• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lanjut usia

2.1.1 Pengertian lanjut usia

Lanjut usia (lansia) memiliki definisi mereka yang berusia 65 tahun ke atas dan termasuk golongan tidak produktif. WHO mendefiniskan lansia sebagai elderly (usia lanjut) melalui 3 kategori yaitu: pertama, kronologis; berkaitan dengan usia yang didefinisikan berusia 65 tahun ke atas. Kedua, perubahan peran sosial; berhubungan dengan perubahan status yaitu pensiunan atau posisi dalam bagan keluarga. Ketiga, perubahan kemampuan; melihat perubahan dari karakter fisik (WHO, 2014).

Menurut Mubarak (2009), terdapat beberapa tren dan isu pada lansia, di antaranya: pertama, perubahan perilaku; pada lansia sering dijumpai terjadinya perubahan perilaku, di antaranya: daya ingat menurun, pelupa, sering menarik diri, ada kecenderungan penurunan merawat diri, timbulnya kecemasan karena dirinya sudah tidak menarik lagi. Lansia sering menyebabkan peningkatan sensitivitas emosional seseorang yang akhirnya menjadi sumber banyak masalah. Kedua, pembatasan aktivitas fisik;

(2)

semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran, terutama di bidang kemampuan fisik yang dapat mengakibatkan penurunan pada peranan sosialnya. Hal ini mengakibatkan timbulnya gangguan dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya, sehingga dapat meningkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain. Ketiga, kesehatan mental; selain mengalami kemunduran fisik, lansia juga mengalami kemunduran mental. Semakin lanjut seseorang, kesibukan sosialnya akan semakin berkurang dan dapat mengakibatkan berkurangnya integrasi dengan lingkungannya.

Manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial, serta perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatannya. Oleh karena itu, kesehatan manusia lanjut perlu mendapatkan perhatian khusus dengan tetap dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara produktif sesuai dengan kemampuannya (Fatimah, 2010). Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005). Usia lanjut

(3)

adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari (Azwar, 2006). Lanjut usia adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan struktur dan fungsi normal, ketahanan terhadap injury termasuk adanya infeksi (Mubarak, 2011).

Menurut WHO dalam Mubarak (2011), pembagian umur mengenai lanjut usia meliputi :

1) Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.

2) Usia lanjut (elderly) antara 60-74 tahun. 3) Usia tua (old) antara 75-90 tahun.

4) Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.

2.1.2 Proses Menua (Aging Process)

Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho, 2008). Fungsi tubuh dapat hilang seluruhnya seperti fungsi reproduktif pada wanita, atau fungsi tubuh dapat menurun sampai beberapa tingkatan seperti yang terjadi pada fungsi

(4)

muskuloskletal atau ginjal. Terkait dengan penurunan fungsi tersebut, lansia menjadi lebih rentan terkena penyakit dan masalah kesehatan (Nugroho, 2008).

Proses menua (aging) berdampak pada penurunan kondisi fisik, biologis, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lainnya. Keadaan ini cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia. Perjalanan penyakit pada lansia mempunyai ciri sendiri, yaitu bersifat menahun, semakin berat dan sering kambuh. Penyakit degeneratif seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, penyakit gangguan metabolik, dan penyakit keganasan merupakan penyakit yang banyak ditemui pada lansia. Menurut Nugroho (2008), proses penuaan merupakan suatu proses biologis yang kompleks:

1) Adanya perubahan dalam tubuh yang terprogram oleh jam biologis (biological clock).

2) Terjadinya aksi dari zat metabolik akibat mutasi spontan, radikal bebas dan adanya kesalahan di molekul DNA.

3) Perubahan yang terjadi di dalam sel dapat primer akibat gangguan sistem.

(5)

2.1.3 Ciri-ciri Lansia

Hurlock (2011), menguraikan perubahan-perubahan dalam periode lansia ke dalam beberapa kategori sebagai berikut:

1. Perubahan penampilan

Perubahan-perubahan penampilan yang umum terjadi dalam periode lansia menurut Hurlock (2011), meliputi:

1) Perubahan pada daerah kepala a. Hidung menjulur lemas.

b. Bentuk mulut berubah akibat hilangnya gigi atau karena terus menggunakan gigi palsu. c. Mata kelihatan pudar, dan tak bercahaya dan

sering mengeluarkan cairan. d. Dagu berlipat dua atau tiga.

e. Pipi berkerut, longgar dan bergelombang. f. Kulit berkerut dan kering, berbintik hitam,

banyak tahi lalat dan ditumbuhi kutil.

g. Rambut menipis, berubah menjadi putih atau abu-abu dan kaku, tumbuh rambut halus dalam hidung, telinga dan pada alis.

2) Perubahan pada daerah tubuh.

(6)

b. Perut membesar dan membuncit.

c. Pinggul tampak melebar daripada sebelumnya dan mengendur.

d. Garis pinggang melebar, menjadikan badan tampak seperti terisap.

e. Payudara, bagi wanita menjadi kendur dan melorot.

3) Perubahan pada daerah persendian

a. Pangkal tangan menjadi kendor dan terasa berat, sedangkan ujung tangan tampak mengerut.

b. Kaki menjadi kendor dan pembuluh darah balik menonjol, terutama yang ada di sekitar pergelangan kaki.

c. Tangan menjadi kurus kering dan pembuluh vena di sepanjang bagian belakang tangan menonjol.

d. Kaki membesar karena otot-otot mengendor, timbul benjolan-benjolan, ibu jari membengkak, dan bisa meradang serta timbul kelosis.

e. Kuku dan tangan dari kaki menebal, mengeras dan mengapur.

(7)

4) Perubahan fungsi fisiologis

Terjadi perubahan pada fungsi organ. Pengaturan temperatur badan dipengaruhi oleh memburuknya sistem pengaturan organ-organ. Orang yang sudah tua tidak akan tahan terhadap temperatur yang sangat panas atau yang sangat dingin. Hal ini disebabkan oleh menurunnnya fungsi pembuluh darah pada kulit, berkurangnya tingkat metabolisme dan menurunnya kekuatan otot-otot juga mengakibatkan pengaturan suhu badan menjadi sulit.

5) Perubahan panca indera

Pada usia lanjut fungsi seluruh organ penginderaan kurang mempunyai sensitivitas dan efisiensi kerja dibanding yang dimiliki oleh orang yang lebih muda. Hal ini dapat dilihat dengan menurunnya ketajaman penglihatan dan pendengaran yang ditandai dengan penggunaan alat bantu untuk mengoptimalkan fungsi alat-alat indera.

6) Perubahan seksual

Masa berhentinya reproduksi keturunan (klimaterik) pada pria datang lebih lama dibanding

(8)

masa menopause pada wanita, dan memerlukan masa yang lebih lama. Pada umumnya ada penurunan potensi seksual selama usia enam puluhan, kemudian berlanjut sesuai dengan bertambahnya usia.

2. Perubahan kemampuan motorik

Hurlock (2011), menambahkan bahwa terjadi juga perubahan- perubahan pada kemampuan motorik di usia lanjut, yaitu :

1) Kekuatan

Penurunan kekuatan yang paling nyata dirasakan lansia adalah pada kelenturan otot-otot tangan bagian depan dan otot-otot yang menopang tegaknya tubuh. Seorang lansia menjadi lebih cepat letih dan membutuhkan waktu yang relatif lama untuk memulihkan diri dan rasa letih dibandingkan dengan orang yang lebih muda. 2) Kecepatan

Penurunan kecepatan motorik pada lansia diukur berdasarkan waktu reaksi dan ketrampilan dalam gerakan-gerakan seperti menulis dengan tangan,

(9)

kecepatan motorik akan sangat menurun setelah usia enam puluhan.

3) Kemampuan belajar ketrampilan baru

Bahkan pada waktu orang usia lanjut percaya bahwa belajar ketrampilan baru akan menguntungkan pribadi mereka, mereka lebih lambat dalam belajar dibanding orang yang lebih muda dan hasil akhirnya cenderung urang memuaskan.

4) Kekakuan

Lansia cenderung menjadi canggung dan kagok, yang menyebabkan sesuatu yang dibawa dan dipegangnya tertumpah dan jatuh dan melakukan sesuatu dengan tidak hati-hati, dan dikerjakan secara tidak teratur. Kerusakan dalam keterampilan motorik terjadi dengan susunan terbalik, terhadap keterampilan yang telah dipelajari.

3. Perubahan kemampuan mental (Hurlock, 2011) Perubahan mental pada lansia, terdiri dari perubahan ingatan. Kenangan (memory) terdiri dari kenangan jangka panjang (berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu mencakup beberapa

(10)

perubahan), dan kenangan jangka pendek atau seketika (0-10 menit, kenangan buruk). Perubahan– perubahan mental pada lansia berkaitan dengan 2 hal yaitu kenangan dan intelegensia. Lansia akan mengingat kenangan masa terdahulu namun sering lupa pada masa yang baru, sedangkan intelegensia tidak berubah namun terjadi perubahan dalam gaya membayangkan.

4. Aspek psikologis pada penuaan (Hurlock, 2011) Aspek psikologis pada penuaan pada lansia tidak dapat langsung tampak salah pengertian yang umum tentang lansia adalah bahwa mereka mempunyai kemampuan memori dan kecerdasan mental yang kurang adalah benar bahwa banyak lansia mempunyai cara yang berbeda dalam memecahkan masalah bahkan mereka dapat melakukannya dengan baik meskipun kondisinya telah menurun. Akan tetapi, juga terdapat bukti bahwa lansia mengalami kemunduran mental yang substansial atau luas.

(11)

2.1.4 Penggolongan dan kondisi lansia

Dilihat dari usia dan aktifitasnya, Wold (2012) membagi lansia menjadi tiga golongan, yaitu:

1. Young-old

1) Kondisi umum: Usia antara 60-75, relatif sehat, makmur, bebas dari tanggung jawab tradisional akan pekerjaan dan keluarga, berpendidikan, aktif dalam hal politik.

2) Kebutuhan tempat tinggal: Komunitas pensiunan, komunitas orang dewasa.

3) Kemampuan : Mandiri dan aktif.

4) Tipikal kegiatan: Inisiatif pribadi, kegiatan sosial, bersenang-senang, rekreasi berhubungan dengan kesehatan dan kemakmuran.

2. Old

1) Kondisi umum: Sekitar 75-84 tahun atau lebih, membutuhkan pelayanan sosial yang mendukung, membutuhkan fitur-fitur spesial pada lingkungan fisik seiring dengan masalah-masalah kesehatan yang berkembang pada diri mereka.

2) Kebutuhan tempat tinggal: Perawatan untuk sekumpulan orang, Pusat perawatan berkelanjutan, perawatan di area kediaman.

(12)

3) Kemampuan: Semi-independen, Semi-aktif (dalam kelompok).

4) Tipikal kegiatan: Inisiatif sendiri dan kelompok, cenderung menetap, sosial berhubungan dengan kesehatan dan kemakmuran.

3. Very old

1) Kondisi umum: Sekitar 85 ke atas, membutuhkan pelayanan sosial yang mendukung, membutuhkan fitur-fitur special pada lingkungan fisik seiring dengan masalah-masalah kesehatan yang berkembang pada diri mereka.

2) Kebutuhan tempat tinggal: Rumah perawatan, perawatan residen, perawatan pribadi.

3) Kemampuan : Sangat bergantung pada orang lain, pasif (pergerakan terbatas), memiliki kebutuhan lebih untuk perawatan kesehatan.

4) Tipikal kegiatan : Terbatas (inisiatif orang lain), berkelompok, menetap, sosial, therapeutic.

Semakin meningkat usia seseorang, terjadi perubahan fisik, mental dan psikologis. Secara biologis, gejala-gejalanya antara lain adalah melambatnya proses berpikir, berkurangnya daya ingat (short memory lost), kurangnya kegairahan, perubahan pola

(13)

tidur fungsi-fungsi tubuh tidak dapat lagi berfungsi dengan baik dan penggeseran libido, yang berarti akan membutuhkan bantuan orang lain untuk melakukan berbagai aktivitas, dan akan mengalami penyakit degenerative. Hal ini menyebabkan lansia akan membutuhkan perhatian ekstra dari orang-orang sekitarnya, baik anak, cucu ataupun sebayanya. Peningkatan ini juga diiringi dengan perubahan psikologis dan sosiologis di mana kualitas hidup mereka semakin turun, terjadi penurunan kapasitas mental, perubahan peran sosial, kepikunan (demensia), deperesi, belum lagi manifestasi komplek dari depresi. Gejala-gejala ini akan terjadi secara progresif dimulai pada usia 40 tahun (Wold, 2012).

2.2 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kemandirian lanjut usia

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian lanjut usia menurut Hardywinoto dan Setiabudhi (2005) terdiri dari dua faktor, yaitu: faktor kesehatan dan faktor sosial.

1. Faktor kesehatan

Faktor kesehatan meliputi kesehatan fisik dan kesehatan psikis. Faktor kesehatan fisik meliputi kondisi fisik lanjut usia

(14)

dan daya tahan fisik terhadap serangan penyakit sedangkan faktor kesehatan psikis meliputi penyesuaian terhadap kondisi lanjut usia.

1) Kesehatan fisik

Pada umumnya disepakati bahwa kebugaran dan kesehatan mulai menurun pada usia setengah baya. Penyakit-penyakit degenerative mulai menampakkan diri pada usia ini (Depkes dan Kesejahteraan Sosial, 2001). Pada lanjut usia juga mengalami penurunan kekuatan fisik, pancaindra, potensi dan kapasitas intelektual. Dengan demikian, orang lanjut usia harus menyesuaikan diri kembali dengan keadaan penurunan tersebut. Penurunan fisik dapat terlihat dengan perubahan fungsi tubuh serta organ.

Perubahan biologis ini terjadi pada massa otot yang berkurang, penurunan pancaindra, kemampuan motorik yang menurun yang dapat menyebabkan usia lanjut menjadi lamban dan kurang aktif, penurunan fungsi sel otak yang menyebabkan penurunan daya ingat jangka pendek, melambannya proses informasi, kesulitan bahasa dan mengenal benda-benda, kegagalan melakukan aktivitas bertujuan (apraksia) dan gangguan dalam menyusun rencana, mengatur sesuatu,

(15)

mengurutkan, daya abstraksi yang dapat mengakkibatkan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehair-hari yang di sebut demensia atau pikun (Depkes, 2003), sehingga keluhan yang sering terjadi adalah mudah letih, mudah lupa, gangguan saluran pencernaan, saluran kencing dan fungsi indra dan menurunnya konsentrasi.

2) Kesehatan psikis

Masalah psikologi yang dialami oleh golongan lansia ini pertama kali mengenai sikap mereka sendiri terhadap proses menua yang mereka hadapi, antara lain kemunduran badaniah atau dalam kebingungan untuk memikirkannya. Hal-hal tersebut dapat menjadi stressor, yang kalau tidak di cerna dengan baik akan menimbulkan masalah atau menimbulkan stress dalam berbagai manifestasinya (Depkes dan Kesejahteraan Sosial, 2001).

Menurunnya kondisi psikis juga ditandai dengan menurunnya fungsi kognitif, adanya penurunan fungsi kognitif dan psiko motorik pada diri orang lanjut usia makan akan timbul beberapa kepribadian lanjut usia (sifat stereotype) sebagai berikut: 1). Tipe kepribadian konstruktif, orang yang mempunyai integritas baik, dapat menikmati hidupnya, mempunyai toleransi tinggi

(16)

humoristik, fleksibel, tahu diri. 2). Tipe ketergantungan (dependent), orang lansia ini masih dapat diterima di tengah masyarakat, tetapi selalu pasif, tidak berambisi, masih tahu diri, tidak mempunyai inisiatif dan bertindak tidak praktis. 3). Tipe Defensive, orang ini biasanya dahulu mempunyai pekerjaan/jabatan yang tidak stabil, bersifat menolak bantuan, emosi tidak terkontrol, memegang teguh pada kebiasaannya, bersifat kompulsif aktif. 4). Tipe bermusuhan (hostility), mereka menanggap orang lain yang menyebabkan kegagalannya, selalu mengeluh, bersifat agresif, curiga. 5). Tipe membenci/menyalahkan diri sendiri (self haters), orang ini bersifat kritis terhadap diri sendiri dan menyalahkannya, tidak mempunyai ambisi, mengalami penurunan kondisi sosio-ekonomi (Darmojo, 2006).

2. Faktor sosial

Sosialisasi lanjut usia mengalami kemunduran setelah terjadinya pemutusan hubungan kerja atau tibanya saat pensiun. Teman-teman kerja yang biasanya menjadi curahan segala masalah sudah tidak dapat di jumpai setiap hari, lebih-lebih lagi ketika teman sebaya/sekampung sudah lebih dulu meninggalkannya. Sosialisasi yang dapat di lakukan adalah dengan

(17)

keluarga dan masyarakat yang relatif berusia muda (Hardywinoto dan Setiabudhi, 2005).

Pada umumnya hubungan sosial yang dilakukan para lanjut usia adalah karena mereka mengacu pada teori pertukaran sosial. Dalam teori pertukaran sosial sumber kebahagiaan manusia umumnya berasal dari hubungan sosial. Hubungan ini mendatangkan kepuasan yang timbul dari perilaku orang lain. Pekerjaan yang di lakukan seorang diri pun dapat menimbulkan kebahagiaan seperti halnya membaca buku, membuat karya seni, dan sebagainya, karena pengalaman-pengalaman tadi dapat di komunikasikan dengan orang lain (Suhartini, 2004).

2.3 Kemandirian

Kemandirian pada lansia dapat dilihat dari kualitas kesehatan mental dan kualitas hidup yang dinilai dari kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas dasar sehari-hari. Namun, seiring dengan pertambahan usia, lansia akan mengalami proses degeneratif baik dari segi fisik maupun segi mental. Menurunnya derajat kesehatan dan kemampuan fisik akan mengakibatkan orang lanjut usia secara perlahan menarik diri dari hubungan dengan masyarakat sekitar. Hal ini dapat menyebabkan interaksi sosial menurun (Fitria, 2011).

(18)

Seorang lansia yang mandiri menurut Darmojo (2006) adalah mampu mengidentifikasi sepuluh kebutuhan dasar lansia sebagai berikut :

1) Makanan cukup dan sehat (Healthy food).

2) Pakaian dan kelengkapannya (Cloth and common accessories).

3) Perumahan/tempat tinggal/tempat berteduh (Homes, a place to stay).

4) Perawatan dan pengawasan kesehatan (Health care, facilities).

5) Bantuan teknis praktis sehari-hari/bantuan hukum (Technical, judicial assistance).

6) Transportasi umum bagi lansia (Facilities for public transportasi, etc).

7) Kunjungan, teman bicara/informasi (Visits, companies, information, etc).

8) Rekreasi dan hiburan sehat yang lain (Recreational activities, picnics, etc).

9) Rasa aman dan tentram (Safety feeling).

10) Bantuan alat-alat panca indra seperti kacamata, hearing aid (other assistance/aid).

Fungsi kemandirian pada lansia mengandung pengertian yaitu kemampuan yang dimiliki oleh lansia untuk tidak tergantung

(19)

pada orang lain dalam melakukan aktivitasnya, semuanya dilakukan sendiri dengan keputusan sendiri dalam rangka memenuhi kebutuhannya (Alimul, 2004)

Kemandirian pada lansia sangat penting dalam merawat dirinya untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia. Meskipun sulit bagi anggota keluarga yang lebih muda untuk menerima orangtua melakukan aktivitas sehari-hari secara lengkap dan lambat, dengan pemikiran dan caranya sendiri. Lansia diakui sebagai individu yang mempunyai karakteristik yang unik, oleh sebab itu perawat membutuhkan pengetahuan untuk memahami kemampuan lansia untuk berpikir, berpendapat dan mengambil keputusan untuk meningkatkan kesehatannya (Kozier, 2004). Kemampuan lansia untuk melakukan aktivitas dasar secara mandiri dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor dari dalam diri meliputi umur, kesehatan fisiologis, fungsi kognitif, fungsi psikologis, stress (Potter & Perry, 2005). Dampak Penurunan kemandirian adalah lansia akan lebih rentan terhadap serangan penyakit (Hardywinoto dan Setiabudhi, 2005).

Setiap orang memiliki kebutuhan hidup seperti pangan, sandang, papan, kenyamanan, ketentraman dan sebagainya. Orang lanjut usia juga memiliki kebutuhan hidup yang sama agar dapat hidup sejahtera. Kebutuhan hidup orang lanjut usia antara

(20)

lain kebutuhan akan makanan bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin, perumahan yang sehat dan kondisi rumah yang tentram dan aman, kebutuhan-kebutuhan sosial seperti bersosialisasi dengan semua orang dalam segala usia, sehingga mereka mempunyai banyak teman yang dapat diajak berkomunikasi, membagi pengalaman, memberikan pengarahan untuk kehidupan yang baik. Kebutuhan tersebut diperlukan oleh lanjut usia agar dapat mandiri.

Kebutuhan tersebut sejalan dengan pendapat Maslow yang menyatakan bahwa kebutuhan manusia meliputi (1) Kebutuhan fisik (physiological needs) adalah kebutuhan fisik atau biologis seperti pangan, sandang, papan, seks dan sebagainya. (2) Kebutuhan ketentraman (safety needs) adalah kebutuhan akan rasa keamanan dan ketentraman, baik lahiriah maupun batiniah seperti kebutuhan akan jaminan hari tua, kebebasan, kemandirian dan sebagainya (3) Kebutuhan sosial (social needs) adalah kebutuhan untuk bermasyarakat atau berkomunikasi dengan manusia lain melalui paguyuban, organisasi profesi, kesenian, olah raga, kesamaan hobby dan sebagainya (4) Kebutuhan harga diri (esteem needs) adalah kebutuhan akan harga diri untuk diakui akan keberadaannya, dan (5) Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs) adalah kebutuhan untuk mengungkapkan kemampuan fisik, rohani maupun daya pikir

(21)

berdasar pengalamannya masing-masing, bersemangat untuk hidup, dan berperan dalam kehidupan (Hariyono, 2014).

2.4 Definisi Panti Sosial Wredha

Panti dalam bahasa Jawa berarti rumah atau tempat (kediaman) dan wredha (jompo) juga dalam bahasa jawa memiliki arti sudah tua sekali (Kamus Umum Bahasa Indonesia). Dari kedua pengertian di atas, panti sosial wredha atau panti jompo dapat diartikan sebagai sebuah rumah atau tempat tinggal bagi orang yang sudah tua.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Sugono, 2008), Rumah; tempat kediaman; rumah asuhan adalah rumah tempat memelihara dan merawat anak yatim piatu; rumah derma adalah tempat memelihara dan merawat orang jompo atau anak terlantar; rumah wreda adalah tempat memelihara atau merawat orang jompo. Sedangkan jompo adalah tua sekali dan sudah lemah fisiknya sehingga tidak mampu mencari nafkah sendiri; tua renta; uzur. Panti jompo adalah tempat dimana berkumpulnya orang-orang lanjut usia yang baik secara sukarela ataupun diserahkan oleh pihak keluarga untuk diurus segala keperluannya.

Panti sosial tresna werdha adalah panti sosial yang mempunyai tugas memberikan bimbingan dan pelayanan bagi

(22)

lanjut usia terlantar agar dapat hidup secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat (Departemen sosial RI, Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor : 4/PRS-3/KPTS/2007. Hal 5). Panti sosial tresna Wredha/Panti sosial lanjut usia sebagai lembaga pelayanan sosial berbasis panti yang dimiliki pemerintah maupun swasta dan yang memiliki berbagai sumber dana yang berfungsi untuk mengantisipasi dan merespon kebutuhan lanjut usia yang terus meningkat. Berbagai program pelayanan lanjut usia seperti: pelayanan subsidi silang, pelayanan harian lanjut usia (day-care service), dan pelayanan perawatan rumah (home care service) dapat dilakukan tanpa meningggalkan pelayanan utamanya kepada lanjut usia terlantar (Departemen sosial RI, Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor : 4/PRS-3/KPTS/2007. Hal 2)

Jadi, dapat disimpulkan panti sosial wredha adalah sarana yang disediakan untuk lansia sebagai tempat tinggal alternatif dengan kebutuhan khusus yang memberikan pelayanan dan perawatan serta berbagai aktifitas yang dapat dimanfaatkan lansia untuk mengatasi kemunduran fisik dan mental secara bersama-sama dalam komunitas.

(23)

33 2.5 Kerangka Konseptual Penelitian

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian lanjut usia :

1) Faktor kesehatan : a. Kesehatan Fisik b. Kesehatan Psikis 2) Faktor sosial

Kemandirian lanjut usia dengan kategori : 1) Mandiri

2) Ketergantungan ringan 3) Ketergantungan Sedang 4) Ketergantungan Berat 5) Ketergantungan total

(24)

34 Berdasarkan kerangka konsep di atas variabel bebas terdiri dari faktor kesehatan dan faktor sosial, sedangkan variabel terikat adalah kemandirian lanjut usia. Dari kerangka konsep tersebut peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kemandirian lanjut usia yang meliputi faktor kesehatan dan faktor sosial di Panti Wredha Salib Putih Salatiga.

2.6 Hipotesis penelitian

H0 : Tidak ada hubungan antara faktor kondisi kesehatan

dengan kemandirian lansia

H1 : Ada hubungan antara faktor kondisi kesehatan dengan

kemandirian lansia

H0 : Tidak ada hubungan antara faktor kondisi sosial dengan

kemandirian lansia

H2 : Ada hubungan antara faktor kondisi sosial dengan

Referensi

Dokumen terkait

Karakteristik substrat maupun sedimennya pada Kawasan Pantai Ujong Pancu sendiri memiliki karateristik sedimen yang didominasi oleh pasir halus dimana pada

Berdasarkan definisi di atas, maka definisi persepsi konsumen yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu bagaimana konsumen melihat suatu produk yaitu buah jeruk lokal dan

Laju Pertumbuhan Harian (LPH) bibit rumput laut pada kepadatan fragmen talus berbeda selama 6 minggu propagasi ex vitro..

Spora berwarna krem hingga kekuningan, atau kemerahmudaan, berbentuk ellip, permukaan licin , berukuran 6–8 x 3–3,5 mikron.Habitat: pada hutan cemara atau kayu lapuk, hidup

Melalui kegiatan surveilans faktor risiko PTM berbasis posbindu PTM, dilakukan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap faktor risiko PTM secara efektif

Al.am/ulilla.3seiring ber+alann,a 4aktu kel!m-!k tani Kami teta- akti1  melaksanakan kegiatan5kegiatan -ertanian /iantaran,a a/ala. melaaksanakann,a /engan cara tra/isi!nal

Modalitas diagnostik terkini yang telah dikembangkan dari grup International Ovarian Tumor Analysis (IOTA) mengklasifikasi tumor ovarium menjadi empat subgup,

(2) Soal open-ended yang dikembangkan memiliki efek potensial yang positif terhadap hasil tes siswa, hal ini dapat dilihat dari keberagaman jawaban yang diberikan oleh