• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN BALAI ARKEOLOGI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LAPORAN BALAI ARKEOLOGI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2020"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

KINERJA

KEMDIKBUD 

BALAI ARKEOLOGI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN  

TAHUN 2020

(2)

BALAI ARKEOLOGI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAN PERBUKUAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Jl. Gotong Royong II

RT 003/RW 006, Kel. Mentaos Kec. Banjarbaru Utara, Banjarbaru Kalimantan Selatan – 70711

Telp/Fax: (0511) 4781716

balar.banjarbaru@kemdikbud.go.id arkeologikalimantan.kemdikbud.go.id  

(3)

Kata Pengantar  

i

Pengantar Kata

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah, Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, Balai Arkeologi Provinsi Kalimantan Selatan berhasil menyelesaikan Laporan Kinerja tahun 2020 dengan tepat waktu. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 Tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah telah mengamanatkan kepada setiap instansi pemerintah untuk menyusun laporan kinerja setiap tahun.

Laporan ini menyajikan informasi kinerja atas pencapaian sasaran strategis beserta indikator kinerjanya sebagaimana tertuang dalam Perjanjian Kinerja Balai Arkeologi Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2020.

Balai Arkeologi Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2020 menetapkan 1 Sasaran Program dengan 3 Indikator Kinerja Program dan 1 Sasaran Kegiatan dengan dan 2 Indikator Kinerja Kegiatan. Secara umum Balai Arkeologi Provinsi Kalimantan Selatan telah berhasil merealisasikan target kinerja yang ditetapkan dalam perjanjian kinerja.

Meskipun telah banyak capaian keberhasilan, namun masih banyak permasalahan yang perlu diselesaikan di tahun mendatang. Permasalahan tersebut diantaranya semakin meningkatnya jumlah target dan kegiatan yang harus dilaksanakan, sedangkan jumlah SDM Balai Arkeologi untuk menjalankan tugas tersebut sangat kurang. Dengan dukungan dan keterlibatan seluruh pemangku kepentingan. Ditambah lagi kondisi global maupun nasional menjadi tidak kondusif dengan adanya pandemi Covid-19 sehingga segala sesuatunya sangat sulit untuk di prediksi, namun diharapkan permasalahan yang dihadapi tersebut dapat segera terselesaikan dan kondisi pandemi Covid-19 cepat berakir.

Melalui laporan kinerja ini diharapkan dapat memberikan gambaran objektif tentang kinerja yang dihasilkan Balai Arkeologi Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2020. Semoga Laporan Akuntabilitas Kinarja Balai Arkeologi Provinsi Kalimantan Selatan 2020 ini bermanfaat sebagai bahan evaluasi perencanaan program/kegiatan dan anggaran, perumusan kebijakan bidang pendidikan dan kebudayaan serta peningkatan kinerja di tahun mendatang.

Akhir kata, saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikan laporan kinerja Balai Arkeologi Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2020.

Banjarbaru, Januari 2021

Kepala Balai Arkeologi Provinsi Kalimantan Selatan,

Drs. Nuralam

(4)
(5)

KATA PENGANTAR………...i DAFTAR ISI………...iii IKHTISAR EKSEKUTIF………...iv

BAB I PENDAHULUAN………...

BAB II PERENCANAAN KINERJA……...

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA…...

A. CAPAIAN KINERJA………...

B. REALISASI ANGGARAN……...

BAB IV PENUTUP………...

LAMPIRAN……….…………...

DAFTAR ISI

1 3 5 25

5 22

27

Kata Pengantar  

iii

(6)

80.35%

19.65%

6.043.587.000

Realisasi Efisiensi

Capaian Output

Output 001 Output 002 Output 904 Output 970 Output 994

EKSEKUTIF  IKHTISAR 

Laporan Kinerja Balai Arkeologi Provinsi Kalimantan Selatan memberikan tingkat pencapaian 1 Sasaran Program dengan 3 Indikator Kinerja Program dan 1 Sasaran Kegiatan dengan dan 2 Indikator Kinerja Kegiatan, sebagaimana ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja tahun 2020 dan Capaian Program Prioritas Nasional Kemdikbud tahun 2020. Secara Umum target yang ditetapkan dapat tercapai dan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan keseluruhan indikator dapat tercapai.

Ringkasan Capaian  IKP dan IKK

Kinerja Balai Arkeologi Provinsi  Kalimantan Selatan 2020 

100% 

100% 

100%  100% 

100% 

iv

  Ikhtisar Eksekutif

(7)

Dari hasil evaluasi kinerja, beberapa hal yang perlu mendapat perhatian antara lain:

1. Dengan wilayah kerja seluas 743.330 KM2, Balai Arkeologi Provinsi Kalimantan Selatan memiliki SDM sebanyak 2 jabatan struktural, 10 jabatan fungsional umum dan 11 jabatan fungsional peneliti, sedangkan berdasarkan hasil analisis jabatan terakhir tahun 2020 yang diperlukan adalah 2 jabatan struktural, 25 jabatan fungsional umum, dan 38 jabatan fungsional peneliti. Kondisi tersebut dapat menyebabkan terhambatnya pelaksanaan tugas dan fungsi Balai Arkeologi Provinsi Kalimantan Selatan mengingat target kinerja dan anggaran yang harus dicapai di tahun 2020 makin meningkat.

2. Pandemi Covid-19 menuntut perubahan program dan kegiatan sehingga memerlukan penyesuaian mulai dari persiapan, pelaksanaan beserta anggaran dari kegiatan penelitian dan pengembangan, sebagai contoh penelitian yang dirubah menjadi Desk Study dan Rumah Peradaban secara daring

3. Penelitian Desk Study memerlukan waktu yang cukup lama untuk proses analisisnya dan kegiatan pengembangan seperti Rumah Peradaban juga memerlukan tenaga dan waktu yang banyak untuk persiapannya, kurangnya SDM tersebut dan banyaknya jumlah kegiatan penelitian dan pengembangan mengakibatkan jadwal tugas yang terlampau padat bagi para pegawai, sehingga beberapa kegiatan dikerjakan oleh pegawai administrasi.

4. Beberapa wilayah di Kalimantan masih sangat sulit dijangkau, ketersediaan transportasinya sangat terbatas. Sehingga biaya yang diperlukan untuk mencapai wilayah tersebut juga tidak sesuai dengan SBM. Hal ini berimbas pada besarnya biaya perjalanan dinas kegiatan penelitian dan pengembangan Balai Arkeologi Provinsi Kalimantan Selatan.

Untuk meningkatkan Kinerja Organisasi, beberapa fokus perbaikan yang akan dilakukan ke depan antara lain:

1. Tetap melaksanakan kegiatan demi tercapainya target kinerja meskipun jadwal penugasan menjadi sangat padat.

2. Bekerjasama dengan berbagai pihak luar untuk menambah jumlah SDM yang diperlukan demi lancarnya kegiatan.

3. Penambahan belanja pegawai dengan perekrutan CPNS agar jumlah pegawai sesuai formasi analisis jabatan bisa tercukupi.

4. Melakukan perencanaan yang lebih matang ketika menyusun RKA-K/L, memetakan kebutuhan dan menyesuaikan dengan bagan akun standar yang tepat dalam rangka pencapaian target mendatang.

CAPAIAN IKP BALAI ARKEOLOGI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

2

9

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Jumlah laporan penelitian dan/atau publikasi hasil penelitian yang dikutip oleh

publikasi ilmiah

Realisasi Target

2

6

0 1 2 3 4 5 6 7

Jumlah publikasi hasil penelitian yang terbit di jurnal nasional terakreditasi dan/ atau jurnal internasional terindeks global

Realisasi Target

Ikhtisar Eksekutif

v

(8)

CAPAIAN IKK BALAI ARKEOLOGI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

4

5

0 1 2 3 4 5 6

Persentase Pemanfaatan hasil penelitian arkeologi dalam pelestarian serta pemajuan pendidikan dan kebudayaan

Realisasi Target

9 9

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

PENELITIAN

Realisasi Target

4 4

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5

BAHAN  KEBIJAKAN

Realisasi Target

1 1

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

RUMAH PERADABAN (PN)

Realisasi Target

vi

  Ikhtisar Eksekutif

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

    A. GAMBARAN UMUM

Balai Arkeologi Provinsi Kalimantan Selatan merupakan satuan kerja/Unit Pelaksana Teknis yang berada di bawah pembinaan Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan kebudayaan. Balai Arkeologi Provinsi Kalimantan Selatan pertama kali dibentuk tahun 1983 sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0274/K993 tanggal 9 Juli 1993 tentang pembentukan tiga Balai Arkeologi di Medan, Banjarmasin, dan Ujung Pandang. Sejak April 2018, Balai Arkeologi Provinsi Kalimantan Selatan dipimpin oleh Drs. Nuralam. Balai Arkeologi Provinsi Kalimantan Selatan mempunyai wilayah kerja 5 provinsi yaitu Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara.

                       

B. DASAR HUKUM

Dasar hukum yang menjadi acuan antara lain:

1. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;

2. Peraturan Presiden nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;

3. PermenPAN dan RB Nomor 53 Tahun 2016 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja;

4. Permendikbud Nomor 9 Tahun 2016 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja di Lingkungan Kemdikbud;

5. Permendikbud Nomor 27 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Arkeologi;

6. Surat pengesahan Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor SP DIPA- 023.11.2.690388/2019 tanggal 05 Desember 2018 tentang Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun Anggaran 2019.

7. Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2019 tentang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 26 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 

23 PNS 

11 PPNPN 

BAB I Pendahuluan   

1

(10)

C. TUGAS DAN FUNGSI SERTA STRUKTUR ORGANISASI Tugas:

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 27 tahun 2015, Balai Arkeologi Provinsi Kalimantan Selatan memiliki tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan arkeologi di wilayah kerjanya berdasarkan kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Fungsi:

1. Penelitian arkeologi;

2. perawatan benda bernilai budaya berskala nasional;

3. pendayagunaan hasil penelitian arkeologi;

4. Publikasi hasil penelitian arkeologi;

5. pelaksanaan urusan ketatausahaan BALAR.

 

Struktur Organisasi: 

D. ISU-ISU STRATEGIS/PERMASALAHAN

Beberapa permasalahan/isu strategis yang menjadi perhatian antara lain:

1. Wilayah kerja Balai Arkeologi Provinsi Kalimantan Selatan sangat luas, dengan kondisi geografis yang sangat menantang;

2. Pulau Kalimantan ditempati oleh tiga negara yaitu Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam, dan memiliki wilayah-wilayah yang berbatasan langsung dengan negara tetangga;

3. Kalimantan mempunyai ekologi dan sosial-budaya masyarakat yang beragam;

4. Masyarakat Kalimantan memiliki tradisi dan budaya etnis yang beragam, dan sering kali berpotensi pada munculnya konflik sosial;

5. SDM di Balai Arkeologi Provinsi Kalimantan Selatan sangat kurang dibandingkan dengan luas wilayah kerjanya.

 

Kepala 

Sub bagian Tata Usaha 

Kelompok Jabatan Fungsional  Peneliti 

2

BAB I Pendahuluan

(11)

BAB II

PERENCANAAN KINERJA

VISI

Terwujudnya hasil penelitian dan pengembangan arkeologi yang berdaya guna dalam mendukung pembangunan karakter dan

penguatan jati diri bangsa.

MISI

1. Memberikan kontribusi kepada masyarakat dan para pemangku kepentingan dalam memanfaatkan sumber daya arkeologi melalui penelitian, penyebarluasan informasi hasil penelitian arkeologi, menyelenggarakan konsultasi, kegiatan ilmiah, serta bimbingan edukatif kultural;

2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas penelitian bidang arkeologi;

3. Memberikan rekomendasi mengenai pemanfaatan hasil penelitian arkeologi kepada para pemangku kepentingan;

4. Meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM. 

No Sasaran Strategis Target Awal Target Revisi  Anggaran Awal   Anggaran revisi 

a. Fasilitasi dan Diseminasi 

Penelitian Arkeologi 4 Opsi Kebijakan 4 Opsi Kebijakan         495,366,000           190,412,000 

b.  Penelitian 9 Laporan 9 Laporan     2,890,000,000      1,080,000,000 

Rumah Peradaban yang 

dikembangkan (PN) 1 Rumah Peradaban 1 Rumah Peradaban         431,185,000           224,799,000 

    5,002,056,000       4,548,376,000 

8,818,607,000

        6,043,587,000 Indikator Kinerja

1 Tersedianya hasil  penelitian  arkeologi yang  berkualitas dan  dimanfaatkan  dalam pelestarian  serta pemajuan  pendidikan dan  kebudayaan

01 Jumlah Dokumen Hasil 

02 Jumlah rumah peradaban 

Jumlah anggaran yang bersifat  pendukung/ rutin 

TOTAL

   

Pagu Anggaran 2020 Rp 8.818.607.000 (Awal) Rp 6.043.587.000 (Revisi ke-7)

   

  1 1

Program  Kegiatan  Sasaran  Kegiatan 

2

IKK  Output 

BAB II Perencanaan Kinerja   

3

(12)
(13)

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA  

 

Sesuai perjanjian kinerja tahun 2020, Balai Arkeologi Provinsi Kalimantan Selatan menetapkan 1 Sasaran Program dengan 3 Indikator Kinerja Program dan 1 Sasaran Kegiatan dengan dan 2 Indikator Kinerja Kegiatan. Dengan target Renstra sebagai berikut:

Target IKP Periode Renstra 2020 - 2024

Sasaran Program : Meningkatnya Jumlah, Kualitas, dan Relevansi Penelitian Pendidikan dan kebudayaan, dengan 3 IKP sebagai berikut :

1. Jumlah publikasi hasil penelitian yang terbit di jurnal nasional terakreditasi dan/ atau jurnal internasional terindeks global

Definisi Operasional: Publikasi hasil penelitian adalah publikasi ilmiah yang diterbitkan oleh peneliti dari Balitbang atau peneliti dari luar Balitbang yang didanai oleh Balitbang. Jurnal nasional terakreditasi adalah jurnal ilmiah yang terakreditasi dengan kategori Sinta 1 (S1) dan Sinta 2 (S2). Kualitas hasil publikasi para peneliti dapat diukur melalui lembaga pengindeks dan melalui nilai akreditasi sesuai dengan Permenristekdikti Nomor 9 Tahun 2018 tentang Akreditasi Jurnal Ilmiah. Jurnal internasional terindeks global adalah jurnal yang terdaftar di Lembaga pengindeks global bereputasi. Terdapat tiga kategori tingkatan reputasi lembaga pengindeks (tinggi, sedang, dan rendah).

Dari target 2 publikasi dengan realisasi 6 publikasi atau 300% yang publikasi di tahun 2020, dengan penjelasan sebagai berikut :

No. Nama Judul Artikel/ Publikasi Ilmiah Jurnal DOI/ Laman

1. Sunarnin

gsih Karakteristik Kuta Bataguh Di Kapuas, Kalimantan Tengah

Berkala Arkeologi Volume 40 No. 2, November 2020

DOI:

10.30883/jba.v40i2.590 https://berkalaarkeologi.k emdikbud.go.id 2. Wasita Pelestarian Tinggalan

Arkeologi Di Tanjungredeb:

Kontestasi Antara Praktik Dan Regulasi [The

Naditira Widya Volume

14 No 1, April 2020 https://doi.org/10.24832/n w.v14i1.414

https://naditirawidya.kem dikbud.go.id

A

CAPAIAN KINERJA BALAR 

BAB III Akuntabilitas Kinerja   

5

(14)

Preservation Of

Archaeological Heritage In Tanjungredeb: A

Contestation Between Practice And Regulation]

3. Hartatik Religi Kaharingan Sebagai Jejak Austronesia Pada Orang Dayak

Prosiding Seminar Nasional Indonesia Rumah Besar Austronesia

https://doi.org/10.24164/pr osiding.v3i1.10

4. Hartatik The sustainability of the iron industry based on local wisdom in the Barito watershed

ICSTSI 2020 IOP Conf.

Series: Materials Science and Engineering 980, 012046

https://doi.org/10.1088/17 57-899X/980/1/012046

5. Hartatik New Evidence of Iron Smelting Sites on the Montalat Watershed (Central Kalimantan, Indonesia ):

Comparison with the Iron Smelting Sites at Sungai Batu (Kedah , Malaysia)

Advancing Southeast Asian Archaeology 2019

https://www.spafajournal.

org/index.php/spafapub/is sue/view/136

6. Vida Pervaya Rusianti Kusmart ono

Mitos lada: Interpretasi Sejarah Budaya Ungkapan Lada dalam Hikayat Banjar

Siddhayatra vol 25 no 2, November 2020

https://siddhayatra.kemdi kbud.go.id/index.php/sidd hayatra/issue/view/16

2. Jumlah laporan penelitian dan/ atau publikasi hasil penelitian yang dikutip oleh publikasi ilmiah  

 

Definisi Operasional: Laporan atau publikasi hasil penelitian Balitbang (baik dilakukan peneliti dari dalam atau luar Balitbang namun didanai dari Balitbang), yang dikutip oleh publikasi ilmiah lain. Pengutipan publikasi hasil penelitian dapat diperoleh dari lembaga pengideks. Terdapat tiga kategori tingkatan reputasi lembaga pengindeks (tinggi, sedang, dan rendah)

 

Dari target 2 laporan (sitasi) dengan realisasi 9 laporan (sitasi ) yang di ambil dari Google Scholar, SINTA, Scopus, dan Garuda di tahun 2020.  

No Nama Google

Scholar SINTA Scopus Garuda

1 Vida Pervaya Rusianti Kusmartono 3 - - -

2 Nia Marniati E. F. 1 - - -

3 Ida Bagus Putu P. Y. 4 - - -

4 Ulce Oktrivia 1 - - -

JUMLAH 9 - - -

3. Persentase Pemanfaatan hasil penelitian arkeologi dalam pelestarian serta pemajuan pendidikan dan kebudayaan,  

Definisi Operasional: Hasil penelitian arkeologi adalah segenap data arkeologi yang dikumpulkan melalui proses penelitian arkeologi dalam bentuk data deskriptif, data visual, data artefaktual serta data yang relevan dan disusun dalam bentuk laporan penelitian arkeologi.

Rumah Peradaban merupakan kegiatan pemasyarakatan hasil penelitian arkeologi sebagai sarana pendidikan dan pencerdasan bangsa melalui Kegiatan Destinasi Pendidikan, Peraga Pendidikan dan Buku Pengayaan.

6

BAB III Akuntabilitas Kinerja

(15)

dari target 4 hasil penelitian arkeologi yang di manfaatkan di tahun 2020 : 

No Nama Keterangan

1 Buku Pengayaan : Jelajah Gua Karst

Prasejarah di Mantewe https://bit.ly/jejakguaprasejarahmantewe 2 Buku Pengayaan : Situs-situs

prasejarah Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan

https://bit.ly/situsprasejarahtanbu

3 Alat Peraga : Video Grafis

Pembentukan Kawasan karst Mantewe https://bit.ly/karstkalimantan https://bit.ly/kawasankarstkalimantan 4 Alat Peraga : Game Puzzle Meratus

Bahari https://bit.ly/rp_puzzle

5 Destinasi Pendidikan Rumah Peradaban sudah dilaksankan di Mantewe, Kab. Tanah Bumbu secara Daring dan Luring

 

Sasaran Kegiatan: Tersedianya hasil penelitian arkeologi yang berkualitas dan dimanfaatkan dalam pelestarian serta pemajuan pendidikan dan kebudayaan, dengan 2 IKK Sebagai berikut :

Target IKK Priode Renstra 2020 - 2024

BAB III Akuntabilitas Kinerja  

7

(16)

IKK 01 : Jumlah Hasil Penelitian Arkeologi

Definisi Operasional : Penelitian Arkeologi adalah kegiatan penelitian yang dilakukan untuk memperoleh data dan informasi arkeologi yang berkaitan dengan pemahaman kehidupan masyarakat masa lalu. Hasil penelitian arkeologi adalah data dan informasi yang diperoleh dari kegiatan penelitian arkeologi dan disusun dalam bentuk laporan hasil penelitian yang dapat dimanfaatkan untuk rekomendasi kebijakan publik, serta dapat dijadikan sebagai bahan penulisan buku ilmiah

Untuk kegiatan penelitian 2020, ada perubahan metode penelitian dari rencana awal yang sebelumnya penelitian lapangan menjadi penelitian desk study, hal ini di karenakan pandemic Covid-19 secara global maupun nasional, sehingga kegiatan penelitian lapangan tidak memungkinkan untuk dilakukan.

Dari target 9 penelitian di tahun 2020 telah dilaksanakan 9 penelitian dengan rincian sebagai berikut :

No Judul Penelitian Desk Study

1 Industri besi dan Hubungannya Dengan Perang Banjar di Hulu Barito Pada abad 19

2 Tulang Binatang dan Alimentasi Penghuni Diang Mahang di Kalimantan 3 Cara Bermukim dan Kehidupan Sosial Politik Beberapa Kelompok Masyarakat

Dayak di Kalimantan Tengah Pada Abad XIX

4 Telaah Arkeo-Toponimi Pemukiman-Pemukiman Kuno di Lembah Sungai Negara 5 Jejak Tambang Batubara di Kalimantan dan Program SDG’s Penanganan

Pemanasan Global dan Menjaga Ekosistem Darat Keanekaragaman Hayati 6 Arsitektur Tradisional Dayak Tomun Di DAS Lamandau, Kajian Arkeologi

Arsitektur dengan Pendekatan Semiotik

7 Pemukiman Kolonial Belanda di Ketapang, Kalimantan Barat: Telaah Data sekunder

8 Observasi Temuan Litik Situs Gua Jauharlin 1

9 Kecenderungan Keletakan Situs Situs Megalitik di Cekugan Pa’ Krayan

4 9

1

2020 2021 2022 2023 2024

Capaian IKK tahun 2020

Fasilitas dan desiminasi penelitian arkeologi Penelitian

Rumah Peradaban Dikembangkan

8

BAB III Akuntabilitas Kinerja

(17)

Ringkasan Penelitian Arkeologi 2020 :

1. Industri besi dan Hubungannya dengan Perang Banjar di Hulu Barito Pada abad 19 – Hartatik S.S., M.S

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah menjelaskan adanya hubungan antara industri besi di DAS Barito dengan perang Banjar di hulu Barito, serta alasan pemilian lokasi peleburan besi (buren) berkaitan dengan kondisi perang pada masa tersebut. Sasaran penelitian adala jenis senjata produksi buren, industri senjata pada masa kolonial di DAS Barito, dan lokasi buren yang akan dikorelasikan dengan jejak lokasi perjuangan pejuang perang Banjar – Barito.

Manfaat bagi kebijakan :

a. Pendidikan/ akademik : menambah pengetahuan yang berkaitan peran industri logam, pahlawan, dan sejarah perang Banjar-Barito sebagai perang terlama di Indonesia (1859-1905). Jika di Jawa ada jalur perang gerilya Pangeran Diponegoro, maka di Kalimantan khususnya di DAS Barito seharusnya ada jalur perang gerilya Pangeran Antasari dan keturunannya yang menggunakan jalur sungai. Jalur ini yang belum digali dengan tuntas melalui pendekatan multidisiplin, terutama sejarah, arkeologi, dan kawasan.

b. Pelestarian : sebagai updaya pendokumentasian dan pelestarian situs-situs yang berkaitan dengan sejarah perang Banjar-Barito untuk memperkuat karakter masyarakat, nasionalisme, pluralisme atau keberagaman yang dicontohkan oleh orang Melayu (Banjar) dan Dayak dalam perang Banjar-Barito.

2. Tulang Binatang dan Alimentasi Penghuni Diang Mahang di Kalimantan – Vida Pervaya Rusianti Kusmartono, MA.

Latar belakang penelitian ini adalah karena tulang binatang merupakan salah satu proy data atau data perantara dalam penelitian arkeologi yang tidak kalah pentingnya dengan artefak. Tulang binatang yang ditemukan pada suatu situs, baik di permukaan tanah maupun dalam kotak ekskavasi dapat menggambarkan cara manusia berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, bakan merekonstruksi perubahan iklim (Yalden 2004). Teresa E. Steele (2015) menyatakan bahwa lebih dari satu dekade belakangan ini perhatian pakar zooarchaeology telah beralih perspektif dari bagaimana lingkungan membentuk suatu masyarakat ke bagaimana masyarakat mengubah lingkungan di sekitarnya.

Penelitian desk study 2020 “Tulang Binatang dan Alimentasi Penghuni Diang Mahang di Kalimantan” memiliki beberapa nilai penting yang berkaitan dengan pemenuhan aspek sosial ekonomi masyarakat luas dalam upaya membangun manusia seutuhnya yang berkepribadian dalam berkebudayaan. Selain itu nilai penting hasil penelitian juga dapat mendorong kebijakan dalam mendukung pilar-pilar pembangunan nasional, antara lain kebijakan tentang pendidikan, pelestarian, ekonomi kreatif, wilayah terluar, dan SDG’s.

3. Cara Bermukim dan Kehidupan Sosial Politik Beberapa Kelompok Masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah Pada Abad XIX – Sunarningsih, M.A.

Hasil penelitian desk study ini memberi gambaran bahwa pada abad ke 19 masyarakat Dayak di aliran Sungai Barito, Kapuas, dan Kahayan, berada pada wilayah yang jauh dari pusat pemerintahan Kerajaan Banjar atau bisa disebut sebagai daerah periphery. Pengaruh kekuasaan Kerajaan Islam di daerah pinggiran tersebut

BAB III Akuntabilitas Kinerja  

9

(18)

lemah, kondisinya tidak sama dengan di pusat pemerintahan (core). Masyarakat masih hidup sesuai dengan aturan dan kepercayaan mereka, dan mampu mendirikan bangunan yang monumental dan menjadi kebanggaan mereka. Aktivitas perang antar kelompok dan mengayau masih dilakukan secara aktif karena berkaitan erat dengan kepercayaan dan menjadi cara menunjukan eksistensi kelompoknya.

Hasil penelusuran terhadap sumber sejarah dalam penelitian ini bisa menjadi panduan untuk menggambarkan kehidupan sosial politik masyarakat yang membangun hunian berpagar sebagai bagian dari usaha mempertahankan diri pada masa itu. Meskipun demikian, pencarian kembali melalui data sejarah dan referensi lainnya ini belum bisa mendapatkan semua titik lokasi kampong dan kotta. Kuta yang di sebutkan dalam ekspedisi masa Kolonial. Oleh karena itu, masih di perlukan survei intensif pada masing-masing aliran sungai untuk melengkapi data yang sudah ada dan bisa menggambarkan sebaran kampong lama dan kotta/ kuta di wilayah tersebut.

Selain itu, data sejarah tersebut juga menjadi dasar untuk penelitian arkeologi untuk mendapatkan karakteristik hunian berbenteng dan polanya pada masing-masing aliran sungai. Penelitian lanjutan sangat di perlukan, sebelum data arkeologi yang berkaitan dengan hunian berbenteng tersebut hilang.

4. Telaah Arkeo-Toponimi Pemukiman-Pemukiman Kuno di Lembah Sungai Negara – Imam Hindarto, S.S.

Kelompok masyarakat di lembah Sungai Negara merupakan masyarakat yang terbuka dengan budaya-budaya baru. Hasil telaah arkeo-toponimi menunjukan adanya kosa kata dari bahasa Sansekerta dan Jawa Kuno yang dipakai sebagai nama tempat, kosa kata tersebut juga menjadi bagian dari budaya yang berkembang di kawasan ini. Sistem pemerintahan baru berbentuk kerajaan di presentasikan dalam toponimi Nagara-Dipa dan Nagara Daha. Sebagai ruang budaya, Sungai Nagara juga menjadi bagian dari toponimi. Sungai Nagara dapat pula berarti keraton yang berada di sungai. Berkaitan dengan hal tersebut tradisi maritim telah menjadi bagian dari budaya masyarakat di lembah Sungai Nagara.

Berdasarkan hasil telaah arkeo-toponimi pemukiman kuno di lembah Sungai Nagara maka terdapat beberapa hal penting yang bisa direkomendasikan, antara lain :

a. Penggunaan nama-nama tempat arkais yang syarat arti dan nilai sejarah hendaknya dipertahankan dan tidak dirubah menjadi nama baru;

b. Penelusuran nama-nama tempat lainnya perlu dilakukan untuk memahami nilai sejarah budaya yang pernah berlangsung;

c. Penelitian arkeologi di lembah Sungai Nagara perlu di intensifkan guna memahami nilai penting kawasan ini dalam sejarah pembentukan identitas masyarakat pauluan pada khususnya dan Banjar pada umumnya;

d. Pelestarian pada situ-situs arkeologi di lembah sungai Nagara perlu di tingkatkan dengan memberi makna baru pada situs-situs tersebut, dan;

e. Metode arkeo-toponimi dapat dilakukan di beberapa tempat untuk memahami arti dan kesearahannya.

5. Jejak Tambang Batubara di Kalimantan dan Program SDG’s Penanganan Pemanasan Global dan Menjaga Ekosistem Darat Keanekaragaman Hayati – Nugroho Nur Susanto, S.S.

Latar belakang hamparan kekayaan keanekaragaman hayati di permukaan, dan kandungan mineral didalamnya merupakan harta Pulau Kalimantan yang tak ternilai harganya. Kekayaan alam ini telah di manfaatkan sejak masa lampau, saat penghuni awal masyarakat tradisional Kalimantan hingga dieksploitasi di era kolonialisme dan imperialisme. Kegiatan eksploitasi alam di permukaan dan sebagian telah

10

BAB III Akuntabilitas Kinerja 

(19)

membongkar perut bumi terus berlanngsung hingga saat ini dan tak dipungkiri telah menyokong kehidupan dan penghidupan manusia. Tuntutan kedepan yang diharapkan dari bumi kita ini adalah untuk terus dapat dinikmati dengan aman dan nyaman hingga generasi-generasi sesudah kita.

Penelitian arkeologi dapat merambah pada isu-isu yang sedang berlangsung dan meyangkut permasalahan nasional maupuninternasional, kehadiran situasi, kondisi dan strategi kehidupan masa lampau paling tidak berguna untuk bersifat reflektif.

Penelitian tentang eksploitasi tambang batubara di Kalimantan ini diharapkan dapat di tindak lanjuti menjadi bahan literatur sejarah pertambangan, sejara eksplorasi dan eksploitasi dan bahan renungan masa lalu. Bukti arkeologi ini perlu di kemukakan, sebelum bukti-bukti ini pun ikut di ‘eksploitasi’ sebagaimana sebagian situs Pengaron dimana aktivitas eksploitasi ‘open pit’ berlangsung baru-baru ini. Hal ini menengarai dan aktualisasi monopoli bidang ekonomi dan dominasi untuk urusan politik. Alam sebenarnya telah menyediakan kebutuhan hidup bagi keberlangsungan manusia, tetapi cara dan pengambilan keputusannya dan resiko yang telah dipilih diserahkan kepada manusia.

6. Arsitektur Tradisional Dayak Tomun di DAS Lamandau, Kajian Arkeologi Arsitektur dengan Pendekatan Semiotik – Ida Bagus Putu Prajna Yogi, S.S., M.A. 

Kawasan Permukiman Tua Kinipan ini merupakan perkampungan tua yang keberadaannya cukup utuh di Pulau Kalimantan. Seperti yang kita ketahui umumnya, hunian rumah pada masa lalu di Kalimantan merupakan Rumah Panjang yang dihuni oleh beberapa kepala keluarga. Berbeda di Kampung Kinipan, perkampungan tua ini terdiri dari rumah-rumah yang didiami satu kepala keluarga tiap bangunan rumah. Hal yang menarik lainnya adalah, rumah-rumah tersebut tertata dalam keruangan meso yang terbagi dalam beberapa blok-blok. Sangat jarang sekali dijumpai perkampungan masyarakat Dayak yang sudah memiliki pembagian ruang dalam sebuah kampong.

Umumnya rumah-rumah linier mengikuti aliran sungai atau berpola radial mengikuti kontur kelerengan lahan.

Bangunan tradisional berupa rumah dan jurung (lumbung padi) masih cukup banyak ditemukan di Kinipan. Setidaknya ada tiga bangunan rumah tradisional yang dianggap sebagai bangunan rumah tertua di Kinipan, yakni Rumah Totak dan Rumah Sambung, Rumah Kembang Cempaka, dan Rumah Benaga. Ketiga rumah tersebut dicatat sebagai cagar budaya oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lamandau. Rumah—rumah tersebut berada dalam kondisi yang tidak terawat meskipun konstruksinya masih cukup kuat. Di dekat ketiga bangunan rumah tradisional tersebut ada satu bangunan yang berada dalam kondisi rusak berat karena saat ini hanya tersisa struktur tiang penyangganya saja. Salah satu rumah tradisional yang tertua yakni Rumah Benaga, sedang dalam proses perbaikan dengan dana dari pemerintah daerah. Sampel kayu dari salah satu rumah yang tertua diambil untuk analisis lebih lanjut. Hal yang menarik untuk diamati adalah tangga rumah tradisional berupa kayu bulat dan kayu pipih yang diukir dengan teknik berbentuk anak tangga.

Anak tangga selalu berjumlah ganjil sebanyak sembilan atau sebelas tergantung panjang pendek tangga. 

7. Pemukiman Kolonial Belanda di Ketapang, Kalimantan Barat: Telaah Data Sekunder – Eko Herwanto, S.S.

Ketapang adalah salah satu kota di Kalimantan Barat yang berkembang pada masa Kolonial Belanda. Kota tersebut terletak di wilayah Kerajaan Matan-Tanjungpura.

Berdasarkan penelusuran data sekunder diketahui bahwa Kota Ketapang bentuk

BAB III Akuntabilitas Kinerja  

11

(20)

huniannya terdiri atas berbagai bagian, sebagai penanda kota kolonial. Komponen tersebut diperuntukkan sebagai pendukung keberadaan pemerintah kolonial Belanda.

Dari bentuk bangunan yang tersisa diperoleh gambaran bahwa adanya pengaruh elemen arsitektur kolonial di wilayah ini. Pengaruh tersebut disadari sebagai akibat dampak panjang pendudukan Belanda. Jejak pengaruh tersebut bisa dilihat dari denah, fasade, dan material yang dipakai dalam bangunan era itu.

Secara sosial politik dan budaya, Ketapang tersusun atas berbagai kelompok etnik, baik Barat, Cina, Arab, dan masyarakat dari berbagai penjuru Nusantara lainnya, seperti Banjar, Brunei, Jawa, dan Bugis. Mereka dibedakan menjadi golongan kelas utama dan kedua.

Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa bentuk hunian masa kolonial di Ketapang mempunyai ciri antara lain.

a. Penggunaan atap pelana dengan sistem gevel untuk mempermudah dalam pemasangan secara teknis dan memepercepat air hujan jatuh ke halaman bangunan mengingat curah hujan di Ketapang cukup tinggi.

b. Jumlah bukaan yang banyak (jendela, pintu dan dormer) difungsikan untuk mengatur suhu ruangan agar tidak panas mengingat letak Ketapang yang berada dekat dengan garis khatulistiwa cukup panas pada siang hari.

c. Bentuk bangunan simetris

d. Penerapan material kombinasi kayu dan batu.

e. Terdapat selasar dan balkon sebagai penghubung antar ruangan bahkan antar bangunan

Sedangkan penjabaran kekuasaan Belanda dalam penataan Kota Ketapang dalam skala luas, mencerminkan bagaimana relasi kuasa Belanda dengan kelompok etnis yang ada di Ketapang. Walaupun tidak ditemukan adanya peraturan wijkenstelsel.

Pendirian sarana publik dan kebijakan berkaitan dengan kelompok etnis di Ketapang, pada dasarnya mencerminkan spirit wijkenstelsel tersebut.

Adanya kontrak politik antara pemerintah Belanda dengan Kerajaan Matan atau sekarang dikenal dengan nama Kerajaan Matan-Tanjungpura, menggambarkan politik segregasi etnis berlaku di wilayah ini di masa lalunya. Pembedaan hak, kewajiban, dan status sosial di antara warga keturunan Bugis, Banjar, Brunei, Jawa, Cina, dan Arab berlaku hingga masa berakhirnya kolonialisasi Belanda.

Penelitian ini pada dasarnya berupa penelitian pendahuluan, dengan memanfaatkan data sekunder. Maka dengan itu perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk memastikan sejauh mana jejak kekuasaan kolonial tersebut mempengaruhi hunian di Kota Ketapang beserta relasi sosial yang terjadi di masa lalunya. Terutama hubungan antar etnis di Kota Ketapang yang membentuk identitas bersama sebagai warga Ketapang.

Berbagai tinggalan yang ada, perlu segera diiventaris ulang. Kegiatan tersebut nantinya berguna dalam program pelestariannya. Dengan lestarinya tinggalan di atas, diharapkan mampu memberikan nilai lebih dalam pemahaman akan arti penting merawat keberagaman atau kebinekaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di masa depan.

12

BAB III Akuntabilitas Kinerja  

(21)

8. Observasi Temuan Litik Situs Gua Jauharlin 1 – Nia Marniati Etie Fajari 

Litik merupakan istilah yang diterjemahkan dari kata dalam Bahasa inggris, yaitu lithic yang berarti hubungan dengan batu atau mengandung batuan. Kata lithic berasal dari Bahasa Yunani Kuno, lithos, yang berarti batu (Rapp,2014, p. 346). Lithic dalam arkeologi diartian sebagai artefak yang dihasilkan dari batuan. Rapp berhasil menelusuri penggunaan istila litik dalam naskah ilmiah pertama kali muncul pada artikel oleh Sippee (1948) dan Goggin (1950) yang terbit dalam jurnal American Antiquity. Penggunaan kata litik kemudian berkembang pesat sejak tahun 1970-an (Rapp, 2014, p. 347).

Litik merupakan jenis artefak yang paling sering ditemukan pada situs-situs prasejarah. Kondisi alaminya yang bersifat keras membuatnya dapat bertahan dalam rentang waktu yang panjang. Penelitian arkeologi di kawasan Pegunungan Meratus banyak mendapatkan temuan litik antara lain di situs Gua Babi, Liang Bangkai 1, Liang Bangkai 10, Ceruk Bangkai 3, Gua Sunggung, Gua Payung, Liang Ulin 2A, Gua Batu, dan Gua Jauharlin 1. Temuan litik dari situs-situs gua tersebut umumnya memliki karakteristik teknologi yang berrkembang pada masa holosen. Himpunan litik yang ditemukan didominasi oleh jenis serpih dan fragmen serpih, serta batu inti dan tatal. Situs Gua Babi yang berada di Kecamatan Muara Uya, Kabupaten Tabalong ini memiliki temuan litik yang di dominasi oleh serpih. Bersama dengan serpih tersebut, alat tulang juga ditemukan di Gua Babi. Serpih dan alat tukang menjadi penanda budaya bercorak preneolitik di Gua Babi pada 5000 tahun yang lalu (Widianto &

Handini, 2003, pp. 54-57).

Sebagai rekomendasi, Gua Jauharlin 1 terletak di bukit karst di antara lahan milik warga (Bapak Jauharlin), yang dimanfaatkan sebagai kebun kelapa sawit yang dikelola oleh pemilik secara mandiri. Hampir seluruh lahan di sekitar perbukitan karst saat ini menjadi lahan kelapa sawit dan karet, baik yang dikelola oleh masyarakat maupun perusahaan nasional. Penelitian tahun 2018 dan 2019 di kawasan Kelumpang Barat-Hampang-Kelumpang Hulu menemukan beberapa fakta yang cukup meresahkan, terkait dengan kelestarian situs gua dan ceruk di wilayah ini.

Selain kebun sawit, aktivitas penambangan batu gamping dan tanah gua juga banyak terjadi di perbukitan karst ini. Oleh karena itu, perlindungan terhadap keberadaan situs perlu dilakukan. Keberadaan data arkeologi berupa gambar cadas, rangka manusia, artefak litik, serta bukti-bukti hunian manusia lainnya di Gua Jauharlin 1 penting untuk mengungkap lebih jauh mengenai budaya prasejarah pada masa lalu dan siapa pendukung budaya tersebut. Penelitian lanjutan perlu dilakukan untuk mengungkapkan lebih detail mengenai tinggalan budaya di wilayah tersebut.

 

9. Kecenderungan Keletakan Situs-Situs Megalitik di Cekugan Pa’ Krayan – Ulce Oktrivia, S.S.

Situs-situs sebagai tempat aktifitas manusia pada masa lampau seringkali ditempatkan pada suatu bentang lahan tertentu. Hal ini merupakan perwujudan adaptasi manusia dalam menghadapi seperangkat faktor lingkungan yang khas.

Berkaca pada hal ini, maka lingkungan fisik bukan merupakan satu-satunya penentu aspek kebudayaan, namun manusia memiliki peran penting dalam menentukan aspek kebudayaan.

Keletakan suatu situs megalitik merupakan cerminan pandangan individu ataupun kelompok individu terhadap suatu ruang yang terkait dengan sakral maupun profan.

Hal ini umumnya dikaitkan dengan keidupan setelah mati. Ada hubungan antara yang

BAB III Akuntabilitas Kinerja  

13

(22)

hidup dan yang mati. Agar hubungan antara yang hidup dan yang mati dapat terjalin harmonis, maka perlu dibuatkan monumen-monumennya.

Beberapa penelitian yang menitikberatkan pada masalah penempatan situs telah dilakukan oleh beberapa ahli Indonesia, yaitu Mundarjito dan Bagyo Prasetyo.

Mundarjito (2002) melakukan penelitian untuk melihat segi keletakan situs-situs Hindu-Budha di Yogyakarta. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa Sebagian besar situs Hindu-Budha di Yogyakarta mengikuti aturan yang ada dalam kitab Manasara Silpasastra, meskipun demikian terdapat beberapa situs Hindu-Budha yang tidak mengikuti aturan dalam kitab tersebut (Mundarjito 2002).

Kesimpulan dari hasil penelitian ini bahwa:

a. Memang terdapat kecenderungan-kecenderungan tertentu dalam keletakan situs megalitik di Cekungan Pa’Krayan.

b. Tidak semua variabel menjadi kunci dalam keletakan situs.

c. Berdasarkan keletakan situs terdapat pemukiman diketahui bahwa kemungkinan terdapat konsep-konsep yang telah dianut oleh para pengusung budaya megalitik di Cekungan Pa’Krayan. Konsep tersebut terkait hulu dan hilir.

Seluruh kegiatan penelitian arkeologi Balar Kalsel tahun 2020 tersebut telah dipublikasikan di laman resmi Balai Arkeologi Provinsi Kalimantan Selatan dengan alamat https://arkeologi kalimantan.kemdikbud.go.id/berita.

OUTPUT LAIN YANG MENUNJANG DI IKK 01 : 

Output 001 Fasilitas dan desiminasi penelitian arkeologi merupakan output yang menunjang Hasil Penelitian Arkeologi yang terdiri dari Kegiatan Rapat Perencanaan Kegiatan Penelitian, Penerbitan dua jurnal yaitu Naditira Widya Vol. 14 Nomor 1 dan 2, Penerbitan dua jurnal yaitu Kindai Etam Vol. 6 Nomor 1 dan 2, serta kegiatan Konservasi dan Arkeometri.

Adapun beberapa kegiatan penunjang lainnnya yang sebelumnya sudah direncanakan di awal tahun seperti penanggulangan kasus, pameran arkeologi, rapat evaluasi tidak dapat dilaksanakan pada tahun ini karena kondisi pandemi Covid-19 secara global dan nasional. Namun secara target output 4 opsi kebijakan sudah tercapai.

Kegiatan Detail Kegiatan

Rapat Perencanaan & Evaluasi Rapat Penyusunan Kegiatan Penelitian 2019 Penerbitan Naditira Widya Vol. 14 No.1 April 2020

Naditira Widya Vol. 14 No.2 Oktober 2020 Kindai Etam Vol 6 No. 1 Mei 2020 Kindai Etam Vol 6 No. 2 November 2020 Konservasi dan Arkeometri Kegiatan analisis artefak

Total 4 Opsi Kebijakan

Rapat Perencanaan Program Penelitian 2020  yang telah dilaksanakan di Hotel Roditha  Banjarbaru 

14

BAB III Akuntabilitas Kinerja

(23)

Jurnal Naditira Widya Volume 14 Nomor 1 dan Jurnal Naditira Widya Volume 14 Nomor 2 telah dipublikasikan dan dapat di unduh di laman https://naditirawidya.kemdikbud.go.id.

Jurnal Kindai Etam Volume 6 Nomor 1 dan Jurnal Kindai Etam Volume 6 Nomor 2 telah dipublikasikan dan dapat diunduh di laman https://kindaietam.kemdikbud.go.id.

Hambatan/kendala dan permasalahan yang dihadapi dalam upaya pencapaian target antara lain:

1. Dengan wilayah kerja seluas 743.330 KM2,Balai Arkeologi Provinsi Kalimantan Selatan memiliki SDM sebanyak 2 jabatan struktural, 10 jabatan fungsional umum dan 10 jabatan fungsional peneliti, sedangkan berdasarkan hasil analisis jabatan terakhir yang diperlukan adalah 2 jabatan struktural, 23 jabatan fungsional umum, dan 26 jabatan fungsional peneliti. Kondisi tersebut dapat menyebabkan terhambatnya pelaksanaan tugas dan fungsi Balai Arkeologi Provinsi Kalimantan Selatan mengingat target kinerja dan anggaran yang harus dicapai di tahun 2019 makin meningkat.

2. Kondisi pandemi yang dimulai di bulan Maret 2020 di Indonesia, meyebabkan adanya perubahan kegiatan penelitian lapangan yang sudah di rencanakan di awal tahun kemaren, dirubah menjadi penelitian desk study, sehingga para peneliti melakukan pengajuan proposal baru lagi di awal bulan Juni 2020. Sehingga kegiatan menjadi mundur pelaksanaannya.

3. Beberapa kegiatan penunjang lainnya yang bersifat lapangan dan melibatkan banyak orang juga dibatalkan seperti pameran arkeologi, penanggulangan kasus, dan kegiatan rapat evaluasi, karena kondisi pandemi Covid-19.

Langkah antisipasi yang dilakukan agar target indikator kinerja dapat tercapai dengan tetap melaksanakan kegiatan demi tercapainya target kinerja dengan teknis bekerja dari kantor (WFO) sesuai dengan protokol kesehatan maupun bekerja dari rumah (WFH).

Naditira Widya  Vol. 14 No.1 April 2020 

Naditira Widya  Vol. 14 No. 2 Oktober 2020 

Kindai Etam  Vol 6 No. 1 Mei 2020 

Kindai Etam  Vol 6 No. 2 November 2020 

BAB III Akuntabilitas Kinerja  

15

(24)

IKK 02 : Jumlah Rumah Peradaban Sebagai Media Pengembangan Hasil Penelitian Arkeologi

Definisi Operasional : Rumah Peradaban merupakan kegiatan pemasyarakatan hasil penelitian arkeologi sebagai sarana pendidikan dan pencerdasan bangsa melalui Kegiatan Destinasi Pendidikan, Alat Peraga Pendidikan dan Buku Pengayaan.

1. Destinasi Pendidikan digunakan untuk mengenalkan situs arkeologi kepada siswa.

Kegiatan ini mendukung program merdeka belajar.

2. Alat Peraga Pendidikan digunakan dalam proses belajar mengajar sebagai alat bantu ajar mengenai peradaban di masa lampau.

3. Buku Pengayaan digunakan sebagai referensi pembelajaran di sekolah demi menumbuhkan kecintaan siswa pada warisan budaya leluhur.

Perencanaan kegiatan Rumah Peradaban disesuaikan dengan Kerangka Acuan Kerja Balai Arkeologi Provinsi Kalimantan Selatan tahun Anggaran 2020. Kerangka Acuan Kerja tersebut berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 26 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Berdasarken Peraturan tersebut, tugas Balai Arkeologi Provinsi Kalimantan Selatan adalah melaksanakan penelitian dan pengembangan arkeologi di wilayah kerjanya berdasarkan kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Balai Arkeologi Provinsi Kalimantan Selatan menyelenggarakan fungsi pendayagunaan hasil penelitian arkeologi dan publikasi hasil penelitian arkeologi

Kegiatan rumah peradaban 2020 dilaksanakan di situs Mantewe yang berlokasi di Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan. Kegiatan dibuka melalui daring dengan aplikasi Zoom Meeting pada tanggal 19 November 2020 dan dibuka dengan sambutan oleh Pihak Pemkab Tanah selaku tuan rumah kegiatan rumah peradaban dilaksanakan, kemudian dilanjutkan dengan laporan dari Kepala Balai Arkeologi Provinsi Kalimantan Selatan yaitu Drs. Nuralam. Kegiatan webinar dilaksanakan dengan tema

“Belajar dari Tinggalan Manusia Prasejarah Liang Bangkai” dan diisi oleh narasumber diantaranya :

1. Dr. I Made Geria, M.Si., dengan paparan berjudul Pengembangan Rumah Peradaban

2. Prof. Dr. Harry Widianto, DEA, dengan paparan berjudul Manusia dan Budaya Prasejarah Kalimantan

3. Dr. Blasius Suprapta, M. Hum., dengan paparan berjudul Arkeologi Pendidikan – Arkeologi Publik “Arkeologi Pendidikan Masa Prasejarah – Belajar Bijak dari Lukisan Dinding Gua”

4. Tisna Arif Ma’rifat, S.S., dengan paparan berjudul Potensi dan Ancaman Gua Arkeologi di Bukit Bangkai Karst Mantewe

Kegiatan webinar dilaksanakan dengan peserta baik siswa dan guru dari sekolah di sekitar Tanah Bumbu untuk peserta daring, dan khusus siswa dari sekolah di sekitar Kec. Mantewe untuk peserta luring dan kunjungan situs dengan maksimal 50 orang peserta dan panitia sesuai dengan protokol kesehatan Covid-19.

16

BAB III Akuntabilitas Kinerja  

(25)

                                                                   

   

Buku Pengayaan yang akan dibuat dan diserahkan pada kegiatan Rumah Peradaban terdiri dari 2 buku dengan tema: Situs-situs prasejarah di Kawasan Mantewe, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Buku tersebut disusun oleh tim Peneliti dari Universitas Negeri Malang, yaitu:

Kunjungan situs peserta luring

Peserta luring Rumah Peradaban

Protokol Covid-19 peserta luring

Poster Kegiatan Rumah Peradaban

BAB III Akuntabilitas Kinerja  

17

(26)

Desain Flashdisk Rumah Peradaban

Buku Pengayaan : Jelajah Gua Prasejarah di Karsh Mantewe (ISBN:978-602-99149-3-1) dan Buku Pengayaan : Situs-situs prasejarah Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan (ISBN:978-602-99149-4-8), masing-masing sebanyak 500 eksemplar.

Alat Peraga pendidikan yang akan dibuat dan diserahkan pada kegiatan rumah peradaban meliputi: (a) videografis pembentukan pegunungan karst; (b) permainan puzzle interaktif berbasis aplikasi. Masing-masing alat peraga tersebut menggambarkan informasi mengenai tinggalan arkeologi prasejarah yang ada di wilayah Mantewe. Alat peraga dikemas kedalam bentuk USB flashdisk dan dibagikan kepada peserta didik yang mengikuti kegiatan Rumah Peradaban.

Berikut data peserta yang terlibat dalam kegiatan Rumah Peradaban 2020:

Jumlah  Sekolah 

Jumlah  Total 

peserta 

Siswa/ 

Mahasiswa  Guru/Dosen Komunitas Pemerintah 

Pusat/Daerah  Umum 

19  140  88  11  10  15  16 

18

BAB III Akuntabilitas Kinerja

(27)

Kegiatan Rumah Peradaban 2020 tersebut telah dipublikasikan di laman resmi Balai Arkeologi Kalimantan Selatan dengan alamat https://arkeologi kalimantan.kemdikbud.go.id/berita.

Hambatan/kendala dan permasalahan yang dihadapi dalam upaya pencapaian target antara lain:

1. Dengan wilayah kerja seluas 743.330 KM2, Balai Arkeologi Provinsi Kalimantan Selatan memiliki SDM sebanyak 2 jabatan struktural, 10 jabatan fungsional umum dan 10 jabatan fungsional peneliti, sedangkan berdasarkan hasil analisis jabatan terakhir yang diperlukan adalah 2 jabatan struktural, 23 jabatan fungsional umum, dan 26 jabatan fungsional peneliti. Kondisi tersebut dapat menyebabkan terhambatnya pelaksanaan tugas dan fungsi Balai Arkeologi Provinsi Kalimantan Selatan mengingat target kinerja dan anggaran yang harus dicapai di tahun 2019 makin meningkat.

2. Kegiatan Rumah Peradaban memerlukan waktu dan tenaga yang cukup lama dalam tahap persiapannya, tidak adanya SDM yang khusus menangani kegiatan pengembangan seperti ini mengakibatkan peneliti dan staf administrasi turut bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan tersebut di samping tugas utama mereka.

3. Pandemi Covid-19 menuntut perubahan program dan kegiatan sehingga memerlukan penyesuaian mulai dari persiapan, pelaksanaan beserta anggaran.

Rumah Peradaban yang kegiatan utamanya berupa Destinasi Pendidikan yang melibatkan peserta didik dalam skala besar untuk datang ke situs tidak dapat dilaksanakan..

Beberapa langkah antisipasi yang dilakukan agar target indikator kinerja dapat tercapai antara lain:

1. Tetap melaksanakan kegiatan demi tercapainya target kinerja meskipun jadwal penugasan menjadi sangat padat.

2. Bekerjasama dengan berbagai pihak untuk menambah jumlah SDM yang diperlukan demi lancarnya kegiatan.

3. Melaksanakan komponen Destinasi Pendidikan secara luring dengan jumlah peserta yang sangat terbatas dengan mematuhi protokol Covid-19 dan mengundang peserta daring melalui aplikasi Zoom Meeting.

Kegiatan Program Dukungan Managemen

1. Output 970 Layanan Dukung Managemen Satker

Kegiatan utama dalam pencapaian output 970 Layanan Dukung Managemen Satker ini adalah pembinaan dan peningkatan kompetensi pegawai melalui pelaksanaan senam kesegaran jasmani rutin setiap hari jumat yang sempat dilaksanakan di awal tahun priode januari sd Maret 2020 sebelum pandemic Covid-19, serta mengikutsertakan 1 (satu) orang pegawai untuk mengikuti diklat bendahara secara luring di Jogjakarta dan 2 orang pegawai untuk ikut diklat serta ujian sertifikasi barang dan jasa secara daring

Target Awal Realisasi %

5633.970 Layanan Dukungan Manajemen Satker 1 Layanan 1 Layanan 100%

051 Penyusunan rencana program dan Penyusunan rencana anggaran 1 Layanan 1 Layanan 100%

053 Pengelolaan keuangan dan perbendaharaan 1 Layanan 1 Layanan 100%

054 Pengelolaan kepegawaian 1 Layanan 1 Layanan 100%

055 Pelayanan umum, Pelayanan rumah tangga dan perlengkapan 1 Layanan 1 Layanan 100%

Kegiatan

Program Dukungan Management

BAB III Akuntabilitas Kinerja  

19

(28)

Peningkatan Jiwa Korsa kegiatan outbound 2020

untuk pembahasan materi dan secara luring selama 1 hari untuk ujian sertifikasi barang dan jasa yang dilaksanakan di Jakarta.

Selain itu juga pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Jiwa Korsa (outbond) yang rutin dilaksanakan yang menjadi sarana peningkatan kompetensi dan kekompakan dalam suatu Tim oleh Balai Arkeologi Provinsi Kalimantan Selatan yang dilaksanakan pada awal tahun di bulan Januari 2020 sebelum pandemi Covid-19.

 

Hambatan/kendala dan permasalahan yang dihadapi dalam upaya pencapaian target antara lain:

Beberapa kegiatan yang sebelumnya sudah direncanakan di awal tahun, dibatalkan dan dilakukan efesiensi anggaran terkait dengan pandemi Covid-19 adapun beberapa kegiatan diklat juga tetap dilaksanakan baik secara internal maupun eksternal namun secara daring sehigga anggaran tidak terserap secara maksimal.

Beberapa langkah antisipasi yang dilakukan agar target indikator kinerja dapat tercapai antara lain:

a. Tetap menugaskan pegawai untuk ikut diklat baik yang dilaksanakan secara daring oleh internal kemendikbud maupun pihak eksternal.

b. Aktif mencari kegiatan yang bisa dibiayai oleh anggaran satker yang dimana pelaksanaan setiap kegiatannya melakukan penerapan protokol kesehatan.

c. Tetap rutin dalam melaksanakan kegiatan outbond di setiap tahunnya.

       

20

BAB III Akuntabilitas Kinerja

(29)

 

2. Output 994 Layanan Perkantoran  

   

Kegiatan yang dilaksanakan untuk indikator kinerja ini adalah pembayaran gaji dan tunjangan pegawai serta operasional dan pemeliharaan perkantoran, serta penanggulangan Covid-19.

Ketercapaian indikator kinerja tersebut dikarenakan dukungan program/kegiatan sebagai berikut:

1. Lancarnya pembayaran gaji dan tunjangan 23 PNS untuk 12 bulan, gaji dan tunjangan ke-13 dan gaji dan tunjangan ke-14;

2. Lancarnya pembayaran kegiatan operasional perkantoran, termasuk gaji bagi 11 PPNPN;

3. Lancarnya pemeliharaan perkantoran untuk aset tetap Balai Arkeologi Kalimantan Selatan.

4. Kegiatan belanja terkait penanggulangan Covid-19.

Hambatan/kendala dan permasalahan yang dihadapi dalam upaya pencapaian target terdapat pagu minus gaji karena data aplikasi GPP yang dipergunakan dalam perencanaan RKA-K/L tahun berikutnya kurang begitu akurat dan tidak bisa memprediksi kondisi aktual yang akan terjadi di masa mendatang. Hal tersebut wajar karena selalu ada kenaikan gaji dan tunjangan yang dikarenakan kenaikan pangkat dan golongan, mutasi jabatan, penambahan tunjangan, maupun penambahan-penambahan lain sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Langkah antisipasi yang dilakukan agar target indikator kinerja dapat tercapai antara lain dengan melakukan revisi pagu minus gaji ke kanwil DJA dengan menggeser anggaran antar keluaran dalam hal pagu tetap selama masih ada sisa anggaran dalam DIPA Balai Arkeologi Provinsi Kalimantan Selatan dan revisi pagu minus gaji ke DJA dalam hal ada penambahan pagu supaya pembayaran gaji dan tunjangan tetap berjalan dengan lancar.

                         

Target Awal Realisasi %

5633.994.001 Layanan Perkantoran 1 Layanan 1 Layanan 100%

001 Gaji dan Tunjangan 12 Bulan Layanan 12 Bulan Layanan 100%

002 a. Penyelenggaraan Operasional dan Pemeliharaan Perkantoran 12 Bulan Layanan 12 Bulan Layanan 100%

b. Penanggulangan COVID 19 1 Layanan 1 Layanan 100%

Kegiatan

Program Dukungan Management

BAB III Akuntabilitas Kinerja  

21

(30)

REALISASI ANGGARAN BALAI ARKEOLOGI PROVINSI KALIMANTAN  SELATAN 

 

   

Pagu anggaran Balai Arkeologi Provinsi Kalimantan Selatan dalam DIPA revisi terakhir tahun 2020 sebesar Rp. 6.043.587.000 Dari pagu anggaran tersebut berhasil direalisasikan sebesar Rp. 4.856.171.927 dengan presentase daya serap sebesar 80.35

%. Pagu tersebut diatas digunakan untuk membiayai pencapaian 1 Sasaran Kegiatan dengan 2 Indikator Kinerja Kegiatan, serta kegiatan dukungan managemen, dengan rincian sebagai berikut :

 

   

Efisiensi Anggaran

Pada Tahun Anggaran 2020, Balai Arkeologi Provinsi Kalimantan Selatan berhasil melakukan efisiensi anggaran sebesar Rp. 1.187.415.073. Hasil efisiensi tersebut diperoleh dari penghematan per output dengan penjelasan sebagai berikut :

Output 001 :

Dari output 001 tersebut di atas, diperoleh nilai efesiensi sebesar Rp. 59.598.600 dengan   persentase 31.3% dari anggaran. Efisiensi paling besar di akun komponen kegiatan

Sasaran Strategis Anggaran revisi Realisasi Daya Serap %

a. Fasilitasi dan Diseminasi Penelitian Arkeologi 190,412,000 130,813,400 68.70%

b. Penelitian Desk Study 1,080,000,000 255,661,500 23.67%

Rumah Peradaban yang dikembangkan (PN) 224,799,000 179,273,200 79.75%

a. Layanan Dukungan Manajemen Satker 124,300,000 82,213,700 66.14%

b. Layanan Perkantoran 4,424,076,000 4,208,210,127 95.12%

6,043,587,000

4,856,171,927 80.35%

03 Kegiatan Program Dukungan Management

TOTAL

Indikator Kinerja Tersedianya hasil

penelitian arkeologi yang berkualitas dan dimanfaatkan dalam pelestarian serta pemajuan pendidikan dan kebudayaan

01 Jumlah Dokumen Hasil Penelitian Arkeologi Lintas Disiplin dan

02 Rumah Peradaban yang dikembangkan (PN)

  Alokasi     Realisasi     %     Sisa Anggaran   5633.001 Fasilitasi dan Diseminasi Penelitian Arkeologi     190,412,000        130,813,400    68,70         59,598,600  052 Evaluasi, Tinjauan Kasus dan Publikasi     170,412,000        127,031,300    74,54         43,380,700  052.A Rapat Penyusunan Rencana Kegiatan Penelitian 2020       51,272,000          51,081,100    99,63        1,909  052.C Kegiatan Publikasi Hasil Penelitian Arkeologi Melalui Media 

Cetak Online

     119,140,000           75,950,200    63,75         43,189,800  053 Konservasi dan Arkeometri       20,000,000        3,782,100    18,91         16,217,900 

Kode Uraian  Total  

22

BAB III Akuntabilitas Kinerja  

B

(31)

publikasi hasil penelitian arkeologi melalui media cetak online senilai Rp. 43.189.800,-.

Namun secara capaian output yakni 4 terbitan di tahun 2020 sudah terlaksana dengan baik dan tepat waktu. Sedangkan untuk rapat penyusunan rencana kegiatan penelitian 2020 berjalan dengan baik sesuai dengan pagu yang sudah disediakan.

 

Terkait dengan konservasi dan arkeometri, kegiatan ini praktis hanya terlaksana di bulan November dan Desember dikarenakan pandemi Covid-19, dengan total efesiensi senilai Rp. 16.217.900. Namun secara keseluruhan kegiatan bejalan dengan baik di tahun 2020 meski dalam kondisi pandemi.

 

Output 002 :

   

Dari output 002, efesiensi terbesar secara keseluruhan senilai Rp. 4.525.800 atau 20.25% dari total anggaran rumah peradaban Rp. 179.273.200. Secara keseluruhan kegiatan dapat berjalan dengan baik sesuai dengan rencana awal dengan berkerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab. Tanah Bumbu. Faktor utama effesiensi di rumah peradaban karena adanya pengurangan jumlah peserta. Kegiatan dilaksanakan secara daring dan luring dengan peserta maupun panitia maksimal yang dapat berkumpul disana sebanyak 50 orang sesuai protokol kesehatan.

Output 904 :

Dari output 904, dengan efesiensi terbesar dengan persentase sebesar 76.33%, atau dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 255.661.000 dari total anggaran Rp.

1.080.000.000 penelitian desk study. Hal ini karena kegiatan penelitian desk study dapat dilaksanakan tanpa melakukan kegiatan-kegiatan yang terhalang karena pandemi Covid- 19, seperti perjalanan dinas, pencarian data ke perpustakaan daerah yang hanya buka hingga setengah hari, dll. proses analisis artefak ke pihak2 seperti Waikato, Batan dan lain-lain, yang memerlukan waktu berbulan-bulan juga tidak dapat dilaksanakan dengan sistem TUP dengan waktu yang sangat terbatas. Desk study tercapai dengan telaah artefak atau data-data arkeologis yang diperoleh dari penelitian di tahun sebelumnya dilengkapi dengan buku-buku referensi yang dibeli guna melengkapi data tersebut, dan tidak memerlukan biaya yang besar dari jumlah anggaran yang ada.

Namun secara kegiatan penelitian dapat berjalan dengan baik dengan Laporan Penelitian Arkeologi (LPA) dapat terkumpul dengan tepat waktu.

             

  Alokasi     Realisasi     %     Sisa Anggaran   5633.002 Rumah Peradaban yang Dikembangkan     224,799,000        179,273,200    79,75         45,525,800  051 Sinkronisasi Lintas Instansi       75,405,000          61,514,100    81,58         13,890,900 

052 Buku Pengayaan       60,181,000          48,007,000    79,77         12,174,000 

053 Alat Peraga       51,976,000          49,160,000    94,58        2,816,000 

054 Destinasi Pendidikan       33,200,000          20,592,100    62,02         12,607,900 

055 Evaluasi dan Laporan       4,037,000       0,00         4,037,000 

Kode Uraian  Total  

  Alokasi     Realisasi     %     Sisa Anggaran   5633.904 Penelitian Desk Study  1,080,000,000        255,661,500    23,67       824,338,500 

Kode Uraian  Total  

BAB III Akuntabilitas Kinerja    

23

Referensi

Dokumen terkait

Kuasa Pengguna Anggaran UPT Balai Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Selatan Alamat : Jl... Rempil Sabtanano, MP NIP.19621013 199003

Keuangan Daerah Atas Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Kalimantan Selatan (Berita Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2012 Nomor 92)

2008 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Provinsi Kalimantan Selatan (lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2008 Nomor 6)

KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI ANTARA MASYARAKAT DAN PEMERINTAH PROVINSI

7. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 5 Tahun 2009, tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2009 Nomor

CALON PENDAMPING LOKAL DESA P3MD PROVINSI KALIMANTAN SELATAN.. TAHUN

CALON PENDAMPING LOKAL DESA P3MD TAHUN ANGGARAN 2015.. PROVINSI

Menganalisis hubungan Pola Komunikasi Organisasi Terhadap Karakteristik Pegawai Balai Pelatihan Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Alat dan Metode Penelitian dilakukan dengan