PERANAN KEPALA SEKOLAH DALAM UPAYA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN MELALUI KONSEP
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (Studi Kasus pada SLTP Swasta Kota Bandung)
Thesis
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperolehGelar Magister Pendidikan
Program Studi Administrasi Pendidikan
Oleh:
RM IMAM I. TUNGGARA NIM 999526
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN (S2)
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis dengan judul "Peranan kepala
sekolah dalam Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (Studi Kasus pada SLTP Swasta di Kota Bandung)" ini beserta
seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan
penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran atas etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim terhadap
keaslian karya saya ini.
Bandung, September 2001 Yang membuat pernyataan,
Disetujui dan disyahkan oleh Pembimbing
Pembimbing I
Ol
Prof. DR. H. Abdul Azis Wahab, MA.
Prof. DR. H. Djaman Satori, MA.
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN (S2) PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
LEMBAR PERSETUJUAN
Mengetahui/mengesahkan/menyetujui
Ketua Program Studi Atilministrasi Pendidikan
PPS Universitas Pendidikan Indonesia
Bandung
Prof. DR. H. Abiin Svamsudm Makmun, MA
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN (S2) PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
ABSTRAK
Tesis ini berjudul Peranan Kepala Sekolah dalam Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (Studi Kasus pada SLTP Swasta di Kota Bandung). Fokus penelitiannya : pada kinerja Kepala Sekolah dalam upaya-upaya peningkatan mutu pendidikan dengan pendekatan manajamen berbasis sekolah. Adapun yang dibahas berkaitan dengan fokus penelitian meliputi: (1) Pemahaman kepala sekolah tentang manajemen berbasis sekolah (2) Visi Kepala Sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan melalui konsep manajemen berbasis sekolah (3) Upaya-upaya yang dilakukan Kepala Sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan (4) Analisis SWOT.
Penelitian ini mempergunakan metode kualitatif dengan menggunakan data yang ada untuk memperoleh makna yang mendalam. Pengumpulaan data dilakukan melalui studi, observasi, wawancara, dokumentasi, dan diskusi tentang upaya-upaya dalam peningkatan mutu pendidikan. Data tersebut diolah dan dianalisa selama kurun waktu pengumpulan data.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa pemahaman Kepala Sekolah tentang manajemen berbasis sekolah pada umumnya telah dipahami, oleh karena itu keberhasilan dalam mencapai kinerja unggulan akan sangat ditentukan oleh
faktor pengetahuan, keterampilan, dan performance dari kepala sekolah sebagai
pemimpin pendidikan. Di dalam menetapkan visi, Kepala Sekolah telah menjadi perhatian mutlak dalam pencapaian tujuan pendidikan, dan Kepala Sekolah melaksanakan visinya dengan baik.
Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan yang dilakukan Kepala Sekolah,
antara lain:
1. Pembinaan profesional guru 2. Pengaktifam MGMP sekolah
3. Pembentukan kelompok diskusi terbimbing 4. Pengadaan buku pusaka
Dengan demikian hasil dari/dampak upaya-upaya tersebut di atas diharapkan:
1. Rata-rata kualifikasi guru sarjana (akta IV) 2. Sarana dan Fasilitas belajar lengkap
3. Motivasi guru dan komitmen guru dalam mengajar tinggi 4. Suasana kerja dan kekompakan antara guru
5. Disiplin siswa tinggi
6. Kegemaran belajar dan semangat siswa tinggi
DAFTARISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Fokus Masalah dan Pertanyaan Penelitian 11
C. Tujuan Penelitian 13
D. Manfaat Penelitian 13
E. Metode Penelitian 14
F. Paradigma Penelitian 15
G. Sistematika Penulisan 16
H. Rencana Jadwal Penelitian 18
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Administrasi Pendidikan 19
B. Konsep Kepemimpinan Pendidikan 23
C. Konsep Manajemen Mutu Pendidikan 48
D. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah dalam Peningkatan
Mutu Pendidikan 59
E. Studi Terdahulu yang Relevan 64
F. Kesimpulan Hasil Studi Kepustakaan 68
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A Metode Penelitian 72
B Lokasi dan Subjek Penelitian 74
C. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data 78
D. Pengujian Tingkat Validitas Data 90
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 92
B. Pembahasan Hasil Penelitian 117
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan Hasil Penelitian 140
B. Implikasi 146
C. Rekomendasi 148
DAFTAR PUSTAKA 151
LAMPfRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Data SLTP Swasta Kota Bandung yang Dijadikan Sampel 76
2. Pedoman Pengumpulan Data 87
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Paradigma Penelitian 15
2. Wilayah Kerja Administrasi Pendidikan 21
3. Keterampilan-keterampilan yang Dibataskan pada Tingkat
Kepemimpinan 36
4. Model Kepemimpinan Situasional I 43
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman wawancara untuk Kepala Sekolah Lampiran 2 Keadaan Guru
Lampiran 3 Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah Lampiran 4 Riwayat Hidup
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah sebagai institusi (lembaga) pendidikan merupakan wadah
tempat proses pendidikan dilakukan, memiliki sistem yang komplek dan
dinamis. Dalam kaitannya, sekolah adalah tempat yang bukan hanya sekedar tempat berkumpul guru dan murid, melainkan berada pada suatu tatanan yang
rumit dan saling berkaitan. Oleh karena itu sekolah dipandang suatu organisasi yang membutuhkan pengelolaan lebih dari itu.
Kegiatan lain organisasi sekolah adalah mengelola sumber daya manusia (SDM) yang diharapkan menghasilkan lulusan yang berkualitas sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat serta pada gilirannya lulusan sekolah diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada pembangunan bangsa.
dan berbagai peraturan dalam sistem nasiional merupakan alat negara untuk
mencapai tujuan negara dan bangsa dalam menyiapkan manusia Indonesia
bagi peranannya di masa yang akan datang.
Senada dengan hal tersebut di atas, bahwa pembangunan pendidikan
merupakan bagian dari pembangunan bangsa yang diarahkan untuk
meningkatkan harkat dan martabat manusia melalui peningkatan sumber daya
manusia. Lebih jauh dalam GBHN 1999 -2004 dinyatakan:
Mengembangkan kualitas sumber daya manusia sedini mungkin secara
terarah, terpadu, dan menyeluruh berbagai upaya proaktif dan reaktif oleh
seluruh komponen bangsa agar generasi muda dapat berkembang secara
optimal dengan hak dukungan dan lindungan sesuai dengan potensinya.
Sistem pendidikan nasional menyoroti tentang isu untuk meningkatkan
kualitas manusia, ialah bahwa peningkatkan kualitas tersebut sesungguhnya
merupakan mata rantai dari upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan
masyarakat untuk meningkatkan produktivitas nasional. Hal ini akan dapat
dihasilkan hanya melalui lembaga pendidikan. Manusia Indonesia yang
berkualitas, merupakan cermin dari kepribadian yang baik, yang pada
dasarnya merupakan menifestasi dari manusia yang produktif. Manusia
produktif dapat ditandai dengan memiliki kreativitas yang tinggi serta
mempunyai kemampuan mandiri untuk menghasilkan sesuatu bagi dirinya dan
untuk orang lain, serta tidak tergantung pada sarana dan lapangan kerja yang
Dalam pelaksanaannya, sekolah swasta yang ingin berhasil dengan baik harus dikelola dengan bertumpu pada visi dan misi dalam keterbukaan dan kesejagatan, lembaga manapun dihadapkan pada persaingan-persaingan
yang menuntut mutu pelayanan yang memuaskan secara umum. Visi adalah kristalisasi dan formulasi alat-alat fundamental dari masyarakat yang selanjutnya dikomunikasikan kembali pada masyarakat. .
Sedangkan visi sekolah swasta adalah suatu pegangan yang mampu memberikan arahan bagaimana sekolah swasta akan memberdayakan dirinya dalam menghadapi tantangan dan merupakan petunjuk jelas bagi segenap jajaran sekolah dalam menyongsong masa depan. Oleh karena itu visi sekolah swasta harus mampu: (Direktorat Sekolah Swasta: 1998):
(1) Menumbuhkan komitmen serta mampu memotivasi sekolah swasta untuk mengembangkan dirinya
(2) Membantu kehidupan sekolah swasta untuk tetap mampu berdaya saing. (3) Menimbulkan standarisasi operasional pendidikan sekolah swasta yang
prima dalam melakukan pelayanan yang prima kepada masyarakat. (4) Meningkatkan mutu sekolah swasta untuk tetap mempunyai daya saing. (5) Mampu menjembatani masa kini dan masa datang
(6) Memberikan gambaran dan arahan yang jelas bagi sekolah di masa yang akan datang.
kelangsungan hidup dan pengembangannya. Dengan demikian sekolah swasta
yang ingin maju dan berkembang harus menetapkan visi yang jelas untuk
perkembangan dan peningkatan mutu sekolah
Sedangkan misi sekolah swasta adalah tindakan untuk merealisasikan visi karena visi harus mengakomodasikan semua kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah. Dalam merumuskan misi, harus mempertimbangkan tugas pokok sekolah swasta dan kelompok-kelompok berkepentingan yang terkait dengan sekolah. Misi sekolah swasta harus mempunyai gambaran empat citra (catur citra):
(1) Kemandirian (2) Mutu
(3) Ciri Khas
(4) Tangung jawab sosial
Walaupun demikian, agar standar mutu tetap terjaga, harus ada standar
yang disepakati secara nasional untuk dijadikan indikator keberhasilan peningkatan mutu.
Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa
Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan
pendidikan, khususnya pndidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah
dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan, antara lain melalui berbagai
pelatihan dan peningkatan kualifikasi guru, pengadaan buku dan alat
pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana, serta peningkatan mutu manajemen
sekolah. Namun berbagai indikator peningkatan mutu pendidikan belum
menunjukkan peningkatan yang merata.
Ada 3 (tiga) faktor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami peningkatan secaramerata. (Drs. Umaedi, M. Ed. 2000).
Faktor pertama, kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional
menggunakan pendidikan education production function atau input-output
analysis yang tidak dilaksanakan secara konsekuen. Pendekatan ini melihat
bahwa lembaga pendidikan berfungsi sebagai pusat produksi yang apabila dipenuhi semua input (masukan) yang diperlukan dalam kegiatan produk
tersebut, maka lembaga ini akan menghasilkan output yang dikehendaki.
Karena selama ini dalam menerapkan pendekatan education production function terlalu memusatkan pada input dan kurang memperhatikan pada
output pendidikan.
Faktor kedua, penyelenggaraan pendidikan nasional secara sentralistik,
sehingga menempatkan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan jangan tergantung pada keputusan birokrasi yang mempunyai jalur yang sangat panjang dan kadang-kadang kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi sekolah setempat. Dengan demikian, sekolah kehilangan kemandirian, motivasi dan inisiatif untuk mengembangkan dan memajukan bimbingannya tennasuk peningkatan mutu pendidikan sebagai salah satu tujuan pendidikan
nasional.
Faktor ketiga, peranserta masyarakat, khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini minim. Partisipasi masyarakat selama ini pada umunya bersifat dukungan input (dana), bukan pada proses pendidikan (pengambilan keputusan, monitoring, evaluasi dan akuntabilitas).
Berkaitan dengan akuntabilitas, sekolah tidak mempunyai beban untuk mempertanggungjawabkan hasil pendidikan pada masayarakat, khususnya orang tua siswa, sebagai salah satu pihak utama yang berkepentingan dengan pendidikan{stakeholder).
Senada dengan hal tersebut di atas bahwa upaya peningkatan mutu, melibatkan semua personil sekolah, yang di dalam prosesnya menuntut
komitmen bersama terhadap mutu pendidikan di sekolah. Tumbuhnya
sebagai pemimpin pendidikan. Salah satu peranan penting kepala sekolah
adalah dalam memerankan fungsinya sebagai pemimpin di sekolah. Sebagai pemimpin tunggal di sekolah, ia memiliki tanggung jawab untuk mengajar dan
mempengaruhi semua yang terlibat dalam kegiatan pendidikan di sekolah untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan sekolah.
Adanya pemahaman dan komitmen yang kuat dari kepala sekolah merupakan unsur yang amat penting, bahkan Sellis (1994) mengemukakan adanya kegagalan pada proses penerapan teori peningkatan mutu utamanya disebabkan oleh kurangnya komitmen dari pimpinan. Peranan kepala sekolah selaku pimpinan dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu berkelanjutan di sekolah, cenderung lebih banyak menggunakan waktu untuk kegiatan memimpin, merencanakan ide-ide baru dan bekerja lebih dekat dengan para guru maupun stafnya.
Dalam petunjuk pelaksanaan kurikulum dipaparkan tugas dan
tanggung jawab kepala sekolah sebagai berikut:
Kepala sekolah bertugas dan bertanggungjawab terhadap keseluruhan kegiatan sekolah. Kegiatan meliputi teknis dan administrasi pendidikan, lintas program dan lintas sektoral dengan mendayagunakan sumber-sumber yang ada di sekolah agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efesien. (Juklak Kurikulum 1994).
Sedangkan peranan kepala sekolah berdasarkan Kepmendikbud RI
nomor 0296/0/1996 yang dikenal dengan konsep kepemimpinan pendidikan
(6) Sebagai inovator; (7) Sebagai motivator, yang lebih populer
Emaslim.
Dalam kaitannya dengan hal tersebut di atas bahwa peranan kepala disini sebagai pemimpin pendidikan, sesuai dengan pengertian kepemimpinan, maka kepala sekolah diharapkan mampu mewujudkan fungsi-fungsi
kepemimpinan dalam keseluruhan pelaksanaan pendidikan di sekolah. Keberhasilan kegiatan pendidikan di sekolah sangat tergantung sampai sejauh mana kepala sekolah mampu mempengaruhi, membimbing, menggerakkan dan memotivasi individu-individu yang terlibat dalam pendidikan dan mengarahkannya kepada pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Kepemimpinan pendidikan pada hakekatnya adalah proses menggerakkan, mempengaruhi, memberi motivasi dan mengarahkan orang-orang di dalam organisasi atau lembaga pendidikan tertentu untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.
Hal senada dapat pula dikatakan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang untuk menggerakkan, mempengaruhi, dan mengarahkan orang kepada pencapaian tujuan organisasi/sekolah. Dalam kepemimpinan ada tiga unsur yang terkait yaitu: (1) Orang lain yaitu pengikut atau bawahan yang terkait, (2) Kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin; (3) Pengaruh yang diberikan dalam proses kepemimpinan (Stoner, 1987).
dan staf lainya untuk menjalankan tugas masing-masing dengan sebaik baiknya. Terciptanya iklim belajar mengajar secara tertib, lancar, dan efektif ini tidak terlepas kapasitasnya sebagai pemimpin pendidikan di sekolah.
Perubahan pengelolan di sekolah, dimulai dari perubahan-perubahan secara mendasar terhadap kepemimpinan kepala sekolah. Upaya penciptaan iklim kondusif bagi terwujudnya perubahan dan pengembangan memangtidak terlepas dari aspek kepemimpinan kepala sekolah. Dalam kaitannya sebagai
seorang pemimpin seperti pendapat Noris yang dikutip oleh Azis Wahab (1996), yaitu:
1. Seorang pemimpin yang memiliki pengetahuan yang luas tentang teori pendidikan.
2. Kemampuan menganalisa situasi sekarang berdasarkan apa yang seharusnya.
3. Mampu mengidentifikasikan masalah
4. Mampu mengkonseptualkan arah baru untuk perubahan.
Peranan kepala sekolah selaku pimpinan dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu pendidikan seperti yang disarankan oleh Sellis, (1994)
antara lain:
1. Mempunyai visi atau daya pandang yang jauh dan mendalam tentang mutu
yang terpadu bagi lembaganya maupun bagi dirinya.
4. Meyakinkan kebutuhan peserta didik sebagai pusat perhatian kegiati
kebijakan lembaga/sekolah
5. Meyakinkan terhadap para pelanggan (siswa, orang tua, masyarakat) bahwa terdapat "channeF cocok untuk menyampaikan harapan dan keinginan.
6. Pemimpin melakukan pengembangan staf
7. Menjamin struktur organisasi yang menggambarkan tanggung jawab yang jelas
8. Mengembangkan komitmen untuk mencoba menghilangkan setiap
penghalang, baik yang bersipat organisasi maupun budaya
9. Mengembangkan mekanisme yang cocok untuk melakukan monitoring
dan evaluasi
memerlukan
penanganan
yang
profesional
kepala
sekolah
dalam
penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
Aspek kunci lain yang perlu diperhatikan oleh kepala sekolah sebagai
pemimpin dalam melaksanakan upaya perbaikan mutu berkelanjutan adalah
dengan memberikan wewenang kepada guru dalam meningkatkan mutu proses
belajar mengajar serta kepada guru-guru diberikan kesempatan dalam
melakukan pembuatan keputusan dan diberikan tanggung jawab yang lebih
besar dalam melaksanakan tugas-tugas sebagai seorang guru.
B. Fokus Masalah dan Pertanyaan Penelitian
Prestasi yang dicapai suatu sekolah, ditentukan oleh kemampuan
pemimpin sekolah dalam pengelolaan sekolah dalam upaya peningkatan mutu
pendidikan. Salah satu peranan penting adalah dalam memerankan fungsinya
sebagai pemimipin di sekolah, ia memiliki tanggung jawab untuk mengajar
dan mempengaruhi semua yang terlibat dalam kegiatan pendidikan di sekolah
untuk bekerjsama dalam mencapai tujuan sekolah.
Ukuran keberhasilan kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya
adalah dengan mengukur kemampuannya di dalam menciptakan "Iklim belajar
mengajar," dengan mempengaruhi, mengajak dan mendorong guru, murid,
dan staf yang lainnya. Terciptanya iklim belajar mengajar secara tertib, lancar,
dan efektif ini tidak terlepas dari kegiatan pengelolaan yang dilakukan oleh
12
Upaya peningkatan mutu, berkelanjutan melibatkan semua personil
sekolah, yang di dalam prosesnya menuntut komitmen bersama terhadap mutu pendidikan sekolah. Tumbuhnya komitmen di kalangan personil sekolah
melalui peranan kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan.
Penelitian ini difokuskan dan dibatasi pada kinerja kepemimpinan kepala sekolah dalam upaya-upaya peningkatan mutu pendidikan, dengan pendekatan manajemen berbasis sekolah sebagai salah satu konsep pengelolaan sekolah secara efektif. Rumusan penelitian tersebut sebagai berikut: "Bagaimana peranan kepala sekolah dalam upaya peningkatan mutu
Penidikan melalui konsep manajemen berbasis sekolah."
Masalah di atas dicari dan dikaji data empirisnya melalui jawaban atas pertanyaan penelitian berikut:
1. Bagaimana pemahaman kepala sekolah tentang manajemen berbasis
sekolah.
2. Bagaimana visi kepala sekolah dalam peningkatan mutu di masa depan.
3. Bagaimana upaya kepala sekolah yang dalam peningkatan mutu pendidikan sekolah
4. Kesempatan, kekuatan, kelemahan, ancaman apa yang dihadapi kepala sekolah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk membuat deskripsi dan
13
pemimpin dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, dan pelaksanaannya
terutama ditinjau dari sudut-sudut konsep pengembangan sumber daya
manusia, konsep manajemen mutu terpadu dan konsep manajenmen berbasis
sekolah dan perilaku organisasi.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk menjawab semua
permasalahan yang diajukan dengan proses mengungkapkan, mendeskripsikan
serta mengevaluasi hal-hal sebagai berikut:
1. Persepsi dan pemahaman kepala sekolah tentang manajemen berbasis
sekolah.
2. Visi kepala sekolah tentang peningkatan mutu pendidikan masa depan
dalam konsep Manajemen Berbasis Sekolah.
3. Upaya yang dilakukan kepala sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan
dalam konsep Manajemen Berbasis Sekolah.
4. Kesempatan, kekuatan, kelemahan, ancaman yang dihadapi kepala sekolah
dalam upaya peningkatan mutu pendidikan dalam konsep Manajemen
Berbasis Sekolah.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tentang "Peranan kepala sekolah dalam Upaya
14
sikap dan kemampuan profesional dan lebih lanjut diharapkan dapat pula memperluas wawasan sekaligus memotivasi untuk melakukan studi lanjut dalam aspek yang sama atau yang berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan itu sendiri.
Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memperkaya wawasan berpikir, terutama dalam memperluas dan memperdalam kajian dalam kaitannya dengan peningkatan mutu pendidikan. Secara praktis, diharapkan mampu memberikan kontribusinya kepada kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan dalam upaya peningkatan mutu berkelanjutan.
E. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, menggunakan metode kualitatif, hal ini didasarkan kepada rumusan masalah penelitian yang menuntut peneliti melakukan eksplorasi dalam memahami dan menjelaskan masalah yang diteliti melalui hubungan yang intensif dengan sumber data, sedangkan untuk menjawab permasalahan secara teoritis digunakan studi kepustakaan, dengan diharapkan penganalisaan terhadap beberapa variabel yang dijadikan faktor penelitian akan lebih akurat.
15
Studi dokumentasi digunakan untuk mengungkapkan potensi sekolah
sedang, observasi terutama untuk mengungkapkan segi-segi kualitatif dari
berbagai sumber daya serta menunjang upaya peningkatan mutu dan peranan
kepala sekolah dalam menjalankan peranannya sebagai pemimpin pendidikan
di sekolah.
F. Paradigma Penelitian
Peran Kepala
Sekolah
KONSEP MBS 1. Pemahaman Kepala
Sekolah tentang konsep
MBS
2. Visi kepala sekolah dalam peningkatan mutu 3. Upaya kepala sekolah dalam peningkatan mutu 4. Kesempatan,
kelemahan, tantangan
dan hambatan
Gambar 1 Paradigma Penelitian
Pada paradigma penelitian berikut ini menunjukkan bahwa peranan
Kepala sekolah adalah merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu
16
merupakan posisi yang tertinggi di struktur organisasi sekolah dan diangkat
berdasar persyaratan-persyaratan tertentu sebagai pimpinan formal.
Dalam peningkatan mutu, salah satu model yang dapat mendongkrak
mutu pendidikan adalah dengan menggunakan pendekatan manajemen
berbasis sekolah (MBS), yang mana memerlukan adanya suatu pemahaman
yang kuat dari kepala sekolah tentang konsep-konsep MBS, dan kepala
sekolah mempunyai suatu visi dalam rangka pencapaian mutu pendidikan di
sekolah dengan mengupayakan kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang pada
hasil pembelajaran di sekolah melalui komitmen yang tinggi dari segenap
warga sekolah.
G. Sistematika Penulisan
Laporan penelitian ini terdiri dari lima bab, dan disusun dalam suatu sistematika sebagai berikut:
Bab I, Yang membahas tentang latar belakang masalah, Fokus masalah dan pertanyaan penelitian, Tujuan penelitian, Manfaat penelitian, Metode
penelitian, dan dalam bab I ini dikemukakan Paradigma penelitian
dan Sitematikan penulisan.
Bab II,
Dalam bab II dikemukakan tentang beberapa teori yang dipandang
relevan dengan permasalahn dalam penelitian. Adapun teori-teori
yang dibahas dalam bab II ini meliputi: Konsep Administrasi
17
Mutu Terpadu, Konsep Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep
Sekolah Efektif, Konsep Manajemen Masa Depan.
Bab III, Membahas prosedur penelitian, selanjutnya tentang tentang
pelaksanaan penelitian, sumber data penelitian, lokasi penelitian,
selanjutnya dibahas analisa data penelitian.
Bab IV, Diulas hasil penelitian yang merupakan hasil-hasil dari pertanyaan penelitian.
H. Rencana Jadwal Penelitian
No
WAKTU
KEGIATAN
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pra Survey
2 Membuat Rancangan Penelitian
3 Pengajuan Proposal
4 Seminar
5 Perbaikan Proposal
6 Bimbingan BAB I, II, dan III
7 Pelaksanaan Penelitian
8 Pengolahan Data dan Bimbingan
BAB IV, dan V
9 Progress Report
10 Ujian Tahap I
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini diarahkan untuk mendeskripsikan dan menganalisa
secara mendalam tentang peranan kepala sekolah dalam upaya peningkatan
mutu pendidikan. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan yang
bermanfaat bagi sekolah tersebut dalam meningkatkan kinerja sekolah.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, hal di dasarkan pada rumusan masalah penelitian yang menuntut peneliti melakukan eksplorasi
dalam rangka memahami dan menjelaskan masalah yang diteliti melalui
hubungan yang intensif dengan sumber data. Dalam penelitian ini, peneliti
mengumpulkan data deskripsi mengenai kegiatan atau perilaku subyek yang
diteliti, baik persepsinya maupun pendapatnya serta aspek-aspek lain yang
relevan yang diperoleh melalui kegiatan wawancara, observasi, dan studi
dokumentasi. Uraian seperti ini biasanya menghadapi kesulitan bila diganti
melalui prosedur statistik, berbeda dengan melalui prosedur metode kualitatif.
Yang dimaksud dengan metode kualitatif menurut Bodgan dan Taylor seperti
dikutif oleh Lexi J. Moleong (1993: 3) adalah sebagai prosedur dasar
penelitian yang menghasilkan data deskriptif bempa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Lebih lanjut ia
mengemukakan bahwa:
"Penelitian kualitatif berakar pada latar belakang alamiah sebagai
kebutuhan
mengandalkan
manusia
sebagai
alat
penelitian,
memanfaatkan metode kualitatif dan mengadakan analisis data secara
induktif".
S. Nasution (1988: 5) mengemukakan:
"Penelitian kualitatif pada hakekatnya adalah mengamati orang dalam
lingkungan kehidupan, berinteraksi
dengan mereka, berusaha
memahami bahasadan tafsiran mereka tentangduniadi sekitarnya"
Lincoln dan Guba (1985: 12) mengemukakan bahwa peneliti yang
menggunakan pendekatan kualitatif, disain penelitiannya bersifat
"emergen
design".
Hal ini disebabkan karena pada tahap awal penelitiannya,
kemungkinan peneliti belum memiliki gambaran yang jelas tentang
aspek-aspek masalah yang akan ditelitinya. Ia akan mengembangkan fokus
penelitian sambil mengumpulkan data. Demikian pula peneliti kualitatif tidak
menghampiri masalah yang akan ditelitinya melalui pertanyaan penelitian
yang telah dirumuskan sebelumnya untuk dicari jawabannya atau melalui
pemmusan hipotesis untuk dibuktikan kebenarannya. Bogdan dan Biklen
(1982: 31) mengemukakan bahwa sebagai peneliti kualitatif ia akan menaruh
perhatiannya untuk memahami perilaku, pandangan, persepsi, sikap dan
lain-lainnya berdasarkan pandangan subyek yang diteliti sendiri. Oleh karena itu,
peneliti kualitatif mengumpulkan datanya melalui kontak langsung dengan
74
Penelitian kualitatif memiliki sejumlah karakteeristik yang
membedakannya dengan penelitian kuantitatif Bogdan dan Biklen (1987:
27-28) mengemukakakn beberapa karakteristik penelitian kualitatif sebagai
berikut:
(1) Qualitative research has the natural setting as the direct source of
data and the researcher is the key instrument.
(2) Qualitative research is descriptive.
(3) Qualitative researchers are concerned with process rather than
simply with outcomes orproducts
(4) Qualitative researchers tend to analyze their data inductively
(5) Meaning is ofessential concern to the qualitative approach
Karakteristik-karateristik tersebut di atas menjiwai penelitian ini.
Karakteristik pertama, peneliti seabagai instrumen utama mendatangi sendiri
secara langsung sumber datanya. Dalam penelitian ini peneliti mempelajari
fenomena sebagaimana aslinya yang tampak dan terjadi di lapangan,
Karakteristik kedua, mengimplikasikan bahwa data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini lebih jauh cendemng dalam bentuk kata-kata daripada
angka-angka. Jadi hasil analisisnya berupa uraian. Karakteristik ketiga, keempat, dan
kelima, menjelaskan bahwa peneltian kualitatif lebih memfokuskan kepada
proses dari pada hasil, dan melalui analisis induktif peneliti mengungkapkan
makna dari keadaan yang diamatinya itu.
B. Lokasi dan Subyek Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Kantor Depdiknas dan SLTP
75
Kota Bandung termasuk wilayah Propinsi Jawa Barat berbatasan
dengan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung sebelah utara, sebelah timur
dengan Kecamatan Cicalengka dan sebelah selatan Kecamatan Ciparay dan
sebelah barat dengan Kota Administratif Cimahi sebelah selatan ini.
1. Kantor Dinas Pendidikan Kota Bandung
Kantor ini mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Kantor
Wilayah Depdiknas Propinsi dan sebagai koordinator bagi Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama, di kantor ini diperoleh data yang berkaitan
dengan kemampuan rata-rata kepala sekolah, keadaan personil, dan
fasilitas penunjang yang digunakan di sekolah.
2. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Swasta
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Swasta yang dijadikan lokasi
penelitian adalah yang dinilai kinerja kepala sekolahnya yang
klasifikasinya baik, sedangdan kurang. Sedangkan subyek penelitian
sebagai sumber data akan diambil dari sejumlah kepala sekolah dan gum
sebagai sampel dengan berbagai latar belakang kualifikasi pendidikan.
Dengan demikian salah satu sampel yang menjadi subyek dalam penelitian
ini adalah kepala sekolah. Pemilihan kepala sekolah sebagai subyek atau
responden didasarkan pada pertimbangan sebagaimana berikut ini.
1. Kepala sekolah merupakan penanggung jawab kegiatan penyelenggara
pendidikan;
76
3. Mengetahui perkembangan dan permasalahan pendidikan secara
menyeluruh di sekolah yang dipimpinnya;
4. Mampu memberikan informasi tentang berbagai kegiatan yang sudah,
sedang maupun yang akan dilaksanakan.
Komposisi sementara subyek penelitian sebagai berikut:
Tabel 1
Data Subjek Penelitian
No Nama Sekolah Status Sekolah Klasifikasi Sekolah
1 SLTPS Istiqomah Disamakan Baik
2 SLTPS Jend. Sudirman Disamakan Sedang
3 SLTPS 11 Maret Diakui Kurang
Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, sampel dalam
penelitian ini adalah
"Purposive sampling".
Dengan pengambilan secara
purposif, hal-hal yang dicari dapat dipilih pada kasus-kasus ekstrim, sehingga
hal-hal yang dicari tampil secara menonjol dan lebih mudah dicari maknanya.
Hasil yang diperoleh dengan pengambilan sampel ini bukan untuk mencari
generalisasi, tetapi mungkin dapat ditransfer pada kasus lain. Lincoln dan
Guba (1985: 202) mengemukakan bahwa:
"Naturalistic sampling is, then,
very maximize information, notfacilitate generalization".
Oleh karena itu, menumt Lincoln dan Guba (1985: 201-202) dalam
penelitian naturalistik, spesifikasi sampel tidak dapat ditentukan sebelumnya,
77
design,
(2)
serial selection of sample units,
(3)
continous adjusment or
"focusing" ofthe sample,
(4)
selection to the point ofredudancy".
Bertitik tolak dari pendapat di atas, penentuan sampel dalam penelitian
ini dilakukan sementara penelitian berlangsung. Caranya, yaitu peneliti
memilih kepala sekolah dan gum yang termasuk wilayah penelitian dan
menurut pertimbangan peneliti (sebagai
human instrument)
dapat memberikan
informasi maksimum mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan fokus
penelitian, selanjutnya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari
sampel sebelumnya, peneliti dapat menetapkan unit sampel lainnya yang dapat
dipertimbangkan akan memberikan data lebih lengkap. Unit sampel yang
dipilih makin lama makin terarah sejalan dengan makin terarahnya fokus
penelitian. Dalam proses penentuan sample tidak dapat ditentukan sebelumnya
karena ditentukan oleh pertimbangan informasi. Dalam hubungan ini, S.
Nasution (1988: 32-33) menjelaskan bahwa penentuan unit sampel dianggap
telah memadai apabila telah sampai kepada
taraf"redudancy"
(ketuntasan atau
kejenuhan), artinya meskipun responden bertambah bisa diprediksi tidak akan
dperoleh lagi tambahan informasi yang berarti.
Sedangkan Subino Hadisubroto (1988: 12) mengemukakan bahwa "...
penelitian kualitatif tidak akan memulai dengan menghitung atau
memperkirakan banyaknya populasi dan kemudian menghitung proporsi
sampelnya sehingga dipandang telah representatif'.
Salah satu sifat metode kualitatif ialah pemilihan responde yang
78
berkaitan dengan data yang terhimpun, dijadikan subyek penelitian. Jumlah
data dan informasi dari kepala sekolah ditambah lagi dari wakil kepala sekolah
dan gum yang dipilih, tidak ditetapkan sebelumnya. Jumlah subyek atau
responden yang diwawancara terus berubah seiring dengan lengkap tidaknya
data. Dalam hal ini, peneliti juga tidak dapat menggunakan personil yang ada pada SLTP Swasta yang telah ditetapkan terutama mereka yang ragu-ragu dalam memberikan informasi yang dibutuhkan peneliti. Wawancara dilakukan
berulang-ulang dengan para responden guna memperoleh informasi yang
benar-benar akurat dan menyelumh.
C. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data 1. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah: observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Oleh karena itu
keberhasilan suatu penelitian naturalistik sangat tergantung kepada ketelitian dan kelengkapan catatan yang disusun melalui observasi,
wawancara dan studi dokumentasi. Ketiga teknik pengumpulan data
tersebut digunakan untuk memperoleh informasi yang saling menunjang
dan melengkapi. Teknik-teknik pengumpulan data tersebut diuraikan
sebagai berikut:
a. Teknik observasi
79
Swasta yang ada di kota Bandung. Selain itu teknik observasi
dimaksud pula untuk melakukan recheck atau triangulasi. Dengan
observasi ini dilakukan pengamatan secara langsung terhadap berbagai
kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah tersebut, yang meliputi guru,
proses belajar mengajar, serta lingkungan sekolah.
Patton (1980) yang dikutip oleh Nasution (1988)
mengemukakan sebagai berikut:
(1) Dengan berada di lapangan peneliti lebih mampu memahami
konteks data dalam keseluruhan situasi.
(2) Pengalaman langsung memungkinkan peneliti menggunakan
pendekatan induktif.
(3) Peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati
orang lain
(4) Peneliti dapat mengmukakan hal-hal yang sedianya tidak akan
temngkap oleh responden dalam wawancara.
(5) Peneliti dapat mengemukakan hal-hal di luar persepsi responden. (6) Di lapangan penliti tidak hanya dapat mengadakan pengamatan
tetapi juga, memperoleh kesan-kesan pribadi.
Kemudian di bagian lain Nasution (1988) mengemukakan
bahwa intensitas partisipasi pengamatan dapat dilakukan dalam lima
tingkat yaitu dari partisipasi nihil, pasif, sedang, aktif, sampai
80
mulai dari kegiatan sebagai penonton kemudian sewaktu-waktu turut
serta dalam situasi atau kegiatan yang sedang berlangsung.
Sesuai dengan masalah yang diteliti, maka data yang akan
dikumpulkan melalui observasi meliputi hal-hal sebagaimana berikut
ini:
1) Persepsi kepala sekolah mengenai visi dan misi dalam melakukan
upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah;
2) Usaha yang dilakukan kepala sekolah sesuai perannya dalam
melakukan upayapeningkatan mutu pendidikan;
3) Kendala yang dihadapi kepala sekolah dalam melakukan upaya
peningkatan mutu pendidikan, dan cara mengatasinya;
4) Peran dan pendekatan yang dilakukan kepala sekolah dalam
melakukan upaya peningkatan mutu pendidikan;
5) Persepsi dan respon gum terhadap kegiatan pembinaan yang
dilakukan kepala sekolah;
Data tentang kinerja guru yang tertuang akan dikumpulkan
guna melihat kelemahan, kekuatan, peluang dan tantangan terutama
dalam rangka pemberian makna dari temuan dengan menganahsis atau
menafsirkan berdasarkan teori yang relevan.
b. Wawancara
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana
pikiran dan perasaannya, yaitu informasi
"unic"
(Nasution, 1988: 71)
Kenyataan, peneliti hams berkomunikasi langsung dengan responden
melalui wawancara dan mempakan kegiatan penting dalam penelitian
kualitatif.
Pada awalnya wawancara dilaksanakan dengan tidak
berstmktur, karena masih bersifat umum dan belum terfokus dan hanya
terpusat pada satu pokok masalah tertentu, serta wawancara bebas
berisi pertanyaan yang berpindah-pindah dari satu pokok masalah
kepada masalah yang lainnya, sepanjang masih berkaitan dengan
aspek-aspek masalah penelitian.
Dalam wawancara ini, peneliti menyediakan pedoman wawancara, meskipun dalam pelaksanaanya tidak terlalu terikat pada
pedoman tersebut. Secara garis besar, sesuai dengan masalah
penelitian, data yang ingin dikumpulkan adalah:
I. KUALITAS KEPALA SEKOLAH
a) Bagaimana visi dan misi kepala sekolah dalam melakukan upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah.
b) Bagaimana usaha yang dilakukan kepala sekolah sesuai perannya dalam peningkatan mutu pendidikan yang
berkelanjutan.
c) Apa saja kendala yang dihadapi kepala sekolah dalam
d) Bagaimana peran dan pendekatan yang dilakukan keplL—y. v
sekolah dengan para gum dan personil lainya dalam usaha
peningkatan mutu pendidikan.
II. KINERJA GURU
a) Bagaimana persepsi dan respon guru terhadap upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah.
b) Apa saja yang telah dilakukan oleh guru dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah.
c) Apa saja yang menjadi kendala guru dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah.dan bagaimana guru cara mengatasi hal tersebut di atas.
d) Rencana apa saja yang telah dan akan dilaksanakan guru dalam upaya pelaksnaan mutu pendidikan.
Tujuan pengumpulan data tersebut adalah untuk memperoleh keterangan secara terperinci dan mendalam mengenai pandangan kepala sekolah tentang upaya peningkatan mutu pendidikan, dan tanggung jawabnya serta harapan-harapan kepala sekolah terhadap hasil yang diharapkan oleh sekolah. Pedoman ini dibuat (dirumuskan) dalam bentuk terbuka (Nasution 1988: 77) dan diperlukan dalam
proses berjalannya wawancara sehingga tetap berada pada konteks permasalahan yang sedang diselidiki. Wawancara dengan kepala
83
secara menyeluruh terhadap fokus penelitian. Dengan kata lain, data pertama mengandung sifat non directive yaitu ditinjau dari pandangan peneliti.
c. Studi Dokumentasi
Sekalipun dalam penelitian kualitatif kebanyakan data diperoleh dari sumber manusia {human resources) melalui observasi
dan wawancara, akan tetapi diperlukan pula sumber lain sebagai pelengkap yaitu dokumentasi. Dalam penelitian ini dokumen dapat dijadikan bahan triangulasi untuk mengecek kesesuaian data. Adapun perolehan data dalam penelitian ini dilakukan melalui berbagai dokumen tentang persepsi kepala sekolah, aktivitas kepala sekolah
yang tergambar dari peran pendekatan kepala sekolah, serta
inventarisasi kemajuan sekolah.
Dengan studi dokumentasi ini akan diperoleh data tertulis
tentang kegiatan yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam rangka membina kemampuan profesional gum. Untuk lebih menyempumakan
hasil penelitian melalui kegiatan wawancara, observasi dan studi
dokumentasi penelitian juga menggunakan tape recorder dan kamera sebagai alat bantu dalam mengumpulkan data. Meskipun pembicaraan
(wawancara) dilakukan dengan menggunakan tape recorder, peneliti
tidak lupa pula mencatat informasi yang non verbal. Pencatatan ini
84
mempermudah penulis mengungkapkan makna dari apa yang hendak
disampaikan oleh responden.
Dalam penelitian kualitatif, prosedur pengumpulan data tidak memiliki suatu pola pasti, sebab disain serta fokus penelitian dapat
mengalami pembahan yang bersifat
"Emergent"
akan tetapi untuk
mempermudah pengumpulan data, peneliti mengikuti prosedur seperti
yang dikemukakan oleh Nasution (1988: 33-34), yaitu:
(1) Tahap Orientasi; (2) Tahap Eksplorasi; (3) Tahap Member Check;
1) Tahap Orientasi
Pada tahap orientasi, kegiatan utama ditujukan untuk menentukan permasalahan yang terjadi di lapangan. Hal-hal yang
dilakukan dalam kepentingan ini adalah:
a) Melakukan pra survey dengan mengamati berbagai gejala yang terjadi dalam proses pembinaan kemampuan profesional gum yang dilakukan kepala sekolah di beberapa SLTP Swasta Kota Bandung. Gejala tersebut merupakan embrio permasalahan
dalam pembuatan rancangan penelitian.
b) Memilih lokasi penelitian untuk memudahkan pelaksanaan dan
mencari tingkat permasalahan yang paling menarik untuk
85
c) Menyusun rencana penelitian sebagai salah satu langkah awal
persiapan menghadapi seminar disain.
d) Menentukan tenaga bantuan dari tenaga pengajar atau pihak
lain yang dianggap profesional.
e) Menyiapkan
perlengkapan
penelitian,
seperti
pedoman
penilaian, dokumen observasi, pedoman wawancara serta alat
bantu lain seperti perekam (tape recorder) dan kamera.
f) Mengurus perizinan untuk mengadakan penelitian.
2) Tahap Eksplorasi
Pada tahap ini prosedur pengumpulan data sehubungan
dengan kinerja kepala sekolah dan gum dilakukan sesuai dengan ketentuan pembimbing. Kegiatan inti yang dilakukan meliputi: a) Mengumpulkan dasar dan kebijakan pelaksanaan kegiatan
peningkatan mutu pendidikandi sekolah swasta.
b) Mengobservasi pelaksanaan kegiatan peningkatan mutu pendidikan yang dilakukan kepala sekolah mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai proses pengawasan dan
penilaian.
c) Melakukan wawancara dengan subyek penelitian dalam situasi alami. Kegiatan wawancara ini akan berakhir apabila selumh
86
3) Tahap Member Check
Dalam tahap ini semua data dan informasi yang telah
dikumpulkan dicek ulang (triangulasi), guna melihat sejauh mana kelengkapan atau kesempumaan serta validitas data diperoleh.
Kegiatan-kegiatan pada tahap ini meliputi:
a) Mengecek ulang data yang sudah terkumpul, baik yang
bersumber dari dokumen maupun hasil pengamatan dan
wawancara.
b) Meminta data dan informasi ulang kepada subyek peneliti jika temyata data yang telah terkumpul tersebut belum lengkap. Proses pengumpulan dilakukan dengan wawancara langsung
atau melalui telepon dan sarana lainnya.
c) Meminta penjelasan pada pihak-pihak terkait {stakeholders)
tentang implementasi pembinaan kemampuan profesional guru,
terutama kepada kepala sekolah.
Untuk efektipnya pelaksanaan pengumpulan data, peneliti membuat kisi-kisi untuk dijadikan pedoman sebagaimana tabel
No 2. Tujuan Pengumpulan Data Mengetahui pemahaman dan persepsi kepala sekolah terhadap
Mengetahui visi kepala
sekolah dalam
peningkatan mutu masa depan.
Mengetahui upaya kepala sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan yang sesuai dengan peranannya
Tabel 2
Pedoman Pengumpulan Data
Data yang diperlukan
Pemahaman konsep manajemen berbasis
sekolah
Implementasi MBS yang diterapkan
sesuai kondisi sekolah.
Pemasyarakatan MBS pada warga
sekolah
- Visi kepala sekolah dalam peningkatan
mutu masa depan
- Pandangan guru terhadap visi yang
dicanangkan oleh kepala sekolah dalam peningkatan mutu masa depan.
Usaha yang dilakukan kepala sekolah
dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di mana kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan:
• Kepala sekolah merupakan pimpinan
tunggal di sekolah
• Kepala sekolah mempunyai kewajiban mengajar dan mempengaruhi semua pihak yang terlibat
Penilaian terhadap persepsi peran dan pendekatan kepala
sekolah secara
menyeluruh
Kemampuan kepala sekolah dalam upaya
peningkatan mutu pendidikan masa depan.
Keterangan:
KS = Kepala sekolah
G = Gum
W Wawancara
O Observasi
D Dokumentasi
88
2. Teknik Pengolahan Data
Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa penelitian ini bersifat
deskripsi evaluatif, maka dalam upaya mengolah dan menafsirkan data
yang sudah terkumpul dilakukan melalui proses membandingkan dengan
teori-teori maupun petunjuk kegiatan pembinaan. Artinya dasar tersebut diarahkan untuk mengevaluasi kondisi realistis mengenai kegiatan
pembinaan. Untuk kepentingan itu, peneliti melakukan pengolahan dan
penafsiran data dengan teknik analisis kualitatif.
89
profesional gum. Sedangkan guru akan mengungkapkan mengenai
persepsi serta pengetahuan, sikap dan keterampilan gum hasil pembinaan.
Pembinaan kemampuan profesional yang dilakukan sebagai dasar
guru dalam melakukan tugasnya ini, akan analisis dengan melihat
kelemahan dan kekuatan, terutama dengan pendekatan SWOT/KKPT.
Analisis data dalam penelitin kualitatif ini dilakukan dengan
mengikuti prosedur atau langkah-langkah seperti yang dikemukakan oleh
Milles dan Huberman (1992: 16-20) dan oleh Nasution (1988: 129-130),
yaitu reduksi data, display data dan mengambil kesimpulan dan verifikasi..
Teknik pengolahan dan penafsiran data tersebut dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut:
1. Reduksi data, pada tahap ini datayang sudah terkumpul diolah dengan
tujuan untuk menemukan hal-hal pokok dalam pembinaan kemampuan
profesional guru.
2. Display data, pada tahap ini peneliti membuat rangkuman temuan
penelitian secara sistematis sehingga pola dan fokus pembinaan mudah
diketahui. Melalui kesimpulan, data tersebut diberi makna yang
relevan dengan fokus penelitian.
3. Verifikasi data, dalam kegiatan ini peneliti melakukan pengujian atau
kesimpulan yang telah diambil dan membandingkan dengan teori-teori
yang relevan serta petunjuk kegiatan pembinaan. Pemantapan
90
kegiatam Member Check, sehiungga akan menghasilkan suatu
penelitianyang bermakna.
D. Pengujian Tingkat Validitas Data
Pengujian tingkat validitas data dalam studi kualitatif ini berpedoman
pada konsep Nasution (1988) dengan mengutamakan kebermaknaan data
sehingga mempunyai arti yang dapat dipercaya. Proses pengujian kepercayaan
validasi penelitian kualitatif ditentukan oleh beberapa kriteria, yaitu
"Kredibilitas (validitas internal), Transferabilitas (validitas ekstemal),
Depentabilitas (realiabilitas) dan Komfimiabilitas (objektivitas)" (Nasution
1988:114-120)
1. Kredibilitas
Dalam hal ini. peneliti melakukan kegiatan seperti: a. Mengecek
kebenaran data dengan membandingkan dengan sumber lain, seperti dosen
pembimbing, pengawas sekolah dan sumber lainnya, b. Membicarakan
dengan kolega guna memperoleh penajaman anbaluisis dan penafsiran
data, seperti teman-teman kuliah atau mereka yang telah lulus pendidikan
pascasarjana, dan c. Menggunakan bahan kepustakaan sebagai informasi
untuk memahami konteks inti pembinaan.
2. Transferabilitas
Fokus utama kegiatan ini adalah unutk mengetahui sejauh mana
dilakukan antara lain berupaya mendeskripsikan dengan rinci mengenai
kemungkinan penerapan penelitian ini di sekolah lainnya, terutama dalam
memberikan rekomendasi dalam membina kemampuan profesional guru
secara efektif.
3. Depentabilitas dan Konfirmabilitas
Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah berkaitan dengan masalah kebenaran penelitian naturallistik yang ditunjukkan dengan proses
"Audit trail"(Lincoln dan Guba, 1985: 319) Trial, artinya jejak yang dapat diikuti dan dilacak, sedangkan "Audit" artinya pemeriksaan terhadap
semua data dengan tingkat ketelitian tertentu yang melahirkan keyakinan
bahwa apa yang dilakukan dalam proses pembinaan selama ini merupakan
kegiatan realita. Hal ini dilakukan dengan dosen pembimbing, baik data
mentah maupun hasil analisis dan sintesis data sehingga menimbulkan
keyakinan bahwa apayang diloporkan itu demikian adanya.
Rambu-rambu yang dituangkan dalam prosedur penelitian ini
merupakan panduan untuk melakukan analisis dan menafsirkan data
sehubungan dengan problema yang telah dikemukakan pada bab terdahulu.
Akan tetapi langkah-langkah penelitian tersebut bisa saja berubah, asal
tidak mempengamhi proses dalam memperoleh dalam memperoleh data
BABV
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
Setelah menganalisa dan membahas hasil penelitian pada bab IV, pada
bagian ini akan disajikan secara ringkas mengenai; (a) Kesimpulan hasil
penelitian, (b) Rekomendasi hasil penelitian. Pokok-pokok kesimpulan
dimaksudkan
sebagai kesimpulan sementara hasil penelitian.
Terhadap
kesimpulan tersebut, diadakan diskusi dan pembahasan serta rekomendasi bagi
usaha peningkatan mutu melalui konsep manajemen sekolah di SLTP swasta kota
Bandung.
A. Kesimpulan Hasil Penelitian
1. Persepsi dan pemahaman kepala sekolah tentang menajemen berbasis
sekolah.
Dari hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa usaha yang telah
dilakukan kepala sekolah SLTP swasta di kota Bandung, apabila ditinjau
dari persepsinya selaku penanggung jawab pendidikan di sekolah, terdapat
kecenderungan-kecenderungan sebagai berikut:
a. Pemahaman kepala sekolah terhadap pemahaman manajemen berbasis
sekolah dikatakan dipahami. Walaupun usaha kearah peningkatan
mutu pendidikan belum dilakukan secara optimal. Secara nyata dapat
dilihat kurangnya.
141
Memanfaatkan sumber daya yang ada di sekolah yang pada dasamya
memperdayakan sumber daya (termasuk Kepala Sekolah, Guru, Staf
BP Konselor), karena dalam MBS diperlukan keterkaitan selumh
warga sekolah. Oleh karena itu, kepala sekolah menjamin dan
mengusahakan sumber daya
{human and financial),
kepala sekolah
menggali sumber-sumber daya, baik yang bersumber dari pemerintah
{state government)
maupun dari orang tua dan masyarakat guna
menunjang dalam kegiatan/proses belajar mengajar.
Karena manajemen berbasis sekolah (MBS) itu sendiri
prinsipnya menempatkan kewenangan yang bertumpu kepada sekolah
dan masyarakat, menghindarkan format sentralistik dan birokratisasi
yang dapat menghilangkan fungsi manajemen sekolah. Oleh karena
itu, MBS memiliki potensi yang besar dalam menciptakan kepala
skeolah, guru dan pengelolaan sistem pendidikan (administrator)
secara operasional. Dalam hal ini, kepala sekolah telah memahami
MBS karena kepala sekolah telah mendapat pengetahuan tersebut
melalui penataran, diskusi, teman sejawat maupun lokakarya dan
sebagainya.
Dari hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa perhatian
gum terhadap kegiatan yang dilakukan oleh kepala sekolah umumnya
sama, hanya yang banyak menjadi perhatian gum adalah kegiatan
kepala sekolah kecenderungan tersebut sangat berpengaruh pada
142
Umumnya gum mengakui bahwa kegiatan yang dilakukan oleh
kepala sekolah baik peningkatan profesional guru, kegiatan bimbel dan
pengadaan buku pustaka itu semua guru menunjang pelaksanaan
peningkatan mutu pendidikan. Sedang kegiatan lain yang dilakukan
kepala sekolah dan dengan menyusun visi dan misi sekolah menyusun
rencana peningkatan mutu dan melaksanakan evaluasi pelaksanaan
peningkatan mutu.
Sedangkan kendala yang dihadapi kepala sekolah dalam
peningkatan mutu pendidikan umumnya cenderung pada kurang
pahamnya guru tentang MBS dan terbatasnya sarana dan prasarana
yang dimiliki sekolah. Selain itu juga pada sekolah yang kualifikasinya
kurang faktor biaya sangat menentukan usaha-usaha yang dilakukan
kepala sekolah.
b. Visi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Melalui Konsep
Manajemen Berbasis Sekolah
Dari hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa visi kepala
sekolah di tiga SLTP swasta di kota Bandung, pada umumnya sama
yakni menunjukkan adanya upaya peningkatan mutu pendidikan. Di
dalam menetapkan visinya, kepala sekolah telah bempaya untuk
mensinergikan segala sumber daya yang tersedia di sekolah (guru, staf
tata usaha, siswa dan orang tua) agar dapat berpartisipasi dalam
142
Hasil temuan yang dikemukakan di atas menunjukkan bahwa
kepala sekolah di tiga SLTP swasta kota Bandung sudah memahami
dan mengerti bahwa menetapkan suatu visi sekolah adalah mutlak,
karena visi yang dimmuskan dapat memberi arah kemana sekolah
yang bersangkutan dibawa untuk mencapai tujuan yang diharapkan
dan kegiatan kepala sekolah sudah mengarah kepada usaha-usaha
peningkatan mutu pendidikan yang berbasis sekolah.
Dalam hal ini, kepala sekolah telah melaksanakan fungsi-fungsi
kepemimpinan, yang ditandai dengan kegiatan kepala sekolah untuk
menciptakan iklim belajar yang kondusif bagi terlaksananya proses
belajar mengajar secara efektif dan efisien, serta kepala sekolah telah
memberikan kewenangan pada guru dalam meningkatkan proses
belajar mengajar serta pada gum diberikan kesempatan dalam
mengembangkan dirinya guna pencapaian visi yang telah ditetapkan
oleh kepala sekolah.
Di dalam penelitian juga dikemukakan adanya kesamaan dari
ketiga kepala SLTP swasta Istiqomah, SLTP swasta Jenderal
Sudirman, dan SLTP swasta Sebelas Maret, dalam peningkatan mutu
pendidikan melalui konsep manajemen berbasis sekolah, artinya dalam
konteks ini termuat ada rasa tanggung jawab dan semua pokok yang
terkait dalam melaksanakan tugas dan fungsinya masing-masing demi
kepentingan pendidikan pada umumnya dan khususnya demi kualitas
144
c. Upaya yang Dilakukan Kepala Sekolah dalam Peningkatan Mutu
Pendidikan
Usaha yang dilakukan kepala sekolah dalam mewujudkan
tujuan pendidikan selain dilakukan melalui pemberdayaan sumber
daya yang ada di sekolah, juga dilakukan dengan melengkapi sarana
dan prasarana serta fasilitas guna menunjang proses kegiatan balajar.
Dalam mewujudkan guru yang mempunyai kemampuan profesional
dibutuhkan dengan dukungan dari masyarakat dan mstansi yang terkait
untuk memberikan fasilitas dan pelayanan sehingga sekolah dapat
memenuhi tuntutan masyarakat.
Dalam meningkatkan profesional guru, dapat melalui pusat
kegiatan guru (PKG) dan kegiatan Musyawarah Gum Mata Pelajaran
(MGMP) yaitu kegiatan diskusi sesama guru/teman sejawat, penataran,
membuat naskah dan laporan buku, guru memberikan nilai tambah
bagi guru tersebut.
Sesuai dengan peranannya kepala sekolah telah mengadakan
pembahaman-pembahaman untuk meneumkan gagasan-gagasan baru
dalam upaya peningkatan pendidikan dalam pendekatan manajemen
berbasis sekolah, secara konsepsual tindak kepemimpinan kepala
sekolah hendaknya menyerahkan pada terciptanya keseimbangan yang
dinamis
{dynamic equilibrium)
yang menuju kearah kemajuan sekolah.
Dari hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa kepala
145
pendidikan melalui pendekatan manajemen berbasis sekolah di
antaranya:
1. Pembinaan Profesional Guru
Dalam melakukan kemampuan profesional guru, sifat
pendekatan yang dilakukan kepala sekolah pada umumnya sama,
sebagai contoh, kepala sekolah telah memperlihatkan kemampuan
dan kesediaan untuk memprakarsai pembinaan terhadap guru yang
didasarkan pada hubungan yang serasi, sehingga hasil daripada
pembinaan tersebut akan lebih baik.
2. Pengaktifan Kegiatan MGMP Sekolah
Dalam pengaktifan MGMP, kepala sekolah bersama-sama
gum dan warga sekolah yang lainnya telah mengkordinasikan
untuk mengaktifkan MGMP sekolah dalam menyelesaikan
pennasalahan-permasalahan yang timbul yang dihadapi oleh guru
dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga diharapkan
MGMP tersebut dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
3. Pembentukan Kelompok Diskusi Terbimbing
Kelompok diskusi pembimbing ini dimaksudkan untuk
membantu dan memberikan materi-materi dalam rangka
pendalaman EBTANAS, dan kelompok diskusi pembimbing ini
146
serta gurii BP yang pelaksanaannya minimal satu kali per minggu
untuk setiap pelajaran.
4. Pengadaan Buku Pustaka
Dari hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa kepala sekolah sangat memperhatikan buku-buku pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar mengajar baik guru maupun siswa, oleh karena itu kepala sekolah telah melengkapi buku-buku pustaka untuk mendukung kegiatan di sekolah.
B. Implikasi
Dari hasil penelitian, terungkap bahwa upaya kepala sekolah dalam
peningkatan mutu pendidikan melalui konsep manajemen berbasis sekolah,
untuk sekolah dengan klasifikasi baik dapat dilihat dari proses pendidikan yang mana hasil dari proses tersebut keluarannya akan baik/bermutu.
Ditelaah dari sudut pandang kinerja sekolah, mutu proses pendidikan diukur dengan indikator-indikator sebagaimana diperinci oleh Makmun (1997) yaitu efisiensi, produktivitas, efektivitas, relevansi, akuntabilitas, kesehatan
organisasi, dan semangat berinovasi. Efisiensi berkaitan dengan optimalisasi
sumber pendidikan yang terbatas, untuk mencapai output yang optimal. Suatu
proses pendidikan yang efisien ialah yang mampu menentukan keseimbangan
antara sumber-sumber yang dibutuhkan dengan yang tersedia, guna
mengurangi hambatan-hambatan dalam mencapai tujuan pendidikan (Suryadi,
147
1. Dalam pelaksanaan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah), memeriukan
sosok kepala sekolah yang memiliki kemampuan manajenal dan integntas
profesional yang tinggi serta demokratis dalam proses pengambilan
keputusan mendasar di sekolah. Kenyataan yang ada pada umumnya,
kepala sekolah belum dapat dikatakan sebagai "Manajer Profesional",
karena sistem pengangkatan kepala sekolah selama ini tidak didasarkan
kepada kemampuan atau pendidikan profesionalnya sebagai manajer
sekolah, tetapi lebih didasarkan pada pengalaman sebagai guru.
Dalam Managemen Berbasis Sekolah, kepala sekolah adalah
"The Key
Person"
untuk keberhasilan pelaksanaan "Otonomi sekolah". la adalah
orang yang diberi tanggung jawab untuk mengelola dan memberdayakan
sumber daya manusia dan sumber dana yang tersedia, dan dapat digali dari
masyarakat dan orang tua untuk keberhasilan pencapaian visi, misi dan
tujuan sekolah.
2. Di dalam menetapkan visinya kepala sekolah dituntut memiliki wawasan
yang luas tentang
"Effective Schools"
serta kemampuan profesional yang
memadai dalam bidang perencanaan, kepemimpinan, manajerial, dan
supervisi bidang pendidikan. Ia juga harus memiliki kemampuan untuk
membangun kerjasama yang harmonis dengan berbagai pihak yang terkait
dengan program pendidikan di sekolah.
3. Dalam upaya-upaya yang telah dilakukan oleh kepala sekolah pada
peningkatan mutu pendidikan melalui pendekatan Managemen Berbasis
masyarakat dan orangtua siswa dalam perencanaan dan pengemba
program-program sekolah serta pelaksanaannya. Keterlibatan masyaraE
dan orang tua bukan hanya dalam bentuk bantuan finansial, tetapi lebih
banyak terlibat dalam pemikiran-pemikiran untuk peningkatan mutu
sekolah secara keseluruhan. Masyarakat dan orangtua harus disadarkan
bahwa sekolah merupakan lembaga pendidikan yang perlu didukung oleh
semua pihak. Prestasi dan sukses suatu sekolah hams dijadikan prestasi
dan kebanggaan masyarakat dan orang tua siswa di mana sekolah berada.
4. Analisis SWOT
{Strength, Weakness, Opportunity, and Threat)
dilakukan
dengan maksud untuk mengenali tingkat kesiapan setiap fungsi dari
keseluruhan fungsi sekolah yang diperlukan untuk mencapai sasaran yang
telah ditetapkan. Berhubung tingkat kesiapan fungsi ditentukan oleh
tingkat kesiapan masing-masing faktor yang terlibat pada setiap fungsi,
maka analisis SWOT dilakukan terhadap keseluruhan faktor dalam setiap
fungsi, baik faktor yang tergolong internal maupun ekstemal.
C. Rekomendasi
Berdasarkan penelitian, terdapat beberapa kebijakan yang ditempuh
oleh para pelaksana pendidikan, khususnya kepala sekolah dalam rangka
mensukseskan upaya yang dilakukan kepala sekolah dalam peningkatan mutu
pendidikan melalui konsep manajemen berbasis sekolah (MBS) di beberapa
SLTP Swasta kata Bandung perlu dibuat rekomendasi hasil penelitian.
149
1. Meningkatkan peranan kepala sekolah yang sangat penting adalah sebagai
pemimpin pendidikan di sekolah, maka diperlukan adanya usaha yang
dilakukan kepala sekolah untuk dirinya sendiri guna menambah wawasan
maupun pengetahuan melalui peningkatan mutu pendidikan di sekolah
swasta, dengan kata lain kepala sekolah dapat mencari model-model
pembelajaran yang efektif.
2. Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan yang telah diprogramkan oleh
kepala sekolah, maka untuk mendukung program tersebut, perlu
ditumbuhkan kesadaran orang tua untuk membantu anak dalam
menyediakan fasilitas berlajar dan membantu anak yang mengalami
kesulitan belajar karena pendidikan bukan merupakan tanggung jawab
sekolah semata-mataakan tetapi tanggung jawab bersama. _
3. Agar keberhasilan konsep MBS sebagai salah satu model dalam
peningkatan mutu di sekolah itu tergantung pada kemampuan pelaksanaan
dan pemmusan kebijakan dalam hal ini kepala sekolah, harus dapat
memanfaatkan segala sumber daya yang ada dan memaksimalkan
pemanfaatannya. Oleh karena itu, kepala sekolah hams membuat
perencanaan yang mampu dan menutup visi sekolah yang tepat agar dapat
mencapai sasaran sekolah yang diinginkan. Dalam pelaksanaan MBS di
sekolah swasta, kepala sekolah perlu menetapkan standar penerimaan
murid bam agar input siswa tidak terlampau jauh dari harapan dan
150
4. Dan hasil analisis SWOT, sekolah harus memilih langkah-langkah
pemecahan (peniadaan) persoalan, yakni tindakan yang diperlukan untuk
merubah fungsi yang tidak siap menjadi fungsi yang siap. Selama masih
ada persoalan, yang sama artinya dengan ada ketidaksiapan fungsi, maka
sasaran yang telah ditetapkan tidak akan terrcapai. Oleh karena itu, agar
sasaran tercapai, perlu dilakukan tindakan-tindakan yang mengubah
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Andy PP Undap (1983).
"Pengaruh gaya Kepemimpinan dan Motivasi Kerja
terhadap Penampilan Kerja Guru SPG di Manado dan Minahasa".
Tesis
PPS IKIP Bandung: tidak diterbitkan.
A. Samana(1994).
Profesionalisme Keguruan.
Yogyakarta: Kanisius.
Bogdan, C. Robert &Biklen, SK, (1992)
Qualitative Research for Educations
an Introduction to Theory and Method,
Boston, Allyn and Bacon Inc.
Burhanuddm. (1999).
Implikasi Otonomi Daerah di Bidang Manajemen
Pendidikan. Universitas Negeri Malang, Malang.
Castetter B. William (1981).
The Human Research for Educational
Administration,New Jersey: A. Simon & Schuster Company.
Dadi Permadi. (1998).
Kepemimpinan Mandiri (Profesional) Kepala Sekolah
(Kiat Memimpin yang Mengembangkan Partisipasi).
Bandung: PT Sarana
Panca Karya.Depdiknas. (1999).
Manajemen Sekolah.
Depdiknas. (2000).
Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah.
Engkoswara (1987).
Dasar-dasar Administrasi Pendidikan,
Jakarta: Dirjen Dikti
Depdikbud RI.Fakry Gaffar M. (1987).
Perencanaan Pendidikan Teori dan Metodologi.
Jakarta: P2LPTK DitjenDikti - Depdikbud.
(1987).
Performance Based Teacher Educational, Suatu Alternatif
dalam Pembaharuan Guru. IKIP Bandung.
Fasli Jalal dan Dedi Supriadi. (2001).
Reformasi Pendidikan dalam Konteks
Otonomi Daerah. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
Fattah, Nanang (2000).
Manajemen Berbasis Sekolah.
Bandung: CV Andira.
F.X. Soedjadi (1995).
Analisis Manajemen
Modem. Jakarta: Gunung Agitog^^LJ^^
^
Hadari Nawawi. (1987).
Administrasi Pendidikan.
Jakarta: Haji Masagung.
Harling, Paul. (1984).
New Direction in Educational Leadership.
London and
Philadelpia: The Falmer Press.
Hopkins, D. dan Reynold, D. (ed) (1994).
School DevelopmentSeries: Improving
Education, London, Cassel.
Hoy, Wayne K. and Cecil G. Miskel. (1987).
Educational Administration.
New
York: Random House, Inc.Ibnu Madja. (1999).
Efektivitas Kepemimpinan Kepala Sekolah Dasar dalam
Pengelolaan Hubungan Sekolah dengan Masyarakat untuk Menunjang
Produktivitas Sekolah.
Tesis PPS IKIP Bandung: tidak diterbitkan.
Kartini Kartono, (1998).
Pemimpin dan Kepemimpinan.
Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Krajewski, J. Robert. (1983).
The Elementary School Principalship: Leadership
for the 1980s.
New York: Holt, Rinehart and Winston.
Lazaruth, Soewadji. (1987).
Kepala Sekolah dan Tanggung Jawabnya.
Yogyakarta: Kanisius.
Lipham, M. and James A. Hoech, Jr. (1974).
The Principleship: Foundation and
Functions.
Harper & Row Publishers, New York
Made Pidarta, (1998),
Manajemen Pendidikan Indonesia.
Jakarta, Aksara.
(1996).
Peranan Kepala Sekolah pada Pendidikan Dasar.
Jakarta:
Gramedia.
Makmun, Abin Syamsuddin (1986).
Efektivitas PBM dengan Menggunakan
is:
(1996).
Analisis Posisi Pendidikan.
Jakarta. Biro Perencanaan
Depdikbud.Mantja, W. (1999).
Mencari Format Desentralisasi di Bidang Manajemen
Pendidikan Menyongsong Otonomi Daerah.
Universitas Negeri Malang,
Malang.Miftah Thoha. (1995).
Kepemimpinan dalam Manajemen.
Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.