• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRIBUSI IKLIM ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA DOSEN DI STIA LAN BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONTRIBUSI IKLIM ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA DOSEN DI STIA LAN BANDUNG."

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Penelitian

Dalam mencapai tujuan, setiap, organisasi dipengaruhi prilaku

organisasi (organization behavior) yang merupakan pencerminan dari perilaku

(behavior) dan sikap (attitude) orang-orang yang terdapat dalam organisasi

yang bersangkutan. Oleh sebab itu dosen adalah sebagai salah satu kunci

keberhasilan untuk mencapai tujuan dari suatu organisasi, dalam hal ini mutu

pendidikan terutama di STIA LAN Bandung. Dengan kata lain, secara teoretik,

keberhasilan pencapaian tujuan organisasi akan bergantung pada keadaan dan

kemampuan pegawainya dalam mengoptimalkan unit-unit kerja yang terdapat

pada organsasi yang bersangkutan.

Dalam konteks sistem pendidikan nasional, Pemerintah telah

mengamanatkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No: 20 Tahun

2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 3 disebutkan bahwa,

(2)

Upaya mendapatkan manusia yang berkualitas, pendidikan merupakan

sarana yang paling ampuh, baik pendidikan sekolah maupun pendidikan luar

sekolah, sejalan dengan yang dikatakan oleh Fakry (1987:2) bahwa:

“Keberhasilan pembangunan itu sangat ditentukan oleh faktor manusia, dan manusia yang menentukan keberhasilan ini haruslah manusia yang mempunyai kemampuan membangun. Kemampuan membangun ini hanya dapat dibina melalui pendidikan.”

Untuk memenuhi sumber-daya manusia yang berkualitas khususnya

aparatur pemerintah daerah dan pusast (Pegawai Negeri), pemerintah pusat

melalui Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Lembaga Administrasi Negara

Bandung (STIA LAN Bandung) menyelenggarakan pendidikan tinggi

kedinasan yang menyiapkan lulusannya untuk memiliki kompetensi

profesional dalam bidang ilmu administrasi publik bagi pegawai negeri.

Dengan peran tersebut di atas, STIA LAN Bandung mengemban Visi yaitu: Sebagai pusat unggulan dan institusi yang bertarap internasional dalam

penyelenggaraan pendidikan, penelitian, serta dalam pengabdian dan

pengembangan ilmu dan praktek administrasi di Indonesia. Sedangkan Misi

yang diemban yaitu: Menyelenggarakan pendidikan kedinasan guna

meningkatkan kualitas pegawai negeri pusat dan daerah, pegawai lembaga

swadana, pegawai BUMN dan BUMD, serta personel TNI dan POLRI

sehingga memiliki kompetensi yang diharapkan dalam mengemban tugas dinas

pemerintahan, menyelenggarakan penelitian dan pengembangan, dan

melakukan pengabdian pada masyarakat yang berkualitas dan bermanfaat.

(3)

Lembaga Administrasi Negara Bandung di manapun berada tetap mampu

menunjukan jati dirinya sebagai aparatur yang handal bagi masyarakat dan

bangsa Indonesia.

Sejalan dengan kebijakan pengembangan pendidikan nasional,

khususnya pendidikan dan pelatihan kedinasan pada masa yang akan datang

diarahkan pada peningkatan relevansi, yaitu relevansi hasil-hasil pendidikan

dengan kebutuhan pembangunan pada umumnya serta kebutuhan pelayanan

publik pada khususnya; dan keterkaitan dan kecocokan (link and match) antara

kebutuhan dan tantangan keahlian saat ini dan dimasa yang akan datang.

Pencapaian tujuan tersebut, tidak terlepas dari peran dosen sebagai

ujung tombak dalam proses pembelajaran, sehingga tercapainya tujuan

pendidikan sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi dosen mengemban

tiga tugas pokok yaitu melaksanakan pendidikan proses belajar mengajar

(PBM); melakukan kegiatan penelitian; mengabdikan ilmunya kepada

masyarakat.

Salah satu isu pokok pendidikan tinggi nasional, adalah rendahnya

kualitas atau mutu pendidikan. Hasil penilaian Badan Akreditasi Nasional

Perguruan Tinggi (BAN PT) yang dimuat dalam Media Cetak (Pikiran Rakyat,

4/12/08) Adil Basuki Ahza mengungkapkan bahwa, berdasarkan proses

akreditasi tahun 2008, baru lima perguruan tinggi Indonesia yang memiliki

akreditasi A. Sisanya berakreditasi B dan C, bahkan sebagian besar lainnya

masih belum terakreditasi. Adapun Perguruan Tinggi yang sudah A itu baru

(4)

LAN Bandung program S1 berdasarkan pada hasil penilaian BAN-PT nomor :

014/BAN-PT/Ak-XII/S1/VI/2008 Tentang Status, Peringkat, dan Hasil

Akreditasi Program Sarjana di Perguruan Tinggi. Oleh Karena itu dapat

diambil suatu kesimpulan bahwa rendahnya kualitas atau mutu pendidikan

dalam pencapaian tujuan pendidikan nasional sangat tergantung kepada

bagaimana kinerja dosen dalam melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi,

karena kinerja dosen merupakan penggerak mula (prime mover) bagi

keberhasilan tujuan yang hendak dicapai oleh lembaga Perguruan Tinggi.

Lebih jauh lagi ditegaskan oleh Hanafiah (1994:65) bahwa:

“Peningkatan mutu dan kinerja dosen harus dilaksanakan secara terencana dan berkesinambungan, karena peningkatan mutu dan kinerja dosen adalah bagian terpenting dari rencana pengembangan ketenagaan dan disusun secara efektif dan efisien berdasarkan kebutuhan dan standar mutu yang objektif dalam setiap bidang ilmu.”

Peranan yang besar dari manajemen sumber daya manusia dalam

mencapai tujuan atau visi organiasi sudah diakui oleh banyak orang.

Mengingat, di dalamnya terdapat berbagai fungsi-fungsi manajemen.

Perencanaan, promosi, pensiun, mutasi, pendidikan dan latihan, pengembangan

dan sebagainya. Apabila fungsi-fungsi manajemen ini dilaksanakan dengan

baik dan benar, serta mendapat dukungan dari semua pihak yang terlibat dalam

organisasi, maka tujuan dapat tercapai secara efektif dan efisien.

Sebagai konsekuensinya, dalam menjalankan kegiatannya pihak

manajemen hendaknya memberikan porsi yang lebih banyak terhadap

(5)

lingkungan baik internal maupun eksternal. Organisasi yang mengakui dan

peka terhadap kebutuhan tenaga pengajar dalam hal ini nyaitu dosen serta

menyediakan peluang untuk pengembangan dan keterlibatan akan memberikan

lingkungan kerja yang lebih berkualitas. Salah satu cara yang dapat dilakukan

yaitu menciptakan Iklim organisasi secara adil terhadap para pegawainya,

dengan demikian dapat meningkatkan kemampuan dosen dan memelihara

dengan baik. Manajemen Sumber daya Manusia banyak memberikan

sumbangan pada kehidupan kerja yang berkualitas, misalnya pelatihan dan

pengembangan, rancangan jabatan yang memungkinkan pegawai

menggunakan keterampilan mereka, praktek manajemen yang memberikan

karyawan tanggung jawab untuk mengambil keputusan penting, sistem

promosi dan seleksi yang menjamin perlakuan yang sama dan adil, lingkungan

fisik dan psikologis yang sehat, dan pekerjaan yang diorganisasikan dalam

kelompok. Praktek-praktek semacam itu meningkatkan komitmen karyawan,

kepuasan, dan perasaan berguna. (Randall S. Schuller dan Susan E. Jackson,

1997:14).

Pendekatan sistematis memastikan organisasi dan karyawan akan

belajar dari kesalahan dan keberhasilannya, sehingga organisasi ini akan tetap

bertahan dalam situasi yang cepat berubah seperti kondisi sekarang ini. Apabila

suatu organisasi melakukan praktek Sumber daya Manusianya dengan hati-hati

dan bijaksana, maka secara sistematis berhubungan dengan tuntutan

masyarakat/ pengguna, karyawan dan visi/misi organisasi, akan mengubah

(6)

(Randall S. Schuller dan Susan E. Jackson, 1997:28). Ketika organisasi yang

kondusif sangat di butuhkan bagi dosen untuk menumbuhkan dorongan dalam

diri dosen tersebut untuk bekerja lebih bersemangat. Ini berarti bahwa iklim

kerja berpengaruh terhadap tinggi rendahnya motivasi para dosen. Hal ini

sesuai dengan ungkapan Dirjen Dikti (Buku IIC; 1983:45), yang menyebutkan

bahwa “iklim organisasi sangat mempengaruhi motivasi para anggotanya. Ada

iklim yang menggairahkan para anggotanya untuk berpartisipasi, ada pula

iklim yang justru memadamkan motivasi untuk berprestasi”. Tidak

mengherankan ketika dosen merasakan apa yang diterimanya relatif dibawah

pengharapannya, mereka akan menunjukkan perilaku yang negatif misalnya

mengenai kehadiran asal hadir. Seiring dengan pendapatnya Mulyasa (2005:

13) iklim organisasi pembelajaran yang menyenangkan dan bermanfaat

diperlukan peran guru yang kreatif, profesional, dan menyenangkan, sehingga

mampu menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, suasana pembelajaran

yang menantang dan menyenangkan. Dengan demikian, kemampuan

profesional guru atau dosen dalam menciptakan pembelajaran yang berkualitas

sangat menentukan keberhasilan pendidikan secara keseluruhan. Kualitas

pembelajaran sangat bergantung pada kemampuan profesional dosen,

terutama dalam memberikan kemudahan belajar kepada mahasiswa secara

efektif, dan efisien.

Uraian singkat di atas menunjukan betapa besar tantangan yang harus

dihadapi sekarang dan dimasa depan, serta betapa penting peran pendidikan

(7)

yang dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi organisasi yang pada

akhirnya mempunyai daya saing tinggi. Disamping itu juga menggambarkan

tentang hal-hal yang harus dihadapi dalam era ilmu pengetahuan dan teknologi

serta dalam era globalisasi menunjukan mutlaknya kualitas dari hasilan

pendidikan tinggi. Demikian pula halnya dengan relevansi dari

program-program yang diselenggarakan terhadap keperluan nyata dunia kerja dan

industri. Untuk mengantisipasi perkembangan ini, maka Sekolah Tinggi Ilmu

Administrasi Lembaga Administrasi Bandung harus mengembangkan

paradigma manajemen baru untuk mengelola secara efektif dan produktif,

sehingga mampu meningkatkan kualitas secara berkelanjutan.

STIA LAN Bandung mempunyai secara struktural memiliki sejumlah

dosen dan tenaga administrasi yang memadai untuk mendukung manajerial

organisasi. Secara operasional struktur ini, masih perlu dikembangan lebih

maksimal lagi, karena kelemahan kemampuan tenaga administrasi terutama

dalam hal pengelolaan lingkungan kerja dosen. Hal ini mungkin disebabkan

oleh kenyataan bahwa sebagian besar kemampuan manajerial staf masih

didasarkan pada bakat pribadi, pengalaman dan latihan sendiri atau mengikuti

apa yang diperbuat oleh seniornya. Kekurangmampuan pengelolaan dosen dan

tenaga administrasi tidak hanya mempengaruhi efisiensi dan produktivitas

STIA LAN Bandung, tetapi juga mempengaruhi efisiensi proses pendidikan

serta layanan bagi semua pihak yang terlibat dalam organisasi pendidikan,

termasuk mahasiswa. Dampak yang dapat dirasakan saat ini terhadap kinerja

(8)

Bandung adalah dilihat dari kualitas mahasiswa masih kurang dirasakan dari

harapan institusinya. Menurut data yang diperoleh dari berbagai lembaga

menunjukan bahwa misalnya; pendataan penduduk masih menjadi kontroversi

keabsahannya.

Pengamatan yang didasarkan pada data yang diperoleh dari sub

akademik selama empat tahun terakhir ini bahwa, secara keseluruhan

pertemuan tatap muka yang dilakukan oleh dosen STIA LAN Bandung sudah

mencapai 100%, yakni: tatap muka di kelas (tidak termasuk UTS dan UAS)

dalam setiap semester adalah 18 (delapan belas) pertemuan (sumber: (LAKIP

STIA LAN, 2008). Namun meskipun kehadiran telah terncapai dari yang telah

ditetapkan, pada kenyataannya belum memberikan kontribusi yang signifikan

kepada mahasiswa. Hal ini, terungkap dari data yang dikemukakan oleh

Bagian Tenaga Pengajar dan Kemahasiswaan (TPK) STIA LAN Bandung

bahwa, rata-rata ketercapaian pemahaman teori/konsep yang dilakukan oleh

dosen pada setiap semester masih perlu terus dioptimalkan.

Kondisi seperti ini jelas merupakan suatu indikasi dari kinerja dosen

dalam hal pengajaran. Apabila hal ini dibiarkan, bukan tidak mungkin akan

berpengaruh kepada rendahnya ketercapaian materi yang disampaikan kepada

mahasiswa, dan pada gilirannya akan berdampak pada rendahnya kualitas/mutu

prestasi belajar mahasiswa.

Selama empat tahun terakhir, rata-rata indeks prestasi kumulatif (IPK)

lulusan STIA LAN Bandung cenderung meningkat. Sumber data yang didapat

(9)

setiap tahun lulusan (3.08, 3.15, 3.17, 3.19) yang juga dapat disimpulkan

bahwa secara keseluruhan, rata-rata IPK yang dicapai oleh mahasiswa STIA

LAN Bandung di bawah 3,50. Menurut laporan yang disampaikan oleh Ketua

Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Lembaga Administrasi Negara Bandung

pada sambutan wisuda STIA LAN Bandung (Mei 2008), bahwa sejak berdiri

hingga saat ini, belum mencapai IPK rata-rata di atas 3.70 (Cum Laude). Hal

ini jelas menunjukkan bahwa prestasi akademik mahasiswa STIA LAN

Bandung masih jauh dari harapan. Banyak faktor yang menjadi penyebab

tentang rendahnya prestasi akademik mahasiswa, yang salah satunya

disebabkan belum maksimalnya kinerja dosen.

STIA LAN Bandung telah melakukan upaya meningkatkan mutu

Sumber-daya Manusia, baik melalui pemberian kesempatan melakukan

pendidikan lanjutan bagi karyawan dan dosen (S1, S2, dan S3) maupun

peningkatan kemampuan berupa Diklat-Diklat Penjenjangan (Diklatpim IV

sampai II, Diklat Teknis Pelayanan Publik, dan mengirimkan dosen ke

berbagai Daerah untuk melakukan kajian). Namun demikian, upaya tersebut

belum dilakukan secara menyeluruh dan masih sangat terbatas. Di satu sisi,

karyawan STIA LAN Bandung terutama dosen banyak yang menuntut agar

mereka diberikan peluang yang sebesar-besarnya untuk meningkatkan

kemampuannya, namun di sisi lain manajemen dihadapkan kepada banyak

kendala dan sejumlah keterbatasan. Sebagai salah satu upaya yang dapat

dilakukan oleh manajemen STIA LAN Bandung adalah dengan melakukan

(10)

salah satu di antaranya dengan memberikan kesempatan yang luas kepada para

dosen dan karyawan secara adil. Hal ini sangat penting mengingat masih

banyak diantara karyawan maupun dosen mempertanyakan bagaimana dasar

penentuan kesempatan yang luas secara adil. Lingkungan Kondisi seperti ini

memberikan dampak atau pengaruh terhadap kinerja dosen terutama dalam hal

proses pembelajaran mahasiswa sesuai dengan tugas pokok mereka. Apabila

kondisi seperti ini dibiarkan, akan berdampak buruk bagi para karyawan

terutama dosen, misalnya munculnya sikap apatis, perasaan tidak nyaman,

suasana pembelajaran (instruction) yang tidak kostruktif, rendahnya motivasi

dan etos kerja, munculnya kelompok oposan terhadap berbagai kebijakan

pimpinan, asal-asalan dalam mengajar maupun membimbing mahasiswa, dan

perilaku lainnya yang tidak produktif.

Beberapa kondisi yang menunjukkan masih rendahnya kinerja dosen

STIA LAN Bandung, sebagai ilustrasi misalnya banyak dosen yang

menunjukkan kinerja rendah sebagai contoh: (1) masuk kelas dan

meninggalkan kelas tidak tepat waktu, (2) penyerahan nilai hasil evaluasi tidak

tepat waktu, (3) mahasiswa kesulitan menemui dosen untuk melakukan

bimbingan Tugas Akhir dan Proyek Akhir, (4) Banyak dosen yang mempunyai

pekerjaan sampingan sehingga ada di kantor hanya pada jam mengajar, dan

lain-lain. Rendahnya kinerja dosen khususnya dalam bidang pengajaran,

ditunjukkan oleh hasil studi yang dilakukan Pusat Penelitian dan Pengabdian

kepada Masyarakat (LITABMAS) STIA LAN Bandung tahun 2007 mengenai

(11)

Manusia STIA LAN Bandung 97,33% hal ini masih jauh dari harapan

lembaga/mahasiswa.

Studi di atas meskipun hanya dilakukan pada dosen Jurusan

Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM), namun hasilnya dapat dijadikan

kesimpulan umum tentang dosen STIA LAN Bandung secara keseluruhan

mengingat jurusan MSDM merupakan jurusan terbesar yang memiliki

mahasiswa terbanyak di STIA LAN Bandung.

Apalagi dilihat dari tugas utama dosen yaitu Tri Dharma

PerguruanTinggi, dapat dikatakan bahwa sampai saat ini kualifikasi sebagai

seorang dosen masih dipertanyakan, sebagian besar masih belum melakukan

kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Artinya sebagian besar

dosen STIA LAN Bandung belum terbiasa melakukan kegiatan-kegiatan ilmiah

yang seharusnya mereka lakukan, misalnya meneliti, menulis buku,

mengembangkan bahan dan metoda pengajaran, menulis jurnal-jurnal/artikel,

mengikuti kegiatan ilmiah (seminar, workshop, dll). Hal ini dapat dilihat dari

LAKIP STIA LAN Bandung, pada tahu anggaran 2008 selama satu tahun dari

sekitar 134 dosen, untuk bidang penelitian dan pengembangan ilmu

administrasi dan pengabdian masyarakat 83,13%. sedangkan untuk

peningkatan kualitas tenaga akademik rata-rata dari setiap kegiatan telah

mencapai 91,93% yang meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut : rapat

koordinasi Dosen STIA LAN Bandung telah mencapai 85,61%; bedah buku

(12)

koordinasi dosen pembimbing 85,61%; rapat koordinasi dosen program studi

96,14%.

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa secara kualifikasi

keseluruhan dapat dikatakan bahwa dosen STIA LAN Bandung belum

menunjukkan sebagai dosen di Perguruan Tinggi. Meskipun STIA LAN

Bandung belum ada standar berapa persen minimal jumlah setiap dosen harus

melakukan kegiatan penelitian dan pengabdian pada masyarakat, dengan data

tersebut maka semakin jelas sekali bahwa dosen yang sudah terbiasa

melakukan kegiatan penelitian dan pengabdian pada masyarakat belum

optimal. Atau dengan kata lain bahwa kinerja dosen STIA LAN Bandung

secara kesuluruhan belum menunjukkan kinerja yang tinggi sesuai dengan Tri

Dharma Perguruan Tinggi. Seperti telah disinggung sebelumnya bahwa kondisi

seperti ini disebabkan oleh banyak faktor.

Faktor lainnya yang turut mempengaruhi kinerja dosen menurut

pandangan peneliti adalah kepuasan kerja. Kepuasan kerja merupakan sesuatu

yang membuat dosen merasa nyaman dan aman serta betah dalam bekerja,

dimana kepuasan kerja akan terbentuk apabila kebutuhan yang diharapkan oleh

seorang dosen dari pekerjaan yang telah dilakukannya telah terpenuhi,

demikian juga sebaliknya bahwa kepuasan kerja tidak akan terbentuk apabila

kebutuhan yang diharapkan oleh seorang dosen dari pekerjaan yang telah

dilakukannya tidak terpenuhi. Dengan demikian, apabila seseorang dosen telah

merasakan kepuasan dengan pekerjaannya ia akan lebih bersemangat dan

(13)

Dari uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa diantara banyak

faktor yang mempengaruhi kinerja dosen, peneliti menduga bahwa Iklim

organisasi dan kepuasan kerja dosen merupakan faktor yang diduga sangat

mempengaruhi terhadap kinerja dosen. Karena itu penulis akan melakukan

penelitian dengan judul “Kontribusi Iklim Organisasi dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Dosen di STIA LAN Bandung ”

B. Identifikasi Masalah

Kinerja seseorang pegawai banyak ditentukan oleh banyak faktor.

Sutermeister (1976 :11) mengemukakan bahwa kemampuan (ability) dan

motivasi (motivation) merupakan faktor dominan yang secara langsung

mempengaruhi kinerja pegawai. Lebih jauh lagi, Sutermeister (1976:10-12)

telah mengidentifikasi berbagai faktor utama yang mempengaruhi kemampuan

seseorang, diantaranya adalah faktor pengetahuan (knowledge) dan

keterampilan (skill). Pengetahuan diperoleh melalui pendidikan (education),

pengalaman (experience), latihan (training), dan minat (interest). Sedangkan

keterampilan diperoleh melalui bakat (aptitude) dan kepribadian (personality).

Motivasi seseorang muncul bila pegawai merasa puas atas kondisi kerja

dan bila kebutuhannya terpenuhi. Kondisi kerja terdiri atas kondisi fisik

lingkungan kerja dan kondisi sosial pekerjaan yang membentuk ilkim

organisasi. Kondisi sosial pekerjaan ditentukan oleh faktor situasi formal

organisasi, pemimpin, dan serikat pegawai. Situasi formal organisasi terdiri

atas struktur organisasi, situasi kepemimpinan, efisiensi organisasi, kebijakan

(14)

Kebijakan organisasi tentang kepegawaian dan pemenuhan terhadap

kebutuhan individual maupun terhadap kondisi pekerjaan yang diinginkan

pegawai akan menentukan tingkat kepuasan kerja pegawai. Dengan kata lain,

tingkat kepuasan kerja akan ditentukan oleh sejauh mana kebutuhan pegawai

dapat terpenuhi dan seberapa baik kondisi fisik dan sosial pekerjaan serta

kebijakan organisasi tentang kepegawaian (iklim organisasi). Bila kebutuhan

individu (fisik, sosial, egoistic) terpenuhi dan kondisi pekerjaan cukup baik,

maka muncul kepuasan kerja dalam diri pegawai. Sebaliknya, bila banyak

kebutuhan pegawai yang tidak terpenuhi dan kondisi pekerjaan kurang baik,

maka akan muncul ketidakpuasan kerja dalam diri pegawai. Tingkat kepuasan

atau ketidakpuasan pegawai akan menentukan pula tingkat motivasi kerja. Bila

kepuasan kerja rendah, maka motivasi kerja akan rendah dan demikian pula

sebaliknya. Selanjutnya, motivasi kerja bersama kemampuan (ability) akan

menentukan kinerja pegawai. Motivasi kerja yang tinggi akan meningkatkan

kinerja, demikian pula sebaliknya.

Berdasarkan uraian di atas, timbul beberapa pertanyaan tentang

bagaimana pengaruh berbagai faktor yang telah disebutkan dalam

hubungannya dengan kinerja dosen, yaitu seberapa besar faktor: pendidikan

dan pelatihan, pengalaman, keterampilan, kemampuan, kepemimpinan, kondisi

lingkungan kerja, iklim organisasi, kebijakan personel, supervisi, kebutuhan

individu, kepuasan kerja memberikan kontribusi terhadap kinerja dosen?

Dari kompleksnya permasalahan seperti tergambar pada pertanyaan di

(15)

kontribusi lebih besar terhadap kinerja dosen, yakni: faktor ilkim dan kepuasan

kerja.

C. Pembatasan Masalah Penelitian

Sejumlah pertanyaan lain tertentu muncul berkaitan dengan kinerja

dosen. Ruang lingkup dan permasalahan yang berkaitan dengan kinerja dosen

sangatlah luas. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi kinerja dosen,

misalnya saja tingkat pendidikan dan pelatihan yang pernah diikuti,

pengalaman, keterampilan, kemampuan, kepemimpinan, kondisi lingkungan

kerja, kebijakan personel, supervisi, kebutuhan individu, suasana yang

dirasakan, kepuasan kerja dan lain-lain. Diantara sekian banyak faktor yang

diduga mempengaruhi kinerja dosen, dalam studi ini hanya akan mengkaji dua

variabel saja, yaitu iklim organisasi dan kepuasan kerja. Adapun alasan

mengambil iklim organisasi dan kepuasan kerja dijadikan variabel yang

mempengaruhi kinerja dosen, adalah :

(1) Seseorang akan menunjukkan kinerja terbaiknya apabila ia telah

mendapatkan lingkungan kerja yang kondusif (langsung atau tidak

langsung) secara adil dan yang bersangkutan merasakan kepuasan dalam

bekerja.

(2) Apabila seseorang telah merasakan kepuasan kerja dan Iklim Organisasi

dengan suasana kerja menyenangkan, ia akan betah dan loyal pada

(16)

Sehingga, dalam penelitian ini akan diteliti tentang : seberapa besar

kontribusi iklim organisasi dan kepuasan kerja, secara parsial dan secara

bersama-sama terhadap kinerja dosen.

Pengelolaan dosen yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah

berkenaan dengan iklim keterbukaan dosen. Iklim organisasi yang dimaksud

dalam penelitian ini meliputi supportive, collegial, intimate, directive,

restrictive dan disengaged. Kepuasan kerja dalam penelitian ini ditinjau dari

karakteristik dosen dan dimensi pekerjaan yang meliputi Hygiene Factors dan

Motivators khususnya menyangkut iklim organisasi (lebih menitikberatkan

terhadap keterbukaan iklim kerja yang mereka rasakan). Sedangkan kinerja

dosen yang dimaksudkan dalam penelitian ini hanya akan meneliti kinerja

dosen dari sudut pandang iklim organisasi dan kepuasan kerja yang

menyangkut pekerjaan profesi mereka sebagai dosen, yaitu kinerja profesional

sesuai dengan tugas utama mereka sebagai dosen nyakni melakukan

pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

D. Perumusan Masalah Penelitian

Seperti yang diuraikan sebelumnya dalam latar belakang masalah

bahwa yang akan manjadi fokus kajian dalam studi ini adalah “Kontribusi

iklim organisasi dan kepuasan kerja terhadap kinerja dosen STIA LAN

Bandung.” Maka, agar nantinya penelitian lebih mendalam, permasalahan lebih

diarahkan pada beberapa hal, diantaranya :

a. Bagaimana gambaran aktual iklim organisasi di STIA LAN Bandung?

(17)

c. Bagaimana gambaran tingkat kinerja dosen STIA LAN Bandung ?

d. Seberapa besar kontribusi iklim organisasi terhadap kinerja dosen STIA

LAN Bandung?

e. Seberapa besar kontribusi kepuasan kerja terhadap kinerja dosen STIA

LAN Bandung?

f. Seberapa besar kontribusi secara bersama iklim organisasi dan kepuasan

kerja terhadap kinerja dosen STIA LAN Bandung ?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, maka penelitian ini

bertujuan untuk :

a. Memperoleh gambaran empirik tentang iklim organisasi di STIA LAN

Bandung;

b. Memperoleh gambaran empirik tentang kepuasan kerja dosen STIA LAN

Bandung;

c. Memperoleh gambaran empirik tentang kinerja dosen STIA LAN

Bandung;

d. Memperoleh gambaran empirik kontribusi iklim organisasi terhadap

kinerja dosen STIA LAN Bandung;

e. Memperoleh gambaran empirik kontribusi kepuasan kerja terhadap kinerja

dosen STIA LAN Bandung;

f. Memperoleh gambaran empirik kontribusi secara bersama antara iklim

(18)

F. Manfaat Penelitian

Pada Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan praktis (bagi

peneliti) maupun lembaga dan kegunaan teoritis (bagi pengembangan ilmu

pengetahuan).

1. Kegunaan Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi

pengembangan ilmu dan pengetahuan terutama yang berhubungan

dengan jurusan dan program Administrasi Pendidikan;

b. Menjadi bahan masukan untuk kepentingan pengembangan ilmu bagi

pihak-pihak yang berkepentingan guna menjadikan penelitian lebih

lanjut terhadap objek sejenis yang belum tercakup dalam penelitian

ini.

2. Kegunaan Praktis

a. Memberikan informasi bagi para dosen agar meningkatkan

kualifikasinya sebagai upaya meningkatkan profesionalisme

sehingga kualitas lulusannya lebih berkualitas.

b. Sebagai bahan masukan bagi para dosen dan manajemen STIA LAN

Bandung, bahwa iklim organisasi sangat berkaitan erat dengan

kepuasan kerja, dan dapat mendorong kualitas kinerja dosen.

c. Sebagai bahan masukan bagi manajemen STIA LAN Bandung,

(19)

dengan pengelolaan iklim organisasi yang dapat menumbuhkan

kepuasan kerja dosen.

d. Sebagai bahan masukan kepada para praktisi pendidikan bahwa

tujuan pendidikan nasional akan tercapai bila didukung oleh kualitas

kinerja yang baik dari para dosen khususnya dan tenaga

kependidikan pada umumnya.

e. Menambah wawasan bagi para praktisi pendidikan, bahwa kinerja

dosen dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya iklim

organisasi dan kepuasan kerja.

G. Kerangka Berpikir

Segala tujuan organisasi akan mudah dicapai jika semua komponen

organisasi menampilkan kinerja yang optimal, termasuk peningkatan prestasi

kerja. Para dosen dapat meningkatkan Kinerjanya apabila terdapat keyakinan

dalam dirinya bahwa keinginan, harapan, tujuan keperluan dan kebutuhan

akan terpenuhi.

Istilah kinerja dapat diartikan sebagai watak atau semangat fundamental

yang menghasilkan produktifitas. Hoy and Miskel 2001:193-194. Dalam

penelitiannya memfokuskan diri pada dimensi Iklim organisasi yang memiliki

tingkat keterbukaan yang tinggi dan dianggap cukup esensial nyaitu;

Supportive, Collegial, Intimate, Directive, Restrictive, disengaged.

Sementara Robert C. Mill dalam (A. Dale Timpe 2002:4) menyatakan

bahwa Suasana organisasi adalah Serangkaian sifat lingkungan kerja yang

(20)

bekerja di dalam lingkungan tersebut, dan diperlihatkan untuk mempengaruhi

motivasi serta perilaku mereka. Apabila lingkungan kerja didasarkan pada

persepsi kolektif dari para dosen/pegawai telah sesuai dengan perilaku sikap

kerja yang diharapkan, maka mereka akan mendapatkan kepuasan dan

demikian juga sebaliknya.

Hezberg dalam (Wilf H. Ratzurg : 2003) bahwa terdapat dua dimensi

yang menentukan kepuasan kerja seorang pekerja yaitu faktor-faktor yang

mencegah timbulnya ketidakpuasan kerja (hygiene factors) atau disebut juga

dissatisfiers dan ada pula faktor-faktor yang menyebabkan kepuasan kerja yang

disebut “motivators” atau disebut juga satissfaiers. “Hygiene factors” terdiri

dari faktor-faktor seperti: gaji, lingkungan kerja, dan hubungan antar pekerja,

merupakan faktor-faktor yang tidak berhubungan langsung dengan pekerjaan,

tetapi berhubungan dengan konteks pekerjaan (Job Context). Sedangkan

“motivators” merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan pekerjaan

(Job Content), seperti: tanggung jawab, prestasi dan kesempatan berkembang.

Tingkat kepuasan merupakan suatu kombinasi dari tingkat aspirasi atau

tingkat kebutuhan (need-tension level) dengan sejumlah hal yang didapatkan

dari lingkungan. Kepuasan akan timbul bila kedua faktor tersebut terpenuhi

secara berimbang, dan kepuasan akan dicapai bila hasil yang diperoleh dari

lingkungannya sebanding dengan tingkat kebutuhan individu. Begitu pula

kepuasan kerja akan diperoleh jika karyawan merasa aspirasinya terpenuhi dan

(21)

Berdasarkan uraian di atas, kinerja dosen banyak ditentukan oleh

banyak faktor, salah satu diantaranya adalah bagaimana iklim organisasi

diterapkan secara transparan dan objektif, hingga menumbuhkan kepuasan

dalam bekerja.

Gambar 1.1. di bawah ini menunjukkan bahwa kinerja dosen

dipengaruhi oleh banyak faktor, mulai dari perencanaan pengadaan dosen itu

sendiri (kuantitas maupun kualitas). Adapun Frederik Hezberg dalam (J.

Michael Syptak et al., 1999) berpendapat bahwa kepuasan kerja tergantung

pada dua persoalan yaitu “hygiene factors” (faktor yang mencegah

ketidakpuasan kerja) dan “motivators” (faktor yang menyebabkan kepuasan

kerja). Selain itu, faktor lainnya yang turut mempengaruhi adalah

rekrutmen/seleksi dosen (apakah dilaksanakan dengan profesional dan

transparan), dan kegiatan pengelolaan sumber daya manusia lainnya seperti

program orientasi bagi dosen muda maupun program pelatihan dan

pengembangan lainnya (apakah sudah secara konsisten dilaksanakan dan

didasari oleh suatu analisis kebutuhan pelatihan dan pengembangan yang

matang). Disamping beberapa faktor seperti dijelaskan di atas, faktor lainnya

yang diduga berpengaruh terhadap kinerja dosen, adalah iklim organisasi yang

dirasakan oleh dosen dan kepuasan kerja dosen itu sendiri. Maka, konstelasi

(22)

Administrasi Pendidikan Administrasi pendidikan ialah ilmu yang mempelajari penataan sumber daya yaitu manusia, kurikulum atau sumber belajar dan fasilitas untuk mencapai tujuan pendidikan secara optimal dan penciptaan suasana yang baik bagi manusia yang disepakati. (Engkoswara, 1987: 42)

Fenomena

1. Kerja sama antar dosen belum optimal;

2. Suport/dorongan dari pimpinan belum optimal;

3. Pengelolaan lembaga yang dilakukan oleh ketua, pembantu ketua dan dosen kuarang komunikatif;

4. Kesempatan melanjutkan studi kurang maksimal;

5. Kurangnya keseimbangan antara yang dilakukan dosen dengan yang mereka terima;

6. Penghargaan atas prestasi dosen yang dirasakan kurang optimal; 7. Layanan kesejahteraan dirasakan

sangat kurang oleh para dosen; 8. Minimnya keterlibatan dosen

dalam pengambilan keputusan; 9. Ketidak tepatan waktu

penyerahan hasil evaluasi pengajaran;

10. Fasilitas pengajaran dirasa masih kurang;

IKLIM ORGANISASI

( X1 ) Supportive Collegial Intimate Directive RestrictiveDisengaged KEPUASAN KERJA ( X2 )

Hygiene Factor

Motivator

KINERJA DOSEN ( Y )

• Pengajaran • Penelitian • Pengabdian pada

(23)

Untuk lebih menajamkan analisis dan pembahasan, maka yang menjadi

fokus telaahan dalam studi ini adalah dua faktor terakhir, yaitu iklim organisasi

dan kepuasan kerja yang diduga memiliki kontribusi terhadap kinerja dosen

STIA LAN Bandung.

ρyx1

ρyx2

Gambar 1.2 Paradigma Penelitian

Keterangan:

X1 = Iklim Organisasi , X2 = Kepuasan Kerja, Y = Kinerja Dosen. ρ = Koefisien

ε = Variabel Residual (variabel lainnya diluar iklim organisasi dan kepuasan kerja)

H. Asumsi-asumsi

a. Kinerja dosen pada suatu lembaga pendidikan tinggi kedinasan STIA

LAN Bandung akan ditentukan oleh tinggi rendahnya kepuasan kerja

dosen. Jika kepuasan kerjanya rendah maka kinerjanya akan menurun

tetapi sebaliknya akan meningkat bila kebutuhannya terpenuhi.

Sebagaimana yang dinyatakan oleh (Hackman,1977: 425) Suatu pekerjaan

dapat memberikan kepuasan kerja kepada sumber daya manusia apabila:

(1) Menuntut keahlian atau keterampilan yang bervariasi, (2) Utuh (dari

awal hingga akhir proses) sehingga dikatakan memiliki identitas, (3)

Menentukan keberhasilan kerja sub unit/unit organisasi atau bahkan

keberhasilan seluruh perusahaan (berperan penting), (4) Otonom dalam

X

1

X

2

Y

ε

(24)

arti memberikan kebebasan kepada sumber daya manusia untuk memilih

cara-cara untuk menyelesaikan pekerjaan, (5) Memberikan umpan balik

kepada sumberdaya manusia atas apa-apa yang telah mereka kerjakan.

b. Kinerja dosen, seperti halnya sumber daya manusia lainnya dipengaruhi

oleh Iklim Organisasi adalah lingkungan manusia dimana para pegawai

organisasi melakukan pekerjaan mereka (Davis & Newstrom, 1996:21).

Atau serangkaian sifat lingkungan kerja yang dinilai langsung atau tidak

langsung oleh karyawan yang dianggap menjadi kekuatan utama dalam

mempengaruhi perilaku karyawan (Gibson, Ivancevih & Donneily,

1997:107). Yang dimaksud dengan lingkungan manusia adalah

kepemimpinan, motivasi, komunikasi, interaksi-pengaruh, pengambilan

keputusan, penyusunan tujuan dan pengendalian (Rensis Likert, dalam

davis & Newstrom, 1996:24).

c. Perancangan sistem penilaian kinerja pada dasarnya merupakan

perancangan suatu sistem formal dan terstruktur untuk mengukur dan

mengevaluasi, tidak hanya hasil kerja tetapi juga sikap, perilaku,

pengetahuan dan keterampilan/keahlian kerja sumber daya manusia.

Umumnya organisasi menggunakan sistem penilaian kinerja untuk

memberikan umpan balik kepada sumber daya manusia, untuk

kepentingan administrasi penggajian, untuk mengidentifikasi

keistimewaan dan kelemahan sumberdaya manusia serta untuk dijadikan

bahan pertimbangan pengambilan keputusan-keputusan pengelolaan

(25)

d. Kinerja dosen sangat berpengaruh pada lulusan pendidikan. Oleh

karena itu, kinerja dosen merupakan titik pusat pencapaian sasaran

organisasi STIA LAN Bandung (LAKIP STIA LAN Bandung, 2008).

Iklim organisasi tidak akan beroperasi dengan baik kalau tidak didukung

oleh kepuasan kerja yang luwes/menyenangkan demikian juga sebaliknya.

Dengan dukungan kinerja dosen yang profesional, maka dapat diharapkan

akan tercipta lulusan yang berkualitas, berguna bagi pengguna/user lulusan

nyaitu instansi dan alumni STIA LAN Bandung berada (Stakeholder).

Untuk itu diperlukan komitmen yang mantap dari berbagai pihak.

I. Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan permasalahan dan kerangka pemikiran serta asumsi

seperti dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis penelitian yang akan diuji

adalah sebagai berikut :

1. Iklim Organisasi memberikan kontribusi secara signifikan terhadap

kinerja dosen STIA LAN Bandung.

2. Kepuasan kerja memberikan kontribusi secara signifikan terhadap

kinerja dosen STIA LAN Bandung.

3. Iklim Organisasi dan kepuasan kerja secara simultan memberikan

kontribusi secara signifikan terhadap kinerja dosen STIA LAN

Bandung.

Rumusan hipotesis tersebut dapat dijabarkan kedalam hipotesis kerja

(26)

J. Lokasi dan Populasi Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada salah satu Perguruan Tinggi Kedinasan

bertempat di STIA LAN Bandung Jl. Cimandiri 34-38 Bandung. Metode yang

digunakan deskriptif analitis dengan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian ini

akan mengkaji kontribusi Iklim Organisasi (X1), Kepuasan Kerja (X2)

terhadap KinerjaDosen STIA LAN Bandung (Y).

Populasi penelitian ini adalah dosen tetap dan tidak tetap Sekolah

Tinggi Ilmu Administrasi Lembaga Administasi Negara Bandung sebanyak

134 dosen. Adapun Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan

menggunakan rumus dari Taro Yamane atau Slovin. Langkah pengambilan

sampel secara lengkap dapat dilihat pada bagian metodologi penelitian. 1) H1 : ρ x1.y 0 Iklim Organisasi memberikan kontribusi secara

nyata terhadap kinerja dosen STIA LAN Bandung.

2) H1 : ρ x2.y ≠ 0 Kepuasan kerja memberikan kontribusi secara nyata

terhadap kinerja dosen STIA LAN Bandung.

3) H1 : R x1.x2.y ≠ 0 Iklim Organisasi dan Kepuasan Kerja memberikan

(27)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini, termasuk pada jenis

metode verifikatif dengan tipe deskriptif yang secara harfiah diartikan sebagai;

“…metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini berkehendak mengadakan akumulasi data dasar belaka. Tapi dalam pengertian metode penelitian yang lebih luas diluar metode sejarah dan eksperimental, dan secara lebih umum sering diberi nama; metode survei, studi kasus, desktiptif kontinu; analisis perkerjaan dan aktivitas, tindakan verifikatif. Kerja penelitian bukan saja memberi gambaran terhadap fenomena-fenomena, tetapi juga menerangkan hubungan-hubungan, menguji hipotesis-hipotesis, membuat prediksi serta mendapatkan makna dan implikasi dari suatu masalah yang ingin dipecahkan.” (Moh. Nazir, 1988:64 – 65)

Berkaitan dengan pengertian metode deskriptif ini pula, Suharsimi Arikunto (1992:10) menjelaskan bahwa, “…penelitian ditinjau dari hadirnya variabel dan saat terjadinya, maka penelitian yang dilakukan dengan

menjelaskan/menggambarkan variabel masa lalu dan sekarang ( sedang terjadi),

adalah penelitian deskriptif (to describe : menggambarkan atau membeberkan).”

Winarno Surakhmad (1998) mengatakan bahwa, penelitian deskriptif

adalah penelitian yang bertujuan untuk memperoleh gambaran ciri-ciri variabel.

Sifat penelitian verifikatif pada dasarnya ingin menguji kebenaran dari suatu

hipotesis yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan. Pendekatan

yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu

(28)

proses pengkodean yang selanjutnya digunakan untuk menguji hipotesis secara

statistik.

Dengan demikian, metode penelitian adalah suatu cara untuk mencari dan

memperoleh data yang dipergunakan untuk kepentingan penelitian. Di samping

itu juga untuk mempermudah dalam menganalisis faktor-faktor yang berhubungan

dengan pokok permasalahan, sehingga akan diperoleh suatu gambaran yang

objektif.

B. Definisi Operasionalisasi Variabel dan Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini ada dua variabel bebas dan satu variabel tidak bebas.

Dua variabel bebas tersebut masing-masing adalah Iklim Organisasi sebagai variabel bebas (independent) pertama (X1) dan kepuasan kerja sebagai variabel bebas kedua (X2). Sedangkan variabel terikat (dependent) adalah kinerja (Y).

Baik buruknya Iklim Organisasi dapat dipengaruhi oleh motivasi kerja dan

kepuasan kerja (Davis dan Newstrom 1996:22) dalam hal ini unsur-unsur yang

membentuk iklim yang menyenangkan adalah :

1. Kualitas kepemimpinan 2. Kadar kepercayaan

3. Komunikasi ke atas dan ke bawah

4. Perasaan melakukan pekerjaan yang bermanfaat 5. Tanggungjawab

6. Imbalan yang adil

7. Tekanan pekerjaan yang nalar 8. Kesempatan

(29)

Tingkat kepuasan merupakan suatu kombinasi dari tingkat aspirasi atau

tingkat kebutuhan (need-tension level) dengan sejumlah hal yang didapatkan dari

lingkungan. Kepuasan akan timbul bila kedua faktor tersebut terpenuhi secara

berimbang, dan kepuasan akan dicapai bila hasil yang diperoleh dari

lingkungannya sebanding dengan tingkat kebutuhan individu. Begitu pula

kepuasan kerja akan diperoleh jika karyawan merasa aspirasinya terpenuhi dan

tingkat kebutuhannya sebanding dengan apa yang ia peroleh dari pekerjaannya.

Terdapat beberapa instrumen atau indeks yang dapat digunakan untuk

mengukur tingkat kepuasan kerja. Morse (Yanti.W: 1998) mengemukanan ada

tiga indeks kepuasan kerja yaitu:

1. Yang berhubungan dengan pekerjaan itu sendiri.

2. Yang berhubungan dengan identifikasi sosial dan status dalam

pekerjaan.

3. Yang berhubungan dengan kebanggaan dan status kelompok.

Dalam Minnessota Satisfaction Quesionnaire (Weiss, Davis, England,

Lofquist: 1967) terdapat 20 item pernyataan yang dapat digunakan sebagai

indikator pengukuran kepuasan kerja karyawan. Dari item di atas dapat pula

digunakan sebagai alat ukur kepuasan kerja internal, eksternal dan umum.

Kepuasan kerja internal adalah kepuasan yang timbul dalam diri seseorang

dengan melakukan sesuatu serta bagaimana dia melihat pekerjaan dan hasil

kerjanya. Faktor-faktor kepuasan kerja internal adalah aktivitas, kemandirian,

variasi tugas, status sosial, nilai-nilai moral, keamanan, hubungan sosial, otoritas,

(30)

eksternal adalah kepuasan yang dirasakan karyawan yang merupakan reaksi

terhadap kebijaksanaan organisasi (manajemen). Faktor-faktor kepuasan kerja

eksternal adalah pengarahan individu, pengarahan teknis, kebijakan perusahaan,

imbalan, kemajuan dan pengakuan. Sedangkan kepuasan kerja umum adalah

kepuasan yang timbul baik akibat melakukan pekerjaan yang merupakan respon

terhadap kebijaksanaan organisasi, hubungan dengan rekan kerja maupun dengan

lingkungan kerja.

Sementara alat ukur kepuasan kerja yang lain diantaranya adalah Job

Descriptive Index (JDI), yang terdiri dari lima buah indek kepuasan kerja dengan

indikator sebagai berikut : (1) Pekerjaan itu sendiri; (2) Supervisi; (3) Bayaran; (4)

Promosi; dan (5) Rekan sekerja.

Sedangkan konsep motivasi kerja dalam penelitian ini diartikan sebagai

kekuatan psikologis dalam diri seseorang yang menentukan arah perilaku

seseorang dalam organisasi, tingkat usaha seseorang dan tingkat kegigihan dalam

menghadapi rintangan serta pendorong yang berasal dari dalam diri karyawan

terhadap dimensi-dimensi pekerjaan (Jenifer M. George, Gareth R. Jones (1999).

C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil

menghitung ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik

tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari

sifat- sifatnya (Sudjana, 1992:6). Berdasarkan pengertian populasi di atas, maka

(31)

tetap Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Lembaga Administasi Negara Bandung

yang sudah menjadi dosen. Sehingga dengan pengertian populasi seperti

disebutkan di atas, maka jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 134

[image:31.595.109.512.220.622.2]

dosen. (lihat Tabel 3.1)

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

No Populasi Jumlah

1. Dosen Tetap STIA LAN Bandung 34

2. Dosen Tidak Tetap STIA LAN Bandung 100 Total 134

Sumber: LAKIP STIA LAN Bandung, 2008

2. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi (Sugiyono, 2004:57). Gay (1976) yang mengatakan bahwa untuk

penelitian deskriptif pengambilan sampel minimal berkisar 10% hingga 20%.

Sedangkan teknik sampling yang digunakan yaitu sampling berstrata proporsional

(Jalaludin Rakhmat, 1985:94). Sedangkan Arikunto (1998:117) mengatakan

bahwa: “Sampel adalah bagian dari populasi.” Sampel penelitian adalah sebagian

dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh

populasi.

Teknik pengambilan sampel Nasution (1991:135) bahwa, “...mutu

penelitian tidak selalu ditentukan oleh besarnya sampel, akan tetapi oleh

kokohnya dasar-dasar teorinya, oleh desain penelitiannya (asumsi-asumsi

statistik), serta mutu pelaksanaan dan pengolahannya.” Selanjutnya teknik

pengambilan sampel, Arikunto (1998:120) mengemukakan bahwa: Untuk sekedar

(32)

semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika

subjeknya lebih dari 100, dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25%.

Memperhatikan pernyataan tersebut di atas, karena jumlah populasi lebih

dari 100 orang, maka penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel

secara acak (Random sampling). Sedangkan Teknik pengambilan sampel

menggunakan rumus dari Taro Yamane atau Slovin (dalam Akdon, 2008:107)

sebagai berikut:

1

.

2

+

=

d

N

N

n

Dimana :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah Populasi =134 responden

d2 = Presisi (ditetapkan 10 % dengan tingkat kepercayaan 90%)

Berdasarkan rumus tersebut diperoleh jumlah sampel sebagai berikut:

1

.

2

+

=

d

N

N

n

1

1

,

0

).

134

(

134

2

+

=

34

,

2

134

=

n

=

57

responden

Adapun proporsi untuk setiap kelompok dosen tetap dan dosen tidak tetap

(33)
[image:33.595.109.514.88.611.2]

Tabel 3.2 Sampel Penelitian

No Status Dosen Jumlah

Populasi Sampel

1. Dosen Tetap STIA LAN Bandung 34 15

2. Dosen Tidak Tetap STIA LAN Bandung 100 42

Total 134 57

Sumber: Pengolahan Data, 2009

D. Teknik Pengumpulan Data

Secara operasinonal teknik pengumpulan data dua variabel bebas dan satu

variabel terikat tersebut, melalui pengembangan proses sebagai berikut:

1. Menyusun kisi-kisi alat pengungkap data. kisi-kisi yang dibuat mengacu pada

variable yang diteliti yang dirumuskan pada definisi operasional.

2. Merumuskan butir-butir pertanyaan.

3. Menimbang butir pertanyaan, langkah ini dimaksudkan untuk melihat

kecocokan antara rumusan pertanyaan dengan konstruk variabelnya.

4. Melakukan uji coba alat pengungkap data ketiga variabel, yaitu iklim

organisasi, kepuasan kerja dan kinerja dosen. Uji coba ini bertujuan untuk

mengetahui validitas isi butir pertanyaan dan untuk melihat reliabilitas butir

pertanyaan tersebut sebagai alat ukur.

Teknik pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner ini menggunakan

kuesioner sebagai instrumen penelitiannya, dengan alternatif jawaban serta

kriterium jawaban sebagai berikut :

Skor/nilai Skor/nilai Skala Positif Negatif

5 1 = Sangat Setuju

4 2 = Setuju

3 3 = Kurang Setuju 2 4 = Tidak Setuju

(34)

Adapun kisi-kisi kuesioner ketiga instrumen proposal penelitian tersebut di

[image:34.595.99.560.198.757.2]

sajikan pada tabel sebagai berikut :

Tabel 3.3

Kisi-kisi Kuesioner Pengungkap Data Iklim Organisasi dan Kepuasan Kerja serta

Kinerja Dosen yang akan diujicobakan

VARIABEL BEBAS (X1)

DIMENSI INDIKATOR ITEM

IKLIM ORGANISASI 1. Supportive 2. Collegial 3. Intimate 4. Direcrive 5. Restrictive 6. Disengaged

a. Dosen menggunakan kritik secara konstruktif.

b. Dalam bekerja, dosen mau

mendengarkan saran orang lain. c. Dosenluwesdalambekomunikasi

Kompetensi dan keluwesan organisasi

a. Dosen berteman baik dengan yang lain b. Dosen bersemangat untuk bekerja

sama

c. Dosen akrab dalam berdiskusi

a. Dosen saling mendukung satu sama lain

b. Dosen merasakan pekerjaan milik bersama

c. Dosen mempunyai kesamaan tujuan dalam bekerja

a. Pimpinan memonitor apapun yang dikerjakan dosen

b. Peraturan pimpinan sangat ketat c. Pimpinan mengecek pekerjaan

a. Dosen disibukan dengan pekerjaan b. Kewajiban rutin dosen terganggu c. Dosen memiliki banyak kepentingan

komite.

a. Pertemuan kelompok tidak

bermanfaat

b. Ada kelompok minoritas, berlawanan dengan kelompok mayoritas

(35)

VARIABEL BEBAS (X2)

DIMENSI INDIKATOR ITEM

KEPUASAN KERJA

1. Hygiene factors

2. Motivators

a. Kebijakan dan administrasi b. Hubungan antar kolega c. Kondisi kerja

a. Pekerjaan itu sendiri b. Pengakuan

c. Kesempatan untuk berkembang

1-6 7-12 13-14 15-18 19-21 22-25 VARIABEL TERIKAT ( Y )

DIMENSI INDIKATOR ITEM

KINERJA DOSEN

1. Pengajaran

2. Penelitian

3. Pengabdian pada Masyarakat

a. Penguasaan bahan pengajaran. b. Pengelolaan PBM.

c. Pengelolaan Kelas. d. Penggunaan media e. Pelaksanaan fungsi BP f. Administrasi kelas

a. Teknis Penelitian

b. Keterlibatan dalam kegiatan penelitian c. Hasil penelitian

a. Teknis Pengabdian pada masyarakat b. Keterlibatan dalam kegiatan

pengabdian 1-4 5-18 19-21 22-28 29-35 36-40 41-51 52-54 55-56 57-58 59-62

E. Uji Coba Instrumen Penelitian

Uji coba instrumen penelitian ini akan dilakukan terhadap responden

yang memiliki karakteristik sama dengan jumlah sampel penelitian, dalam hal ini

dilakukan terhadap dosen Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Lembaga

Administrasi Negara (STIA LAN) Bandung ditempat yang sama pula sebagai

lembaga pendidikan Tinggi Kedinasan Lembaga Administrasi negara. Peneliti

menyebarkan kuesioner untuk uji coba sebanyak 57 orang. Selanjutnya,

(36)

1. Menguji Validitas

Uji validitas dilakukan berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap

konsep yang diukur sehingga benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur.

Berkaitan dengan pengujian validitas instrumen menurut Arikunto (dalam Akdon

2008:143-144) menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang

menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Alat ukur yang

kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Untuk menguji validitas alat ukur,

terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara

keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total

yang merupakan jumlah tiap skor butir. Untuk menghitung validitas alat ukur

digunakan rumus Pearson Product Moment adalah.

(

}

)

(

.

}.{

)

(

.

{

)

).(

(

)

2 2 2 2 i i i i i i i i hitung

Y

Y

n

X

X

n

Y

X

Y

X

n

r

=

Dimana :

r hitung = Koefisien korelasi

∑ Xi = Jumlah skor item

∑Yi = Jumlah skor total (seluruh item) n = Jumlah responden.

Selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus : 2

1

2

r

n

r

t

hitung

=

Dimana :

t = Nilai t hitung

r = Koefisien korelasi hasil r hitung

(37)

Distribusi (Tabel t) untuk α = 0,05 dan derajad kebebasan (dk = n – 2)

Kaidah keputusan : Jika t hitung > t tabel berarti valid sebaliknya

t hitung < t tabel berarti tidak valid

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan dapat dijelaskan bahwa,

dari 20 item pertanyaan/ pernyataan Iklim Organisasi (Variabel X1), item

pertanyaan/pernyataan no. 1, dan 20 yang tidak valid. (lihat Tabel 3.4). Perlakuan

untuk kedua item tersebut, selanjutnya diperbaiki sesuai dengan masukan dari

pembimbing sehingga jumlah total item yang digunakan untuk pengumpulan data

[image:37.595.114.526.246.709.2]

tetap berjumlah 20 item.

Tabel 3.4

Hasil Uji Validitas Iklim Organisasi (Variabel X1)

1 0.372 16 4.000 1.488 0.928 1.604 1.75 Tidak Valid

2 0.520 16 4.000 2.082 0.854 2.438 1.75 Valid

3 0.469 16 4.000 1.877 0.883 2.126 1.75 Valid

4 0.592 16 4.000 2.369 0.806 2.940 1.75 Valid

5 0.457 16 4.000 1.827 0.890 2.054 1.75 Valid

6 0.406 16 4.000 1.623 0.914 1.776 1.75 Valid

7 0.646 16 4.000 2.584 0.763 3.384 1.75 Valid

8 0.437 16 4.000 1.747 0.900 1.942 1.75 Valid

9 0.806 16 4.000 3.224 0.592 5.445 1.75 Valid

10 0.669 16 4.000 2.675 0.744 3.597 1.75 Valid

11 0.551 16 4.000 2.204 0.835 2.641 1.75 Valid

12 0.582 16 4.000 2.329 0.813 2.864 1.75 Valid

13 0.416 16 4.000 1.662 0.910 1.828 1.75 Valid

14 0.631 16 4.000 2.522 0.776 3.249 1.75 Valid

15 0.499 16 4.000 1.995 0.867 2.302 1.75 Valid

16 0.433 16 4.000 1.732 0.901 1.922 1.75 Valid

17 0.658 16 4.000 2.634 0.753 3.500 1.75 Valid

18 0.549 16 4.000 2.195 0.836 2.625 1.75 Valid

19 0.461 16 4.000 1.846 0.887 2.080 1.75 Valid

20 0.119 16 4.000 0.476 0.993 0.480 1.75 Tidak Valid

t

hitung

t

tabel Keputusan No.

Item

Koefisien

(38)

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan dapat dijelaskan bahwa,

dari 25 item pertanyaan/pernyataan Kepuasan Kerja (Variabel X2), item

pertanyaan no 2, 4 dan 11 yang tidak valid. (lihat Tabel 3.5). Perlakuan untuk

ketiga item tersebut, selanjutnya diperbaiki sesuai dengan masukan dari

pembimbing sehingga jumlah total item yang digunakan untuk pengumpulan data

tetap berjumlah 25 item.

Tabel 3.5

Hasil Uji Validitas Kepuasan Kerja (Variabel X2)

1 0.835 16 4.000 3.339 0.551 6.066 1.75 Valid 2 0.106 16 4.000 0.426 0.994 0.428 1.75 Tidak Valid 3 0.557 16 4.000 2.227 0.831 2.681 1.75 Valid 4 0.134 16 4.000 0.536 0.991 0.541 1.75 Tidak Valid 5 0.624 16 4.000 2.496 0.782 3.193 1.75 Valid 6 0.537 16 4.000 2.148 0.844 2.547 1.75 Valid 7 0.677 16 4.000 2.707 0.736 3.678 1.75 Valid 8 0.843 16 4.000 3.373 0.538 6.273 1.75 Valid 9 0.658 16 4.000 2.631 0.753 3.494 1.75 Valid 10 0.646 16 4.000 2.584 0.763 3.386 1.75 Valid 11 0.243 16 4.000 0.972 0.970 1.002 1.75 Tidak Valid 12 0.522 16 4.000 2.087 0.853 2.446 1.75 Valid 13 0.420 16 4.000 1.682 0.907 1.854 1.75 Valid 14 0.820 16 4.000 3.279 0.573 5.726 1.75 Valid 15 0.714 16 4.000 2.856 0.700 4.080 1.75 Valid 16 0.665 16 4.000 2.661 0.747 3.564 1.75 Valid 17 0.624 16 4.000 2.497 0.781 3.197 1.75 Valid 18 0.584 16 4.000 2.337 0.812 2.880 1.75 Valid 19 0.658 16 4.000 2.631 0.753 3.492 1.75 Valid 20 0.557 16 4.000 2.227 0.831 2.680 1.75 Valid 21 0.628 16 4.000 2.513 0.778 3.230 1.75 Valid 22 0.523 16 4.000 2.094 0.852 2.457 1.75 Valid 23 0.541 16 4.000 2.166 0.841 2.576 1.75 Valid 24 0.586 16 4.000 2.344 0.810 2.892 1.75 Valid 25 0.480 16 4.000 1.921 0.877 2.190 1.75 Valid

thitung ttabel Keputusan No. Item Koefisien

Korelasi n - 2 Ѵn - 2 r Ѵn - 2 Ѵ1 - r2

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan dapat dijelaskan bahwa,

dari 61 item pertanyaan/pernyataan Kinerja Dosen (Variabel Y), item

pertanyaan/pernyataan no 9, 12 dan 51 yang tidak valid. (lihat Tabel 3.6).

(39)

dengan masukan dari pembimbing dan untuk item no 51 direkduksi sehingga

jumlah total item yang digunakan untuk pengumpulan data berjumlah 60 item.

Tabel 3.6

Hasil Uji Validitas Kinerja Dosen (Variabel Y)

1 0.583 16 4.000 2.330 0.813 2.867 1.75 Valid 2 0.555 16 4.000 2.221 0.832 2.670 1.75 Valid 3 0.812 16 4.000 3.248 0.584 5.563 1.75 Valid 4 0.490 16 4.000 1.960 0.872 2.248 1.75 Valid 5 0.588 16 4.000 2.352 0.809 2.908 1.75 Valid 6 0.561 16 4.000 2.243 0.828 2.708 1.75 Valid 7 0.539 16 4.000 2.155 0.843 2.557 1.75 Valid 8 0.684 16 4.000 2.738 0.729 3.755 1.75 Valid 9 0.338 16 4.000 1.350 0.941 1.434 1.75 Tidak Valid 10 0.628 16 4.000 2.513 0.778 3.231 1.75 Valid 11 0.601 16 4.000 2.406 0.799 3.011 1.75 Valid 12 0.346 16 4.000 1.385 0.938 1.476 1.75 Tidak Valid 13 0.447 16 4.000 1.787 0.895 1.997 1.75 Valid 14 0.848 16 4.000 3.392 0.530 6.403 1.75 Valid 15 0.514 16 4.000 2.054 0.858 2.394 1.75 Valid 16 0.689 16 4.000 2.755 0.725 3.800 1.75 Valid 17 0.439 16 4.000 1.755 0.899 1.953 1.75 Valid 18 0.524 16 4.000 2.097 0.852 2.462 1.75 Valid 19 0.420 16 4.000 1.682 0.907 1.854 1.75 Valid 20 0.621 16 4.000 2.484 0.784 3.168 1.75 Valid 21 0.407 16 4.000 1.629 0.913 1.783 1.75 Valid 22 0.468 16 4.000 1.870 0.884 2.116 1.75 Valid 23 0.603 16 4.000 2.412 0.798 3.024 1.75 Valid 24 0.440 16 4.000 1.760 0.898 1.960 1.75 Valid 25 0.452 16 4.000 1.809 0.892 2.028 1.75 Valid 26 0.492 16 4.000 1.966 0.871 2.258 1.75 Valid 27 0.604 16 4.000 2.415 0.797 3.029 1.75 Valid 28 0.503 16 4.000 2.013 0.864 2.330 1.75 Valid 29 0.511 16 4.000 2.044 0.860 2.379 1.75 Valid 31 0.633 16 4.000 2.533 0.774 3.273 1.75 Valid 32 0.561 16 4.000 2.242 0.828 2.708 1.75 Valid 33 0.491 16 4.000 1.962 0.871 2.252 1.75 Valid 34 0.449 16 4.000 1.795 0.894 2.009 1.75 Valid 35 0.459 16 4.000 1.836 0.888 2.067 1.75 Valid 36 0.427 16 4.000 1.707 0.904 1.888 1.75 Valid 37 0.517 16 4.000 2.067 0.856 2.414 1.75 Valid 38 0.431 16 4.000 1.723 0.902 1.910 1.75 Valid 39 0.540 16 4.000 2.160 0.842 2.566 1.75 Valid 40 0.626 16 4.000 2.504 0.780 3.210 1.75 Valid 41 0.497 16 4.000 1.986 0.868 2.288 1.75 Valid 42 0.735 16 4.000 2.939 0.678 4.333 1.75 Valid

thitung ttabel Keputusan No. Item Koefisien

(40)

Lanjutan Tabel: 3.6

43 0.735 16 4.000 2.939 0.678 4.333 1.75 Valid 44 0.423 16 4.000 1.694 0.906 1.870 1.75 Valid 45 0.604 16 4.000 2.415 0.797 3.030 1.75 Valid 46 0.780 16 4.000 3.119 0.626 4.981 1.75 Valid 47 0.798 16 4.000 3.192 0.603 5.297 1.75 Valid 48 0.601 16 4.000 2.403 0.799 3.006 1.75 Valid 49 0.625 16 4.000 2.500 0.781 3.204 1.75 Valid 50 0.725 16 4.000 2.901 0.689 4.213 1.75 Valid 51 0.135 16 4.000 0.541 0.991 0.546 1.75 Tidak Valid 52 0.416 16 4.000 1.664 0.909 1.830 1.75 Valid 53 0.453 16 4.000 1.810 0.892 2.030 1.75 Valid 54 0.505 16 4.000 2.021 0.863 2.342 1.75 Valid 55 0.718 16 4.000 2.874 0.696 4.131 1.75 Valid 56 0.577 16 4.000 2.308 0.817 2.826 1.75 Valid 57 0.557 16 4.000 2.229 0.830 2.684 1.75 Valid 58 0.408 16 4.000 1.632 0.913 1.787 1.75 Valid 59 0.691 16 4.000 2.762 0.723 3.819 1.75 Valid 60 0.579 16 4.000 2.314 0.816 2.837 1.75 Valid 61 0.557 16 4.000 2.229 0.830 2.684 1.75 Valid 62 0.644 16 4.000 2.577 0.765 3.369 1.75 Valid

thitung ttabel Keputusan No. Item Koefisien

Korelasi n - 2 Ѵn - 2 r Ѵn - 2 Ѵ1 - r2

2. Menguji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan

(keter-andalan atau keajegan) alat pengumpul data (instrumen) yang digunakan. Uji

reliabilitas instrumen dilakukan dengan rumus alpha. Metode mencari reliabilitas

internal yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, rumus

yang digunakan adalah Alpha sebagai berikut:

Langkah-langkah mencari nilai reliabilitas dengan metode Alpha sebagai

berikut.

Langkah 1: Menghitung Varians Skor tiap-tiap item dengan rumus: Dimana : Si = Varians skor tiap-tiap item ΣXi2 = Jumlah kuadrat item Xi

(ΣXi)2 = Jumlah item Xi dikuadratkan N = Jumlah responden

N N X X S i i i 2 2(Σ ) Σ

(41)

Langkah 2: Kemudian menjumlahkan Varians semua item dengan rumus:

Dimana : Σ Si = Jumlah Varians semua item S1, S2, S3…..n = Varians item ke-1,2,3…...n

Langkah 3: Menghitung Varians total dengan rumus:

Dimana : St = Varians total ΣXt2 = Jumlah kuadrat X total

(ΣXt)2 = Jumlah X total dikuadratkan

N = Jumlah responden

Langkah 4: Masukkan nilai Alpha dengan rumus :

Dimana : r11 = Nilai Reliabilitas

Σ Si = Jumlah varians skor tiap-tiap item St = Varians total

k = Jumlah item

Kemudian diuji dengan Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan rumus

Korelasi Pearson Product Moment dengan teknik belah dua awal-akhir yaitu:

(

} ) ( . }.{ ) ( . { ) ).( ( ) 2 2 2 2 Y Y n X X n Y X XY n rb ∑ − ∑ ∑ − ∑ ∑ ∑ − ∑

= (Akdon 2008:148)

Harga rXY atau rb ini baru menunjukkan reliabilitas setengah tes. Oleh

karenanya disebut rawal-akhir. Untuk mencari reliabilitas seluruh tes digunakan

rumus Spearman Brown yakni:

b b r r + = 1 . 2

r11 Untuk mengetahui koefisien

korelasinya signifikan atau tidak digunakan distribusi (Tabel r) untuk α = 0,05

atau α = 0,01 dengan derajad kebebasan (dk = n–2). Kemudian membuat

N N X X S t t t 2 2(Σ )

Σ =       Σ −       − = t i S S k k

r .1

1 11

n

i S S S S

S = 1+ 2+ 3...

(42)

keputusan membandingkan r11 dengan r tabel. Adapun kaidah keputusan : Jika r11 >

r tabel berarti Reliabel dan r11 < r tabel berarti Tidak Reliabel.

Selanjutnya hasil penghitungan α (Spearman Brown) di atas

[image:42.595.115.512.219.650.2]

dikonversikan ke dalam tabel tingkat reliabilitas, sebagai berikut :

Tabel 3.7 Tingkat Reliabilitas

KOEFISIEN KORELASI TINGKAT REALIBILITAS

0,90 - 1,00 luar biasa bagus (excellent)

0,85 - 0,89 sangat bagus (very good)

0,80 - 0,84 bagus (good)

0,70 - 0,79 cukup (fair)

kurang dari 0,70 kurang (poor)

Sumber : Guillford (Sugiono, 2003 : 90 )

Setelah Penghitungan dengan teknik Spearman Brown, dilaksanakan

secara keseluruhan menghasilkan koefisien realibilitas instrument yang tinggi.

Tabel 3.8

Reliability Statistics X1

Cronbach's Alpha Part 1 Value .830

N of Items 10(a)

Part 2 Value .790

N of Items 10(b)

Total N of Items 20

Correlation Between Forms

.762

Spearman-Brown Coefficient

Equal Length .865

Unequal Length .865

Guttman Split-Half Coefficient

.865

a The items are: Item01, Item02, Item03, Item04, Item05, Item06, Item07, Item08, Item09, Item10.

b The items are: Item11, Item12, Item13, Item14, Item15, Item16, Item17, Item18, Item19, Item20.

Hasil uji reliabilitas Iklim Organisasi (Variabel X1) merujuk pada tabel 3.8

(43)

865 . 0 1 . 2

11 = + =

b

r r r

Artinya, pada tingkat signifikansi (α) = 0,05 diperoleh koefisien 0,506 <

0.865 atau rhitung > rtabel , maka H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya, item-item

[image:43.595.118.511.247.610.2]

pertanyaan/pernyataan Iklim Organisasi (Variabel X1): reliabel.

Tabel 3.9

Reliability Statistics X2

Cronbach's Alpha Part 1 Value .818

N of Items 13(a)

Part 2 Value .860

N of Items 12(b)

Total N of Items 25

<

Gambar

Gambar 1.1. di  bawah ini menunjukkan bahwa kinerja dosen
Gambar 1.2 Paradigma Penelitian
Tabel 3.1 Populasi Penelitian
Tabel 3.2 Sampel Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sumbangan efektif antara iklim organisasi terhadap kepuasan kerja sebesar 0,236 yang berarti kepuasan kerja dapat dijelaskan oleh iklim organisasi sebesar 23,6 %, sedangkan

Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepa/a Sekolah , Budaya Organisasi, Iklim Organisasi, dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Guru di SD Negeri Kola Medan. Medan:

Havizh Ihsan Ashshiddiq (0906539), “Pengaruh Iklim Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan ” (Studi Persepsi Pada Karyawan PT. Jasa Marga Cabang Purbaleunyi

ini menjelaskan bahwa variabel kecerdasan emosional, iklim organisasi sekolah, dan kepuasan kerja dapat dijadikan untuk meningkatkan kinerja guru di SMA Negeri Kisaran?. Saran

Penelitian tentang kontribusi kompetensi profesional, iklim organisasi dan kepemimpinan kepala sekolah terhadap motivasi kerja dan kinerja membutuhkan suatu pembahasan yang

Puji syukur Allah SWT, karena hanya atas rahmat dan karunia-Nya lah penulis bisa menyelesaikan skripsi dengan judul PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI DAN IKLIM ORGANISASI TERHADAP

Ketidakmampuan lembaga untuk memenuhi harapan para dosen akan menimbulkan persepsi yang tidak baik terhadap iklim organisasi, menurunkan motivasi kerja dan kepuasan kerja dosen

Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara iklim sekolah, komitmen organisasi, dan kepuasan kerja dengan kinerja guru SMAN Kota Malang..