8 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fitur Sinau Yuk sebagai Komunikasi Massa 2.1.1 Komunikasi Massa
Perkembangan teknologi yang semakin maju, orang dapat berkomunikasi tanpa batasan ruang dan waktu. Termasuk dengan menggunakan komunikasi massa yang semakin berkembang. Elvinaro (2007:3) komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan lewat mediauntuk orang dalam jumlah besar.
Meletze juga mengungkapkan pendapatnya di kutip buku dalam buku Elvinaro (2007:4) menyatakan bahwa komunikasi massa adalah bentuk komunikasi yang teknisnya menyebarkannya tidak secara langsung.
Namun dapat dilakukan dengan cara lain dengan media cetak maupun elektronik.
Komunikasi massa menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat, karena informasi dan komunikasi dapat di akses dengan mudah. Menurut Liliweri (2011 : 37-39) komunikasi massa memiliki ciri khas sebagai berikut :
1. Sifat Komunikator
Sifat adalah ciri khas yang membedakan sesuatu dengan yang lain. Ada 3 sifat dalam komunikator, pertama mengajak lawannya berbicara untuk membicarakn dirinya sendiri, kedua berdebat dengan lawan bicara untuk membahas suatu hal, dan ketiga cemas berlebihan sehingga sering menghindar pada lawan bicaranya.
2. Sifat Pesan
Pesan komunikasi media massa sifatnya adalah umum. Isi nya dapat meliputi peristiwa apapun yang sedang terjadi dan bisa diketahui oleh masyarakat umum.
9 3. Sifat media massa
Media massa inilah salah satu ciri khas dari komunikasi massa. Karena dapat menyampaikan pesan ke banyak orang.
Dan dibantu dengan media massa ini bisa lebih menjangkau audiens dengan cara yang cepat, tepat, dan bisa terus menerus.
4. Sifat komunikan
Konsumen adalah komunikan dalam komunikasi massa.Konsumen disini yaitu masyarakat umum. Meskipun jumlah nya besar namun mereka tidak mengenal satu sama lain, dalam waktu yang sama ketika memperoleh isi pesan tersebut.
5. Sifat efek
Komunikasi massa akan menimbulkan efek tertentu.Ada tiga efek yang secara umum, yaitu kognitif yang akan mengubah pengetahuan penerima pesan, efek afektif yaitu akan menimbulkan opini atau sikap baru pada penerima pesan, dan efek behavioral yang akan cenderung mengubah perilaku penerima pesan.
6. Sifat umpan balik
Umpan balik disini biasanya tidak langsung diberikan konsumen, dan tidak terjadi di waktu yang sama ketika konsumen diberikan pesan. Namun beberapa saat setelah media tersebut memberikan pesan.
2.1.2 Proses Komunikasi Massa
Proses adalah peristiwa yang berkelanjutan, dan tidak bisa diketahui kapan dimulai dan berakhir. Sama dengan komunikasi yang merupakan proses berlangsung dan memerlukan pendukung. Schramm (dalam Ardianto 2007:27) melalui bukunya yang berjudul komunikasi massa mengungkapkan berlangsungnya komunikasi yaitu ada tiga komponen, komunikator, pesan dan komunikan. Jika salah satu dari itu tidak ada, maka komunikasi tidak bisa berlangsung.
10
Dibawah ini adalah tabel yang merupakan dari proses komunikasi massa, sebagai berikut :
Tabel 2. 1 Formula Lasswell Who Say What In Which
Channel
To Whom Which What Effect Siapa Berkata
Apa
Melalui Saluran Apa
Kepada Siapa
Dengan Efek Apa
Komunikator Pesan Media Penerima Efek
Control Studies
Analisis Pesan
Analisis Media
Analisis Efek Sumber : Ardianto (2007:29)
Dengan formula Lasswell dapat dipahami bahwa proses komunikasi terdapat lima unsur, seperti berikut :
1. Who (siapa) : Yaitu komunikator orang yang menyampaikan pesan.
2. Say What (apa yang dikatakan) : Pernyaataan yang bisa berupa ide, informasi pesan, opini dan lain-lain berkaitan dengan isi pesan tersebut.
3. In Which Channel (melalui slauran apa) : Media apa yang digunakan untuk menyalurkan pesan dalam proses komunikasi.
4. To Whom (kepada siapa) : Kepada siapa pertanyaan tersebut di ajukan, masih dalam kaitannya dengan penerimaan pesan.
5. With What Effect (dengan efek apa) : Setelah melakukan serangkaian proses, disini dapat melihat hasil dari penyampaian pesan tersebut, apakah berhasil dengan sasaran yang dituju atau tidak.
2.1.3 Teori Hollingsworth
Menurut Hollingsworth dalam Psychology of The Audience pesan yang diberikan komunikasi massa ada lima kategori yang harus terpenuhi agar bisa mempengaruhi khalayak berupa : perhatian, minat, kesan, keyakinan dan pengarahan. Melalui kategori tersebut Hollingsworth tidak menjamin persoalan yang muncul akan terpecahkan dengan sendirinya.
Namun dapat membantu menyampaikan pesan melalui media kepada
11
khalayak agar tercapai tujuannya. Kelima kategori tersebut antara lain (Haris,2014) :
1) Perhatian.
Pesan dalam komunikasi massa harus dapat membangkitkan perhatian khalayak. Caranya bisa dengan memberikan pilihan daya tarik penyajian atau kemasan pesan. Dalam penelitian ini video dalam fitur sinau yuk menyajikan beberapa gambar untuk menarik perhatian remaja, contohnya gambar-gambar ilustrasi dalam video dampak kehamilan remaja dan mempersiapkan remaja menuju perkawinan yang kokoh.
2) Minat.
Jika perhatian hanya dimaksudkan untuk mengusik, namun minat lebih cenderung diarahkan pada tindakan. Dalam penelitian ini minat ditujukan untuk remaja agar lebih tertarik untuk menambah pengetahuan mengenai fenomena pernikahan dini melalui video yang ada di dalam fitur sinau yuk.
3) Kesan.
Dibalik informasi yang telah diberikan kepada komunikan maka akan timbul kesan dari audiens. Dalam penelitian ini kesan yang diberikan remaja setelah melihat video dalam fitur sinau yuk, dapat dilihat dari respon remaja saat menjawab kuesioner post test. Dan sebagian besar memberikan respon yang positif.
4) Keyakinan.
Jika kesan positif sudah didapatkan saat audiens menerima pesan melalui suatu media, maka audiens perlu diyakinkan lagi mengenai sikap apa yang akan diambilnya itu memang sudah benar dan tepat. Dalam penelitian ini, keyakinan dari remaja dapat dilihat ketika menjawab kuesioner yang diberikan peneliti, khususnya dalam menjawab item pertanyaan pada lembar post test.
5) Pengarahan.
12
Akhirnya setelah melalui tahapan-tahapan di atas, responden akan diberikan pesan berupa tindakan yang mereka ambil merupakan keputusan yang sudah tepat. Dalam penelitian ini pengarahan tersebut diberikan ke remaja agar lebih bijak dalam menyikapi dan memutuskan menikah di usia dini.
2.2 New Media dan Proses Komunikasi
New media adalah media baru yang memanfaatkan internet sebagai teknologi utamanya. Dapat bersifat privat maupun publik (Mondry, 2008:13).
Ciri utama media baru adalah saling berhubungan antara yang menyampaikan pesan dengan yang menerima pesan. Berbentuk digital memudahkan dalam bertukar informasi secara cepat, mudah dan efisien meskipun digunakan dengan orang yang jauh (Denis McQuail dalam buku Teori Komunikasi Massa 2011:43)
Proses komunikasi Menurut Effendy (2017:11) terbagi menjadi dua tahap yakni primer dan sekunder. Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian informasi kepada seseorang melalui simbol atau lambang sebagai media. Lambang itu adalah bahasa, isyarat, gambar dan lain-lain yang bisa menerjemahkan langsung pikiran dan perasaan penerima pesan. Proses komunikasi sekunder adalah proses penyampaian menyampaikan pesan kepada seseorang dengan menggunakan lambang atau simbol dalam melancarkan komunikasinya, karena misalnya komunikan berada di tempat jauh dan berjumlah banyak. Media tersebut bisa berupa surat, telepon, teks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, internet dan lain-lain. Dengan demikian komunikasi secara sekunder itu biasanya dapat menggunakan media massa.
Dalam pengertian yang telah disebutkan di atas, baik itu proses komunikasi secara primer maupun sekunder dalam menyalurkan pikiran atau perasaannya, maka dapat disimpulkan bahwa proses komunikasi keduanya memerlukan media sebagai alat sambung untuk komunikator kepada komunikan. Dan di zaman modern saat ini media baru atau new media sudah banyak bermunculan, gunanya untuk mempermudah proses komunikasi dalam jarak jauh dan bebas dilakukan kapanpun dan dimanapun.
13
2.3 Aplikasi Konco Sregep sebagai Media Informasi
Komunikasi dan informasi adalah satu kesatuan peristiwa yang tidak mungkin dipisahkan, sebab keduanya adalah kesatuan untuk menyalurkan informasi melalui media. Melalui media yang ada untuk membentuk informasi secara khusus, menjadi lebih tampak ketika media baru yang berupa aplikasi konco sregep dijadikan sebagai alat pembantu untuk generasi muda mendapatkan informasi berupa pengetahuan mengenai permasalahan remaja, khususnya dalam menyikapi pernikahan dini.
Dengan dilengkapi sejumlah fitur di dalamnya, aplikasi ini diharapkan mampu menjadi wadah untuk memfasilitasi para generasi muda khususnya di Kabupaten Malang guna mencurahkan segala permasalahan yang mereka hadapi. Fungsi dari aplikasi ini diharapkan dapat menjadi pendamping atau wadah untuk memberikan informasi dan edukasi dalam hal kesehatan reproduksi, seks bebas, kesehatan mental dan juga pernikahan dini . Di aplikasi Konco Sregep ini terdapat empat fitur yang bisa di akses, antara lain fitur sinau yuk, awakmu sehat, curcolin aja, dan kebutuhan (konco/keluarga/wilayah/sekolah). Dari beberapa fitur tersebut memiliki kegunaan masing-masing dalam membantu mengatasi permasalahan remaja.
Aplikasi ini sebagai media informasi di kalangan remaja untuk turut memberikan pengetahuan bagi remaja yang mungkin tidak mereka dapatkan di sekolah maupun keluarga. Berikut adalah gambar profil konco sregep yang diambil melalui aplikasi konco sregep dan foto peluncuran aplikasi konco sregep oleh Dinas Pengendalian dan Keluarga Berencana Kabupaten Malang yang diambil di instagram resmi DPPKB.
14
Gambar 2. 1 Aplikasi Konco Sregep
Diluncurkan pada tanggal 8 April 2021 dalam pemilihan Duta Genre dan dilaksanakan di Pendopo Kabupaten Malang oleh Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Malang, hingga saat ini aplikasi tersebut sudah digunakan sekitar 56 remaja, dan kedepannya DPPKB akan bekerja sama dengan sekolah-sekolah yang ada di Kabupaten Malang untuk memperkenalkan aplikasi tersebut. Melalui aplikasi konco sregep ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai permasalahan remaja, termasuk pernikahan dini. Aplikasi ini sebagai media informasi di kalangan remaja untuk turut memberi pengetahuan bagi remaja yang mungkin tidak mereka dapatkan di sekolah maupun di keluarga. Remaja bisa mendapatkan pengetahuan melalui video yang telah dipersiapkan dalam fitur di aplikasi konco sregep tersebut.
Selama ini banyak sekali program yang menyasar remaja namun sayangnya masih bersifat parsial dan berjalan sendiri-sendiri. Hal itu memerlukan sinergitas multi sektor untuk menangani masalah remaja. Aplikasi Konco Sregep ditawarkan untuk menjadi alternatif strategi optimalisasi sinergitas Program Kesehatan Remaja.
Sregep kepanjangan dari : Sukses, Responsif, Giat Belajar, Empati dan Produktif. Aplikasi ini diharapkan mampu menjadi sesuatu baru yang
15
menyenangkan dan edukatif. Di desain dengan kebutuhan remaja, berisi beberapa fitur menarik sesuai dengan permasalahan remaja.
2.3.1 Fitur Sinau Yuk
Fitur Sinau Yuk adalah sebuah menu yang ada di dalam aplikasi Konco Sregep. Fitur ini menyediakan beberapa video mengenai permasalahan remaja. Beberapa video tersebut antara lain berjudul siapa itu remaja, ada apa dengan remaja, seks gender dan seksualitas, bagaimana aktivitas remaja, apakah tubuhmu ideal, dampak kehamilan remaja, galau stress dan mekanisme koping remaja, manajemen waktu remaja, manajemen cinta dan berani bilang tidak, dan mempersiapkan remaja menuju perkawinan yang kokoh. Di dalam video tersebut ada pemateri yang sesuai dengan bidangnya menyampaikan informasi kepada remaja, dan dapat dipercara kebenarannya. Berikut adalah gambaran profil sinau yuk beserta video yang didalamnya ada pemateri sesuai dengan bidangnya sedang memberikan informasi kepada remaja.
Gambar 2. 2 Fitur Sinau Yuk
Melalui fitur sinau yuk yang ada di dalam aplikasi konco sregep ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi remaja seputar permasalahan yang mereka hadapi di usia nya, termasuk dalam menyikapi pernikahan dini. Dan berperan sebagai media informasi, untuk turut memberikan pengetahuan bagi remaja yang mungkin tidak bisa mereka dapatkan di
16
sekolah maupun di keluarga. Remaja bisa mendapatkan pengetahuan dari video yang ada dalam fitur tersebut.
Dalam penelitian ini remaja mengambil dua video dari fitur sinau yuk yang dijadikan sebagai objek penelitian, di antaranya adalah dampak kehamilan remaja dan mempersiapkan remaja menuju perkawinan yang kokoh. Alasan peneliti memilih dua video ini adalah karena terdapat pemateri yang memberikan pengetahuan berupa faktor dan dampak kehamilan remaja, seks bebas, masalah yang ditimbulkan dalam pernikahan dini seperti (masalah kesehatan reproduksi, psikologi remaja dan masalah sosial ekonomi) dan mempersiapkan pernikahan dari berbagai aspek. Dari beberapa permasalahan tersebut berhubungan dengan dampak pernikahan dini pada remaja yaitu meliputi dampak kesehatan, dampak psikologis, dampak sosial dan dampak ekonomi menurut Djamillah, 2014 ( dalam Jurnal Dampak Perkawinan Anak di Indonesia).
2.4 Terpaan Media
Terpaan media adalah keadaan dimana khalayak terkena pesan-pesan yang disebarkan melalui media massa. Terpaan adalah proses penerimaan stimulus- stimulus melalui alat indera seperti perasaan, penglihatan dan pendengaran (Effendy, 2009:124).
Terpaan melalui media baru merupakan kondisi audiens diterpa informasi melalui media barumelalui jaringan dan koneksi internet. Memiliki sifat multi- arah, media baru memiliki beragam konten untuk mewadahi respon penggunanya, yang dapat di akses dimana saja dan kapan saja dan dimana saja, dan mempunyai kemampuan interaksi antara pemberi informasi dan penerima informasi (McQuail:2011).
Menurut Ardianto (2007:168) untuk mengukur terpaan media dapat dilihat dari 3 indikator :
1) Frekuensi, dapat diukur berdasarkan seberapa sering komunikan melihat, membaca, dan mendengarkan pesan yang disampaikan melalui
17
media tersebut. Jika semakin tinggi, maka pesan akan menimbulkan perhatian lebih dari audiens.
2) Perhatian, suatu proses seseorang dalam menyimak pesan di media.
Melalui proses membaca dan mendengarkan media yang diputar dan tidak melakukan aktivitas lain. Hingga dapat menentukan seberapa fokus komunikan dalam menerima pesan.
3) Durasi, yaitu seberapa lama media dilihat, didengarkan dan dibaca oleh audiens.
2.4.1 Terpaan Pesan dalam fitur Fitur Sinau Yuk
Akses dalam media hampir tidak bisa di hindari dalam kehidupan sehari-hari. Berbeda dengan tahun tahun sebelumnya, saat ini pemilihan media massa sangat beragam apalagi ditambah dengan media baru yang menggunakan internet, masyarakat bisa mengakses hiburan, informasi, edukasi, dan lain-lain dengan mudah (Biagi, 2010 : 40).
Video termasuk dalam audio visual yang menggunakan penglihatan dan pendengaran. Video juga prosesnya dapat menangkap, memproses, menata ulang gambar bergerak. Jadi dapat diartikan media sebagai alat untuk menyampaikan pesan dari komunikator ke khalayak, dengan bantuan media massa menyampaikan pesan kepada khalayak umum dapat menggunakan video, surat kabar, film, radio, dan televisi (Cangara 2010:126).
Melalui komunikasi massa yang ada dalam fitur sinau yuk yang didalamnya berisi video dan diisi oleh pemateri sesuai dengan bidang nya, diharapkan remaja bisa mendapatkan pesan berupa pengetahuan baru dengan cara yang kekinian dan tidak membosankan. Video merupakan media massa yang bisa menghasilkan hiburan, informasi dan pengetahuan kepada publik seperti video dalam fitur sinau yuk yaitu dampak kehamilan remaja dan mempersiapkan remaja menuju perkawinan yang kokoh. Video ini juga termasuk media massa karena menyalurkan pesan berupa informasi dan pengetahuan pada remaja mengenai dampak pernikahan dini.
18 2.5 Sikap
a. Pengertian Sikap
Menurut Notoadmodjo (2010) sikap yaitu respon seseorang pada objek yang dihadapinya, hingga dapat melibatkan pendapat dan emosi di dalamnya seperti setuju atau tidak setuju pada sesuatu hal. Hingga muncul perasaan mendukung atau tidka mendukung pada objek tersebut (Berkowitz dalam Azwar, 2013).
b. Komponen Sikap
Menurut Mar’at (2016:13) struktur sikap terdiri dari 3 komponen, yaitu : 1. Komponen Kognisi
Kognisi dapat menggambarkan pemahaman dan kepercyaan seseorang terhadap sesuatu hal yang baru, melalui proses melihat, mendengar dan merasakan. Kepercayaan dan pemahaman tersebut terbentuk karena adanya pengetahuan baru yang didapat melalui objek tersebut.
2. Komponen Afeksi
Afeksi merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional terhadap suatu objek dan dapat membentuk opini dan sikap baru setelah merespon objek tersebut.
3. Komponen Konasi
Konasi yaitu kecenderungan orang dalam menghasilkan perilaku tertentu untuk menghadapi objek baru dalam hidupnya.
c. Pengukuran Sikap
Henerson, Moriz dan Fitz Gibbon (dalam Mawardi, 2019) mengemukakan ada empat pendekatan yang dapat dipergunakan dalam mengukur sikap seseorang, yaitu :
1. Dengan menggunakan laporan diri sendiri.
Yang termasuk dalam laporan diri sendiri adalah seseorang yang mampu melaporkan dirinya sendiri, jika melalui lisan dapat menggunakan wawancara, survei dan pol. Jika tertulis
19
menggunakan kuesioner, skala sikap, atau catatan harian lainnya.
2. Melalui laporan orang lain.
Laporan ini menghasilkan informasi meliputi perasaan, kepercayaan, atau perilaku seseorang sebagai penyidik. Pelapor tersebut bisa seseorang yang memiliki hubungan dengan oobjek tersebut (orang tua, guru, kerabat).
3. Prosedur sosio metri.
Merupakan alat paling sederhana untuk memperoleh informasi. Prosedur ini dipakai untuk mendapatkan informasi dari kelompok lain mengenai sikap mereka satu sama lain.
4. Pencatatan dokumen.
Laporan yang sistematis mengenai kejadian sehari-hari.
Catatan ini berhubungan dengan milik objek berupa laporan pengunjung, lembar tanda tangan, catatan ijin, arsip pribadi dan lain-lain.
d. Tahapan Sikap
Menurut Notoadmodjo (2003) dalam buku Wawan dan Dewi (2010:44-47) sikap terdiri dari beberapa tingkat, di antaranya adalah :
1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Pada tahapan ini audiens diharapkan mampu menerima informasi mengenai pernikahan dini yang diberikan melalui fitur mempersiapkan remaja menuju perkawinan yang kokoh berupa video di aplikasi konco sregep.
2. Merespon (responding)
Memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi. Dalam tahap ini audiens diharapkan memberikan tanggapan atau pernyataan berupa opini baru mengenai fenomena pernikahan dini mulai dari faktor dan
20
dampaknya. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab atau memberikan tanggapan, terlepas dari jawaban tersebut salah atau benar, adalah bahwa orang menerima ide tersebut.
3. Menghargai (valving)
Menghargai adalah respon seseorang untuk memberikan nilai positif terhadap objek yang baru dihadapinya. Yaitu dapat membahasnya dengan orang lain atau mengajak orang lain untuk ikut merespon. Kegiatan tersebut termasuk dalam indikasi sikap tingkat tiga. Audiens diharapkan mampu memberikan nilai positif mengenai pernikahan dini dan membahasnya dengan orang lain hingga mengajak orang lain untuk lebih berhati-hati saat mengambil keputusan.
4. Bertanggung Jawab (responsible)
Sikap yang paling tinggi tindakannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Ini adalah tahapan terakhir dari sikap. Dalam tahap ini remaja diharapkan mampu menimbulkan kesadaran baru, menentukan pilihan dan bersikap tegas dalam menyikapi pernikahan dini.
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap menurut Azwar dalam Budiman dan Riyanto (2013) adalah :
1. Pengalaman pribadi
Sesuatu yang sedang kita alami dapat ikut membentuk respon dalam diri kita sendiri. Tanggapan tersebut menjadi dasar dalam membentuk sikap.
2. Kebudayaan
Budaya mempunyai pengaruh besar dalam membentuk sikap. Maka apa yang terjadi dalam budaya di daerah tersebut akan mempengaruhi sikap kita kedepannya.
3. Orang lain yang dianggap penting
21
Seseorang yang di anggap penting dalam diri kita menentukan sikap kita kedepannya, karena melalui persetujuannya, kita dapat menentukan sikap dalam hal baru.
Orang yang dianggap penting ini bisa jadi orang tua, guru, kerabat dekat dan lain-lain.
4. Media massa
Media massa sebagai sarana komunikasi, memberikan informasi baru yang akan mempunyai pengaruh besar untuk membentuk opini baru dalam masyarakat.
5. Faktor emosi dalam diri individu
Bentuk sikap tidak harus ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi dari orang tersebut. Namun bisa berasal dalam diri kita sendiri yang timbul oleh emosi dalam diri kita.
2.6 Remaja
1. Pengertian Remaja
Remaja berasal dari Bahasa latin yaitu adolescere yang mempunyai arti tumbuh menjadi dewasa. Arti remaja saat ini juga cukup luas, yaitu mencakup kematangan mental, emosional, dan fisik pada anak. Secara psikologis masa remaja adalah masa dimana individu terjun langsung didalam masyarakat, dan ia tidak merasa lebih rendah dari orang dewasa, atau setara. Minimal brkaitan dengan hak. Integrasi dalam masyarakat mempunyai banyak aspek berkaitan dengan masa pubertas. Cara berfikir remaja memungkinkannya untuk mencapai integritas dalam hubungan dengan orang dewasa (Hurlock, 1996: 206).
2. Tahapan Perkembangan Remaja
Menurut WHO dalam buku Sarwono (2016) remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun. Ada tiga tahap perkembangan remaja yaitu :
22 a) Remaja Awal (usia 10-13 tahun)
Pada tahap ini remaja amsih bingung dalam menghadapi perubahan yang terjadi di dirinya. Terkadang masih labil yaitu sulit untuk mau mengerti dan di mengerti oleh orang lain, karena masih ingin bebas dalam mengekspresikan dirinya.
b) Remaja Madya (usia 14-16 tahun)
Di tahap ini remaja masih sangat suka bermain dengan teman- temannya, dan sangat senang jika banyak yang menyukai dirinya.Ia cenderung lebih menyukai dirinya sendiri, atau menyukai teman-teman yang punya sifat sama dengan dirinya. Tahap ini juga membingungkan remaja karena tidak tahu harus memutuskan sesuatu yang harus dipilihnya.
c) Remaja Akhir (usia 17-19 tahun)
Tahap ini adalah menuju periode dewasa yang ditandai dengan pencapaian 5 hal yaitu :
1. Minat makin mantap untuk mencari jati diri sesungguhnya.
2. Ego tinggi dalam mencari kesempatan untuk menyatu dengan orang-orang baru, hingga mendapatkan pengalaman baru.
3. Terlalu fokus pada perhatian ke diri sendiri.
4. Tumbuh batas yang memisahkan antara dirinya dan publik.
3. Perubahan Fisik Remaja
Menurut Depkes (2010) terjadi pertumbuhan fisik yang cepat pada remaja, juga dalam pertumbuhan organ-organ reproduksi yang hampir matang. Tnda-tanda dalam perubahan ini adalah :
a) Tanda-tanda Seks Primer 1. Menstruasi pada wanita 2. Mimpi basah pada laki-laki b) Tanda-tanda Seks Sekunder
1. Di remaja laki-laki ada perubahan suara,tumbuh jakun, penis dan buah zakar yang makin membesar, ereksi dan ejakulasi, dada lebih bidang, bdan berotot, dan tumbuh rambut di sekitar kemaluan dan ketiak.
23
2. Di remaja perempuan pinggul melebar, pertumbuhan rahim dan vagina, payudara membesar, tumbuhnya rambut di ketiak dan sekitar kemaluan.
2.7 Pernikahan Dini
1. Pengertian Pernikahan
Menurut Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1974 pasal (1) (dalam putusan Mahkamah Konstitusi, 2018) tentang perkawinan menyatakan bahwa pernikahan adalah ikatan antara pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk sebuah keluarga. Menurut Soekanto (2006) perkawinan adalah ikatan yang sah antara pria dan wanita yang akan menimbulkan hak maupun kewajiban buat pasangan tersebut hingga keturunannya. Pernikahan dapat di sahkan secara hukum dengan menggunakna dokumen tertulis yang ditanda tangani antara kedua mempelai. Berdasarkan pasal 7 UU No.1/1974 (mkri.id, 2018) adalah : a. Perkawinan diizinkan jika pria berusia 19 tahun dan wanita
minimal usia 16 tahun.
b. Dalam hal penyimpangan dalam ayat (1) pasal ini mendapat dispensasi dari pengadilan agama yang diminta oleh kedua orang tua untuk pihak pria maupun wanita.
2. Pengertian Pernikahan Dini
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 bab II Pasal 7 Ayat 1 (mkri.id, 2018) menyatakan perkawinan hanya diperbolehkan jika pria minimal 19 tahun dan wanita minima 16 tahun.
Namun menurut bab II Pasal 6 Ayat 2 untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai usia 21 tahun harus mendapat izin dari kedua orang tua. Namun menurut BKKBN (2010) usia minimal menikah adalah 20 tahun untuk pihak wanita, dan minimal 25 tahun untuk pihak pria. Maka, jika dibawah umur tersebut atau di bawah usia 20 tahun dinamakan pernikahan dini.
Berkaitan dengan hal itu, meskipun UU No.1 tahun 1974 mengizinkan perempuan menikah minimal usia 16 tahun dan laki-laki
24
minimal usia 19 tahun, namun program KB mengembangkan program Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) yang menganjurkan usia kawin ideal adalah di atas 20 tahun (Holilur, 2016:69). Berikut adalah gambar data Pendewasaan Usia Perkawinan oleh Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana di Kabupaten Malang pada tahun 2020.
Gambar 2. 3 Pendewasaan Usia Perkawinan oleh DPPKB tahun 2020
Menurut data dari Dinas Pengendalian Penduduk dan Kabupaten Malang pada tahun 2020 tercatat pernikahan di bawah 20 tahun ada sekitar 1601 pasangan, pernikahan usia 21-15 tahun tercatat 6486 pasangan, pernikahan usia 25-30 tahun 8216 pasangan, dan pernikahan di atas 30 tahun 3987 pasangan.
Berdasarkan data di atas pasangan yang menikah di bawah usia 20 tahun di Kabupaten Malang yaitu sekitar 1601 pasangan, fenomena tersebut sangat disayangkan karena faktanya pernikahan usia dini dari tahun ke tahun di kabupaten malang semakin meningkat, terutama di daerah perdesaan. Ada beberapa faktor remaja di perdesaan banyak yang menikah di usia dini di antaranya adalah sebagian besar remaja di perdesaan hanya lulusan SMA, dan sisanya memilih untuk bekerja. Ada
25
juga beberapa yang hanya tinggal di rumah, dan berpotensi besar untuk menikah di usia dini karena tidak ada hal lain yang dikerjakan. Faktor ekonomi juga menjadi alasan orang tua menikahkan anaknya, dengan harapan sudah tidak menjadi beban orang tua.
2.7.1 Faktor-faktor Pernikahan Dini
Pernikahan dini dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan, pendidikan, sosial ekonomi, dan budaya (Anggraini, 2019:185) yang diuraikan sebagai berikut:
a. Pengetahuan.
Pengetahuan remaja tentang pernikahan usia dini meliputi dampak kesehatan reproduksi, psikologis dan kehidupan dalam berkeluarga, jika sudah mendapatkan pengetahuan yang baik maka mereka akan lebih mempertimbangkan untuk menikah di usia dini, harapannya karena mereka mengetahui apa saja akibat dari pernikahan tersebut bagi kesehatan fisik dan mentalnya.
Remaja yang mempunyai banyak sumber informasi akan meningkatkan pengetahuan mereka. Informasi tersebut dapat diperoleh dari media massa internet, televisi, buku, serta melalui video edukasi yang diberikan langsung oleh pakarnya.
b. Pendidikan.
Sebagian remaja yang berpendidikan rendah cenderung lebih cepat untuk di nikahkan oleh orang tuanya, dibandingkan dengan remaja yang melanjutkan sekolah pada pendidikan tinggi, karena banyaknya waktu yang kosong dalam sehari-hari tanpa pekerjaan membuat mereka melakukan hal-hal yang tidak produktif, contohnya berpacaran. Hingga tidak sedikit remaja yang melakukan hubungan seksual sebelum menikah.
Remaja yang berpendidikan rendah juga tidak banyak mendapatkan informasi mengenai dampak pernikahan dini, baik dari
26
sekolah maupun di luar sekolah, hal itu yang dapat memicu remaja untuk lebih cepat menikah di usia dini.
c. Ekonomi
Ekonomi yang rendah tidak cukup menjamin kelanjutan pendidikan anak, maka apabila anak telah lulus SMP/SMA dan tidak tinggi melanjutkan pendidikannya lagi, mereka memilih untuk bekerja. Ada juga beberapa yang hanya tinggal di rumah, dan berpotensi besar untuk menikah di usia dini karena tidak ada hal lain yang dikerjakan. Faktor ekonomi juga menjadi salah satu alasan orang tua menikahkan anaknya, dengan harapan anak bisa mandiri dan tidak menjadi beban orang tua.
d. Budaya
Faktor budaya juga mengambil pengaruh besar dalam fenomena ini, karena kebudayaan ini sudah ada turun temurun dan jadi kepercayaan sendiri oleh masyarakat. Beredar sebuah kepercayaan terlebih di lingkungan perdesaan bahwa jika anak tidak cepat-cepat menikah, akan memalukan keluarga karena di anggap tidak laku, terlebih untuk anak perempuan. Hal ini bermula dengan adanya perjodohan yang direncanakan oleh orang tua, maupun pemahaman masyarakat bahwa wanita yang telah mendapatkan menstruasi pertama bagi remaja wanita sudah layak untuk menikah.
2.7.2 Dampak Pernikahan Dini
Pernikahan usia dini menimbulkan dampak yang bermacam-macam bagi remaja, di antara lain (Djamillah, 2014):
1. Dampak Kesehatan a. Pada umur kehamilan
Perempuan yang hamil di bawah umur memiliki resiko lebih tinggi pada kesehatannya, karena mereka kurang persiapan dan pengetahuan dalam menghadapi masalah tersebut. Kematian pada wanita hamil dan melahirkan di bawah umur 20 tahun lebih tinggi daripada wanita berusia 20-29 tahun.
27 b. Pada proses Persalinan
1. Mengalami pendarahan 2. Persalinan lama dan sulit 3. Bayi Prematur
4. Berat Badan Lahir Rendah 5.
2. Dampak Psikologis
Pernikahan di bawah umur akan mengakibatkan kekerasan dalam rumah tangga yang dapat menyebabkan kematian, kekerasan itu bisa terjadi pada remaja perempuan maupun laki-laki. Selain itu, untuk remaja perempuan yang hamil di luar nikah akan mersa tidak percaya diri, minder dan dapat mengganggu psikologisnya.
3. Dampak Sosial
Karena remaja yang menikah di bawah umur rata-rata belum mempunyai kesiapan yang matang, maka potensi perceraian dan perselingkuhan juga besar di pernikahan mereja. Dan karena emosi yang belum stabil dapat menyebabkan adanya kekerasan dalam rumah tangga,yang dapat terjadi oleh istri maupun suami.
4. Dampak Ekonomi
Remaja yang menikah di usia 15-19 tahun seringkali belum mapan dan memiliki perkerjaan yang layak, dikarenakan pendidikan mereka yang rendah. Akibatnya tidak sedikit remaja yang menikah di bawah umur masih menjadi tanggungan orang tuanya, dan orang tua memiliki beban ganda, karena selain harus menghidupi keluarganya sendiri namun juga menghidupi keluarga baru dari anaknya.
2.8 Hubungan antara Terpaan Pesan dalam Fitur Sinau Yuk dengan Sikap Remaja mengenai Pernikahan Dini
Komunikasi dan informasi adalah salah satu peristiwa yang tidak dapat dipisahkan, karena keduanya merupakan kebutuhan untuk menyalurkan informasi melalui media. Melalui media akan ada proses
28
terbentuknya informasi secara khusus, menjadi lebih tampak ketika media remaja.
Aplikasi konco sregep dilengkapi dengan beberapa fitur yang diharapkan mampu menjadi wadah untuk remaja mendapatkan sumber pengetahuan mengenai permasalahan remaja, termasuk dalam menyikapi pernikahan dini. Salah satunya adalah fitur sinau yuk, di dalam fitur tersebut ada beberapa video yang diisi oleh pemateri sesuai dengan pakarnya memberikan pesan kepada khalayak dan dapat dipercaya kebenarannya.
Fitur tersebut menyediakan sepuluh video mengenai permasalahan remaja.
Dua di antaranya adalah dampak kehamilan remaja dan mempersiapkan remaja menuju perkawinan yang kokoh, alasan peneliti memilih video ini untuk dijadikan objek penelitian karena terdapat pemateri yang memberikan pengetahuan berupa faktor dan dampak kehamilan remaja, seks bebas, masalah yang ditimbulkan dalam pernikahan dini seperti (masalah kesehatan reproduksi, psikologi remaja dan masalah sosial ekonomi) dan mempersipakan pernikahan dari berbagai aspek. Dari beberapa permasalahan tersebut berhubungan dengan dampak pernikahan dini pada remaja yaitu meliputi dampak kesehatan, dampak psikologis, dampak sosial dan dampak ekonomi menurut Djamillah, 2014 ( dalam Jurnal Dampak Perkawinan Anak di Indonesia).
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 bab II Pasal 7 Ayat 1 (mkri.id,2018) menyatakan perkawinan hanya diizinkan jika pria minimal usia 19 tahun dan wanita minimal usia 16 tahun.
Namun menurut BKKBN (2010) usia minimal menikah adalah 20 tahun untuk pihak wanita, dan minimal 25 tahun untuk pihak pria. Maka, jika dibawah umur tersebut atau di bawah usia 20 tahun dinamakan pernikahan dini.
Ada beberapa faktor remaja menikah di usia dini,salah satunya adalah karena kurangnya pengetahuan bagi remaja perempuan dan laki-laki mengenai dampak dan beberapa permasalahan yang terjadi dalam pernikahan dini. Lalu faktor pendidikan, remaja yang berpendidikan rendah
29
cenderung lebih cepat dinikahkan orang tuanya, karena kurangnya aktivitas dalam sehari-hari. Sehingga tidak sedikit yang melakukan aktivitas tidak produktif seperti berpacaran hingga melakukan hubungan seksual. Ketiga faktor ekonomi yang rendah, faktor ini cukup menjadi salah satu alasan orang tua menikahkan anaknya di usia dini, dengan harapan anak bisa lebih mandiri dan tidak menjadi beban orang tua. Terakhir adalah faktor budaya, faktor budayajuga berperan besar karena sudah ada sejak lama dan menjadi kepercayaan sendiri di masyarakat. Sehingga muncul beberapa kepercayaan mengenai pernikahan dini yang di percaya masyarakat, terutama di perdesaan (Mubasyaroh,2016).
Berdasarkan dari keterangan di atas, sejalan dengan materi yang disampaikan dalam fitur sinau yuk, khususnya dalam video dampak kehamilan remaja dan mempersiapkan remaja menuju perkawinan yang kokoh. Contoh beberapa materi yang diberikan dalam video tersebut berisi tentang masalah yang ditimbulkan akibat kehamilan remaja, dan beberapa aspek yang harus dipersiapkan ketika remaja memutuskan untuk menikah.
Permasalahan tersebut berhubungan dengan dampak pernikahan dini pada remaja yaitu meliputi dampak kesehatan, dampak psikologis, dampak sosial dan dampak ekonomi menurut Djamillah, 2014 (dalam Jurnal Dampak Perkawinan Anak di Indonesia).
2.9 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang memiliki keterkaitan dengan penelitian ini. Pada tahap awal penelitian ini, penelitian terdahulu dipergunakan sebagai referensi masukan dalam membangun wawasan keilmuan sekaligus penggalian gagasan dan variabel penelitian, sedangkan pada tahapan berikutnya penelitian terdahulu akan dijadikan pembanding hasil-hasil penelitian ini. Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan pengaruh terpaan fitur sinau yuk terhadap sikap remaja mengenai pernikahan dini.
30
Tabel 2. 2 Penelitian Terdahulu
Nama Penelitian
dan Tahun Judul Metode
Penelitian Hasil Penelitian
Fitatul Islamiyah (2017)
Pengaruh Promosi Kesehatan dengan Video dalam Meningkatkan Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang
Pernikahan Dini di SMP Negeri 2 Sanden Bantul Yogyakarta
Kuantitatif 1. Terdapat pengaruh pemberian promosi kesehatan antara media video dengan leaflet terhadap pengetahuan remaja tentang pernikahan dini yaitu terjadi peningkatan 20.45% pada video dan 13.47 pada leaflet.
2. Peningkatan sikap remaja tentang pernikahan dini yaitu 14.28% pada video dan 11.03% pada leaflet (p value 0.000)
3. Terjadi peningkatan pengetahuan dan sikap remaja yang bermakna pada kelompok, tetapi peningkatan video lebih tinggi daripada leaflet.
Nevi Puji Lestari (2012)
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Media
Kuantitatif 1. Sikap pernikahan dini sebelum diberikan pendidikan kesehatan
31 Visual Aids
Terhadap Sikap Pernikahan Dini pada Remaja Di Desa Adipuro Kecamatan Kaliangkrik Magelang.
dengan media visual aids didapatkan nilai pre test 65,4% dalam kategori baik dan 35,6%
dalam kategori cukup.
2. Sikap pernikahan dini setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan media visual aids didapatkan nilai post test 92,3% dalam kategori baik dan 7,7%
dalam kategori cukup.
3. Ada pengaruh
pendidikan media visual aids terhadap sikap pernikahan dini pada remaja di Desa Adipuro, Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang.
Novi Wulan Sari (2020)
Pengaruh Penyuluhan Pernikahan Dini terhadap Sikap Tentang
Pernikahan Dini Remaja Kelas VII SMP Negeri I Dlingo Bantul Yogyakarta Tahun 2014
Kuantitatif 1. Sikap sebelum penyuluhan pada kelompok
eksperimen dalam kategori cukup yaitu 52%, dan sikap sesudah penyuluhan dalam kategori baik yaitu 87%.
2. Sikap siswa remaja tentang pernikahan dini sebelum pemberian leaflet pada kategori cukup yaitu 52%, dan
32
sikap remaja sesudah diberikan leaflet dalam kategori baik yaitu 68%.
3. Ada pengaruh yang signifikan
penyukuhan pernikahan dini terhadap sikap remaja SMPN 1 Dlingo tentang pernikahan dini, hal ini ditunjukkan dari hasil uji statistik dengan wilcoxon signed rank diperoleh p value sebesar 0.01.
2.10 Hipotesis dan Definisi Variabel 2.10.1 Definisi Konseptual
Definisi konspetual adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama. Konsep merupakan suatu kesatuan pengertian tentang suatu hal atau persoalan yang dapat dirumuskan. Terkait hal ini maka untu merumuskan konsep ini harus dapat menjelaskannya sesuai dengan maksud pemakaiannya (Singarimbun, dan Effendi 2019). Terdapat dua definisi konseptual dalam penelitian ini yakni terpaan fitur mempersiapkan remaja menuju perkawinan yang kokoh dan sikap remaja mengenai pernikahan dini.
1) Terpaan
Terpaan yaitu dimana seseorang terkena pesan oleh suatu media massa. Pesan tersebut akan secara otomatis diterima baik lewat penglihatan dan pendengaran penerima pesan. Informasi yang diberikan oleh fitur sinau yuk lewat pemateri yang sesuai dengan pakarnya dan
33
dapat dipercaya kebenarannya, akan diterima oleh remaja pada saat video tersebut diputarkan. Sehingga bisa dikatakan remaja sudah terkena terpaan oleh suatu media yaitu melalui fitur yang ada di aplikasi konco sregep tersebut. Beberapa indikator yang berhubungan dengan terpaan fitur sinau yuk dari frekuensi, durasi dan intensitas.
2) Fitur Sinau Yuk
Salah satu fitur yang dihadirkan oleh aplikasi konco sregep adalah fitur sinau yuk. Menurut situs resmi Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana kb.malangkab.go.id, fitur ini merupakan layanan konten yang tersedia pada aplikasi. Melalui komunikasi satu arah yang ada di fitur sinau yuk ini, remaja diharapkan mampu mendapatkan pengetahuan yang baik tentang pernikahan dini langsung dari pakarnya yang dapat dipercaya kebenarannya. Salah satunya melalui video dampak kehamilan remaja dan mempersiapkan remaja menuju perkawinan yang kokoh, di dalam video ini ada beberapa penjelasan oleh pemateri mengenai pengetahuan berupa faktor dan dampak kehamilan remaja, seks bebas, masalah yang ditimbulkan dalam pernikahan dini, dan persiapan pernikahan. Harapannya melalui fitur ini remaja mendapatkan pengetahuan yang cukup mengenai pernikahan dini, dan mampu bersikap bijak untuk lebih mempertimbangkan keinginan menikah di usia dini.
3) Sikap Remaja mengenai Pernikahan Dini
Menurut Notoadmodjo (2010) sikap adalah respon tertutup seseorang karena objek tertentu, yang sudah melibatkan pendapat dan emosi di dalamnya contoh (senan- tidak senang dan setuju- tidak setuju). Sikap seseorang ketika merespon objek tertentu yaitu akan berakhir di perasaan mendukung atau tidak mendukung dan perasaan memihak atau tidak memihak. (Berkowitz dalam Azwar, 2013). Sikap terdiri dari tiga komponen yaitu, komponen kognitif, komponen afektif dan komponen behavioral. Begitupun sikap remaja terhadap pernikahan dini, saat remaja diberikan pengetahuan melalui fitur sinau yuk
34
mengenai pernikahan dini, remaja akan menimbulkan pendapat atau sikap baru yang dapat berupa tidak setuju maupun setuju, atau mendukung dan tidak mendukung.
2.9.1 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah batasan yang menjelasakan ciri-ciri suatu konsep dan bertujuan untuk mencapai alat ukur yang sesuai, dengan menggunakan indikator untuk memperjelas variabel yang peneliti gunakan.
Variabel tersebut adalah Terpaan Pesan dalam Fitur Sinau yuk (X) dan Sikap Remaja Mengenai Pernikahan Dini.
Tabel 2. 3 Definisi operasional
No Variabel Dimensi Indikator Skala
1. Sikap Remaja Mengenai Pernikahan
Dini (Pre Test)
Menerima • Ketertarikan remaja untuk mendapatkan pengetahuan seputar
pernikahan dini.
• Mau menampung segala informasi seputar
pernikahan dini.
• Menganggap pernikahan dini adalah sesuatu yang
penting/tidak penting untuk dipertimbangkan.
Likert
Merespon • Memberi pendapat atau
Likert
35
sebuah opini baru mengenai
pernikahan dini.
• Memberi
tanggapan positif atau negatif terhadap fenomena pernikahan dini.
• Memberi
pernyataan setuju atau tidak setuju terhadap
fenomena pernikahan dini.
Menghargai • Memberikan nilai positif terhadap fenomena pernikahan dini.
• Mau belajar lebih mendalami lagi fenomena seputar pernikahan dini.
Likert
36 Bertanggung
Jawab
• Menimbulkan kesadaran baru mengenai pernikahan dini
• Mampu menentukan pilihan baru terhadap fenomena pernikahan dini.
• Peduli pada kondisi diri sendiri, keluarga, dan pasangan.
Likert
2. Sikap Remaja Mengenai Pernikahan
Dini (Post Test)
Menerima • Ketertarikan remaja untuk mendapatkan pengetahuan seputar
pernikahan dini.
• Mau menampung segala informasi seputar
pernikahan dini
• Menganggap pernikahan dini adalah seusatu yang
penting/tidak
37
penting untuk dipertimbangkan Merespon • Memberi
pendapat atau sebuah opini baru mengenai
pernikahan dini.
• Memberi
tanggapan positif atau negatif terhadap fenomena pernikahan dini.
• Memberi
pernyataan setuju atau tidak setuju terhadap
fenomena pernikahan dini.
Likert
Menghargai • Memberikan nilai positif terhadap fenomena pernikahan dini.
Likert
38 Bertanggung
Jawab
• Menimbulkan kesadaran baru mengenai
perniakahan dini.
• Mampu menentukan pilihan baru terhadap fenomena pernikahan dini.
• Peduli pada kondisi diri sendiri, keluarga, dan pasangan.
2.10.3 Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah yakni jawaban yang diberikan mengikuti teori yang relevan dan belum dibuktikan melalui fakta empiris (Sugiono, 2015:96). Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1 : Terdapat pengaruh signifikan terpaan pesan dalam fitur sinau yuk terhadap sikap remaja mengenai pernikahan dini.
H0 :Tidak terdapat pengaruh signifikan terpaan pesan dalam fitur sinau yuk terhadap sikap remaja mengenai pernikahan dini.