Gulo, Firminus. 2016. Pengembangan Modul Pembelajaran dan LKS Budidaya Tanaman Berdasarkan Pendekatan Pendidikan Emansipatoris untuk Siswa Kelas IVA SDN No. 071094 Lologolu Kabupaten Nias Barat. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan yang didasari dengan analisis kebutuhan. Analisis tentang sekolah adalah sekolah menjadi wadah pembentukan siswa. Analisis tentang pribadi siswa adalah: siswa memiliki semangat dalam mendapatkan pendidikan. Dari hasil analisis kebutuhan di SDN No. 071094 Lologolu tersebut, peneliti mendapatkan data jika siswa dan guru membutuhkan modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman. Oleh karena itu, peneliti terdorong untuk mengembangkan produk berupa modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman berdasarkan pendekatan emansipatoris. Pendidikan emansipatoris dibagi dalam tiga poin, meliputi: pertama humanisasi menempatkan siswa sebagai manusia dalam kegiatan pembelajaran serta mengasah akal budi serta hati nurani yang bertujuan untuk petumbuhan dan perubahan dalam diri siswa, kedua kesadaran kritis mengajak guru dan siswa memiliki hubungan sehingga keduanya sama-sama berkembang dalam dunia nyata, ketiga mempertanyakan sistem guru dan siswa sama-sama makluk pembelajar sehingga kedua pihak berkembang bersama.
Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development atau R&D). Penelitian ini menggunakan 11 tahapan yang diadaptasi dari Oliva, Tyler dan Sugiyono yang meliputi: (1) studi dokumen kurikulum (2) pribadi siswa (3) SK dan KD (4) indikator (5) tujuan (6) materi pembelajaran (7) kegiatan pembelajaran (8) pengumpulan data (9) desain produk (10) validasi desain dan (11) uji coba produk. Tujuan penelitian ini adalah menguraikan prosedur pengembangan modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman, mengetahui model pembelajaran yang digunakan untuk pengembangan modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman serta mendeskripsikan kualitas modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman (pohon karet, pisang, singkong, dan ubi jalar). Modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman telah divalidasi oleh validator ahli bahasa dan IPA dengan rata-rata 4.10 (baik), sehingga layak digunakan.
Uji coba dilakukan pada kelas IVa di SDN No. 071094 Lologolu Kabupaten Nias Barat dengan jumlah responden 25 siswa. Hasil persepsi siswa terhadap kualitas modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman yang dikembangkan sangat baik dan sangat layak digunakan. Hal ini dapat dilihat pada hasil uji coba kualitas modul tanaman obat yang memperoleh skor rata-rata 4.33 yang berarti sangat baik dan sangat layak digunakan. Dengan demikian modul pembelajaran dan LKS pendidikan emansipatoris membantu siswa mengetahui cara membudidayakan tanaman.
Gulo, Firminus.2016. the development of learning module and students work sheet plants cultivation based on emancyphatoris teaching approach toward the students of grade IVA SDN No.071094 Lologolu West Nias Regency. Thesis. Yogyakarta Sanata Dharma University.
This research is the research and development which is based on requirement analysis. Analysis toward school is that the school as the place for students formation. Analysis toward students’ self is that students have spirit in accessing the education. From requirement analysis at SDN No.071094 Lologolu West Nias Regency above, the researcher found that if teacher and student need the product of learning module and student work sheet which is related to students’ self area. That’s why, the researcher is motivated to develop the product in form of learning module and student work sheet plant cultivation (rubber tree,banana,cassava and sweet potato) based on emancyphatoric approach.
Kind of research is research and development or R&D. This research use 11 phases adopted from Oliva, Tyler and Sugiono include (1) the study of curriculum document (2) students’self (3) standard competence and basic competence (4) indicator (5) objective (6) learning materials (7) learning activity (8) data collecting (9) product design (10) design validation (11) product experimenting. The objective of this researh is to elaborate the procedure development of learning module and student work sheet plant cultivation and so the description of learning module quality and plants cultivation (rubber tree,banana,cassava and sweet potato). Learning module and student work sheet have been validated by validator linguist and scientist with the average 4.10 ( good), that’s why it is reasonable to be used.
The experiment was doone at grade IVA SDN No.071094 Lologolu West Nias Regency with the number of respondent were 25 students. The result of students’ perception toward the quality of learning module and student work sheet plant cultivation which was developed was very good and reasonable to use. This can be seen at the experimenting result on the quality of learning module and student work sheet plant cultivation which got average score 4.33 meaning very good and reasonable to use. In brief learniing module and student work sheetplants cultivation based on emanchyphatoric teaching helped students knowing ways to cultivate plants.
PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN DAN LKS
BUDIDAYA TANAMAN BERDASARKAN
PENDEKATAN PENDIDIKAN EMANSIPATORIS UNTUK
SISWA KELAS IVA SDN No. 071094 LOLOGOLU
KABUPATEN NIAS BARAT
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
FIRMINUS GULO
NIM: 121134181
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan Karya ini Untuk:
1.Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang senantiasa setia menyertai dan
memberi kekuatan jasmani dan rohani
2.Keluarga saya: Kedua Orang Tua saya, Nenek dan Saudara/Saudari yang
senantiasa memberikan doa, dukungan, semangat, motivasi, dan kasih sayang
yang tulus.
3.Pemerintah Kabupaten Nias Barat yang telah memberikan beasiswa dan
perhatian kepada peneliti selama perkuliahan.
4.Almamaterku tercinta: Universitas Sanata Dharma
MOTTO
“Marilah kepada Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu”
(Matius 11:8)
“Anda tak perlu menjadi lebih baik dari pada orang lain, Anda hanya perlu menjadi lebih baik dari pada diri anda sebelumnya ”
(Wayne Dyer)
“Anda hanya perlu meyakini apa yang anda pilih” (Firminus Gulo)
ABSTRAK
Gulo, Firminus. 2016. Pengembangan Modul Pembelajaran dan LKS Budidaya Tanaman Berdasarkan Pendekatan Pendidikan Emansipatoris untuk Siswa Kelas IVA SDN No. 071094 Lologolu Kabupaten Nias Barat. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan yang didasari dengan analisis kebutuhan. Analisis tentang sekolah adalah sekolah menjadi wadah pembentukan siswa. Analisis tentang pribadi siswa adalah: siswa memiliki semangat dalam mendapatkan pendidikan. Dari hasil analisis kebutuhan di SDN No. 071094 Lologolu tersebut, peneliti mendapatkan data jika siswa dan guru membutuhkan modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman. Oleh karena itu, peneliti terdorong untuk mengembangkan produk berupa modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman berdasarkan pendekatan emansipatoris. Pendidikan emansipatoris dibagi dalam tiga poin, meliputi: pertama humanisasi menempatkan siswa sebagai manusia dalam kegiatan pembelajaran serta mengasah akal budi serta hati nurani yang bertujuan untuk petumbuhan dan perubahan dalam diri siswa, kedua kesadaran kritis mengajak guru dan siswa memiliki hubungan sehingga keduanya sama-sama berkembang dalam dunia nyata, ketiga mempertanyakan sistem guru dan siswa sama-sama makluk pembelajar sehingga kedua pihak berkembang bersama.
Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development atau R&D). Penelitian ini menggunakan 11 tahapan yang diadaptasi dari Oliva, Tyler dan Sugiyono yang meliputi: (1) studi dokumen kurikulum (2) pribadi siswa (3) SK dan KD (4) indikator (5) tujuan (6) materi pembelajaran (7) kegiatan pembelajaran (8) pengumpulan data (9) desain produk (10) validasi desain dan (11) uji coba produk. Tujuan penelitian ini adalah menguraikan prosedur pengembangan modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman, mengetahui model pembelajaran yang digunakan untuk pengembangan modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman serta mendeskripsikan kualitas modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman (pohon karet, pisang, singkong, dan ubi jalar). Modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman telah divalidasi oleh validator ahli bahasa dan IPA dengan rata-rata 4.10 (baik), sehingga layak digunakan.
Uji coba dilakukan pada kelas IVa di SDN No. 071094 Lologolu Kabupaten Nias Barat dengan jumlah responden 25 siswa. Hasil persepsi siswa terhadap kualitas modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman yang dikembangkan sangat baik dan sangat layak digunakan. Hal ini dapat dilihat pada hasil uji coba kualitas modul tanaman obat yang memperoleh skor rata-rata 4.33 yang berarti sangat baik dan sangat layak digunakan. Dengan demikian modul pembelajaran dan LKS pendidikan emansipatoris membantu siswa mengetahui cara membudidayakan tanaman.
ABSTRACT
Gulo, Firminus.2016. the development of learning module and students work sheet plants cultivation based on emancyphatoris teaching approach toward the students of grade IVA SDN No.071094 Lologolu West Nias Regency. Thesis. Yogyakarta Sanata Dharma University.
This research is the research and development which is based on requirement analysis. Analysis toward school is that the school as the place for
students formation. Analysis toward students’ self is that students have spirit in accessing the education. From requirement analysis at SDN No.071094 Lologolu West Nias Regency above, the researcher found that if teacher and student need the product of learning module and student work sheet which is related to students’ self area. That’s why, the researcher is motivated to develop the product in form of learning module and student work sheet plant cultivation (rubber tree,banana,cassava and sweet potato) based on emancyphatoric approach.
Kind of research is research and development or R&D. This research use 11 phases adopted from Oliva, Tyler and Sugiono include (1) the study of
curriculum document (2) students’self (3) standard competence and basic
competence (4) indicator (5) objective (6) learning materials (7) learning activity (8) data collecting (9) product design (10) design validation (11) product experimenting. The objective of this researh is to elaborate the procedure development of learning module and student work sheet plant cultivation and so the description of learning module quality and plants cultivation (rubber tree,banana,cassava and sweet potato). Learning module and student work sheet have been validated by validator linguist and scientist
with the average 4.10 ( good), that’s why it is reasonable to be used.
The experiment was doone at grade IVA SDN No.071094 Lologolu West Nias Regency with the number of respondent were 25 students. The
result of students’ perception toward the quality of learning module and student
work sheet plant cultivation which was developed was very good and reasonable to use. This can be seen at the experimenting result on the quality of learning module and student work sheet plant cultivation which got average score 4.33 meaning very good and reasonable to use. In brief learniing module and student work sheetplants cultivation based on emanchyphatoric teaching helped students knowing ways to cultivate plants.
PRAKATA
Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala berkatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang
berjudul “
Pengembangan Modul Pembelajaran dan LKS Budidaya
Tanaman Berdasarkan Pendekatan Pendidikan Emansipatoris
untuk Siswa Kelas IVa SDN No. 071094 Lologolu Kabupaten Nias
Barat
”. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Selain itu diharapkan dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa Universitas Sanata Dharma, dan penulis sendiri.Selama penulisan skripsi ini, penulis telah dapat mendapat dorongan dan
bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk
itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan
penghormatan kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. Ibu Chirtiyanti Aprinastuti., S.Si., M.Pd., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
3. Ibu Eny Winarti, Ph.D., selaku dosen Pembimbing I yang telah berkenan
memberikan bimbingan dan pengarahan selama proses penelitian maupun
dalam penulisan skripsi.
4. Ibu Wahyu Wido Sari, S.Si., M.Biotech, selaku dosen Pembimbing II yang
telah berkenan memberikan bimbingan dan pengarahan selama proses
penelitian maupun dalam penulisan skripsi.
5. Segenap Staf dosen pengajar Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
yang telah memberikan pelayanan prima, tambahan pengetahuan, dukungan
dan bantuan selama proses perkuliahan.
6. Pemerintah Kabupaten Nias Barat yang telah menyelenggarakan beasiswa
sehingga penulis bisa kuliah di Universitas Sanata Dharma.
7. Kedua Orang Tua saya Bapak Suara Gulo, S.Ag., dan Ibu Nitida Gulo yang
selalu memberikan cinta, mendoakan dan mendukung saya baik secara moral
dan material, serta semangat kepada penulis.
8. Nenek saya Sariida Gulo, yang selalu memberikan dukungan kepada penulis.
9. Kakak saya Edita Sefianti Gulo, S.Pd., Abang Eduardus Gulo, SP., kedua Adek
saya Gabriela Geminelia Gulo, dan Haris Anugerah Perdamaian Gulo yang
selalu menyemangati dan memotivasi penulis.
10. Wasri Kristiani Gulo yang telah banyak membantu, memotivasi dan
menyemangati selama proses perkuliahan maupun dalam penyusunan skripsi.
11. Teman-teman saya Postinus Gulo, Seri Jefry Adil Waruwu, Agustinus Aris
Sailo, Longginus Passe yang selalu memberikan dorongan dan membantu
peneliti dalam menyelesaikan skripsi.
12. Teman-teman seperjuangan dari Kabupaten Nias barat.
13. Seluruh teman-teman Pendidikan Guru Sekolah Dasar angkatan 2012 yang
telah bersama-sama saling membantu dan berbagi ilmu di Universitas Sanata
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
PRAKATA ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xix
DAFTAR LAMPIRAN ... xx
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
1.5 Definisi Operasional... 5
BAB II LANDASAN TEORI
2.5 Pertanyaan Penelitian ... 32
BAB III METODE PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian ... 33
3.2.1Tempat Penelitian... 34
3.2.2 Subjek Penelitian ... 34
3.2.3 Objek Penelitian ... 34
3.2.4 Waktu Penelitian ... 34
3.3 Prosedur Pengembangan ... 35
3.3.1 Validasi ... 35
3.4 Uji Coba Produk ... 40
3.5 Instrumen Penelitian... 41
3.5.1 Instrumen Pra Penelitian Guru ... 41
3.5.2 Instrumen Pra Penelitian Siswa ... 43
3.5.3 Instrumen Uji Coba ... 45
3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 47
3.7 Teknik Analisis Data ... 47
4.1.8.1 Hasil Kuesioner Pra Penelitian untuk Guru ... 56
4.1.12 Deskripsi Kualitas Produk Modul Pembelajaran dan LKS Budidaya Tanaman ... 70
4.2 Pembahasan ... 71
4.2.1 Produk berisi kegiatan pembelajaran budidaya tanaman... 73
4.2.2 Produk menjadi Media Pmebelajaran ... 73
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Prosedur Pengembangan Menurut Tyler ... 36
Tabel 3.2 Prosedur Pengembangan Menurut Oliva ... 36
Tabel 3.3 Prosedur Pengembangan ... 37
Tabel 3.4 Instrumen Analisis Kebutuhan untuk Guru ... 38
Tabel 3.5 Insrumen Analisis Kebutuhan untuk Siswa ... 39
Tabel 3.6 Kisi-kisi Instrumen Pra Penelitian untuk Guru ... 41
Tabel 3.7 Lembar Pertanyaan Pra Penelitian untuk Guru ... 41
Tabel 3.8 Kisi-kisi Instrumen Pra Penelitian untuk Siswa ... 43
Tabel 3.9 Lembar Pertanyaan Pra Penelitian untuk Siswa ... 43
Tabel 3.10 Instrumen Penelitian Persepsi Siswa terhadap Kualitas Modul Pembelajaran dan LKS Budidaya Tanaman ... 46
Tabel 3.11 Skala Likert ... 48
Tabel 4.1 Hasil Kuesioner Pra Penelitian untuk Siswa ... 58
Tabel 4.2 Hasil Rekapitulasi Kuesioner Pra Penelitian untuk Siswa ... 58
Tabel 4.3 Pedoman Kelayakan Kuesioner Pra Penelitian Guru ... 59
Tabel 4.4 Hasil Validasi Instrumen Pra Penelitian untuk Guru ... 60
Tabel 4.5 Pedoman Kelayakan Kuesioner Pra Penelitian Siswa ... 60
Tabel 4.6 Hasil Validasi Instrumen Pra Penelitian untuk Guru ... 60
Tabel 4.7 Perhitungan Kelayakan Produk ... 64
Tabel 4.8 Pedoman Kelayakan Produk Awal ... 64
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Desain Diagram Penelitian ... 29
Gambar 4.1 Siswa Belajar dalam Kelompok ... 68
Gambar 4.2 Siswa Mengamati Tanaman Pohon Karet dan Pisang ... 68
Gambar 4.3 Siswa Mengamati Tanaman Singkong dan Ubi Jalar... 69
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I Surat Izin Penelitian ... 82
LAMPIRAN II Surat Keterangan Penelitian ... 83
LAMPIRAN III Kisi-kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru ... 84
LAMPIRAN IV Kisi-kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa ... 90
LAMPIRAN V Hasil Validasi Ahli IPA untuk Guru ... 94
LAMPIRAN VI Hasil Validasi Ahli IPA untuk Siswa ... 97
LAMPIRAN VII Hasil Validasi Ahli Bahasa untuk Guru ... 100
LAMPIRAN VIII Hasil Validasi Ahli Bahasa untuk Siswa ... 103
LAMPIRAN IX Hasil Uji Modul dan LKS ... 106
LAMPIRAN X Lembar Persensi Kehadiran Siswa ... 110
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan (1) Latar belakang masalah, (2) Rumusan
masalah, (3) Tujuan penelitian, (4) Manfaat penelitian, (5) Definisi Operasional,
(6) Spesifikasi Produk yang Diharapkan.
1.1.Latar Belakang Masalah
Nias adalah pulau yang terletak dibagian utara pulau Sumatera,
Indonesia. Pulau ini adalah pulau yang memiliki Sumber Daya Alam (SDM) yang
banyak. Selain itu, pulau Nias merupakan salah satu objek wisata seperti selancar
(surfing), rumah tradisional, penyelaman, fahombo (lompat batu). Nias memiliki
satu Kota yaitu Kota Gunungsitoli dan empat Kabupaten antara lain Kabupaten
Nias Induk, Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Selatan dan Kabupaten Nias
Barat yang juga baru terbentuk.
Kabupaten Nias Barat memiliki 8 kecamatan antara lain kecamatan
Mandrehe, Mandrehe Utara, Mandrehe Barat, Lahomi, Sirombu, Moro’o, Ulu
Moro’o, Moi. Penelitian dilakukan di kecamatan Mandrehe khususnya di SDN
No. 071094 Desa Lologolu. SDN No. 071094 Lologolu sudah berdiri sejak tahun
1956 yang didirikan oleh Bapak Togoli Gulo (Alm). sekolah ini didirikan supaya
masyarakat desa Lologolu dan masyarakat sekitarnya mendapatkan pendidikan
Pendidikan adalah usaha untuk menumbuhkembangkan potensi Sumber Daya
Manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Dalam Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 juga dijelaskan bahwa Pendidikan
Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Lingkungan sekolah dikelilingi dengan pemukiman warga yang berada di
lingkungan hijau yang dipenuhi dengan tanaman dan tumbuhan-tumbuhan. Latar
belakang siswa SDN No. 071094 secara umum berekonomi dari menengah ke
bawah. Mata pencaharian rata-rata orang tua siswa adalah menyadap karet.
Pekerjaan menyadap karet tidak memiliki target umur sehingga anak SD dari
kelas I pun sudah bisa diajak untuk belajar menyadap karet dan mengumpulkan
getah karet. Kegiatan sehari-hari orang tua siswa pada musim kemarau adalah
menyadap karet. Saat musim hujan, masyarakat sulit menyadap karet sehingga
masyarakat mengubah matapecaharian ke bercocoktanam. Salah satu cara
masyarakat agar bisa bertahan hidup adalah bercocok tanam seperti tanaman
pangan yang bisa dan siap dikosumsi yaitu dengan menanam pisang, singkong,
dan ubi jalar.
Masyarakat Nias menanam pisang tidak mengetahui berapa minimal dan
menanam singkong masyarakat tidak mengetahui bagaimana jarak yang baik
antara tanaman yang satu dengan tanaman lainnya, juga dalam setiap lahan, tidak
ada pembedaan setiap tanaman maunya semua jenis tumbuhan dapat hidup dalam
satu lahan begitu juga dengan ubi jalar, anak-anak tidak biasa mengosumsi ubi,
karena ubi ditanam untuk diambil daunnya dijadikan makanan babi.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengembangkan sebuah modul
pembelajaran dan LKS budidaya tanaman untuk membantu anak belajar struktur
tumbuhan sekaligus belajar bertanam yang benar pendekatan yang diambil adalah
pendidikan emansipatoris karena mampu membuat anak lebih kreatif dan mampu
membuat anak lebih mandiri serta mempermudah mereka dalam belajar.
Pengembangan modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman itu juga
didukung dengan pengambilan data awal berupa hasil kuesioner yang peneliti
dapatkan dari 25 siswa kelas IVA pada September 2016 adalah 92% siswa
mengatakan memerlukan pembelajaran yang membuat mereka berpikir dan
bertindak. Sebanyak 92% siswa merasa memerlukan pembelajaran yang sesuai
dengan lingkungannya di Nias Barat. Sebanyak 96% siswa menyatakan modul
pembelajaran dan LKS dapat mempermudah mereka mengikuti pembelajaran dan
membuat mereka mandiri. Kemudia 96% siswa menyatakan menyukai
pembelajaran yang menghargai mereka sebagai manusia dan mengajak mereka
untuk berpikir kritis dan 100% siswa mengatakan dengan adanya modul
pembelajaran dan LKS dapat meningkatkan motivasi mereka dalam belajar.
para guru membutuhkan modul pembelajaran budidaya tanaman sangat baik
untuk digunakan untuk membuat siswa lebih aktif dan mandiri.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalah sebagai
berikut:
1.2.1 Bagaimana langkah-langkah atau prosedur pengembangan modul
pembelajaran dan LKS budidaya tanaman berdasarkan pendidikan
emansipatoris untuk siswa kelas IVA di SDN No.071094 Lologolu?
1.2.2 Bagaimana model pembelajaran yang digunakan untuk pengembangan
modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman berdasarkan pendidikan
emansipatoris untuk siswa kelas IVA di SDN No.071094 Lologolu?
1.2.3 Bagaimana deskripsi kualitas modul pembelajaran dan LKS budidaya
tanaman berdasarkan pendidikan emansipatoris untuk siswa kelas IVA di
SDN No.071094 Lologolu?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian pengembangan pengembangan modul pembelajaran
dan LKS budidaya tanaman (pohon karet, pisang, singkong, dan ubi jalar) dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1.3.1 Mendeskripsikan langkah-langkah atau prosedur pengembangan modul
pembelajaran dan LKS budidaya tanaman berdasarkan pendidikan
1.3.2 Mengetahui model pembelajaran yang digunakan untuk pengembangan
modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman berdasarkan pendidikan
emansipatoris untuk siswa kelas IVA di SDN No.071094 Lologolu?
1.3.3 Mendeskripsikan kualitas modul pembelajaran dan LKS budidaya
tanaman berdasarkan pendidikan emansipatoris untuk siswa kelas IVA di
SDN No.071094 Lologolu?
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Peneliti mampu melakukan penelitian pengembangan dengan
menghasilkan produk berupa modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman
yang dapat digunakan untuk siswa SD kelas IVA di SDN No. 071094 Lologolu
Kabupaten Nias Barat.
1.4.2 Bagi Guru
Guru mendapatkan salah satu saran belajar berupa modul pembelajaran dan
LKS budidaya tanaman yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran di kelas
IVA Sekolah Dasar.
1.4.3 Bagi Siswa
Siswa mendapatkan model pembelajaran yang membuatnya banyak aktif, mandiri
dalam menyelesaikan masalah dan siswa bisa belajar dari lingkungan
sekitarnya.
Defenisi operasional dalam penelitian ini adalah:
1.5.1 Modul
Modul adalah salah satu sumber belajar yang dapat digunakan oleh siswa dan
guru.
1.5.2 LKS
LKS adalah lembaran yang berisi petunjuk tentang kegiatan yang akan
dilakukan oleh siswa .
1.5.3 Budidaya Tanaman
Budidaya tanaman adalah usaha terencana pembeliharaan sumber daya hayati
yang dapat bermanfaat dan memberi hasil.
1.5.4 Emansipatoris
Emansipatoris adalah suatu pendidikan yang menekankan masyarakat
demokratis dan adil.
1.6 Spesifikasi Produk
Spesifikasi produk yang akan dihasilkan dalam penelitian ini yaitu bahan
kegiatan pembelajaran IPA berupa sebuah modul pembelajaran dan LKS
budidaya tanaman (pohon karet, pisang, singkong dan ubi jalar). Produk yang
dikembangkan berupa modul pembelajaran dan LKS yang sesuai dengan KTSP.
Modul ini berkaitan dengan materi “Struktur Tumbuhan” yang berisikan cara
kegiatan belajar, alat yan digunakan, kegiatan pembelajaran (yang berisikan
petunjuk observasi dan pertanyaan untuk siswa saat observasi) dan penilaian.
Modul pembelajaran dan LKS ini akan dikembangkan dan pemanfaatan bahan
pembelajaran pada mata pelajaran IPA materi struktur tumbuah pada kelas IVa
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam bab ini akan diuraikan (1) Kajian Pustaka (2) Penelitian yang
Relevan dan (3) Kerangka Berpikir.
2.1 KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 Kepulauan Nias
Nias (bahasa Nias Tano Niha) adalah sebuah pulau yang terletak di
sebelah barat pulau Sumatera, Indonesia. Pulau ini dihuni oleh mayoritas suku
Nias (Ono Niha) yang masih memiliki budaya megalitik. Daerah ini merupakan
objek wisata penting seperti selancar (surfing), rumah tradisional,
penyelaman, fahombo (lompat batu) (Wikipedia.Pulau_Nias.com/11/08/2016).
Kabupaten Nias yang merupakan salah satu wilayah kabupaten di Provinsi
Sumatera Utara yang disebut Pulau Nias. Perjalanan menuju Pulau Nias ditempuh
dengan menggunakan kapal laut dan pesawat. Perjalanan menggunakan kapal laut
ditempuh dari pelabuhan Sibolga menggunakan Kapal Barau, Nias Indah dan
Kapal Ferry. Sedangkan perjalanan udara ditempuh dari Bandara Kualanamu
Medan menuju Bandara Binaka Nias kurang lebih 45 menit dengan menggunakan
pesawat Wings Air dan Garuda. Luas Kabupaten Nias adalah 3.495,40 Km² atau
4,88% dari luas wilayah Provinsi Sumatera Utara. Menurut letak geografis,
Kabupaten Nias terletak pada garis 0º12’-1º32’LU (Lintang Utara) dan 97º-98ºBT
Nias saat ini telah menjadi 4 kabupaten dan 1 kota, yaitu Kabupaten Nias,
Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Nias Utara, dan Kota
Gunungsitoli. Pemekaran daerah pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan
pelayan publik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat.
Semangat otonomi daerah dan fenomena keinginan masyarakat pada berbagai
wilayah di Indonesia untuk membentuk daerah otonom baru melalui pemekaran
daerah juga terasa dan menjadi aspirasi masyarakat Nias. Penelitian ini dilakukan
di Nias Barat.
Kabupaten Nias Barat merupakan kabupaten yang baru mekar dari
kabupaten Nias. Kabupaten ini diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Indonesia
Bapak Mardiyanto, pada 26 Mei 2009, sebagai salah satu hasil pemekaran dari
Kabupaten Nias. Kabupaten Nias Barat terletak di sebelah barat Pulau Nias
dengan jarak ± 60 km dari kota Gunungsitoli. Luas wilayah kabupaten Nias Barat
adalah 544,09 km2 (niasbaratkab.go.id diakses 12 Februari 2016). Kabupaten Nias
Barat terdiri dari 8 Kecamatan yaitu Kecamatan Lahomi, Kecamatan Sirombu,
Kecamatan Mandrehe, Kecamatan Mandrehe Utara, Kecamatan Mandrehe Barat,
Kecamatan Moro’o dan Kecamatan Ulu Moro’o, dan Kecamatan Lolofitu Moi.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lologolu, Kecamatan Mandrehe yang
merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Nias Barat.
Lologolu merupakan salah satu desa yang terletak di kecamatan
Mandrehe Kabupaten Nias Barat. Di desa ini terletak sekolah yang digunakan
terkenal di seluruh Nias Barat, karena mereka sering menjadi juara pada
pertandingan sepak bola dan memiliki pasar yang cukup ramai dan besar.
2.1.1.1 Latar Belakang Pendidikan Masyarakat Nias
Latar belakang pendidikan masyarakat Nias secara umum masih berada di
tingkat yang rendah. Ini diakibatkan masih erat nilai adat dari pada pendidikan.
Masyarakat Nias adalah melestarikan nilai-nila adat. Nilai adat inilah yang sering
menghambat niat orangtua dari pada menyekolahkan anaknya, dari pada anaknya
sekolah lebih baik menikah. Selain itu juga orang tua sering membeda-bedakan
antara anak laki-laki dan perempuan. Anak laki-laki selayaknya raja (pewaris)
yang dituruti semua keinginanya dan sering mendapatkan dorongan untuk
kesekolah sedangkan anak perempuan dikhususkan sebagai pekerja yang
membantu Bapak dan Ibunya mencari nafkah. Beberapa tahun terakhir pola pikir
orangtua sudah jauh berbeda dari dulu bahwa anak laki-laki dan perempuan tidak
berbeda harusnya sama-sama berhak mendapatkan pendidikan. Sekarang ini
anak-anak kecil di pulau Nias ingin mendapatkan pendidikan yang baik.
Cita-cita setiap anak pastinya tidak selalu yang mereka inginkan tercapai
karena kondisi ekonomi yang lemah membuat siswa kebanyakan hanya tamat
SMA/SMK dan setelah itu menganggur ataupun merantau ke daerah lain dan
kebanyakan menjadi pekerja kuli. Ini menandakan seolah-olah mereka belum
berpendidikan dan tidak bisa berbuat apa-apa setelah tamat SMA/SMK, padahal
pulau Nias merupakan pulau yang memiliki kekayaan alam. Peneliti melihat
bahwa kejadian ini diakibatkan karena sekolah hanya menuntut siswa
sangat kurang. Sebagai salah satu tindakan yang akan peneliti coba lakukan yaitu
dengan membuat modul pembelajaran dan LKS sehingga siswa mandiri dan
membangun rasa ingin tahu siswa untuk menemukan pengetahuan baru, materi
dalam pembelajaran akan disesuaikan dengan lingkungan siswa.
2.1.1.2 Latar Belakang SD Negeri No. 071094 Lologolu
Pada tahun 1956, SDN No. 071094 Lologolu didirikan oleh Togoli Gulo
sebagai kepala desa Lologolu, yang bertempat di Desa Lologolu, Kecamatan
Mandrehe, Kabupaten Nias Barat, Provinsi Sumatera Utara.
Didirikannya sekolah ini sebagai rasa kasihan kepada masyarakat dimana
pada saat ini sekolah tidak terlalu banyak dan sekolah dasar pada saat itu hanya
ada di Kecamatan jauhnya 8 km dan tidak ada transportasi. Melihat ini beberapa
tokoh Lologolu juga beberapa dari Desa Tuhemberua bekerjasama untuk
membantu berdirinya sekolah dasar ini supaya semua anak bisa mendapatkan
pendidikan minimal pendidikan dasar di sekolah. Karena sekolah ini dibangunan
dari kerjasama dua desa lokasi sekolah pun dikasih di antara desa Lologolu dan
Tuhemberua tetapi alamatnya tetap di Lologolu walaupun lokasinya tanahnya
sebenarnya milik Tuhemberua, karena Bapak Togoli Gulo yang berperan banyak
dan sangat dihargai maka alamat sekolah tetap Lologolu.
Terbentuknya sekolah ini sangat membantu dan senang bisa mendapatkan
dan merasakan pendidikan formal walaupun sekolahnya masih jauh dari sekolah
yang semestinya. Landasan pertama didirikan sekolah ini karena banyaknya
sehingga dengan hal ini beberapa tokoh merasa sangat bertanggung jawab kepada
anggota masyarakat.
2.1.2 Pendidikan Emansipatoris
Pedagogi Ignasian merupakan salah satu bentuk pendidikan emansipatoris.
Winarti (2015:53) dalam buku yang berjudul “Manusia Pembelajar di Dunia Tarik
Ulur” Giroux (2001) bahwa pendidikan emansipatoris dipandang sebagai
pendidikan yang pergerakannya menekankan perwujudan masyarakat yang adil
dan demokratis. Masalah dalam pendidikan di Nias saat ini khususnya Nias Barat
yakni relasi antara sesama manusia, sosio-ekonomis, politik, dan kebudayaan
semakin lama dilupakan. Pendidikan emansipatoris dalam hal ini membantu siswa
menyadari dan menanggapi realitas hidupnya.
Dalam pendidikan emansipatoris menempatkan guru dan siswa keduanya
adalah pembelajar, yang artinya adanya hubungan timbal balik antara guru dan
siswa karena proses belajar mengajar akan efektif jika terjadi dialog diantara
keduanya, maka pemahaman dan pengalaman akan realitas dari kedua pihak akan
berkembang, apabila masing-masing pihak menghargai pihak lainnya. Menurut
Priyani dan Pristinela (2015:36) Dalam proses belajar mengajar, bukan hanya
pengajar yang dipengaruhi oleh perilaku pembelajar, tetapi pembelajar juga
dipengaruhi oleh pribadi pengajar. Dalam hal ini adanya kesetaraan dalam tugas
dan tanggung jawab. Dalam pendidikan emansipatoris, baik guru maupun siswa
keduanya adalah pembelajar (Winarti dan Anggadewi: 2015: 54). Jadi dalam
proses pembelajaran siswa dan guru akan menjadi seperti teman dalam belajar,
Sebagai manusia pembelajar guru dan murid bersama-sama membangun dan
mengembangkan kemampuannya untuk mengerti secara kritis dirinya sendiri dan
dunianya. Dalam pendidikan emansipatoris memiliki kata kunci yang selalu
berkaitan dalam mewujudkan pendidikan ini.
Ada tiga kata kunci pada model pendidikan emansipatoris, yaitu
humanisasi, kesadaran kritis, dan mempertanyakan sistem.
2.1.2.1 Humanisasi
Humanisasi adalah pendidikan yang memanusiakan manusia yang artinya
semakin mengasah akal budi manusia dan mendidik hati nurani. Dalam proses
pembelajaran pendidikan humanisasi bertujuan untuk perubahan dan pertumbuhan
dalam diri peserta didik. Maka pendidikan mempunyai tujuan yang lebih luas dari
pada sekedar perkembangan kognitif. Selaras dengan pendapat Tatang (2012:48)
bahwa pendidikan humanisasi bukan sekedar pengembangan kualitas kognitif,
melainkan juga sebuah prsoses yang terjadi pada diri individu dan melibatkan
seluruh bagian atau domain yang ada. Teori belajar humanisasi berasumsi bahwa
belajar adalah fungsi seluruh kepribadian suatu individu dikarenakan suatu
individu merupakan pribadi yang utuh yang mempunyai kebebasan memilih untuk
menentukan kehidupannya, memiliki keinginan untuk mengetahui sesuatu,
keinginan untuk bereksplorasi dan mengaimilasi pengalaman-pengalamannya.
Menurut Sastrapratedja (2010:25) Pendidikan yang manusiawi dalam
proses belajar-mengajar merupakan suatu traksasi. Pengajar dan pelajar terlibat
dalam suatu proses yang kompleks: memahami kebutuhan akan belajar atau
peserta didik merupakan bagian dari hubungan manusiawi. Proses belajar
mengajar sebagai hubungan manusiawi mempunyai implikasi yang luas bagi
hubungan pendidik dan peserta didik, peran masing-masing, metode mengajar dan
belajar, perencanaan kurikulum, pembinaan kelompok, cara berkomunikasi dan
lain-lain.
2.1.2.2 Kesadaran Kritis
Dalam buku Rahmat Hidayat yang berjudul Pedagogi Kritis: Sejarah,
perkembangan dan pemikiran (2013:7), Vavrus (2007) mengatakan bahwa
pedagogi kritis menawarkan untuk melihat pengajaran dan pembelajaran yang
dapat membawa konsep kunci seperti ideologi, hegemoni, resistensi, kekuasaan,
kontruksi pengetahuan, kelas, politik budaya, dan emansipatoris tindakan. Dalam
buku yang sama Keesing (2003) Pedagogi kritis merupakan respon pendidikan
untuk relasi kekuasan yang menindas dan terjadinya ketidak setaraan dalam
lembaga pendidikan. Pedagogi kritis berfokus pada isu-isu yang berkaitan dengan
kesempatan, suara dan wacana dominan pendidikan dan mencari pengalaman
pendidikan yang lebih adil dan membebaskan. Pedagogi kritis mengajak guru dan
siswa memiliki hubungan sehingga keduanya sama-sama berkembang dalam
dunia nyata. Salah satu caranya yaitu setelah siswa belajar IPA tentang perubahan
lingkungan fisik di sekolah siswa bersama kelompok melakukan sebuah
eksperimen bagaimana proses terjadinya perubahan lingkungan fisik dan
bagaimana cara mencegahnya. Sehingga selesai eksperimen siswa membuat
sebuah kesimpulan tentang proses terjadinya perubahan lingkungan fisik dan cara
fisik secara nyata dan mendiskusikannya dalam kelompok. Kegiatan ini menjadi
bagian refleksi dalam siklus Pedagogi Ignasian. Hasil dari kelompok kemudian
didialogkan di kelas. Ketika pembelajaran menyadari keberadaan dirinya dan
pengalaman dirinya, disinilah pemaknaan hidup terjadi. Dalam proses kesadaran
ini pembelajar akan menemukan berbagai macam pilihan hidup, sehingga benar
bahwa banyak ketidakadilan dalam hidupnya juga benar bahwa ada berbagai
macam pilihan yang jauh lebih ideal dalam hidupnya. Untuk mampu menjadi
pemikir yang kritis, perlu ada dialog alam bentuk mempertanyakan sistem untuk
menemukan realitas (Winarti dan Anggadewi, 2015:54). Berdasarkan defenisi
diatas kesadaran kritis dapat dilakukan lewat pembelajaran secara lansung dan
nyata oleh siswa sehingga menemukan suatu pengetahuan baru.
2.1.2.3 Mempertanyakan Sistem
Guru dan siswa sama-sama pembelajara. Ketika terjadi dialog antara
keduanya, maka pemahaman dan pengalaman akan realitas dari kedua belah pihak
pun berkembang (Winarti dan Anggadewi, 2015:54). Dengan adanya dialog
secara langsung terjadi pula transformasi pengetahuan yang sebenarnya bersifat
politis. Dialog dalam hal ini adalah suatu percakapan yang yang dilakukan oleh
pihak guru dan siswa yang menghasilkan suatu kesimpulan yang baru, lebih baik
dan sesuai dengan kehidupan nyata. Dari pemahaman baru tersebut, maka kedua
pembelajar akan menjadi teman yang secara berrsama-sama memberdayakan satu
sama lain. Dialog dalam pendidikan emansipatoris mengambil tema nyata dalam
kehidupan sehari-hari pembelajar.
Peneliti membahas dua hal dalam IPA yaitu kakikat IPA, pendidikan IPA
SD, dan materi.
2.1.3.1 Hakikat IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memegang peranan yang sangat penting
dan alam kehidupan manusia. Hal ini disebabkan karena kehidupan kia yang
tergantung dari alam, zat-zat yang tergantung di alam, dan segala jenis gejala yang
terjadi di alam.
Menurut Wisudawati (2013:22) IPA merupakan rumpun ilmu, memiliki
karakteristik khusus yaitu mempelajari fenomena alam yang faktual (facual), baik
berupa kenyataan (reality) atau kejadian (events) dan hubungan sebab akibatnya.
Dalam pembelajarannya, IPA akan membahas tentang hubungan yang terjadi
pada fenomena yang terjadi dan sebab akibatnya pada manusia.
Samatowa (2011:3) ilmu pengetahuan alam merupakan terjemahan dari
kata bahasa inggris yaitu natural science, artinya ilmu pengetahuan alam (IPA).
Berhubungan dengan alam atau bersakut paut dengan alam, scienci artinya ilmu
pengetahuan. Jadi ilmu pengetahuan alam (IPA) atau science itu pengertiannya
dapat disebuat sebagai ilmu tentang alam. Ilmu yang mempelajari
peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini. Selaras dengan pendapat Kemala (2006) IPA
merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasi
pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan dan
memiliki sikap ilmiah.
IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis
manusia atau para ahli. IPA merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari
fenomena-fenomena alam dan dikembangkan berdasrkan percobaan (induktif)
namun pada perkembangan selanjutnya IPA juga diperoleh dan dikembangkan
berdasarkan teori (deduktif). IPA didefenisikan sebagai sekumpulan pengetahuan
tentang objek dan peristiwa alam yang diperoleh dari hasil pemikiran da
penelitian para ilmuan yang dilakukan dengan kecakapan bereksperimen dengan
menggunakan metode ilmiah. Dengan demikian, pada hakikatnya IPA merupakan
ilmu pengetahuan gejala-gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep,
prinsip dan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suau rangkaian kegiatan
dalam metode ilmiah.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA adalah
sekumpulan pengetahuan tentang objek, peristiwa alam, konsep, prinsip yang
didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia.
2.1.3.2 Pendidikan IPA SD
Menurut Samatowa (2011:5-6) IPA sebagai disiplin ilmu dan
penerapannya dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting,
sebab IPA memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih
keterampilan-keterampilan proses IPA dan yang perlu dimodifikasi sesuai dengan tahap
perkembangan kognitifnya.
Proses pembelajaran IPA menitik beratkan pada suatu proses penelitian.
Hal ini terjadi ketika belajar IPA mampu meningkatkan proses berpikir peserta
didik untuk memahami fenomena-fenomena alam. Dengan demikian, proses
pembelajaran IPA seperti ini akan melatih anak untuk berpikir kritis dan objektif.
Pengetahuan yang benar berarti pengetahuan yang dibenarkan menurut tolak ukur
kebenaran ilmuan, yaitu rasional dan objektif. Objektif artinya sesuai dengan
objeknya, sesuai dengan faktanya atau sesuai dengan pengalaman pengamatan
melalui panca indera.
Menurut Wisudawati (2014:10) Konsep IPA merupakan suatu konsep
memerlukan penalaran dan proses mental yang kuatpada seorang peserta didik.
Proses mental peserta didik dalam pembelajaran IPA merupakan kemampuan
mengintegrasikan pengetahuan/skema kognitif peserta didik yang tersusun dari
atribut-atribut dalam bentuk keterampilan dan nilai untuk mempelajari
fenomena-fenomena alam.
Sebagai guru harus mengetahui bahwa profesionalisme seorang guru
bukan hanya ditentukan pada kemampuannya memahami dan menyampaikan
ilmu pengetahuan tetapi juga kemampuannya melaksanakan pembelajaran yang
menarik dan bermakna pada siswa terlebih pada konsep IPA. Dalam mengajarkan
konsep IPA, seorang guru harus menata materi yang akan diberikan kepada siswa
agar terintegrasi dengan aplikasi yang ada dijumpai peserta didik.
Menurut Putra (2013:40) pendidikan IPA di sekolah dasar bermanfaat bagi
siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan IPA
menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung kepada siswa untuk
mengembangkan kompetensi agar mampu menjelajahi dan memahami alam
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan IPA
sangatlah penting, pendidikan IPA dapat melatih anak berpikir kritis dan objektif
dan setiap guru harus menata materi yang akan diberikan kepada peserta didik
agar terintegrasi dengan aplikasi yang dijumpai peserta didik, dan guru harus
paham akan pentingnya IPA diajarkan di sekolah dasar.
2.1.4 Kurikulum KTSP
Kurikulum mengemban peranan yang sangat penting bagi pendidikan
siswa dan sebagai bagian dalam tercapainya tujuan pendidikan. Mulyasa (2006)
mengatakan bahwa kurikulum merupakan seperangkat rencana dan aturan
mengenai tujuan, kompetensi dasar, materi standar, hasil belajar, dan cara yang
digunakan sebagai acuan dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai
kompeensi dasar dan tujuan dari pendidikan tersebut. Kurikulum merupakan
elemen penting yang memberi kontribusi demi mewujudkan perkembangan
kualitas dan potensi siswa (Permendikbud: 2014). Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum yang kita andalkan untuk mencapai
tujuan pendidikan sampai saat ini.
KTSP mulai berlaku mulai 2006. KTSP adalah hasil perbaikan dari
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah diuji coba kelayakannya
secara publik, melalui beberapa sekolah yang dijadikan sasaran proyek. Menurut
Susilo (2006) KTSP merupakan suatu konsep yang menawarkan otonomi pada
sekolah untuk menentukan kebijaksanaan sekolah dalam rangka meningkatkan
mutu, dan efisiensi pendidikan agar dapat memodifikasi keinginan masyarakat
dan pemerintahan dalam membentuk peserta didik. Kurikulum operasional yang
dikembangkan oleh satuan pendidikan dengan memerhatikan kaakteristik dan
perbedaan daerah (desentralistik), (Sanjaya:2008). Tujuan KTSP adalah
menanamkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan pendidikan lanjut (Trianto: 2009).
Pembelajaran yang cocok untuk anak Indonesia yang memiliki kondisi,
karakteristik dan sikap budaya yang berbeda-beda adalah belajar melalui
pengalaman langsung (Learning by doing). Pembelajaran ini akan memperkuat
daya ingat siswa dan biayannya yang sangat murah sebab menggunakan alat-alat
dan media belajar yang ada dilingkungan siswa sendiri.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa KTSP merupakan sebagai
bagian yang dalam meningkatkan mutu sekolah, dan efisiensi pendidikan dengan
memperhatikan karakteristik, perbedaan daerah dan membuat pembelajaran yang
memperkuat daya ingat siswa dengan pengalaman langsung dengan tujuan untuk
menanamkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri.
2.1.5 Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin, yang merupakan bentuk jamak dari
kata medium, yang berarti sesuatu yang terletak ditengah (antara dua pihak atau
kutub) atau suatu alat (Anita 2010:4). Definisi ini sejalan dengan definisi yang
diantaranya disampaikan oleh Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan
(Association of Education and Communication Technology/AECT) di Amerika,
menyalurkan pesan/informasi. Menurut Munadi (2010:7-8) media pembelajaran
adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari
sumber secara terencana sehingga tecipta lingkungan belajar yang kondusif di
mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.
Fungsi media pembelajaran yaitu sebagai pembawa informasi dan
pencegah terjadinya hambatan proses pembelajaran, sehingga informasi atau
pesan dari komunikator dapat sampai kepada komunikan secara efektif dan efisien
(Mudlofir dan Rusydiyah, 2016:133).
Tujuan media pembelajara (Sanaky, 2013:6) antara lain: Pertama,
mempermudah proses pembelajaran dikelas. Kedua, meningkatkan efisiensi
proses pembelajara. Ketiga, menjaga relevansi antara materi pelajaran dengan
tujuan belajar. Keempat, membantu konstentrasi pembelajaran dalam proses
pembelajaran.
Manfaat media pembelajaran bagi siswa dalam Sanaky (2013:7) adalah:
Pertama, meningkatkan motivasi belajar siswa. Kedua, memberikan dan mengikatkan variasi belajar bagi siswa. Ketiga, memudahkan siswa untuk belajar.
Keempat, merangsang siswa untuk berfikir dan beranalisis. Kelima, pembelajaran dalam kondisi dan situasi belajar yang menyenangkan dan tanpa tekanan.
Keenam, siswa dapat memahami materi pelajaran secara sistematis yang disajikan.
2.1.6 Modul
Istilah modul dipinjam dari dunia teknologi. Modul adalah alat ukur yang
lengkap). Menurut Sakiman (2012:132) modul adalah paket program yang
disusun secara terencana dalam bentuk satuan tertentu guna membantu peserta
didik secara individual dalam mencapai tujuan belajar. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia modul adalah unik kecil dari suatu pemebelajaran yang
beroperasi sendiri (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2002: 662). Modul pada
dasarnya adalah sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan bahasa
yang mudah dipahami oleh peserta didik sesuai tingkat pengetahuan dan usia
mereka, agar mereka dapat belajar sendiri (mandiri) dengan bantuan atau
bimbingan yang minimal dari pendidikan (Prastowo, 2013:106. Dari beberapa
presepsi diatas peneliti menyimpulkan bahwa modul adalah salah satu bahan
pembelajaran terencana yang memudahkan peserta didik dalam mencapai tujuan
belajar.
Menurut Prastowo (2014:210-211) modul mempunyai empat fungsi
sebagai berikut: Pertama, bahan ajar mandiri maksudnya meningkatkan
kemampuan siswa untuk belajar sendiri tanpa tergantung pada kehadiran pendidik
(guru). Kedua, pengganti fungsi pendidik, maksudnya bahan ajar yang mampu
menjelaskan materi pembelajaran dengan mudah dan baik dipahami oleh siswa
sesuai tingkat pengetahuan dan usianya. Ketiga, sebagai alat evaluasi maksudnya
dengan modul siswa dituntut dapat mengukur dan menilai sendiri tingkat
penguasaanya terhadap materi yang telah dipelajari. Keempat, sebagai bahan
rujukan bagi siswa maksudnya karena modul mengandung berbagai materi yang
siswa.
Penyusunan atau pembuatan modul dalam kegiatan pembelajaran
mempunyai lina tujuan, sebagai berikut: Pertama, agar siswa dapat belajar secara
mandiri tanpa, atau, dengan bimbingan pendidik (yang minimal). Kedua, agar
peran pendidik tidak terlalu dominan dan otoriter dalam kegiatan pembelajara.
Ketiga, melatih kejujuran siswa. Keempat, mengakomodasi berbagai tngkat dan kecepatan belajar siswa. Kelima, agar siswa mampu mengukur swndiri tingkat
penguasaan materi yang telah dipelajarinya.
Modul memiliki empat macam kegunaan dalam proses pembelajaran,
seperti diungkapkan Andriani dan Andi Prastowo, yaitu: Pertama, modul sebagai
penyedia informasi dasar. Kedua, modul sebagai bahan instruksi atau petunjuk
bagi siswa. Ketiga, modul sebagai bahan pelengkap dengan ilustrasi dan foto yang
komunikatif. Keempat, modul bisa menjadi petunjuk mengajar yang efektif bagi
pendidik dan menjadi bahan utuh berlatih siswa dalam melakukan penilaian
sendiri (self-assesment).
2.1.6.2 Karakteristik Modul
Dalam menghasilkan modul yang mampu meningkatkan motivasi
penggunanya, modul harus mencakup beberapa karakteristik tertentu.
Karakteristik pengembangan modul antara lain sebagai berikut: Pertama, self
instructional. Melalui modul, peserta didik mampu belajar mandiri dan tidak tergantung pada pihak lain. Kedua, self contained. Seluruh materi pembelajaran
secara utuh. Ketiga, stand alone. Modul yang dikembangkan tidak tergantung
pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media lain.
Keempat, yaitu adaptive. Modul hendaknya memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Kelima, adalah user friendly. Modul
hendaknya juga memenuhi kaidah user friendly atau muda digunakan oleh peserta
didik seperti penggunaan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti,
(Sukiman 2012:133).
Berdasarkan kelima karakteristik modul tersebut peneliti menyimpulkan
bahwa materi atau kegiatan dalam modul harus sesuai dengan pemahaman peserta
didik, mampu mebuat siswa lebih mandiri dan menggunakan bahasa yang mudah
dipahami sehingga ia dapat mencapai tujuan belajar.
2.1.6.3 Keuntungan dan Kelebihan Penggunaan Modul
Menurut Susyaningsih, 2010:31 bahwa beberapa keuntungan yang
diperoleh dari pembelajaran dalam penerapan modul antara lain meliputi:
Pertama, meningkatkan motivasi siswa, karena setiap kali mengerjakan tugas pelajaran yang dibatasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuannya. Kedua,
setelah dilakukan evaluasi, guru dan siswa mengetahui benar, pada modul yang
mana siswa telah berhasil dan pada modul yang mana yang mereka belum
berhasil. Ketiga, bahan pelajaran terbagi lebih merata dalam satu semester.
Adapun kekurangan dalam penggunaan modul Suparman (1993:197) yang
mengungkapkan bahwa bentuk kegiatan pembelajaran yang menggunakan modul
memilikikeurangan-kekurangan antara lain: biaya pengembangan bahan tinggi
dan waktu dibutuhkan lama, menentukan displin belajar yang tinggi,
membutuhkan ketekunan yang tinggi dari fasilitator untuk terus menerus
memantau proses belajar siswa, memberi motivasi dan konsultasi secara individu
setiap waktu siswa membutuhkannya.
2.1.7 LKS
2.1.7.1 Pengertian LKS
LKS (Lembar Kerja Siswa) merupakan materi ajar yang sudah dikemas
sedemikian rupa sehingga siswa diharapkan dapat mempelajari materi ajar
tersebut secara mandiri, Mudlufir dan Rusydiyah (2016: 43). Pendapat lain oleh
Trianto (2010: 212), lembar kerja siswa adalah lembaran yang berisikan pedoman
bagi siswa untuk melakukan kegiatan yang sudah diprogramkan. Selaras dengan
itu dalam Depdikbud (dalam Trianto 2010: 212) mengatakan lembar kerja yang
digunakan sebagai alat untuk mengaktifkan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Kegiatan dalam lembar kerja siswa dapat berupa pengamatan, eksperimen, dan
pengajuan pertanyaan. Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa lembar kerja siswa
mempunyai hubungan yang erat dengan model pembelajaran yang akan
digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan pengertian LKS tersebut, pada dasarnya sudah dapat diterka apa saja
fungsinya dalam kegiatan pembelajaran tematik. Berikut ini merupakan fungsi
dari LKS yaitu Pertama, LKS sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran
pendidik namun lebih mengaktifkan siswa. Kedua, LKS sebagai bahan ajar yang
mempermudah siswa untuk memahami materi yang diberikan. Ketiga, LKS
sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih. Keempat, LKS
mempermudah pelaksanaan pengajaran kepada siswa.
Tujuan penyusunan LKS yaitu: menyajikan bahan ajar yang memudahkan
siswa untuk berinteraksi dengan materi yang diberikan, menyajikan tugas-tugas
yang meningkatkab penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan, melatih
kemandirian belajar siswa, dan memudahkan pendidik dalam memberikan tugas
kepada siswa, Adriani (dalam Andi, 2014:270).
LKS memiliki banyak manfaat bagi pembelajaran tematik, diantaranya
melalui LKS salah satunya kita dapat memancing siswa agar secara aktif terlibat
dalam kegiatan pembelajaran.
2.1.8 Budidaya Tanaman
Dalam pertanian budidaya merupakan kegiatan terencana pemeliharaan sumber
daya hayati yang dilakukan pada suatu areal lahan untuk diambil manfaat/hasil
panennya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, budidaya adalah "usaha yg
2.2 Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dibagi dalam dua penelitian yaitu penelitian yang
berhubungan dengan modul pembelajaran dan LKS.
2.2.1 Penelitian yang berhubungan dengan modul pembelajaran Berikut ini adalah penelitian yang relevan yang telah dilakukan peneliti
sebelumnya
Rismawati Halawa (2012) dalam penelitiannya yang berjudul
“Pengembangan Modul Tanaman Obat Untuk Pendidikan Konservasi Lingkungan
Di Kelas V SDN No 075046 Lolofitu Kabupaten Nias Barat”. Populasi dalam
penelitian ini siswa kelas V (lima) sekolah dasar di SDN No. 075046 lolofitu
Kabupaten Nias Barat Berjumlah 27 siswa dan 3 orang Guru. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian dan pengembangan (R&D). Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner. Validasi dilakukan oleh 2 pakar
yaitu Dosen ahli biologi dan dosen ahli bahasa indonesia.
Rosa De Shinta Anggraeni (2015) dalam penelitiannya yang berjudul
“Pengembangan Modul Praktikum Ipa Sebagai Suplemen Kuriulum 2013 Untuk
mendorong Siswa Kelas IV Berpikir”. Lokasi penelitian dilaksanakan di SD
Tarakanita Bumijo Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
dan pengembangan (R&D). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
Theresia Dwi Kurniawati (2016) dalam penelitiannya yang berjudul
“pengembangan Modul Praktikum IPA Sebagai Suplemen Kurikulum 2013 Untuk
Mendorong Siswa Kelas IV Berpikir Kritis”. subjek penelitian ini siswa kelas IV
SD Kanisius Ganjuran Yang berjumlah 21 siswa. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian dan pengembangan (R&D). Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini berupa kuesioner. Validasi dilakukan oleh pakar bahasa indonesia
dan Pakar IPA.
2.2.2 Penelitian yang berhubungan dengan LKS
Veronika Tokan (2016) dengan judul “Pengembangan LKS Berbasis
Kecerdasan Ganda Pada Subtema Keindahan Alam Negeriku Untuk Siswa Kelas
IV Sekolah Dasar”. Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan sebuah
produk berupa Lembar Kerja Siswa Berbasis Kecerdasan Ganda dan Untuk
mengetahui Kualitas Lembar Kerja Siswa Berbasis Kecerdasan Ganda.
Pengambilan data diperoleh dari hasil wawancara analisis kebutuhan dan
kuesioner. Validasi dua pakar LKS menghasilkan skor rata-rata 4,15 (Baik) dan
4,10 (baik). Validasi yang dilakukan oleh dua guru kelas IV SD menghasilkan
skor rat-rata 4,55 (Sangat Baik) dan 4,00 (Baik). Dengan demiian LKS yang
dikembangkan sudah layak digunakan dalam proses kegiatan belajar mengajar di
sekolah yang telah menerapkan kurikulum 2013 khususnya untuk kelas IV
(empat) sekolah dasar.
Rambu Widyanti Wulu Ata (2016) dengan judul “ Pengembangan Lembar
Lingkungan Rumah Untuk Siswa Kelas II SD Kalasan 1” Tujuan utama dalam
penelitian ini adalah menghasilkan suatu produk berupa lembar kerja siswa
mengacu pada kurikulum SD 2013 dan menggunakan pendekatan tematik
integratif, pendekatan saintifik, dan penilaian autentik dalam setiap
pembelajarannya. Pengambilan data diperoleh dari daftar pertanyaan wawancara
analisis kebutuhan dan kuesioner. Validasi ahli LKS menhasilkan skor 4 (Baik)
dan 4 (Baik), dua guru kelas II SD menghasilkan skor 3,43 (Baik) dan 3,43
(Baik). Lembar kerja siswa ini memperoleh reta-rata skor 3.71 cengan kategori
“Baik”. Dengan demikian lembar kerja siswa menggunakan pendekatan saintifik
mengacu kurikulum 2013, yang dikembangkan sudah layak digunakan sesuai
dengan saran dan komentar yang diberikan.
Sustiana Irna (2016) dengan judul “Pengembangan LKS Berbasis
Kecerdasan Ganda Pada Subema Kebersamaan Dalam Keberagaman Untuk Siswa
Kelas Empat (IV) Sekolah Dasar”. Tujuan penelitian ini adalah menhasilkan suatu
produk berupa LKS berbasis kecerdasan ganda pada subtema kebersamaan dalam
keberagaman untuk siswa kelas IV sekolah dasar. Pengambilan data diperoleh
dari daftar pertanyaan wawancara analisis kebutuhan dan kuesioner. Hasil validasi
dua ahli LKS berbasis kecerdasan ganda menghasilkan skor 3,85 (Baik) dan 3,95
(Sangat Baik). Validasi dari kedua guru kelas IV SD menghasilkan skor 4,0
(Baik) dan 5,05 (Baik). Hal ini menunjukkan LKS berbasis kecerdasan ganda
yang dikembangkan sudah layak digunakan untuk uji coba dalam kegiatan
2.3 Desain Diagram 075046 Lolofitu Kabupaten Nias Barat. Hasil uji coba kualitas modul tanaman obat yang memperoleh skor rata-rata 4.55 yang bererti sangat baik dan sangat layak digunakan.
Kurniawati, Theresia Dwi (2016) pengembangan Modul Praktikum IPA Sebagai Suplemen Kurikulum 2013 Untuk Mendorong Siswa Ipa Sebagai Suplemen Kuriulum 2013 Untuk mendorong Siswa Kelas IV Berpikir. Hasil kualitas modul praktikum IPA pada uji coba produk dengan 5 siswa mendapat hasil presentasi 78,33% dan uji coba produk pada kelas mendapat hasil 73.09% berkualitas sangat baik dan layak digunakan.
Irna, Sustiana (2016) Pengembangan LKS Berbasis Kecerdasan Ganda Pada Subema Kebersamaan Dalam Keberagaman Untuk Siswa Kelas Empat (IV) Sekolah Dasar. LKS berbasis kecerdasan ganda tersebut menghasilkan skor 3,96 dari rentang skor 1-5 dan termasuk dalam kategori
“Baik”.
Ata, Rambu Widyanti Wulu (2016) Pengembangan Lembar Kerja Siswa Menggunakan Pendekatan Saintifi Pada Subtema Bermain d Lingkungan Rumah Untuk Siswa Kelas II SD Kalasan 1. Lembar Kerja Siswa menggunakan pendekatan saintifik mengacu Kurikulum 2013, yang dikembangkan sudah layak digunakan sesuai dengan saran dan komentar yang diberikan.
Tokan, Veronika (2016) Pengembangan LKS Berbasis Kecerdasan Ganda Pada Subtema Keindahan Alam Negeriku Untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar. LKS yang dikembangkan sudah layak digunakan dalam proses kegiatan belajar mengajar di sekolah yang telah menerapkan kurikulum 2013 khusunya untuk kelas IV (empat) sekolah dasar.
Pengembangan Modul Pembelajaran dan LKS Budidaya Tanaman (Pohon Karet, Pisang, Singkon, dan Ubi Jalar) untuk Siswa Kelas IVa SD
2.4 Kerangka Berpikir
Pendidikan Emansipatoris merupakan suatu pendidikan yang menekankan
masyarakat demokratis dan adil. Pendidikan kita saat ini memiliki masalah, yakni
relasi antar manusia, sosio-ekonomis, politik, dan kebudayaan. Pendidikan
emansipatoris berpeluang membantu siswa untuk menyadari dan mampu
menanggapi realitas hidupnya. Dalam pendidikan sekolah Yesuit, Pedagogi
Ignasian memiliki potensi menjadi pendidikan emansipatoris. Penerapan model
pendidikan ini tidak hanya memberikan sebuah kontribusi kepada para guru dan
juga kepada siswa. Melalui kegiatan pembelajaran inilah guru mendampingin dan
membantu siswa untuk menyadari keberadaan dirinya dalam konteks tertentu.
Dalam pendidikan emansipatoris menempatkan guru dan siswa keduanya adalah
pembelajar, yang artinya adanya hubungan timbal balik antara guru dan siswa
karena proses belajar mengajar akan efektif jika terjadi dialog diantara keduanya,
maka pemahaman dan pengalaman akan realitas dari kedua pihak akan
berkembang, apabila masing-masing pihak menghargai pihak lainnya.
Dalam lingkungan alam terdapat banyak jenis tanaman dan tumbuhan.
Tanaman dan tumbuhan tersebut seringkali kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari. Ada banyak fungsi tanaman dan tumbuhan khususnya tanaman yaitu (1)
pohoh karet ( getah) dapat dijual dan menghasilkan uang, dijadikan sebagai tikar
karet, karet gelang, ban motor, dan sebagainya. (2) pisang dapat dijadikan sebagai
sebagai keripik pisang, direbus untuk makanan keluarga, sedangkan daunya
dijadikan sebagai bungkusan makanan,batangnya dapat dijadikan sebagai