PENGARUH ROE DAN EPS TERHADAP HARGA SAHAM
PADA PERUSAHAAN ROKOK
YANG GO PUBLIC DI BEI
SKRIPSI
Diajukan Oleh :
Johanes Rico Sukmana 0413315055/FE/AK
KEPADA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh ROE dan EPS Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Rokok Yang Go Public Di BEI”.
Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian
persayaratan dalam memperoleh gelar Sarjana S-1 program studi Akuntansi,
pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Vetera” Jawa
Timur.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini tidak akan terselesaikan
dengan baik tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, maka melalui
kesempatam ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin N, MM., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Ibu DR. Sri Trisnaningsih, MSi, Ketua Program Studi Akuntansi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi., Dosen Pembimbing yang telah
mengarahkan dan meluangkan waktu guna membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
ii
5. Ibu Dra. Ec. Anik Yuliati, Maks., Dosen Pendamping yang telah
mengarahkan dan meluangkan waktu guna membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh staf Dosen Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur yang telah
memberikan ilmunya.
7. Bapak, Ibu dan keluargaku yang selalu memberikan doa dan restunya kepada
penulis.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran yang menbangun akan penulis terima dengan senang
hati demi sempurnanya skripsi ini.
Surabaya, November 2009
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
ABSTRAKSI ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8
2.1. Penelitian Terdahulu ... 8
2.2. Landasan Teori ... 9
2.2.1.Pasar Modal ... 9
2.2.1.1.Pengertian Pasar Modal ... 9
2.2.1.2.Fungsi Pasar Modal ... 10
2.2.1.3.Peranan Pasar Modal ... 12
2.2.2.Saham ... 13
2.2.2.1.Pengertian Saham ... 13
2.2.2.2.Jenis – Jenis Saham ... 14
2.2.3.Harga Saham ... 16
2.2.3.1.Pengertian Harga Saham ... 16
2.2.3.2.Penilaian Harga Saham ... 17
2.2.4.Rasio Keuangan ... 18
2.2.4.1.Definisi Rasio Keuangan ... 18
2.2.4.2.Keunggulan Rasio Keuangan ... 19
2.2.4.3.Keterbatasan Analisa Rasio ... 19
2.2.4.4.Jenis Rasio ... 20
2.2.5.Rasio Rentabilitas / Profitabilitas ... 22
2.2.5.1.ROE (Return On Equity) ... 23
2.2.5.2.EPS (Earning Per Share) ... 23
2.3. Kerangka Pikir ... 24
2.3.1. Pengaruh Return on Equity Terhadap Harga Saham .... 25
2.3.2. Pengaruh Earning Per Share Terhadap Harga Saham . 26 2.3.3. Diagram Kerangka Pikir ... 27
2.4. Hipotesis ... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 29
3.1. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel ... 29
3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 30
3.2.1.Populasi ... 30
3.2.2.Sampel Dan Teknik Penarikan Sampel ... 30
3.3.2.Sumber Data ... 31
3.3.3.Pengumpulan Data ... 31
3.4. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... 32
3.4.1.Uji Normalitas ... 32
3.4.2.Uji Asumsi Klasik ... 32
3.4.3.Teknik Analisis ... 34
3.4.4.Uji Hipotesis ... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 38
4.1.1. Sejarah PT. BAT Indonesia Tbk ... 38
4.1.2. Sejarah PT. Gudang Garam Tbk ... 38
4.1.3. Sejarah PT. HM Sampoerna Tbk ... 39
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 40
4.2.1. Deskripsi Tentang Return On Equity(ROE) (X1) ... 40
4.2.2. Deskripsi Tentang Earning Per Share (EPS) (X2) ... 41
4.2.3. Deskripsi Tentang Harga Saham (Y) ... 42
4.3. Deskripsi Hasil Pengujian ... 43
4.3.1. Hasil Pengujian Normalitas ... 43
4.3.2. Pengujian Asumsi Klasik ... 44
4.3.2.1.Uji Autokorelasi ... 44
4.3.2.2.Uji Multikolinieritas ... 45
4.3.2.3.Uji Heteroskedastisitas ... 46
4.3.3. Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda ... 47
4.3.4. Hasil Pengujian Hipotesis ... 48
4.3.4.1.Untuk pengujian kesesuaian model ... 48
4.3.4.2.Untuk pengujian hipotesis uji t ... 49
4.4. Pembahasan Hasil Penelitian ... 51
4.4.1. Implikasi Hasil Penelitian ... 54
4.5. Perbedaan Hasil Penelitian Yang Dilakukan Sekarang Dengan Penelitian Terdahulu ... 54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 55
5.1. Kesimpulan ... 55
5.2. Saran ... 55
DAFTAR PUSTAKA KUESIONER
Tabel 4.1. Return On Equity(ROE) (X1) 2000-2007 (dalam %) ... 40
Tabel 4.2. Earning Per Share (EPS) (X2) 2000-2007 (dalam satuan rupiah) ... 41
Tabel 4.3. Harga Saham (Y) 2000-2007 (dalam satuan rupiah) ... 42
Tabel 4.4. Hasil Uji Normalitas ... 43
Tabel 4.5. Hasil uji Multikolinieritas ... 46
Tabel 4.6. Hasil Pengujian Heteroskedastisitas ... 46
Tabel 4.7. Hasil Pengujian Nilai Koefisien Korelasi dan Determinasi ... 49
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1. Distribusi Daerah Keputusan Autokorelasi ... 45
ix Lampiran 1.2 Earning Per Share (EPS) (X2)
Lampiran 1.3 Harga Saham (Y)
Lampiran 2 Hasil Pengujian Normalitas
Lampiran 3 Hasil Pengujian Regresi Linear Berganda
Lampiran 4 Hasil Pengujian Heterokedastisitas
PENGARUH ROE DAN EPS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN ROKOK
YANG GO PUBLIC DI BEI
Johanes Rico Sukmana
Abstraksi
Pasar modal memiliki peran penting dalam kegiatan ekonomi, terutama di negara yang menganut sistem ekonomi pasar. Pasar modal menjadi salah satu sumber kemajuan ekonomi karena dapat menjadi sumber dan alternatif bagi perusahaan disamping bank. Salah satu sumber dana perusahaan berasal dari modal saham yang ditanamkan oleh para investor, maka secara otomatis modal saham merupakan bagian dari laporan manajemen perusahaan kepada para pemegang saham atau investor. Dalam perekonomian modern laporan keuangan sudah merupakan media penting dalam proses pengambilan keputusan ekonomis. Laporan keuangan ini sudah menjadi kebutuhan para pengusaha, investor, bank, manajemen, pemerintah maupun pelaku pasar modal. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh ROE dan EPS terhadap harga saham pada perusahaan yang Go Public di BEI.
Populasi penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan rokok yang go publik di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008. Sedangkan sampel dalam penelitian yaitu data laporan keuangan perusahaan tersedia berturut-turut selama 8 tahun untuk tahun pelaporan dari 2000 – 2007. Model analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan adalah regresi linier berganda serta untuk mengetahui hubungan dan pengaruhnya digunakan uji F dan Uji t.
Dari hasil pengujian yang dilakukan terhadap pengaruh dari Return On Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS) terhadap Harga Saham ketiga perusahaan rokok yang go publik di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun pengamatan yakni tahun 2000 hingga tahun 2007 diperoleh hasil bahwa nilai koefisien korelasi berganda (R) sebesar 0,410 atau sebesar 41%, berarti kedua faktor yakni Return On Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS) mempunyai hubungan yang nyata terhadap Harga Saham ketiga perusahaan rokok yang go publik di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun pengamatan yakni tahun 2000 hingga tahun 2007. Sedangkan dilihat nilai koefisien determinasi (R2) kedua variabel tersebut berpengaruh sebesar 16,8% terhadap Harga Saham ketiga perusahaan rokok yang go publik di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun pengamatan yakni tahun 2000 hingga tahun 2007.
Keywords: return on equity (ROE), earning per share (EPS), harga saham.
1.1. Latar Belakang
Pasar modal memiliki peran penting dalam kegiatan ekonomi,
terutama di negara yang menganut sistem ekonomi pasar. Pasar modal
menjadi salah satu sumber kemajuan ekonomi karena dapat menjadi sumber
dan alternatif bagi perusahaan disamping bank. Pasar modal merupakan
alternatif pembiayaan untuk mendapatkan modal dengan biaya yang relatif
murah dan juga tempat untuk investasi jangka pendek dan jangka panjang.
Perusahaan publik yang terdaftar di bursa efek setiap tahun wajib
menyampaikan laporan tahunan baik yang bersifat moneter maupun non
moneter kepada Bursa Efek dan para investor.
Laporan keuangan tidak hanya ditunjukan bagi internal perusahaan
tetapi juga bagi eksternal perusahaan. Setiap elemen laporan keuangan akan
menjadi lebih bermakna bila dianalisis lebih jauh dengan model yang
tersedia sesuai dengan kebutuhan pemakai informasinya. Bagi manajemen
hasil analisis ini menjadi sangat penting karena dengan menggunakan
pendekatan analisis tersebut kinerja manajemen dapat diukur dan dievaluasi,
baik dalam satu periode berjalan maupun dalam satu siklus operasi tahun
secara berturut-turut. Sebagaimana halnya pihak manajemen pihak-pihak
luar perusahaan juga dapat mengetahui kinerja dan menilai prospek sebuah
perusahaan melalui pendekatan rasio. (Winarni, 2003).
2
Salah satu sumber dana perusahaan berasal dari modal saham yang
ditanamkan oleh para investor, maka secara otomatis modal saham
merupakan bagian dari laporan manajemen perusahaan kepada para
pemegang saham atau investor. Dalam perekonomian modern laporan
keuangan sudah merupakan media penting dalam proses pengambilan
keputusan ekonomis. Laporan keuangan ini sudah menjadi kebutuhan para
pengusaha, investor, bank, manajemen, pemerintah maupun pelaku pasar
modal. (Harahap, 2001:7).
Dalam berinvestasi seorang investor memerlukan informasi tentang
perusahaan mana yang dapat memberikan keuntungan dikemudian hari.
Analisis investasi saham merupakan hal yang mendasar untuk diketahui para
pemodal, mengingat tanpa analisis yang baik dan rasional para pemodal
akan mengalami kerugian. Keputusan membeli saham terjadi bila nilai
perkiraan suatu saham diatas harga pasar. Sebaliknya keputusan menjual
saham terjadi bila nilai perkiraan suatu saham dibawah harga pasar
(Sunariyah, 2003: 152).
Kreditur jangka panjang lebih tertarik untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam membayar bunga pinjaman dan kemampuan
mengembalikan pokok pinjamannya. Perusahaan harus cukup mempunyai
alat-alat likuid dalam jangka panjang pendek dan mempunyai keuntungan
yang memadai dalam jangka panjang. Disamping likuiditas, tingkat
profitabilitas juga dinilai. Bagi pemegang saham, di samping memperhatikan
tingkat likuiditas dan profitabilitas, juga berkepentingan dengan
kebijaksanaan perusahaan yang mempengaruhi harga saham perusahaan di
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban yang segera harus
dipenuhi, kemampuan perusahaan untuk melunasi semua utang-utangnya,
kemampuan untuk memperoleh laba, juga berkepentingan untuk mengetahui
efisiensi penggunaan modal dengan sumber-sumbernya. (Jumingan,
2008:121)
Selama empat tahun terakhir harga saham dari perusahaan rokok
yang publikasi di BEI mengalami fluktuasi. Adapun nilai harga saham
tersebut antara tahun 2000 sampai 2007 dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut :
Tabel 1.1.
Harga Saham Perusahaan Rokok Tahun (dalam juta rupiah) No Nama
Perusahaan 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
1 PT BAT
Indonesia Tbk. 12.100 6.300 8.950 8.100 9.000 7.500 4.000 4.600
2 PT Gudang
Garam Tbk. 13.000 8.650 8.300 13.600 13.550 11.650 10.200 8.500
3 PT HM
Sampoerna Tbk. 14.900 3.200 3.700 4.475 6.650 8.900 9.700 14.300 Sumber : Bursa Efek Indonesia
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa terjadi penurunan harga
saham perusahaan pada sebelas tahun terakhir, dimana pada tahun 2000
menurun drastis menjadi 12.100.000.000 sedangkan pada tahun 2001
menurun lagi menjadi 6.300.000.000 dan pada tahun 2002 naik menjadi
8.950.000.000 kemudian pada tahun 2003 menurun menjadi 8.100.000.000
lalu tahun 2004 PT. BAT Indonesia Tbk harga saham perusahannya sebesar
9.000.000.000 namun pada tahun 2005 menurun menjadi 7.500.000.000
kemudian pada tahun 2006 harga saham menurun lagi manjadi
4
naik menjadi 4.600.000.000 dan pada PT. Gudang Garam Tbk harga saham
perusahannya pada tahun 2000 turun menjadi sebesar 13.000.000.000 dan
pada tahun 2001 menurun menjadi sebesar 8.650.000.000 kemudian pada
tahun 2002 menurun menjadi sebesar 8.300.000.000 sedangkan pada tahun
2003 naik menjadi 13.600.000.000 kemudian pada tahun 2004 sebesar
13.550.000.000 namun pada tahun 2005 menurun menjadi 11.650.000.000
kemudian pada tahun 2006 harga saham menurun lagi manjadi
10.200.000.000 lalu pada tahun 2007 harga saham PT. Gudang Garam Tbk
menurun lagi menjadi 8.500.000.000 Lalu untuk PT. HM Sampoerna Tbk
harga saham perusahannya pada tahun 2000 menurun menjadi sebesar
14.900.000.000 lalu pada tahun 2001 menurun menjadi sebesar
3.200.000.000 dan pada tahun 2002 naik menjadi sebesar 3.700.000.000 lalu
pada tahun 2003 naik menjadi sebesar 4.475.000.000 kemudian pada tahun
2004 naik menjadi sebesar 6.650.000.000 kemudian pada tahun 2005 naik
menjadi 8.900.000.000 lalu pada tahun 2006 harga saham naik lagi manjadi
9.700.000.000 dan pada tahun 2007 harga saham PT. HM Sampoerna Tbk
naik menjadi 14.300.000.000 Dari informasi awal yang diterima bahwa
penurunan harga saham tersebut disebabkan karena kondisi ekonomi makin
memburuk dan adanya kondisi intern perusahaan seperti trend penjualan dan
keuntungan perusahaan, kualitas produk, posisi persaingan perusahaan di
pasar, hubungan kerja pihak perusahaan dengan karyawan, sumber bahan
mentah, peraturan-peraturan perusahaan, serta ada juga kenaikan pada nilai
harga saham, hal ini dikarenakan dalam melakukan investasi dalam bentuk
saham investor harus melakukan analisis terhadap faktor yang dapat
yang dapat timbul dari adanya fluktuasi pertumbuhan dan perkembangan
perusahaan yang bersangkutan.
Harga saham suatu perusahaan mencerminkan nilai perusahaan
dimata para investor, apabila harga saham suatu perusahaan tinggi, maka
nilai perusahaan dimata investor juga baik dan begitu juga sebaliknya, oleh
karena itu harga saham merupakan hal yang penting bagi perusahaan.
Untuk menganalisis kinerja perusahaan dapat digunakan rasio
keuangan yang terbagi dalam empat kelompok yaitu rasio likuiditas,
aktivitas, hutang dan profitabilitas (Gitman, 2003) dengan analisis ini para
analisis mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang
sehubungan dengan ada peraturan daerah tentang pelarangan merokok
ditempat umum apakah mempunyai pengaruh terhadap harga saham di
Bursa Efek Indonesia.
Teknik yang digunakan adalah rasio likuiditas yang menggambarkan
kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan
sumebr yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan,
jumlah cabang, dan sebagainya. Rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan menghasilkan laba disebut juga Operating Ratio. Rasio
profitabilitas yang diuji dalam penelitian ini yaitu ROE (Return on equity)
digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian atas modal sendiri
pemegang saham. EPS (Earning Per Share) rasio ini menunjukkan berapa
besar kemampuan per lembar saham. (Harahap,2001:306).
Berdasarkan uraian dan permasalahan di atas, maka peneliti ingin
6
saham dalam laporan tahunan perusahaan rokok yang publikasi di Bursa
Efek Indonesia, karena dalam rasio keuangan angka yang diperoleh dari
hasil perbandingan dari satu pos laporan keunagn dengan pos lainnya yang
mempunyai hubungan yang relevan signifikan, dalam hal ini rasio keuangan
sangat penting dalam melakukan analisa keungan perusahaan. Oleh karena
itu, peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul “Pengaruh ROE dan EPS
Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Rokok Yang Go Public Di BEI.”
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka
dapat diambil perumusan sebagai berikut :
”Apakah ada pengaruh positif ROE dan EPS terhadap harga saham pada
perusahaan yang Go Public di BEI ?”
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
“Untuk mengetahui pengaruh ROE dan EPS terhadap harga saham pada
perusahaan yang Go Public di BEI”.
1.4. Manfaat Penelitian
Sebagaimana layaknya karya ilmiah ini, hasil yang diperoleh
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
1. Bagi Peneliti
Sebagai langkah kongkrit penerapan ilmu berdasarkan teori yang selama
ini didapat peneliti ke dalam praktek pada perusahaan.
2. Bagi Universitas
Memberikan sumbangan informasi pihak lain untuk melakukan
penelitian lebih lanjut dan dapat menambah kepustakaan sebagai
informasi bahan pembanding bagi penelitian lain serta sebagai wujud
Darma Bakti kepada perguruan tinggi pada umumnya dan Fakultas
Ekonomi pada khususnya Jurusan akuntansi.
3. Bagi Perusahaan
Sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk mengetahui
rasio-rasio yang mempengaruhi harga saham misalnya rasio-rasio profitabilitas yang
terdiri dari ROE dan EPS.
4. Bagi Ilmu Pengetahuan
Dapat dipergunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan atau
perluasan pandangan tentang pelajaran yang didapat dari bangku kuliah
dan memperdalam pengetahuan terutama dalam bidang yang dikaji serta
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
1. Wulandari dan Sasongko, 2003 dengan judul ”Pengaruh EVA dan
Rasio-Rasio Profitabilitas terhadap Harga Saham”, dan perumusan
masalahnya adalah adakah pengaruh ROA (Return on Assets), ROE
(Return on Equity), ROS (Return on Sales), EPS (Earning Per Share),
BEP (Basic Earning Power), dan EVA (Economic Value Added)
terhadap harga saham ?, dengan hipotesisnya adalah ROA, ROE, ROS,
EPS, BEP dan EVA berpengaruh terhadap harga saham. Dan didapatkan
kesimpulan bahwa earning per share (EPS) berpengaruh terhadap harga
saham dan return on asset, return on equity, return on sale, basic
earning power, dan economic value added tidak berpengaruh terhadap
harga saham.
2. Irwansyah dan Ghozali, 2002 dengan judul “Analisis Pengaruh Kinerja
Keuangan Perusahaan dengan Alat Ukur EVA, MVA dan ROA
Terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur Di BEJ”. Dan
perumusan masalahnya adalah apakah terdapat pengaruh yang signifikan
antara kinerja keuangan (EVA, MVA dan ROA) terhadap return saham
secara parsial maupun simultan ?, sedangkan hipotesis yang diajukan
terdapat pengaruh yang signifikan antara Economic Value Added
(EVA), Market Value Added (MVA) dan Return On Assets (ROA)
terhadap return saham secara simultan maupun parsial. Dan kesimpulan
Adapun perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini
adalah pada penelitian yang dilakukan oleh Wulandari dan Sasongko, 2003
yaitu menggunakan pengaruh ROA (Return on Assets), ROE (Return on
Equity), ROS (Return on Sales), EPS (Earning Per Share), BEP (Basic
Earning Power), dan EVA (Economic Value Added), sedangkan penelitian
yang dilakukan oleh Irwansyah dan Ghozali, 2002 menggunakan variabel
EVA, MVA dan ROA saja. Sedangkan persamaan pada penelitian tersebut
yaitu menggunakan uji t dan variabel ROA tidak berpengaruh terhadap
harga saham.
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Pasar Modal
2.2.1.1.Pengertian Pasar Modal
Pasar modal (Capital market) adalah tempat pertemuan antara
penawaran dengan permintaan surat berharga. Di tempat inilah para pelaku
pasar yang mempunyai kelebihan dana melakukan investasi dalam surat
berharga yang ditawarkan oleh emiten. Di tempat ini pula perusahaan yang
membutuhkan dana menawarkan surat berharga dengan cara listing
terlebih dahulu pada badan otoritas di pasar modal sebagai emiten
10
Menurut Husnan (1994:3) secara formal pasar modal bisa
didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas)
jangka panjang yang bisa diperjualbelikan baik dalam bentuk hutang
maupun modal sendiri baik yang diterbitkan pemerintah, publik authorities
maupun perusahaan swasta.
Pengertian Pasar Modal secara umum adalah suatu sistem
keuangan yang terorganisir, termasuk didalamnya adalah bank-bank
komersial dan semua lembaga perantara dibidang keuangan, serta
keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam arti sempit, Pasar
Modal adalah suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang disiapkan guna
memperdagangakan saham-saham, obligasi-obligasi, dan jenis surat
berharga lainnya dengan memakai jasa perantara pedagang efek.
Pasar modal adalah sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk
di dalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara
dibidang keuangan serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar.
Dalam arti sempit pasar modal adalah pasar (tempat, berupa gedung) yang
di siapkan guna memperdagangkan saham- saham, obligasi-obligasi dan
jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa perantara pedangang.
2.2.1.2.Fungsi Pasar Modal
Fungsi pasar modal adalah mengalokasikan secara efisien arus
dana dari unit ekonomi yang mempuyai surplus tabungan (saving surplus
unit). Pasar modal yang dalam bentuk konkritnya adalah bursa efek.
Adapun fungsi lain dari pasar modal/ bursa efek adalah :
a. Menciptakan pasar secara terus menerus bagi efek yang ditawarkan
b. Menciptakan harga yang wajar bagi efek yang bersangkutan melalui
mekanisme pasar.
c. Membantu pembelajaran (pemenuhan dana) dunia usaha melalui
penghimpunan dana masyarakat.
d. Menghimpun proses perluasan partisipasi masyarakat dalam
kepemilikan saham-saham perusahaan.
Sedangkan menurut Husnan (1994:23) Sekuritas atau efek adalah
secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal pihak yang memiliki kertas
tersebut untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi
yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang
memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya. Pasar modal
merupakan kebutuhan sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk
bank-bank komersial dan semua perantara di bidang keuangan, serta surat-surat
berharga atau klaim, jangka panjang dan pendek.
Sedangkan bursa efek yang merupakan bentuk konkrit dari pasar
modal ialah suatu sistem teorganisir dengan mekanisme resmi untuk
mempertemukan penjual dan pembeli secara langsung atau melalui
wakil-wakilnya.
Itu sebabnya cara kerja pasar modal terkait dengan cara kerja sub
sektor kauangan lainnya maupun sektor keuangan secara keseluruhan.
Untuk dapat memahami dan menganalisis secara tepat cara kerja pasar
modal, mutlak diperlukan pengertian yang baik tentang sektor keuangan
termasuk sub sektor yang lain.
Hubungan antara pemilik dana (investor) yang membeli saham dari
12
bersangkutan agak berbeda hubungan dengan pemilik dana dengan bank
bila ia menitipkan uangnya di bank dalam pemilikan perusahaan yang
bersangkutan dan pemilikannya itu dalam bentuk surat saham. Surat
saham ini tiap saat bisa dikonversikan menjadi uang atau dengan kata lain
likuid.
Resiko yang lebih besar menyebabkan para investor dan
pemerintah berkepentingan untuk menekan resiko tersebut sekecil
mungkin dengan tidak menghambat mekanisme pasar modal. Caranya
antara lain dengan menggunakan bantuan lembaga perantara seperti
perusahaan penilai pinjaman dan lain sebagainya. Sesuai dengan kondisi
perekonomian nasional, pasar modal di Indonesia mempunyai ciri yang
khas seperti penekanan pada fungsi pemerataan pendapatan,
Indonesianisasi pemilikan saham dan dengan sasaran pasar yang
mengutamakan mereka yang berpenghasilan rendah.
2.2.1.3. Peranan Pasar Modal
Pasar modal mempunyai peranan penting dalam suatu negara yang
pada dasarnya mempunyai kesamaan antara satu negara dengan negara
yang lain. Hampir semua negara didunia ini mempunyai pasar modal, yang
bertujuan untuk menciptakan fasilitas bagi keperluan industri dan
keseluruhan entitas dalam memenuhi permintaan dan penawaran modal.
Terkecuali dalam negara dengan perekonomian sosialis ataupun tertutup,
Seberapa besar peranan pasar modal suatu negara dapat dilihat dari
5 (lima) segi sebagai berikut ini: (Sunariyah, 2003:7-8)
a. sebagai fasilitas melakukan interaksi antar pembeli dengan penjual
untuk menentukan harga saham atau surat berharga yang dijual belikan
b. pasar modal memberikan kesempatan kepada para pemodal untuk
menentukan hasil (return) yang diharapkan
c. pasar modal memberikan kesempatan kepada investor untuk menjual
kembali saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya
d. pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk
berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian
e. pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga
2.2.2. Saham
2.2.2.1.Pengertian Saham
Menurut Jogianto (2003 : 67) Suatu perusahaan dapat menjual hak
kepemilikannya dalam bentuk saham (stock).Jika perusahaan hanya
mengeluarkan satu kelas saham saja, saham ini disebut dengan saham
biasa (common stock). Sedangkan menurut Darmadji, dkk (2001 : 5)
saham dapat didefinisikan sebagai tanah penyertaan atau pemilikan
seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau suatu perseroan
terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa
pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat
14
Menurut Gitosudarmo (2002 : 265) saham adalah tanda penyertaan
modal pada perseroan terbatas. Untuk menarik investor potensial lainnya,
suatu perusahaan mungkin juga mengeluarkan kelas lain dari saham, yaitu
yang disebut dengan saham prefen (preferred stock). Saham preferen
mempunyai hak – hak prioritas lebih dari saham biasa. Hak – hak prioritas
dari saham preferen yaitu hak atas dividen yang tetap dan hak terhadap
aktiva jika terjadi likuiditas. Akan tetapi, saham preferen umumnya tidak
mempunyai hak veto seperti yang dimiliki oleh saham biasa. Saham
preferen akan dibahas terlebih dahulu diikuti oleh saham biasa.
Dengan memiliki saham maka suatu perusahaan akan memperoleh
manfaat antara lain sebagai berikut :
a. Deviden yaitu pembagian keuntungan perusahaan yang diberikan oleh
pemegang saham.
b. Capital gain yaitu kelebihan hasil atas harga perolehan dan pelepasan
aktiva terutama investasi jangka panjang.
2.2.2.2.Jenis – Jenis Saham
Menurut Gitosudarmo (2002:265-266) ada 7 jenis saham, yaitu :
1. Saham Biasa
Saham biasa adalah saham yang tidak memperoleh hak istimewa.
Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memperoleh deviden
sepanjang perseroan memperoleh keuntungan. Pemilik saham
mempunyai hak suara pada rapat umum pemegang saham, dan pada
dari kekayaan perseroan setelah tagihan kreditur dan saham preferen
dilunasi.
2. Saham Bonus
Saham Bonus, diciptakan dari pos cadangan perseroan, yang terbentuk
dari uang kontan yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham.
Penyerahan saham bonus kepada pemegang saham, kekayaan
perseorangan tidak mengalami perubahan, karena tidak ada kekayaan
yang bertambah dan tidak ada modal yang dibayarkan. Perubahannya
adalah pergeseran struktur permodalan perseron saja.
3. Saham Pegawai
Saham yang dapat dimiliki oleh para pegawai, dengan syarat tertentu
dapat membeli saham perusahaan dengan kurs di bawah kurs bursa.
4. Saham Preferen Perseroan
Para pendiri perseroan, biasanya dihargai dengan diberikan jasa yaitu
dapat berupa saham yang disebut saham pendiri
5. Saham Preferen
Saham yang memberikan hak untuk mendapat deviden dan atau bagian
kekayaan pada saat perubahan lebih dahulu dari saham biasa, dan di
samping itu mempunyai preferen untuk mengajukan usul pencalonan
direksi/komisaris.
6. Saham Preferen Kumulatif
Saham preferen yang memberikan hak untuk mendapatkan deviden
16
7. Saham Preferen Partisipasi
Saham yang disamping hak priorotasnya masih dapat turut serta dalam
pembagian deviden selanjutnya.
Sedangkan menurut Baridwan (1997 : 394–398) ada 2 macam jenis saham,
yaitu :
1. Saham Biasa (Common Stock)
Saham yang perluasannya dilakukan dalam urutan yang paling akhir
dalam saham perusahaan di likuidasi, sehingga resikonya adalah yang
paling besar.
2. Saham Prioritas / Preferensi (Preferred Stock)
Saham prioritas / preferensi mempunyai macam–macam karakteristik
yang berbeda dari saham biasa.
2.2.3. Harga Saham
2.2.3.1.Pengertian Harga Saham
Saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta dalam
suatu perusahaan (Riyanto, 1995:240).
Menurut Sunariyah (2000:154) harga saham dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yakni harga pasar, harga nominal dan harga perdana.
1.Harga pasar (market value) yaitu harga yang berlaku dalam pasar pada
saat itu.
2.Harga nominal saham adalah harga saham yang tercantum dalam
mendapatkan persetujuan dari Bapepam (Badan Pemeriksa dan
Pengawas Pasar Modal).
3.Harga perdana adalah harga saham ketika saham tersebut dijual saat
pertama kali di pasar perdana, yang harganya ditentukan oleh penjamin
emisi dan emiten berdasarkan analisis fundamental perusahaan yang
bersangkutan.
Investor berkepentingan untuk mengetahui ketiga nilai tersebut
sebagai informasi penting dalam pengambilan keputusan investasi yang
tepat. Dalam membeli atau menjual saham, investor akan membandingkan
nilai intristik dengan nilai pasar saham bersangkutan. (Tandelilin,
2001:183). Nilai intrinsik saham dalam analisis perusahaan bisa dilakukan
dengan memanfaatkan dua komponen informasi penting dalam analisis
perusahaan, yaitu EPS dan PER.
2.2.3.2.Penilaian Harga Saham
Menurut Sunariyah (2003:30) harga penyertaan modal dalam
pemilikan suatu perseroan terbatas (PT) atau yang biasa disebut emiten.
Perkembangan harga saham dapat ditunjukkan melalui naik-turunnya
harga-harga saham yang umumnya dicerminkan melalui earning per share
(EPS),Return dan price earning Ratio(PER). PER dapat diperoleh dari
perkembangan harga saham per periode tertentu dibagi dengan tingkat
earning, PER dapat dijadikan indikator untuk melihat perkembangan
harga saham relatif dibanding dengan tingkat laba perusahaan.
Harga saham adalah harga dari suatu saham yang terbentuk dari
18
Menurut Arifin (1999 : 169) terdapat 2 macam harga saham yang
digunakan pada saat jual beli saham di Bursa Efek, yaitu :
1. Harga saham pembukaan (opening price) yaitu harga saham yang
diminta oleh penjual atau pembeli pada awal jam buka bursa.
2. Harga saham penutupan (closing price) yaitu saham yang diminta
oleh penjual atau pembeli saat akhir hari bursa.
2.2.4. Rasio Keuangan
2.2.4.1.Definisi Rasio Keuangan
Rasio dalam analisis laporan keuangan adalah angka yang
menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam
laporan keuangan. Hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan
tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana. Secara
individual rasio itu kecil artinya, kecuali jika dibandingkan dengan suatu
rasio standar yang dipakai sebagai dasar pembanding, dari penafsiran
rasio-rasio suatu perusahaan. (Jumingan, 2008 : 118).
Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang
menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan yang lainnya.
Dengan penyederhanaan ini kita dapat menilai secara cepat hubungan
antara pos tadi dan dapat membandingkannya dengan rasio lain sehingga
kit adapat memperoleh informasi dan memberikan penilainan (Harahap,
2.2.4.2. Keunggulan Rasio Keuangan
Analisa rasio ini memiliki keunggulan dibandingkan teknik analisa
lainnya. Keunggulan tersebut adalah :
1. Rasio merupakan angka-angka atau iktisar statistik yang lebih mudah
dibaca dan ditafsirkan.
2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang
disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.
4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model
pengambilan keputusan dan model-model pengambilan keputusan dan
model prediksi (Z score).
5. Menstandarisir size perusahaan.
6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain
atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau ”time
series.
7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di
masa yang akan datang.
2.2.4.3. Keterbatasan Analisa Rasio
Disamping keungulan yang dimiliki analisa rasio, teknik ini juga
memiliki beberapa keterbatasan yang harus disadari sewaktu
pengunaannya agar kita tidak salah dalam penggunaanya agar tidak salah
20
Adapun keterbatasan analisa rasio itu adalah :
1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat
digunakan untuk kepentingan pemakainya.
2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan
juga menjadi keterbatasan teknik ini seperti :
a. Banyak perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak
mengandung taksiran dan jugment yang dapat dinilai bias
atau subyektif.
b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio
adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar.
c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada
angka rasio.
d. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi
bisa diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda.
3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan
menimbulkan kesulitan menghitung rasio.
4. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron.
5. Jika dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar
akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karena jika dilakukan
perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.
2.2.4.4. Jenis Rasio
Jenis – jenis rasio yang sering digunakan dalam bisnis (Harahap,
1. Rasio Likuiditas.
Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk
menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini dapat dihitung
melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-posaktiva
lancardan hutang lancar.
2. Rasio Solvabilitas.
Rasio sovabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya
apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio ini dapat dihitungdari pos-pos
yang sifatnya jangka panjang seperti aktiva tetap dan hutang jangka
panjang.
3. Rasio Rentabilitas / Profitabilitas.
Rasio rentabilitas atau juga disebut profitabilitas ini menggambarkan
kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan,
dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah
karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Rasio yang
menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba disebut
juga operating rasio.
4. Rasio Leverage.
Rasio ini menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan
terhadap modal maupun asset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh
perusahaan dibiayai oleh hutang atau pihak luar dengan kemampuan
22
baik mestinya memiliki komposisi modal lebih besar dari hutang.
Rasio ini bisa juga diangggap bagian dari rasio solvabilitas.
5. Rasio Aktivitas.
Rasio ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam
menjalankan operasi baik dalam kegiatan penjualan, pembelian dan
kegitan lainnya.
6. Rasio Pertumbuhan.
Rasio ini menggambarkan persentasi pertumbuhan proses perusahaan
dari tahun ke tahun.
7. Market BasedRatio (Penelitian Pasar).
Rasio ini merupakan rasio yang lazim dan yang khusus dipergunkan
dipasar modal yang menggamabrkan situasi atau keadaan prestasi
perusahaan di pasar modal. Tidak berarti rasio lainnya tidak dipakai.
8. Rasio Produktivitas.
Jika perusahaan ingin dinilai dari segi produktivitas unit-unitnya maka
bisa dihitung rasio produktivitas. Rasio ini menunjukkan tingkat
produktivitas dari unit atau kegiatan yang dinilai.
2.2.5. Rasio Rentabilitas / Profitabilitas
Rasio Rentabilitas atau disebut juga Profitabilitas menggambarkan
kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan
sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan,
2.2.5.1.ROE (Return On Equity)
Return on equity mengukur tingkat pengembalian atas modal
sendiri pemegang saham. Rasio ini bermanfaat untuk menunjukkan
seberapa besar kemampuan perusahaan dalam mengelola modal sendiri
pada tingkat produktivitas perusahaan dalam menghasilkan laba dengan
menggunakan laba yang dimilikinya. Dengan menggunakan return on
equity, maka dapat dijelaskan bahwa profitabilitas dapat dicapai melalui
efisiensi operasi perusahaan dan efektifitas penggunaan modal sendiri
dalam menghasilkan laba bersih.
Return on equity dapat dihitung dengan rumus (Riyanto, 1995 : 335) :
ROE = x100%
Rasio ini menunjukkan beberapa persen diperoleh laba bersih bila
diukur dari modal pemilik. Semakin besar semakin bagus (Harahap,
2001:305).
2.2.5.2.EPS(Earning Per Share)
Earning Per Share adalah laba per lembar saham dari suatu
perusahaan dan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Harahap,
24
Rasio ini menunjukkan berapa besar kemampuan per lembar saham
menghasilkan laba. Menurut Skousen (1995:184) laba per saham
merupakan alat ukur yang berguna untuk membandingkan laba dari
berbagai satuan usaha yang berbeda dan untuk membandingkan laba
satu-satuan dari waktu ke waktu manakala terjadi perubahan dalam struktur
modal. Dengan berhasilnya perusahaan, laba bersih jelas akan meningkat.
Tetapi investor berkepentingan untuk mengetahui apakah laba bersih
bertumbuh sepadan dengan ukuran struktur modal perusahaan. Investor
menggunakan angka laba per saham untuk mengevaluasi hasil operasi
perusahaan guna mengambil keputusan investasi. (Skousen, 1995:184)
2.3. Kerangka Pikir
Dow theory disusun dari rangkaian artikel yang ditulis oleh
Charles Dow dalam ”The Wall Street Journal” antara tahun 1900 sampai
tahun 1902. Dow Theory adalah nenek moyang dari sebagian besar
alat-alat analisis teknis modern.
Dow theory mula-mula menitikberatkan pada penggunaan pasar
secara keseluruhan sebagai barometer untuk situasi perekonomian pada
umumnya. Jadi mula-mula tidak dimaksudkan untuk memprediksi harga
saham. Tetapi, perkembangan selanjutnya bergerak secara eksklusif untuk
fungsi ini. Dalam hal ini asumsi dari dow teori yaitu harga sekuritas adalah
harga paling efisien. Harga sekuritas mencerminkan segala sesuatu yang
diketahui tentang sekuritas tersebut. Sementara informasi baru datang
peserta pasar secara cepat menyebarkan informasi tersebut dan harga
harga paling efisien, maksudnya mencerminkan segala sesuatu yang
diketahui tentang sekuritas tersebut. Salim (2003: 122-127)
Dalam Teori Portofolio dan Analisis Investasi (Jogiyanto, 2000 :
364) Fama mendefinisikan pasar yang efisien adalah a security market is
efficient is security process fully reflect the information available (Suatu
pasar sekuritas dikatakan efisien jika harga-harga sekuritas mencerminkan
secara penuh informasi yang tersedia).
Definisi dari Fama ini menekankan pada dua aspek, yaitu fully
reflect dan information available. Pengertian dari fully reflect
menunjukkan bahwa harga dari sekuritas secara akurat mencerminkan
informasi yang ada. Pasar dikatakan efisien menurut versi Fama ini jika
dengan menggunakan informasi yang tersedia (information available),
investor-investor secara akurat dapat mengekspektasi harga dari sekuritas
yang bersangkutan.
2.3.1. Pengaruh Return On EquityTerhadap Harga Saham
Menurut Hanafi (2003:85), “Return on Equity adalah salah satu
rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba dengan berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini
merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham.
Dengan demikian investor ini lebih memperhatikan seberapa besar
kemampuan perusahaan dalam mengelola modal sendirinya untuk
menghasilkan laba bersih. Semakin besar hasil pengembalian atas modal
sendiri (ROE) maka semakin efisien dan efektif manajemen perusahaan.
26
modalnya sendiri dibandingkan perusahaan lain. Dengan demikian hal ini
akan mendorong investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan
tersebut sehingga akan meningkatkan permintaan saham yang pada
akhirnya dapat menaikkan harga saham. Demikian pula sebaliknya apabila
ROE rendah berarti perusahaan tidak menggunakan equitynya dengan
efisien dan efektif sehingga hal ini dapat mengurangi kepercayaan investor
terhadap nilai perusahaan dan kemudian berdampak pada turunnya harga
saham. Jadi ROE ini dijadikan sebagai indikator atas kinerja suatu
perusahaan mengingat para investor lebih cenderung memperhatikan
kemampuan perusahaan dalam mengelola modalnya.
Dari kacamata investor, dua aspek yang sering diteliti ialah tentang
tingkat keuntungan yang diharapkan sebagai sesuatu yang dikehendaki
sedangkan risiko sebagai sesuatu yang tidak dikehendaki, oleh karena itu
investor perlu melakukan analisis sebelum melakukan investasi. Disini,
peranan informasi laporan keuangan menjadi sangat penting karena dari
laporan keuangan tersebut dapat diketahui kondisi keuangan dan hasil
operasi perusahaan serta kinerja masa lalu dan masa mendatang. Laporan
keuangan tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan rasio keuangan
salah satunya rasio profitabilitas yaitu ROE.
2.3.2. Pengaruh Earning Per ShareTerhadap Harga Saham
Menurut Tuanakotta (1985:213) Earning Per Share adalah angka
yang paling sering dipergunakan dalam publikasi mengenai performance
perusahaan yang menjual sahamnya kepada umum. EPS sering dipandang
Salah satu sebab mengapa EPS sangat populer adalah karena adanya
anggapan bahwa EPS mengandung informasi yang penting untuk
melakukan prediksi mengenai besarnya dividend per share dikemudian
hari dan tingkat harga saham dikemudian hari. EPS juga dianggap relevant
dalam menilai efektivitas manajemen dan kebijaksanaan pembagian
deviden.
Menurut Sunariyah (2003:30) harga penyertaan modal dalam
pemilikan suatu perseroan terbatas (PT) atau yang biasa disebut emiten.
Perkembangan harga saham dapat ditunjukkan melalui naik-turunnya
harga-harga saham yang umumnya dicerminkan melalui earning per share
(EPS),Return dan price earning Ratio(PER). PER dapat diperoleh dari
perkembangan harga saham per periode tertentu dibagi dengan tingkat
earning, PER dapat dijadikan indikator untuk melihat perkembangan
harga saham relatif dibanding dengan tingkat laba perusahaan.
2.3.3. Diagram Kerangka Pikir
Return On Equity (X1)
Harga Saham (Y)
Regresi Linier Berganda Earning Per Share
28
2.4. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori yang ada dihubungkan dengan
permasalahan yang ada, maka hipotesis yang diajukan adalah :
”Diduga ada pengaruh positif ROE dan EPS terhadap harga saham pada
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Untuk memperjelas variabel ROE dan EPS yang berpengaruh
terhadap harga saham, maka definisi operasional dan pengukuran variabel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Variabel terikat (Y) adalah Harga Saham
Yaitu merupakan harga dari suatu saham yang terbentuk dari pasar
modal sebagai akibat dari permintaan penjual dan pembeli saham yang
dinyatakan dalam bentuk per lembar saham dan skala yang digunakan
adalah skala rasio. Harga saham yang digunakan dalam penelitian ini
adalah harga pasar saham pada akhir periode (closing price).
b. Variabel bebas (X) yang digunakan terdiri dari : 1. ROE (X1)
Mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia
bagi pemegang saham perusahaan. Rasio ini juga dipengaruhi oleh
besar kecilnya utang perusahaan, apabila proporsi utang makin besar
maka rasio ini juga akan makin besar. Skala pengukuran rasio
dengan satuan ukurannya adalah persen (%).
x100% sendiri
modal total
bersih laba
ROE
30
2. EPS (X2)
Earning Per Share adalah laba per lembar saham dari suatu
perusahaan, rasio ini menunjukkan berapa besar kemampuan per
lembar saham menghasilkan laba.
EPS =
3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek /
subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2003 : 55). Dalam penelitian ini populasi yang digunakan
sebagai obyek penelitian adalah perusahaan rokok yang go publik di Bursa
Efek Indonesia (BEI) tahun 2008 yang berjumlah 4 perusahaan.
3.2.2. Sampel Dan Teknik Penarikan Sampel
Teknik yang digunakan untuk menentukan sampel adalah
purposive sampling yaitu berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu.
Kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti adalah
1. Data laporan keuangan perusahaan tersedia berturut-turut selama 10
tahun untuk tahun pelaporan dari 1998 – 2007.
2. Perusahaan mempublikasi laporan keuangan auditan dengan
Perusahaan rokok yang memenuhi kriteria tersebut diatas antara lain :
1. PT. BAT Indonesia Tbk
2. PT. Gudang Garam Tbk
3. PT. HM Samporna Tbk
3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder yaitu data yang diambil untuk memperoleh bahan atau
keterangan data dengan cara mempelajari serta mencatat dari data
dokumen dan laporan keuangan dari masing–masing perusahaan.
3.3.2. Sumber Data
Dalam penelitian ini data sekunder tersebut berupa laporan
keuangan perusahaan rokok tahun 2000 – 2007 yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
3.3.3. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang pergunakan dalam penelitian ini
adalah teknik dokumentasi. Teknik pengumpulan data secara dokumentasi
adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen – dokumen
dengan cara mencari dan mengumpulkan data dengan mengambil data –
data yang sudah dipublikasikan oleh pemerintah, industri atau sumber –
sumber individual. Data ini diambil atau digunakan sebagian dari data
32
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data
mengikuti sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data
tersebut mengikuti sebaran normal atau tidak dapat dilakukan dengan
berbagai metode diantaranya metode Kolmogorov Smirnov (Sumarsono,
2002:40). Nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka distribusi
adalah tidak normal (simetris). Dan nilai signifikansi atau nilai probabilitas
> 0,05 maka distribusi adalah normal (simetris).
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi
normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi
data normal atau mendekati normal.
3.4.2. Uji Asumsi Klasik
Persamaan regresi tersebut harus bersifat BLUE (Best Linier
Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan uji F tidak boleh bias.
Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE maka harus dipenuhi tiga
asumsi dasar yang tidak boleh di langgar oleh regresi linier, yaitu :
1. Tidak boleh ada autokorelasi
2. Tidak boleh ada multikolinearitas
Apabila salah satu dari tiga asumsi dasar tersebut di langgar maka
persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE sehingga
pengambilan keputusan melalui uji t menjadi bias ( Gujarati, 1999 : 153 ).
1. Autokorelasi
Autokorelasi merupakan korelasi ( hubungan ) yang terjadi antara
anggota – anggota dari serangkaian pengamatan ( observasi ) yang
tersusun dalam rangkaian waktu atau rangkaian ruang. Adanya gejala
autokorelasi menggambarkan varians populasinya dan hasil regresi tidak
dapat digunakan untuk menaksir nilai variabel dependen pada nilai
variabel independen tertentu.
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu
model regresi linier ada korelasi antara korelasi pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya).Identifikasi
ada tidaknya gejala autokorelasi dapat dilihat dari table Watson dengan
jumlah variable bebas (k) dan jumlah data (n) sehingga dL dan dU dapat
diperoleh distribusi daerah keputusan ada atau tidaknya korelasi
(Gujarati, 1999:201).
2. Multikolinearitas
Multikolinearitas merupakan satu keadaan dimana satu atau lebih
variabel independent terdapat korelasi atau hubungan dengan variabel
34
Dari diagnosis atau dugaan adanya multikolinearitas tersebut
maka perlu adanya pembuktian atau identifikasi secara statistik ada
tidaknya gejala multikolinearitas yang dapat dilakukan dengan cara
menghitung Variance Inflaction Factor (VIF). VIF menyatakan tingkat
“pembengkakan” variance, apabila nilai VIF lebih besar dari 10, hal itu
berarti terdapat multikolinearitas pada persamaan. (Gujarati, 1999:200).
3. Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual atau pengamatan ke
pengamatan lainnya. Kebanyakan data cross section mengandung situasi
heteroskedastisitas, karena ini mengimpun data yang terwakili berbagai
ukuran (kecil, sedang, dan besar).
Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas adalah dengan cara menggunakan uji Rank Spearman
yaitu dengan membandingkan antara residual dengan seluruh variabel
bebas. Mendeteksi adanya heteroskedastisitas adalah sebagai berikut :
(Gujarati, 1999 : 177 )
a. Nilai probabilitas > 0,05 berarti bebas dari heteroskedastisitas
b. Nilai probabilitas < 0,05 berarti terkena heteroskedastisitas
3.4.3. Teknik Analisis
Teknik analisa yang digunakan adalah analisis regresi linier
dapat menerangkan ketergantungan satu variabel terikat (Y) dengan satu
atau lebih variabel bebas (X).
Sesuai dengan tujuan dan hipotesis yang diajukan peneliti, maka
kaitan antara variabel penelitian dapat digunakan kedalam model sebagai
berikut :
Y = β0 + β1 X1 + β2 X2 + ei
Keterangan :
Y : Harga Saham
X1 : Return On Equity (ROA)
X2 : Earning Per Share (EPS)
β : Konstanta
β1,β2, β3 : Koefisien Regresi
ei : Variabel Pengganggu
3.4.4. Uji Hipotesis
a. Uji Kecocokan Model
Uji kecocokan model ini dipakai sebagai ukuran ketepatan atau
kecocokan garis regresi yang ditetapkan terhadap suatu data hasil observasi,
semakin bergeser R2 maka makin tepat atau cocok suatu garis regresi,
sedangkan untuk pengaruh simultan digunakan uji F dengan prosedur
sebagai berikut :
1) H0 : bj = 0 (tidak terdapat pengaruh yang signifikan X1, X2, terhadap Y)
H1 : bj ≠ 0 (terdapat pengaruh yang signifikan X1, X2, terhadap Y )
36
2) Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05 dengan
derajat bebas [n-k], dimana n : jumlah pengamatan, dan k : jumlah
variabel.
3) Dengan F hitung sebesar :
R2 /(k – 1)
F hit = ………… (Gujarati, 1999 : 141)
(1 – R2)/(n – k)
Keterangan :
F hi t= F hasil perhitungan
R2 = koefisien regresi
k = jumlah variabel
n = jumlah sampel
4) Kriteria pengujian sebagai berikut :
a. Jika Fhitung
>
Ftabel maka Ho ditolak dan Hi diterima (berartisecara simultan variabel bebas berpengaruh terhadap variabel
terikat).
b. Jika Fhitung
<
Ftabel, maka Ho diterima dan Hi ditolak (berartisecara simultan variabel bebas tidak berpengaruh terhadap
variabel terikat).
b. Uji t
Digunakan untuk melihat pengaruh masing – masing variabel bebas
secara parsial terhadap variabel terikat dengan prosedur sebagai
berikut :
1. H0 : β1,β2, = 0 ( tidak ada pengaruh yang signifikan X1, X2, terhadap Y)
2. Tingkat signifikan = 10 % dengan derajat bebas = ( n-k ), dimana
n : jumlah data dan k : jumlah variabel bebas
βi 3. t hitung =
Se (βi)
Keterangan :
t hitung : t hasil perhitungan
βi : Koefisien regresi
Se(βi) : Standart error
4. Dalam kritis Ho melalui kurva distribusi t student dua sisi :
Ho diterima jika –t tabel t hitung t tabel
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian 4.1.1. Sejarah PT. BAT Indonesia Tbk
PT. BAT Indonesia Tbk. merupakan salah satu perusahaan rokok
terkemuka dan mempunyai jaringan internasional. Lucky Strike, Pall Mall,
Ardath, Dunhil merupakan Brand dari perusahaan ini. PT. BAT Indonesia
Tbk. merupakan konsumen perdana kami pada Januari 2005 dan hingga
saat ini BAT merupakan konsumen utama kami.
Kantor pusat Plaza Mandiri 25 tth Floor di Jalan Jenderal Gatot
Subroto Kav. 36 –38 Jakarta 12190. Perusahaan ini memiliki pabrik di
Jalan Pabean No. 1, Cirebon, Jawa barat. Dan memiliki bisnis Cigarettes
serta berstatus Perusahaan PMA.
4.1.2. Sejarah PT. Gudang Garam Tbk
Perseroan yang semula bernama PT Perusahaan Rokok Tjap
“Gudang Garam“ Kediri (PT Gudang Garam), didirikan dengan akte
Suroso, S.H., wakil notaris sementara di Kediri, tanggal 30 Juni 1971 No.
10. Sesuai dengan Pasal 3 Anggaran Dasarnya, Perseroan bergerak di
bidang industri rokok dan yang terkait dengan industri rokok. Perseroan
merupakan kelanjutan dari perusahaan perseorangan yang didirikan pada
tahun 1958. Pada tahun 1969 berubah status menjadi Firma dan pada tahun
1971 menjadi Perseroan Terbatas. Operasi komersial dimulai tahun 1958.
Perseroan berdomisili di Indonesia dengan kantor pusat di Jl.
Semampir II / 1, Kediri, Jawa Timur, kantor perwakilan Jakarta di Jl.
Jenderal A. Yani 79, dan kantor perwakilan Surabaya di Jl. Pengenal 7-15,
Surabaya, Jawa Timur. Dengan izin Menteri Keuangan No.
SI-126/SHM/KMK.10/1990 tanggal 17 Juli 1990. Perseroan telah melakukan
penawaran umum kepada masyarakat melalui pasar modal sejumlah
57.807.800 saham dengan nominal Rp. 1.000 (Rupiah penuh) per saham.
Dengan surat PT. Bursa Efek Surabaya No. 372/D-129/BES/VIII/90
tanggal 21 Agustus 1990 telah disetujui untuk dicatatkan di Bursa Efek
Surabaya sebanyak 96.204.400 saham Perseroan sejak 27 Agustus 1990.
4.1.3. Sejarah PT. HM Sampoerna Tbk
PT. HM. Sampoerna Tbk. didirikan pada tanggal 19 Oktober 1963
berdasarkan akta notaris anwar Mahajudin, S.H., No. 69. Sesuai dengan
Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan
meliputi, antara lain industri dan perdagangan rokok serta investasi saham
pada perusahaan-perusahaan lain. Perusahaan berkedudukan di Surabaya
dengan kantor pusat berlokasi di Jl. Rungkut Industri Raya No. 18
Surabaya serta memiliki pabrik yang berlokasi di Surabaya, Pandaan, dan
Malang. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1913 di
40
Pada tahun 1930 industri rumah tangga ini diresmikan dengan
dibentuknya NVBM handel Maatschapij Sampoerna. Pada tahun 1990,
Perusahaan melakukan penawaran umum sebanyak 27.000.000 saham
dengan nilai nominal sebesar Rp. 1.000 (Rupiah penuh) persaham melalui
Bursa Efek Jakarta dan Surabaya dengan harga penawaran sebesar Rp.
12.600 (Rupiah penuh) per saham.
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian
4.2.1. Deskripsi Tentang Return On Equity(ROE) (X1)
Berikut ini akan disajikan data hasil penelitian yang berkaitan
dengan return on equity (ROE) sejak tahun 2000 hingga tahun 2007
laporan keuangan perusahaan rokok yang go publik di Bursa Efek
Indonesia (BEI).
Tabel 4.1.
Return On Equity(ROE) (X1)
2000-2007 (dalam %) Tahun PT. BAT Indonesia
Tbk
Sumber: Laporan keuangan perusahaan rokok tahun 2000 – 2007 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Lampiran 1.1)
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai Return On Equity
(ROE) untuk ketiga perusahaan rokok yang go publik di Bursa Efek Indonesia
mengalami fluktuasi. Hal tersbeut tampak pada perusahaan PT. BAT Indonesia
Tbk tahun 2003 hingga tahun 2004, kemudian PT. Gudang Garam Tbk tahun
2005 hingga tahun 2007 dan PT. HM Sampoerna Tbk tahun 2000 hingga tahun
2002. hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam
mengelola modal sendiri pada tingkat produktivitas perusahaan dalam
menghasilkan laba dengan menggunakan laba yang dimilikinya masih belum
stabil yang akhirnya harus berulang-ulang dan aktif untuk meyakinkan investor
agar menanamkan modalnya pada perusahaan. Apabila kondisi demikian maka
keberhasil untuk dapat meyakikan investor dari satu periode ke periode juga
akan berbeda jumlahnya.
4.2.2. Deskripsi Tentang Earning Per Share (EPS) (X2)
Berikut ini akan disajikan data hasil penelitian yang berkaitan
dengan Earning Per Share (EPS) sejak tahun 2000 hingga tahun 2007
laporan keuangan perusahaan rokok yang go publik di Bursa Efek
Indonesia (BEI).
Tabel 4.2.
Earning Per Share (EPS) (X2)
2000-2007 (dalam satuan rupiah) Tahun PT. BAT Indonesia
Tbk
PT. Gudang Garam Tbk
PT. HM Sampoerna Tbk
2000 871.000.000 1.166.000.000 219.000.000
2001 1.718.000.000 1.085.000.000 212.000.000
2002 1.791.000.000 1.085.000.000 371.000.000
2003 748.000.000 956.000.000 313.000.000
2004 -309.000.000 930.000.000 454.000.000
2005 289.000.000 982.000.000 544.000.000
2006 -941.000.000 524.000.000 805.000.000
2007 -518.000.000 750.000.000 827.000.000
42
Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada tabel di atas
diketahui bahwa nilai Earning Per Share (EPS) untuk ketiga perusahaan
rokok yang go publik di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun
pengamatan yakni tahun 2000 hingga tahun 2007 mengalami fluktuasi
yakni untuk perusahaan PT. BAT Indonesia Tbk terjadi pada tahun 2003
hingga tahun 2005, PT. Gudang Garam Tbk terjadi pada tahun 2005
hingga tahun 2007 dan PT. HM Sampoerna Tbk terjadi pada tahun 2002
hingga tahun 2004. Perubahan yang berfluktuatif terhadap Earning Per
Share (EPS) tersebut terjadi karena dengan berhasilnya perusahaan, laba
bersih jelas akan meningkat. Tetapi investor berkepentingan untuk
mengetahui apakah laba bersih bertumbuh sepadan dengan ukuran struktur
modal perusahaan. Investor menggunakan angka laba per saham untuk
mengevaluasi hasil operasi perusahaan guna mengambil keputusan
investasi sehingga belum tentu pula invetor akan menanamkan modalnya
diperusahaan meskipun telah melakukan pembicaraan dengan perusahaan
tersebut.
4.2.3. Deskripsi Tentang Harga Saham (Y)
Berikut ini akan disajikan data hasil penelitian yang berkaitan
dengan Harga Saham sejak tahun 2000 hingga tahun 2007 laporan
Tabel 4.3. Harga Saham (Y)
2000-2007 (dalam satuan rupiah) Tahun PT. BAT Indonesia
Tbk
PT. Gudang Garam Tbk
PT. HM Sampoerna Tbk
2000 12.100.000.000 13.000.000.000 14.900.000.000
2001 6.300.000.000 8.650.000.000 3.200.000.000
2002 8.950.000.000 8.300.000.000 3.700.000.000
2003 8.100.000.000 13.600.000.000 4.475.000.000
2004 9.000.000.000 13.550.000.000 6.650.000.000
2005 7.500.000.000 11.650.000.000 8.900.000.000
2006 4.000.000.000 10.200.000.000 9.700.000.000
2007 4.600.000.000 8.500.000.000 14.300.000.000
Sumber: Laporan keuangan perusahaan rokok tahun 2000 – 2007 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Lampiran 1.2)
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai Earning Per Share
(EPS) untuk ketiga perusahaan rokok yang go publik di Bursa Efek
Indonesia (BEI) selama tahun pengamatan yakni tahun 2000 hingga tahun
2007 mengalami fluktuasi yakni pada PT. BAT Indonesia Tbk terjadi pada
tahun 2000 hingga tahun 2002, PT. Gudang Garam Tbk pada tahun 2001
hingga tahun 2003 dan PT. HM Sampoerna Tbk pada tahun 2000 hingga
tahun 2002, fluktuasi tersebut disebabkan karena pihak investor masih
mempertimbangkan investasi mereka di ketiga perusahaan tersebut, karena
memang investor berkepentingan untuk mengetahui ketiga nilai tersebut,
seperti harga pasar, harga nominal dan harga perdana sebagai informasi
penting dalam pengambilan keputusan investasi yang tepat. Dalam
membeli atau menjual saham, investor akan membandingkan nilai intristik
44
adalah nilai intrinsik dan nilai pasar saham selalu berubah pada setiap
periodenya sehingga nilai harga saham menjadi fluktuatif pula.
4.3. Deskripsi Hasil Pengujian 4.3.1. Hasil Pengujian Normalitas
Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah suatu data
mengikuti sebaran normal yang dapat dilakukan dengan berbagai metode
diantaranya adalah Kolmogorov Smirnov dan Shapiro Wilk.
Hasil pengujian normalitas yang dilakukan terhadap
variabel-variabel yang diteliti dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dan
Shapiro Wilk didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.4.
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
This is a lower bound of the true significance. *.
Lilliefors Significance Correction a.
Sumber : Lampiran 2
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai statistik
Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro Wilk yang diperoleh mempunyai taraf
signifikan yang lebih besar dari 0,05. Hal ini membuktikan bahwa semua
4.3.2. Pengujian Asumsi Klasik 4.3.2.1.Uji Autokorelasi
Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai “korelasi antara data
observasi yang diurutkan berdasarkan urut waktu (data time series) atau
data yang diambil pada waktu tertentu (data cross sectional)” (Gujarati,
1999:201). Jadi dalam model regresi linear diasumsikan tidak terdapat
gejala autokorelasi. Artinya nilai residual (Y observasi – Y prediksi) pada
waktu ke-t (et) tidak boleh ada hubungan dengan nilai residual periode
sebelumnya (et-1). Identifikasi ada atau tidaknya gejala auto korelasi data
dites dengan menghitung nilai Dulbin Watson (d tes) dengan persamaan :
d =
et-1 = residual pada waktu ke-t-1 (satu periode sebelumnya)
N = banyaknya data
Dalam penelitian ini, besarnya Durbin Watson setelah dianalisis
adalah 1,649 (lampiran 3). Untuk mengetahui adanya gejala autokorelasi
maka perlu dilihat tabel Durbin Watson dengan jumlah variabel bebas K =
46
1,545. (lampiran 5) Selanjutnya nilai tersebut diplotkan ke kurva Durbin
Watson dibawah ini :
Gambar 4.1.
Distribusi Daerah Keputusan Autokorelasi
Daera
Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa distribusi
daerah penentuan keputusan dimulai dari 0 (nol) sampai 4 (empat). Dan
dapat disimpulkan karena nilai dari analisis sebesar 1,649 berada pada
daerah keragu-raguan sehingga dapat diputuskan bahwa telah terbebas
dari penyimpangan autokorelasi.
4.3.2.2.Uji Multikolinieritas
Identifikasi secara statistik ada atau tidaknya gejala multikolinier
dapat dilakukan dengan menghitung Variance Inflation Factor (VIF). Dari
hasil pengujian terhadap gejala mulitikolinieritas diperoleh hasil sebagai