empat) orang yang di peroleh melalui teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam,

Adapun teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara menggunakan angket yang bertujuan untuk memperoleh data mengenai Hubungan Pelatihan