• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK KEJADIAN INDIAN OCEAN DIPOLE TERHADAP INTENSITAS UPWELLING DI PERAIRAN SELATAN JAWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAMPAK KEJADIAN INDIAN OCEAN DIPOLE TERHADAP INTENSITAS UPWELLING DI PERAIRAN SELATAN JAWA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK KEJADIAN INDIAN OCEAN DIPOLE TERHADAP INTENSITAS UPWELLING DI PERAIRAN SELATAN JAWA

(Impacts of Indian Ocean Dipole on Upwelling Intensity in the Southern Waters of Java) Martono

Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer LAPAN Jl. Dr. Djudjunan 133 Bandung, Indonesia

E-mail: mar_lapan@yahoo.com

ABSTRAK

Indian Ocean Dipole

mempunyai peranan penting terhadap dinamika laut dan atmosfer. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dampak

Indian Ocean Dipole

terhadap intensitas

upwelling

di perairan selatan Jawa. Data yang digunakan terdiri dari suhu permukaan laut bulanan dari 1986-2015 dan konsentrasi klorofil-a bulanan dari 1998-2014. Data suhu permukaan laut diperoleh dari

Physical Oceanography Distributed Active Archive Center NASA

dan data klorofil-a diperoleh dari

Oceanwatch NOAA

. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis anomali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas

upwelling

di perairan selatan Jawa dipengaruhi oleh kejadian

Indian Ocean Dipole

. Selama

Indian Ocean Dipole

fase positif, suhu permukaan laut di perairan selatan Jawa lebih dingin dan konsentrasi klorofil-a lebih besar daripada kondisi normal. Sebaliknya selama

Indian Ocean Dipole

fase negatif, suhu permukaan laut di perairan selatan Jawa lebih hangat dan konsentrasi klorofil-a lebih kecil daripada kondisi normal. Oleh karena itu,

Indian Ocean Dipole

fase positif akan meningkatkan intensitas

upwelling

di perairan selatan Jawa, tetapi sebaliknya

Indian Ocean Dipole

fase negatif akan menurunkan intensitas

upwelling

.

Kata kunci: dampak, Indian Ocean Dipole, intensitas, upwelling

ABSTRACT

Indian Ocean Dipole plays an important role in the dynamics of the ocean and the atmosphere. This research was conducted to understand the impacts of Indian Ocean Dipole on the intensity of upwelling in the southern waters of Java. The data used consisted of monthly sea surface temperature from 1986-2015 and concentration of chlorophyll-a from 1998 to 2014. Sea surface temperature data obtained from Physical Oceanography Distributed Active Archive Center NASA and chlorophyll-a data obtained from the NOAA Oceanwatch. The method used in this research is the analysis of anomaly. The results showed that the intensity of upwelling in the southern waters of Java affected by the Indian Ocean Dipole event. During a positive phase Indian Ocean Dipole, sea surface temperature in the southern waters of Java is colder and concentration of chlorophyll-a is greater than normal conditions. Vice versa, during a negative phase Indian Ocean Dipole, sea surface temperature in the southern waters of Java is warmer and concentration of chlorophyll -a is smaller than normal conditions. Therefore, a positive phase Indian Ocean Dipole will increase the intensity of upwelling in the southern waters of Java, but vice versa a negative phase Indian Ocean Dipole will reduce the intensity of upwelling.

Keywords: impacts, Indian Ocean Dipole, intensity, upwelling

PENDAHULUAN

Upwelling adalah proses penaikan massa air dari kedalaman sekitar 100-300 meter ke lapisan permukaan (Bowden, 1983). Upwelling adalah proses penaikan massa air dari lapisan bawah ke permukaan. Massa air yang naik ini mempunyai suhu yang dingin, salinitas tinggi dan kaya akan kandungan zat-zat hara (Nontji, 1987). Oleh karena itu, proses upwelling akan meningkatkan kesuburan lingkungan perairan (Hendiarti, 2008; Surinati, 2009). Selain itu, perubahan suhu permukaan laut akibat upwelling akan mempengaruhi sirkulasi udara di atasnya (Ningsih, 2003).

Wilayah perairan selatan Jawa dikenal sebagai salah satu lokasi upwelling di perairan Indonesia (Wyrtki, 1962; Qu et al ., 2005). Penelitian tentang upwelling di perairan selatan Jawa sudah banyak dilakukan antara lain oleh Susanto dkk. (2001), Kunarso dkk. (2011) dan Yoga dkk.

(2014).

Sampai saat ini dampak kejadian Indian Ocean Dipole terhadap intensitas upwelling di

perairan selatan Jawa belum banyak terungkap. Hal ini disebabkan kejadian Indian Ocean Dipole

(2)

hampir selalu dikaitkan dengan bencana kekeringan maupun banjir di sebagian wilayah Indonesia.

Indian Ocean Dipole merupakan mode iklim antar tahunan yang terjadi di Samudera Hindia tropis akibat interaksi antara laut dan atmosfer (Saji et al ., 1999). Indian Ocean Dipole dikarakteristikkan oleh polarisasi berlawanan anomali suhu permukaan laut antara bagian barat dan bagian timur Samudera Hindia tropis. Seperti halnya fenomena El Niño dan La Niña yang terjadi di Samudera Pasifik tropis, Indian Ocean Dipole mempunyai dua fase yaitu fase positif dan fase negatif. Indian Ocean Dipole pada tahun 1997 menyebabkan bencana hujan lebat di Afrika bagian timur dan kekeringan di Indonesia (Saji et al ., 1999; Li et al ., 2003).

Mengingat besarnya pengaruh Indian Ocean Dipole terhadap kondisi atmosfer di sekitar perairan Samudera Hindia, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak Indian Ocean Dipole terhadap intensitas upwelling di perairan selatan Jawa.

METODE

Lokasi penelitian adalah perairan selatan Jawa yang meliputi antara 8

O

LS – 11

O

LS dan 106

O

BT – 114

O

BT seperti diperlihatkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Lokasi Penelitian.

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari suhu permukaan laut bulanan dari 1986- 2015 dan konsentrasi klorofil-a bulanan dari 1998-2015. Data SPL diperoleh dari dari Physical Oceanography Distributed Active Archive Center NASA dengan alamat website http://podaac.jpl.nasa.gov/. Data klorofil-a diperoleh dari Oceanwatch NOAA dengan alamat website http://oceanwatch.pifsc.noaa.gov/las/servlets/dataset. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis anomali. Intensitas upwelling ditentukan berdasarkan nilai anomali suhu permukaan laut dan konsentrasi klorofil-a selama kejadian Indian Ocean Dipole . Semakin tinggi anomalinya, maka intensitas upwelling dikatakan kuat dan sebaliknya. Nilai anomali suhu permukaan laut dan konsentrasi klorofil-a dihitung dengan persamaan di bawah:

... (1) ... (2) dimana:

adalah nilai anomali,

adalah nilai parameter ke-i dan adalah rata-rata klimatologi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pola anomali suhu permukaan laut pada musim timur dan musim peralihan kedua diperairan

selatan Jawa selama terjadi Indian Ocean Dipole fase positif tahun 1994, 1997, 2006 dan 2008

(3)

disajikan pada Gambar 2. Gambar 2 menunjukkan bahwa selama kejadian Indian Ocean Dipole fase positif, suhu permukaan laut di perairan selatan Jawa mengalami penurunan yang ditandai dengan nilai anomali suhu permukaan laut negatif. Penurunan suhu permukaan laut pada masing- masing kejadian berbeda-beda. Penurunan suhu permukaan laut tertinggi terjadi pada musim timur tahun 1994, sedangkan penurunan suhu permukaan laut terendah terjadi pada musim peralihan kedua tahun 2008. Pola anomali suhu permukaan laut pada musim timur dan musim peralihan kedua diperairan selatan Jawa selama terjadi Indian Ocean Dipole fase negatif tahun 1996 dan 1998 disajikan pada Gambar 3. Gambar 3 menunjukkan selama kejadian Indian Ocean Dipole fase negatif terjadi kenaikan suhu permukaan laut yang ditandai dengan nilai anomali suhu permukaan laut positif. Kenaikan suhu permukaan laut tertinggi terjadi pada musim timur tahun 1998 dan kenaikan terendah terjadi pada musim timur tahun 1996.

Gambar 2. Anomali Suhu Permukaan Laut pada Musim Timur dan Musim Peralihan Kedua Saat Kejadian

Indian Ocean Dipole

Fase Positif.

Gambar 3. Anomali Suhu Permukaan Laut pada Musim Timur dan Musim Peralihan Kedua Saat Kejadian

Indian Ocean Dipole

Fase Negatif.

(4)

Variasi anomali suhu permukaan laut musim timur di perairan selatan Jawa pada kejadian Indian Ocean Dipole fase positif dan fase negatif disajikan pada Gambar 4. Gambar 4 memperlihatkan bahwa dampak kejadian Indian Ocean Dipole terhadap variasi anomali suhu permukaan laut di perairan selatan Jawa berbeda-beda. Secara umum, kejadian Indian Ocean Dipole fase positif menyebabkan anomali suhu permukaan laut negatif, tetapi sebaliknya Indian Ocean Dipole fase negatif menyebabkan anomali SPL positif. Penurunan suhu permukaan laut tertinggi terjadi pada musim timur tahun 1994 yang mencapai sekitar -1,8

O

C, sedangkan kenaikan suhu permukaan laut tertinggi terjadi pada musim timur tahun 1998 yang mencapai sekitar 1,9

O

C.

Gambar 5 memperlihatkan variasi anomali suhu permukaan laut musim peralihan kedua di perairan selatan Jawa pada kejadian Indian Ocean Dipole fase positif dan fase negatif. Penurunan suhu permukaan laut tertinggi terjadi pada musim peralihan kedua tahun 1997 yang mencapai sekitar -0,8

O

C, sedangkan kenaikan suhu permukaan laut tertinggi terjadi pada musim peralihan kedua tahun 1998 yang mencapai 0,9

O

C.

Gambar 4. Anomali Suhu Permukaan Laut pada Musim Timur Saat Kejadian

Indian Ocean Dipole.

Gambar 5. Anomali Suhu Permukaan Laut pada Musim Peralihan Kedua Saat Kejadian

Indian Ocean Dipole.

Variasi anomali konsentrasi klorofil-a di perairan selatan Jawa selama kejadian Indian Ocean Dipole fase positif pada tahun 2006 dan 2008, serta Indian Ocean Dipole fase negatif pada tahun 1998 disajikan pada Gambar 6. Gambar 6 menunjukkan bahwa konsentrasi klorofil-a di perairan selatan Jawa pada saat kejadian Indian Ocean Dipole fase positif mengalami kenaikan dan sebaliknya mengalami penurunan ketika terjadi Indian Ocean Dipole fase negatif. Kenaikan dan penurunan konsentrasi klorofil-a pada masing-masing kejadian Indian Ocean Dipole berbeda-beda.

Kenaikan konsentrasi klorofil-a tertinggi terjadi pada musim peralihan kedua tahun 2006 yang

mencapai 1,10 mg/m

3

, sedangkan penurunan tertinggi terjadi pada musim peralihan kedua tahun

2008 yang mencapai -0,30 mg/m

3

.

(5)

Gambar 6. Anomali Konsentrasi Klorofil-A pada Musim Timur dan Musim Peralihan Kedua Saat Kejadian

Indian Ocean Dipole

.

Berdasarkan anomali suhu permukaan laut dan konsentrasi klorofil-a di perairan selatan Jawa diketahui bahwa Indian Ocean Dipole fase positif menyebabkan terjadinya penurunan suhu permukaan laut dan kenaikan konsentrasi klorofil-a dan sebaliknya Indian Ocean Dipole fase negatif menyebabkan terjadinya kenaikan suhu permukaan laut dan penurunan konsentrasi klorofil-a. Oleh karena itu, kejadian Indian Ocean Dipole di Samudera Hindia tropis memberi dampak yang besar terhadap intensitas upwelling di perairan selatan Jawa. Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa intensitas upwelling meningkat ketika terjadi Indian Ocean Dipole fase positif dan sebaliknya intensitas upwelling melemah ketika terjadi Indian Ocean Dipole fase negatif.

Peningkatan dan pelemahan intensitas upwelling di perairan selatan Jawa selama terjadi Indian Ocean Dipole berhubungan erat dengan perubahan intensitas angin permukaan di atas perairan selatan Jawa. Hal ini disebabkan karena mekanisme upwelling di perairan ini akibat stres angin permukaan di atasnya. Pada musim timur hingga musim peralihan, kedua angin permukaan di atas perairan selatan Jawa bergerak ke barat seperti disajikan pada Gambar 7. Stres angin permukaan akan mendorong massa air permukaan laut juga ikut bergerak ke barat. Semakin dalam, pengaruh stres angin semakin melemah. Karena pengaruh gaya corioilis, gerakan massa air hingga kedalaman tertentu akan membentuk spiral Ekman. Transpor volum massa air dalam spiral Ekman akan membentuk sudut 90

ke kiri terhadap arah angin sehingga massa air permukaan di sekitar pantai akan bergerak ke selatan menuju perairan lepas pantai seperti disajikan dalam Gambar 8. Kondisi ini menyebabkan tinggi muka laut di wilayah pantai lebih rendah daripada perairan lepas pantai. Dalam rangka mengimbangi perbedaan tinggi muka air, maka massa air dari lapisan bawah pantai naik ke permukaan pantai sehingga terjadi upwelling .

Gambar 7. Pola Angin Permukaan Musim Timur (Kiri) dan Musim Peralihan Kedua (Kanan).

(6)

Sumber: https://cmast.ncsu.edu

Gambar 8. Mekanisme

Upwelling

di Perairan Selatan Jawa

.

Anomali intensitas angin permukaan di atas perairan selatan Jawa selama terjadi Indian Ocean Dipole tahun 1994, 1996, 1997, 1998, 2006 dan 2008 disajikan pada Gambar 9 pada saat musim timur dan Gambar 10 pada saat musim peralihan kedua. Secara umum Gambar 9 dan Gambar 10 memperlihatkan bahwa intensitas angin permukaan di atas perairan selatan Jawa selama Indian Ocean Dipole fase positif mengalami penguatan, tetapi sebaliknya intensitas angin permukaan mengalami pelemahan selama Indian Ocean Dipole fase negatif. Penguatan dan pelemahan intensitas angin permukaan ini menyebabkan perubahan intensitas upwelling selama kejadian Indian Ocean Dipole . Penguatan intensitas angin permukaan akan menyebabkan stres angin permukaan semakin kuat sehingga massa air permukaan laut yang terdorong ke barat semakin besar. Kondisi ini akan mengakibatkan kedalaman lapisan termoklin semakin dangkal sehingga massa air yang naik ke permukaan laut berasal dari lapisan yang lebih dalam. Mekanisme ini yang menyebabkan intensitas upwelling semakin kuat pada saat terjadi Indian Ocean Dipole fase positif. Mekanisme sebaliknya yang mengakibatkan intensitas upwelling semakin lemah pada saat terjadi Indian Ocean Dipole fase negatif.

Gambar 9. Anomali Intensitas Angin Permukaan Musim Timur Selama Terjadi

Indian Ocean Dipole

Tahun

(7)

Gambar 10. Anomali Intensitas Angin Permukaan Musim Peralihan Kedua Selama Terjadi

Indian Ocean Dipole

Tahun 1994, 1996, 1997, 1998, 2006 dan 2008.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dapat disimpulkan bahwa kejadian Indian Ocean Dipole mempengaruhi intensitas upwelling di perairan selatan Jawa yang dicirikan oleh perubahan suhu permukaan laut dan konsentrasi klorofil-a. Pada saat Indian Ocean Dipole fase positif terjadi penurunan suhu permukaan laut dan peningkatan konsentrasi klorofil-a di perairan selatan Jawa, tetapi sebaliknya terjadi peningkatan suhu permukaan laut dan penurunan konsentrasi klorofil-a pada saat Indian Ocean Dipole fase negatif. Kenaikan suhu permukaan laut tertinggi terjadi pada tahun 1998 dan penurunan terendah pada tahun 1994. Sementara itu, kenaikan konsentrasi klorofil-a tertinggi pada tahun 2006 dan penurunan terendah pada tahun 1998. Oleh karena itu, intensitas upwelling akan menguat ketika Indian Ocean Dipole fase positif dan intensitas upwelling akan melemah ketika Indian Ocean Dipole fase negatif. Penguatan dan pelemahan intensitas upwelling di perairan selatan Jawa selama terjadi Indian Ocean Dipole berkaitan erat dengan penguatan dan pelemahan intensitas angin permukaan di atasnya. Intensitas angin permukaan di atas perairan selatan Jawa semakin kuat pada saat Indian Ocean Dipole fase positif dan semakin melemah ketika Indian Ocean Dipole fase negatif.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Dr. Lilik Slamet Supriatin yang telah banyak memberikan saran dan masukan serta kepada Physical Oceanography Distributed Active Center - National Aeronautics and Space Administration (PODAAC NASA) dan Oceanwatch NOAA yang telah memberikan akses data sehingga penelitian ini dapat terlaksana.

DAFTAR PUSTAKA

Bowden, K.F. (1983).

Physical Oceanography of Coastal Waters

. West Sussex: Ellis Horwood Limited, Publishers Chichester.

Hendiarti, N. (2008).

Hubungan antara Keberadaan Ikan Pelagis dengan Fenomena Oseanografi dan Perubahan Iklim Musiman Berdasarkan Analisis Data Penginderaan Jauh. Majalah Ilmiah Globë

, 10(1), 19–25.

Kunarso., Hadi,S., Ningsih,N.S., & Baskoro, M.S. (2011).

Variabilitas Suhu dan Klorofil-a di Daerah Upwelling pada Variasi Kejadian ENSO dan IOD di Perairan Selatan Jawa sampai Timor.Ilmu Kelautan

, 16(3), 171- 180.

Li, T., Wang, B.,. Chang,C.P., Zhang, Y. (2003).

A Theory for the Indian Ocean Dipole–Zonal Mode. Journal Of The Atmospheric Sciences

, 60, 2119-2135.

Ningsih, N.S. (2003).

Peranan Iklim pada Studi-studi Kelautan

.

Prosiding Seminar dan Lokakarya Aspek

Klimatologi dan Lingkungan serta Pemanfaatannya

, Bandung 29-30 Januari 2003.

(8)

Qu,T., DuY., StrachanJ., MeyersG., & Slingo, J. (2005).

Sea Surface Temperature And Its Variability In The Indonesian Region

.

Oceanography

, 18(4),50-61.

Saji, N.H., Goswami, B.N., Vinayachandran, P.N., & Yamagata, T. (1999).

A dipolemode in the tropical Indian Ocean. Nature

, 401, 360-363.

Surinati, D. (2009).

Upwelling dan Efeknya terhadap Perairan Laut. Oseana,

XXXIV(4), 35-42.

Susanto,D., GordonA.L., &Zheng, Q. (2001). Upwelling

along the coast of Java-Sumatra and Its Relation to ENSO.Geophysical Research Letter

, 28(8),1599-1602.

Wyrtki, K. (1962).

The Upwelling in the Region between Java and Australia during the Southeast Monsoon

.

Aust. J. Mar. Freshw. Res,

13(3),217-225.

Yoga,R.B.B., Setyono,H., & Harsono,G. (2014).

Dinamika Upwelling dan Downwelling Berdasarkan

Variabilitas Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-A di Perairan Selatan Jawa

.

Jurnal Oseanografi

, 3(1), 57-66.

Gambar

Gambar 1. Lokasi Penelitian.
Gambar  2.  Anomali  Suhu Permukaan Laut  pada Musim Timur  dan Musim Peralihan  Kedua Saat Kejadian  Indian Ocean Dipole  Fase Positif
Gambar 4. Anomali Suhu Permukaan Laut pada Musim Timur Saat Kejadian  Indian Ocean Dipole
Gambar  6.  Anomali  Konsentrasi  Klorofil-A  pada  Musim  Timur  dan  Musim  Peralihan  Kedua  Saat  Kejadian  Indian Ocean Dipole
+3

Referensi

Dokumen terkait

tenggorokan sejak 1 bulan yang lalu, sebelum keluar nanah pasien makan es dan tenggorokannya menjadi tidak enak dan malamnya pasien demam. Demam ini terus menerus selama 2 minggu

Dengan menelaah pola penyajian dan kebahasaan teks iklan, slogan atau poster (yang membuat bangga dan memotivasi) dari berbagai sumber yang dibaca dan didengar. Tujuan

penelitian ini menunjukkan bahwa fungsi pendamping desa telah efektif dalam pembangunan desa di Desa Tunggul Bulin Kecamatan Tabir Ilir Kabupaten Merangin, fungsi yang

Dari sekian banyak pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan anak zina (anak luar nikah atau anak luar kawin) dalam pembahasan ini adalah anak

Masyarakat yang merupakan investor pemula tentunya akan bingung dengan prosedur investasi di pasar modal sehingga hal ini bisa saja membuat investor untuk

Produk yang akan dihasilkan dalam penelitian ini adalah sebuah perangkat lunak bantu template atau kerangka pembuatan buku digital.. Template yang dihasilkan

(6) Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa yang telah disetujui bersama sebelum ditetapkan oleh Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3), paling lambat 3

Berdasarkan model Laboratorium Virtual yang dibuat dalam penelitian ini, dengan dilakukan secara online mahasiswa bisa melakukan download materi, tutorial, maupun upload hasil