• Tidak ada hasil yang ditemukan

Regional Chief Economist, kajian ini diharapkan mampu memberikan gambaran informasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Regional Chief Economist, kajian ini diharapkan mampu memberikan gambaran informasi"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Bengkulu

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan ke Khadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan nikmat dan karunia-Nya, Kajian Fiskal Regional (KFR) Provinsi Bengkulu Triwulan III tahun 2021 telah diselesaikan dengan baik.

Di tengah semakin meningkatnya peran Kanwil Ditjen Perbendaharaan di daerah sebagai Regional Chief Economist, kajian ini diharapkan mampu memberikan gambaran informasi mengenai profil dan dinamika kondisi fiskal Provinsi Bengkulu yang antara lain berisi analisis ekonomi regional, analisis fiskal regional dan analisis tematik yang mengupas tentang dua hal, pertama, reviu program pemerintah untuk petani dan nelayan melalui analisis NTP dan NTN kedua, analisis peluang investasi di daerah sebagai upaya pemerintah pusat untuk memberikan alternatif pembiayaan bagi pemerintah daerah yang memiliki potensi investasi namun terkendala oleh sempitnya ruang fiskal yang tersedia.

Apresiasi setinggi-tingginya kami sampaikan kepada semua pihak baik Pemerintah Daerah dan OPD di lingkup Provinsi/Kabupaten/Kota di wilayah Bengkulu, satuan kerja K/L pemerintah pusat di daerah serta para stakeholder terkait yang dengan berbesar hati telah membantu penyelesaian kajian ini. Kami berharap kajian ini dapat memberikan manfaat yang maksimal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Bengkulu di masa yang akan datang.

Syarwan

Kepala Kanwil DJPb Provinsi Bengkulu

(3)

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Bengkulu

DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

Daftar Tabel iv

Daftar Grafik v

Daftar Gambar vi

Ringkasan Eksekutif vii

Dashboard Makro Fiskal viii

Daftar Istilah ix

BAB I ANALISIS EKONOMI REGIONAL 1

1.1 Perkembangan dan Analisis Indikator Ekonomi Makro 1

1.1.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 1

1.1.2 Inflasi 3

1.2 Perkembangan dan Analisis Indikator Kesejahteraan 3

1.2.1 Kemiskinan 3

1.2.2 Ketimpangan Pendapatan 3

1.2.3 Pengangguran 4

1.2.4 Nilai Tukar Petani (NTP) 5

1.2.5 Nilai Tukar Nelayan (NTN) 5

BAB II ANALISIS FISKAL REGIONAL 6

2.1 Pelaksanaan APBN 6

2.1.1 Pendapatan Negara 7

2.1.2 Belanja Negara 8

2.1.3 Surplus/Defisit 9

2.1.4 Prognosis APBN 9

2.1.5 Analisis Capaian Output : Layanan Dasar Publik 9

2.2 Pelaksanaan APBD 10

2.2.1 Pendapatan Daerah 11

2.2.2 Belanja Daerah 12

2.2.3 Surplus/Defisit APBD 13

2.2.4 Pembiayaan Daerah 13

2.2.5 Prognosis APBD 13

(4)

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Bengkulu

2.3 Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian 14

2.3.1 Pendapatan Konsolidasian 15

2.3.2 Belanja Konsolidasian 15

2.3.3 Surplus/Defisit Konsolidasian 15

BAB III ANALISIS TEMATIK 16

3.1 Peran Fiskal Untuk Petani & Nelayan : Analisis NTP & NTN 16 3.1.1 Reviu Program Pemerintah Untuk Petani dan Nelayan 16 3.1.2 Analisis Perbandingan Tren Antara Pengeluaran Pemerintah

dengan NTP dan NTN

24

3.1.3 Rekomendasi Kebijakan 27

3.2 Analisis Peluang Investasi Daerah 27

3.2.1 Identifikasi Peluang Investasi 30

3.2.2 Informasi Pasar 31

3.2.3 Analisis Kelayakan 33

3.2.4 Faktor yang Berpengaruh terhadap Investasi 38

BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 40

4.1 Kesimpulan 40

4.2 Rekomendasi 44

(5)

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Bengkulu

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan & Sumber Pertumbuhan PDRB Prov. Bengkulu 2 Tabel 1.2 Perkembangan Indikator Kemiskinan Provinsi Bengkulu 2018-2021 3

Tabel 1.3 Perkembangan NTP Per Subsektor 5

Tabel 2.1 Pagu Realisasi APBN Provinsi Bengkulu Triwulan III 2020-2021 (milyar) 6 Tabel 2.2 Realisasi Anggaran Output Layanan Dasar Publik Triwulan III 2021 9 Tabel 2.3 LRA Face APBD Provinsi/Kabupaten/Kota Bengkulu Triwulan III 2021 (Milyar) 11 Tabel 2.4 Rekapitulasi Earmark DAU/DBH Provinsi Bengkulu Triwulan III 2021 13 Tabel 2.5 Rekapitulasi Realisasi APBD Kabupaten/kota Triwulan III 2021 13 Tabel 2.6 LRA Konsolidasian Tingkat Wilayah Provinsi Bengkulu (milyar rupiah) 14 Tabel 3.1 Capaian pagu realisasi Anggaran Satker Kementerian Pertanian Triwulan III 2021 18 Tabel 3.2 Capaian pagu realisasi Anggaran Satker Kementerian Kelautan Perikanan 18 Tabel 3.3 Realisasi Anggaran Output Strategis Kementerian Pertanian Triwulan III 2021 19 Tabel 3.4 Realisasi Anggaran Output Strategis Kementerian Kelautan Perikanan Triwulan III 20 Tabel 3.5 Realisasi Anggaran Output Strategis Kementerian PUPR Triwulan III 2021 21 Tabel 3.6 Data Penyerapan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Triwulan III 2021 22 Tabel 3.7 Tren Dukungan Belanja sektor Pertanian di Provinsi Bengkulu TA 2020-2021 24 Tabel 3.8 Tren Dukungan Belanja sektor Kelautan dan Perikanan TA 2020-2021 25

Tabel 3.9 Potensi SDA Bengkulu 28

Tabel 3.10 Estimasi Pendapatan PTM Purwodadi Arga Makmur 32

Tabel 3.11 Perhitungan Nilai NPV PTM Purwodadi Arga Makmur 34

Tabel 3.12 Perhitungan NPV PTM Purwodadi Arga Makmur 34

Tabel 3.13 Perhitungan Nilai BCR PTM Purwodadi Arga Makmur 35

Tabel 3.14 Perhitungan Nilai IRR PTM Purwodadi Arga Makmur 36

Tabel 3.15 Perhitungan Nilai PP PTM Purwodadi Arga Makmur 37

Tabel 3.16 Rencana Kerja Pembangunan PTM Purwodadi Arga Makmur 40

(6)

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Bengkulu

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan PDRB Triwulanan Tahun 2018-2021 (% yoy) 1 Grafik 1.2 Struktur PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Trw

III-2021

2

Grafik 1.3 Perbandingan rata-rata inflasi tahun 2018-2020 dan tahun 2021 (% yoy) 3

Grafik 1.4 TPT Kabupaten/Kota Agustus 2021 4

Grafik 1.5 Perkembangan NTP Tiga Tahun Terakhir 5

Grafik 2.1 Realisasi Penerimaan Pajak Trw. III 2021 7

Grafik 2.2 Capaian Belanja TKDD Trw. III 2021 8

Grafik 2.3 Prognosis Realisasi Pendapatan dan Belanja Negara 9

Grafik 2.4 Proyeksi Pendapatan dan Belanja APBD 14

Grafik 3.2 Tren Realisasi APBN Sektor Pertanian dan Kelautan s.d September 2021 18

Grafik 3.3 Tren NTP 2019 s.d 2021 (September) 24

Grafik 3.4 Tren NTN Sepanjang Tahun 2021 26

(7)

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Bengkulu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kontribusi Pertumbuhan PDRB Provinsi Pulau Sumatera Triwulan III 2021 1

Gambar 1.2 Kondisi Ketenagakerjaan Bengkulu 4

Gambar 3.1 Skema Pengaruh Kebijakan Pemerintah terhadap NTP dan NTN 17 Gambar 3.2 Foto Dokumentasi Kebakaran Pasar Purwodadi Arga Makmur 30

(8)

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Bengkulu

RINGKASAN EKSEKUTIF

Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Bengkulu. PDRB; Perekonomian Bengkulu pada triwulan III- 2021 tumbuh 2,47 persen (y-on-y). Produk Domestik Regional Bruto berdasarkan perhitungan harga berlaku mencapai Rp19,88 triliun, nilai tersebut berkontribusi 2.,11 persen atas PDRB pulau Sumatera. Inflasi; Inflasi Provinsi Bengkulu pada triwulan III-2021 tercatat 2,03 persen.

Nilai tersebut masih berada pada range target inflasi nasional sebesar (3±1)%. Tingkat Kemiskinan;

Persentase penduduk miskin di Provinsi Bengkulu tercatat sebesar 15,22%, jumlah penduduk miskin tercatat sebanyak 306.000 jiwa (maret 2021). Gini Rasio; Tingkat rasio gini tercatat sebesar 0,326, menurun dibandingkan dengan periode Maret 2020 yang tercatat sebesar 0,330.Pengangguran;

Rata-rata tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Bengkulu sebesar 3.65 persen. Nilai Tukar Petani (NTP); NTP Provinsi Bengkulu tercatat sebesar 136,04 atau naik 2,94 persen. Nilai Tukar Nelayan (NTN);naik menjadi 100,95 dari periode sebelumnya sebesar 99,60.

Perkembangan Fiskal di Daerah (APBN dan APBD) Bengkulu. Pempus; realisasi penerimaan negara mencapai Rp1.5 triliun, sementara belanja terealisasi Rp10.5 triliun, defisit sebesar Rp9,03 triliun Pemda; realisasi PAD Pemda sebesar Rp951,89 miliar, sementara belanja pemda mencapai Rp6,7 triliun, Rasio kemandirian fiskal; nilai rasio berada pada level 14,2 persen “sangat rendah”, diperlukan upaya yang lebih kongkrit bagi seluruh pemda di Bengkulu untuk berupaya menggali potensi yang dimilikinya masing-masing untuk mendongkrak perolehan PAD nya agar bergerak terus naik dari tahun ke tahun.

Analisis tematik. Analisis Kesejahteraan Petani (NTP) dan Nelayan (NTN); Nilai NTP dan NTN Bengkulu berada di atas 100 dimana NTP berada pada level 136,04 sementara NTN berada pada level 100,95, ke depan nilai ini harus tetap diupayakan naik, salah satunya melalui dukungan fiskal pemerintah untuk menggerakkan sektor pertanian dan perikanan agar terus tumbuh dan berkembang Analisis Peluang Investasi Daerah (APID); merupakan upaya pemerintah pusat untuk mendorong investasi daerah atas potensi yang ada di daerah namun tersendat pendanaan karena sempitnya ruang fiskal. Hasil koordinasi tim KFR kanwil dengan pemda Provinsi/Kabupaten/Kota se- Bengkulu menghasilkan 8 peluang investasi yang 3 diantaranya direkomendasikan untuk dapat diproses ke tahap selanjutnya yaitu Pembangunan Pasar Tradisional Modern Purwodadi, Pembangunan Sentra Pembibitan Perkebunan Pemkab. Bengkulu Utara dan Pembangunan Pabrik Minyak Goreng Sawit Pemkab. Bengkulu Tengah.

Rekomendasi kebijakan. Pemda; (1) Untuk mengurangi rasio ketergantuan terhadap dana TKDD dari Pemerintah Pusat, Pemerintah daerah perlu untuk melakukan upaya-upaya yang terstruktur dan berkesinambungan dalam menggali potensi-potensi yang ada di masing-masing daerahnya untuk memperluas basis penerimaan asli daerahnya. Pemerintah daerah bersama perangkatnya dalam hal ini OPD terkait agar secara intens mencari dan menggali potensi-potensi tersebut; (2) agar pemerintah daerah memetakan potensi yang ada di masing-masing daerahnya dan menyusun peluang investasi tersebut menjadi sebuah dokumen Analisa Peluang Investasi Daerah (APID).

Pempus; DJA Bersama DJPK serta kementerian teknis terkait agar berkoordinasi untuk melakukan reformulasi dan peningkatan alokasi belanja pemerintah baik yang bersumber dari APBN, APBD dan TKDD untuk sektor Pertanian dan Perikanan. Alokasi belanja agar disusun bukan hanya untuk membiayai pembangunan infrastruktur dan/atau belanja pegawai, melainkan turut difokuskan untuk mendanai program/kegiatan yang langsung diterima manfaatnya bagi para petani/nelayan.

(9)

Pertumbuhan ekonomi

naik 2,93 poin

Tingkat Inflasi lebih rendah dari historis 3 tahun terakhir

PDRB ADHB

Kesejahteraan Provinsi Bengkulu

Indikator Makro Ekonomi

Indikator Kesejahteraan

Pertumbuhan Ekonomi Inflasi

Tingkat Pengangguran Tingkat Kemiskinan Gini Rasio

Triwulan

III 2020 Triwulan III 2021 -0,46% 2,47%

Rata-rata

2018-2020 Triwulan III 2021 Triwulan

III 2020 Triwulan III 2021

2,20% 2,03%

Tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada Agustus 2021 tercatat sebesar 3,65% dengan jumlah angkatan kerja 1.060.520 orang.

Persentase penduduk miskin pada Maret 2021 tercatat sebesar 15,22%, meningkat dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar 15,03%.

Pada Maret 2021 tercatat sebesar 0,326, menurun dibandingkan pada periode yang sama tahun 2020 tercatat sebesar 0,330

Nilai PDRB atas dasar harga berlaku naik 1,28 triliun

18,60 T 19,88 T

3,65%

1.060.520 orang

15,22%

0,326

(10)

2.120,87 M

1.500,99 M 10.529,14 M

Daerah Provinsi Bengkulu

Kinerja APBN Triwulan III 2021

Pendapatan Belanja

Kinerja APBD Triwulan III 2021

14.741,91 M

70,77% 71,42%

Pagu Realisasi

12.490,08 M

Pagu Realisasi Pagu Realisasi

7.804,45 M

10.569,09 M

Pendapatan Belanja Transfer

5.606,60 M

2.013,39 M

1.101,39 M

Pendapatan Belanja

62,49% 53,05%

Transfer 54,70%

(11)

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Bengkulu

DAFTAR ISTILAH

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah sebuah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat

Badan Layanan Umum (BLU) adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.

Bea adalah pungutan yang dikenakan atas keluar masuknya barang/komoditas yang berkaitan yang masuk dan keluar wilayah pabean. Pungutan bea ini bersifat wajib dan dikenakan pada produk hasil ekspor dan impor. Bea yang dikenakan atas barang impor disebut bea masuk, dan bea yang dikenakan atas barang keluar disebut bea keluar.

Belanja Daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.

Belanja Negara adalah kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.

Cukai adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik yang ditetapkan dalam Undang-undang Cukai.

Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya disingkat DIPA adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang disusun oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran yang disahkan oleh Direktur Jenderal Anggaran atau Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara.

Ekspor barang adalah transaksi perpindahan kepemilikan ekonomi (baik berupa penjualan, barter, hadiah ataupun hibah) atas barang dari residen suatu wilayah Provinsi terhadap pelaku ekonomi luar negeri (non-resident).

Impor barang adalah transaksi perpindahan kepemilikan ekonomi (mencakup pembelian, barter, hadiah ataupun hibah) atas barang dari pelaku ekonomi luar negeri (non-resident) terhadap residen suatu wilayah Provinsi.

Indeks Harga konsumen (IHK) adalah Indeks yang menghitung rata-rata perubahan hargadari suatu paket barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga dalam kurun waktu tertentu.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, pendidikan, dan standar hidup untuk semua negara. IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.

Inflasi adalah kecenderungan naiknya harga barang dan jasa pada umumnya yang berlangsung secara terus menerus.

Inventori adalah persediaan yang dikuasai oleh unit yang menghasilkan untuk digunakan dalam proses lebih lanjut, dijual, atau diberikan pada pihak lain, atau digunakan dengan cara lain.

(12)

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Bengkulu

Laju pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.

Nilai tukar adalah sejumlah uang dari suatu mata uang tertentu yang dapat dipertukarkan dengan unit mata uang negara lain.

Nilai Tukar Nelayan (NTN) adalah rasio antara indeks harga yang diterima nelayan (It) dengan indeks harga yang dibayar nelayan (Ib) dinyatakan dalam persentase. Secara konsepsional, NTN pengukur kemampuan tukar produk perikanan tangkap yang dihasilkan nelayan dengan barang atau jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga nelayan dan keperluan mereka dalam menghasilkan produk perikanan tangkap.

Nilai Tukar Petani (NTP) adalah indikator proxy kesejahteraan petani sebagai perbandingan antara Indeks harga yg diterima petani (It) dengan Indeks harga yg dibayar petani (Ib). NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan.

Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam satu tahun pajak. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) adalah pajak yang dikenakan pada barang yang tergolong mewah kepada produsen untuk menghasilkan atau mengimpor barang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya.

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan dalam setiap proses produksi maupun distribusi/pungutan terhadap konsumsi Barang Kena Pajak/Jasa Kena pajak di dalam daerah Daerah Pabean.

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) adalah pengeluaran unit produksi untuk menambah aset tetap dikurangi dengan pengurangan aset tetap bekas.

Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.

Pendapatan Daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.

Pendapatan Hibah adalah setiap penerimaan Pemerintah Pusat dalam bentuk uang, barang, jasa dan/atau surat berharga yang diperoleh dari pemberi hibah yang tidak perlu dibayar kembali, yang berasal dari dalam negeri atau luar negeri, yang atas pendapatan hibah tersebut, pemerintah mendapat manfaat secara langsung yang digunakan untuk mendukung tugas dan fungsi K/L, atau diteruskan kepada Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara, dan Badan Usaha Milik Daerah.

Pendapatan Negara adalah hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) adalah seluruh penerimaan Pemerintah Pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan.

Penerimaan Perpajakan adalah semua penerimaan yang terdiri dari pajak dalam negeri dan pajak perdagangan internasional.

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah adalah nilai seluruh jenis output pemerintah dikurangi nilai output untuk pembentukan modal sendiri dikurangi nilai penjualan barang/jasa (baik yang harganya signifikan dan tdk signifikan secara ekonomi) ditambah nilai barang/jasa yang dibeli

(13)

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Bengkulu

dari produsen pasar untuk diberikan pada RT secara gratis atau dengan harga yang tidak signifikan secara ekonomi (social transfer in kind-purchased market production).

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PKRT) merupakan pengeluaran atas barang dan jasa oleh rumah tangga untuk tujuan konsumsi.

Produk Domestik Bruto (PDB) adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada suatu daerah.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Perkapita adalah pendapatan rata-rata penduduk di suatu daerah, yang diperoleh dari hasil pembagian pendapatan penduduk suatu daerah (PDRB) dengan jumlah penduduk regional tersebut.

Rasio gini (gini ratio) yang merupakan salah satu alat yang mengukur tingkat kesenjangan pembagian pendapatan relatif antar penduduk suatu wilayah.

Rasio pajak (tax ratio) adalah perbandingan atau persentase penerimaan pajak terhadap produk domestik bruto (PDB) dimana hal itu juga merupakan salah satu indikator untuk menilai kinerja penerimaan pajak.

Rencana Kerja Pemerintah (RKP) adalah rencana pembangunan tahunan nasional, yang memuat prioritas pembangunan nasional, rancangan kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal, serta program kementerian/lembaga, lintas kementerian/lembaga kewilayahan dalam bentuk kerangka regulasi dan pendanaan yang bersifat indikatif. RKP merupakan pedoman bagi penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan penjabaran RPJMD, memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, serta rencana kerja dan pendanaan untuk satu tahun, mengacu pada RKPD.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan penjabaran visi, misi dan program Gubernur terpilih yang menjadi pedoman pelaksanaan pembangunan dalam lima tahun pemerintahan.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) adalah penjabaran dari visi, misi dan program Presiden yang penyusunannya berpedoman pada RPJPN, yang memuat strategi pembangunan Nasional, kebijakan umum, program Kementerian/Lembaga dan lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencangkup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah persentase jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja.

(14)

Kajian Fiskal Regional Triwulan III 2021

1.1 Perkembangan dan Analisis Indikator Makro Ekonomi

1.1.1 Produk Domestik Regional Bruto

Perekonomian Provinsi Bengkulu triwulan III-2021 mengalami pertumbuhan sebesar 2,47 persen (y-on-y) jika dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama di tahun 2020 yang mengalami pertumbuhan negatif sebesar 0,46 persen. Hal ini menjadi pertanda perekonomian Bengkulu menuju perbaikan seiring dengan meredanya pandemi covid-19 yang tercatat berada di level 2 PPKM di akhir September 2021.

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan PDRB Triwulanan Tahun 2018-2021 (% yoy)

Sumber : Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Bengkulu 5 November 2021

Pada triwulan III-2021 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Bengkulu mencapai Rp 19,88 triliun jika dihitung atas dasar harga berlaku.

Sementara jika dinilai berdasarkan harga konstan tahun 2010, maka PDRB Provinsi Bengkulu pada triwulan III-2021 mencapai Rp 11,89 triliun. Secara spasial pada triwulan III-2021, Provinsi Bengkulu memiliki kontribusi terhadap PDRB Pulau Sumatera sebesar 2,11 persen.

Provinsi dengan kontribusi terbesar diduduki oleh provinsi Sumatera Utara dengan kontribusi sebesar 23,21 persen;

diikuti Provinsi Riau 23,00 persen; dan Provinsi Sumatera Selatan 13,49 persen.

Gambar 1.1 Kontribusi & Pertumbuhan PDRB Provinsi di Pulau Sumatera Triwulan III 2021 (%)

Sumber : Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Bengkulu 5 November 2021

a. PDRB Menurut Pengeluaran

PDRB Bengkulu menurut pengeluaran, pertumbuhan tertinggi terjadi pada Komponen Ekspor Barang dan Jasa yang tumbuh sebesar 15,98 persen; diikuti oleh Komponen PK-RT sebesar 0,58 persen; komponen PMTB sebesar 0,55 persen; dan Komponen PK-P sebesar 0,22 persen.

BAB I. ANALISIS EKONOMI REGIONAL

(15)

Kajian Fiskal Regional Triwulan III 2021

Sedangkan, Komponen PK-LNPRT terkontraksi sebesar 5,03 persen. Sementara itu, Komponen impor Barang dan Jasa sebagai faktor pengurang dalam PDRB tumbuh sebesar 5,32 persen.

Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan & Sumber Pertumbuhan PDRB Prov. Bengkulu Menurut Pengeluaran (%)

Sumber : Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Bengkulu 5 November 2021

b. PDRB Menurut Lapangan Usaha

PDRB menurut lapangan usaha, pertumbuhan terjadi pada 14 lapangan usaha. Tiga lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 12,90 persen; diikuti oleh Pertambangan dan Penggalian sebesar 11,93 persen; dan Informasi dan Komunikasi sebesar 7,84 persen. Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang memiliki kontribusi tertinggi terhadap PDRB tumbuh sebesar 3,12 persen. Ke depan menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah daerah untuk menumbuhkan sektor pertanian, kehutanan dan perikanan yang menjadi tulang punggung perekonomian di wilayah Provinsi Bengkulu.

Grafik 1.2 Struktur PDRB Dan Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Trw III-2021 ( y-on-y )

Sumber : Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Bengkulu 5 November 2021

(16)

Kajian Fiskal Regional Triwulan III 2021 1.1.2 Inflasi

Inflasi Provinsi Bengkulu secara tahunan sampai dengan September 2021 tercatat sebesar 2,03% (yoy), nilai tersebut berada pada range target inflasi nasional sebesar (3±1)%. Realisasi inflasi tahunan Bengkulu lebih tinggi dibandingkan posisi bulan sebelumnya sebesar 1,94% (yoy), namun masih lebih rendah dari historis 3 tahun terakhir yang mencapai 2,20%.

Inflasi pada triwulan selanjutnya diprakirakan akan meningkat sejalan meningkatnya permintaan komoditas pangan di tengah kecukupan pasokan menjelang HBKN Natal dan Tahun Baru.

Demikian halnya dengan jasa angkutan

udara dan angkutan antar kota juga meningkat pada momen libur Nataru tersebut.

Grafik 1.3 Perbandingan rata-rata Inflasi tahun 2018- 2020 dan tahun 2021 (% yoy)

Sumber : Laporan Analisis Pengendalian Inflasi Daerah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu September 2021

1.2 Perkembangan dan Analisis Indikator Kesejahteraan 1.2.1 Kemiskinan

Berdasarkan data Maret 2021, persentase penduduk miskin Provinsi Bengkulu menjadi yang tertinggi ketujuh secara nasional. Meningkatnya persentase penduduk miskin di Provinsi Bengkulu terjadi di daerah perkotaan, sementara untuk daerah perdesaan terdapat penurunan tingkat kemiskinan. Peningkatan jumlah penduduk miskin sebesar 3.421 orang jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya. Pada Maret 2020 jumlah penduduk miskin tercatat sebanyak 302.579 jiwa, sementara pada Maret 2021 naik menjadi 306.000 jiwa.

Tabel 1.2 Perkembangan Indikator Kemiskinan Provinsi Bengkulu 2018-2021

Sumber : Laporan Perekonomian Provinsi Bengkulu Mei 2021 (Kantor Perwakilan BI Provinsi Bengkulu)

1.2.2 Ketimpangan Pendapatan (Gini Rasio)

Tingkat rasio gini di Provinsi Bengkulu tercatat sebesar 0,326 pada Maret 2021, menurun dibandingkan dengan periode Maret 2020 yang tercatat sebesar 0,330. Kondisi ini menunjukkan penurunan kesenjangan ekonomi antar penduduk di Provinsi Bengkulu. Di tahun 2021, Pemerintah Daerah diharapkan dapat melakukan kolaborasi dan sinergi kebijakan dengan seluruh pemangku kepentingandalam rangka mendorong pemulihan ekonomi daerah.

(17)

Kajian Fiskal Regional Triwulan III 2021 1.2.3 Pengangguran

Rata-rata tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Bengkulu sebesar 3.65 persen.

Tingkat pengangguran terbuka (TPT) mengalami penurunan baik di perkotaan maupun di pedesaan, TPT tertinggi tercatat di Kota Bengkulu sebesar 6,35 persen sementara TPT terendah tercatat di Kabupaten Kepahiang sebesar 1,89 persen.

Seluruh kabupaten/kota mengalami penurunan kecuali tiga kabupaten mengalami kenaikan yaitu Seluma (3,44%), Kaur (3,45%) dan Mukomuko (3,68%).

Angkatan kerja di Provinsi Bengkulu pada Agustus 2021 tercatat 1.060.520 orang, menurun 15.162 orang jika dibandingkan posisi yang sama pada 2020 dengan jumlah 1.075.682 orang. Dari sisi penyerapan tenaga kerja, terdapat penurunan jumlah penduduk bekerja di Bengkulu sebanyak 10.106 orang.

Pada Agustus 2021 tercatat jumlah orang bekerja mencapai 1.021.775 orang, lebih rendah jika dibandingkan periode yang sama pada Agustus 2020 yang mencapai 1.031.881 orang.

Grafik 1.4 TPT Kabupaten/Kota Agustus 2021

Sumber : Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Bengkulu 5 November 2021

Gambar 1.2 Kondisi Ketenagakerjaan Bengkulu

Sumber : BPS Provinsi Bengkulu

(18)

Kajian Fiskal Regional Triwulan III 2021

1.2.4 Nilai Tukar Petani (NTP)

NTP Provinsi Bengkulu pada September 2021 sebesar 136,04 atau naik 2,94 persen dibanding NTP bulan sebelumnya. Kenaikan NTP dikarenakan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) naik sebesar 3,19 persen, lebih tinggi dari kenaikan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) sebesar 0,24 persen. Dari table 1.3 di samping terlihat bahwa NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat lebih tinggi dari subsektor lain, diikuti oleh subsektor Holtikultura, subsektor perikanan dan subsektor nelayan. 4 subsektor inilah yang memiliki nilai di atas 100. Hal ini berarti bahwa 4 subsektor tersebut memberikan balas jasa yang cukup untuk memenuhi konsumsi rumah tangga dan usaha pertanian di Provinsi Bengkulu.

Tabel 1.3 Perkembangan NTP Per Subsektor

Sumber : BRS BPS Provinsi Bengkulu 5 November 2021

Nilai Tukar Petani di wilayah Provinsi Bengkulu selama kurun waktu tiga tahun terakhir dari 2019 hingga 2021 terus menunjukkan trend positif. Berdasarkan nilai rata-rata, Nilai tukar petani di Bengkulu terus bergerak naik tiap tahunnya dari nilai 107,08 di tahun 2019, naik menjadi 119,41 di tahun 2020. Terakhir hingga periode triwulan III 2021 nilai NTP terus naik menjadi 136,04.

Grafik 1.5 Perkembangan NTP Tiga Tahun Terakhir

Sumber : BRS BPS Provinsi Bengkulu 5 November 2021

1.2.5 Nilai Tukar Nelayan (NTN)

Berdasarkan data pada tabel 1.3 di atas, Nilai Tukar Nelayan (NTN) Wilayah Bengkulu pada akhir September 2021 naik 1,35 persen dari sebelumnya 99,60 menjadi 100,95. Hal ini menandakan nilai yang diterima nelayan lebih tinggi dari nilai yang dibayar oleh mereka, walaupun selisih kenaikannya masih cukup kecil sebesar 0,95 persen. Ke depan indeks NTN harus terus ditingkatkan melalui berbagai kebijakan anggaran yang lebih berpihak kepada mereka baik dari pemerintah pusat (APBN) maupun pemerintah daerah (APBD) atau dari insturmen pembiayaan lainnya berbentuk Kerjasama investasi dalam bentuk investasi langsung pemerintah Pusat kepada BUMD atau Spesial Purpose Vehicle (SPV) yang dibentuk oleh Pemerintah Daerah di Provinsi Bengkulu sehingga kesejahteraan para nelayan di wilayah Provinsi Bengkulu lebih meningkatkan di masa mendatang.

(19)

Kajian Fiskal Regional Triwulan III 2021

BAB IV

ANALISIS ASPEK KHUSUS

2.1 Pelaksanaan APBN

Pandemi COVID-19 pada triwulan III-2021 masih memberikan tekanan pada bidang kesehatan dan perekonomian Indonesia. Instrumen belanja pemerintah memiliki peran penting dalam menggerakkan kembali sektor-sektor ekonomi yang sempat terhenti karena pandemi. Oleh karena itu peran pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan pemerintah Desa sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam upaya menanggulangi dampak dari pandemi tersebut.

Belanja APBN di daerah sebagai pilar utama penggerak perekonomian nasional diharapkan mampu berkontribusi maksimal di masa pandemi sehingga evaluasi atas kinerja pelaksanaan APBN di daerah mutlak diperlukan. Data Pelaksanaan APBN di Provinsi Bengkulu selama Triwulan III-2021 disajikan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 2.1 Pagu Realisasi APBN Provinsi Bengkulu Triwulan III 2020-2021 (milyar)

Realisasi pendapatan Negara di wilayah Provinsi Bengkulu pada Triwulan III-2021 telah mencapai Rp1.5 triliun naik 12,7 persen dibanding periode yang sama Tahun 2020 (Rp1.3 triliun). Sementara itu dari sisi belanja, realisasi belanja Negara Triwulan III-2021 mencapai Rp10.5 triliun, menurun 3,9 persen dibandingkan realisasi periode yang sama di tahun 2020 (Rp10.9 triliun). Penurunan tersebut disebabkan oleh menurunnya kinerja penyerapan TKDD oleh Pemda.

Pagu Realisasi % Pagu Realisasi %

PENDAPATAN NEGARA 1.765,37 1.332,31 75% 2.120,87 1.500,99 71% 12,7%

1. Penerimaan Pajak 1.531,54 1.089,03 71% 1.822,73 1.202,16 66% 10,4%

2. PNBP 233,83 243,28 104% 298,14 298,83 100,2% 22,8%

BELANJA NEGARA 14.560,32 10.955,74 75% 14.741,91 10.529,14 71% -3,9%

I. BELANJA PEMERINTAH PUSAT 4.436,50 2.458,51 55% 4.714,99 2.988,74 63% 21,6%

1. Belanja Pegawai 1.773,24 1.281,35 72% 1.811,51 1.354,02 75% 5,7%

2. Belanja Barang 2.008,49 941,85 47% 1.784,02 1.083,22 61% 15,0%

3. Belanja Modal 641,45 227,19 35% 1.104,37 539,05 49% 137,3%

4. Belanja Bantuan Sosial 13,32 8,13 61% 15,10 12,45 82% 53,1%

II. TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA 10.123,82 8.497,23 84% 10.026,92 7.540,41 75% -11,3%

1. Transfer ke Daerah 9.038,80 7.645,74 85% 8.941,56 6.704,27 75% -12,3%

a. Dana Perimbangan 8.810,68 7.459,38 85% 8.707,84 6.543,66 75% -12,3%

1) Dana Alokasi Umum 6.099,61 5.115,25 84% 5.991,25 4.946,20 83% -3,3%

2) Dana Bagi Hasil 279,51 249,66 89% 270,63 219,45 81% -12,1%

3) Dana Alokasi Khusus 2.431,56 2.094,47 86% 2.445,96 1.378,02 56% -34,2%

a) DAK Fisik 1.018,83 974,76 96% 1.036,39 403,88 39% -58,6%

b) DAK Non Fisik 1.412,73 1.119,71 79% 1.409,57 974,14 69% -13,0%

d. Dana Insentif Daerah 228,12 186,36 82% 233,71 160,60 69% -13,8%

2. Dana Desa 1.085,02 851,49 78% 1.085,36 836,14 77% -1,8%

SURPLUS/DEFISIT -12.794,95 -9.623,43 75% -12.621,04 -9.028,15 72% -6,2%

Sumber : OM SPAN dan Simtrada diakses pada tanggal 19 Oktober 2021

Uraian Tahun 2020 Tahun 2021

Growth

BAB II. ANALISIS FISKAL REGIONAL

(20)

Kajian Fiskal Regional Triwulan III 2021

2.1.1 Pendapatan Negara

Realisasi penerimaan perpajakan sampai dengan Triwulan III-2021 menunjukkan tren pemulihan dengan total nilai penerimaan sebesar Rp1,2 triliun.

Dibandingkan realisasi periode yang sama pada tahun 2020, terdapat pertumbuhan penerimaan pajak sebesar 10,4 persen dengan nominal Rp36,30 miliar. Struktur Penerimaan perpajakan Triwulan III-2021 didominasi oleh PPN (49,47%) dan PPh (43,71%) sehingga kontribusi dua jenis pajak tersebut mencapai 93,2 persen, sisanya adalah PBB (2,43%); PI (1,49%) dan pajak lainnya (2,89%).

Grafik 2.1 Realisasi Penerimaan Pajak Trw. III 2021

Sumber : aplikasi OMSPAN diakses tanggal 19 Oktober 2021

Pajak Penghasilan (PPh)

Penerimaan PPh berkontribusi sebesar 43,71 persen dari total penerimaan perpajakan di Provinsi Bengkulu. Jumlah ini terkontraksi sebesar 5,85 persen dibanding penerimaan PPh tahun sebelumnya. Meskipun masih terkontraksi, penerimaan PPh menunjukkan perbaikan dibandingkan penerimaan Triwulan I dan II yang terkontraksi sebesar 18 persen dan 10 persen.

Penurunan PPh terbesar berasal dari PPh badan yang mengalami tekanan terparah akibat pembatasan aktivitas masyarakat. Menurun-nya profitabilitas perusahaan, pemberian insentif pengurangan angsuran PPh Pasal 25 Badan sebesar 50 persen, serta penurunan tarif PPh Badan.

Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Penerimaan PPN pada triwulan III menjadi kontributor terbesar penerimaan perpajakan di provinsi Bengkulu dengan kontribusi sebesar 49,47 persen. Realisasi penerimaan PPN tumbuh sebesar 19,56 persen dibanding realisasi tahun sebelumnya. Total penerimaan triwulan III-2021 mencapai Rp594,75 miliar. Kinerja positif ini diraih seiring dengan berangsur pulihnya konsumsi masyarakat pada Triwulan III-2021 ini. Penerimaan PPN terbesar berasal dari Penerimaan PPN dalam negeri dengan realisasi penerimaan sebesar Rp593,06 miliar

Pajak Internasional

Penerimaan pajak internasional disumbang oleh penerimaan Bea Masuk dan Bea Keluar. Selama Triwulan III-2021, penerimaan Bea Masuk dan Bea Keluar mengalami pertumbuhan 267 persen.

Pertumbuhan penerimaan pajak internasional terbesar disumbangkan oleh penerimaan Bea Keluar yang mencapai Rp17,9 miliar. Peningkatan penerimaan Bea Keluar ini didorong oleh lonjakan harga komoditas kelapa sawit (CPO) dan produk turunannya.

Penerimaan Bukan Pajak (PNBP)

Realisasi PNBP sampai dengan Triwulan III-2021 sebesar Rp298,83 miliar. Jumlah ini mengalami pertumbuhan dibandingkan dengan periode yang sama pada Tahun 2020, dimana realisasi PNBP mencapai Rp243,28 miliar. Pertumbuhan PNBP ini berasal dari kenaikan realisasi penerimaan PNBP BLU. Realisasi PNBP BLU mencapai Rp186,96 miliar atau tumbuh sebesar 28,58 persen. Sementara itu realisasi PNBP lainnya juga mengalami pertumbuhan dengan tingkat pertumbuhan sebesar 14,30 persen.

(21)

Kajian Fiskal Regional Triwulan III 2021

PNBP Badan Layanan Umum (BLU)

Sektor penyumbangan terbesar dari PNBP BLU berasal dari pendapatan jasa pelayanan pendidikan. Pendapatan jenis tersebut berasal dari pendapatan BLU Satker Universitas Bengkulu dan Politeknik Kesehatan Bengkulu sebesar Rp118,14 miliar dari total sebesar Rp186,96 miliar.

Pada Triwulan II, realisasi pendapatan tersebut sempat terjadi penurunan akibat turunnya pendapatan jasa pelayanan rumah sakit yang kini telah berangsur pulih kembali. Selain itu, hilangnya pendapatan jasa bandar udara kepelabuhan karena perubahan status pengelolaan bandara Fatmawati dari BLU menjadi dikelola Angkasa Pura ikut mempengaruhi turunnya PNBP BLU selama Tahun 2021.

PNBP Lainnya

Pendapatan biaya pendidikan menjadi pendapatan dengan kontribusi terbesar selama triwulan III-2021 dengan pendapatan sebesar Rp41,57 miliar. Peningkatan PNBP Lainnya ini salah satunya disebabkan berakhirnya relaksasi atas pembayaran BPKB, STNK dan TNKB oleh masyarakat di triwulan III-2021. Sehingga penerimaan atas kegiatan-kegiatan tersebut kembali normal.

2.1.2 Belanja Negara

Mengacu pada tabel 2.1 di atas, pagu belanja negara tahun 2021 di wilayah Provinsi Bengkulu dialokasikan sebesar Rp14.74 triliun. Dari besaran tersebut, 68,02 persen (Rp10,03 triliun) dialokasikan untuk belanja daerah berupa Transfer Ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) sementara sisanya 31,98 persen dialokasikan untuk Belanja Pemerintah Pusat dengan nilai nominal sebesar Rp4.71 triliun.

Belanja Pemerintah Pusat

Realisasi belanja pemerintah pusat sampai dengan triwulan III-2021 sebesar Rp2,9 triliun (63% dari pagu). Realisasi ini meningkat dibandingkan realisasi di periode yang sama tahun 2020 sebesar 21,6 persen (Rp2.5 triliun). Naiknya realisasi belanja pemerintah pusat ini sesuai dengan kebijakan ekspansif pemerintah pusat untuk menjadikan belanja pemerintah sebagai katalisator perekonomian di daerah.

Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) Realisasi TKDD pemerintah daerah di Provinsi Bengkulu pada Triwulan III-2021 sebesar Rp7.5 triliun, persentase realisasi 75,2 persen dari pagu. Realisasi TKDD mengalami kontraksi sebesar 11,3 persen dibanding realisasi Tahun 2020 yang pada periode yang sama telah tersalur sebesar Rp8.5 triliun. Seluruh jenis TKDD selama Triwulan III-2021 mengalami kontraksi.

Sementara itu, penyaluran DAK Fisik dan Dana Desa juga mengalami kontraksi hingga triwulan III-2021, hal ini dikarenakan adanya relaksasi persyaratan dan mekanisme penyaluran DAK Fisik dan Dana Desa selama Tahun 2020.

Grafik 2.2 Capaian Belanja TKDD Trw. III 2021

Sumber : aplikasi OMSPAN diakses tanggal 19 Oktober 2021 (diolah)

(22)

Kajian Fiskal Regional Triwulan III 2021

2.1.3 Surplus/Defisit

APBN regional Bengkulu defisit Rp9,02 triliun. Sampai triwulan III-2021, perhitungan selisih antara pendapatan dan belanja pemerintah mengalami defisit sebesar Rp9,02 triliun. Namun demikian, besaran defisit ini jauh lebih kecil dibanding nilai defisit pada periode yang sama di tahun 2020 yang mencapai Rp9,61 triliun. Berdasarkan tabel 2.1 di atas, lebih kecilnya nilai defisit pada triwulan III-2021 lebih disebabkan oleh masih rendahnya penyerapan oleh Pemda, sementara dari sisi pendapatan negara masih memerlukan perhatian di masa mendatang berupa intensifikasi dan ekstensifikasi dari sumber-sumber penerimaan yang ada.

2.1.4 Prognosis APBN

Prognosis atau perkiraan realisasi pendapatan dan belanja negara sampai dengan akhir tahun 2021 lingkup Provinsi Bengkulu dengan memperhatikan berbagai stimulus dan relaksasi yang diberikan pemerintah, diperkirakan pada akhir tahun anggaran akan mencapai 97,96 persen untuk pendapatan Negara dan 86,95 persen untuk belanja Negara dari pagu estimasi pendapatan dan pagu belanja.

Grafik 2.3. Prognosis Realisasi Pendapatan dan Belanja Negara

aplikasi OMSPAN diakses tanggal 19 Oktober 2021 (diolah)

2.1.5 Analisis Capaian Output : Layanan Dasar Publik

Realisasi anggaran layanan dasar publik pada triwulan III-2021 mencapai Rp728,3 miliar.

Progress belanja dan capaian output strategis layanan dasar publik di wilayah Bengkulu yang meliputi sektor pendidikan, kesehatan dan infrastruktur tersaji dalam tabel di bawah ini :

Tabel 2.2 Realisasi Anggaran Output Layanan Dasar Publik Provinsi Bengkulu Triwulan III 2021

Sektor Kelompok Output Real

Vol. Satuan Realisasi Anggaran

KESEHATAN

Alat/Obat Kontrasepsi (Alokon) 100 Faskes 13.814.854.920

Desa Pangan Aman 99 Desa 2.159.587.682

Pasar Aman 54 Pasar 596.733.000

Orientasi Program Penyakit HIV AIDS

dan PIMS di Provinsi 9307 Orang 7.869.900.000 Pengadaan alat kekarantinaan

kesehatan di pintu masuk 25 Paket 716.957.172 Sarana Pendidikan Poltekes 5 Paket 2.410.364.060 Sarana distribusi obat2an 81,85 Persen 1.344.348.836 Sekolah dengan Pangan Jajanan Anak

Sekolah (PJAS) 216 Sekolah 500.004.473

Jumlah Total Sektor Kesehatan 29.412.750.143

(23)

Kajian Fiskal Regional Triwulan III 2021

Sektor Kelompok Output Real

Vol. Satuan Realisasi Anggaran

PENDIDIKAN

Bantuan operasional sekolah 227.907 Orang 97,402,052,280 Mahasiswa Penerima KIP-Kuliah 6.030 Orang 12,889,800,000 Mahasiswa penerima Bidik Misi 5.841 Orang 20,380,800,000 Rehabilitasi sarana pendidikan 3 Paket 1,280,690,161

Insentif Guru Non PNS 4.320 Orang 26,469.617.600

Insentif Guru Agama Non PNS 5 Orang 7.500.000

Tunjangan Guru Non Penerima

Tunjangan Profesi 45 Orang 198.000.000

Jumlah Total Sektor Pendidikan 158.628.460.041

INFRASTRUKTUR

Pembangunan Infrastruktur Permukiman Berbasis Masyarakat di Perdesaan

39,7 Hektar 29.490.461.576

Infrastruktur Air Minum Berbasis

Masyarakat 93 SR 61.575.561.200

Infrastruktur Air Minum Berbasis

Masyarakat (PEN) 3 SR 40.500.082.092

Pembangunan Infrastruktur Permukiman Berbasis Masyarakat di Perdesaan (PEN)

40,8 Hektar 21.426.455.752

Pembangunan Infrastruktur Permukiman Berbasis Masyarakat di Perkotaan

94 Hektar 60.995.224.005

Pembangunan Infrastruktur Permukiman Berbasis Masyarakat di Perkotaan (PEN)

2 Hektar 42.326.317.840

Pembangunan Jembatan 1.885 Meter 86.568.364.339

Pembangunan SPAM Regional 5 Liter/dt 5.300.000

Perluasan SPAM Kabupaten/Kota 58 SR 72.441.327.886

Sanitasi dan persampahan 10.418 KK 124.927.557.292

Jumlah Total Sektor Pendidikan 540.256.651.982

Realisasi Total 728,297,862,166

Sumber : aplikasi MonevPA-Tuesday, October 26, 2021, 10:03:14 PM (diolah)

Kesehatan (Rp29,4 miliar) Untuk sektor kesehatan, realisasi anggaran mencapai Rp29,4 miliar.

Output dari sektor kesehatan tersebut masih relatif sama dengan tahun-tahun sebelumnya, yang mana situasi pandemi belum berakhir.

Pendidikan (Rp158,6 miliar) Disisi sektor pendidikan, realisasi anggaran telah mencapai Rp158,6 miliar. Anggaran pendidikan ini digunakan untuk bantuan operasional sekolah (BOS), program Indonesia pintar (PIP) dan tunjangan profesi guru.

Infrastruktur (Rp540,3 miliar) Sedangkan untuk infrastruktur, realisasi telah mencapai Rp540,3 miliar yang digunakan untuk pembangunan jalan, jembatan, rumah susun dan proyek infrastruktur lainnya.

2.2 Pelaksanaan APBD

APBD merupakan bagian fiskal yang menjadi mesin pendorong pertumbuhan ekonomi. Selain itu, APBD juga menjadi alat pendorong dan salah satu penentu tercapainya target dan sasaran makro ekonomi daerah yang diarahkan untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan mandiri. Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi (I-Account), dapat diketahui arah kebijakan fiskal yang diterapkan pada pemerintah Provinsi/Kabupaten dan Kota di Provinsi Bengkulu apakah sudah menuju pada kemandirian fiskal atau belum. Hal ini ditandai dengan porsi PAD yang terus tumbuh positif dan mengurangi ketergantungan pada dana perimbangan atau alokasi belanja sudah lebih banyak dipergunakan dalam rangka membangun daerah dan kesejahteraan masyarakatnya. Berikut adalah I-Account APBD pemerintah daerah di Bengkulu.

(24)

Kajian Fiskal Regional Triwulan III 2021

Tabel 2.3 LRA Face APBD Provinsi/Kabupaten/Kota Bengkulu Triwulan III 2021 (Milyar)

Sumber : Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Konsolidasian-Bidang PAPK (diolah)

2.2.1 Pendapatan Daerah

Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa realisasi Pendapatan total hingga triwulan III-2021 mencapai Rp7,80 triliun, nilai tersebut mengalami penurunan 6,35 Persen dibandingkan dengan realisasi triwulan III 2020 sebesar Rp8,33 triliun. Penurunan tersebut disebabkan oleh menurunnya pendapatan yang berasal dari pos pendapatan transfer dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Capaian Belanja dan Transfer secara agregat sampai dengan akhir triwulan III- 2021 sebesar Rp6,70 triliun mengalami kontraksi sebesar 0,63 Persen dibandingkan dengan triwulan III 2020 yang sebesar Rp6,75 triliun. Menurunnya realisasi belanja dan transfer ini dipengaruhi komponen belanja operasional yang mengalami penurunan sebesar 9,19 Persen.

Analisis pendapatan daerah. Penilaian tingkat kemandirian pemerintah daerah dapat dilakukan dengan menghitung rasio PAD terhadap APBD-nya dengan rumus :

(25)

Kajian Fiskal Regional Triwulan III 2021

Y = tingkat Kemandirian

PAD = sumber pendapatan yang penting bagi daerah. Daerah yang berhasil meningkatkan PAD-nya secara nyata, mengindikasikan bahwa daerah tersebut telah dapat memanfaatkan potensi yang ada secara optimal.

Interpretasi nilai Y :

(0-25 %), tingkat kemandirian daerah “rendah sekali”, dapat dikatakan bahwa pemerintah pusat memiliki peranan yang dominan daripada pemerintah daerah itu sendiri.

(>25-50 %), daerah memiliki tingkat kemandirian “rendah”, campur tangan pemerintah pusat sudah mulai berkurang, karena daerah dianggap sedikit lebih mampu melaksanakan otonomi daerah.

(>50-75 %), Kategori “sedang”, menggambarkan daerah sudah mendekati mampu melaksanakan otonomi daerah.

(>75%), kategori “tinggi”, bisa diartikan bahwa pemerintah daerah telah mampu dan mandiri dalam melaksanakan urusan otonomi daerahnya.

Sumber : Sistem Informasi Rujukan Statistik (sirusa) BPS RI

Realisasi PAD triwulan III-2021 sebesar Rp951,89 milyar, realisasi belanja APBD Rp6.707,99 milyar.

Dengan menggunakan rumus di atas, diperoleh nilai Y sebesar 14,19 persen artinya tingkat kemandirian rata-rata pemerintah daerah di Bengkulu masih “rendah sekali”, peran pemerintah pusat masih sangat dominan. Ke depan diperlukan upaya yang lebih kongkrit bagi seluruh pemda di Bengkulu untuk berupaya menggali potensi yang dimilikinya masing-masing untuk mendongkrak perolehan PAD nya agar bergerak terus naik dari tahun ke tahun.

2.2.2 Belanja Daerah

Analisis Belanja Daerah (Pegawai, Barang, Modal dan Belanja Sosial)

Realisasi Belanja daerah pada triwulan III-2021 dibandingkan realisasi periode yang sama tahun 2020 dapat dirangkum sebagai berikut : (1) belanja pegawai turun 2,67 Persen, realisasi Rp3,53 triliun (67,61%); (2) Belanja Barang naik 9,55 Persen, realisasi Rp1.314,19 miliar (40,61%); (3) Belanja Modal turun 13,59 Persen, realisasi Rp654,70 miliar (36,91%); (4) Belanja Sosial turun 50,8 Persen, realisasi Rp4,59 miliar (35,37%). Turunnya persentase serapan belanja modal disebabkan oleh adanya refocusing dan masih berlakunya PPKM sehubungan dengan pandemi covid-19.

Sementara turunnya belanja sosial perlu dilakukan pendalaman ke OPD terkait di daerah.

Jika dilihat dari komposisinya, persentase belanja modal sebagai pembentuk modal tetap bruto (PMTB) tercatat sebesar 14,1 persen sementara sisanya 85,9 persen adalah belanja operasional dan belanja transfer pemda ke desa dan belanja operasional lainnya. PAD merupakan salahsatu sumber alternatif untuk menaikkan persentase belanja modal daerah di masa mendatang. Sekali lagi upaya pemda untuk menggali seluruh potensi yang ada di daerah sebagai sumber pendapatan mutlak diwujudkan.

Belanja Earmark DAU

Sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.07/2021 yang antara lain mengatur kewajiban Pemerintah Daerah menyediakan dukungan pendanaan untuk belanja kesehatan penanganan pandemi COVID-19 dan belanja prioritas lainnya paling sedikit sebesar 8 persen dari alokasi DAU. Realisasi Belanja Earmarked DAU triwulan III-2021 sebesar Rp56,23 miliar atau 45,23 Persen dari total anggaran. Rendahnya realisasi ini disebabkan salah satunya oleh Insentif tenaga kesehatan yang belum dibayarkan secara maksimal karena proses verifikasi yang berjalan lambat.

Referensi

Dokumen terkait

Disarankan bagi peneliti lanjutan agar memperhatikan kelemahan- kelemahan dari penelitian ini serta meneliti faktor lain seperti hubungan anak dengan keluarga,

Sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta

Dengan metode (penelitian) evaluasi diharapkan peneliti mampu memberi penilaian terhadap program pendampingan implementasi kurikulum 2013. Secara kualitatif, penelitian

Aplikasi Media Pembelajaran diujicobakan kepada 32 siswa yaitu kelas E kemudian diberikan latihan soal yang berisi 30 soal pertanyaan guna mendapatkan data yang

Dan dalam hal ini anak manja adalah sikap dan perbuatan anak yang lebih besar diperoleh dari peran lingkungan baik lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat,

adalah bagian dari saluran pernafasan bagian atas yang merupakan suatu rangkaian tulang rawan yang berbentuk corong dan terletak setinggi vertebra cervicalis IV

Alasan seorang wajib zakat membayar zakat langsung ke penerima zakat diantaranya adalah faktor kepuasan, responden yang membayar zakat langsung ke penerima zakat merasa

Me mb uat Pe lap oran Mulai Melakukan pengumpulan data yang diperlukan Data terkumpul Membuat laporan Selesai Data Transaksi (Excel) Data Master (Excel) Laporan Jumlah