DAFTAR ISI
8. Langkah-langkah VCT metode Reportasi . . . 48
9. Media Foto dalam VCT Reportasi . . . 49
10.Peran Keterampilan Bertanya dalam VCT Reportasi . . . 60
11.Penelitian yang Relevan . . . 65
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian . . . 67
B. Prosedur Penelitian . . . 68
C. Lokasi dan Subyek Penelitian . . . 69
D. Teknik Pengumpulan Data . . .. . . 70
E. Teknik Analisis Data . . . . . 72
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian . . . 75
B. Hasil Penelitian 1. Cara Menanamkan Kemampuan Mengenal Masalah Sosial . . . 77
2. Cara Menumbuhkan Nilai dan Kemampuan Menentukan Sikap . . . 83
C. Pembahasan Hasil Penelitian . . . 94
BAB V. SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan . . . 106
B. Rekomendasi . . . 108
DAFTAR PUSTAKA . . . 111
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Saat ini dunia pendidikan banyak mendapat sorotan sebagai
penyebab gagalnya penanaman nilai dan moral pada siswa dan generasi
muda pada umumnya. Menurunnya moralitas, pejabat yang korup,
peningkatan kriminalitas, tawuran dan lunturnya rasa nasionalisme
dianggap sebagai akibat ketimpangan pengelolaan pendidikan dan
proses pembelajaran di kelas. Sikap dan moral merupakan internal side
yang berperan sebagai pengendali diri perbuatan seseorang, apabila
nilai yang paling dominan adalah nilai negatif maka siswa akan
cenderung berbuat negatif demikian pula sebaliknya bila nilai yang
dominan positif maka siswa akan cenderung melakukan perbuatan yang
positif. Untuk inilah maka perlu ada upaya serius untuk menemukan
cara menanamkan sikap dan moral pada siswa sejak dini.
Rapuhnya dunia pendidikan bisa ditelusuri dari pengelola
pendidikan dari tingkat pusat sampai lini yang paling bawah. Hal ini
nampak dari masih kuatnya budaya menunggu petunjuk dan perintah
dari atasan sehingga ide-ide inovatif tidak mudah dilaksanakan.
Sebagian guru masih tidak berani mengembangkan dan melakukan
pengayaan kurikulum karena masih berpikir bahwa prestasi sekolah dan
prestasi belajar masih berpatokan pada tercapai angka/nilai kognitif dan
kelulusan ujian nasional yang 100%. Tidak jarang kepala sekolah dan
2
guru melakukan ketidak jujuran agar sekolahnya memperoleh hasil
ujian nasional yang memuaskan.
Inovasi kurikulum dan perubahan kurikulum yang lamban
menjadi penyebab kualitas sumber daya manusia rendah, namun yang
lebih perlu memperoleh perhatian adalah perencanaan pembelajaran.
Rencana pelaksanaan pembelajaran yang tertuliskan perlu tercapai
ranah afektif ternyata hanya sekedar di atas kertas untuk memenuhi
formalitas, padahal dalam pelaksaan pembelajaran tetap ranah kognitif
yang diajarkan.
Hasil dan prestasi belajar saat ini diukur dengan terkuasai
kemampuan kognitif yang banyak didominasi pada hapalan, sedangkan
pendidikan nilai dan moral kurang memperoleh perhatian. Saat ini
pemerintah dan guru lebih mementingkan perolehan hasil nilai kognitif
dengan mengenyampingkan tercapainya nilai afektif. Kurang perhatian
pada penanaman nilai nampak mata kuliah ilmu budaya dasar, ilmu
sosial dasar, dihilangkan dan pendidikan karakter, pendidikan budi
pekerti, pendidikan anti korupsi yang hanya disisipkan pada mata
pelajaran yang lain.
Aspek kualitas pendidik atau kemampuan guru dalam mengajar
juga merupakan faktor penyebab kurang tertanamnya pendidikan sikap
moral pada siswa. Guru sebagai ujung tombak terdepan yang
berhadapan langsung dengan siswa kurang dibekali kemampuan
3
keguruan kurang menjalankan perannya dalam memberikan
keterampilan guru dalam penguasaan pembelajaran ranah afektif. Guru
juga kurang mampu mengangkat masalah sosial di sekitar siswa untuk
dibahas dan diseleksi dengan tolok ukur nilai yang baku, sehingga
siswa mampu mengenal dan memilih nilai yang akan diterima atau
yang akan ditolak.
Realita permasalahan dalam kehidupan saat ini antara lain
ketidakmampuan mengenal permasalahan sosial di daerahnya dan
keraguan dalam menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi.
Sikap merupakan keadaan kejiwaan sebelum seseorang mengambil
keputusan untuk berbuat, dengan kata lain sikap adalah ambang batas
sebelum berbuat. Untuk membentuk sikap positif maka perlu
ditanamkan nilai-nilai positif dan target nilai yang berlandaskan norma
dan moral.
Masalah sosial yang muncul dan berkembang menjadi akumulasi
masalah dapat berupa akibat dari perkembangan teknologi produksi,
perkembangan komunikasi dan transportasi. Masalah sosial ini bisa
muncul karena masyarakat tidak memiliki value based atau nilai baku
yang dijadikan tolok ukur untuk memilih sistem nilai baru yang muncul
bersamaan dengan hadirnya teknologi produksi, perkembangan
komunikasi dan transportasi.
Implikasi dari perlunya kemampuan mengenal permasalahan
4
kompetensi dasar mengenal perkembangan teknologi produksi,
komunikasi dan transportasi serta pengalaman menggunakannya dan
mengenal permasalahan sosial di daerahnya. Selain itu ternyata dalam
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Dasar Kelas IV
Semester 2 ada kompetensi dasar menentukan sikap terhadap pengaruh
globalisasi yang terjadi di lingkungannya. (DitJen Mendikdasmen Dit
Pembinaan TK dan SD. 2007).
Antara dua kompetensi dasar pada mata pelajaran tersebut
memiliki kesamaan yaitu melalui IPS siswa mengenal perkembangan
teknologi produksi komunikasi dan transportasi sebagai penyebab
munculnya dampak negatif dari globalisasi, serta melalui mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan diberikan kemampuan cara menentukan
sikap terhadap pengaruh globalisasi yang terjadi di lingkungannya.
Nilai-nilai yang perlu disampaikan dalam dua mata pelajaran
tersebut ada keterkaitan sehingga memudahkan bagi guru untuk
menyampaikan dalam pembelajaran, namun dua mata pelajaran tersebut
memiliki perbedaan tujuan yang cukup tajam. Mata Pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan
mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi
warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang
5
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yaitu siswa memiliki komitmen dan
kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
Tujuan tersebut terkandung penanaman sikap agar siswa memiliki
komitmen dan kesadaran taat terhadap tatanan sosial yang berlaku di
masyarakat. Membentuk sikap memerlukan perencanaan dan
pendekatan tertentu karena berada pada ranah afektif atau sikap.
Pembentukan sikap pada siswa sekolah dasar bukan merupakan
tanggung jawab satu mata pelajaran saja melainkan menjadi tanggung
jawab semua mata pelajaran, karena pembentukan sikap merupakan
proses penanaman yang memerlukan jangka waktu lama dan
keterlibatan banyak pihak.
Oleh karena belajar bukan peristiwa yang pendek maka belajar
memerlukan beberapa ekspose materi untuk mencerna dan
memahaminya, karena ketika belajar secara pasif peserta didik
mengalami proses tanpa rasa ingin tahu, tanpa pertanyaan, dan tanpa
daya tarik hasil. Belajar secara aktif, pelajar mencari sesuatu. Dia ingin
menjawab pertanyaan, memerlukan informasi untuk menyelesaikan
masalah atau menyelidiki cara untuk melakukan pekerjaan.
(Silberman,1996:6)
Lebih lanjut, pendidikan sikap tidak lepas dari pendidikan moral,
pendidikan moral yang selama ini dilakukan menganggap bahwa setiap
orang dewasa dapat menjadi pendidik moral (Linda & Eyre dalam Asri
6
kepada kedewasaan seperti yang dikehendaki orang-orang dewasa.
Tujuan pembelajaran yang tidak sampai pada aspek penalaran dan
penilaian, mengakibatkan anak hanya dapat melaksanakan nilai-nilai
yang dikendaki orang dewasa, tetapi tidak memahami alasannya.
Mereka dapat menghapalkan, tetapi tidak mengerti maknanya.
Kenyataannya, menurut Foster yang didukung oleh hasil
penelitian Dowell (Asri Budiningsih, 2004:81) bahwa kebanyakan
persoalan yang terjadi di masyarakat disebabkan ketidakmampuan
untuk membayangkan aspek batiniah dari kehidupan orang lain. Guru
perlu mengembangkan strategi pembelajaran yang mengupayakan
peningkatan kemampuan siswa melalui praktek mengambil sudut
pandang orang lain dan mengungkapkan nilai-nilai dirinya.
Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial harus mampu
mengembangkan aspek pengetahuan, aspek sikap nilai serta aspek
keterampilan. Aspek pengetahuan berkaitan dengan dunia dan
kehidupan masyarakat, sedang aspek keterampilan yang terdiri dari
keterampilan sosial dan keterampilan intelektual diharapkan siswa
tanggap terhadap permasalahan sosial dan mampu bekerja sama dengan
orang lain. Aspek sikap berkaitan dengan dasar etika dan norma yang
akan menjadi orientasi nilai dalam kehidupan di masyarakat. Menyimak
aspek-aspek tersebut maka diperlukan metoda pembelajaran yang
menanamkan nilai-nilai tetapi tetap harus memperhatikan nilai yang
7
Sementara ini mata pelajaran IPS dirasakan menjadi beban bagi
siswa karena berisikan bahan-bahan yang harus dihapalkan. Demikian
pula bagi guru mata pelajaran IPS merupakan beban karena materi
harus disampaikan semua agar siswa memperoleh hasil belajar kognitif
yang tinggi, padahal keunggulan penguasaan kognitif tidak menjamin
sukses dalam karir hidupnya.
Pencapaian tujuan kognitif berbeda dengan pencapaian tujuan
afektif atau sikap/nilai. Untuk mengajarkan dan menanamkan sikap
nilai maka ada metode yang menekankan pada penggalian nilai siswa
yaitu Teknik Mengklarifikasi Nilai (Value Clarification Technique)
disingkat VCT. Value Clarification Technique merupakan teknik
pengajaran untuk membantu siswa dalam mencari dan menentukan
suatu nilai yang dianggap baik dalam menghadapi suatu persoalan
melalui proses menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam
diri siswa. (Sanjaya, 2006:283).
Dalam salah satu pendekatan pengajaran afektif yaitu pendekatan
evokasi (ekspresi spontan) yaitu siswa diberi kebebasan dan
kesempatan penuh untuk mengungkapkan mengekspresikan tanggapan
perasaan penilaian terhadap sesuatu yang dirangsangkan guru.
Pendekatan evokasi perlu dijabarkan dalam suatu pilihan strategi dan
metode yang tepat. Metode Reportasi adalah memperagakan sejumlah
gambar yang memuat masalah afeksi selanjutnya siswa diberi
8
pandangan/pendapat, penilaian/ekspresi hati, mengungkap pilihannnya.
(Djahiri,1987:40).
Berdasarkan paparan di atas, perlu ditemukan model
pembelajaran value clarification technique inovatif yang dapat
diterapkan untuk menanamkan sikap sekaligus mengenalkan
permasalahan sosial yang ada di lingkungan siswa. Oleh karena itulah,
maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Model
Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) untuk
Menanamkan Kemampuan Mengenal Permasalahan Sosial dan
Menentukan Sikap Terhadap Pengaruh Globalisasi Pada Siswa Sekolah
Dasar.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat
dirumuskan permasalahan “Bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPS
dengan menggunakan model pembelajaran Value Clarification
Technique metode Reportasi untuk menanamkan kemampuan mengenal
permasalahan sosial dan menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi
di daerahnya pada siswa kelas 4 Sekolah Dasar Negeri 1 Penaruban
Purbalingga?”
Untuk mempermudah pemecahan masalah tersebut disusun
rincian masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara menanamkan kemampuan mengenal permasalahan
9
2. Bagaimana cara menumbuhkan nilai melalui model pembelajaran
value clarification technique dengan metode reportasi agar mampu
menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi yang terjadi di
lingkungannya?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui cara menanamkan nilai melalui model
pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) metode reportasi,
agar siswa mampu mengenal permasalahan sosial dan mampu
menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi di daerahnya.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis:
Kegunaan untuk mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan terkait
dengan model pembelajaran Value Clarification Technique (teknik
klarifikasi nilai).
2. Manfaat Praktis:
Kegunaan praktis ialah untuk mengenal permasalahan sosial di
lingkungan siswa dan lebih lanjut diharapkan memiliki sikap untuk
menerima atau menolak pengaruh globalisasi sehingga siswa mampu
memecahkan dan mengantisipasi dampak negatif dari masalah yang
ada.
Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pikiran dalam
penggunaan model pembelajaran teknik klarifikasi nilai pada
10
a. Bagi siswa dengan penerapan teknik klarifikasi nilai (VCT)
diharapkan dapat memperoleh pengalaman dan keterampilan yang
berharga untuk menentukan sikap yang sesuai dengan nilai yang
tertanam pada dirinya, merasa senang dengan nilai pilihannya dan
berniat untuk mencoba melaksanakannya.
b. Bagi guru diharapkan memperoleh pengalaman dan keterampilan
menggunakan teknik klarifikasi nilai (VCT) Reportasi dalam
pembelajaran IPS di SD.
c. Bagi peneliti sejenis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
salah satu sumber rujukan dan bacaan dalam mengembangkan
penelitian yang terkait dengan teknik klarifikasi nilai (VCT) pada
siswa sekolah dasar.
E. Penjelasan Istilah
1. Model pembelajaran Value Clarification Technique adalah metode
mengajar guru untuk menolong siswa dalam menetapkan nilai
pilihannya dari sejumlah alternatif nilai yang dihadapinya.
Penanaman nilai pada diri anak dilakukan oleh guru dan anak
menentukan nilai-nilai yang dipilihnya itu sendiri dengan demikian
siswa akan mempunyai kepribadian yang kuat, tidak apatis, tidak
bersikap tidak konsisten dan tidak mengalami kekacauan nilai, dan
lebih bertanggung jawab atas pilihannnya. (Suharyono dalam Raths,
11
2. Metode Reportasi adalah pembelajaran dengan memperlihatkan
sesuatu atau gambar yang memuat masalah afeksi kepada siswa dan
siswa diberi kesempatan memberikan pandangan / pendapat/
penilaian / ekspresi hati. Selanjutnya pandangan siswa ini dilanjutkan
atau diklarifikasi (dikupas/dikaji/diperjelas/diungkap) lebih detail
dengan VCT. (Kosasih, 1985: 40).
3. Kemampuan mengenal masalah sosial di daerahnya adalah mengenal
masalah yang berkembang sebagai dampak globalisasi karena
perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi.
4. Kemampuan menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi adalah
keadaan kesiapan secara umum untuk melakukan tingkah laku yang
sesuai dengan yang dikehendaki yaitu siswa menolak atau
menerima pengaruh globalisasi.
5. Pengaruh dari era globalisasi ditandai dengan adanya persaingan
yang semakin tajam, padatnya informasi, kuatnya komunikasi dan
keterbukaan.
F. Struktur Organisasi Tesis
Pada Bab I Pendahuluan berisikan latar belakang masalah yang
memaparkan kemerosotan nilai moral sebagai akibat kurang perhatian
dunia pendidikan terhadap pendidikan afektif yaitu sikap nilai moral.
Sebaliknya pendidikan kini banyak mengejar tercapainya kognitif saja,
yang berakibat pencapaian nilai sikap sebagai target formalitas belaka.
12
mengembangkan sikap dan nilai selain pengetahuan dan skill,
selanjutnya identifikasi dan perumusan masalah yang memaparkan
masalah secara umum dan secara khusus, tujuan penelitian yaitu
bagaimana cara menanamkan kemampuan mengenal permasalahan sosial
sebagai akibat globalisasi di daerahnya dan bagaimana cara
menumbuhkan nilai melalui model pembelajaran value clarification
technique dengan metode reportasi agar mampu menentukan sikap
terhadap pengaruh globalisasi yang terjadi di lingkungannya, selanjutnya
dibahas manfaat dan definisi operasional.
Selanjutnya Bab II Landasan Teoritis memaparkan keterdekatan
pendidikan IPS dan PKn di Sekolah, dimensi pendidikan IPS dan posisi
Sikap Nilai dan Moral serta kesulitan dalaam pembelajaran nilai sikap
sebagai internal side yang relatif nampak dalam perilaku siswa. Pada
bab ini juga dipaparkan mengenal permasalahan sosial dan cara
menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi. Selanjutnya
disampaikan model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT),
keunggulan dan kelemahannya. Dalam penelitian ini model VCT
menggunakan metoda Reportasi dan media foto/gambar. Disajikan pula
keterampilan bertanya sebagai cara mengungkapkan komentar/pendapat
siswa sebagai bentuk pernyataan sikap.
Pada Bab III Metodologi Penelitian yang berisi metode, prosedur
13
Selanjutnya Bab IV berisi Hasil Penelitian dan Pembahasan, yang
memaparkan hasil penelitian yang meliputi persiapan penelitian yang
terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, tindak lanjut dan kegiatan
penutup. Dilanjutkan pembahasan hasil penelitian, yang satu persatu
berusaha menemukan jawaban dari tujuan dan perumusan masalah.
Pada Bab V yang berisi Simpulan dan Rekomendasi, yaitu
simpulan yang menjawab rumusan masalah dan rekomendasi yang
ditujukan pada berbagai pihak yang terkait dengan hasil penelitian tesis
106
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Model Pembelajaran Value
Clarification Technique (VCT) untuk Menanamkan Kemampuan Mengenal
Permasalahan Sosial dan Menentukan Sikap Terhadap Pengaruh Globalisasi
Pada Siswa Sekolah Dasar dapat disimpulkan;
1. Kesimpulan Umum
Model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) berhasil
untuk menanamkan kemampuan mengenal permasalahan sosial dan
menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi pada siswa sekolah
dasar.
2. Kesimpulan Khusus
a. Cara menanamkan kemampuan mengenal permasalahan sosial
dengan VCT metoda reportasi yang memanfaatkan media foto yang
mengandung afeksi terbukti mampu mengenalkan siswa pada
permasalahan sosial. Hal ini didukung dari hasil spontanitas wajah
saat mengenal permasalahan sosial sebagai dampak Globalisasi.,
yaitu sebagian besar raut muka berbinar-binar karena siswa sangat
yakin bahwa foto yang diterimanya terkait dengan dampak
globalisasi.. Hasil komentar spontan saat mengenal permasalahan
sosial sebagai dampak globalisasi, yaitu ditemukan sikap dan
107
yang langsung menolak, dan sikap dan perilaku siswa yang selektif
yatu perlu pertimbangan moral untuk menerima atau menolak suatu
perilaku.
Dalam menanamkan nilai dapat melalui keteladanan, pembiasaan,
pemberian motivasi, pendidikan dan pelaksanaan sanksi yang tegas.
Dengan melaksanakan lima cara di atas akan memudahkan siswa
mengenal masalah sosial atau nilai negatif karena mudah dikenali
yaitu tidak bisa diterima oleh masyarakat.
b. Cara menumbuhkan nilai melalui model pembelajaran value
clarification technique dengan teknik reportasi agar mampu
menentukan sikap, dilakukan dengan cara; guru memperhatikan
ungkapan terperinci dan argumentasi yang muncul, merumuskan
kejelasan jawaban/tanggapan siswa sambil tetap mengarahkan ke
konsep/materi pelajaran. Guru menumbuhkan nilai yang baku atau
value based, selanjutnya arahkan siswa agar siswa melakukan
perbuatan yang dilandasi rasa kesadaran (moral awareness) akan
terasa ringan dan berani mempertahankan keyakinan atas
perbuatannya daripada melakukan perbuatan karena didasari rasa
kewajiban (moral obligation).
Apabila siswa memilih atau tertarik dengan pilihan nilai yang negatif
maka guru wajib memaksakan (intervensi) agar siswa memilih nilai
108
yang negatif maka akan dianggap oleh semua siswa bahwa guru
setuju dengan nilai negatif tersebut,
B. Rekomendasi
Berkaitan dengan penelitian yang telah peneliti lakukan dengan
menerapkan Model Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT)
untuk Menanamkan Kemampuan Mengenal Permasalahan Sosial dan
Menentukan Sikap terhadap Pengaruh Globalisasi pada Siswa Sekolah
Dasar, peneliti memberikan beberapa rekomendasi sebagai berikut:
1. Penanaman sikap, nilai, moral pada siswa perlu perhatian yang serius
dari jajaran pendidikan karena pengaruh globalisasi juga membawa
budaya permisif yang menyulitkan siswa memilih menyeleksi nilai
yang patut dan tidak patut ditiru. Bentuk perhatian ini bisa
diwujudkan dalam menyeimbangkan tuntutan target perolehan nilai
yang tidak sekedar nilai kognitif tetapi juga lebih mengedepankan
nilai proses pada ranah afektif, yaitu penilaian sikap.
2. Penanaman sikap dan nilai tidak hanya sekedar disisipkan pada mata
pelajaran yang lain, tetapi perlu pendekatan penataan suasana sekolah,
penataan sekitar sekolah dan pengembangan ekstra kurikuler.
Keterpaduan langkah ini diperlukan karena kesalahan dalam memilih
sikap nilai banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan
109
3. Guru sebagai ujung tombak menanamkan sikap dan nilai pada siswa
harus memiliki keterampilan mengajar menggunakan model, metoda,
teknik yang mampu mengungkap internal side siswa, sehingga siswa
terungkap nilai dirinya, nilai yang dipegangmnya dan selanjutnya
guru bisa melakukan diagnosa dan melakukan treatment/perlakuan,
yang bila dipandang perlu memaksakan (intervensi) nilai baku/value
based untuk menggantikan nilai siswa yang keliru.
4. Pembelajaran VCT metode reportasi yang memanfaatkan media foto
berhasil mengungkap sikap dan nilai diri siswa, tetapi media foto
bukan satu-satunya media yang mampu mengungkap sikap nilai
siswa. Media lain yang bisa digunakan adalah tayangan video yang
mengandung nilai afeksi, cerita rakyat, epos, fabel, nyanyian daerah,
pepatah dan nilai-nilai religius/agama.
5. Perlu usaha untuk mempublikasikan, melestarikan, menanamkan dan
menjaga nilai-nilai luhur bangsa, norma masyarakat, norma agama
melalui berbagai pendekatan. Misal di lingkungan sekolah
menggunakan slogan-slogan, melalui televisi ada iklan layanan
masyarakat yang berisikan sikap dan nilai kebaikan. Sebaliknya
memberikan peringatan pada tayangan yang tidak patut ditiru dengan
tulisan tidak patut ditiru yang dimunculkan pada saat acara tersebut
ditayangkan.
6. Pada lembaga pendidikan tinggi keguruan, harus memberikan
110
yang bermuatan sikap/nilai. Selain itu mulai selektif dalam menerima
mahasiswa calon guru agar memperoleh mahasiswa calon guru yang
111
Daftar Pustaka
Arsyad, Azhar. (2005). Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Azwar, Saefuddin. (1995). Sikap Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Bachman. Edmund. Ph.D, 2005, Metode Belajar Berpikir Kritis dan Inovatif, Jakarta : Prestasi Pustaka.
Bertens, K. (2001). Etika. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Budiningsih. Asri. Dr.C., (2004). Pembelajaran Moral – Berpijak pada Karakteristik Siswa dan Budayanya, Jakarta : Rineka Cipta.
Benninga. Jacques S., (1991), Moral Character and Civic Education in The Elementary
School, New York London : Teachers College Columbia University.
Chaplin, J.R. dan Messick., R.G (1992). Elementary Sosial Studies; A Practical Guide.
2 en ed. New York: Longman.
Darmadi, Hanid. (2007). Dasar Konsep Pendidikan Moral. Bandung : Alfabeta
Daroeso, Bambang. (1989). Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila. Semarang : Aneka Ilmu.
Djamarah, Syaiful Bahri Dkk. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Faisal. Sanapiah danMulyadi.(1992). Metodologi Penelitian
Pendidikan.Surabaya:Usaha Nasional.
Hamalik, Oemar. (1994). Media Pendidikan. Bandung : PT Citra Aditya Bakti.
Hamzah B. Uno. (2008). Teori Motivasi & Pengukurannya – Analisis di Bidang Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara..
Iskandar. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial – Kuantitatif Kualitatif,
Jakarta : Gaung Persada Press.
Jarolimek. John,.(1977), Social Studies Competencies and Skills : Learning to Teach as
an Intern, New York: MacMillan Publishing Co.Inc.
Kaelan. (2002). Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.
Kosasih, Ahmad Djahiri. (1985). Strategi Pengajaran Afektif – Nilai – Moral VCT dan Games dalam VCT, PMPKN FPIPS IKIP Bandung.
Mulyana. Rochmat, Dr. (2004). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, Bandung : Alfabeta
Munandar. Utami, Prof, Dr,.(2004). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Jakarta : Rineka Cipta.
112
Pribadi. Benny A., (2009). Model Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta : Dian Rakyat
Rusffendi E.T., (2005). Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksakta Lainnya, Bandung : Tarsito.
Sanjaya. Wina.(2006) Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
___________., (2007) Kajian Kurikulum dan Pembelajaran, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
Sugiyono. (2008). Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sumaatmaja, Nursid. (2002). Metodologi Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Bandung. Alumni.
Tukiran dkk, (2011). Model-model Pembelajaran Inovatif, Bandung: Alfabeta.
____________, (2011). Pendidikan Kewargaan Negara, Bandung: Alfabeta.
Wihardit, Kuswaya dan Sumaatmadja, Nursid (2007). Perspektif Global. Jakarta : Universitas Terbuka.
Ruminiati. (2007). Modul Pendidikan Kewarganegaraan SD: Untuk Program S1.
Sadiman, Arif, S. dkk. (1986). Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatannnya. Jakarta :CV Rajawali.
Sapriya. (2009). Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Savage. Tom V & David G. Armstrong, (1996). Effective Teaching in Elementary
Social Studies, Englewood Cliffs New Jersey : Prentice Hall.
Silberman Mel,(2007) Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta : Pustaka Insan Madani.
Soegito, dkk. (2003). Pendidikan Pancasila. Semarang: Uness Press.
Sudjana, Nana. (1988). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
____________, (2005). Media Pengajaran. Bandung : Sinar Baru Algensindo.
Trianto, S.Pd.M.Pd., (2007). Model Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Konstruktivistik – Konsep Landasan Teoritis Praktis dan Implememtasinya,
Prestasi Pustaka.
Wahyudin, Dinn dan kawan-kawan. (2007). Pengantar Pendidikan. Jakarta : Universitas Terbuka.