• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN KEPALA SEKOLAH DALAM UPAYA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN MELALUI KONSEP MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH : Studi Kasus pada SLTP Swasta Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANAN KEPALA SEKOLAH DALAM UPAYA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN MELALUI KONSEP MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH : Studi Kasus pada SLTP Swasta Kota Bandung."

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN KEPALA SEKOLAH DALAM UPAYA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN MELALUI KONSEP

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (Studi Kasus pada SLTP Swasta Kota Bandung)

Thesis

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperolehGelar Magister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh:

RM IMAM I. TUNGGARA NIM 999526

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN (S2)

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis dengan judul "Peranan kepala

sekolah dalam Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (Studi Kasus pada SLTP Swasta di Kota Bandung)" ini beserta

seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan

penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran atas etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim terhadap

keaslian karya saya ini.

Bandung, September 2001 Yang membuat pernyataan,

(3)

Disetujui dan disyahkan oleh Pembimbing

Pembimbing I

Ol

Prof. DR. H. Abdul Azis Wahab, MA.

Prof. DR. H. Djaman Satori, MA.

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN (S2) PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(4)

LEMBAR PERSETUJUAN

Mengetahui/mengesahkan/menyetujui

Ketua Program Studi Atilministrasi Pendidikan

PPS Universitas Pendidikan Indonesia

Bandung

Prof. DR. H. Abiin Svamsudm Makmun, MA

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN (S2) PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(5)

ABSTRAK

Tesis ini berjudul Peranan Kepala Sekolah dalam Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (Studi Kasus pada SLTP Swasta di Kota Bandung). Fokus penelitiannya : pada kinerja Kepala Sekolah dalam upaya-upaya peningkatan mutu pendidikan dengan pendekatan manajamen berbasis sekolah. Adapun yang dibahas berkaitan dengan fokus penelitian meliputi: (1) Pemahaman kepala sekolah tentang manajemen berbasis sekolah (2) Visi Kepala Sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan melalui konsep manajemen berbasis sekolah (3) Upaya-upaya yang dilakukan Kepala Sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan (4) Analisis SWOT.

Penelitian ini mempergunakan metode kualitatif dengan menggunakan data yang ada untuk memperoleh makna yang mendalam. Pengumpulaan data dilakukan melalui studi, observasi, wawancara, dokumentasi, dan diskusi tentang upaya-upaya dalam peningkatan mutu pendidikan. Data tersebut diolah dan dianalisa selama kurun waktu pengumpulan data.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa pemahaman Kepala Sekolah tentang manajemen berbasis sekolah pada umumnya telah dipahami, oleh karena itu keberhasilan dalam mencapai kinerja unggulan akan sangat ditentukan oleh

faktor pengetahuan, keterampilan, dan performance dari kepala sekolah sebagai

pemimpin pendidikan. Di dalam menetapkan visi, Kepala Sekolah telah menjadi perhatian mutlak dalam pencapaian tujuan pendidikan, dan Kepala Sekolah melaksanakan visinya dengan baik.

Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan yang dilakukan Kepala Sekolah,

antara lain:

1. Pembinaan profesional guru 2. Pengaktifam MGMP sekolah

3. Pembentukan kelompok diskusi terbimbing 4. Pengadaan buku pusaka

Dengan demikian hasil dari/dampak upaya-upaya tersebut di atas diharapkan:

1. Rata-rata kualifikasi guru sarjana (akta IV) 2. Sarana dan Fasilitas belajar lengkap

3. Motivasi guru dan komitmen guru dalam mengajar tinggi 4. Suasana kerja dan kekompakan antara guru

5. Disiplin siswa tinggi

6. Kegemaran belajar dan semangat siswa tinggi

(6)

DAFTARISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Fokus Masalah dan Pertanyaan Penelitian 11

C. Tujuan Penelitian 13

D. Manfaat Penelitian 13

E. Metode Penelitian 14

F. Paradigma Penelitian 15

G. Sistematika Penulisan 16

H. Rencana Jadwal Penelitian 18

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Administrasi Pendidikan 19

B. Konsep Kepemimpinan Pendidikan 23

C. Konsep Manajemen Mutu Pendidikan 48

D. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah dalam Peningkatan

Mutu Pendidikan 59

E. Studi Terdahulu yang Relevan 64

F. Kesimpulan Hasil Studi Kepustakaan 68

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A Metode Penelitian 72

B Lokasi dan Subjek Penelitian 74

C. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data 78

D. Pengujian Tingkat Validitas Data 90

(7)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 92

B. Pembahasan Hasil Penelitian 117

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan Hasil Penelitian 140

B. Implikasi 146

C. Rekomendasi 148

DAFTAR PUSTAKA 151

LAMPfRAN-LAMPIRAN

(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Data SLTP Swasta Kota Bandung yang Dijadikan Sampel 76

2. Pedoman Pengumpulan Data 87

(9)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Paradigma Penelitian 15

2. Wilayah Kerja Administrasi Pendidikan 21

3. Keterampilan-keterampilan yang Dibataskan pada Tingkat

Kepemimpinan 36

4. Model Kepemimpinan Situasional I 43

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman wawancara untuk Kepala Sekolah Lampiran 2 Keadaan Guru

Lampiran 3 Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah Lampiran 4 Riwayat Hidup

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekolah sebagai institusi (lembaga) pendidikan merupakan wadah

tempat proses pendidikan dilakukan, memiliki sistem yang komplek dan

dinamis. Dalam kaitannya, sekolah adalah tempat yang bukan hanya sekedar tempat berkumpul guru dan murid, melainkan berada pada suatu tatanan yang

rumit dan saling berkaitan. Oleh karena itu sekolah dipandang suatu organisasi yang membutuhkan pengelolaan lebih dari itu.

Kegiatan lain organisasi sekolah adalah mengelola sumber daya manusia (SDM) yang diharapkan menghasilkan lulusan yang berkualitas sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat serta pada gilirannya lulusan sekolah diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada pembangunan bangsa.

(12)

dan berbagai peraturan dalam sistem nasiional merupakan alat negara untuk

mencapai tujuan negara dan bangsa dalam menyiapkan manusia Indonesia

bagi peranannya di masa yang akan datang.

Senada dengan hal tersebut di atas, bahwa pembangunan pendidikan

merupakan bagian dari pembangunan bangsa yang diarahkan untuk

meningkatkan harkat dan martabat manusia melalui peningkatan sumber daya

manusia. Lebih jauh dalam GBHN 1999 -2004 dinyatakan:

Mengembangkan kualitas sumber daya manusia sedini mungkin secara

terarah, terpadu, dan menyeluruh berbagai upaya proaktif dan reaktif oleh

seluruh komponen bangsa agar generasi muda dapat berkembang secara

optimal dengan hak dukungan dan lindungan sesuai dengan potensinya.

Sistem pendidikan nasional menyoroti tentang isu untuk meningkatkan

kualitas manusia, ialah bahwa peningkatkan kualitas tersebut sesungguhnya

merupakan mata rantai dari upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan

masyarakat untuk meningkatkan produktivitas nasional. Hal ini akan dapat

dihasilkan hanya melalui lembaga pendidikan. Manusia Indonesia yang

berkualitas, merupakan cermin dari kepribadian yang baik, yang pada

dasarnya merupakan menifestasi dari manusia yang produktif. Manusia

produktif dapat ditandai dengan memiliki kreativitas yang tinggi serta

mempunyai kemampuan mandiri untuk menghasilkan sesuatu bagi dirinya dan

untuk orang lain, serta tidak tergantung pada sarana dan lapangan kerja yang

(13)

Dalam pelaksanaannya, sekolah swasta yang ingin berhasil dengan baik harus dikelola dengan bertumpu pada visi dan misi dalam keterbukaan dan kesejagatan, lembaga manapun dihadapkan pada persaingan-persaingan

yang menuntut mutu pelayanan yang memuaskan secara umum. Visi adalah kristalisasi dan formulasi alat-alat fundamental dari masyarakat yang selanjutnya dikomunikasikan kembali pada masyarakat. .

Sedangkan visi sekolah swasta adalah suatu pegangan yang mampu memberikan arahan bagaimana sekolah swasta akan memberdayakan dirinya dalam menghadapi tantangan dan merupakan petunjuk jelas bagi segenap jajaran sekolah dalam menyongsong masa depan. Oleh karena itu visi sekolah swasta harus mampu: (Direktorat Sekolah Swasta: 1998):

(1) Menumbuhkan komitmen serta mampu memotivasi sekolah swasta untuk mengembangkan dirinya

(2) Membantu kehidupan sekolah swasta untuk tetap mampu berdaya saing. (3) Menimbulkan standarisasi operasional pendidikan sekolah swasta yang

prima dalam melakukan pelayanan yang prima kepada masyarakat. (4) Meningkatkan mutu sekolah swasta untuk tetap mempunyai daya saing. (5) Mampu menjembatani masa kini dan masa datang

(6) Memberikan gambaran dan arahan yang jelas bagi sekolah di masa yang akan datang.

(14)

kelangsungan hidup dan pengembangannya. Dengan demikian sekolah swasta

yang ingin maju dan berkembang harus menetapkan visi yang jelas untuk

perkembangan dan peningkatan mutu sekolah

Sedangkan misi sekolah swasta adalah tindakan untuk merealisasikan visi karena visi harus mengakomodasikan semua kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah. Dalam merumuskan misi, harus mempertimbangkan tugas pokok sekolah swasta dan kelompok-kelompok berkepentingan yang terkait dengan sekolah. Misi sekolah swasta harus mempunyai gambaran empat citra (catur citra):

(1) Kemandirian (2) Mutu

(3) Ciri Khas

(4) Tangung jawab sosial

(15)

Walaupun demikian, agar standar mutu tetap terjaga, harus ada standar

yang disepakati secara nasional untuk dijadikan indikator keberhasilan peningkatan mutu.

Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa

Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan

pendidikan, khususnya pndidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha telah

dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan, antara lain melalui berbagai

pelatihan dan peningkatan kualifikasi guru, pengadaan buku dan alat

pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana, serta peningkatan mutu manajemen

sekolah. Namun berbagai indikator peningkatan mutu pendidikan belum

menunjukkan peningkatan yang merata.

Ada 3 (tiga) faktor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami peningkatan secaramerata. (Drs. Umaedi, M. Ed. 2000).

Faktor pertama, kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional

menggunakan pendidikan education production function atau input-output

analysis yang tidak dilaksanakan secara konsekuen. Pendekatan ini melihat

bahwa lembaga pendidikan berfungsi sebagai pusat produksi yang apabila dipenuhi semua input (masukan) yang diperlukan dalam kegiatan produk

tersebut, maka lembaga ini akan menghasilkan output yang dikehendaki.

(16)

Karena selama ini dalam menerapkan pendekatan education production function terlalu memusatkan pada input dan kurang memperhatikan pada

output pendidikan.

Faktor kedua, penyelenggaraan pendidikan nasional secara sentralistik,

sehingga menempatkan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan jangan tergantung pada keputusan birokrasi yang mempunyai jalur yang sangat panjang dan kadang-kadang kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi sekolah setempat. Dengan demikian, sekolah kehilangan kemandirian, motivasi dan inisiatif untuk mengembangkan dan memajukan bimbingannya tennasuk peningkatan mutu pendidikan sebagai salah satu tujuan pendidikan

nasional.

Faktor ketiga, peranserta masyarakat, khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan selama ini minim. Partisipasi masyarakat selama ini pada umunya bersifat dukungan input (dana), bukan pada proses pendidikan (pengambilan keputusan, monitoring, evaluasi dan akuntabilitas).

Berkaitan dengan akuntabilitas, sekolah tidak mempunyai beban untuk mempertanggungjawabkan hasil pendidikan pada masayarakat, khususnya orang tua siswa, sebagai salah satu pihak utama yang berkepentingan dengan pendidikan{stakeholder).

Senada dengan hal tersebut di atas bahwa upaya peningkatan mutu, melibatkan semua personil sekolah, yang di dalam prosesnya menuntut

komitmen bersama terhadap mutu pendidikan di sekolah. Tumbuhnya

(17)

sebagai pemimpin pendidikan. Salah satu peranan penting kepala sekolah

adalah dalam memerankan fungsinya sebagai pemimpin di sekolah. Sebagai pemimpin tunggal di sekolah, ia memiliki tanggung jawab untuk mengajar dan

mempengaruhi semua yang terlibat dalam kegiatan pendidikan di sekolah untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan sekolah.

Adanya pemahaman dan komitmen yang kuat dari kepala sekolah merupakan unsur yang amat penting, bahkan Sellis (1994) mengemukakan adanya kegagalan pada proses penerapan teori peningkatan mutu utamanya disebabkan oleh kurangnya komitmen dari pimpinan. Peranan kepala sekolah selaku pimpinan dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu berkelanjutan di sekolah, cenderung lebih banyak menggunakan waktu untuk kegiatan memimpin, merencanakan ide-ide baru dan bekerja lebih dekat dengan para guru maupun stafnya.

Dalam petunjuk pelaksanaan kurikulum dipaparkan tugas dan

tanggung jawab kepala sekolah sebagai berikut:

Kepala sekolah bertugas dan bertanggungjawab terhadap keseluruhan kegiatan sekolah. Kegiatan meliputi teknis dan administrasi pendidikan, lintas program dan lintas sektoral dengan mendayagunakan sumber-sumber yang ada di sekolah agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efesien. (Juklak Kurikulum 1994).

Sedangkan peranan kepala sekolah berdasarkan Kepmendikbud RI

nomor 0296/0/1996 yang dikenal dengan konsep kepemimpinan pendidikan

(18)

(6) Sebagai inovator; (7) Sebagai motivator, yang lebih populer

Emaslim.

Dalam kaitannya dengan hal tersebut di atas bahwa peranan kepala disini sebagai pemimpin pendidikan, sesuai dengan pengertian kepemimpinan, maka kepala sekolah diharapkan mampu mewujudkan fungsi-fungsi

kepemimpinan dalam keseluruhan pelaksanaan pendidikan di sekolah. Keberhasilan kegiatan pendidikan di sekolah sangat tergantung sampai sejauh mana kepala sekolah mampu mempengaruhi, membimbing, menggerakkan dan memotivasi individu-individu yang terlibat dalam pendidikan dan mengarahkannya kepada pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Kepemimpinan pendidikan pada hakekatnya adalah proses menggerakkan, mempengaruhi, memberi motivasi dan mengarahkan orang-orang di dalam organisasi atau lembaga pendidikan tertentu untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.

Hal senada dapat pula dikatakan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang untuk menggerakkan, mempengaruhi, dan mengarahkan orang kepada pencapaian tujuan organisasi/sekolah. Dalam kepemimpinan ada tiga unsur yang terkait yaitu: (1) Orang lain yaitu pengikut atau bawahan yang terkait, (2) Kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin; (3) Pengaruh yang diberikan dalam proses kepemimpinan (Stoner, 1987).

(19)

dan staf lainya untuk menjalankan tugas masing-masing dengan sebaik baiknya. Terciptanya iklim belajar mengajar secara tertib, lancar, dan efektif ini tidak terlepas kapasitasnya sebagai pemimpin pendidikan di sekolah.

Perubahan pengelolan di sekolah, dimulai dari perubahan-perubahan secara mendasar terhadap kepemimpinan kepala sekolah. Upaya penciptaan iklim kondusif bagi terwujudnya perubahan dan pengembangan memangtidak terlepas dari aspek kepemimpinan kepala sekolah. Dalam kaitannya sebagai

seorang pemimpin seperti pendapat Noris yang dikutip oleh Azis Wahab (1996), yaitu:

1. Seorang pemimpin yang memiliki pengetahuan yang luas tentang teori pendidikan.

2. Kemampuan menganalisa situasi sekarang berdasarkan apa yang seharusnya.

3. Mampu mengidentifikasikan masalah

4. Mampu mengkonseptualkan arah baru untuk perubahan.

Peranan kepala sekolah selaku pimpinan dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu pendidikan seperti yang disarankan oleh Sellis, (1994)

antara lain:

1. Mempunyai visi atau daya pandang yang jauh dan mendalam tentang mutu

yang terpadu bagi lembaganya maupun bagi dirinya.

(20)

4. Meyakinkan kebutuhan peserta didik sebagai pusat perhatian kegiati

kebijakan lembaga/sekolah

5. Meyakinkan terhadap para pelanggan (siswa, orang tua, masyarakat) bahwa terdapat "channeF cocok untuk menyampaikan harapan dan keinginan.

6. Pemimpin melakukan pengembangan staf

7. Menjamin struktur organisasi yang menggambarkan tanggung jawab yang jelas

8. Mengembangkan komitmen untuk mencoba menghilangkan setiap

penghalang, baik yang bersipat organisasi maupun budaya

9. Mengembangkan mekanisme yang cocok untuk melakukan monitoring

dan evaluasi

(21)

memerlukan

penanganan

yang

profesional

kepala

sekolah

dalam

penyelenggaraan pendidikan di sekolah.

Aspek kunci lain yang perlu diperhatikan oleh kepala sekolah sebagai

pemimpin dalam melaksanakan upaya perbaikan mutu berkelanjutan adalah

dengan memberikan wewenang kepada guru dalam meningkatkan mutu proses

belajar mengajar serta kepada guru-guru diberikan kesempatan dalam

melakukan pembuatan keputusan dan diberikan tanggung jawab yang lebih

besar dalam melaksanakan tugas-tugas sebagai seorang guru.

B. Fokus Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Prestasi yang dicapai suatu sekolah, ditentukan oleh kemampuan

pemimpin sekolah dalam pengelolaan sekolah dalam upaya peningkatan mutu

pendidikan. Salah satu peranan penting adalah dalam memerankan fungsinya

sebagai pemimipin di sekolah, ia memiliki tanggung jawab untuk mengajar

dan mempengaruhi semua yang terlibat dalam kegiatan pendidikan di sekolah

untuk bekerjsama dalam mencapai tujuan sekolah.

Ukuran keberhasilan kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya

adalah dengan mengukur kemampuannya di dalam menciptakan "Iklim belajar

mengajar," dengan mempengaruhi, mengajak dan mendorong guru, murid,

dan staf yang lainnya. Terciptanya iklim belajar mengajar secara tertib, lancar,

dan efektif ini tidak terlepas dari kegiatan pengelolaan yang dilakukan oleh

(22)

12

Upaya peningkatan mutu, berkelanjutan melibatkan semua personil

sekolah, yang di dalam prosesnya menuntut komitmen bersama terhadap mutu pendidikan sekolah. Tumbuhnya komitmen di kalangan personil sekolah

melalui peranan kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan.

Penelitian ini difokuskan dan dibatasi pada kinerja kepemimpinan kepala sekolah dalam upaya-upaya peningkatan mutu pendidikan, dengan pendekatan manajemen berbasis sekolah sebagai salah satu konsep pengelolaan sekolah secara efektif. Rumusan penelitian tersebut sebagai berikut: "Bagaimana peranan kepala sekolah dalam upaya peningkatan mutu

Penidikan melalui konsep manajemen berbasis sekolah."

Masalah di atas dicari dan dikaji data empirisnya melalui jawaban atas pertanyaan penelitian berikut:

1. Bagaimana pemahaman kepala sekolah tentang manajemen berbasis

sekolah.

2. Bagaimana visi kepala sekolah dalam peningkatan mutu di masa depan.

3. Bagaimana upaya kepala sekolah yang dalam peningkatan mutu pendidikan sekolah

4. Kesempatan, kekuatan, kelemahan, ancaman apa yang dihadapi kepala sekolah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk membuat deskripsi dan

(23)

13

pemimpin dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, dan pelaksanaannya

terutama ditinjau dari sudut-sudut konsep pengembangan sumber daya

manusia, konsep manajemen mutu terpadu dan konsep manajenmen berbasis

sekolah dan perilaku organisasi.

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk menjawab semua

permasalahan yang diajukan dengan proses mengungkapkan, mendeskripsikan

serta mengevaluasi hal-hal sebagai berikut:

1. Persepsi dan pemahaman kepala sekolah tentang manajemen berbasis

sekolah.

2. Visi kepala sekolah tentang peningkatan mutu pendidikan masa depan

dalam konsep Manajemen Berbasis Sekolah.

3. Upaya yang dilakukan kepala sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan

dalam konsep Manajemen Berbasis Sekolah.

4. Kesempatan, kekuatan, kelemahan, ancaman yang dihadapi kepala sekolah

dalam upaya peningkatan mutu pendidikan dalam konsep Manajemen

Berbasis Sekolah.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian tentang "Peranan kepala sekolah dalam Upaya

(24)

14

sikap dan kemampuan profesional dan lebih lanjut diharapkan dapat pula memperluas wawasan sekaligus memotivasi untuk melakukan studi lanjut dalam aspek yang sama atau yang berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan itu sendiri.

Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memperkaya wawasan berpikir, terutama dalam memperluas dan memperdalam kajian dalam kaitannya dengan peningkatan mutu pendidikan. Secara praktis, diharapkan mampu memberikan kontribusinya kepada kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan dalam upaya peningkatan mutu berkelanjutan.

E. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, menggunakan metode kualitatif, hal ini didasarkan kepada rumusan masalah penelitian yang menuntut peneliti melakukan eksplorasi dalam memahami dan menjelaskan masalah yang diteliti melalui hubungan yang intensif dengan sumber data, sedangkan untuk menjawab permasalahan secara teoritis digunakan studi kepustakaan, dengan diharapkan penganalisaan terhadap beberapa variabel yang dijadikan faktor penelitian akan lebih akurat.

(25)

15

Studi dokumentasi digunakan untuk mengungkapkan potensi sekolah

sedang, observasi terutama untuk mengungkapkan segi-segi kualitatif dari

berbagai sumber daya serta menunjang upaya peningkatan mutu dan peranan

kepala sekolah dalam menjalankan peranannya sebagai pemimpin pendidikan

di sekolah.

F. Paradigma Penelitian

Peran Kepala

Sekolah

KONSEP MBS 1. Pemahaman Kepala

Sekolah tentang konsep

MBS

2. Visi kepala sekolah dalam peningkatan mutu 3. Upaya kepala sekolah dalam peningkatan mutu 4. Kesempatan,

kelemahan, tantangan

dan hambatan

Gambar 1 Paradigma Penelitian

Pada paradigma penelitian berikut ini menunjukkan bahwa peranan

Kepala sekolah adalah merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu

(26)

16

merupakan posisi yang tertinggi di struktur organisasi sekolah dan diangkat

berdasar persyaratan-persyaratan tertentu sebagai pimpinan formal.

Dalam peningkatan mutu, salah satu model yang dapat mendongkrak

mutu pendidikan adalah dengan menggunakan pendekatan manajemen

berbasis sekolah (MBS), yang mana memerlukan adanya suatu pemahaman

yang kuat dari kepala sekolah tentang konsep-konsep MBS, dan kepala

sekolah mempunyai suatu visi dalam rangka pencapaian mutu pendidikan di

sekolah dengan mengupayakan kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang pada

hasil pembelajaran di sekolah melalui komitmen yang tinggi dari segenap

warga sekolah.

G. Sistematika Penulisan

Laporan penelitian ini terdiri dari lima bab, dan disusun dalam suatu sistematika sebagai berikut:

Bab I, Yang membahas tentang latar belakang masalah, Fokus masalah dan pertanyaan penelitian, Tujuan penelitian, Manfaat penelitian, Metode

penelitian, dan dalam bab I ini dikemukakan Paradigma penelitian

dan Sitematikan penulisan.

Bab II,

Dalam bab II dikemukakan tentang beberapa teori yang dipandang

relevan dengan permasalahn dalam penelitian. Adapun teori-teori

yang dibahas dalam bab II ini meliputi: Konsep Administrasi

(27)

17

Mutu Terpadu, Konsep Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep

Sekolah Efektif, Konsep Manajemen Masa Depan.

Bab III, Membahas prosedur penelitian, selanjutnya tentang tentang

pelaksanaan penelitian, sumber data penelitian, lokasi penelitian,

selanjutnya dibahas analisa data penelitian.

Bab IV, Diulas hasil penelitian yang merupakan hasil-hasil dari pertanyaan penelitian.

(28)

H. Rencana Jadwal Penelitian

No

WAKTU

KEGIATAN

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pra Survey

2 Membuat Rancangan Penelitian

3 Pengajuan Proposal

4 Seminar

5 Perbaikan Proposal

6 Bimbingan BAB I, II, dan III

7 Pelaksanaan Penelitian

8 Pengolahan Data dan Bimbingan

BAB IV, dan V

9 Progress Report

10 Ujian Tahap I

(29)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini diarahkan untuk mendeskripsikan dan menganalisa

secara mendalam tentang peranan kepala sekolah dalam upaya peningkatan

mutu pendidikan. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan yang

bermanfaat bagi sekolah tersebut dalam meningkatkan kinerja sekolah.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, hal di dasarkan pada rumusan masalah penelitian yang menuntut peneliti melakukan eksplorasi

dalam rangka memahami dan menjelaskan masalah yang diteliti melalui

hubungan yang intensif dengan sumber data. Dalam penelitian ini, peneliti

mengumpulkan data deskripsi mengenai kegiatan atau perilaku subyek yang

diteliti, baik persepsinya maupun pendapatnya serta aspek-aspek lain yang

relevan yang diperoleh melalui kegiatan wawancara, observasi, dan studi

dokumentasi. Uraian seperti ini biasanya menghadapi kesulitan bila diganti

melalui prosedur statistik, berbeda dengan melalui prosedur metode kualitatif.

Yang dimaksud dengan metode kualitatif menurut Bodgan dan Taylor seperti

dikutif oleh Lexi J. Moleong (1993: 3) adalah sebagai prosedur dasar

penelitian yang menghasilkan data deskriptif bempa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Lebih lanjut ia

mengemukakan bahwa:

(30)

"Penelitian kualitatif berakar pada latar belakang alamiah sebagai

kebutuhan

mengandalkan

manusia

sebagai

alat

penelitian,

memanfaatkan metode kualitatif dan mengadakan analisis data secara

induktif".

S. Nasution (1988: 5) mengemukakan:

"Penelitian kualitatif pada hakekatnya adalah mengamati orang dalam

lingkungan kehidupan, berinteraksi

dengan mereka, berusaha

memahami bahasadan tafsiran mereka tentangduniadi sekitarnya"

Lincoln dan Guba (1985: 12) mengemukakan bahwa peneliti yang

menggunakan pendekatan kualitatif, disain penelitiannya bersifat

"emergen

design".

Hal ini disebabkan karena pada tahap awal penelitiannya,

kemungkinan peneliti belum memiliki gambaran yang jelas tentang

aspek-aspek masalah yang akan ditelitinya. Ia akan mengembangkan fokus

penelitian sambil mengumpulkan data. Demikian pula peneliti kualitatif tidak

menghampiri masalah yang akan ditelitinya melalui pertanyaan penelitian

yang telah dirumuskan sebelumnya untuk dicari jawabannya atau melalui

pemmusan hipotesis untuk dibuktikan kebenarannya. Bogdan dan Biklen

(1982: 31) mengemukakan bahwa sebagai peneliti kualitatif ia akan menaruh

perhatiannya untuk memahami perilaku, pandangan, persepsi, sikap dan

lain-lainnya berdasarkan pandangan subyek yang diteliti sendiri. Oleh karena itu,

peneliti kualitatif mengumpulkan datanya melalui kontak langsung dengan

(31)

74

Penelitian kualitatif memiliki sejumlah karakteeristik yang

membedakannya dengan penelitian kuantitatif Bogdan dan Biklen (1987:

27-28) mengemukakakn beberapa karakteristik penelitian kualitatif sebagai

berikut:

(1) Qualitative research has the natural setting as the direct source of

data and the researcher is the key instrument.

(2) Qualitative research is descriptive.

(3) Qualitative researchers are concerned with process rather than

simply with outcomes orproducts

(4) Qualitative researchers tend to analyze their data inductively

(5) Meaning is ofessential concern to the qualitative approach

Karakteristik-karateristik tersebut di atas menjiwai penelitian ini.

Karakteristik pertama, peneliti seabagai instrumen utama mendatangi sendiri

secara langsung sumber datanya. Dalam penelitian ini peneliti mempelajari

fenomena sebagaimana aslinya yang tampak dan terjadi di lapangan,

Karakteristik kedua, mengimplikasikan bahwa data yang dikumpulkan dalam

penelitian ini lebih jauh cendemng dalam bentuk kata-kata daripada

angka-angka. Jadi hasil analisisnya berupa uraian. Karakteristik ketiga, keempat, dan

kelima, menjelaskan bahwa peneltian kualitatif lebih memfokuskan kepada

proses dari pada hasil, dan melalui analisis induktif peneliti mengungkapkan

makna dari keadaan yang diamatinya itu.

B. Lokasi dan Subyek Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Kantor Depdiknas dan SLTP

(32)

75

Kota Bandung termasuk wilayah Propinsi Jawa Barat berbatasan

dengan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung sebelah utara, sebelah timur

dengan Kecamatan Cicalengka dan sebelah selatan Kecamatan Ciparay dan

sebelah barat dengan Kota Administratif Cimahi sebelah selatan ini.

1. Kantor Dinas Pendidikan Kota Bandung

Kantor ini mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Kantor

Wilayah Depdiknas Propinsi dan sebagai koordinator bagi Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama, di kantor ini diperoleh data yang berkaitan

dengan kemampuan rata-rata kepala sekolah, keadaan personil, dan

fasilitas penunjang yang digunakan di sekolah.

2. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Swasta

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Swasta yang dijadikan lokasi

penelitian adalah yang dinilai kinerja kepala sekolahnya yang

klasifikasinya baik, sedangdan kurang. Sedangkan subyek penelitian

sebagai sumber data akan diambil dari sejumlah kepala sekolah dan gum

sebagai sampel dengan berbagai latar belakang kualifikasi pendidikan.

Dengan demikian salah satu sampel yang menjadi subyek dalam penelitian

ini adalah kepala sekolah. Pemilihan kepala sekolah sebagai subyek atau

responden didasarkan pada pertimbangan sebagaimana berikut ini.

1. Kepala sekolah merupakan penanggung jawab kegiatan penyelenggara

pendidikan;

(33)

76

3. Mengetahui perkembangan dan permasalahan pendidikan secara

menyeluruh di sekolah yang dipimpinnya;

4. Mampu memberikan informasi tentang berbagai kegiatan yang sudah,

sedang maupun yang akan dilaksanakan.

Komposisi sementara subyek penelitian sebagai berikut:

Tabel 1

Data Subjek Penelitian

No Nama Sekolah Status Sekolah Klasifikasi Sekolah

1 SLTPS Istiqomah Disamakan Baik

2 SLTPS Jend. Sudirman Disamakan Sedang

3 SLTPS 11 Maret Diakui Kurang

Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, sampel dalam

penelitian ini adalah

"Purposive sampling".

Dengan pengambilan secara

purposif, hal-hal yang dicari dapat dipilih pada kasus-kasus ekstrim, sehingga

hal-hal yang dicari tampil secara menonjol dan lebih mudah dicari maknanya.

Hasil yang diperoleh dengan pengambilan sampel ini bukan untuk mencari

generalisasi, tetapi mungkin dapat ditransfer pada kasus lain. Lincoln dan

Guba (1985: 202) mengemukakan bahwa:

"Naturalistic sampling is, then,

very maximize information, notfacilitate generalization".

Oleh karena itu, menumt Lincoln dan Guba (1985: 201-202) dalam

penelitian naturalistik, spesifikasi sampel tidak dapat ditentukan sebelumnya,

(34)

77

design,

(2)

serial selection of sample units,

(3)

continous adjusment or

"focusing" ofthe sample,

(4)

selection to the point ofredudancy".

Bertitik tolak dari pendapat di atas, penentuan sampel dalam penelitian

ini dilakukan sementara penelitian berlangsung. Caranya, yaitu peneliti

memilih kepala sekolah dan gum yang termasuk wilayah penelitian dan

menurut pertimbangan peneliti (sebagai

human instrument)

dapat memberikan

informasi maksimum mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan fokus

penelitian, selanjutnya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari

sampel sebelumnya, peneliti dapat menetapkan unit sampel lainnya yang dapat

dipertimbangkan akan memberikan data lebih lengkap. Unit sampel yang

dipilih makin lama makin terarah sejalan dengan makin terarahnya fokus

penelitian. Dalam proses penentuan sample tidak dapat ditentukan sebelumnya

karena ditentukan oleh pertimbangan informasi. Dalam hubungan ini, S.

Nasution (1988: 32-33) menjelaskan bahwa penentuan unit sampel dianggap

telah memadai apabila telah sampai kepada

taraf"redudancy"

(ketuntasan atau

kejenuhan), artinya meskipun responden bertambah bisa diprediksi tidak akan

dperoleh lagi tambahan informasi yang berarti.

Sedangkan Subino Hadisubroto (1988: 12) mengemukakan bahwa "...

penelitian kualitatif tidak akan memulai dengan menghitung atau

memperkirakan banyaknya populasi dan kemudian menghitung proporsi

sampelnya sehingga dipandang telah representatif'.

Salah satu sifat metode kualitatif ialah pemilihan responde yang

(35)

78

berkaitan dengan data yang terhimpun, dijadikan subyek penelitian. Jumlah

data dan informasi dari kepala sekolah ditambah lagi dari wakil kepala sekolah

dan gum yang dipilih, tidak ditetapkan sebelumnya. Jumlah subyek atau

responden yang diwawancara terus berubah seiring dengan lengkap tidaknya

data. Dalam hal ini, peneliti juga tidak dapat menggunakan personil yang ada pada SLTP Swasta yang telah ditetapkan terutama mereka yang ragu-ragu dalam memberikan informasi yang dibutuhkan peneliti. Wawancara dilakukan

berulang-ulang dengan para responden guna memperoleh informasi yang

benar-benar akurat dan menyelumh.

C. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan

adalah: observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Oleh karena itu

keberhasilan suatu penelitian naturalistik sangat tergantung kepada ketelitian dan kelengkapan catatan yang disusun melalui observasi,

wawancara dan studi dokumentasi. Ketiga teknik pengumpulan data

tersebut digunakan untuk memperoleh informasi yang saling menunjang

dan melengkapi. Teknik-teknik pengumpulan data tersebut diuraikan

sebagai berikut:

a. Teknik observasi

(36)

79

Swasta yang ada di kota Bandung. Selain itu teknik observasi

dimaksud pula untuk melakukan recheck atau triangulasi. Dengan

observasi ini dilakukan pengamatan secara langsung terhadap berbagai

kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah tersebut, yang meliputi guru,

proses belajar mengajar, serta lingkungan sekolah.

Patton (1980) yang dikutip oleh Nasution (1988)

mengemukakan sebagai berikut:

(1) Dengan berada di lapangan peneliti lebih mampu memahami

konteks data dalam keseluruhan situasi.

(2) Pengalaman langsung memungkinkan peneliti menggunakan

pendekatan induktif.

(3) Peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati

orang lain

(4) Peneliti dapat mengmukakan hal-hal yang sedianya tidak akan

temngkap oleh responden dalam wawancara.

(5) Peneliti dapat mengemukakan hal-hal di luar persepsi responden. (6) Di lapangan penliti tidak hanya dapat mengadakan pengamatan

tetapi juga, memperoleh kesan-kesan pribadi.

Kemudian di bagian lain Nasution (1988) mengemukakan

bahwa intensitas partisipasi pengamatan dapat dilakukan dalam lima

tingkat yaitu dari partisipasi nihil, pasif, sedang, aktif, sampai

(37)

80

mulai dari kegiatan sebagai penonton kemudian sewaktu-waktu turut

serta dalam situasi atau kegiatan yang sedang berlangsung.

Sesuai dengan masalah yang diteliti, maka data yang akan

dikumpulkan melalui observasi meliputi hal-hal sebagaimana berikut

ini:

1) Persepsi kepala sekolah mengenai visi dan misi dalam melakukan

upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah;

2) Usaha yang dilakukan kepala sekolah sesuai perannya dalam

melakukan upayapeningkatan mutu pendidikan;

3) Kendala yang dihadapi kepala sekolah dalam melakukan upaya

peningkatan mutu pendidikan, dan cara mengatasinya;

4) Peran dan pendekatan yang dilakukan kepala sekolah dalam

melakukan upaya peningkatan mutu pendidikan;

5) Persepsi dan respon gum terhadap kegiatan pembinaan yang

dilakukan kepala sekolah;

Data tentang kinerja guru yang tertuang akan dikumpulkan

guna melihat kelemahan, kekuatan, peluang dan tantangan terutama

dalam rangka pemberian makna dari temuan dengan menganahsis atau

menafsirkan berdasarkan teori yang relevan.

b. Wawancara

Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana

(38)

pikiran dan perasaannya, yaitu informasi

"unic"

(Nasution, 1988: 71)

Kenyataan, peneliti hams berkomunikasi langsung dengan responden

melalui wawancara dan mempakan kegiatan penting dalam penelitian

kualitatif.

Pada awalnya wawancara dilaksanakan dengan tidak

berstmktur, karena masih bersifat umum dan belum terfokus dan hanya

terpusat pada satu pokok masalah tertentu, serta wawancara bebas

berisi pertanyaan yang berpindah-pindah dari satu pokok masalah

kepada masalah yang lainnya, sepanjang masih berkaitan dengan

aspek-aspek masalah penelitian.

Dalam wawancara ini, peneliti menyediakan pedoman wawancara, meskipun dalam pelaksanaanya tidak terlalu terikat pada

pedoman tersebut. Secara garis besar, sesuai dengan masalah

penelitian, data yang ingin dikumpulkan adalah:

I. KUALITAS KEPALA SEKOLAH

a) Bagaimana visi dan misi kepala sekolah dalam melakukan upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah.

b) Bagaimana usaha yang dilakukan kepala sekolah sesuai perannya dalam peningkatan mutu pendidikan yang

berkelanjutan.

c) Apa saja kendala yang dihadapi kepala sekolah dalam

(39)

d) Bagaimana peran dan pendekatan yang dilakukan keplL—y. v

sekolah dengan para gum dan personil lainya dalam usaha

peningkatan mutu pendidikan.

II. KINERJA GURU

a) Bagaimana persepsi dan respon guru terhadap upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah.

b) Apa saja yang telah dilakukan oleh guru dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah.

c) Apa saja yang menjadi kendala guru dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah.dan bagaimana guru cara mengatasi hal tersebut di atas.

d) Rencana apa saja yang telah dan akan dilaksanakan guru dalam upaya pelaksnaan mutu pendidikan.

Tujuan pengumpulan data tersebut adalah untuk memperoleh keterangan secara terperinci dan mendalam mengenai pandangan kepala sekolah tentang upaya peningkatan mutu pendidikan, dan tanggung jawabnya serta harapan-harapan kepala sekolah terhadap hasil yang diharapkan oleh sekolah. Pedoman ini dibuat (dirumuskan) dalam bentuk terbuka (Nasution 1988: 77) dan diperlukan dalam

proses berjalannya wawancara sehingga tetap berada pada konteks permasalahan yang sedang diselidiki. Wawancara dengan kepala

(40)

83

secara menyeluruh terhadap fokus penelitian. Dengan kata lain, data pertama mengandung sifat non directive yaitu ditinjau dari pandangan peneliti.

c. Studi Dokumentasi

Sekalipun dalam penelitian kualitatif kebanyakan data diperoleh dari sumber manusia {human resources) melalui observasi

dan wawancara, akan tetapi diperlukan pula sumber lain sebagai pelengkap yaitu dokumentasi. Dalam penelitian ini dokumen dapat dijadikan bahan triangulasi untuk mengecek kesesuaian data. Adapun perolehan data dalam penelitian ini dilakukan melalui berbagai dokumen tentang persepsi kepala sekolah, aktivitas kepala sekolah

yang tergambar dari peran pendekatan kepala sekolah, serta

inventarisasi kemajuan sekolah.

Dengan studi dokumentasi ini akan diperoleh data tertulis

tentang kegiatan yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam rangka membina kemampuan profesional gum. Untuk lebih menyempumakan

hasil penelitian melalui kegiatan wawancara, observasi dan studi

dokumentasi penelitian juga menggunakan tape recorder dan kamera sebagai alat bantu dalam mengumpulkan data. Meskipun pembicaraan

(wawancara) dilakukan dengan menggunakan tape recorder, peneliti

tidak lupa pula mencatat informasi yang non verbal. Pencatatan ini

(41)

84

mempermudah penulis mengungkapkan makna dari apa yang hendak

disampaikan oleh responden.

Dalam penelitian kualitatif, prosedur pengumpulan data tidak memiliki suatu pola pasti, sebab disain serta fokus penelitian dapat

mengalami pembahan yang bersifat

"Emergent"

akan tetapi untuk

mempermudah pengumpulan data, peneliti mengikuti prosedur seperti

yang dikemukakan oleh Nasution (1988: 33-34), yaitu:

(1) Tahap Orientasi; (2) Tahap Eksplorasi; (3) Tahap Member Check;

1) Tahap Orientasi

Pada tahap orientasi, kegiatan utama ditujukan untuk menentukan permasalahan yang terjadi di lapangan. Hal-hal yang

dilakukan dalam kepentingan ini adalah:

a) Melakukan pra survey dengan mengamati berbagai gejala yang terjadi dalam proses pembinaan kemampuan profesional gum yang dilakukan kepala sekolah di beberapa SLTP Swasta Kota Bandung. Gejala tersebut merupakan embrio permasalahan

dalam pembuatan rancangan penelitian.

b) Memilih lokasi penelitian untuk memudahkan pelaksanaan dan

mencari tingkat permasalahan yang paling menarik untuk

(42)

85

c) Menyusun rencana penelitian sebagai salah satu langkah awal

persiapan menghadapi seminar disain.

d) Menentukan tenaga bantuan dari tenaga pengajar atau pihak

lain yang dianggap profesional.

e) Menyiapkan

perlengkapan

penelitian,

seperti

pedoman

penilaian, dokumen observasi, pedoman wawancara serta alat

bantu lain seperti perekam (tape recorder) dan kamera.

f) Mengurus perizinan untuk mengadakan penelitian.

2) Tahap Eksplorasi

Pada tahap ini prosedur pengumpulan data sehubungan

dengan kinerja kepala sekolah dan gum dilakukan sesuai dengan ketentuan pembimbing. Kegiatan inti yang dilakukan meliputi: a) Mengumpulkan dasar dan kebijakan pelaksanaan kegiatan

peningkatan mutu pendidikandi sekolah swasta.

b) Mengobservasi pelaksanaan kegiatan peningkatan mutu pendidikan yang dilakukan kepala sekolah mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai proses pengawasan dan

penilaian.

c) Melakukan wawancara dengan subyek penelitian dalam situasi alami. Kegiatan wawancara ini akan berakhir apabila selumh

(43)

86

3) Tahap Member Check

Dalam tahap ini semua data dan informasi yang telah

dikumpulkan dicek ulang (triangulasi), guna melihat sejauh mana kelengkapan atau kesempumaan serta validitas data diperoleh.

Kegiatan-kegiatan pada tahap ini meliputi:

a) Mengecek ulang data yang sudah terkumpul, baik yang

bersumber dari dokumen maupun hasil pengamatan dan

wawancara.

b) Meminta data dan informasi ulang kepada subyek peneliti jika temyata data yang telah terkumpul tersebut belum lengkap. Proses pengumpulan dilakukan dengan wawancara langsung

atau melalui telepon dan sarana lainnya.

c) Meminta penjelasan pada pihak-pihak terkait {stakeholders)

tentang implementasi pembinaan kemampuan profesional guru,

terutama kepada kepala sekolah.

Untuk efektipnya pelaksanaan pengumpulan data, peneliti membuat kisi-kisi untuk dijadikan pedoman sebagaimana tabel

(44)

No 2. Tujuan Pengumpulan Data Mengetahui pemahaman dan persepsi kepala sekolah terhadap

Mengetahui visi kepala

sekolah dalam

peningkatan mutu masa depan.

Mengetahui upaya kepala sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan yang sesuai dengan peranannya

Tabel 2

Pedoman Pengumpulan Data

Data yang diperlukan

Pemahaman konsep manajemen berbasis

sekolah

Implementasi MBS yang diterapkan

sesuai kondisi sekolah.

Pemasyarakatan MBS pada warga

sekolah

- Visi kepala sekolah dalam peningkatan

mutu masa depan

- Pandangan guru terhadap visi yang

dicanangkan oleh kepala sekolah dalam peningkatan mutu masa depan.

Usaha yang dilakukan kepala sekolah

dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di mana kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan:

• Kepala sekolah merupakan pimpinan

tunggal di sekolah

• Kepala sekolah mempunyai kewajiban mengajar dan mempengaruhi semua pihak yang terlibat

(45)

Penilaian terhadap persepsi peran dan pendekatan kepala

sekolah secara

menyeluruh

Kemampuan kepala sekolah dalam upaya

peningkatan mutu pendidikan masa depan.

Keterangan:

KS = Kepala sekolah

G = Gum

W Wawancara

O Observasi

D Dokumentasi

88

2. Teknik Pengolahan Data

Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa penelitian ini bersifat

deskripsi evaluatif, maka dalam upaya mengolah dan menafsirkan data

yang sudah terkumpul dilakukan melalui proses membandingkan dengan

teori-teori maupun petunjuk kegiatan pembinaan. Artinya dasar tersebut diarahkan untuk mengevaluasi kondisi realistis mengenai kegiatan

pembinaan. Untuk kepentingan itu, peneliti melakukan pengolahan dan

penafsiran data dengan teknik analisis kualitatif.

(46)

89

profesional gum. Sedangkan guru akan mengungkapkan mengenai

persepsi serta pengetahuan, sikap dan keterampilan gum hasil pembinaan.

Pembinaan kemampuan profesional yang dilakukan sebagai dasar

guru dalam melakukan tugasnya ini, akan analisis dengan melihat

kelemahan dan kekuatan, terutama dengan pendekatan SWOT/KKPT.

Analisis data dalam penelitin kualitatif ini dilakukan dengan

mengikuti prosedur atau langkah-langkah seperti yang dikemukakan oleh

Milles dan Huberman (1992: 16-20) dan oleh Nasution (1988: 129-130),

yaitu reduksi data, display data dan mengambil kesimpulan dan verifikasi..

Teknik pengolahan dan penafsiran data tersebut dilakukan dengan

tahapan sebagai berikut:

1. Reduksi data, pada tahap ini datayang sudah terkumpul diolah dengan

tujuan untuk menemukan hal-hal pokok dalam pembinaan kemampuan

profesional guru.

2. Display data, pada tahap ini peneliti membuat rangkuman temuan

penelitian secara sistematis sehingga pola dan fokus pembinaan mudah

diketahui. Melalui kesimpulan, data tersebut diberi makna yang

relevan dengan fokus penelitian.

3. Verifikasi data, dalam kegiatan ini peneliti melakukan pengujian atau

kesimpulan yang telah diambil dan membandingkan dengan teori-teori

yang relevan serta petunjuk kegiatan pembinaan. Pemantapan

(47)

90

kegiatam Member Check, sehiungga akan menghasilkan suatu

penelitianyang bermakna.

D. Pengujian Tingkat Validitas Data

Pengujian tingkat validitas data dalam studi kualitatif ini berpedoman

pada konsep Nasution (1988) dengan mengutamakan kebermaknaan data

sehingga mempunyai arti yang dapat dipercaya. Proses pengujian kepercayaan

validasi penelitian kualitatif ditentukan oleh beberapa kriteria, yaitu

"Kredibilitas (validitas internal), Transferabilitas (validitas ekstemal),

Depentabilitas (realiabilitas) dan Komfimiabilitas (objektivitas)" (Nasution

1988:114-120)

1. Kredibilitas

Dalam hal ini. peneliti melakukan kegiatan seperti: a. Mengecek

kebenaran data dengan membandingkan dengan sumber lain, seperti dosen

pembimbing, pengawas sekolah dan sumber lainnya, b. Membicarakan

dengan kolega guna memperoleh penajaman anbaluisis dan penafsiran

data, seperti teman-teman kuliah atau mereka yang telah lulus pendidikan

pascasarjana, dan c. Menggunakan bahan kepustakaan sebagai informasi

untuk memahami konteks inti pembinaan.

2. Transferabilitas

Fokus utama kegiatan ini adalah unutk mengetahui sejauh mana

(48)

dilakukan antara lain berupaya mendeskripsikan dengan rinci mengenai

kemungkinan penerapan penelitian ini di sekolah lainnya, terutama dalam

memberikan rekomendasi dalam membina kemampuan profesional guru

secara efektif.

3. Depentabilitas dan Konfirmabilitas

Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah berkaitan dengan masalah kebenaran penelitian naturallistik yang ditunjukkan dengan proses

"Audit trail"(Lincoln dan Guba, 1985: 319) Trial, artinya jejak yang dapat diikuti dan dilacak, sedangkan "Audit" artinya pemeriksaan terhadap

semua data dengan tingkat ketelitian tertentu yang melahirkan keyakinan

bahwa apa yang dilakukan dalam proses pembinaan selama ini merupakan

kegiatan realita. Hal ini dilakukan dengan dosen pembimbing, baik data

mentah maupun hasil analisis dan sintesis data sehingga menimbulkan

keyakinan bahwa apayang diloporkan itu demikian adanya.

Rambu-rambu yang dituangkan dalam prosedur penelitian ini

merupakan panduan untuk melakukan analisis dan menafsirkan data

sehubungan dengan problema yang telah dikemukakan pada bab terdahulu.

Akan tetapi langkah-langkah penelitian tersebut bisa saja berubah, asal

tidak mempengamhi proses dalam memperoleh dalam memperoleh data

(49)

BABV

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Setelah menganalisa dan membahas hasil penelitian pada bab IV, pada

bagian ini akan disajikan secara ringkas mengenai; (a) Kesimpulan hasil

penelitian, (b) Rekomendasi hasil penelitian. Pokok-pokok kesimpulan

dimaksudkan

sebagai kesimpulan sementara hasil penelitian.

Terhadap

kesimpulan tersebut, diadakan diskusi dan pembahasan serta rekomendasi bagi

usaha peningkatan mutu melalui konsep manajemen sekolah di SLTP swasta kota

Bandung.

A. Kesimpulan Hasil Penelitian

1. Persepsi dan pemahaman kepala sekolah tentang menajemen berbasis

sekolah.

Dari hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa usaha yang telah

dilakukan kepala sekolah SLTP swasta di kota Bandung, apabila ditinjau

dari persepsinya selaku penanggung jawab pendidikan di sekolah, terdapat

kecenderungan-kecenderungan sebagai berikut:

a. Pemahaman kepala sekolah terhadap pemahaman manajemen berbasis

sekolah dikatakan dipahami. Walaupun usaha kearah peningkatan

mutu pendidikan belum dilakukan secara optimal. Secara nyata dapat

dilihat kurangnya.

(50)

141

Memanfaatkan sumber daya yang ada di sekolah yang pada dasamya

memperdayakan sumber daya (termasuk Kepala Sekolah, Guru, Staf

BP Konselor), karena dalam MBS diperlukan keterkaitan selumh

warga sekolah. Oleh karena itu, kepala sekolah menjamin dan

mengusahakan sumber daya

{human and financial),

kepala sekolah

menggali sumber-sumber daya, baik yang bersumber dari pemerintah

{state government)

maupun dari orang tua dan masyarakat guna

menunjang dalam kegiatan/proses belajar mengajar.

Karena manajemen berbasis sekolah (MBS) itu sendiri

prinsipnya menempatkan kewenangan yang bertumpu kepada sekolah

dan masyarakat, menghindarkan format sentralistik dan birokratisasi

yang dapat menghilangkan fungsi manajemen sekolah. Oleh karena

itu, MBS memiliki potensi yang besar dalam menciptakan kepala

skeolah, guru dan pengelolaan sistem pendidikan (administrator)

secara operasional. Dalam hal ini, kepala sekolah telah memahami

MBS karena kepala sekolah telah mendapat pengetahuan tersebut

melalui penataran, diskusi, teman sejawat maupun lokakarya dan

sebagainya.

Dari hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa perhatian

gum terhadap kegiatan yang dilakukan oleh kepala sekolah umumnya

sama, hanya yang banyak menjadi perhatian gum adalah kegiatan

kepala sekolah kecenderungan tersebut sangat berpengaruh pada

(51)

142

Umumnya gum mengakui bahwa kegiatan yang dilakukan oleh

kepala sekolah baik peningkatan profesional guru, kegiatan bimbel dan

pengadaan buku pustaka itu semua guru menunjang pelaksanaan

peningkatan mutu pendidikan. Sedang kegiatan lain yang dilakukan

kepala sekolah dan dengan menyusun visi dan misi sekolah menyusun

rencana peningkatan mutu dan melaksanakan evaluasi pelaksanaan

peningkatan mutu.

Sedangkan kendala yang dihadapi kepala sekolah dalam

peningkatan mutu pendidikan umumnya cenderung pada kurang

pahamnya guru tentang MBS dan terbatasnya sarana dan prasarana

yang dimiliki sekolah. Selain itu juga pada sekolah yang kualifikasinya

kurang faktor biaya sangat menentukan usaha-usaha yang dilakukan

kepala sekolah.

b. Visi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Melalui Konsep

Manajemen Berbasis Sekolah

Dari hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa visi kepala

sekolah di tiga SLTP swasta di kota Bandung, pada umumnya sama

yakni menunjukkan adanya upaya peningkatan mutu pendidikan. Di

dalam menetapkan visinya, kepala sekolah telah bempaya untuk

mensinergikan segala sumber daya yang tersedia di sekolah (guru, staf

tata usaha, siswa dan orang tua) agar dapat berpartisipasi dalam

(52)

142

Hasil temuan yang dikemukakan di atas menunjukkan bahwa

kepala sekolah di tiga SLTP swasta kota Bandung sudah memahami

dan mengerti bahwa menetapkan suatu visi sekolah adalah mutlak,

karena visi yang dimmuskan dapat memberi arah kemana sekolah

yang bersangkutan dibawa untuk mencapai tujuan yang diharapkan

dan kegiatan kepala sekolah sudah mengarah kepada usaha-usaha

peningkatan mutu pendidikan yang berbasis sekolah.

Dalam hal ini, kepala sekolah telah melaksanakan fungsi-fungsi

kepemimpinan, yang ditandai dengan kegiatan kepala sekolah untuk

menciptakan iklim belajar yang kondusif bagi terlaksananya proses

belajar mengajar secara efektif dan efisien, serta kepala sekolah telah

memberikan kewenangan pada guru dalam meningkatkan proses

belajar mengajar serta pada gum diberikan kesempatan dalam

mengembangkan dirinya guna pencapaian visi yang telah ditetapkan

oleh kepala sekolah.

Di dalam penelitian juga dikemukakan adanya kesamaan dari

ketiga kepala SLTP swasta Istiqomah, SLTP swasta Jenderal

Sudirman, dan SLTP swasta Sebelas Maret, dalam peningkatan mutu

pendidikan melalui konsep manajemen berbasis sekolah, artinya dalam

konteks ini termuat ada rasa tanggung jawab dan semua pokok yang

terkait dalam melaksanakan tugas dan fungsinya masing-masing demi

kepentingan pendidikan pada umumnya dan khususnya demi kualitas

(53)

144

c. Upaya yang Dilakukan Kepala Sekolah dalam Peningkatan Mutu

Pendidikan

Usaha yang dilakukan kepala sekolah dalam mewujudkan

tujuan pendidikan selain dilakukan melalui pemberdayaan sumber

daya yang ada di sekolah, juga dilakukan dengan melengkapi sarana

dan prasarana serta fasilitas guna menunjang proses kegiatan balajar.

Dalam mewujudkan guru yang mempunyai kemampuan profesional

dibutuhkan dengan dukungan dari masyarakat dan mstansi yang terkait

untuk memberikan fasilitas dan pelayanan sehingga sekolah dapat

memenuhi tuntutan masyarakat.

Dalam meningkatkan profesional guru, dapat melalui pusat

kegiatan guru (PKG) dan kegiatan Musyawarah Gum Mata Pelajaran

(MGMP) yaitu kegiatan diskusi sesama guru/teman sejawat, penataran,

membuat naskah dan laporan buku, guru memberikan nilai tambah

bagi guru tersebut.

Sesuai dengan peranannya kepala sekolah telah mengadakan

pembahaman-pembahaman untuk meneumkan gagasan-gagasan baru

dalam upaya peningkatan pendidikan dalam pendekatan manajemen

berbasis sekolah, secara konsepsual tindak kepemimpinan kepala

sekolah hendaknya menyerahkan pada terciptanya keseimbangan yang

dinamis

{dynamic equilibrium)

yang menuju kearah kemajuan sekolah.

Dari hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa kepala

(54)

145

pendidikan melalui pendekatan manajemen berbasis sekolah di

antaranya:

1. Pembinaan Profesional Guru

Dalam melakukan kemampuan profesional guru, sifat

pendekatan yang dilakukan kepala sekolah pada umumnya sama,

sebagai contoh, kepala sekolah telah memperlihatkan kemampuan

dan kesediaan untuk memprakarsai pembinaan terhadap guru yang

didasarkan pada hubungan yang serasi, sehingga hasil daripada

pembinaan tersebut akan lebih baik.

2. Pengaktifan Kegiatan MGMP Sekolah

Dalam pengaktifan MGMP, kepala sekolah bersama-sama

gum dan warga sekolah yang lainnya telah mengkordinasikan

untuk mengaktifkan MGMP sekolah dalam menyelesaikan

pennasalahan-permasalahan yang timbul yang dihadapi oleh guru

dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga diharapkan

MGMP tersebut dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

3. Pembentukan Kelompok Diskusi Terbimbing

Kelompok diskusi pembimbing ini dimaksudkan untuk

membantu dan memberikan materi-materi dalam rangka

pendalaman EBTANAS, dan kelompok diskusi pembimbing ini

(55)

146

serta gurii BP yang pelaksanaannya minimal satu kali per minggu

untuk setiap pelajaran.

4. Pengadaan Buku Pustaka

Dari hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa kepala sekolah sangat memperhatikan buku-buku pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar mengajar baik guru maupun siswa, oleh karena itu kepala sekolah telah melengkapi buku-buku pustaka untuk mendukung kegiatan di sekolah.

B. Implikasi

Dari hasil penelitian, terungkap bahwa upaya kepala sekolah dalam

peningkatan mutu pendidikan melalui konsep manajemen berbasis sekolah,

untuk sekolah dengan klasifikasi baik dapat dilihat dari proses pendidikan yang mana hasil dari proses tersebut keluarannya akan baik/bermutu.

Ditelaah dari sudut pandang kinerja sekolah, mutu proses pendidikan diukur dengan indikator-indikator sebagaimana diperinci oleh Makmun (1997) yaitu efisiensi, produktivitas, efektivitas, relevansi, akuntabilitas, kesehatan

organisasi, dan semangat berinovasi. Efisiensi berkaitan dengan optimalisasi

sumber pendidikan yang terbatas, untuk mencapai output yang optimal. Suatu

proses pendidikan yang efisien ialah yang mampu menentukan keseimbangan

antara sumber-sumber yang dibutuhkan dengan yang tersedia, guna

mengurangi hambatan-hambatan dalam mencapai tujuan pendidikan (Suryadi,

(56)

147

1. Dalam pelaksanaan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah), memeriukan

sosok kepala sekolah yang memiliki kemampuan manajenal dan integntas

profesional yang tinggi serta demokratis dalam proses pengambilan

keputusan mendasar di sekolah. Kenyataan yang ada pada umumnya,

kepala sekolah belum dapat dikatakan sebagai "Manajer Profesional",

karena sistem pengangkatan kepala sekolah selama ini tidak didasarkan

kepada kemampuan atau pendidikan profesionalnya sebagai manajer

sekolah, tetapi lebih didasarkan pada pengalaman sebagai guru.

Dalam Managemen Berbasis Sekolah, kepala sekolah adalah

"The Key

Person"

untuk keberhasilan pelaksanaan "Otonomi sekolah". la adalah

orang yang diberi tanggung jawab untuk mengelola dan memberdayakan

sumber daya manusia dan sumber dana yang tersedia, dan dapat digali dari

masyarakat dan orang tua untuk keberhasilan pencapaian visi, misi dan

tujuan sekolah.

2. Di dalam menetapkan visinya kepala sekolah dituntut memiliki wawasan

yang luas tentang

"Effective Schools"

serta kemampuan profesional yang

memadai dalam bidang perencanaan, kepemimpinan, manajerial, dan

supervisi bidang pendidikan. Ia juga harus memiliki kemampuan untuk

membangun kerjasama yang harmonis dengan berbagai pihak yang terkait

dengan program pendidikan di sekolah.

3. Dalam upaya-upaya yang telah dilakukan oleh kepala sekolah pada

peningkatan mutu pendidikan melalui pendekatan Managemen Berbasis

(57)

masyarakat dan orangtua siswa dalam perencanaan dan pengemba

program-program sekolah serta pelaksanaannya. Keterlibatan masyaraE

dan orang tua bukan hanya dalam bentuk bantuan finansial, tetapi lebih

banyak terlibat dalam pemikiran-pemikiran untuk peningkatan mutu

sekolah secara keseluruhan. Masyarakat dan orangtua harus disadarkan

bahwa sekolah merupakan lembaga pendidikan yang perlu didukung oleh

semua pihak. Prestasi dan sukses suatu sekolah hams dijadikan prestasi

dan kebanggaan masyarakat dan orang tua siswa di mana sekolah berada.

4. Analisis SWOT

{Strength, Weakness, Opportunity, and Threat)

dilakukan

dengan maksud untuk mengenali tingkat kesiapan setiap fungsi dari

keseluruhan fungsi sekolah yang diperlukan untuk mencapai sasaran yang

telah ditetapkan. Berhubung tingkat kesiapan fungsi ditentukan oleh

tingkat kesiapan masing-masing faktor yang terlibat pada setiap fungsi,

maka analisis SWOT dilakukan terhadap keseluruhan faktor dalam setiap

fungsi, baik faktor yang tergolong internal maupun ekstemal.

C. Rekomendasi

Berdasarkan penelitian, terdapat beberapa kebijakan yang ditempuh

oleh para pelaksana pendidikan, khususnya kepala sekolah dalam rangka

mensukseskan upaya yang dilakukan kepala sekolah dalam peningkatan mutu

pendidikan melalui konsep manajemen berbasis sekolah (MBS) di beberapa

SLTP Swasta kata Bandung perlu dibuat rekomendasi hasil penelitian.

(58)

149

1. Meningkatkan peranan kepala sekolah yang sangat penting adalah sebagai

pemimpin pendidikan di sekolah, maka diperlukan adanya usaha yang

dilakukan kepala sekolah untuk dirinya sendiri guna menambah wawasan

maupun pengetahuan melalui peningkatan mutu pendidikan di sekolah

swasta, dengan kata lain kepala sekolah dapat mencari model-model

pembelajaran yang efektif.

2. Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan yang telah diprogramkan oleh

kepala sekolah, maka untuk mendukung program tersebut, perlu

ditumbuhkan kesadaran orang tua untuk membantu anak dalam

menyediakan fasilitas berlajar dan membantu anak yang mengalami

kesulitan belajar karena pendidikan bukan merupakan tanggung jawab

sekolah semata-mataakan tetapi tanggung jawab bersama. _

3. Agar keberhasilan konsep MBS sebagai salah satu model dalam

peningkatan mutu di sekolah itu tergantung pada kemampuan pelaksanaan

dan pemmusan kebijakan dalam hal ini kepala sekolah, harus dapat

memanfaatkan segala sumber daya yang ada dan memaksimalkan

pemanfaatannya. Oleh karena itu, kepala sekolah hams membuat

perencanaan yang mampu dan menutup visi sekolah yang tepat agar dapat

mencapai sasaran sekolah yang diinginkan. Dalam pelaksanaan MBS di

sekolah swasta, kepala sekolah perlu menetapkan standar penerimaan

murid bam agar input siswa tidak terlampau jauh dari harapan dan

(59)

150

4. Dan hasil analisis SWOT, sekolah harus memilih langkah-langkah

pemecahan (peniadaan) persoalan, yakni tindakan yang diperlukan untuk

merubah fungsi yang tidak siap menjadi fungsi yang siap. Selama masih

ada persoalan, yang sama artinya dengan ada ketidaksiapan fungsi, maka

sasaran yang telah ditetapkan tidak akan terrcapai. Oleh karena itu, agar

sasaran tercapai, perlu dilakukan tindakan-tindakan yang mengubah

(60)

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Andy PP Undap (1983).

"Pengaruh gaya Kepemimpinan dan Motivasi Kerja

terhadap Penampilan Kerja Guru SPG di Manado dan Minahasa".

Tesis

PPS IKIP Bandung: tidak diterbitkan.

A. Samana(1994).

Profesionalisme Keguruan.

Yogyakarta: Kanisius.

Bogdan, C. Robert &Biklen, SK, (1992)

Qualitative Research for Educations

an Introduction to Theory and Method,

Boston, Allyn and Bacon Inc.

Burhanuddm. (1999).

Implikasi Otonomi Daerah di Bidang Manajemen

Pendidikan. Universitas Negeri Malang, Malang.

Castetter B. William (1981).

The Human Research for Educational

Administration,New Jersey: A. Simon & Schuster Company.

Dadi Permadi. (1998).

Kepemimpinan Mandiri (Profesional) Kepala Sekolah

(Kiat Memimpin yang Mengembangkan Partisipasi).

Bandung: PT Sarana

Panca Karya.

Depdiknas. (1999).

Manajemen Sekolah.

Depdiknas. (2000).

Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah.

Engkoswara (1987).

Dasar-dasar Administrasi Pendidikan,

Jakarta: Dirjen Dikti

Depdikbud RI.

Fakry Gaffar M. (1987).

Perencanaan Pendidikan Teori dan Metodologi.

Jakarta: P2LPTK DitjenDikti - Depdikbud.

(1987).

Performance Based Teacher Educational, Suatu Alternatif

dalam Pembaharuan Guru. IKIP Bandung.

Fasli Jalal dan Dedi Supriadi. (2001).

Reformasi Pendidikan dalam Konteks

Otonomi Daerah. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Fattah, Nanang (2000).

Manajemen Berbasis Sekolah.

Bandung: CV Andira.

(61)

F.X. Soedjadi (1995).

Analisis Manajemen

Modem. Jakarta: Gunung Agitog^^LJ^^

^

Hadari Nawawi. (1987).

Administrasi Pendidikan.

Jakarta: Haji Masagung.

Harling, Paul. (1984).

New Direction in Educational Leadership.

London and

Philadelpia: The Falmer Press.

Hopkins, D. dan Reynold, D. (ed) (1994).

School DevelopmentSeries: Improving

Education, London, Cassel.

Hoy, Wayne K. and Cecil G. Miskel. (1987).

Educational Administration.

New

York: Random House, Inc.

Ibnu Madja. (1999).

Efektivitas Kepemimpinan Kepala Sekolah Dasar dalam

Pengelolaan Hubungan Sekolah dengan Masyarakat untuk Menunjang

Produktivitas Sekolah.

Tesis PPS IKIP Bandung: tidak diterbitkan.

Kartini Kartono, (1998).

Pemimpin dan Kepemimpinan.

Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Krajewski, J. Robert. (1983).

The Elementary School Principalship: Leadership

for the 1980s.

New York: Holt, Rinehart and Winston.

Lazaruth, Soewadji. (1987).

Kepala Sekolah dan Tanggung Jawabnya.

Yogyakarta: Kanisius.

Lipham, M. and James A. Hoech, Jr. (1974).

The Principleship: Foundation and

Functions.

Harper & Row Publishers, New York

Made Pidarta, (1998),

Manajemen Pendidikan Indonesia.

Jakarta, Aksara.

(1996).

Peranan Kepala Sekolah pada Pendidikan Dasar.

Jakarta:

Gramedia.

Makmun, Abin Syamsuddin (1986).

Efektivitas PBM dengan Menggunakan

(62)

is:

(1996).

Analisis Posisi Pendidikan.

Jakarta. Biro Perencanaan

Depdikbud.

Mantja, W. (1999).

Mencari Format Desentralisasi di Bidang Manajemen

Pendidikan Menyongsong Otonomi Daerah.

Universitas Negeri Malang,

Malang.

Miftah Thoha. (1995).

Kepemimpinan dalam Manajemen.

Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Referensi

Dokumen terkait

Biasanya dalam menuliskan network prefix suatu kelas IP Address digunakan tanda garis miring (Slash) “/”, diikuti dengan angka yang menunjukan panjang network prefix ini dalam

Mengubah ketentuan dan menambah ketentuan baru dalam Keputusan Presiden Nomor 67 Tahun 1980 ten-tang Badan Pertimbangan Kepegawaian, sebagai berikut :g. Mengubah ketentuan dalam

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN HELLISON UNTUK MENGEMBANGKAN NILAI TANGGUNG JAWAB DALAM PEMBELAJARAN SENAM.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Beberapa varietas hasil perakitan yang mendasarkan pemilihan tetua persilangannya berdasarkan jarak genetik yang jauh memiliki sifat unggul, seperti potensi hasil

Hasil pene- litian ini sesuai dengan hasil penelitian Hyun, Chung dan Lee (2005) yang menemukan bahwa remaja yang mempunyai efikasi diri yang rendah setelah mendapat

41 Pengurusan Badan Beruniform dan Kelab/Persatuan MBK  Tiada perancangan  Murid berkeperluan khas tidak terlibat dalam aktiviti kokurikulum  Jawatankuasa Program

[r]

Sedangkan jika sinyal valid maka program memanggil rutin GetRemoteData untuk membaca data remote kemudian melakukan pengkodean data dari kode-kode yang dipancarkan