• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERJANJIAN KOASURANSI KAPAL LAUT (Studi Pada PT Jasaraharja Putera)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PERJANJIAN KOASURANSI KAPAL LAUT (Studi Pada PT Jasaraharja Putera)"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERJANJIAN KOASURANSI KAPAL LAUT (Studi Pada PT Jasaraharja Putera)

Oleh

HARI SUBANGKIT

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ANALISIS PERJANJIAN KOASURANSI KAPAL LAUT (Studi Pada PT Jasaraharja Putera)

(Skripsi)

Oleh

HARI SUBANGKIT

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

ABSTRAK

ANALISIS PERJANJIAN KOASURANSI KAPAL LAUT (Studi Pada PT Jasaraharja Putera)

Oleh

HARI SUBANGKIT

PT Jasaraharja Putera menerima pengalihan risiko dari pihak tertanggung (PT BNI (Persero) Tbk, SKM Surabaya Pemuda QQ PT Duta Transport Jumanatara) berupa kapal laut dengan jumlah nilai pertanggungan Rp 6.000.000.000,00 (enam milyah rupiah). Besarnya jumlah yang dipertanggungkan dan tingginya risiko mengakibatkan besar pula beban yang harus ditanggung oleh perusahaan asuransi, hal ini menyebabkan tidak mampu lagi untuk menanggung beban risikonya sendiri. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka perusahaan asuransi melakukan perjanjian koasuransi. Dalam melakukan perjanjian koasuransi PT Jasaraharja Putera menawarkan atau mengajak perusahaan asuransi lainnya yaitu perusahaan asuransi PT Jasindo. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana proses terjadinya perjanjian koasuransi kapal laut. Dengan pokok bahasan sebagai berikut: alasan perusahaan asuransi melakukan perjanjian koasuransi kapal laut, hak dan kewajiban pihak-pihak dalam perjanjian koasuransi kapal laut, berakhirnya perjanjian koasuransi kapal laut.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif-empiris/terapan dengan tipe penelitian deskriptif. Data dan sumber data meliputi data primer dan data sekunder, ditunjang dengan metode pengumpulan data diperoleh melalui studi pustaka, studi wawancara dan studi dokumen. Selanjutnya, data tersebut diolah melalui tahappemeriksaan data, penandaan data, rekonstuksi data dan sistematisasi data. Hasil pengolahan data selanjutnya dianalisis secara kualitatif.

(4)

dilakukan terhadap Tertanggung sehubungan dengan pertanggungan ini dinyatakan mengikat untuk peserta koasuransi. Kewjibannya ialah membayar ganti kerugian yang ditimbulkan apabila terjadi evenemen, yakni sebanding dengan bagiannya masing-masing. Berkewajiban mengkoordinatori peserta koasuransi dalam hal-hal menyangkut penagihan premi dan penyelesaian klaim. Perjanjian koasuransi kapal laut dinyatakan berakhir apabila jangka waktu yang diperjanjikan telah usai/ masa berlakunya sudah habis, atau permintaan dari pihak-pihak yang mengikat diri untuk membatalkan perjanjian koasuransi kapal laut, atau perjanjian koasuransi kapal laut juga berakhir apabila peristiwa yang tidak diinginkan tersebut terjadi/ terjadi evenemen dengan ketentuan total loss only

(TLO).

(5)

Judul Skripsi : ANALISIS PERJANJIAN KOASURANSI

KAPAL LAUT (STUDI PADA PT

JASARAHARJA PUTERA)

Nama Mahasiswa : Hari Subangkit No. Pokok Mahasiswa : 0742011168

Bagian : Hukum Keperdataan

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Lindati Dwiatin, S.H.,M.Hum. Rilda Murniati, S.H.,M.Hum. NIP 19600421 198603 2 001 NIP 19700925 199403 2 002

2. Ketua Bagian Hukum Keperdataan

(6)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua :Lindati Dwiatin, S.H., M.Hum. ...

Sekretaris/Anggota :Rilda Murniati, S.H., M.Hum. ...

Penguji Utama :Ratna Syamsiar, S.H., M.H. ...

2. Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heryandi, S.H., M.S. NIP 196211091987031003

(7)
(8)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Tanjung Karang pada tanggal 21

April 1988 dan merupakan anak kedua dari empat

bersaudara dari pasangan Bapak Suharto dan Ibu

Kurniati.

Pendidikan yang telah diselesaikan adalah Sekolah Dasar (SD) diselesikan

pada Tahun 2001 di SD Negeri 1 Gedong Air Bandar Lampung, Sekolah

Menengah Pertama (SMP) diselesaikan pada Tahun 2004 di SMP Negeri

10 Bandar Lampung, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan

pada Tahun 2007 di SMA Negeri 7 Bandar Lampung.

Pada tahun 2007 peneliti terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum

Universitas Lampung. Peneliti melakukan penelitian pada Perusahaan

Asuransi yaitu PT Jasaraharja Putera sebagai objek bahan penulis skripsi.

Pada tahun 2010 Peneliti melaksanakan Praktik Kuliah Lapangan Hukum

(9)

MOTTO

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah

selesai (dari urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain

(Qs Al insyiroh 6-8)

Periksalah dirimu, sebelum dirimu diperiksa Allah

(Sayyidina ‘Ali k.w.)

Ukuran tubuhmu tidak penting,

Ukuran otakmu agak penting,

Ukuran Hatimu yang paling penting.

(BC Gorbes)

Taqwalah kepada Allah dimana saja engkau berada,

dan ikutilah segera perbuatan jahat dengan kebaikan,

karena ia akan menghapuskannya,

dan bergaulah sesama manusia dengan

(10)

PERSEMBAHAN

Segala puji kepada Allah, Robb yang telah memberiku peluang

kebaikan sehingga dapat mempersembahkan sebuah karya

khusus untuk mamak dan ayah

yang senantiasa mendo

’akan

,

menanamkan kasih sayang, serta seluruh keluarga dan saudaraku,

Semua teman-teman terdekatku yang selalu berdo

a

dan memberikan semangat kepadaku tanpa lelah

untuk keberhasilanku

(11)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaannirrahim,

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISIS PERJANJIAN KOASURANSI KAPAL LAUT (Studi Pada Perusahaan Asuransi PT Jasaraharja Putera)”. Skripsi diajukan sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Unversitas Lampung.

Peneliti menyadari pembuatan skripsi ini merupakan buah dari suatu proses panjang, yang tak luput dari dukungan dan bimbingan berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati, peneliti mengucapkan terimakasih tak terhingga kepada :

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S., sebagai Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

2. Bapak Prof. Dr. I Gede Wiranata AB, S.H., M.H. sebagai Ketua Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

(12)

4. Ibu Rilda Murniati, S,H., M.Hum, sebagai Pembimbing II yang selalu bersedia meluangkan waktu, memberikan bimbingan, saran dan masukan selama penyusunan skripsi ini. Terimakasih atas ilmu yang telah Ibu berikan.

5. Ibu Ratna Syamsiar, S.H., M.H, sebagai Pembahas I yang telah meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan ide, saran serta dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

6. Ibu Kasmawati, S.H.M.Hum., sebagai Pembahas II, yang telah bersedia memberikan pengarahan, saran dan masukan yang sangat bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak Torkis Lumbantobing S.H., M.H. sebagai Pembimbing Akademik yang telah banyak membantu peneliti dalam proses kuliah.

8. Seluruh dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah memberikan pemikiran dan ilmu pengetahuan yang bermanfaat.

9. Seluruh Staf Pengajar dan Karyawan di Fakultas Hukum Universitas Lampung, terkhusus Pak Tarno, PakDe’dan Ibu Siti.

10. Pimpinan Perusahaan Asuransi PT. Jasarahrja Putera yang telah memberikan izin melakukan penelitian serta bantuannya dalam proses penyelesaian skripsi ini.

11. Mamak dan Ayah yang telah banyak berkorban demi anaknya menuntut ilmu, semoga Allah membalas pengorbanan itu dengan nikmat yang tak terhingga. Saudara kandungku, Mbak Susi Yana, S.Kom., Adik-adikku Rio dan Deri yang juga telah banyak memberikan semangat serta dukungannya.

(13)

13. Teman-teman seperjuangan di Bagian Hukum Keperdataan Deni, Hasan, Ranti, Rochi, Floria, Wenny, Ariska,S.H., A. Furqon, Ilham, Ardinata Yudha. 14. Teman-teman seperjuangan Angkatan’ 07 Patra, Angga Jawa, Nedi, Bang

Naw, , Hengky, Herman, Gusnan, Joe, Ibnu, Abizar, Arif, Adi, Angga Didon, Dendi, Andri Om, Andri Holan, Aldi, Alfero, Dimas, Pieter, Rifa’i, Mamet, Anda, Gepeng, Silo, Edi, Obet, Agil, Rendi, Eko bayur, Andika, Yogi, Heru, Aan Bakre, Remi Marinir, Khafi, Panjul, Gerry, Nobrian, Rivani, Taufan, Soni, Oki, Fazri.

15. Team Futsal Damai Fc Om Heri dan Tante Desi (Manager) Om Agus (Coach) dan para Rekan-rekan pemain Yoga bogel, Nanda, Budi, Ledi, Emen, Yudis, Medi, Digo, Adit, Ncep, Dika gabuk, Sarman, Ari, Ali.

16. Semua pihak yang belum tertulis namanya yang saya yakin bantuannya begitu besar.

Semoga Allah SWT membalas setiap kebaikan yang telah diberikan dengan pahala berlipat ganda. Peneliti menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan dalam penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin

Bandar Lampung, 15 Februari 2012 Peneliti,

(14)

DAFTAR ISI

Halaman I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...1

B. Permasalahan dan Pokok Bahasan ...6

C. Ruang Lingkup Penelitian... 6

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian Asuransi ... 9

1. Pengertian dan Pengaturan Asuransi... 9

2. Pengertian Perjanjian Asuransi ... 12

3. Pengertian Objek, Polis dan Premi Asuransi ... 19

4. Jenis Asuransi ... 22

B. Koasuransi Kapal Laut... 24

1. Pengertian Koasuransi Kapal Laut... 24

2. Perbedaan antara Koasuransi dengan Reasuransi dan juga dengan Asuransi Solvabilitas ... 26

3. Pihak-pihak dalam Perjanjian Koasuransi Kapal Laut serta Hak dan Kewajibannya... 29

4. Evenemen ... 31

5. Berakhirnya Perjanjian Koasuransi Kapal Laut ... 33

(15)

III.METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian... 36

B. Tipe Penelitian ... 36

C. Pendekatan Masalah... 36

D. Data dan Sumber Data ... 37

E. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 38

F. Analisis Data ... 40

IV. PEMBAHASAN A. Sekilas tentang PT Asuransi Jasaraharja Putera dan Jenis-jenis Produk atau Jenis-Jenis-jenis Asuransi yang dapat dijamin oleh PT Asuransi Jasaraharja Putera ... 41

B. Alasan Perusahaan Asuransi Melakukan Koasuransi Kapal Laut ... 43

C. Hak dan Kewajiban Pihak-pihak dalam Perjanjian Koasuransi Kapal Laut ... 50

D. Berakhirnya Perjanjian Koasuransi Kapal Laut ... 52

V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 54

B. Saran ... 55 DAFTAR PUSTAKA

(16)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keadaan yang tidak kekal merupakan sifat yang alamiah, mengakibatkan adanya suatu keadaan yang tidak dapat diramalkan lebih dulu secara tepat. Dengan demikian keadaan termaksud tidak akan pernah memberikan rasa pasti. Keadaan tidak pasti tersebut dapat berwujud dalam berbagai bentuk dan peristiwa, yang biasanya selalu dihindari. Keadaan tidak pasti terhadap setiap kemungkinan yang dapat terjadi baik dalam bentuk atau peristiwa yang belum tentu menimbulkan rasa tidak aman yang lazim disebut sebagai risiko.

(17)

2

Upaya untuk mengatasi sifat alamiah tersebut, dengan cara melimpahkannya kepada pihak-pihak lain diluar dirinya sendiri. Usaha dan upaya manusia menghindari keadaan yang tidak pasti dengan cara melimpahkan risikonya kepada pihak lain, serta proses pelimpahan berbagai suatu kegiatan menghindari akibat dari risiko itulah yang merupakan embrio atau cikal bakal perasuransian.

Istilah asuransi adalah serapan dari istilah assurantie (Belanda), assurance

(Inggris) banyak dipakai dalam praktik dunia usaha (business). Akan tetapi, kenyataan sekarang kedua istilah pertanggungan dan asuransi dipakai, baik dalam kegiatan bisnis maupun pendidikan hukum di perguruan tinggi hukum sebagai sinonim. Kedua istilah tersebut dipakai dalam undang-undang dan juga buku-buku hukum perasuransian (Abdulkadir Muhammad, 2006: 6).

Menurut ketentuan Pasal 246 KUHD, asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian dengan mana penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin diderita akibat dari suatu evenemen.

(18)

3

Dalam pengangkutan muatan laut ada bahaya yang berasal dari laut atau peristiwa yang terjadi di laut yang tidak dapat diatasi oleh manusia sehingga menimbulkan kerugian (kehilangan, kerusakan) atas kapal dan barang-barang yang diangkut oleh kapal. Banyak faktor penyebab kapal mengalami kecelakaan. Beberapa kecelakaan kapal akhir-akhir ini hampir bisa dipastikan akibat kondisi cuaca buruk (heavy weather), seperti badai, gelombang besar, hujan angin, kabut tebal, batu karang, gunung es dan sebagainya. Namun cuaca buruk tidak boleh selalu menjadi kambing hitam. Faktor lain yang memperburuk kecelakaan adalah banyak kapal yang sudah tua, ketidakpatuhan terhadap regulasi, dan faktor manajemen pelayaran yang kurang baik.

Tidak sedikit kapal tua di Indonesia misalnya dibuat tahun 1971. Kapal seumurannya masih banyak ditemukan di perairan Indonesia. Alasan tidak adanya batas umur ini salah satunya karena prinsip “yang penting kapal dirawat dengan

baik”. Alasan ini tidak sepenuhnya tepat. Bagaimanapun kapal tua, dari sisi kekuatan struktur pasti mengalami penurunan, seperti mesin dan perlengkapan lainnya lebih ketinggalan dibandingkan dengan kapal-kapal baru dengan teknologi yang lebih mutakhir. Namun jika batasan umur diberlakukan, maksimal 25 tahun, banyak perusahaan pelayaran nasional bakal gulung tikar.

(19)

4

lebih tinggi dari pada asuransi harta benda. Jika terjadi kecelakaan kapal, perusahaan asuransi bisa rugi hingga tiga kali lipat dari harga kapal.

Dewasa ini perjanjian asuransi sudah merupakan suatu perjanjian baku dan dinyatakan dalam suatu akta yang disebut polis, yang merupakan suatu surat perjanjian antara tertanggung dengan penanggung. Polis merupakan penjamin kepastian hukum yang akan diterima oleh pihak-pihak yang mengikat diri dalam perjanjian asuransi yang berisikan hak dan kewajiban yang harus ditaati oleh kedua belah pihak. Berdasarkan isi polis yang memuat tentang hak dan kewajiban pihak-pihak, maka perusahaan asuransi bertanggung jawab untuk mengganti kerugian yang terjadi akibat peristiwa yang dapat merusak atau melenyapkan objek yang dipertanggungkan dalam perjanjian asuransi.

Besarnya jumlah yang dipertanggungkan dan tingginya risiko mengakibatkan besar pula beban yang harus ditanggung oleh perusahaan asuransi, hal itu menyebabkan tidak mampu lagi untuk menanggung beban risikonya sendiri. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka perusahaan asuransi melakukan perjanjian koasuransi dengan tujuan penyebaran atau pembagian risiko agar beban yang ditanggungnya menjadi lebih ringan sehingga tidak mengalami kerugian yang dapat membahayakan kelangsungan usaha perusahaan asuransi. Dalam kegiatan usaha perasuransian, terutama dalam hal penutupan asuransi, merupakan suatu prinsip bahwa risiko yang ditutup harus disebarkan kepada pihak lain untuk menghindari beban risiko melebihi batas kemampuannya.

(20)

5

perusahaan asuransi lain yang ikut menanggung. Selanjutnya, penyebaran risiko tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) cara (http://www.sylabus.web44.net/blk2file/kuliah8.htm), yaitu:

a. koasuransi (co-insurance) b. reasuransi (reinsurance).

Selanjutnya yang akan dibahas pada penelitian ini adalah koasuransi ( co-insurance). Koasuransi pada dasarnya adalah pertanggungan yang dilakukan secara bersama atas suatu objek asuransi. Perusahaan asuransi yang menanggungnya ialah PT Jasaraharja Putera (yang disebutleader). Biasanya nilai pertanggungan berjumlah besar sehingga perusahaan asuransi tersebut, dalam rangka menyebarkan risikonya, perlu menawarkan atau mengajak perusahaan asuransi lain untuk ikut mengambil bagian pertanggungan atas penutupan risiko tersebut. Dalam hal ini PT Jasaraharja Putera menawarkan atau mengajak perusahaan asuransi yang lain yaitu PT Jasindo (yang disebutmember), untuk ikut mengambil bagian pertanggungan atas penutupan risiko tersebut dan sepakat membagi pertanggungan sebesar:

PT Jasaraharja Putera sebesar : 50% (leader) PT Jasindo sebesar : 50% (member)

(21)

6

kedudukan penanggung adalah sebagai tertanggung dalam reasuransi (asuransi ulang).

Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut di atas maka perlu dikaji dan dianalisis dalam penelitian ini dengan judul: ”Analisis Perjanjian Koasuransi Kapal Laut (Studi Pada PTJasaraharja Putera)”.

B. Permasalahan dan Pokok Bahasan

Seperti yang telah dikemukakan pada uraian di atas bahwa koasuransi terhadap kapal laut merupakan sarana untuk membagi risiko atau kerugian yang mungkin terjadi. Berkenaan dengan itu, maka yang menjadi permasalahan adalah : Bagaimana proses terjadinya perjanjian koasuransi kapal laut?

Dengan pokok bahasan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Alasan perusahaan asuransi melakukan perjanjian koasuransi kapal laut; 2. Hak dan kewajiban pihak-pihak dalam perjanjian koasuransi kapal laut; 3. Berakhirnya perjanjian koasuransi kapal laut.

C. Ruang Lingkup Penelitian

(22)

7

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pokok bahasan yang ditelaah, maka tujuan penelitian tentang perjanjian koasuransi kapal laut ini adalah untuk memperoleh deskripsi lengkap, rinci dan sistematis mengenai :

a. Alasan perusahaan asuransi melakukan koasuransi kapal laut;

b. Hak dan kewajiban pihak-pihak dalam perjajian koasuransi kapal laut; c. Berakhirnya perjanjian koasuransi kapal laut.

2. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan dapat memberi kegunaan. Kegunaan penelitian mencakup kegunaan teoritis dan kegunaan praktis, yaitu:

a. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan wawasan keilmuan dan peningkatan keterampilan menulis karya ilmiah dalam rangka pengembangan ilmu hukum khususnya mengenai hukum keperdataan ekonomi dalam kajian hukum asuransi.

b. Kegunaan Praktis

(23)

8

(1) Memberikan informasi, sebagai bahan bacaan dan ilmu pengetahuan bagi semua kalangan yang ingin menambah ilmu pengetahuan khususnya ilmu hukum di bidang perasuransian mengenai perjanjian koasuransi kapal laut.

(24)

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Perjanjian Asuransi

1. Pengertian dan Pengaturan Asuransi

Istilah asuransi adalah serapan dari istilah bahasa Belanda assurantie, dalam bahasa Inggris assurance. Istilah lain berasal dari bahasa Belanda yang artinya sama dengan assurantie adalah verzekering, dalam bahasa Inggrisnya insurance. Dikalangan perguruan tinggi hukum, istilah-istilah tersebut diterjemahkan dengan

“pertanggungan”. Tetapi dikalangan dunia usaha digunakan istilah serapan

“asuransi”. Sekarang, baik istilah “pertanggungan” maupun “asuransi” dipakai

secara resmi dalam perundang-undangan perasuransian.

Pengertian umum tentang asuransi atau pertanggungan terdapat dalam Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, yaitu :

“Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikat diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena

suatu peristiwa yang tak tentu”.

(25)

10

“Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara 2 (dua) pihak atau lebih,

dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan pengganti kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggungjawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya

seseorang yang dipertanggungkan”.

Rumusan Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 ini ternyata lebih luas lingkupnya, yaitu meliputi :

a. Asuransi Kerugian (Loss Insurance)

yaitu perlindungan terhadap harta kekayaan sesorang atau badan hukum, yang meliputi benda asuransi, risiko yang ditanggung, premi asuransi, ganti kerugian;

b. Asuransi Jiwa (Life Insurance)

yaitu perlindungan terhadap keselamatan seseorang, yang meliputi jiwa seseorang, risiko yang ditanggung, premi asuransi, dan santunan sejumlah uang dalam hal terjadi evenemen, atau pengembalian (refund) bila asuransi jiwa berakhir tanpa terjadi evenemen;

c. Asuransi Sosial (Social Insurance)

yaitu perlindungan terhadap keselamatan sesorang, yang meliputi jiwa dan raga seseorang, risiko yang ditanggung, iuran asuransi, dan santunan sejumlah uang dalam hal evenemen.

(26)

11

a. Pihak-pihak

Subjek asuransi adalah pihak-pihak dalam asuransi, yaitu penanggung dan tertanggung yang mengadakan perjanjian asuransi. Penanggung dan tertanggung adalah pendukung hak dan kewajiban. Penanggung wajib memikul risiko yang dialihkan kepadanya dan berhak memperoleh premi, sedangkan tertanggung wajib membayar premi dan berhak memperoleh penggantian jika timbul kerugian atas harta miliknya yang diasuransikan.

b. Status pihak-pihak

Penanggung harus berstatus perusahaan badan hukum, dapat berbentuk Perseroan Terbatas (PT), Perusahaan Perseroan (Persero) atau Koperasi. Tertanggung dapat berstatus perseorangan, persekutuan, atau badan hukum, baik sebagai perusahaan ataupun bukan perusahaan. Tertanggung berstatus sebagai pemilik atau pihak berkepentingan atas harta yang diasuransikan.

c. Objek asuransi

Objek asuransi dapat berupa benda, hak atau kepentingan yang melekat pada benda, dan sejumlah uang yang disebut premi atau ganti kerugian.

d. Peristiwa asuransi

(27)

12

disebut polis. Polis ini merupakan satu-satunya alat bukti yang dipakai untuk membuktikan telah terjadi asuransi.

e. Hubungan asuransi

Hubungan asuransi yang terjadi antara penanggung dan tertanggung adalah keterikatan (legally bound) yang timbul karena persetujuan atau kesepakatan bebas. Keterkaitan tersebut berupa kesediaan secara sukarela dari penanggung dan tertanggung untuk memenuhi kewajiban dan hak masing-masing terhadap satu sama lain (secara timbal balik).

2. Pengertian Perjanjian Asuransi

Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang mengikat diri kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melakukan suatu hal tertentu. Perjanjian dirumuskan dalam Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yaitu:

“suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih

mengikat dirinya terhadap satu orang atau lebih.”

Ketentuan pasal ini kurang tepat, karena ada beberapa kelemahan yang perlu dikoreksi. Kelemahan-kelemahan tersebut adalah sebagai berikut (Abdulkadir Muhammad, 2000:224) :

a. Hanya menyangkut sepihak saja;

b. Kata perbuatan mencakup juga tanpa konsensus; c. Pengertian perjanjian terlalu luas;

(28)

13

Berdasarkan alasan-alasan di atas, maka perjanjian dapat dirumuskan sebagai berikut: “Perjanjian adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling mengikat diri untuk melaksanakan suatu hal mengenai harta kekayaan”

(Abdulkadir Muhammad, 2000:225). Apabila diperinci, maka perjanjian itu mengandung unsur-unsur sebagai berikut :

a. Ada pihak-pihak, sedikit-dikitnya dua orang (subjek); b. Ada persetujuan antara pihak-pihak itu (konsensus); c. Ada objek yang berupa benda;

d. Ada tujuan bersifat kebendaan (mengenai harta kekayaan); e. Ada bentuk tertentu, lisan atau tulisan.

Asuransi dalam terminologi hukum merupakan suatu perjanjian, oleh karena itu perjanjian itu sendiri perlu dikaji sebagai acuan menuju pada pengertian perjanjian asuransi. Disamping itu karena acuan pokok perjanjian asuransi tetap pada pengertian dasar dari perjanjian (Sri Rejeki Hartono, 1995:82). Batasan perjanjian asuransi secara formal terdapat pada Pasal 246 KUHD. Batasan tersebut oleh Emmy Pangaribuan secara luwes dikembangkan sebagai berikut (Sri Rejeki Hartono, 1995: 84) :

Pertanggungan adalah suatu perjanjian, dimana penanggung dengan menikmati suatu premi mengikat dirinya terhadap tertanggung untuk membebaskan dari kerugian karena kehilangan, kerugian atau ketiadaan keuntungan yang diharapkan yang akan dapat diderita olehnya, karena suatu kejadian yang belum pasti.

(29)

14

buku-buku Anglo Saxon yang antara lain menyatakan sebagai berikut (Sri Rejeki Hartono, 1995: 92) :

a. Perjanjian asuransi adalah perjanjian yang bersifat aleatair (aleatary), maksudnya ialah bahwa perjanjian ini merupakan perjanjian, yang prestasi penanggung masih harus digantungkan pada satu peristiwa yang belum pasti. Dan meskipun tertanggung sudah memenuhi prestasinya dengan sempurna, pihak penanggung belum pasti berprestasi dengan nyata.

b. Perjanjian asuransi adalah perjanjian bersyarat (conditional), maksudnya adalah bahwa perjanjian itu merupakan suatu perjanjian yang prestasi penanggung hanya akan terlaksana apabila syarat-syarat yang ditentukan dalam perjanjian dipenuhi. Pihak tertanggung pada satu sisi tidak berjanji untuk memenuhi syarat, tetapi ia tidak dapat memaksa penanggung melaksanakan, kecuali dipenuhi syarat-syarat.

c. Perjanjian asuransi adalah perjanjian yang bersifat sepihak (unilateral), maksudnya adalah bahwa perjanjian ini menunjukan bahwa hanya satu pihak saja yang memberikan janji yaitu pihak penanggung. Penanggung memberikan janji akan mengganti suatu kerugian, apabila pihak tertanggung sudah membayar premi dan polis sudah berjalan, sebaliknya tertanggung tidak menjanjikan suatu apapun.

(30)

15

e. Perjanjian asuransi adalah perjanjian yang melekat pada syarat penanggung (adhesion), karena di dalam perjanjian asuransi pada hakikatnya syarat dan kondisi perjanjian hampir seluruhnya ditentukan diciptakan oleh penanggung/perusahaan asuransi sendiri, dan bukan karena adanya kata sepakat yang murni atau menawar. Oleh karena itu dapat dianggap bahwa kondisi perjanjian asuransi sebagian besar ditentukan secara sepihak oleh penanggung sehingga penanggung dianggap sebagai penyusun perjanjian dan seharusnya mengetahui apabila timbul pengertian yang tidak jelas, harus diuntungkan pihak tertanggung.

f. Perjanjian asuransi adalah perjanjian dengan syarat iktikad baik yang sempurna, maksudnya ialah bahwa perjanjian asuransi merupakan perjanjian dengan keadaan bahwa kata sepakat dapat tercapai/negosiasi dengan posisi masing-masing mempunyai pengetahuan yang sama mengenai fakta, dengan penilaian sama penelaahnya untuk memperoleh fakta yang sama pula, sehingga dapat bebas dari cacat-cacat tersembunyi.

(31)

16

a. Ada persetujuan kehendak antara pihak-pihak yang membuat perjanjian (konsensus)

Persetujuan kehendak adalah kesepakatan, seia sekata pihak-pihak mengenai pokok perjanjian. Apa yang dikehendaki oleh pihak yang satu juga dikehendaki oleh pihak yang lainnya. Persetujuan itu sifatnya sudah mantap, tidak lagi dalam berunding. Sebelum ada persetujuan, biasanya pihak-pihak mengadakan perundingan (negotiation), pihak yang satu memberitahukan kepada pihak yang lain mengenai objek perjanjian dan syarat-syaratnya. Pihak yang lain pula menyatakan kehendaknya, sehingga tercapai persetujuan yang mantap;

b. Ada kecakapan pihak-pihak untuk membuat perjanjian (capacity)

(32)

17

c. Ada suatu hal tertentu (objek)

Suatu hal tertentu merupakan pokok perjanjian, objek perjanjian, prestasi yang wajib dipenuhi. Prestasi itu harus tertentu atau sekurang-kurangnya dapat ditentukan. Kejelasan mengenai pokok perjanjian atau objek perjanjian ialah memungkinkan pelaksanaan hak dan kewajiban pihak-pihak. Jika pokok perjanjian, atau objek perjanjian, atau prestasi itu kabur, tidak jelas, sulit bahkan tidak mungkin dilaksanakan, maka perjanjian itu batal (nietig,viod);

d. Ada suatu sebab yang halal (causa).

Yang dimaksud dengan causa yang halal dalam Pasal 1320 KUHPdt itu bukanlah sebab dalam arti yang menyebabkan atau yang mendorong orang membuat perjanjian, melainkan sebab dalam arti “isi perjanjian itu sendiri”

yang menggambarkan tujuan yang akan dicapai oleh pihak-pihak, apakah dilarang oleh undang-undang atau tidak, apakah bertantangan dengan ketertiban umum atau tidak (Pasal 1337 KUHPdt).

(33)

18

ke muka Hakim, dan Hakim menyatakan perjanjian batal, karena tidak memenuhi syarat objektif (Abdulkadir Muhammad, 2000: 233).

Karena perjanjian asuransi merupakan perjanjian khusus, maka di samping ketentuan syarat-syarat sah suatu perjanjian, berlaku juga syarat-syarat khusus yang diatur dalam KUHD. Adapun syarat sahnya perjanjian sudah disebutkan sebelumnya diatas, yang terdapat pada Pasal 1320 KUHPdt. Selain syarat-syarat dalam ketentuan Pasal 1320 KUHPdt tersebut, terdapat syarat yang diatur dalam KUHD yang dipergunakan dalam asuransi yaitu:

a. Pemberitahuan

Syarat yang diatur dalam KUHD adalah kewajiban pemberitahuan yang diatur dalam Pasal 251 KUHD. Dalam hal ini tertanggung wajib memberitahukan kepada penanggung mengenai keadaan objek asuransi. Kewajiban ini dilakukan pada saat sebelum dan setelah mengadakan perjanjian asuransi. Apabila tertanggung lalai, maka akibat hukumnya asuransi batal. Menurut ketentuan Pasal 251 KUHD, semua pemberitahuan yang salah, atau tidak benar, atau penyembunyian keadaan yang diketahui oleh tertanggung tentang objek asuransi, mengakibatkan asuransi batal.

b. Kepentingan

(34)

19

ganti kerugian. Jadi setiap orang yang mengadakan perjanjian asuransi itu harus ada kepentingan, baik bagi dirinya sendiri atau bagi pihak ketiga.

3. Pengertian Objek, Polis dan Premi Asuransi

a. Pengertian Objek

Benda asuransi adalah benda yang dapat menjadi objek perjanjian asuransi (objek of insurance). Benda asuransi adalah harta kekayaan yang mempunyai nilai ekonomi, yang dapat dihargai dengan sejumlah uang. Benda asuransi selalu berwujud, misalnya gedung pertokoan, rumah, kapal. Benda asuransi selalu diancam oleh bahaya atau peristiwa yang terjadinya itu tidak pasti. Ancaman bahaya itu mungkin terjadi yang mengakibatkan benda asuransi dapat rusak, hilang, musnah, atau berkurang nilainya (Abdulkadir Muhammad, 2006: 87).

Benda asuransi erat hubungannya dengan teori kepentinga (interest theory).

(35)

20

b. Pengertian Polis

Menurut kententuan Pasal 255 KHUD, perjanjian asuransi harus di buat secara tertulis dalam bentuk akta yang disebut polis. Selanjut Pasal 19 Ayat (1) peraturan pemerintah nomor 73 tahun 1992 menentukan, polis atau bentuk perjanjian asuransi dengan nama apapun, berikut lampiran yang merupakan satu kesatuan dengannya, tidak boleh mengandung kata, kata-kata atau kalimat yang dapat menimbulkan penafsiran yang berbeda mengenai risiko yang ditutup asuransinya, kewajiban tetangung, atau mempersulit tertangung mengurus haknya.

Berdasarkan ketentuan 2 (dua) pasal tersebut di atas, maka dapat dipahami bahwa polis berfungsi sebagai alat bukti tertulis yang meyatakan bahwa telah terjadi perjanjian asuransi antara tertangung dan penangung. Sebagai alat bukti tertulis, isi yang tercantum dalam polis harus jelas, tidak boleh mengandung kata-kata atau kalimat yang memungkinkan perbedaan interpretasi, sehingga mempersulit tertanggung dan penangungan merealisasikan hak dan kewajiban mereka dalam pelaksanaan asuransi. Disamping itu, polis juga memuat kesepakatan mengenai syarat-syarat khusus dan janji-janji khusus yang menjadi dasar pemenuhan hak dan kewajiban.

c. Pengertian Premi

Dalam Pasal 246 KUHD terdapat rumusan:

”dengan mana penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan

(36)

21

Berdasarkan rumusan tersebut, dapat diketahui bahwa premi adalah salah satu unsur penting dalam asuransi karena merupakan kewajiban utama yang wajib dipenuhi oleh tertanggung kepada penanggung. Dalam hubungan hukum asuransi, penanggung menerima pengalihan risiko dari tertanggung dan tertanggung membayar sejumlah premi sebagai imbalannya. Apabila premi tidak dibayar, asuransi dapat dibatalkan atau setidak-tidaknya asuransi tidak berjalan. Premi harus dibayar lebih dahulu oleh tertanggung karena tertanggunglah pihak yang berkepentingan.

Asuransi baru berjalan jika kewajiban tertanggung membayar premi telah dipenuhi. Dengan kata lain, risiko atas benda beralih kepada penanggung sejak premi dibayar oleh tertanggung. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa ada tidaknya asuransi ditentukan oleh pembayaran premi. Premi merupakan kunci perjanjian asuransi. Untuk mencegah terjadi pembatalan asuransi karena premi tidak dibayar biasanya pihak-pihak mencantumkan klausula dalam polis yang menyatatan: ”Premi harus dibayar dimuka (pada waktu yang telah ditentukan)”.

Jika premi tidak dibayar pada waktu yang telah ditentukan, asuransi tidak berjalan. Jika terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian, penanggung tidak berkewajiban membayar klaim tertanggung.

Oleh karena itu premi merupakan syarat mutlak untuk menentukan perjanjian asuransi dilaksanakan atau tidak. Kriteria premi asuransi adalah sebagai berikut (Abdulkadir Muhammad, 2006:103) :

a. dalam bentuk sejumlah uang;

(37)

22

c. sebagai imbalan pengalihan risiko;

d. dihitung berdasarkan persentase terhadap nilai risiko yang dialihkan.

4. Jenis Asuransi

Sesuai dengan Pasal 246 KUHD, pengertian asuransi hanya meliputi asuransi kerugian yang objeknya adalah berupa harta kekayaan. Asuransi jiwa tidak termasuk dalam rumusan asuransi Pasal 246 KUHD, karena jiwa bukanlah harta kekayaan. Namun, berdasarkan Pasal 3 Undang- Undang Nomor 2 tahun 1992 pada prinsipnya jenis asuransi terdiri atas 2 (dua) jenis asuransi yaitu asuransi kerugian dan asuransi jiwa(Martono, 2011: 35). Dalam perkembangannya muncul jenis asuransi sosial, yang sifatnya wajib dilakukan oleh tertanggung karena diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan. Jenis asuransi sosial ini sebagai bentuk tanggungjawab negara dengan warga negaranya untuk menjamin keselamatan angkutan umum, keselamatan kerja dan pemeliharaan kesehatan. (Martono, 2011: 36).

a. Asuransi Kerugian

(38)

23

b. Asuransi Jiwa

Asuransi jiwa (life insurance), yaitu perlindungan terhadap keselamatan seseorang, yang meliputi jiwa seseorang, risiko yang ditanggung, premi asuransi, dan santunan sejumlah uang dalam hal terjadi evenemen, atau pengembalian (refund) bila asuransi jiwa berakhir tanpa terjadi evenemen. Pada hakekatnya merupakan suatu bentuk kerja sama antara orang-orang yang menghindarkan atau minimal mengurangi risiko yang diakibatkan oleh risiko kematian (yang pasti terjadi tetapi tidak pasti kapan terjadinya), risiko hari tua (yang pasti terjadi dan dapat diperkirakan kapan terjadinya, tetapi tidak pasti berapa lama) dan risiko kecelakaan (yang tidak pasti terjadi, tetapi tidak mustahil terjadi). Objeknya adalah jiwa dan raga. Kerjasama dimana dikoordinir oleh perusahaan asuransi, yang bekerja atas dasar hukum bilangan besar (the law of large numbers), yang menyebarkan risiko kepada orang-orang yang mau bekerjasama. Yang termasuk dalam program asuransi jiwa seperti: asuransi untuk pendidikan, pensiun, investasi, tahapan, kesehatan.

Kedua jenis asuransi tersebut sifatnya sukarela. Maksudnya tertanggung dapat memilih apakah kepentingannya diasuransikan atau tidak. Tertanggung akan mengasuransikan apabila memang baik harta benda maupun jiwanya mempunyai risiko untuk diasuransikan.

c. Asuransi Sosial

(39)

24

adalah menyediakan jaminan dasar bagi masyarakat dan tidak bertujuan untuk mendapatkan keuntungan komersial. Contoh: Asuransi Sosial Kecelakaan Penumpang (ASKEP), Asuransi Sosial Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (ASKEL), Asuransi Sosial Tenaga Kerja (ASTEK), Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil (ASPENS), Asuransi Sosial ABRI (ASABRI), Asuransi Sosial Kesehatan.

Dari uraian jenis asuransi di atas, asuransi laut merupakan salah satu asuransi kerugian yang diatur secara lengkap dalam KUHD. Berkembangnya asuransi laut karena pelaksanaan pengangkutan atau pelayaran melalui laut yang penuh dengan ancaman bahaya laut. Asuransi laut pada dasarnya meliputi unsur-unsur berikut ini (Abdulkadir Muhammad, 2006: 168) :

(1) Objek asuransi yang diancam bahaya, selalu terdiri dari kapal dan muatan; (2) Jenis bahaya yang mengancam benda asuransi, yang bersumber dari alam

(badai, gelombang besar, hujan angin, kabut tebal, batu karang, gunung es, dan sebagainya) dan yang bersumber dari manusia (nahkoda, awak kapal, dan pihak ketiga), seperti perompakan bajak laut, perompakan awak kapal, penahanan atau perampasan oleh penguasa Negara, dan sebagainya;

(3) Bermacam jenis benda asuransi, yaitu tubuh kapal, muatan kapal, alat perlengkapan kapal, bahan keperluan kapal, dan biaya angkutan.

B. Koasuransi Kapal Laut

1. Pengertian Koasuransi Kapal Laut

(40)

25

perusahaan asuransi tersebut dalam rangka menyebarkan risikonya, perlu menawarkan atau mengajak beberapa perusahaan asuransi lain untuk ikut mengambil bagian pertanggungan atas penutupan risiko tersebut. Suatu perusahaan asuransi yang akan melakukan penutupan risiko dalam jumlah besar yang melebihi kemampuan keuangannya, maka perusahaan asuransi tersebut akan melakukan koasuransi (http://www.sylabus.web44.net/blk2file/kuliah8.htm).

Apabila kedua belah pihak mencapai mufakat melalui musyawarah atau perundingan transaksi koasuransi, segala persyaratan dan ketentuan-ketentuan yang telah disetujui, lalu dituangkan dalam naskah perjanjian. Dengan menerima premi sesuai dengan bagiannya masing-masing, maka para penanggung wajib membayar ganti kerugian berdasarkan persyaratan dan ketentuan yang ditegaskan dalam polis serta lampiran yang merupakan bagian tak dapat dipisahkan dari polis yang bersangkutan.

Dari uraian di atas maka, koasuransi adalah suatu cara pertanggungan yang dilakukan lebih dari satu perusahaan asuransi, minimal 2 (dua) perusahaan asuransi yaitu terdiri atas perusahaan asuransi leader dan perusahaan asuransi

memberyang sepakat untuk menanggung risiko dalam jumlah besar sesuai dengan porsi/ bagiannya masing-masing yang sudah tercantum dalam polis.

Pengertian kapal laut berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia diartikan:

(41)

26

2. Perbedaan antara Koasuransi dengan Reasuransi dan juga dengan Asuransi Solvabilitas

a. Perbedaan Koasuransi dengan Reasuransi

Telah dikemukakan sebelumnya bahwa koasuransi pada dasarnya adalah pertanggungan yang dilakukan secara bersama atas suatu objek asuransi. Biasanya nilai pertanggungan berjumlah besar sehingga perusahaan asuransi tersebut dalam rangka menyebarkan risikonya, perlu menawarkan atau mengajak beberapa perusahaan asuransi lain untuk ikut mengambil bagian pertanggungan atas penutupan risiko tersebut. Suatu perusahaan asuransi yang akan melakukan penutupan risiko dalam jumlah besar yang melebihi kemampuan keuangannya, maka perusahaan asuransi tersebut akan melakukan koasuransi.

Apabila kedua belah pihak mencapai mufakat melalui musyawarah atau perundingan transaksi koasuransi, segala persyaratan dan ketentuan-ketentuan yang telah disetujui, maka wajib dituangkan dalam naskah perjanjian atau polis. Dengan menerima premi sesuai dengan bagiannya masing-masing, maka para penanggung wajib membayar ganti kerugian berdasarkan persyaratan dan ketentuan yang ditegaskan dalam polis serta lampiran yang merupakan bagian tak dapat dipisahkan dari polis yang bersangkutan.

Sedangkan dalam Reasuransi, perusahaan asuransi mengalihkan kembali/ mengasuransikan lagi risiko yang menjadi tanggungannya itu kepada penanggung ulang yaitu perusahaan Reasuransi. Jadi, kedudukan penanggung adalah sebagai

(42)

27

penanggung dan penanggung ulang didasarkan pada perjanjian (Abdulkadir Muhammad: 2006;150).

Dari uraian di atas, maka jelaslah perbedaan antara Koasuransi dengan Reasuransi. Jika dalam Koasuransi, perusahaan asuransi membagi risiko dengan cara mengajak atau menawarkan kepada perusahaan-perusahaan asuransi yang lainnya untuk bersama-sama menanggung risiko yang dilimpahkan oleh tertanggung. Sedangkan dalam Reasuransi, perusahaan asuransi mengalihkan kembali/ mengasuransikan lagi risiko yang menjadi tanggungannya itu kepada perusahaan Reasuransi, maka seolah-olah perusahaan asuransi yang menjadi

“tertanggung” dalam perjanjian reasuransi.

b. Perbedaan Koasuransi dengan Asuransi Solvabilitas

(43)

28

Maksud diadakan asuransi solvabilitas adalah untuk menjaga kemungkinan penanggung tidak mampu mengganti kerugian jika benda asuransi ditimpa oleh evenemen. Asuransi solvabilitas bukan pengecualian yang dimaksud oleh Pasal 252 KUHD karena kepentingannya berbeda antara asuransi terdahulu dan asuransi belakangan (solvabilitas). Kepentingan dalam asuransi terdahulu adalah hak milik, sedangkan dalam asuransi belakangan (solvabilitas) adalah kemampuan penanggung. Pasal 280 KUHD dengan tegas menyatakan bahwa asuransi solvabilitas bukan asuransi yang dilarang.

Dari uraian di atas, maka jelaslah perbedaan antara Koasuaransi dengan Asuransi Solvabilitas. Dalam asuransi solvabilitas tertanggung yang mencari penanggung-penanggungnya untuk menanggung risiko yang diasuransikannya. Jika terjadi evenemen, tertanggung hanya akan mengklaim kepada penanggung berikutnya, dengan catatan apabila penanggung pertama tidak mampu membayar. Tetapi jika tertanggung sudah mengklaim kepada penanggung pertama dan penanggung pertama memenuhi klaim tersebut/ mampu membayar, maka tertanggung tidak boleh mengajukan klaim kepada penanggung berikutnya.

(44)

29

untuk memenuhi klaim tersebut/ membayar ganti rugi, sesuai dengan porsi atau bagiannya masing-masing sesuai dengan kesepakatan sebelumnya yang secara jelas tercantum dalam polis.

3. Pihak-Pihak dalam Perjanjian Koasuransi Kapal Laut serta Hak dan Kewajibannya

a. Pihak-pihak dalam Perjanjian Koasuransi

Subjek asuransi adalah pihak-pihak dalam perjanjian asuransi, yaitu penanggung dan tertanggung yang mengadakan perjanjian asuransi. Penanggung adalah pihak yang wajib memikul risiko yang dialihkan kepadanya dan berhak memperoleh pembayaran premi. Sedangkan tertanggung adalah pihak yang wajib membayar premi dan berhak memperoleh penggantian jika timbul kerugian atas harta miliknya yang diasuransikan.

Pihak-pihak dalam perjanjian koasuransi kapal laut yaitu antara penanggung dengan penanggung-penanggung yang lainnya. Penanggung harus berstatus sebagai perusahaan badan hukum, dapat berbentuk Perseroan Terbatas (PT), Perusahaan Perseorangan (Persero) atau Koperasi (Abdulkadir Muhammad, 2006:9). Dalam hal ini yaitu antara perusahaan asuransi yang disebut leader dan dengan perusahaan-perusahaan asuransi yang lainnya yang sepakat untuk ikut menanggung risiko atas objek yang diasuransikan dalam hal ini yaitu kapal, yang disebut dengan perusahaan asuransimember.

(45)

30

hanya satu perusahaan asuransi yaitu PT Jasindo. Selanjtnya sepakat membagi pertanggungan sebesar:

PT Jasaraharja Putera sebesar : 50% (leader) PT Jasindo sebesar : 50% (member)

b. Hak dan Kewajiban dalam Perjanjian Koasuransi Kapal Laut

Dalam perjanjian koasuransi setelah terjadi kesepakan antara pihak-pihak tentang isi perjanjian maka akan timbul hubungan hukum. Dalam isi perjanjian tersebut berisi hak dan kewajiban yang mengikat dan harus dilaksanakan oleh para pihak dalam perjanjian tersebut.

Adapun hak dan kewajiban pihak-pihak dalam perjanjian koasuransi sebagai berikut:

1. Hak dan Kewajiban Perusahaan Asuransi Leader

(a) Hak untuk memperoleh pemberitahuan yang lengkap dan jelas mengenai objek yang akan diasuransikan dari tetanggung;

(b) Hak untuk memperoleh premi sesuai dengan porsi/ bagian yang telah disepakati sebelumnya;

(46)

31

(d) Kewajiban membayar ganti kerugian kepada tertanggung apabila terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian, sesuai dengan porsi/ bagian yang telah disepakati sebelumnya.

2. Hak dan Kewajiban Perusahaan Asuransi Member

(a) Hak untuk memperoleh premi sesuai dengan porsi/ bagian yang telah disepakati sebelumnya;

(b) Kewajiban untuk memberikan jaminan kepada tertanggung untuk menanggung tertanggung atas ancaman risiko yang dapat manimbulkan kerugian bagi tetanggung sesuai dengan porsi/ bagian yang telah disepakati sebelumnya;

(c) Kewajiban membayar ganti kerugian kepada tertanggung apabila terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian, sesuai dengan porsi/ bagian yang telah disepakati sebelumnya.

4. Evenemen

(47)

sungguh-32

sungguh terjadi, maka berubah menjadi evenemen. Dalam hal ini, risiko menjadi beban ancaman penanggung berubah menjadi kerugian yang wajib diganti oleh penanggung. Oleh karena itu, dapat dipahami ciri-ciri evenemen sebagai berikut (Abdulkadir Muhammad, 2006:120) :

a. peristiwa yang terjadi itu menimbulkan kerugian;

b. terjadinya itu tidak diketahui, tidak dapat diprediksikan terlebih dahulu; c. berasal dari faktor ekonomi, alam dan manusia;

d. kerugian terhadap diri, kekayaan, dan tanggung jawab seseorang.

Bahaya-bahaya laut yang digolongkan sebagai evenemen terdiri dari 2 (dua) golongan, yaitu ( Abdulkadir Muhammad, 2006: 172) :

a. Bahaya-bahaya laut yang bersumber dari alam, misalnya badai, gelombang besar, hujan angin, kabut tebal, batu karang, gunung es, sisa kapal karam, dan sebagainya.

b. Bahaya-bahaya laut yang bersumber dari manusia, baik dari awak kapal maupun dari pihak ketiga, misalnya pemberontakan awak kapal, perampokan bajak laut, penahanan dan perampasan oleh penguasa negara.

(48)

33

5. Berakhirnya Perjanjian Koasuransi Kapal Laut

(49)

34

C. Kerangka Pikir

Perusahaan Asuransi PT Jasaraharja Putera

(LEADER)

Perusahaan Asuransi PT Jasindo (MEMBER)

Perjanjian Koasuransi

Hak dan Kewajiban

Pihak-pihak

Berakhirnya Perjanjian Koasuransi Alasan

(50)

35

Berdasarkan gambaran skema kerangka pikir tersebut di atas, dapat dijelaskan bahwa :

(51)

36

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian mengenai analisis perjanjian koasuransi kapal laut ini termasuk jenis penelitian hukum normatif-empiris/terapan. Penelitian hukum normatif-empiris (applied law research) adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan atau implementasi ketentuan hukum normatif (kodifikasi, undang-undang, atau kontrak) secara in actionpada setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat. Implementasi secara in action tersebut merupakan fakta empiris dan berguna untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan oleh Negara atau oleh pihak-pihak dalam kontrak (Abdulkadir Muhammad, 2004:134).

B. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan dan menguraikan pokok bahasan yang disusun dalam penelitian ini adalah deskriptif. Tipe deskriptif bertujuan untuk menggambarkan atau memaparkan secara lengkap, rinci, jelas, dan sistematis mengenai perjanjian koasuransi kapal laut.

C. Pendekatan Masalah

(52)

37

digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan normatif terapan. Untuk menggunakan pendekatan normatif terapan, peneliti terlebih dahulu telah merumuskan masalah dan tujuan penelitian. Masalah dan tujuan tersebut perlu dirumuskan secara rinci, jelas dan akurat. Selanjutnya mengidentifikasi pokok bahasan dan subpokok bahasan, mengidentifikasi ketentuan hukum normatif yang menjadi tolak ukur terapan yang bersumber dari dan lebih sesuai dengan subpokok bahasan, dan penerapan ketentuan hukum normatif tolak ukur terapan pada peristiwa hukum yang bersangkutan, yang menghasilkan perilaku terapan yang sesuai atau tidak sesuai (Abdulkadir Muhammad, 2004:144).

D. Data dan Sumber Data

Sesuai dengan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, maka data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang didapat secara langsung dari penelitian di lapangan, yaitu dengan cara melakukan wawancara dengan pihak perusahaan asuransi yang telah melakukan perjanjian koasuransi, yaitu PT. Jasaraharja Putera yang diwakili oleh Bapak Pria Andika, S.E.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari studi kepustakaan dan studi dokumen yang bersumber dari:

a. Bahan Hukum Primer

(53)

38

1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata); 2) Kitab Undang-Undang Dagang (KUHD);

3) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian; 4) Polis, dengan nomor: 15.00.60.11.00004.00/02.11.0001.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan hukum yang mempelajari terhadap bahan hukum primer yang terdiri dari literatur-literatur, buku-buku ilmu pengetahuan mengenai asuransi yang berkaitan dengan koasuransi serta buku-buku lainnya yang berkaitan dengan pokok bahasan. c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier yaitu bahan yang memberi informasi, penjelasan, terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yaitu kamus hukum, kamus bahasa, majalah atau jurnal, dan informasi lainnya yang mendukung penelitian.

E. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Studi Kepustakaan

(54)

39

mengidentifikasi data yang sesuai dengan permasalahan dan pokok bahasan di atas.

b. Studi Wawancara

Studi wawancara yang dimaksud adalah untuk mendapatkan data primer dengan cara melakukan wawancara dengan pihak perusahaan asuransi PT Jasaraharja Putera yang diwakili oleh Bapak Pria Andika, S.E. Hasil wawancara berfungsi sebagai penguat dari dokumen yang telah diperoleh. Wawancara tersebut dilakukan dengan cara mempersiapkan terlebih dahulu pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan atau dibahas dalam wawancara.

c. Studi Dokumen

Yaitu pengkajian informasi tertulis mengenai hukum yang meliputi dokumen hukum yang tidak dipublikasikan secara umum, tetapi boleh diketahui pihak-pihak tertentu. Dokumen tersebut ialah polis dengan nomor polis: 15.00.60.11.00004.00/02.11.0001 yang dikelurkan oleh PT Jasaraharja Putera.

1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan melalui tahap-tahap sebagia berikut:

a. Pemeriksaan data, yaitu memilih data yang diperoleh secara selektif untuk mengetahui apakah data tersebut sudah lengkap dan sesuai dengan pokok bahasan yang akan dibahas serta ada relevansinya bagi peneliti;

(55)

40

c. Rekonstuksi data, yaitu menyusun ulang data secara teratur, berurutan, dan logis sehingga mudah dipahami;

d. Sistematisasi data, yaitu data yang telah diberi tanda kemudian direkonstuksi secar rinci, teratur, dan sistematis sesuai dengan pokok bahasan sehingga mempermudah pembahasan.

F. Analisis Data

(56)

54

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada pembahasan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perjanjian koasuransi kapal laut ini terjadi karena ada beberapa alasan, diantaranya ialah jumlah pertanggungan yang terlampau besar, menciptaakan stabilitas perusahaan, memperbesar kapasitas akseptasi dan hubungan kemitraan dengan sesama perusahaan asuransi.

(57)

55

koasuransi dalam hal-hal yang menyangkut penagihan premi dan penyelesaian klaim. Sedangkan hak dan kewajiban perusahaan asuransi

member (PT Jasindo), haknya adalah menerima premi sesuai dengan bagiannya masing-masing yang sudah disepakati sebelumnya. Kewjibannya adalah membayar ganti kerugian yang ditimbulkan apabila terjadi evenemen, yakni sebanding dengan bagiannya masing-masing. Berkewajiban juga mengikuti semua yang menjadi persetujuan dan atau keputusan apapun antara Tertanggung dan PT Jasaraharja Putera sehubungan dengan pertanggungan ini.

3. Perjanjian koasuransi kapal laut dinyatakan berakhir apabila jangka waktu yang diperjanjikan telah usai/ masa berlakunya sudah habis, atau permintaan dari pihak-pihak yang mengikat diri sepakat untuk membatalkan perjanjian koasuransi kapal laut, atau perjanjian koasuransi kapal laut juga berakhir apabila peristiwa yang tidak diinginkan tersebut terjadi/ terjadi evenemen dengan ketentuantotal loss only(TLO).

B. Saran

Setelah peneliti menguraikan hasil penelitian dalam bentuk kesimpulan maka untuk itu peneliti menyarankan:

1. Dalam klausula koasuransi terdapat kalimat, “persetujuan dan atau keputusan apapun yang dilakukan antara tertanggung dan PT Jasaraharja Putera (leader) sehubungan dengan pertanggungan ini dinyatakan mengikat terhadap peserta koasuransi”. Sebaiknya semua persetujuan dan atau keputusan apapun yang

(58)

56

Sehingga tidak ada kesalahpahaman antar pihak koasuransi kapal laut, baik perusahaan asuransi yang bertindak sebagai leader maupun perusahaan asuransi yang bertindak sebagai member. Karena hak dan kewajiban peserta koasuransi ialah terpisah dan sendiri-sendiri, yakni sebanding dengan bagiannya masing-masing.

2. Perusahaan asuransi leader yaitu PT Asuransi Jasaraharja Putera, sebaiknya bekerja lebih ekstra karena perusahaan asuransi tersebut bertindak sebagai koordinator yang mewakili peserta koasuransi. Sehingga perjanjian koasuransi ini berjalan dengan lancar, baik dalam penagihan premi maupun penyelesaian klaim.

(59)

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU/LITERATUR

Hartono, Sri Redjeki. 1995. Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi. Sinar Grafika. Jakarta

Martono, dan Eka Budi Tjahjono. 2011. Asuransi Transportasi Darat-Laut-Udara. Mandar Maju. Bandung

Muhammad, Abdulkadir dan Rilda Murniati. 2004. Segi Hukum Lembaga Keuangan dan Pembiayaan.Citra Aditya Bakti. Bandung

Muhammad, Abdulkadir. 2006. Hukum Asuransi Indonesia. Citra Aditya Bakti. Bandung

---. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Citra Aditya Bakti. Bandung

---. 2000. Hukum Perdata Indonesia. Citra Aditya Bakti. Bandung

Prakoso, Dijoko.2000.Hukum Asuransi Indonesia.Renika Cipta. Jakarta Purba, Radiks.1998.Asuransi Angkutan Laut. Renika Cipta. Jakarta

(60)

B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Subekti, dan R.Tjiptosudibio. 2006. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dan Undang-Undang Kepailitan. Pradnya Paramita. Jakarta

---. 2007. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Pradnya Paramita. Jakarta

Undang- Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.

C. INTERNET/WEBSITE

http://andrypryatna.blogspot.com/2010/09/koasuransi-dalam-penerapan.html http://pelajaranbuatsaya.blogspot.com/2009/10/asuransi.html

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian adalah menentukan optimasi hasil gliserol dari minyak/lemak limbah industri krimer ditinjau dari suhu pemanasan, konsentrasi katalis, lama pemanasan,

atau minggu untuk dapat berhubungan bebas agar tidak terjadi kehamilan. d) Tidak dapat dilakukan pada orang yang masih ingin punya anak lagi.. e) Masih memungkinkan terjadi

Uji daya hasil multi lokasi dilakukan PATIR-BATAN bekerja sama dengan BALITKABI Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Pengembangan dan Penelitian Tanaman Pangan

Semakin banyak vocab memang data akan lebih spesifik karena semakin mendekati jumlah fitur deskriptor yang ditemukan oleh metode SIFT, namun pada pelatihan

If you decide lossless is for you, open iTunes and, if using a Windows PC, click the menu button at the top left and select Preferences from the menu that appears. If using a Mac,

Tujuan penelitan mengetahui gambaran financial distress dan faktor apa yang menyebabkan perbedaan financial distress pada PT Lippo Cikarang, Tbk dan PT Bukit Darmo Property,

(2008). Metode yang digunakan adalah metode deskriftif dan bentuk penelitiannya kualitatif. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan stilistika. Berdasarkan hasil

Sementara itu, pada Tabel 6 perhitungan melalui metode proporsi kontribusi sektor basis terhadap PDRB Provinsi Sulawesi Utara diperoleh hasil bahwa kontribusi sektor