• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman berdasarkan pendekatan Pendidikan Emansipatoris untuk siswa kelas IVA SDN No. 071094 Lologolu Kabupaten Nias Barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman berdasarkan pendekatan Pendidikan Emansipatoris untuk siswa kelas IVA SDN No. 071094 Lologolu Kabupaten Nias Barat."

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

Gulo, Firminus. 2016. Pengembangan Modul Pembelajaran dan LKS Budidaya Tanaman Berdasarkan Pendekatan Pendidikan Emansipatoris untuk Siswa Kelas IVA SDN No. 071094 Lologolu Kabupaten Nias Barat. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan yang didasari dengan analisis kebutuhan. Analisis tentang sekolah adalah sekolah menjadi wadah pembentukan siswa. Analisis tentang pribadi siswa adalah: siswa memiliki semangat dalam mendapatkan pendidikan. Dari hasil analisis kebutuhan di SDN No. 071094 Lologolu tersebut, peneliti mendapatkan data jika siswa dan guru membutuhkan modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman. Oleh karena itu, peneliti terdorong untuk mengembangkan produk berupa modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman berdasarkan pendekatan emansipatoris. Pendidikan emansipatoris dibagi dalam tiga poin, meliputi: pertama humanisasi menempatkan siswa sebagai manusia dalam kegiatan pembelajaran serta mengasah akal budi serta hati nurani yang bertujuan untuk petumbuhan dan perubahan dalam diri siswa, kedua kesadaran kritis mengajak guru dan siswa memiliki hubungan sehingga keduanya sama-sama berkembang dalam dunia nyata, ketiga mempertanyakan sistem guru dan siswa sama-sama makluk pembelajar sehingga kedua pihak berkembang bersama.

Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development atau R&D). Penelitian ini menggunakan 11 tahapan yang diadaptasi dari Oliva, Tyler dan Sugiyono yang meliputi: (1) studi dokumen kurikulum (2) pribadi siswa (3) SK dan KD (4) indikator (5) tujuan (6) materi pembelajaran (7) kegiatan pembelajaran (8) pengumpulan data (9) desain produk (10) validasi desain dan (11) uji coba produk. Tujuan penelitian ini adalah menguraikan prosedur pengembangan modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman, mengetahui model pembelajaran yang digunakan untuk pengembangan modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman serta mendeskripsikan kualitas modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman (pohon karet, pisang, singkong, dan ubi jalar). Modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman telah divalidasi oleh validator ahli bahasa dan IPA dengan rata-rata 4.10 (baik), sehingga layak digunakan.

Uji coba dilakukan pada kelas IVa di SDN No. 071094 Lologolu Kabupaten Nias Barat dengan jumlah responden 25 siswa. Hasil persepsi siswa terhadap kualitas modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman yang dikembangkan sangat baik dan sangat layak digunakan. Hal ini dapat dilihat pada hasil uji coba kualitas modul tanaman obat yang memperoleh skor rata-rata 4.33 yang berarti sangat baik dan sangat layak digunakan. Dengan demikian modul pembelajaran dan LKS pendidikan emansipatoris membantu siswa mengetahui cara membudidayakan tanaman.

(2)

Gulo, Firminus.2016. the development of learning module and students work sheet plants cultivation based on emancyphatoris teaching approach toward the students of grade IVA SDN No.071094 Lologolu West Nias Regency. Thesis. Yogyakarta Sanata Dharma University.

This research is the research and development which is based on requirement analysis. Analysis toward school is that the school as the place for students formation. Analysis toward students’ self is that students have spirit in accessing the education. From requirement analysis at SDN No.071094 Lologolu West Nias Regency above, the researcher found that if teacher and student need the product of learning module and student work sheet which is related to students’ self area. That’s why, the researcher is motivated to develop the product in form of learning module and student work sheet plant cultivation (rubber tree,banana,cassava and sweet potato) based on emancyphatoric approach.

Kind of research is research and development or R&D. This research use 11 phases adopted from Oliva, Tyler and Sugiono include (1) the study of curriculum document (2) students’self (3) standard competence and basic competence (4) indicator (5) objective (6) learning materials (7) learning activity (8) data collecting (9) product design (10) design validation (11) product experimenting. The objective of this researh is to elaborate the procedure development of learning module and student work sheet plant cultivation and so the description of learning module quality and plants cultivation (rubber tree,banana,cassava and sweet potato). Learning module and student work sheet have been validated by validator linguist and scientist with the average 4.10 ( good), that’s why it is reasonable to be used.

The experiment was doone at grade IVA SDN No.071094 Lologolu West Nias Regency with the number of respondent were 25 students. The result of students’ perception toward the quality of learning module and student work sheet plant cultivation which was developed was very good and reasonable to use. This can be seen at the experimenting result on the quality of learning module and student work sheet plant cultivation which got average score 4.33 meaning very good and reasonable to use. In brief learniing module and student work sheetplants cultivation based on emanchyphatoric teaching helped students knowing ways to cultivate plants.

(3)

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN DAN LKS

BUDIDAYA TANAMAN BERDASARKAN

PENDEKATAN PENDIDIKAN EMANSIPATORIS UNTUK

SISWA KELAS IVA SDN No. 071094 LOLOGOLU

KABUPATEN NIAS BARAT

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

FIRMINUS GULO

NIM: 121134181

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan Karya ini Untuk:

1.Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang senantiasa setia menyertai dan

memberi kekuatan jasmani dan rohani

2.Keluarga saya: Kedua Orang Tua saya, Nenek dan Saudara/Saudari yang

senantiasa memberikan doa, dukungan, semangat, motivasi, dan kasih sayang

yang tulus.

3.Pemerintah Kabupaten Nias Barat yang telah memberikan beasiswa dan

perhatian kepada peneliti selama perkuliahan.

4.Almamaterku tercinta: Universitas Sanata Dharma

(7)

MOTTO

“Marilah kepada Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu”

(Matius 11:8)

“Anda tak perlu menjadi lebih baik dari pada orang lain, Anda hanya perlu menjadi lebih baik dari pada diri anda sebelumnya ”

(Wayne Dyer)

“Anda hanya perlu meyakini apa yang anda pilih” (Firminus Gulo)

(8)
(9)
(10)

ABSTRAK

Gulo, Firminus. 2016. Pengembangan Modul Pembelajaran dan LKS Budidaya Tanaman Berdasarkan Pendekatan Pendidikan Emansipatoris untuk Siswa Kelas IVA SDN No. 071094 Lologolu Kabupaten Nias Barat. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan yang didasari dengan analisis kebutuhan. Analisis tentang sekolah adalah sekolah menjadi wadah pembentukan siswa. Analisis tentang pribadi siswa adalah: siswa memiliki semangat dalam mendapatkan pendidikan. Dari hasil analisis kebutuhan di SDN No. 071094 Lologolu tersebut, peneliti mendapatkan data jika siswa dan guru membutuhkan modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman. Oleh karena itu, peneliti terdorong untuk mengembangkan produk berupa modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman berdasarkan pendekatan emansipatoris. Pendidikan emansipatoris dibagi dalam tiga poin, meliputi: pertama humanisasi menempatkan siswa sebagai manusia dalam kegiatan pembelajaran serta mengasah akal budi serta hati nurani yang bertujuan untuk petumbuhan dan perubahan dalam diri siswa, kedua kesadaran kritis mengajak guru dan siswa memiliki hubungan sehingga keduanya sama-sama berkembang dalam dunia nyata, ketiga mempertanyakan sistem guru dan siswa sama-sama makluk pembelajar sehingga kedua pihak berkembang bersama.

Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development atau R&D). Penelitian ini menggunakan 11 tahapan yang diadaptasi dari Oliva, Tyler dan Sugiyono yang meliputi: (1) studi dokumen kurikulum (2) pribadi siswa (3) SK dan KD (4) indikator (5) tujuan (6) materi pembelajaran (7) kegiatan pembelajaran (8) pengumpulan data (9) desain produk (10) validasi desain dan (11) uji coba produk. Tujuan penelitian ini adalah menguraikan prosedur pengembangan modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman, mengetahui model pembelajaran yang digunakan untuk pengembangan modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman serta mendeskripsikan kualitas modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman (pohon karet, pisang, singkong, dan ubi jalar). Modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman telah divalidasi oleh validator ahli bahasa dan IPA dengan rata-rata 4.10 (baik), sehingga layak digunakan.

Uji coba dilakukan pada kelas IVa di SDN No. 071094 Lologolu Kabupaten Nias Barat dengan jumlah responden 25 siswa. Hasil persepsi siswa terhadap kualitas modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman yang dikembangkan sangat baik dan sangat layak digunakan. Hal ini dapat dilihat pada hasil uji coba kualitas modul tanaman obat yang memperoleh skor rata-rata 4.33 yang berarti sangat baik dan sangat layak digunakan. Dengan demikian modul pembelajaran dan LKS pendidikan emansipatoris membantu siswa mengetahui cara membudidayakan tanaman.

(11)

ABSTRACT

Gulo, Firminus.2016. the development of learning module and students work sheet plants cultivation based on emancyphatoris teaching approach toward the students of grade IVA SDN No.071094 Lologolu West Nias Regency. Thesis. Yogyakarta Sanata Dharma University.

This research is the research and development which is based on requirement analysis. Analysis toward school is that the school as the place for

students formation. Analysis toward students’ self is that students have spirit in accessing the education. From requirement analysis at SDN No.071094 Lologolu West Nias Regency above, the researcher found that if teacher and student need the product of learning module and student work sheet which is related to students’ self area. That’s why, the researcher is motivated to develop the product in form of learning module and student work sheet plant cultivation (rubber tree,banana,cassava and sweet potato) based on emancyphatoric approach.

Kind of research is research and development or R&D. This research use 11 phases adopted from Oliva, Tyler and Sugiono include (1) the study of

curriculum document (2) students’self (3) standard competence and basic

competence (4) indicator (5) objective (6) learning materials (7) learning activity (8) data collecting (9) product design (10) design validation (11) product experimenting. The objective of this researh is to elaborate the procedure development of learning module and student work sheet plant cultivation and so the description of learning module quality and plants cultivation (rubber tree,banana,cassava and sweet potato). Learning module and student work sheet have been validated by validator linguist and scientist

with the average 4.10 ( good), that’s why it is reasonable to be used.

The experiment was doone at grade IVA SDN No.071094 Lologolu West Nias Regency with the number of respondent were 25 students. The

result of students’ perception toward the quality of learning module and student

work sheet plant cultivation which was developed was very good and reasonable to use. This can be seen at the experimenting result on the quality of learning module and student work sheet plant cultivation which got average score 4.33 meaning very good and reasonable to use. In brief learniing module and student work sheetplants cultivation based on emanchyphatoric teaching helped students knowing ways to cultivate plants.

(12)

PRAKATA

Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala berkatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang

berjudul “

Pengembangan Modul Pembelajaran dan LKS Budidaya

Tanaman Berdasarkan Pendekatan Pendidikan Emansipatoris

untuk Siswa Kelas IVa SDN No. 071094 Lologolu Kabupaten Nias

Barat

”. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Selain itu diharapkan dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa Universitas Sanata Dharma, dan penulis sendiri.

Selama penulisan skripsi ini, penulis telah dapat mendapat dorongan dan

bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk

itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan

penghormatan kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma.

2. Ibu Chirtiyanti Aprinastuti., S.Si., M.Pd., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. Ibu Eny Winarti, Ph.D., selaku dosen Pembimbing I yang telah berkenan

memberikan bimbingan dan pengarahan selama proses penelitian maupun

dalam penulisan skripsi.

4. Ibu Wahyu Wido Sari, S.Si., M.Biotech, selaku dosen Pembimbing II yang

telah berkenan memberikan bimbingan dan pengarahan selama proses

penelitian maupun dalam penulisan skripsi.

5. Segenap Staf dosen pengajar Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,

(13)

yang telah memberikan pelayanan prima, tambahan pengetahuan, dukungan

dan bantuan selama proses perkuliahan.

6. Pemerintah Kabupaten Nias Barat yang telah menyelenggarakan beasiswa

sehingga penulis bisa kuliah di Universitas Sanata Dharma.

7. Kedua Orang Tua saya Bapak Suara Gulo, S.Ag., dan Ibu Nitida Gulo yang

selalu memberikan cinta, mendoakan dan mendukung saya baik secara moral

dan material, serta semangat kepada penulis.

8. Nenek saya Sariida Gulo, yang selalu memberikan dukungan kepada penulis.

9. Kakak saya Edita Sefianti Gulo, S.Pd., Abang Eduardus Gulo, SP., kedua Adek

saya Gabriela Geminelia Gulo, dan Haris Anugerah Perdamaian Gulo yang

selalu menyemangati dan memotivasi penulis.

10. Wasri Kristiani Gulo yang telah banyak membantu, memotivasi dan

menyemangati selama proses perkuliahan maupun dalam penyusunan skripsi.

11. Teman-teman saya Postinus Gulo, Seri Jefry Adil Waruwu, Agustinus Aris

Sailo, Longginus Passe yang selalu memberikan dorongan dan membantu

peneliti dalam menyelesaikan skripsi.

12. Teman-teman seperjuangan dari Kabupaten Nias barat.

13. Seluruh teman-teman Pendidikan Guru Sekolah Dasar angkatan 2012 yang

telah bersama-sama saling membantu dan berbagi ilmu di Universitas Sanata

(14)
(15)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

PRAKATA ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Definisi Operasional... 5

(16)

BAB II LANDASAN TEORI

2.5 Pertanyaan Penelitian ... 32

BAB III METODE PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian ... 33

(17)

3.2.1Tempat Penelitian... 34

3.2.2 Subjek Penelitian ... 34

3.2.3 Objek Penelitian ... 34

3.2.4 Waktu Penelitian ... 34

3.3 Prosedur Pengembangan ... 35

3.3.1 Validasi ... 35

3.4 Uji Coba Produk ... 40

3.5 Instrumen Penelitian... 41

3.5.1 Instrumen Pra Penelitian Guru ... 41

3.5.2 Instrumen Pra Penelitian Siswa ... 43

3.5.3 Instrumen Uji Coba ... 45

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 47

3.7 Teknik Analisis Data ... 47

(18)

4.1.8.1 Hasil Kuesioner Pra Penelitian untuk Guru ... 56

4.1.12 Deskripsi Kualitas Produk Modul Pembelajaran dan LKS Budidaya Tanaman ... 70

4.2 Pembahasan ... 71

4.2.1 Produk berisi kegiatan pembelajaran budidaya tanaman... 73

4.2.2 Produk menjadi Media Pmebelajaran ... 73

(19)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Prosedur Pengembangan Menurut Tyler ... 36

Tabel 3.2 Prosedur Pengembangan Menurut Oliva ... 36

Tabel 3.3 Prosedur Pengembangan ... 37

Tabel 3.4 Instrumen Analisis Kebutuhan untuk Guru ... 38

Tabel 3.5 Insrumen Analisis Kebutuhan untuk Siswa ... 39

Tabel 3.6 Kisi-kisi Instrumen Pra Penelitian untuk Guru ... 41

Tabel 3.7 Lembar Pertanyaan Pra Penelitian untuk Guru ... 41

Tabel 3.8 Kisi-kisi Instrumen Pra Penelitian untuk Siswa ... 43

Tabel 3.9 Lembar Pertanyaan Pra Penelitian untuk Siswa ... 43

Tabel 3.10 Instrumen Penelitian Persepsi Siswa terhadap Kualitas Modul Pembelajaran dan LKS Budidaya Tanaman ... 46

Tabel 3.11 Skala Likert ... 48

Tabel 4.1 Hasil Kuesioner Pra Penelitian untuk Siswa ... 58

Tabel 4.2 Hasil Rekapitulasi Kuesioner Pra Penelitian untuk Siswa ... 58

Tabel 4.3 Pedoman Kelayakan Kuesioner Pra Penelitian Guru ... 59

Tabel 4.4 Hasil Validasi Instrumen Pra Penelitian untuk Guru ... 60

Tabel 4.5 Pedoman Kelayakan Kuesioner Pra Penelitian Siswa ... 60

Tabel 4.6 Hasil Validasi Instrumen Pra Penelitian untuk Guru ... 60

Tabel 4.7 Perhitungan Kelayakan Produk ... 64

Tabel 4.8 Pedoman Kelayakan Produk Awal ... 64

(20)
(21)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Desain Diagram Penelitian ... 29

Gambar 4.1 Siswa Belajar dalam Kelompok ... 68

Gambar 4.2 Siswa Mengamati Tanaman Pohon Karet dan Pisang ... 68

Gambar 4.3 Siswa Mengamati Tanaman Singkong dan Ubi Jalar... 69

(22)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I Surat Izin Penelitian ... 82

LAMPIRAN II Surat Keterangan Penelitian ... 83

LAMPIRAN III Kisi-kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru ... 84

LAMPIRAN IV Kisi-kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa ... 90

LAMPIRAN V Hasil Validasi Ahli IPA untuk Guru ... 94

LAMPIRAN VI Hasil Validasi Ahli IPA untuk Siswa ... 97

LAMPIRAN VII Hasil Validasi Ahli Bahasa untuk Guru ... 100

LAMPIRAN VIII Hasil Validasi Ahli Bahasa untuk Siswa ... 103

LAMPIRAN IX Hasil Uji Modul dan LKS ... 106

LAMPIRAN X Lembar Persensi Kehadiran Siswa ... 110

(23)

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan (1) Latar belakang masalah, (2) Rumusan

masalah, (3) Tujuan penelitian, (4) Manfaat penelitian, (5) Definisi Operasional,

(6) Spesifikasi Produk yang Diharapkan.

1.1.Latar Belakang Masalah

Nias adalah pulau yang terletak dibagian utara pulau Sumatera,

Indonesia. Pulau ini adalah pulau yang memiliki Sumber Daya Alam (SDM) yang

banyak. Selain itu, pulau Nias merupakan salah satu objek wisata seperti selancar

(surfing), rumah tradisional, penyelaman, fahombo (lompat batu). Nias memiliki

satu Kota yaitu Kota Gunungsitoli dan empat Kabupaten antara lain Kabupaten

Nias Induk, Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Selatan dan Kabupaten Nias

Barat yang juga baru terbentuk.

Kabupaten Nias Barat memiliki 8 kecamatan antara lain kecamatan

Mandrehe, Mandrehe Utara, Mandrehe Barat, Lahomi, Sirombu, Moro’o, Ulu

Moro’o, Moi. Penelitian dilakukan di kecamatan Mandrehe khususnya di SDN

No. 071094 Desa Lologolu. SDN No. 071094 Lologolu sudah berdiri sejak tahun

1956 yang didirikan oleh Bapak Togoli Gulo (Alm). sekolah ini didirikan supaya

masyarakat desa Lologolu dan masyarakat sekitarnya mendapatkan pendidikan

(24)

Pendidikan adalah usaha untuk menumbuhkembangkan potensi Sumber Daya

Manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Dalam Undang-Undang Sistem

Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 juga dijelaskan bahwa Pendidikan

Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.

Lingkungan sekolah dikelilingi dengan pemukiman warga yang berada di

lingkungan hijau yang dipenuhi dengan tanaman dan tumbuhan-tumbuhan. Latar

belakang siswa SDN No. 071094 secara umum berekonomi dari menengah ke

bawah. Mata pencaharian rata-rata orang tua siswa adalah menyadap karet.

Pekerjaan menyadap karet tidak memiliki target umur sehingga anak SD dari

kelas I pun sudah bisa diajak untuk belajar menyadap karet dan mengumpulkan

getah karet. Kegiatan sehari-hari orang tua siswa pada musim kemarau adalah

menyadap karet. Saat musim hujan, masyarakat sulit menyadap karet sehingga

masyarakat mengubah matapecaharian ke bercocoktanam. Salah satu cara

masyarakat agar bisa bertahan hidup adalah bercocok tanam seperti tanaman

pangan yang bisa dan siap dikosumsi yaitu dengan menanam pisang, singkong,

dan ubi jalar.

Masyarakat Nias menanam pisang tidak mengetahui berapa minimal dan

(25)

menanam singkong masyarakat tidak mengetahui bagaimana jarak yang baik

antara tanaman yang satu dengan tanaman lainnya, juga dalam setiap lahan, tidak

ada pembedaan setiap tanaman maunya semua jenis tumbuhan dapat hidup dalam

satu lahan begitu juga dengan ubi jalar, anak-anak tidak biasa mengosumsi ubi,

karena ubi ditanam untuk diambil daunnya dijadikan makanan babi.

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengembangkan sebuah modul

pembelajaran dan LKS budidaya tanaman untuk membantu anak belajar struktur

tumbuhan sekaligus belajar bertanam yang benar pendekatan yang diambil adalah

pendidikan emansipatoris karena mampu membuat anak lebih kreatif dan mampu

membuat anak lebih mandiri serta mempermudah mereka dalam belajar.

Pengembangan modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman itu juga

didukung dengan pengambilan data awal berupa hasil kuesioner yang peneliti

dapatkan dari 25 siswa kelas IVA pada September 2016 adalah 92% siswa

mengatakan memerlukan pembelajaran yang membuat mereka berpikir dan

bertindak. Sebanyak 92% siswa merasa memerlukan pembelajaran yang sesuai

dengan lingkungannya di Nias Barat. Sebanyak 96% siswa menyatakan modul

pembelajaran dan LKS dapat mempermudah mereka mengikuti pembelajaran dan

membuat mereka mandiri. Kemudia 96% siswa menyatakan menyukai

pembelajaran yang menghargai mereka sebagai manusia dan mengajak mereka

untuk berpikir kritis dan 100% siswa mengatakan dengan adanya modul

pembelajaran dan LKS dapat meningkatkan motivasi mereka dalam belajar.

(26)

para guru membutuhkan modul pembelajaran budidaya tanaman sangat baik

untuk digunakan untuk membuat siswa lebih aktif dan mandiri.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalah sebagai

berikut:

1.2.1 Bagaimana langkah-langkah atau prosedur pengembangan modul

pembelajaran dan LKS budidaya tanaman berdasarkan pendidikan

emansipatoris untuk siswa kelas IVA di SDN No.071094 Lologolu?

1.2.2 Bagaimana model pembelajaran yang digunakan untuk pengembangan

modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman berdasarkan pendidikan

emansipatoris untuk siswa kelas IVA di SDN No.071094 Lologolu?

1.2.3 Bagaimana deskripsi kualitas modul pembelajaran dan LKS budidaya

tanaman berdasarkan pendidikan emansipatoris untuk siswa kelas IVA di

SDN No.071094 Lologolu?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian pengembangan pengembangan modul pembelajaran

dan LKS budidaya tanaman (pohon karet, pisang, singkong, dan ubi jalar) dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1.3.1 Mendeskripsikan langkah-langkah atau prosedur pengembangan modul

pembelajaran dan LKS budidaya tanaman berdasarkan pendidikan

(27)

1.3.2 Mengetahui model pembelajaran yang digunakan untuk pengembangan

modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman berdasarkan pendidikan

emansipatoris untuk siswa kelas IVA di SDN No.071094 Lologolu?

1.3.3 Mendeskripsikan kualitas modul pembelajaran dan LKS budidaya

tanaman berdasarkan pendidikan emansipatoris untuk siswa kelas IVA di

SDN No.071094 Lologolu?

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Peneliti mampu melakukan penelitian pengembangan dengan

menghasilkan produk berupa modul pembelajaran dan LKS budidaya tanaman

yang dapat digunakan untuk siswa SD kelas IVA di SDN No. 071094 Lologolu

Kabupaten Nias Barat.

1.4.2 Bagi Guru

Guru mendapatkan salah satu saran belajar berupa modul pembelajaran dan

LKS budidaya tanaman yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran di kelas

IVA Sekolah Dasar.

1.4.3 Bagi Siswa

Siswa mendapatkan model pembelajaran yang membuatnya banyak aktif, mandiri

dalam menyelesaikan masalah dan siswa bisa belajar dari lingkungan

sekitarnya.

(28)

Defenisi operasional dalam penelitian ini adalah:

1.5.1 Modul

Modul adalah salah satu sumber belajar yang dapat digunakan oleh siswa dan

guru.

1.5.2 LKS

LKS adalah lembaran yang berisi petunjuk tentang kegiatan yang akan

dilakukan oleh siswa .

1.5.3 Budidaya Tanaman

Budidaya tanaman adalah usaha terencana pembeliharaan sumber daya hayati

yang dapat bermanfaat dan memberi hasil.

1.5.4 Emansipatoris

Emansipatoris adalah suatu pendidikan yang menekankan masyarakat

demokratis dan adil.

1.6 Spesifikasi Produk

Spesifikasi produk yang akan dihasilkan dalam penelitian ini yaitu bahan

kegiatan pembelajaran IPA berupa sebuah modul pembelajaran dan LKS

budidaya tanaman (pohon karet, pisang, singkong dan ubi jalar). Produk yang

dikembangkan berupa modul pembelajaran dan LKS yang sesuai dengan KTSP.

Modul ini berkaitan dengan materi “Struktur Tumbuhan” yang berisikan cara

(29)

kegiatan belajar, alat yan digunakan, kegiatan pembelajaran (yang berisikan

petunjuk observasi dan pertanyaan untuk siswa saat observasi) dan penilaian.

Modul pembelajaran dan LKS ini akan dikembangkan dan pemanfaatan bahan

pembelajaran pada mata pelajaran IPA materi struktur tumbuah pada kelas IVa

(30)

BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam bab ini akan diuraikan (1) Kajian Pustaka (2) Penelitian yang

Relevan dan (3) Kerangka Berpikir.

2.1 KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 Kepulauan Nias

Nias (bahasa Nias Tano Niha) adalah sebuah pulau yang terletak di

sebelah barat pulau Sumatera, Indonesia. Pulau ini dihuni oleh mayoritas suku

Nias (Ono Niha) yang masih memiliki budaya megalitik. Daerah ini merupakan

objek wisata penting seperti selancar (surfing), rumah tradisional,

penyelaman, fahombo (lompat batu) (Wikipedia.Pulau_Nias.com/11/08/2016).

Kabupaten Nias yang merupakan salah satu wilayah kabupaten di Provinsi

Sumatera Utara yang disebut Pulau Nias. Perjalanan menuju Pulau Nias ditempuh

dengan menggunakan kapal laut dan pesawat. Perjalanan menggunakan kapal laut

ditempuh dari pelabuhan Sibolga menggunakan Kapal Barau, Nias Indah dan

Kapal Ferry. Sedangkan perjalanan udara ditempuh dari Bandara Kualanamu

Medan menuju Bandara Binaka Nias kurang lebih 45 menit dengan menggunakan

pesawat Wings Air dan Garuda. Luas Kabupaten Nias adalah 3.495,40 Km² atau

4,88% dari luas wilayah Provinsi Sumatera Utara. Menurut letak geografis,

Kabupaten Nias terletak pada garis 0º12’-1º32’LU (Lintang Utara) dan 97º-98ºBT

(31)

Nias saat ini telah menjadi 4 kabupaten dan 1 kota, yaitu Kabupaten Nias,

Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Nias Utara, dan Kota

Gunungsitoli. Pemekaran daerah pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

pelayan publik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat.

Semangat otonomi daerah dan fenomena keinginan masyarakat pada berbagai

wilayah di Indonesia untuk membentuk daerah otonom baru melalui pemekaran

daerah juga terasa dan menjadi aspirasi masyarakat Nias. Penelitian ini dilakukan

di Nias Barat.

Kabupaten Nias Barat merupakan kabupaten yang baru mekar dari

kabupaten Nias. Kabupaten ini diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Indonesia

Bapak Mardiyanto, pada 26 Mei 2009, sebagai salah satu hasil pemekaran dari

Kabupaten Nias. Kabupaten Nias Barat terletak di sebelah barat Pulau Nias

dengan jarak ± 60 km dari kota Gunungsitoli. Luas wilayah kabupaten Nias Barat

adalah 544,09 km2 (niasbaratkab.go.id diakses 12 Februari 2016). Kabupaten Nias

Barat terdiri dari 8 Kecamatan yaitu Kecamatan Lahomi, Kecamatan Sirombu,

Kecamatan Mandrehe, Kecamatan Mandrehe Utara, Kecamatan Mandrehe Barat,

Kecamatan Moro’o dan Kecamatan Ulu Moro’o, dan Kecamatan Lolofitu Moi.

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lologolu, Kecamatan Mandrehe yang

merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Nias Barat.

Lologolu merupakan salah satu desa yang terletak di kecamatan

Mandrehe Kabupaten Nias Barat. Di desa ini terletak sekolah yang digunakan

(32)

terkenal di seluruh Nias Barat, karena mereka sering menjadi juara pada

pertandingan sepak bola dan memiliki pasar yang cukup ramai dan besar.

2.1.1.1 Latar Belakang Pendidikan Masyarakat Nias

Latar belakang pendidikan masyarakat Nias secara umum masih berada di

tingkat yang rendah. Ini diakibatkan masih erat nilai adat dari pada pendidikan.

Masyarakat Nias adalah melestarikan nilai-nila adat. Nilai adat inilah yang sering

menghambat niat orangtua dari pada menyekolahkan anaknya, dari pada anaknya

sekolah lebih baik menikah. Selain itu juga orang tua sering membeda-bedakan

antara anak laki-laki dan perempuan. Anak laki-laki selayaknya raja (pewaris)

yang dituruti semua keinginanya dan sering mendapatkan dorongan untuk

kesekolah sedangkan anak perempuan dikhususkan sebagai pekerja yang

membantu Bapak dan Ibunya mencari nafkah. Beberapa tahun terakhir pola pikir

orangtua sudah jauh berbeda dari dulu bahwa anak laki-laki dan perempuan tidak

berbeda harusnya sama-sama berhak mendapatkan pendidikan. Sekarang ini

anak-anak kecil di pulau Nias ingin mendapatkan pendidikan yang baik.

Cita-cita setiap anak pastinya tidak selalu yang mereka inginkan tercapai

karena kondisi ekonomi yang lemah membuat siswa kebanyakan hanya tamat

SMA/SMK dan setelah itu menganggur ataupun merantau ke daerah lain dan

kebanyakan menjadi pekerja kuli. Ini menandakan seolah-olah mereka belum

berpendidikan dan tidak bisa berbuat apa-apa setelah tamat SMA/SMK, padahal

pulau Nias merupakan pulau yang memiliki kekayaan alam. Peneliti melihat

bahwa kejadian ini diakibatkan karena sekolah hanya menuntut siswa

(33)

sangat kurang. Sebagai salah satu tindakan yang akan peneliti coba lakukan yaitu

dengan membuat modul pembelajaran dan LKS sehingga siswa mandiri dan

membangun rasa ingin tahu siswa untuk menemukan pengetahuan baru, materi

dalam pembelajaran akan disesuaikan dengan lingkungan siswa.

2.1.1.2 Latar Belakang SD Negeri No. 071094 Lologolu

Pada tahun 1956, SDN No. 071094 Lologolu didirikan oleh Togoli Gulo

sebagai kepala desa Lologolu, yang bertempat di Desa Lologolu, Kecamatan

Mandrehe, Kabupaten Nias Barat, Provinsi Sumatera Utara.

Didirikannya sekolah ini sebagai rasa kasihan kepada masyarakat dimana

pada saat ini sekolah tidak terlalu banyak dan sekolah dasar pada saat itu hanya

ada di Kecamatan jauhnya 8 km dan tidak ada transportasi. Melihat ini beberapa

tokoh Lologolu juga beberapa dari Desa Tuhemberua bekerjasama untuk

membantu berdirinya sekolah dasar ini supaya semua anak bisa mendapatkan

pendidikan minimal pendidikan dasar di sekolah. Karena sekolah ini dibangunan

dari kerjasama dua desa lokasi sekolah pun dikasih di antara desa Lologolu dan

Tuhemberua tetapi alamatnya tetap di Lologolu walaupun lokasinya tanahnya

sebenarnya milik Tuhemberua, karena Bapak Togoli Gulo yang berperan banyak

dan sangat dihargai maka alamat sekolah tetap Lologolu.

Terbentuknya sekolah ini sangat membantu dan senang bisa mendapatkan

dan merasakan pendidikan formal walaupun sekolahnya masih jauh dari sekolah

yang semestinya. Landasan pertama didirikan sekolah ini karena banyaknya

(34)

sehingga dengan hal ini beberapa tokoh merasa sangat bertanggung jawab kepada

anggota masyarakat.

2.1.2 Pendidikan Emansipatoris

Pedagogi Ignasian merupakan salah satu bentuk pendidikan emansipatoris.

Winarti (2015:53) dalam buku yang berjudul “Manusia Pembelajar di Dunia Tarik

Ulur” Giroux (2001) bahwa pendidikan emansipatoris dipandang sebagai

pendidikan yang pergerakannya menekankan perwujudan masyarakat yang adil

dan demokratis. Masalah dalam pendidikan di Nias saat ini khususnya Nias Barat

yakni relasi antara sesama manusia, sosio-ekonomis, politik, dan kebudayaan

semakin lama dilupakan. Pendidikan emansipatoris dalam hal ini membantu siswa

menyadari dan menanggapi realitas hidupnya.

Dalam pendidikan emansipatoris menempatkan guru dan siswa keduanya

adalah pembelajar, yang artinya adanya hubungan timbal balik antara guru dan

siswa karena proses belajar mengajar akan efektif jika terjadi dialog diantara

keduanya, maka pemahaman dan pengalaman akan realitas dari kedua pihak akan

berkembang, apabila masing-masing pihak menghargai pihak lainnya. Menurut

Priyani dan Pristinela (2015:36) Dalam proses belajar mengajar, bukan hanya

pengajar yang dipengaruhi oleh perilaku pembelajar, tetapi pembelajar juga

dipengaruhi oleh pribadi pengajar. Dalam hal ini adanya kesetaraan dalam tugas

dan tanggung jawab. Dalam pendidikan emansipatoris, baik guru maupun siswa

keduanya adalah pembelajar (Winarti dan Anggadewi: 2015: 54). Jadi dalam

proses pembelajaran siswa dan guru akan menjadi seperti teman dalam belajar,

(35)

Sebagai manusia pembelajar guru dan murid bersama-sama membangun dan

mengembangkan kemampuannya untuk mengerti secara kritis dirinya sendiri dan

dunianya. Dalam pendidikan emansipatoris memiliki kata kunci yang selalu

berkaitan dalam mewujudkan pendidikan ini.

Ada tiga kata kunci pada model pendidikan emansipatoris, yaitu

humanisasi, kesadaran kritis, dan mempertanyakan sistem.

2.1.2.1 Humanisasi

Humanisasi adalah pendidikan yang memanusiakan manusia yang artinya

semakin mengasah akal budi manusia dan mendidik hati nurani. Dalam proses

pembelajaran pendidikan humanisasi bertujuan untuk perubahan dan pertumbuhan

dalam diri peserta didik. Maka pendidikan mempunyai tujuan yang lebih luas dari

pada sekedar perkembangan kognitif. Selaras dengan pendapat Tatang (2012:48)

bahwa pendidikan humanisasi bukan sekedar pengembangan kualitas kognitif,

melainkan juga sebuah prsoses yang terjadi pada diri individu dan melibatkan

seluruh bagian atau domain yang ada. Teori belajar humanisasi berasumsi bahwa

belajar adalah fungsi seluruh kepribadian suatu individu dikarenakan suatu

individu merupakan pribadi yang utuh yang mempunyai kebebasan memilih untuk

menentukan kehidupannya, memiliki keinginan untuk mengetahui sesuatu,

keinginan untuk bereksplorasi dan mengaimilasi pengalaman-pengalamannya.

Menurut Sastrapratedja (2010:25) Pendidikan yang manusiawi dalam

proses belajar-mengajar merupakan suatu traksasi. Pengajar dan pelajar terlibat

dalam suatu proses yang kompleks: memahami kebutuhan akan belajar atau

(36)

peserta didik merupakan bagian dari hubungan manusiawi. Proses belajar

mengajar sebagai hubungan manusiawi mempunyai implikasi yang luas bagi

hubungan pendidik dan peserta didik, peran masing-masing, metode mengajar dan

belajar, perencanaan kurikulum, pembinaan kelompok, cara berkomunikasi dan

lain-lain.

2.1.2.2 Kesadaran Kritis

Dalam buku Rahmat Hidayat yang berjudul Pedagogi Kritis: Sejarah,

perkembangan dan pemikiran (2013:7), Vavrus (2007) mengatakan bahwa

pedagogi kritis menawarkan untuk melihat pengajaran dan pembelajaran yang

dapat membawa konsep kunci seperti ideologi, hegemoni, resistensi, kekuasaan,

kontruksi pengetahuan, kelas, politik budaya, dan emansipatoris tindakan. Dalam

buku yang sama Keesing (2003) Pedagogi kritis merupakan respon pendidikan

untuk relasi kekuasan yang menindas dan terjadinya ketidak setaraan dalam

lembaga pendidikan. Pedagogi kritis berfokus pada isu-isu yang berkaitan dengan

kesempatan, suara dan wacana dominan pendidikan dan mencari pengalaman

pendidikan yang lebih adil dan membebaskan. Pedagogi kritis mengajak guru dan

siswa memiliki hubungan sehingga keduanya sama-sama berkembang dalam

dunia nyata. Salah satu caranya yaitu setelah siswa belajar IPA tentang perubahan

lingkungan fisik di sekolah siswa bersama kelompok melakukan sebuah

eksperimen bagaimana proses terjadinya perubahan lingkungan fisik dan

bagaimana cara mencegahnya. Sehingga selesai eksperimen siswa membuat

sebuah kesimpulan tentang proses terjadinya perubahan lingkungan fisik dan cara

(37)

fisik secara nyata dan mendiskusikannya dalam kelompok. Kegiatan ini menjadi

bagian refleksi dalam siklus Pedagogi Ignasian. Hasil dari kelompok kemudian

didialogkan di kelas. Ketika pembelajaran menyadari keberadaan dirinya dan

pengalaman dirinya, disinilah pemaknaan hidup terjadi. Dalam proses kesadaran

ini pembelajar akan menemukan berbagai macam pilihan hidup, sehingga benar

bahwa banyak ketidakadilan dalam hidupnya juga benar bahwa ada berbagai

macam pilihan yang jauh lebih ideal dalam hidupnya. Untuk mampu menjadi

pemikir yang kritis, perlu ada dialog alam bentuk mempertanyakan sistem untuk

menemukan realitas (Winarti dan Anggadewi, 2015:54). Berdasarkan defenisi

diatas kesadaran kritis dapat dilakukan lewat pembelajaran secara lansung dan

nyata oleh siswa sehingga menemukan suatu pengetahuan baru.

2.1.2.3 Mempertanyakan Sistem

Guru dan siswa sama-sama pembelajara. Ketika terjadi dialog antara

keduanya, maka pemahaman dan pengalaman akan realitas dari kedua belah pihak

pun berkembang (Winarti dan Anggadewi, 2015:54). Dengan adanya dialog

secara langsung terjadi pula transformasi pengetahuan yang sebenarnya bersifat

politis. Dialog dalam hal ini adalah suatu percakapan yang yang dilakukan oleh

pihak guru dan siswa yang menghasilkan suatu kesimpulan yang baru, lebih baik

dan sesuai dengan kehidupan nyata. Dari pemahaman baru tersebut, maka kedua

pembelajar akan menjadi teman yang secara berrsama-sama memberdayakan satu

sama lain. Dialog dalam pendidikan emansipatoris mengambil tema nyata dalam

kehidupan sehari-hari pembelajar.

(38)

Peneliti membahas dua hal dalam IPA yaitu kakikat IPA, pendidikan IPA

SD, dan materi.

2.1.3.1 Hakikat IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memegang peranan yang sangat penting

dan alam kehidupan manusia. Hal ini disebabkan karena kehidupan kia yang

tergantung dari alam, zat-zat yang tergantung di alam, dan segala jenis gejala yang

terjadi di alam.

Menurut Wisudawati (2013:22) IPA merupakan rumpun ilmu, memiliki

karakteristik khusus yaitu mempelajari fenomena alam yang faktual (facual), baik

berupa kenyataan (reality) atau kejadian (events) dan hubungan sebab akibatnya.

Dalam pembelajarannya, IPA akan membahas tentang hubungan yang terjadi

pada fenomena yang terjadi dan sebab akibatnya pada manusia.

Samatowa (2011:3) ilmu pengetahuan alam merupakan terjemahan dari

kata bahasa inggris yaitu natural science, artinya ilmu pengetahuan alam (IPA).

Berhubungan dengan alam atau bersakut paut dengan alam, scienci artinya ilmu

pengetahuan. Jadi ilmu pengetahuan alam (IPA) atau science itu pengertiannya

dapat disebuat sebagai ilmu tentang alam. Ilmu yang mempelajari

peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini. Selaras dengan pendapat Kemala (2006) IPA

merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasi

pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan dan

memiliki sikap ilmiah.

IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis

(39)

manusia atau para ahli. IPA merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari

fenomena-fenomena alam dan dikembangkan berdasrkan percobaan (induktif)

namun pada perkembangan selanjutnya IPA juga diperoleh dan dikembangkan

berdasarkan teori (deduktif). IPA didefenisikan sebagai sekumpulan pengetahuan

tentang objek dan peristiwa alam yang diperoleh dari hasil pemikiran da

penelitian para ilmuan yang dilakukan dengan kecakapan bereksperimen dengan

menggunakan metode ilmiah. Dengan demikian, pada hakikatnya IPA merupakan

ilmu pengetahuan gejala-gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep,

prinsip dan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suau rangkaian kegiatan

dalam metode ilmiah.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA adalah

sekumpulan pengetahuan tentang objek, peristiwa alam, konsep, prinsip yang

didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia.

2.1.3.2 Pendidikan IPA SD

Menurut Samatowa (2011:5-6) IPA sebagai disiplin ilmu dan

penerapannya dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting,

sebab IPA memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih

keterampilan-keterampilan proses IPA dan yang perlu dimodifikasi sesuai dengan tahap

perkembangan kognitifnya.

Proses pembelajaran IPA menitik beratkan pada suatu proses penelitian.

Hal ini terjadi ketika belajar IPA mampu meningkatkan proses berpikir peserta

didik untuk memahami fenomena-fenomena alam. Dengan demikian, proses

(40)

pembelajaran IPA seperti ini akan melatih anak untuk berpikir kritis dan objektif.

Pengetahuan yang benar berarti pengetahuan yang dibenarkan menurut tolak ukur

kebenaran ilmuan, yaitu rasional dan objektif. Objektif artinya sesuai dengan

objeknya, sesuai dengan faktanya atau sesuai dengan pengalaman pengamatan

melalui panca indera.

Menurut Wisudawati (2014:10) Konsep IPA merupakan suatu konsep

memerlukan penalaran dan proses mental yang kuatpada seorang peserta didik.

Proses mental peserta didik dalam pembelajaran IPA merupakan kemampuan

mengintegrasikan pengetahuan/skema kognitif peserta didik yang tersusun dari

atribut-atribut dalam bentuk keterampilan dan nilai untuk mempelajari

fenomena-fenomena alam.

Sebagai guru harus mengetahui bahwa profesionalisme seorang guru

bukan hanya ditentukan pada kemampuannya memahami dan menyampaikan

ilmu pengetahuan tetapi juga kemampuannya melaksanakan pembelajaran yang

menarik dan bermakna pada siswa terlebih pada konsep IPA. Dalam mengajarkan

konsep IPA, seorang guru harus menata materi yang akan diberikan kepada siswa

agar terintegrasi dengan aplikasi yang ada dijumpai peserta didik.

Menurut Putra (2013:40) pendidikan IPA di sekolah dasar bermanfaat bagi

siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan IPA

menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung kepada siswa untuk

mengembangkan kompetensi agar mampu menjelajahi dan memahami alam

(41)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan IPA

sangatlah penting, pendidikan IPA dapat melatih anak berpikir kritis dan objektif

dan setiap guru harus menata materi yang akan diberikan kepada peserta didik

agar terintegrasi dengan aplikasi yang dijumpai peserta didik, dan guru harus

paham akan pentingnya IPA diajarkan di sekolah dasar.

2.1.4 Kurikulum KTSP

Kurikulum mengemban peranan yang sangat penting bagi pendidikan

siswa dan sebagai bagian dalam tercapainya tujuan pendidikan. Mulyasa (2006)

mengatakan bahwa kurikulum merupakan seperangkat rencana dan aturan

mengenai tujuan, kompetensi dasar, materi standar, hasil belajar, dan cara yang

digunakan sebagai acuan dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai

kompeensi dasar dan tujuan dari pendidikan tersebut. Kurikulum merupakan

elemen penting yang memberi kontribusi demi mewujudkan perkembangan

kualitas dan potensi siswa (Permendikbud: 2014). Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum yang kita andalkan untuk mencapai

tujuan pendidikan sampai saat ini.

KTSP mulai berlaku mulai 2006. KTSP adalah hasil perbaikan dari

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah diuji coba kelayakannya

secara publik, melalui beberapa sekolah yang dijadikan sasaran proyek. Menurut

Susilo (2006) KTSP merupakan suatu konsep yang menawarkan otonomi pada

sekolah untuk menentukan kebijaksanaan sekolah dalam rangka meningkatkan

mutu, dan efisiensi pendidikan agar dapat memodifikasi keinginan masyarakat

(42)

dan pemerintahan dalam membentuk peserta didik. Kurikulum operasional yang

dikembangkan oleh satuan pendidikan dengan memerhatikan kaakteristik dan

perbedaan daerah (desentralistik), (Sanjaya:2008). Tujuan KTSP adalah

menanamkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta

keterampilan untuk hidup mandiri dan pendidikan lanjut (Trianto: 2009).

Pembelajaran yang cocok untuk anak Indonesia yang memiliki kondisi,

karakteristik dan sikap budaya yang berbeda-beda adalah belajar melalui

pengalaman langsung (Learning by doing). Pembelajaran ini akan memperkuat

daya ingat siswa dan biayannya yang sangat murah sebab menggunakan alat-alat

dan media belajar yang ada dilingkungan siswa sendiri.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa KTSP merupakan sebagai

bagian yang dalam meningkatkan mutu sekolah, dan efisiensi pendidikan dengan

memperhatikan karakteristik, perbedaan daerah dan membuat pembelajaran yang

memperkuat daya ingat siswa dengan pengalaman langsung dengan tujuan untuk

menanamkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta

keterampilan untuk hidup mandiri.

2.1.5 Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin, yang merupakan bentuk jamak dari

kata medium, yang berarti sesuatu yang terletak ditengah (antara dua pihak atau

kutub) atau suatu alat (Anita 2010:4). Definisi ini sejalan dengan definisi yang

diantaranya disampaikan oleh Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan

(Association of Education and Communication Technology/AECT) di Amerika,

(43)

menyalurkan pesan/informasi. Menurut Munadi (2010:7-8) media pembelajaran

adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari

sumber secara terencana sehingga tecipta lingkungan belajar yang kondusif di

mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.

Fungsi media pembelajaran yaitu sebagai pembawa informasi dan

pencegah terjadinya hambatan proses pembelajaran, sehingga informasi atau

pesan dari komunikator dapat sampai kepada komunikan secara efektif dan efisien

(Mudlofir dan Rusydiyah, 2016:133).

Tujuan media pembelajara (Sanaky, 2013:6) antara lain: Pertama,

mempermudah proses pembelajaran dikelas. Kedua, meningkatkan efisiensi

proses pembelajara. Ketiga, menjaga relevansi antara materi pelajaran dengan

tujuan belajar. Keempat, membantu konstentrasi pembelajaran dalam proses

pembelajaran.

Manfaat media pembelajaran bagi siswa dalam Sanaky (2013:7) adalah:

Pertama, meningkatkan motivasi belajar siswa. Kedua, memberikan dan mengikatkan variasi belajar bagi siswa. Ketiga, memudahkan siswa untuk belajar.

Keempat, merangsang siswa untuk berfikir dan beranalisis. Kelima, pembelajaran dalam kondisi dan situasi belajar yang menyenangkan dan tanpa tekanan.

Keenam, siswa dapat memahami materi pelajaran secara sistematis yang disajikan.

2.1.6 Modul

(44)

Istilah modul dipinjam dari dunia teknologi. Modul adalah alat ukur yang

lengkap). Menurut Sakiman (2012:132) modul adalah paket program yang

disusun secara terencana dalam bentuk satuan tertentu guna membantu peserta

didik secara individual dalam mencapai tujuan belajar. Dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia modul adalah unik kecil dari suatu pemebelajaran yang

beroperasi sendiri (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2002: 662). Modul pada

dasarnya adalah sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan bahasa

yang mudah dipahami oleh peserta didik sesuai tingkat pengetahuan dan usia

mereka, agar mereka dapat belajar sendiri (mandiri) dengan bantuan atau

bimbingan yang minimal dari pendidikan (Prastowo, 2013:106. Dari beberapa

presepsi diatas peneliti menyimpulkan bahwa modul adalah salah satu bahan

pembelajaran terencana yang memudahkan peserta didik dalam mencapai tujuan

belajar.

Menurut Prastowo (2014:210-211) modul mempunyai empat fungsi

sebagai berikut: Pertama, bahan ajar mandiri maksudnya meningkatkan

kemampuan siswa untuk belajar sendiri tanpa tergantung pada kehadiran pendidik

(guru). Kedua, pengganti fungsi pendidik, maksudnya bahan ajar yang mampu

menjelaskan materi pembelajaran dengan mudah dan baik dipahami oleh siswa

sesuai tingkat pengetahuan dan usianya. Ketiga, sebagai alat evaluasi maksudnya

dengan modul siswa dituntut dapat mengukur dan menilai sendiri tingkat

penguasaanya terhadap materi yang telah dipelajari. Keempat, sebagai bahan

rujukan bagi siswa maksudnya karena modul mengandung berbagai materi yang

(45)

siswa.

Penyusunan atau pembuatan modul dalam kegiatan pembelajaran

mempunyai lina tujuan, sebagai berikut: Pertama, agar siswa dapat belajar secara

mandiri tanpa, atau, dengan bimbingan pendidik (yang minimal). Kedua, agar

peran pendidik tidak terlalu dominan dan otoriter dalam kegiatan pembelajara.

Ketiga, melatih kejujuran siswa. Keempat, mengakomodasi berbagai tngkat dan kecepatan belajar siswa. Kelima, agar siswa mampu mengukur swndiri tingkat

penguasaan materi yang telah dipelajarinya.

Modul memiliki empat macam kegunaan dalam proses pembelajaran,

seperti diungkapkan Andriani dan Andi Prastowo, yaitu: Pertama, modul sebagai

penyedia informasi dasar. Kedua, modul sebagai bahan instruksi atau petunjuk

bagi siswa. Ketiga, modul sebagai bahan pelengkap dengan ilustrasi dan foto yang

komunikatif. Keempat, modul bisa menjadi petunjuk mengajar yang efektif bagi

pendidik dan menjadi bahan utuh berlatih siswa dalam melakukan penilaian

sendiri (self-assesment).

2.1.6.2 Karakteristik Modul

Dalam menghasilkan modul yang mampu meningkatkan motivasi

penggunanya, modul harus mencakup beberapa karakteristik tertentu.

Karakteristik pengembangan modul antara lain sebagai berikut: Pertama, self

instructional. Melalui modul, peserta didik mampu belajar mandiri dan tidak tergantung pada pihak lain. Kedua, self contained. Seluruh materi pembelajaran

(46)

secara utuh. Ketiga, stand alone. Modul yang dikembangkan tidak tergantung

pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media lain.

Keempat, yaitu adaptive. Modul hendaknya memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Kelima, adalah user friendly. Modul

hendaknya juga memenuhi kaidah user friendly atau muda digunakan oleh peserta

didik seperti penggunaan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti,

(Sukiman 2012:133).

Berdasarkan kelima karakteristik modul tersebut peneliti menyimpulkan

bahwa materi atau kegiatan dalam modul harus sesuai dengan pemahaman peserta

didik, mampu mebuat siswa lebih mandiri dan menggunakan bahasa yang mudah

dipahami sehingga ia dapat mencapai tujuan belajar.

2.1.6.3 Keuntungan dan Kelebihan Penggunaan Modul

Menurut Susyaningsih, 2010:31 bahwa beberapa keuntungan yang

diperoleh dari pembelajaran dalam penerapan modul antara lain meliputi:

Pertama, meningkatkan motivasi siswa, karena setiap kali mengerjakan tugas pelajaran yang dibatasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuannya. Kedua,

setelah dilakukan evaluasi, guru dan siswa mengetahui benar, pada modul yang

mana siswa telah berhasil dan pada modul yang mana yang mereka belum

berhasil. Ketiga, bahan pelajaran terbagi lebih merata dalam satu semester.

(47)

Adapun kekurangan dalam penggunaan modul Suparman (1993:197) yang

mengungkapkan bahwa bentuk kegiatan pembelajaran yang menggunakan modul

memilikikeurangan-kekurangan antara lain: biaya pengembangan bahan tinggi

dan waktu dibutuhkan lama, menentukan displin belajar yang tinggi,

membutuhkan ketekunan yang tinggi dari fasilitator untuk terus menerus

memantau proses belajar siswa, memberi motivasi dan konsultasi secara individu

setiap waktu siswa membutuhkannya.

2.1.7 LKS

2.1.7.1 Pengertian LKS

LKS (Lembar Kerja Siswa) merupakan materi ajar yang sudah dikemas

sedemikian rupa sehingga siswa diharapkan dapat mempelajari materi ajar

tersebut secara mandiri, Mudlufir dan Rusydiyah (2016: 43). Pendapat lain oleh

Trianto (2010: 212), lembar kerja siswa adalah lembaran yang berisikan pedoman

bagi siswa untuk melakukan kegiatan yang sudah diprogramkan. Selaras dengan

itu dalam Depdikbud (dalam Trianto 2010: 212) mengatakan lembar kerja yang

digunakan sebagai alat untuk mengaktifkan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Kegiatan dalam lembar kerja siswa dapat berupa pengamatan, eksperimen, dan

pengajuan pertanyaan. Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa lembar kerja siswa

mempunyai hubungan yang erat dengan model pembelajaran yang akan

digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

(48)

Berdasarkan pengertian LKS tersebut, pada dasarnya sudah dapat diterka apa saja

fungsinya dalam kegiatan pembelajaran tematik. Berikut ini merupakan fungsi

dari LKS yaitu Pertama, LKS sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran

pendidik namun lebih mengaktifkan siswa. Kedua, LKS sebagai bahan ajar yang

mempermudah siswa untuk memahami materi yang diberikan. Ketiga, LKS

sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih. Keempat, LKS

mempermudah pelaksanaan pengajaran kepada siswa.

Tujuan penyusunan LKS yaitu: menyajikan bahan ajar yang memudahkan

siswa untuk berinteraksi dengan materi yang diberikan, menyajikan tugas-tugas

yang meningkatkab penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan, melatih

kemandirian belajar siswa, dan memudahkan pendidik dalam memberikan tugas

kepada siswa, Adriani (dalam Andi, 2014:270).

LKS memiliki banyak manfaat bagi pembelajaran tematik, diantaranya

melalui LKS salah satunya kita dapat memancing siswa agar secara aktif terlibat

dalam kegiatan pembelajaran.

2.1.8 Budidaya Tanaman

Dalam pertanian budidaya merupakan kegiatan terencana pemeliharaan sumber

daya hayati yang dilakukan pada suatu areal lahan untuk diambil manfaat/hasil

panennya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, budidaya adalah "usaha yg

(49)

2.2 Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dibagi dalam dua penelitian yaitu penelitian yang

berhubungan dengan modul pembelajaran dan LKS.

2.2.1 Penelitian yang berhubungan dengan modul pembelajaran Berikut ini adalah penelitian yang relevan yang telah dilakukan peneliti

sebelumnya

Rismawati Halawa (2012) dalam penelitiannya yang berjudul

“Pengembangan Modul Tanaman Obat Untuk Pendidikan Konservasi Lingkungan

Di Kelas V SDN No 075046 Lolofitu Kabupaten Nias Barat”. Populasi dalam

penelitian ini siswa kelas V (lima) sekolah dasar di SDN No. 075046 lolofitu

Kabupaten Nias Barat Berjumlah 27 siswa dan 3 orang Guru. Penelitian ini

menggunakan metode penelitian dan pengembangan (R&D). Instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner. Validasi dilakukan oleh 2 pakar

yaitu Dosen ahli biologi dan dosen ahli bahasa indonesia.

Rosa De Shinta Anggraeni (2015) dalam penelitiannya yang berjudul

“Pengembangan Modul Praktikum Ipa Sebagai Suplemen Kuriulum 2013 Untuk

mendorong Siswa Kelas IV Berpikir”. Lokasi penelitian dilaksanakan di SD

Tarakanita Bumijo Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode penelitian

dan pengembangan (R&D). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

(50)

Theresia Dwi Kurniawati (2016) dalam penelitiannya yang berjudul

“pengembangan Modul Praktikum IPA Sebagai Suplemen Kurikulum 2013 Untuk

Mendorong Siswa Kelas IV Berpikir Kritis”. subjek penelitian ini siswa kelas IV

SD Kanisius Ganjuran Yang berjumlah 21 siswa. Penelitian ini menggunakan

metode penelitian dan pengembangan (R&D). Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini berupa kuesioner. Validasi dilakukan oleh pakar bahasa indonesia

dan Pakar IPA.

2.2.2 Penelitian yang berhubungan dengan LKS

Veronika Tokan (2016) dengan judul “Pengembangan LKS Berbasis

Kecerdasan Ganda Pada Subtema Keindahan Alam Negeriku Untuk Siswa Kelas

IV Sekolah Dasar”. Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan sebuah

produk berupa Lembar Kerja Siswa Berbasis Kecerdasan Ganda dan Untuk

mengetahui Kualitas Lembar Kerja Siswa Berbasis Kecerdasan Ganda.

Pengambilan data diperoleh dari hasil wawancara analisis kebutuhan dan

kuesioner. Validasi dua pakar LKS menghasilkan skor rata-rata 4,15 (Baik) dan

4,10 (baik). Validasi yang dilakukan oleh dua guru kelas IV SD menghasilkan

skor rat-rata 4,55 (Sangat Baik) dan 4,00 (Baik). Dengan demiian LKS yang

dikembangkan sudah layak digunakan dalam proses kegiatan belajar mengajar di

sekolah yang telah menerapkan kurikulum 2013 khususnya untuk kelas IV

(empat) sekolah dasar.

Rambu Widyanti Wulu Ata (2016) dengan judul “ Pengembangan Lembar

(51)

Lingkungan Rumah Untuk Siswa Kelas II SD Kalasan 1” Tujuan utama dalam

penelitian ini adalah menghasilkan suatu produk berupa lembar kerja siswa

mengacu pada kurikulum SD 2013 dan menggunakan pendekatan tematik

integratif, pendekatan saintifik, dan penilaian autentik dalam setiap

pembelajarannya. Pengambilan data diperoleh dari daftar pertanyaan wawancara

analisis kebutuhan dan kuesioner. Validasi ahli LKS menhasilkan skor 4 (Baik)

dan 4 (Baik), dua guru kelas II SD menghasilkan skor 3,43 (Baik) dan 3,43

(Baik). Lembar kerja siswa ini memperoleh reta-rata skor 3.71 cengan kategori

“Baik”. Dengan demikian lembar kerja siswa menggunakan pendekatan saintifik

mengacu kurikulum 2013, yang dikembangkan sudah layak digunakan sesuai

dengan saran dan komentar yang diberikan.

Sustiana Irna (2016) dengan judul “Pengembangan LKS Berbasis

Kecerdasan Ganda Pada Subema Kebersamaan Dalam Keberagaman Untuk Siswa

Kelas Empat (IV) Sekolah Dasar”. Tujuan penelitian ini adalah menhasilkan suatu

produk berupa LKS berbasis kecerdasan ganda pada subtema kebersamaan dalam

keberagaman untuk siswa kelas IV sekolah dasar. Pengambilan data diperoleh

dari daftar pertanyaan wawancara analisis kebutuhan dan kuesioner. Hasil validasi

dua ahli LKS berbasis kecerdasan ganda menghasilkan skor 3,85 (Baik) dan 3,95

(Sangat Baik). Validasi dari kedua guru kelas IV SD menghasilkan skor 4,0

(Baik) dan 5,05 (Baik). Hal ini menunjukkan LKS berbasis kecerdasan ganda

yang dikembangkan sudah layak digunakan untuk uji coba dalam kegiatan

(52)

2.3 Desain Diagram 075046 Lolofitu Kabupaten Nias Barat. Hasil uji coba kualitas modul tanaman obat yang memperoleh skor rata-rata 4.55 yang bererti sangat baik dan sangat layak digunakan.

Kurniawati, Theresia Dwi (2016) pengembangan Modul Praktikum IPA Sebagai Suplemen Kurikulum 2013 Untuk Mendorong Siswa Ipa Sebagai Suplemen Kuriulum 2013 Untuk mendorong Siswa Kelas IV Berpikir. Hasil kualitas modul praktikum IPA pada uji coba produk dengan 5 siswa mendapat hasil presentasi 78,33% dan uji coba produk pada kelas mendapat hasil 73.09% berkualitas sangat baik dan layak digunakan.

Irna, Sustiana (2016) Pengembangan LKS Berbasis Kecerdasan Ganda Pada Subema Kebersamaan Dalam Keberagaman Untuk Siswa Kelas Empat (IV) Sekolah Dasar. LKS berbasis kecerdasan ganda tersebut menghasilkan skor 3,96 dari rentang skor 1-5 dan termasuk dalam kategori

“Baik”.

Ata, Rambu Widyanti Wulu (2016) Pengembangan Lembar Kerja Siswa Menggunakan Pendekatan Saintifi Pada Subtema Bermain d Lingkungan Rumah Untuk Siswa Kelas II SD Kalasan 1. Lembar Kerja Siswa menggunakan pendekatan saintifik mengacu Kurikulum 2013, yang dikembangkan sudah layak digunakan sesuai dengan saran dan komentar yang diberikan.

Tokan, Veronika (2016) Pengembangan LKS Berbasis Kecerdasan Ganda Pada Subtema Keindahan Alam Negeriku Untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar. LKS yang dikembangkan sudah layak digunakan dalam proses kegiatan belajar mengajar di sekolah yang telah menerapkan kurikulum 2013 khusunya untuk kelas IV (empat) sekolah dasar.

Pengembangan Modul Pembelajaran dan LKS Budidaya Tanaman (Pohon Karet, Pisang, Singkon, dan Ubi Jalar) untuk Siswa Kelas IVa SD

(53)

2.4 Kerangka Berpikir

Pendidikan Emansipatoris merupakan suatu pendidikan yang menekankan

masyarakat demokratis dan adil. Pendidikan kita saat ini memiliki masalah, yakni

relasi antar manusia, sosio-ekonomis, politik, dan kebudayaan. Pendidikan

emansipatoris berpeluang membantu siswa untuk menyadari dan mampu

menanggapi realitas hidupnya. Dalam pendidikan sekolah Yesuit, Pedagogi

Ignasian memiliki potensi menjadi pendidikan emansipatoris. Penerapan model

pendidikan ini tidak hanya memberikan sebuah kontribusi kepada para guru dan

juga kepada siswa. Melalui kegiatan pembelajaran inilah guru mendampingin dan

membantu siswa untuk menyadari keberadaan dirinya dalam konteks tertentu.

Dalam pendidikan emansipatoris menempatkan guru dan siswa keduanya adalah

pembelajar, yang artinya adanya hubungan timbal balik antara guru dan siswa

karena proses belajar mengajar akan efektif jika terjadi dialog diantara keduanya,

maka pemahaman dan pengalaman akan realitas dari kedua pihak akan

berkembang, apabila masing-masing pihak menghargai pihak lainnya.

Dalam lingkungan alam terdapat banyak jenis tanaman dan tumbuhan.

Tanaman dan tumbuhan tersebut seringkali kita jumpai dalam kehidupan

sehari-hari. Ada banyak fungsi tanaman dan tumbuhan khususnya tanaman yaitu (1)

pohoh karet ( getah) dapat dijual dan menghasilkan uang, dijadikan sebagai tikar

karet, karet gelang, ban motor, dan sebagainya. (2) pisang dapat dijadikan sebagai

sebagai keripik pisang, direbus untuk makanan keluarga, sedangkan daunya

dijadikan sebagai bungkusan makanan,batangnya dapat dijadikan sebagai

Gambar

Tabel 4.10    Persepsi Siswa Terhadap Kualitas Produk ...............................
Gambar 2.1   Desain Diagram Penelitian ......................................................
Gambar 2.1 Desain Diagram Penelitian
Tabel 3.4  Istrumen Analisis Kebutuhan untuk Guru
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berikut adalah data Volume Penjualan (juta unit) Mobil dihubungkan dengan variabel biaya promosi ( X 1 dalam juta rupiah/tahun) dan variabel biaya penambahan asesoris ( X 2

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi frekuensi periodontitis pada ibu hamil dengan melihat distribusi frekuensi kejadian periodontitis,

sistematis yang diproksikan dengan beta saham akan diuji pengaruhnya terhadap return saham syariah, dan (3) variabel Earning Per Share (EPS), Return on Equity (ROE) dan Debt

Implementasi pada form yang berfungsi untuk memasukkan data transaksi penjualan Tunai yang dilakukan oleh admin koperasi siswa dan konsumen umum dapat dilihat pada gambar 4.53

[r]

Data pengukuran cakap silang NEXT dan FEXT dengan menggunakan kawat dengan diameter berbeda-beda dengan jarak yang berbeda pula diambil contoh dari

[r]

manusia yang lain dalam suatu organisasi yang teratur, sistematis dan memiliki.. tujuan