40 BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif,penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk memberikan gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif.
Bentuk penelitian tersebut ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, penelitian deskriptif juga dapat diartikan sebagai proses pemecahan masalah yang diselidiki dengan melukiskan keadaan subyek dan obyek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak (Sukmadinata, 2010).
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan padahabitat mangrove di pantai Siwil desa Sidomulyo dan pantai Indrokilo desa Hadiwarno Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan pada siang hari saat air laut surut. Pengambilan hewan dekapoda akan dilaksanakan pada 06-09 Oktober 2016.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau sekumpulan individu yang memiliki karakteristik tertentu (Rofieq, 2001). Populasi dalam penelitian ini adalah semua spesies dekapoda yang terdapat padahabitat mangrove di pantai
Siwil desa Sidomulyo dan pantai Indrokilo desa Hadiwarno Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2011). Teknik pengambilan sampel dengan teknik Sampling Non Random menggunakan Accidental Sampling (sampling kebetulan) yaitu, pengambilan sampel didasarkan pada kenyataan bahwa objek yang diteliti kebetulan muncul.
3.4 Variabel Penelitian
Variabel pada penelitian ini adalah spesies dekapoda yang di temukan pada stasiun serta faktor-faktor abiotik yang mempengaruhi pada habitat mangrove di pantai Siwil desa Sidomulyo dan pantai Indrokilo desa Hadiwarno Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan.
3.5Alat dan Bahan 3.5.1 Alat
1. Termometer air raksa 2. pH meter
3. Refraktometer
4. Saringan berukuran 0,5 mm 5. Botol
6. Kayu Pasak 7. Tali rapia 8. Alat tulis 9. Kertas label
10. Kamera Canon digital IXUS 175 11. Buku tulis dan pulpen
3.5.2 Bahan
1. Aquadest 2. Alkohol 70%
3.6 Prosedur Penelitian
3.6.1 Prosedur Pengambilan Sampel Dekapoda
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua hewan dekapoda yang didapatkan dengan menggunakan alat penangkap berupa saringan yang berukuran 0,5 mm. Pengambilan sampel dengan sistem plot yang berukuran 10x10 m. Adapun skema pengambilan sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Pantai Indrokilo Desa Hadiwarno
4 5
6 7 8
9 10
11
12 Plot 1
10x10 m
Plot 1 10x10 m 100 m
Plot 1 10x10 m 100 m
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
Plot 2 10x10 m
Plot 3 10x10 m
50 m
dan seterusnya
Plot 2 10x10 m
Plot 2 10x10 m
Plot 3 10x10 m
Plot 3 10x10 m
50 m 50 m
dan seterusnya Plot 6
10x10 m
Plot 6 10x10 m
Batas Surut Maksimal 50 m
Plot 6 10x10 m
50 m 50 m
Pantai Siwil Desa Sidomulyo
13 14
A. Pengambilan sampel dekapoda 1. Mempersiapkan alat dan bahan
2. Memasang petak transek yang dibuat dari tali rafia dengan ukuran 10x10 meter
3. Pengambilan spesies dekapoda diambil secara urut, dimulai dari plot no. 1 lalu ke plot no. 2 dan seterusnya
4. Hewan dekapoda diambil dengan menggunakan saringan berukuran 0,5 mm ketika air surut
Plot 1 10x10 m
Plot 1 10x10 m 100 m
Plot 1 10x10 m
dan seterusnya
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
100 m
Plot 2 10x10 m
Plot 6 10x10 m
Plot 3 10x10 m
Plot 6 10x10 m
Plot 3 10x10 m
Plot 2 10x10 m
dan seterusnya 50 m
50 m 50 m
50 m
Plot 6 10x10 m
Plot 3 10x10 m
Plot 2 10x10 m
50 m 50 m
Batas Surut Maksimal
5. Memasukkan jenis dekapoda yang ditemukan kedalam botolyang telah berisi bahan pengawet (alkohol 70 %)
6. Memberi label pada stoples plastik yang berisi sampel yang telah didapatkan.
7. Membawa sampel ke laboratorium untuk dilakukan identifikasi.
3.6.2 Prosedur Pengukuran Parameter Fisika A. Pengukuran Suhu
1. Menyiapkan termometer raksa
2. Memasukkan ke dalam air laut selama ± 3 menit hingga raksa berhenti 3. Mengangkat termometer dari air laut
4. Mengamati angka yang ditunjuk oleh air raksa pada thermometer 5. Mencatat hasil pengamatan
B. Pengukuran Salinitas
1. Menyiapkan alat Salinity meter
2. Memasukkan Salinity meter ke dalam air laut pada tiap stasiun selama ± 3 menit
3. Mengangkat Salinity meter dari perairan laut 4. Mengamati angka yang ada pada Salinity meter 5. Mencatat kecerahan dari hasil pengamatan C. Pengukuran pH (Derajat Keasaaman)
1. Mencelupkan pH meter kedalam sampel air laut pada tiap stasiun 2. Menunggu selama ± 3 menit hingga angka pada pH meter berhenti 3. Mengangkat pH meter dari permukaan
4. Mencatat nilai yang tertera pada pH meter D. Pengambilan Substrat
1. Mengambil substrat tanah pada tiap plot, menggunakan paralon
2. Memasukkan sedimen pada setiap wadah plastik yang telah di beri label 3. Mengeringkan tanah hingga berat tanah konstan
4. Menimbang tanah 50 gram, kemudian masukkan dalam gelas ukur 5. Menambahkan larutan tawas dengan perbandingan 1:3
6. Menganalisis jenis substrat
3.6.3 Prosedur Pembuatan Buku Atlas Dekapoda
Menurut Nurudin (2006) atlas mempunyai beberapa unsur sebagai berikut:
a. Judul Atlas, mencerminkan isi atlas.
b. Daftar isi, terdapat daftar seluruh judul peta yang disajikan dalam atlas.
c. Petunjuk penggunaan atlas, terdapat petunjuk yang berhubungan dengan pengorganisasian peta, cara menyajikan peta, simbol-simbol peta dan keterangannya (legenda), skala peta, dan tata cara penamaan obyek pada peta.
d. Isi atlas, terdiri dari sejumlah peta baik peta umum maupun peta khusus.
e. Indeks, dalam halaman ini dapat ditemukan: Nama-nama seluruh tempat dan kenampakan geografis yang terdapat pada halaman peta, yang ditulis dengan urutan berdasarkan abjad.
A. Pembuatan Buku Atlas
1. Menyiapkan materi yang akan dibuat menjadi buku atlas. Materi yang digunakan adalah hasil dari penelitian identifikasi keanekaragaman dekapoda pada habitat mangrove.
2. Membuka aplikasi Corel Draw Graphics X7 dan membuat posisi kertas A4 menjadi portrait.
3. Menuliskan materi yang telah disiapkan dan melakukan pengaturan pada kertas yang sudah menjadi buku ensiklopedia.
4. Mencetak buku atlas yang telah dibuat.
3.7 Tenik Analisis Data a. Kelimpahan
Kelimpahan dekapoda dihitung Menurut (yulia, 2006), rumus kelimpahan adalah :
Kelimpahan =𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉𝒊𝒏𝒅𝒊𝒗𝒊𝒅𝒖𝒔𝒂𝒕𝒖𝒋𝒆𝒏𝒊𝒔/𝒍𝒖𝒂𝒔𝒂𝒓𝒆𝒂 b. Kelimpahan Relatif
Kelimpahan Relatif individu dekapoda dihitung menggunakan rumus:
Dimana :
R = Kelimpahan Relatif
ni = Jumlah Individu Setiap Jenis N = Jumlah seluruh individu
̅
∑ c. Indeks Keanekaragaman
Keanekaragaman atau diversitas adalah suatu keragaman atau perbedaan di antara anggota-anggota suatu kelompok. Dalam ekologi, umumnya keanekaragaman mengarah pada keanekaragaman jenis (Mc Naughton & Wolf, 1998). Jika data kelimpahan dilakukan secara acak dari suatu komunitas atau subkomunitas maka perhitungan yang tepat keanekaragaman adalah dengan menggunakan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (Soegianto, 1994).
Menurut Magurran (1988) meskipun Shanon-Wiener telah menyertakan evenness dalam perhitungannya, namun evenness dapat dihitung secara terpisah menggunakan nilai H max (maximum diversity).
Indeks Keanekaragaman (H’), ditentukan dengan rumus Shanon- Weaver (1974), dalam odum (1993) sebagai berikut :
Keterangan : H’ = Indeks keanekaragaman jenis Pi = ni/N
ni = jumlah individu pada petak pengambilan jenis ke i N = jumlah individu total yang diperoleh
Kriteria :
H’ < 1 : Komunitas tidak stabil 1 < H’ < 3 : Komunitas moderat H’ > 3 : Komunitas baik
d. Indeks Keseragaman
Menghitung Indeks Keseragaman (E) jenis dapat menggunakan rumus Evennex Indeks dari Shannon Indeks of Diversity (Krebs, 1971), sebagai berikut:
𝐸=𝐻′
𝐿𝑜𝑔𝑆 Dimana :
E= Indeks Keseragaman H’ = Indeks Keanekaragaman S= Jumlah species
̅
∑ e. Indeks Dominansi (C)
Komunitas yang alami dikendalikan oleh kondisi fisik atau abiotik yaitu kelembaban, temperatur dan oleh bebrapa mekanisme biologi. Komunitas yang terkendali secara biologi sering dipengaruhi oleh satu spesies tunggal atau satu kelompok spesies yang mendominasi lingkungan dan organism ini disebut sebagai dominan. Dominansi komunitas yang tinggi menunjukkan keanekaragaman yang rendah (Odum, 1998).
Didalam kondisi yang beragam, suatu spesies tidak dapat menjadi dominan daripada yang lainnya, sedangkan didalam komunitas yang kurang beragam, maka satu atau dua spesies dapat mencapai kepadatan yang lebih besar daripada yang lain.
Dominansi merupakan perbandingan antara jumlah individu dalam suatu spesies dengan jumlah individu dalam seluruh spesies. Dominansi biasanya ditunjukkan dengan rumus indeks dominansi Simpson (D), yaitu :
Keterangan :D = indeks dominansi
ni = Jumlah individu dari spesie ke-i N = jumlah keseluruhan dari Individu
Nilai indeks dominansi Simpson berkisar antara 0 dan 1
Nilai indeks dominansi Simpson berkisar antara 0 dan 1. Ketika hanya ada satu spesies dalam komunitas maka nilai indeks dominansinya 1, tetapi pada saatkekayaan spesies dan kemerataan spesies meningkat maka nilai indeks dominansi mendekati 0 (Smith dan Smith, 2006 dalam Suheriyanto. 2008).
Kategori indeks dominansi :
C < 0,5 = Tidak ada spesies yang mendominasi C > 0,5 = Ada spesies yang mendominasi