• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Penurunan Kasus Diare dengan Meningkatkan Keterlibatan Ibu dalam Gerakan PHBS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Upaya Penurunan Kasus Diare dengan Meningkatkan Keterlibatan Ibu dalam Gerakan PHBS"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Upaya Penurunan Kasus Diare dengan Meningkatkan Keterlibatan Ibu dalam Gerakan PHBS

Ayesha Nuraini, Beta Firmansyah, Della Amanda A.P., Dhela Amelia N., Jihan Fauz M., Puti Afifah S, Silvia Refina D., Talitha Syifa S., Ummi Salamah, Ema Hermawati

Program Studi Ilmu Kesehatan Maskarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia

*e-mail: ayeshanuraini@gmail.com

Abstract

Background: Diarrhea is the highest cause of death in children under five and occupies the second highest position after tuberculosis for the infant age group. In addition to environmental conditions, individual conditions also affect the incidence of this disease.

Objective: To reduce diarrhea cases and increase public knowledge, especially mothers, about preventing cases of diarrhea and its relation to PHBS behavior

Methods: The method of service begins with situation analysis, problem identification, and determining problem priorities. The design of intervention activities in the form of exposure to diarrhea material consisting of interventions to increase knowledge of diarrhea and its prevention, as well as clean and healthy living behavior carried out through Whatsapp Group (WAG). The intervention activities were aimed at residents of RT 2/RW 3, RT 4/RW3, RT 3/RW 3, and RT 2/RW 5 in Sentul Village.

Results: The results of the activity there is an increase in the average value of knowledge about Diarrhea and Clean and Healthy Life Behavior.

Conclusion: There was an increase in knowledge of 31 respondents who took part in the counseling.

Keywords: PHBS, Diarrhea, Counseling, environment

Abstrak

Latar belakang: Diare merupakan penyebab kematian tertinggi pada anak balita dan menempati posisi tertinggi kedua setelah TBC untuk kelompok usia bayi. Selain kondisi lingkungan, kondisi individu juga berpengaruh terhadap kejadian penyakit ini.

Tujuan: Untuk menurunkan kasus diare serta meningkatkan pengetahuan warga, terutama para Ibu, mengenai pencegahan kasus diare serta kaitannya dengan perilaku PHBS

Metode: Metode pada pengabdian diawali dengan analisis situasi, identifikasi masalah, dan penentuan prioritas masalah. Rancangan kegiatan intervensi berupa pemaparan materi diare yang terdiri dari intervensi upaya peningkatan pengetahuan Diare dan Pencegahannya, serta Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang dilaksanakan melalui Whatsapp Group (WAG). Kegiatan intervensi ditujukan untuk warga RT 2/RW 3, RT 4/RW3, RT 3/RW 3, dan RT 2/RW 5 di Desa Sentul.

Hasil: Hasil dari kegiatan terdapat peningkatan nilai rata-rata pengetahuan mengenai Diare dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.

Simpulan: Terdapat peningkatan pengetahuan pada 31 responden yang mengikuti penyuluhan.

Kata kunci: PHBS, Diare, Penyuluhan, lingkungan

1. PENDAHULUAN

Diare merupakan masalah kesehatan yang sering ditemui pada masyarakat Indonesia, khususnya pada anak balita. Diare akut pada umumnya disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit (Health Direct, 2019). Mikroorganisme penyebab diare ini dapat masuk ke dalam tubuh melalui jalur ingesti atau jalur pencernaan. Selain itu adanya kontaminasi pangan terhadap mikroorganisme penyebab diare menyebabkan timbulnya penyakit diare pada anak-anak. Banyak sekali faktor yang dapat menjadi determinan atau penyebab dari masalah diare ini seperti faktor lingkungan dan faktor personal.

Keadaan lingkungan merupakan salah satu hal yang dapat mempengaruhi tingkat kesehatan seseorang,. Serangkaian studi telah membuktikan bahwa kondisi lingkungan dapat secara signifikan memberikan pengaruh terhadap kesehatan manusia, baik melalui pajanan langsung terhadap agent-

(2)

agent lingkungan yang berbahaya bagi kesehatan, maupun secara tidak langsung dengan mengganggu ekosistem kehidupan (Remoundou, K. & Koundouri, P., 2009). Air merupakan salah satu komponen lingkungan yang sangat penting dan dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pada tingkat rumah tangga, air umumnya dimanfaatkan untuk mencuci, memasak, mandi, dan minum (EPA, 2018).

Terdapat 2 jenis air yang digunakan dalam rumah tangga, yaitu air bersih dan air minum. Berdasarkan Permenkes No. 416 Tahun 1990, air bersih merupakan air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang memenuhi syarat kualitas air bersih dan dapat diminum setelah dimasak. Sedangkan air minum merupakan air yang kualitasnya sudah memenuhi syarat kesehatan untuk dapat langsung diminum atau dikonsumsi masyarakat.

Kaitannya dengan hygiene dan sanitasi, penting untuk memastikan bahwa air yang digunakan benar-benar memiliki kualitas yang memenuhi standar kesehatan. Berdasarkan Permenkes RI No.32 Tahun 2017, air yang digunakan untuk kegiatan higiene sanitasi setidaknya harus memenuhi parameter wajib fisik (kekeruhan, warna, zat pada terlarut, suhu, rasa, dan bau), biologi (total coliform dan E. coli), serta kimia (pH, besi, fluorida, kesadahan, mangan, nitrit, nitrat, sianida, deterjen, dan pestisida total).

Selain kondisi lingkungan, kondisi individu juga berpengaruh terhadap kejadian suatu penyakit. Kemungkinan seseorang dapat terpajan dan menyebabkan penyakit dipengaruhi oleh beberapa faktor individu, yaitu faktor usia, jenis kelamin, pekerjaan, serta kebiasaan atau gaya hidup yang mencakup pola makan, kebiasaan merokok, kebiasaan minum alkohol, higiene individu, dan lain sebagainya (CDC, 2012). Interaksi antara faktor lingkungan dan faktor individu yang buruk nantinya dapat berdampak buruk terhadap kesehatan masyarakat.

Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019, diare merupakan penyebab kematian tertinggi pada anak balita (314 kasus kematian) dan menempati posisi tertinggi kedua setelah TBC untuk kelompok usia bayi (746 kasus kematian) pada tahun tersebut. Hal ini tak lepas dari faktor lingkungan dan faktor personal atau individu. Namun jika dilihat dari perspektif kasus diare yang banyak menjangkin anak-anak, disini juga akan berkaitan dengan peran ibu dalam masalah ini. . Maka dari itu, anggota keluarga khususnya Ibu perlu memastikan kualitas bahan pangan dan kualitas alat mengolahnya agar terhindar dari mikroorganisme penyebab diare. Selain itu, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) seperti mencuci tangan memiliki peran yang penting dalam pencegahan diare.

Desa Sentul terletak di Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dan merupakan desa yang tergolong paling maju di kecamatan tersebut. Namun meskipun demikian, masih banyak masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat ini seperti masalah hygiene dan sanitasi air bersih. Selain dari segi fasilitas akses air bersih, kebiasaan masyarakat di Desa Sentul terkait dengan penerapan PHBS di rumah tangga juga dirasa masih kurang. Interaksi antara faktor lingkungan dan faktor individu yang buruk nantinya dapat berdampak buruk terhadap kesehatan masyarakat setempat.

Salah satu risiko yang mungkin ditimbulkan akibat kondisi tersebut adalah penyakit diare, khususnya diare pada usia balita yang berisiko memicu kematian pada balita.

Pada faktor lingkungan, masih banyak masyarakat Desa Sentul yang masih menggunakan sistem penyediaan air minum bukan perpipaan. Berdasarkan PP RI No.122 Tahun 2015, yang dimaksud dengan sistem penyediaan air minum bukan perpipaan adalah sumur dangkal, sumur pompa, bak penampungan air hujan, terminal air, dan bangunan penangkap mata air. Di Desa Sentul masih banyak ditemukan masyarakat yang menggunakan air tanah untuk memenuhi kebutuhan air sehari- harinya, baik untuk kebutuhan higiene sanitasi maupun untuk memasak. Sama halnya dengan air minum dari sistem perpipaan, air tanah yang digunakan juga harus mampu memenuhi standar kesehatan yang telah ditetapkan. harus dilakukan pengecekan secara berkala. Namun penggunaan air tanah akan lebih berisiko karena pemilik memiliki tanggung jawab untuk selalu memastikan bahwa kualitas air yang digunakannya sesuai dengan standar kesehatan, sementara untuk penggunaan sistem air perpipaan, jaminan akan kualitas air merupakan tanggung jawab dari pihak pengelola atau

(3)

penyedia. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa masyarakat yang tinggal di Desa Sentul dalam aspek sarana penyediaan sumber air untuk minum dan sumber air utama untuk MCK dapat dikatakan masih kurang layak karena sebagian besar masih menggunakan sumur gali terlindungi untuk sarana penyediaan sumber air.

Sedangkan pada faktor individu, dapat dilihat dari gaya hidup masyarakat di Desa Sentul terkait dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang dirasa masih kurang. Penggunaan air bersih juga merupakan salah satu contoh PHBS.

Salah satu penyakit yang berkaitan erat dengan PHBS adalah diare, khususnya diare pada bayi dan balita (Anggraini, et al., 2014; Irianty, et al., 2018). Oleh karena ditemukannya potensi risiko lingkungan dan kebiasaan individu yang dapat berdampak terhadap kesehatan masyarakat, maka diperlukan serangkaian kegiatan yang dikemas ke dalam bentuk proyek pengabdian masyarakat untuk memperbaiki kondisi tersebut sehingga nantinya derajat kesehatan masyarakat di wilayah Desa Sentul dapat meningkat. Intervensi dalam pengabdian masyarakat berupa penyuluhan. Tujuannya adalah meningkatkan pengetahuan warga, terutama para Ibu, mengenai pencegahan kasus diare serta kaitannya dengan perilaku PHBS.

2. METODE

Sasaran dari kegiatan penyuluhan mengenai diare ini adalah warga RT 2/RW 3, RT 4/RW 3 RT 3/RW 3, dan RT 2/RW 5 di Desa Sentul dimana perwakilan warga dari masing-masing RT/RW berjumlah 30. Dengan populasi seluruh warga desa sentul dan sampel yang digunakan ditentukan berdasarkan kriteria inklusi dan minimal sampel adalah 30 orang tanpa menggunakan perhitungan epidemiologi. Namun setelah dilakukan survey awal, hanya sedikit warga yang bersedia berpartisipasi pada kegiatan ini. Pada akhirnya, kegiatan penyuluhan diikuti oleh 41 warga yang berasal dari RT 2/RW 3, RT 4/RW3, RT 3/RW 3, dan RT 2/RW 5 di Desa Sentul. Tahap pertama yaitu melakukan analisis situasi, identifikasi dan prioritas masalah yang dilaksanakan pada tanggal 20 Juli – 5 September 2020. Sedangkan tahap kedua yaitu melakukan persiapan dan pelaksanaan kegiatan intervensi/penyuluhan terhadap responden yang dilaksanakan pada tanggal 31 Agustus - 12 September 2020. Pengumpulan data dilakukan dengan dua instrument yakni kuesioner penelitian dan data Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PISPK) Desa Sentul. Adapun media yang digunakan untuk penyuluhan yaitu Poster tentang pengetahuan Diare, Booklet tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), dan Video tentang Mencuci Tangan yang Benar.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Desa Sentul adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Madang, Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Dari aspek sarana pelayanan kesehatannya, Kecamatan Babakan Madang per tahun 2018 telah memiliki 1 Rumah Sakit, 3 Puskesmas, 2 Puskesmas Pembantu, dan 122 Posyandu.

meskipun tergolong desa yang maju, Desa Sentul masih banyak masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat ini seperti masalah hygiene dan sanitasi air bersih. Pengabdian masyarakat dilakukan di Desa Sentul dengan harapan dapat mengubah derajat kesehatan masyarakatnya menjadi lebih meningkat. Kegiatan ini dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama melakukan analisis situasi, identifikasi dan prioritas masalah. Sedangkan tahap kedua yaitu melakukan persiapan dan pelaksanaan kegiatan intervensi/penyuluhan terhadap responden. Tujuannya adalah untuk dapat meningkatkan pengetahuan warga, terutama ibu mengenai pencegahan kasus diare serta kaitannya dengan perilaku PHBS

Keadaan lingkungan merupakan salah satu hal yang dapat mempengaruhi tingkat kesehatan seseorang. Banyak studi telah membuktikan bahwa kondisi lingkungan dapat secara signifikan memberikan pengaruh terhadap kesehatan manusia, baik melalui pajanan langsung terhadap agent-

(4)

agent lingkungan yang berbahaya bagi kesehatan, maupun secara tidak langsung dengan mengganggu ekosistem kehidupan (Remoundou, K. & Koundouri, P., 2009).

Masih banyak masyarakat Babakan Madang yang menggunakan air tanah untuk memenuhii kebutuhan air sehari-harinya, baik untuk kebutuhan higiene sanitasi maupun untuk memasak. Air tanah yang digunakan haruslah memenuhi standar kesehatan yang telah ditetapkan. Berdasarkan Permenkes RI No.32 Tahun 2017, air tanah yang digunakan untuk kegiatan higiene sanitasi setidaknya harus memenuhi parameter wajib fisik (kekeruhan, warna, zat pada terlarut, suhu, rasa, dan bau), biologi (total coliform dan E. coli), serta kimia (pH, besi, fluorida, kesadahan, mangan, nitrit, nitrat, sianida, deterjen, dan pestisida total). Adapun parameter wajib ini merupakan 4 parameter yang harus dicek secara berkala. Kemudian berdasarkan berdasarkan PP RI No. 43 Tahun 2008, dijelaskan bahwa penggunaan air tanah harus diikuti dengan kegiatan pengelolaan kualitas dan pengendalian pencemaran air tanah.

Selain kondisi lingkungan, kondisi individu juga berpengaruh terhadap kejadian suatu penyakit. Kemungkinan seseorang dapat terpajan dan menyebabkan penyakit dipengaruhi oleh beberapa faktor individu, yaitu faktor usia, jenis kelamin, pekerjaan, serta kebiasaan atau gaya hidup yang mencakup pola makan, kebiasaan merokok, kebiasaan minum alkohol, higiene individu, dan lain sebagainya (CDC, 2012).

Faktor lain yang juga berpengaruh pada kejadian suatu penyakit adalah gaya hidup masyarakat terkait dengan kegiatan higiene sanitasi, pengolahan dan penyimpanan makanan, serta kebiasaan hidup bersih dirasa masih kurang. Interaksi antara faktor lingkungan dan faktor individu yang buruk nantinya dapat berdampak buruk terhadap kesehatan masyarakat setempat. Oleh karena itu, diperlukan serangkaian kegiatan yang dikemas ke dalam bentuk proyek pengabdian masyarakat untuk memperbaiki kualitas lingkungan maupun gaya hidup masyarakat setempat sehingga nantinya derajat kesehatan masyarakat Babakan Madang dapat meningkat.

Analisis situasi yang telah dilakukan menyatakan bahwa dari aspek-aspek terkait Kesehatan Lingkungan yang ada pada data PISPK Desa Sentul, pada aspek sumber air utama yang digunakan rumah tangga untuk minum dan sumber air utama yang digunakan rumah tangga untuk MCK (Mandi, Cuci, dan Kakus) hanya sedikit masyarakat yang memiliki akses air minum dan air untuk MCK yang layak. Pada aspek sumber air minum, hanya sebanyak 4 rumah tangga (0,1%) yang benar-benar memiliki akses air minum layak yaitu rumah tangga yang menggunakan air ledeng/PDAM/PAM.

Sebanyak 4.767 rumah tangga (66,7%) memiliki akses air minum dengan kategori sumber air yang terlindungi namun perlu dicek kelayakannya. Sebanyak 2.131 rumah tangga (29,9%) memiliki aksesair minum dengan kategori sumber air yang tidak berkelanjutan. Sebanyak 103 rumah tangga (1,4%) memiliki akses air minum yang tidak layak.

Sedangkan pada aspek jenis jamban yang digunakan, sebanyak 86,4% masyarakat sudah menggunakan jamban yang layak, yaitu kloset leher angsa dengan septic tank milik pribadi.

Berdasarkan wawancara dengan Pembimbing Lapangan didapatkan informasi bahwa masih banyak sekali masyarakat Desa Sentul yang PHBS atau Perilaku Hidup Bersih dan Sehatnya tergolong buruk.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden telah memiliki jamban yang sesuai dengan standar dan persyaratan kesehatan untuk jamban sehat yang tertera di dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 3 Tahun 2014.

Berdasarkan hasil survey kesehatan lingkunagn ditemukan beberapa kesimpulan yang dpat diambil. Mulai dari pengetahuan masyarakt akan penyakit diare. Diare merupakan BAB dengan tinja lembek atau cair sebanyak 3 kali disebabkan oleh berbagai organisme bakteri, virus dan parasit. Diare merupakan salah satu jenis penyakit menular dimana dapat ditularkan melalui makanan yang terkontaminasi, melalui lalat dan juga feses atau tinja yang mencemari air dan makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berdasarkan hasil survei, 40 responden (98 %) telah mengetahui arti dari

(5)

penyakit diare itu sendiri. Namun, masih terdapat 26 responden (63 %) yang belum mengetahui bahwa penyakit diare merupakan jenis penyakat menular dan belum mengetahui mengenai penularan diare melalui media apa saja. Pada aspek tindakan pencegahan diare, sekitar 30 responden (73 %) masih dominan menjawab tindakan pencegahan dengan mencuci tangan pakai sabun sesudah BAB dan sebelum makan. Sedangkan untuk tindakan pencegahan lain sebagian responden masih belum mengetahui.

Kemudian dilihat dari aspek hygiene sanitasi makanan dan minuman. Berdasarkan hasil survei pada aspek perilaku Ibu terhadap Sanitasi Makanan dan Minuman, 41 orang responden (100%) telah mengetahui dan memiliki kesadaran akan pentingnya menjaga higiene sanitasi makanan dan minuman terutama yang berkaitan dengan pengolahan makanan, pemisahan penyimpanan makanan siap saji dengan makanan mentah dan kebersihan tempat untuk mengolah makanan. Akan tetapi, hasil survei menunjukkan bahwa hanya sekitar 26 orang responden (63 %) yang memiliki perilaku untuk langsung mengkonsumsi makanan yang telah dimasak. Sehingga, sekitar 15 orang responden (37 %) memiliki potensi untuk mengalami diare akibat dari perilaku penyimpanan makanan yang kurang memperhatikan suhu penyimpanan yang sesuai.

Yang tekahir adalah dari aspek perilaku cuci tangan. Berdasarkan hasil survei, terdapat 40 orang responden (98 %) yang menerapkan perilaku mencuci tangan sebelum makan dengan menggunakan sabun dan air mengalir pada anggota keluarganya serta 41 responden (100%) yang menerapkan perilaku mencuci tangan setelah buang air besar dengan menggunakan sabun dan air mengalir pada anggota keluarganya. Akan tetapi, dalam hal pengetahuan Ibu mengenai cuci tangan yang baik dan benar masih kurang.

Berdasarkan Buku Profil Kesehatan Kabupaten Bogor Tahun 2017, terdapat lima penyakit dengan jumlah kasus terbanyak di Kecamatan Babakan Madang, yaitu Diare, Hipertensi,Pneumonia, TB Paru, dan TB BTA+.

Gambar 1Grafik Distribusi Frekuensi 5 Penyakit Terbanyak di Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat Tahun 2017

Berdasarkan data tersebut, penyakit yang berkaitan dengan Kesehatan Lingkungan adalah diare yang media penularannya air, lalu Pneumonia serta TB paru dan TB BTA+ yang media penularannya melalui udara. Sedangkan berdasarkan analisis yang dilakukan dengan telaah dokumen dan wawancara, lima masalah utama yang ada di Desa Sentul adalah penggunaan sumber air minum yang

tidak layak, penggunaan jamban yang tidak sesuai, buruknya penerapan PHBS, diare, dan TB paru.

(6)

Selanjutnya, penentuan prioritas dari kelima masalah tersebut dilakukan dengan pengurutan menggunakan metode USG (Urgency, Seriousness, and Growth).

Tabel 1 Analisis Prioritas Masalah dengan Menggunakan Metode USG

No. Masalah U S G Total Prioritas

1. Penggunaan suber air munim yang tidak layak

3 3 4 10 3

2. Penggunaan jamban yang tidak sesuai 1 2 2 5 5

3. Buruknya penerapan PHBS 2 3 3 8 4

4. Diare 4 4 5 13 1

5. TB Paru 5 4 3 12 2

*Berdasarkan skala likert 1-5 (5=sangat besar, 4=besar, 3=sedang, 2=kecil, 1=sangat kecil)

Berdasarkan analisis prioritas masalah dengan menggunakan metode USG (Urgency, Seriousness, and Growth) tersebut, dari kelima masalah yang ada didapatkan hasil tiga masalah teratas, yaitu: diare, TB Paru, dan penggunaan sumber air minum yang tidak layak. Total poin yang didapatkan untuk diare yaitu sebesar 13, TB Paru sebesar 12, dan penggunaan sumber air minum yang tidak layak sebesar 10.

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa prioritas utama masalah di Desa Sentul, Kecamatan Babakan Madang adalah diare. Dengan demikian perlu adanya program yang berkaitan dengan masalah diare. Pada tahap persiapan dan pelaksanaan kegiatan intervensi/penyuluhan terhadap responden, kegiatan dilakukan secara daring mealui WhatApps Group (WAG). Penyuluhan berisi tentang pemberian materi mengenai diare dan perilaku PHBS.

Penyuluhan diare lakukan pada pukul 10.00-12.00 WIB, hari Sabtu,12 September 2020.

Penyuluhan dilakukan melalui Whatsapp Group (WAG) kepada 41 orang warga RT 2 dan 4 RW 3, RT 3 RW 3 dan RT 2 RW 5 yang telah menjadi responden. Sebelum dilakukan penyuluhan peserta peserta wajib mengisi form pre-test. . Media yang digunakan untuk penyuluhan yaitu Poster tentang pengetahuan Diare, Booklet tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), dan Video tentang Mencuci Tangan yang Benar. Pada Booklet PHBS penjelasan dibagi menjadi beberapa topik. Pertama materi mengenai Perilaku Mencuci Tangan, pada materi ini dijelaskan juga video tentang Mencuci Tangan yang Benar. Materi kedua tentang Pengelolaan Air Bersih dan Makanan Pada Rumah Tangga.

Materi yang terakhir tentang Jamban Sehat. Setiap materi dijelaskan dengan penjelasan berupa ketikan dan rekaman suara. Pada setiap materi juga peserta diberikan waktu untuk membaca dan mendengarkan rekaman suara selama 10 menit, setelah itu dilakukan sesi tanya jawab selama 10 menit. Dimulai dari materi pengetahuan diare dengan media poster sampai ke setiap materi di Booklet.

Setelah semua topik disampaikan peserta wajib mengisi form post-test. Hal tersebut lakukan untuk melihat pemahaman peserta penyuluhan terkait materi yang telah disampaikan.

Penyuluhan ini dilakukan secara daring dengan warga yang menjadi anggota Whatsapp Group (WAG) intervensi ini berjumlah 41 orang. Pelaksanaan kegiatan diawali dengan sambutan pembuakaan kemudian diisi dengan pemaparan materi mengenai Pengetahuan Diare dan Pencegahannya, serta materi mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Pemberian materi ditujukan untuk menambah pengetahuan warga mengenai diare dan perilaku hidup bersih dan sehat. Intervensi dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan Ibu mengenai diare, dengan begitu angka kejadian diaredi Desa Sentul dapat menurun.

Dalam pelaksanaan kegiatan program terdapat hambatan atau kesulitan yang dialami. Sebagai contoh, terjadinya sedikit perubahan rundown acara yang telah dibuat. Perubahan terjadi pada susunan acara dan waktu. Dalam perencanaan, kegiatan sambutan dilaksanakan di awal acara, namun dikarenakan Pembimbing Lapangan dan Pembimbing Akademik kami berhalangan, sehingga sambutan dilakukan setelah intervensi selesai. Selain itu, kegiatan intervensi ini dinilai tidak terlaksana secara efektif, dikarenakan intervensi dilaksanakan melalui Whatsapp Group (WAG), sehingga kami tidak dapat memastikan seluruh peserta intervensi benar-benar membaca maupun

(7)

menonton seluruh materi yang kami berikan melalui media poster, booklet, dan video. Begitu juga dengan pelaksanaan tanya jawab, sehingga kami tidak dapat mendorong peserta untuk aktif dalam bertanya.

Ketidakefektifan metode daring ini dapat dilihat dari hasil pre-test dan post-test. Dari 41 warga yang mengikuti intervensi Diare, hanya 31 warga yang mengisi pre-test dan post-test. Hal ini terjadi karena terdapat beberapa warga yang tidak dapat membalas baik melalui Whatsapp Group (WAG) maupun personal message.

Namun terlepas dari kendala yang terjadi, kegiatan ini telah berjalan dengan lancar dan selesai dengan baik. Harapannya tujuan dari dilakukannya intervensi dalam pengabdian masyarakat ini dapat tercapai dan semua manfaat dapat diambil. Pemberian pre-test dan post-test bertujuan untuk melihat gambaran peningkatan pengetahuan warga mengenai Diare dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat sebelum dan setelah dilaksanakannya intervensi. Berikut merupakan hasil dari pre-test dan post-test

Tabel 2 Hasil Pre-test dan Post-test Intervensi

Pre-Test Post-Test

Nilai Rata-Rata 6,83 8,16

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata nilai dari 31 warga yang mengisi pre-test dan post-test berturut-turut 6,83 dan 8,16 yang berarti terdapat peningkatan nilai rata-rata dari 6,83 menjadi 8,16 yakni sebesar 1.33 poin, sehingga dapat disimpulkan bahwa warga Desa Sentul pada RT 2/RW 3, RT 4/RW3, RT 3/RW 3, dan RT 2/RW 5 telah mengalami peningkatan pengetahuan mengenai Diare

4. SIMPULAN

Berdasarkan pengabdian masyarakat yang telah dilakukan di Desa Sentul Kecamatan Babakan Madang secara online didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

• Kegiatan Praktik Belajar Lapangan berbasis masyarakat dilakukan berfokus pada warga RT 02/RW 03, RT 03/RW 03, RT 04/RW 03, dan RT 02/RW 05 Desa Sentul Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan target warga yang akan diberikan program yaitu dari pertimbangan hasil analisis data PISPK yang diperoleh dari pihak URPM.

• Dari 41 responden mayoritas responden telah memiliki pengetahuan yang benar mengenai diare, namun masih terdapat responden yang melakukan penyimpanan terhadap makanan yang kurang baik.

• Ditinjau dari aspek sanitasi lingkungan mayoritas responden telah membuang air besar di jamban namun masih terdapat responden yang membuang air besar di cubluk/galian lubang.

• Pada aspek personal higiene yaitu mencuci tangan semua responden telah mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum melakukan kegiatan seperti makan, setelah buang air besar, dan sebelum memasak. Namun, pengetahuan responden mengenai cara cuci tangan yang benar masih kurang.

• Dari ketiga aspek diatas sesuai hasil survei yang dilakukan maka usulan program intervensi yang diberikan yaitu pengetahuan dan pencegahan diare serta PHBS diantaranya perilaku mencuci tangan yang baik dan benar, pengelolaan air bersih dan makanan di rumah tangga, dan penggunaan jamban sehat yang kami kemas dalam bentuk booklet, poster, dan video.

(8)

• Ditinjau dari hasil pre-test dan post-test yang diberikan sebelum dan setelah intervensi terdapat kenaikan rata-rata nilai. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi yang dilakukan memberikan hasil yang baik terhadap peningkatan pengetahuan peserta intervensi.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, M. T., Aviyanti, D. and Saputri, D. M. (2014). PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Jurnal Kedokteran Muhammadiyah, 3(1), pp. 1–6.

Centers for Disease Control and Prevention. (2012). Principles of Epidemiology in Public Health

Practice: Lesson 1, Section 8. [Online] Available at:

https://www.cdc.gov/csels/dsepd/ss1978/lesson1/section8.html [Accessed 18 Sept. 2020].

Environmental Protection Agency. (2018). How We Use Water. [online]. Available at:

https://www.epa.gov/watersense/how-we-use-water [Accessed 18 Sept. 2020.

Health Direct. (2019). Underlying causes of diarrhoea [online]. Available at: healthdirect.gov.au/what- causes-diarrhoea [Accessed 18 Sept. 2020].

Indarjo, S., Hermawati, B., & Nugraha, E. (2019). Upaya Pelatihan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (posbindu ptm) pada Kader Posyandu Di Desa Kalikayen, Kec. Ungaran Timur, Kab.

Semarang. Jurnal Abdimas, 23(2), 134-138.

Remoundou, K. & Koundouri, P. (2009). Environmental Effects on Public Health: An Economic Perspective. International Journal of Environmental Research and Public Health, 6(8): pp2160-2178.

Gambar

Gambar 1Grafik Distribusi Frekuensi 5 Penyakit Terbanyak di Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor,  Provinsi Jawa Barat Tahun 2017
Tabel 1 Analisis Prioritas Masalah dengan Menggunakan Metode USG

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat pengaruh nyata dan interaksi ekstrak daun lidah buaya dan sirih dalam menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans sehingga menyebabkan perbedaaan besar

[r]

Berdasarkan analisis tingkat kesukaran soal yang dilakukan pada 40 butir soal ujian semester ganjil mata pelajaran kimia kelas X di MA Islamiah Kecamatan Pekaitan

Adapun hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa t hitung > t tabel atau 5,05 > 2,02 maka disimpulkan bahwa Ho ditolak, artinya bahwa ada pengaruh penguasan konsep

empiris adalah senyatanya, usaha nyata, khususnya yang berkaitan dengan masalah tindakan nyata yang dilakukan Badan Pengawas. Obat dan Makanan dalam melakukan

Tahapan evaluasi merupakan tahap dalam asuhan keperawatan yang dimana mahasiswa menilai asuhan keperawatan yang telah dilakukan evaluasi pada An. A sesuai dengan

Kesedaran dan kepekaan kita sebenarnya menjadi faktor utama yang menyumbang kepada pembangunan dan perkembangan di kalangan kanak-kanak terutamanya perkembangan mental dan

Dari hasil analisa kromatografi dengan menggunakan fase gerak kloroform : etanol ( 4 : 1 v/v ), menunjukkan noda tunggal berwarna biru yang daimati dibawah lampu UV, berarti