• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARAHAN%PENGENDALIAN% PEMBANGUNAN%PADA%KAWASAN% POTENSIAL%KEGIATAN%WISATA% % % % % % % IDA%BAGUS%SURYAWAN% % % % % % % %

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ARAHAN%PENGENDALIAN% PEMBANGUNAN%PADA%KAWASAN% POTENSIAL%KEGIATAN%WISATA% % % % % % % IDA%BAGUS%SURYAWAN% % % % % % % %"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

ARAHAN%PENGENDALIAN%

PEMBANGUNAN%PADA%KAWASAN%

POTENSIAL%KEGIATAN%WISATA%

%

%

%

%

%

%

IDA%BAGUS%SURYAWAN%

%

%

%

%

%

%

%

PROGRAM%STUDI%S1%DESTINASI%PARIWISATA%

FAKULTAS%PARIWISATA%

UNIVERSITAS%UDAYANA%

2012% %

(2)

KATA PENGANTAR

Perkembangan pergerakan barnag dan orang di Pulau Bali semakin meningkat dari tahun ke tahun. Disamping karena perkembangan kegiatan wisata, secara regional perkembangan ini dipengaruhi perkembangan daerah NTB yang menggunakan Pulau Bali sebagai jalur perlintasan barang dan orang.

Kawasan pesisit Bali Timur mulai dikembangkan sebagai kawasan pariwisata semenjak dibangunnya jalan By Pass Tohpati – Kusamba yang lebih dikenal dengan jalan Ida Bagus Mantra. Banyaknya daya tarik wisata pantai pada daerah ini menjadi sebuah potensi yang layak dan patut untuk ditangani. Kegiatan penelitian ini bertujuan untuk mengantisipasi dan upaya pencegahan terjadinya kesemrawutan dan degradasi lingkungan pada ruas Negari-Kusamba. Dengan dikembangkannya pengendalian proses pembangunan nantinya perkembangan kegiatan wisata dapat terkontrol sehingga citra wilayah menjadi lebih baik.

Denpasar, Januari 2012

Peneliti

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan ... 2

1.3. Landasan Hukum ... 3

1.4. Lingkup Kegiatan, Materi Dan Kawasan ... 7

1 1..44..11.. LLiinnggkkuupp KKeeggiiaattaann DDaann MMaatteerrii ... 77 11..44..22.. LLiinnggkkuupp KKaawwaassaann ... 1100 BAB II METODOLOGI 2.2.11 TTeekknniikk PPeenngguummppuullaann DDaattaa... 1122 2.2.22.. LLiinnggkkuupp AAnnaalliissiiss ... 1133 2 2..33 AAllaatt AAnnaalliissiiss ... 1144 BAB III ARAHAN PENGENDALIAN 3.1. Penetapan Dan Pengesahan ... 15

3.2. Pemasyarakatan Dan Sosialisasi ... 15

3.3. Peran Pemerintah, Swasta Dan Masyarakat ... 16

3.4. Pengawasan ... 18

3.4.1. Pemantauan ... 18

3.4.2. Pelaporan... 19

3.4.3. Evaluasi ... 19

4.5. Kerjasama Pemerintah, Swasta Dan Masyarakat ... 19

3.6. Operasionalisasi Penerapan Kebijaksanaan Pengendalian Kawasan .... 22

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pada saat ini Bali telah ditetapkan sebagai Pusat Pengembangan Pariwisata untuk Kawasan Tengah, sehingga akan semakin meningkat pertumbuhan ekonominya. Hal ini membawa konsekuensi semakin meningkatnya arus lalu lintas pada jalan-jalan di Bali, baik jalan nasional, propinsi, maupun jalan-jalan kabupaten yang ada, yang disebabkan semakin bertambahnya jumlah kendaraan pendatang dengan tujuan Bali, atau dengan tujuan yang lain. Untuk itu, Pemerintah, dalam hal ini Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum, dengan kesepakatan Pemerintah Daerah Propinsi Bali, telah membangun jalan alternatif yaitu Jalan Arteri Primer Tohpati–Kusamba.

Proyek Ruas Jalan Tohpati-Kusamba sepanjang 25,934 km, berada di wilayah Kota Denpasar ( 2,0 km), Kabupaten Gianyar ( 14,20 km), dan Kabupaten Klungkung ( 9,734 km). Sedangkan pembangunan fisik telah dilakukan dari Tohpati sampai di akses persimpangan Gunaksa (Jalan utama menuju Karangasem) sepanjang 23.776 km. Sementara itu sepanjang 2,158 Km dari Gunaksa menuju Kusamba belum dibebaskan lahannya.

Perkembangan Jalan Tohpati Kusamba saat ini sudah menjadi ribbon development, dimana sudah mulai tumbuh kesemrautan terhadap bangunan-bangunan baik warung-warung, permanen dan semi permanen, café, bengkel, penjualan paras, pompa bensin, perdagangan lainnya maupun perumahan dan permukiman.

Intensitas pemanfaatan ruang baik di kiri maupun kanan damija cenderung mengarah kepada pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan seperti pelanggaran terhadap sempadan bangunan dan perubahan pemanfaatan lahan yaitu terjadinya alih fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi peruntukan permukiman campuran sehingga sudah tidak sesuai lagi dengan fungsi peruntukkannya dan berkurangnya ruang terbuka hijau kawasan sehingga menurunkan visualitas kawasan.

(5)

Selain pelanggaran terhadap sempadan terjadi juga pelanggaran terhadap intensitas bangunan seperti KDB dan KLB bangunan. Kemudian dari segi penampilan bangunan pun banyak tumbuh bangunan semi permanen dan darurat serta bergeser dari pakem Arsitektur Tradisional Bali, sehingga terkesan kumuh, semraut dan tidak selaras.

Dari segi sarana dan prasarana khususnya jaringan jalan terjadinya ketidakteraturan pola akses dari jalan lingkungan menuju Jalan Tohpati-Kusamba sehingga menurunkan aksesbilitas kawasan, kemudian adanya beberapa persimpangan yang berbahaya sehingga terganggunya prosesi ritual ke pantai dan struktur ruang budaya secara umum. Lebih lanjut adalah kurang memadainya sarana dan prasarana, petanda (signage), dan perabot jalan (street furniture) yang dapat mendukung visual dan kualitas kawasan.

Apabila hal-hal tersebut di atas tidak diantisipasi dengan segera melalui pengendalian yang cepat dan intensif serta melakukan penataan terhadap bangunan dan lingkungan, maka dikhawatirkan akan terjadi kesemwrautan perkembangan aktivitas di sepanjang jalur jalan dan akan berdampak kepada menurunnya fungsi, visualitas dan aksebilitas jalan tersebut.

Untuk mengantisipasi dan upaya pencegahan terjadinya kesemrawutan dan degradasi lingkungan pada ruas Negari-Kusamba dengan panjang 10 km, maka perlu di lakukan studi penyusunan arahan pengendalian pembangunan pada kawasan potensial kegiatan wisata khususnya pada kawasan Jalan Tohpati Kusamba Ruas Negari - Kusamba.

1.2. TUJUAN

Latar belakang dari kegiatan ini adalah untuk membantu Pemerintah Propinsi, dan Kabupaten dalam memecahkan permasalahan fisik kawasan, serta adanya produk hukum yang jelas mengenai penataan bangunan sebagai bahan acuan koordinasi antar instansi/dinas di tingkat daerah maupun antar departemen di tingkat pusat dalam realisasi penataan fisik dan tertib bangunan.

Adapun tujuan dalam penyusunan kegiatan ini adalah:

(6)

Mewujudkan Kabupaten sebagai wilayah dengan tingkat kenyamanan hunian, bisnis, dan akses yang tinggi dan saling menunjang satu dengan yang lainnya.

Merupakan dokumen pedoman/panduan dalam penataan bangunan dan pelestarian lingkungan.

Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Merupakan dokumen pedoman/panduan dalam penertiban ijin bangunan.

Sebagai pedoman/panduan dalam pengendalian dan pengawasan fisik kawasan khususnya mengenai penataan bangunan dan lingkungan.

1.3. LANDASAN HUKUM

Kegiatan studi penyusunan arahan pengendalian pembangunan pada kawasan potensial kegiatan wisata khususnya pada kawasan Jalan Tohpati Kusamba Ruas Negari - Kusamba berdasar kepada landasan hukum sebagai berikut:

a. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur;

b. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria;

c. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah;

d. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian;

e. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1987 tentang Ijin Usaha Industri;

f. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1987 tentang Penyerahan sebagian Urusan Pemerintah di Bidang Pekerjaan Umum kepada Daerah;

g. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman;

h. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya;

(7)

i. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang;

j. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia;

k. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;

l. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;

m. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;

n. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;

o. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;

p. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah;

q. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Pemerintah Daerah;

r. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan;

s. Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air;

t. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1985 tentang Jalan;

u. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1991 tentang Rawa;

v. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai;

w. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan;

x. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam;

y. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban serta Bentuk dan Tata Cara Peran serta Masyarakat dalam Penataan Ruang;

z. Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;

aa. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom;

(8)

bb. Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standarisasi Nasional;

ö. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan;

dd. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah;

ee. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol;

ff. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 tentang Bangunan Gedung;

dd. Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 1983 tentang Kebijakan Pembangunan Pariwisata;

hh. Keputusan Presiden Nomor 53 Tahun 1989 tentang Kawasan Industri;

ii. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung;

gg. Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum;

kk. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1982 tentang Penerbitan Pungutan-pungutan dan Jangka Waktu terhadap pemberian Ijin Undang- undang Gangguan;

ii. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1987 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kota;

jj. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 1993 tentang Ijin Mendirikan Bangunan dan Undang-undang Gangguan bagi Perusahan Industri;

kk. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah;

ll. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 tahun 1998 tentang Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Perencanaan Tata Ruang Daerah.

mm. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai;

qq. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 66/PRT/1993 tentang Teknis Penyelengggaraan Bangunan Industri Dalam Rangka Penanaman Modal;

rr. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 1988 tentang Petunjuk Pelaksanaan Permendagri No.2/1987;

ss. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 1994 tentang Pola Organisasi Tata Laksana di Daerah Tingkat II;

(9)

qq. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 640/1986 tentang Perencanaan Tata Ruang Kota.

rr. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 480/KPTS/1996 tentang Penetapan Ruas-Ruas Jalan dalam Jaringan Jalan Primer Menurut Peranannya;

ss. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan dan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11/KPTS/2000, tentang Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan;

ww. Keputusan Menteri Kimpraswil Nomor 327/KPTS/M/2002 tentang Penetapan 6 (enam) Pedoman Bidang Penataan Ruang;

xx. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 353/KPTS-III/1986 tentang Penetapan Radius/Jarak Larangan Penebangan Pohon dari Mata Air, Tepi Jurang, Waduk/Danau, Sungai dan Anak Sungai dalam Kawasan Hutan, Hutan Cadangan dan Hutan Lainnya;

vv. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 167/KPTS-II/1994 tentang Sarana dan Prasarana Pengusahaan Pariwisata Alam di Kawasan Pelestarian Alam;

ww. Keputusan Dirjen Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam Nomor 129/KPTS/DJ-IV/1996 tentang Pola Pengelolaan Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam, Taman Burung dan Hutan Lindung;

xx. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 1994 tentang Pelaksanaan Pemberian Ijin Mendirikan Bangunan dan Undang-undang Gangguan bagi Perusahaan Industri;

yy. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1988 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan;

zz. Peraturan Daerah Propinsi Dati I Bali No. 2/PD/DPRD/1974,No.

3/PD/DPRD/1074 dan No.4/PD.DPRD/1974, masing-masing tentang Tata Ruang Untuk Pembangunan Lingkungan Khusus dan Bangunan.

ddd. Peraturan Daerah Propinsi Bali Nomor 3 Tahun 2003 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Propinsi Bali Nomor 3 Tahun 2001 Tentang Desa Pekraman.

eee. Peraturan Daerah Propinsi Bali No. 2,3,4 tahun 1974 tentang Tata Ruang, Bangun-bangunan dan Lingkungan Khusus (khusus pasal-pasal yang masih berlaku).

(10)

fff. Peraturan Daerah Propinsi Bali No. 3 tahun 2005 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Bali.

ggg. Peraturan Daerah Propinsi Bali No. 4 tahun 2005 tentang Pengelolaan Lingkungan

hhh. Peraturan Daerah Propinsi Bali No. 5 tahun 2005 tentang Persyaratan Arsitektur Bangunan.

iii. Peraturan Daerah Propinsi Bali No. 6 tahun 2005 tentang Lingkungan.

jjj. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali No. 33 Tahun 2003 tentang Prosedur dan Ketentuan-Ketentuan Pembangunan Tempat-Tempat Ibadah di Wilayah Propinsi Bali

kkk. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali No. 100 tahun 1992 tentang Ketentuan Pemindahan Hak atas Tanah di Kawasan Pariwisata di Propinsi Dati I Bali.

lll. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali No. 64 tahun 1989 Tentang Penetapan Radius/Jarak Larangan Penebangan Pohon dan Pembukaan Lahan dan Mata Air,Tepi Jurang,Waduk/Danau,Sungai dan Anak Sungai yang terletak di dalam Hutan Milik.

Secara hirarki perencanaan suatu kawasan dimulai dari RTRW Nasional, RTRW Propinsi kemudian RTRW Kabupaten/Kota dan dibawahnya adalah RTRK dan RDTR.

Berdasarkan dari hirarki tersebut, sehingga kedudukan dari arahan pengendalian pembangunan pada kawasan potensial kegiatan wisata khususnya pada kawasan Jalan Tohpati Kusamba Ruas Negari - Kusamba adalah berada dibawah RTRW Nasional, RTRW Propinsi, RTRW Kabupaten serta kemudian RDTR Kawasan Jl.

Tohpati Kusamba.

1.4. LINGKUP KEGIATAN, MATERI DAN KAWASAN

1

1..44..11.. LILINNGGKKUUPP KKEEGGIIAATTAANN DDAANN MMAATTEERRII

Studi penyusunan arahan pengendalian pembangunan pada kawasan potensial kegiatan wisata khususnya pada kawasan Jalan Tohpati Kusamba Ruas Negari - Kusamba disusun berdasarkan pola penanganan penataan dan pengaturan bangunan yang telah ditetapkan sebelumnya atau peraturan yang pernah ada terkait dengan

(11)

bangunan. Peraturan ini merupakan panduan dalam pengaturan bangunan dan pelaksanaan kegiatan fisik penataan bangunan untuk suatu kawasan.

studi penyusunan arahan pengendalian pembangunan pada kawasan potensial kegiatan wisata khususnya pada kawasan Jalan Tohpati Kusamba Ruas Negari - Kusamba ini mencakup:

A.A. PePerrssyyaararattaann BBaangnguunnaan, mengatur: n

Persyaratan bangunan meliputi persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan.

Persyaratan administratif seperti: persyaratan status hak atas tanah, status kepemilikan bangunan dan ijin mendirikan bangunan.

Persyaratan teknis bangunan seperti: persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan.

A.1. Persyaratan Tata Bangunan

Persyaratan tata bangunan meliputi: persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan, arsitektur bangunan dan persyaratan pengendalian dampak lingkungan.

1. Persyaratan Peruntukan dan Intensitas Bangunan

Persyaratan Peruntukan dan Intensitas Bangunan meliputi: persyaratan peruntukan lokasi, kepadatan, ketinggian dan jarak bebas bangunan yang ditetapkan untuk lokasi bersangkutan.

Persyaratan kepadatan dan ketinggian bangunan meliputi: koefisien dasar bangunan, koefisien lantai bangunan dan ketinggian bangunan ditetapkan sesuai lokasi bersangkutan.

Persyaratan jarak bebas bangunan meliputi: garis sempadan bangunan dengan as jalan, tepi sungai, tepi pantai, jalan kereta api dan jaringan tegangan tinggi.

2. Persyaratan Arsitektur Bangunan

Persyaratan arsitektur bangunan meliputi: persyaratan penampilan bangunan, tata ruang dalam, keseimbangan, keserasian dan keselarasan bangunan dengan lingkungan serta pertimbangan antara nilai-nilai sosial budaya setempat terhadap penerapan berbagai perkembangan arsitektur dan rekayasa.

Persyaratan penampilan bangunan harus memperhatikan bentuk dan karakteristik arsitektur dan lingkungan yang ada di sekitarnya.

(12)

Persyaratan tata ruang dalam bangunan, harus memperhatikan fungsi ruang, arsitektur bangunan dan keandalan bangunan.

Persyaratan keseimbangan, keserasian dan keselarasan bangunan dengan lingkungan, harus mempertimbangkan terciptanya ruang luar bangunan, ruang terbuka hijau yang seimbang, serasi dan selaras dengan lingkungannya.

3. Persyaratan Pengendalian Dampak Lingkungan

Persyaratan pengendalian dampak lingkungan hanya berlaku bagi bangunan yang dapat menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan.

A.2. Persyaratan Keandalan Bangunan

Persyaratan keandalan bangunan meliputi: persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan. Persyaratan keandalan bangunan ditetapkan berdasarkan fungsi bangunan.

Persyaratan keselamatan meliputi: persyaratan kemampuan bangunan untuk mendukung beban muatan serta kemampuan bangunan dalam mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dan bahaya petir.

Persyaratan kesehatan meliputi: persyaratan sistem penghawaan, pencahayaan, sanitasi dan penggunaan bahan bangunan.

Persyaratan kenyamanan meliputi: kenyamanan ruang gerak dan hubungan antar ruang, kondisi udara dalam ruang, pandangan serta tingkat getaran dan kebisingan.

Persyaratan kemudahan meliputi: kemudahan hubungan ke, dari dan di dalam bangunan serta kelengkapan prasarana dan sarana dalam pemanfaatan bangunan.

B

B.. PePennyyeleleennggggaarraaanan PPeemmbbaanngguunnaann, mengatur:

Penyelenggaran bangunan meliputi: kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran.

Persyaratan dan ketentuan perancangan bangunan ditinjau dari produk yang harus dihasilkan, segi arsitektur, struktur, dan utilitas;

Persyaratan proses penerbitan ijin mendirikan bangunan dan mendapatkan sertifikat laik fungsi bangunan;

Persyaratan dan prosedur pengajuan/pengurusan IMB, termasuk dokumen yang harus dilengkapi dan biaya yang diperlukan;

(13)

Mekanisme pembongkaran bangunan dan syarat-syarat yang harus dipenuhi.

Mekanisme pengawasan/kontrol pelaksanaan mendirikan bangunan oleh pengawas bangunan berupa perorangan atau badan hukum.

C

C.. PePerraann MMaassyyaarraakakatt, mengatur:

Peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan.

D.D. PePemmbbiinnaaaann, mengatur:

Pembinaan untuk meningkatkan pemenuhan persyaratan dan tertib penyelenggaraan bangunan.

Peranan pemerintah dalam pembinaan pelaku pembangunan;

Perlunya pemantauan terhadap bangunan yang sudah berdiri.

E

E.. SaSannkkssii, mengatur:

Sanksi terhadap pengguna yang tidak memenuhi kewajiban pemenuhan fungsi, persyaratan, dan/atau penyelenggaraan, akan dikenakan sanksi administratif dan/atau sanksi pidana.

1.1.44..22.. LILINNGGKKUUPP KKAAWWAASSAANN

Lingkup studi penyusunan arahan pengendalian pembangunan pada kawasan potensial kegiatan wisata khususnya pada kawasan Jalan Tohpati Kusamba Ruas Negari - Kusamba adalah kawasan Sepanjang Jalan Tohpati – Kusamba (ruas Negari- Kusamba) sepanjang 10 km dan diambil area 50 M ke kiri dan kanan damija.

Adapun ruas jalan yang dilalui sebagai lingkup penataan dapat dilihat pada Tabel 1.1 dan Gambar 1.1.

(14)

Tabel 1.1. Lingkup Kawasan Kegiatan

No Kec. Desa spot Spg

ke* STA Pjg

(Km) Luas (km2)

Jml sungai 1 Banjarangkan Negari Simpang Tegal besar/

banjarangkan 1 16.20 - 17.27 0,99 1

Simpang Desa Negari (Umaayar)

2 1

Takmung Simpang Lepang 3 17.27 - 18.90 1,63 1

2 Klungkung Satra Simpang Sedayu 4 18.90 - 19.45 3,35 1

Tojan Simpang watu klotok 5 19.45 - 20.35 Gelgel Simpang watu klotok (jalan

blk)

6 20.35 - 21.30 Simpang dng Jalan subak

(diaspal) 7

Simpang Dukuh 9

Jumpai Simpang Jumpai 8

Tangkas 21.35 - 22.00 1

3 Dawan Gunaksa Simpang Jalur Klungkung Karangasem (Gunaksa)

10 22.25 - 23.66 1,44 Kusamba Simpang Jalur Klungkung

Karangasem (Kusamba)

11 23.66 - 25.76 2,59

3 Kec. 8 Desa 11 spot (16,20-

25.76)

10 1.34 5

Keterangan

* Simpang dihitung mulai dari arah barat (Desa Negari)

Gambar 1.1Lokasi Penelitian

Lingkup kawasan perencanaan adalah ± 50 meter di kiri dan kanan damija Tohpati Kusamba ruas Negari Kusamba sepanjang 10 Km.

(15)

BAB II

METODOLOGI

2. 2 .1 1 TE T EK KN NI IK K P PE EN NG GU UM MP PU UL LA AN N D DA AT TA A

Data yang dibutuhkan untuk dianalisis dalam penyusunan studi penyusunan arahan pengendalian pembangunan pada kawasan potensial kegiatan wisata khususnya pada kawasan Jalan Tohpati Kusamba berasal dari data-data fisik dan non fisik yang kebenarannya dilakukan pengecekan secara umpan balik. Metode pengumpulan data dengan mengadakan:

Dialog dengan lembaga terkait dengan pekerjaan baik instansi pemerintah (BAPPEDA, DPU, Kecamatan, Lurah/Kepala Desa, dsb) dalam rangka mendapatkan pengarahan dan input dengan lembaga-lembaga terkait dalam penanganan RTBL ini. Di samping untuk memantapkan koordinasi kelembagaan juga untuk memberitahukan keberadaan dan tugas peneliti di daerahnya serta kemungkinan-kemungkinan meminta bantuan dan arahan yang diperlukan. Yang paling penting adalah tercapainya kesepakatan akan perlunya koordinasi karena adanya keterkaitan instansi satu dengan instansi lainnya.

Pertemuan dengan kepala desa, pemuka masyarakat dan masyarakat di lokasi diharapkan dapat menyerap berbagai data, permasalahan, informasi tentang bangunan-bangunan dan lingkungan dan prioritas program penataaan bangunan dan lingkungan. Survey pengamatan lapangan dilakukan untuk mengecek kondisi fisik lapangan secara lebih detail untuk keperluan pekerjaan. Sebagian data primer akan dikumpulkan dengan melakukan wawancara (kuesioner) mendalam dengan menyiapkan daftar pertanyaan terlebih dahulu perihal permasalahan bangunan dan lingkungan yang sedang dihadapi dan perlu penanganan.

Disamping data primer yang dikumpulkan secara langsung dari masyarakat/warga dalam studi ini diperlukan pula diskusi dengan beberapa tokoh masyarakat dan juga diperlukan pula data sekunder yang diperoleh, terutama dari pemerintah Kota/Kabupaten yang telah melakukan inventarisasi tentang peraturan bangunan.

(16)

2. 2 .2 2. . LI L IN NG GK KU UP P A AN NA AL LI IS SI IS S

Lingkup analisis mencakup:

1. Analisis Pengembangan Sosial Budaya dan Ekonomi, tujuan yang dicapai:

Menghindarkan atau mengurangi dampak negatif akibat adanya penyusunan rancangan regulasi;

Merumuskan kebijaksanaan pengembangan masyarakat, yang berlandaskan peraturan setempat (awig-awig);

Mencari bentuk-bentuk masukan dari Pemda-Swasta-Masyarakat-Pihak lain dalam Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Jalan Tohpati Kusamba

2. Analisis Rancangan Penataan Fisik, tujuan yang dicapai:

Melihat potensi bangunan, lahan dan ruang serta kendala yang ada untuk mengukur sejauh mana Jl. Tohpati Kusamba memerlukan rancangan peraturan bangunan untuk meningkatkan kualitasnya;

Memperkirakan strategi dengan melihat kemungkinan penerapan peraturan penataan bangunan yang akan dilakukan;

Merumuskan komponen peraturan adat (awig-awig) sebagai entry point yang akan dapat diadopsi;

Merumuskan rancangan penataan bangunan sebagai perangkat yang mengatur ke arah tertib pembangunan.

3. Analisis Penanganan Kawasan

Merumuskan usulan rancangan peraturan bangunan kawasan sebagai tertib pembangunan;

Menganalisis bentuk kelembagaan yang akan mengelola pengembangan kawasan ini beserta alternatif-alternatif pelibatan seluruh pelaku pembangunan.

(17)

2. 2 .3 3 AL A LA AT T A AN NA AL LI IS SI IS S

Alat analisis yang digunakan mencakup:

1. Alat analisis yang digunakan melalui deskriptif baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif.

2. Metode pendekatan analisis lain yang digunakan adalah pendekatan untuk menelaah kondisi fisik, sosial, ekonomi dan budaya. Selain itu akan dilakukan penelahaan yang bersifat kualitatif untuk pembahasan fenomena-fenomena sosial pada masyarakat desa/kelurahan dan sekitarnya. Pendekatan kualitatif juga dilakukan untuk telahaan mengenai aspek budaya yang ada dan hidup dalam masyarakat termasuk peraturan, adat istiadat yang berlaku di masyarakat.

Dari telahaan ini dimaksudkan dapat melahirkan jaminan dan kepastian bagi pelaksanaan peraturan penataan bangunan dan lingkungan.

(18)

BAB III

ARAHAN PENGENDALIAN

3.1. PENETAPAN DAN PENGESAHAN

studi penyusunan arahan pengendalian pembangunan pada kawasan potensial kegiatan wisata khususnya pada kawasan Jalan Tohpati Kusamba ini adalah pedoman yang bersifat mengikat bagi seluruh anggota masyarakat di Kawasan Jl.

Tohpati-Kusamba (Ruas Jl. Negari-Kusamba) termasuk seluruh lembaga yang ada, karena keberadaannya ditetapkan dalam bentuk Surat Keputusan Gubernur. Dengan landasan hukum tersebut, maka pelaksanaan RTBL Jl. Tohpati-Kusamba (Ruas Jl.

Negari-Kusamba) mempunyai sanksi hukum, dalam arti mempunyai kekuatan untuk pemaksaan (“Law Enforcement”) apabila diperlukan. Di samping itu, dengan adanya sanksi hukum, apabila terjadi pelanggaran di lapangan terhadap arahan yang tertuang dalam RTBL Tohpati-Kusamba (Ruas Jl. Negari-Kusamba), maka penertiban dapat dilakukan oleh Pemerintah daerah dalam rangka penegakan hukum seperti pembongkaran paksa, gugatan perdata atau tindakan koreksi seperti denda, pungutan tambahan, atau bahkan sanksi pidana bagi pelaku pelanggaran.

3.2. PEMASYARAKATAN DAN SOSIALISASI

Pemerintah Provinsi, dan Kota.Kabupaten berkewajiban mensosialisasikan arahan pengendalian pembangunan Jl. Tohpati-Kusamba (Ruas Jl. Negari-Kusamba) yang telah mendapat pengesahan dengan mengumumkan dan menyebarluaskan melalui:

mas media, pameran, kursus, pelatihan dan penyuluhan-penyuluhan kepada warga masyarakat pejabat daerah di Kabupaten/Kota, khususnya Kawasan Jl. Tohpati- Kusamba (Ruas Jl. Negari-Kusamba) baik yang tergabung dalam organisasi- organisasi kemasyarakat, kepemudaan, profesi, lembaga swadaya masyarakat dan berbagai organisasi swasta lainnya, maupun yang berada di dinas-dinas atau instansi-instansi terkait. Hal ini dilakukan dengan maksud agar dalam perencanaan

(19)

kegiatan di suatu lokasi berpedoman pada arahan pengendalian pembangunan Jl.

Tohpati-Kusamba (Ruas Jl. Negari-Kusamba) yang telah ada.

Dalam rangka mempercepat kegiatan sosisalisasi arahan pengendalian pembangunan Jl. Tohpati-Kusamba (Ruas Jl. Negari-Kusamba) keseluruh lapisan dan pihak-pihak yang terkait, maka perlu ditempuh langkah-langkah:

1. Penguatan legal peraturan arahan pengendalian pembangunan ke dalam Awig- awig dan Pararem Desa pekraman di kawasan Jl. Tohpati-Kusamba (Ruas Jl.

Negari-Kusamba);

2. Penyuluhan langsung atau desiminasi kepada aparat pemerintah, lembaga kemasyarakatan, dan masyarakat luas oleh Tim Provinsi dan Kabupaten/kota;

3. Penyebaran informasi yang lebih gencar melalui mas media atau pameran agar semua pihak mendapatkan informasi yang selengkapnya;

4. Penyedian pusat-pusat informasi arahan pengendalian pembangunan di Kawasan Jl. Tohpati-Kusamba.

3.3. PERAN PEMERINTAH, SWASTA DAN MASYARAKAT

Pada dasarnya pembangunan yang berlangsung di kawasan ini dilaksanakan dengan dana yang berasal dari sumber-sumber APBN (Pemerintah Pusat), APBD (Pemerintah Daerah), investasi swasta dan swadaya murni masyarakat. Mengingat dana yang berasal dari pemerintah sangat terbatas, maka dalam rangka meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi daerah, keterlibatan swasta/masyarakat dalam pembangunan perlu lebih ditingkatkan dan beban pembangunan perlu diatur secara lebih berimbang, sehingga secara umum pembagiannya adalah:

A.A. PPeemmeerriinnttaahh PPuussaatt

1. Pengelolaan proyek-proyek sektoral baik yang bersumber dari APBN maupun bantuan luar negeri yang berlokasi di wilayah perencanaan perlu memperhatikan dan mengacu pada arahan pengendalian pembangunan Kawasan Jl. Tohpati-Kusamba (Ruas Jl. Negari-Kusamba);

2. Mempersiapkan pedoman dan petunjuk teknis yang meliputi penetapan persyaratan-persyaratan untuk pelaksanaan pekerjaan dan kriteria-kriteria

(20)

proyek, termasuk penetapan prosedur dan cara-cara pelaksanaan, operasi serta pemeliharaan,

3. Dalam hal arahan pengendalian pembangunan khususnya Kawasan Jl.

Tohpati-Kusamba (Ruas Jl. Negari-Kusamba), peranan pemerintah pusat adalah memberikan bantuan (keuangan dan teknis) kepada Pemda untuk menyusun DED lebih detail spot atau zona-zona di Jl. Tohpati-Kusamba (Ruas Jl. Negari-Kusamba) sampai dengan terciptanya kekuatan hukum (legal aspect) arahan pengendalian pembangunan Jl. Tohpati-Kusamba (Ruas Jl. Negari-Kusamba) itu sendiri.

B.B. PPeemmeerriinnttaahh PPrrooppiinnssii ddaann KKaabbuuppaatteenn

1. Pemerintah propinsi berperan membantu Pemda Kabupaten/Kota dalam melakukan evaluasi teknis yang menyeluruh selama 5 tahun.

2. Mengelola proyek-proyek APBN serta mengkoordinasikan pelaksanaan proyek-proyek pusat daerah;

3. Mempersiapkan dan memberikan kemudahan-kemudahan kepada sektor swasta, khususnya dalam pelaksanaan proyek-proyek prioritas;

4. Memberikan penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat luas tentang proyek-proyek prioritas dan menyelesaikan masalah-masalah sosial yang timbul dalam pelaksanaan proyek.

5. Dalam hal penataan Kawasan, peranan Pemerintah Kabupaten/Kota adalah melaksanakan arahan pengendalian pembangunan, melakukan pemantaun pelaksanaan rencana, mengadakan tindakan penertiban berdasarkan rencana penataan, dan melakukan evaluasi serta revisi tehadap arahan pengendalian pembangunan apabila dipandang perlu; dan

6. Mendorong Lembaga Swadaya Masyarakat untuk berperan serta aktif dan positif dalam pelaksanaan pembangunan.

C

C.. DDuunniiaa UUssaahhaa SSwwaassttaa

1. Mematuhi dan mentaati arahan pengendalian pembangunan Jl. Tohpati- Kusamba (Ruas Jl. Negari-Kusamba) yang telah ditetapkan;

(21)

2. Melaksanakan proyek-proyek yang dikelola oleh pemerintah pusat maupun daerah;

3. Membangun dan mengelola proyek-proyek prioritas, sesuai dengan penunjukan dari Pemerintah daerah melalui perjanjian.

D

D.. MMaassyyaarraakkaatt

1. Mematuhi dan mentaati arahan pengendalian pembangunan Jl. Tohpati- Kusamba (Ruas Jl. Negari-Kusamba) yang telah ditetapkan;

2. Melakukan pembangunan dan peningkatan lingkungan serta melengkapi sarana dan prasarana permukiman, untuk memelihara kualitas bangunan dan lingkungan.

3.4. PENGAWASAN

Agar pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang dilakukan di lapangan sesuai dengan rencana penataaan yang telah disusun maka perlu dilaksanakan kegiatan pengawasan dalam bentuk pemantauan, pelaporan dan evaluasi yang satu sama lain saling terkait.

3.4.1. PEMANTAUAN

Pemantauan ini dimaksudkan untuk menemukenali permasalahan yang terjadi di lapangan. Pemantauan juga dilakukan untuk mendukung usaha penyempurnaan perencanaan berikutnya dengan menyediakan informasi-informasi tentang situasi perkembangan pelaksanaan rencana tata bangunan dan lingkungan.

Pemantauan penataan kawasan pada dasarnya merupakan salah satu bentuk kegiatan dari pengendalian kawasan secara keseluruhan. Pemantauan perlu dilakukan oleh Lembaga Desa pekraman di kawasan Jl. Tohpati-Kusamba (Ruas Jl.

Negari-Kusamba) bekerjasama dengan instansi tata ruang dan bangunan di daerah serta instansi lainnya yang berhubungan dengan penataaan kawasan bangunan dan lingkungan di bawah koordinasi Bappeda Propinsi, pemkab dan pemkot . Pemantauan ini merupakan suatu kegiatan memonitor dan/atau mengawasi penataan bangunan dan lingkungan di Kawasan Jl. Tohpati-Kusamba (Ruas Jl.

(22)

Negari-Kusamba) dan perubahan-perubahan yang terjadi. Kegiatan ini juga berguna untuk memonitor dan mengawasi setiap usulan atau pengajuan bangunan dan untuk proses perijinan bangunan dalam skala relatif besar dan memiliki dampak luas pada kawasan tersebut.

Pemantauan tata bangunan dan lingkungan perlu ditunjang dengan pengembangan sistem kelembagaan (struktur organisasi ruang dan tata kerja). Kelembagaan pemantauan ini bentuknya bisa berupa Tim, Badan, Forum Pembangunan atau bentuk lainnya. Terpentng adalah kelembagaan menempatkan masyarakat Desa Pekraman sebagai subyek pelaku utama dan bukan obyek, dan tergabung dengan beberapa aparat Pemerintah atau staf dalam kuantitas yang memadai. Kelembagaan dengan Desa Pekraman sebagai basis dimaksudkan untuk penyelenggaraan pembangunan dan penataan kawasan dapat dilakukan secara berkesinambungan.

3.4.2. PELAPORAN

Untuk mendukung terlaksananya kegiatan pemantauan di atas maka perlu disusun bentuk sistem pelaporan antara instansi dan aluran informasi serta pusat pemantauan dan pemrosesan data yang disesuaikan dengan memanfaatkan dan mengefektifkan kelembagaan pemerintah yang telah ada.

3.4.3. EVALUASI

Kegiatan evaluasi perlu dilakukan berdasaran masukan dari pemantauan dan pelaporan, untuk menghasilkan umpan baik yang dibutuhkan untuk penyempurnaan RTBL yang sedang berjalan maupun masukan bagi pembuatan rencana baru atau penjabaran ke dalam rencana yang lebih rinci.

Evaluasi juga dilakukan terhadap permohonan ijin dari swasta dan masyarakat untuk dapat memberikan rekomendasi apakah perijinan yang diusulkan disetujui karena telah sesuai atau tidak dengan RTBL dan Rencana tata ruang.

4.5. KERJASAMA PEMERINTAH, SWASTA DAN MASYARAKAT

Penanganan arahan pengendalian pembangunan Kawasan Jl. Tohpati-Kusamba (Ruas Jl. Negari-Kusamba) ini tidak saja mencakup aspek perencanaan fisik, tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah suatu manajemen yang terpadu, efektif, dan

(23)

efisien. Di samping itu, pada pelaksanaannya bukan lagi didominasi oleh peran pemerintah, sebaliknya peran serta masyarakat dan dunia usaha akan semakin besar.

Dengan demikian, aktor-aktor kegiatan pembangunannya adalah pemerintah, masyarakat, dan swasta yang secara bersama-sama akan membentuk pola kerjasama dalam membangun dan mengembangkan kawasan perencanaan.

Implikasinya, pola pengelolaan pembangunan kawasan merupakan hasil dari keputusan-keputusan dalam setiap tahapan kegiatan pembangunan yang diambil oleh ketiga aktor tersebut. Kegiatan negosiasi mediasi dan advokasi di antara ketiga aktor tersebut akan sangat penting dalam realisasi Penataan Kawasan Jl. Tohpati- Kusamba (Ruas Jl. Negari-Kusamba) ini.

Peran pemerintah akan menjadi enabler dan regulator untuk meningkatkan peranserta masyarakat dan dunia usaha dengan tetap berpedoman pada asas keadilan, pemerataan, dan kelestarian sumber daya lingkungan. Konsekuensinya, dibutuhkan kualitas sumber daya manusia (SDM) di sektor pemerintah, masyarakat, dan swasta yang handal dan memiliki keluwesan persepsi terhadap dinamika perkembangan yang terjadi. Aparat pemerintah bukan lagi satu - satunya pelaku yang dapat mengambil keputusan akhir, namun harus bersama - sama dengan masyarakat dan kalangan swasta. Dengan terwujudnya kerjasama dan koordinasi yang baik, maka pola pengelolaan pembangunan kawasan perencanaan akan lebih produktif, efektif dan efisien.

Kerjasama dan peran serta dari segenap pihak yang terwujud dalam suatu public private partnership, membuka peluang bagi pihak swasta untuk menanamkan investasinya di Kawasan Jl. Tohpati-Kusamba (Ruas Jl. Negari-Kusamba) dengan memperoleh kompensasi tertentu dari Pemprov, pemkot dan pemkab. Penanaman investasi dan realisasi pembangunan oleh swasta, tentunya harus tetap memperhatikan arahan-arahan yang tertuang dalam Penataan Kawasan Jl. Tohpati- Kusamba (Ruas Jl. Negari-Kusamba). Selanjutnya, guna mewujudkan kerjasama yang serasi, selaras, dan terpadu antara ketiga pelaku (pemerintah, swasta, dan masyarakat) dilakukan melalui proses pentahapan yang terdiri atas:

(24)

A.A. TaTahhaapp PPeerrssiiaappaann KKeerrjajassaammaa

Mengenali maksud, tujuan, sasaran, manfaat, dan lingkup bidang kerjasama yang akan dilakukan.

Memahami dampak yang akan terjadi dari kerjasama yang dilakukan.

Mengenali fungsi, kedudukan, dan peranan masing - masing pelaku kerjasama.

Mengenali tugas (kewajiban), hak, dan tanggung jawab serta kebijaksanaan dan kewenangan masing - masing.

Mengenali potensi masing-masing dan kepentingan para pelaku.

Memahami perangkat aturan dan landasan hukum yang mendasari kerjasama.

Mengetahui dan mengenali kelompok masyarakat yang akan terlibat dalam kerjasama

Mengenali dan memahami kondisi fisik dan non fisik kawasan perencanaan yang mencakup aspek sosial ekonomi, sosial budaya, sistem tata nilai, persepsi yang berkembang di masyarakat, sikap penghuni dan pemilik lahan, status kepemilikan lahan, serta aspek-aspek penting dan menentukan lainnya.

Kerjasama pada tahap persiapan ini kemungkinan bisa melibatkan pihak-pihak yang terdiri atas:

Pemerintah melalui dinas/instansi terkait.

Swasta; kalangan dunia usaha, developer; peneliti.

Lembaga formal; Desa/Kelurahan, Banjar Dinas.

Lembaga non formal; ormas, LSM.

Lembaga adat - tradisional; Desa Adat, Banjar Adat, Sekaa.

Koperasi yang diusahakan oleh masyarakat; KUD, BUUD, LPD.

Lembaga keuangan dan perseorangan.

Bentuk - bentuk kerjasama ini dikembangkan sesuai dengan bidang dan lingkup kerjasama yang akan dilakukan.

(25)

B.B. TaTahhaapp PPeemmaattaannggaann KKererjjaassaammaa

Menyiapkan unsur - unsur kelembagaan (formal, non formal, dan adat - tradisional) untuk mewakili pelaku yang akan terlibat dalam kerjasama.

Menetapkan mekanisme dan prosedur untuk mengorganisir dan mengelola pembiayaan pembangunan.

Menetapkan kontribusi berupa manfaat dan kemungkinan resiko yang harus ditanggung oleh masing - masing pihak yang akan melakukan kerjasama.

Menetapkan perangkat aturan dan persyaratan - persyaratan yang harus diikuti dan ditaati oleh para pelaku kerjasama.

Menyusun program kerja dan pembagian tugas, wewenang serta tanggung jawab masing - masing pelaku kerjasama.

3.6. OPERASIONALISASI PENERAPAN KEBIJAKSANAAN PENGENDALIAN KAWASAN

Dalam usaha menghasilkan pembangunan yang efektif dan efisien, maka rencana yang telah ditetapkan dalam arahan pengendalian pembangunan Kawasan Jl.

Tohpati-Kusamba (Ruas Jl. Negari-Kusamba) ini harus berfungsi pula sebagai perangkat pengendali dalam pelaksanaan pembangunan dan pengembangan kawasan. Pelaksanaan pembangunan dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat, bersama - sama dengan pihak swasta dan Pemprov, pemkot dan pemkab.

Pemerintah sebagai pengarah, pembimbing, dan menciptakan iklim yang kondusif agar pembangunan yang dilaksanakan dapat berdaya guna dan berhasil guna.

Pengawasan pembangunan merupakan bagian dari proses pelaksanaan pembangunan, dan harus sudah dimulai dari tahap perencanaan. Sehingga, rencana pembangunan itu sendiri harus mengandung unsur-unsur pengendali pelaksanaan pembangunan. Kegiatan arahan pengendalian pembangunan Kawasan Jl. Tohpati- Kusamba (Ruas Jl. Negari-Kusamba) ini kemudian dibagi menjadi 4 tahapan, yaitu:

(26)

A.A. TaTahhaapp PPeerreennccaannaaaann

Merupakan kegiatan penyusunan Penataan Kawasan Jl. Tohpati-Kusamba (Ruas Jl. Negari-Kusamba) dengan mengidentifikasi potensi dan permasalahan kawasan untuk dapat mewujudkan rencana penataan yang tepat dan terarah.

B.B. TaTahhaapp PPeellaakkssaannaaaann

Realisasinya sesuai dengan strategi pembangunan dan rencana program investasi yang telah disusun berdasarkan kompleksitas permasalahan, skala prioritas penanganan kawasan, sasaran yang ingin dicapai, dan kendala-kendala yang dihadapi.

C

C.. TaTahhaapp PPeemmaannffaaaattaann

Merupakan langkah - langkah yang dilakukan supaya pemanfaatan bangunan dan lingkungan yang telah dilaksanakan pembangunan-nya digunakan sesuai dengan program dan rencana yang telah ditetapkan.

D.D. TaTahhaapp PPeennggeennddaalliiaann

Dalam pelaksanaannya, perangkat pengendalian yang digunakan antara lain:

Mekanisme perijinan membangun bangunan, sarana dan prasarana, ijin usaha, ijin penggunaan bangunan dan merobohkan (menghancurkan) bangunan.

Building code dan peraturan keselamatan bangunan setempat.

Sertifikasi dan kualifikasi keahlian pelaku pembangunan.

Di samping menetapkan 4 (empat) tahapan di atas, untuk merangsang partisipasi masyarakat dan pihak swasta dalam realisasi arahan pengendalian pembangunan Kawasan Jl. Tohpati-Kusamba (Ruas Jl. Negari-Kusamba) ini, maka pengendalian pertumbuhan kawasan ditetapkan melalui kebijaksanaan insentif dan disinsentif (non insentif).

1.1. KeKebbiijjaakkssaannaaaann IInnsseennttiiff

Merupakan upaya pemberian suatu rangsangan dan kemudahan kepada masyarakat dan pihak swasta yang akan melakukan pembangunan, tetapi sudah mengacu dan mendukung terwujudnya penataan baik bangunan maupun

(27)

lingkungan yang sesuai dengan arahan pengendalian pembangunan Kawasan Jl.

Tohpati-Kusamba (Ruas Jl. Negari-Kusamba). Model/bentuk kompensasi dan kemudahan yang diberikan antara lain:

Menyederhanakan mekanisme perijinan seperti Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), Ijin Usahan serta kemudahan untuk melakukan investasi pada sektor kegiatan yang sesuai dengan rencana land use (tata guna lahan), tema kawasan, dan space use (tata ruang) yang diarahkan.

Prioritas pembangunan dan pengadaan sarana, prasarana, dan fasilitas lingkungan seperti jalan, jaringan listrik, telepon, dan air bersih untuk melayani pengembangan kawasan.

2.2. KeKebbiijjaakkssaannaaaann DDiissiinnsseennttiiff

Merupakan peraturan yang bertujuan membatasi dan mengendalikan perkembangan fisik kawasan, serta mencegah munculnya fungsi-fungsi kegiatan yang tidak sesuai dengan ketentuan dalam arahan pengendalian pembangunan Kawasan Jl. Tohpati-Kusamba (Ruas Jl. Negari-Kusamba) yang telah ditetapkan.

Model kebijaksanaan dis-insentif ini dalam realisasinya seperti:

Pengenaan pajak/retribusi yang tinggi.

Tidak diberikan ijin baru/perpanjangan ijin bagi yang sudah habis masa berlakunya.

Tidak diprioritaskan dalam pengadaan dan pembangunan sarana, prasarana, dan fasilitas pelayanan lingkungan.

Peraturan pemerintah yang melarang fungsi-fungsi kegiatan pada lokasi yang tidak sesuai dengan rencana tata guna lahan, tata ruang, dan tema kawasan yang telah ditetapkan.

Kebijaksanaan disinsentif (non insentif) ini juga disertai dengan sanksi dan denda bagi pelaku pembangunan yang tidak mengikuti dan melanggar rencana dan program penataan yang telah ditetapkan dalam Penataan Kawasan Jl. Tohpati-Kusamba (Ruas Jl. Negari-Kusamba) ini.

Gambar

Tabel 1.1. Lingkup Kawasan Kegiatan

Referensi

Dokumen terkait

Data diatas menunjukkan bahwa data tersebut berdistribusi normal, ini dapat dilihat dari uji Kolmogorov-SmirnovZ dengan hasil sebesar 0,807 untuk

Keperluan pencalonan: Pencalonan dibuat menggunakan borang pencalonan khas yang dikeluarkan Suruhanjaya, berserta satu ringkasan sepanjang dua hingga lima muka surat,

Kemudian pada pasca pembangunan atau pengelolaan perlu diidentifikasi apakah keberadaan infrastruktur bidang Cipta Karya tersebut membawa manfaat atau peningkatan

Dari stasiun tersebut diperoleh data berupa kecepatan, lama hembus dan arah angin.Meskipun lama hembus dan arah angin merupakan data yang penting dalam

Untuk dapat memberikan hasil yang lengkap maka fokus penelitian tersebut dirinci dalam unit-unit kajian sebagai berikut.Pertama, yaitu tingkat kehadiran pemilih

Berdasar pertimbangan di atas maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi sediaan gel basis metilselulosa terhadap sifat fisik gel

Saben siklus sapatemon (2 x 40 menit), kanthi tetimbangan: a) Ing panliten iki siswa kari dituntun bisa nggawe ukara tanduk kanthi nganggo paugeran kang bener;