EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KOLABORASI TEKNIK ROUND ROBIN
DAN TWO STAY TWO STRAY DALAM MENINGKATKAN
KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG SISWA KELAS XI
SMA NEGERI 15 BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang
oleh:
Nisa Kencana Putri 0900189
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Halaman Hak Cipta
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KOLABORASI TEKNIK
ROUND ROBIN DAN TWO STAY TWO STRAY DALAM
MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA
JEPANG SISWA KELAS XI SMA NEGERI 15 BANDUNG
Oleh Nisa Kencana Putri
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
© Nisa Kencana Putri 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi : “Efektivitas Penggunaan Kolaborasi Teknik Round Robin dan Two Stay Two Stray Dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Jepang Siswa Kelas XI SMA Negeri 15
Bandung”
Nama : Nisa Kencana Putri NIM : 0900189
SK Dekan No : 483/UN.40.3/DT/2013
Disetujui dan Disahkan oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Mulyana Adimihardja, M.Ed. Juju Juangsih, S.Pd, M.Pd. NIP. 194906301980031001 NIP. 1973083020081220202
Mengetahui,
Efektivitas Penggunaan Kolaborasi Teknik Round Robin dan Two
Stay Two Stray Dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara
Bahasa Jepang Siswa Kelas XI SMA Negeri 15 Bandung
(Nisa Kencana Putri, 0900189)
ABSTRAKSI
Permasalahan yang diteliti dalam skripsi ini berkaitan dengan metode pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jepang di SMA. Proses pembelajaran umumnya masih merupakan proses pembelajaran yang terpusat pada guru. Melihat kendala dalam proses pembelajaran keterampilan berbicara tersebut, tentu diperlukan inovasi pembelajaran yang lebih baik yaitu dengan proses pembelajaran yang terpusat pada siswa. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan dalam rangka meningkatkan keterampilan berbicara siswa, diantaranya kolaborasi teknik Round Robin (RR) dan Two Stay Two Stray (TSTS).
Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengetahui hasil belajar siswa yang menggunakan kolaborasi teknik RR dan TSTS (2) Mengetahui perbedaan antara hasil belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan kolaborasi teknik RR dan TSTS (3) Mengetahui efektivitas model pembelajaran kolaborasi teknik RR dan TSTS dalam pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jepang di SMA (4) Mendeskripsikan pendapat siswa tentang pembelajaran dengan menggunakan kolaborasi teknik RR dan TSTS.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental murni, menggunakan rancangan penelitian “Pretest Posttest Control Group”. Sampel penelitian adalah siswa kelas XI SMAN 15 Bandung yang terdiri dari 14 orang pada kelas eksperimen dan 14 orang pada kelas kontrol. Instrumen yang digunakan adalah tes, angket, lembar penilaian keterampilan berbicara, pedoman wawancara dan jurnal siswa.
Dari hasil analisis data, diketahui db=27, t hitung = 25,21 dan t tabel pada taraf signifikansi 5%=2,05 serta pada taraf 1%=2,77. Berarti t hitung > t tabel yang berarti Ha diterima. Dari data normalized gain, diperoleh rata-rata kelas eksperimen 0,72 dengan kriteria efektivitas pembelajaran sangat efektif. Dari hasil angket dan wawancara dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jepang menggunakan model ini lebih menarik, lebih membuat percaya diri, menjadi lebih termotivasi, dan lebih meningkatkan kemampuan siswa dalam berbicara bahasa Jepang.
The Effectiveness of Using Collaborative Technique of Round Robin
and Two Stray Two Stray in order to Increase Bandung 15
thSenior
High School Eleventh Grade Students
’
Speaking Ability in Japanese
Language Class
(Nisa Kencana Putri, 0900189) ABSTRACT
This study investigated the effectiveness of using Collaborative technique of Round Robin (RR) and Two Stay Two Stray (TSTS) in order to increase senior high school students speaking ability. The study aimed at: (1) comparing between the use of RR and TSTS technique and lecturing technique in the classroom; (2) investigating the difference between the two techniques aforementioned; (3) finding the effectiveness of the RR and TSTS techniques in order to improve students speaking ability in Japanese language class; and (4) exploring students perception on the use of RR and TSTS technique in the classroom.
The study was a quantitative study employing true experimental design in the form of Pretest Posttest Control Group Design. It utilized four types of instruments including observation, interview, questionnaire, and document analysis comprising the results of the test on speaking test. The study was conducted in one public senior high school in Bandung, 28 eleventh graders of senior high school from the research setting were employed as the participants. They were divided into two groups placing 14 of them into experimental groups while the rests into control group. The experimental group was taught by using RR and TSTS technique while the control group was employed lecturing technique.
The results showed that the collaborative techniques of RR and TSTS have significantly improved students’ ability in Japanese language speaking compared to that lecturing technique. It could be seen from db=27, t calculated=25.21 and t table is 5%=2.05 in the level of significance and 1%=2.77 in its level. It means that t calculated>t table (2.05<25,21>2,77). Further, the questionnaire and interview result revealed that the use of RR and TSTS techniques in the speaking classroom in the research setting is interesting and has led the students to be more confident, more motivated and further encourage the students to improve their Japanese speaking ability.
DAFTAR ISI
ABSTRAK BAHASA INDONESIA...i
ABSTRAK BAHASA INGGRIS...ii
ABSTRAK BAHASA JEPANG...iii
SINOPSIS...iv
KATA PENGANTAR...xii
UCAPAN TERIMA KASIH...xiii
DAFTAR ISI...xv
DAFTAR TABEL...xx
DAFTAR GAMBAR...xxiii
DAFTAR LAMPIRAN...xxv
BAB I PENDAHULUAN...1
1.1 Latar Belakang Masalah...1
1.2 Rumusan Masalah...5
1.3 Batasan Masalah...5
1.4 Tujuan Penelitian...5
1.5 Manfaat Penelitian...6
1.8 Metode Penelitian...9
1.9 Populasi dan Sampel...9
1.10Instrumen Penelitian...10
1.11Teknik Pengolahan Data...11
1.12Sistematika Penelitian...11
BAB II KERANGKA TEORITIS...13
2.1 Pembelajaran Bahasa...13
2.2 Pengajaran Bahasa...16
2.3 Berbicara...18
2.3.1 Pengertian Berbicara...18
2.3.2 Tujuan Berbicara...18
2.3.3 Pembelajaran Keterampilan Berbicara...20
2.3.4 Penilaian Keterampilan Berbicara...21
2.4 Konsep Dasar Teknik Round Robin...23
2.4.1 Teknik Round Robin...23
2.4.2 Langkah-langkah Penerapan Teknik Round Robin...25
2.5 Konsep Dasar Teknik Two Stay Two Stray...27
2.6 Kolaborasi Teknik Round Robin dan Two Stay Two Stray...30
BAB III METODE PENELITIAN...37
3.1 Metode Penelitian...37
3.2 Populasi dan Sampel...38
3.3 Instrumen Penelitian...38.
3.4 Variabel Penelitian...48
3.5 Teknik Pengolahan Data...48
3.6 Prosedur Penelitian...51
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN...52
4.1 Pengumpulan Data...52
4.2 Pelaksanaan Pengumpulan Data...53
4.3 Analisis Data...55
4.4 Kriteria Efektivitas Pembelajaran...85
4.5 Kesimpulan Hasil Analisis Data...88
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI...89
5.1 Kesimpulan...89
DAFTAR PUSTAKA...93
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia di samping sebagai makhluk individu juga merupakan makhluk sosial yang harus berinteraksi satu sama lain. Interaksi tersebut akan dapat berjalan baik apabila menggunakan bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi. Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena dalam melakukan kegiatan sehari-hari manusia dilakukan dengan menggunakan bahasa.
Dalam mempelajari bahasa ada empat keterampilan dasar berbahasa yang harus dikuasai. Keempat keterampilan berbahasa tersebut yaitu:
1) Keterampilan menyimak (listening skills)
2) Keterampilan berbicara (speaking skills)
3) Keterampilan membaca (reading skills)
4) Keterampilan menulis (writing skills)
(Nida; Harris; dalam Tarigan 2008:1)
2
Di era globalisasi ini, penting bagi kita untuk mempelajari bahasa asing dengan tujuan untuk dapat saling berkomunikasi dengan masyarakat dunia. Ada banyak bahasa yang sering dianggap sebagai bahasa internasional, salah satunya adalah bahasa Jepang. Alasan pentingnya bahasa Jepang dikarenakan banyaknya industri terutama industri teknologi yang berasal dari negara Jepang. Selain itu banyaknya kerjasama antara Jepang dengan banyak negara, termasuk Indonesia, menyebabkan negara-negara tersebut menganggap penting bahasa Jepang supaya dapat berkomunikasi dengan baik dengan orang-orang Jepang.
Untuk mempelajari bahasa Jepang, terdapat empat keterampilan berbahasa atau yang dikenal dengan 四技能 ”yonginou” atau empat keterampilan yang harus dimiliki pembelajar (Yoshio, Ogawa 1985:602 dalam Yulia 2010:1). Dari keempat keterampilan berbahasa tersebut, berdasarkan pengamatan penulis, keterampilan berbicara atau yang dikenal dengan 話 す 技 能 “hanasuginou” (Speaking Skills), merupakan salah satu keterampilan yang tidak mudah bagi pembelajar bahasa Jepang. Pembelajar seringkali mengalami kesulitan dalam hal berbicara bahasa Jepang dikarenakan berbagai faktor. Hambatan-hambatan yang dialami oleh penulis sendiri dalam berbicara bahasa Jepang diantaranya:
a. Hambatan dalam merangkai kalimat/kata dengan tepat
b. Hambatan dalam perbendaharaan kalimat/kosakata
c. Hambatan dalam mengucapkan ujaran-ujaran bahasa Jepang dengan tepat
d. Hambatan dalam berbicara atau mengeluarkan pendapat dalam bahasa Jepang
Dalam pembelajaran keterampilan berbicara hal terpenting adalah keaktifan siswa dalam menggunakan bahasa tersebut ketika kegiatan belajar mengajar (Putraliawan 2010:2) Tetapi, selama ini metode yang digunakan dalam pembelajaran keterampilan berbicara dirasakan masih sederhana dan monoton. Pengajar bahasa Jepang umumnya masih menggunakan metode ceramah sehingga proses pembelajaran merupakan proses pembelajaran yang terpusat pada guru (teacher centered). Melihat kendala dalam proses pembelajaran keterampilan berbicara
tersebut, tentu diperlukan inovasi pembelajaran yang lebih baik dengan proses pembelajaran yang terpusat pada siswa (student centered). Ada beberapa teknik yang dapat digunakan dalam rangka meningkatkan keterampilan berbicara siswa, diantaranya Teknik Round Robin dan Two Stay Two Stray.
4
kelompok. Gagasan-gagasan yang dimunculkan siswa dapat dikompilasikan dalam sebuah daftar sebagai dasar untuk tugas pada tahap selanjutnya (Barkley, 2012:162). Teknik Round Robin sendiri pernah diadakan penelitian oleh Sharon Lee pada tahun 2009 tentang penggunaan Teknik Round Robin dalam proses penulisan karangan bagi mata pelajaran bahasa Cina. Dan penulis ingin mencoba menerapkannya pada pengajaran keterampilan berbicara bahasa Jepang di SMA. Tetapi Round Robin akan efektif terutama jika diterapkan dengan teknik lainnya. Karena itu penulis mengkolaborasikannya dengan teknik Two Stay Two Stray.
Teknik Two Stay Two Stray (Dua Tinggal Dua Tamu) adalah salah satu teknik Cooperative Learning yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992) dimana siswa
bekerja sama dalam kelompok berempat, setelah selesai dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan masing-masing-masing-masing bertamu ke dua kelompok lain. Dua orang yang tinggal bertugas membagikan hasil kerja dan informasi ke tamu mereka, kemudian tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri, melaporkan hasil temuan mereka dari kelompok lain. Lalu kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka (Lie, 2007:61). Teknik Two Stay Two Stray ini merupakan sistem pembelajaran kelompok dengan tujuan agar
siswa dapat saling bekerjasama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah dan saling mendorong untuk berprestasi. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia peserta didik. Dalam pembelajaran bahasa Jepang sendiri, teknik Two Stay Two Stray bukanlah teknik yang asing. Sudah ada yang meneliti tentang efektivitas teknik Two Stay Two Stray (Dua Tinggal Dua Tamu) ini dalam pembelajaran Dokkai, Penguasaan Kosakata dan Honyaku. Namun belum pernah diadakan penelitian berkenaan efektivitas teknik ini
siswa agar tidak malu dan ragu untuk berbicara dalam bahasa Jepang sehingga pada akhirnya penerapan kolaborasi teknik ini dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa SMA.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, penulis mencoba untuk melakukan penelitian dengan judul “Efektivitas Penggunaan Kolaborasi
Teknik Round Robin Dan Two Stay Two Stray Dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Jepang Siswa Kelas XI SMA Negeri 15
Bandung”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, permasalahan dari penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah hasil pembelajaran keterampilan berbicara siswa yang menggunakan kolaborasi teknik Round Robin dan Two Stay Two Stray dan yang tidak menggunakan kolaborasi teknik Round Robin dan Two Stay Two Stray?
2. Adakah perbedaan antara hasil belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan kolaborasi teknik Round Robin dan Two Stay Two Stray dalam pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jepang?
3. Apakah model pembelajaran kolaborasi teknik Round Robin dan Two Stay Two Stray efektif dalam pembelajaran keterampilan berbicara
bahasa Jepang di SMA?
6
1.3 Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis membatasi masalah penelitian ini hanya akan meneliti efektivitas penggunaan kolaborasi teknik Round Robin dan Two Stay Two Stray dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jepang pada siswa kelas
XI SMA Negeri 15 Bandung.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang jelas dari rumusan masalah di atas. Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti efektivitas penggunaan kolaborasi teknik Round Robin dan Two Stay Two Stray dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jepang siswa SMA. Secara khusus tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang menggunakan kolaborasi teknik Round Robin dan Two Stay Two Stray dan yang tidak menggunakan kolaborasi teknik Round Robin dan Two Stay Two Stray (metode ceramah)
2. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara hasil belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan kolaborasi teknik Round Robin dan Two Stay Two Stray.
3. Untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran kolaborasi teknik Round Robin dan Two Stay Two Stray dalam pembelajaran
keterampilan berbicara bahasa Jepang di SMA.
4. Untuk mendeskripsikan pendapat siswa tentang pembelajaran dengan menggunakan kolaborasi teknik Round Robin dan Two Stay Two Stray.
a. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis adalah manfaat yang dapat membantu kita untuk lebih memahami suatu konsep atau teori dalam suatu disiplin ilmu. Penelitian ini diharapkan dapat membantu kita lebih memahami tentang kolaborasi teknik Round Robin dan Two Stay Two Stray dan penggunaannya dalam
pembelajaran berbicara bahasa Jepang di SMA.
b. Manfaat Praktis
Manfaat praktis yakni manfaat yang bersifat terapan dan dapat segera digunakan untuk keperluan praktis. Manfaat praktis dari penelitian ini adalah:
1. Melalui penelitian ini, penulis harapkan dapat digunakan pengajar sebagai bahan pengayaan dalam pengajaran bahasa Jepang di SMA dan sebagai alternatif teknik pengajaran baru yang mampu meningkatkan kualitas belajar siswa, khususnya dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jepang.
2. Bisa juga dimanfaatkan calon peneliti sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.
1.6 Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam mengartikan makna dari kata-kata atau istilah yang digunakan dalam penelitian ini, penulis mendefinisikan sebagai berikut:
8
2. Kolaborasi adalah “a purposive relationship” (Schrage, 1995:29). Tujuan
kolaborasi adalah untuk memecahkan masalah, menciptakan sesuatu dan menemukan sesuatu dalam sejumlah hambatan.
3. Teknik adalah cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran (Standar Nasional Silabus Bahasa Jepang, 2001 : 7).
4. Round Robin (Merespon secara Bergiliran) adalah teknik brainstorming dimana mahasiswa mengajukan gagasan-gagasan namun tanpa mengelaborasi, menjelaskan mengevaluasi atau mempertanyakan gagasan tersebut. Setiap anggota secara bergiliran merespons pertanyaan dengan sebuah kata, frase, atau pernyataan singkat. Gagasan-gagasan yang dimunculkan siswa dapat dikompilasikan dalam sebuah daftar sebagai dasar untuk tugas pada tahap selanjutnya (Barkley, 2012:162).
5. Two Stay Two Stray (Dua Tinggal Dua Tamu) adalah salah satu model kooperatif dimana siswa saling bekerja sama dalam kelompok berempat. Kemudian setelah selesai dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya, masing-masing bertemu dua kelompok lain untuk saling bertukar informasi. Dua yang tinggal di dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi ke tamu mereka. Lalu tamu mohon diri dan kembali ke kelompok masing-masing, melaporkan hasil temuan mereka dari kelompok lain. Lalu kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka (Lie, 2007:61).
6. Keterampilan berbicara adalah kemampuan mengungkapkan pendapat atau pikiran dan perasaan kepada seseorang atau kelompok secara lisan, baik
secara berhadapan maupun dengan jarak jauh.
7. Bahasa Jepang adalah bahasa yang digunakan oleh bangsa Jepang (Sudjianto dan Dahidi, 2004:4).
1.7 Anggapan Dasar dan Hipotesis Penelitian
Anggapan dasar merupakan suatu teori baik yang sudah baku berupa rangkuman atau kesimpulan yang digunakan sebagai dasar untuk berpijak dimulainya kegiatan penelitian tersebut (Sutedi, 2005:32). Yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
1. Dalam pembelajaran keterampilan berbicara hal yang terpenting adalah keaktifan siswa menggunakan bahasa tersebut dalam proses pembelajaran.
2. Dengan inovasi pengajaran yang lebih baik, dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas XI.
10
berbicara bahasa Jepang dasar siswa yang tidak menggunakan kolaborasi teknik Round Robin dan Two Stay Two Stray.
1.8 Metode Penelitian
Dalam kegiatan penelitian metode dapat diartikan sebagai cara atau prosedur yang harus ditempuh untuk menjawab masalah penelitian (Sutedi, 2009:53). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas suatu teknik pembelajaran dalam upaya meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jepang. Oleh karena itu metode yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen. Penelitian eksperimental atau penelitian uji coba merupakan salah satu metode yang sering digunakan dalam bidang pengajaran. Tujuan metode ini yaitu untuk menguji efektivitas dan efesiensi dari suatu pendekatan, metode, teknik, atau media pengajaran dan pembelajaran, sehingga hasilnya dapat diterapkan jika memang baik, atau tidak digunakan jika memang tidak baik, dalam pengajaran yang sebenarnya. (Sutedi, 2009:64).
1.9 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 15 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.
dipilih tanpa pandang bulu. (Arikunto, 2010:95). Sampel akan dibagi ke dalam dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.
1.10 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yaitu alat yang digunakan untuk mengumpulkan atau menyediakan berbagai data yang diperlukan dalam kegiatan penelitian. (Sutedi, 2009:155) Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa:
a. Tes
Tes merupakan alat ukur yang biasanya digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa setelah selesai satu satuan program pengajaran tertentu (Sutedi, 2009:157). Tes yang diberikan yaitu pre-test dan post-test yang berupa role play, untuk mengetahui kemampuan berbicara
bahasa Jepang siswa sebelum dan sesudah diberikan perlakuan pada kelas eksperimen dan setelah pembelajaran secara ceramah pada kelas kontrol.
b. Angket
Angket merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar orang yang diberi tersebut bersedia memberikan respons sesuai dengan permintaan pengguna (Arikunto, 2010:102). Dalam penelitian ini akan digunakan angket tertutup. Angket ini digunakan untuk mengetahui apa pendapat siswa terhadap pembelajaran menggunakan kolaborasi teknik Round Robin dan Two Stay Two Stray dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa
12
c. Lembar Penilaian Keterampilan Berbicara
Lembar penilaian siswa ini digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam keterampilan berbicara.
d. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.
e. Jurnal Siswa
Jurnal siswa ini berisi beberapa pertanyaan seputar kendala yang dialami siswa beserta tanggapan terhadap penggunaan kolaborasi teknik Round Robin dan Two Stay Two Stray.
1.11 Teknik Pengolahan Data
Terdapat dua macam data dalam penelitian ini, yaitu data kualitatif dan data
kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari angket, sedangkan data kuantitatif berupa hasil tes kemampuan siswa. Untuk data hasil tes (data kuantitatif) akan diolah dengan metode statistika.
1.12 Sistematika Penulisan
Pembahasan pada skripsi yang akan dilakukan yaitu dengan cara membagi ke dalam lima bab dengan urutan sebagai berikut:
penelitian, teknik pengolahan data, dan sistematika penulisan. Kemudian Bab II Kerangka Teoritis, berisi pembahasan secara teoritis yang berkaitan dengan pembelajaran bahasa, pengajaran bahasa, keterampilan berbicara, teknik Round Robin dan teknik Two Stay Two Stray, kolaborasi teknik Round Robin dan Two Stay Two Stray. Lalu dalam Bab III Metode Penelitian, membahas mengenai metode penelitian
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksperimen. Penelitian eksperimental atau penelitian ujicoba merupakan salah satu metode yang sering digunakan dalam bidang pengajaran. Tujuan metode ini yaitu untuk menguji efektivitas dan efesiensi dari suatu pendekatan, metode, teknik, atau media pengajaran dan pembelajaran, sehingga hasilnya dapat diterapkan jika memang baik, atau tidak digunakan jika memang tidak baik, dalam pengajaran yang sebenarnya. (Sutedi, 2009:64).
Design penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah True Experimental Design bentuk Pretest Posttest Control Group Design. Dalam design ini terdapat dua
kelompok yang masing-masing dipilih secara random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil pretest yang baik bila nilai kelompok eksperimen tidak berbeda secara signifikan.. Pengaruh perlakuan adalah (O2 -O1)-(O4-O3). (Sugiyono,
2011: 76)
Keterangan:
R : Random
X : Perlakuan/treatment
R
O
1X
O
2O1 : Nilai pretest kelompok yang diberi perlakuan
O2 : Nilai posttest kelompok yang diberi perlakuan
O3 : Nilai pretest kelompok yang tidak diberi perlakuan
O4 : Nilai posttest kelompok yang tidak diberi perlakuan
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudia ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. (Sugiyono, 2011: 80) Peneliti melaksanakan penelitian ini di SMA Negeri 15 Bandung. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI SMAN 15 Bandung. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah 28 siswa kelas XI yang akan dibagi menjadi dua kelas, yaitu kelas A sebagai kelas eksperimen, dan kelas B sebagai kelas kontrol.
Teknik memilih sampel yang digunakan adalah Probability Sampling dengan teknik Random Sampling, yaitu teknik sampling yang digunakan oleh peneliti apabila populasi dari mana sampel diambil merupakan populasi homogen yang hanya mengandung satu ciri. (Arikunto, 2010:95)
3.3 Instrumen Penelitian
Instrumen yaitu alat yang digunakan untuk mengumpulkan atau menyediakan berbagai data yang diperlukan dalam kegiatan penelitian. (Sutedi, 2009:155) Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tes merupakan alat ukur yang biasanya digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa setelah selesai satu satuan program pengajaran tertentu (Sutedi, 2009:157). Menurut Arikunto (1984) tes juga adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan cepat dan tepat. Tes yang digunakan pada penelitian ini yaitu pre-test dan post-test. Tes ini digunakan untuk mengetahui kemampuan
berbicara pada kelas eksperimen setelah diberi perlakuan dan setelah pembelajaran secara ceramah pada kelas kontrol
Bentuk tes yang .digunakan dalam pretest dan posttest berupa role play atau bermain peran. Siswa diperintahkan membuat kelompok yang terdiri
dari 2 orang kemudian siswa melakukan role play sesuai dengan kartu situasi yang diberikan. Keterampilan berbicara siswa dinilai berdasarkan delapan aspek berikut:
1) Struktur tata bahasa
2) Diksi
3) Gaya bahasa
4) Pelafalan dan intonasi
5) Volume suara
6) Kefasihan
7) Ekspresi wajah dan gerakan tubuh
Yang dirangkum menjadi 3 aspek utama dalam penilaian bahasa Jepang yaitu:
1 内 容 /文 法 ない う / ぶん ぽう mencakup struktur tata
bahasa, diksi dan gaya bahasa.
2 発 音 / 表 現 は つ お ん / ひ う げ ん mencakup pelafalan,
intonasi, volume suara, dan kefasihan.
3 表情/手ぶり身ぶり ひ うじ う/てぶりみぶり mencakup
ekspresi wajah dan gerakan tubuh.
Berikut adalah soal pre-test dan post-test yang akan digunakan:
Tabel 3.1 Kartu Situasi Pre-Test
1.
1.
A : Tanyakanlah kepada teman Anda apa yang dia lakukan kemarin dan berapa lama dia melakukan kegiatan membaca.
B : Utarakan pada teman Anda bahwa Anda kemarin membaca majalah kemudian pergi ke supermarket. Jangka waktu Anda membaca yaitu selama satu jam.
2.
2.
A : Tanyakanlah kepada teman Anda apakah kemarin dia menonton TV. Dan tanyakan juga berapa lama dia menonton TV.
B : Utarakan pada teman Anda bahwa Anda kemarin menonton TV. Dan jangka waktu Anda menonton yaitu selama dua jam.
Kartu Situasi Post-Test
1. A : Anda adalah seorang pembeli. Anda ingin membeli sebuah
pakaian. Anda berada di basement sebuah mall. Tanyakanlah
kepada orang yang lewat konter pakaian tersebut. Kemudian
setelah sampai di konter pakaian, tanyakanlah kepada penjual
berapa harga pakaian yang berwarna putih. Apabila menurut Anda
harga pakaian tersebut murah, maka belilah pakaian tersebut. Tapi
apabila menurut Anda harga pakaian tersebut mahal, maka
beritahukanlah kepada penjual bahwa Anda tidak jadi membeli
pakaian tersebut karena mahal.
B : - Anda adalah orang yang lewat di basement. Jika ada yang
menanyakan konter tempat pakaian. Jawablah bahwa konter
pakaian ada di lantai 3.
- Anda adalah seorang penjual di konter pakaian. Tanyakanlah
kepada pembeli pakaian yang bagaimana yang ingin dia beli.
Apabila dia ingin membeli pakaian berwarna putih, beritahukanlah
bahwa harga pakaian putih tersebut Rp. 100.000.
2. A : Anda adalah seorang pembeli. Anda ingin membeli sebuah
kacamata. Anda berada di basement sebuah mall. Tanyakanlah
kepada orang yang lewat konter kacamata tersebut. Kemudian
setelah sampai di konter kacamata, tanyakanlah kepada penjual
berapa harga kacamata yang berbentuk kotak. Apabila menurut
Anda harga kacamata tersebut murah, maka belilah kacamata
mahal, maka beritahukanlah kepada penjual bahwa Anda tidak jadi
membeli kacamata tersebut karena mahal.
B : - Anda adalah orang yang lewat di basement. Jika ada yang
menanyakan konter tempat kacamata. Jawablah bahwa konter
kacamata ada di lantai 1.
- Anda adalah seorang penjual di konter kacamata. Tanyakanlah
kepada pembeli kacamata yang bagaimana yang ingin dia beli.
Apabila dia ingin membeli kacamata berbentuk kotak,
beritahukanlah bahwa harga kacamata kotak tersebut Rp.
1.000.000.
3. A : A da adalah seora g ta u restora Niho . Ketika sudah duduk di meja, Anda bertanya pada pelayan masakan apa yang ada
di restora Niho tersebut. Kemudian Anda bertanya bagaimana
rasa sushi, teh hijau dan teh biasa. Setelah bertanya, Anda
memutuskan ingin memesan sushi dua porsi dan teh biasa satu
gelas.
B : Anda adalah seorang pelayan restoran. Ketika tamu datang
sambutlah tamu tersebut, persilahkan duduk dan tanyakan
pesanannya. Menu makanan di restoran Anda yaitu tempura,
sukiyaki, sushi dan sashimi, dan menu minumannya adalah teh
hijau dan teh biasa. Semua menu makanan di restoran Anda
rasanya enak. Teh biasa di restoran Anda rasanya manis, tetapi teh
hijau di restoran Anda rasanya tidak manis. Setelah tamu
tamu tersebut.
4. A : Anda adalah seorang tamu restoran. Ketika sudah duduk di
meja, Anda bertanya pada pelayan masakan apa yang ada di
restora Su da tersebut. Kemudian Anda bertanya bagaimana
rasa nasi goreng, mie baso disini. Setelah bertanya, Anda
memutuskan ingin memesan mie baso satu porsi, nasi goreng satu
porsi dan jus satu gelas.
B : Anda adalah seora g pelaya restora Su da . Ketika ta u
datang sambutlah tamu tersebut, persilahkan duduk dan tanyakan
pesanannya. Menu makanan di restoran Anda yaitu nasi goreng,
mie baso, soto ayam, dan menu minumannya adalah jus. Nasi
goreng nya rasanya pedas, tetapi mie baso rasanya tidak terlalu
pedas. Setelah tamu memutuskan pesanannya, sebutkanlah
kembali pesanan-pesanan tamu tersebut.
2. Lembar Penilaian Berbicara Siswa
Lembar penilaian siswa ini digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam keterampilan berbicara. Dalam lembar ini terdapat aspek-aspek penilaian yang dijadikan dasar untuk mengukur kemampuan siswa dalam keterampilan berbicara.
Tabel 3.3
Lembar Penilaian Pembelajaran Berbicara
Skala penilaian setiap aspek memiliki poin 1 sampai 5, dengan penilaian sebagai berikut:
Tabel 3.4 Skala Penilaian
5 Baik sekali
4 Baik
3 Cukup
2 Kurang
1 Sangat kurang
Aspek Penilaian
Skala Penilaian
Catatan 1 2 3 4 5
1) 内容/文法
2) 発音/表現
3) 表情/手ぶり身ぶり
Keterangan :
a) Skor maksimal = 30
b) Nilai diperoleh dari jumlah skor dari penguji I ditambah jumlah skor penguji II, dibagi 3 dikalikan 100.
Nilai = Total jumlah skor x 100 3
Nilai maksimal = 100
3. Angket
Angket merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar orang yang diberi tersebut bersedia memberikan respons sesuai dengan permintaan pengguna (Arikunto, 2010:102). Dalam penelitian ini akan digunakan angket tertutup. Angket diberikan untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai proses pembelajaran yang telah berlangsung. Angket tersebut adalah sebagai berikut.
a. Angket
Tabel 3.5
Angket Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Berbicara dengan Kolaborasi Teknik Round Robin dan Two Stay Two Stray Nama :
Kelas :
NO PERNYATAAN YA TIDAK
1. Pembelajaran berbicara dengan menggunakan kolaborasi teknik Round Robin dan Two Stay Two Stray menarik bagi saya.
2. Dengan pembelajaran menggunakan kolaborasi teknik Round Robin dan Two Stay Two Stray belajar berbicara
bahasa Jepang menjadi lebih mudah.
3. Dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan kolaborasi teknik Round Robin dan Two Stay Two Stray, saya puas dengan penampilan saya.
4. Pembelajaran menggunakan kolaborasi teknik Round Robin dan Two Stay Two Stray membantu saya untuk
mengeluarkan gagasan kosakata-kosakata dalam bahasa Jepang.
5. Pembelajaran menggunakan kolaborasi teknik Round Robin dan Two Stay Two Stray ini memotivasi saya untuk
berani tampil berbicara dalam bahasa Jepang.
6. Belajar berbicara bahasa Jepang, menggunakan kolaborasi teknik Round Robin dan Two Stay Two Stray lebih meningkatkan kemampuan saya.
7. Saya mengalami kesulitan dalam berlatih berbicara bahasa Jepang dengan menggunakan kolaborasi teknik Round Robin dan Two Stay Two Stray.
4. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi secara langsung dari responden. Pedoman wawancara tersebut adalah sebagai berikut.
Tabel 3.6
Pedoman Wawancara
No
Pertanyaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Apa motivasi Anda belajar bahasa Jepang?
Apakah Anda memahami materi yang disampaikan guru pada saat PBM?
Apakah Anda mengalami kesulitan ketika berbicara bahasa Jepang?
Dimanakah Anda latihan berbicara bahasa Jepang?
Kesulitan apakah yang Anda hadapi saat berbicara bahasa Jepang?
Bagaimana pengaruh suasana belajar di kelas terhadap konsentrasi belajar Anda?
5. Jurnal Siswa
Jurnal siswa ini berisi beberapa pertanyaan seputar kendala yang dialami siswa beserta tanggapan terhadap penggunaan kolaborasi teknik Round Robin dan Two Stay Two Stray. Jurnal ini diberikan pada setiap
pertemuan setelah pembelajaran selesai. Setelah itu, jurnal ini akan digunakan sebagai refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.(Martini, 2010: 45) Berikut ini adalah format dari jurnal siswa.
JURNAL SISWA
Nama :
Kelas :
Tanggal :
Pertemuan ke- :
1. Apa yang kamu dapatkan dari pembelajaran kali ini?
Jawaban:
2. Kesan apa yang kamu dapatkan dari pembelajaran seperti ini?
Jawaban:
3. Apa kesulitan yang kamu temukan dalam pembelajaran seperti ini?
3.4 Variabel Penelitian
1. Variabel X : Hasil prestasi belajar siswa dalam berbicara bahasa Jepang dengan menggunakan kolaborasi teknik Round Robin dan Two Stay Two Stray (kelas eksperimen)
2. Variabel Y : Hasil prestasi belajar siswa dalam berbicara bahasa Jepang dengan menggunakan metode ceramah (kelas kontrol)
3.5 Teknik Pengolahan Data
1. Teknik Pengolahan Data Statistik
Untuk mengolah data dalam penelitian ini digunakan studi komparasi dengan teknik t test. Tabel t test digunakan untuk mengetahui adakah perbedaan yang signifikan antara variabel X dan variabel Y.
Langkah-langkah menggunakan teknik t test adalah sebagai berikut:
a. Menentukan variabel X dan Y.
b.Menghitung mean variabel X dan Y
Mx = My =
SDx =
SDy =
d. Menghitung standar error mean variabel X dan Y
SEMx = SEMy =
e. Menghitung standar error perbedaan mean variabel X dan Y
SEMx − SEMy =
f. Menghitung nilai t hitung
t
0=
g. Memberikan interpretasi berdasarkan t tabel
h. Menguji hipotesis (apakah diterima atau ditolak)
2. Teknik Pengolahan Data Angket dan Wawancara
Rumus yang digunakan untuk mengolah data angket adalah:
Keterangan:
n
= jumlah respondenKlasifikasi interpretasi penghitungan persentase tiap kategori adalah sebagai berikut:
Tabel 3.7
Interpretasi Penghitungan Persentase Besar Persentase Interpretasi
0% Tidak ada
1%-25% Sebagian kecil
26%-49% Hampir setengahnya
50% Setengahnya
51%-75% Sebagian besar
76%-99% Pada umumnya
3.6 Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Menentukan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan cara membedakan metode atau teknik pengajaran.
2. Mengadakan pre-test terhadap kelas kontrol dan kelas eksperimen, untuk
mendapatkan data awal sebelum mengadakan kegiatan belajar-mengajar
menggunakan kolaborasi teknik Round Robin dan Two Stray Two Stay.
3. Melaksanakan kegiatan belajar-mengajar terhadap kedua kelas. Pada kelas eksperimen menggunakan kolaborasi teknik Round Robin dan Two Stray Two Stay, dengan materi pelajaran yang terdapat pada buku Mengenal Bahasa
4. Mengadakan post-test untuk mengetahui perbandingan hasil kedua kelas sebelum dan sesudah pembelajaran.
5. Menyebar angket untuk memperoleh data kuantitatif.
6. Mengadakan wawancara.
BAB V
Kesimpulan dan Rekomendasi
A. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian, dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Data hasil pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang sudah diolah dengan menggunakan metode statistik komparasional ternyata menunjukkan bahwa pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jepang dengan menggunakan kolaborasi teknik Round Robin dan Two Stay Two Stray dan pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jepang
tanpa menggunakan kolaborasi teknik Round Robin dan Two Stay Two Stray memiliki perbedaan yang signifikan. Hal ini dapat dibuktikan
melalui pengujian kebenaran hipotesis, yaitu: apabila nilai t hitung lebih kecil atau sama dengan dari t tabel (t hitung ≤ t tabel), maka H0 diterima
dan Ha ditolak, yang artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel X dan variabel Y. Sedangkan apabila nilai t hitung lebih besar dari t tabel (t hitung > t tabel), maka H0 ditolak dan Ha diterima.
Artinya ada perbedaan yang signifikan antara variabel X dan variabel Y. Nilai dari t hitung adalah 25,21 dan nilai t tabel yang diperoleh dari tabel nilai t dengan derajat kebebasan (db) yaitu 27 dengan taraf signifikan 5% diperoleh nilai t tabel 2,05 dan 2,77 pada taraf signifikan 1%. Dengan demikian nilai t hitung lebih besar dari t tabel yang berarti Ha diterima dan H0 ditolak. Dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang
2. Pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jepang dengan menggunakan kolaborasi teknik Round Robin dan Two Stay Two Stray pada kelas eksperimen ternyata menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran keterampilan berbicara tanpa menggunakan kolaborasi teknik Round Robin dan Two Stay Two Stray pada kelas kontrol. Hal ini ditunjukkan dari perolehan nilai rata-rata post-test siswa pada kelas eksperimen yaitu sebesar 78,5, lebih besar daripada perolehan nilai rata-rata post-test siswa pada kelas kontrol yaitu hanya sebesar 56,28. 3. Mengenai tingkat keefektivitasan pembelajaran, kelas eksperimen yang menggunakan kolaborasi teknik Round Robin dan Two Stay Two Stray memperoleh rata-rata normalized gain 0,72 dengan kriteria efektivitas pembelajaran sangat efektif, rata-rata normalized gain yang diperoleh kelas kontrol yaitu 0,19 dengan kriteria efektivitas pembelajaran kurang efektif. Berdasarkan interpretasi data tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jepang dengan menggunakan kolaborasi teknik Round Robin dan Two Stay Two Stray lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jepang tanpa menggunakan kolaborasi teknik Round Robin dan Two Stay Two Stray.
Round Robin dan Two Stay Two Stray siswa menjadi lebih percaya diri
dan termotivasi untuk lebih berani berbicara dengan menggunakan bahasa Jepang, selain itu, teknik ini juga membantu mereka mengeluarkan gagasan-gagasan kosakata dalam bahasa Jepang sehingga mempermudah mereka dalam pembelajaran dan lebih meningkatkan kemampuan mereka dalam berbicara bahasa Jepang. Dari hasil analisis data angket dan wawancara di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa seluruh siswa berfikir bahwa pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jepang dengan menggunakan kolaborasi teknik Round Robin dan Two Stay Two Stray dapat meningkatkan kemampuan berbicara dalam bahasa Jepang.
B. Saran
Untuk meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Jepang siswa diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat melatih dan memotivasi siswa untuk aktif berbicara. Selain itu, model pembelajaran juga harus menyenangkan dan menarik sehingga siswa tidak merasa jenuh atau bosan.
Kolaborasi teknik Round Robin dan Two Stay Two Stray telah terbukti dapat meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Jepang siswa. Oleh karena itu, para guru bahasa Jepang dapat menerapkan kolaborasi teknik Round Robin dan Two Stay Two Stray ini sebagai alternatif dalam melaksanakan
pembelajaran berbicara. Selain itu, ada beberapa hal yang perlu penulis sampaikan sebagai saran atau rekomendasi, yaitu:
1. Penggunaan teknik ini akan lebih cocok digunakan untuk kelas yang jumlah siswanya tidak terlalu banyak. Karena akan memakan lebih banyak waktu dan membuat guru kesulitan dalam mengawasi para siswa.
3. Kolaborasi teknik Round Robin dan Two Stay Two Stray tidak hanya dapat digunakan dalam pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Jepang saja. Tetapi juga dapat digunakan untuk pembelajaran keterampilan menulis bahasa Jepang. Selain itu, penerapan kolaborasi teknik ini tidak hanya dapat digunakan kepada siswa SMA saja, tetapi dapat juga diujicobakan kepada mahasiswa untuk tingkat penerapan materi yang lebih tinggi. 4. Pembelajaran keterampilan berbicara tidak hanya dapat dilakukan
dengan menggunakan kolaborasi teknik Round Robin dan Two Stay Two Stray, sehingga bagi peneliti selanjutnya dapat
mengembangkan teknik, metode atau model yang dianggap dapat lebih efektif dalam meningkatkan motivasi dan keterampilan berbicara siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Barkley, Elizabeth E.,dkk. 2012. Collaborative Learning Techniques: Teknik- Teknik Pembelajaran Kolaboratif. Bandung: Nusa Media.
Crawford, Alan. 2005. Teaching And Learning Strategies For Thinking
Classroom. New York: The International Debate Education Association.
Danasasmita, W. 2000. Pengantar Metodologi Pengajaran Bahasa Jepang. Bandung: Program Pendidikan Bahasa Jepang UPI.
Deliyani, Nena. 2008. Efektivitas Metode Cooperative Learning Teknik Two Stay Two Stray Dalam Pembelajaran Dokkai (Penelitian Eksperimen Terhadap
Mahasiswa Tingkat I Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang UPI Tahun
Akademik 2007/2008). Skripsi Sarjana Pendidikan Bahasa Jepang, UPI
Bandung: Tidak diterbitkan.
Depdiknas UPI. 2009. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.
Hamid, Moh. Sholeh. 2011. Metode Edutainment. Jogjakarta: DIVA Press.
Lee, Sharon. 2009. Teknik Round Robin Dan Round Table Dalam Proses
Penulisan Karangan Bagi Mata Pelajaran Bahasa Cina Tahun Empat.
Malaysia: IPGM.
Martini, Eny. 2010. Upaya Meningkatkan Pembelajaran Berbicara Melalui Kolaborasi Model Active Debate Dan Time Token: Penelitian Tindakan
Kelas terhadap Siswa Kelas X-A SMA Negeri 14 Bandung Tahun Ajaran
2009-2010. Skripsi Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, UPI
Bandung: Tidak diterbitkan.
Maryunita, Ramaniar. 2012. Efektivitas Teknik Information Gap Dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Jepang Siswa Kelas X
SMA Puragabaya. Skripsi Sarjana Pendidikan Bahasa Jepang, UPI
Bandung: Tidak diterbitkan.
Muneo, Kimura. 1988. Dasar-Dasar Metodologi Pengajaran Bahasa Jepang. Bandung: Percetakan Ekonomi
Ogawa, Yoshio. 1982. Nihongo Kyouiku Jiten. Tokyo:Daiosamu Toshokan.
Putraliawan, Gilang Permana. 2010. Efektivitas Penggunaan Multimedia Tell Me More Japanese Dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa
Jepang: Penelitian Eksperimen Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 7
Bandung. Skripsi Sarjana Pendidikan Bahasa Jepang, UPI Bandung: Tidak
diterbitkan.
Purwadarminta, W.J.S. 1996. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Slavin, Robert E. 2009. COOPERATIVE LEARNING Teori Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.
Sudjianto dan Dahidi, A. 2009. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta: Kesaint Blanc.
Sudjiono, Anas. 2001. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sutedi, Dedi. 2009. Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora.
Tarigan, HG. 2008. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
Tarigan, HG. 2009. Strategi Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa. Bandung: Angkasa
Tim MGMP Bahasa Jepang. 2010. Mengenal Bahasa Jepang Untuk SMA. Jawa Barat: Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Jepang.
http://www.gamalielschool.org/index.php?option=com_content&view=article&id
=49:cooperative-http://aldonsamosir.wordpress.com/berbicara/