• Tidak ada hasil yang ditemukan

DIFFUSE LARGE B-CELL LYMPHOMA PRIMER PADA SISTEM SARAF PUSAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DIFFUSE LARGE B-CELL LYMPHOMA PRIMER PADA SISTEM SARAF PUSAT"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Case Report

DIFFUSE LARGE B-CELL LYMPHOMA PRIMER PADA

SISTEM SARAF PUSAT

Oleh:

dr. I Made Gotra, Sp. PA

BAGIAN/SMF PATOLOGI ANATOMI FK UNUD / RSUP

SANGLAH DENPASAR

(2)

DIFFUSE LARGE B-CELL LYMPHOMA PRIMER PADA SSP

Laporan Sebuah Kasus I Made Gotra

Bagian/SMF Patologi Anatomi, FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar

ABSTRAK

Limfoma primer pada SSP merupakan limfoma maligna ekstranodal yang berasal dari SSP dan tidak ada bukti adanya limfoma di luar SSP pada saat diagnosis. Lebih dari 95 % limfoma primer pada SSP adalah diffuse large B-cell lymphoma yang dibuktikan dengan gambaran histopatologi dan imunohistokimia. Kami melaporkan kasus DLBCL primer pada SSP dari laki-laki berusia 60 tahun yang datang dengan keluhan sakit kepala, kejang, berbicara ngelantur sejak 3 bulan. Pada pemeriksaan MRI kepala ditemukan massa solid di serebral kiri. Makroskopis, jaringan massa tumor berbentuk tidak teratur, berwarna putih abu-abu, konsistensi rapuh sampai kenyal. Mikroskopis, tumor terdiri dari proliferasi sel-sel neoplastik yang tersusun difus, sebagian tersusun konsentris mengelilingi pembuluh darah dengan morfologi bulat cenderung uniform, sitoplasma sempit, inti bulat, N/C ratio tinggi, hiperkromatik, sebagian dengan anak inti multipel, membran inti iregular, mitosis mudah ditemukan. Imunohistokimia untuk CD 20, BCL6, MUM1 positif pada sel tumor yang viable dan Ki67 positif pada 90% sel tumor. Berdasarkan pemeriksaan klinis, radiologi, histopatologi dan imunohistokimia maka kasus ini disimpulkan sebagai diffuse large B cell lymphoma primer pada SSP.

(3)

PRIMARY DIFFUSE LARGE B-CELL LYMPHOMA OF THE CNS

A Case Report I Made Gotra

Department of Pathology Anatomy, Faculty of Medicine, Udayana University Medical School/Sanglah Hospital Denpasar

ABSTRACT

Primary lymphoma of the CNS is the extranodal malignant lymphoma origin from the CNS and no evidence of lymphoma outside the CNS at diagnosis. More than 95% of primary CNS lymphomas are diffuse large B-cell lymphoma that is evidence by histopathology and immunohistochemistry. We reported a case of primary DLBCL of the CNS from a men aged 60 years who presented with headache, seizure, incoherent speech since 3 months. Magnetic resonance imaging was found a solid mass in the left cerebral. Macroscopically, tumor mass are irregularly shaped, white-gray and brittle to chewy consistency. Microscopically, tumor composed of neoplastic cells proliferation with diffuse growth pattern, partly arranged concentrically surrounds the blood vessels with morphology cells are round tends to be uniform, scant cytoplasm, oval to round nuclei, high N/C ratio, hyperchromatic, some with multiple nucleoli, irregular nuclear membrane, and numerous mitosis. Immunohistochemistry for CD 20, BCL6, MUM1 were positive on viable tumor cells and Ki67 positive in 90% of tumor cells. Based on clinical, radiological, histopathological and immunohistochemical findings, this case be concluded as primary diffuse large B cell lymphoma of the CNS.

(4)

PENDAHULUAN

Limfoma yang berkembang pada sistem saraf pusat (SSP) dapat primer maupun sekunder. Limfoma primer pada SSP adalah limfoma maligna ekstranodal yang berasal dari SSP dan tidak ada bukti adanya limfoma di luar SSP pada saat diagnosis. Sedangkan limfoma sekunder pada SSP merupakan perluasan atau relaps limfoma sistemik ke SSP.1,2

Lebih dari 95% limfoma primer pada SSP adalah diffuse large B-cell lymphoma yang ditemukan < 1 % dari seluruh non-Hodgkin lymphoma dan sekitar 2-3 % dari seluruh tumor pada otak. Diffuse large B-cell lymphoma adalah neoplasma sel limfoid B yang besar dengan ukuran inti sama dengan atau lebih dari inti makrofag normal atau lebih dari dua kali ukuran limfosit normal, dengan pola pertumbuhan difus.Diffuse large B-cell lymphoma primer pada SSP tidak termasuk limfoma pada

dura, intravascular large B-cell lymphoma, limfoma sekunder serta limfoma yang terkait dengan imunodefisiensi, dan dibuktikan dengan gambaran histopatologi dan imunohistokimia.1,2,3,4,5,6,7

Berikut dilaporkan sebuah kasus diffuse large B-cell lymphoma primer pada SSP dari seorang laki-laki berusia 62 tahun berdasarkan gambaran histopatologi dan imunohistokimia.

KASUS

Pasien laki-laki berusia 62 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan sakit kepala sejak 3 bulan dan bertambah berat. Selain itu pasien juga mengalami kejang. Keluarga pasien mengatakan pasien kadang-kadang berbicara ngelantur. Tidak ada keluhan mual dan muntah, bicara pelo ataupun bibir yang miring. Riwayat keluarga menderita kanker dan keluhan yang sama disangkal. Pada pemeriksaan fisik tanda-tanda vital normal. Pada regio frontotemporal sinistra ditemukan massa ukuran 4x3 cm, pulsasi positif, transiluminasi negatif (Gambar 1).

(5)

Gambar 1. Regio frontotemporal sinistra, massa ukuran 4x3 cm, pulsasi positif, transiluminasi negatif.

Pada pemeriksaan MRI kepala ditemukan massa solid di serebral kiri, konsisten dengan massa primer serebral (Gambar 2). Kemudian dilakukan eksisi tumor regio frontal serebri sinistra dan jaringan dikirim ke laboratorium Patologi Anatomi untuk dilakukan pemeriksaan histopatologi.

Gambar 2. MRI kepala, massa solid di serebral kiri, konsisten dengan massa primer serebral.

Makroskopis diterima potongan-potongan jaringan volume 20 cc, bentuk tidak teratur, berwarna putih abu-abu, konsistensi sebagian kenyal sebagian rapuh (Gambar 3).

(6)

Gambar 3. Tumor, potongan-potongan jaringan volume 20 cc, bentuk tidak teratur, berwarna putih abu-abu, konsistensi sebagian kenyal sebagian rapuh.

Mikroskopis tampak potongan jaringan massa tumor yang terdiri dari proliferasi sel-sel neoplastik dengan morfologi bulat cenderung uniform, sitoplasma sempit, inti bulat, N/C ratio tinggi, hiperkromatik, sebagian dengan anak inti multipel, membran inti irregular, mitosis mudah ditemukan. Sel-sel neoplastik tersebut sebagian tampak tersebar difus, sebagian tampak tersusun konsentris mengelilingi pembuluh darah. Tampak pula area nekrosis. (Gambar 4 dan 5).

Gambar 4. Massa tumor, proliferasi sel-sel neoplastik sebagian tampak tersebar difus,

(7)

Gambar 5. Massa tumor, sel-sel neoplastik dengan morfologi bulat cenderung uniform, sitoplasma sempit, inti bulat, N/C ratio tinggi, hiperkromatik, sebagian dengan anak inti multipel, membran inti iregular, mitosis mudah ditemukan (HE, 400x)

Pemeriksaan histopatologi menunjukkan morfologi sesuai untuk malignant

round cell tumor dengan diagnosis banding Limfoma Maligna. Untuk menunjang

diagnosis dilakukan pemeriksaan imunohistokimia di laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, diperoleh hasil CD20 positif pada sel tumor yang viable, CD3 positif pada sel limfosit kecil tersebar, Ki67 positif pada 90% sel tumor, BCL6 positif pada beberapa sel, MUM1 positif, sedangkan CD10, cyclin D1, GFAP, dan CD38 negatif. Kesimpulan profil imunohistokimia sesuai untuk “Diffuse Large B-cell Lymphoma”, CD20 positif, subtipe “non germinal centre

B-cell like phenotype”.

DISKUSI

Limfoma primer pada SSP merupakan kasus yang jarang, sekitar 5% dari neoplasma intrakranial primer dan 1-2% dari seluruh limfoma. Pertama kali dilaporkan oleh Bailey pada tahun 1929 sebagai perithelial sarcoma. Entitas lain yang digunakan adalah adventitial sarcoma, reticulum cell sarcoma dan

microglioma. Kemudian diterima secara umum sebagai limfoma setelah terbukti

benar adanya limfoma lineage.1,7

B-cell non-Hodgkin lymphoma merupakan 92-98% limfoma primer pada SSP

(8)

lymphoma (DLBCL) yang ditemukan < 1% dari seluruh non-Hodgkin Lymphoma

dan 2-3% dari seluruh tumor pada otak. 1,2,3,4,5,6

Diffuse large B-cell lymphoma primer pada SSP terjadi pada dewasa dengan

usia rata-rata 60 tahun dan lebih banyak terjadi pada laki-laki. Lokasi limfoma primer pada SPP terbatas pada otak (60%), orbita (15-20%), dan leptomeningen (5%). Pada otak meliputi ruang supratentorial yang meliputi lobus frontal (15%), lobus temporal (8%), labus parietal (7%), lobus occipital (3%), regio periventrikular/basal ganglia (10%), corpus callosum (5%); fossa posterior (13%) dan spinal cord (1%).1,6 Pada kasus ini pasien laki-laki berusia 60 tahun tanpa

riwayat imunodefisiensi, menerima transplantasi atau AIDS, dengan lokasi tumor di regio frontotemporal.

Diffuse large B-cell lymphoma primer pada SSP memberikan gejala klinis

defisit neurologi fokal pada 50-80% pasien, gejala neuropsikiatri pada 20-30% pasien, tanda peningkatan tekanan intrakranial pada 10-30% pasien, dan 5-20% pasien dengan kejang.1,7,8 Munculnya gejala awal sampai diagnosis limfoma primer

pada SSP dapat berlangsung dalam waktu beberapa hari sampai 2 tahun dengan rata-rata 2 bulan.1 Pada kasus pasien memiliki keluhan sakit kepala yang bertambah berat,

kejang dan sering berbicara ngelantur sejak 3 bulan.

Magnetic resonance imaging (MRI) merupakan prosedur radiologik yang

sangat sensitif untuk mendeteksi limfoma primer pada SSP dimana tumor tampak sebagai lesi tunggal (65%) atau multipel.1,6,7,9 Pada kasus, pemeriksaan MRI kepala

ditemukan massa solid di serebral kiri, konsisten dengan massa primer serebral. Pembedahan dibatasi pada biopsi stereotaktik untuk menegakkan diagnosis histologis dari limfoma primer pada SSP sedangkan reseksi sebagian tumor terkait dengan harapan hidup yang rendah.1,8 Pada kasus dilakukan eksisi tumor regio

frontal serebri sinistra.

Pada pemeriksaan makroskopis, limfoma primer pada SSP ditemukan sebagai massa tunggal atau multipel pada hemisfer serebri. Tumor berwarna abu-abu

(9)

dikelilingi oleh area nekrosis koagulatif yang luas.1,5 Pada pemeriksaan mikroskopis

kasus tampak potongan jaringan massa tumor yang terdiri dari proliferasi sel-sel neoplastik dengan morfologi bulat cenderung uniform, sitoplasma sempit, inti bulat oval, N/C ratio tinggi, hiperkromatik, sebagian dengan anak inti multipel, membran inti irregular, mitosis mudah ditemukan. Sel-sel neoplastik tersebut sebagian tampak tersebar difus, sebagian tampak tersusun konsentris mengelilingi pembuluh darah. Tampak pula area nekrosis.

Diffuse large B-cell lymphoma menunjukkan ekspresi imunohistokimia

terhadap marker pan-B seperti CD19, CD20, dan CD79a. Untuk marker tambahan pan-B, mayoritas limfoma primer pada SSP mengekspresikan BCL-6 walaupun tidak pada semua sel tumor (60-80%), MUM-1 positif kuat pada 90 - 100% sel tumor. Aktivitas proliferatif secara umum tinggi dengan indeks Ki-67/MIB-1 50 - 70% atau bahkan > 90%.1,5,7,8 Pada kasus ini pemeriksaan imunohistokimia CD20 (marker

pan-B) positif pada sel tumor yang viabel, CD3 positif pada sel limfosit kecil yang tersebar, Ki67 positif pada 90% sel tumor, BCL6 positif pada beberapa sel, MUM1 positif dimana MUM1 berguna untuk membedakan large B-cell pada germinal

centre dan non germinal centre, sedangkan hasil negatif untuk CD10 (positif pada sel

B di tengah folikel normal), cyclin D1, GFAP (biasanya positif pada sel astrosit dan ependimal), dan CD38 (positif pada sel dengan diferensiasi plasmablastik dan sel plasma), sehingga simpulan profil imunohistokimia sesuai untuk “Diffuse Large

B-cell Lymphoma”, CD20 positif, subtipe “non germinal centre B-B-cell like phenotype”.

Diagnosis banding untuk limfoma primer pada SSP yaitu 1) Glioblastoma, sel tumor dan nukleoli lebih pleomorfik, proliferasi pembuluh darah, nekrosis dengan sel tumor yang tersusun pseudopalisading, dan profil imunohistokimia GFAP+, CD45-, CD20-, 2) Metastatic carcinoma, sel-sel tumor lebih kohesif, tidak ada deposit sel tumor perivaskular, cytokeratin+, CD45-, CD20-.

Radioterapi saja tidak cukup untuk memberikan remisi yang bertahan lama atau kesembuhan. Pasien diberikan pengobatan jangka panjang yang menyebabkan neurotoksisitas, dengan kombinasi kemoterapi sistemik dan intraventrikular, serta radiasi seluruh otak. Risiko leukencephalopathy berat dan atrofi kortikal / subkortikal menjadi lebih sering pada pasien usia lanjut (> 60 tahun).1 Pada kasus pasien

direncanakan untuk mendapatkan kemoterapi dan radioterapi.

Diffuse large B-cell lymphoma primer pada SSP biasanya menunjukkan

(10)

harapan hidup 5 tahun sekitar 25-45%. Faktor indikasi untuk prognosis yang lebih baik meliputi lesi intrakranial tunggal, tidak ada defisiensi imun, dan pengobatan dengan kemoterapi dan radioterapi.10,11

SIMPULAN

Limfoma primer pada SSP adalah limfoma maligna ekstranodal yang berasal dari SSP dan tidak ada bukti adanya limfoma di luar SSP pada saat diagnosis. B-cell

non-Hodgkin lymphoma merupakan 92-98% limfoma primer pada SSP dan Lebih

dari 95% limfoma primer pada SSP adalah diffuse large B-cell lymphoma yang dibuktikan dengan gambaran histopatologi dan imunohistokimia.

Berdasarkan informasi klinis, pemeriksaan penunjang radiologis, gambaran histopatologi, dan pemeriksaan penunjang imunohistokimia maka kasus ini disimpulkan sebagai diffuse large B-cell lymphoma primer pada SSP.

Diffuse large B-cell lymphoma primer pada SSP biasanya menunjukkan

prognosis yang lebih buruk dibandingkan DLBCL sistemik ektraneural. Faktor indikasi untuk prognosis yang lebih baik meliputi lesi intrakranial tunggal, tidak ada defisiensi imun, dan pengobatan dengan kemoterapi dan radioterapi.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

1. Deckert M and Paulus W. Malignant Lymphoma. In: Louis DN, Ohgaki H, Wiestler OD, Editors. WHO Classification of tumours of The Central Nervous

System. 4th edition. Lyon: IARC; 2007. p. 188-192.

2. Doucet S, Kumthekar P, Raizer J. Primary Central Nervous System Lymphoma. In: Gordon LI, Editor. Current Treatment Option in Oncology. Springer Science and Business Media New York; 2013.

3. Phillips EH, Fox CP, Cwynarski K. Primary CNS Lymphoma. Current Hematology Malignancy Report. 2013; 9: 243-253.

4. Balint MT, Jelicic J, Mihaljevic B, Kostic J, Stanic B et al. Gene Mutation Profile in Primary Diffuese Large B Cell Lymphoma. International Journal of Molecular Sciences. 2016; 17: 683.

5. Wang CC, Carnevale J, Rubenstein JL. Progress in Central Nervous System Lymphoma. British Journal Hematology. 2014; 166: 311-325.

6. Jiang L, Li Z, Finn LE, Personnet DA, Edenfield B et al. Primary Central Nervous System B Cell Lymphoma with Feature Intermediate berween Diffuse Large B Cell Lymphoma and Burkitt Lymphoma: case report. Internatinal Journal Clinical Experimental Pathology. 2012; 5: 72-76.

7. Kluin P.M, Deckert M, Ferry J.A. Primary diffuse large B-cell lymphoma of the CNS. In: Swerdlow SH, Campo E, Harris NL, et al, Editors. WHO

Classification of Tumours of Haematopoietic and Lymphoid Tissues. 4th

edition. Lyon: IARC; 2008. p. 240-241.

8. Schlegel Uwe. Primary CNS Lymphoma. Therapeutic Advences in Neurological Disorders. 2009; 2: 93-104.

9. Partovi S, Karimi S, Lyo JK, Esmaeili A, Tan J, Deangelis LM. Multimodality Imaging of Primary CNS Lymphoma in Immunocompetent Patients . British Journal Radiology. 2014.

10. Guo S, Bai Q, Rohr J, Wang Y, Liu Y, Zeng K et al. Clinicopathological Features of Primary Diffuse Large B Cell Lymphoma of the CNS-strong EZH2 expression implying diagnostic and therapeutic implication. Acta Pathologica, Microbiologica et Immunologica Scandinavica. 2016.

11. Gonzales MG, Bouzas DC, Garcia RS, Dantas CF, Echabe EA. Primary Central Nervous system Lymphoma. Neurologia. 2013; 28: 283-293.

Gambar

Gambar  1.  Regio  frontotemporal  sinistra,  massa  ukuran  4x3  cm,  pulsasi  positif, transiluminasi negatif
Gambar 4. Massa tumor, proliferasi sel-sel neoplastik sebagian tampak tersebar difus,4153/PP/16
Gambar  5.  Massa  tumor,  sel-sel  neoplastik  dengan  morfologi  bulat  cenderung uniform,  sitoplasma  sempit,  inti  bulat,  N/C  ratio  tinggi,  hiperkromatik,  sebagian dengan  anak  inti  multipel,  membran  inti  iregular,  mitosis  mudah  ditemuka

Referensi

Dokumen terkait

Pupuk Nitrogen, Fosfor, dan Kalium ( NPK ) adalah salah satu jenis pupuk majemuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara yang digunakan untuk menambah

Berdasar hasil uji F terlihat nilai F hitung sebesar 8,077 dengan probabilitas 0,000 yang berarti bahwa independensi auditor, gaya kepemimpinan, komitmen

[r]

mahasiswa yang mendapat Nilai Akhir D atau E diberi kesempatan untuk melakukan perbaikan nilai dengan mengikuti Ujian Perbaikan sesuai jadwal yang telah ditentukan. Bagi mahasiswa

- Pada Langkah Sebelumnya kita sudah melakukan Beberapa Konfigurasi Seperti Setting PPPoE Client, Setting DNS dan Setting IP sehingga Jika kita ingin melanjutkan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan dan memperbaiki hasil

Beredar sebuah tautan berita dari garudacitizen.com (04/02/2017), berjudul &#34;6 Orang Indonesia Diduga Terlibat Sumber Dana ISIS, Din Syamsudin?&#34;.. Diinformasikan bahwa

Hasil penelitian adalah kriteria penentuan lokasi PKL berdasarkan preferensi pedagang di Kawasan Perkotaan Sidoarjo sebagai berikut: (1) Jenis barang yang dijual