• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT KARAT DAUN (Hemileia vastatrix) KOPI ARABIKA PADA TIGA LOKASI DENGAN KETINGGIAN TEMPAT YANG BERBEDA TUGAS AKHIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT KARAT DAUN (Hemileia vastatrix) KOPI ARABIKA PADA TIGA LOKASI DENGAN KETINGGIAN TEMPAT YANG BERBEDA TUGAS AKHIR"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

i

INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT KARAT DAUN (Hemileia vastatrix) KOPI ARABIKA PADA TIGA LOKASI

DENGAN KETINGGIAN TEMPAT YANG BERBEDA

TUGAS AKHIR

Oleh:

PEMMI 1522040274

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP

2018

(2)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT KARAT DAUN (Hemileia vastatrix) KOPI ARABIKA PADA TIGA LOKASI

DENGAN KETINGGIAN TEMPAT YANG BERBEDA

(3)

iii

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI Judul : Intensitas Serangan Penyakit Karat Daun

(Hemileia vastatrix) Kopi Arabika Pada Tiga Lokasi Dengan Ketinggian Tempat Yang Berbeda

Nama : Pemmi

NIM : 1522040274

Program Studi : Budidaya Tanaman Perkebunan

Jurusana : Budidaya Tanaman Perkebunan

Menyetujui, Tim Penguji:

1. Nildayanti, S.P., M.Si.

2. Syatrawati, S.P., M.P.

3. Sri Muliani, S.P., M.P.

4. Andi Ridwan, S.P., M.P.

(4)

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Pangkep, Mei 2018 Yang Menyatakan

Pemmi

(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNYA sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dengan judul Intensitas Serangan Penyakit Karat Daun Kopi Arabika Pada Tiga Lokasi Dengan Ketinggian Tempat Yang Berbeda yang dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2018, di PT Sulotco Jaya Abadi. Laporan Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Pangkep. Dengan selesainya Laporan Tugas Akhir ini, penulis menghaturkan doa, rasa hormat, serta terima kasih yang sebesar-besarnya sebagai penghargaan atas segala bimbingan dan bantuan yang penulis peroleh selama penyusunan Tugas Akhir ini kepada kedua orang tua serta keluarga yang telah banyak memberikan bimbingan dan dukungan baik secara spiritual maupun secara material. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Nildayanti, S.P., M.Si. dan Syatrawati, S.P., M.P. selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberi arahan dan bimbingan selama penyusunan laporan ini;

2. Dr. Junaedi, S.P., M.Si. selaku ketua jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan;

3. Dr. Ir. Darmawan, M.P. selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Pangkep;

4. Seluruh staf dosen Budidaya Tanaman Perkebunan yang selama ini mendidik kami selama dibangku kuliah;

(6)

vi

5. Ir. Imanuel Sude’ selaku pembimbing lapangan yang telah banyak memberi informasi selama pengamatan dilokasi;

6. Seluruh teman-teman yang banyak membantu selama penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.

Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan di dalamnya oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati penulis menerima kritikan dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Laporan Tugas Akhir ini.

Akhir kata semoga Laporan Tugas Akhir ini mendapat respon yang baik serta dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Pangkep, Mei 2018

penulis

(7)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

ABSTRAK ... xii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan dan Kegunaan ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Klasifikasi Penyakit Karat Daun Kopi ... 3

2.2 Gejala Penyakit Karat Daun Kopi ... 4

2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit Karat Daun Kopi... 5

2.4 Pengendalian... 5

III. METODOLOGI ... 6

3.1 Waktu dan Tempat ... 6

3.2 Alat dan Bahan ... 6

3.3 Metode Penelitian... 6

(8)

viii

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI ... 8

4.1 Sejarah Perusahaan... 8

4.2 Keadaan Lokasi ... 9

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 11

5.1 Hasil ... 11

5.2 Pembahasan ... 11

5.2.1 Tingkat Serangan Penyakit Karat Daun ... 11

5.2.2 Gejala Penyakit ... 14

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 17

6.1 Kesimpulan ... 17

6.2 Saran ... 17

DAFTAR PUSTAKA ... 18

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 5.1 Gambar Kopi Wilayah Barakai ... 12

Gambar 5.2 Gambar Kopi Wilayah Citra ... 13

Gambar 5.3 Gambar Kopi Wilayah Asri... 14

Gambar 5.4 Gejala Penyakit Karat Daun kopi ... 15

(10)

x

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Ketinggian Tempat dan Suhu Rata-Rata Lokasi ... 9 Tabel 4.2 Jarak Tanam dan Produksi Tanaman Kopi Di PT Sulotco

Jaya Abadi ... 11 Tabel 5.1 Intensitas Penyakit Karat Daun Tanaman kopi Arabika

Pada Tiga Wilayah Dengan Ketinggian Berbeda... 12

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Tabel Pengamatan Wilayah Barakai... 20 Lampiran 2. Tabel Pengamatan Wilayah Citra ... 21 Lampiran 3. Tabel Pengamatan Wilayah Asri ... 22

(12)

xii

ABSTRAK

Pemmi. 1522040274. Intensitas Serangan Penyakit Karat Daun (Hemileia vastatrix) Kopi Arabika Pada Tiga Lokasi Dengan Ketinggian Tempat Yang Berbeda. Dibimbing oleh Nildayanti dan Syatrawati.

Tingkat serangan penyakit karat daun kopi (Hemileia vastatrix) dapat dipengaruhi oleh suhu, kelembaban udara, curah hujan, sinar matahari dan kondisi tanaman yang kurang sehat.

Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat serangan dan gejala serangan penyakit karat daun kopi. Jenis data yang digunakan yaitu data primer dengan metode pengamatan langsung ke kebun.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tingkat serangan penyakit karat daun kopi di PT Sulotco Jaya Abadi termasuk kategori ringan meskipun intensitas serangan berbeda dari setiap wilayah, wilayah Barakai 14,175, Citra 12,374 dan Asri 10,575.

(13)

1

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kopi merupakan salah satu hasil komoditi perkebunan yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi di antara tanaman perkebunana yang lainnya dan berperan penting sebagai sumber devisa negara. Kopi tidak hanya berperan penting sebagai sumber devisa melainkan juga merupakan sumber penghasilan bagi masyarakat yang tidak kurang dari satu setengah juta jiwa petani kopi di Indonesia (Rahardjo, 2012).

Permasalahan terbesar pada komoditas ini adalah rendahnya produktivitas dan kualitas kopi. Salah satu penyebanya adalah tingginya penyakit karat daun (Hemileia vastatrix) yang dapat menurunkan hasil sampai 70%.

Terdapat 4 cara untuk mengendalikan penyakit karat daun pada kopi, yaitu: (1) penggunaan varietas toleran, (2) pengendalian biologis menggunakan jamur Verticilium, (3) pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan pestisida, dan (4) memperbaiki sistem budidaya (Mahfud, 2012).

Menurut Halupi (1998), jenis kopi yang lebih tahan terhadap penyakit karat daun adalah varietas robusta. Mahfud (2012) menyatakan bahwa pengendalian karat daun menggunakan varietas toleran untuk jangka lama sering tidak berhasil karena H. vastatrix memiliki daya adaptasi yang tinggi dan cepat membentuk ras baru yang dapat mematahkan gen ketahanan tanaman kopi, sehingga jenis kopi yang sebelumnya tahan menjadi lebih rentan. Hal ini dapat terjadi jika jenis kopi yang toleran ditanam secara terus-menerus dalam hamparan luas. Untuk itu, perlu diketahui alternatif pengendalian lain untuk mengendalikan penyakit karat daun pada kopi.

(14)

2

2 1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahuitingkat serangan penyakit karat daun kopi arabika pada tiga lokasi dengan ketinggian tempat yang berbeda.

Kegunaan kegiatan ini diharapkan akan menjadi sumber informasi serta bahan kajian tentang penyakit karat daun kopi arabika.

(15)

3

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Hemileia vastatrix Klasifikasi ilmiah dari Hemileia vastatrix Kingdom : Fungi

Divisi : Basidiomycota Kelas : Pucciniomycetes Ordo : Pucciniales Genus : Hemileia

Spesies : Hemileia vastatrix

H. vastratrix termasuk dalam filum Basidomycetes. Basidimycotina

mempunyai bentuk uniseluler dan multiseluler serta dapat bereproduksi secara generatif dan vegetatif. Cara perkembangbiakan generatif dengan menggunakan spora seksual, yaitu basidiospora atau sporofida. Cendawan ini memiliki spora dengan inti haploid sederhana. Spora berkecambah menjadi hifa, yang mengandung inti haploid. Hifa dapat menghasilkan spora haploid lagi atau bersatu dengan hifa lain membentuk jalinan hifa yang kompleks. Zigot dihasilkan dari dua hifa yang intinya bersatu. Zigot membelah secara meiosis. Dalam perkembangbiakannya, spermatia (sel sperma) membuahi hifa khusus penerima (reseptif) pada spermogonia dan menghasilkan urediospora. Urediospora hialin, semula bulat tetapi segera memanjang dan bentuknya mirip juring buah jeruk. Urediospora yang matang isinya berwarna jingga, sedang dindingnya tetap tidak berwarna. Sisi luar yang cembung mempunyai duri – duri, sedang sisi lainnya tetap halus (hemi leios = setengah licin). Uredospora berukuran 26 – 40 x 20 – 30 µm. Urediospora

(16)

4

4

berkecambah dengan membentuk basidium, yang akhirnya menghasilkan basidiospora (Agrios, 1995).

2.2 Gejala penyakit

Tanaman sakit ditandai oleh adanya bercak-bercak berwarna kuning muda pada sisi bawah daunnya, kemudian berubah menjadi kuning tua. Di bagian ini terbentuk tepung berwarna jingga cerah (oranye) tepung ini adalah uredospora jamur H. vastatrix. Bercak yang sudah tua berwarna coklat tua sampai hitam, dan kering. Daun-daun yang terserang parah kemudian gugur dan tanaman menjadi gundul. Jamur membentuk spora dalam jumlah banyak kemudian terjadi penetrasi ke dalam jaringan daun. Infeksi terjadi melalui permukaan bawah daun.

Perkecambahan spora memerlukan air. Lama waktu perkecambahan tergantung dari suhu. Pada suhu optimum 21- 15 Celcius diperlukan waktu 1-3 jam untuk berkecambah (Mahfud, 2012).

2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit karat daun kopi

Faktor lingkungan yang memengaruhi perkembangan penyakit adalah suhu, kelembaban udara, curah hujan dan sinar matahari.

Faktor yang mempengaruhi perkembangan patogen yaitu, air berperan dalam penyebaran penyakit, angin berperan dalam penyebaran spora,umur daun menentukan kerentanan terhadap penyakit, dan pohon atau cabang yang berbuah lebat lebih rentan. Penyakit yang disebabkan oleh parasitisme cendawan H.

vastatrix pada daun ini sangat mengganggu metabolisme tanaman dalam menyediakan fotosintat yang optimal melalui perusakan daun. Penyakit karat daun

(17)

5

5

sangat sering meyerang tanaman kopi arabika, penyakit ini dapat menyebabkan kerontokan daun hingga tanaman menjadi gundul (Mahfud, 2012).

2.4 Pengendalian

Pengendalian karat daun pada kopi juga dapat dilakukan dengan cara memperbaiki sistem budidaya. Hal yang perlu diperhatikan dalam sistem budidaya ini adalah kebersihan dan sanitasi lingkungan kebun, seperti penyiangan gulma, pembuangan tunas air, pemangkasan, serta pengaturan intensitas cahaya dan naungan. Hal ini berkaitan dengan kondisi lingkungan yang dapat memengaruhi pertumbuhan H. vastatrix. Lingkungan yang terlalu lembab dan gelap akan lebih cepat memicu pertumbuhan dan perkembangan H.

vastatrix (Capucho, 2012). Penerapan sistem budidaya yang baik dan benar dapat

menurunkan kerusakan kopi oleh karat daun sampai 64% dan meningkatkan produksi menjadi 80% (Mahfud et al., 2010).

Pengendalian penyakit karat daun yang ada di PT Sulotco Jaya Abadi:

1. Melakukan pangkas lepas panen (PLP);

2. Pemupukan pada awal musim hujan dan musim kemarau untuk mencegah defisiensi unsur hara;

3. Sanitasi;

4. Pengaturan naungan untuk menjaga suhu dan kelembaban.

(18)

6

6

III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Pengamatan ini dilaksanakan pada bulan Maret - April 2018, Di Perkebunan Kopi Arabika Rantekarua PT Sulotco Jaya Abadi Tana Toraja.

4.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah buku dan pulpen. Sedangkan bahan yang digunakan adalah tanaman kopi.

3.3 Metode Pengamatan

Metode yang digunakan adalah metode pengamatan langsung. Kebun yang diamati terbagi atas tiga yaitu Wilayah Asri, Wilayah Barakai dan Wilayah Citra.

Dalam satu kebun ditentukan 1 wilayah ( 1 ha) pertanaman kopi dan dibagi menjadi 4 (empat) petak/bagian pengamatan masing-masing 10 pohon/petak dengan cara melingkar. Pengamatan sampel dilakukan dengan mengamati tingkat serangan pada sampel yang telah ditentukan berdasarkan score yaitu total daun yang terserang/pohon. Luas areal pengambilan sampel setiap satu wilayah sekitar 1 ha.

Pada tiap areal diamati 40 tanaman sampel. Persentase pohon terserang diamati melalui ada tidaknya serangan penyakit karat daun pada pohon sampel yang ditandai dengan gejala penyakit karat daun kopi.

(19)

7

7 Score daun terserang ditentukan dengan:

0 = tidak ada bercak/pohon 1 = 1/5 total daun terserang/pohon 2 = ¼ total daun terserang/pohon 3 = 1/3 total daun terserang/pohon 4 = ½ total daun terserang/pohon

Rumus:

Intensitas Serangan:

𝐼𝑆 = 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑐𝑜𝑟𝑒

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑜ℎ𝑜𝑛 × 9 × 100%

Karegori serangan (PT Sulotco Jaya Abadi, 2018)

< 10% sangat ringan 10-24% Ringan 25-49% Sedang 50-74% Berat

>75% Sangat berat

Referensi

Dokumen terkait

Karakteristik Produk pada media yang dikembangkan pada penelitian ini terdiri atas : (a) Ikon yaitu sebagai tampilan pada menu aplikasi ketika produk game

b) Memfiltrasi atau memisahkan suatu komponen induk menjadi beberapa bagian komponen sesuai dengan kriteria atau parameter yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini, filtrasi

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini dengan judul

Untuk mendapatkan lebih rinci tentang komponen kognitif sikap peternak sapi potong pada pemanfaatan teknologi pengolahan pakan fermentasi jerami padi di Kelurahan

fluorescens P20 dalam medium cair tersebut memiliki populasi yang tinggi (Tabel 1), sehingga mampu menghasilkan metabolit sekunder yang mampu menekan

Program kerja instalasi gizi merupakan salah satu program kerja dalam rangka mencapai sistem pelayanan gizi yang bermutu, dan paripurna sebagai bagaian dari pelayanan kesehatan di

Melalui hasil kesimpulan tersebut, walaupun hasil yang diperoleh sudah mencapai 80-90%, namun masih dapat dilakukan variasi kombinasi yakni dengan mendahulukan kata yang

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ketiga variabel WebQual 4.0, yaitu Usability, Information Quality, dan Service Interaction Quality berpengaruh positif langsung