• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Iklim Organisasi Dan Motivasi Kerja Serta Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Dosen Akademi Pariwisata Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Iklim Organisasi Dan Motivasi Kerja Serta Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Dosen Akademi Pariwisata Medan"

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH IKLIM ORGANISASI DAN MOTIVASI KERJA SERTA BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA DOSEN

AKADEMI PARIWISATA MEDAN

TESIS

Oleh

PRAGA TONI PARHUSIP 097019072/IM

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH IKLIM ORGANISASI DAN MOTIVASI KERJA SERTA BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA DOSEN

AKADEMI PARIWISATA MEDAN

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

PRAGA TONI PARHUSIP 097019072/IM

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : PENGARUH IKLIM ORGANISASI DAN MOTIVASI KERJA SERTA BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA DOSEN AKADEMI PARIWISATA MEDAN

Nama Mahasiswa : Praga Toni Parhusip Nomor Pokok : 097019072

Program Studi : Ilmu Manajemen

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Dr. Sitti Raha Agoes Salim, M.Sc) (Dr. Isfenti Sadalia, ME)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(4)

Tanggal lulus : 27 Pebruari 2012 Telah diuji pada

Tanggal : 27 Pebruari 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Sitti Raha Agoes Salim, M.Sc. Anggota : 1. Dr. Isfenti Sadalia, ME.

2. Prof. Dr. Paham Ginting, MS. 3. Dr. Khaira Amalia F. SE, MBA,Ak.

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul :

PENGARUH IKLIM ORGANISASI DAN MOTIVASI KERJA SERTA BUDAYA

ORGANISASI TERHADAP KINERJA DOSEN AKADEMI PARIWISATA

MEDAN.

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun

sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan

secara benar dan jelas.

Medan, Pebruari 2012

Yang membuat pernyataan,

Praga Toni Parhusip

(6)

ABSTRAK

Penelitian tesis ini mengambil judul Pengaruh Iklim Organisasi dan Motivasi Kerja serta Budaya Organisasi terhadap Kinerja Dosen Akademi Pariwisata Medan. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh iklim oerganisasi dan motivasi kerja serta budaya organisasi terhadap kinerja dosen Akademi Pariwisata Medan. Sedangkan tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh iklim organisasi dan motivasi kerja serta budaya organisasi terhadap kinerja dosen Akademi Pariwisata Medan.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah iklim organisasi dan motivasi kerja serta budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja dosen Akademi Pariwisata Medan. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dan kuesioner yang disebarkan kepada dosen Akademi Pariwisata Medan, sedangkan data sekunder diperoleh dari studi dokumentasi berupa dokumen-dokumen resmi yang diterbitkan oleh Akademi Pariwisata Medan. Metode analisis yang dipergunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan menggunakan analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara serempak iklim organisasi dan motivasi kerja serta budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja dosen Akademi Pariwisata Medan. Uji parsial menunjukkan bahwa motivasi kerja lebih berpengaruh signifikan terhadap kinerja dosen Akademi Pariwisata Medan, disusul dengan budaya organisasi, sedangkan iklim organisasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja dosen.

Kata kunci : Iklim Organisasi, Motivasi Kerja, Budaya Organisasi, Kinerja Dosen

(7)

ABSTRACT

The study is entitled influence of climate of organization, work motivation and of culture organization on the of lecturers performance of Akademi Pariwisata Medan. The problem of the study was how organizational climate, work motivation and organization culture influence performance of lecturers of Akademi Pariwisata Medan. In the meantime, the objective of the study was to find out the influence of organization climate, work motivation and organization culture on the lecturers’ performance of the lecturers of Akademi Pariwisata Medan.

Hypothesis in the study was that organizational climate, work motivation and organization culture influenced the performance of lecturers of Akademi Pariwisata Medan. The data used were the primary and secondary ones. The primary data were collected through conducting interviews and disseminate questionnaires on the lecturers of Akademi Pariwisata Medan. The secondary data were collected through documentation study of official documents issued by Akademi Pariwisata Medan. The method of analysis was descriptive using multiple linear regression tests.

The result of the study indicated that organization climate, work motivation and organizational culture simultaneously influenced the performance of the lecturers of Akademi Pariwisata Medan. The partial test showed that work motivation was more significantly influential than organization culture on the lecturers’ performance of Akademi Pariwisata Medan. Meanwhile, organizational climate was not significantly influential on the lecturers’ performance.

Keywords : Climate of Organization, Work Motivation, Culture of Organization, Lecturers, Performance.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

berkat rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang

merupakan tugas akhir pada Program Magister Ilmu Manajemen Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Adapun judul penelitian tesis ini adalah

Pengaruh Iklim Organisasi Dan Motivasi Kerja Serta Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Dosen Akademi Pariwisata Medan.

Selama melakukan penelitian dan penulisan tesis ini, penulis banyak

memperoleh bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada

kesempatan yang baik ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang

tidak terhingga kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H., M.Sc., (CTM)., Sp. A(K), selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Paham Ginting, MS, selaku Ketua Program Studi Ilmu

Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, yang juga selaku

Ketua Komisi Pembanding yang telah banyak memberikan masukan untuk

perbaikan tesis ini.

4. Ibu Dr. Arlina Nurbaity Lubis, MBA, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

(9)

5. Ibu Dr. Sitti Raha Agoes Salim, M.Sc, selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu

Dr. Isfenti Sadalia, ME, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah

meluangkan waktu dan menyumbangkan pemikiran dalam memberikan

pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

6. Ibu Dr. Khaira Amalia F. SE, MBA,Ak dan Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA, selaku

Anggota Komisi Pembanding yang telah banyak memberikan masukan untuk

perbaikan tesis ini.

7. Direktur Akademi Pariwisata Medan yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk mengikuti pendidikan pada Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

8. Bapak dan Ibu seluruh Dosen pada Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan ilmu

pengetahuan yang bermanfaat selama penulis menuntut ilmu.

9. Seluruh Staf Administrasi pada Sekretariat Program Studi Ilmu Manajemen

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu

penulis dalam menyelesaikan pendidikan.

10.Teman-teman sejawat sesama kerja di Akademi Pariwisata Medan yang telah

banyak memberikan dukungan dan dorongan kepada penulis untuk

menyelesaikan pendidikan.

11.Rekan-rekan Mahasiswa Sekolah Pascasarjana Ilmu Manajemen Angkatan XVIII,

(10)

12.Istri dan anakku tercinta yang telah memberikan semangat dan sumber inspirasi

bagi penulis dalam menyelesaikan pendidikan Program Studi Magister Ilmu

Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

13.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini masih memiliki banyak

kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

membangun demi kesempurnaan tesis ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberi

rahmat dan karuniaNya kepada kita semua. Amin.

Medan, Pebruari 2012

Penulis,

(11)

RIWAYAT HIDUP

Praga Toni Parhusip, dilahirkan di Lubuk Pakam pada tanggal 20 Desember

1965, merupakan anak ke dua belas dari lima belas bersaudara dari pasangan

Ayahanda Barus Parhusip (Alm) dan Ibunda Siti br. Sihite. Status menikah dengan

Rohmawaty br. Purba, mempunyai seorang putri bernama Pratty Jesica Putri

br. Parhusip dan seorang putra bernama Felix Diovangga Putra Parhusip.

Pendidikan dimulai pada tahun 1973 di Sekolah Dasar RK Serdang Murni

Lubuk Pakam, tamat dan lulus pada tahun 1979. Melanjutkan pendidikan Sekolah

Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Lubuk Pakam, tamat dan lulus pada tahun 1982.

Selanjutnya pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA RK Serdang Murni Lubuk

Pakam, tamat dan lulus pada tahun 1985. Pada tahun 1993 melanjutkan studi di

Universitas Dharmawangsa di Medan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Jurusan

Administrasi Negara, tamat dan lulus pada tahun 1998. Pada tahun 2010 penulis

melanjutkan pendidikan ke Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Program Studi Ilmu Manajemen.

Tahun 1993 sampai dengan sekarang penulis bekerja sebagai PNS di Akademi

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK. ... i

ABSTRACT. ... ii

KATA PENGANTAR. ... iii

RIWAYAT HIDUP. ... vi

DAFTAR ISI. ... vii

DAFTAR TABEL. ... xi

DAFTAR GAMBAR. ... xii

DAFTAR LAMPIRAN . ... xiii

BAB I PENDAHULUAN. ... 1

1.1. Latar Belakang. ... 1

1.2. Perumusan Masalah. ... 7

1.3. Tujuan Penelitian. ... 7

1.4. Manfaat Penelitian. ... 7

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN ... 8

2.1. Penelitian Terdahulu. ... 8

2.2. Landasan Teori. ... 12

2.2.1. Teori Iklim Organisasi. ... 12

2.2.1.1. Dimensi Iklim Organisasi. ... 14

2.2.1.2. Fakto-faktor Yang Mempengaruhi Iklim Organisasi. 16 2.2.2. Teori Motivasi Kerja. ... 18

2.2.2.1. Faktor-faktor Penentu Motivasi Kerja. ... 26

2.2.3. Teori Budaya Organisasi... 27

2.2.3.1. Pengertian Budaya Organisasi. ... 29

2.2.3.2. Proses Terbentuknya Budaya Organisasi ... 31

(13)

2.2.3.4. Fungsi dan Manfaat Budaya Organisasi... 33

2.2.3.5. Karakteristik Budaya Organisasi... . 34

2.2.3.6. Sumber-sumber Budaya Organisasi... . 35

2.2.4. Teori Kinerja... 37

2.2.4.1. Pengertian Kinerja... 38

2.2.4.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja... 39

2.3. Kerangka Konseptual. ... 41

2.4. Hipotesis Penelitian. ... 46

BAB III METODE PENELITIAN. ... 47

3.1. Jenis dan Sifat Penelitian. ... 47

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian. ... 47

3.3. Populasi dan Sampel. ... 47

3.4. Teknik Pengumpulan Data. ... 48

3.5. Jenis dan Sumber Data. ... 48

3.6. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel. ... 49

3.7. Pengujian Validitas dan Reliabilitas. ... 50

3.7.1. Uji Validitas. ... 51

3.7.1.1. Uji Validitas Instrumen Iklim Organisasi (X1)... 52

3.7.1.2. Uji Validitas Instrumen Motivasi Kerja (X2) ... 52

3.7.1.3. Uji Validitas Instrumen Budaya Organisasi (X3). ... 53

3.7.1.4. Uji Validitas Instrumen Kinerja Dosen (Y) ... 53

3.7.2. Uji Reliabilitas. ... 54

3.8. Metode Analisis Data. ... 56

3.8.1. Teknik Analisis Data. ... 56

3.8.2. Model Analisis Data ... 56

3.9. Uji Asumsi Klasik. ... 58

3.9.1. Uji Normalitas. ... 58

(14)

3.9.3. Uji Heteroskedastisitas. ... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ... 61

4.1. Hasil Penelitian. ... 61

4.1.1. Gambaran Umum Akademi Pariwisata Medan. ... 61

4.1.2. Visi dan Misi. ... 62

4.1.3. Struktur Organisasi dan Urai Tugas Akademi Pariwisata Medan... ... 63

4.1.4. Karakteristik Responden Akademi Pariwisata Medan... . 68

4.1.4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 68 4.1.4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia. ... 68

4.1.4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 69

4.1.4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja. ... 70

4.1.5. Analisis Statistik Deskriptif (Penjelasan Responden atas Variabel Penelitian)... 71

4.1.5.1. Penjelasan Responden Atas Iklim Organisasi... 71

4.1.5.2. Penjelasan Responden Atas Motivasi Kerja. ... 73

4.1.5.3. Penjelasan Responden Atas Budaya Organisasi. ... 74

4.1.5.4. Penjelasan Responden Atas Kinerja Dosen. ... 76

4.1.6. Analisis Statistik Infrential. ... 78

4.1.6.1. Pengujian Asumsi Klasik... 78

4.1.6.2. Hasil Uji Regresi Linier Berganda Hipotesis ... 83

4.1.6.3. Uji F (Simultan)... ... 86

4.1.6.4. Uji t (Parsial)... ... 86

4.2. Pembahasan... ... 88

4.2.1. Pengaruh Iklim Organisasi Terhadap Kinerja Dosen. ... 89

(15)

4.2.3. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Dosen. ... 92

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ... 95

5.1. Kesimpulan. ... 95

5.2. Saran. ... 96

(16)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1. Rekapitulasi Penyerahan SAP, GBPP, UTS dan UAS. ... 3

1.2. Rekapitulasi Kehadiran Mengajar Dosen. ... 5

1.3. Rekapitulasi Kehadiran Dosen di Rapat Dosen. ... 6

2.1. Mapping Penelitian Terdahulu. ... 10

3.1. Operasionalisasi Variabel Penelitian. ... 50

3.2. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Iklim Organisasi... 52

3.3. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Motivasi Kerja. ... 52

3.4. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Budaya Organisasi. ... 53

3.5. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Kinerja Dosen. ... 54

3.6. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel ... 55

4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin. ... 68

4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia. ... 69

4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan... ... 69

4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 70

4.5. Penjelasan Responden Atas Variabel Iklim Organisasi... ... 72

4.6. Penjelasan Responden Atas Variabel Motivasi Kerja... ... 73

4.7. Penjelasan Responden Atas Variabel Budaya Organisasi... ... 75

4.8. Penjelasan Responden Atas Variabel Kinerja Dosen... ... 76

4.9. Uji Kolmogorov Smirnov (K-S)... ... 80

4.10. Hasil Uji Multikolinieritas... 81

4.11. Hasil Uji Koefisien Glesjer ... 83

4.12. Hasil Uji Koefisien Regresi. ... 83

4.13. Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 85

4.14. Hasil Uji F Secara Simultan. ... 86

4.15. Hasil Uji t Secara Parsial. ... 87

(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Proses Terbentuknya Budaya Organisasi. ... 32

2.2. Kerangka Konseptual... ... 46

4.1. Bagan Struktur Organisasi AKPAR Medan ... 64

4.2. Histogram Model Penelitian. ... 78

4.3. Hasil Uji Normalitas... ... 79

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian. ... 102

2. Uji Validitas Variabel Iklim Organisasi... 108

3. Uji Validitas Variabel Motivasi Kerja ... 109

4. Uji Validitas Variabel Budaya Organisasi... 110

5. Uji Validitas Variabel Kinerja Dosen... 111

6. Data Iklim Organisasi... 112

7. Data Motivasi Kerja ... 114

8. Data Budaya Organisasi. ... 116

9. Data Kinerja Dosen... 118

10. Data Regresi... ... 120

11. Statistik Deskriptif ... 122

12. Hasil Uji Variabel Iklim Organisasi... 123

13. Hasil Uji Variabel Motivasi Kerja... ... 124

14. Hasil Uji Variabel Budaya Organisasi... ... 125

15. Hasil Uji Variabel Kinerja Dosen... ... 126

16. Hasil Uji Normalitas... 127

17. Hasil Uji Multikolinieritas ... 128

18. Hasil Uji Heteroskedastisitas... . 129

19. Pengujian Hipotesa... 130

20. Tabel Nilai Distribusi t... 132

(19)

ABSTRAK

Penelitian tesis ini mengambil judul Pengaruh Iklim Organisasi dan Motivasi Kerja serta Budaya Organisasi terhadap Kinerja Dosen Akademi Pariwisata Medan. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh iklim oerganisasi dan motivasi kerja serta budaya organisasi terhadap kinerja dosen Akademi Pariwisata Medan. Sedangkan tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh iklim organisasi dan motivasi kerja serta budaya organisasi terhadap kinerja dosen Akademi Pariwisata Medan.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah iklim organisasi dan motivasi kerja serta budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja dosen Akademi Pariwisata Medan. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dan kuesioner yang disebarkan kepada dosen Akademi Pariwisata Medan, sedangkan data sekunder diperoleh dari studi dokumentasi berupa dokumen-dokumen resmi yang diterbitkan oleh Akademi Pariwisata Medan. Metode analisis yang dipergunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan menggunakan analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara serempak iklim organisasi dan motivasi kerja serta budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja dosen Akademi Pariwisata Medan. Uji parsial menunjukkan bahwa motivasi kerja lebih berpengaruh signifikan terhadap kinerja dosen Akademi Pariwisata Medan, disusul dengan budaya organisasi, sedangkan iklim organisasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja dosen.

Kata kunci : Iklim Organisasi, Motivasi Kerja, Budaya Organisasi, Kinerja Dosen

(20)

ABSTRACT

The study is entitled influence of climate of organization, work motivation and of culture organization on the of lecturers performance of Akademi Pariwisata Medan. The problem of the study was how organizational climate, work motivation and organization culture influence performance of lecturers of Akademi Pariwisata Medan. In the meantime, the objective of the study was to find out the influence of organization climate, work motivation and organization culture on the lecturers’ performance of the lecturers of Akademi Pariwisata Medan.

Hypothesis in the study was that organizational climate, work motivation and organization culture influenced the performance of lecturers of Akademi Pariwisata Medan. The data used were the primary and secondary ones. The primary data were collected through conducting interviews and disseminate questionnaires on the lecturers of Akademi Pariwisata Medan. The secondary data were collected through documentation study of official documents issued by Akademi Pariwisata Medan. The method of analysis was descriptive using multiple linear regression tests.

The result of the study indicated that organization climate, work motivation and organizational culture simultaneously influenced the performance of the lecturers of Akademi Pariwisata Medan. The partial test showed that work motivation was more significantly influential than organization culture on the lecturers’ performance of Akademi Pariwisata Medan. Meanwhile, organizational climate was not significantly influential on the lecturers’ performance.

Keywords : Climate of Organization, Work Motivation, Culture of Organization, Lecturers, Performance.

(21)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan merupakan ujung tombak kemajuan suatu bangsa karena pendidikan

yang berkualitas akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas pula.

Dunia pendidikan khususnya pendidikan tinggi diharapkan untuk menghasilkan

tenaga-tenaga terpilih yang menjadi dinamisator pembangunan, Keberhasilan

penyelenggaraan pendidikan, khususnya pendidikan tinggi, sangat ditentukan oleh

kinerja dosen karena dosen berperan sentral dalam mentransformasikan,

mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni melalui

pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat sesuai dengan Tri Dharma

Perguruan Tinggi.

Dosen wajib dan memanfaatkan kemampuan profesionalnya, sehingga dapat

meningkatkan kinerja dalam melaksanakan tugas fungsionalnya, karena pendidikan

masa datang menuntut keterampilan profesi pendidikan yang berkualitas tinggi.

Dosen yang profesional harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu : 1) mempunyai

komitmen terhadap mahasiswa dan proses belajarnya, 2) menguasai secara mendalam

materi kuliah yang diajarkannya serta cara mengajarnya kepada mahasiswa,

3) bertanggung jawab dan memantau hasil belajar mahasiswa melalui berbagai cara

evaluasi, 4) mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari

pengalamannya, 5) bagian dari masyarakat ilmiah dalam lingkungan profesinya

(22)

Kompetensi profesional, motivasi kerja dan disiplin kerja dosen adalah

merupakan factor-internal internal yang mempengaruhi kinerja dosen dalam suatu

lembaga pendidikn tinggi, sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja

dosen adalah iklim organisasi, akreditasi dan hubungan antar lembaga perguruan

tinggi (Riduwan,2006).

Iklim organisasi dalam institusi pendidikan tinggi juga mempengaruhi kinerja

dosen. Iklim organisasi adalah persepsi anggota organisasi dan mereka yang secara

tetap berhubungan organisasi mengenai apa yang ada atau terjadi di lingkungan

internal organisasi secara rutin, yang mempengaruhi sikap dan prilaku anggota

organisasi dan kinerja anggota organisasi yang kemudian menentukan kinerja

organisasi (wirawan,2007).

Iklim organisasi merupakan gambaran kolektif yang bersifat umum terhadap

suasana kerja organisasi yang membentuk harapan dan perasaan seluruh dosen

sehingga kinerja organisasi meningkat. Iklim organisasi sangat mempengaruhi kinerja

dosen dalam memberikan ilmunya kepada mahasiswa terutama pada saat proses

pembelajaran. Iklim organisasi harus tercipta, sehingga dengan adanya iklim yang

sehat maka para dosen akan dengan mudah meningkatkan kinerja dosen.

Akademi Pariwisata Medan (AKPAR Medan) sebagai lembaga pendidikan

tingi vokasional berupaya mencetak tenaga-tenaga yang profesional pada bidangnya

serta siap berperan aktif dalam pembangunan nasional. Dalam upaya untuk mencetak

tenaga profesional yang berdaya saing internasional, maka harus didukung oleh dosen

(23)

oleh iklim organisasi organisasi yaitu lingkungan fisik dan lingkugan sistem

manajemen yang handal.

Fenomena yang terjadi pada Akademi Pariwisata Medan adalah masih terdapat

para dosen yang tidak tepat waktu menyerahkan Satuan Acara Perkuliahan (SAP),

Garis-Garis Besar Pokok Pengajaran (GBPP), Nilai Ujian Tengah Semester (UTS)

dan Nilai Ujian Akhir Semester (UAS) pada waktu yang telah ditentukan, dapat

dilihat pada Tabel 1.1 sebagai berikut :

Tabel 1.1. Rekapitulasi Penyerahan SAP, GBPP, UTS dan UAS Semester Tahun Ajaran SAP

(%)

GBPP (%)

UTS (%)

UAS (%)

Gasal 2008/2009 80,00 81,54 81,54 80,00

Genap 2008/2009 81,54 80,00 78,64 80,00

Gasal 2009/2010 76,92 76,92 80,00 81,54

Genap 2009/2010 73,85 86,15 73,85 80,00

Gasal 2010/2011 70,77 73,85 78,46 73,85

Sumber : AKPAR Medan, 2011 (data diolah)

Berdasarkan tabel 1.1 bahwa persentase penyerahan SAP, GBPP, UTS dan

UAS, dari tahun 2008 sampai tahun 2011 semakin menurun, dimana terlihat tahun

ajaran 2008/2009 persentasenya masih dapat mencapai 80%, tetapi dari tahun 2009

hingga sampai tahun 2011 persentase yang menyerahkan menurun sampai sekitar

70%. Hal ini menunjukkan bahwa penyerahan SAP, GBPP, UTS dan UAS belum

tercapai sesuai dengan yang diharapkan yaitu100%.

Motivasi adalah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi disiplin

kerja, karena dengan adanya aturan disiplin kerja dalam suatu organisasi maka

(24)

untuk mendapatkan penghargaan atas disiplin kerjanya (Tohardi,2002). Motivasi juga

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja (Mahmudi,2005).

Motivasi adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja,

sehingga kuat atau lemahnya motivasi kerja pegawai ikut menentukan kinerja karena

kinerja seseorang tergantung pada kekuatan motifnya. Motif yang dimaksud disini

adalah keinginan dan dorongan atau gerak yang ada dalam diri setiap individu untuk

mencapai suatu sasaran. Seseorang yang mempunyai motivasi tinggi, ia akan bekerja

keras, mempertahankan langkah kerja keras, dan memiliki prilaku yang dapat

dikendalikan sendiri kearah sasaran-sasaran penting (Winardi,2007).

Dosen sebagai anggota organisasi lembaga pendidikan khususnya dosen

Akademi Pariwisata Medan akan lebih mudah mencapai kinerja yang tinggi jika

mempunyai motivasi kerja yang baik, karena dosen menyadari bahwa dirinya tidak

hanya sebagai anggota dari organisasi lembaga pendidikan tetapi juga paham

terhadap tujuan organisasi lembaga pendidikan tersebut. Motivasi dosen bergantung

pada kuat lemahnya motif yang ada dimana suatu keadaan di dalam diri seorang

dosen yang mendorong, mengaktifkan, menggerakkan, mengarahkan dan

menyalurkan prilaku ke arah tujuan. Peranan dosen dalam mencapai tujuan sangat

penting dalam pencapai tujuan dalam proses belajar mengajar. Untuk dapat

berjalannya proeses belajar mengajar maka diharapkan dosen mempunyai suatu

pemahaman motivasi dalam bekerja pada Akademi Pariwisata Medan, karena

(25)

Fenomena yang terjadi di Akademi Pariwisata Medan, masih terdapatnya dosen

tidak melaksanakan tugasnya yaitu tidak hadir untuk mengajar di kelas dapat dilihat

pada Tabel 1.2 sebagai berikut :

Tabel 1.2. Rekapitulasi Kehadiran Mengajar Dosen

No Bulan Tahun 2008

(%)

Tahun 2009 (%)

Tahun 2010 (%)

1 Januari 81,15 80,34 80,92

2 Pebruari 78,14 78,14 78,22

3 Maret 83,88 81,32 80,07

4 April 75,52 76,22 79,12

5 Mei 76,15 76,15 80,16

6 Juni 82,05 81,68 78,32

7 Juli 80,42 80,77 80,42

8 Agustus 80,59 84,25 80,59

9 September 78,67 78,67 82,42

10 Oktober 82,78 82,42 79,02

11 Nopember 77,62 77,97 81,32

12 Desember 85,38 88,08 79,72

Sumber : AKPAR Medan, 2011 (data diolah)

Berdasarkan tabel 1.2 bahwa kehadiran dosen mengajar belum tercapai

sampai 100%, dimana terlihat persentase kehadiran pada tahun 2008, yang paling

maksimal sekitar 85,83%, tahun 2009 sekitar 88,08%, dan tahun 2010 sekitar

82,42%.%. Hal ini menunjukkan bahwa kehadiran dosen untuk mengajar dari tahun

2008 sampai dengan tahun 2010 terus menurun.

Budaya organisasi dapat menjadi instrumen keunggulan kompetitif yang

utama, yaitu bila budaya organisasi mendukung strategi organisasi, dan bila budaya

organisasi dapat menjawab atau mengatasi tantangan lingkungan dengan cepat dan

tepat. Budaya organisasi selain berpengaruh terhadap kinerja organisasi berpengaruh

(26)

Budaya organisasi dalam lembaga pendidikan tinggi biasanya dikaitkan

dengan sebagai salah satu komponen organisasi. Fenomena yang terjadi di Akademi

Pariwisata Medan, masih terdapatnya dosen yang tidak menghadiri rapat dosen dapat

dilihat pada Tabel 1.3 sebagai berikut :

Tabel 1.3. Rekapitulasi Kehadiran Dosen di Rapat Dosen

No Bulan Tahun 2008

(%)

Tahun 2009 (%)

Tahun 2010 (%)

1 Januari 83,08 81,54 80,00

2 Pebruari 76,92 80,00 81,54

3 Maret 73,85 78,64 83,08

4 April 84,62 80,00 81,54

5 Mei 86,15 83,08 78,46

6 Juni 84,62 81,54 80,00

7 Juli 86,15 78,46 81,54

8 Agustus 75,38 76,92 78,46

9 September 86,15 75,38 81,54

10 Oktober 84,62 78,46 80,00

11 Nopember 81,56 84,62 84,62

12 Desember 84,62 76,92 75,38

Sumber : AKPAR Medan, 2011 (data diolah)

Berdasarkan tabel 1.3 bahwa kehadiran dosen di rapat dosen belum maksimal

100%, karena persentase yang tertinggi pada tahun 2008 adalah sekitar 86.15%,

cenderung menurun pada tahun 2010 yaitu pada bulan desember bahwa persentase

kehadiran dosen hanya 75.38%. Seharusnya kehadiran dosen pada rapat dosen harus

semaksimal mungkin. Sebab rapat dosen merupakan salah satu media komunikasi

yang membicarakan banyak hal yang berhubungan dengan tugas dan fungsi selaku

(27)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka dapat

dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : Bagaimana pengaruh iklim

organisasi dan motivasi kerja serta budaya organisasi terhadap kinerja dosen

Akademi Pariwisata Medan.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah : Untuk mengetahui pengaruh iklim

organisasi dan motivasi kerja serta budaya organisasi terhadap kinerja dosen

Akademi Pariwisata Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Akademi Pariwisata Medan sebagai bahan masukan mengenai

pentingnya iklim organisasi, motivasi kerja, dan budaya organisasi terhadap

peningkatan kinerja dosen Akademi Pariwisata Medan.

2. Bagi Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara, sebagai bahan tambahan kekayaan penelitian ilmiah.

3. Bagi peneliti/akademisi lainnya, penelitian ini dapat menambah khasanah

ilmu pengetahuan dan sebagai masukan/referensi dalam melakukan penelitian

lain, khususnya mengenai iklim organisasi, motivasi kerja, dan budaya

organisasi terhadap kinerja.

(28)

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Penelitian Terdahulu

Rismawati (2008) melakukan penelitian dengan judul : Pengaruh Motivasi

Kerja dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Dosen Politeknik Negeri Medan.

Bahwa data dianalisis dengan menggunakan uji satistik regresi linier berganda

dengan hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa motivasi kerja berpengaruh

positif dan signifikan terhadap kinerja dosen dan budaya organisasi berpengaruh

positif dan signifikan terhadap kinerja dosen Politeknik Negeri Medan. Dari kedua

variabel bebas yang diteliti, maka variabel yang berpengaruh dominan terhadap

kinerja dosen politeknik negeri Medan adalah variabel motivasi kerja.

Suwarni (2008) melakukan penelitian dengan judul : Pengaruh Kecerdasan

Emosional, Kompetensi dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Dosen di Program Studi

Ilmu Keperawatan Universitas Sahid Surakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

ada pengaruh secara simultan antara kecerdasan emosional, kompetensi dan motivasi

terhadap kinerja dosen di program studi ilmu keperawatan universitas sahid

Surakarta. Dari hasil analisis regresi yang berpangaruh parsial dapat diketahui bahwa

variabel kecerdasan emosional, kompetensi dan motivasi terhadap kinerja diperoleh

kesimpulan bahwa variabel kecerdasan emosional tidak berpengaruh terhadap kinerja

dosen di program studi ilmu keperawatan universitas sahid Surakarta.

(29)

Sumartiningsih (2005) melakukan penelitian dengan judul : Pengaruh

Kompetensi Profesional dan Iklim Organisasi terhadap Kinerja Dosen Akademi

Keperawatan Budi Luruh Cimahi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh

kompetensi profesional terhadap kinerja dosen sebesar 26,8%, pengaruh iklim

organisasi terhadap kinerja dosen sebesar 48% dan pengaruh kompetensi profesional

dan iklim organisasi secara bersama-sama terhadap kinerja dosen sebesar 49,7%.

Siwantara (2009) melakukan penelitian dengan judul : Pengaruh Kompetensi

Profesional dan Motivasi Kerja serta Iklim Organisasi terhadap Disiplin Kerja dan

Kinerja Dosen Politeknik Negeri Bali, bahwa kompetensi profesional berpengaruh

positif dan signifikan terhadap kinerja dosen Politeknik Negeri Bali, yang berarti

bahwa semakin baik kompetensi profesional dosen Politeknik Negeri Bali, maka

semakin baik pula kinerjanya dan sebaliknya semakin buruk komptensi profesional

dosen Politeknik Negeri Bali, maka semakin buruk pula kinerjanya, motivasi kerja

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja dosen Politeknik Negeri Bali,

yang berarti bahwa semakin baik motivasi kerja dosen Politeknik Negeri Bali

semakin baik pula kinerjannya dan sebaliknya semakin buruk motivasi kerja dosen

Politeknik Negeri Bali, semakin buruk pula kinerjanya, dan iklim organisasi

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja dosen Politeknik Negeri Bali,

yang berarti bahwa semakin baik iklim organisasi, semakin baik pula kinerjanya,

sebaliknya semakin buruk iklim organisasi, semakin buruk pula kinerjanya.

Suntoro (2009) melakukan penelitian dengan judul : Pengaruh Budaya

Organisasi, Kepemimpinan, Kepuasan Kerja Terhadap Prestasi kerja Dosen FKIP

(30)

memiliki pengaruh langsung terhadap prestasi kerja, kepemimpinan memiliki

pengaruh langsung terhadap prestasi kerja, kepuasan kerja memiliki pengaruh

langsung terhadap prestasi kerja, dan motivasi kerja memiliki pengaruh langsung

terhadap prestasi kerja dosen FKIP Universitas Lampung.

Tabel 2.1. Mapping Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti Tahun Judul Hasil Penelitian

1. Rismawati 2008 Pengaruh Motivasi Kerja dan budaya organisasi terhadap kinerja Dosen Politeknik Negeri Medan.

bahwa data dianalisis mengguna kan uji statistik regresi linier ber ganda dengan hasil analisis pene litian menunjukkan bahwa moti vasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja dosen dan budaya organisasi ber pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja dosen Politeknik Negeri Medan, kedua variabel bebas yang diteliti, variabel yang berpengaruh dominan terhadap kinerja dosen Politeknik Negeri Medan adalah veriabel motivasi kerja.

2. Suwarni 2008 Pengaruh Kecerdasan Emosio nal, Kompetensi dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Dosen di Program Studi Ilmu Kepera watan Universitas Sahid Surakarta.

(31)

3. Sumartiningsih 2008 Pengaruh Kompetensi Profesi onal dan Iklim Organisasi ter hadap Kinerja Dosen Akademi Keperawatan Budi Luruh Cimahi.

hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh kompetensi profesional terhadap kinerja dosen sebesar 26,8% pengaruh iklim organisasi terhadap kinerja dosen sebesar 48% dan pengaruh kompetensi profesional dan iklim organisasi secara bersama-sama terhadap kinerja dosen sebesar 49.7%.

4 Siwantara 2009 Pengaruh Kompetensi Profesi onal dan Motivasi Kerja serta Iklim Organisasi terhadap Disiplin Kerja dan Kinerja Dosen Politeknik Negeri Bali.

bahwa kompetensi profesional dan motivasi kerja serta iklim organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja dosen Politeknik Negeri Bali, yang berarti bahwa semakin baik kompetensi profesional dan motivasi kerja serta iklim organisasi terhadap disiplin kerja dan kinerja dosen Politeknik Negeri Bali maka semakin baik pula kinerjanya dan sebaliknya semakin buruk kompetensi profesional dan motivasi kerja serta iklim organisasi terhadap disiplin kerja dan kinerja dosen Politeknik Negeri Bali maka semakin buruk pula kinerjanya. 5 Suntora 2009 Pengaruh Budaya Organisasi,

Kepemimpinan, Kepuasan Kerja Terhadap Prestasi kerja Dosen FKIP Universitas Lampung

Bahwa hasil penelitian menunjuk kan bahwa budaya organisasi memiliki pengaruh langsung terhadap prestasi kerja, kepemim pinan memiliki pengaruh lang sung terhadap prestasi kerja, kepuasan kerja memiliki penga ruh langsung terhadap prestasi kerja, dan motivasi kerja memi liki pengaruh langsung terhadap prestasi kerja dosen FKIP Universitas Lampung.

(32)

2.2.1.Teori Iklim Organisasi

Iklim organisasi memiliki banyak definisi. Definisi pertama dikemukakan oleh

Forehand and Gilmers pada tahun 1964, yang menyatakan bahwa iklim organisasi

adalah serangkaian deskripsi dari karakteristik organisasi yang bertahan dalam jangka

waktu lama. Davis dan Newstrom (2001:25) memandang iklim organisasi sebagai

kepribadian sebuah organisasi yang membedakan dengan organisasi lainnya yang

mengarah pada persepsi masing-masing anggota dalam memandang organisasi.

Sehingga dapat dikatakan bahwa iklim organisasi adalah serangkaian deskripsi

dari karakteristik organisasi yang membedakan sebuah organisasi dengan organisasi

lainnya yang mengarah pada persepsi masing-masing anggota dalam memandang

organisasi. Organisasi yang dipandang sebagai suatu sistem sosial, dalam

perjalanannya selalu dipengaruhi oleh lingkungannya, baik internal maupun

eksternal. Davis dan Newstorm (2001) mengemukakan bahwa : “iklim organisasi

adalah lingkungan manusia di dalam, dimana para anggota organisasi melakukan

pekerjaan mereka”. Dalam kaitan ini jelas dimaksudkan bahwa iklim organisasi itu

adalah yang menyangkut semua lingkungan yang ada atau dihadapi oleh manusia

yang berada di dalam suatu organisasi yang mempengaruhi seseorang dalam

melakukan tugas-tugas keorganisasiannya.

Menurut Wlitwin dan R.A Stringer (2007) bahwa :“Iklim organisasi merupakan

kualitas lingkungan internal organisasi yang secara relatif terus berlangsung, dialami

oleh anggota organisasi, mempengaruhi perilaku mereka dan dapat dilukiskan dalam

(33)

Keith Davis (2001) mengemukakan pengertian iklim organisasi sebagai “The human environment within an organization’s employees do their work”. Pernyataan Davis tersebut mengandung arti bahwa iklim organisasi itu adalah yang menyangkut

semua lingkungan yang ada atau yang dihadapi oleh manusia di dalam suatu

organisasi tempat mereka melaksanakan pekerjaannya.

Iklim tidak dapat dilihat dan disentuh, tapi iklim ada dan dapat dirasakan. Iklim

dipengaruhi oleh hampir semua hal yang terjadi dalam suatu organisasi. Jika sebuah

organisasi ingin berhasil dalam mewujudkan cita-cita dan tujuannya secara utuh dan

sempurna, maka dibutuhkan individu-individu yang handal sebagai sumber daya yang

akan memegang kendali tali organisasi. Agar sumber daya manusia di dalam

organisasi dapat bekerja secara optimal dan memiliki loyalitas yang tinggi, maka

organisasi harus dapat menciptakan iklim yang baik dan menyenangkan. Sehingga

sumber daya manusia yang telah terbentuk kualitasnya dapat terus dipertahankan dan

mereka memiliki prestasi kerja yang tinggi. Jika sumber daya manusia telah

memiliki kualitas dan loyalitas maka kondisi ini akan sangat menguntungkan bagi

organisasi atau institusi yang memiliki sumber daya manusia yang unggul tersebut.

Oleh sebab itu setiap perusahaan harus menjaga kualitas sumber daya manusianya.

James dan Jones dalam Toulson dan Smith (1994:455) membagi iklim

organisasi dalam tiga pendekatan, yaitu :

a. Multiple measurement organizational approach : Pendekatan ini memandang bahwa iklim organisasi adalah serangkaian karakteristik deskriptif dari organisasi

yang mempunyai tiga sifat, yaitu : relatif tetap selama periode tertentu, berbeda

(34)

orang yang berada dalam organisasi tersebut. Faktor-faktor utama yang

mempengaruhi adalah ukuran, struktur, kompleksitas sistem

b. Perseptual measurement organizational attribute approach : Pendekatan ini juga memandang iklim organisasi sebagai atribut organisasi, tetapi pendekatan ini

lebih menekankan penggunaan pengukuran persepsi dari pada pengukuran secara

obyektif seperti ukuran dan struktur organisasi.

c. Perseptual measurement individual approach : Pendekatan ini memandang iklim sebagai serangkaian ringkasan atau persepsi global yang mencerminkan sebuah

interaksi antara kejadian yang nyata dalam organisasi dan persepsi terhadap

kejadian tersebut. Pendekatan ini menekankan pada atribut organisasi yang nyata

ke sebuah ringkasan dari persepsi individu. Dengan pendekatan ini, variabel

intervensi yang disebabkan oleh kejadian-kejadian baik yang dialami oleh

individu maupun organisasi dapat mempengaruhi perilaku individu-individu

tersebut. Oleh karena itu, iklim organisasi dapat berlaku sebagai variabel bebas

maupun terikat.

2.2.1.1. Dimensi Iklim Organisasi

Dimensi Iklim Organisasi menurut Toulson dan Smith (2002) menerangkan

dalam jurnalnya bahwa konsep iklim organisasi pertama kali dikemukakan oleh

Litwin dan Stringer pada tahun 1968. Iklim organisasi oleh Litwin dan Stringer,

(35)

1. Responsibility (tanggung jawab) 2. Identity (identitas)

3. Warmth (kehangatan)

4. Support (dukungan)

5. Conflict (konflik)

Pengertian dari masing-masing dimensi tersebut adalah sebagai berikut :

1. Tanggung jawab (responsibility) adalah perasaan menjadi pimpinan bagi diri sendiri, tidak selalu harus mengecek ulang semua keputusan yang diambil, ketika

karyawan mendapat suatu pekerjaan, karyawan yang bersangkutan mengetahui

bahwa itu adalah pekerjaannya. Tanggung jawab berhubungan dengan delegasi,

menyatakan bahwa delegasi dapat didefinisikan sebagai pelimpahan wewenang

dan tanggung jawab formal kepada orang lain untuk menjalankan kegiatan

tertentu. Delegasi wewenang adalah proses dimana para manajer mengalokasikan

wewenang ke bawah kepada orang-orang yang melapor kepadanya. Empat

kegiatan terjadi ketika delegasi dilakukan :

a. Pendelegasian menetapkan tujuan dan tugas pada bawahan.

b. Pendelegasian melimpahkan wewenang yang diperlukan untuk mencapai

tujuan.

c. Penerimaan delegasi, baik implisit atau eksplisit, menimbulkan tanggung

jawab.

d. Pendelegasian menerima pertanggung jawaban bawahan untuk hasi-hasil yang

(36)

2. Identitas (identity) adalah perasaaan memiliki (sense of belonging) terhadap perusahaan dan diterima dalam kelompok .

3. Kehangatan (warmth) adalah perasaan terhadap suasana kerja yang bersahabat dan lebih ditekankan pada kondisi keramahan atau persahabatan dalam kelompok yang

informal, serta hubungan yang baik antar rekan kerja, penekanan pada pengaruh

persahabatan dan kelompok sosial yang informal.

4. Dukungan (support) adalah hal-hal yang terkait dengan dukungan dan hubungan antar sesama rekan kerja yaitu perasaan saling menolong antara manajer dan

karyawan, lebih ditekankan pada dukungan yang saling membutuhkan antara

atasan dan bawahan.

5. Konflik (conflict) adalah merupakan situasi terjadi pertentangan atau perbedaan pendapat antara bawahan dengan pimpinan dan bawahan dengan bawahan.

Ditekankan pada kondisi dimana manajer dan para pekerja mau mendengarkan

pendapat yang berbeda. Kedua belah pihak bersedia menempatan masalah secara

terbuka dan mencari solusinya daripada menghindarinya.

2.2.1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Iklim Organisasi

Menurut Higgins (2002) ada empat prinsip faktor-faktor yang mempengaruhi

iklim, yaitu :

a. Manajer/pimpinan

Pada dasarnya setiap tindakan yang diambil oleh pimpinan atau manajer

mempengaruhi iklim dalam beberapa hal, seperti aturan-aturan,

kebijakan-kebijakan, dan prosedur-prosedur organisasi terutama masalah-masalah yang

(37)

cara-cara yang digunakan untuk memotivasi, teknik-teknik dan tindakan

pendisiplinan, interaksi antara manajemen dan kelompok, interaksi antar

kelompok, perhatian pada permasalahan yang dimiliki karyawan dari waktu ke

waktu, serta kebutuhan akan kepuasan dan kesejahteraan karyawan.

b. Tingkah laku karyawan

Tingkah laku karyawan mempengaruhi iklim melalui kepribadian mereka,

terutama kebutuhan mereka dan tindakan-tindakan yang mereka lakukan untuk

memuaskan kebutuhan tersebut.

dalam membentuk iklim. Cara seseorang berkomunikasi menentukan tingkat

sukses atau gagalnya hubungan antar manusia. Berdasarkan gaya normal seseorang

dalam hidup atau mengatur sesuatu, dapat menambahnya menjadi iklim yang

positif atau dapat juga menguranginya menjadi negatif.

c. Tingkah laku kelompok kerja

Terdapat kebutuhan tertentu pada kebanyakan orang dalam hal hubungan

persahabatan, suatu kebutuhan yang seringkali dipuaskan oleh kelompok dalam

organisasi. Kelompok-kelompok berkembang dalam organisasi dengan dua cara,

yaitu secara formal, utamanya pada kelompok kerja; dan informal, sebagai

kelompok persahabatan atau kesamaan minat.

d. Faktor eksternal organisasi

Sejumlah faktor eksternal organisasi mempengaruhi iklim pada organisasi tersebut.

Keadaan ekonomi adalah faktor utama yang mempengaruhi iklim. Contohnya

dalam perekonomian dengan inflasi yang tinggi, organisasi berada dalam tekanan

(38)

tingkat inflasi. Seandainya pemerintah telah menetapkan aturan tentang pemberian

upah dan harga yang dapat membatasi peningkatan keuntungan, karyawan

mungkin menjadi tidak senang dan bisa keluar untuk mendapatkan pekerjaan pada

perusahaan lain. Di lain pihak, ledakan ekonomi dapat mendorong penjualan dan

memungkinkan setiap orang mendapatkan pekerjaan dan peningkatan keuntungan

yang besar, sehingga hasilnya iklim menjadi lebih positif.

2.2.2. Teori Motivasi Kerja

Orang-orang yang termotivasi akan melakukan pekerjaannya lebih baik dari

pada yang tidak, namun pernyataan ini bersifat relatif. Faktor-faktor yang

mempengaruhi motivasi anggota organisasi berbeda satu dengan yang lainnya,

termasuk dalam hal kebutuhan dan keinginan. Hal ini berbeda karena setiap anggota

organisasi adalah unik secara biologis maupun psikologis, dan berkembang atas dasar

proses yang berbeda pula. Motivasi penting karena dengan motivasi ini diharapkan

setiap individu (karyawan) mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai

produktivitas kerja yang tinggi. Motivasi harus dilakukan pimpinan terhadap

bawahannya karena adanya dimensi tentang pembagian pekerjaan untuk dilakukan

dengan sebaik-baiknya.

Hasibuan (2003) menyatakan bahwa : “motivasi berasal dari kata latin

movere yang berarti dorongan atau daya penggerak”. Hasibuan mengemukakan bahwa : ”motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan

kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, efektif dan terintegrasi dengan

(39)

Menurut As'ad (2003) bahwa : “motivasi seringkali diartikan dengan istilah

dorongan”. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk

berbuat sehingga motivasi tersebut merupakan driving force yang menggerakkan manusia untuk bertingkah laku dan di dalam perbuatannya itu mempunyai tujuan

tertentu. Lebih lanjut As'ad (2003), memberikan batasan mengenai motivasi sebagai:

the process by which behaviour is energized and directed (motivasi merupakan hal yang melatar belakangi individu berbuat untuk mencapai tujuan tertentu)”.

Seseorang yang dengan sengaja mengikatkan diri menjadi bagian dari organisasi

mempunyai latar belakang yang berbeda-beda, salah satunya adalah agar mereka

dapat berinteraksi dengan manusia lainnya dan agar kebutuhan hidupnya dapat

terpenuhi.

Mangkunegara (2002) menyatakan bahwa : ”motivasi sebagai suatu kondisi

yang menggerakkan manusia ke arah suatu tujuan tertentu”.

Supardi dan Anwar (2004) menyatakan bahwa : ”motivasi adalah keadaan

dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan

kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan”. Motivasi yang ada pada seseorang

akan mewujudkan suatu perilaku yang diarahkan pada tujuan mencapai sasaran

kepuasan. Motivasi bukanlah yang dapat diamati tetapi adalah hal yang dapat

disimpulkan karena sesuatu perilaku yang tampak.

Menurut Heidjerachman dan Husnan (2003) bahwa : “motivasi merupakan

proses untuk mencoba mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang kita

(40)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja adalah

dorongan, upaya dan keinginan yang ada di dalam diri manusia. Motivasi

mengaktifkan, memberi daya, serta mengarahkan perilaku untuk melaksanakan

tugas-tugas dengan baik guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam pembahasan teori-teori motivasi, ada beberapa yang cukup menonjol.

Robbins (2002) menyatakan bahwa ada beberapa teori motivasi, yaitu :

1. Teori motivasi higienis diajukan oleh Frederick Herzberg, dengan keyakinan bahwa hubungan individu dengan pekerjaan adalah sesuatu yang mendasar dan

bahwa sikap seseorang terhadap pekerjaan akan sangat menentukan kesuksesan

atau kegagalannya. Menurut teori ini motivasi ini ditekankan pada prestasi kerja,

pengaruh, pengendalian, ketergantungan, pengembangan, afiliasi (Ariadi : 2006).

- Prestasi kerja, yaitu sesuatu yang dicapai oleh seorang pekerja di bawah lingkungan kerja yang sulit sekalipun. Misalnya dalam menyelesaikan tugas

yang dibatasi oleh jadwal waktu (deadline) yang ketat yang harus dipenuhi, seorang pekerja dapat menyelesaikan tugasnya dengan hasil yang memuaskan.

- Pengaruh, yaitu upaya yang dilakukan untuk mempertahankan gagasan atau argumentasi sebagai bentuk dari kuatnya pengaruh yang ingin ditanamkan

kepada orang lain. Saran-saran atau gagasan yang diterima sebagai bentuk

partisipasi dari seorang pekerja akan menumbuhkan motivasi, apalagi jika

gagasan atau pemikiran tersebut dapat diikuti oleh orang lain yang dapat

dipakai sebagai metode kerja baru dan ternyata hasilnya adalah positif dan

(41)

- Pengendalian, yaitu tingkat pengawasan yang dilakukan oleh atasan terhadap bawahannya. Untuk menumbuhkan motivasi dan sikap tanggung jawab yang

besar dari bawahan, seorang atasan dapat memberikan kesempatan kepada

bawahannya untuk bekerja sendiri sepanjang pekerjaan itu memungkinkan

dan menumbuhkan partisipasi.

- Ketergantungan, yaitu kebutuhan dari bawahan terhadap orang-orang yang berada di lingkungan kerjanya, baik terhadap sesama pekerja maupun

terhadap atasan. Adanya saran, gagasan atau ide dari atasan kepada bawahan

yang dapat membantunya memahami suatu masalah atau cara penyelesaian

masalah akan menjadi motivasi yang positif.

- Pengembangan, yaitu upaya yang dilakukan oleh organisasi terhadap pekerja atau oleh atasan terhadap bawahannya untuk memberikan kesempatan guna

meningkatkan potensi dirinya melalui pendidikan ataupun pelatihan.

Pengembangan ini dapat menjadi motivator yang kuat bagi karyawan.

Disamping pengembangan yang menyangkut kepastian karir pekerja,

pengertian pengembangan dimaksudkan disini juga menyangkut metode kerja

yang dipakai. Adanya perubahan metode kerja yang dirasakan lebih baik

karena membantu penyelesaian tugas juga menjadi motivasi bagi pekerja.

- Afiliasi, yaitu dorongan untuk berhubungan dengan orang-orang atas dasar sosial. Keterbukaan orang-orang yang berada di lingkungan kerja yang

memungkinkan hubungan antar pribadi dapat berjalan dengan baik, saling

(42)

2. Abraham Maslow, membagi kebutuhan manusia dalam hirarki kebutuhan, bahwa

motivasi manusia berhubungan dengan lima kebutuhan, yaitu : a). kebutuhan

fisik (physiological need), b). kebutuhan untuk memperoleh keamanan dan keselamatan (Security of safetyneed), c) kebutuhan bermasyarakat (social need),

d). kebutuhan untuk memperoleh kehormatan (esteem need), dan e). kebutuhan untuk memperoleh kebanggaan (self actualization need). Abraham Maslow menyatakan bahwa proses motivasi seseorang secara bertahap mengikuti

pemenuhan kebutuhan, dari kebutuhan yang paling dasar hingga kebutuhan yang

paling kompleks. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan dasar, yang bersifat

primer dan vital, yang menyangkut fungsi-fungsi biologis seperti kebutuhan

pangan, sandang dan papan, kesehatan fisik, dan lain-lain. Kebutuhan rasa aman

dan perlindungan, seperti terjaminnya keamanan, terlindung dari bahaya dan

ancaman penyakit, perang, kemiskinan, kelaparan, perlakuan tidak adil, dan lain

sebagainya. Kebutuhan sosial, meliputi kebutuhan akan dicintai, diperhitungkan

sebagai pribadi, diakui sebagai anggota kelompok, dan sebagainya. Kebutuhan

akan penghargaan, termasuk kebutuhan dihargai karena prestasi, kemampuan,

kedudukan, pangkat, dan sebagainya. Kebutuhan akan aktualisasi diri, seperti

kebutuhan mempertinggi potensi yang dimiliki, pengembangan diri secara

maksimum, kreatifitas, ekspresi diri, dan sebagainya. Kebutuhan tertinggi

menurut Maslow adalah kebutuhan transenden, yaitu kebutuhan untuk berperilaku

mulia, memberi arti bagi orang lain, terhadap sesama, terhadap alam, dan

sebagainya. Berdasarkan pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

(43)

kebutuhan, berupa penghasilan yang akan digunakan untuk mencukupi

kebutuhannya.

3. Douglas Mc Gregor, mengajukan dua pandangan yang berbeda mengenai

manusia seseorang itu pada dasarnya bersifat negatif, diberi nama Teori X, dan

yang lainnya pada dasarnya bersifat positif, diberi nama Teori Y. Dalam teori X,

terdapat empat asumsi, yaitu : a). Karyawan tidak suka bekerja dan bilamana

mungkin akan berusaha menghindarinya, b). Karena karyawan tidak suka

bekerja, mereka harus dipaksa, dikendalikan, atau diancam dengan hukuman

untuk mencapai tujuan yang diinginkan, c). Karyawan akan mengelakkan

tanggung jawab dan sedapat mungkin hanya mengikuti perintah formal, dan

d). Kebanyakan pekerja mengutamakan rasa aman (agar tidak ada alasan untuk

dipecat) diatas semua faktor dan hanya menunjukkan sedikit ambisi. Dalam teori

Y, juga terdapat empat asumsi yang berlawanan, yaitu : a). karyawan memandang

pekerjaan sama alamiahnya dengan istirahat dan bermain, b). Seseorang yang

memiliki komitmen pada tujuan akan melakukan pengarahan dan pengendalian

diri, c). Seorang yang biasa-biasa saja dapat belajar untuk menerima, bahkan

mencari tanggung jawab, dan d). Kreativitas yaitu kemampuan untuk membuat

keputusan yang baik, didelegasikan kepada karyawan secara luas dan tidak harus

berasal dari orang yang berada dalam manajemen.

4. Mc Clelland’s mengajukan variabel tiga motif atau kebutuhan utama yang relevan

di tempat kerja.

a. Kebutuhan akan prestasi : Dorongan untuk unggul, untuk mencapai sederetan

(44)

b. Kebutuhan akan kekuasaan : Kebutuhan untuk membuat orang lain

berperilaku dengan cara yang diinginkan

c. Kebutuhan akan afiliasi : Hasrat akan hubungan persahabatan dan kedekatan

antar personal.

5. Teori Goal Setting (Edwin Locke) teori ini menyatakan bahwa niat yang dinyatakan sebagai tujuan, dapat menjadi sumber utama dari motivasi kerja. Kita

dapat mengatakan dengan tingkat keyakinan yang tinggi, bahwa tujuan yang

spesifik dapat meningkatkan kinerja dan bahwa tujuan yang sulit dicapai, bila

diterima, menghasilkan kinerja yang lebih tinggi daripada tujuan-tujuan yang

mudah dicapai.

6. Teori Reinforcemen (B F Skinner) teori ini memiliki pendekatan perilaku, yang menyatakan bahwa reinforcement membentuk perilaku.

7. Teori Equity atau kewajaran (Jane Pearson) menyatakan bahwa karyawan membandingkan apa yang mereka berikan ke dalam suatu situasi kerja (input) terhadap apa yang mereka dapatkan dari pekerjaan tersebut (outcome) dan kemudian membandingkan rasio input-outcome mereka dengan rasio input-outcome rekan kerja sejawatnya. Jika mereka menganggap rasio input-outcome

mereka sama dengan orang lain, keadaan tersebut dianggap adil. Jika rasio tidak

sama, rasa ketidak adilan muncul; artinya karyawan cenderung melihat diri

mereka sendiri kurang diberi penghargaan. Bila ketidak adilan terjadi, karyawan

akan berusaha untuk melakukan koreksi.

8. Teori ekspektasi (Victor Vrooms) pada dasarnya teori ekspektasi menyatakan

(45)

tergantung pada kekuatan dari suatu harapan bahwa tindakan tersebut akan

diikuti dengan hasil tertentu serta pada daya tarik hasil tersebut bagi individu.

Oleh karena itu, teori ini mengemukakan tiga variabel berikut ini :

a. Daya tarik : Pentingnya individu mengharapkan outcome dan penghargaan yang mungkin dapat dicapai dalam bekerja. Variabel ini mempertimbangkan

kebutuhan-kebutuhan individu yang tidak terpuaskan.

b. Kaitan kinerja penghargaan : Keyakinan individu bahwa dengan menunjukkan

kinerja pada tingkat tertentu akan mencapai outcome yang diinginkan.

c. Kaitan upaya kinerja : Probabilitas yang diperkirakan oleh individu bahwa

dengan menggunakan sejumlah upaya tertentu akan menghasilkan kinerja.

Meskipun ada beberapa aktivitas manusia yang terjadi tanpa motivasi, namun hampir

semua perilaku sadar mempunyai motivasi, atau sebab. Pekerjaan para manajer

adalah mengidentifikasi dan menggerakkan motif pegawai untuk berprestasi baik

dalam pelaksanaan tugas atau mengurangi ketidak seimbangan.

Dalam kehidupan sehari-hari, istilah motivasi memiliki pengertian yang

beragam baik yang berhubungan dengan prilaku individu maupun perilaku organisasi,

dan dasar utama pelaksanaan motivasi oleh seorang pimpinan adalah pengetahuan

dan perhatian terhadap prilaku manusia yang dipimpinya sebagai suatu faktor penentu

keberhasilan organisasi yang memandang manusia sebagai faktor penentu

keberhasilan yang berarti pula menuntut adanya perhatian serius pada semua

permasalahan kebutuhan. Seorang pemimpin yang berhasil dalam melaksanakan

(46)

adanya sinkronisasi antara tujuan pribadi para anggota organisasi dengan tujuan

pribadi para anggota organisasi dengan tujuan organisasi itu sendiri.

2.2.2.1. Faktor-faktor Penentu Motivasi Kerja

Manfaat motivasi yang utama adalah menciptakan gairah kerja, sehingga

produktivitas kerja meningkat. Sementara itu, manfaat yang diperoleh karena bekerja

dengan orang-orang yang termotivasi adalah pekerjaan dapat diselesaikan dengan

tepat. Artinya pekerjaan diselesaikan sesuai standar yang benar dan dalam skala

waktu yang sudah ditentukan, serta orang senang melakukan pekerjaannya. Sesuatu

yang dikerjakan karena ada motivasi yang mendorongnya akan membuat orang

senang mengerjakannya. Orang pun akan merasa dihargai/diakui, hal ini terjadi

karena pekerjaannya itu betul-betul berharga bagi orang yang termotivasi, sehingga

orang tersebut akan bekerja keras. Hal ini dimaklumi, karena dorongan yang begitu

tinggi menghasilkan sesuai target yang mereka tetapkan. Kinerjanya akan dipantau

oleh individu yang bersangkutan dan tidak akan membutuhkan terlalu banyak

pengawasan serta semangat juangnya akan tinggi (Ishak dan Tanjung : 2003).

Setiap orang memerlukan 5 (lima) kebutuhan yang telah dikemukakan oleh

Maslow sebagaimana diuraikan di atas sebagai sumber motivasi dalam rangka

meningkatkan semangat kerjanya. Namun yang paling penting bagi seseorang adalah

motivasi yang dimulai dari dalam dirinya sendiri (motivasi instrinsik), sesuai dengan pendapat Hasibuan (2003) bahwa “Motivasi yang paling berhasil adalah

pengarahan diri sendiri oleh pekerja yang bersangkutan. Keinginan atau dorongan

tersebut harus datang dari individu itu sendiri dan bukanlah dari orang lain dalam

(47)

Berdasarkan beberapa penjelasan diatas disimpulkan bahwa motivasi kerja

adalah suatu perangsang keinginan dan daya gerak yang menyebabkan seseorang

bersemangat dalam bekerja karena terpenuhi kebutuhannya. Karyawan yang

bersemangat dalam bekerja disebabkan telah terpenuhinya kebutuhannya seperti gaji

yang cukup, keamanan dalam bekerja, bebas dari tekanan dari pimpinan maupun

rekan sekerja, dan kebutuhan lainnya, hal ini akan berdampak pada kepuasan kerja

yang akhirnya mampu menciptakan kinerja yang baik.

Motivasi kerja adalah kekuatan yang mendorong semangat yang ada di dalam

maupun diluar dirinya baik itu yang berupa reward maupun punishment, sehingga Luthans (2003) menyatakan bahwa :” pada manusia terdapat sepuluh faktor motivasi

(motivation factor) yang disebut dengan satisfier atau intrinsic motivation, yang meliputi :1). prestasi yang diraih (achievement), 2). pengakuan orang lain (recognition), 3). tanggung jawab (responsibility), 4). peluang untuk maju (advancement), 5). kepuasan kerja itu sendiri (the work itself), 6). dan pengembangan karir (the possibility of growth). Sedangkan faktor pemelihara (maintenance factor) yang disebut dengan disatisfier atau extrinsic motivation meliputi, 1). kompensasi; 2). keamanan dan keselamatan kerja; 3). kondisi kerja; 4). status; 5). prosedur

perusahaan; 6). Mutu dari supervisi teknis dari hubungan interpersonal diantara

teman sejawat, atasan, dan bawahan”.

2.2.3. Teori Budaya Organisasi

Budaya Organisasi (organizational culture) sering muncul ke permukaan dan menjadi bahan pembicaraan dan kajian, baik di kalangan praktisi maupun ilmuwan.

(48)

pengembangan budaya organisasi. Hal ini menunjukkan bahwa budaya organisasi itu

dirasakan penting dan memiliki manfaat langsung maupun tidak langsung bagi

perkembangan organisasi.

Sejak berdirinya organisasi atau perusahaan, secara sadar atau tidak pendiri

meletakkan dasar bagi budaya organisasi yang didirikan. Pertumbuhan organisasi,

sebagai hasil interaksi organisasi dengan lingkungannya, juga dalam mengusahakan

pengembangan organisasinya, secara sadar perlu merubah nilai-nilai pokok tertentu.

Budaya organisasi perlu juga menyesuaikan diri terhadap pertumbuhan perusahaan.

Ketika orang berbicara soal budaya, maka yang dimaksudkan bukan hanya sesuatu

yang “dimiliki” bersama, tapi ada makna kedalaman (kadang tidak terukur, kasat

mata, dan tidak disadari).

Menurut Robbins (2002), terdapat tiga perspektif budaya organisasi, yaitu :

”budaya yang kuat, budaya yang sesuai dan budaya yang adaptif”. Budaya kuat

mengacu pada nilai inti organisasi yang dipegang secara intensif dan dianut bersama

secara meluas oleh anggota organisasi, namun budaya yang kuat tidaklah cukup

untuk dapat meningkatkan kinerja. Diperlukan adanya perspektif yang ke dua, yaitu

budaya yang sesuai dengan konteksnya. Adapun yang dimaksud dengan kesesuaian

konteks di sini adalah kesesuaian antara budaya dengan filosofi organisasi (visi, misi,

tujuan organisasi); kesesuaian dengan kondisi objektif dari lingkungan industrinya;

dan kesesuaian dengan strategi yang dijalankan oleh organisasi. Budaya yang kuat

namun tidak sesuai dengan konteks budaya yang seharusnya akan mengakibatkan

organisasi kehilangan arah dan menimbulkan ketidak-sesuaian jalur yang semestinya

(49)

memandang suatu budaya sehingga berpengaruh terhadap perilaku anggota-anggota

dalam organisasi yang menggambarkan motivasi, dedikasi, kreativitas, komitmen

dan kepuasan yang tinggi. Semakin kuat budaya organisasi, semakin tinggi

komitmen, pada akhirnya akan meningkatkan kinerja. Oleh karenanya, keunikan

karakteristik suatu organisasi yang dicerminkan oleh budaya organisasi, perlu

dikembangkan dan dianut oleh anggota organisasi tersebut. Budaya organisasi

mengandung bauran nilai-nilai, kepercayaan, asumsi, persepsi, norma, kekhasan, dan

pola perilaku. Budaya relatif stabil karena perubahannya sangat lamban.

2.2.3.1. Pengertian Budaya Organisasi

Armstrong (2005) mendefinisikan bahwa : ”budaya perusahaan sebagai pola

asumsi dasar yang ditemukan oleh kelompok tertentu, ditemukan atau dikembangkan

untuk mempelajari cara mengatasi masalah-masalah adaptasi dari luar dan cara

berintegrasi, yang telah berfungsi dengan baik atau di anggap berlaku, dan karena itu,

harus diajarkan kepada para anggota baru sebagai yang benar untuk mengundang,

memikirkan, dan merumuskan masalah-masalah ini”.

Robbins (2006) mendefinisikan bahwa : “budaya organisasi (organization culture) sebagai suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi tersebut dengan organisasi lain”. Lebih lanjut, Robbins

(2006) menyatakan bahwa :

(50)

Pendapat lain dikemukakan oleh Susanto (2007) yang menyatakan bahwa : “budaya

organisasi adalah sebagai nilai-nilai yang menjadi pedoman sumber daya manusia

untuk menghadapi permasalahan eksternal dan usaha penyesuaian integrasi ke dalam

perusahaan sehingga masing-masing anggota organisasi harus memahami nilai-nilai

yang ada dan bagaimana mereka harus bertindak dan berperilaku”.

Luthans (2003) menjelaskan bahwa : ”budaya organisasi merupakan

norma-norma dan nilai-nilai yang mengarahkan perilaku anggota organisasi”. Agar dapat

diterima oleh lingkungannya, maka setiap anggota organisasi akan berperilaku sesuai

dengan budaya yang berlaku pada organisasi tersebut. Jadi budaya organisasi

berhubungan dengan lingkungan yang merupakan gabungan dari asumsi, perilaku,

cerita, ide dan pemahaman penting untuk menentukan bagaimana seharusnya bekerja

dalam suatu organisasi.

Definisi serupa diberikan oleh Van Muijen (2004) yang menyatakan bahwa :

“budaya perusahaan dapat digambarkan sebagai kumpulan dari nilai, norma,

ungkapan, dan perilaku yang ikut menentukan bagaimana orang-orang dalam

perusahaan saling berhubungan”. Hofstede (2005) mengemukakan bahwa, ”pada

tingkat organisasi, budaya merupakan serangkaian asumsi, keyakinan, dan nilai-nilai

dan persepsi dari para anggota organisasi yang mempengaruhi dan membentuk sikap

dan perilaku kelompok yang bersangkutan”. Berdasarkan pengertian-pengertian

diatas, budaya organisasi dapat dikatakan sebagai aturan main yang ada di dalam

perusahaan yang akan menjadi pegangan dari sumber daya manusia dalam

menjalankan kewajibannya dan nilai-nilai untuk berperilaku di dalam organisasi.

(51)

mereka berada dalam organisasi tersebut dan sewaktu mewakili organisasi

berhadapan dengan pihak “luar”. Dengan kata lain, budaya organisasi mencerminkan

“cara karyawan melakukan sesuatu (membuat keputusan, melayani orang) yang dapat

dilihat kasat mata dan dirasakan terutama oleh orang diluar organisasi tersebut.

Orang luar sebenarnya dapat mengenali budaya sebuah organisasi begitu memasuki

pintu gerbang sebuah kantor. Misalnya saja cara petugas menerima tamu, kondisi

ruangan, pakaian seragam, cara menerima telepon. Dapat juga dikatakan budaya

organisasi adalah pola terpadu perilaku manusia di dalam organisasi termasuk

pemikiran-pemikiran, tindakan-tindakan, pembicaraan-pembicaraan yang dipelajari

dan diajarkan kepada generasi berikutnya.

2.2.3.2. Proses Terbentuknya Budaya Organisasi

Budaya bisa dilihat sebagai “fenomena” yang mengelilingi kehidupan orang

banyak dari hari ke hari, bisa direkayasa dan dibentuk. Jika budaya dikecilkan ruang

lingkupnya ke tingkat organisasi atau bahkan ke kelompok yang lebih kecil, akan

dapat terlihat bagaimana budaya terbentuk, ditanamkan, berkembang, dan akhirnya

direkayasa, diatur, dan diubah. Budaya organisasi akan mempengaruhi cara anggota

organisasi memberikan interaksi dan integritas terhadap institusi. Jika budaya

organisasi yang terbangun mampu mempengaruhi anggota organisasi dalam bersikap

dan berinteraksi, maka organisasi atau institusi tersebut akan menemukan

angota-anggota organisasi yang memiliki dedikasi dan loyalitas yang baik terhadap

organisasi tersebut, berikut digambarkan bagai mana proses terbentuknya budaya

Gambar

Tabel 1.1. Rekapitulasi Penyerahan SAP, GBPP, UTS dan UAS
Tabel 1.2. Rekapitulasi Kehadiran Mengajar Dosen
Tabel 1.3. Rekapitulasi Kehadiran Dosen di Rapat Dosen
Tabel 2.1. Mapping Penelitian Terdahulu
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Kurikulum Muatan Lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk

Tidak memiliki kelainan dalam orientasi kecuali klien waham spesifik terhadap orang, tempat, dan waktu. Daya ingat atau kognisi lain biasa nya akurat. Pengendaliaan implus pada klien

Prinsip kerja dari sensor ini adalah sebagai berikut saat rangkaian sumber cahaya diberikan VCC 5 Volt dan menghasilkan cahaya, cahaya masuk pada photodioda tidak terhalangi maka

Komitmen Institusi yang tercermin dari hasil evaluasi diri yang menjelaskan tentang arah, kebijakan, tujuan, dan program pengembangan kewirausahaan mahasiswa,

Natawidjaja of Padjadjaran University (Natawidjaja 2001), which did not adjust for production over-estimation or consumption outside the home or by industry, suggested that

,nformal dan hal ini merupakan salah satu bidang bidikan/sasaran dalam bidang kewirausahaan S:=lain itu jiwa kewirausahaan (jujur, disiplin, semangat tinggi,

Sebagai sebuah kerajaan yang bertanggungjawab dan ingin memastikan Selangor menjadi negeri maju dan berkebajikan sesuai dengan konsep “Baldatun Toyyibah wa Robbun