• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS ARGUMENTATIF MELALUI MODEL HALAQAH : Studi Pengembangan Model Pembelajaran dan Kepribadian Menulis pada Siswa Kelas X SMA Kartika Kendari.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS ARGUMENTATIF MELALUI MODEL HALAQAH : Studi Pengembangan Model Pembelajaran dan Kepribadian Menulis pada Siswa Kelas X SMA Kartika Kendari."

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK ... v

D. Manfaat Hasil Penelitian ... 6

E. Asumsi ... 7

F. Hipotesis ... 7

G. Definisi Operasional ... 8

H. Paradigma Penelitian ... 10

TAT II. MODEL HALAQAH DAN PEMTELAJARAN KETERAMPILAN MENILIS ARGIMENTATIF ... 16

A. Pem1elajaran Keterampilan Ber1ahasa ... 16

B. Hakikat Model dan Model Pem1elajaran ... 18

C. Pengertian, Sejarah, Landasan Pedagogis Model Halaqah ... 28

1. Pengertian Halaqah ... 28

2. Sejarah Halaqah ... 32

3. Landasan Pedagogis Model Halaqah ... 36

4. Prinsip-prinsip Pem1elajaran Model Halaqah ... 53

5. Halaqah se1agai Sarana Pem1entukan Kepri1adian Peserta Ddidik ... 56

6. Pilar-pilar Ke1erhasilan Model Halaqah ... 58

D. Transformasi Model Halaqah ... 65

(2)

1. Menulis Argumentatif dalam Kurikulum ... 73

2. Urgensi Menulis dan Menulis Argumentatif ... 74

3. Hakikat Menulis dan Menulis Argumentatif ... 76

4. Proses Menulis Argumentatif ... 81

5. Wacana Argumentatif se1agai Produk Menulis Argumentatif ... 85

a. Ciri-ciri Wacana Argumentatif ... 87

1. Organisasi Karangan Argumentatif ... 88

c. Penilaian Keterampilan Menulis Argumentatif ... 90

TAT III. METODE PENELITIAN ... 91

A. Desain Penelitian ... 91

B. Instrumen Penelitian ... 97

1. Perangkat Tes ... 97

1. Teknik Pengumpulan Data ... 103

2. Prosedur Pengumpulan data ... 104

a. Tahap Studi Pendahuluan ... 104

1. Tahap Uji Empirik ... 107

E. Pedoman Pengolahan Data ... 108

1. Analisis Aspek Ke1ahasaan Argumentatif ... 109

2. Uji Hipotesis ... 115

a. Uji Normalitas Distri1usi Populasi ... 115

1. Uji Homogenitas ... 117

c. Uji Signifikansi ... 117

TAT IV. DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA ... 118

A. Hasil Tes ... 119

1. Deskripsi Data ... 119

a. Data Hasil Tes Awal Keterampilan Menulis Argumentatif ... 121

1) Analisis Komponen Su1stantif ... 121

2) Analisis Komponen Tekstual ... 123

3) Analisis Komponen Leksikal ... 125

(3)

1) Analisis Komponen Su1stantif ... 130

2) Analisis Komponen Tekstual ... 133

3) Analisis Komponen Leksikal ... 136

4) Analisis Komponen Sintaktis ... 137

5) Analisis Komponen Grafologis ... 138

2. Uji Sifat Data ... 141

a. Uji Normalitas dan Homogenitas ... 141

1) Uji Normalitas dan Homogenitas Data MKonv. dengan MHT ... 141

2) Uji Normalitas dan Homogenitas Data MKonv. dengan MHI .... 146

3) Uji Normalitas dan Homogenitas MHT dengan MHI ... 150

3. Uji Validitas dan Relia1ilitas ... 156

4. Uji Hipotesis… ... 160

a. Analisis Varian dan Kovarians MKonv. dengan MHT ... 160

1. Analisis Varian dan Kovarians MKonv. dengan MHI ... 164

c. Analisis Varian dan Kovarians MHT dengan MHI ... 168

B. Hasil O1servasi ... 176

1. Kondisi Pem1elajaran Menulis di SMA Kartika Kendari ... 180

2. Perancangan Pem1elajaran Model Halaqah ... 149

3. Kegiatan Berhalaqah ... 183

a. Temuan Proses Pem1elajaran Model Halaqah Tradisional... 183

1) Ekspresi kognitif ... 183

2) Ekspresi emosi ... 185

3) Ekspresi spiritual ... 186

1. Temuan Proses Model Halaqah Ilmiah ... 186

4. Sistem Sosial Kelas ... 197

5. Prinsip-prinsip Reaksi ... 198

6. Sistem Penunjang ... 199

7. Penerapan ... 200

C. Data Kepri1adian Menulis ... 201

D. Hasil Wawancara ... 203

1. Eksistensi MH Se1agai Model Baru ... 204

2. Kemenarikan MH ... 204

3. Kemanfaatan MH ... 205

4. Kerumitan MH ... 206

5. Implementasi ... 207

6. Penyosialisasian MH ... 208

TAT V. PEMTAHASAN HASIL PENELITIAN ... 209

A. Pem1ahasan Hasil Belajar yang Diperoleh Se1elum dan Sesudah Penerapan Model Halaqah ... 209

(4)

c. Analisis Komponen Leksikal ... 212

d. Analisis Komponen Sintaktis ... 212

e. Analisis Komponen Grafologis ... 213

2. Analisis Hasil Belajar Sesudah Penerapan MH ... 213

a. Analisis Komponen Su1stantif ... 214

1. Analisis Komponen Tekstual ... 214

c. Analisis Komponen Leksikal ... 215

d. Analisis Komponen Sintaktis ... 215

e. Analisis Komponen Grafologis ... 216

B. Keefektifan MHI ... 218

C. Kualitas Implementasi ... 224

1. Kegiatan Guru ... 224

2. Kegiatan Siswa ... 229

3. Sistem Sosial Kelas ... 232

4. Prinsip-prinsip Reaksi ... 232

5. Sistem Penunjang ... 232

6. Penerapan MHI ... 233

a. Eksistensi MHI Se1agai Model Baru ... 233

1. Kemenarikan MHI ... 234

c. Kemanfaatan MHI ... 235

d. Kerumitan MHI ... 235

e. Implementasi MHI ... 237

f. Penyosialisasian MHI ... 237

7. Per1aikan Model MHI ... 238

a. Orientasi Model ... 238

1. Proses Pem1elajaran Menulis ... 240

D. Analisis Kepri1adian Menulis Melalui Pem1elajaran Model Halaqah .... 248

TAT VI. PENITIP ... 254

A. Simpulan ... 254

B. Saran ... 256

DAFTAR PISTAKA ... 257

(5)

BABBIB

PENDAHULUANB

B

A. LatarBBelakangBMasalahB

(6)

Kedua, keterampilan menulis yang dianggap lebih tinggi kesulitannya tersebut, baik jenis narasi, deskripsi, eksposisi, dan argumentasi, ternyata masih bertingkat lagi derajat kesulitannya. Dari semua jenis tulisan atau karangan tersebut, karangan argumentatif dinyatakan paling sulit. Suparno dan Yunus (2005: 5.33) mengatakan, “… Corak karangan ini (argumentasi; pen.) termasuk karangan yang paling sulit bila dibandingkan dengan corak karangan yang lain…” Alasannya, “…kesulitan tersebut muncul karena perlu adanya alasan dan atau bukti yang dapat meyakinkan, sehingga pembaca terpengaruh dan membenarkan gagasan, pendapat, sikap, dan keyakinan kita” (2005: 5.33).

Sementara itu, kegiatan pembelajaran yang dilakukan di sekolah, salah satu tujuannya adalah untuk memudahkan kesulitan belajar yang dialami oleh siswa. Dengan demikian, dibutuhkan sebuah proses pembelajaran yang dapat memberi kemudahan bagi siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

(7)

Keempat, upaya-upaya untuk keluar dari kesulitan menulis khususnya menulis argumentatif telah dilakukan, antara lain dengan penerapan model pembelajaran sebagaimana yang dilakukan oleh Setianingsih (2008) dan Sobari (2006). Setianingsih menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa penerapan model pembelajaran berdasarkan Logika Toulmin efektif meningkatkan kemampuan menulis argumentatif dan keterampilan berpikir kritis. Lebih lanjut, pada bagian

Saran, dikatakannya bahwa penelitiannya tidak dapat digeneralisasikan karena penelitian tersebut hanya cocok diterapkan di perguruan tinggi yang memiliki karakteristik lebih kurang sama dengan kondisi Program Studi Farmasi. Sobari sendiri setelah membandingkan model Kooperatif Tipe Jigsaw dengan model Ekspositori dalam pembelajaran Menulis Paragraf dalam Karangan Argumentatif di SMU PGII 2 Bandung menyimpulkan bahwa model Kooperatif Tipe Jigsaw lebih baik dibandingkan model Ekspositori. Dalam Saran-nya, Sobari mengatakan bahwa selayaknya peneliti selanjutnya mengukur sense of interpersonal relationship (hubungan yang akrab antarsiswa) karena ditemukan beberapa siswa kurang aktif melakukan diskusi.

Setelah mencermati hal-hal yang dikemukakan di atas, maka diperlukan inovasi-inovasi untuk menemukan solusi atas permasalahan tersebut. Salah satu solusi yang digagas adalah melalui penelitian penerapan model pembelajaran tertentu.

(8)

tradisional (MHT). MH memiliki landasan filosofis pedagogis dan prinsip-prinsip serta karakteristik yang diekstrak dari ajaran agama Islam sebagai sebuah pedoman hidup (minhajul hayah). Salah satu prinsip dalam ajaran Islam adalah sebuah pekerjaan, perbuatan, tindakan, aksi, ucapan hendaknya dilandasi oleh alasan ilmiah. Prinsip ini diambil dari salah satu ayat Alquran yang terdapat dalam Surat Al-Isra ayat 36 yang menyatakan, Janganlah kamu mengikuti apa

yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya

pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai

pertanggungjawabannya (Depag, 1971: 429) Oleh karena itu, berdasarkan prinsip ini, dalam MH pun setiap peserta halaqah harus melandasi setiap pendapat, sikap, dan keyakinannnya dengan pemahaman atau ilmu yang memadai.

Sementara itu, menulis argumentatif berarti mengemukakan pernyataan-pernyataan atau pendapat-pendapat yang harus dipertanggungjawabkan kebenaran dan keabsahannya melalui argumentasi dengan logika yang benar. Tampaknya, ada relevansi antara karakteristik halaqah sebagai sebuah model pembelajaran dengan karakteristik menulis argumentatif. Persamaan karakteristik tersebut menjadi titik singgung antara MH sebagai model pembelajaran dengan menulis argumentatif sebagai materi pembelajaran.

(9)

penelusuran yang penulis lakukan, belum ada penelitian tentang penerapan MH, baik berkaitan dengan kemampuan menulis pada umumnya maupun dengan kemampuan menulis argumentatif. Untuk itu, penelitian tentang MH menjadi penting untuk dilakukan.

B. BatasanBdanBRumusanBMasalahB 1. BatasanBMasalahB

Penelitian ini dirancang untuk mengkaji salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pembelajaran, yaitu mengkaji keefektifan penggunaan sebuah model pembelajaran yang disebut model halaqah (MH) untuk peningkatan keterampilan menulis argumentatif. Oleh karena itu, penelitian difokuskan pada pengaruh proses pembelajaran melalui penerapan model halaqah terhadap keterampilan menulis argumentatif dengan mencermati (1) hasil menulis argumentatif, (2) keefektifan penerapan model halaqah, dan (3) respon guru terhadap pembelajaran model halaqah, dan (4) kepribadian menulis.

2. RumusanBMasalahB

Sesuai dengan batasan masalah, berikut ini diajukan rumusan masalah penelitian yang dinyatakan dalam bentuk pertanyaan.

1) Apakah ada peningkatan keterampilan menulis argumentatif siswa dengan menggunakan MH?

(10)

3) Bagaimanakah respon guru terhadap MH?

4) Apakah MH dapat membentuk kepribadian menulis?

C. BTujuanBPenelitianB

Sesuai dengan batasan dan rumusan masalah di atas, penelitian dirancang untuk menemukan model pembelajaran menulis argumentatif yang teruji dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Model halaqah (MH) dimaksudkan untuk menjadi model alternatif untuk meningkatkan keterampilan menulis argumentatif. Secara operasional, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk:

1) mengetahui Bkeefektifan model halaqah bagi peningkatan keterampilan menulis argumentatif.B

2) menggambarkan sistem atau desain dan proses penerapan model halaqah dalam proses pembelajaran menulis argumentatif.B

3) memperolehBgambaran respon guru terhadap MH sebagai sebuah model pembelajaran yang diharapkan menjadi alternatif solutif bagi peningkatan keterampilan menulis argumentatif.B

4) mengetahui kepribadian menulis yang terbentuk melalui MH.B

B

D. ManfaatBHasilBPenelitianB

(11)

berupa panduan praktis model halaqah yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan menulis argumentatif. Hasil penelitian diharapkan bermanfaat secara teoretis yang dapat memberi sumbangan pemikiran dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada kompetensi dasar (KD) Menulis Argumentatif. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah alternatif model pembelajaran menulis argumentatif siswa SMA.

Jika hasil penelitian eksperimen menunjukkan keefektifan model halaqah dalam meningkatkan keterampilan menulis argumentatif siswa, maka hasil penelitian dapat direkomendasikan untuk menjadi model pembelajaran menulis argumentatif.

E. AsumsiB

Asumsi yang mendasari penelitian ini adalah (1) menulis merupakan suatu proses dan (2) keterampilan menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa dapat ditingkatkan kualitasnya melalui berbagai upaya.

F. HipotesisB

(12)

Berdasarkan kajian terhadap latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka hipotesis penelitian yang diajukan adalah

a. Keterampilan menulis argumentatif siswa meningkat secara signifikan pada:

1) pembelajaran MHI dibandingkan dengan MHT dan MKonv. 2) pembelajaran MHT dibandingkan dengan MKonv.

b. MHI berkontribusi positif dalam menanggulangi kesulitan siswa dalam menulis argumentatif.

G. DefinisiBOperasionalB

Agar tidak terjadi salah pengertian tentang konsep-konsep yang dikaji dalam penelitian ini, maka dibutuhkan definisi operasional tentang keterampilan, menulis argumentatif, tulisan, model pembelajaran, dan model halaqah.

1. Menulis adalah proses mengungkapkan pesan (pikiran, perasaan, keinginan, kehendak, atau pengalaman) melalui lambang grafis yang tersusun menjadi kata-kata, kalimat, dan paragraf secara sistematis yang mengandung makna yang dapat dipahami oleh pembaca.

(13)

3. Model yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pola pembelajaran yang secara khusus dirancang untuk pembelajaran menulis argumentatif.

4. Model halaqah adalah model pembelajaran dengan kelas kecil (berjumlah 15 – 20 orang) berbentuk lingkaran (halaqah), posisi guru dan murid setara dan saling berhadapan dengan tahap kegiatan belajar (1) iftitah (pembukaan), (2) pengungkapan kejadian di masyarakat, (3) pembuatan tulisan argumentatif, (4) penyampaian masalah dan kabar gembira, dan (5) ikhtitam (penutup) yang digunakan dalam penelitian ini.

5. Keterampilan adalah kecakapan tertentu untuk melakukan sesuatu secara baik berdasarkan ilmu yang dimiliki yang digunakan dalam penelitian ini.

6. Keterampilan menulis adalah kecakapan mengungkapkan pesan melalui lambang grafis secara sistematis dan logis menjadi kata-kata, kalimat, dan paragraf yang secara utuh menjadi sebuah wacana argumentatif.

(14)

8. Pembelajaran adalah proses atau cara guru mengondisikan siswa belajar dalam situasi tertentu untuk mencapai tujuan tertentu dalam pembelajaran menulis argumentatif dengan menggunakan model halaqah.

9. Kesulitan menulis adalah faktor penghambat atau kesulitan belajar yang dialami oleh siswa dalam mencapai keterampilan menulis argumentatif, baik berasal dari dalam dirinya (minat, motivasi, pengetahuan, sikap, anggapan) maupun dari lingkungan belajarnya. Dalam penelitian ini, kesulitan belajar diidentifikasi dan dianalisis untuk menjadi salah satu dasar perancangan model halaqah.

10. Kepribadian menulis adalah karakter, moral, atau akhlak dalam menulis yang menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, kesantunan, dan keadilan dalam menulis argumentatif.

H. ParadigmaBPenelitianB

Budaya literat merupakan budaya manusia berperadaban tinggi yang ditandai oleh kesadaran kolektif melek huruf yang bersifat komunal. Untuk menjadi bangsa yang berbudaya literat, dibutuhkan perubahan pola pikir (mind

(15)

individu-individu, lalu perubahan komunitas, dan pada akhirnya perubahan kolektif pada bangsa tersebut.

Perubahan individu pun berawal dari perubahan pola pikir, lalu terinternalisasi menjadi perubahan sikap, dan akhirnya kepada perubahan tindakan dan perbuatan. Dengan alur yang sama, membentuk bangsa dan masyarakat literat dimulai dari membentuk individu-individu berbudaya literat.

Untuk melahirkan individu, masyarakat, dan bangsa yang berperadaban tinggi (berbudaya literat), maka pendidikan merupakan satu bidang terpenting dan utama untuk pembentukan masyarakat dan bangsa yang berperadaban tinggi (bangsa literat) tersebut. Lewat pendidikan (pembelajaran), pembentukan generasi masa depan bangsa yang melek huruf secara bertahap dapat dilakukan. Melalui pendidikanlah, generasi muda (siswa-siswa dan mahasiswa-mahasiswi) dapat dididik, dibina, dan dilatih untuk menjadi unsur-unsur perubah di tengah kehidupan menuju masyarakat dan bangsa yang berbudaya literat.

(16)

Salah satu standar kompetensi dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah menulis. Dengan menulis, seorang siswa dididik dan dilatih untuk berbudaya literat dan di dalam standar kompetensi menulis itu terdapat berbagai kompetensi dasar, antara lain menulis paragraf argumentatif yang merupakan kompetensi yang relatif lebih sulit jika dibandingkan dengan menulis paragraf deskriptif, naratif, atau ekspositif.

Penerapan MH dalam penelitian ini merupakan salah satu upaya alternatif untuk meningkatkan keterampilan menulis khususnya keterampilan menulis argumentatif siswa. Jika hasil penelitian ini terbukti meningkatkan secara signifikan kemampuan menulis argumentatif siswa, maka dapat dijadikan rekomendasi bagi model pembelajaran di SMA.

MH dibangun di atas kesadaran bahwa keberhasilan pembelajaran bukan semata-mata didasari oleh paradigma pembelajaran yang berpusat pada siswa (student learning center ) atau pada keaktifan guru, melainkan perpaduan antara keduanya secara seimbang. MH mengutamakan keaktifan siswa, tetapi pada saat yang sama guru harus memainkan peran yang utuh untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu, guru harus mengajar dan murid harus belajar, secara maksimal dan seoptimal mungkin.

(17)

memantau hal ini sampai siswa mencapai karakteristik yang diinginkan. Sebagai

ulama (ilmuwan), guru hendaknya memiliki kapasitas ilmu yang memadai. Di mata siswa, guru adalah seorang cerdas dan tempat menimba ilmu. Sebagai

teladan, guru hendaknya menjadi model penulis yang dapat diteladani oleh siswa. Dalam mengajarkan menulis argumentatif, guru memperlihatkan hasil karya (tulisannya) kepada siswa. Guru tidak boleh menjadi periwayat ilmu belaka, tetapi ia harus mengamalkan ilmu yang diajarkannya yang dibuktikan oleh tulisan argumentatif yang dihasilkannya, sekurang-kurangnya guru mampu membuktikan diri kepada siswa bahwa ia pantas dijadikan teladan dalam hal menulis. Sebagai pemimpin, guru hendaknya dengan sabar menuntun siswa untuk belajar. Guru membantu siswa dalam membuat perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengevaluasian kegiatan belajarnya. Guru harus menyediakan waktu ketika para siswanya membutuhkannya, karena ia bertanggung jawab penuh di dunia dan di akhirat akan kesuksesan para siswanya.

MHT sebagai model dasar dalam penelitian ini diaplikasikan dalam tiga tahap, yaitu

a. Tahap I: Pemilihan kompetensi dan materi pembelajaran; b. Tahap II: Pembentukan halaqah;

c. Tahap III: Kegiatan pembelajaran yang terdiri atas tujuh langkah: (1) Iftitah (pembukaan),

(18)

(3) Talaqqi madah (penyampaian materi), diskusi, dan berlatih menulis argumentatif,

(4) Mutaba’ah (evaluasi) permasalahan dan kabar gembira, (5) Pengumuman dan penugasan

(6) Ikhtitam (penutupan)

Dengan menggunakan paradigma perubahan sebagaimana dikemukakan di atas, apabila model halaqahilmiah (MHI) – hasil transformasi dari MHT – terbukti meningkatkan keterampilan menulis argumentatif siswa yang dapat diketahui dari hasil karangan argumentatif siswa yang berkualitas, maka secara instruksional MHI dapat dijadikan model alternatif pembelajaran menulis argumentatif. Meningkatnya keterampilan menulis argumentatif, secara bertahap akan berdampak pada perbaikan kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia, selanjutnya berpengaruh pula pada kualitas siswa. Apabila para siswa meningkat kualitasnya, maka secara alami akan meningkat pula kualitas sekolah, lalu kualitas generasi muda, dan pada akhirnya kualitas masyarakat dan bangsa Indonesia yang berperadaban tinggi dan berbudaya literat.

(19)
(20)

91

BABBIIIB

METODEBPENELITIANB

B

Dalam bab ini secara berturut-turut dibahas mengenai (1) desain

penelitian, (2) instrumen penelitian, (3) subjek penelitian, (4) pengumpulan data,

dan (5) pedoman pengolahan data.

A. DesainBPenelitianB

Dalam penelitian ini, model halaqah (MH) dirancang untuk memperbaiki

atau meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA, khususnya

pembelajaran menulis argumentatif. Model halaqah tradisional (MHT)

merupakan dasar bagi rancangan penelitian ini. Setelah MHT di

dieksperimenkan, pengaruhnya terhadap peningkatan keterampilan menulis

argumentatif siswa dianalisis. Dengan dasar hasil analisis tersebut MHT

dimodivikasi melalui proses transformasi menjadi model halaqah yang

dinamakan model halaqah ilmiah (MHI). MHI sebagai variabel independen dalam

penelitian ini diharapkan memberi kontribusi positif dan signifikan bagi

peningkatan keterampilan menulis argumentatif siswa. Keefektifan MHI

merupakan temuan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, rancangan penelitian

(21)

Dalam penelitian ini digunakan desain penelitian eksperimen dengan dua

alasan: pertama, penelitian eksperimen merupakan salah satu metode penelitian

yang paling dapat dipercaya (Iskandarwassid, 2002: 102) karena (a) eksperimen

merupakan satu-satunya tipe penelitian yang secara langsung mencoba

mempengaruhi sebuah variabel tertentu, (b) eksperimen merupakan

satu-satunya tipe penelitian yang benar-benar dapat menguji hipotesis mengenai

hubungan-hubungan sebab akibat; kedua, metode eksperimen merupakan suatu

metode yang sistematis untuk menjawab pertanyaan, “Jika sesuatu dilakukan

pada kondisi-kondisi yang dikontrol dengan teliti, maka apakah yang akan

terjadi?” (Best dalam Sanapiah, 1982: 76). Dengan metode ini, peneliti

melakukan perlakuan pada subjek tertentu kemudian mengobservasi dan/atau

mengukur pengaruh atau perubahan yang diakibatkan oleh perlakuan tersebut.

Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi MHI terhadap peningkatan

keterampilan menulis argumentatif siswa, maka dilakukanlah penelitian

eksperimen terhadap siswa kelas X SMA Kartika Kendari. Akan tetapi, sebelum

MHI diterapkan di dalam kelompok eksperimen, terlebih dahulu dilakukan kajian

dan analisis mendalam terhadap karakteristik MHI untuk mengetahui langkah

dan prosedur pelaksanaannya. Kajian dan analisis mendalam itu didasarkan pada

literatur dan bahan-bahan pustaka meliputi kajian tentang hakikat halaqah,

(22)

Setelah MHT dikonstruksi sedemikian rupa menjadi sebuah model

pembelajaran yang dapat diterapkan secara sistematis, selanjutnya dilakukan

kegiatan eksperimen kepada kelompok eksperimen yang telah ditentukan.

Perlakuan diberikan kepada sejumlah siswa yang telah dipilih berdasarkan

metode sampling tertentu.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pustaka dan

eksperimen. Metode pustaka digunakan untuk telaah dan kajian model halaqah

berdasarkan bahan-bahan pustaka. Metode eksperimen (experimental design)

digunakan untuk menguji pengaruh atau kontribusi model halaqah terhadap

keterampilan menulis argumentatif. Desain ekperimen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah bentuk Desain Kelompok Pembanding Pretes-Postes

Beracak (randomized pretest-postest comparison group design) (Sukmadinata,

2005: 205). Dalam desain ini terdapat dua kelompok perlakuan (treatment

group) atau kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol (control

treatment). Kedua kelompok eksperimen masing-masing mendapat perlakuan

yang berbeda. Kelompok pertama diberi perlakuan I berupa model halaqah

tradisional (MHT); kelompok kedua diberi perlakuan II berupa model halaqah

ilmiah (MHI). Kelompok kontrol adalah kelompok yang mendapatkan

pembelajaran konvensional.

Desain Kelompok Pembanding Pretes-Postes Beracak dalam penelitian ini

(23)

BaganB3.1BDesainBKelLmpLkBPembandingBPretes-PLstesBBeracakB

Kelompok Pretes Perlakuan Postes

Acak I O X1 O

Acak II O X2 O

Acak III O O

Di mana:

X1 = perlakuan dengan model halaqah tradisional (MHT)

X2 = perlakuan dengan model halaqah ilmiah (MHI)

O = observasi atau pengukuran variabel (pretes dan postes)

Acak I adalah kelompok yang padanya diterapkan perlakuan model halaqah

tradisional (MHT). MHT merupakan dasar model halaqah. Acak II adalah

kelompok yang padanya diterapkan perlakuan model halaqah ilmiah (MHI). MHI

merupakan model transformasi dari MHT. Acak III adalah kelompok kontrol, yaitu

kelompok konvensional yang padanya diterapkan pembelajaran konvensional.

Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasa digunakan di

sekolah tersebut yang dilakukan oleh guru bahasa Indonesia.

Untuk mengetahui keefektifan MHI yang dibuktikan dengan meningkatnya

keterampilan menulis argumentatif siswa, dilakukan uji perbedaan hasil antara

pretes dan postes pada masing-masing kelompok, lalu dicari selisih perbedaan

antara nilai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dari hasil uji perbedaan

itu dapat disimpulkan diterima atau ditolak hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini. Proses ini menggunakan program statistik SPSS.

(24)

wacana argumentatif yang dibuat oleh siswa dianalisis berdasarkan kriteria

tertentu. Aspek wacana dianalisis secara kualitatif dan aspek skor dianalisis

secara statistik.

Alur penelitian sejak awal sampai akhir dapat dijelaskan sebagai berikut.

Mula-mula dilakukan analisis realitas pembelajaran menulis argumentatif di

SMA, lalu analisis problematika pembelajaran menulis argumentatif, serta

analisis model alternatif bagi pembelajaran menulis argumentatif berupa model

halaqah (MH). Selanjutnya, dirumuskanlah desain model halaqah sebagai upaya

pengembangan model pembelajaran menulis argumentatif. Inilah yang disebut

tahap studi pendahuluan.

Tahap berikutnya adalah tahap uji empirik. Pada tahap ini, subjek

penelitian dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu kelompok I, II, dan III. Kelompok I

mendapat perlakuan I (MHT), kelompok II mendapat perlakuan II (MHI), dan

kelompok III tidak mendapat perlakuan (kelas konvensional). Sebelum diberikan

perlakuan, ketiga kelompok diberikan pretes.

Tahap terakhir adalah tahap analisis data. Pada tahap ini dilakukan uji

empirik model halaqah secara statistik. Dari hasil uji empirik diperoleh hasil

analisis data untuk menerima atau menolak hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini.

(25)

BaganB3.2BAlurBPenelitianB

B

B

B

ADABMASALAHB

TAHAPBI:BSTUDIBPENDAHULUANB

Analisis Pembelajaran Menulis di SMA

Analisis Karakteristik dan Materi Pembelajaran Menulis

Argumentatif

Analisis Karakteristik dan

Desain MHT dan MHI

TemuanBMLdelBHipLtetikBMHIB

TAHAPBIII:BANALISISBDATAB

HasilBUjiBEmpirik:B MODELBHALAQAHBILMIAHB

TAHAPBII:BUJIBEMPIRIKB

PerlakuanBIIB(MHI)B

Perlakuan Kontrol

(26)

B. InstrumenBPenelitianB

Dalam penelitian ini digunakan tiga instrumen pengumpul data, yakni (1)

perangkat tes, (2) pedoman observasi, (3) pedoman wawancara, dan (4) angket.

1. PerangkatBTesB

Untuk mendapatkan realitas keterampilan menulis argumentatif siswa,

satu-satunya sarana yang dapat digunakan adalah para siswa membuat tulisan

argumentatif. Oleh karena itu, instrumen yang digunakan untuk mencapai tujuan

penelitian ini adalah tes keterampilan menulis argumentatif. Tes yang digunakan

adalah tes subjektif. Dengan tes bentuk ini, dimungkinkan siswa menerapkan dan

menunjukkan kemampuannya, mulai kemampuan menggunakan bahasa

Indonesia, pengungkapan isi tulisan sesuai logika dan nalar masing-masing siswa,

sampai kemampuan merangkai kalimat-kalimat menjadi paragraf, lalu merangkai

paragraf menjadi wacana argumentatif.

Penggunaan tes keterampilan menulis argumentatif yang berbentuk tes

subjektif ini merupakan pilihan tes yang sulit untuk dihindari, karena tes ini

bersifat alamiah dan hasilnya akan menggambarkan secara komprehensif

pengetahuan dan sikap siswa tentang jenis tulisan argumentatif dan

pengetahuannya tentang isi atau topik yang sedang dibahasnya dalam tulisan itu.

Tes keterampilan menulis argumentatif sebagai instrumen penelitian ini

terdiri atas lima topik yang dapat dipilih salah satu oleh siswa. Topik-topik itu

(27)

kehidupan mereka dan diduga para siswa mengetahui topi-topik tersebut.

Topik-topik itu terdiri atas tema pendidikan, politik, sosial, dan budaya (lihat: Lampiran

2)

Hasil tes menulis argumentatif dinilai berdasarkan pedoman tertentu.

Pedoman yang digunakan dalam analisis hasil tes menulis argumentatif meliputi

lima aspek, yakni (1) substantif, (2) tekstual, (3) leksikal, (4) sintaksis, dan (5)

grafologis yang masing-masing memiliki rentang skor yang berbeda. Skor aspek

substantif (15 – 30), tekstual (10 – 20), leksikal (12 – 20), sintaksis (15 – 25), dan

grafologis (2-5).

Penilaian untuk seluruh aspek menulis argumentatif dibagi atas lima

peringkat, yaitu A = sangat baik (90 – 100), B = baik (80 – 89), C = cukup (70 – 79),

D = kurang (60 – 69), dan E = sangat kurang (≤ 59).

Pemeringkatan tersebut didasarkan pada standar ketuntasbelajaran

sebagaimana dikeluarkan oleh Depdiknas (2006: 72), “Kriteria ketuntasan belajar

setiap indikator dalam suatu kompetensi dasar (KD) ditetapkan antara 0% -

100%. Kriteria ideal untuk masing-masing indikator lebih besar dari 60%.”

2. PedLmanBObservasiB

Selama proses penelitian, perilaku belajar siswa diobservasi untuk

(28)

meliputi (1) kegiatan guru dan siswa (lampiran 4a dan 4b), (2) ekspresi kognitif,

emosional, dan spiritual siswa (lampiran 4c), (3) aktivitas guru (lampiran 4c).

Observasi kegiatan guru dan siswa berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan

guru dan siswa dalam menjalankan tahap demi tahap serta langkah demi langkah

model halaqah tradisional dan model halaqah ilmiah. Untuk mendapat gambaran

pengelolaan kelas terkait komunikasi dengan siswa, diobservasi pula hal-hal yang

berkaitan dengan keperluan itu (lihat: Lampiran 4d).

Observasi ekspresi siswa dimaksudkan untuk memperoleh data tentang

pengaruh penerapan model terhadap perubahan psikologis siswa. Hal-hal yang

diobservasi adalah (1) ekspresi kognitif, (2) ekspresi emosional, (3) ekspresi

spiritual.

a. EkspresiBkLgnitifB

Yang dimaksud dengan ekspresi kognitif adalah perilaku siswa yang

berhubungan dengan perkembangan kognitif, misalnya bertambahnya

keingintahuan yang diwujudkan dalam bentuk bertanya, menjawab pertanyaan

yang diajukan oleh guru atau sesama teman.

b. EkspresiBemLsiB

Ekspresi emosi adalah ekspresi perasaan yang tertuang dalam bentuk

perilaku bertambahnya perhatian, ceria, senang, dan sebagainya. Apabila Di

(29)

dalam mengikuti pelajaran, maka pembelajaran berhasil membentuk perubahan

psikologis siswa.

c. EkspresiBspiritualB

Ekspresi spiritual adalah perilaku siswa yang menunjukkan rasa tanggung

jawabnya secara spiritual, misalnya, jujur dan mandiri, tidak mencontek, tidak

mengganggu teman, berdoa, dan sebagainya.

3. PedLmanBWawancaraB

Wawancara ditujukan kepada guru bahasa Indonesia yang menerapkan

pembelajaran model halaqah. Agar wawancara dilakukan secara terarah, maka

diperlukan pedoman wawancara. Pedoman wawancara berisi daftar pertanyaan

mengenai pembelajaran model halaqah untuk meningkatkan keterampilan

menulis argumentatif yang meliputi: (1) eksistensi MH sebagai model baru, (2)

kemenarikan MH, (3) kemanfaatan MH, (4) kerumitan MH, (5) hal-hal unik dalam

implementasi MH, (6) penyosialisasian MH (lihat: Lampiran 6).

4. AngketB

Teknik angket digunakan untuk mengumpulkan data nonkuantitatif berupa

kesan, tanggapan, penilaian siswa (subjek eksperimen) tentang pembelajaran

(30)

bahwa subjek ekperimen dipandang mampu mengemukakan kesan, tanggapan,

dan penilaiannya terhadap sesuatu berdasarkan kesan yang diperoleh dari

pengalaman belajarnya.

Dalam penelitian ini, pemberian angket kepada siswa dimaksudkan untuk

mengetahui kondisi awal pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya menulis

argumentatif. Dengan demikian, angket siswa diberikan sebelum adanya

perlakuan dalam penelitian.

C. SubjekBPenelitianB

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Kartika Kota Kendari dengan jumlah

siswa sebagaimana terdapat pada tabel berikut.

TabelB3.1B

JumlahBSiswaBSMABKartikaBKendariB

NLB KelasB JumlahB

TLtalB Laki-lakiB PerempuanB

1 XII 357 187 170

2 XI 361 190 171

3 X 389 201 188

Jumlah 1107B 412B 529B

Sesuai dengan kurikulum (KTSP) yang berlaku saat ini, kompetensi dasar

menulis argumentatif dan materi menulis argumentatif dilaksanakan di kelas X

(31)

jumlah siswa kelas X sebagai subjek penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.2

berikut ini.

B TabelB3.2B

SubjekBPenelitianBSiswaBSMABKartikaBKLtaBKendari

NL.B KelasBXB JumlahB

TLtalB Laki-lakiB PerempuanB

1 X1 48 23 25

2 X2 46 22 24

3 X3 40 25 15

4 X4 45 22 23

5 X5 47 17 30

6 X6 46 25 21

7 X7 40 18 22

8 X8 39 30 9

9 X9 38 19 19

JUMLAH 389B 201 188

Sumber data penelitian adalah siswa SMA Kartika Kendari kelas X yang

berjumlah 389 orang yang terdiri atas 201 laki-laki dan 188 perempuan yang

merupakan subjek penelitian. Karakteristik populasi bersifat homogen, di mana

kelas X merupakan kelas yang akan mendapatkan materi pelajaran menulis

argumentatif dalam proses pembelajaran. Karakteristik populasi relatif homogen

dalam hal (1) seluruh siswa kelas X yang masuk di SMA ini tidak melalui seleksi

kemampuan dan tidak berdasarkan kriteria tertentu, (2) siswa kelas X belum

terbagi dalam kelas ilmu alam dan ilmu sosial, (3) sesuai kurikulum (silabus)

mata pelajaran, kelas X diharapkan memiliki kompetensi dasar menulis paragraf

(32)

Kurikulum yang digunakan di SMA saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP). Kompetensi dasar menulis argumentatif diajarkan di kelas X

semester 2, sehingga secara otomatis subjek penelitian ini adalah siswa kelas X.

Dengan demikian, siswa pada kelas X tesebut dijadikan sasaran penelitian dan

selanjutnya di sebut subjek penelitian yang menjadi sumber data penelitian.

Sesuai dengan kebutuhan penelitian, maka penelitian ini menggunakan

sampel yang ditarik dengan teknik random(random sampling). Dengan teknik ini,

diharapkan diperoleh data yang representatif.

Jumlah sampel penelitian ini adalah 104 orang yang terbagi atas kelas

kontrol sebanyak 43 orang dan kelas eksprerimen sebanyak 60 orang. Kelas

eksperimen dibagi atas dua kelompok, yaitu 40 orang untuk dua halaqah

tradisional dan 20 orang untuk satu halaqah ilmiah.

D. PengumpulanBDataB

1. TeknikBPengumpulanBdataB

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu data

kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif berupa skor hasil penilaian

terhadap tulisan argumentasi siswa yang meliputi aspek substantif, aspek

tekstual, aspek sintaktis, aspek leksikal, dan aspek grafemis. Data kualitatif

berupa (a) hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran model halaqah

(33)

tulisan argumentasi siswa sebelum proses perlakuan (pretes) dan sesudah proses

perlakuan (postes), (c) tanggapan guru tentang pembelajaran model halaqah.

Untuk memperoleh kedua macam data tersebut, digunakan empat teknik

pengumpulan data, yaitu (1) teknik tes, (2) teknik observasi, (3) teknik

wawancara, dan (4) teknik angket.

Teknik tes digunakan untuk memperoleh data berupa keterampilan

menulis argumentatif. Tes yang digunakan adalah tes subjektif yang dilakukan

sebanyak dua kali, yaitu sebelum proses perlakuan dengan MH dan sesudah

perlakuan dengan MH. Teknik observasi digunakan untuk memperoleh data

kualitas pembelajaran model halaqah untuk peningkatan keterampilan menulis

argumentatif.

2. PrLsedurBPengumpulanBdataB

Dalam pengumpulan data, ada beberapa tahap kegiatan yang dilakukan,

yaitu (1) tahap studi pendahuluan, (2) tahap uji empirik, dan (3) tahap analisis

data.

a. TahapBStudiBPendahuluanBB

Pada tahap studi pendahuluan, kegiatan yang dilakukan adalah

mengumpulkan informasi awal berupa kondisi pembelajaran menulis di SMA.

(34)

permasalahan yang dialaminya dalam menulis argumentatif. Untuk keperluan

itu, siswa diberi angket yang berisi daftar tanyaan tentang pengalaman dan

persepsinya serta permasalahan yang dialami dalam mengikuti pembelajaran

menulis (lihat: Lampiran 3). Kondisi yang diperoleh melalui angket itu lalu

dianalisis dan ditafsirkan untuk menghasilkan kesimpulan awal ada tidaknya

permasalahan dalam pembelajaran menulis di sekolah.

Hal-hal yang dilakukan pada tahap pendahuluan ini adalah sebagai berikut.

1) Melakukan pendekatan dan koordinasi dengan kepala SMA Kartika dan

guru bahasa Indonesia serta siapa saja yang diperkirakan terlibat baik

langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh izin, dukungan, dan

kerja sama yang baik dalam melaksanakan penelitian dan pemakaian

fasilitas kelas yang dibutuhkan dalam penelitian.

2) Menyusun panduan kerja secara menyeluruh sesuai dengan tahap dan

langkah penelitian eksperimen di sekolah. Dalam kegiatan ini, guru-guru

Bahasa Indonesia di SMA Kartika ikut dilibatkan. Panduan kerja yang

telah disusun, lalu dikonsultasikan kepada promotor untuk

mendapatkan persetujuan secara keilmuan.

3) Mengadakan sosialisasi kegiatan kepada siswa dan guru berupa

perkenalan dan pengenalan kegiatan secara umum yang akan dilakukan

di sekolah mereka. Tujuan dan gambaran umum kegiatan yang akan

(35)

4) Menyebarkan angket siswa untuk memperoleh informasi awal tentang

kondisi pembelajaran dan permasalahannya.

5) Menginventarisasi kelas X SMA Kartika sebagai subjek penelitian,

menetapkan sampel, dan membagi subjek menjadi tiga kelompok, yaitu

dua kelompok perlakuan dan satu kelompok kontrol.

6) Meminta kesediaan guru Bahasa Indonesia SMA Kartika dan dua orang

tenaga pembantu untuk menjadi pelaksana eksperimen model halaqah

tradisional dan model halaqah ilmiah. Guru dan tenaga pembantu

tersebut diperkenalkan dengan model pembelajaran halaqah dalam

sebuah kegiatan orientasi.

7) Menyusun jadwal pelaksanaan eksperimen, observasi, wawancara, dan

tes.

8) Membahas instrumen (angket, pedoman observasi, dan pedoman

wawancara).

9) Menyiapkan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dan RPP

(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) menulis argumentatif.

10) Menyiapkan tes hasil belajar untuk mengukur kompetensi dasar

menulis argumentatif siswa (pretes dan postes).

11) Menyusun desain pembelajaran model halaqah, mengujicobakan

model, dan memodifikasinya untuk pembelajaran menulis argumentatif.

(36)

a) Studi literatur tentang model halaqah, merekonstruksi model, dan

menyusunnya sesuai tujuan penelitian.

b) Mengkaji silabus Bahasa Indonesia SMA untuk menentukan kelas,

semester, kompetensi dasar dan standar kompetensi, materi

pembelajaran, indikator, dan alokasi waktu.

c) Menyusun kegiatan pembelajaran di kelas dan/atau di luar kelas

sesuai dengan kebutuhan penerapan model halaqah.

b. TahapBUjiBEmpirikB

Setelah tahap studi pendahuluan selesai, selanjutnya masuk pada tahap uji

empirik. Tahap ini dimaksudkan untuk menguji keefektifan model halaqah untuk

pembelajaran menulis argumentatif. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada

tahap ini sebagai berikut.

1) Melaksanakan pretes pada ketiga kelompok, yaitu kelompok

eksperimen I dan II, serta kelompok kontrol.

2) Melaksanakan perlakuan I (MHT).

3) Melaksanakan perlakuan II (MHI).

4) Melaksanakan observasi selama proses penerapan model baik pada

MHT dan MHI maupun pada MKonv.

5) Melaksanakan postes. Tes ini dilaksanakan ketika seluruh rangkaian

perlakuan telah selesai dengan tujuan untuk mengukur pengaruh

(37)

6) Melaksanakan wawancara dengan guru yang menerapkan model

halaqah segera setelah selesainya seluruh tahapan perlakuan MHT dan

MHI.

3. PedLmanBPengLlahanBDataB

Data hasil penelitian berasal dari hasil tes, hasil observasi, dan hasil

wawancara. Data hasil tes keterampilan menulis argumentatif berupa tulisan

argumentatif karangan siswa merupakan data yang merepresentasikan

keterampilan menulis siswa. Untuk menganalsis data hasil tes ini, penulis

merujuk pada model penilaian program ELS Composition Profile (Jacobs, Holly L

dkk., 1981 yang diadaptasi sebagai berikut.

TabelB3.3B

Sangat memahami: memuat elemen pokok (pernyataan, alasan, pembenaran) dan elemen pelengkap (pendukung, modal, sanggahan) secara lengkap, relevan dengan permasalahan.

23 – 26 Baik Memahami: memuat elemen pokok dan

pelengkap, tetapi tidak lengkap.

19 – 22 Cukup Cukup memahami: memuat elemen pokok,

terbatas, dan tidak lengkap

15 - 18 Kurang Kurang memahami: tidak ada pernyataan,

alasan, pembenaran, pendukung, modal

(38)

1B 2B 3B 4B

Sangat tertata, tersusun, dan teratur dengan baik, urutan logis, ada paragraf pembuka, isi, dan penutup. urutan tidak logis, tidak memenuhi kriteria tulisan argumentasi.

Leksikal (Kosa kata)

18 – 20 Sangat

baik

Sangat kaya kosa kata, pilihan kata dan ungkapan tepat, sangat menguasai pembentukan kata.

14 – 17 Baik

Kaya kosa kata, diksi dan ungkapan tepat, ada

kesalahan penggunaan kata tetapi tidak

mengganggu makna.

14 – 15 Cukup Miskin kosa kata, penggunaan diksi dan

ungkapan kurang tepat, tidak menguasai pembentukan kata.

12 – 13 Kurang Asal tulis, pengetahuan rendah.

Sintaksis (Kalimat)

23 – 25 Sangat

baik

Sangat menguasai tata bahasa, sangat sedikit kesalahan penggunaan kata dan penyusunan kalimat, efektif, makna jelas.

20 – 22 Baik Kalimat sederhana, efektif, ada kesalahan tetapi tidak mengaburkan makna.

17 – 19 Cukup Ada kesalahan, makna membingungkan.

15 – 16 Kurang Banyak kesalahan, tidak komunikatif, tidak layak

nilai.

Sangat menguasai penulisan kata, huruf, dan ejaan, sangat sedikit kesalahan.

4 Baik Ada sedikit kesalahan ejaan, tetapi tidak

mengaburkan makna.

3 Cukup Banyak kesalahan penulisan kata dan ejaan.

2 Kurang Tulisan sulit dibaca, tidak menguasai penulisan kata dan ejaan.

Skor

Nilai Akhir Penilai:

(39)

a. AnalisisBAspekBKebahasaanBArgumentatifB

Yang dimaksud dengan analisis aspek kebahasaan adalah analisis secara

kualitatif data yang berupa tulisan atau karangan argumentatif siswa. Analisis ini

dimaksudkan untuk memperoleh gambaran atau deskripsi tentang karangan

argumentatif yang ditulis oleh siswa yang meliputi aspek (a) substantif, (b)

tekstual, (c) leksikal, (d) sintaktis, dan (e) grafologis.

1) AnalisisBAspekBSubstantifB

Aspek substantif dalam wacana argumentatif mengacu pada isi wacana

yang menyangkut elemen pokok dan elemen pelengkap wacana argumentatif.

Elemen pokok meliputi pernyataan, alasan, dan pembenaran; sedangkan elemen

pelengkap meliputi pendukung, modal, sanggahan. Indikator aspek substantif

memiliki subindikator dapat dilihat pada tabel berikut.

TabelB3.4B

Baik: indikator inti ada; sebagian atau semua

Pembenaran a. Ada pembenaran

b. Tidak ada pembenaran

Pendukung a. Ada pendukung

(40)

b. Tidak ada modal

Sanggahan a. Ada sanggahan

b. Tidak ada sanggahan

Analisis aspek substantif ini dilakukan dengan cara:

1) Mendaftar judul karangan.

2) Menganalisis karangan berdasarkan elemen pokok dan elemen

pendukung.

3) Menyimpulkan karangan, termasuk kategori karangan argumentatif

atau bukan.

2) AnalisisBAspekBTekstualB

Aspek tekstual mengacu pada organisasi tulisan argumentatif yang terdiri

atas pembukaan, isi, dan penutup. Dalam memaparkan keterampilan menulis

argumentatif siswa dalam aspek tekstual ini diperhatikan unsur-unsur

pengembangan paragraf, hubungan antarparagraf, baik dari segi isi (kohesi)

maupun dari segi bentuk (koherensi).

Dalam menganalisis aspek tekstual ini, indikator yang digunakan dapat

(41)

TabelB3.5B

Analisis aspek tekstual dilakukan dengan cara:

a) Memilih karangan kategori argumentatif yang ditandai oleh hadirnya

elemen pokok dan elemen pendukung.

b) Menganalisis dan memaparkan komposisi karangan, pengembangan isi,

(42)

3) AnalisisBAspekBLeksikalB

Aspek leksikal mengacu pada penggunaan kosa kata dan ungkapan dalam

tulisan siswa. Indikator analisis leksikal meliputi kebakuan kata dan keumuman

kata. Masing-masing indikator memiliki subindikator sebagaimana tertera pada

tabel berikut.

TabelB3.6B

IndikatLrBAnalisisBAspekBLeksikalB

IndikatLrB SubindikatLrB KeteranganB

1B 2B 3B

Kebakuan Kata a. Kata-kata baku

b. Kata-kata tidak baku

SangatBbaik: kaya kosa kata baku, ungkapan tepat,

menguasai pembentukan kata Baik: kosa kata baku, ungkapan tepat, ada kata tidak baku tetapi tidak mengganggu makna Cukup: miskin kosa kata,

banyak kata tidak baku, ungkapan yang kurang tepat Kurang: asal tulis, pengetahuan rendah

Analisis aspek leksikal dilakukan dengan cara:

1) Mencatat dan menghitung kata-kata tidak baku dan tidak sesuai

dengan topik tulisan.

2) Menganalisis kebakuan kata.

3) Menyimpulkan keseluruhan pemakaian kebakuan kata dalam tulisan

(43)

4) AnalisisBAspekBSintaktisB

Analisis aspek sintaksis mengacu pada penggunaan kalimat dalam wacana

argumentatif karangan siswa. Indikator penganalisisan aspek sintaktis ini

meliputi unsur-unsur utama penggunaan kalimat efektif dalam wacana, yaitu (1)

kesepadanan, (2) keparalelan, (3) penegasan, (4) kecermatan, (5) kehematan, (6)

kelogisan. Indikator dan subindikator aspek sintaksis dapat dilihat pada tabel

berikut.

TabelB3.7B

IndikatLrBAnalisisBAspekBSintaktisB

IndikatLrB SubindikatLrB KeteranganB

1B 2B 3B

Kesepadanan a. Subjek dan predikat jelas

b. Tidak mengandung subjek

Keparalelan a. Unsur-unsur setara

b. Unsur-unsur tidak setara

Penegasan a. Mendahulukan unsur yang

ditonjolkan

b. Urutan kata bertahap

c. Pengulangan

d. pertentangan

Kehematan a. Menghindari pengulangan

subjek

b. Menghindari pemakaian

superordinat

c. Menghindari kesinoniman

kata dalam satu kalimat

d. Tidak menjamakkan

kata-kata yang berbentuk jamak

Kelogisan a. Dapat dinalar

(44)

5) AnalisisBAspekBGrafLlLgisB

Analisis aspek grafologis mengacu pada ketepatan penggunaan EYD bahasa

Indonesia. Rujukan utama aspek ini adalah Pedoman Umum Ejaan yang

Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Indikator aspek

grafemis adalah (1) penulisan kata dan istilah, (2) pemakaian huruf, (3)

Penulisan Kata a. Kata dasar

b. Kata turunan

Penulisan Huruf a. Pada awal kalimat

b. Pada nama diri

Untuk menganalisis aspek grafologis ditempuh cara:

1) Mencatat dan menghitung penggunaan kata, pemakaian huruf dan tanda

(45)

2) Memaparkan kesalahan aspek grafologis.

E. UjiBHipLtesisB

Pengolahan nilai tulisan atau karangan argumentatif menggunakan operasi

SPSS (statistical product and service solution) versi 17.0. Sebelum diolah secara

statistik, sifat data-data tersebut terlebih dahulu dari segi distribusinya (normal

tidaknya) dan kehomogenannya. Uji normalitas dan uji homogenitas

berkonsekuensi pada penggeneralisasian hasil penelitian. Hanya data yang

memiliki distribusi normal dan homogenlah yang dapat digeneralisasi hasilnya.

1. UjiBBNLrmalitasBDistribusiBPLpulasiB

Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah distribusi nilai, baik

pretes maupun postes, berdistribusi normal atau tidak. Melalui SPSS, uji

normalitas menggunakan uji Kolmogorov Smirnov dan Saphiro Wilk. Kriteria

pengambilan keputusannya adalah

1) Jika nilai probabilitas atau signifikansi lebih kecil dari taraf kepercayaan

0,05, maka populasi data berdistribusi tidak normal.

2) Jika nilai probabilitas atau signifikansi lebih besar dari taraf kepercayaan

(46)

2. UjiBHLmLgenitasB

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kehomogenan antara data

prestasi hasil pretes dengan postes, baik data pada kelompok perlakuan maupun

data pada kelompok kontrol. Dalam operasi SPSS, uji homogenitas digunakan

analisis varian kovarian atau uji ANOVA oneway. Kriteria pengambilan

keputusannya adalah

1) Apabila nilai sig. lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05, maka data

dinyatakan tidak homogen.

2) Apabila nilai sig. lebih besar dari taraf signifikansi 0,05, maka data

dinyatakan homogen.

Apabila uji ANOVA mengalami kendala pada taraf signifikansi tertentu,

maka uji homogenitas masih bisa dilakukan dengan uji Barlett.

3. UjiBBSignifikansiB

Uji signifikansi atau pengujian hipotesis dimaksudkan untuk mengetahui

keefektifan model halaqah ilmiah (MHI) untuk pembelajaran menulis

argumentatif bahasa Indonesia. Melalui uji signifikansi ini, hipotesis dinyatakan

diterima atau ditolak. Untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel

independen menggunakan uji Mann-Whitney atau dalam istilah statistik

parametrik disebut uji t. Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini, digunakan

(47)

BABBVBB

PEMBAHASANBHASILBPENELITIANB

Bahasan dalam bab ini berspa analisis mengenai temsan-temsan

penelitian. Temsan-temsan tersebst merspakan jawaban atas rsmssan

masalah penelitian sebagaimana dikemskakan pada Bab I bagian B poin 2. Oleh

karena its, hal-hal yang akan dibahas pada bagian ini adalah (1) hasil belajar

siswa sebelsm dan sessdah penerapan model, (2) keefektifan model halaqah

ilmiah (MHI), (3) ksalitas implementasi model, dan (4) perbaikan model.

A. PembahasanBHasilBBelajarByangBDiperolehBSebelumBdanBSesudahBPenerapanB

ModelBHalaqahB

1. AnalisisBHasilBBelajarBSebelumBPenerapanBMHB

Data hasil belajar yang akan dianalisis pada bagian ini adalah tslisan

argsmentatif yang dibsat oleh siswa kelas eksperimen halaqah ilmiah. Secara

ksalitatif, tslisan argsmentatif yang dibsat oleh siswa pada tes awal dapat

dikemskakan sebagai berikst.

b.BAnalsisBKomponenBSubstantifB

Dari segi ssbstansi tslisan atas karangan argsmentasi, hasil karangan siswa

pada tes awal belsm mensnjskkan kategori jenis karangan argsmentasi. Delapan

(48)

Akibatnya, karangan yang ditslis oleh siswa hanya massk pada kategori eksposisi,

deskriptif, atas narasi.

Pada tes awal (praperlaksan), dari 20 siswa, ksalitas keterampilan siswa

dalam menslis argsmentatif terkategorikan kurang sebanyak 18 orang (90%) dan

kategori cukup hanya 2 orang (10%). Dengan kategori kurang, berarti tslisan

siswa belsm memenshi kriteria sebagai karangan argsmentatif, karena tidak

memsat elemen pokok maspsn elemen pendsksng. Kategori cukup, berarti

tslisan yang dibsat siswa memenshi kriteria sebagai tslisan argsmentatif, yaits

memsat elemen pokok berspa pernyataan sikap dan alasan tanpa pembenaran.

b. AnalisisBKomponenBTekstualB

Pada tes awal, walaspsn secara ssbstansi belsm dapat dikategorikan

sebagai tslisan argsmentatif, namsn secara tekstsal ssdah terlihat snssr-snssr

pendahslsan, isi, dan penstsp atas kesimpslan. Tampaknya, pola tslisan siswa

belsm terbentsk menjadi bagian pendahslsan, isi, dan kesimpslan secara stsh.

Pada smsmnya, siswa tidak mengalami kendala dalam membsat

pendahslsan, karena semsa tslisan selals mengacs pada realitas kehidspan

nyata dengan cara menceritakan realitas kekinian. Akan tetapi, pada bagian isi

tslisan, rata-rata tslisan siswa belsm mensnjskkan kajian atas bahasan yang

memenshi kriteria argsmentatif. Demikian jsga pada bagian kesimpslan atas

(49)

Pada bagian pendahuluan atas pembukaan tslisan, selals dinyatakan

dengan frase berikst:

caat ini ....

Dewasa ini ....

Kita saksikan bahwa saat ini ....

... sudah tidak asing lagi ....

... sekarang ini sedang marak-maraknya ....

Di zaman sekarang ...

... sekarang ini ....

Adapsn pada bagian penstsp atas kesimpslan, tslisan siswa belsm

memperlihatkan ketepatan penyimpslan sebsah tslisan. Kebanyakan akhir

tslisan siswa masih mengambang, karena belsm hadirnya kesimpslan.

Secara keselsrshan, tslisan siswa yang ssdah mengarah kepada strsktsr

yang baiksebanyak 15%, cukupsebanyak 60%, dan kategorikurangsebanyak 25%.

Analisis aspek tekstsal dengan fakta seperti tersebst di atas, dapat menjadi

sebsah bahan pertimbangan bahwa tindak lanjst yang dapat dilakskan gsrs

pada saat pembelajaran tslisan argsmentatif melalsi model halaqah adalah

pengarahan fokss pada bagian isi dan penutup atas kesimpulan. Adapsn bagian

pendahuluan, csksp dengan pengarahan secara baik pada langkah pembelajaran

lintasan pikiran.

(50)

c. AnalisisBKomponenBLeksikalB

Dalam analisis komponen leksikal ini, yang diperhatikan adalah ketepatan

penggsnaan kosa kata dan aspek kebaksan kata yang digsnakan. Dari 20 tslisan

siswa pada tes awal, selsrshnya ditemskan kesalahan berspa penggsnaan kosa

kata nonbaks dan penggsnaan ragam bahasa lisan dalam tslisan. Delapan belas

(90%) tslisan siswa menggsnakan kosa kata nonbaks. Kosa kata nonbaks

tersebst tampaknya dipengarshi oleh gaya bahasa lisan yang dimasskkan ke

dalam tslisan. Dalam tslisan yang berkode T.Aw. 10 terdapat kalimat, “… sekali

nyontek maunya nyontek terus dech”. Pada tslisan dengan kode T.Aw. 14 dan 15

memang tidak ditemskan kosa kata nonbaks, tetapi kedsa tslisan tersebst

terkategori sangat miskin kosa kata.

Sebagaimana diketahsi bahwa tslisan argsmentaif adalah tslisan ragam

ilmiah, maka konseksensinya, seorang penslis dalam membsat tslisan

argsmentatif membstshkan pengalaman ilmiah yang diwsjsdkan dalam bentsk

kata-kata dan istilah-istilah denotatif. Ssdah barang tents, pemerolehan kosa

kata ilmiah harsslah melalsi forsm-forsm ilmiah atas bahan-bahan bacaan

ilmiah.

d. AnalisisBKomponenBSintaktisB

Komponen sintaksis yang dianalisis berkaitan dengan keefektifan kalimat

melipsti aspek kesepadanan, keparalelan, penegasan, kehematan, dan kelogisan.

(51)

tslisan atas 15% (T.Aw.05, 07, dan 20); kategori csksp sebanyak 15 tslisan atas

75% (T.Aw. 01, 02, 03, 04, 06, 08, 09, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 17, dan 19); kategori

ksrang sebanyak dsa tslisan atas 10% (T.Aw. 14 dan 18).

Pada tes awal ini, secara smsm terlihat bahwa keterampilan siswa dalam

membsat kalimat efektif belsm csksp yaits sebanyak 75%. Dengan demikian,

diperlskan penjelasan yang lebih detil tentang kalimat efektif di dalam halaqah.

e. AnalisisBKomponenBGrafologisB

Analisis komponen grafologis pada tes awal ditemskan 20 (100%) tslisan

yang mengandsng kesalahan.

Berdasarkan kriteria komponen grafologis, dari 20 siswa pada tes awal,

sebanyak 2 orang (10%) termassk kategori baik, 11 orang (55%) termassk

kategori csksp, dan tsjsh orang (35%) termassk kategori ksrang.

2. AnalisisBHasilBBelajarBSesudahBPenerapanBMHIB

Sebsah pertanyaan penting sntsk dijawab sehsbsngan dengan penerapan

model halaqah ilmiah (MHI) dalam penelitian ini adalah “apakah MHI dapat

meningkatkan keterampilan menslis argsmentatif?”. Untsk menjawab

pertanyaan ini, dibstshkan dsa hal, yaits membandingkan hasil tes keterampilan

menslis argsmentatif pada pretes dan postes dan melakskan sji signifikansi

(52)

Penganalisisan hasil belajar siswa pascapenerapan MHI pada tes akhir,

sebagaimana pada tes awal, didasarkan pada komponen kebahasaan tslisan

argsmentatif. Komponen yang dimakssd adalah (1) ssbstantif, (2) tekstsal, (3)

leksikal, (4) sintaksis, dan (5) grafologis. Analisis tslisan siswa pada tes akhir

dikemskakan sebagai berikst.

a. AnalisisBKomponenBSubstantifB

Dari komponen ssbstantif, keterampilan menslis argsmentatif siswa pasca

penerapan MHI mengalami peningkatan yang signifikan. Pada tes akhir ini, dari

20 tslisan, hanya sats (5%) tslisan yang berkategori ksrang, yaits tslisan yang

berkode T.Akh.11. Keksrangan tersebst dikarenakan tidak adanya pernyataan

sikap. Akan tetapi, dari topik yang diangkatnya mensnjskkan adanya

kontroversial, yaits tentang Kebiasaan Merokok. Sebanyak 11 (55%) tslisan

berkategori sangat baik, di mana pada tslisan-tslisan tersebst (T.Akh.01, 02, 04,

06, 07, 10, 12, 13, 15, 17, dan 19) telah memsat elemen pokok dan elemen

pendsksng.

b. AnalisisBKomponenBTekstualB

Pada komponen tekstsal terkait aspek ketepatan ragam tslisan pada tes

akhir, dari 20 tslisan, 19 (95%) tslisan merspakan ragam argsmentatif. Hal ini

berbanding terbalik dengan hasil belajar pada tes awal, yaits 19 (95%) tslisan

bskan termassk tslisan argsmentatif. Pada tes akhir hanya sats (5%) tslisan yang

(53)

tidak ada pernyataan sikap, padahal di sana-sini dikemskakan argsmen-argsmen

dari realitas yang disampaikan di awal tslisan.

Pada aspek strsktsr atas organisasi tslisan, secara konsisten semsa tslisan

(100%) mengandsng bagian pembska atas pendahslsan, isi, dan penstsp atas

kesimpslan.

c. AnalisisBKomponenBLeksikalB

Dari hasil tes akhir diperoleh data pada komponen keterampilan memilih

kata (leksikal) siswa pada aspek kebaksan kata sebagai berikst.

Penggsnaan kata tapi berksrang intensitasnya, yang lebih banyak

digsnakan adalah kata tetapi. Walasn psn dari segi kebaksan penggsnaan kata

tapi merspakan sats kesalahan, tetapi tidak mengganggs makna. Oleh karena

its, dari segi indikator penilaian masih dapat dikategorikan baik.

d. AnalisisBKomponenBSintaktisB

Pada analisis komponen sintaksis, masih ditemskan kesalahan pemakaian

kalimat pada aspek kesepadanan, khssssnya kesalahan ketidakjelasan ssbjek.

Hal disebabkan oleh penggsnaan penggsnaan kata penghsbsng tetapi pada awal

kalimat (T.Akh.01, 04, dan 10).

Ditinjas dari komponen sintaksis, dari 20 tslisan pada tes akhir, termassk

kategori sangat baik sebanyak delapan (40%) tslisan (T.Akh.01, 02, 04, 06, 07, 08,

(54)

hasil belajar keterampilan menslis argsmentatif siswa pada komponen sintaksis

mensnjskkan adanya peningkatan dibandingkan dengan tes awal.

e. AnalisisBKomponenBGrafologisB

Pada komponen grafologis, tslisan argsmentatif siswa dianalsis dari segi

penggsnaan ejaan, dalam hal ini Ejaan yang Disempsrnakan (EYD).

Dari kesalahan grafologis pada tabel 5.5 tersebst, diperoleh informasi

bahwa kesalahan penggsnaan ejaan dari 10 aspek kesalahan disebabkan oleh (1)

ketidaktaatasasan atas ketidakkonsistenan dalam menggsnakan kosa kata

tertents, (2) ketiadaan pengetahsan yang memadai atas ketidakmengertian

tentang kaidah EYD, dan (3) ketidaktahsan konsep dasar sebsah bentsk.

Ketidaktaatasasan penggsnaan kaidah bahasa Indonesia dapat dibsktikan

dengan, misalnya, penggsnaan bentsk kata yang bersbah-sbah (tapi dan tetapi,

karna dan karena), pengslangan kata (anak’’ dan anak-anak, orang’’ dan

orang-orang). Adapsn kesalahan yang disebabkan oleh ketidakmengertian siswa

terhadap kaidah bahasa Indonesia (EYD) dapat dibsktikan dengan penslisan atas

pemakaian hsrsf, kata, atas tanda baca yang asal jadi, misalnya strees, sex,

tehnologi.Kesalahan yang disebabkan oleh ketidakpahaman terhadap konsep

kaidah bahasa, misalnya sslit membedakan cara penslisan awal di- dan

(55)

Ditinjas dari komponen grafologis, dari 20 tslisan argsmentatif siswa,

berkategori baik sebanyak 15 (75%) tslisan dan berkategori csksp sebanyak 5

(25%) tslisan, serta tidak sats psn yang mencapai kategori sangat baik.

Secara keselsrshan, keterampilan menslis argsmentatif siswa

pascaperlaksan atas penerapan model, baik its model konvensional, model

halaqah tradisional, maspsn model halaqah ilmiah mensnjskkan peningkatan

dalam semsa komponennya. Hal ini dapat dilihat pada meningkatnya ksalitas

tslisan dari berbagai komponen kebahasaan. Untsk mendapat gambaran yang

lebih jelas tentang peningkatan ksalitas keterampilan menslis argsmentatif

siswa pada semsa kelompok, dapat dilihat pada tabel berikst.

TabelB5.1B

PerbandinganBKualitasBKeterampilanBMenulisBArgumentatifB

NoB ModelB TesBAwalB TesBAkhirB

1 MHI 69.75 (Ksrang) 90.25 (Sangan baik) 2 MHT 67.4 (Ksrang) 84.3 (Baik) 3 Mkonv. 62.591 (Ksrang) 71 (Csksp)

Tabel 5.6 memperlihatkan adanya peningkatan keterampilan menslis

argsmentatif sebagai pengarsh atas dampak dari perlaksan model yang secara

bertsrst-tsrst pada MHI dari peringkat kurang menjadi sangat baik, MHT dari

(56)

B. KeefektifanBMHIB

Untsk mengetahsi keefektifan MHI perls dilakskan sji hipotesis yang

dalam penelitian ini digsnakan sji statistik parametrik dengan menggsnakan

software atas program SPSS versi 17. Sebelsm dilakskan sji hipotesis, data-data

yang diperoleh dari tes keterampilan menslis argsmentatif terlebih dahsls disji

sifat normalitas dan homogenitasnya.

Uji normalitas dimakssdkan sntsk mengetahsi apakah data yang akan

diolah terdistribssi normal atas tidak. Uji normalitas pada kelompok data tes

awal dan tes akhir MHI, MHT, dan MKonv. mensnjskkan bahwa data-data

tersebst terdistribssi normal. Dengan demikian, data telah memenshi syarat

sntsk diolah lebih lanjst.

Uji homogenitas dimakssdkan sntsk memperlihatkan bahwa dsa atas

lebih kelompok data sampel berasal dari popslasi yang memiliki variansi yang

sama. Harga sig. (sinifikansi) yang diperoleh dari perhitsngan (x2hitung)

selanjstnya dibandingkan dengan x2 dari tabel (x2tabel ), bila sig. yang

diperoleh<x2tabel (0,05) maka data berasal dari popslasi yang mempsnyai varian

tidak serspa (tidak homogen). Jika sig. yang diperoleh > 0,05 maka data berasal

dari popslasi yang mempsnyai varian yang serspa (homogen). Hasil sji

homogenitas semsa data mensnjskkan adanya sifat homogenitas pada

(57)

Uji hipotesis dilakskan dengan analisis varian dan kovarian dan analisis

perbedaan dsa rata-rata. Analisis varian dan kovarian terhadap MHI dengan

MKonv., MHI dengan MHT, MHT dengan MHI mensnjskkan adanya perbedaan

hasil yang signifikan pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05). Ini memberi

informasi adanya pengarsh perlaksan terhadap peningkatan keterampilan

menslis argsmentatif baik pada halaqah ilmiah, halaqah tradisional, maspsn

pada kelas konvensional.

Analisis perbedaan rata-rata ketiga kelompok mensnjskkan bahwa

hipotesis yang diajskan dapat diterima pada tingkat kepercayaan 95%. Hipotesis

yang diajskan berbsnyi: keterampilan menulis argumentatif siswa meningkat

secara signifikan pada pembelajaran MHI dibandingkan dengan MHT dan

Mkonv. dan pembelajaran MHT dibandingkan dengan Mkonv. diterima.

Peningkatan skor rata-rata keterampilan menslis dapat dilihat pada tabel

berikst.

TabelB5.2B

PerbedaanBNilaiBRata-rataBKeterampilanBMenulisBArgumentatifB

ModelB Rata-rataBHasilBTesBAkhirB

Konvensional 72,60

Halaqah Tradisional 84,30

(58)

Meningkatnya skor rata-rata pada MHI, MHT, dan MKonv. mensnjskkan

pengarsh perlaksan. Tabel 5.1 menggambarkan adanya pengarsh MHI lebih baik

daripada MHT dan MKonv. Hal ini ditopang oleh perbedaan Gain, baik Gain per

individs maspsn Gain antarmodel sebagai berikst.

(59)

1B 2B 3B 4B 5B 6B 7B 8B 9B 10B

Jsmlah 1395B 1805B 2694 3372 2754B 3122B

Rata-rata 69.75B 90.25B 67.4B 84.3B 64B 73B

Sumber:BKapitulasiBJumlahBSkorBHasilBTesBKeterampilanBMenulisB ArgumentaifB

Dari Gain per siswa pada pretes dan postes diperoleh rata-rata: Mkonv.=

8,56; MHT = 16,95; dan MHI = 20,5. Ini mensnjskkan bahwa semsa model

pembelajaran yang digsnakan dalam penelitian ini memperlihatkan adanya

peningkatan keterampilan menslis argsmentatif dengan peringkat yang

berbeda-beda.

Gambar

tabel berikut.
Tabel 5.6 memperlihatkan adanya peningkatan keterampilan menslis

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan bapak H. Nasrun selaku Ketua Fraksi Partai Golongan Karya pada hari Rabu tanggal 18 September 2008 di ruangan Kerja Kantor Dewan,

Dalam penelitian ini dilakukan identifikasi permukiman kumuh menggunakan indikator kementrian pekerjaan umum dan perumahan rakyat dengan metode skoring yang mampu

1) Melaksanakan kegiatan bantuan Pengadaan Alat Praktik dan Peraga Siswa PAUD Taman Kanak-Kanak / Kelompok Bermain sesuai dengan pengajuan yang disetujui

Dengan adanya suatu sistem kendali yang terdistribusi maka semua proses yang dikendalikan dengan menggunakan sistem kendali terdistribusi akan dapat mendistribusikan kontrol ke

kadar air kondisi jenuh (saturasi). Pcrcobaan dimodelkan dengan kolom infiltrasi, dengan 4 elekroda pada tiap sis1 kiri dan kanan. Hasil pcrcobaan menunjukkan

(2012), kemampuan pupuk organik murni walaupun kuantitasnya sangat sedikit tetapi mampu memberikan pengaruh besar pada tanah yang bisa bermanfaat untuk merangsang

Perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini terdiri atas 4 variasi konsentrasi filtrat bakteri endofit kitinolitik (0 ml, 0,5 ml, 1 ml dan 1,5 ml) dan 3 variasi jenis

Jika tingkat pendapatan responden tinggi dengan pola gaya hidup juga terbilang boros maka perilaku berutang dari responden juga tidak akan berpengaruh atau