• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Family Protective Factors dan Aspek-aspeknya Terhadap Resiliency Pada Pasien Penderita Gagal Ginjal Terminal di Rumah Sakit "X" Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Family Protective Factors dan Aspek-aspeknya Terhadap Resiliency Pada Pasien Penderita Gagal Ginjal Terminal di Rumah Sakit "X" Bandung."

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

ii ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran pengaruh antara Family Protective Factors dan aspek-aspeknya terhadap Resilency pada pasien penderita gagal ginjal terminal di rumah sakit “X” Bandung.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode regresional dengan teknik survey. Variabel penelitian ini adalah family protective factors dan resiliency. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan metode purposive sampling pada pasien penderita gagal ginjal terminal di rumah sakit “X” Bandung. Jumlah responden sebanyak 30 orang pasien.

Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner Family Protective Factors dan kuesioner Resiliency berdasarkan teori Bonnie Benard, 2004. Validitas alat ukur Family Protective Factors dengan menggunakan uji korelasi Kaplan, diperoleh 16 item yang dipakai karena memiliki koefisien korelasi lebih dari 0,3. Uji reliabilitasnya dengan menggunakan rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbach sebesar 0,802. Validitas alat ukur Resiliency dengan menggunakan uji korelasi Kaplan, diperoleh 35 item yang dipakai karena memiliki koefisien korelasi lebih dari 0,3. Uji reliabilitasnya dengan menggunakan rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbach sebesar 0,784. Pengolahan data dengan mengunakan teknik analisis regresi.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa 76,7% Family Protective Factors mempengaruhi Resiliency pada pasien penderita gagal ginjal terminal di rumah sakit “X” Bandung. Apabila dilihat berdasarkan aspek-aspeknya, caring relationship memiliki pengaruh terbesar terhadap resiliency pasien yaitu sebesar 79,8%.

(2)

iii

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan………..i

Abstrak ………ii

Kata Pengantar……….iii

Daftar Isi………...v

Daftar Tabel………..ix

Daftar Bagan……….x

Daftar Lampiran………xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah……….…………1

1.2 Identifikasi Masalah……….…………..11

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian……….………..12

1.3.1 Maksud Penelitian……….………..12

1.3.2 Tujuan Penelitian……….………12

1.4 Kegunaan Penelitian……….……..…12

1.4.1 Kegunaan Teoritis……….……...12

1.4.2 Kegunaan Praktis……….…..……..13

1.5 Kerangka Pikir……….……..….…13

1.6 Asumsi……….…………..….24

(3)

iv

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Resiliency……….25

2.1.1 Definisi Resiliency………25

2.1.2 Aspek Resiliency………...26

2.1.2.1 Social Competence……….26

2.1.2.2 Problem Solving……….28

2.1.2.3 Autonomy………...29

2.1.2.4 Sense Of Purpose………....……31

2.2 Protective Factors……….…...……32

2.2.1 Family Protective Factors……….……..…..33

2.3 Ginjal……….37

2.3.1 Definisi Ginjal………37

2.3.2 Fungsi Ginjal………..37

2.3.3 Kerja Ginjal………38

2.4 Gagal Ginjal……….……..39

2.4.1 Definisi Gagal Ginjal……….…….39

2.4.2 Klasifikasi Gagal Ginjal……….39

2.4.2.1 Gagal Ginjal Akut (GGA)……….……..40

2.4.2.2 Gagal Ginjal Kronik (GGK)……….……...40

2.4.2.3 Gagal Ginjal Terminal (GGT)……….………41

2.4.3 Penyebab Gagal Ginjal secara umum……….………42

(4)

v

2.4.5 Gejala Gagal Ginjal……….…….…………...44

2.5 Hemodialisis………..………44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian………..………46

3.2 Bagan Rancangan Penelitian………..…………...47

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional………..……….47

3.3.1 Variabel Penelitian………..…………...47

3.3.2 Definisi Operasional………..……….47

3.3.2.1 Family Protective Factors………..……….47

3.3.2.2 Resiliency………..…………...48

3.4 Alat Ukur………..……….50

3.4.1 Kuesioner Family Protective Factors…..………..………50

3.4.1.1 Gambaran Alat Ukur Family Protective Factors……..……..51

3.4.1.2 Cara Skoring Kuesiener Family Protective Factors……..….51

3.4.2 Kuesioner Resiliency…………...……….….…….52

3.4.2.1 Gambaran Alat Ukur Resiliency……….…..……...52

3.4.2.2 Cara Skoring Kuesioner Resiliency………..…….…..53

3.4.3 Uji Coba Alat Ukur………...……..53

3.4.3.1 Uji Validitas………...………..53

3.4.3.2 Uji Reliabilitas………..….………..55

3.5 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel………56

(5)

vi

3.5.2 Karakteristik Populasi……….………56

3.5.3 Teknik Pengambilan Sampel……….……….56

3.6 Analisis Regresi…..………..…………56

3.7 Hipotesis Statistik……….………….57

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian...59

4.1.1Gambaran Umum Subjek Penelitian...59

4.1.1.1 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin...59

4.1.1.2 Gambaran Subjek Berdasarkan Usia...60

4.1.1.3 Gambaran Subjek Berdasarkan Lama Menderita...60

4.1.2Gambaran Pengaruh Family Protective Factors Terhadap Resiliency ...61

4.2 Pembahasan ...62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan...67

5.2 Saran………68

5.2.1 Saran Teoretis………..………….68

(6)

vii

DAFTAR PUSTAKA………70

DAFTAR RUJUKAN………71

(7)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.2 Gambaran Alat Ukur Family Protective Factors Tabel 3.3 Cara Skoring Kuesioner Family Protective Factors Tabel 3.4 Gambaran Alat Ukur Resiliency

Tabel 3.5 Cara Skoring Kuesioner Resiliency Tabel 4.1 Gambaran Jenis Kelamin

Tabel 4.2 Gambaran Usia

(8)

ix

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Bagan Kerangka Pikir Bagan 3.1 Bagan Rancangan Penelitian

(9)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Alat Ukur

Lampiran 2. Hasil Regresi Family Protective Factors dan aspek-aspeknya Lampiran 3. Data Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

(10)

LAMPIRAN 1.

(11)

Kata Pengantar

Saya selaku Mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha, dengan ini meminta kesediaan saudara untuk mengisi kuesioner ini dalam rangka membuat karya ilmiah untuk mengakhiri masa studi pada jenjang strata satu. Judul yang diangkat “Pengaruh Factors Family Protective dan aspek-aspeknya terhadap Resiliency Pada Pasien Penderita Gagal

Ginjal Terminal di Rumah Sakit “X” Bandung”.

Dalam kuesioner ini, tidak ada jawaban yang benar atau salah. Jawablah pernyataan yang benar-benar sesuai dengan diri saudara. Janganlah terlalu terpaku pada satu pernyataan. Jawablah secara spontan dan jangan terlalu lama memikirkannya. Jawaban yang saudara berikan akan

dijamin kerahasiannya. Jawablah seluruh pernyataan dan jangan sampai ada yang terlewat.

Terima Kasih atas kesediaan saudara untuk mengisi kuesioner ini. Selamat mengerjakan.

Hormat kami,

(12)

Kuesioner Family Protective Factors

Petunjuk Pengisian

Dalam kuesioner ini terdapat sejumlah pernyataan mengenai perilaku saudara

dalam keluarga. Jawablah setiap pernyataan dengan jujur. Berikanlah tanda silang (X) pada

salah satu kotak dari empat kotak yang tersedia. Terdapat empat alternatif pilihan jawaban, yaitu:

• Sesuai (S)

• Cukup sesuai (CS) • Kurang sesuai (KS) • Tidak sesuai (TS) Contoh:

No Pernyataan S CS KS TS

1. Saya dekat dengan kedua orangtua saya. X

Dalam kuesioner ini, tidak ada jawaban yang benar atau salah. Jawablah pernyataan yang benar-benar sesuai dengan diri saudara. Janganlah terlalu terpaku pada satu pernyataan. Jawablah secara spontan dan jangan terlalu lama memikirkannya. Jawaban yang saudara berikan akan

dijamin kerahasiannya.

Jawablah seluruh pernyataan dan jangan sampai ada yang terlewat.

(13)

Identitas

Nama (inisial) : Jenis kelamin :

Usia :

Pekerjaan : Lama sakit :

Keterangan:

• Sesuai (S)

• Cukup sesuai (CS) • Kurang sesuai (KS) • Tidak sesuai (TS)

Silanglah (X) kolom yang benar-benar menggambarkan diri saudara.

No Pernyataan S CS KS TS

1 Saya diperhatikan oleh keluarga. 2 Saya tidak dipedulikan oleh keluarga.

3 Saya memperoleh dukungan keluarga untuk sembuh. 4 Saya berjuang untuk sembuh tanpa keterlibatan

keluarga.

5 Saya merasa hangat berada ditengah-tengah keluarga. 6 Saya dijauhi oleh keluarga.

(14)

8 Saya diabaikan oleh keluarga. 9 Saya bangga dengan keluarga.

10 Saya memperoleh dukungan moral dari seluruh anggota keluarga.

11 Saya menjalani pengobatan tanpa diantar oleh keluarga.

12 Saya dilibatkan dalam pengambilan keputusan keluarga.

13 Saya merasa keluarga saya kompak dan saling memerhatikan.

14 Saya tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan keluarga.

15 Saya merasa bernilai dimata keluarga.

(15)

Kuesioner Resiliency

Petunjuk Pengisian

Dalam kuesioner ini terdapat sejumlah pernyataan mengenai perilaku saudara dalam kehidupan sehari-hari. Jawablah setiap pernyataan dengan jujur. Berikanlah tanda silang (X) pada salah satu kotak dari empat kotak yang tersedia. Terdapat empat alternatif pilihan jawaban, yaitu:

• Sesuai (S)

• Cukup sesuai (CS) • Kurang sesuai (KS) • Tidak sesuai (TS) Contoh:

No Pernyataan S CS KS TS

1. Saya senang bercocok tanam. X

Dalam kuesioner ini, tidak ada jawaban yang benar atau salah. Jawablah pernyataan yang benar-benar sesuai dengan diri saudara. Janganlah terlalu terpaku pada satu pernyataan. Jawablah secara spontan dan jangan terlalu lama memikirkannya. Jawaban yang saudara berikan akan

dijamin kerahasiannya.

(16)

Terima kasih atas partisipasi saudara. Selamat mengerjakan.

Silanglah (X) kolom yang benar-benar menggambarkan diri saudara.

No Pernyataan S CS KS TS

1 Saya berusaha mengikuti saran-saran untuk menjaga kesehatan.

2 Saya memandang saran yang disampaikan tidak ada gunanya.

3 Saya ingin menghibur orang lain yang menderita penyakit seperti saya.

4 Saya tidak memedulikan kekhawatiran keluarga tentang kesehatan saya.

5 Saya antusias mendengarkan saran untuk kesembuhan.

6 Saya mengabaikan saran yang diberikan siapapun. 7 Saya sangat menghargai simpati yang disampaikan

teman dan keluarga.

8 Saya berusaha untuk menyenangkan perasaan keluarga.

9 Saya mengikuti pantangan-pantangan yang dianjurkan dokter.

10 Saya melanggar saran-saran dokter.

(17)

12 Saya enggan meminta bantuan keluarga dalam menjalani pengobatan.

13 Saya mengatur langkah-langkah untuk meningkatkan kesehatan.

14 Saya tidak melakukan upaya lain kecuali cuci darah. 15 Saya meminta uluran keluarga untuk membantu

proses pengobatan.

16 Saya semakin menyadari pentingnya diri saya dimata keluarga.

17 Saya tidak berbuat sesuatu yang bermanfaat untuk kesembuhan.

18 Saya yakin dapat mengatasi penyakit ini. 19 Saya akan menjadi putus asa jika teman

sependeritaan dengan saya pun putus asa. 20 Saya sangat bergantung pada keluarga. 21 Saya menjalani kehidupan sehari-hari dengan

bersemangat.

22 Saya menjadi tidak percaya diri.

23 Saya berusaha untuk menciptakan suasana keluarga yang hangat.

24 Saya sulit untuk menjalin hubungan dengan orang lain.

25 Saya menghibur sesama penderita.

26 Saya memiliki semangat untuk sehat meskipun penyakit ini sulit diobati.

27 Saya berharap dapat mengatasi penyakit ini. 28 Saya tidak melakukan kegemaran untuk mengisi

waktu.

29 Saya tetap memiliki harapan untuk bertahan hidup. 30 Saya merasa Tuhan tidak menolong.

(18)

32 Saya menjauh dari Tuhan.

33 Saya mengalami kesulitan untuk memandang masa depan secara positif.

(19)

LAMPIRAN 2.

HASIL REGRESI FAMILY PROTECTIVE

FACTORS

(20)

Regression

5162,142 1 5162,142 99,850 ,000a

1499,277 29 51,699

Squares df Mean Square F Sig.

(21)

Regression

5359,834 1 5359,834 119,420 ,000a

1301,585 29 44,882

Squares df Mean Square F Sig.

(22)

Regression

1332,237 1 1332,237 7,250 ,012a

5329,183 29 183,765

Squares df Mean Square F Sig.

(23)

Regression

1991,565 1 1991,565 12,368 ,001a

4669,855 29 161,029

Squares df Mean Square F Sig.

(24)

LAMPIRAN 3.

DATA VALIDITAS

&

(25)

HASIL PERHITUNGAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR FAMILY

varX_01 0,360294 terima varX_02 0,360294 terima varX_03 0,360294 terima varX_04 0,654886 terima varX_05 0,360294 terima varX_06 0,379161 terima varX_07 0,645139 terima varX_08 0,306634 terima varX_09 0,306634 terima varX_10 0,360294 terima varX_11 0,603573 terima varX_12 0,589974 terima varX_13 0,475769 terima varX_14 0,589974 terima varX_15 0,306634 terima varX_16 0,631226 terima

Reliability Statistics

Cronbach's

(26)

HASIL PERHITUNGAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR RESILIENCY

Nomor item

Spearman’s

rho Arti

varY_01 0,660788 terima varY_02 0,373834 terima varY_03 0,4232 terima varY_04 0,342899 terima varY_05 0,41233 terima varY_06 0,306634 terima varY_07 0,306366 terima varY_08 0,005074 tolak varY_09 0,306957 terima varY_10 0,502628 terima varY_11 0,441851 terima varY_12 0,307275 terima varY_13 0,313856 terima varY_14 0,405539 terima varY_15 0,306603 terima varY_16 0,331469 terima varY_17 0,494212 terima varY_18 0,404986 terima varY_19 0,476521 terima varY_20 0,306634 terima varY_21 0,306063 terima varY_22 0,548398 terima varY_23 0,384862 terima varY_24 0,306634 terima varY_25 0,30429 terima varY_26 0,306436 terima varY_27 0,40639 terima varY_28 0,30643 terima varY_29 0,623666 terima varY_30 0,428875 terima varY_31 0,1731618 tolak varY_32 0,30636 terima varY_33 0,313856 terima varY_34 0,30643 terima varY_35 0,30643 terima varY_36 0,376206 terima varY_37 0,737276 terima

Reliability Statistics

Cronbach's

(27)

LAMPIRAN 4.

(28)

Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan zaman, masalah pun semakin kompleks, mulai dari masalah ekonomi, politik, sosial, budaya, kesehatan yang membuat individu harus berusaha menyelesaikan permasalahannya yang terkait dengan area di atas. Berbagai cara ditempuh untuk menyelesaikan masalahnya. Salah satu masalah penting yang terkadang tidak disadari individu adalah masalah kesehatan.

(29)

Universitas Kristen Maranatha Indonesia termasuk Negara dengan tingkat gagal ginjal cukup tinggi. Menurut data dari Perneftri (Persatuan Nefrologi Indonesia), diperkirakan ada 70 ribu penderita ginjal di Indonesia. Akan tetapi yang terdeteksi menderita gagal ginjal kronis tahap terminal yaitu yang harus menjalani cuci darah adalah sekitar empat hingga lima ribu orang. Dari penderita gagal ginjal yang mencapai sekitar 4500 orang itu, banyak penderita yang meninggal dunia akibat tidak mampu berobat atau cuci darah karena biayanya sangat mahal dan harus dilakukan 2-3 kali seminggu. Keterbatasan ekonomi yang dihadapi pasien, menyebabkan mereka tidak mampu melakukan cuci darah dan tidak sedikit penderita yang meninggal dunia (Pikiran Rakyat online, 27 April 2006).

(30)

Universitas Kristen Maranatha berdampak buruk bagi kelangsungan hidup dan kenyamanan penderita gangguan fungsi ginjal. Pasien akan merasa mual, tak ada nafsu makan, lesu, kurang darah dan tubuhnya bengkak. Pada keadaan lanjut, tubuh perlu bantuan alat cuci darah untuk membuang zat sisa yang tak dapat dikeluarkan lagi oleh tubuh. (Dr Endang Darmoutomo MS SpGK, RS Siloam Gleneagles – Lippo Karawaci)

Gagal ginjal adalah keadaan ginjal yang mengalami kemunduran secara cepat dalam kemampuannya atau fungsinya hingga kedua ginjal tidak bisa menjalankan fungsinya lagi. Gagal ginjal secara umum terbagi dua yaitu, gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronik. Pada gagal ginjal akut, ginjal hanya mengalami sedikit gangguan dan dapat sembuh kembali setelah melakukan tiga sampai empat kali hemodialisis atau hanya dengan melakukan diet khusus yang tujuannya untuk meringankan tugas ginjal. Sedangkan pada gagal ginjal kronik, ginjal berfungsi hanya sekitar <15% saja atau tahap ini disebut juga gagal ginjal terminal (GGT) (Harian Republika, 14 Juni 2006). Seorang pengidap gagal ginjal, baik itu kronis maupun terminal, biasanya tidak mudah berkeringat dan urine yang dikeluarkanpun sangat sedikit dibandingkan air yang diminum, penderita mengalami gangguan metabolisme protein, lemak, dan karbohidrat. Akibatnya, komplikasi sangat mudah terjadi dan memang selalu terjadi pada penyakit ini apabila tidak segera dicari solusinya.

(31)

Universitas Kristen Maranatha tidak memandang tingkatan ekonomi (Suara Merdeka, 24 Agustus 2002). Satu-satunya jalan untuk bertahan hidup bagi pasien penderita gagal ginjal kronik / terminal ini adalah dengan cuci darah, atau Cangkok/Transplantasi Ginjal dan yang ada sekarang adalah CAPD (menanam semacam alat pada perut yang berfungi menyaring asupan makanan/minuman). Penyakit ini tidak dapat disembuhkan kecuali menempuh Transplantasi, selebihnya Hemodialisis lah pilihan tepat bagi pasien yang ingin bertahan hidup. (www.yastroki.com).

Hemodialisa merupakan salah satu tindakan pengganti fungsi ginjal yang diberikan kepada penderita gagal ginjal, baik yang bersifat sementara maupun jangka panjang. Hemodialisa bertujuan memberikan kualitas hidup optimal pada penderita gagal ginjal terminal. Hemodialisa adalah suatu cara untuk memisahkan darah dari sisa metabolisme dan racun tubuh ketika ginjal sudah tidak berfungsi lagi. Sebagai ginjal buatan, digunakan mesin Hemodialisis. Darah dikeluarkan dari tubuh menuju mesin hemodialisis. Setelah bersih dari sisa metabolisme dan racun tubuh, darah akan dialirkan kembali ke dalam tubuh. Penderita gagal ginjal kronis harus menjalani cuci darah seumur hidup sebelum mendapat ginjal cangkokan. Setiap kalinya memerlukan waktu sekitar 2-5 jam. Biaya yang harus dikeluarkan relatif mahal sekitar Rp 500 ribu sampai satu juta rupiah sekali cuci darah, biaya perawatan per bulan bisa mencapai 4-5 juta rupiah (Kompas, 10 Maret 2007).

Gagal ginjal yang diderita oleh pasien di rumah sakit “X” ini merupakani

suatu keadaan yang tidak diinginkan olehnya, namun tidak pernah ada yang tahu

(32)

Universitas Kristen Maranatha

menjadi suatu kondisi yang menekan bagi pasien bersangkutan, karena secara

langsung akan terjadi perubahan pada diri penderitanya. Berdasarkan hasil

wawancara dengan dokter di bagian hemodialisa rumah sakit “X” Bandung, banyak

hal yang tidak dapat pasien lakukan seperti, mereka tidak bisa melakukan aktifitas

seperti sediakala karena pasien tidak boleh lelah, makanan yang dikonsumsi tidak

bisa sembarangan, tidak boleh terlalu banyak minum, dan yang terpenting adalah

mereka harus meluangkan waktunya untuk melakukan cuci darah. Kenyataan di atas

harus dipatuhi oleh pasien karena ginjalnya sudah tidak berfungsi dengan baik dan

mengakibatkan tubuh pasien membengkak karena terlalu banyak cairan di tubuhnya

dan harus diatasi dengan cuci darah.

Adapun gejala fisik yang dirasakan pasien adalah pembengkakan pada bagian

pergelangan kaki, kram otot pada malam hari, lemah, lesu, kurang berenergi, nafsu

makan turun, mual, muntah, sulit tidur, bengkak di seputar mata pada pagi hari, kulit

gatal dan kering (Gagal Ginjal, Vita Health). Selain gejala fisik, pasien gagal ginjal

terminal juga merasakan gejala-gejala psikologis, sebagaimana dituturkan melalui

wawancara peneliti dengan beberapa pasien penderita gagal ginjal terminal di rumah

sakit “X” Bandung. Gejala psikologis yang mereka rasakan seperti semula menjadi

tulang punggung keluarga, kini semuanya berubah karena S diberhentikan dari

perusahaannya dan tidak bisa bekerja lagi sementara S membutuhkan biaya untuk

melakukan cuci darah. Adapula seorang ibu rumah tangga yang pada mulanya bisa

melakukan banyak aktifitas kerohanian, bisa melakukan pekerjaan rumah tangga,

(33)

Universitas Kristen Maranatha hemodialisa maka semuanya berubah karena S tidak boleh lelah dan kini

aktifitasnyapun dibatasi. Situasi-situasi di atas menyebabkan perubahan pada diri

pasien penderita gagal ginjal terminal dan dihayati sebagai situasi yang menekan

untuk itu dibutuhkan resiliency.

Resiliency adalah kemampuan individu untuk beradaptasi dengan baik dan

mampu berfungsi dengan baik meskipun berada di tengah situasi yang menekan atau

banyak halangan dan rintangan (Benard, 2003). Kemampuan tersebut diperlukan agar

pasien mampu membina relasi sosial yang baik dengan orang lain, mampu

mengungkapkan masalahnya kepada orang lain dan tidak memendamnya sendiri,

mampu mengerjakan tugas-tugasnya sendiri tanpa tergantung kepada orang lain, dan

tidak mudah putus asa akan penyakit yang dideritanya namun tetap memiliki harapan

atau rencana yang baik bagi masa depannya.

Pasien penderita gagal ginjal harus resilient agar tetap dapat memiliki semangat hidup meskipun dirinya menderita penyakit kronis dan harus mengikuti cuci darah untuk dapat mempertahankan hidupnya, misalnya dengan tetap berkarya, optimistik serta tidak putus asa meski mereka berpenyakit. Sebaliknya jika pasien memiliki resiliency yang rendah maka mereka tidak dapat bertahan untuk menghadapi keadaan yang dialaminya, misalnya memilih berhenti berkarya, tidak memiliki keyakinan untuk sembuh dan tenggelam dalam kemalangannya.

(34)

Universitas Kristen Maranatha opportunities for participation and contribution yang diperolehnya dari keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat. Pada penelitian ini, peneliti akan memfokuskan pada Family Protective Factors mengingat pasien ini dalam kesehariannya lebih banyak bertumpu pada keluarga dalam menjalani keadaan yang menimpanya. Pasien penderita gagal ginjal memerlukan caring relationship dari keluarga berupa perhatian dari orang-orang yang signifikan, dalam hal ini orangtua, istri/suami, anak, sehingga pasien merasa aman dan tenang berada dekat orang-orang yang selalu mendukung dan memberi perhatian padanya. Protective factors berikutnya adalah high expectation dari keluarga yaitu adanya kepercayaan yang diberikan oleh anggota keluarga terhadap pasien dan selalu memberikan harapan yang positif agar pasien mampu bangkit dari tekanan yang dialaminya. Protective factors terakhir adalah opportunities for participation and contribution yaitu seberapa sering keluarga mengajak pasien untuk terlibat dalam berbagai kegiatan misalnya mengikuti kegiatan kerohanian yang didalamnya pasien bisa menyatakan pendapatnya, atau diberikan tanggung jawab tertentu serta melatih kemampuan problem solving dan pengambilan keputusan.

(35)

Universitas Kristen Maranatha merasakan perhatian, kasih sayang yang diberikan dari orang-orang terdekatnya (keluarga besar, teman-teman dan para dokter) yang berpengaruh positif bagi pasien, keluarga yang selalu setia mengantar dan menunggu pasien untuk melakukan cuci darah. Sementara dua dari 10 orang pasien sisanya (20%) merasa kurang perhatian dari keluarga karena masing-masing sibuk dengan pekerjaannya, jauh dari teman-temannya terdahulu, merasa beban yang dideritanya hanya dipikul sendiri, melakukan cuci darah hanya ditemani oleh pembantu (caring relationship). Terdapat enam dari 10 orang pasien (60%) mengatakan bahwa keluarganya selalu mendukung dan memberikan semangat serta harapan agar pasien tetap bertahan dan menjalani kesehariannya dengan penuh sukacita. Tetapi empat dari 10 orang pasien sisanya (40%) merasa tidak ada harapan dan dukungan yang diberikan oleh keluarga sehingga pasien merasa tertekan dengan keadaannya (high expectation). Terdapat tiga dari 10 orang pasien (30%) mengatakan bahwa meski mereka menderita penyakit gagal ginjal ini, tidak menjadikan mereka menutup diri, tetapi keluarga masih mau mendengarkan pendapat yang diungkapkannya. Sementara tujuh dari 10 orang pasien sisanya (70%) merasa bahwa sejak dirinya menderita gagal ginjal, keluarganya tidak memberikan kesempatan untuk ikut dalam menyelesaikan masalah keluarga serta dalam pengambilan keputusan, merasa bahwa pendapatnya tidak didengarkan oleh keluarga, keluarga menganggap pasien sebagai orang yang lemah dan tidak bisa bertanggung jawab (opportunities for participation).

(36)
(37)
(38)

Universitas Kristen Maranatha menggantungkan hidupnya dari keluarga seperti orang tua, suami, istri dan anak-anak, mereka bertingkah laku seperti anak kecil yang tidak mau ditinggalkan sendiri dan harus ditemani kemanapun mereka pergi (autonomy). Selain itu, 60% pasien merasa bahwa mereka tidak memiliki motivasi positif untuk mencapai masa depannya, tidak memiliki harapan dan cita-cita bagi kehidupannya kelak (sense of purpose).

Berdasarkan hal di atas, peneliti tertarik untuk meneliti seberapa kuat pengaruh family protective factors terhadap resiliency pada pasien penderita gagal ginjal terminal di rumah sakit “X” Bandung.

1.2Identifikasi Masalah

1. Penelitian ini ingin mengetahui seberapa kuat pengaruh Family Protective Factors terhadap Resiliency pada pasien penderita Gagal Ginjal Terminal di Rumah Sakit “X” Bandung.

(39)

Universitas Kristen Maranatha

1.3Maksud dan Tujuan

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh family protective factors dan aspek-aspeknya terhadap resiliency pada pasien penderita Gagal Ginjal Terminal di Rumah Sakit “X” Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa kuat pengaruh family protective factors dan aspek-aspeknya terhadap resiliency pada pasien penderita Gagal Ginjal Terminal di Rumah Sakit “X” Bandung.

1.4Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoretis

1) Memberikan sumbangan bagi ilmu Psikologi, terutama dalam bidang Psikologi Klinis mengenai pengaruh family protective factors dan aspek-aspeknya terhadap resiliency pada pasien penderita Gagal Ginjal Terminal di Rumah Sakit “X” Bandung.

(40)

Universitas Kristen Maranatha

1.4.2 Kegunaan Praktis

1) Memberikan informasi bagi pasien penderita Gagal Ginjal Terminal di Rumah Sakit “X” Bandung, mengenai pengaruh family protective factors dan aspek-aspeknya terhadap resiliency sehingga mereka dapat memahami bahwa untuk dapat menerima keadaan dan menyesuaikan diri dengan penyakit yang dideritanya diperlukan resiliency.

2) Memberikan informasi bagi keluarga pasien penderita gagal ginjal terminal di rumah sakit “X” Bandung mengenai derajat resiliency setiap pasien sehingga mereka dapat memberikan perhatian lebih pada pasien.

3) Memberikan informasi bagi para dokter dan suster di bagian hemodialisa di rumah sakit “X” Bandung mengenai derajat resiliency setiap pasien yang berbeda-beda sehingga mereka dapat lebih sabar dan mungkin bisa memberikan konseling mengenai tekanan yang pasien alami akibat sakit yang dideritanya.

1.5 Kerangka Pemikiran

(41)

Universitas Kristen Maranatha memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Penyakit Ginjal Kronik, Ketut Suwitra). Gagal ginjal dapat terjadi karena berbagai sebab, baik itu faktor genetik, ataupun faktor eksternal. Faktor genetik, pada dasarnya disebabkan oleh bawaan orangtua sedangkan faktor eksternal dapat disebabkan oleh kurang minum, gaya hidup yang jarang olahraga, pola makan tinggi lemak dan karbohidrat, kurang kalsium. Semua itu mengakibatkan terjadinya gangguan metabolisme yang berujung pada penyakit degeneratif (Gagal Ginjal, Vita Health, 2008). Faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan individu menderita gagal ginjal dan penyakit tersebut hanya bisa diobati dengan melakukan hemodialisa, namun hal tersebut tidak bisa menjamin penderita sembuh total.

(42)

Universitas Kristen Maranatha dari mereka yang mampu bangkit kembali dari masalah hidupnya, namun ada pula dari mereka yang tetap tertekan dan sulit untuk menerima kenyataan.

Kemampuan untuk dapat beradaptasi dengan baik di tengah situasi yang menekan dan banyak halangan dan rintangan disebut juga resiliency. Resiliency merupakan suatu kemampuan di dalam diri setiap individu yang dapat diukur dari derajat tinggi dan rendahnya. Menurut (Benard, 2004) Resiliency merupakan personal strength, yang terdiri atas empat aspek : social competence, problem solving, autonomy, dan sense of purpose.

(43)

Universitas Kristen Maranatha bahwa mereka mampu untuk beradaptasi dengan lingkungannya, lebih peka terhadap lingkungan sekitar, tidak tergantung kepada orang lain. Sense Of Purpose merupakan kemampuan pasien penderita gagal ginjal terminal di Rumah Sakit “X” Bandung untuk dapat mempertahankan dan memanfaatkan minat yang dimilikinya sebagai sarana mengembangkan diri, memiliki tujuan yang ingin dicapai untuk masa depannya kelak. Seorang yang resiliency nya tinggi termasuk pasien penderita gagal ginjal terminal di rumah sakit “X” Bandung adalah pasien yang mampu memenuhi keempat aspek tersebut dalam kehidupan sehari-harinya.

(44)

Universitas Kristen Maranatha Pasien penderita gagal ginjal terminal membutuhkan caring relationship, high expectation, opportunities for participation and contribution yang bersumber dari keluarga, mengingat keluarga merupakan komponen paling utama yang dapat memberikan dukungan dan semangat bagi pasien penderita gagal ginjal terminal agar mampu menghadapi tekanannya.

Protective factors yang berpengaruh terhadap resiliency pada pasien penderita gagal ginjal terminal adalah caring relationship yang diberikan oleh keluarga berupa dukungan yang diberikan oleh anggota keluarga, kasih sayang dari figure orang tua atau kerabat lainnya, kehangatan dalam keluarga. Protective factors yang kedua yang berpengaruh terhadap resiliency pada pasien penderita gagal ginjal terminal adalah high expectation yang diberikan oleh keluarga berupa harapan dan motivasi sehingga pasien tetap memiliki semangat untuk tetap melewati hari-harinya meski menderita penyakit gagal ginjal. Protective factors yang ketiga adalah opportunities for participation and contribution yang diterima berupa memberi kesempatan kepada pasien untuk ikut terlibat dan bertanggung jawab dalam mengerjakan pekerjaan rumah seperti, membersihkan tempat tidur sendiri, makan sendiri, melakukan sesuatu sendiri tanpa perlu merepotkan orang lain.

(45)

Universitas Kristen Maranatha terhadap orang-orang yang membantunya, mampu mengungkapkan pendapatnya kepada orang lain, mampu menghayati bahwa mereka tetap dapat mengembangkan diri meski mereka menderita penyakit gagal ginjal (social competence), mampu mengungkapkan dan mengatasi masalahnya atau meminta bantuan kepada orang lain (problem solving), lebih peka terhadap lingkungan sekitar, mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya, mampu mengerjakan kebutuhan-kebutuhannya sendiri tanpa bergantung pada orang lain meski mereka menderita gagal ginjal, seperti makan sendiri, mandi sendiri, membersihkan tempat tidur sendiri (autonomy), serta akan membuat pasien mampu untuk memiliki optimisme dan harapan akan masa depan yang lebih baik, mampu untuk menggali dan mempertahankan kemampuan yang dimilikinya, mampu untuk memanfaatkan kegemarannya dan kreatifitas sebagai sarana untuk mengembangkan diri (sense of purpose). Dengan kata lain terdapat pengaruh yang kuat antara family protective factors terhadap resiliency pada pasien penderita gagal ginjal terminal.

(46)

Universitas Kristen Maranatha sedang sedih (autonomy), dan lebih dapat mengontrol emosinya, memiliki kepercayaan iman untuk sehat (sense of purpose).

Pasien penderita gagal ginjal terminal yang memperoleh high expectation dalam hal ini seperti harapan yang jelas dan positif yang berdasarkan minat dan impian pasien yang diperoleh dari keluarga yang akan berpengaruh terhadap resiliency pasien seperti membuat pasien mampu untuk menjalin relasi social yang positif dengan orang lain (social competence), memiliki harapan untuk merencanakan masa depannya (problem solving), memiliki keyakinan dalam dirinya untuk sehat (autonomy), mampu untik memotivasi dirinya demi harapannya kelak (sense of purpose).

Pasien penderita gagal ginjal terminal yang memperoleh opportunities for participation yang bersumber dari keluarga seperti adanya kesempatan yang diberikan oleh keluarga untuk turut campur dalam pengambilan keputusan keluarga, dilibatkan dalam berbagai urusan keluarga. Hal ini akan berpengaruh terhadap resiliency pasien seperti mampu untuk lebih terbuka akan dirinya (social competence), berusaha untuk mengerti kondisi yang dialaminya (problem solving), menjauhkan diri dai hal-hal yang tidak menyenangkan (autonomy), mampu mengaktualisasikan diri dengan melakukan berbagai kegiatan yang positif dan yang digemarinya (sense of purpose).

(47)

Universitas Kristen Maranatha positif terhadap lingkungan, seperti kurang mampu menjalin hubungan yang dekat dengan orang lain, kurang mampu menghibur teman-teman atau orang lain yang sedang sedih, tidak mengucapkan terima kasih terhadap orang-orang yang membantunya, sulit untuk mengungkapkan pendapatnya kepada orang lain, sulit untuk dapat mengembangkan diri mereka karena penyakit gagal ginjal yang dideritanya (social competence), tidak mampu mengungkapkan masalahnya dan meminta bantuan kepada orang lain, sulit untuk mengambil keputusannya sendiri (problem solving), kurang peka terhadap lingkungan sekitar, sulit untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, tidak mampu mengerjakan kebutuhan-kebutuhannya sendiri sehingga bergantung pada orang lain, seperti tidak bisa makan sendiri, tidak bisa mandi sendiri, tidak bisa membersihkan tempat tidur sendiri (autonomy), serta akan membuat pasien tidak memiliki optimisme dan harapan akan masa depan yang lebih baik, kurang mampu untuk menggali dan mempertahankan kemampuan yang dimilikinya (sense of purpose). Dengan kata lain terdapat pengaruh yang lemah antara family protective factors terhadap resiliency pada pasien penderita gagal ginjal terminal.

(48)

Universitas Kristen Maranatha mengahadapi masalah (problem solving), kurang memiliki kepercayaan diri, sulit untuk bercanda dengan orang lain, mudah tersinggung (autonomy), dan sulit mengontrol emosinya, dan tidak memiliki iman dalam kepercayaannya untuk sehat (sense of purpose).

Pasien penderita gagal ginjal terminal yang tidak memperoleh high expectation dalam hal ini seperti harapan yang jelas dan positif yang berdasarkan minat dan impian pasien yang diperoleh dari keluarga yang akan berpengaruh terhadap resiliency pasien seperti membuat pasien sulit untuk menjalin relasi social yang positif dengan orang lain, (social competence), tidak memiliki harapan untuk masa depannya (problem solving), pesimis akan penyakit yang dideritanya (autonomy), tidak memiliki harapan untuk masa depannya kelak (sense of purpose).

(49)
(50)

Universitas Kristen Maranatha

(51)

Universitas Kristen Maranatha

1.6 Asumsi Penelitian

1) Setiap pasien mendapatkan caring relationship, high expectation dan opportunities for participation yang berbeda-beda dari keluarganya. 2) Semakin optimal/kurang optimalnya family protective factors akan

semakin menguatkan/melemahkan resiliency pasien penderita gagal ginjal terminal.

1.7 Hipotesis Penelitian

1. Terdapat pengaruh family protective factors terhadap resiliency pada pasien penderita gagal ginjal terminal di rumah sakit “X” Bandung.

2. Terdapat pengaruh caring relationship terhadap resiliency pada pasien penderita gagal ginjal terminal di rumah sakit “X” Bandung.

3. Terdapat pengaruh high expectation terhadap resiliency pada pasien penderita gagal ginjal terminal di rumah sakit “X” Bandung.

(52)

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan yang diperoleh dari 30 responden pasien penderita gagal ginjal terminal di rumah sakit “X” Bandung, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh yang kuat dari family protective factors terhadap resiliency pada pasien penderita gagal ginjal terminal di rumah sakit “X” Bandung. 2. Aspek family protective factors yang paling berpengaruh terhadap resiliency

(53)

Universitas Kristen Maranatha

5.2 SARAN

Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, maka peneliti mengajukan saran sebagai berikut:

5.2.1 Saran Teoretis

1) Bagi peneliti lain yang tertarik pada bahasan yang sama, untuk memperluas jangkauan penelitian, yaitu dengan meneliti seberapa besar pengaruh family and community protective factors terhadap resiliency pada pasien penderita gagal ginjal terminal di rumah sakit “X” Bandung.

5.2.2 Saran Praktis

1) Bagi keluarga pasien penderita gagal ginjal terminal di rumah sakit ”X” Bandung disarankan untuk dapat memberikan harapan yang positif bagi pasien berdasarkan minat serta impian mereka, serta diberikan kesempatan untuk tetap ikut mengambil bagian dalam urusan keluarga atau ikut serta dalam berbagai kegiatan yang sesuai dengan kemampuan pasien agar pasien mampu untuk bangkit dari situasi yang menekan dalam hal ini penyakit gagal ginjal terminal yang dialaminya.

(54)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Benard, Bonnie. 2004. Resiliency : What We Have Learned. San Fransisco: WestEd. Graziano, M, Anthony dan Raulin, L, Michael. 2000. Research Methods A Process

Of Inquiry. Needhan Heights, MA : Allyn and Bacor.

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Siegel. Sidney. 1990. Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.

(55)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Benard, Bonnie. 2004. Resiliency : What We Have Learned. San Fransisco: WestEd. Graziano, M, Anthony dan Raulin, L, Michael. 2000. Research Methods A Process

Of Inquiry. Needhan Heights, MA : Allyn and Bacor.

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Siegel. Sidney. 1990. Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.

(56)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

http://www.infopenyakit.com/2008/05/penyakit-gagal-ginjal.html

http://indonesiannursing.com/2008/07/26/gagal-ginjal-kronik/

http://www.ygdi.org/kidney-diseases/gagal-ginjal-kronik/penyebab-gagal-ginjal-kronis.html

2007. Panduan Penulisan Skripsi Sarjana. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Referensi

Dokumen terkait

• Investigating risk factors implicated cancer development.. • Learning about prevention and early detection

ABSTRACT : Information technology has become a staple in everyday life, hence the good media informatics is needed to help smooth in getting the information. The

Menurut AMRIN-Study, pada bangsal bedah penggunaan antibiotika profilaksis yang rasional kurang dari 20%.. Djamil adalah rumah sakit terbesar di Sumatera Barat dan

Judul Penelitian : Peningkatan kompetensi gambar teknik pada siswa kelas X paket keahlian teknik instalasi pemanfaatan tenaga listrik melalui model pembelajaran project

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan level BIS 25% dan penambahan asam humat 300 ppm dalam ransum dapat memberikan hasil yang optimal dilihat dari konsumsi

Hasil pengujian Notch filter yang telah dilakukan oleh Hanapi Gunawan pada skripsinya berjudul “Alat Untuk Memperagakan Irama Denyut Jantung Sebagai Bunyi dan

Fdnghllusrn blrn yang meryel$uh dan bisa dilrlukan pada smpcl ulu n besar Ddi lcnclnib sebelumnya I:ll relah dibnkikd pcningkllln sifat mck&amp;ik rxdr tenbaga

[r]