ANALISIS YURIDIS AKIBAT HUKUM MUSNAHNYA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM
PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN (STUDI DI PT.WOM FINANCE, Tbk)
TESIS
Oleh
ANITA SERVIA NABABAN 117011017 / M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2015
ANALISIS YURIDIS AKIBAT HUKUM MUSNAHNYA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM
PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN (STUDI DI PT.WOM FINANCE, Tbk)
TESIS
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Oleh
ANITA SERVIA NABABAN 117011017 / M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2015
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Tan Kamello, SH, MS
Anggota : 1. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN 2. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, MHum 3. Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, MHum 4. Notaris Syahril Sofyan, SH, MKn
Nama : ANITA SERVIA NABABAN
Nim : 117011017
Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU
Judul Tesis : ANALISIS YURIDIS AKIBAT HUKUM
MUSNAHNYA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN (STUDI DI PT.WOM FINANCE, Tbk)
Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.
Medan,
Yang membuat Pernyataan
Nama : ANITA SERVIA NABABAN Nim : 117011017
bidang pembiayaan sepeda motor. PT.WOM Finance,Tbk tidak terlepas dari resiko terjadinya wanprestasi oleh debitur/konsumen maupun musnahnya sepeda motor/
benda jaminan. PT.WOM Finance,Tbk mengatasi resiko tersebut dengan mengadakan perjanjian pembiayaan yang merupakan perjanjian pokok dan perjanjian tambahan lainnya seperti perjanjian kredit, fidusia, kuasa maupun asuransi. Penelitian secara mendalam dilakukan untuk mengetahui mekanisme pembiayaan konsumen (consumer finance), tanggung jawab debitur atas wanprestasi yang dilakukan maupun perlindungan hukum terhadap kreditur ketika objek jaminan fidusia musnah dimana sebelumnya telah terjadi wanprestasi oleh debitur.
Penelitian bersifat preskriptif analitis dengan menggunakan metode pendekatan secara yuridis normatif. Pendekatan secara yuridis-normatif dilakukan dengan cara meneliti bahan kepustakaan atau bahan data sekunder yang meliputi norma-norma hukum yang terdapat di dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku maupun dokumen-dokumen yang berkaitan dengan akibat yuridis musnahnya benda jaminan dalam perjanjian pembiayaan konsumen di PT.WOM Finance,Tbk sehingga diperoleh jawaban atas pokok permasalahan dalam penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian, mekanisme pembiayaan PT.WOM Finance,Tbk secara garis besar dimulai dengan tahap permohonan dan diakhiri dengan tahap pelaksanaan perjanjian. Wanprestasi yang dilakukan debitur menimbulkan akibat hukum terhadap debitur itu sendiri. Dalam keadaan objek jaminan fidusia musnah dimana sebelumnya debitur telah melakukan wanprestasi, maka perlindungan hukum terhadap kreditur tidak hanya diperoleh dari Perjanjian Pembiayaan Konsumen saja, akan tetapi diperoleh pula dari Perjanjian Asuransi.
Kata Kunci : Pembiayaan Konsumen, Wanprestasi, Musnahnya Benda Jaminan Fidusia
default or the disappearance of motorcycles/security object. It copes with the risk by making a financing agreement consisting of primary agreement and the other supporting agreement such as loan agreement, fiduciary agreement, power of attorney and insurance. The objective of this research is to discover the mechanism of consumer finance, debtor’s liability for default, and legal protection for creditor in case of disappearance of fiduciary security object in which the debtor has defaulted earlier.
This is an analytical prescriptive research with normative juridical method. It is conducted by studying references or secondary data including legal norms in the prevailing laws and regulation or documents related to the juridical consequences i.e. disappearance of security object in consumer finance agreement in PT. WOM Finance, Tbk. in order to answer the research problems.
The results of the research discover the finance mechanism in PT.WOM Finance, Tbk. in general, the financing starts from an application and ends with the execution of the agreement. The defaults performed by a debtor causes legal consequences for the debtor themselves. In case the fiduciary security object disappears when the debtor has defaulted earlier, the creditor does not only obtain legal protection from the Consumer Finance Agreement, but it also gains the protection from Insurance Agreement.
Keywords: Consumer Finance, Default, Disappearance of Fiduciary Security Object
memberikan berkat dan kuasa-Nya dalam mengiringi langkah Penulis menyelesaikan tesis ini dengan judul "ANALISIS YURIDIS AKIBAT HUKUM MUSNAHNYA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN (STUDI DI PT.WOM FINANCE, TBK)".
Penulisan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan pada Program Pascasarjana Magister Kenotariatan (MKn) Universitas Sumatera Utara. Keberhasilan dalam penulisan tesis diperoleh dengan melalui beberapa proses, dimana dalam proses penulisan sampai dengan selesai tidak terlepas dari peran para pihak yang turut serta dalam memberi arahan, bimbingan, saran, kritik dan motivasi. Sehingga pada kesempatan yang berbahagia ini, Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Subhilhar, Ph.D, selaku Pejabat Rektor Universitas Sumatera Utara atas sarana dan fasilitas kampus yang mendukung Penulis dalam mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister Kenotariatan di Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan dedikasi dalam memimpin dan memajukan Fakultas Hukum sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan sesuai harapan.
3. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, M.S., C.N., selaku Ketua Program Pascasarjana Magister Kenotariatan (MKn), dimana selama masa kepemimpinannya telah menciptakan dan menjamin terlaksananya proses belajar mengajar dengan baik dan Ibu Dr. T. Keizerina Devi A., S.H., C.N., M.Hum selaku Sekretaris Program Pascasarjana Magister Kenotariatan (MKn)
Pembimbing yang telah dengan penuh kesabaran membimbing Penulis.
6. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah dengan penuh perhatian memberikan arahan, saran, kritik maupun motivasi sehingga Penulis dapat menyelesaikan tesis dengan baik dan sesuai harapan.
7. Ibu Dr. T. Keizerina Devi A., S.H., C.N., M.Hum dan Bapak Notaris Dr. H.
Syahril Sofyan, S.H., M.Kn, sebagai Dosen Penguji, yang telah banyak memberikan arahan, saran dan kritik yang sangat membantu dalam penulisan tesis ini.
8. PT. WOM Finance, Tbk, Bapak Julianto Wangi dan David Depari serta narasumber lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang dengan kerelaannya meluangkan waktunya untuk memberikan segala informasi penting yang sangat bermanfaat dalam penulisan tesis ini.
Demikian juga kepada orangtua Penulis, J.M Nababan dan N.N Br. Hutasoit yang dengan perhatian penuh dan tidak pernah bosan memberikan motivasi, saran dan doanya yang sangat membantu Penulis khususnya pada saat Penulis mengalami kesulitan dan kebuntuan. Kiranya senantiasa diberi kesehatan, umur panjang dan dalam perlindungan Tuhan.
Saudara-saudara penulis, Natalia Nababan & Rudy Panjaitan (Kakak Penulis), dr. Victor Jesron Nababan, SpBTKV (Abang Penulis), dan Julia Efry Nababan &
Henry Panjaitan (Adik Penulis), teman dekat dan penyemangat Penulis Dongan Simanjuntak yang juga telah memberikan dorongan semangat dan doa kepada Penulis.
Atasan Penulis di Kantor, Bapak Dadang Hermawan, Bapak Rahmat Setiawan, Bapak Delson Hutasoit dan Human Capital Ibu Masny Nilam yang telah
khususnya Stambuk 2011 yang telah bersama-sama dengan Penulis mengikuti pendidikan sejak awal, kiranya hubungan baik yang sudah terjalin selama ini akan tetap terjalin untuk selanjutnya.
Sahabat Penulis Berliana Hutagalung,SH.MKn, Lucy Napitupulu,SH.MKn, Kartini Elisabeth, SH.MKn, Tigor Sinambela, SH,MKn, Bob Julyo, SH, Ika Nora, SH.MKn, Syafrida Yanti Nst, SH,MKn, Enita Barus, Lambok Pangaribuan, Kristina Rajagukguk, Nelva, Juli Manalu, Haryati yang telah memberikan semangat dan bantuannya kepada Penulis. Kiranya keberhasilan dan kesuksesan menghampiri kita semua.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih belum sempurna dan memiliki kekurangan, akan tetapi Penulis berharap penulisan tesis ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Hormat saya, Penulis
Anita Servia Nababan
Tempat/ Tanggal Lahir : Pematang Siantar/ 24 Agustus 1983
Status : Belum Kawin
Alamat : Jl. Pengairan no. 5, Pematang Siantar
II. KELUARGA
Nama Ayah : Jhohannes Mulia Nababan Nama Ibu : Nenny Nirmala Br. Hutasoit Nama Saudara Kandung : Resma Natalia A. Nababan, SE
dr. Victor Jesron Nababan, Sp, BTKV Julia Efry Nababan, AMd
III. PENDIDIKAN
SD Negeri No. 122400 Pematang Siantar Tamat Tahun 1995 SLTP Negeri 3 Pematang Siantar Tamat Tahun 1998
SMU Negeri 3 Pematang Siantar Tamat Tahun 2001
S1 Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Tamat Tahun 2005
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR ISTILAH ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 14
C. Tujuan Penelitian ... 15
D. Manfaat Penelitian ... 15
E. Keaslian Penelitian ... 16
F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 18
1. Kerangka Teori ... 18
2. Konsepsi ... 22
G. Metode Penelitian... 25
BAB II MEKANISME PEMBIAYAAN PADA PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN (CONSUMER FINANCE) DI PT.WOM FINANCE, TBK ... 31
A. Aspek Hukum Perjanjian Pembiayaan Konsumen (Consumer Finance) ... 31
B. Aspek Hukum Jaminan Fidusia ... 41
C. Mekanisme Pembiayaan pada Perjanjian Pembiayaan Konsumen (Consumer Finance) di PT.WOM Finance, Tbk .... 59
Melakukan Wanprestasi ... 73
B. Tanggung Jawab Debitur atas Wanprestasi yang Dilakukan Terhadap Perjanjian Pembiayaan Konsumen di PT.WOM Finance, Tbk ... 85
BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KREDITUR KETIKA OBJEK JAMINAN FIDUSIA MUSNAH DAN SEBELUMNYA TELAH TERJADI WANPRESTASI OLEH DEBITUR ... 103
A. Kedudukan Perjanjian Pembiayaan Konsumen (Consumer Finance) PT.WOM Finance, Tbk Ketika Objek Jaminan Fidusia Musnah ... 103
B. Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur/Penerima Fidusia Ketika Objek Jaminan Fidusia Musnah dan Sebelumnya Telah Terjadi Wanprestasi Oleh Debitur ... 110
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 123
A. Kesimpulan ... 123
B. Saran ... 124
DAFTAR PUSTAKA ... 126
Venture Capital = modal Ventura
Factoring = anjak Piutang
Credit Card = usaha Kartu Kredit
Consumer Finance = pembiayaan Konsumen Project Finance = pembiayaan Proyek
Supplier = penyedia barang/pemasok/produsen
Collateral = agunan/ jaminan
Constitutum Possesorium = penyerahan kepemilikan benda tidak disertai dengan penyerahan fisik bendanya
Sovereign = pihak yang berkuasa
Fiduciary = hubungan kepercayaan
Operational defenition = defenisi operasional
Library Research = penelitian secara kepustakaan Promissory notes = pengakuan utang
Legal certainty = kepastian hukum
Good faith = itikad baik
Unilateral unvoidable = tidak dapat dibatalkan secara sepihak
Character = kepribadian
Capacity = kemampuan
Capital = modal
Condition Of Economy = kondisi ekonomi
Purpose = tujuan
Payment = pembayaran
Profitability = kemampuan menghasilkan laba / keuntungan
Protection = perlindungan
kepercayaan
Fiducia cum creditoria contracta = penyerahan hak milik berdasarkan atas kepercayaan
Pand = gadai
Droit de Preference = asas dimana kreditur/penerima fidusia berkedudukan sebagai kreditur yang diutamakan (preferen) dari kreditur-kreditur lainnya
Droit de Suite = asas dimana jaminan fidusia tetap melekat/mengikuti benda yang menjadi objek jaminan dalam tangan siapapun benda tersebut berada
Zakelijkrecht = jaminan kebendaan
Kontinjen = hutang yang baru akan ada
Inventory = inventaris,persediaan
Fictie van wil en vertrouwen = fiksi adanya kemauan dan kepercayaan Plan visit = kunjungan ke rumah calon debitur Sommatie = peringatan secara tertulis
Substantial performance = doktrin yang mengajarkan sungguhpun satu pihak tidak melaksanakan prestasinya secara sempurna, akan tetapi jika telah melaksanakan prestasinya secara substansial, maka pihak lain juga harus melaksanakan kewajibannya secara sempurna
Cost = biaya, pengeluaran
Overmacht
force majeure = keadaan memaksa
Exceptio non adimpleti contractus = pembelaan seorang debitur yang melakukan wanprestasi dengan mengatakan bahwa kreditur telah lalai
Tabel 2.2 Jumlah Pembiayaan Debitur/Konsumen PT.WOM Finance, Tbk Wilayah Medan Tahun 2014 per Januari s/d Juni
Tabel 3.1 Statistik Debitur/Konsumen PT.WOM Finance, Tbk yang Melakukan Wanprestasi/Kredit Macet Tahun 2013
Tabel 3.2 Statistik Debitur/Konsumen PT.WOM Finance, Tbk yang Melakukan Wanprestasi/Kredit Macet Tahun 2014 per Januari s/d Juni
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia bisnis merupakan dunia yang paling banyak dibicarakan diberbagai forum, baik yang bersifat nasional maupun internasional. Ramainya pembicaraan mengenai dunia bisnis disebabkan oleh salah satu tolak ukur kemajuan suatu negara adalah dari kemajuan ekonomi dan tulang punggung dari kemajuan ekonomi adalah dunia bisnis.
Perkembangan ekonomi sejak beberapa dekade terakhir telah mengalami pasang surut. Perkembangan tersebut jika dicermati erat kaitannya dengan keberadaan modal sebagai salah satu sarana pengembangan unit usaha, selain faktor mikro dan makro.
Perusahaan yang bergerak dibidang keuangan memegang peranan yang sangat penting di dalam memenuhi kebutuhan akan modal/dana. Hal ini disebabkan perusahaan keuangan memang bidang utamanya adalah menyediakan fasilitas pembiayaan dana bagi perusahaan lainnya dan hampir tidak ada bidang usaha yang tidak memerlukan modal/dana.
Sejalan dengan kebutuhan modal sebagai sarana pokok, upaya terobosan perolehan modal sebagai kebutuhan utama pengembangan usaha, mulai berkembang dalam bentuk kegiatan alternatif. Bentuk-bentuk tersebut akan memunculkan
fenomena baru, khususnya di bidang hukum sehingga keberadaan lembaga alternatif keuangan perlu dicermati.
Dalam kehidupan sehari-hari keperluan akan dana guna menggerakkan roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Disatu sisi, ada masyarakat yang kelebihan dana, tetapi disisi lain ada kelompok masyarakat yang memiliki kemampuan untuk berusaha akan tetapi terhambat karena kurangnya atau tidak memiliki dana sama sekali. Untuk mempertemukan kedua hal diatas maka diperlukan adanya suatu lembaga yang bertindak sebagai kreditur yang menyediakan dana bagi kelompok masyarakat yang tidak memiliki dana tersebut.
Pada dasarnya pemberian kredit dapat diberikan oleh siapa saja yang memiliki kemampuan untuk itu melalui perjanjian hutang piutang antara pemberi hutang (kreditur) di satu pihak dan penerima pinjaman (debitur) di lain pihak.1 Dengan adanya perjanjian hutang piutang (kredit) tersebut, maka lahirlah kewajiban pada diri kreditur yaitu untuk menyerahkan uang yang diperjanjikan kepada debitur, dengan hak untuk menerima kembali uang tersebut dari debitur pada waktunya, disertai dengan bunga yang telah disepakati oleh kedua pihak. Demikian sebaliknya terhadap debitur, dimana debitur berhak untuk memperoleh dan mempergunakan uang dipinjamkan oleh kreditur sesuai jangka waktu yang telah disepakati dengan kewajiban untuk mengembalikan pinjaman tersebut hutang pokok beserta dengan bunga sesuai dengan yang telah diperjanjikan.
1Gunawan Widjaja & Ahmad Yani, Jaminan Fidusia, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2003), hal.1
Seiring dengan berjalannya waktu, bank bukan lagi satu-satu nya lembaga keuangan yang dapat memberikan pinjaman modal, munculnya lembaga keuangan lainnya yang disebut dengan lembaga pembiayaan memberikan peranan yang penting didalam kegiatan bisnis.
Istilah lembaga pembiayaan digunakan sebagai padanan istilah di dalam bahasa Inggris, yaitu financing institution. Dalam kegiatan usahanya, lembaga pembiayaan lebih menekankan usaha pada fungsi pembiayaan. Lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat.2
Tidak seperti lembaga keuangan bank dimana sudah sejak generasi terdahulu dikenal, lembaga pembiayaan ini baru tumbuh dan berkembang seiring dengan adanya Paket Deregulasi Tahun 1988, yaitu Paket Deregulasi 27 Oktober 1988 (Pakto 88) dan Paket Deregulasi 20 Desember 1988 (Pakdes 88).
Kebijakan dalam bidang pengembangan kegiatan lembaga pembiayaan diatur berdasarkan Keppres No. 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan dan Keputusan Menteri Keuangan No. 1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan.
Lembaga Pembiayaan dikatakan sebagai sumber pembiayaan alternatif karena diluar lembaga pembiayaan masih banyak lembaga keuangan lain yang dapat memberi bantuan dana, seperti pegadaian, pasar modal, bank, dan sebagainya.
2 Pasal 1 angka 1 Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988.
Walaupun demikian tidak semua pelaku usaha dapat dengan mudah mengakses dana dari setiap jenis sumber dana tersebut. 3
Maraknya pemanfaatan modal yang bersumber dari lembaga pembiayaan pada saat sekarang ini disebabkan karena bank yang selama ini telah dikenal oleh masyarakat luas ternyata tidak dapat memenuhi berbagai kebutuhan dana dalam masyarakat. Kesulitan masyarakat dalam mengakses dana dari bank tersebut disebabkan antara lain karena jangkauan penyebaran kredit bank yang belum merata, keharusan bank menerapkan prinsip prudent banking, keharusan debitur untuk menyerahkan jaminan dan terbatasnya kemampuan permodalan bank sendiri.
Dengan mengingat kendala yang dihadapi untuk memperoleh dana dari bank, maka lembaga pembiayaan menjadi salah satu sumber dana alternatif yang penting dan potensial yang patut untuk dipertimbangkan. Disamping itu, lembaga pembiayaan juga mempunyai peranan yang penting didalam pembangunan, yaitu menampung dan menyalurkan aspirasi dan minat masyarakat untuk berperan aktif dalam pembangunan. Aspirasi dan minat masyarakat dalam pembangunan ini dapat diwujudkan jika ada pihak yang memfasilitasi. Dengan adanya bantuan dana dari lembaga pembiayaan ini diharapkan masyarakat sebagai pelaku usaha dapat mengatasi masalah permodalan yang dihadapi.
Bidang-bidang usaha yang masuk dalam lembaga pembiayaan ini, adalah sebagai berikut :4
1. Sewa Guna Usaha (Leasing) 2. Modal Ventura (Venture Capital)
3 Sunaryo, Hukum Lembaga Pembiayaan, ( Jakarta : Sinar Grafika, 2000), hal.3
4 Ibid., hal.13
3. Anjak Piutang (Factoring)
4. Usaha Kartu Kredit (Credit Card)
5. Pembiayaan Konsumen (Consumer Finance) 6. Pembiayaan Proyek (Project Finance)
Salah satu bidang usaha yang termasuk dalam bidang pembiayaan adalah pembiayaan konsumen (consumer finance) sebagaimana yang dilakukan oleh PT.
Wahana Ottomitra Multiartha, Tbk Cabang Medan (untuk selanjutnya disingkat ”PT.
WOM Finance,Tbk”). PT.WOM Finance,Tbk merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pembiayaan sepeda motor dengan merk tertentu, yaitu Honda, Yamaha, Suzuki, Minerva, TVS dan Bajaj.
Kemajuan di bidang teknologi telah memicu perusahaan untuk menghasilkan produksi yang semakin canggih dan beragam. Kelebihan-kelebihan atas suatu produksi terbaru mendorong masyarakat (konsumen) untuk memilikinya meskipun kemungkinan secara finansial dana untuk membeli produk tersebut tidak mencukupi.
Bagi masyarakat kelas menengah ke bawah yang berpenghasilan rendah hal ini tentu merupakan suatu problem tersendiri. Kondisi ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan tumbuh dan berkembangnya lembaga pembiayaan konsumen sebagai salah satu sumber pembiayaan alternatif untuk memenuhi kebutuhan konsumen atas barang-barang konsumtif yang dibutuhkannya. Melalui pembiayaan konsumen, masyarakat yang tadinya tidak mampu/kesulitan untuk membeli barang yang diinginkan secara tunai, dapat teratasi dengan mudah dan cepat.5
5 Ibid., hal. 95
Pembiayaan konsumen (consumer finance) merupakan lembaga pembiayaan yang kegiatannya berupa penyediaan dana oleh perusahaan pembiayaan konsumen kepada konsumen untuk pembelian suatu barang dari pemasok (supplier) yang pembayarannya dilakukan secara berkala atau mengangsur oleh konsumen. Dengan demikian, dalam transaksi pembiayaan konsumen ada tiga pihak yang teribat dalam hubungan hukum pembiayaan konsumen, yaitu perusahaan pembiayaan konsumen, konsumen dan pemasok (supplier). 6
Kegiatan pinjam meminjam uang adalah kegiatan yang telah lama dilakukan di dalam kehidupan masyarakat yang telah mengenal uang sebagai alat pembayaran.
Dalam kegiatan pinjam meminjam uang yang terjadi di masyarakat dapat diperhatikan bahwa pada umumnya selalu dipersyaratkan dengan pemberian jaminan oleh pihak peminjam kepada pihak yang meminjamkan. Jaminan hutang dapat berupa barang/benda sehingga merupakan jaminan kebendaan atau berupa janji penanggungan hutang sehingga merupakan jaminan perorangan. Jaminan kebendaan memberikan hak kebendaannya kepada pemegang jaminan.
Jaminan adalah merupakan suatu sarana perlindungan bagi kreditur, yaitu kepastian atas pelunasan hutang debitur atau pelaksanaan suatu prestasi oleh debitur atau oleh penjamin debitur. Keberadaan jaminan merupakan suatu syarat yang sangat penting untuk memperkecil resiko pemberian kredit yang dilakukan oleh bank maupun lembaga keuangan non bank lainnya termasuk lembaga pembiayaan konsumen.
6 Ibid.
Di dalam perjanjian pinjam-meminjam/perjanjian kredit, pentingnya suatu jaminan hutang baru akan terlihat ketika debitur lalai untuk memenuhi kewajibannya yaitu melakukan pelunasan hutang-hutangnya sesuai dengan yang telah disepakati bersama sebelumnya. Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (untuk selanjuntya disingkat “KUHPerdata”) Pasal 1131 segala kebendaan si berhutang, baik yang bergerak maupun yang tak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan.
Hal ini menunjukkan bahwa seorang kreditur yang ingin mendapatkan kepastian pengembalian uangnya dapat meminta kepada debitur untuk mengadakan perjanjian tambahan yang menunjuk kepada barang-barang tertentu baik bergerak maupun barang tetap kepunyaan debitur sebagai jaminan pelunasan hutangnya.7
Pada kenyataannya seorang yang berhutang (debitur) tidak hanya terikat pada satu macam kewajiban saja. Dalam kondisi yang seperti ini, hanya akan menyebabkan kerugian di pihak kreditur dimana kreditur hanya memperoleh sebagian dari uang yang telah dipinjamkan kepada debitur karena jaminan tersebut tidak cukup untuk menutupi seluruh hutang debitur yang ada dan telah jatuh tempo.
Dengan kondisi tersebut, tentu saja kreditur tidak tinggal diam sehingga untuk menjamin pelunasan hutang debitur, maka kreditur dapat meminta debitur untuk mengadakan perjanjian tambahan guna menjamin dilunasinya kewajiban hutang debitur tersebut dengan mana jaminan yang diikatkan untuk pelunasan hutang debitur
7Oey Hoey Tiong, Fiducia Sebagai Jaminan Unsur-Unsur Perikatan, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1985), hal.8
dapat diberikan oleh pihak ketiga diluar debitur dalam bentuk perjanjian penanggungan hutang yang merupakan jaminan pembayaran yang bersifat umum, maupun dalam bentuk penunjukkan satu atau barang-barang tertentu yang akan digunakan sebagai jaminan pelunasan hutang yang bersifat khusus.
Hal tersebut menunjukkan bahwa kreditur dalam suatu perjanjian hutang piutang memerlukan lebih dari sekedar janji untuk melaksanakan atau memenuhi kewajibannya. Disebut sebagai jaminan dalam bentuk kebendaan, karena secara umum jaminan tersebut diberikan dalam bentuk penunjukkan atau pengalihan suatu benda tertentu, jika debitur gagal melaksanakan kewajibannya dalam jangka waktu yang telah ditentukan, memberi hak kepada kreditur untuk menjual kebendaan secara lelang yang dijaminkan tersebut, secara mendahului dari kreditur-kreditur lainnya (Droit de Preference).8
Kebendaan yang dijadikan sebagai jaminan pelunasan hutang, biasanya tidak dibatasi macam dan bentuknya, yang penting kebendaan tersebut harus memiliki nilai ekonomis dan memiliki sifat mudah dialihkan atau mudah diperdagangkan, sehingga benda jaminan tersebut tidak menjadi beban bagi kreditur untuk menjual lelang pada waktunya.
Pada dasarnya jaminan ada dua jenis, yaitu jaminan secara umum dan jaminan secara khusus. Jaminan secara khusus ini masih dibagi lagi menjadi dua jenis yaitu jaminan kebendaan dan jaminan orang atau penanggungan hutang. Jaminan secara umum dan jaminan penanggungan hutang tidak sepenuhnya memberikan kepastian
8 Gunawan Widjaja & Ahmad Yani, Op.Cit., hal.4
pelunasan hutang, karena kreditur tidak mempunyai hak mendahului sehingga kedudukan kreditur tetap sebagai kreditur konkuren sama seperti kreditur lainnya.9
Hanya jaminan kebendaan yang memberikan hak mendahului kepada kreditur sehingga kreditur tersebut mempunyai kedudukan sebagai kreditur previlege yang dapat mengambil pelunasan terlebih dahulu dari barang yang menjadi jaminan tanpa memperhatikan kreditur-kreditur lainnya. Undang-undang sendiri memberikan hak istimewa kepada kreditur tertentu dalam hal jaminan kebendaan.
Terhadap benda atau barang debitur yang dijadikan jaminan akan dibuatkan perjanjian pembebanan yang disebut dengan perjanjian jaminan. Perjanjian jaminan ini timbul karena adanya perjanjian pokok, yaitu perjanjian pinjam-meminjam atau perjanjian kredit. Perjanjian jaminan tidak dapat berdiri sendiri harus didahului dengan perjanjian pokok. Apabila perjanjian pokok berakhir, maka dengan sendiri perjanjian jaminan akan berakhir juga. Oleh karena itu, perjanjian jaminan disebut bersifat accesoir, karena perjanjian jaminan mengikuti perjanjian pokoknya.
Perjanjian jaminan merupakan perjanjian khusus yang dibuat oleh kreditur dan debitur atau pihak ketiga untuk mengikatkan suatu benda tertentu atau kesanggupan pihak ketiga dengan tujuan memberikan keamanan dan kepastian hukum akan pengembalian kredit atau pelaksanaan perjanjian pokok.10
9Oey Hoey Tiong, Op.Cit., hal.16
10Djuhaendah Hasan, Lembaga Jaminan Kebendaan bagi Tanah dan Benda Lain yang Melekat pada Tanah dalam Konsepsi Penerapan Azas Pemisahan Horinzontal, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1996), hal.236
Benda milik debitur yang dijadikan sebagai jaminan dapat berupa benda bergerak maupun benda yang tidak dapat bergerak atau benda tetap. Apabila yang dijadikan jaminan adalah benda tetap atau benda tidak bergerak, maka ketentuan undang-undang menetapkan pembebanan atau pengikatannya dengan menggunakan hipotik atau hak tanggungan, sedangkan yang dijadikan objek jaminan tersebut adalah benda bergerak, maka dapat dibebani atau diikat dengan gadai atau fidusia. Adanya pembagian benda-benda bergerak dan tidak bergerak yang dijadikan sebagai jaminan hutang, membawa konsekuensi yang berbeda terhadap lembaga jaminan yang akan digunakan untuk pengikatan atau pembebanannya.
Pada umumnya perusahaan-perusahaan pembiayaan konsumen banyak membiayai untuk pembelian sepeda motor bermotor, baik roda dua maupun roda empat. Dan yang menjadi objek jaminan atas pembiayaan yang dilakukan adalah sepeda motor bermotor itu sendiri yaitu dengan menguasai Bukti Kepemilikan Sepeda motor Bermotor (untuk selanjutnya disingkat ”BPKB”) dari sepeda motor bermotor tersebut. Hal ini dilakukan agar debitur tidak terhalang untuk melakukan kegiatan usahanya dengan menggunakan objek yang menjadi jaminan hutang/kedit tersebut.
Sebagai lembaga pembiayaan, pembiayaan konsumen pada dasarnya tidak menekankan pada aspek jaminan (collateral). Meskipun demikian, sebagai lembaga bisnis, pembiayaan konsumen juga tidak terlepas dari adanya resiko. Oleh sebab itu, di dalam prakteknya perusahaan pembiayaan konsumen biasanya meminta jaminan tertentu sebagaimana jaminan dalam kredit pada umumnya. Jaminan tersebut adalah
jaminan utama berupa kepercayaan, jaminan pokok berupa barang yang dibiayai secara fidusia, dan jaminan tambahan seperti kuasa jual, dan lain-lain.
Pada dasarnya, dalam pelaksanaan pembiayaan konsumen di Indonesia, tidak hanya dibuat satu macam perjanjian yang dibuat oleh para pihak,tetapi juga dibuat berbagai jenis perjanjian. Perjanjian pokok adalah perjanjian pembiayaan, yaitu perjanjian yang dibuat diantara kreditur (pemberi fasilitas dana) dengan nasabah (penerima fasilitas pendanaan) untuk membiayai dalam bentuk pembelian sepeda motor bermotor. Dari perjanjian pembiayaan tersebut, maka lahirlah perjanjian tambahan.
Jaminan kebendaan yang diikatkan dalam pelaksanaan kewajiban debitur dalam perjanjian kredit pada perusahaan pembiayaan konsumen dilakukan secara fidusia, yaitu hanya didasarkan pada kepercayaan. Tidak ada penyerahan objek jaminan dalam pengikatan jaminan tersebut.
Hak kebendaan dari jaminan fidusia baru lahir sejak dilakukan pendaftaran pada kantor pendaftaran fidusia dan sebagai buktinya adalah penerbitan sertifikat jaminan fidusia. Konsekuensi yuridis dari tidak didaftarkannya jaminan fidusia adalah perjanjian jaminan fidusia bersifat perseorangan (persoonlijke karakter).11
Bentuk jaminan fidusia pada saat ini sudah mulai dipergunakan secara luas dalam transaksi pinjam-meminjam karena proses pembebanannya dianggap sederhana, mudah, cepat, meskipun sebenarnya belum menjamin adanya kepastian
11Tan Kamelo, Hukum Jaminan Fidusia : Suatu Kebutuhan Yang Didambakan, (Bandung : PT. Alumni, 2006), hal. 30
hukum. Jaminan fidusia memungkinkan kepada para pemberi fidusia untuk menguasai objek yang dijadikan jaminan. Hal ini guna menjalankan atau melakukan kegiatan usaha yang dibiayai dari pinjaman dengan menggunakan jaminan fidusia tersebut. Pada awalnya, benda yang menjadi objek jaminan fidusia ini hanya terbatas pada kebendaan bergerak yang berwujud dalam bentuk peralatan. Akan tetapi, pada perkembangan selanjutnya kebendaan yang menjadi objek jaminan fidusia mulai meliputi juga kebendaan bergerak yang tidak berwujud maupun benda yang tidak bergerak.12
Di Indonesia, mengenai jaminan fidusia ini diatur di dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia (untuk selanjutnya disingkat
“UUJF”). Pemberian fidusia dilakukan dengan proses yang disebut Constitutum Possesorium yang dapat diartikan dengan penyerahan kepemilikan benda yang tidak disertai dengan penyerahan fisik bendanya.13
Perjanjian kredit yang terjadi antara perusahaan pembiayaan dalam hal ini pembiayaan konsumen dengan pihak debitur (konsumen), dalam prakteknya kadangkala terjadi tidak sesuai dengan apa yang telah diperjanjikan sebelumnya sehingga pada akhirnya akan menimbulkan masalah. Permasalahan yang timbul tidak sedikit yang sampai ke ranah hukum pidana berupa pelaporan oleh debitur kepihak kepolisian, biasanya hal tersebut terjadi disebabkan karena wanprestasi yang dilakukan oleh debitur/konsumen. Debitur tidak melakukan kewajibannya untuk
12Gunawan Widjaja & Ahmad Yani, Op.Cit., hal. 8
13Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, Menata Bisnis Modern di Era Global, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2008), hal.152
melakukan pembayaran hutang sesuai dengan yang diperjanjikan dan sebagai akibat dari tunggakan pembayaran tersebut maka pihak kreditur atau perusahaan pembiayaan melakukan penarikan atas objek yang dijaminkan. Debitur yang tidak dapat menerima tindakan penarikan yang dilakukan oleh perusahaan pembiayaan melaporkan peristiwa tersebut kepada pihak kepolisian.
Permasalahan lain yang sering terjadi adalah terjadinya suatu kejadian yang tidak dikehendaki oleh para pihak, yaitu apabila benda yang dibebani jaminan fidusia tersebut musnah. Musnahnya objek jaminan fidusia tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pencurian, kebakaran, akibat huru-hara, dan lain-lain.
Dalam kaitannya dengan objek jaminan fidusia, berdasarkan Pasal 25 UUJF : 1. Jaminan Fidusia hapus karena hal-hal sebagai berikut :
a. Hapusnya hutang yang dijaminkan dengan fidusia ;
b. Pelepasan hak atas jaminan fidusia oleh penerima fidusia ; atau c. Musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia.
2. Musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia tidak menghapuskan klaim asuransi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf b.
3. Penerima Fidusia memberitahukan kepada Kantor Pendaftaran Fidusia mengenai hapusnya Jaminan Fidusia sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dengan melampirkan pernyataan-pernyataan mengenai hapusnya hutang, pelepasan hak, atau musnahnya benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia tersebut.
Pasal 10 UUJF tersebut mengatur tentang pengecualian terhadap pembebanan jaminan atas benda atau piutang yang diperoleh dengan perjanjian jaminan tersendiri yaitu pada ayat 1 huruf (b), bahwa jaminan fidusia meliputi klaim asuransi, dalam hal benda yang menjadi objek jaminan fidusia diasuransikan.
Sesuai dengan isi Pasal 25 UUJF tersebut diatas, tidak dijelaskan secara terperinci mengenai klasifikasi yang termasuk pada musnahnya objek jaminan
fidusia, tidak diatur secara jelas perihal akibat hukum yang ditimbulkan musnahnya objek jaminan fidusia tersebut diantaranya mengenai tanggung jawab para pihak jika terjadi peristiwa musnahnya objek jaminan fidusia tersebut serta perlindungan hukum yang dimiliki oleh masing-masing pihak.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka perlu dilakukan penelitian terhadap akibat hukum yang ditimbulkan jika terjadi peristiwa musnahnya objek jaminan fidusia yang mencakup hak dan kewajiban masing-masing pihak jika terjadi peristiwa musnahnya objek jaminan fidusia dan perlindungan hukum yang diberikan kepada masing-masing pihak didalam pelaksanaan perjanjian kredit yang dilakukan di lingkungan perusahaan pembiayaan konsumen, dalam hal ini di PT. WOM Finance, Tbk.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana mekanisme pembiayaan pada perjanjian pembiayaan konsumen (consumer finance) di PT.WOM Finance,Tbk ?
2. Bagaimana tanggung jawab debitur atas wanprestasi yang dilakukan terhadap Perjanjian Pembiayaan Konsumen PT.WOM Finance,Tbk ?
3. Bagaimana perlindungan hukum terhadap kreditur ketika objek jaminan fidusia musnah dan sebelumnya telah terjadi wanprestasi oleh debitur ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian merupakan bagian pokok ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk lebih mendalami segala aspek kehidupan, disamping itu merupakan suatu sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, baik dari segi teoritis maupun praktis14.
Adapun yang menjadi tujuan penelitian, yaitu :
1. Untuk mengetahui mekanisme pembiayaan pada perjanjian pembiayaan konsumen (consumer finance) di PT.WOM Finance,Tbk
2. Untuk mengetahui dan menganalisis tanggung jawab debitur atas wanprestasi yang dilakukan terhadap Perjanjian Pembiayaan Konsumen PT.WOM Finance,Tbk
3. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap kreditur ketika objek jaminan fidusia musnah dan sebelumnya telah terjadi wanprestasi oleh debitur
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis, sebagai berikut :
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan dapat menyumbangkan pemikiran bagi ilmu hukum pada umumnya, dan kenotariatan pada khususnya dibidang hukum jaminan fidusia yang keberadaannya saat ini banyak digunakan dalam perjanjian kredit terutama jika terjadi peristiwa
14 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, ( Jakarta, Universitas Indonesia ( UI- Press ), 1984 ), hal.3.
musnahnya objek jaminan fidusia tersebut mengingat pembebanan jaminan fidusia cukup banyak digunakan, khususnya dilingkungan lembaga pembiayaan serta dapat menambah khasanah kepustakaan dalam bidang jaminan fidusia.
2. Secara Praktis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat diterapkan didalam praktek dan memberikan kontribusi berupa masukan bagi kalangan praktisi, masyarakat luas, pelaku usaha ( perusahaan pembiayaan konsumen) dan pemerintah dalam rangka melaksanakan ketentuan UUJF, terutama ketentuan yang menyangkut tanggung jawab debitur atas penyelesaian kewajibannya sesuai dengan yang telah diperjanjikan dan perlindungan hukum yang diberikan kepada kreditur terhadap pelunasan hutang debitur tersebut jika objek jaminan fidusia musnah.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan penelurusan kepustakaan baik di lingkungan perpustakaan Universitas Sumatera Utara maupun perpustakaan Sekolah Pasca Sarjana Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, bahwa penelitian mengenai
“Analisis Yuridis Akibat Hukum Musnahnya Objek Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen (Studi di PT. WOM Finance, Tbk )” belum pernah dilakukan sebelumnya. Adapun judul-judul penelitian terdahulu yang membahas mengenai jaminan fidusia, antara lain :
1. “Aspek Hukum Perubahan Objek Jaminan Fidusia pada Perjanjian Kredit di Bank Berdasarkan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999”, diteliti oleh Ahmad Julyandi Nasution (NIM : 067011014).
2. “Eksekusi di Bawah Tangan Objek Jaminan Fidusia Atas Kredit Macet Kepemilikan Mobil (KPM) di Lembaga Keuangan Non Bank (Studi Kasus : PT.
Batavia Prosperindo Finance, Cabang Medan)”, diteliti oleh Leni Marlina (NIM : 087011063) dimana yang menjadi permasalahan tesis tersebut yaitu : 1) faktor- faktor apa yang menyebabkan eksekusi objek jaminan fidusia pada lembaga pembiayaan konsumen? ; 2) hambatan dan upaya apa saja yang dilakukan dalam penarikan objek jaminan fidusia atas kredit macet? ; 3) bagaimana prosedur eksekusi di bawah tangan objek jaminan fidusia atas kredit macet kepemilikan mobil?.
3. “Perlindungan Hukum terhadap Penerima Fidusia dalam Perjanjian Fidusia Yang Dibuat di Bawah Tangan pada Perseroan Terbatas PT. Internusa Tribuana Citra Multi Finance Medan”, diteliti oleh Hendri (NIM : 067011040).
4. “Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur Dalam Perjanjian Fidusia Yang Dibuat Di Bawah Tangan (Penelitian Pada PT. Olympindo Multi Finance Cabang Medan)”, diteliti oleh Martinus Tjipto (NIM : 077011079).
5. “Tanggung Jawab Perusahaan Asuransi Terhadap Perjanjian Kredit Dalam Perusahaan Pembiayaan (Leasing) atas Klaim Dari Tertangggung ( Studi Pada Perusahaan Pembiayaan PT. DIPO STAR FINANCE Cabang Medan )”, diteliti oleh Kiki Fitri Magdalena Manurung (NIM : 107011008) dimana yang menjadi
permasalahan tesis tersebut yaitu : 1) bagaimana tanggung jawab perusahaan asuransi terhadap perjanjian kredit dalam perusahaan pembiayaan PT. Dipo Star Finance Cabang Medan?; 2) bagaimana tata cara pelaksanaan klaim asuransi sepeda motor bermotor yang terjadi pada PT. Dipo Star Finance Cabang Medan?; 3) bagaimana penyelesaian klaim jika terjadi sengketa antara perusahaan asuransi dengan customer yang sepeda motor bermotornya dileasingkan di PT. Dipo Star Finance Cabang Medan?.
Dari judul-judul penelitian di atas, maka dapat diketahui bahwa belum ada penelitian sebelumnya yang membahas mengenai “Akibat Hukum Musnahnya Objek Jaminan Fidusia Perjanjian Pembiayaan Konsumen (Studi di PT.WOM Finance Tbk). Oleh karena itu, penelitian ini adalah penelitian pertama kali dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori
Perkembangan ilmu pengetahuan tidak terlepas dari teori hukum sebagai landasannya dan tugas teori hukum adalah menjelaskan nilai-nilai hukum dan postulat-postulatnya hingga dasar-dasar filsafatnya yang paling dalam, sehingga penelitian ini tidak terlepas dari teori-teori ahli hukum yang dibahas dalam bahasa dan sistem pemikiran para ahli hukum sendiri.15
15W. Friedmann, Teori dan Filsafat Umum, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1996), hal.2
Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau preses tertentu terjadi16, dan satu teori itu harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya.17
M. Solly Lubis mengatakan konsep teori merupakan : “kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, mengenai suatu kasus ataupun permasalahan (problem) yang bagi si pembaca menjadi bahan perbandingan, pegangan teori, yang mungkin ia setuju ataupun tidak disetujuinya, ini merupakan masukan eksternal bagi peneliti”.
Teori mempunyai kegunaan yang paling sedikitnya mencakup hal-hal sebagai berikut :18
a. Teori tersebut berguna untuk lebih mempertajam atau lebih mengkhususkan fakta yang hendak diselidiki atau diuji kebenarannya.
b. Teori sangat berguna didalam mengembangkan sistem klasifikasi fakta, membina struktur konsep-konsep serta mengembangkan defenisi-defenisi.
c. Teori biasanya merupakan suatu ikhtisar daripadahal-hal yang telah diketahui serta diuji kebenarannya yang menyangkut objek yang diteliti.
d. Teori memberikan kemungkinan pada prediksi fakta mendatang, oleh karena telah diketahui sebab-sebab terjadinya fakta itu dan mungkin faktor-faktor tersebut akan timbul lagi pada masa-masa mendatang.
e. Teori memberikan petunjuk-petunjuk terhadap kekurangan-kekurangan pada pengetahuan peneliti.
Adapun teori yang digunakan sebagai pisau analisis dalam penelitian ini adalah menggunakan Teori Hukum Kontrak / Perjanjian yang dianut oleh Hugo de
16J.J.J.M. Wuisman, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial –Asas-asas, (Penyunting : M. Hasyim), (Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1996), hal. 203
17M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung : CV. Mandar Maju, 1994), hal. 27, menyebutkan bahwa teori yang dimaksud disini adalah penjelasan mengenai gejala yang terdapat dalam dunia fisik tersebut tetapi merupakan suatu abstraksi intelektual dimana pendekatan secara rasional digabungkan dengan pengalaman empiris. Artinya teori ilmu merupakan suatu penjelasan rasional yang berkesesuaian dengan objek yang dijelaskannya. Suatu penjelasan biar bagaimanapun meyakinkan, tetapi harus didukung oleh fakta empiris untuk dapat dinyatakan benar.
18Soerjono Soekanto, Op.Cit., hal.121
Groot. De Groot berpendapat bahwa hak untuk mengadakan perjanjian adalah hak asasi manusia. Ia beranggapan, suatu kontrak adalah suatu tindakan sukarela dari seseorang yang berjanji sesuatu kepada orang lain dengan maksud orang lain itu menerimanya. Kontrak lebih dari sekedar janji karena suatu janji tidak dapat memberikan hak kepada pihak lain atas pelaksanaan perjanjian itu.19
Demikian juga halnya dalam perjanjian kredit yang dilakukan oleh konsumen (Debitur) dengan perusahaan pembiayaan dalam hal ini PT. WOM Finance, Tbk bahwa tidak ada paksaan bagi konsumen untuk mengikatkan diri pada perjanjian kredit yang dibiayai oleh perusahaan tersebut, konsumen (debitur) mengikatkan diri secara sukarela dan sepakat untuk memenuhi ketentuan yang diatur didalam perjanjian pembiayaan itu sendiri.
Suatu perjanjian yang dibuat harusnya sesuai dengan kehendak bebas para pihak yang membuatnya karena perjanjian tersebut berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang mengikatkan diri dalam perjanjian tersebut. Hal ini sesuai dengan pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata. Hal ini berarti bahwa suatu perjanjian harus ditaati dan dilaksanakan oleh para pihak yang sepakat mengikatkan diri dan perjanjian tersebut tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan para pihak atau karena alasan-alasan yang bertentangan dengan undang-undang.
Di dalam pasal 1338 KUHPerdata tersebut terkandung azas kebebasan berkontrak, dimana setiap orang bebas untuk menentukan bentuk, macam dan isi
19 Soedjono Dirdjosisworo, Kontrak Bisnis (Menurut Sistem Civil Law, Common Law, Dan Prakter Dagang Internasional), (Bandung : Mondar Maju, 2003), hal. 86-89
perjanjian asal saja tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku, kesusilaan dan ketertiban umum dan memenuhi ketentuan syarat sah nya perjanjian berdasarkan pasal 1320 KUHPerdata.
Teori kedua yang digunakan sebagai pisau analisis dalam penelitian ini adalah Teori Positivisme yang dikemukakan oleh John Austin. Austin di dalam bukunya yang berjudul Province Of Jurisprudence Determined berpendapat bahwa hukum adalah perintah (command) dari pihak yang berkuasa (sovereign) yang memiliki sanksi20. Dengan kata lain, menurut Austin hukum adalah suatu perintah untuk melaksanakan kehendak dari orang-orang tertentu. Dan sanksi atau kepatuhan yang dipaksakan tercermin dalam sikap dan tindakan yang muncul apabila sebuah perintah tidak dipatuhi.21
Di dalam pelaksanaan perjanjian kredit, masing-masing pihak (kreditur dan debitur) sepakat untuk mengikatkan diri dan tunduk pada apa yang diperjanjikan. Di dalam kesepakatan tersebut tentu saja terdapat hak dan kewajiban diantara keduanya.
Hak dan kewajiban yang timbul dari hubungan hukum atau kesepakatan para pihak tersebut harus dilindungi oleh hukum, sehingga ada perasaan nyaman didalam melaksanakan hubungan hukum tersebut.
Dalam kaitannya dengan jaminan fidusia, digunakan teori kepercayaan/trust yang dikemukan oleh Bogart. Dimana Bogart mendeskripsikan trust sebagai hubungan kepercayaan (fiduciary) yang di dalamnya satu orang adalah sebagai
20Antonius Cahyadi & E. Fernando M. Manullang, Pengantar Ke Filsafat Hukum, (Jakarta : Prenada Media Group, 2007 ), hal.65
21Ibid., hal. 66
pemegang hak atas harta kekayaan berdasarkan hukum (legal title) tunduk pada kewajiban berdasarkan equity untuk memelihara atau mempergunakan milik itu untuk kepentingan orang lain.22
Perjanjian kredit dengan jaminan fidusia ini, terjadi perjanjian pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa hak kepemilikan atas benda yang dialihkan itu tetap berada dalam penguasaan sipemilik benda. Apabila debitur pemberi fidusia ingkar janji, maka kreditur penerima fidusia tidak dapat memiliki benda jaminan fidusia melainkan benda jaminan tersebut dijual untuk mengambil pelunasan piutangnya sesuai dengan hak preferen yang diberikan oleh undang-undang kepada kreditur.23
Untuk mengatur dan memenuhi kebutuhan hukum serta menjamin kepastian hukum bagi para pihak yang berkepentingan di dalam pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan fidusia, maka diterbitkanlah UUJF.
2. Konsepsi
Konsep adalah salah satu bagian yang terpenting dari teori. Peranan konsep dalam suatu penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dan observasi, antara abstraksi dan realitas.24
Konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan abstrak yang digeneralisasi dari hal-hal yang khusus, yang disebut dengan defenisi operasional (Operational
22Tan Kamelo, Op.Cit., hal.40
23Ibid., hal.18
24 Masri Singarimbun dkk, Metode Penelitian Survei, (Jakarta : LP3ES, 1989), hal.34
defenition).25 Oleh karena itu, kerangka konsep pada hakekatnya merupakan suatu pengarah atau pedoman yang lebih konkrit dari kerangka teoritis yang seringkali bersifat abstrak, sehingga perlu defenisi-defenisi operasional yang menjadi pegangan konkrit dalam proses penelitian. Pentingnya defenisi operasional adalah untuk menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran mendua (dubius) dari suatu istilah yang dipakai.26
Agar terdapat persamaan persepsi dan pengertian dalam membaca dan memahami penelitian, maka perlu untuk menguraikan beberapa konsepsi dan pengertian dari istilah-istilah yang digunakan sebagai berikut :
a. Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan bangunan/rumah di atas tanah orang lain baik yang terdaftar maupun tidak terdaftar, yang tidak dapat dibebani hak tanggungan, yang tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia sebagai agunan pelunasan hutang tertentu yang memberikan kedudukan diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditur lainnya.27
b. Objek jaminan fidusia adalah semua sepeda motor yang dibiayai oleh PT.
WOM Finance, Tbk.
c. Piutang adalah hak untuk menerima pembayaran.28
25 Samadi Suryabrata, Metode Penelitian, (Jakarta : PT. Raja Grafindo, 1998), hal.3
26 Tan Kamelo, Op.Cit., hal.31
27 Ibid.,hal.31
28 Pasal 1 angka 3 UUJF.
d. Hutang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang baik dalam mata uang Indonesia ataupun mata uang lainnya, baik secara langsung maupun kontinjen.29
e. Lembaga Pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat,30 dalam hal ini adalah Pembiayaan Konsumen.
f. Pembiayaan Konsumen (Consumer Finance) adalah kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang dan jasa berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsur.
g. Wanprestasi atau cidera janji adalah tidak dilaksanakan prestasi atau kewajiban sebagaimana mestinya yang dibebankan oleh kontrak terhadap pihak-pihak tertentu seperti yang disebutkan dalam kontrak yang bersangkutan.31Wanprestasi yang dimaksud dalam penelitian adalah debitur lalai melaksanakan kewajiban membayar angsuran pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen.
h. PT.Wahana Ottomitra Multiartha Finance,Tbk (PT.WOM Finance Tbk) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembiayaan sepeda motor
29 Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
30 Pasal 1 angka 2 Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan.
31 Munir Fuady, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), Loc.cit.
baru dan bekas, dengan mayoritas pembiayaan konsumen diberikan untuk sepeda motor merk Honda, Yamaha dan Suzuki32
i. Musnahnya benda jaminan fidusia merupakan keadaan dimana sepeda motor hilang, mengalami kecelakaan dengan kerusakan total atau mengalami kerusakan mencapai 75 % (tidak dapat dipergunakan lagi sebagaimana mestinya).33
G. Metode Penelitian
Penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah serta usaha atau pekerjaan untuk mencari kembali yang dilakukan dengan suatu metode tertentu dengan cara hati-hati, sistematis serta sempurna terhadap permasalahan, sehingga dapat digunakan untuk menyelesaikan atau menjawab problemnya.34
Metodologi berasal dari kata metode yang artinya cara yang tepat untuk melakukan sesuatu dan logos artinya ilmu atau pengetahuan. Dengan demikian, Metodologi artinya adalah cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai tujuan.
Peranan metodologi dalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan adalah:35
1. Menambah kemampuan para ilmuwan untuk mengadakan atau melaksanakan penelitian secara lebih baik atau lebih lengkap;
32http://www.wom.co.id/index.php?token=5780daf6db0b013dbf82807c9f85abba683b0820 diakses tanggal 23 April 2015
33Dokumen Legal PT.WOM Finance Tbk, Ketentuan dan Syarat Pembiayaan, Pasal 8 Ayat 6
34Joko P Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1997 ), hal.42
35Soerjono Soekanto, Op.Cit, hal.7
2. Memberikan kemungkinan yang lebih besar, untuk meneliti hal-hal yang belum diketahui;
3. Memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan penelitian interdisipliner;
4. Memberikan pedoman untuk mengorganisasikan serta mengintegrasikan pengetahuan, mengenai masyarakat.
1. Spesifikasi Penelitian
Spesifikasi penelitian dalam proposal ini merupakan penelitian hukum.
Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya.36
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan yuridis-normatif atau disebut juga dengan penelitian hukum dokrinal. Pendekatan yuridis-normatif ini dilakukan dengan cara meneliti bahan kepustakaan atau bahan data sekunder yang meliputi buku-buku dan norma-norma hukum yang terdapat di dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, dokumen-dokumen dan berbagai teori guna menjawab permasalahan yang berkaitan dengan objek penelitian ini yaitu mengenai akibat hukum musnahnya objek jaminan fidusia didalam penyelenggaraan perjanjian kredit pada lembaga pembiayaan konsumen.
Sifat penelitian ini adalah deskriptif analistis, dalam artian bahwa penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara rinci dan sistematis tentang permasalahan yang diteliti. Analistis dimasukkan berdasarkan gambaran fakta yang diperoleh dan akan dilakukan secara cermat bagaimana menjawab permasalahan.
36Ibid, hal.43
2. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan dengan cara pengumpulan data dengan melakukan penelaahan kepada bahan kepustakaan (library research) yang berupa literatur dan dokumen-dokumen yang ada serta dibantu dengan data yang diperoleh di lapangan berkaitan dengan objek penelitian ini.
Dalam penelitian hukum normatif, data yang diperlukan adalah data sekunder,37 yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Data sekunder tersebut meliputi ruang lingkup yang sangat luas, mencakup surat-surat pribadi, buku-buku harian, serta dokumen-dokumen resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah.38
Data sekunder dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut :
a. Bahan Hukum Primer, yaitu sebagai landasan utama yang dipergunakan dalam penelitian ini yang berupa peraturan perundang-undangan, dokumen resmi yang mempunyai otoritas yang berkaitan dengan permasalahan, antara lain :
1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ; 2) UUJF;
3) Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 Tentang Lembaga Pembiayaan;
37Muhammad Abdul Kadir, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung : Cita Aditya Bakti, 2004), hal.121
38Ibid., hal.122
4) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK.10/2012 tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia Bagi Perusahaan Pembiayaan Yang melakukan Pembiayaan Konsumen Untuk Sepeda motor Bermotor Dengan Pembebanan Jamian Fidusia.
b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer yang merupakan publikasi dokumen tidak resmi, antara lain :
1) Perjanjian Kredit atau Perjanjian Pembiayaan Konsumen yang dibuat antara Lembaga Pembiayaan (Kreditur) dengan Konsumen (Debitur), Surat Kuasa Pembebanan Jaminan Fidusia, Akta Jaminan Fidusia dan Sertifikat Jaminan Fidusia.
2) Buku-buku, hasil-hasil penelitian, hasil karya ilmiah dari kalangan hukum serta penelitian lainnya yang berhubungan dengan tulisan ini.
c. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, yang meliputi kamus umum, kamus hukum, majalah, surat kabar, jurnal-jurnal hukum, laporan ilmiah dan internet yang relevan dengan penelitian.
3. Alat Pengumpulan Data
Di dalam suatu penelitian, pada umumnya dikenal tiga jenis alat pengumpulan data, yaitu studi dokumen atau bahan pustaka, pengamatan atau obervasi dan
wawancara atau interview.39 Alat pengumpulan data akan sangat menentukan hasil penelitian sehingga apa yang menjadi tujuan dari penelitian ini dapat dicapai. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang objektif dan dapat dibuktikan kebenarannya serta dapat dipertanggungjawabkan hasilnya, maka dalam penelitian akan dipergunakan alat pengumulan data, yaitu:
a. Studi Dokumen, yaitu merupakan suatu alat pengumpulan data yang dilakukan melalui data tertulis dengan menghimpun data untuk melakukan penelaahan bahan-bahan kepustakaan yang meliputi bahan hukum primer, baru kemudian bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.40
b. Wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara terhadap informan yang berhubungan dengan materi penelitian ini. Dalam melakukan penelitian lapangan ini digunakan model wawancara secara langsung (tatap muka) dengan tujuan agar mendapatkan data yang mendalam, utuh dan lengkap sehingga dapat dipakai untuk membantu dalam menjawab permasalahan.
4. Analisis Data
Analisis data merupakan suatu proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan suatu hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.41
39Soerjono Soekanto, Op.Cit., hal.21
40Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1995), hal.13-14
41Lexy J.Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002 ), hal.101
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis kualitatif, yaitu analisis yang dilakukan dengan cara mengkategorikan data- data yang telah diperoleh dan kemudian ditafsirkan dalam usaha untuk mencari jawaban terhadap masalah yang diteliti yakni mengenai musnahnya objek jaminan fidusia dan bagaimana akibat hukumnya bagi para pihak terhadap pelaksanaan perjanjian kredit yang telah disepakati sebelumnya. Kemudian dengan menggunakan metode dedukatif, ditarik suatu kesimpulan dari yang umum menuju ke hal yang bersifat khusus, dengan menggunakan perangkat normatif, yaitu interpretasi dan konstruksi hukum.
BAB II
MEKANISME PEMBIAYAAN PADA PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN (CONSUMER FINANCE) DI PT.WOM FINANCE, TBK
A. Aspek Hukum Perjanjian Pembiayaan Konsumen (Consumer Finance) 1. Pengertian Perjanjian Pembiayaan Konsumen (Consumer Finance)
Perjanjian merupakan suatu konkritisasi dari perikatan. Hal tersebut dapat diketahui dari Pasal 1313 KUHPerdata yang memberikan defenisi perjanjian sebagai suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Jika dilihat dari isi pasal 1313 KUHPerdata tersebut menyiratkan bahwa sesungguhnya dari suatu perjanjian lahirlah kewajiban atau prestasi dari satu orang atau lebih kepada satu atau lebih orang lainnya, yang berhak atas prestasi tersebut. Rumusan tersebut memberi konsekuensi hukum bahwa dalam suatu perjanjian selalu akan ada dua pihak, dimana satu pihak adalah pihak yang wajib berprestasi (debitur) dan di pihak lainnya adalah orang yang berhak atas prestasi tersebut (kreditur).42
Pasal 1314 KUHPerdata memberikan rumusan yang lebih jauh tentang perjanjian dimana disebutkan bahwa atas prestasi yang wajib dilakukan oleh debitur dalam perjanjian tersebut, debitur yang berkewajiban tersebut dapat meminta dilakukannya konta-prestasi dari pihak lawannya. Berdasarkan kedua rumusan tersebut dapat diketahui bahwa pada dasarnya perjanjian dapat melahirkan perikatan
42Gunawan Widjaja & Ahmad Yani, Op.Cit., hal.13
yang bersifat sepihak (dimana hanya satu pihak yang wajib berprestasi) dan perikatan yang timbal balik (dengan kedua belah pihak saling berprestasi).43
Menurut Subekti, perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.44 Wirjono Prodjodikoro berpendapat, bahwa perjanjian adalah sebagai suatu perhubungan hukum mengenai harta benda antara dua pihak, dalam mana suatu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan sesuatu hal atau untuk tidak melakukan sesuatu hal, sedang pihak lain berhak untuk menuntut pelaksanaan janji itu.45 Dari defenisi perjanjian tersebut, maka dapat diketahui bahwa perjanjian adalah hubungan hukum antara dua orang atau lebih untuk melakukan suatu perbuatan hukum dimana satu pihak berkewajiban melakukan sesuatu dan satu atau lebih pihak lain berhak atas pemenuhan sesuatu yang diperjanjikan.
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani memberikan rumusan unsur-unsur perjanjian (dalam kaitan hukum bisnis), yaitu :46
a. Ada perbuatan hukum, perbuatan hukum itu terjadi karena kerjasama satu orang atau lebih dan merupakan perbuatan dua perbuatan hukum yang masing-masing bersifat tunggal;
b. Ada persesuaian kehendak dari beberapa orang;
c. Persesuaian kehendak itu harus dinyatakan;
d. Persesuaian kehendak yang sesuai itu harus saling tergantung satu sama lain;
e. Kehendak itu diajukan untuk menimbukan suatu akibat hukum untuk kepentingan pihak yang satu atas beban pihak yang lain atau timbal balik.
43Ibid.,hal.14
44Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta : PT. Internasa, 2001), hal.36
45Wirjono Prodjodikoro, Azas-azas Hukum Perjanjian, (Bandung : CV. Mandar Maju, 2000), hal.4
46Gunawan Widjaja & Ahmad Yani, Seri Hukum Bisnis Jaminan Fidusia, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001), hal.20