• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kedalaman Pemasangan Rumpon Dasar Terhadap Hasil Tangkapan Pancing Ulur Di Perairan Kota Cirebon.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kedalaman Pemasangan Rumpon Dasar Terhadap Hasil Tangkapan Pancing Ulur Di Perairan Kota Cirebon."

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumberdaya perikanan merupakan sumberdaya yang bersifat renewable berbeda dengan sumberdaya mineral, namun demikian apabila dimanfaatkan sumberdaya perikanan tersebut secara berlebihan, akan tergganggu keberlanjutannya bahkan akan mengalami kepunahan. Sumberdaya perikanan memiliki mekanisme reproduksi sehingga sumberdaya ini perlu dikelola dengan baik termasuk pengelolaan didalam pemanfaatannya (Widodo dkk. 2011).

Sebagian besar perairan di Indonesia sudah dalam kondisi padat tangkap (fully exploited), khususnya di Perairan Utara Jawa dan Selat Malaka, sehingga

tidak layak lagi untuk dijadikan usaha pengembangan penangkapan ikan. Jika tidak segera diambil tindakan lebih lanjut mengenai pengelolaan secara lestari, maka kondisi perairan bisa berubah menjadi lebih tangkap (over exploited) (Widodo dkk. 2011).

Kota Cirebon Secara geografis berada pada posisi 108◦34’57” - 108◦55’ Bujur Timur dan 6◦41’- 6◦43’56” Lintang Selatan pada Pantai Utara Pulau Jawa, bagian timur Jawa Barat. Bentang alamnya merupakan dataran rendah dengan kemiringan lereng 0% - 5%, merupakan daerah yang bertofografi landai, perairan dangkal, memiliki substrat lumpur, berpasir dengan pola arus yang dipengaruhi oleh arus laut Jawa serta bervegetasi mangrove. Pantai memanjang dari Barat ke Timur sekitar ± 7 kilometer, dan dari Utara ke Selatan sekitar ± 11 kilometer dengan ketinggian dari permukaan laut ± 5 meter (DKP3 Kota Cirebon 2012).

Kondisi Perikanan Tangkap kota Cirebon sudah mengalami overfishing dan kerusakan sumberdaya, karena padat tangkap dan penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan. Selain daripada itu adanya ketidakpastian mendapatkan hasil tangkapan disebabkan karena adanya perubahan musim tertentu yang menyebabkan nelayan tidak dapat melaut karena ombak besar, angin, dan arus. Untuk mengatasi permasalahan diatas, kelompok nelayan

(2)

2

teknologi telekomunikasi dan sosial kemasyarakatan dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan dalam bentuk pengembangan rumpon dasar (DKP3 Kota Cirebon 2012).

Mengingat rumpon dasar ini merupakan hal yang baru disektor perikanan tangkap kota Cirebon, maka diperlukan adanya penelitian lebih lanjut mengenai persyaratan lokasi kedalaman perairan dalam penempatan rumpon dasar.

1.2 Identifikasi Masalah

(1) Sejauh mana pengaruh kedalaman pemasangan rumpon dasar terhadap hasil tangkapan pancing ulur

(2) Pada kedalaman berapa penempatan rumpon dasar yang paling baik.

1.3 Tujuan Penelitian

(1) Untuk mengetahui pengaruh dari kedalaman pemasangan rumpon dasar terhadap hasil tangkapan pancing ulur

(2) Untuk mengetahui lokasi kedalaman pemasangan rumpon dasar yang mendukung hasil tangkapan pancing ulur yang tertinggi.

1.4 Kegunaan penelitian

Penelitian ini diharapkan berguna untuk para nelayan dan pemerintah dalam mempertimbangkan kedalaman pemasangan rumpon dasar agar memberikan hasil yang paling baik.

1.5 Kerangka Pemikiran

(3)

3

Rumpon telah mempengaruhi seluruh tingkat perikanan, mulai perikanan artisanal atau subsistence, perikanan komersil hingga leisure fishing sehingga dapat meningkatkan hasil tangkap secara tajam (Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan 2011a).

Penggunaan rumpon dapat meningkatkan efisiensi operasi penangkapan ikan karena terjadi penghematan waktu dan biaya operasi penangkapan ikan. Kedua hal tersebut saling berkaitan, semakin lama operasi penangkapan ikan akan menyebabkan semakin besar biaya operasi penangkapan ikan (Sondita 2012).

Keberadaan ikan disekitar rumpon karena berbagai sebab, antara lain: sebagai tempat bersembunyi dibawah bayang-bayang daun rumpon bagi beberapa

jenis ikan tertentu, sebagai tempat berpijah bagi beberapa jenis ikan tertentu, sebagai tempat berlindung bagi beberapa jenis ikan yang mempunyai sifat fototaksis negatif (Asikin 1985dalamPemula 2011).

Penempatan rumpon dasar pada perairan yang memiliki substrat berlumpur, sangat sesuai dengan ikan demersal yang mempunyai aktifitas gerak rendah dan beruaya tidak terlalu jauh dari garis pantai dengan kedalaman yang tidak jauh berbeda. Dari hasil sampling selama penelitian kelimpahan dari berbagai ukuran ikan demersal terkonsentrasi pada kedalaman 10–15 m. (Budiman dkk. 2006). Ikan demersal sangat dipengaruhi oleh faktor oseanografi seperti : suhu, salinitas, arus, bentuk dasar perairan. Jenis ikan ini pada umumnya menyenangi dasar perairan bersubstrat lumpur atau lumpur berpasir (Dwiponggo dkk, 1989dalamAchmad 2011).

Dari penelitian yang dilakukan oleh Budiman dkk (2006) di Kabupaten

Kendal tentang sebaran ikan demersal diperoleh hasil pada kedalaman ≥ 10 m,

sebanyak 4.590 individu. Sedangkan pada kedalaman < 10 m sebanyak 1.279 individu. Hal ini membuktikan bahwa penyebaran ikan demersal pada kedalaman diatas 10 m lebih tinggi dibandingkan dengan kedalaman dibawah 10 m. Dengan pemasangan rumpon dasar ini, diharapkan dapat mengumpulkan ikan yang bernilai ekonomis tinggi, seperti ikan kakap merah (Lutjanus sp) dan ikan jenaha (Lutjanus russelli) yang banyak tertangkap disekitar rumpon dasar di Kota

(4)

4

Hasil wawancara pendahuluan dengan nelayan, diketahui bahwa ada dua rumpon dasar yang memberikan hasil tangkapan yang berbeda, yaitu rumpon dasar pada kedalaman 10 m dan rumpon dasar pada kedalaman 20 m. Rumpon dasar pada kedalaman 10 m lebih didominasi dengan hasil tangkapan ikan jenaha (Lutjanus russelli), sedangkan rumpon dasar pada kedalaman 20 m didapatkan ikan kakap merah (Lutjanussp) sebagai hasil tangkapan utama nelayan.

Dari semua keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa makin dalam perairan maka semakin besar pula distribusi ikan dasar dan dengan pemasangan rumpon dasar maka ikan demersal yang menyukai habitat berkarang tersebut akan menempati rumpon dasar tersebut sebagai habitat.

1.6 Hipotesis

Referensi

Dokumen terkait

Iklan yang mengandung bentuk jargon yaitu (a) Proman bentuk jargon Proman energenesis lima jam, (b) Ademsari bentuk jargon ademkan dengan ademsari, (c) Larutan

Kenyataan menunjukkan bahwa di dalam keluargalah anak mendapatkan pendidikan dan pembinaan yang pertama kali.Sebagai manusia yang merasa berperadaban dan

Dari hasil pembahasan di atas maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pendidikan politik perempuan Bali menuju terwujudnya kesetaraan gender dapat dibedakan

Nilai rata-rata RMSE terkecil hasil verifikasi terhadap data simulasi sendiri adalah data pada tanggal awal 18 penanggalan Hijriah, yaitu pada fase 6 (bulan bungkuk

Istilah – istilah Sesaji dalam Tradisi Julen Giling Tebu PTP Nusantara IX PG Tasikmadu Kabupaten Karanganyar (Kajian Etnolinguistik), ” Skripsi : Program Studi Sastra

seandainya pertambahan konsumsi mereka tersebut diinvestasikan. Pelunasan utang dan bunga.. Terdapat dua jenis pinjaman, pertama pinjaman dari dalam negeri dan pinjaman dari

Sebagaimana yang dikemukakan dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Luthfiani Makarim (2006) yang menyatakan bahwa salah satu kriteria pustakawan yang diidamkan

Dengan menggunakan parameter optimal tersebut, algoritma genetika mampu menyusun jadwal asisten praktikum tanpa melanggar aturan-aturan yang telah ditentukan,