• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Demi terwujudnya kewajiban Negara dalam menyejahterakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Demi terwujudnya kewajiban Negara dalam menyejahterakan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berlandaskan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Oleh karena itu Negara Indonesia berkewajiban memberikan rakyatnya keadilan, ketertiban, keamanan beserta kesejahteraan. Demi terwujudnya kewajiban Negara dalam menyejahterakan rakyat perlu dilakukan pembangunan negara. Pembangunan yang berkaitan erat dengan kesejahteraan rakyat ialah pembangunan dibidang ekonomi yang tetap berlandaskan hukum, maksudnya ialah agar pembangunan itu kokoh pada tujuan awalnya untuk menyejahterakan rakyat, meskipun terdapat beberapa kendala dalam proses pembangunan tersebut.

Berkembangnya pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, terutama dalam hal industri yang menghasilkan berbagai produk yang sejenis ataupun berbeda. Maka sangat penting memberikan perlindungan demi melindungi produk serta si penggagas dan pembuat produk tersebut tersebut agar tidak menimbulkan suatu permasalahan atau sengketa. Pelaksanaan perlindungan semakin terabaikan dalam era-ekonomi global, terutama karena kemajuan media teknologi informasi dan telekomunikasi. Hal ini tentu seperti mengabaikan hak pencipta atau pendesain. Karena makna dari pengakuan dan penghargaan bagi pencipta atau pendesain ialah apresiasi yang membentuk etika dan budaya hukum dalam lingkungan kehidupan masyarakat.

(2)

Secara sederhana, karena makin maraknya tindakan yang tidak sesuai dengan pengakuan dan penghargaan bagi pencipta dan pendesain diperlukannya suatu perlindungan yang tegas, perlindungan sangat diperlukan kembali lagi untuk menjaga tatanan pembangunan dan perekonomian pada khususnya dan kehidupan bermoral pada umumnya.

Dalam hal ini Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual sangat berkaitan dengan perlindungan yang dimaksud. Hak Atas Kekayaan Intelektual (disingkat HKI secara resmi dengan dikeluarkannya surat Keputusan Menteri Hukum dan Perundang-Undangan Republik Indonesia) merupakan aturan yang dibentuk untuk melindungi para pelaku usaha ataupun pelaku jasa agar tidak mengalami tindakan curang dari pelaku usaha atau pelaku jasa lain, seperti tindak pemalsuan, penggandaan, dan yang paling sering terjadi ialah pembajakan. HKI merupakan kekayaan tidak berwujud yang dapat dialihkan, dilisensikan, dihibahkan, dan diwasiatkan kepada pihak yang dianggap berhak.1 Menurut Budi Santoso, HKI pada dasarnya merupakan suatu hak yang timbul sebagai hasil kemampuan intelektual manusia dalam berbagai bidang yang menghasilkan suatu proses atau produk bermanfaat bagi umat manusia.2

Pengaturan dan penegakan hukum yang baik dan tegas dalam bidang HKI akan lebih meningkatkan perkembangan perekonomian dan pembangunan Negara Indonesia. Sebagai bentuk Negara Indonesia turut melakukan perlindungan dan

1 Insan Budi Maulana, 2000, Kewenangan Polisi, PPNS Dan Jaksa Dalam U.U. Desain Industri, Rahasia Dagang dan Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, Makalah Seminar, h.1

2 Budi Santoso, 2008, Pengantar Hak Kekayaan Intelektual, Pustaka Magister, Semarang, h.3

(3)

penegakan hukum terhadap bidang HKI, Indonesia bergabung dalam perjanjian perdagangan dunia ( WTO ) yang dimana terdapat perjanjian yang berkaitan dengan bidang HKI yakni TRIPS Agreement.3 Perlindungan dan penegakan hukum terhadap bidang HKI mengalami perkembangan yang sangat pesat baik di dalam negeri ataupun di lingkup internasional hingga saat ini.

Bergabungnya Indonesia dalam perjanjian TRIPS Agreement ini sebagai langkah awal bahwa Negara Indonesia memiliki keinginan untuk membentuk hukum yang tegas dan dapat ditegakkan dalam bidang HKI di Indonesia. Indonesia dari waktu kewaktu akan semakin memahami bahwa HKI tidak dapat diabaikan perlindungan serta pengembangannya.

Pada zaman Pemerintahan Hindia Belanda sebagai awal perkembangannya, Hukum HKI tidak menjadi suatu pokok pembahasan dan perhatian di masyarakat, hal ini yang menyebabkan sering terjadinya pelanggaran atas Hukum HKI. Hal ini dapat terjadi dikarenakan sistem Hukum HKI ini tidak berasal dari budaya Indonesia sendiri, melainkan dari negara barat. Dan Hukum HKI ini bersifat hak pribadi (hak individu). Hal ini juga dapat terjadi karena dari pihak Pemerintah belum melakukan sosialisasi kepada masyarakat, apalagi saat awal mula perkembangan Hukum HKI belum ada sarana tekhnologi yang memadai dan sangat mudah untuk mengakses dan mendapatkan informasi seperti masa ini.

HKI tidaklah diatur dalam satu peraturan saja, akan tetapi diatur dalam undang-undang yang berbeda tiap bidangnya. Seperti pada awal perkembangannya,

3Insan Budi Maulana, Loc.cit

(4)

Hukum HKI di Indonesia sebagaimana diberlakukan di Belanda, karena Indonesia pada saat itu dibawah jajahan Belanda hanya mengatur tiga bidang HKI dengan dasar aturan hukumnya masing-masing, yakni Hak Cipta diatur dalam Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1997, Paten diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 tahun 1997, dan Merek diatur dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 1997.4 Dan setelah Indonesia tegabung dalam WTO serta mengikuti TRIPS Agreement maka Indonesia menyesuaikan dengan ketentuan-ketentuan dalam perjanjian tersebut, seperti adanya penambahan bidang-bidang HKI yang diatur didalan dasar hukum yang juga berbeda tiap bidang, yakni Hak Cipta, Merek, Desain Industri, Paten, Rahasia Dagang, dan Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.

Sengketa yang sering diperbincangkan ialah mengenai pelanggaran Hak Cipta, akan tetapi terdapat pelanggaran HKI dibidang lain yang terjadi dimasyarakat, yakni seperti pelanggaran atas Desain Industri. Pelanggaran terhadap Desain Industri biasaya terjadi dalam hal karya seni seorang pendesain. Seperti contohnya desain dari tas yang diproduksi secara masal, mendapatkan perlindungan hukum di bidang Desain Industri oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 tahun 2000 tentang Desain Industri, akan tetapi pada kenyataannya banyak yang melakukan tindakan pelanggaran atas Hak Desain Industri tersebut, yakni berupa pembuatan tas dengan desain yang sama tanpa adanya persetujuan dari pemegang Hak Desain Industri yang dalam hal ini dapat dikatakan sebagai penjiplakan.

Berbagai alasan disampaikan oleh pihak yang melakukan penjiplakan tersebut.

4 Adrian Sutedi, 2013, Hak Atas Kekayaan Intelektual, edisi Pertama, cetakan kedua, Sinar Grafika, Jakarta, h.1

(5)

Tindakan pelanggaran penjiplakan atas Desain Industri dengan alasan apapun tetap saja sangat merugikan pelaku ekonomi dan tentunya juga merugikan Pendesain yang secara sah memiliki hak Desain Industri tersebut, dan akan menimbulkan sengketa antara pendesain dengan dengan sipenjiplak. Jika hukum tidak ditegakkan dan apabila terdapat sengketa seperti sebelumnya disebutkan tidak diselesaikan dengan segera maka pembangunan negara beserta tujuan menyejahterakan rakyat tidak akan terwujud. Malah akan menimbulkan masalah sosial baru berupa rusaknya moral bangsa untuk menghargai dan menghormati hak milik orang lain.

Oleh karena itu dengan bertitik tolak dari latar belakang yang sebelumnya diuraikan, maka kemudian di angkat permasalahan tersebut dalam skripsi yang berjudul “PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENDESAIN SEBAGAI PEMEGANG HAK DESAIN INDUSTRI ( STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 301 K/Pdt.Sus-HKI/2015 )”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan atas latar belakang yang penulis uraikan, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1.2.1 Apakah Putusan Mahkamah Agung No.301 K/Pdt.Sus-HKI/2015 menunjukan adanya bentuk pelaksanaan perlindungan bagi Pendesain atas desain industrinya ?

(6)

1.2.2 Bagaimanakah tanggung jawab Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual sebagai pihak yang berwenang mengeluarkan Sertifikat Desain Industri apabila terjadi sengketa ?

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Dalam penelitian perlu adanya penegasan serta pembatasan ruang lingkup masalah, hal ini bertujuan agar tidak terjadi penyimpangan terhadap pokok permasalahan , maka terdapat batasan-batasan tentang ruang lingkup dari masalah yang dibahas. Berikut merupakan ruang lingkup yang akan dibahas :

Dalam rumusan masalah pertama mengenai Putusan Mahkamah Agung No.301 K/Pdt.Sus-HKI/2015 menunjukan atau tidak bentuk pelaksanaan perlindungan bagi pendesain atas desain industrinya, maka pembahasannya berkaitan dengan hasil dari putusan Mahkamah Agung tersebut kepada para pihak yang bersengketa terutama dalam menunjukkan terlaksananya perlindungan kepada pendesaian atas hak desain industri.

Dan permasalahan kedua yakni tanggung jawab Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual sebagai pihak yang berwenang mengeluarkan Sertifikat Desain Industri kepada Pendesain ketika terjadi sengketa. Pembahasan dibatasi pada tanggung jawab dari Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual apabila terjadi sengketa mengenai Desain Industri.

1.4 Orisinalitas

(7)

Penulisan sejenis mengenai Desain Industri memang telah ada yang membahas, akan tetapi jika secara mengkhusus mengenai pelaksanaan perlindungan Pendesain berdasarkan studi kasusbelum ada yang meneleti dan membahas. Adapun pokok bahasan Skripsi ini yakni berjudul “Pelaksanaan Perlindungan Hukum Bagi Pendesain Sebagai Pemegang Hak Desain Industri (Studi Kasus PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 301 K/Pdt.Sus- HKI/2015)”tidak sama dengan pokok bahasan dari Skripsi penulis lainnya. Berikut Skripsi penulis lain dengan indikator pembeda untuk membedakannya:

NAMA JUDUL RUMUSAN MASALAH

Widya Prita Y.

(Fakultas Hukum Universitas

Pembangunan Nasional Veteran)

“Perlindungan Hukum Bagi Perusahaan Sebagai Pemegang Hak Desain Industri”. 5 (Skripsi tahun 2013)

a. Bagaimana

perlindungan hukum bagi PT.X akibat penerbitan Sertifikat Desain Industri yang dimiliki oleh Mantan Komisaris Perusahaan Itu?.

Skripsi milik Agitya Kresna Adiyan

(Universitas Brawijaya)

“Penerapan Prinsip Kebaruan

( Novelty ) Dalam Perlindungan Desain Industri Di Indonesia”. 6

a. Bagaimana penerapan prinsip kebaruan (novelty) dalam perlindungan Desain Industri di Indonesia berdasarkan Undang- Undang Nomor 31

5eprints.upnjatim.ac.iddiakses pada 27 November 2015

6Karyatulishukum.wordpress.com diakses pada 27 November 2015

(8)

(Skripsi tahun 2013) Tahun 2000 tentang Desain Industri ? b. Bagaimana penerapan

prinsip kebaruan (Novelty) dalam Perlindungan Desain Industri pada kasus desain industry Iphone 3G Apple Inc. v.

Galaxy S Samsung Electronics Co.Ltd?

Ni Putu Noving Paramitha Pandy (Fakultas Hukum Universitas Udayana)

“Pelaksanaan

Perlindungan Hukum Bagi Pendesain Sebagai Pemegang Hak Desain Industri (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung NO. 301

K/Pdt.Sus-HKI/2015)”.

(Skripsi tahun 2016)

a. Apakah Putusan Mahkamah Agung No.301 K/Pdt.Sus- HKI/2015

menunjukan adanya bentuk pelaksanaan perlindungan bagi Pendesain atas desain industrinya ?

b. Bagaimanakah

tanggung jawab Direktorat Jenderal

Hak Kekayaan

Intelektual sebagai pihak yang berwenang mengeluarkan

Sertifikat Desain

(9)

Industri apabila terjadi sengketa ?

Memang memiliki persamaan yakni sama-sama penelitian empiris antara skripsi pembanding dengan skripsi yang saya buat, akan tetapi pokok permasalahan yang dibahas tidaklah sama karena studi kasus yang dibahas berbeda sengketa.

1.5 Tujuan Penulisan 1.5.1 Tujuan Umum :

1. Untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam bidang Penelitian.

2. Demi mengembangkan Ilmu Hukum dan khususnya dalam bidang Hukum Perdata yang khususnya pada Hukum Bisnis .

3. Melatih diri dalam usaha menyatakan pikiran ilmiah secara tertulis.

4. Mengembangkan diri pribadi dalam kehidupan masyarakat.

5. Pembulat studi pribadi untuk memenuhi persyaratan SKS dari jumlah beban studi untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum.

1.5.2 Tujuan Khusus :

(10)

1. Untuk mendapatkan suatu pengalaman praktis dalam penulisan ilmiah dan pemecahan masalah khususnya dalam hal hukum HKI.

2. Untuk mengetahui perlindungan yang diperoleh Pendesain atas Hak Desain Industri.

3. Untuk mengetahui penyelesaian apabila terjadi sengketa sejenis dengan studi kasus yang dibahas.

1.6 Manfaat Penulisan 1.6.1 Manfaat Teoritis :

Adapun manfaat teoritis dalam penulisan skripsi ini ialah untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam bidang hukum perdata yang khususnya terhadap HKI dalam bidang Desain Industri terutama dalam hal pelaksanaan perlindungan secara yuridis.

1.6.2 Manfaat Praktis:

Melalui penulisan ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan praktis, yakni menambah wawasan bagi masyarakat terutama yang berperan sebagai Pendesain agar mendaftarkan hasil karyanya demi mendapatkan Hak atas hasil desain-nya tersebut, guna mendapatkan perlindungan secara hukum atas segala tindakan kecurangan. Dan manfaat bagi penulis ialah untuk mengembangkan ilmu hukum di bidang HKI khususnya Hak Desain Industri.

(11)

1.7 Landasan Teoritis

“Landasan teoritis meliputi: Filosofi, teori hukum, asas-asas hukum, norma, konsep-konsep hukum, dan doktrin, yang dipakai landasan untuk membahas permasalahan penelitian. Sebagai landasan dimaksud untuk mewujudkan kebenaran ilmu hukum yang bersifat consensus yang diperoleh dari rangkaian upaya penelusuran (controleur baar). Identifikasi landasan tersebut tidak boleh bertentangan satu sama lain.”7

Suatu landasan teoritis dalam pembahasan yang bersifat ilmiah memiliki kegunaan lebih mempertajam atau mengkhususkan fakta yang hendak diselidiki atau diuji kebenarannya. Disamping itu, suatu landasan teoritis dapat memberikan petunjuk terhadap kekurangan-kekurangan pada suatu pengetahuan penelitian.8

Mengenai Desain Industri perlu diketahui terlebih dahulu dari induk Desain Industri itu sendiri, yakni Hak Kekayaan Intelektual (HKI). HKI merupakan bagian dari hukum benda, konsepsi HKI sesuai dengan konsep hukum perdata Indonesia, pada ketentuan Pasal 499 KUH Perdata, yang menyebutkan bahwa “Menurut Undang-Undang, barang adalah tiap benda dan tiap hak yang dapat menjadi objek oleh hak milik”.

Sebagaimana dikemukakan oleh H.OK Saidin, istilah dari Hak Kekayaan Intelektual adalah hak kebendaan, hak atas sesuatu benda dari hasil kerja otak yang

7Fakultas Hukum, 2013, Buku Pedoman Fakultas Hukum Universitas Udayana, Universitas Udayana, Denpasar, h.75

8Soejono Soekanto, 1984, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta, h.12

(12)

menalar dan hasil kerja otak tersebut berupa benda immaterial.9 Dengan melihat pendapat dari H. OK Saidin ini dapat disebutkan bahwa tidak mudah untuk mendapatkan suatu Hak atas Kekayaan Intelektual, jadi dengan begitu hak ini dikatakan sebagai hak istimewa yang wajib untuk mendapatkan perlindungan hukum.

Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan terhadap subyek hukum dalam bentuk perangkat hukum, baik yang bersifat preventif ataupun represif dan baik tertulis ataupun tidak tertulis. Perlindungan hukum sebagai dasar pelaksanaan fungsi hukum, yakni hukum memberikan keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan kedamaian.

Adapun teori-teori serta asas-asas terkait yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

A. Teori Perlindungan Hukum (menurut para ahli) :

A.1 Menurut Satjipto Raharjo, perlindungan hukum ialah memberikan pengayoman terhadap hak asasi manusia (HAM) yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.10

A.2 Muchsin menyatakan bahwa perlindungan hukum merupakan suatu hal yang melindungi subyek-subyek hukum melalui peraturan perundang-

9H. OK. Saidin, 2003, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights), PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, h.9

10 Satjipto Rahardjo, 2000, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm.53

(13)

undangan yang berlaku dan dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. Perlindungan hukum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:11

 Perlindungan hukum Preventif : Perlindungan ini diberikan oleh Pemerintah dengan tujuan untuk mencegah terjadinya sengketa.

 Perlindungan hukum Represif : Perlindungan terhadap hak desain industri dari tindakan pelanggaran yang dilakukan pihak-pihak yang menggunakan hak desain industri pihak lain yang tanpa hak atau dengan melawan hukum. Perlindungan ini berupa sanksi yang diberikan apabila sudah terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu pelanggaran terhadap desain industri terdaftar.

B. Asas-Asas Hukum Perlindungan Desain Industri 1. Asas Publisitas

Asas ini bermakna bahwa adanya hak tersebut didasarkan pada pengumuman publikasi dimana masyarakatumum dapat mengetahui keberadaan dari desain industri tersebut. Maka hak desain industri diberikan oleh Negara kepada Pendesain, setelah hak tersebut terdaftar dalam berita resmi negara.

2. Asas kemanunggalan ( Kesatuan)

Asas kemanunggalan bermakna bahwa hak atas desain industri tidak boleh untuk dipisah-pisahkan dalam satu kesatuan yang utuh untuk satu komponen.

11 Muchsin, 2003, Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia, magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, h.14

(14)

Contohnya ialah desain kacamata, maka harus kacamata yang utuh dan tidak boleh hanya desain ganggangnya saja. Apabila memang ganggangnya saja, maka yang mendapatkan hak untuk dilindungi hanya bagian ganggang saja.

3. Asas Kebaruan ( Novelty )

Suatu desain mendapatkan Hak Desain Industri apabila desain industri tersebut “baru”, sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Undang-Undang No.31 Tahun 2000 tentang Desain Industri. Yang dimaksud dengan baru tersebut, yakni bila pada tanggal penerimaan permohonan Desain Industri tersebut tidak sama dengan pengungkapan desain yang telah ada sebelumnya, baik secara formal ataupun informal. Pengungkapan tersebut artinya sudah diketahui sebelumnya baik di Indonesia maupun diluar Indonesia.

C. Teori Keadilan

Menurut John Raws, program penegakan keadilan yang berdimensi kerakyatan haruslah memperhatikan dua prinsip keadilan, yakni yang pertama memberi hak dan kesempatan yang sama atas kebebasan dasar yang paling luas seluas kebebasan yang sama bagi setiap orang dan yang kedua, mampu mengatur kembali kesenjangan sosial ekonomi yang terjadi sehingga dapat memberi keuntungan yang bersifat timbal balik.

D. Teori Pertanggung Jawaban

 Roscoe Pound melalui pendekatan analisis kritisnya, ia meyakini bawa timbulnya pertanggung jawaban karena suatu kewajiban atas kerugian yang

(15)

ditimbulkan terhadap pihak lain. Lahirnya pertanggung jawaban bukan hanya karena kerugian yang ditimbulkan oleh suatu tindakan, tetapi juga karena suatu kesalahan.12

 Pertanggungjawaban secara perdata sebagaimana diatur dalam Pasal 1365

KUHPerdata yang menyatakan bahwa,” Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk mengganti kerugian tersebut”, dan juga dalam Pasal 1366 KUHPerdata yakni,” Setiap orang bertanggung jawab, bukan hanya atas kerugian yang disebabkan perbuatan- perbuatan, melainkan juga atas kerugian yang disebabkan kelalaian atau kesembronoannya”.

1.8 Metode Penelitian 1.8.1 Jenis Penelitian :

Jenis penelitian yang dilakukan pada skripsi ini merupakan yuridis empiris, karena mendekati suatu masalah dari peraturan perundang- undangan yang berlaku dan kenyataan yang ada di dalam masyarakat.

Dalam penelitian hukum dengan aspek empiris digunakan bahan hukum sekunder, bahan hukum primer dan bahan hukum tersier. 13

1.8.2 Jenis Pendekatan :

12 Roscoe Pound, 1982, Pengantar Filsafat Hukum, diterjemahkan dari edisi yang diperluas oleh Drs. Mohammad Radjab, Bhratara Karya Aksara, Jakarta, h.90

13 Soetrisno Hadi, 1978, Metodologi Research, UGM, Yogyakarta, h.49

(16)

Pendekatan dalam penelitian hukum dimaksudkan adalah bahan untuk mengawali sebagai dasar sudut pandang dan kerangka berpikir seorang peneliti untuk melakukan analisis. Dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan, yakni :

 Pendekatan Perundang-Undangan (statue approach) hal ini dimaksudkan bahwa peneliti menggunakan peraturan perundang- undangan sebagai dasar awal melakukan analisis;

 Pendekatan konsep (conceptual approach), konsep-konsep dalam ilmu

hukum dapat dijadikan titik tolak atau pendekatan bagi analisis penelitian hukum, karena akan banyak muncul konsep bagi suatu fakta hukum.

 Pendekatan analitis (analytical approach), ialah pendekatan yang

dilakukan dengan cara mencari makna pada istilah-istilah hukum yang terdapat dalam perundang-undangan, dengan begitu peneliti memperoleh pengertian atau makna baru dari istlah-istilah hukum dan menguji penerapannya secara praktis dengan menganalisis putusan-putusan hukum.

 Pendekatan perbandingan (comparative approach), pendekatan ini

membandingkan peraturan perundang-undangan Indonesia dengan satu atau beberapa peraturan perundang-undangan negara lain.

 Pendekatan sejarah ( historical approach ), pendekatan ini dilakukan dengan menelaah latar belakang dan perkembangan dari materi yang diteliti.

(17)

 Pendekatan kasus ( case approach ), pendekatan kasus dalam penelitian

hukum bertujuan untuk mempelajari norma-norma atau kaidah hukum yang dilakukan dalam praktik hukum.14

Dalam penulisan karya ilmiah ini, agar mendapatkan hasil yang ilmiah, serta dapat dipertahankan secara ilmiah, maka masalah dalam penelitian ini menggunakan jenis pendekatan Perundang-Undangan (statue approach), Pendekatan kasus ( case approach ), serta Pendekatan analitis

(analytical approach).

Pendekatan kasus dengan memilih satu kasus yang berkaitan dan meneliti duduk perkara yang dijelaskan dalam surat gugatan hingga dikeluarkannya putusan oleh Mahkamah Agung, yang kemudian putusan tersebut dianalisis berdasarkan dengan dengan Perundang-undangan yang mengatur, yakni UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 31 TAHUN 2000tentang DESAIN INDUSTRI (LEMBARANNEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2000 NOMOR 243), yang selanjutnya dalam penelitian ini disingkat UU Desain Industri tahun 2000.

1.8.3 Sifat Penelitian

Jenis penelitian skripsi ini ialah empiris yuridis yang bersifat deskriptif, dimana secara sederhana berupaya untuk menggambarkan secara

14 Fajar, Mukti dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, h.185-190

(18)

lengkap mengenai hal-hal yang memiliki kaitan dengan permasalahan yang diteliti. Penelitian skripsi ini bersifat deskriptif yang tidak adanya hipotesis.

1.8.4 Data dan Sumber Data:

Demi terjawabnya pokok permasalah hukum yang terdapat dalam penelitian ini terdapat beberapa data yang digunakan sebagai sumber data, baik berasal dari penelitian kepustakaan dan lapangan, yakni sebagai berikut :

1. Data Primer

Data Primer merupakan data yang didapatkan dari Putusan Mahkamah Agung mengenai kasus yang terkait dengan pembahasan, kemudian melakukan penelitian dilapangan, dilakukan melalui wawancara atau interview. Dan dalam penelitian skripsi ini pengumpulan data diperoleh dari hasil wawancara langsung ke kantor dinas terkait yakni Kementerian Hukum dan HAM RI Kantor Wilayah Bali (bidang Hak Kekayaan Intelektual).

2. Data Sekunder

Data Sekunder terdiri dari tiga bagian, yakni :

a. Bahan hukum primer yang diperoleh dari Peraturan Perundang- Undangan pada skripsi ini ialah Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Undang-Undang No. 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri, Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor M.HH-05.OT.01.01 Tahun 2010

(19)

tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Hukum dan HAM Republik Indonesia dan Keputusan Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Nomor : H-01.PR.07.06 Tahun 2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penerimaan Permohonan Hak Kekayaan Intelektual Melalui Kantor Wilayah Departemen Kehakiman Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia;

b. Bahan hukum sekunder diperoleh dengan cara library research (penelitian kepustakaan) berupa buku-buku hukum dan jurnal hukum.

Kemudian yang terakhir bahan hukum tersier , yang tidak bersifat hukum atau non hukum berguna untuk membantu dalam penjelasan bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder;15

c. Bahan hukum tersier di penulisan ini ialah kamus dan tulisan-tulisan yang diakses situs internet resmi.

1.8.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam skripsi ini ialah dengan mempergunakan teknik sebagai berikut :

a) Teknik Studi Dokumen, teknik ini dengan melakukan studi kepustakaan atau mencari arsip yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini dan mencatat ketentuan dalam Undang-Undang No. 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri dan mencari kasus terkait yang telah dikeluarkannya Putusan oleh Mahkamah Agung ;dan

15Bambang Waluyo, 2002, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, h.23

(20)

b) Teknik Wawancara, dalam teknik ini tidak dilakukan secara berstruktur dan tanpa mengajukan daftar pertanyaan akan tetapi sebelum wawancara dilakukan, penulis sudah membuat catatan-catatan pertanyaan sebagai pegangan dalam mencari data yang dibutuhkan melalui wawancara.

1.8.6 Pengolahan dan Analisis Data

Dalam penelitian ini setelah data terkumpul, baik data primer ataupun data sekunder, dipilih serta dianalisis secara kualitatif. Data yang dikumpulkan berkaitan dengan permasalahan dan data tersebut dapat mendukung penyelesaian masalah yang telah disebutkan sebelumnya, kemudian data tersebut diolah dengan cara menyusun data secara sistematis.

Setelah dilakukan analisis secara kualitatif, kemudian data disajikan berbentuk kata-kata ( narasi ) atau deskriptif kualitatif.16

16 Kartini Kartono, 1986, Pengantar Metodologi Riset Sosial, Alumni Bandung, h.171

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui letak kesulitan belajar yang dialami siswa SMA N 5 Medan dalam mempelajari kimia pada pokok bahasan hidrolisis garam sesuai dengan kurikulum 2013... Untuk

Memandikan bayi adalah kegiatan penting yang harus dilakukan secara benar oleh Memandikan bayi adalah kegiatan penting yang harus dilakukan secara benar oleh orang tua,selain

Kata Kunci : Strategi Inquiring Minds Want To Know dan Hasil Belajar Dari hasil observasi penelitian di kelas V MIN Lhoknga Aceh Besar, penulis melihat masalah rendahnya hasil

Pembelajaran Bahasa dengan materi tentang Days diajarkan di kelas V semester I. Dalam penelitian ini, materi tersebut diajarkan dengan menggunakan model

Dalam mengikuti perkembangan teknologi, banyak pula travel agent yang mempromosikan jasanya lewat internet karena dengan biaya yang relatif murah dapat memasarkan produk

Hasil penelitian ini berbeda dengan dengan Arya (2011) menunjukkan bahwa lingkungan pengendalian berpengaruh signifikan pada efisiensi usaha Koperasi Simpan Pinjam

Guna mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, maka pada tahun 2013 Sekolah Tinggi Ilmu Statistik melaksanakan berbagai kegiatan yang mengacu pada program

2. Enumerate over these scenarios to identify which ones are affected by defects and which ones work as expected. This can be done in many ways, ranging from print- ing