• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE VCT UNTUK MENANAMKAN KEMAMPUAN MENGENAL PERMASALAHAN SOSIAL DAN MENENTUKAN SIKAP TERHADAP PENGARUH GLOBALISASI PADA SISWA SEKOLAH DASAR:Studi Deskriptif di Sekolah Dasar Negeri 1 Penaruban Purbalingga.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE VCT UNTUK MENANAMKAN KEMAMPUAN MENGENAL PERMASALAHAN SOSIAL DAN MENENTUKAN SIKAP TERHADAP PENGARUH GLOBALISASI PADA SISWA SEKOLAH DASAR:Studi Deskriptif di Sekolah Dasar Negeri 1 Penaruban Purbalingga."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

(2)

8. Langkah-langkah VCT metode Reportasi . . . 48

9. Media Foto dalam VCT Reportasi . . . 49

10.Peran Keterampilan Bertanya dalam VCT Reportasi . . . 60

11.Penelitian yang Relevan . . . 65

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian . . . 67

B. Prosedur Penelitian . . . 68

C. Lokasi dan Subyek Penelitian . . . 69

D. Teknik Pengumpulan Data . . .. . . 70

E. Teknik Analisis Data . . . . . 72

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian . . . 75

B. Hasil Penelitian 1. Cara Menanamkan Kemampuan Mengenal Masalah Sosial . . . 77

2. Cara Menumbuhkan Nilai dan Kemampuan Menentukan Sikap . . . 83

C. Pembahasan Hasil Penelitian . . . 94

BAB V. SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan . . . 106

B. Rekomendasi . . . 108

DAFTAR PUSTAKA . . . 111

(3)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Saat ini dunia pendidikan banyak mendapat sorotan sebagai

penyebab gagalnya penanaman nilai dan moral pada siswa dan generasi

muda pada umumnya. Menurunnya moralitas, pejabat yang korup,

peningkatan kriminalitas, tawuran dan lunturnya rasa nasionalisme

dianggap sebagai akibat ketimpangan pengelolaan pendidikan dan

proses pembelajaran di kelas. Sikap dan moral merupakan internal side

yang berperan sebagai pengendali diri perbuatan seseorang, apabila

nilai yang paling dominan adalah nilai negatif maka siswa akan

cenderung berbuat negatif demikian pula sebaliknya bila nilai yang

dominan positif maka siswa akan cenderung melakukan perbuatan yang

positif. Untuk inilah maka perlu ada upaya serius untuk menemukan

cara menanamkan sikap dan moral pada siswa sejak dini.

Rapuhnya dunia pendidikan bisa ditelusuri dari pengelola

pendidikan dari tingkat pusat sampai lini yang paling bawah. Hal ini

nampak dari masih kuatnya budaya menunggu petunjuk dan perintah

dari atasan sehingga ide-ide inovatif tidak mudah dilaksanakan.

Sebagian guru masih tidak berani mengembangkan dan melakukan

pengayaan kurikulum karena masih berpikir bahwa prestasi sekolah dan

prestasi belajar masih berpatokan pada tercapai angka/nilai kognitif dan

kelulusan ujian nasional yang 100%. Tidak jarang kepala sekolah dan

(4)

2

guru melakukan ketidak jujuran agar sekolahnya memperoleh hasil

ujian nasional yang memuaskan.

Inovasi kurikulum dan perubahan kurikulum yang lamban

menjadi penyebab kualitas sumber daya manusia rendah, namun yang

lebih perlu memperoleh perhatian adalah perencanaan pembelajaran.

Rencana pelaksanaan pembelajaran yang tertuliskan perlu tercapai

ranah afektif ternyata hanya sekedar di atas kertas untuk memenuhi

formalitas, padahal dalam pelaksaan pembelajaran tetap ranah kognitif

yang diajarkan.

Hasil dan prestasi belajar saat ini diukur dengan terkuasai

kemampuan kognitif yang banyak didominasi pada hapalan, sedangkan

pendidikan nilai dan moral kurang memperoleh perhatian. Saat ini

pemerintah dan guru lebih mementingkan perolehan hasil nilai kognitif

dengan mengenyampingkan tercapainya nilai afektif. Kurang perhatian

pada penanaman nilai nampak mata kuliah ilmu budaya dasar, ilmu

sosial dasar, dihilangkan dan pendidikan karakter, pendidikan budi

pekerti, pendidikan anti korupsi yang hanya disisipkan pada mata

pelajaran yang lain.

Aspek kualitas pendidik atau kemampuan guru dalam mengajar

juga merupakan faktor penyebab kurang tertanamnya pendidikan sikap

moral pada siswa. Guru sebagai ujung tombak terdepan yang

berhadapan langsung dengan siswa kurang dibekali kemampuan

(5)

3

keguruan kurang menjalankan perannya dalam memberikan

keterampilan guru dalam penguasaan pembelajaran ranah afektif. Guru

juga kurang mampu mengangkat masalah sosial di sekitar siswa untuk

dibahas dan diseleksi dengan tolok ukur nilai yang baku, sehingga

siswa mampu mengenal dan memilih nilai yang akan diterima atau

yang akan ditolak.

Realita permasalahan dalam kehidupan saat ini antara lain

ketidakmampuan mengenal permasalahan sosial di daerahnya dan

keraguan dalam menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi.

Sikap merupakan keadaan kejiwaan sebelum seseorang mengambil

keputusan untuk berbuat, dengan kata lain sikap adalah ambang batas

sebelum berbuat. Untuk membentuk sikap positif maka perlu

ditanamkan nilai-nilai positif dan target nilai yang berlandaskan norma

dan moral.

Masalah sosial yang muncul dan berkembang menjadi akumulasi

masalah dapat berupa akibat dari perkembangan teknologi produksi,

perkembangan komunikasi dan transportasi. Masalah sosial ini bisa

muncul karena masyarakat tidak memiliki value based atau nilai baku

yang dijadikan tolok ukur untuk memilih sistem nilai baru yang muncul

bersamaan dengan hadirnya teknologi produksi, perkembangan

komunikasi dan transportasi.

Implikasi dari perlunya kemampuan mengenal permasalahan

(6)

4

kompetensi dasar mengenal perkembangan teknologi produksi,

komunikasi dan transportasi serta pengalaman menggunakannya dan

mengenal permasalahan sosial di daerahnya. Selain itu ternyata dalam

mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Dasar Kelas IV

Semester 2 ada kompetensi dasar menentukan sikap terhadap pengaruh

globalisasi yang terjadi di lingkungannya. (DitJen Mendikdasmen Dit

Pembinaan TK dan SD. 2007).

Antara dua kompetensi dasar pada mata pelajaran tersebut

memiliki kesamaan yaitu melalui IPS siswa mengenal perkembangan

teknologi produksi komunikasi dan transportasi sebagai penyebab

munculnya dampak negatif dari globalisasi, serta melalui mata pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan diberikan kemampuan cara menentukan

sikap terhadap pengaruh globalisasi yang terjadi di lingkungannya.

Nilai-nilai yang perlu disampaikan dalam dua mata pelajaran

tersebut ada keterkaitan sehingga memudahkan bagi guru untuk

menyampaikan dalam pembelajaran, namun dua mata pelajaran tersebut

memiliki perbedaan tujuan yang cukup tajam. Mata Pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang

memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan

mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi

warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang

(7)

5

Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yaitu siswa memiliki komitmen dan

kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

Tujuan tersebut terkandung penanaman sikap agar siswa memiliki

komitmen dan kesadaran taat terhadap tatanan sosial yang berlaku di

masyarakat. Membentuk sikap memerlukan perencanaan dan

pendekatan tertentu karena berada pada ranah afektif atau sikap.

Pembentukan sikap pada siswa sekolah dasar bukan merupakan

tanggung jawab satu mata pelajaran saja melainkan menjadi tanggung

jawab semua mata pelajaran, karena pembentukan sikap merupakan

proses penanaman yang memerlukan jangka waktu lama dan

keterlibatan banyak pihak.

Oleh karena belajar bukan peristiwa yang pendek maka belajar

memerlukan beberapa ekspose materi untuk mencerna dan

memahaminya, karena ketika belajar secara pasif peserta didik

mengalami proses tanpa rasa ingin tahu, tanpa pertanyaan, dan tanpa

daya tarik hasil. Belajar secara aktif, pelajar mencari sesuatu. Dia ingin

menjawab pertanyaan, memerlukan informasi untuk menyelesaikan

masalah atau menyelidiki cara untuk melakukan pekerjaan.

(Silberman,1996:6)

Lebih lanjut, pendidikan sikap tidak lepas dari pendidikan moral,

pendidikan moral yang selama ini dilakukan menganggap bahwa setiap

orang dewasa dapat menjadi pendidik moral (Linda & Eyre dalam Asri

(8)

6

kepada kedewasaan seperti yang dikehendaki orang-orang dewasa.

Tujuan pembelajaran yang tidak sampai pada aspek penalaran dan

penilaian, mengakibatkan anak hanya dapat melaksanakan nilai-nilai

yang dikendaki orang dewasa, tetapi tidak memahami alasannya.

Mereka dapat menghapalkan, tetapi tidak mengerti maknanya.

Kenyataannya, menurut Foster yang didukung oleh hasil

penelitian Dowell (Asri Budiningsih, 2004:81) bahwa kebanyakan

persoalan yang terjadi di masyarakat disebabkan ketidakmampuan

untuk membayangkan aspek batiniah dari kehidupan orang lain. Guru

perlu mengembangkan strategi pembelajaran yang mengupayakan

peningkatan kemampuan siswa melalui praktek mengambil sudut

pandang orang lain dan mengungkapkan nilai-nilai dirinya.

Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial harus mampu

mengembangkan aspek pengetahuan, aspek sikap nilai serta aspek

keterampilan. Aspek pengetahuan berkaitan dengan dunia dan

kehidupan masyarakat, sedang aspek keterampilan yang terdiri dari

keterampilan sosial dan keterampilan intelektual diharapkan siswa

tanggap terhadap permasalahan sosial dan mampu bekerja sama dengan

orang lain. Aspek sikap berkaitan dengan dasar etika dan norma yang

akan menjadi orientasi nilai dalam kehidupan di masyarakat. Menyimak

aspek-aspek tersebut maka diperlukan metoda pembelajaran yang

menanamkan nilai-nilai tetapi tetap harus memperhatikan nilai yang

(9)

7

Sementara ini mata pelajaran IPS dirasakan menjadi beban bagi

siswa karena berisikan bahan-bahan yang harus dihapalkan. Demikian

pula bagi guru mata pelajaran IPS merupakan beban karena materi

harus disampaikan semua agar siswa memperoleh hasil belajar kognitif

yang tinggi, padahal keunggulan penguasaan kognitif tidak menjamin

sukses dalam karir hidupnya.

Pencapaian tujuan kognitif berbeda dengan pencapaian tujuan

afektif atau sikap/nilai. Untuk mengajarkan dan menanamkan sikap

nilai maka ada metode yang menekankan pada penggalian nilai siswa

yaitu Teknik Mengklarifikasi Nilai (Value Clarification Technique)

disingkat VCT. Value Clarification Technique merupakan teknik

pengajaran untuk membantu siswa dalam mencari dan menentukan

suatu nilai yang dianggap baik dalam menghadapi suatu persoalan

melalui proses menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam

diri siswa. (Sanjaya, 2006:283).

Dalam salah satu pendekatan pengajaran afektif yaitu pendekatan

evokasi (ekspresi spontan) yaitu siswa diberi kebebasan dan

kesempatan penuh untuk mengungkapkan mengekspresikan tanggapan

perasaan penilaian terhadap sesuatu yang dirangsangkan guru.

Pendekatan evokasi perlu dijabarkan dalam suatu pilihan strategi dan

metode yang tepat. Metode Reportasi adalah memperagakan sejumlah

gambar yang memuat masalah afeksi selanjutnya siswa diberi

(10)

8

pandangan/pendapat, penilaian/ekspresi hati, mengungkap pilihannnya.

(Djahiri,1987:40).

Berdasarkan paparan di atas, perlu ditemukan model

pembelajaran value clarification technique inovatif yang dapat

diterapkan untuk menanamkan sikap sekaligus mengenalkan

permasalahan sosial yang ada di lingkungan siswa. Oleh karena itulah,

maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Model

Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) untuk

Menanamkan Kemampuan Mengenal Permasalahan Sosial dan

Menentukan Sikap Terhadap Pengaruh Globalisasi Pada Siswa Sekolah

Dasar.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat

dirumuskan permasalahan “Bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPS

dengan menggunakan model pembelajaran Value Clarification

Technique metode Reportasi untuk menanamkan kemampuan mengenal

permasalahan sosial dan menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi

di daerahnya pada siswa kelas 4 Sekolah Dasar Negeri 1 Penaruban

Purbalingga?”

Untuk mempermudah pemecahan masalah tersebut disusun

rincian masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana cara menanamkan kemampuan mengenal permasalahan

(11)

9

2. Bagaimana cara menumbuhkan nilai melalui model pembelajaran

value clarification technique dengan metode reportasi agar mampu

menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi yang terjadi di

lingkungannya?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui cara menanamkan nilai melalui model

pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) metode reportasi,

agar siswa mampu mengenal permasalahan sosial dan mampu

menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi di daerahnya.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis:

Kegunaan untuk mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan terkait

dengan model pembelajaran Value Clarification Technique (teknik

klarifikasi nilai).

2. Manfaat Praktis:

Kegunaan praktis ialah untuk mengenal permasalahan sosial di

lingkungan siswa dan lebih lanjut diharapkan memiliki sikap untuk

menerima atau menolak pengaruh globalisasi sehingga siswa mampu

memecahkan dan mengantisipasi dampak negatif dari masalah yang

ada.

Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pikiran dalam

penggunaan model pembelajaran teknik klarifikasi nilai pada

(12)

10

a. Bagi siswa dengan penerapan teknik klarifikasi nilai (VCT)

diharapkan dapat memperoleh pengalaman dan keterampilan yang

berharga untuk menentukan sikap yang sesuai dengan nilai yang

tertanam pada dirinya, merasa senang dengan nilai pilihannya dan

berniat untuk mencoba melaksanakannya.

b. Bagi guru diharapkan memperoleh pengalaman dan keterampilan

menggunakan teknik klarifikasi nilai (VCT) Reportasi dalam

pembelajaran IPS di SD.

c. Bagi peneliti sejenis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi

salah satu sumber rujukan dan bacaan dalam mengembangkan

penelitian yang terkait dengan teknik klarifikasi nilai (VCT) pada

siswa sekolah dasar.

E. Penjelasan Istilah

1. Model pembelajaran Value Clarification Technique adalah metode

mengajar guru untuk menolong siswa dalam menetapkan nilai

pilihannya dari sejumlah alternatif nilai yang dihadapinya.

Penanaman nilai pada diri anak dilakukan oleh guru dan anak

menentukan nilai-nilai yang dipilihnya itu sendiri dengan demikian

siswa akan mempunyai kepribadian yang kuat, tidak apatis, tidak

bersikap tidak konsisten dan tidak mengalami kekacauan nilai, dan

lebih bertanggung jawab atas pilihannnya. (Suharyono dalam Raths,

(13)

11

2. Metode Reportasi adalah pembelajaran dengan memperlihatkan

sesuatu atau gambar yang memuat masalah afeksi kepada siswa dan

siswa diberi kesempatan memberikan pandangan / pendapat/

penilaian / ekspresi hati. Selanjutnya pandangan siswa ini dilanjutkan

atau diklarifikasi (dikupas/dikaji/diperjelas/diungkap) lebih detail

dengan VCT. (Kosasih, 1985: 40).

3. Kemampuan mengenal masalah sosial di daerahnya adalah mengenal

masalah yang berkembang sebagai dampak globalisasi karena

perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi.

4. Kemampuan menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi adalah

keadaan kesiapan secara umum untuk melakukan tingkah laku yang

sesuai dengan yang dikehendaki yaitu siswa menolak atau

menerima pengaruh globalisasi.

5. Pengaruh dari era globalisasi ditandai dengan adanya persaingan

yang semakin tajam, padatnya informasi, kuatnya komunikasi dan

keterbukaan.

F. Struktur Organisasi Tesis

Pada Bab I Pendahuluan berisikan latar belakang masalah yang

memaparkan kemerosotan nilai moral sebagai akibat kurang perhatian

dunia pendidikan terhadap pendidikan afektif yaitu sikap nilai moral.

Sebaliknya pendidikan kini banyak mengejar tercapainya kognitif saja,

yang berakibat pencapaian nilai sikap sebagai target formalitas belaka.

(14)

12

mengembangkan sikap dan nilai selain pengetahuan dan skill,

selanjutnya identifikasi dan perumusan masalah yang memaparkan

masalah secara umum dan secara khusus, tujuan penelitian yaitu

bagaimana cara menanamkan kemampuan mengenal permasalahan sosial

sebagai akibat globalisasi di daerahnya dan bagaimana cara

menumbuhkan nilai melalui model pembelajaran value clarification

technique dengan metode reportasi agar mampu menentukan sikap

terhadap pengaruh globalisasi yang terjadi di lingkungannya, selanjutnya

dibahas manfaat dan definisi operasional.

Selanjutnya Bab II Landasan Teoritis memaparkan keterdekatan

pendidikan IPS dan PKn di Sekolah, dimensi pendidikan IPS dan posisi

Sikap Nilai dan Moral serta kesulitan dalaam pembelajaran nilai sikap

sebagai internal side yang relatif nampak dalam perilaku siswa. Pada

bab ini juga dipaparkan mengenal permasalahan sosial dan cara

menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi. Selanjutnya

disampaikan model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT),

keunggulan dan kelemahannya. Dalam penelitian ini model VCT

menggunakan metoda Reportasi dan media foto/gambar. Disajikan pula

keterampilan bertanya sebagai cara mengungkapkan komentar/pendapat

siswa sebagai bentuk pernyataan sikap.

Pada Bab III Metodologi Penelitian yang berisi metode, prosedur

(15)

13

Selanjutnya Bab IV berisi Hasil Penelitian dan Pembahasan, yang

memaparkan hasil penelitian yang meliputi persiapan penelitian yang

terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, tindak lanjut dan kegiatan

penutup. Dilanjutkan pembahasan hasil penelitian, yang satu persatu

berusaha menemukan jawaban dari tujuan dan perumusan masalah.

Pada Bab V yang berisi Simpulan dan Rekomendasi, yaitu

simpulan yang menjawab rumusan masalah dan rekomendasi yang

ditujukan pada berbagai pihak yang terkait dengan hasil penelitian tesis

(16)

106

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Model Pembelajaran Value

Clarification Technique (VCT) untuk Menanamkan Kemampuan Mengenal

Permasalahan Sosial dan Menentukan Sikap Terhadap Pengaruh Globalisasi

Pada Siswa Sekolah Dasar dapat disimpulkan;

1. Kesimpulan Umum

Model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) berhasil

untuk menanamkan kemampuan mengenal permasalahan sosial dan

menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi pada siswa sekolah

dasar.

2. Kesimpulan Khusus

a. Cara menanamkan kemampuan mengenal permasalahan sosial

dengan VCT metoda reportasi yang memanfaatkan media foto yang

mengandung afeksi terbukti mampu mengenalkan siswa pada

permasalahan sosial. Hal ini didukung dari hasil spontanitas wajah

saat mengenal permasalahan sosial sebagai dampak Globalisasi.,

yaitu sebagian besar raut muka berbinar-binar karena siswa sangat

yakin bahwa foto yang diterimanya terkait dengan dampak

globalisasi.. Hasil komentar spontan saat mengenal permasalahan

sosial sebagai dampak globalisasi, yaitu ditemukan sikap dan

(17)

107

yang langsung menolak, dan sikap dan perilaku siswa yang selektif

yatu perlu pertimbangan moral untuk menerima atau menolak suatu

perilaku.

Dalam menanamkan nilai dapat melalui keteladanan, pembiasaan,

pemberian motivasi, pendidikan dan pelaksanaan sanksi yang tegas.

Dengan melaksanakan lima cara di atas akan memudahkan siswa

mengenal masalah sosial atau nilai negatif karena mudah dikenali

yaitu tidak bisa diterima oleh masyarakat.

b. Cara menumbuhkan nilai melalui model pembelajaran value

clarification technique dengan teknik reportasi agar mampu

menentukan sikap, dilakukan dengan cara; guru memperhatikan

ungkapan terperinci dan argumentasi yang muncul, merumuskan

kejelasan jawaban/tanggapan siswa sambil tetap mengarahkan ke

konsep/materi pelajaran. Guru menumbuhkan nilai yang baku atau

value based, selanjutnya arahkan siswa agar siswa melakukan

perbuatan yang dilandasi rasa kesadaran (moral awareness) akan

terasa ringan dan berani mempertahankan keyakinan atas

perbuatannya daripada melakukan perbuatan karena didasari rasa

kewajiban (moral obligation).

Apabila siswa memilih atau tertarik dengan pilihan nilai yang negatif

maka guru wajib memaksakan (intervensi) agar siswa memilih nilai

(18)

108

yang negatif maka akan dianggap oleh semua siswa bahwa guru

setuju dengan nilai negatif tersebut,

B. Rekomendasi

Berkaitan dengan penelitian yang telah peneliti lakukan dengan

menerapkan Model Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT)

untuk Menanamkan Kemampuan Mengenal Permasalahan Sosial dan

Menentukan Sikap terhadap Pengaruh Globalisasi pada Siswa Sekolah

Dasar, peneliti memberikan beberapa rekomendasi sebagai berikut:

1. Penanaman sikap, nilai, moral pada siswa perlu perhatian yang serius

dari jajaran pendidikan karena pengaruh globalisasi juga membawa

budaya permisif yang menyulitkan siswa memilih menyeleksi nilai

yang patut dan tidak patut ditiru. Bentuk perhatian ini bisa

diwujudkan dalam menyeimbangkan tuntutan target perolehan nilai

yang tidak sekedar nilai kognitif tetapi juga lebih mengedepankan

nilai proses pada ranah afektif, yaitu penilaian sikap.

2. Penanaman sikap dan nilai tidak hanya sekedar disisipkan pada mata

pelajaran yang lain, tetapi perlu pendekatan penataan suasana sekolah,

penataan sekitar sekolah dan pengembangan ekstra kurikuler.

Keterpaduan langkah ini diperlukan karena kesalahan dalam memilih

sikap nilai banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan

(19)

109

3. Guru sebagai ujung tombak menanamkan sikap dan nilai pada siswa

harus memiliki keterampilan mengajar menggunakan model, metoda,

teknik yang mampu mengungkap internal side siswa, sehingga siswa

terungkap nilai dirinya, nilai yang dipegangmnya dan selanjutnya

guru bisa melakukan diagnosa dan melakukan treatment/perlakuan,

yang bila dipandang perlu memaksakan (intervensi) nilai baku/value

based untuk menggantikan nilai siswa yang keliru.

4. Pembelajaran VCT metode reportasi yang memanfaatkan media foto

berhasil mengungkap sikap dan nilai diri siswa, tetapi media foto

bukan satu-satunya media yang mampu mengungkap sikap nilai

siswa. Media lain yang bisa digunakan adalah tayangan video yang

mengandung nilai afeksi, cerita rakyat, epos, fabel, nyanyian daerah,

pepatah dan nilai-nilai religius/agama.

5. Perlu usaha untuk mempublikasikan, melestarikan, menanamkan dan

menjaga nilai-nilai luhur bangsa, norma masyarakat, norma agama

melalui berbagai pendekatan. Misal di lingkungan sekolah

menggunakan slogan-slogan, melalui televisi ada iklan layanan

masyarakat yang berisikan sikap dan nilai kebaikan. Sebaliknya

memberikan peringatan pada tayangan yang tidak patut ditiru dengan

tulisan tidak patut ditiru yang dimunculkan pada saat acara tersebut

ditayangkan.

6. Pada lembaga pendidikan tinggi keguruan, harus memberikan

(20)

110

yang bermuatan sikap/nilai. Selain itu mulai selektif dalam menerima

mahasiswa calon guru agar memperoleh mahasiswa calon guru yang

(21)

111

Daftar Pustaka

Arsyad, Azhar. (2005). Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Azwar, Saefuddin. (1995). Sikap Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Bachman. Edmund. Ph.D, 2005, Metode Belajar Berpikir Kritis dan Inovatif, Jakarta : Prestasi Pustaka.

Bertens, K. (2001). Etika. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Budiningsih. Asri. Dr.C., (2004). Pembelajaran Moral – Berpijak pada Karakteristik Siswa dan Budayanya, Jakarta : Rineka Cipta.

Benninga. Jacques S., (1991), Moral Character and Civic Education in The Elementary

School, New York London : Teachers College Columbia University.

Chaplin, J.R. dan Messick., R.G (1992). Elementary Sosial Studies; A Practical Guide.

2 en ed. New York: Longman.

Darmadi, Hanid. (2007). Dasar Konsep Pendidikan Moral. Bandung : Alfabeta

Daroeso, Bambang. (1989). Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila. Semarang : Aneka Ilmu.

Djamarah, Syaiful Bahri Dkk. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Faisal. Sanapiah danMulyadi.(1992). Metodologi Penelitian

Pendidikan.Surabaya:Usaha Nasional.

Hamalik, Oemar. (1994). Media Pendidikan. Bandung : PT Citra Aditya Bakti.

Hamzah B. Uno. (2008). Teori Motivasi & Pengukurannya – Analisis di Bidang Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara..

Iskandar. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial – Kuantitatif Kualitatif,

Jakarta : Gaung Persada Press.

Jarolimek. John,.(1977), Social Studies Competencies and Skills : Learning to Teach as

an Intern, New York: MacMillan Publishing Co.Inc.

Kaelan. (2002). Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.

Kosasih, Ahmad Djahiri. (1985). Strategi Pengajaran Afektif – Nilai – Moral VCT dan Games dalam VCT, PMPKN FPIPS IKIP Bandung.

Mulyana. Rochmat, Dr. (2004). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, Bandung : Alfabeta

Munandar. Utami, Prof, Dr,.(2004). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Jakarta : Rineka Cipta.

(22)

112

Pribadi. Benny A., (2009). Model Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta : Dian Rakyat

Rusffendi E.T., (2005). Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksakta Lainnya, Bandung : Tarsito.

Sanjaya. Wina.(2006) Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

___________., (2007) Kajian Kurikulum dan Pembelajaran, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Sugiyono. (2008). Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sumaatmaja, Nursid. (2002). Metodologi Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Bandung. Alumni.

Tukiran dkk, (2011). Model-model Pembelajaran Inovatif, Bandung: Alfabeta.

____________, (2011). Pendidikan Kewargaan Negara, Bandung: Alfabeta.

Wihardit, Kuswaya dan Sumaatmadja, Nursid (2007). Perspektif Global. Jakarta : Universitas Terbuka.

Ruminiati. (2007). Modul Pendidikan Kewarganegaraan SD: Untuk Program S1.

Sadiman, Arif, S. dkk. (1986). Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan dan

Pemanfaatannnya. Jakarta :CV Rajawali.

Sapriya. (2009). Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Savage. Tom V & David G. Armstrong, (1996). Effective Teaching in Elementary

Social Studies, Englewood Cliffs New Jersey : Prentice Hall.

Silberman Mel,(2007) Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta : Pustaka Insan Madani.

Soegito, dkk. (2003). Pendidikan Pancasila. Semarang: Uness Press.

Sudjana, Nana. (1988). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

____________, (2005). Media Pengajaran. Bandung : Sinar Baru Algensindo.

Trianto, S.Pd.M.Pd., (2007). Model Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi

Konstruktivistik – Konsep Landasan Teoritis Praktis dan Implememtasinya,

Prestasi Pustaka.

Wahyudin, Dinn dan kawan-kawan. (2007). Pengantar Pendidikan. Jakarta : Universitas Terbuka.

Gambar

gambar yang memuat masalah afeksi selanjutnya siswa diberi

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengolahan data responden ahli diperoleh bahwa prioritas utama penentuan Kajian Rencana Strategik Berdasarkan Efektifitas Sistem Informasi pada gambar5

ISPO bekerja untuk memenuhi kebutuhan produk sistem informasi sesuai permintaan dari divisi lain, seperti: pemenuhan produk aplikasi multimedia,

Peserta didik diminta untuk melakukan wawancara kepada orangtua terkait dengan kebudayaan Indonesia yang sesuai dengan materi

Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio dan Non Performing Loan Terhadap Penyaluran Kredit Pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Kabupaten

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan mengetahui pengaruh Kompensasi Eksekutif dan Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan pada perusahaan

Dimana dalam perancangan situs SMAN 1 Parung ini penulis menggunakan metode prototipe dan CMS (Content Management System) Joomla 1.0.12 yaitu suatu program atau software yang

Hasil dari penelitian ini yaitu potensi industri kreatif yang berada di Kota Medan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 1-20 tenaga kerja pada setiap bidang usaha dan

Rata-Rata Hasil Tes Kebugaran Jasmani Siswa Kelas V di SDN Malingping (KTSP)